Anda di halaman 1dari 42

PENGARUH PLASTIK PET TERHADAP PROPERTIES MARSHALL DAN

NILAI STRUKTURAL PADA CAMPURAN AC-WC

Usulan Tugas Akhir

untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan


Program Studi S-1 Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Surakarta

disusun oleh:
HAIQAL FIKRI SETIAWAN
NIM. D100 180 228

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jalan merupakan akses yang menghubungkan satu tempat dengan tempat lai
nnya dalam satu daratan. Dalam Undang -undang Nomer 38 Tahun 2004 tentang j
alan, ditetapkan pengertian jalan adalah suatu prasarana transportasi darat yang m
eliputi segala bagian jalan termasuk pelengkap dan perlengkapannya yang ditentu
kan bagi lalu lintas yang berada pada permukaan tanah, dibawah permukaan tanah
dan serta pada permukaan air. (Hidayatulloh & Ariostar, 2021) Perkerasan jalan di
Indonesia pada umumnya menggunakan perkerasan aspal, perkerasan jalan di Ind
onesia sering kali mengalami kegagalan atau kerusakan yang diakibatkan oleh fak
tor iklim cuaca yang ada di Indoneisa dan juga mengalami kerusakan sebelum ma
masuki umur rencana. (Gaus dkk, 2020)
Aspal merupakan salah satu material yang digunakan sebagai bahan perkera
san jalan raya, material ini dipilih karena hasil akhirnya yang baik dan nyaman se
bagai perkerasan lentur (Pratama dkk , 2018). Secara umum di Negara Indonesia p
ada umumnya menggunakan lapisan aspal beton. Lapis aspal beton adalah lapisan
pada konstruksi jalan raya, yang terdiri dari campuran aspal keras dan agregat yan
g bergradasi menerus (well graded) dicampur, dihamparkan dan dipadatkan dalam
keadaan panas pada suhu tertentu. Jenis agregat yang digunakan terdiri dari agreg
at kasar, agregat halus dan filler. (Herrmann & Bucksch, 2014)
Faktor yang biasanya mempengaruhi kerusakan tersebut adalah material yan
g digunakan dalam campuran, maka harus dilakukan inovasi baru pada material ca
mpuran salah satunya menggunakan limbah plastik. Kerusakan jalan di Indonesia
sudah menjadi maslah umum contohnya adalah kegagalan struktural terjadi saat a
danya kerusakan komponen struktur yang membuat struktur perkerasan tidak ma
mpu menahan beban lalu lintas yang melewatinya (Ferdian dkk , 2010).
Indonesia merupakan Negara terpadat ke-4 dengan populasi 272.229.372 Ji
wa. Disisi lain, kehidupan masyarakat Indonesia tidak pernah lepas dari plastik. Pl
astik sering digunakan untuk membungkus berbagai makanan, minuman maupun
barang barang lainnya, Indonesia menempati peringkat kedua sebagai negara yang
menghasilkan sampah plastik terbanyak diperairan. Jumlah sampah yang dihasilka
n yakni sebesar 187,2 ton (Jambeck dkk , 2015). Salah satu usaha untuk menguran
gi limbah plastik terutama jenis Polyethylene Terephthalate (PET) yang banyak
digunakan masyarakat Indonesia yakni menjadikan limbah plastik sebagai bahan
tambah pada perkerasan jalan. Pemanfaatan ini dimaksudkan untuk mengurangi
keberadaaan dampak yang negative namun dapat memberikan dampak positif bagi
masyarakat dan lingkungan. (Pratama dkk , 2018)
Poperties Marshall dan Nilai Struktural merupakan pengujian dalam suatu
perkerasan jalan. Properties Marshall merupakan pemeriksaan yang bertujuan
untuk menentukan ketahanan (stabilitas) terhadap kelelehan (flow) dari campuran
aspal dan parameter VIM, VMA, VFWA, MQ. Nilai struktural berfungsi untuk
mengetahui nilai koeefisien relatife dengan menggunakan grafik. (Shabrina dkk ,
2019).
Tugas akhir ini menganalisis Properties Marshall dan Nilai Struktural pada
kontruksi jalan yang menggunakan perkerasan aspal dan menggunakan limbah
plastik terutama jenis Polyethlene Terephthalate (PET). Sebagaimana dapat
dilihat pada gambar 1.1
 Perkerasan jalan di Indonesia pada umumnya
menggunakan perkerasan aspal, perkerasan  Kualitas perkerasan jalan dapat ditentukan o
jalan di Indonesia sering kali mengalami Dalam meningkatkan upaya kuali
leh sifat agregat dan hasil campuran agregat
kegagalan atau kerusakan yang diakibatkan tas perkerasan jalan agar dapat m
dengan material lain, Pengujian menggunak
oleh faktor iklim cuaca yang ada di Indoneisa enghasilkan suatu jalan dengan m
an properties Marshall bertujuan untuk men
dan juga mengalami kerusakan sebelum inim kerusakan yang diakibatkan
getahui ketahanan (stabilitas) campuran terh
mamasuki umur rencana. oleh faktor iklim atau cuaca, mak
adap kelelehan (flow) sedangkan fungsi dari
a, penilitian ini bermaksud untuk
 Kerusakan jalan di Indonesia sudah menjadi Nilai struktural adalah untuk mengetahui ko
mengetahui ketahanan dan nilai k
masalah umum contohnya adalah kegagalan efisen relatife.
oefisien relatife . dengan menggu
struktural terjadi saat adanya kerusakan  Untuk mengurangi keberadaaan dampak nakan limbah plastik (PET) seba
komponen struktur yang membuat struktur yang negative namun dapat memberikan gai zat aditif yang diharapkan bis
perkerasan tidak mampu menahan beban lalu dampak positif bagi masyarakat dan a memenuhi spesifikasi sehingga
lintas yang melewatinya. lingkungan. Maka dilakukan limbah plastik t dapat digunakan
 Indonesia merupakan Negara terpadat ke-4 erutama jenis Polyethylene Terephthalate (P
dengan populasi 272.229.372 Jiwa. Di sisi ET) sebagai zat aditif pada perkerasan jalan.
lain, kehidupan masyarakat Indonesia tidak
pernah lepas dari plastik. Kenyataannya,
Indonesia menempati peringkat kedua sebagai
negara yang menghasilkan sampah plastik
terbanyak di perairan. Jumlah sampah yang
dihasilkan yakni sebesar 187,2 juta ton.

Gambar 1.1 Latar belakang Penelitian


B. Rumusan masalah

Dari latar belakang diatas, maka didapati beberapa rumusan masalah sebagai
berikut.

1. Bagaimana pengaruh penggunaan Polyethylene Terephthalate (PET) sebaga


i campuran AC-WC terhadap Marshall Properties
2. Bagaimana pengaruh penggunaan Polyethylene Terephthalate (PET) sebaga
i campuran AC-WC terhadap Nilai Struktural

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Mengetahui pengaruh penggunaan Polyethylene Terephthalate (PET)


sebagai campuran AC-WC terhadap Marshall Properties ?
2. Mengetahui pengaruh penggunaan Polyethylene Terephthalate (PET)
sebagai campuran AC-WC terhadap Nilai Struktural ?

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat yang diharapkan pada penelitian ini adalah.

a. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan inovasi serta kontribusi dan


pengetahuan untuk pengembangan jalan raya dengan memanfaatkan limba
h plastik sebagai zat aditif.
b. Untuk mengurangi keberadaan dampak negative namun dapat memberika
n dampak postif bagi masyarakat dan lingkungan dan menjadi refrensi pe
mbangunan jalan yang ada di Indonesia.

E. Batasan Masalah

a. Penelitian dilakukan di Laboratorium Program Studi Teknik Sipil Universitas


Muhammadiyah Surakarta.
b. Agregat kasar (kerikil) dan agregat halus (pasir) diperoleh dari AMP PT. Selo
Progo Sakti , Sleman.
c. Aspal yang digunakan adalah penetrasi 60/70 yang diperoleh dari PT. Pertam
ina Cilacap.
d. Campuran aspal yang digunakan adalah AC-WC (Asphalt Concrete-Wearing
Course) dengan menggunakan pedoman Direktorat Jenderal Bina Marga 201
8 Divisi 6 Perkerasan Aspal.
e. Limbah plastik PET
f. Penambahan PET dari variasi 0%, 2%, 4% dan 6% dari berat aspal.

F. Keaslian Penelitian
Penelitian tentang “Pengaruh Plastik PET Terhadap Properties
Marshall dan Nilai Struktural Pada Campuran AC-WC” belum pernah
dilakukan sebelumnya. Meskipun demikian, penelitian yang sejenis pernah
dilakukan oleh (Shabrina dkk , 2019) (Nasution, 2017) (Rahayu dkk , 2021)
(Semangat Marudut Tua Debataraja, 2020) Penelitian sejenis sebelumnya
secara lebih detail akan disajikan pada Bab 2 Tinjauan Pustaka.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Shabrina dkk, (2019) Dalam penelitian yang berjudul “Analisis Pemanfaata
n Pasir Pantai Kemala Sebagai Bahan Tambah Campuran Asphalt Concrete – Ear
ing Course (AC-WC) Terhadap Marshall Properties dan Nilai Struktural” menyi
mpulkan bahwa berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan menggunakan Pasir
Pantai Kemala sebagai bahan tambah campuran adalah nilai stabilitas pada propor
si 0%, 10%, dan 15% memenuhi spesifikasi, sedangkan pada proporsi 30% tidak
memenuhi spesifikasi yang di syaratkan yaitu 800kg, rata rata nilai flow pada vari
asi pasir pantai berturut turut menurun disebabkan oleh campuran yang semakin k
aku seiring dengan penambahan pasir pantai, Vold in Mineral Aggregate (VMA) d
an Vold in Mix (VIM) nilai VMA dan VIM rata-rata menurun disebabkan karena
pemadatan menjadi lebih optimal, Nilai kadar Pasir Optimum diperoleh 14%, pro
porsi pasir pantai pada campuran AC-WC terhadap nilai structural relative konstan
pada proporsi 0%, 10%, 15%, dan 30%. Proporsi pasir pantai ditinjau dari kooefis
ien kekuataan relative bahan yang optimal terdapat pada variasi 15%..
Nasution, (2017) melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Penambah
an Plastik PET (Polyethylene Terephthalate) Terhadap Karakteristik Campuran L
aston AC-WC di Laboratarium” Penggunaan PET sebagai bahan tambah mampu
meningkat kinerja campuran aspal beton dibandingkan dengan tanpa penambahan
PET, dengan naiknya nilai stabilitas aspal. Dengan penambahan PET mampu men
ingkatkan nilai stabilitas dinamis dan menurunkan kecepatan deformasi dibanding
kan tanpa penambahan PET. Dari hasil penelitian pada campuran AC-WC dengan
bahan tambah PET beberapa hasil kesimpulan yang didapat adalah hasil pengujian
aspal properties, penambahan PET pada kadar 2% yang memenuhi spesifikasi Bin
a Marga 2010, pengaruh penambahan PET dalam campuran AC-WC terhadapa pa
rameter marshall yaitu meningkatnya nilai stabilitas marshall, meningkatnya nilai
flow yang menandakan bahwa campuran bersifat plastic, nilai VIM yang mengecil
menandakan rongga dalam campuran semakin mengecil.
Rahayu dkk, (2021) dalam penelitiannya tentang “Pengaruh Penambahan Pl
astik Tipe PET (Polyethylene Terepthalete) Terhadap Campuran Laston AC-WC”
menyimpulkan bahwa berdasarkan hasil penelitian terdapat pengaruh pemanfaatan
plastik PET (Polyethylene Terephthalate) pada Laston AC-WC yang dapat disimp
ulkan diantaranya yaitu nilai stabilitas dan flow dengan penambahan plastik PET s
ebesar 5% mengalami peningkatan sebesar 52,19% dan 44,44%. Nilai rongga dala
m campuran (VIM) mengalami penurunan sebesar 22,74% dan nilai rongga dalam
agregat (VMA) juga mengalami penurunan sebesar 5,28%. Sedangkan Nilai VFA/
VFB mengalami peningkatan sebesar 6,81%. Kelebihan aspal dalam penggunaan
bahan tambah PET diantaranya yaitu nilai stabilitas dan daya tahan lapisan terhad
ap beban lalu lintas menjadi tinggi, sedangkan kekurangan penggunaan PET yaitu
dalam pencampuran plastik PET dengan agregat dan aspal dibutuhkan waktu yang
sangat singat (12±2) dan harus benar-benar tercampur dengan baik.
Semangat Marudut Tua Debataraja, (2020) dalam penelitianya tentang “Pen
garuh Penambahan Plastik Bekas Tipe Polyethylene Terephthalate (PET) Terhada
p Daya Lekat Campuran Laston Lapis AC-WC” disimpulkan berdasarkan hasil pe
nilitian adalah Penambahan Plastik kedalam campuran beraspal tujuannya untuk
mengoptimalkan karakteristik campuran beraspal AC-WC halus dan mengurangi j
umlah sampah. Pencampuran plastic dilakukan dengan cara kering kadar plastikny
a sebesar 5%, 10%, 15% dan 30% dari berat kadar aspal optimum. Dari pengujian
Marshall yang dilakukan dengan penambahan limbas plastik PET nilai Stabilitas p
ada kadar 5% sebesar 2005,967kg mengalami kenaikan dibandingkan tidak adany
a tambahan dari limbah plastik dengan catatan angka sebesar 1961,534 kg. nilai d
ensity dengan penambahan palstik pada kadar 5% sebesar 2,355 mengalami penur
unan dibandingkan di tiadakanya campuran penambah dari plastik ini dengan nilai
sebesar 2,359%. Nilai flow dengan penambahan plastik pada kadar 5% sebesar 3,
200% mengalami peningkatkan dibandingkan tanpa penambahan plastic dengan n
ilai sebesar 3,100%. Nilai VIM dengan penambahan plastik pada kadar 5% sebesa
r 4,453% dibandingkan tanpa dilakukan unsur penambahan dari limbah plastic ya
ng sulit terurai ini dengan nilai sebesar 4,297%. Nilai VFA dengan penambahan pl
astik pada kadar 5% sebesar 73,493% mengalami penurunan dibandingkan denga
n tidak ada penambahan plastic sejumlah 74,216%. Nilai VMA dengan penambah
an plastik pada kadar 5% sebesar 16,801% mengalami peningkatan dibandingkan
dengan tanpa penambahan plastik pada kadar 5% sebesar 626,865 kg/mm mengal
ami penurunan dibandingkan dengan tanpa penambahan plastik 632,753 kg/mm.
Penelitian yang diusulkan adalah “Pengaruh Plastik PET Terhadap Prope
rties Marshall dan Nilai Struktural Pada CAmpuran AC-WC” sebagaimana da
pat dilihat pada gambar 2.1
Analisis Pemanfaatan Pasir Pantai Kemala Seba
gai Bahan Tambah Campuran Asphalt Concrete
– Wearing Course (AC-WC) Terhadap Marshall
Properties dan Nilai Struktural (Shabrina dkk ,
2019)

Studi Karakteristik Marshall Pada Campuran As


pal Dengan Penambahan Limbah Botol Plastik
(Suhardi dkk, 2016)

Pemanfaat Limbah Plastik PET Sebagai Bahan T Pengaruh plastik PET terhadap Properties
ambah Aspal Pada Campuran Asphalt AC-WC Marshall dan Nilai Struktural pada campu
Penelitian mengenai (Simangunsong dkk, 2021) ran AC-WC
penambahan limbah
plastik pada campura Karakteristik Marshall Campuran Aspal Beton
n aspal Menggunakan Limbah Plastik (Gaus dkk, 2020)
Spesifikasi Umum Bina Marga 2018 Divi
Studi Karakteristik Marshall Pada Campuran Assi 6 Perkerasan Aspal
pal Dengan Penambahan Botol Plastik (Suhardi
dkk, 2016)

Pengaruh Penambahan Plastik Tipe PET Terhada


p Campuran Laston AC-WC (Rahayu dkk , 202
1)

Gambar 2.1 Posisi Penelitian


BAB III
LANDASAN TEORI
III.I. Asphalt Concrete – Wearing course (AC-WC)
Asphalt concrete wearing course adalah Jenis lapisan permukaan dalam perk
erasan yang berhubungan langsung dengan ban kendaraan sehingga lapisan ini dir
ancang untuk tahan terhadap perubahan cuaca, gaya geser, tekanan roda ban kend
araan, serta memberikan lapis kedap air untuk lapisan dibawahnya. (Rombot, 201
5).
Asphalt Concrete-Wearing Course (AC-WC) merupakan lapisan aspal beton
yang berada di atas permukaan (surface course). AC-WC memiliki fungsi sebagai l
apisan aus, yakni lapisan yang langsung terkena gesekan yang diakibatkn oleh pen
gereman kendaraan sehingga mudah aus. Fungsi lain dari lapis AC-WC, yaitu seba
gai lapis kedap air, sehingga air yang berada di atasnya tidak akan meresap dan m
erusak ke lapisan di bagian bawahnya serta sebagai lapisan yang menyebarkan be
ban pada lapisan bawahnya.
A. Spesifikasi Gradasi Agregat AC-WC
Dalam penelitian ini jenis aspal yang digunakan adalah Asphalt Concrete –
Wearing Course dan spesifikasi yang digunakan adalah spesifikasi direktorat Jend
eral Bina Marga 2018. Ukuran diameter terbesar dari butir AC-WC sebesar 19,0 m
m dan memiliki agregat kasar, agregat halus, filler, dan aspal padat sebagai kompo
nennya. Sehingga gradasi agregatnya sangat berpengaruh pada campuran perkeras
an AC-WC. Batas yang harus dipenuhi untuk gradasi agregat AC-WC yang ditunju
kkan dalam persen terhadap berat dan gradasi campiran AC-WC dapat dilihat pada
Tabel 3.1. , 3.2. dan Grafik 3.3.
Tabel 3.1. Gradasi agregat untuk campuran aspal AC-WC
% Berat yang Lolos terhadap Total
Agregat
Ayakan Laston
(mm) AC - WC
19 100
12.5 90 - 100
9.5 77 - 90
4.75 53 - 69
2.36 33 - 53
1.18 21 - 40
0.600 14 - 30
0.300 9 - 22
0.150 6 - 15
0.075 4-9
Sumber : (Direktorat Jenderal Bina Marga, 2018)
Tabel 3.2. Spesifikasi dari Marshall Mix Design AC-WC
Laston
Sifat-sifat Campuran Lapis
Aus

Jumlah tumbukan per bidang 75


 
Min 0.6
`1
Maks 1.2
Min 3
Rongga dalam campuran (%)(2)
Maks 5
Rongga dalam Agregat (VMA) (%) 15
Min
Rongga terisi aspal (%) Min 65

800
Stabilitas Marshall (kg) Min
Min 2
Pelelehan (mm)
Maks 4

Stabilitas Marshall Sisa (%) setelah


90
perendaman selama 24 jam, 60ͦ C (3) Min

Rongga dalam campuran (%) pada


Min 2
Kepadatan membal (refusal)(4)

Sumber : (Direktorat Jenderal Bina Marga, 2018)


Grafik Gradasi Campuran AC-WC

120

Spesifikasi Min-
100
imum

80
% Lolos

60

40

20

0
0.01 0.1 1 10 100
Ukuran Saringan (mm)

Gambar 3.1 Grafik Gradasi Agregat Campuran AC-WC


Sumber : (Direktorat Jenderal Bina Marga, 2018)

Tabel 3.4. Ketentuan Sifat Sifat Campuran Laston

Sumber : (Direktorat Jenderal Bina Marga, 2018)


B. Agregat kasar
Agregat kasar adalah komponen utama pembinaan struktur konkrit. Ia
memainkan peranan yang penting dalam proses membantu konkrit. Agreg
at kasar adalah terdiri dari pada serpihan batu yang ukurannya melebihi 5
mm. Agregat kasar adalah agregat yang tertahan saringan No. 4 (AASHT
O) agregat kasar terdiri dari butiran keras dan tidak berpori. Untuk ketentu
an agregat kasar menurut Bina Marga 2018 diuraikan pada tabel 3.3.
Tabel 3.5. Ketentuan Agregat Kasar

Pengujian Metode Pengujian Nilai


natrium sulfat Maks. 12%
Kekekalan bentuk agregat terhadap Larutan SNI 3407 : 2008
magnesium sulfat
Maks. 18%
Campuran AC 100 putaran Maks. 6%
Abrasi dengan
Modifikasi dan SMA 500 putaran Maks. 30%
mesin Los SNI 2417 : 2008
Semua jenis campuran 100 putaran Maks. 8%
Angeles
beraspal bergradasi 500 putaran Maks. 40%
Kelekatan agregat terhadap aspal
SNI 2439 : 2011 Min. 95%
SMA 100/90 *)
Butir Pecah pada Agregat Kasar SNI 7619 : 2012
Lainnya 95/90 **)
SMA Maks. 5%
ASTM D4791-10
Partikel Pipih dan Lonjong
Perbandingan 1 : 5
Lainnya SNI ASTM C117 Maks. 10%
Material lolos Ayakan No. 200 : Maks. 1*

Sumber : (Direktorat Jenderal Bina Marga, 2018)


C. Agregat Halus
 Agregat halus adalah pasir alam sebagai hasil disintregasi alami batua
n ataupun pasir yang dihasilkan oleh industri pemecah batu dan mempuny
ai ukuran butir lebih kecil dari 3/16 inci atau 5 mm (lolos saringan no. 4).
Ketentuan pengujian pengujian agregat halus harus dilakukan sesuai Tabel
3.6 berdasarkan ketentuan Bina Marga Divisi 6 perkerasan aspal.
Tabel 3.6. Ketentuan Pengujian Agregat Halus
Pengujian Metode Pengujian Nilai
Nilai Setara Pasir SNI 03-4428-1997 Min. 50%

Uji Kadar Rongga Tanpa Pemadata


SNI 03-6877-2002 Min. 45%
n
Gumpalan Lempung dan Butir-buti
Maks. 1
r SNI 03-4141-1996
%
Mudah Pecah dalam Agregat
SNI ASTM C117 : 201 Maks. 10
Agregat Lolos Ayakan No.200
2 %
Sumber : (Spesifikasi Umum Bina Marga Tahun 2018 Divisi 6)
D. Aspal
Penelitian ini menggunakan aspal penetrasi 60 – 70. Spesifikasi aspal d
apat dilihat pada Tabel 3.7.
Metode Pengujia Tipe I Aspal
No. Jenis Pengujian
n Pen. 60-70
1 Penetrasi pada 25℃ (0,1 mm) SNI 2456:2011 60-70
Temperatur yang menghasilkan
SNI 06-6442-200
2 Geser Dinamis pada osilasi 10 -
0
rad/detik ≥ 1,0 kPa (℃)
3 Viskositas Kinematis 135℃ (eSt) ASTM D2170-10 ≥ 300
4 Titik Lembek (℃) SNI 2434:2011 ≥ 48
5 Daktilitas pada 25℃ (cm) SNI 2432:2011 ≥ 100
6 Titik Nyala (℃) SNI 2433:2011 ≥ 232
Kelarutan dalam
7 AASHTO T44-14 99
Trichloroethylene (%)
8 Berat Jenis SNI 2441:2011 1
ASTM D 5976-0
Stabilitas Penyimpanan : 0
9 -
Perbedaan Titik Lembek (℃) part 6.1 dan SNI
2434:2011
SNI 03-3639-200
10 Kadar Parafin Lilin (%) ≤2
2
Sumber : (Direktorat Jenderal Bina Marga, 2018)
III.2. Limbah Pet
Indonesia termasuk negara terpadat ke-4 di dunia, tidak mengheranka
n jika limbah botol plastik ini sangat banyak dan terus meningkat setiap ta
hunnya seiring bertambahnya jumlah penduduk. Semakin banyaknya limb
ah botol plastik jenis PET membuka peluang untuk dimanfaatkan di bidan
g kontruksi jalan raya agar dapat mengurangi jumlah dari limbah botol pla
stik tersebut. Selain dimanfaatkan untuk kontruksi jalan raya, botol plastik
bekas juga masih memiliki nilai ekonomis setelah dilakukan daur ulang (Fi
kri dkk, 2019). (Nasution, 2017) menyatakan limbah plastik PET sebagai b
ahan tambah dapat meningkatkan nilai stabilitas campuran aspal dari pada
campuran aspal yang tidak menggunakan bahan tambah PET.
III.3. Marshall Test
Properties Marshall merupakan pemeriksaan yang bertujuan untuk
menentukan ketahanan (stabilitas) terhadap kelelehan (flow) dari campuran
aspal dan parameter VIM, VMA, VFWA, MQ (Shabrina dkk, 2019). Sifat s
ifat campuran aspal beton dapat dilihat dalam parameter parameter penguji
an Marshall antara lain :
1. Ketahanan (stabilitas)
Stabilitas merupakan kemampuan campuran aspal untuk menahan defo
rmasi akibat beban yang bekerja tanpa memangalami deformasi permanen
seperti gelombang. Nilai stabilitas terkoreksi dihitung dengan rumus Persa
maan 3.1.
S = q x C x k x 0,4536 ..................................................................(3.1)
Dengan:
S : Nilai stabilitas terkoreksi (kg)
q : Pembacaan stabilitas pada dial alat Marshall (lb)
k : Faktor kalibrasi alat
C : Angka koreksi ketebalan
0,4536 : Konversi beban dari lb ke kg

2. Kelelehan (Flow)
Flow menunjukan besarnya penurunan atau deformasi perubahan bent
uk yang terjadi pada lapis perkerasan akibat menahan beban yang diterima.
Semakin rendah nilai flow suatu perkerasan, maka semakin kaku perkerasa
n tersebut dan dapat mengalami keretakan dini.
3. Marshall Quotient (MQ)
Marshall Quotient merupakan hasil bagi antara Stabilitas dan Flow ya
ng diperoleh dari uji tekan dengan metode Marshall (Kaseke & Pandey, 20
17). Marshall Quotient adalah angka yang menyatakan tingkat kelenturan
suatu campuran (Wirahaji, 2012). Adapun perhitungan nilai Marshall Quot
ient dapat dilihat pada persamaan 3.2.
S
MQ = .......................................................................................(3.2)
F
Dengan:
MQ : Nilai Marshall Quotient (kg/mm)
S : Stabilitas (kg)
F : Flow (mm)

Serta, volumetrik campuran sebagai berikut :


A. Void In Mix (VIM)
VIM adalah volume rongga yang terdapat di antara partikel ag
regat suatu campuran yang telah dipadatkan, yang dinyatakan dala
m persen terhadap volume total benda uji. Adapum perhitungan nil
ai VIM dapat dilihat pada Persamaan 3.3.
γd
VIM = 100 - x 100 ............................................................(3.3)
γ max
Bk
γd = ............................................................................(3.4)
B SSD −Ba
100
γ max =
% agg % binder .........................................................(3.5)
+
gs agg gs binder
Dengan:
γd : Berat jenis bulk campuran
γ max : Berat jenis maksimal teoritis campuran
Bk : Berat benda uji setelah ditumbuk (gr)
BSSD : Berat kering permukaan (gr)
Ba : Berat benda uji dalam air (gr)
%agg : Jumlah aggregate dalam campuran (%)
%binder : Jumlah aspal dalam campuran (%)
gsagg : Berat jenis agregat terhadap campuran
gsbinder : Berat jenis aspal terhadap campuran
B. Void in Mineral Agregate (VMA)
VMA adalah rongga antar butiran agregat dalam campuran aspa
l yang sudah dipadatkan serta aspal efektif yang dinyatakan dalam p
resentase volume total campuran. Perhitungan nilai VMA dapat dili
hat pada persamaan 3.6.
VMA = 100 - ∑Vagg ..................................................................(3.6)
Dengan:
∑Vagg : Volume total agregat (%)
C. Void Filled With Aspal (VFWA)
Menurut Puslitbang pengertiam VFWA adalah bagian dari rong
ga yang berada diantara mineral agregat (VMA) yang terisi aspal ef
ektif dinyatakan dalam persen. Perhitungan nilai VFWA dapat dilih
at pada Persamaan 3.7.
(VMA−VIM )
VFWA = 100 x .................................................(3.7)
VMA
Dengan:
VMA : Persen rongga udara antar agregat terhadap volume
campuran(%)
VIM : Persen rongga udara dalam campuran (%)
III.4. Nilai Struktural
Konsep dasar suatu kontruksi lapis perkerasan yang penting yaitu ma
mpu dalam menahan beban tanpa terjadi kerusakan atau deformasi yang be
rarti, mempunyai tingkat kerataan sehingga tidak menimbulkan goncangan
terhadap kendaraan. Dalam suatu lapis perkerasan khususnya lapis aspal b
eton harus mempunyai nilai struktural yang baik. Kondisi struktural menya
ngkut kekuatan atau daya dukung perkerasan, sedangkan dalam melayani
beban dan volume lalu lintas digunakan untuk membantu dalam penentuan
penanganan dalam kegiatan penyelenggaran jalan. (Sasuwuk dkk, 2019)

1. Modulus Kekakuan (Bitumen Stiffness)


Menurut Van der Poel Stiffness merupakan perbandingan antara tegan
gan yang diberikan dengan regangan yang dihasilkan pada waktu pembeba
nan tertentu (Rahman & Zega, 2018). Nilai kekakuan aspal dapat diperkira
kan dengan bantuan nomogram yang dikembanhkan oleh Van der Poel, de
ngan menggunakan parameter-parameter berikut:
a. Temperatur rencana perkerasan (T)
Temperature perkerasan rencana dapat dihitung dengan Persa
maan 3.8.
∆ T =SP−Suhu jalan...............................................................(3.8)
Dengan:
SP : Titik lembek aspal (softening point)
Suhu jalan : Perkiraan temperatur perkerasan rencana
Dilapangan
b. Waktu pembebanan (Time of loading)
Waktu pembebanan merupakan lamanya beban yang diterima
oleh perkerasan yang melintas. Besarnya nilai kecepatan kendaraan
diasumsikan sendiri berdasarkan perencanaan dan kondisi dilapang
an (Arifiardi, 2016). Sehingga waktu pembebanan dapat diperhitun
gan dengan Persamaan 3.9.
l
t= .........................................................................................(3.9)
v
Dengan:
l : jarak jejak roda (berkisar 0,25 – 0,30 m)
v : kecepatan kendaraan (km/jam)
c. Penetrasi Indeks (PI)
Penetrasi Indeks merupakan angka yang menunjukkan ketahan
an aspal terhadap perubahan temperature (Ali, 2014). Nilai penetra
si indeks dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 3.10.
1952−500 log ( Pen ) −20 x SP
PI = ........................................(3.10)
50 log ( Pen )−SP−120
Nilai parameter diatas kemudian digunakan untuk mencari nilai ke
kakuan aspal (Sbit). Nilai Sbit dapat ditentukan dengan menggunakan
nomogram. Untuk nomogram dapat dilihat pada Gambar 3.1.

Sumber : Van der Poel


Gambar 3.1. Nomogram untuk Menentukan Sbit
Setelah didapatkan nilai Sbit, kemudian dicari nilai Nilai Keka
kuan campuran (Smix). Nilai kekakuan campuran (Smix) merupakan p
erbandingan antara tegangan yang diberikan dengan regangan yang di
hasilkan pada waktu pembebanan tertentu Smix dapat ditentukan deng
an menggunakan nomogram. Untuk nomogram dapat dilihat pada Ga
mbar 3.2.
Sumber : Read and Whiteoak (2003)
Gambar 3.2. Nomogram untuk Menentukan Smix
2. Koefisien Kekuatan Relatif Bahan (a)
Koefisien kekuatan relatif merupakan ukuran kemampuan baha
n (lapis perkerasan) sebagai bagian dari perkerasan. Koefisien kekuata
n relatif ini digunakan juga untuk menentukan tebal perkerasan tiap jen
is lapis perkerasan. Untuk penentuan nilai (a) berdasarkan pada nomog
ram Gambar 3.3.

Sumber : Brown and Brunton (1986)


Gambar 3.3. Grafik untuk Menentukan Nilai (a)
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan melakukan
percobaan terhadap beberapa sample untuk mendapatkan hasil yang maski
mal. Penelitian ini meliputi berbagai kegiatan yang meliputi, mempelajari
refrensi penelitian sebelumnya, penelitian ini bermaksud untuk menganalis
is pengaruh penambahan PET terhadap Nilai Struktural dan Marshall Pro
perties campuran AC-WC. Standar dan spesifikasi yang digunakan sebagai
pedoman dalam penelitian ini adalah Bina Marga 2018 Devisi 6 Perkerasa
n Aspal.
IV.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Teknik Sipil Fakultas Teknik U
niversitas Muhammadiyah Surakarta. Waktu pelaksanaan direncanakan berlangsu
ng 6 bulan, dimulai dari bulan Maret 2022.

IV.2. Bahan Penelitian


Pada penelitian ini menggunakan bahan dan material antara lain :
1. Aspal penetrasi 60/70 yang berasal dari Pertamina Cilacap
2. Agregat kasar (kerikil) dan agregat halus (pasir) diperoleh dari PT Panca
Darma Puspawira quarry Ngasem Karanganyar.
3. Limbah plastic PET yang berasal dari
IV.3. Alat Penelitian

Peralatan yang digunakan adalah alat yang tersedia di laboratariu


m Bahan Perkerasan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammad
iyah Surakarta. Alat-alat yang digunakan antara lain:

1. Peralatan untuk pemeriksaan mutu agregat kasar


2. Peralatan untuk pemeriksaan mutu agregat halus
3. Peralatan untuk pemeriksaan mutu aspal
4. Peralatan untuk pencampuran benda uji
5. Peralatan untuk pemadatan benda uji
6. Peralatan untuk Marshall test
IV.4. Tahapan Penelitian
Agar penelitian berjalan dengan lancar, maka dibuat sususan penelitian
Berikut tahapan – tahapanya.
Tahap 1 : Persiapan alat dan bahan
1. Mepersiapkan material – material yang akan digunakan.
2. Memperispakan peralatan yang akan digunakan.
3. Mempersiapkan data-data yang dibutuhkan saat penelitian.
4. Mempersiapkan form yang akan digunakan untuk mencatat data data
penting saat penelitian.

Tahap 2 : Pemeriksaan Mutu dan Bahan

Setelah dilakukan seminar proposal dengan dosen penguji dan dosen p


embimbing, kemudian dilakukan tahap pemeriksaan mutu bahan. Pemeriksaan
mutu bahan bertujuan untuk mengetahui kualitas bahan yang akan digunakan u
ntuk penelitian. Bahan yang akan digunakan harus sesuai dengan spesifikasi da
n persyaratan yang sudah ditentukan oleh Bina Marga 2018. Pemeriksaan mutu
bahan dilakukan terhadap aspal dan agregat. Apabila mutu bahan tidak sesuai d
engan spesifikasi yang telah ditentukan, maka harus diganti dan di uji kembali
mutu bahan tersebut agar mendapatkan mutu bahan yang sesuai dengan spesifik
asi dan persyaratan yang telah ditentukan. Berikut tahapan pemeriksaan mutu b
ahan terhadap aspal dan agregat:
a. Pemeriksaan Aspal
1) Uji penetrasi (SNI 2456:2011)
Langkah-langkah uji penetrasi aspal sebagai berikut:
a. Panaskan aspal
b. Tuang aspal ke dalam cawan yang sudah di olesi gliserin seban
yak ¾ atau ½ dari cawan kemudian letakkan pada Loyang yang
sudah berisi air es sampai suhu aspal 25℃ .
c. Ketika aspal sudah mencapai suhu 25℃ , kemudian letakkan be
nda uji ke alat penetrasi yaitu penetrometer bersamaan dengan
bejana yang telah diisi air.
d. Trurunkan jarum penetrasi secara perlahan sehingga jarum pene
trasi menempel pada permukaan aspal. Kemudian atur set nol di
arloji penetrometer.
e. Kemudian tekan pemegang jarum secara bersamaan dengan sto
pwatch selama 5 detik.
f. Baca dial pada penetrometer.
g. kemudian angkat jarum penetrasi tersebut.
2) Uji titik lembek aspal (SNI 2434-2011)
Langkah-langkah uji titik lembek aspal sebagai berikut:
a. Aspal dipanaskan.
b. Tuangkan aspal pada cincin kuningan bergliserin sampai jenuh.
c. Pasang dan atur kedua benda uji di atas dudukannya dan letakk
an bola baja di atasnya. Kemudian masukkan semua perlatan te
rsebut ke dalam bejana gelas. Isi bejana tersebut dengan air pa
da suhu air 5℃ .
d. Letakkan thermometer ke dalam bejana gelas.
e. Panaskan bejana, kemudian catat waktu kenaikan suhu 5℃ .
3) Uji titik nyala dan titik bakar (SNI 2433-2001)
Langkah-langkah uji titik nyala dan titik bakar sebagai berikut:
a. Aspal dipanaskan.
b. Tuang aspal ke cawan.
c. Letakkan cawan diatas plat pemanas dan nyalakan kompor.
d. Tunggu sampai permukaan aspal terdapat busa aspal, dan coba
bakar permukaan aspal dengan korek api. Jika sudah terjadi ny
ala singkat itu Namanya titik nyala dan catat pada suhu bebera
pa titik nyalanya dengan thermometer.
4) Uji berat jenis bitumen (SNI 2442-2011)
Langkah-langkah uji berat jenis bitumen sebagai berikut:
a. Aspal dipanaskan.
b. Timbang picnometer kosong, timbang picnometer dan air.
c. Tuang aspal kedalam picnometer bergliserin setinggi ¾ dari tin
ggi picnometer.
d. Tunggu benda uji sampai dingin, kemudian timbang benda uji
beserta tutupnya.
e. Isilah picnometer yang terisi benda uji dengan air dan tutup tan
pa ditekan, diamkan agar gelembung gelembung udara keluar.
f. Timbang picnometer yang berisi aspal dan air, kemudian bersi
hkan picnometer.
5) Uji daktilitas (SNI 2432-2011)
Langkah – Langkah uji daktilitas sebagai berikut:
a. Aspal dipanaskan.
b. Cetak ke dalam cetakan daktilitas sampai penuh
c. Benda uji didiamkan hingga mencapai suhu 25℃ , kemudian le
paskan benda uji dari plat dasar dan sisi-sisi cetakan
d. Buat larutan garam yang dicampurkan dalam mesin daktilitas s
ampai sample melayang
e. Pasang benda uji pada alat mesin dan tariklah benda uji secara
teratur dengan kecepatan 5cm/menit sampai benda uji putus
f. Baca jarak antara pemegang cetakan, pada saat benda uji putus
(dalaum cm). selama percobaan berlangsung benda uji harus se
lalu terendam
6) Uji penurunan berat minyak dan aspal (SNI 06-2440-1991)
Langkah-langkah uji penurunan berat minyak dan aspal sebagai ber
ikut:
a. Panaskan aspal
b. Tuang aspal kedalam cawan sebanyak ¾.
c. Letakkan benda uji diatas pinggan setelah oven mencapai 163
℃.
d. Ambil benda uji dari oven setelah 5 jam.
e. Dinginkan benda uji pada suhu ruang kemudian timbang keteli
tian 0,001 gr.
b. Pemeriksaan Agregat Kasar
1) Pemeriksaan Berat Jenis Dan Penyerapan (SNI 1969:2016)
a. Menyaring agregat tertahan menghiangkan debu atau bahan l
ainnya yang melekat pada permukaan.
b. Cuci benda uji untuk menghilangkan debu atau bahan lainnya
yang melekat pada permukaan.
c. Keringkan benda uji dalam oven selama 24 jam.
d. Setelah 24 jam keluarkan benda uji dari oven, kemudian tung
gu sampai dingin kemudian timbang beratnya (BK).
e. Rendam benda uji dalam air selama 24 jam.
f. Keluarkan benda uji dari dalam air setelah direndam selama 2
4 jam.
g. Lalu benda uji dilap dengan kain penyerap sampi selaput air
pada permukaan hilang.
h. Timbang berat benda uji kering permukaan jenuh (BJ).
i. Lalu letakkan benda uji pada keranjang yang berada di dalam
air, tunggu sampai gelembung udaranya hilang dan catat bera
t di dalam airnya (BA).
2) Pemeriksaan Los Angeles (SNI 2417:2008)
a. Menyiapkan agregat kasar lolos ayakan No. ¾” tertahan aya
kan No. ½” sebanyak 2500 gram dan agregat kasar lolos sar
ingan No. ½” tertahan No. 3/8” sebanyak 2500 gram.
b. Masukkan benda uji ke dalam mesin Los Angeles.
c. Masukkan 11 bola baja ke dalam mesin Los Angeles.
d. Putar mesin Los Angeles dengan kecepatan 30-33 rpm seba
nyak 500 putaran.
e. Setelah selesai pemutaran, keluarkan gradasi dari mesin Los
Angeles kemudian saring dengan saringan No. 12.
f. Timbang sampel yang tertahan di saringan No. 12.
g. Oven agregat yang tertahan di saringan No. 12.
h. Timbang sampel setelah dioven.
3) Pemeriksaan Pelapukan Agregat (SNI 3407:2008)
a. Menyiapkan benda uji lolos 3/8 tertahan No.4.
b. Cuci benda uji sampai bersih kemudian keringkan dengan b
erat yang tetap.
c. Larutkan natrium sulfat (Na2SO4) ke dalam air
d. Rendam sampel ke dalam larutan natrium sulfat (Na2SO4)s
elama 24 jam
e. Angkat benda uji dari dalam larutan lalu biarkan meniris (1
5±5 menit).
f. Keringkan dengan oven pada suhu (110 ±5ºC) sampai berat
tetap.
g. Cuci benda uji sampai bersih menggunakan air hangat bersu
hu ±40-50 ºC sehingga air tetap bersih.
h. Keringkan benda uji hingga kering, kemudian ayak menggu
nakan ayakan yang sesuai petunjuk.
i. Timbang butiran yang tertahan diatas ayakan.
j. Timbang butiran yang lewat ayakan,
4) Kelekatan terhadap Aspal (SNI 2439:2011)
a. Menyiapkan agregat kasar lolos No. ¾” tertahan 4 sebanyak
100 gram serta aspal 6 gram.
b. Masak agregat dengan dicampur aspal sampai semua aspal
melekat ke agregat.
c. Lalu isi gelas ukur dengan air bersih.
d. Lalu masukkan agregat yang sudah terselubungi aspal terse
but ke dalam gelas ukur, tunggu samapi 24 jam.
e. Setelah 24 jam, jika ada aspal yang terlepas dari agregat am
bil dan timbang beratnya.
c. Pemeriksaan Agregat Halus
1) Berat jenis Penyerapan Agregat Halus (SNI 1970:2016)
a. Menyaring agregat lolos saringan no.4 sebanyak 1000 gr.
b. Setelah agregat tersaring, lakukan pengujian SSD di tempat
yang datar dengan kerucut abram’s, masukkan agregat seba
nyak 3 lapis (1/3 lapis atas, 2/3 lapis tengah, 3/3 lapis atas /
terisi penuh) setiap lapis ditumbuk 15 kali.
c. Angkat kerucut , lalu ukur penurunan yang terjadi.
d. Timbang picnometer kosong.
e. Timbang picnometer + air.
f. Lalu ambil 500 gr untuk dimasukkan ke picnometer, lalu isi
dengan air sampai pada batas garis merah pada leher picno
meter. Lalu kocok-kocok sampai gelembung udara hilang.
g. Timbang picnometer berisi air dan benda uji (Bt).
h. Keluarkan benda uji , kemudian oven selama 24 jam.
i. Timbang benda uji yang sudah di oven
2) Pengujian Nilai Setara Pasir dan Kandungan Lumpur
a. Siapkan agregat halus lolos saringan no. 4 sebanyak 100 gra
m.
b. Isikan larutan CaCl2 ke dalam tabung sampai 5 strip.
c. Masukkan benda uji ke dalam tabung.
d. Biarkan benda uji di tabung selama 10 menit.
e. Tutup tabung dan goyangkan secara horizontal.
f. Tambahkan larutan CaCl2 sampai strip 15.
g. Letakkan pada tempat datar, masukkan irrigator dan tekan s
ampai dasar tabung.
h. Biarkan selama 15 menit.
i. Baca dan catat garis batas lempung dan batas pasirnya.
d. Pengujian Gradasi Agregat
1) Analisa Saringan Agregat
a. Siapkan alat dan bahan
b. Timbang berat saringan dalam keadaan kosong (catat berat)
c. Susun saringan, ukuran terbesar diletakkan paling diatas da
n yang ukuran terkecil diletakkan dibawah.
d. Masukkan sample (pasir) ke dalam saringan yang paling ata
s
e. Pasang saringan di alat penggetar (shaker)
f. Hidupkan shaker selama 15 menit
g. Timbang saringan dan agregat yang tertahan pada setiap sar
ingan (catat berat)
h. Lakukan analisis berdasarkan data yang telah didapat.
Setelah melakukan analisa saringan kemudian dilakukan re
kayasa blending agregat untuk mendapatkan proporsi penggunaan
CA, MA dan FA. Proporsi CA, MA, dan FA digunkan untuk blendin
g mencari kadar aspal optimum.
3. Tahap III (Penentuan Kadar Aspal Optimum)
` Untuk penentuan kadar aspal optimum, percobaan menggu
nakan kadar aspal 3%, 4%, 5%, 6%, 7%. Setiap kadar aspal dibuat
3 sampel campuran.
a. Pembuatan benda uji
Langkah-langkah pembuatan benda uji senagai berikut:
1) Agregat sebanyak 1200 gr dipanasi dengan suhu 180℃ , aspal
keras juga dipanasi dengan suhu ± 180℃ dan kurang dari 240
℃.
2) Agregat 1200 gr panas dicampur dengan aspal panas sesuai %
kadar aspal.
3) Aduk campuran agregat aspal panas sampai dengan merata, dia
mkan campuran tersebut sampai dengan suhu ± 140℃ .
4) Masukkan ke mold sebanyak 3 lapis, kemudian tusuk-tusuk den
gan spatula 15 kali pada pinggir dan 10 kali pada tengah.
5) Tumbuh sebanyak 75 kali atas bawah dengan alat pemadat Mar
shall dengan berat 4,5 kg tinggi jatuh 45,7 cm.
6) Dinginkan dengan kipas sampai suhu 40-60℃ . Keluarkan bend
a uji dari cetakan dengan alat dongkrak, lalu ukur berat dan ting
gi benda uji.
7) Benda uji direndam di air suling selama 24 jam, setelah itu di a
ngkat dan timbang beratnya.
8) Timbang sampel dengan timbangan air.
9) Setelah itu di rendam dalam Water Bath pada suhu 60℃ selam
a 30 menit.
b. Pengujian Marshall
Langkah-langkah pengujian Marshall sebagai berikut:
1) Letakkan sampel pada ring Marshall dan pasang dial flow.
2) Naikkan ring sampai kepala penekan menyentuh alas cincin pe
nguji.
3) Atur jarum dial flow maupun stabilitas pada angka nol, sebelu
m dilakukan pembebanan.
4) Berikan pembebanan benda uji sampai pembebanan maksimu
m, ditunjukkan dengan dial stabilitas yang bergerak kekiri dan
catat pembacaan dial stabilitas maupun flow.
5) Lakukan analisis berdasarkan data yang telah diperoleh.
Setelah mendapatkan data dari Marshall test, selanjutnya dilak
ukan analisis data untuk mendapatkan KAO. KAO merupakan kad
ar aspal yang memenuhi semua spesifikasi dari parameter Marshal
l. Jumlah sample pada tahap ini dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4. 1. Jumlah Rincian Sample Penentuan KAO

No. Variasi Kadar Aspal Jumlah Sample (buah)


1. 3% 3
2. 4% 3
3. 5% 3
4. 6% 3
5. 7% 3
Jumlah Total 15

4. Tahap IV (Pembuatan Benda Uji Marshall dan Nilai Struktural)


Setelah didapatkan KAO, selanjutnya membuat benda uji Marshall dan
benda uji Nilai Struktural dengan penambahan limbah plastik jenis PET de
ngan variasi kadar 0%, 2%, 4%, dan 6% dari nilai Kadar Aspal Optimum y
ang sudah didapatkan. Setiap variasi penambahan PET dibuat 3 sample. Ni
lai Struktural ditentukan berdasarkan pendekatan Nomogram. Untuk lebih
jelasnya jumlah sample yang dibuat dapat dilihat pada Tabel 4.2

Tabel 4. 2. Jumlah Rincian Benda Uji Marshall

Jumlah Sample (buah)


No. Variasi Kadar Aspal
Marshall dan Nilai Struktural
1. 0% 3
2. 2% 3
3. 4% 3
4. 6% 3
Jumlah Total 12

5. Tahap V (Analisa Pembahasan)


Data yang sudah didapatkan dari tiap pengujian kemudian dilakukan a
nalisis hasil. Pembahasan mengenai pengaruh penambahan PET terhadap c
ampuran AC-WC yang ditinjau dari Marshall Properties dan Nilai Struktur
al. Nilai Struktural tidak dilakukan pengujian, namun berdasarkan pendeka
tan Nomogram Grafik.
6. Tahap VI (Kesimpulan Saran)
Setelah diketahui Marshall Properties dan nilai struktural dari cam
puran dengan KAO dengan dan tanpa penambahan PET, maka dapat di
simpulkan dan pemberian saran atas penelitian yang telah dilakukan.

Seluruh tahapan penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.1. bagan al


ir penelitian.
Mulai

Studi Pustaka (Buku, Jurnal, Penelitian Terdahulu)

Persiapan Bahan dan Alat


Tahap I
-------------------------------------------------------------------------------------------------
Pemeriksaan Mutu Bahan

Aspal : Agregat Halus : Agregat Kasar : Zat Aditif


berupa
1. Penetrasi 1. Berat jenis da 1. Los Angeles plastik
2. Berat jenis n penyerapan 2. Berat jenis dan peny PET
2. Sand equivale
3. Daktilitas erapan
nt
4. Titik lembe 3. Analisa saring 3. Kelekatan terhadap
k an aspal
5. Titik nyala 4. Pelapukan agregat
dan titik bak 5. Analisa saringan
ar
6. Ring on Bol
t Test

Tidak Memenuhi Spesifikasi


Bina Marga 2018

Ya
Mix Design

Blending Agregat
CA (%), MA (%), FA(%)
Tahap II
-------------------------------------------------------------------------------------------------

A
A

Penentuan KAO
1. Pembuat benda uji dengan variasi aspal 3%, 4
%, 5%, 6%, dan 7%
2. Pengujian Marshall
3. Analisis Kadar Aspal Optimum

Tahap III
-------------------------------------------------------------------------------------------------

Setelah didapatkan KAO


Perhitungan Nilai Struktu
dilakukan penambahan variasi
ral berdasarkan pendekat
kadar PET 0%, 2%, dan 6%
an nomogram
terhadap berat total aspal
dengan masing masing
pembuatan 3 sample

Tahap IV
-------------------------------------------------------------------------------------------------

Analisis dan pembahasan Nilai Struktural dan


Marshall Properties pada campuran AC-WC dengan
penambahan PET

Tahap V
-------------------------------------------------------------------------------------------------
Kesimpulan dan Saran
Tahap VI
-------------------------------------------------------------------------------------------------

Selesai

Gambar 4. 1. Bagan Alir Penelitian


IV.5. Rencana Penelitian
Rencana waktu pelaksanaan penelitian yang akan dilakukan untuk
menyelesaikan tahapan penelitian secara keseluruan agar efisien dan selesa
i tepat pada waktu yang telah direncanakan. Rencana penelitian dapat dilih
at pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3. Rencana Penelitian Tugas Akhir

Rencana Penelitian Tugas Akhir


2022
No. Jenis Kegiatan Maret April Mei Juni Juli
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Studi literatur                                        
2 Pembuatan proposal                                        
3 Seminar proposal                                        
4 Revisi proposal                                        
Persiapan bahan dan
5                                        
peralatan penelitian
Pengadaan Bahan-
6                                        
bahan Penelitian
Pengujian mutu
bahan penelitian :
7 aspal, agregat kasar,                                        
agregat halus, oli beka
s
Perencanaan campuran
aspal dengan alat
8                                        
Marshall untuk
mendapatkan KAO
9 Pengujian Marshall                                        
Analisis Hasil Penguji
10 an                                        
Marshall
Penyusunan Laporan
11 Akhir:                                        
BAB 1 – BAB 6
12 Pendadaran                                        
13 Revisi Tugas Akhir                                        
DAFTAR PUSTAKA
AASHTO_Guide_for_Design_of_Pavement_Stru.pdf. (n.d.).
Ali, S. (2014). Kajian Sifat Marshall dan Nilai Struktural Campuran Beton Aspal
(AC) Yang Digunakan Untuk Lapis Permukaan.
Arifiardi, I. (2016). Pengaruh Penggunaan Pasir Pantai Carita Sebagai Campura
n Agregat Halus Pada Lapis Permukaan Aspal Beton Terhadap Persyaratan
Parameter Marshall.
Ferdian, T., Prasasya, A., Subagio, B. S., & Hendarto, S. (2010). Analisis Struktur
Perkerasan Lentur Menggunakan Program Everseries dan Metoda AASHTO
1993 Studi kasus: Jalan Tol Jakarta - Cikampek. Jurnal Teknik Sipil,. https://
doi.org/10.5614/jts.2008.15.3.5
Fikri, H., Subagja, A., & Manurung, A. S. D. (2019). Karakteristik Aspal Modifik
asi dengan penambahan Limbah Botol Plastik Polyethylene Terephthalate ( P
ET ). Prosiding Industrial Research Workshop and National Seminar.
Gaus, A., Marsaoly, N., Yudha Saputra, M. T., & Udin, I. (2020). Karakteristik M
arshal Campuran Aspal Beton Menggunakan Limbah Plastik. Journal of Scie
nce and Engineering. https://doi.org/10.33387/josae.v3i2.2425
Herrmann, H., & Bucksch, H. (2014). Well-Graded. Dictionary Geotechnical Eng
ineering/Wörterbuch GeoTechnik. https://doi.org/10.1007/978-3-642-41714-
6_231334
Hidayatulloh, C., & Ariostar, A. (2021). PERENCANAAN GEOMETRIK DAN
PERKERASAN LENTUR JALAN RAYA (Studi Kasus: Ruas Jalan Tarutun
g-Bts. Kabupaten Tapanuli Selatan). In Jurnal Komposit.
Jambeck, J., Geyer, R., Wilcox, C., Siegler, T. R., Perryman, M., Andrady, A., Na
rayan, R., & Law, K. L. (2015). the Ocean : the Ocean : Marine Pollution. htt
ps://science.sciencemag.org/CONTENT/347/6223/768.abstract
Kaseke, O. H., & Pandey, S. V. (2017). Quotient dengan ratio partikel lolos saring
an no .# 200 – bitumen efektif pada campuran jenis laston. Jurnal Sipil Statik
Vol.5, 5(1).
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat; Direktorat Jenderal Bina
Marga. (2018). Spesifikasi Umum Bina Marga 2018 untuk Pekerjaan Jalan d
an Jembatan (General Specifications of Bina Marga 2018 for Road Works a
nd Bridges). September.
Nasution, M. F. N. (2017). Pengaruh Penambahan Plastik PET (Polyethylene Ter
ephthalate) Terhadap Karakteristik Campuran Laston AC-WC di Laboratori
um. 84.
Pratama, N. Y., Widodo, S., & Sulandari, E. (2018). Pengaruh Penggunaan Sampa
h Botol Platik Sebagai Bahan Tambah Pada Campuran Lapis Aspal Beton (L
ASTON). Jurnal Ilmiah Universitas Tanjungpura.
Rahayu, P., Rifqi, M. G., & Amin, M. S. (2021). Pengaruh Penambahan Plastik Ti
pe PET (Polyethylene Terepthalete) Terhadap Campuran Laston AC-WC. Jo
urnal of Applied Civil Engineering and Infrastructure Technology. https://doi.
org/10.52158/jaceit.v2i1.66
Rahman, H., & Zega, R. T. (2018). Analisis Kesesuaian Model Modulus Aspal da
n Campuran Laston Lapis Aus untuk Aspal Modifikasi Asbuton Murni. Jurn
al Teknik Sipil, 25(1), 71. https://doi.org/10.5614/jts.2018.25.1.9
Rombot, P. (2015). Kajian Kinerja Campuran Beraspal Panas Jenis Lapis Aspal B
eton sebagai Lapis Aus Bergradasi Kasar Dan Halus. Jurnal Sipil Statik.
Sasuwuk, G., Waani, J., & Rumayar, A. (2019). BESARNYA VOLUME KUMU
LATIF LALU LINTAS DAN FAKTOR LINGKUNGAN Studi .
Semangat Marudut Tua Debataraja, N. sihite. (2020). Pengaruh Penambahan Plast
ik Bekas Tipe Polyethylene Terephthalate (Pet) Terhadap Daya Lekat Campu
ran Laston Lapis Ac-Wc. Ilmiah Teknik Sipil.
Shabrina, A., Studi, P., Sipil, T., Teknik, F., & Surakarta, U. M. (2019). Sebagai
Bahan Tambah Campuran Asphalt Concrete – Wearing Course ( Ac-Wc ) Te
rhadap marshal properties.
Simangunsong, J. E., Alkas, M. J., Wati, A., Teknik, F., Mulawarman, U., Teknik,
F., Mulawarman, U., Teknik, F., Mulawarman, U., Aspal, M., & Marshall, K.
(2021). Pemanfaatan Limbah Plastik Pet Sebagai Bahan Tambah ( Ac-Wc ).
.
Suhardi, Pratomo, P., & Ali, H. (2016). Studi Karakteristik Marshall Pada Campur
an Aspal Dengan Penambahan Limbah Botol Plastik. Jrsdd. http://journal.en
g.unila.ac.id/index.php/jrsdd/article/viewFile/381/pdf
Wirahaji, I. (2012). ANALISIS KADAR ASPAL OPTIMUM LASTON LAPIS A
US PADA RUAS JALAN SIMPANG SAKAH-SIMPANG BLAHBATUH
(Studi Kasus Paket Pemeliharaan Berkala Jalan Tahun Anggaran 2011). Jurn
al Ilmiah Teknik Sipil.

BAB V
PEMBAHASAN DAN HASIL
V.1. Hasil Pengujian Material
Pada penelitian ini menggunakan material dari AMP PT. Selo Progo Sakti
dengan sumber agregat yang berasal dari quarry Siwal, Boyolali dan aspal
berasal dari PT. Pertamina, Cilacap, Jawa Tengah. Pengujian material
dilakukan untuk mengetahui apakah material sudah sesuai dengan
spesifikasi yang telah ditentukan atau belum. Pengujian dilakukan terhadap
aspal dan agregat.
1. Hasil Pengujian Material dari Data Sekunder
Data Sekunder diambil dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya,
yang bersala dari AMP PT. Selo Progo Sakti.
a. Hasil Pengujian Aspal
Pengujian aspal dilakukan untuk mengetahui kualitas aspal yang akan
digunakan apakah sudah sesuai spesifikasi yang ditetapkan. Data
pengujian aspal diperoleh dari AMP. Pertamina dengan hasil uji dapat
dilihat pada tabel 5.1.

Hasil Spec.
Jenis Pengujian Keterangan
Uji Min. Max.
Penetrasi pada 25 (0,1 mm) 69 60 70 Memenuhi
Titik Lembek (°C) 50,5 48 - Memenuhi
Titik Nyala (°C) 311 232 - Memenuhi
Daktilitas pada 25°C (cm) 150 100 - Memenuhi
Kelarutan dalam Trichloroethylen
99,1 99 - Memenuhi
e (%)
Berat Jenis 1,036 1 - Memenuhi
Kadar Parafin Lilin (%) 0,53 - 2 Memenuhi
Viskositas Kinematis 135°C (Cst) 400 300 - Memenuhi
Sumber : AMP PT. Selo Progo Sakti
Berdasarkan Tabel 5.1 diperoleh data hasil pengujian, bahwa aspal
yang digunakan sudah memenuhi spesifikasi Umum Bina Marga 2018
Divisi 6 Perkerasan Aspal, Direktorat Pekerjaan Umum.
2. Hasil Pengujiam Material dari Data Primer
Data primer didapat dari penelitian yang telah dilakukan penulis untuk
mempermudah pelaksanaan analisis.
a. Hasil Pengujian Agregat
Tujuan pengujian agregat yaitu untuk mengetahui apakah agregat
yang akan digunakan untuk bahan penelitian sesuai dengan spesifikasi
yang diisyaratkan.
1) Pengujian Keausan Agregat
Tabel 5.2 Pengujian Keausan

No Berat
keterangan
. (gram)
Berat Benda Uji 5000
a. Lolos 19 mm Tertahan 12.5
1 mm = 2500 g 2500
b. Lolos 12.5 mm Tertahan 9.5
mm = 2500 g 2500
2 Tertahan Saringan no. 12 3055
38,9
Presentasi keausan %
3 0

Sumber : Hasil Penelitian

Berdasarkan Pengujian didapatkan nilai keausan sebesar 38,90%,


spesifikasi yang diisyaratkan adalah ≤40%. Sehingga agregat
memenuhi spesifikasi dan dapat digunakan sebagai bahan
penelitian.
2) Pengujian Kelekatan Agregat terhadap Aspal
Tabel 5.3 Pengujian Kelekatan Agregat terhadap Aspal

Berat agregat (A) 100 gram


Berat aspal (B) 6 gram
Berat aspal yang terlepas (C) 0 gram
Persentase kelekatan agregat terhadap aspal 100 %

(A+B)-C
x 100%  
(A+B)
Sumber : Hasil Penelitian

Berdasarkan pengujian didapatkan nilai kelekatan agregat terhadap


aspal sebesar 100%, spesifikasi yang diisyaratkan adalah >95%.
Sehingga agregat memenuhi spesifikasi dan dapat digunakan bahan
penelitian.
3) Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Kasar
Tabel 5.4 Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Kasar
Keterangan Hasil
Berat benda uji dalam keadaan jenuh/ SSD (BJ) 990 gr
Berat benda dalam air (BA 602 gr
Berat benda uji kering oven (BK) 990 gr
Berat jenis bulk = BK / (BJ-BA) 2,552
Berat jenis SSD = BJ / (BJ-BA) 2,552
Berat jenis semu = BK / (BK-BA) 2,552
Penyerapan (Absorpsi) = (BJ-BK). 100% / BK 0,000 %
BJ Efektif = (BJ bulk + BJ semu) / 2 2,552
Sumber : Hasil Penelitian

Berdasarkan pengujian didapatkan penyerapan sebesar 0,000% dan


BJ efektif sebesar 2,522. Spesifikasi penyerapan yang diisyaratkan
adalah ≤ 3%, maka agregat memenuhi spesifikasi dan dapat
digunakan untuk bahan penelitian.
4)
V.2. Penentuan kadar aspal optimum
V.3. Analisis Karakteristik Aspal dengan penambahan PET
V.4. Pembuatan Benda Uji dengan Penambahan PET
V.5. Analisis Nilai Properties Marshall

Anda mungkin juga menyukai