Anda di halaman 1dari 21

November 4

THEMATIC
APPERCEPTION
TEST (TAT) 2017
Laboratorium
Universitas Merdeka Malang Fakultas
Psikologi
THEMATIC APPERCEPTION TEST (TAT)

A. PENDAHULUAN
Thematic Apperception Test (TAT) adalah salah satu tes proyeksi terdiri dari
beberapa tema yang disajikan kepada subyek dalam bentuk gambar. TAT pertama kali
dikembangkan oleh Henry Murray dan Morgan pada tahun 1935. TAT merupakan tes
suplemen bagi tes Grafis atau Rorschach (struktural/ekspresif). TAT mengajukan stimuli
yang jauh lebih terstruktur dan meminta respon verbal yang lebih kompleks dan
terorganisisr secara bermakna.
TAT merupakan tes kepribadian yang mengungkap dinamika kepribadian yang
manifest dalam hubungan interpersonal, baik berupa apersepsi maupun persepsi terhadap
lingkungan. Selain itu TAT juga merupakan suatu metode untuk mengungkap dorongan,
emosi, sentiment, kompleks serta konflik-konflik pribadi yang dominan. TAT bermanfaat
untuk mempelajari secara keseluruhan kepribadian seseorang, sehingga dapat
menginterpretasi tingkah laku abnormal, psikosomatis, neurosa dan dapat digunakan
sebagai pendahuluan interview therapy dan merupakan langkah pertama dalam
psikoanalisa.
TAT disusun berdasarkan teori kepribadian Murray yang disebut teori personologi
dan disebut pula sebagai teori need. Teori personologi memandang manusia sebagai
organisme yang bersifat kompleks dan unik, sedangkan teori need memandang perilaku
manusia didorong oleh motivasi internal-eksternal. TAT digunakan untuk remaja dan orang
dewasa. Sedangkan untuk anak-anak menggunakan CAT (Children Apperception Test).

B. KARAKTERISTIK KARTU THEMATIC APPERCEPTION TEST (TAT)


Kartu TAT terdiri dari 31 kartu, termasuk kartu kosong. Di bagian belakang kartu TAT
terdapat nomor dan huruf dimana nomor menunjukkan urutan kartu yang disajikan kepada
subjek, sedangkan huruf menunjukkan usia dan jenis kelamin.

1
Pembagian kartu untuk masing-masing jenis adalah sebagai berikut :
 Kartu bernomor tanpa kode : 1, 2, 4, 5, 10, 11, 14, 15, 16, 19, 20
 Kartu dengan kode B : 13B
 Kartu dengan kode G : 13G
 Kartu dengan kode M : 12M
 Kartu dengan kode F : 12F
 Kartu dengan kode BM : 3BM, 6BM, 7BM, 8BM, 9BM, 17BM, 18BM
 Kartu dengan kode BG : 12BG
 Kartu dengan kode MF : 13MF
 Kartu dengan kode GF : 3GF, 6GF, 7GF, 8GF, 9GF, 17GF, 18GF

Adapun keterangan huruf di balik kartu adalah sebagai berikut:


B = Boy, untuk anak laki-laki ≤ 14 tahun
G = Girl, untuk anak perempuan ≤ 14 tahun
M = Male, untuk laki-laki dewasa ≥ 15 tahun
F = Female, untuk perempuan dewasa ≥ 15 tahun
BG = Untuk anak yang belum memasuki usia pubertas

Dalam pelaksanaannya, Murray menyarankan disajikannnya 20 kartu dalam dua kali


sesi. Sesi pertama disajikan 10 gambar dari seri I (no. 1 – no. 10) terlebih dahulu, kemudian
sesi kedua disajikan 10 gambar dari seri II (no. 11 – no. 20). Dari 20 kartu tersebut terdiri
dari 11 kartu untuk segala usia termasuk disini 1 kartu kosong dan 9 kartu yang disesuaikan
untuk dewasa/anak dan laki-laki/perempuan.
Secara lengkap ke 31 kartu tersebut adalah sebagai berikut:
SESSION I SESSION II
Kartu 1 Kartu 11
Kartu 2 Kartu 12M; 12F; 12BG
Kartu 3BM, 3GF Kartu 13MF; 13B; 13G
Kartu 4 Kartu 14
Kartu 5 Kartu 15
Kartu 6BM; 6GF Kartu 16
Kartu 7BM; 7GF Kartu 17BM; 17GF
Kartu 8BM; 8GF Kartu 18 BM; 18GF
Kartu 9BM; 9GF Kartu 19
Kartu 10 Kartu 20

2
TEMA LATEN PADA MASING-MASING KARTU ADALAH :

Kartu 1
Jika TAT diijinkan hanya menggunakan satu kartu maka Bellak akan memilih kartu
ini, karena kartu ini dapat mengungkap gambaran total kepribadian.
Tema laten kartu ini adalah hubungan anak dengan figur orang tua, motivasi
prestasi, respon seksual simbolik, agresi dengan atau tanpa konotasi seksual, kecemasan
super ego, body image / self image, kecenderungan obsesi.

Kartu 2
Tema laten kartu ini adalah hubungan keluarga, otonomi, compliance, oedipal,
sibling rivalry, kehamilan, homoseksual, kecenderungan kompulsi, dan peran seksual.

Kartu 3BM
Tema laten kartu ini adalah homoseksual laten, agresi, depresi. Di kartu ini juga
sering muncul asosiasi terhadap kehilangan, perasaan bersalah, dan sikap terhadap diri
yang terisolir.

Kartu 3GF
Tema laten pada kartu ini adalah perasaan depresi. Dibandingkan dengan kartu
3BM maka kartu 3BM lebih bermanfaat dan testee lebih mudah melakukan identifikasi.

Kartu 4
Tema laten kartu ini adalah hubungan pria-wanita, ketidaksetiaan, sikap pria
terhadap peran wanita, agresi, kelompok minoritas (terutama wanita), masalah seksual,
cinta segitiga.

Kartu 5
Tema laten kartu ini adalah ibu yang sedang memperhatikan aktifitas yang berbeda,
yang merupakan simbolik dari masturbasi yang manifest, ibu yang baik sedang
memperhatikan anaknya, voyeuristic, ketakutan diserang, fantasi penyelamatan dalam arti
psikoanalisis.

Kartu 6BM
Tema laten pada kartu ini tentang hubungan anak lelaki dengan ibunya atau
derivatnya dan tema oedipal. Sikap terhadap tokoh ibu, terutama perpisahan atau

3
perbedaan pendapat. Pada orang yang sudah bekerja, sering muncul reaksi-reaksi
terhadap sikap ibu yang tradisional atau tidak mau berubah.

Kartu 6GF
Tema laten mengenai hubungan anak wanita dengan ayahnya. Dapat pula pria itu
tampak sebagai orang sebaya dengan wanita tersebut dengan beberapa kualitas aggressor,
pengganggu, dan mengajak untuk menikah.

Kartu 7BM
Tema laten kartu ini adalah sikap terhadap otoritas, terhadap tuntutan dari luar (dari
orang yang lebih senior), hubungan ayah dan anak laki-laki serta derivatnya. Pada orang-
orang tua dapat diartikan sikap terhadap aturan-aturan dan kebijakan, terutama dalam dunia
pekerjaan.

Kartu 7GF
Tema laten kartu ini adalah hubungan ibu dengan anak perempuannya, tampaknya
anak tersebut mempunyai sikap negatif kepada ibunya, sikap terhadap anak yang
diharapkan.

Kartu 8BM
Tema laten kartu ini adalah agresi, orientasi terhadap kenyataan maupun ambisi dan
kemampuan merencanakan masa depan.

Kartu 8GF
Menurut Bellak kartu ini kurang bermanfaat. Tema laten kartu ini adalah orientasi
terhadap diri sendiri. Sering memunculkan lamunan posiitif mengenai masa depan,
perkawinan dan rumah tangga, ambisi dalam kehidupan berkeluarga.

Kartu 9BM
Tema laten kartu ini adalah hubungan dengan teman sebaya, pria dengan pria,
hubungan sosial, homoseksual dan prasangka sosial.

Kartu 9GF
Tema laten kartu ini adalah konflik antar saudara atau konflik memperebutkan
seorang pria. hubungan wanita dengan wanita, sister rivalry, permusuhan anatara ibu dan

4
anak gadisnya, depresi, kecenderungan bunuh diri, pranoia. Seringkali figure pria,
dikenalkan dalam gambar ini dan pria itu bersifat mesra atau agresi berkonotasi seksual.

Kartu 10
Tema laten kartu ini adalah hubungan pria dan wanita, pertemuan untuk berpisah
atau kedatangannya, homoseksual laten (jika respon cerita tentang hubungan pria dengan
pria atau wanita dengan wanita).

Kartu 11
Tema laten kartu ini adalah ketakutan yang infantile/primitive, ketakutan diserang,
agresi oral, kekuatan supra natural.

Kartu 12M
Tema laten kartu ini adalah kepasifan orang dan sikap terhadap kekuatan luar yang
mengontrolnya. Pada beberapa orang dapat memunculkan pikiran mengenai homoseks,
hubungan pria muda dengan pria tua, ketakutan homoseksual pasif.

Kartu 12F
Tema laten kartu ini adalah hubungan antara wanita yang berbeda umur, tentang
konsep figure ibu, seringkali tentang ibu mertua. Pada wanita setengah baya, dapat
mengenai ancaman masa tua. Pada wanita muda, lebih dominan mengenai pikiran-pikiran
terhadap kekuasaan orang yang lebih tua.

Kartu 12BG
Tema laten kartu ini adalah tentang bunuh diri atau depresi. Menurut Bellak, kartu ini
kurang bermanfaat, kecuali untuk kasus sesuai dengan tema laten tersebut. Seringkali
respon cerita kartu ini adalah seseorang yang meloncat atau jatuh dari perahu.

Kartu 13MF
Tema laten kartu ini adalah tentang konlfik seksual antara pria dan wanita. Dengan
figure wanita seringkali ditonjolkan, cerita tentang ketakutan dirampok, diserang, disiksa
oleh pria. Dengan figure pria seringali menunjukkan perasaan bersalah karena aktifitas
seksual, homoseksual. Seringkali muncul cerita tentang deprivasi ekonomi, kecenderungan
oral dan kompulsi obsesi.

5
Kartu 13B
Seperti kartu 1 mendorong untuk membuat cerita tentang masa kanak-kanak. Tema
laten pada kartu ini adalah perasaan kesepian dan perasaan tidak berarti,s erta sebab-
sebabnya. Apakah ini disebabkan oleh tidak adanya orang tua atau karena keterlantaran.

Kartu 13G
Menurut Bellak kartu ini kurang bermanfaat. Tema laten pada kartu ini adalah gejala-
gejala yang berhubungan dengan pertahanan terhadap perasaan diliputi oleh kecemasan
sendiri.

Kartu 14
Tema laten kartu ini adalah tentang identifikasi seksual, ketakutan terhadap gelap
pada masa kanak-kanak, kecenderungan bunuh diri. dapat pula muncul cerita tentang
pencuri yang datang. Selain itu, pada kartu ini juga dapat terungkap mengenai ambisi dan
mpengaturan perencanaan menghadapi masa depan. Dapat juga terungkap mengenai
penolakan ambisi, dan keinginan hanya menekuni hal-hal yang rutin yang digambarkan oleh
keadaan-keadaan di belakangnya (dalam ruangan tersebut) atau hal-hal yang ada di luar
ruangan.

Kartu 15
Tema laten kartu ini adalah tentang kematian keluarga terdekat, ketakutan kematian,
kecenderungan depresi, ide-ide mengenai kesusahan dan permusuhan. Sebaliknya juga
memusatkan pada perasaan simpati terhadap kesedihan yang disebabkan karena
diringgalkan oleh orang yang dicintai.

Kartu 16 (kartu kosong)


Pantulan dari timbunan-timbunan kecemasan dan masalah yang telah menumpuk
pada cerita-cerita sebelumnya. Menurut Bellak kartu ini kurang bermanfaat dan kurang
mempunyai value, sehingga kartu ini kurang bermanfaat bila disajikan pada urutan awal.

Kartu 17BM
Tema laten kartu ini adalah ketakutan oedipal, perasaan homoseksual, body image.
Selain itu, kartu ini mengungkap konsep-konsep mengenai hubungan manusia dan
lingkungannya, dan gambaran keberanian dan kepekaan terhadap kekuatan-kekuatan di
lingkungan.

6
Kartu 17GF
Tema laten kartu ini adalah kecenderungan bunuh diri pada wanita, ide-ide
mengenai depresi, lesbian dan kriminalitas.

Kartu 18BM
Tema laten kartu ini adalah kecemasan pada pria, ketakutan diserang pada
homoseksual, nasib malang.

Kartu 18GF
Tema laten kartu ini adalah agresi yang dilakukan wanita, konflik ibu dengan anak
perempuan.

Kartu 19
Tema laten pada kartu ini adalah kemampuan untuk mengatasi hal-hal yang baru
dan luar biasa, dan perbedaan reaksi terhadap ada dan tidaknyastruktur. Dari segi lain
adalah adanya perasaan aman, perasaan bebas berpikir dan berpegang pada realitas
dalam menanggapi hal-hal yang tidak jelas. (orang yang berpikiran steorotip atau orang
yang merasa kurang terjamin rasa amannya sering menolak kartu ini, dengan mengatakan
kartu ini sebagai karya seni yang jelek, atau menyeramkan, atau sama sekali menolak
memberikan tanggapan).

Kartu 20
Tema laten kartu ini adalah ketakutan terhadap pria atau gelap (pada testee wanita),
ketakutan terhadap bandit (pada pria dan wanita), atau cerita tentang hal-hal yang
berbahaya di malam hari, kesepian, keragu-raguan, agresi atau perasaan-perasaan lain.

C. ADMINISTRASI TES
 Hal-hal yang perlu diperhatikan:
a. Persyaratan umum psikodiagnostik agar tes dikatakan valid, perlu diperhatikan hal-
hal seperti kesiapan tester, rapport yang baik, kondisi tempat, atmosfer ruang tes,
kondisi testee.
b. Sebelum memberikan tes TAT, perlu diperoleh lebih dulu:
 Identitas testee yang jelas, seperti jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, jumlah
saudara, nomor urut kelahiran testee dalam keluarga, hubungan dengan orang

7
tua, teman spesiat atau sahabat dan lingkungan, taraf kecerdasan (tidak harus
tes inteligensi), kesehatan psikologisnya dan permasalahan testee.
c. Tester perlu melakukan konseling awal untuk mendalami permasalahan testee.
d. Di samping itu, jika perlu diberi tes grafis atau Ro, karena TAT merupakan tes
suplemen bagi kedua tes tersebut dan TAT akan membantu menerangkan hasil dari
tes grafis atau tes Ro.
 Materi tes:
a. 1 set kartu TAT
b. Stopwatch
c. Kertas untuk observasi (catatan)
d. Pensil atau bolpoin
 Instruksi tes:
Penyajian kartu TAT tidak harus tepat seperti saran Murray. Penyajian hendaknya
disesuaikan dengan usia, kecerdasan, kepribadian dan keadaan lain-lain testee. Jika
tanpa alasan yang kuat, maka sebaiknya kartu diberikan secara urut. Namun kalau ada
tujuan tertentu dalam pemeriksaan, maka dapat dilakukan secara tidak urut.
Kartu yang disajikan adalah 20 kartu, dipilih berdasarkan atas tingkat usia, jenis kelamin
dan permasalahan subjek.
Sedangkan kartu no. 16 (kartu kosong) disajikan paling akhir karena berfungsi untuk
mengungkap hal-hal yang masih disimpan testee.
 Untuk remaja, dewasa normal kecerdasan rata-rata:
Instruksinya:
“ini adalah tes imajinasi bagian dari salah satu tes inteligensi. Saya akan
menunjukkan kepada anda sejumlah gambar, secara satu per satu. Tugas anda
adalah ceritakan kepada saya tentang:
- Awal cerita gambar tersebut
- Cerita yang sedang terjadi sekarang
- Jelaskan mengenai pikiran dan perasaan para figur yang ada di gambar
- Bagaimana akhir ceritanya
Katakan apa saja yang ada dalam pikiran anda. Anda mengerti? Disini ada waktu
50 menit untuk 10 kartu, sehingga anda memiliki waktu 5 menit untuk membuat
cerita pada masing-masing kartu”.

8
Perlu dicek apakah testee memahami betul instruksi ini, jika belum paham dapat
dibacakan kembali instruksinya, dan bila perlu boleh diterangkan. Selanjutnya
katakan “inilah kartu nomor 1”.
 Untuk anak-anak, dewasa dengan tingkat pendidikan rendah dan psikotik
Instruksinya :
“tes ini adalah tes membuat cerita. Saya mmepunyai sejumlah kartu, saya kan
menunjukkan kepada anda satu per satu dan buatlah cerita. Katakana apa yang
terjadi sebelumnya, dan apa yang terjadi sekarang. Katakan bagaimana pikiran dan
perasaan orang-orang tersebut serta bagaimana akhir ceritanya. Anda dapat
membuat cerita tentang apapun. Anda mengerti?, oke ini kartu pertama. Anda
mempunyai 5 menit untuk membuat cerita”
 Perlu diperhatikan:
- Cerita kartu nomor 1, perlu dicek
Apakah pada kartu 1 ini, testee sudah sesuai dengan instruksi, terutama sudahkah
cerita testee menunjukkan awal cerita, yang sedang terjadi, dan akhir cerita serta
sudahkan diceritakan perasaan dan pikiran para figur dalam gambar.
Jika kriteria tersebut sudah dipenuhi maka langsung dilanjutkan pada kartu
berikutnya.
Tetapi jika hasil cerita belum sesuai dengan instruksi maka perlu dikatakan, “cerita
ini baik, tetapi katakanlah awal cerita, apa yang sedang terjadi dan bagaimana akhir
ceritanya. Katakan pikiran dan perasaan setiap orang dalam gambar tersebut”.
- Berikan kartu nomor 2, setelah selesai membuat cerita dan ternyata belum
memenuhi instruksi dapat diperingatkan kembali.
- Berikan kartu nomor 3 dan pada kartu ini tidak perlu diperingatkan lagi jika terjadi
kesalahan.
 Inquiry
Ada dua cara dalam mengadakan inquiry, yaitu:
1. Diberikan sesudah satu cerita selesai dan waktunya dipotong dari waktu seluruh tes
dalam perhitungan.
2. Cara yang lebih baik adalah untuk mengadakan inquiry setelah selesainya seluruh
tes.
Menurut Murray inquiry sebaiknya hanya dilakukan setelah seluruh kartu selesai
ditanggapi. Inquiry yang dilakukan terburu-buru yaitu pada setiap kartu setelah selesai

9
bercerita, dapat mempengaruhi cara testee bercerita (bias), atau bahkan mungkin akan
menyebabkan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan mencerminkan praduga
pemeriksaan semata.
Inquiry diberikan secara asosiasi bebas atau berfikir tentang tempat, tanggal, nama
depan person, hal lain yang spesifik atau informasi yang istimewa. Inquiry juga bisa
berupa asosiasi bebas dan merupakan bagian dari psikoterapi.
Perlu diperhatikan jika testee membuat cerita yang pendek, kurang lengkap, dapat
memberi sugesti untuk melanjutkan ceritanya.
 Observasi
Saat pelaksanaan tes TAT berlangsung, tester harus mencatat beberapa hal yang
dilakukan oleh testee untuk interprestasi, yaitu:
- Tingkahlaku testee selama tes berlangsung. Sebab seringkali tingkahlaku ini adalah
akibat langsung dari perasaan, sentiment, kecemasan dan lain-lain yang timbul
karena stimuli gambar yang disajikan atau cerita yang dibuatnya.
- Reaksi testee terhadap tester dan suasana tes pada umumnya, juga perlu dicatat.
Misalnya komentar-komentar mengenai kompetensi tester, kritik terhadap gambar,
terhadap penyajian, ataupun ruangan dan lain-lain.
- Perubahan suasana hati dan perubahan sikap yang ditunjukkan oleh testee.
 Waktu
Dalam pelaksanaan tes TAT, waktu yang penting untuk dicatat adalah:
1. Waktu reaksi (dari saat kartu disajikan sampai muncul reaksi dari testee berupa
cerita).
2. Waktu cerita untuk masing-masig kartu.
3. Waktu keseluruhan: yaitu mencatat waktu dari permulaan penyajian kartu pertama
sampai pengembalian kartu terakhir dengan selesainya cerita terakhir.

D. SKORING
Teknik analisis/ interpretasi TAT terdiri dari berbagai metode, misalnya teknik Bellak,
Murray, Rapaport, Rotter, Tomkins dan Wyatt. Namun dalam buku panduan ini akan
dijelaskan lebih lanjut mengenai teknik interpretasi TAT yang menggunakan teknik Bellak.
Asumsi penggunaan teknik Bellak dalam interpretasi TAT adalah bahwa cara yang
digunakan Bellak relatif sederhana dan mudah dipelajari karena langsung diarahkan pada
isi dan dinamika cerita. Menurut Bellak, dalam menginterpretasi cerita TAT, kita harus
berasumsi bahwa kartu-kartu TAT merupakan serangkaian situasi sosial dan hubungan
10
interpersonal. Subjek akan lebih mudah menunjukkan ekspresinya dalam berperilaku lewat
gambar daripada berhadapan dengan orang yang nyata. Dengan kata lain subjek akan lebih
mudah memproyeksikan dirinya dengan bantuan gambar. Kalau berhadapan dengan orang
lain, subjek cenderung terhambat/sulit untuk berbicara secara terbuka, tetapi kalau
berhadapan dengan gambar akan lebih bebas mengungkapkan dirinya.
Tujuan interpretasi menurut Bellak adalah untuk menemukan pola umum dari cerita-
cerita yang diperoleh melalui kartu-kartu TAT. Pola umum ini diperoleh dari pengulangan-
pengulangan dalam needs, press, mekanisme pertahanan, konflik, kecemasan dan
sebagainya pada beberapa cerita yang diulang-ulang.
Bellak mengemukakan 10 variabel yang diperlukan dalam melakukan interpretasi,
diantaranya adalah:

1. Tema pokok
Tema pokok merupakan usaha untuk menyatakan kembali inti isi cerita dan perlu
diketahui satu cerita TAT dapat mempunyai arti lebih dari satu. Direkomendasikan tema
pokok dipecah menjadi 5 tingkatan, yaitu (a) deskriptif; (b) interpretasi; (c) diagnostic);
(d) simbolik; dan (e) elaborasi.
2. Tokoh utama/hero
Tokoh utama adalah tokoh yang banyak diceritakan, perasaan dan idenya yang
sering didiskusikan dan tokoh utama ini merupakan figur tempat testee
mengidentifikasikan dirinya. Tokoh utama biasanya menyerupai testee dalam hal usia,
jenis kelamin, dan karakteristik yang lainnya.
Pekerjaan,minat, sifat dan adekuasi serta gambaran diri dari tokoh utama
biasanya merupakan cerminan kualitas yang diinginkan pembuat cerita/subyek.
Adekuasi hero adalah kemampuan hero memecahkan masalah yang dapat
diterima secara emosi, rasio, sosial dan moral. Adekuasi hero mempunyai kaitan
langsung dengan ego strength testee. Hero bisa lebih dari satu, ada kemungkinan
testee mengidentifikasikan dirinya dengan hero yang kedua, disamping identifikasi
terhadap hero pertama yang tampak cukup jelas. Dapat terjadi walaupun jarang terjadi
yaitu hero adalah figure dikenalkan tetapi stimulus itu tidak ada dalam gambar.
Body image adalah bagaimana kesan testee tentang badan/dirinya.
3. Kebutuhan dan dorongan utama hero
Behavioral need adalah kebutuhan yang sudah manifest menjadi perilaku. Hal ini
akan ditunjukkan oleh perilaku figure. Behavioral need ini dapat berhubungan langsung
11
dengan perilaku testee, tetapi dapat pula tidak ada kaitannya sama sekali, karena hanya
berupa fantasi testee. Disini interpreter harus memahami betul hubungan antara need
latent dan need yang manifest, untuk itu diperlukan penguasaan data klinis dan biografi
testee yang maksimum.
Kesimpulan dinamika: jika subyek seringkali Nampak nurturant dan supportive
dengan figure lain, patut dicurigai ada kemungkinan testee mengidentifikasikan diirinya
justru dengan hero yang kedua atau ketiga. Artinya sifat figure yang nurturant tetapi
sesungguhnya sifat testee adalah succorant, dan supportive mempunyai arti testee
menghindari agresi, sehingga agresi diminimalkan dengan menyangkalnya.
Figure, objek dan situasi yang dikenalkan: jika subjek mengenalkan senjata
walaupun tidak digunakan, dan mengenalkan makanan walaupun tidak dimakan maka
secara tentative dapat diinterpretasikan sebagai kebutuhan agresi dan oral. Jika
dikenalkan figure yang tidak adil, deprivasi, maka untuk interprestasi berstandar pada
record.
Figure, objek dan situasi yang diabaikan: jika subjek mengabaikan senjata pada
3BM, 8BM dan wanita yang mencekik pada 18GF, salah satu kemungkinan dapat
disimpulkan represi agresi. Pengabaian gambar setengah busana pada kartu 4 dan
peniadaan referensi seksual pada 13MF kemungkinan kesimpulannya adalah represi
seksual.
4. Konsep tentang lingkungan
Konsep tentang lingkungan adalah campuran antara unconscious self perception
dan distarsi aperseption stimuli di masa lampau. Gambaran lingkungan yang konsisten
dalam TAT akan menunjukkan gambaran kepribadian subjek dan berguna untuk
memahami reaksi subjek terhadap lingkungan sehari-hari.
5. Figure tampak sebagai….
TAT merupakan alat utama untuk mengungkap dinamika dan apersepsi distarsi
tentang hubungan sosial. Di sini bisa dipelajari sikap hero terhadap figur orangtua,
sebaya, yang lebih muda dan inferior, sebagai bagian integral dari skemanya.
6. Konflik yang signifikan
Dalam hal ini, diketahui hakikat konflik dan bentuk-bentuk pertahanan diri yang
dipakai untuk mengatasi kecemasan yang timbul akibat konflik. Konflik dapat terjadi
karena:

12
 Pertentangan superego vs agresi, ketamakan, keinginan seksual dan
sebagainya.
 Pertentangan dua dorongan, misalnya prestasi vs kesenangan, otonomi vs
ketaatan.
 Mengacu pada teori Murray, konflik juga dapat timbul karena adanya need vs
press.
Setelah diketahui konflik-konflik yang ada, kemudian diidentifikasi perilaku yang
merupakan pencerminan akibat konflik, misal rasa malu. Analisis tentang konflik
diharapkan dapat memberikan data tentang pembentukan dan struktur karakter serta
prognosis untuk subjek.
7. Hakekat kecemasan
Kecemasan dapat disebabkan karena banyak hal, misalnya: ancaman, bahaya
fisik, hukuman, kehilangan kasih sayang/dukungan, kesendirian, dsb.
Dalam hal ini, juga perlu diketahui pertahanan-pertahanan untuk mengatasi
kecemasan, yaitu bisa berupa pasivitas, pelarian diri, orality atau bentuk-bentuk
pertahanan lain.
8. Pertahanan ego utama yang digunakan untuk mengatasi konflik dan
ketakutannya.
Pertahanan ego digunakan untuk mengatasi dorongan, dengan melakukan
analisis pertahanan ego maka dorongan itu akan diketahui. Dalam TAT informasi
pertahanan ego sangat jelas jika dibandingkan dengan informasi dorongan itu sendiri.
Karena perilaku tampak seringkali tidak menunjukkan dorongan-
dorongan/kebutuhan-kebutuhan yang ada, maka identifikasi struktur defensive
(pertahanan) juga penting karena seringkali lebih erat hubungannya dengan perilaku
nyata. Struktur defensive juga membentuk struktur karakter individu.
9. Adekuasi super ego ditunjukan oleh hukuman terhadap perbuatan kriminal.
Di sini dianalisis ketepatan, kecepatan dan beratnya hukuman. Super ego yang
kurang terintegrasi seringkali memberi hukuman yang terlalu berat atau sebaliknya
terlalu ringan terhadap “kejahatan/kesalahan´yang dibuat oleh sosok-sosok dalam
cerita, terutama pada Hero (tokoh utama).
10. Integrasi ego
Interpretasi tentang integrasi ego memberi petunjuk tentang seberapa baik fungsi
(kepribadian) individu dalam hal:

13
 Mengkompromikan dorongan-dorongan dan tuntutan realitas di satu pihak dengan
perintah-perintah/batasan Super ego di lain pihak.
 Ketepatan tokoh dalam mengatasi masalah.

E. SUMMARY DAN FINAL REPORT


Setelah semua cerita dianalisis, selanjutnya membuat summary dari tema (terutama
tema diagnostik) dan data yang signifikan untuk masing-masing cerita. Final report dapat
ditulis sepenuhnya berdasarkan summary, tetapi dianjurkan mengikuti urutan rangkaian 10
kategori skoring. Tema pokok, tokoh utama, kebutuhan dan dorongan utama hero,
merupakan deskripsi struktur ketidaksadaran dan kebutuhan subjek.
Kategori skoring keempat, kelima menunjukkan konsep tentang lingkungan dan
orang-orang penting di sekitar diri subjek. Kategori skoring keenam dan seterusnya
digunakan sebagai judul untuk memahami dimensi kepribadian subjek. Bagian pertama final
report berisi pernyataan abstrak secara umum tentang subjek, bagian kedual final report
berisi hal yang spesifik, dokumentasi konkrit.
Bellak menyarankan sebaiknya dalam membuat diagnosis mengikuti formula
sebagai berikut: data pada TAT konsisten dengan diagnosis pada... (data dari berbagai
sumber lain) karena TAT sebagai tes diagnostik bukan merupakan tes utama/tunggal. Untuk
diagnosis yang valid disamping dibutuhkan bateray tes dibutuhkan pula data dari berbagai
disiplin ilmu.

CHILDREN APPERCEPTION TEST (CAT)

A. PENDAHULUAN
Children Apperception Test (CAT) merupakan pengembangan dari TAT,
dikembangkan oleh Bellak dan Sonya Sorel Bellak. Menurut Bellak, stimulus kartu TAT tidak
cocok untuk anak-anak, karena itu dikembangkan tes yang mirip dengan TAT yang
stimulusnya lebih mudah direspon oleh anak-anak yaitu berfigur binatang dan suasananya
pun khusus anak-anak.
CAT dapat dikenakan untuk anak-anak usia 3 sampai 10 tahun. Hal-hal yang hendak
diungkap lewat setiap kartu dalam CAT adalah:
 Pemuasan kebutuhab oral (makan, dan sebagainya).
14
 Situasi persaingan antar saudara.
 Agresivitas anak.
 Penerimaan lingkungan orang dewasa terhadap anak, dan sebagainya.
Berdasarkan teori psikoanalisa anak diharapkan dapat lebih mudah mengidentifikasi
dirinya dengan gambar binatang daripada dengan figur orang. Asumsi iniberdasarkan pada
kenyataan bahwa emosi berkaitan dengan hewan, bagi anak lebih mudah untuk
menanganinya, karena hewan biasanya lebih kecil/lemah (underdog) daripada manusia
dewasa dan bersifat makluk lemah seperti anak-anak. Hewan mempunyai peran menonjol
terhadap fobia pada anak, dan seperti figur identifikasi anak dalam mimpi, pada level
kesadaran figur hewan sangat penitng sebagai teman dari anak-anak. Hewan akan
memudahkan bagi anak untuk menyamarkan hal yang sifatnya manifest seperti agresif dan
sentimen negatif, hal ini akan mudah diitimpakan pada figur singa dari pada figur orang tua
dan hasrat-hasrat yang tidak dapat diterima akan dengan mudah diterangkan dengan
menggunakan stimulus hewan daripada human figure. Dengan gambar hewan anak dapat
membuat cerita lebih panjang dan lebih mudah; gambar hewan akan menghasilkan cerita
yang kaya jika dibandingkan dengan gambar orang; dan dunia hewan sangat menonjol
dalam fantasi anak. Cerita CAT kadang merefleksikan masalah yang sifatnya sementara
(pada waktu itu), masalah fase perkembangan, stase sosialisasi dan internalisasi super ego.

B. TEMA LATEN SETIAP KARTU CAT


Berikut ini akan disajikan pengenalan terhadap kartu-kartu CAT:

Kartu 1
Tema laten pada kartu ini adalah untuk mengungkap kebutuhan oral, tentang
makan, apakah cukup atau kurang pemberian makan dari orang tua, sibling rivalry, dan
problem oral.

Kartu 2
Tema laten pada kartu ini adalah dengan siapa anak bekerjasama dengan ayah atau
ibunya. Jika tampak pertengkaran yang serius disertai ketakutan terhadap agresi,
merupakan pemenuhan anak terhadap agresinya atau otonominya, tali dapat pula
merupakan simbolik masturbasi dan kastrasi.

Kartu 3
Tema laten singa sebagai figur ayah; apakah kuat, gagah, tua, atau tidak berdaya.
Pipa dan tongkat tampak sebagai alat agresi atau alat yang digunakan oleh orang usia
15
lanjut, tidak berdaya yang tidak menakutkan. Sedangkan tikus merupakan objek untuk
identifikasi anak, ada beberapa anak yang mengidentifikasikan diriinya dengan singa,
bahkan ada anak yang mengubah identifikasi, menunjukkan kebingungan peran, konflik
antara compliance dan otonomi.
Apabila seorang anak mengatakan kemenangan untuk singa tapi juga pernah
mengatakan singanya lemah berarti ada indikasi konflik identifikasi.

Kartu 4
Tema laten sibling rivalry, hubungan anak dengan ibu. Jika seorang anak sebagai
saudara tua mengidentifikasi diri dengan anak kangguru yang lebih kecil berarti
menunjukkan keinginan untuk regresi agar dekat dengan ibunya, sedangkan jika saudara
muda mengidentifikasikan dirinya dengan kangguru lebih besar menunjukkan keinginan
untuk mandiri atau mastery.
Kartu ini juga mengandung stimulus laten mengenai persaingan antar saudara
misalnya berkaitan dengan soal makanan, penghindaran dari bahaya dan sebagainya.

Kartu 5
Kartu ini bertujuan untuk mengungkap keingintahuan anak tentang seks,
keingintahuan anak tentang kenikmatan dan keingintahuan anak akan ketakutan dan
ketergantungan. Dua anak di dipan kecil memungkinkan munculnya tema mutual
manipulation dan eksplorasi.

Kartu 6
Dua beruang merupakan simbol orang tua, sedangkan satu beruang simbol
identifikasi diri sendiri.
Kartu ini bertujuan untuk mengungkap identifikasi sikap orang tua, kecemasan dan
ketakutan berpisah dengan orang tua.

Kartu 7
Tema laten kartu ini adalah agresivitas dan keinginan mengalahkan saingan,
kecemasan, penolakan dan ketakutan kastrasi.

Kartu 8
Kartu ini bertujuan untuk mengungkap suasana keluarga subyek, hubungan antar
anggota keluarga, dan bagaimana subjek menempatkan dirinya dalam keluarga dan
lingkungan, serta berhubungan dengan tema oral.

16
Kartu 9
Tema laten kartu ini adalah ketakutan terhadap gelap, sendiri, ditinggal orang tua;
keinginan untuk mengetahui apa yang terjadi di luar kamar; serta untuk mengetahui mutu
hubungan anak dengan saudara-saudaranya/lingkungan.

Kartu 10
Tema laten kartu ini adalah kriminal dan hukuman, konsep moral, toilet training,
masturbasi dan regresi.

C. ADMINISTRASI TES
 Hal-hal yang perlu diperhatikan:
a. CAT perlu disajikan sebagai permainan bukan tes.
b. Dalam menerangkan harus hati-hati, anak tidak ditantang untuk menyelesaikan tes;
karena dalam tes anak harus berhadapan dengan penerimaan, penolakan dan
kompetisi.
c. Tester harus menjalin rapport yang baik. Selain itu, tester sangat penting untuk
menonjolkan sikap positif anak, karena dengan sikap positif, anak akan
meningkatkan produktivitas dan adaptasi. Jika anak mempunyai sikap negatif, maka
hal ini akan menimbulkan kecemasan dan agresi.
 Materi tes:
a. 1 set kartu CAT
b. Stopwatch
c. Kertas untuk observasi (catatan)
d. Pensil atau bolpoin
 Instruksi tes:
Instruksi yang baik diantaranya adalah “ Di sini kita akan bermain, dan nanti katakan
bagaimana ceritanya gambar-gambar ini, katakan apa yang sedang terjadi, apa yang
dikerjakan binatang itu, apa yang terjadi sebelum itu, dan apa yang akan terjadi”.
Dorongan dan saran diperlukan bagi anak; di sini interupsi diijinkan, tetapi sugesti harus
dihindari.

D. SKORING
1. Tema pokok
Di sini perlu diketahui mengapa anak memberikan respon spesifik. Akan lebih
aman jika tester dapat menemukan persamaan atau kecenderungan sejumlah cerita.
17
Interpretasi dengan menemukan persamaan umum pola perilaku sehingga tester dapat
mengatakan tema dari beberapa cerita. Perlu diperhatikan kadang pernyataan anak
sangat sederhana tetapi sesungguhnya mengandung tema yang bersifat kompleks.
2. Tokoh utama/hero
Hero adalah figur tempat subjek mengidentifikasikan dirinya dan biasanya usia
dan jenis kelamin menyerupai testee. Identifikasi dapat lebih dari satu figur. Jika
identifikasi terhadap fihur yang berbeda jneis kelamin perlu diperhatikan, kemungkinan
ada penyimpangan. Identifikasi terhadap hero kedua ada kemungkinan menunjukkan
represi. Perlu diperhatikan adekuasi hero dan self image.
3. Kebutuhan dan dorongan utama hero
Behavioral need yang ditunjukkan, ada kemungkinan berhubungan langsung
dengan kebutuhan testee, kemungkinan merupakan realitasnya tetapi ada kemungkinan
hanya fantasi. Di sini harus hati-hati perlu membandingkan dengan data klinis. Untuk
meningkatkan validitas prediksi, maka perlu menghubungkan antara materi fantasi dan
pola perilaku sesungguhnya. Studi tentang fungsi ego di sini sangat berguna. Hubungan
antara dorongan yang diekspresikan dalam cerita dan bersama dengan berbagai
pergantian cerita yang terjadi akan membantu sebagai petunjuk.
Figur, objek dan situasi yang dikenalkan: jika anak mengenalkan senjata,
makanan, hal itu menunjukkan adanya kebutuhan agresi dan oral. Jika dikenalkan figur
atau situasi yang tidak ada dalam gambar, dan sangat signifikan hal ini perlu
diperhatikan, kemungkinan dengan menambahkan tanda seru (!). Situasi eksternal yang
tidak adil, acuh tak acuh, deprivasi, menipu atau curang, hal ini membantu menunjukkan
indikasi lingkungan yang diyakini testee.
Figur, objek, situasi yang diabaikan : Jika satu figur atau lebih diabaikan, hal ini
harus dipertimbangkan signifikansi dinamikanya. Hal ini barangkali berarti adanya
keluhan bermusuh dengan figur atau obyek tersebut, atau sangat menimbulkan konflik,
atau kemungkinan yang lain figur atau objek ituu mempunyai nilai positif. Tentu saja
kesimpulan di sini bersifat tentatif.
4. Konsep tentang lingkungan
Sama halnya dengan TAT, konsep lingkungan dalam CAT merupakan campuran
antara self persepsi yang tidak disadari dan apersepsi distarsi stimuli karena memori
masa lampau. Persepsi terhadap lingkungan yang bersifat konsisten akan

18
dipertimbangkan sebagai unsur pokok dalam kepribadian subjek yang menunjukkan
reaksinya terhadap lingkungan setiap hari.
Identifikasi : penting untuk memahami testee dengan siapa mengidentifikasikan
dirinya apakah dengan orang tua atau saudara. Penting pula untuk memperhatikan
peran masing-masing orang tua dan adekuasi, serta kelayakannya sebagai figur
identifikasi.
5. Figure tampak sebagai….
Bagaimana testee mepersepsikan lingkungan dan bagaimana ia bereaksi
terhadap lingkungan tersebut. Di samping itu juga akan diketahui kualitas hubungan
antar figur, apakah simbiotik, analitik, oral, dependent, pada stage perkembangan yang
berbeda dan pada kepribadian yang berbeda, walaupun skema dalam arti yang luas
secara deskriptif hanya akan dikatakan seperti suportif, kompetitif.
6. Konflik yang signifikan
Di sini akan diketahui konflik yang signifikan di samping itu akan diketahui pula
defense yang digunakan untuk mengatasi konflik tersebut. Di sini dapat pula dipelajari
pembentukan karkater yang awal, dan keemungkinan dapat pula untuk melakukan
prognosis.konflik dapat pula hal yang normal dalam proses pertumbuhan walaupun di
samping itu ada pula konflik yang sifatnya patologis.
7. Hakekat kecemasan
Jarang sekali ditekankan untuk menentukan kecemasan utama. Kemungkinan
hal yang lebih penting adalah menentukan kerusakan fisik, hukuman, ketakutan
kehilangan atau kekurangan kasih sayang atau ditinggalkan, kesepian dan tidak ada
support. Hal yangs angat penting adalah mencatat pertahanan ego dalam konteks,
misalnya guna melawan ketakutannya.
8. Pertahanan ego utama yang digunakan untuk mengatasi konflik dan
ketakutannya.
Cerita tidak harus secara eksklusif dipelajari dari isi dorongan, tetapi harus
menguji defens yang digunakan untuk melawan dorongan. Seringkali studi tentang
defens akan lebih memberikan informasi daripada dorongan, karena dorongan sendiri
kurang jelas jika dibandingkan dengan defens yang melawannya. Struktur defens sendiri
sangat berhubungan erat dengan perilaku anak yang manifest. Dengan studi ini akan
dipahami tentang struktur karakter subjek. Studi tentang defens juga bermanfaat untuk
studi tentang aspek pokok dari cerita.

19
9. Adekuasi super ego ditunjukan oleh hukuman terhadap perbuatan kriminal.
Hubungan antara hukuman yang dipilih dengan sifat kejahatan akan memberikan
insight tentang kekuatan super ego. Pada anak yang mempunyai super ego tidak
terintegrasi kadang menunjukkan hukuman yang sangat berat atau sangat ringan
demikian juga pada neurotik.
10. Integrasi ego
Sejauh mana anak dapat mengkompromikan antara dorongan dengan tuntutan
realitas serta bagaimana super ego dapat mengatur struktur yang lain. Bagaimna adekuasi
hero, apakah subjek dapat emmbuat cerita sesuai dengan stimuli, atau mengabaikan
seluruh stimuli, dan membuat cerita yang tidak ada hubungannya dengan gambar, atau ia
asyik dengan masalahnya sendiri. Apakah ia mendapatkan kesenangan dan
menyelamatkan diri dari kecemasan yang terjadi karena tes dengan membaut cerita yang
stereotip. Apakah ia sebagai inteligen atau kreatif dan memberikan lebih atau kurang cerita
original. Apakah plot cerita menunjukkan pemecahan konflik dalam cerita dan dalam dirinya
secara adekuat, komplit, realistik, atau ia berpikir secara tidak terstruktur, aneh, apakah ia
dapat menggunakan pengalaman masa lalu untuk memecahkan masalah yang akan
datang. Hal ini semua tergantung pada usia dan kepribadian anak. Penilaian adekuasi dan
egor strength serta variable lain dari sudut abilita dan cara memnuhi tugas. Di samping
penilaian terhadap adekuasi dan fungsi ego perlu mempertimbangkan usia. Pertimbangan
harus didasarkan pada berbagai macam fungsi ego misalnya cara ego mengontrol
dorongan (berkaitan dengan urutan cerita dan hasil akhir), toleransi frustasi dikaitkan
dengan adekuasi hero, toleransi terhadap kecemasan, adekuasi persepsi dan motorik.

20

Anda mungkin juga menyukai