Mata
Diplomasi ASEAN (ASEAN Way)
Kuliah
Pernyataan
Seluruh tugas Paper kelompok ini ditulis berdasarkan pemikiran penulis, kecuali pada
bagian yang sengaja dikutip. Tugas ini belum pernah sekalipun diberikan pada perkuliahan
yang lain. Penulis bersedia menerima hukuman sesuai dengan ketentuan yang berlaku,
seandainya ditemukan adanya penjiplakan pada tulisan ini.
I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Regional Comprehensive Economic Partnership, atau yang disingkat RCEP, merupakan
sebuah program kerjasama kemitraan (partnership) yang mencakup 16 negara anggota,
yaitu negara anggota ASEAN, Republik Rakyat Tiongkok, Jepang, Korea Selatan,
India, Australia, dan Selandia Baru. RCEP secara tidak langsung dapat dikatakan
sebagai amalgamasi dari kerjasama-kerjasama dalam area perdagangan bebas (Free
Trade Area) yang telah ASEAN lakukan bersama keenam negara tersebut. Dengan
semangat ASEAN+1 untuk menguatkan ekonomi kawasan Asia Pasifik dengan
membentuk ikatan kerjasama yang lebih kuat, ke-16 menteri ekonomi masing-masing
negara bertemu pada KTT ASEAN di Phnom Penh pada tahun 2012 untuk membahas
tentang RCEP dan kerangka kerjanya.
Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa ASEAN sebagai organisasi kawasan Asia Tenggara
menjadi pemain penting dalam pembentukan RCEP. Hal tersebut doay dilihat dengan
bagaimana antusiasme serta inisiatif dari negara anggota ASEAN untuk memajukan
ekonomi kawasan dengan memperkuat kerjasama ekonomi. Namun, melihat betapa
pentingnya RCEP bagi ekonomi dunia mengingat 30% PDB dunia berada di kawasan
Asia-Pasifik, sebuah pertanyaan penting muncul. Pertanyaan dimana kita perlu melihat
seberapa besar peran ASEAN dalam penyelenggaraan RCEP untuk pengembangan
arsitektur ekonomi kawasan.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut :
Bagaimana Peran ASEAN dalam RCEP sebagai Arsitektur Ekonomi Regional?"
merupakan unit terkecil dari negara, yaitu negara bangsa. Pada saat yang sama, suatu
wilayah adalah dua atau lebih negara yang secara geografis dekat satu sama lain. Daerah
– daerah kemudian diregionalkan, menunjukkan peningkatan ketergantungan ekonomi
atau saling ketergantungan dengan batas – batas yang jelas, dan menjadi satu kesatuan
yang dikenal dengan regional. Regionalisme identik dengan kerja sama, perdamaian dan
integrasi, yang sebagian besar terkait dengan kerangka geografis. Namun, ketika tatanan
dunia berubah, konsep regionalisme agak sulit untuk ditafsirkan, karena menyiratkan
kedekatan geografis dan rasa kohesi budaya, ekonomi, politik dan organisasi.
Kawasan Asia Tenggara umumnya terdiri dari negara – negara berkembang. Bagi
negara berkembang, regionalisme dapat memperkuat posisi negosiasi mereka dalam
kerjasama dengan negara di luar kawasan. Kawasan ini awalnya hanya terintegrasi
dalam Perhimpunan Bangsa Bangsa Asia Tenggara (ASEAN), namun kemudian mampu
terhubung dengan ekonomi lain melalui ASEAN, yang lebih global, seperti
menyelenggarakan kerjasama perdagangan bebas negara-negara kawasan lainnya seperti
Amerika, Afrika dan Eropa. Jelas bahwa tanpa regionalisme seperti ASEAN, negara –
negara berkembang ini memiliki peluang yang sangat kecil untuk berintegrasi secara
individual ke dalam pasar global.
Kerangka konsep yang digunakan untuk menganalisis pembentukan RCEP oleh
ASEAN adalah konsep regionalisme ekonomi. Hurrell mendefinisikan regionalisme
sebagai seperangkat kebijakan oleh satu atau lebih negara untuk mempromosikan
kemunculan unit regional yang kohesif dan mendominasi pola hubungan antara negara
dengan kawasan tersebut dan dengan seluruh dunia serta membentuk dasar
pengorganisasian kebijakan dalam kawasan yang mencakup berbagai isu (Hurrell,
1992). Isu – isu yang dibahas dalam RCEP merupakan isu terkini yang terjadi di dunia
internasional yang sedang menjadi fokus daripada negara – negara besar di dunia karena
dirasa cukup memberikan keuntungan yang signifikan untuk negara – negara tersebut.
Dengan adanya berbagai macam sektor atau bidang kerja sama dalam perjanjian RCEP
ini juga dapat mengintegrasikan antarnegara di dalam kawasan dan lingkup RCEP ini.
II. PEMBAHASAN
26% dari arus FDI Dunia. Selain itu RCEP dapat mendorong peningkatan
daya saing, jaringan produksi global dan mempromosikan rantai pasok
regional, melalui peningkatan akses pasar, peningkatan komitmen dengan
mitrawicara ASEAN, pengurangan atau penghapusan hambatan
perdagangan, serta peningkatan transfer teknologi.
Hal yang membedakan RCEP dengan kerjasama ASEAN+1 lainnya adalah terletak pada
penambahan pos tarif yang sebelumnya tidak dilakukan liberalisasi (ditutup). Misalnya
terdapat 65% pos tarif dan akan langsung dieliminasi menjadi 0% saat RCEP berlaku
efektif, kemudian jika dalam jangka waktu 10 tahun RCEP berlaku efektif akan
dieliminasi menjadi 15% pos tarif, kemudian sisanya akan bertahap dalam jangka waktu
10-20 tahun perjanjian berlaku efektif. Sehingga dengan adanya perjanjian kerjasama
RCEP ini memudahkan negara-negara anggota khususnya ASEAN untuk memilih
skema tarif preferensi yang lebih menguntungkan.
Kemudian juga terdapat regulasi mengenai hambatan non tarif (non-tariff measures/
NTMs) dan konsultasi jika adanya kendala dalam penerapan NTMs yang akan
memberikan dampak negatif bagi perdagangan antar anggota. Eliminasi mengenai
hambatan non tarif salah satunya yaitu perjanjian mengenai RoO (Rules of Origin)
dalam Bab 3 RCEP yang berisi tentang regulasi terkait identitas barang dan komoditas
yang diperdagangkan. RoO mengatur identifikasi negara asal dari barang yang
diperdagangkan dan dapat menunjukan asal komoditasnya. Ini akan menjadi acuan
standar bagi produk yang akan dipasarkan ke negara lain dengan adanya fasilitas
informasi terkait standar yang disepakati. RoO lebih jelas adalah suatu perlakuan
spesial(preferential and special treatment) yang akan membantu negara asal dalam
FTA. Dikatakan bahwa regulasi mengenai RoO akan mempercepat perdagangan antar
anggota dengan pengurangan biaya ekspor sebesar US$ 90 miliar/tahun. Sehingga hal
ini akan sangat menguntungkan bagi ASEAN sebagai sentralitas dalam inisasi RCEP
dalam mencapai tujuan pembangunan infrastruktur regional dan menjadikannya
semakin efisien dan terhindar dari spaghetti bowl effect yang dimana sebelumnya
ASEAN memiliki peraturan yang berbeda-beda dalam ASEAN+1.
Tabel 1 :Tambahan Pos Tarif Dari Negara Mitra untuk ASEAN (dibanding ASEAN+1 FTA)
Negara Jumlah Sektor
Australia 0 -
NewZealand 0 -
Korea 313PT Perikanan,Kehutanan,Pertanian,Makanan,Minuman,Kimia
Jepang 127PT Perikanan,Perkebunan,Kimia,Makanan,Minuman
Tiongkok 286PT Perkebunan,Pertanian,Otomotif,Elektronik,Kimia,Makanan,Minum
an,Mesin
Sumber:KementerianPerindustrian,diolah
Keterangan:AustraliadanNewZealandtidakterdapattambahanaksespasarmengingatdalamAANZFTAakanm
encapai100%tahunini.
RCEP diproyeksikan memperoleh pendapatan riil sebesar $174 miliar pada tahun 2030.
Kerja sama RCEP menyatukan perekonomian di kawasan sebesar USD24,7 triliun atau
30,2% PDB dunia (2019), lebih besar dari North America Free Trade
Agreement/NAFTA (28,4%) dan EU-27 (18,2%). Sementara itu, investasi langsung
yang masuk ke kawasan RCEP (FDI inflow) mencapai USD379,9 miliar (29,8%), lebih
besar dari NAFTA (29,1%) maupun Comprehensive and Progressive Agreement for
Trans-Pacific Partnership/CPTPP (19,6)%. Dengan total populasi negara anggota RCEP
yang mencapai 30,2% populasi dunia, tercapainya kesepakatan RCEP memberikan
optimisme baru bagi pemulihan ekonomi pascapandemi di kawasan ASEAN melalui
integrasi ekonomi yang lebih dalam serta peningkatan standar hidup masyarakat
Secara umum, terdapat sejumlah potensi manfaat yang dapat diraih Indonesia
melalui RCEP, antara lain yaitu:
i) terbukanya akses pasar barang, jasa, dan investasi di negara mitra
melalui pengurangan hambatan ekspor baik tarif maupun nontarif,
serta reformasi ekonomi yang dilakukan di masing- masing negara
sehingga berdampak positif pada peningkatan daya saing;
ii) menciptakan lingkungan usaha yang business friendly, adil dan
fasilitatif;
iii) mendorong tumbuhnya industri dalam negeri sebagai bagian dari
Global Value Chain (GVC), serta mendorong Regional Production
Network dan Regional Value Chain (RVC); dan
iv) meningkatkan aliran investasi langsung.
3. Malaysia
Dengan perjanjian kerjasama RCEP ini, Thailand, Vietnam dan Brunei akan
memperoleh incomesebesar 0,5% dari PDB atau lebih tinggi.
International Relations of Andalas University Page 11
Departemen Hubungan Internasional
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Andalas
a) Cina dianggap sebagai negara paling diuntungkan dalam RCEP. Pasalnya, RCEP
memuluskan jalan Cina untuk mengimplementasikan Belt Road Initiative (BRI). BRI
merupakan rencana jangka panjang Cina untuk membangun rute perdagangan dan
investasi dari Asia-Pasifik hingga Eropa. Caranya, Cina berinvestasi kepada calon
negara mitra untuk membangun infrastruktur di sepanjang jalur perdagangan Cina
dari Asia-Pasifik hingga daratan Eropa. Bila Cina mampu mendominasi perannya di
RCEP dan berhasil menciptakan BRI, negara anggota ASEAN dikhawatirkan
semakin bergantung pada Cina. Investasi langsung asing Cina ke ASEAN pada 2017
sudah mencapai US$ 719.5 juta.
b) Dampak kesepakatan tersebut pada usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).
Dengan adanya RCEP, pesaing UMKM semakin bertambah dimana kondisi ini
berpotensi mengurangi pendapatan UMKM. Dikhawatirkan, UMKM kalah bersaing
dengan produk impor yang semakin bertambah akibat efek RCEP.
regionalisme tersebut selayaknya Uni Eropa dan aturan-aturan dari WTO (lack of top-
level management).
Di kawasan Asia – Pasifik, Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP)
diprakarsai dan diluncurkan oleh ASEAN pada November 2012 sebagai salah satu
wujud upaya dari regionalisme ekonomi yang dibangun dalam
rangkamempertautkanperekonomian berbagai negara di kawasan Asia-Pasifik. Pada
dasarnya, RCEP mengupayakanakselerasi keterkaitan ekonomi, nilai perdagangan dan
investasi yang diharapkan akan mendongkrak aktivitas pertumbuhan dan pembangunan
ekonomi kawasan, terutama terhadap negara-negara berkembang.Sebagian besar
anggota RCEP telah menandatangani FTA. RCEP hadir sebagaicollective response
ASEAN terhadap perkembangan regionalisme ekonomi Asia-Pasifik yang kurang
menguntungkan bagi asosiasi tersebut.
ASEAN menyadari bahwa tanpa kontribusi dari mitra eksternal, pembentukan ASEAN
Economic Community (AEC)yang merupakan bagian dari Komunitas ASEAN sebagai
project utamanya dipertanyakan secara serius. Kebangkitan daya saing ASEAN dan
integrasinya ke dalam ekonomi global tidak mungkin terwujud tanpa pembangunan
infrastruktur lintas batas yang mahal. Dengan mempertimbangkan sumber daya
keuangan ASEAN yang terbatas, ASEANpun mengandalkan bantuan dari tetangganya
dari Asia Timur dan Oseania.Didorong oleh motivasi tersebutlah ASEAN meluncurkan
RCEP sebagaiinisiatif yang ditujukan untuk mencapai kesepakatan kemitraan ekonomi
yang komprehensifdan berkualitas tinggi.
Sentralitas ASEAN adalah konsep kunci dalam memahami aspirasi ASEAN untuk
RCEP, yang artinyakonsep tersebut juga penting untuk menelaah signifikansi ASEAN
dalam perkembangan regionalisme ekonomi melalui RCEP. Dalam konteks ekonomi,
ASEAN secara sadar berupaya mempertahankan sentralitas ASEAN dalam hubungan
ekonomi eksternal terutama dengan membangun jaringan FTA dengan pihak luar.
Dengan demikian, proposal RCEP jelas merupakan perpanjangan dari kebijakan
tersebut. Konsep tersebut juga diterima oleh semua anggota RCEP non-ASEAN.
Fukunaga dkk. membagi sentralitas ASEAN ke dalam dua aspek, yaitu ASEAN sebagai
‘fasilitator proses’; dan ASEAN sebagai ‘penggerak substansi’. Peran pertama yang
dapat dimainkan ASEAN dalam arsitektur regional adalah sebagai fasilitator proses.
Aspek ini dapat dilihat dalam blueprint ASEAN Political Security Community (APSC).
Blueprint APSC menetapkan bahwa ASEAN harus memperkuat sentralitasnya dalam
kerja sama regional dan pembangunan komunitas. ASEAN pun dinilai sukses
memainkan peran tersebut dalam proses negosiasi RCEP, di mana ASEAN telah
menginisiasi, menyelenggarakan,mengetuai dan memimpin bersama kegiatan dan
pertemuandalam RCEP.
Aspek kedua dari sentralitas ASEAN ialah sebagai ‘penggerak substansi’. Action item
kedua dalam Blueprint APSC ini berarti ‘mengeksplorasi, memulai, dan
mengimplementasikan kegiatan kerja sama yang konkret’. Hal tersebut berarti lebih
melihat langkah-langkah yang lebih konkret (substansi) ketimbang format pertemuan
dan menekankan peran yang harus dimainkan ASEAN dalam ihwal ini. Aspek kedua
sentralitas ASEAN ini sangat relevan dalam konteks RCEP. Suatu negara atau
sekelompok negara dapat membentuk substansi hasil negosiasi internasional terlepas
dari siapa yang menjadi tuan rumah atau yang memimpin pertemuan tersebut.
Sehubungan dengan itu, ASEAN mesti mengembangkan kerja sama yang substansial
dalam berbagai forumnya. Misalnya, terdapat ekspektasi terhadap RCEP untuk
melahirkan‘perjanjian berkualitas tinggi’ yang benar-benar substansial alih-alih hanya
sekadar retorika, yang berarti meliberalisasi secara komprehensif hambatan
perdagangan di semua sektor secara substansial agar dapat memaksimalkan keuntungan
ekonomi dan reformasi domestik. Di antara kedua aspek tersebut, banyak akademisi
yang menilai bahwa ASEAN hanya menunjukkan sedikit kemajuan dalam mencapai
sentralitas, sebab ASEAN lebih mengedepankan keanggotaan forum ketimbang
substansi.
III. KESIMPULAN
Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP) adalah perjanjian perdagangan bebas
(FTA) antara sepuluh negara anggota Perhimpunan Bangsa Bangsa Asia Tenggara
(ASEAN) (Brunei, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura,
Thailand , Vietnam) dan lima mitra FTA-nya (Australia, Cina, Jepang, Selandia Baru, dan
Republik Korea). RCEP mulai berlaku pada 1 Januari 2022 untuk sepuluh negara, yaitu:
Australia, Selandia Baru, Brunei Darussalam, Kamboja, Tiongkok, Jepang, Laos,
Singapura, Thailand, dan Vietnam, pada 1 Februari 2022 untuk Republik Korea dan untuk
Malaysia pada 18 Maret 2022. Setelah diratifikasi oleh semua pihak, RCEP akan menjadi
perjanjian perdagangan bebas terbesar di dunia menurut PDB anggota. Pembentukan RCEP
dilandasi semangat untuk memperkuat hubungan perdagangan dan investasi di kawasan,
serta berkontribusi dalam meminimalkan kesenjangan ekonomi, dan untuk memberikan
peluang yang signifikan untuk bisnis di kawasan Asia Timur dan menciptkan “The World’s
Largest Trading Bloc”. Selain itu RCEP juga bertujuan untuk mendorong peningkatan daya
saing, jaringan produksi global dan mempromosikan rantai pasok regional, melalui
peningkatan akses pasar, peningkatan komitmen dengan mitrawicara ASEAN, pengurangan
atau penghapusan hambatan perdagangan, serta peningkatan transfer teknologi.
DAFTAR PUSTAKA