Anda di halaman 1dari 17

Departemen Hubungan Internasional

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik


Universitas Andalas

Ari Wahyu Nugraha 2010853004

Azzah Sri Haryanti Aruan 2010852014

Frisca Pricilia 2010852002


Nama
Hanna Chaerunnisa 2010852004
Kelompok 3
Huriyatul Hanna 2010853018

Lesya Marbeta Lenri 2010851004

Nur Khofifatur Rukhiyah 20102021051

Ringgalang Alfath Saksaky 2010852018

Sulthan Taj Falah Nava 2010852028

Mata
Diplomasi ASEAN (ASEAN Way)
Kuliah

Dosen Zulkifli Harza, S.IP., M.Soc.Sc.


Pengampu Rifki Dermawan, S.Hum., M.Sc.

Judul/Topik “Peran ASEAN dalam RCEP Sebagai Upaya Pengembangan


Arsitektur Ekonomi Regional”

Pernyataan

Seluruh tugas Paper kelompok ini ditulis berdasarkan pemikiran penulis, kecuali pada
bagian yang sengaja dikutip. Tugas ini belum pernah sekalipun diberikan pada perkuliahan
yang lain. Penulis bersedia menerima hukuman sesuai dengan ketentuan yang berlaku,
seandainya ditemukan adanya penjiplakan pada tulisan ini.

Ditandatangani oleh: Tanggal:

© Program Studi Ilmu Hubungan Internasional Fisip Universitas Andalas

International Relations of Andalas University Page 1


Departemen Hubungan Internasional
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Andalas

I. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Regional Comprehensive Economic Partnership, atau yang disingkat RCEP, merupakan
sebuah program kerjasama kemitraan (partnership) yang mencakup 16 negara anggota,
yaitu negara anggota ASEAN, Republik Rakyat Tiongkok, Jepang, Korea Selatan,
India, Australia, dan Selandia Baru. RCEP secara tidak langsung dapat dikatakan
sebagai amalgamasi dari kerjasama-kerjasama dalam area perdagangan bebas (Free
Trade Area) yang telah ASEAN lakukan bersama keenam negara tersebut. Dengan
semangat ASEAN+1 untuk menguatkan ekonomi kawasan Asia Pasifik dengan
membentuk ikatan kerjasama yang lebih kuat, ke-16 menteri ekonomi masing-masing
negara bertemu pada KTT ASEAN di Phnom Penh pada tahun 2012 untuk membahas
tentang RCEP dan kerangka kerjanya.
Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa ASEAN sebagai organisasi kawasan Asia Tenggara
menjadi pemain penting dalam pembentukan RCEP. Hal tersebut doay dilihat dengan
bagaimana antusiasme serta inisiatif dari negara anggota ASEAN untuk memajukan
ekonomi kawasan dengan memperkuat kerjasama ekonomi. Namun, melihat betapa
pentingnya RCEP bagi ekonomi dunia mengingat 30% PDB dunia berada di kawasan
Asia-Pasifik, sebuah pertanyaan penting muncul. Pertanyaan dimana kita perlu melihat
seberapa besar peran ASEAN dalam penyelenggaraan RCEP untuk pengembangan
arsitektur ekonomi kawasan.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut :
Bagaimana Peran ASEAN dalam RCEP sebagai Arsitektur Ekonomi Regional?"

3. Kerangka Konseptual ( Regionalisme Ekonomi )


Regionalisme ekonomi merupakan wadah interaksi berupa tatanan kelembagaan yang
dirancang untuk memfasilitasi pergerakan bebas barang dan jasa serta
mengkoordinasikan kebijakan ekonomi di sektor – sektor tertentu. Akar dari
regionalisme adalah kata region, yang dalam perspektif hubungan internasional

International Relations of Andalas University Page 2


Departemen Hubungan Internasional
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Andalas

merupakan unit terkecil dari negara, yaitu negara bangsa. Pada saat yang sama, suatu
wilayah adalah dua atau lebih negara yang secara geografis dekat satu sama lain. Daerah
– daerah kemudian diregionalkan, menunjukkan peningkatan ketergantungan ekonomi
atau saling ketergantungan dengan batas – batas yang jelas, dan menjadi satu kesatuan
yang dikenal dengan regional. Regionalisme identik dengan kerja sama, perdamaian dan
integrasi, yang sebagian besar terkait dengan kerangka geografis. Namun, ketika tatanan
dunia berubah, konsep regionalisme agak sulit untuk ditafsirkan, karena menyiratkan
kedekatan geografis dan rasa kohesi budaya, ekonomi, politik dan organisasi.
Kawasan Asia Tenggara umumnya terdiri dari negara – negara berkembang. Bagi
negara berkembang, regionalisme dapat memperkuat posisi negosiasi mereka dalam
kerjasama dengan negara di luar kawasan. Kawasan ini awalnya hanya terintegrasi
dalam Perhimpunan Bangsa Bangsa Asia Tenggara (ASEAN), namun kemudian mampu
terhubung dengan ekonomi lain melalui ASEAN, yang lebih global, seperti
menyelenggarakan kerjasama perdagangan bebas negara-negara kawasan lainnya seperti
Amerika, Afrika dan Eropa. Jelas bahwa tanpa regionalisme seperti ASEAN, negara –
negara berkembang ini memiliki peluang yang sangat kecil untuk berintegrasi secara
individual ke dalam pasar global.
Kerangka konsep yang digunakan untuk menganalisis pembentukan RCEP oleh
ASEAN adalah konsep regionalisme ekonomi. Hurrell mendefinisikan regionalisme
sebagai seperangkat kebijakan oleh satu atau lebih negara untuk mempromosikan
kemunculan unit regional yang kohesif dan mendominasi pola hubungan antara negara
dengan kawasan tersebut dan dengan seluruh dunia serta membentuk dasar
pengorganisasian kebijakan dalam kawasan yang mencakup berbagai isu (Hurrell,
1992). Isu – isu yang dibahas dalam RCEP merupakan isu terkini yang terjadi di dunia
internasional yang sedang menjadi fokus daripada negara – negara besar di dunia karena
dirasa cukup memberikan keuntungan yang signifikan untuk negara – negara tersebut.
Dengan adanya berbagai macam sektor atau bidang kerja sama dalam perjanjian RCEP
ini juga dapat mengintegrasikan antarnegara di dalam kawasan dan lingkup RCEP ini.

International Relations of Andalas University Page 3


Departemen Hubungan Internasional
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Andalas

II. PEMBAHASAN

2.1 Sejarah dan Faktor Pembentukan RCEP

2.1.1 Sejarah Pembentukan RCEP


Pada agustus 2011, Menteri ekonomi KTT Asia Timur menyambut baik
inisiatif untuk mempercepat pembentukan EAFTA dan CEPEA bersama Cina
dan Jepang, selama KTT ASEAN ke – 19 yang diselenggarakan pada 14 – 19
November 2011 di Bali, Indonesia, kemitraan Ekonomi komprehensif
Regional ( RCEP) kemudian diperkenalkan. Pada Tahun 2012, diadakannya
pertemuan Menteri ekonomi ASEAN ( AEM) ke – 44 dan mengadakan
pertemuan terkait diselenggarakan di Siem Reap, Kamboja, pada 25 Agustus
– 1 September 2012. Kemudian dilanjutkan sebulan setelahnya dengan
mengadakan pertemuan para pemimpin pada KTT ASEAN ke – 21 yang
diselenggarakan 18 – 20 November 2012 di Phnom Penh, Kamboja, untuk
mendukung kerangka kerja RCEP dan mengumumkan peluncuran negosiasi
mereka. Kemudian tahun 2013 hingga 2017 RCEP ini mengalami putaran 1
hingga putaran ke 20, dan pada 2017 diadakan KTT RCEP 1.
Kemudian pada tahun 2018, RCEP mengalami putaran ke 21 hingga 24 dan
juga diadakan KTT RCEP ke 2. Kemudian setahun setelahnya yakni tahun
2019 diadakan putaran ke 25 hingga 28 sekaligus KTT RCEP ke 3. Lalu,
India memilih keluardari RCEP pada 4 November 2019 di KTT ASEAN+3,
dengan alasan, menurut pandangannya, dampak buruk kesepakatan itu
terhadap warganya, sehubungan dengan kepergian India, Jepang dan Cina
meminta India untuk bergabung kembali dalam kemitraan tersebut.
Pada tahun 2020, putaran keduapuluh Sembilan negosiasi RCEP diadakan
dari tanggal 20 – 24 April 2020 sebagai konferensi video, karena situasi saat
ini terkait COVID – 19 .Pada tanggal 30 April 2020, Pernyataan Bersama
Pertemuan Komite Perdagangan RCEP (RCEP TNC) ke-29 diterbitkan.
Dilanjutkan dengan putaran ketigapuluh negosiasi RCEP diadakan dari
tanggal 15 – 20 Mei 2020 dalam bentuk video conference, mengingat situasi

International Relations of Andalas University Page 4


Departemen Hubungan Internasional
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Andalas

terkini terkait penyakit COVID – 19. Kemudian diadakannya Pertemuan


Tingkat Menteri Antar Sesi RCEP ke-10 diselenggarakan dalam bentuk video
conference pada 23 Juni 2020. Para pejabat menegaskan kembali tekad
mereka untuk menandatangani RCEP pada KTT RCEP keempat di bulan
November. Negosiasi RCEP putaran ketigapuluh satu diadakan pada 9 Juli
2020 sebagai konferensi video, karena situasi saat ini terkait penyakit COVID
– 19.
Pada tahun 2021, 9 April 2021, Singapura meratifikasi perjanjian RCEP dan
menyerahkan instrument ratifikasinya kepada Sekretaris Jenderal ASEAN.
Singapura adalah Negara Peserta RCEP (RPC) pertama yang menyelesaikan
proses ratifikasi resmi. Pada 15 April 2021, Tiongkok menyerahkan
instrument ratifikasi kepada Sekjen ASEAN, menandai selesainya proses
ratifikasi Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP).
Pada 25 Juni 2021, Jepang mendepositkan instrument penerimaan Perjanjian
Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional dengan penyimpan, Sekretaris
Jenderal ASEAN. Pada 11 Oktober 2021, Brunei Darussalam meratifikasi
Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP) setelah
menyerahkan instrument ratifikasinya kepada Sekretaris Jenderal ASEAN.
Pada 15 Oktober 2021, Kamboja meratifikasi Perjanjian Kemitraan Ekonomi
Komprehensif Regional (RCEP) setelah menyerahkan instrument
ratifikasinya kepada Sekretaris Jenderal ASEAN. Pada 28 Oktober 2021,
Perutusan Tetap Thailand untuk ASEAN mendepositkan Instrumen Ratifikasi
Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP) dengan
Sekretaris Jenderal ASEAN. Pada 29 Oktober 2021, Vietnam meratifikasi
Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP) setelah
menyerahkan instrument ratifikasinya kepada Sekretaris Jenderal ASEAN.
Pada 2 November 2021, Australia dan Selandia Baru mendepositkan
instrument ratifikasi kepada Sekretaris Jenderal ASEAN. Pada 3 Desember
2021, Republik Korea meratifikasi Perjanjian Kemitraan Ekonomi
Komprehensif Regional (RCEP) setelah menyerahkan instrument

International Relations of Andalas University Page 5


Departemen Hubungan Internasional
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Andalas

ratifikasinya kepada Sekretaris Jenderal ASEAN.


Pada tahun 2022, Pada 1 Januari 2022, perjanjian Kemitraan Ekonomi
Komprehensif Regional (RCEP) berlaku untuk sepuluh negara pertama yang
meratifikasi.Pada 17 Januari 2022, Malaysia meratifikasi Perjanjian
Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP) setelah menyerahkan
instrument ratifikasinya kepada Sekretaris Jenderal ASEAN. Pada 1 Februari
2022, Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP)
berlaku untuk Republik Korea. Pada 21 Februari 2022, Brian Lo, Direktur
Jenderal Perdagangan dan Industri mengatakan bahwa Hong Kong telah
mengajukan permohonan untuk bergabung dalam Perjanjian Kemitraan
Ekonomi Komprehensif Regional. Pada 18 Maret 2022, Perjanjian Kemitraan
Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP) berlaku untuk Malaysia. Pada 1
Mei 2022, Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP)
mulai berlaku antara Tiongkok dan Myanmar. Pada 3 November 2022,
Indonesia meratifikasi Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif
Regional (RCEP) setelah menyerahkan instrument ratifikasinya kepada
Sekretaris Jenderal ASEAN.

2.1.2 Faktor Pembentukan RCEP

Pembentukan RCEP dilandasi semangat untuk memperkuat hubungan


perdagangan dan investasi di kawasan, serta berkontribusi dalam
meminimalkan kesenjangan ekonomi. Pelaku usaha, termasuk pelaku
UMKM, siap dan mampu bersaing untuk memanfaatkan peluang RCEP,
termasuk menjadi bagian dari GVC atau RVC. Selain itu, RCEP ini dibuat
dengan tujuan untuk RCEP memiliki potensi untuk memberikan peluang
yang signifikan untuk bisnis di kawasan Asia Timur dan menciptkan “The
World’s Largest Trading Bloc” mengingat fakta bahwa 16 negara peserta
RCEP mencapai hamper setengah dari populasi dunia; berkontribusi sekitar
30 % dari PDB global; menciptakan 29% dari total perdagangan dunia dan

International Relations of Andalas University Page 6


Departemen Hubungan Internasional
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Andalas

26% dari arus FDI Dunia. Selain itu RCEP dapat mendorong peningkatan
daya saing, jaringan produksi global dan mempromosikan rantai pasok
regional, melalui peningkatan akses pasar, peningkatan komitmen dengan
mitrawicara ASEAN, pengurangan atau penghapusan hambatan
perdagangan, serta peningkatan transfer teknologi.

2.2 Peran ASEAN dalam RCEP


Pada awal pembentukan RCEP, kerja sama ini telah memiliki framework yang bertujuan
untuk menghapuskan tarif serta berusaha untuk mengamankan akses pasar diantara
anggotanya (ASEAN, 2018). Namun, pada masa awal pembentukannya, RCEP belum
terlalu optimal digunakan karena belum adanya pertemuan rutin dan hasil yang
memadai. Kemudian dengan adanya fenomena perang dagang, RCEP dapat
dimanfaatkan untuk mengurangi rasa khawatir ataupun takut diantara negara anggota
RCEP mengenai kenaikan tarif. Peran RCEP yang sebelumnya belum terlalu optimal,
mulai menampakan keseriusannya menanggulangi permasalahan yang terjadi. Dapat
dilihat pada beberapa pertemuan yang semakin intensif pada tahun 2018 sebanyak tiga
kali, yaitu pada bulan Maret, Juli, dan Oktober.
Besarnya peran ASEAN sebagai penggagas sekaligus pemimpin perundingan RCEP
disebabkan oleh konsep sentralitas yang dipegang teguh oleh ASEAN (ASEAN
Centrality). Sentralitas ASEAN merupakan prinsip yang diusung ASEAN dalam
mengajak mitra kerja samanya, seperti Tiongkok dan Amerika Serikat, untuk mengikuti
mekanisme yang berlaku di kawasan ASEAN. Kepemimpinan ASEAN dalam proses
perundingan RCEP tidak semata-mata karena ASEAN memiliki perhatian tinggi
terhadap regionalisme di kawasan Asia-Pasifik. ASEAN bergerak berdasarkan
kepentingan terhadap peningkatan perekonomian dan perdagangan karena melihat
pelaksanaan perjanjian perdagangan bilateral dengan mitra ASEAN selama ini belum
terlalu signifikan pengaruhnya.

International Relations of Andalas University Page 7


Departemen Hubungan Internasional
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Andalas

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kepentingan utama ASEAN adalah


mempermudah perdagangan antara ASEAN dengan mitra dagangnya. Aspek sentralitas
ASEAN, yang diusung dalam setiap perundingan RCEP, menjadi sinyal dari keinginan
ASEAN untuk menempatkan dirinya sebagai pemimpin dan fasilitator RCEP demi
mewujudkan kepentingannya.ASEAN sebagai pemimpin dalam proses perundingan
RCEP dianggap berhasil karena dapat membawa banyak negara menyetujui perjanjian
yang prosesnya tidak sederhana. Dalam waktu yang bersamaan, ASEAN juga dapat
mengimplementasikan nilai sentralitas ASEAN untuk menjamin terakomodasinya
kepentingan ASEAN. Selain menghilangkan hambatan perdagangan seperti dengan
penyepakatan RoO (Rules of Origin) di Bab 3 RCEP yang mengatur mengenai
identitas barang dan komoditas yang diperdagangkan , RCEP juga menjadi kerangka
perjanjian yang memudahkan ASEAN dalam meningkatkan efisiensi perdagangan
dengan mitranya. Melalui RCEP, dapat dilihat bahwa negara-negara anggota memiliki
kemauan untuk melakukan kerja sama tanpa memandang kuantitas berapa banyak yang
akan diperoleh, sesuai dengan konsep absolute gains dalam perspektif
neoliberalisme.Faktor-faktor demikianlah yang menjadikan RCEP dapat memberikan
jalan bagi tercapainya lebih banyak lagi kepentingan ASEAN alih-alih menghalangi
langkah ASEAN.

2.3 Dampak dan Prospek RCEP Terhadap ASEAN


RCEP menjadi perjanjian yang komprehensif untuk memberikan dampak dan prospek
bagi upaya pengembangan arsitektur ekonomi regional ASEAN dibandingkan dengan
perjanjian ASEAN+1. Hal ini jika dilihat dimana sebelumnya ASEAN juga menjalin
kerjasama dengan 6 Free Trade Agreement (FTA) antar sesama negara anggota RCEP
saat ini, yaitu :AANZFTA (ASEAN-Australia-New Zealand FTA), ACFTA (ASEAN-
China FTA), AJCEP (ASEAN-Japan CEP), AIFTA (ASEAN- India FTA), AKFTA
(ASEAN-Korea FTA), dan AHKFTA (ASEAN-Hong Kong FTA). Dalam hal ini,
RCEP dinilai dapat menyempurnakan manfaat dari ASEAN+1 dengan adanya
perjanjian yang lebih komprehensif seperti RCEP tersebut.

International Relations of Andalas University Page 8


Departemen Hubungan Internasional
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Andalas

Hal yang membedakan RCEP dengan kerjasama ASEAN+1 lainnya adalah terletak pada
penambahan pos tarif yang sebelumnya tidak dilakukan liberalisasi (ditutup). Misalnya
terdapat 65% pos tarif dan akan langsung dieliminasi menjadi 0% saat RCEP berlaku
efektif, kemudian jika dalam jangka waktu 10 tahun RCEP berlaku efektif akan
dieliminasi menjadi 15% pos tarif, kemudian sisanya akan bertahap dalam jangka waktu
10-20 tahun perjanjian berlaku efektif. Sehingga dengan adanya perjanjian kerjasama
RCEP ini memudahkan negara-negara anggota khususnya ASEAN untuk memilih
skema tarif preferensi yang lebih menguntungkan.
Kemudian juga terdapat regulasi mengenai hambatan non tarif (non-tariff measures/
NTMs) dan konsultasi jika adanya kendala dalam penerapan NTMs yang akan
memberikan dampak negatif bagi perdagangan antar anggota. Eliminasi mengenai
hambatan non tarif salah satunya yaitu perjanjian mengenai RoO (Rules of Origin)
dalam Bab 3 RCEP yang berisi tentang regulasi terkait identitas barang dan komoditas
yang diperdagangkan. RoO mengatur identifikasi negara asal dari barang yang
diperdagangkan dan dapat menunjukan asal komoditasnya. Ini akan menjadi acuan
standar bagi produk yang akan dipasarkan ke negara lain dengan adanya fasilitas
informasi terkait standar yang disepakati. RoO lebih jelas adalah suatu perlakuan
spesial(preferential and special treatment) yang akan membantu negara asal dalam
FTA. Dikatakan bahwa regulasi mengenai RoO akan mempercepat perdagangan antar
anggota dengan pengurangan biaya ekspor sebesar US$ 90 miliar/tahun. Sehingga hal
ini akan sangat menguntungkan bagi ASEAN sebagai sentralitas dalam inisasi RCEP
dalam mencapai tujuan pembangunan infrastruktur regional dan menjadikannya
semakin efisien dan terhindar dari spaghetti bowl effect yang dimana sebelumnya
ASEAN memiliki peraturan yang berbeda-beda dalam ASEAN+1.

International Relations of Andalas University Page 9


Departemen Hubungan Internasional
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Andalas

Tabel 1 :Tambahan Pos Tarif Dari Negara Mitra untuk ASEAN (dibanding ASEAN+1 FTA)
Negara Jumlah Sektor
Australia 0 -
NewZealand 0 -
Korea 313PT Perikanan,Kehutanan,Pertanian,Makanan,Minuman,Kimia
Jepang 127PT Perikanan,Perkebunan,Kimia,Makanan,Minuman
Tiongkok 286PT Perkebunan,Pertanian,Otomotif,Elektronik,Kimia,Makanan,Minum
an,Mesin
Sumber:KementerianPerindustrian,diolah
Keterangan:AustraliadanNewZealandtidakterdapattambahanaksespasarmengingatdalamAANZFTAakanm
encapai100%tahunini.

RCEP diproyeksikan memperoleh pendapatan riil sebesar $174 miliar pada tahun 2030.
Kerja sama RCEP menyatukan perekonomian di kawasan sebesar USD24,7 triliun atau
30,2% PDB dunia (2019), lebih besar dari North America Free Trade
Agreement/NAFTA (28,4%) dan EU-27 (18,2%). Sementara itu, investasi langsung
yang masuk ke kawasan RCEP (FDI inflow) mencapai USD379,9 miliar (29,8%), lebih
besar dari NAFTA (29,1%) maupun Comprehensive and Progressive Agreement for
Trans-Pacific Partnership/CPTPP (19,6)%. Dengan total populasi negara anggota RCEP
yang mencapai 30,2% populasi dunia, tercapainya kesepakatan RCEP memberikan
optimisme baru bagi pemulihan ekonomi pascapandemi di kawasan ASEAN melalui
integrasi ekonomi yang lebih dalam serta peningkatan standar hidup masyarakat

Dampak dan Prospek RCEP terhadap negara-negara di ASEAN


1. Indonesia
Menteri Perdagangan Indonesia, mengatakan bahwa RCEP dapat meningkatkan
ekspor Indonesia ke negara – negara penandatangan sebesar 8-11%, Hal ini
ditandai dengan nilai ekspor Indonesia ke RCEP yang mewakili 61,6% dari total
ekspor RIdan meningkatkan investasi ke Indonesia sebesar 18-22% yang
mencapai 66,5% dari total FDI inflow.

International Relations of Andalas University Page 10


Departemen Hubungan Internasional
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Andalas

Secara umum, terdapat sejumlah potensi manfaat yang dapat diraih Indonesia
melalui RCEP, antara lain yaitu:
i) terbukanya akses pasar barang, jasa, dan investasi di negara mitra
melalui pengurangan hambatan ekspor baik tarif maupun nontarif,
serta reformasi ekonomi yang dilakukan di masing- masing negara
sehingga berdampak positif pada peningkatan daya saing;
ii) menciptakan lingkungan usaha yang business friendly, adil dan
fasilitatif;
iii) mendorong tumbuhnya industri dalam negeri sebagai bagian dari
Global Value Chain (GVC), serta mendorong Regional Production
Network dan Regional Value Chain (RVC); dan
iv) meningkatkan aliran investasi langsung.

Untuk itu, Indonesia perlu memastikan agar seluruh pelaku usaha,


termasuk pelaku UMKM, siap dan mampu bersaing untuk memanfaatkan
peluang RCEP, termasuk menjadi bagian dari GVC atau RVC.
2. Singapura

Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong mengatakan bahwa


bergabungnya Singapura dalam perjanjian RCEP merupakan sebuah langkah
maju yang besar untuk kawasan ASEAN dan tanda dukungan untuk
perdagangan bebas dan saling ketergantungan ekonomi.

3. Malaysia

Mohamed Azmin Ali , Menteri Perdagangan Internasional dan Industri


Malaysia, mengatakan RCEP akan mendorong bisnis lokal untuk memasuki
pasar global dan akan meningkatkan ekspor Malaysia. Dia menyatakan bahwa
penandatangan RCEP akan menikmati perlakuan istimewa karena
penghapusan hambatan perdagangan tarif dan non-tarif.

4. Thailand, Vietnam, dan Brunei Darussalam

Dengan perjanjian kerjasama RCEP ini, Thailand, Vietnam dan Brunei akan
memperoleh incomesebesar 0,5% dari PDB atau lebih tinggi.
International Relations of Andalas University Page 11
Departemen Hubungan Internasional
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Andalas

Dampak Negatif RCEP bagi ASEAN

a) Cina dianggap sebagai negara paling diuntungkan dalam RCEP. Pasalnya, RCEP
memuluskan jalan Cina untuk mengimplementasikan Belt Road Initiative (BRI). BRI
merupakan rencana jangka panjang Cina untuk membangun rute perdagangan dan
investasi dari Asia-Pasifik hingga Eropa. Caranya, Cina berinvestasi kepada calon
negara mitra untuk membangun infrastruktur di sepanjang jalur perdagangan Cina
dari Asia-Pasifik hingga daratan Eropa. Bila Cina mampu mendominasi perannya di
RCEP dan berhasil menciptakan BRI, negara anggota ASEAN dikhawatirkan
semakin bergantung pada Cina. Investasi langsung asing Cina ke ASEAN pada 2017
sudah mencapai US$ 719.5 juta.
b) Dampak kesepakatan tersebut pada usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).
Dengan adanya RCEP, pesaing UMKM semakin bertambah dimana kondisi ini
berpotensi mengurangi pendapatan UMKM. Dikhawatirkan, UMKM kalah bersaing
dengan produk impor yang semakin bertambah akibat efek RCEP.

2.4 Analisis Signifikansi ASEAN dalam Perkembangan Regionalisme Ekonomi


Melalui RCEP
Dalam memahami keterkaitan ekonomi, perdagangan dan keuangan dalam suatu
kawasan, regionalisme ekonomi merupakan salah satu bidang analisis yang cukup
diperhitungkan dalam studi ilmu hubungan internasional. Di kawasan Asia-Pasifik,
perkembangan regionalisme ekonomi dinilai sebagai fenomena baru yang hanya dimulai
sejak dekade1990-an. Sebelum itu, pola regionalisme ekonomi di kawasan Asia-Pasifik
cenderung didorong oleh mekanisme pasar dengan tiga ciri-ciri utama, yaitu: (1)
kemampuan daya saing dalam kawasan tersebut ditentukan oleh lancarnya arus
perdagangan antara kawasan Asia-Pasifik dengan kawasan (free flow of intraregional
trade dalam apa yang disebut sebagai ‘Factory Asia’); (2) pemotongan bea tarif yang
dilakukan secara unilateral dan tidak terlalu bergantung pada aturan WTO, terutama
yang dilakukan oleh Tiongkok dan ASEAN; dan (3) kurangnya institusi yang mengatur

International Relations of Andalas University Page 12


Departemen Hubungan Internasional
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Andalas

regionalisme tersebut selayaknya Uni Eropa dan aturan-aturan dari WTO (lack of top-
level management).
Di kawasan Asia – Pasifik, Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP)
diprakarsai dan diluncurkan oleh ASEAN pada November 2012 sebagai salah satu
wujud upaya dari regionalisme ekonomi yang dibangun dalam
rangkamempertautkanperekonomian berbagai negara di kawasan Asia-Pasifik. Pada
dasarnya, RCEP mengupayakanakselerasi keterkaitan ekonomi, nilai perdagangan dan
investasi yang diharapkan akan mendongkrak aktivitas pertumbuhan dan pembangunan
ekonomi kawasan, terutama terhadap negara-negara berkembang.Sebagian besar
anggota RCEP telah menandatangani FTA. RCEP hadir sebagaicollective response
ASEAN terhadap perkembangan regionalisme ekonomi Asia-Pasifik yang kurang
menguntungkan bagi asosiasi tersebut.
ASEAN menyadari bahwa tanpa kontribusi dari mitra eksternal, pembentukan ASEAN
Economic Community (AEC)yang merupakan bagian dari Komunitas ASEAN sebagai
project utamanya dipertanyakan secara serius. Kebangkitan daya saing ASEAN dan
integrasinya ke dalam ekonomi global tidak mungkin terwujud tanpa pembangunan
infrastruktur lintas batas yang mahal. Dengan mempertimbangkan sumber daya
keuangan ASEAN yang terbatas, ASEANpun mengandalkan bantuan dari tetangganya
dari Asia Timur dan Oseania.Didorong oleh motivasi tersebutlah ASEAN meluncurkan
RCEP sebagaiinisiatif yang ditujukan untuk mencapai kesepakatan kemitraan ekonomi
yang komprehensifdan berkualitas tinggi.
Sentralitas ASEAN adalah konsep kunci dalam memahami aspirasi ASEAN untuk
RCEP, yang artinyakonsep tersebut juga penting untuk menelaah signifikansi ASEAN
dalam perkembangan regionalisme ekonomi melalui RCEP. Dalam konteks ekonomi,
ASEAN secara sadar berupaya mempertahankan sentralitas ASEAN dalam hubungan
ekonomi eksternal terutama dengan membangun jaringan FTA dengan pihak luar.
Dengan demikian, proposal RCEP jelas merupakan perpanjangan dari kebijakan
tersebut. Konsep tersebut juga diterima oleh semua anggota RCEP non-ASEAN.
Fukunaga dkk. membagi sentralitas ASEAN ke dalam dua aspek, yaitu ASEAN sebagai

International Relations of Andalas University Page 13


Departemen Hubungan Internasional
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Andalas

‘fasilitator proses’; dan ASEAN sebagai ‘penggerak substansi’. Peran pertama yang
dapat dimainkan ASEAN dalam arsitektur regional adalah sebagai fasilitator proses.
Aspek ini dapat dilihat dalam blueprint ASEAN Political Security Community (APSC).
Blueprint APSC menetapkan bahwa ASEAN harus memperkuat sentralitasnya dalam
kerja sama regional dan pembangunan komunitas. ASEAN pun dinilai sukses
memainkan peran tersebut dalam proses negosiasi RCEP, di mana ASEAN telah
menginisiasi, menyelenggarakan,mengetuai dan memimpin bersama kegiatan dan
pertemuandalam RCEP.
Aspek kedua dari sentralitas ASEAN ialah sebagai ‘penggerak substansi’. Action item
kedua dalam Blueprint APSC ini berarti ‘mengeksplorasi, memulai, dan
mengimplementasikan kegiatan kerja sama yang konkret’. Hal tersebut berarti lebih
melihat langkah-langkah yang lebih konkret (substansi) ketimbang format pertemuan
dan menekankan peran yang harus dimainkan ASEAN dalam ihwal ini. Aspek kedua
sentralitas ASEAN ini sangat relevan dalam konteks RCEP. Suatu negara atau
sekelompok negara dapat membentuk substansi hasil negosiasi internasional terlepas
dari siapa yang menjadi tuan rumah atau yang memimpin pertemuan tersebut.
Sehubungan dengan itu, ASEAN mesti mengembangkan kerja sama yang substansial
dalam berbagai forumnya. Misalnya, terdapat ekspektasi terhadap RCEP untuk
melahirkan‘perjanjian berkualitas tinggi’ yang benar-benar substansial alih-alih hanya
sekadar retorika, yang berarti meliberalisasi secara komprehensif hambatan
perdagangan di semua sektor secara substansial agar dapat memaksimalkan keuntungan
ekonomi dan reformasi domestik. Di antara kedua aspek tersebut, banyak akademisi
yang menilai bahwa ASEAN hanya menunjukkan sedikit kemajuan dalam mencapai
sentralitas, sebab ASEAN lebih mengedepankan keanggotaan forum ketimbang
substansi.

International Relations of Andalas University Page 14


Departemen Hubungan Internasional
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Andalas

III. KESIMPULAN
Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP) adalah perjanjian perdagangan bebas
(FTA) antara sepuluh negara anggota Perhimpunan Bangsa Bangsa Asia Tenggara
(ASEAN) (Brunei, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura,
Thailand , Vietnam) dan lima mitra FTA-nya (Australia, Cina, Jepang, Selandia Baru, dan
Republik Korea). RCEP mulai berlaku pada 1 Januari 2022 untuk sepuluh negara, yaitu:
Australia, Selandia Baru, Brunei Darussalam, Kamboja, Tiongkok, Jepang, Laos,
Singapura, Thailand, dan Vietnam, pada 1 Februari 2022 untuk Republik Korea dan untuk
Malaysia pada 18 Maret 2022. Setelah diratifikasi oleh semua pihak, RCEP akan menjadi
perjanjian perdagangan bebas terbesar di dunia menurut PDB anggota. Pembentukan RCEP
dilandasi semangat untuk memperkuat hubungan perdagangan dan investasi di kawasan,
serta berkontribusi dalam meminimalkan kesenjangan ekonomi, dan untuk memberikan
peluang yang signifikan untuk bisnis di kawasan Asia Timur dan menciptkan “The World’s
Largest Trading Bloc”. Selain itu RCEP juga bertujuan untuk mendorong peningkatan daya
saing, jaringan produksi global dan mempromosikan rantai pasok regional, melalui
peningkatan akses pasar, peningkatan komitmen dengan mitrawicara ASEAN, pengurangan
atau penghapusan hambatan perdagangan, serta peningkatan transfer teknologi.

International Relations of Andalas University Page 15


Departemen Hubungan Internasional
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Andalas

DAFTAR PUSTAKA

ASEAN. (2018) Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) [Online], ASEAN.org, 20


Oktober. Tersedia di: https://asean.org/regional-comprehensive-economic-partnership-rcep/
[diakses 18 November 2022].
ASEAN. (2018) Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) [Online], ASEAN.org, 20
Oktober. https://asean.org/?static_post=rcep- regional-
comprehensive-economic-partnership
Baldwin, Richard E. “Managing the Noodle Bowl: The Fragility of East Asian Regionalism.” The
Singapore Economic Review 53, no. 03 (2008): 449–478.
Bank Indonesia, Departemen Internasional, Divisi Hubungan Internasional 3
BBC. (2017) Donald Trump: ‘America first, America first’ [Online], 2 Januari.
https://www.bbc.com/news/av/world-us-canada-38698654/donald-trump- america-first-
america-first
Fukunaga, Yoshifumi. “ASEAN's Leadership in the Regional Comprehensive Economic
Partnership.” Asia & the Pacific Policy Studies 2, no. 1 (2014): 103–115.
"Indonesia Eyes Multiple Benefits from RCEP". Jakarta Globe. 16 November 2020. diakses 18
November 2022
Kementerian Perindustrian Republik Indonesia. (2017). Potensi Pasar
Kanaev, Evgeny A., and Alexander S. Korolev. “Factory Asia and Asia-Pacific Economic
Regionalism: The Connectivity Factor Revisited.” SSRN Electronic Journal (2016).
" Pemanfaatan Perjanjian RCEP untuk Peningkatan Daya Saing dan Menarik Investasi "
Website : www.ekon.go.id, 31 Dec 2021 19:17
RCEP. (2018). The 6Th Regional Comprehensive Economic Parnership (RCEP) [Online],
ASEAN.org, 13 Oktober. Tersedia di: https://asean.org/the-6th-regional-comprehensive-
economic-partnership-rcep-intersessional-ministerial-meeting/ [diakses 18 November 2022].
RCEP to enable local industries to enter global market". The Malaysian Reserve. 23 December
2020. diakses 18 November 2022.
RCEP US$ 21 T [Online], 7 Mei. Tersedia di: <http://www.ke-
menperin.go.id/artikel/10281/Potensi-Pasar-RCEP-> [ diakses 18 November 2022 ].
International Relations of Andalas University Page 16
Departemen Hubungan Internasional
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Andalas
Reynolds, O. (2018). Which ASEAN countries are most exposed in the event of a U.S.- Cina trade
war? [Online], Focus Economics, 29 Agustus. Tersedia di: <https://www.focus-
economics.com/ blog/which-asean-countries-are-most exposed-in-the-event-of-a- us-Cina-
trade-war> [diakses 18 November 2022].
Syarip, Rakhmat. “Regional Comprehensive Economic Partnership and the Challenges of ASEAN
Centrality.” Stratsea. Last modified January 21, 2021. Accessed November 19, 2022.
https://stratsea.com/regional-comprehensive-economic-partnership-and-the-challenges-of-
asean-centrality/.
"Why Attempts to Build a New Anti-China Alliance Will Fail". Foreign Policy. 27 January 2021.
diakses 18 November 2022.
Yohanes Ivan Adi Kristianto, Skripsi " Bagaimana RCEP bisa menguntungkan dan
merugikan Indonesia" : (Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur)
https://cwts.ugm.ac.id/2022/09/16/5447/

International Relations of Andalas University Page 17

Anda mungkin juga menyukai