Anda di halaman 1dari 31

1

RESIKO DALAM INVESTASI


Jelakan pengertian singkat resiko dan apa hubungan Resiko dan return

Dalam hal ini untuk mengukur risk yang lebih besar atau lebih kecil, bisa dilihat dari 4
(empat ) aspek, antara lain :
1. Variabilitas of Return
2. Standard Deviasi
3. Beta Coeffisien
4. Systematic Risk
Pengembalian (Return)
Menurut Fahmi (2014:358), Return adalah keuntungan yang diperoleh perusahaan, individu dan institusi dari
hasil kebijakan investasi yang dilakukannya. Sedangkan Bodie et., all (2005) mendefinisikan return sebagai
penjumlahan sederhana pendapatan yang diperoleh dari setiap dolar yang diinvestasikan.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa return merupakan tingkat pengembalian yang diperoleh atas
investasi yang dilakukan. Sedangkan tingkat pengembalian yang diharapkan dalam investasi disebut
dengan expected return. Selisih antara actual return dengan expected return disebut juga dengan abnormal
return (return tak terduga).
Abnormal return bernilai positif artinya return yang terjadi lebih besar daripada return yang diharapkan.
Sedangkan abnormal return bernilai negatif artinya return yang terjadi lebih kecil daripada return yang
diharapkan.

A. PENGERTIAN RESIKO
Resiko adalah kemungkinan adanya sesuatu yang tidak menguntungkan akan terjadi di masa
mendatang ( chance that some unfavorable event will occur ).
Apabila saudara bermain sky maka saudara akam mengambil resiko dengan nyawa saudara,
dengan demikian sky driving tersebut adalah risky. Apabila saudara berjudi di casino, maka saudara
akan mengambil resiko untuk kehilangan uang saudara apabila saudara kalah dalam bermain judi.
Demikian juga apabila saudara menginvestasikan uang saudara dalam stock/saham, maka saudara
mengambil resiko dengan harapan untuk bisa memperoleh keuntungan dalam bentuk selisih harga
dari saham/stock yang biasanya disebut dengan capital gain / loss.

Untuk menggambarkan lebih lanjut mengenai keadaan resiko yang timbul dalam financial
assets, berikut akan diberikan suatu ilustrasi seperti dibawah ini :
1. Umpamakan seorang investor membeli short-term government bond ( surat-surat berharga
pemerintah jangka pendek ) seharga Rp. 100.000.000,- dengan tingkat bunga / coupon rate
sebesar 15,5% setahun. Jangka waktu daripada short-term bond dari pemerintah tersebut
adalah 5 tahun. Dalam contoh kasus ini, pendapatan yang akan diperoleh oleh investor dengan
cara menginvestasikan uangnya pada short-term bond tersebut dapat diperkirakan dengan
pasti, dan investor semacam ini bisa digolongkan dalam apa yang disebut risk-free.
2. Andaikata uang sebesar Rp. 100.000.000,- tersebut diinvestasikan dalam bentuk stock /
saham dari suatu perusahaan yang sedang merencanakan untuk melakukan pengeboran
minyak di lepas pantai, maka hasil dari investasi ini tidak bisa diramalkan dengan pasti.
Karena rate of return akan bervariasi dari sejumlah besar angka dengan nilai positif sampai
dengan angka minus 100%, dan karena ini adalah sangat besar kemungkinannya untuk
memperoleh kerugian. Maka stock / saham bisa dikatakan secara relatif mengandung resiko
yang lebih tinggi atau bisa dikatakan risky.
2

Dari kedua ilustrasi tersebut diatas, maka dapatlah dikatakan bahwa investment risk adalah
dapat diartikan dengan “ probability of losses “, yaitu semakin besar kemungkinan untuk rugi maka
investment tersebut akan semakin risky.
Dengan demikian pengertian risk dari kedua ilustrasi tersebut diatas, akan mempunyai dampak
yang berbeda bagi investor apabila mereka dihadapkan pada situasi pengambilan keputusan di
bidang investasi. Untuk lebih jelasnya, berikut akan diuraikan mengenai kriteria risk yang
sesungguhnya seperti dibawah ini.
b. RISK, adalah apa yang akan kita lakukan belum tentu akan mendapatkan hasil sesuai
dengan apa yang kita harapkan. Atau dengan perkataan lain “ sesuatu yang tidak
menguntungkan “.
Semua ini adalah dalam situasi / keadaan uncertainty atau under risk.
c. CERTAINTY, adalah merupakan suatu keadaan yang bisa kita ketahui sebelumnya tentang
apa yang akan terjadi di masa yang akan datang dan keadaan ini dapat kita ketahui secara pasti.
Misalnya, coupon rate yang akan kita peroleh apabila kita membeli obligasi atau SUN ( Surat
Utang Negara ).
d. UNCERTAINTY, adalah suatu keadaan dalam mana ada beberapa alternatif keputusan
yang harus diambil, tetapi dalam hal ini si pengambil keputusan tidak mempunyai pengetahuan
dan pengalaman didalam rangka proses pengambilan keputusan tentang alternatif mana yang
sekiranya akan dipilih dari beberapa alternatif keputusan yang ada.
e. UNDER RISK, adalah suatu keadaan dalam mana ada beberapa alternatif keputusan yang
akan dipilih, dimana si pengambil keputusan mempunyai pengetahuan dan pengalaman dalam
rangka proses pengambilan keputusan yang berhubungan dengan alternatif-alternatif yang
tersedia. Jadi dalam hal ini si pengambil keputusan mempunyai kemampuan untuk memilih
alternatif mana yang baik dan yang buruk diantara alternatif-alternatif yang harus dipilih.

Berdasarkan atas kriteria-kriteria risk diatas, maka didalam rangka proses pengambilan
keputusan, sebaiknya kita buat banyak kemungkinan-kemungkinan alternatif yang akan kita pilih.
Hal ini dimaksudkan agar kita dapat memilih alternatif yang paling menguntungkan.

B. PROBABILITY DISTRIBUTION

Probability suatu kejadian diartikan sebagai harapan dimana kejadian tersebut bisa terjadi.
Sebagai gambaran berikut ini diberikan ilustrasi mengenai kemungkinan akan turun hujan hari ini
atau besok. Melihat keadaan cuaca, maka kemungkinannya adalah 60% akan turun hujan dan 40%
akan tidak turun hujan. Untuk itu dapat kita buat probability-nya sebagai berikut ini :
Kejadian Probability

Hujan 0,6 = 60%


Tidak hujan 0,4 = 40%
1,0 = 100%

Demikian pula halnya apabila kita ingin menginvestasikan uang kita dalam stock dari
perusahaan “ X “ dan perusahaan “ Y “, dimana kita akan berharap untuk memperoleh capital gain
dan deviden atas keputusan yang akan kita pilih tersebut seperti contoh dibawah ini.
3

SAHAM PERUSAHAAN “ X “
Keadaan ekonomi Probability Rate of Return
Boom 0,3 100%
Normal 0,4 15%
Resesi 0,3 - 70%
1,0

SAHAM PERUSAHAAN “ Y “
Keadaan ekonomi Probability Rate of Return
Boom 0,3 20%
Normal 0,4 15%
Resesi 0,3 10%
1,0
Dari ilustrasi diatas, dapat kita lihat bahwa dalam keadaan ekonomi boom maka kita akan
dapat memperoleh return yang tinggi pada kedua perusahaan tersebut, baik dalam bentuk deviden
maupun capital gain. Pada situasi ini kita mempunyai kemungkinan hanya 30% nya.
Dalam keadaan normal return yang didapatkan oleh investor atas pembelian saham kedua
perusahaan tersebut akan sama besarnya, yakni 15%, dan kemungkinan yang akan terjadi adalah
40%.
Sedangkan dalam kondisi resesi, maka return dari kedua perusahaan tersebut adalah sangat
berbeda yaitu antara – 70% pada perusahaan “ X “ dan 10% pada perusahaan “ Y “, dan
kemungkinan yang akan terjadinya adalah 30% nya.
Dalam hal ini untuk mengukur risk yang lebih besar atau lebih kecil, bisa dilihat dari 4
(empat ) aspek, antara lain :
1. Variabilitas of Return
2. Standard Deviasi
3. Beta Coeffisien
4. Systematic Risk

ad. 1. VARIABILITAS OF RETURN


Ditinjau dari variabilitas of return-nya, maka perusahaan “ X “ mempunyai risk yang lebih
besar apabila dibandingkan dengan perusahaan “ Y “. Hal ini disebabkan karena variabilitas rate of
return dari perusahaan “ X “ lebih besar daripada variabilitas rate of return perusahaan “ Y “.
Apabila kita kalikan setiap kemungkinan hasil dengan probability dari masing-masing dan
kemudian kita jumlahkan hasilnya, maka kita akan memperoleh apa yang disebut “ weighted
average of return “. Ini diartikan sebagai “ expected rate of return “. Sebagai gambaran mari kita
coba melihat pada perhitungan contoh dibawah ini.

PERUSAHAAN “ X “
Keadaan ekonomi Probability Rate of Return Expected Return
Boom 0,3 100% 30%
Normal 0,4 15% 6%
Resesi 0,3 - 70% - 21%
Expected Rate of Return 15%
4

PERUSAHAAN “ Y “
Keadaan ekonomi Probability Rate of Return Expected Return
Boom 0,3 20% 6%
Normal 0,4 15% 6%
Resesi 0,3 10% 3%
Expected Rate of Return 15%

Dari ilustrasi perhitungan diatas, jika dilihat dari expected return yang dihasilkan oleh kedua
perusahaan besarnya sama, akan tetapi apabila ditinjau dari sisi variabilitas rate of return keduanya
berbeda.
5

Mana dari kedua perusahaan diatas yang lebih besar risk-nya ? Untuk lebih jelasnya, maka
dapat kita gambarkan sebagai berikut ini :

Probability Probability

0,5
0,5

0,4
0,4

0,3
0,3

0,2
0,2

0,1
0,1

-70 0 100 0 10 20
15 15 Rate of
Rate of Return
Return
Expected Expected
Rate of Return Rate of Return
Ditinjau dari segi manusianya, manusia sebagai investor mempunyai kecenderungan didalam
rangka menghadapi risk. Dalam hal ini ada 3 kecenderungan daripada investor dalam rangka
menghadapi risk, antara lain :

a. Ada manusia yang mencari risk, dan tanpa adanya risk ia kurang senang. Type manusia
demikian ini disebut dengan “ Risk Seeker “ atau “ Risk Lover “.
Risk Seeker adalah orang yang lebih senang dengan resiko, dengan tertentunya pilihan antara
risk yang lebih besar dan lebih kecil dengan expected return yang sama, maka risk seeker akan
lebih memilih investasi yang mempunyai risk yang lebih besar.
Contoh : para pekerja yang bekerja di pengeboran minyak di lepas pantai. Dalam hal ini para
pekerja tersebut mencari risk yang besar dengan harapan kelak ia akan bisa memperoleh return
yang besar juga.
b. Manusia yang mencari keseimbangan antara risk dan return. Type manusia demikian ini
disebut dengan “ Risk Indifference “. Disini mengandung makna bahwasannya investor
mengharapkan adanya tambahan return jika ada tambahan risk yang ia hadapi.
c. Manusia yang menginginkan tambahan return yang lebih besar dengan adanya kenaikan /
tambahan risk yang ia hadapi. Type manusia demikian ini disebut dengan “ Risk Averter “.
Risk Averter akan memilih investment yang resikonya lebih kecil. Pada umumnya hampir
sebagian besar para investor tergolong kedalam risk averter ini. Mengapa ?
6

Dengan tertentunya dua investment, yang masing-masing mempunyai expected return yang
sama, mengapa hampir sebagian besar investor lebih suka memilih investment yang risknya lebih
rendah ? Untuk menjawab hal ini, maka ada baiknya kita menggunakan utility theory yang pada
dasarnya terdiri dari 3 type dari utility function yang kita kenal, antara lain :
a. Linier ( Risk Indifference atau Neutrality )
b. Concave ( Risk Aversion atau Averter )
c. Convex ( Risk Preference atau Seeker )
Didalam Risk Averter terkandung makna dari apa yang disebut dengan pengertian “
Deminishing Marginal Utility “ atau sering juga disebut dengan “ Deminishing Marginal
Utility of Money “ dari utility theory. Maksud daripada pengertian tersebut adalah bahwasannya
setiap adanya satu tambahan kemakmuran yang diberikan , kalau terus menerus ditambah maka
pertambahan total utility-nya akan semakin menurun.

Apabila seseorang dengan tidak mempunyai uang sama sekali, kemudian dia menerima uang
sebesar Rp. 10.000,- maka ia akan menggunakannya untuk keperluan yang paling mendesak /
penting baginya; tetapi apabila ia menerima kembali Rp. 10.000,- yang kedua, maka ini juga akan
sangat berguna baginya tetapi sudah tidak sepenting apa yang ia terima seperti pada yang pertama
kalinya. Dengan demikian utility dari yang kedua adalah kurang dari apa yang ia terima pada saat
pertama kali. Dengan kata lain, maka marginal utility-nya adalah semakin menurun. Demikian juga
halnya kalau ia menerima untuk yang ketiga kalinya dan seterusnya. Untuk itu kita bisa mengatakan
bahwa marginal utility of money adalah deminishing. Untuk lebih jelasnya, bisa kita lihat dalam
ilustrasi gambar berikut ini.
(B)
Total Risk Indiference
Utility (A)
Risk Seeker

14
12
10 (C)
6 Risk Averter

0 2.500 5.000 7.500 10.000 Wealth

Dari gambar diatas dapat kita lihat, bahwa pada tingkatan Wealth ( kemakmuran ) =
2.500, total utility-nya sebesar 6 dan pada tingkatan wealth = 5.000 total utility-nya sebesar 10.
Dengan adanya pertambahan dalam tingkat kemakmuran, disini menyebabkan adanya pertambahan
utility sebesar 4. Pada keadaan wealth = 7.500 total utility-nya sebesar 12, tetapi pertambahan
utility-nya hanya sebesar 2.
Dengan demikian disini dapatlah kita tarik kesimpulan bahwa dengan semakin bertambahnya
tingkat / keadaan wealth, hal ini akan menyebabkan semakin menurunnya pertambahan dalam total
utility.
7

Kalau kita lihat maka hampir semua investor menghindari untuk memperoleh penurunan
marginal utility of money dan ini secara langsung mempengaruhi pandangannya atas risk. Risk
estimate akan berkisar antara lebih besar atau lebih kecil dari expected rate of return.
Seseorang yang mempunyai constant marginal utility for money akan menilai setiap Rp.
Ekstra yang diterima sama saja dengan setiap Rp. yang berkurang diterima. Di lain pihak dimana
seseorang dengan deminishing marginal utility for money akan memperoleh lebih banyak kerugian
dari setiap Rp. yang hilang dibandingkan dengan keuntungan yang diperoleh dari setiap Rp.
tambahan yang ia terima.
Itulah sebabnya maka orang akan lebih banyak menghindar dari resiko dan akan meminta
return yang lebih banyak / tinggi atas setiap investment yang mempunyai risk yang tinggi ( resiko
yang besar ).

ad. 2. STANDARD DEVIASI


Untuk menghitung besarnya standard deviasi, maka kita perlu mengetahui hal-hal sebagai
berikut :

a. Hitung besarnya expected rate of return atau expected value of return ( R ) dengan
formulasi : n
R =  Rί Pί
ί =1
Dimana :
Rί = rate of return
Pί = probability of return
n = total kemungkinan
R = expected value of return

b. Kurangkan expected value of return ( R ) dari rate of return ( Rί ) untuk memperoleh


besarnya deviasi atas expected value of return
Deviasinya adalah : ( Rί – R )

c. Kuadratkan masing-masing deviasi dan kemudian dikalikan dengan masing-masing


probability of return untuk bisa memperoleh variance-nya.
Variance : n
σ² =  ( Rί – R )² Pί
ί =1

d. Akar dari variance adalah sama dengan standard deviasi


Standard Deviasi :
n

σ = √  ( Rί – R )² Pί
ί =1

Untuk lebih jelasnya, kita lihat kembali contoh ilustrasi perhitungan dari Perusahaan “ Y “
sebagai berikut ini :
8

Rί – R ( Rί – R )² ( Rί – R )² Pί
Boom 20 – 15 = 5 25 25 x 0,3 = 7,5
Normal 15 – 15 = 0 0 0 x 0,4 = 0
Resesi 10 – 15 = (5) 25 25 x 0,3 = 7,5
Variance σ² = 15
Standard Deviasi σ = 3,87%

Perusahaan “ X “ sebagai berikut ini :


Rί – R ( Rί – R )² ( Rί – R )² Pί
Boom 100 – 15 = 5 7.225 7.225 x 0,3 = 2.167,5
Normal 15 – 15 = 0 0 0 x 0,4 = 0
Resesi - 70 – 15 = (85) 7.225 25 x 0,3 = 2.167,5
Variance σ² = 4.335
Standard Deviasi σ = 65,84%

Berdasarkan ilustrasi perhitungan diatas, apabila kita pakai standard deviasi sebagai tolok
ukur untuk menghitung risk yang akan kita hadapi, maka dalam hal ini perusahaan “ X “ akan
mempunyai resiko yang lebih besar dibandingkan dengan resiko yang dihadapi oleh perusahaan “ Y
“.
Dengan demikian, semakin besar standard deviasi dari suatu perusahaan, hal ini akan
memberikan petunjuk semakin besar pulalah resiko yang akan dihadapinya.
9

STOCK AND OBLIGATION

STOCK / SAHAM
Misal, kita membeli saham maka dalam hal ini kita akan memperoleh expected return berupa :
a. Deviden
b. Capital gain / capital loss
Sedangkan apabila kita membeli obligasi, maka kita akan mendapatkan coupon rate / interest
rate.

OBLIGASI
Adalah pernyataan hutang dari perusahaan kepada siapa yang membawa surat obligasi
tersebut.

Ada beberapa alternatif investasi yang dapat kita lakukan, misalnya investasi pada saham dan
obligasi. Kedua bentuk investasi ini dapat kita buatkan suatu diagram seperti dibawah ini.

Expected
Return

Under
Value
Kombinasi
Saham
Saham dan E
Obligasi CapitalMarket
18 Line ( CML )
Obligasi Market
B PF
15,5 D

Risk Over Value


Free Rate

20 Risk ( % )

Dari ilustrasi gambar diatas dapatlah kita ambil suatu kesimpulan sebagai berikut ini :
10

Bahwa apabila kita menginvestasikan uang kita dengan membeli obligasi, maka kita dengan
pasti akan memperoleh expected return sebesar 15,5% dengan tanpa kita menanggung beban resiko
yang mungkin akan timbul. Dalam hal ini, resiko yang akan kita ambil akan = 0. Dan titik dimana
besarnya expected rate of return yang berupa coupon rate / interest rate yang akan kita peroleh ini
disebut dengan “ RISK FREE RATE “.
Akan tetapi apabila kita menginvestasikan uang kita dengan cara membeli saham, hal ini akan
banyak mengandung resiko buat kita, yakni berupa adanya capital loss yang mungkin akan timbul
apabila kita menjual kembali saham yang telah kita miliki tersebut atau pada deviden yang akan kita
terima. Dalam hal ini, apabila kita ingin menginvestasikan uang kita dengan jalan membeli saham,
kita akan memperoleh expected return sebesar 18% tetapi dengan mengandung resiko yang tinggi
pula yakni sebesar 20%. Dibandingkan dengan membeli saham, maka lebih menguntungkan apabila
kita menginvestasikan uang yang kita miliki tersebut pada obligasi dengan memperoleh expected
return sebesar 15,5% dengan risk sebesar 0.

Dalam hubungannya dengan kegiatan investasi, pertanyaan yang kemudian muncul adalah : “
Bagaimana sekarang apabila kita menginvestasikan uang tersebut pada keduanya, yakni baik pada
obligasi dan saham ? Berapa expected return yang akan kita terima dan berapa pula besarnya risk
yang akan kita tanggung ?”.

Untuk menjawab pertanyaan diatas, ada baiknya kita lihat ilustrasi perhitungan berikut ini :
Contoh : Semisal kita mempunyai uang sebesar Rp. 100.000.000,- yang akan kita investasikan.
Alternatif pilihan investasinya adalah pada saham atau obligasi, atau pada kombinasi
antara keduanya, yakni saham dan obligasi. Kalau kita investasikan pada obligasi, maka
kita akan memperoleh return sebesar 15,5%, sedangkan kalau pada saham kita akan
memperoleh return sebesar 18%.
Pada keadaan D, 60% atau 0,6 pada obligasi dan 0,4 atau 40% pada saham, sedangkan
pada keadaan B kombinasinya adalah 40% obligasi dan 60% saham.

Penyelesaian daripada masalah tersebut diatas, dapatlah dihitung seperti dibawah ini :

Keadaan D :
W1 . R1 + W2 . R2
Expected Return = ( 0,6 x 0,15½ ) + ( 0,4 x 0,18 )
= 16,5%

Keadaan B :
Expected Return = ( 0,4 x 0,15½ ) + ( 0,6 x 0,18 )
= 17%

Ditinjau dari expected return yang mungkin diperoleh, maka kombinasi B akan lebih
menguntungkan daripada kombinasi D.
Untuk mencari besarnya resiko yang kemungkinan akan kita tanggung adalah dengan cara
berikut ini.
Misalkan : X1 = obligasi
X2 = saham
11

σ² p = X1² σ1² + 2 X1 X2 Cov12 + X2² σ2²


= X1² σ1² + 2 X1 X2 γ12 + X2² σ2²

Kondisi D :
σ² p = X1² σ1² + 2 X1 X2 γ12 + X2² σ2²
= ( 0,6 )² ( 0 ) + 2 ( 0,6 ) ( 0,4 ) γ12 ( 0 ) ( 0,20 ) + ( 0,4 )² (0,04 )
= 0,0064
σp = √ 0,0064
= 0.08
= 8%

Kondisi B :
σ² p = X1² σ1² + 2 X1 X2 γ12 + X2² σ2²
= ( 0,4 )² ( 0 ) + 2 ( 0,6 ) ( 0,4 ) γ12 ( 0 ) ( 0,20 ) + ( 0,6 )² (0,04 )
= 0,0144
σp = √ 0,0144
= 0.12
= 12%

Dari ilustrasi perhitungan diatas, maka apabila ditinjau dari risk-nya, maka kombinasi D
resikonya lebih kecil apabila dibandingkan dengan kombinasi B. Dalam hal ini, investor harus
bertindak rasional dalam menentukan untuk menginvestasikan uangnya pada saham atau obligasi.

Contoh :
Kita punya uang = 100.000.000
Pinjam uang = 20.000.000
120.000.000

Kemudian uang tersebut kita investasikan pada Market PF ( Saham ), maka berapa expected
return yang diharapkan akan diterima ? Pada keadaan market PF, kita akan memperoleh return
sebesar 18%.

Dalam hal ini penyelesaian perhitungannya adalah seperti ilustrasi berikut ini :

18% x 120.000.000 = 21.600.000


15½% x 20.000.000 = 3.100.000
18.500.000
18.500.000
Return =
100.000.000
= 18,5%
12

σ² = 0,0576
Risk = σ = 0,0576 ( 12 ) ( 0,04 )
= 0,24
= 24%

Hal ini merupakan titik tolak bagi kita dalam pembahasan “ Capital Asset Pricing Model /
CAPM “.

CAPITAL ASSET PRICING MODEL


( CAPM )
Expected
Return (%)

CML

RM

RF

Setiap orang yang ingin mengambil keuntungan dalam hal bekerjanya pasar seperti
Risk ( β )
diilustrasikan pada gambar diatas haruslah mempunyai daya imajinasi yang sangat tinggi.
Mengikuti dunia dari makelar ( broker ), kita haruslah memperhatikan hubungan secara
menyeluruh antata risk dan return. Jadi wawasan broker tersebut sangat luas. Karena mempunyai
wawasan yang luas dan kompleks, maka didalam kita berbicara mengenai modern security market
harus membuat asumsi-asumsi.
Asumsi-asumsi tersebut antara lain meliputi :
a. Bahwasannya surat-surat berharga diperjual belikan di pasar modal yang perfect. Perfect
Capital Market diartikan sebagai “ bahwa setiap jual beli dari saham tidak ada apa yang
disebut biaya transaksi dan pajak “.
b. Setiap orang yang ingin mengadakan transaksi, dia akan dengan mudah memperoleh :
1. Segala informasi mengenai segala masalah tentang pasar uang dan modal.
13

2. Semua investor akan dapat mengadakan pinjaman ataupun meminjamkan dana tanpa
mengakibatkan perubahan tingkat harga.
3. Jangka waktu investasi adalah sama untuk semua / seluruh investor.
4. Investor tergolong dalam risk averter.

RISK
Didalam
Stock

UNSYSTEMATI SYSTEMATIC
C RISK RISK

UNSYSTEMATIC RISK
Adalah risk yang dapat didiversifikasikan / dihindari oleh para investor.

SYSTEMATIC RISK
Adalah risk yang tidak dapat didiversifikasikan / dihindari oleh para investor.
Misalnya, peraturan mengenai bea masuk, pajak, inflasi, devaluasi, penyesuaian harga BBM,
prubahan suku bunga, dan lain sebagainya.
14

Dalam hubungannya dengan Unsystematic Risk dan Systematic Risk yang kemungkinan akan
timbul di pasar pada saat kita melakukan kegiatan investasi, maka dapat kita gambarkan sebuah
diagram yang menghubungkan antara garis risk dengan jumlah saham dalam portfolio.
RISK

Total
Risk
Unsystematic
Risk

Systematic
Risk ( β )

Jumlah saham
dalam portfolio
Dengan memperhatikan gambar diatas, maka dalam hal ini kita tidak dapat ( bisa )
mengadakan perubahan terhadap systematic risk. Yang bisa dirubah hanyalah unsystematic risk,
yakni dengan cara mengkombinasikan antara bermacam-macam saham / diversifikasi saham.
Dengan demikian, semakin besar betha-nya ( β ), maka akan semakin tinggi pula resikonya.
Demikian juga sebaliknya.
15

A.    Hubungan risiko dengan probabilitas


1.      Pengertian Risiko
Resiko adalah kejadian yang tidak diinginkan merupakan bagian dari kehidupan yang dapat
terjadi tetapi tidak selalu dapat dihindari. Resiko juga dapat diartikan sebagai kata atau kondisi yang
hampir selalu dihadapi dalam hidup, tidak mungkin manusia hidup tanpa resiko, begitu juga dengan
bisnis atau usaha.
Berikut ini hal-hal yang berhubungan dengan resiko. Resiko adalah:
a.       Ketidak pastian mengenai sesuatu.
b.      Kejadian yang tidak diinginkan.
c.       Sesuatu yang terjadi diluar tujuan semula.
d.      Kemungkinan terjadinya sesuatu yang merugikan.
Besar kecilnya resiko dapat diukur dengan konsep statistik, yaitu teori probabilitas (Pi).
variance (σ2) / standar deviasi (σ). Probabilitas (Pi) adalah peluang timbulnya kejadian anyara 0 <
Pi < 1, Besarnya probabilitas suatu kejadian antaraa 0 dan 1. Jumlah probabilitas dari seluruh
kejadian yang mungkin terjadi adalah 1 (ΣPi = 1).
Jenis kejadian (event) menurut probabilitas adalah
         Kejadian yang pasti terjadi (certainty event) bila Pi = 1
         Kejadian yang tidak mungkin terjadi (impossible event) bila Pi = 0
         Kejadian yang mungkin terjadi (possible event) bila 0 < Pi < 1

2.      Pengertian probabilitas
Istilah Probabilitas digunakan untuk mengukur secara kuantitatif berbagai kemungkinan
kejadiannya yang tidak pasti. Konsep probabilitas ini dibagi dua yaitu  probabilitas
16

obyektif dan probabilitas subyektif. konsep yang lebih banyak digunakan adalah probabilitas


subyektif.
a.       Probabilitas Obyektif yang merupakan suatu konsep yang didasarkan pada frekuensi relatif dalam
jangka panjang.
b.      Probabilitas Subyektif dapat diterjemahkan dengan cara orang bertaruh, misalkan taruhan sepak
bola, dsb.
Probabilitas subjektif dapat dimisalkan apabila kita menyaksikan pertandingan basket antara
Fakultas ekonomi dan Fakultas Hukum. Jika kita mengatakan bahwa:
1.      Probabilitas FE menang                      = ½
2.      Probabilitas FH menang                      = ¼
3.      Probabilitas pertandingan seri             = ¼
 Maka kita bersedia bertaruh 2 banding 1 untuk FIA melawan FH dan kita bertaruh 1
banding 1 untuk seri. Dalam hal ini tentu saja secara konsisten kita bersedia membayar taruhan 2
dibanding 1 bila terjadi seri.
3.      Hubungan risiko dengan probabilitas
Frant Knight (1992) menggambar suatu hubungan antara risiko dengan ketidakpastian.
Knight melukiskan suatu keadaan sebagai suatu keadaan yang beresiko jika kita dapat menentukan
probabilitas obyektif yang dapat ditentukan. Knight menyimpulkan bahwa
keputusan enterpreneurial dan laba termasuk teori ketidakpastian, bukan risiko. Permasalahan
dalam analisis  Knight bahwa ia tidak mengembangkan suatu teori ketidakpastian. Teori probabilitas
berdasarkan keyakinan-keyakinan obyektif telah berkembang saat knight menulis bukunya. Oleh
karena itu kita akan menggunakan istilah ketidakpastian untuk menggambarkan setiap  keadaan
dimana probabilitas dari suatu hasil tidak sama dengan 0 atau 1.
Variabel Random merupakan variabel yang memiliki nilai tidak pasti namun telah
mempunyai distribusi probabilitas. Misalnya sebuah perusahaan tidak dapat meramalkan labanya
tetapi dapat memperkirakan laba tersebut dalam probabilitas tertentu. Laba perusahaan disebut
variabel random.
Jika variabel random X terdiri dari X1, X2,…..Xn denan probabilitas P1, P2,….Pn (ingat
bahwa P1+P2+…+Pn = 1). kemudian nilai harapan (expected value) dari variabel random dituliskan
dengan E(X) maka persamaannya dituliskan sebagai berikut :

E(x) = P1.X1 + P2.X2 + … + Pn.Xn

Misalkan perusahaan Araya tidak dapat memastikan berapa laba yang akan diperoleh
tahun depan, tetapi perusahaan tersebut yakin mempunyai suatu peluang yang sama dengan yang
mereka peroleh tahun ini, dan jika berubah , perubahannya pun akan sama yakni naik Rp. 100 juta
atau turun 100 juta. Bila laba tahun ini sebesar Rp. 400 juta, maka kita dapat menghitung distribusi
probabilitas laba pada tahun depan
Probabilitas menghasilkan laba Rp. 400 juta = ½
Probabilitas menghasilkan laba Rp. 300 juta = ¼
Probabilitas menghasilkan laba Rp. 500 juta = ¼
Laba yang diharapkan adalah :
E (laba) = ½ (400) + ¼ (300) + ¼ (500) = Rp. 400 juta
17

Misalkan perusahaan tersebut memiliki bayangan mengenai investasi alternatif yang


mempunyai distribusi probabilitas laba sebagai berikut :
Probabilitas menghasilkan laba Rp. 400 juta              = ½
Probabilitas menghasilkan laba Rp. 0 juta                  = ¼
Probabilitas menghasilkan laba Rp. 800 juta              = ¼
Jika laba berubah, maka perubahannya mempunyai kesempatan yang sama, naik Rp. 400 juta atau
turun Rp. 400 juta. Maka :
E (laba)  =  ½  + ¼ (0) + ¼ (80) = Rp. 400 juta
Jadi, dua kasus diatas sama-sama mempunyai laba yang diharapkan sebesar Rp. 400 juta,
tetapi kasus yang terakhir berisiko lebih tinggi daripada kasus sebelumnya. Oleh karena itu harus
mengukur resiko tersebut. Resiko tersebut ditunjukkan oleh varian dari laba yang diharapkan.
Dalam analisis ketidakpastian dapat menggunakan nilai harapan dan varian dari laba, harga,
biaya, dan sebagainya. Biasanya perusahaan dapat menaikkan nilai laba harapan hanya dengan
melakukan investasi yang berisiko lebih tinggi, yang berarti akan menaikkan varian dari labanya.
Akan tetapi, investasi yang berisiko lebih tinggi tidak selalu menaikkan nilai laba harapan dengan
tingkat yang sama dengan risikonya.

THE THEORY OF PORTFOLIO MANAGEMENT

Sumber Bacaan :
1. J.V. Horne, Financial Management And Policy
2. Loris and Hamilton, The Stock Market and Evidence
3. Sharpe, Portfolio Theory
4. Stephen H. Archer, C.A. D’Ambrosio, Business Finance Theory And Management
5. Suad Husnan, Enny Pudjiastuti, Dasar Dasar Manajemen Keuangan.

Pengantar
Sekitar tahun 1952, Harry Markowitz telah memberikan sumbangan pemikiran mengenai
masalah “ Portfolio “ dalam penerbitannya dengan judul “ Portfolio Selection “. Markowitz
memberikan sumbangan pemikiran mengenai analisa terhadap implikasi daripada suatu kenyataan
bahwa setiap investor akan selalu menginginkan expected return yang tinggi dalam rangka untuk
menghindari adanya resiko.
Bahwa setiap investor, apalagi investor yang besar selalu akan mempunyai karakteristik untuk
memperkecil risk atau resiko dengan harapan untuk bisa memperoleh expected return yang tinggi.
Hal ini, kalau kita generalisasi maka setiap investor adalah bisa kita golongkan “ risk averter “ atau
“ risk aversion “. Pada dasarnya setiap expected return dari portfolio adalah secara langsung
berhubungan atau ada hubungannya dengan expected return dari tiap-tiap security. Disamping itu,
maka portfolio management adalah tergantung pada keinginan dan selera daripada investor itu
sendiri.
Sumbangan pemikiran Markowitz dalam hubungannya dengan apa yang disebut portfolio
adalah sebagai berikut :
1. Bahwa portfolio mempunyai 2 ( dua ) karakteristik, yaitu expected return dan risk.
18

2. Rational investor akan memilih portfolio yang paling efficient untuk ditahan, dimana akan
bisa memaximumkan expected return untuk tingkatan risk yang tertentu ( a given degree of
risk ) atau akan berusaha untuk meminimumkan risk untuk expected return yang tertentu.
3. Untuk menentukan atau mengetahui bahwa portfolio tersebut adalah efficient maka perlu
adanya analisa terhadap expected return dari setiap securities dan variance daripada expected
return serta hubungannya antara masing-masing securities tersebut.
4. Khusus dalam hal ini adalah harus bisa dibuatkan program dengan menggunakan komputer.
Program ini akan menunjukkan bagian dari dana investor yang akan dialokasikan pada masing-
masing securities dengan tujuan untuk bisa memperoleh maximum expected return untuk risk
yang tertentu atau meminimumkan risk untuk bisa memperoleh expected return yang tertentu.

Portfolio theory mengandung pengertian pengambilan keputusan dalam keadaan uncertainty


( risk ). Pemilihan atas portfolio ini ditentukan oleh keadaan expected return dan standard deviasi.
Untuk itu, kita bisa membuat diagram sebagai berikut.

Expected
Return

6
10 4 2 8

10 5 7

3 1 9
5

Standard
Deviasi
5 10

Bagaimana investor akan mengambil keputusan dalam mengadakan pemilihan dari sekian
banyak alternatif tersebut ?

Syarat-syarat yang harus diperhatikan dalam pemilihan dari sekian banyak alternatif seperti
nampak dari gambar diatas adalah :
1. If two portfolios have the same standard deviation of return and different expected return,
the one with the larger expected return is prefered.
2. If two portfolios have the same expected return and different standard deviation of return,
the one with smaller standard deviation is prefered.
3. If one portfolio has a smaller standard deviation of return and a large expected return than
another its prefered.
4. Expected of return is good, other thing is equal, more is prefered to less.
5. Standard deviation is bad, other thing equal, less is prefered to more.
19

Dari ilustrasi yang terdapat dalam gambar diatas, maka portfolio 2 is prefered to portfolio 1
( rules 1,4 ). Portfolio 3 is prefered to portfolio 1 ( rules 2,5 ), and portfolio 4 is prefered to portfolio
1 ( rules 3,4,5 ).

EFFICIENT PORTFOLIO

Untuk bisa memperoleh gambaran yang lebih kongkrit atas portfolio yang effisien, maka bisa
kita ilustrasi gambar berikut ini.

Expected
Return

C
B D

A F
G

Riskgaris horizontal menunjukkan


Garis vertikal menunjukkan expected return dari portfolio, dan
risk dari portfolio. Daerah yang gelap ( diarsir ) adalah menunjukkan semua kemungkinan portfolio
yang mungkin ( possible ) dan dapat kita peroleh dari sejumlah securities.
Portfolio yang berada pada curve A B C adalah efficient, karena memberikan maximum return
untuk tingkatan risk yang tertentu dan minimum risk pada tingkatan expected return yang tertentu.
Portfolio yang berada pada titik D, adalah satu diantaranya yang berada pada batas “ feasible
set “, tetapi ini adalah tidak efficient, karena portfolio pada curve A B C memberikan expected
return yang sama dengan risk yang lebih kecil.
Penjelasan yang sama dapat kita buat untuk seluruh portfolio dalam daerah yang gelap
tersebut. Disini analisa dari Markowitz menggunakan assumsi bahwa setiap investor yang rasional
akan lebih suka untuk memilih portfolio yang efficient dari semua portfolio yang lainnya.
Demikian juga halnya dalam memilih portfolio dari seorang investor adalah juga tergantung
pada keinginan dan perasaan daripada investor. Dalam hal ini bisa juga dikatakan bahwa pemilihan
tergantung pada “ utility function “ daripada investor.
20

PORTFOLIO DAN SECURITIES


Kiranya kita perlu membahas hubungan antara portfolio dengan komponen dari securities,
antara lain :
Bagaimana hubungan antara return dalam portfolio dan return dalam komponen securities.
Sebenarnya hubungan ini adalah sangat sederhana dan simpel. Return dari portfolio adalah
merupakan rata-rata atas return dalam komponen dari securities, dimana masing-masing securities
adalah merupakan bagian dari total value atas portfolio yang diinvestasikan didalamnya.

Sebagai gambaran , berikut ini akan diberikan contoh dalam ilustrasi perhitungan berikut ini :
Katakanlah bahwa kita menginvestasikan uang sebesar Rp. 10.000.000,- dalam tiga jenis
securities. Bagian yang diinvestasikan untuk masing-masing securities adalah Xi, sedangkan rate of
returnnya adalah Ri. Total dari return atas masing-masing securities tersebut adalah merupakan rate
of return dalam portfolio atau Rp.
Perhatikanlah perhitungan dibawah ini :

Bagian yang Rate of


Securities diinvestasikan Return Xi Ri
(i) ( Xi ) ( Ri )

1 0,5 0,10 0,050


2 0,3 0,20 0,060
3 0,2 0,05 0,010
1,0 Rp = Σ 0,120

Dengan demikian maka rate of return dari portfolio dalam ketiga securities tersebut adalah sebesar :
( 0,5 ) ( 0,10 ) + ( 0,3 ) ( 0,20 ) + ( 0,2 ) ( 0,05 )
= 0,120 atau 12%

Bagian yang Rate of


Securities diinvestasikan Return Xi Ri
(i) ( Xi ) ( Ri )

1 0,4 0,12 0,048


2 0,3 0,18 0,054
3 0,2 0,10 0,020
4 0,1 0,06 4 0,006
1,0 Rp = Σ 0,128
i=1

Dengan contoh yang kedua ini, maka rate of return dari portfolio dari keempat securities tersebut
adalah sebesar :
( 0,4 ) ( 0,12 ) + ( 0,3 ) ( 0,18 ) + ( 0,2 ) ( 0,10 ) + ( o,1 ) ( 0,06 )
= 0,128 atau 12,8%
21

Berdasarkan atas hasil dari perhitungan kedua contoh diatas, maka dapat dibuat formulasi
sebagai berikut ini :

Rp = X 1 R1 + X 2 R2 + X 3 R3
4
= Σ Xi Ri
i=1

Demikian pula dapat kita peroleh jumlah yang dikeluarkan dan penerimaan dalam rupai
sebagai berikut :

Securities Expenditure Receipt 1


50.000.000 55.000.000
2 30.000.000 36.000.000
3 20.000.000 21.000.000
100.000.000 112.000.000

Masalah yang timbul kemudian adalah karena portfolio management berhubungan dengan
pendapatan dikemudian hari. Apabila rate of return dari masing-masing securities dapat diketahui
dengan pasti, maka rate of return atas portfolio akan dapat diramalkan secara tepat dan pasti.

Sepanjang rate of return di masa mendatang tidak bisa diramalkan dengan pasti atau sepanjang
keadaan di masa mendatang adalah tidak menentu, maka portfolio managers haruslah mendasarkan
pemilihannya atas forecast dari pendapatan yang akan bisa diperoleh di masa mendatang. Untuk
biasanya seorang analist keuangan akan membuat forecast sebagai berikut :

Rate of Return Kemungkinan


8% Besar kemungkinannya
5% Mungkin, tapi tak pantas
12% Mungkin, tapi tak pantas
Forecast sebesar 8% adalah yang paling mungkin bagi analist keuangan, tetapi hal ini masih
belum bisa dikatakan pasti.
Untuk mengatasi ketidakpastian tersebut, analist keuangan akan membuat gambaran atas apa
yang dirasakan tersebut dengan lebih meyakinkan

Probability
22

0,50

0,40

0,30

0,20

0,10

0 Rate of
5 6 7 8 9 10 11 12
Return ( % )
Rate of
Securities Probability Return Xi Ri

1 0,25 8% 0,02
2 0,20 7% 0,014
3 0,15 9% 0,0135
4 0,10 6% 0,006
5 0,10 10% 0,010
6 0,10 11% 0,011
7 0,05 5% 0,0025
8 0,005 12% 4 0,006
1,0 Rp = Σ 0,083
i=1
= 8,3 %

Pada dasarnya hubungan antara estimasi atas risk untuk masing-masing securities secara
individual dan estimasi atas risk untuk portfolio adalah tidak sedemikian simple.
Untuk sementara ini, mengukur risk yang akan kita pakai adalah dengan menggunakan
Variance. Akar dari variance adalah merupakan standard deviasi.
Untuk mengukur besarnya variance dalam portfolio, maka bisa digunakan formulasi sebagai
berikut ini :

σ² p = X i² σi ² + X j² σj ² + 2 Xi Xj Cov. ij

Dimana :
Xi = jumlah yang diinvestasikan dalam security i
Xj = jumlah yang diinvestasikan dalam security j
σi = variance dari rate of return dalam security i
23

σj = variance dari rate of return dalam security j


Cov. ij = covariance antara rate of return dalam i dan j
= hubungan antara i dan j dikalikan standard deviasi dari i dikalikan dengan standard
deviasi dari j.

Dengan menggunakan notasi, maka bisa dibuat formulasi seperti ilustrasi dibawah ini :

Cov. ij = γ ij σi σj

Dengan demikian variance dapatlah diformulasikan seperti ilustrasi dibawah ini :

σ² p = X i² σi ² + X j² σj ² + 2 Xi Xj Cov. ij
σ² p = X i ² σi ² + X j ² σj ² + 2 Xi Xj γ ij σi σj

Kalau kita mempunyai N securities, maka formulasi daripada variance diatas akan menjadi
sebagai berikut ini :
N N

σ² p = Σ Σ γ ij σi σj Xi Xj
i=1 j=1

N N

σ² p = Σ Σ Xi Xj γ ij σi σj
i=1 j=1

N N

σ² p = Σ Σ Xi Xj Cov. ij
i=1 j=1

Andaikata N = 2, maka variance akan merupakan :

σ² p = X1 Xi γ i.1 σ1 σ1 + X1 X2 γ 1.2 σ1 σ2 +
X2 X1 γ 2.1 σ2 σ1 + X2 X2 γ 2.2 σ2 σ2
24

Apabila γ
1.1 = 1 dan γ 2.2 = 1 dimana γ 1.1 = γ 2.2 dan demikian pula γ 2.1 = γ 1.2
maka akan bisa diperoleh :

σ² p = X1² σ1² + X2² σ2² + 2 X1 X2 γ 12 σ1 σ2

Kalau kita umpamakan ada dua securities yang mempunyai variance dan rate of return yang
sama dan jumlah yang diinvestasikan pada masing-masing securities adalah juga sama. Disini rate
of return adalah sebesar 5% dan variance adalah sebesar 2%, maka expected return dalam portfolio
akan menjadi sebesar 5%.

σ² p = ( 0,5 )² ( 0,02 ) + ( 0,5 )² ( 0,02 ) + 2 ( 0,5 )( 0,5 ) ( v0.02 )( v 0.02 ) γ 1.2


= ( 0,25 ) ( 0,02 ) + ( 0,25 ) ( 0,02 ) + 2 ( 0,25 ) ( 0,14 ) ( 0,14 ) γ 1.2
= 0,005 + 0,005 + 2 ( 0,0049 ) γ 1.2
= 0,01 + 0,0098 γ 1.2
= 0,01 + 0,01 γ 1.2

nomics, Finance, Management > Capital Asset Pricing Model (CAPM)


C. Capital Asset Pricing Model (CAPM)
November 2, 2007 Yohan Naftali Tinggalkan komentar Go to comments
 
 
 
 
 
 
10 Votes

First Publised: 2 November 2007

Revision: 6 August 2009


25

D. Definisi

Definisi: Sebuah model yang menggambarkan hubungan antara risiko dan return yang diharapkann,
model ini digunakan dalam penilaian harga sekuritas (A model that describes the relationship
between risk and expected return and that is used in the pricing of risky securities) (Investopedia,
http://www.investopedia.com/terms/c/capm.asp)

Model CAPM diperkenalkan oleh Treynor, Sharpe dan Litner. Model CAPM merupakan
pengembangan teori portofolio yang  dikemukan oleh Markowitz dengan memperkenalkan istilah
baru yaitu risiko sistematik (systematic risk) dan risiko spesifik/risiko tidak sistematik (spesific
risk /unsystematic risk). Pada tahun 1990, William Sharpe memperoleh nobel ekonomi atas teori
pembentukan harga aset keuangan yang kemudian disebut Capital Asset Pricing Model (CAPM)

Bodie et al. (2005) menjelaskan bahwa Capital Asset Pricing Model (CAPM) merupakan hasil
utama dari ekonomi keuangan modern.Capital Asset Pricing Model (CAPM) memberikan prediksi
yang tepat antara hubungan risiko sebuah aset dan tingkat harapan pengembalian (expected return).
Walaupun Capital Asset Pricing Model belum dapat dibuktikan secara empiris, Capital Asset
Pricing Model sudah luas digunakan karena Capital Asset Pricing Model akurasi yang cukup pada
aplikasi penting.

Capital Asset Pricing Model mengasumsikan bahwa para investor adalah perencana pada suatu
periode tunggal yang memiliki persepsi yang sama mengenai keadaan pasar dan mencari mean-
variance dari portofolio yang optimal. Capital Asset Pricing Model juga mengasumsikan bahwa
pasar saham yang ideal adalah pasar saham yang besar, dan para investor adalah para price-takers,
tidak ada pajak maupun biaya transaksi, semua aset dapat diperdagangkan secara umum, dan para
investor dapat meminjam maupun meminjamkan pada jumlah yang tidak terbatas pada tingkat suku
bunga tetap yang tidak berisiko (fixed risk free rate). Dengan asumsi ini, semua investor memiliki
portofolio yang risikonya identik.

Capital Asset Pricing Model menyatakan bahwa dalam keadaan ekuilibrium, portofolio pasar adalah
tangensial dari rata-rata varians portofolio. Sehingga strategi yang efisien adalah passive strategy.
Capital Asset Pricing Model berimplikasi bahwa premium risiko dari sembarang aset individu atau
portofolio adalah hasil kali dari risk premium pada portofolio pasar dan koefisien beta.

E. Risiko dan Return

Keinginan utama dari investor adalah meminimalkan risiko dan meningkatkan perolehan (minimize
risk and maximize return). Asumsi umum bahwa investor individu yang rasional adalah seorang
yang tidak menyukai risiko (risk aversive), sehingga investasi yang berisiko harus dapat
menawarkan tingkat perolehan yang tinggi (higher rates of return), oleh karena itu investor sangat
membutuhkan informasi mengenai risiko dan pengembalian yang diinginkan.

Risiko investasi yang dihadapi oleh investor (Rose, Peter S., dan Marquis, Milton H. 2006. Money
and Capital Markets, Ninth Edition, p 277-280):
1. Market Risk (risiko pasar), sering disebut juga sebagai interest rate risk, nilai investasi akan
menjadi turun ketika suku bunga meningkat mengakibatkan pemilik investasi mengalami capital
26

loss.
2. Reinvestment risk, risiko yang disebabkan sebuah aset akan memiliki yield yang lebih sedikit
pada beberapa waktu di masa yang akan datang.
3. Default risk. Risiko apabila penerbit aset gagal membayar bunga atau bahkan pokok aset.
4. Inflation risk. Risiko menurunya nilai riil aset karena inflasi.
5. Currency risk. Risiko menurunnya nilai aset karena penurunan nilai tukar mata uang yang dipakai
oleh aset.
6. Political risk. Risiko menurunya nilai aset karena perubahan dalam peraturan atau hukum karena
perubahan kebijakan pemerintah atau perubahan penguasa.

Suku bunga bank sentral tentunya masih berpotensi memiliki semua risiko, akan tetapi diasumsikan
negara tidak mungkin gagal membayar (walaupun ada juga kemungkinannya), oleh karena itu
biasanya return dari risk free aset (Rf) digunakan suku bunga bank sentral.

Capital Asset Pricing Model (CAPM) mencoba untuk menjelaskan hubungan antara risk dan return.
Dalam penilaian mengenai risiko biasanya saham biasa digolongkan sebagai investasi yang berisiko.
Risiko sendiri berarti kemungkinan penyimpangan perolehan aktual dari perolehan yang diharapkan
(possibility), sedangkan derajat risiko (degree of risk) adalah jumlah dari kemungkinan fluktuasi
(amount of potential fluctuation).

Saham berisiko dapat dikombinasi dalam sebuah portfolio menjadi investasi yang lebih rendah
risiko daripada saham biasa tunggal. Diversifikasi akan mengurangi risiko sistematis (systematic
risk), tetapi tidak dapat mengurangi risiko yang tidak sistematis (unsystematic risk). Unsystematic
risk adalah bagian dari risiko yang tidak umum dalam sebuah perusahaan yang dapat dipisahkan.
Systematic risks adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan yang berhubungan dengan seluruh
pergerakan pasar saham dan tidak dapat dihindari.

Informasi keuangan mengenai sebuah perusahaan dapat membantu dalam menentukan keputusan
investasi. Investor biasanya menghindari risiko, investor menginginkan perolehan tambahan
(additional returns) untuk menanggung risiko tambahan (additional risks). Oleh karena itu saham
berisiko tinggi (High-risk securities) harus mempunyai harga yang menghasilkan perolehan lebih
tinggi daripada perolehan yang diharapkan dari saham berisiko lebih rendah.

F. Persamaan CAPM

Persamaan risiko dan perolehan (Equation Risk and Return) adalah :

Rs = Rf + Rp

Rs = Expected Return on a given risky security

Rf = Risk-free rate

Rp = Risk premium
27

Bila nilai β = 1 artinya adanya hubungan yang sempurna dengan kinerja seluruh pasar seperti yang
diukur indek pasar (market index), contohnya nilai yang diukur oleh Dow-Jones Industrials dan
Standard and Poor’s 500-stock-index. Hubungan ini dapat digambarkan dalam contoh pada gambar.

β adalah ukuran dari hubungan paralel dari sebuah saham biasa dengan seluruh tren dalam pasar
saham.

Bila β > 1.00 artinya saham cenderung naik dan turun lebih tinggi daripada pasar.

β < 1.00 artinya saham cenderung naik dan turun lebih rendah daripada indek pasar secara umum
(general market index).

Perubahan persamaan risiko dan perolehan (Equation Risk and Return) dengan memasukan faktor β
dinyatakan sebagai:

Rs = Rf + βs (Rm – Rf)

Rs = Expected Return on a given risky security

Rf = Risk-free rate

Rm = Expected return on the stock market as a whole

βs = Stock’s beta, yang dihitung berdasarkan waktu tertentu

CAPM bertahan bahwa harga saham tidak akan dipengaruhi oleh unsystematic risk, dan saham yang
menawarkan risiko yang relatif lebih tinggi (higher βs) akan dihargai relatif lebih daripada saham
yang menawarkan risiko lebih rendah (lower βs). Riset empiris mendukung argumen mengenai βs
sebagai prediktor yang baik untuk memprediksi nilai saham di masa yang akan datang (future stock
prices).

CAPM dikritik sebagai penyebab masalah kompetisi di Amerika Serikat. Manajer di sebuah
perusahaan di Amerika Serikat yang menggunakan CAPM terpaksa membuat investasi yang aman
dalam jangka pendek dan perolehannya dapat diprediksi dalam jangka pendek daripada investasi
yang aman dan perolehan dalam jangka panjang. Para peneliti telah menggunakan CAPM untuk
menguji hipotesa yang berhubungan dengan hipotesa pasar efisien.

G. Markowitz dan Market Model

William Sharpe dalam membangun model CAPM diilhami dari teori portofolio yang diajukan oleh
Harry Markowits. Markowitz mengusulkan sebuah model untuk menjelaskan korelasi diantara
return sekuritas. Model ini mengasumsikan bahawa return dari sekuritas ke-i tergantung pada
sebuah faktor yang mendasari, nilai yang diwakili oleh indeks, dalam notasi matematika dinyatakan
sebagai:

ri = ai + Bi.F + ui
28

ri = return sekuritas i

Bi = Beta dari sekuritas i

F = indeks (belum tentu indeks pasar)

ui = error term

(walaupun selanjutnya markowitz mengusulkan bahwa persamaan itu seharusnya tidak linier,
karena ada faktor lain yang mendasarinya)

Kemudian pada tahun 1963, William Sharpe menguji persamaan tersebut sebagai penjelasan
bagaimana return sekuritas cenderung naik dan turun seiring dengan naik turunnya indeks umum
pasar, secara spesifik Sharpe menggunakan persamaan sebagai berikut:

rit = ai + Bi.rmt + uit

rit = return dari aset i pada periode t

rmt = return dari indeks pasar pada periode t

ai = komponen non-pasar dari return aset i

Bi = rasio kovarian dari return aset i dan return indeks pasar terhadap varians return indeks pasar

uit = zero mean random error term

Model ini disebut model pasar indeks tunggal (single index market model) atau sering disebut
market model.

Dilihat disini pada model markowitz, indeks-nya belum tentu indeks pasar, tetapi pada market
model digunakan indeks pasar.

H. Aplikasi CAPM

Model yang dikembangkan CAPM menjelaskan bahwa tingkat return yang diharapkan adalah
penjumlahan dari return aset bebas risiko dan premium risiko. Premium risiko dihitung dari beta
dikalikan dengan premium risiko pasar yang diharapkan. Premium risiko pasar sendiri dihitung dari
tingkat return pasar yang diharapkan dikurangi dengan tingkat return aset bebas risiko. Bentuk
matematika CAPM

Rs = Rf + βs (Rm – Rf)

Rf biasanya didekati dengan tingkat return suku bunga bank sentral, di Indonesia umumnya risk free
aset didekati dengan tingkat return suku bunga Bank Indonesia.
29

βs didekati dengan menghitung data time series saham dengan data return pasarnya. Penjelasan
mengenai cara menghitung beta disertakan di bagian akhir artikel ini.

Rm didapatkan dengan meramalkan return IHSG. Banyak mahasiswa yang bingung mendapatkan
nilai Rm yang negatif, biasanya mereka menghitung IHSG dengan cara memprediksi historisnya
yaitu dengan membandingkan return IHSG tahun x dengan return IHSG tahun x-1. Dari definisi
CAPM bahwa Rm adalah tingkat return pasar yang diharapkan, bukan tingkat return pasar yang
periode yang lalu. Untuk mendapatkan nilai Rm tentunya harus dapat memprediksi berapa tingkat
return IHSG yang diharapkan. Salah satu cara memprediksi IHSG adalah dengan cara analisis
faktor. Di sini anda harus melakukan studi empiris, anda harus menentukan faktor-faktor yang
mempengaruhi IHSG, kemudian membuat persamaan regresi dari IHSG dan faktor yang
mempengaruhinya.  Dan terakhir anda harus memprediksi nilai dari faktor yang mempengaruhi
IHSG untuk x periode yang anda tentukan. Cara lainnya adalah menggunakan nilai IHSG dari hasil
penelitian empiris dari peneliti lain.

I. Contoh Aplikasi Menghitung Rs

Suatu sekuritas x yang mempunyai Expected Return 0.27 (27% per tahun) dan nilai betanya 1.2,
apakah sekuritas x ini layak di beli atau tidak?

Rs = Rf + βs (Rm – Rf)

Rf = misal SBI 1 bulan saat ini adalah 0.06 (6% per tahun)

Rm = misal return IHSG yang diharapkan saat ini adalah 0.26 (26% per tahun, didapatkan dengan
cara memprediksi return)

βs = 1.2

Sehingga
Rs = 0.06 + 1.2 (0.26 – 0.06)
Rs = 0.06 + 1.2 (0.2)
Rs = 0.06 + 0.24
Rs = 0.3 (30%)

Kesimpulan, dengan nilai beta 1.2, apabila return yang diperoleh hanya 27%, maka harga sekuritas
terlalu mahal, karena return wajarnya adalah 30%

J. Contoh cara menghitung Beta


K. Nilai β dapat dihitung sendiri menggunakan data time series suatu saham/industri dan time series return suatu pasar (misalnya
IHSG, NYSE, dll),

Contoh perhitungan:

Return saham X dibandingkan dengan pasar

tahun 1-return saham X = -0.05, return pasar -0.12


30

tahun 2-return saham X = 0.05, return pasar = 0.01

tahun 3-return saham X = 0.08, return pasar = 0.06

tahun 4-return saham X = 0.15, return pasar = 0.10

tahun 5-return saham X = 0.10, return pasar = 0.05

Sehingga rata-rata return saham X adalah 0.066

Menghitung deviasi return saham X

tahun 1 = -0.1160

tahun 2 = -0.0160

tahun 3 = 0.0140

tahun 4 = 0.0840

tahun 5 = 0.0340

Rata-rata return pasar adalah 0.02 sehingga deviasi return pasar:

tahun 1 = -0.14000

tahun 2 = -0.0100

tahun 3 = 0.0400

tahun 4 = 0.0800

tahun 5 = 0.0300

Kalikan masing masing deviasi return saham dengan deviasi return pasar:

tahun 1 = -0.1160 x -0.14000 = 0.0162

tahun 2 = -0.0160 x -0.0100 = 0.0002

tahun 3 = 0.0140 x 0.0400 = 0.0006

tahun 4 = 0.0840 x 0.0800 = 0.0067

tahun 5 = 0.0340 x 0.0300 = 0.0010


31

Jumlah = 0.0247

Pangkat duakan deviasi return pasar

tahun 1 = -0.14000^2 = 0.0196

tahun 2 = -0.0100^2 = 0.0001

tahun 3 = 0.0400^2 = 0.0016

tahun 4 = 0.0800^2 = 0.0064

tahun 5 = 0.0300^2 = 0.0009

Jumlah = 0.0286

Sehingga Beta untuk saham X adalah 0.0247/0.0286 = 0.86

External Reference:

Burton, Jonathan. 1998. Revisiting The Capital Asset Pricing  Model. Dow Jones Asset
Manager, May/June 1998, pp. 20-28 [Also Available at
http://www.stanford.edu/~wfsharpe/art/djam/djam.htm%5D

Anda mungkin juga menyukai