Tugasproposal B 19090000105 Maria Anjelina L Dawan
Tugasproposal B 19090000105 Maria Anjelina L Dawan
PROPOSAL
Diajukan Oleh:
19090000105
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Tiktok merupakan salah satu media sosial berbasis konten video singkat yang
saat ini sedang viral di dunia, termasuk di Indonesia. Hingga saat ini, jumlah
pengguna TikTok di seluruh dunia telah mencapai 689,17 juta pengguna aktif
dan angka ini terus berkembang (Rahadian, 2020). Di Indonesia, aplikasi TikTok
pengguna TikTok di Indonesia mencapai 5,5 juta pengguna aktif atau sekitar 8,5
persen. Oleh karenanya, penggunaan TikTok ini merupakan topik yang menarik
untuk diteliti.
Penggunaan media sosial memiliki berbagai dampak positif dan negatif (Fitri,
orang lain, baik yang posisinya lebih tinggi (upward social comparison), maupun
lebih rendah (downward social comparison, Jiang & Ngien, 2020). Beberapa
bulan terakhir, aplikasi TikTok semakin populer karena melalui berbagai tagar (#)
yang viral, berbagai challenge menarik dan muatan konten yang dianggap
menghibur. Hal ini membuat para penggunanya semakin aktif membuat konten
dengan berbagai tujuan, baik yang sifatnya hiburan bagi diri sendiri maupun
dampak negatif bagi para penggunanya dan salah satunya berdampak pada
yang tidak bertanggung jawab. Apabila ditelusuri lebih lanjut, banyak sekali
konten video bernuansa pornografi, porno aksi, (Damayanti & Gemiharto, 2019)
2020).
virtual yang sama (Cara bijak, 2020). Berdasarkan observasi peneliti di laman
menjadi trend terbaru. Hal ini selaras dengan beberapa penelitian terdahulu yang
(Tresnawati, 2016).
Selain itu, penggunaan media sosial juga memiliki korelasi positif dengan
membandingkan dirinya dengan orang lain atau lingkungan yang lebih luas,
(Jung & Zhou, 2019). Penelitian ini menggunakan sudut pandang yang sedikit
terjadinya interaksi antar individu secara luas, bahkan nyaris tak terbatas,
Tipe perbandingan sosial yang banyak terjadi dalam konteks media sosial
saat ini adalah perbandingan sosial ke atas (upward social comparison) dan hal
ini didominasi oleh para remaja khususnya perempuan. Hal ini karena remaja
perempuan lebih berfokus pada penampilan (Febrina, Suharso, & Saleh, 2018)
para cantik dan menawan akan membuat mereka merasa khawatir dan kurang
percaya diri. Hal ini dapat dilihat dari redaksi-redaksi pada kolom komentar yang
Apabila dilakukan penelusuran konten secara lebih lanjut, maka akan banyak
jelek, aku kan kentang (istilah dalam bahasa milenial yang berartikan jelek/tidak
kepercayaan diri (Wang, Wang, Gaskin, & Hawk, 2017). Konten video yang
yang memicu kurangnya rasa percaya diri, malu, dan khawatir terhadap apa
yang ada pada dirinya (insecurity) serta merasa kurang dan menganggap dirinya
tidak lebih baik dari orang (influencer) yang ia tonton (S. M. Fitri, 2020).
Lebih lanjut, kurangnya rasa percaya diri para pengguna media sosial juga
kelompok lain. Dengan kata lain, media sosial dapat menjadi salah satu
pengguna TikTok yang memiliki lebih banyak followers dan likes dibanding
(Mulawarman & Nurfitri, 2017). Oleh sebab itu, hal ini cukup penting untuk diteliti
lebih lanjut, bagaimana suatu sifat (trait) individual (dalam hal ini adalah
khusus yang sifatnya teoritik mengenai pemilihan jenis media sosial ini, kecuali
bahwa TikTok menunjukkan tren peningkatan dalam hal popularitas, dan lebih
Oktavianti, 2020).
B. Rumusan Permasalahan
a. Tujuan penelitian
b. Manfaat Penelitian
Manfaat Teoritis
Hasil dari penelitian ini dapat menjadi landasan dalam pengembangan media
perbandingan diri oleh remaja pengguna medsos tiktok. Selain itu juga menjadi
Indonesia.
Manfaat Praktis
mata kuliah Metpendas 1 dan pemenuhan terhadap tugas dari ata kuliah
Penelitian Kuantitatif.
konsep diri, yaitu konsep diri positif yang membantu meningkatkan kepercayaan
diri pengguna dan konsep diri negatif berupa kurangnya manajemen waktu
KAJIAN PUSTAKA
A. Perbandingan Sosial
terhadap orang lain berdasarkan informasi yang mereka peroleh (Jiang & Ngien,
perbandingan sosial kepada orang atau kelompok yang dinilai memiliki faktor
proses saling mempengaruhi & perilaku saling bersaing dalam interaksi sosial
ditimbulkan oleh adanya kebutuhan untuk menilai diri sendiri (self evaluation).
membandingkan diri dengan orang lain. Ada 2 hal yang dibandingkan: Pertama,
keadaan yang lebih baik atau kemampuan yang lebih tinggi. A mampu mendapat
nilai 100, B mendapat nilai 70, maka B merasa harus meningkatkan kemampuan
memilih orang sebaya atau rekan sendiri untuk menjadi perbandingan. Untuk
mendapatkan penilaian yang seimbang, tidak berat sebelah terhadap apa yang
sedang dilakukannya.
memiliki posisi atau keadaan yang lebih rendah dari dirinya (Kaplan dan Stiles,
2004). “Self Esteem” atau harga diri adalah sesuatu yang lebih mendasar
daripada yang terkait dengan naik turunnya perubahan situasi. Bagi orangorang
dengan harga diri yang baik, naik turun perasaan mereka tentang diri mereka
sendiri dapat menyebabkan fluktuasi sementara, tetapi itu hanya sampai batas
waktu tertentu saja. Sebaliknya, bagi orang-orang yang miskin harga diri atau
’self steem’, pasang surut ini secara drastis mempengaruhi cara mereka
memandang diri mereka (surbakti 2015). Berdasarkan kata selfesteem itu dapat
yang ada pada diri seseorang itu adalah kekuatan yang mesti dihargai dan
dikembangkan.
Baron & Byrne (2004) mendefinisikan self-esteem sebagai sikap seseorang
terhadap dirinya sendiri dalam rentang dimensi positif dan negatif. Kling & Gyde
adalah evaluasi diri yang mencakup persepsi fisik, sosial, dan psikologis pribadi.
Penilaian tersebut dibangun sejak awal pertama kali individu berinteraksi dengan
atau pendapat dari orang lain tentang diri individu tersebut dan pengalaman
terhadap dirinya.
(Sandha, Hartati, & Fauziah, 2012), jika hubungan memberikan sesuatu yang
kesehatan mental, para ahli berpendapat bahwa itu juga melindungi dan
yang ada pada diri mereka dan juga empati diri yang cenderung berfluktuasi dan
mudah untuk menerima pengaruh yang terbuka maupun rahasia. Self –esteem
secara luas didokumentasikan sebagai aspek vital psikologis yang bekerja pada
membandingkan dirinya dengan orang lain atau kelompok tertentu yang berada
Baumeister, Tice, dan Hutton(1989) yang mengatakan bahwa orang dengan self-
esteem tinggi dan rendah memiliki pola perbandingan sosial yang berbeda.
kelemahan mereka.
Perbandingan sosial terjadi tidak hanya dalam lingkungan yang sifatnya fisik,
penggunaan media sosial telah dikaji dan dibuktikan keterkaitannya yang positif
lain. Hal ini tentu saja mencakup dimensi yang luas dalam hal apa saja yang
Pada dasarnya, perbandingan sosial sendiri suatu hal yang normal terjadi
melihat kedudukan sosial dan status relatif individu serta untuk melihat
kesamaan diri secara relatif kepada orang lain (nilai agama, politik, usia, jenis
kelamin, dan pengalaman) (Allan & Gilbert, 1995). Hal ini bertujuan sebagai
salah satu upaya untuk pengembangan diri menjadi lebih baik (Vogel dkk,.,
2014)
bertujuan untuk mengevaluasi diri namun ke arah yang negatif. Hal ini dapat kita
ketahui dari konten yang mereka unggah, terlihat dari penggunaa kata-kata pada
kolom komentar yang ada. Bahkan sebagian besar dilakukan hanya untuk
mencari keuntungan diri sendiri (viral dan terkenal, pamer, merendahkan orang
lain) dan juga dilakukan karena merasa rendah diri (insecure) sehingga
membutuhkan pengakuan dari orang lain untuk meyakinkan dirinya bahwa hal
tersebut tidaklah benar. Oleh karenanya meskipun pada dasarnya bersifat netral,
media sosial sebagai alat bantu berinteraksi sesungguhnya juga dapat menjadi
menunjukkan bahwa sifat (trait) pengguna juga dapat berperan penting dalam
diniatkan sebagai sarana yang positif, maka ia akan membawa dampak positif
memberikan dampak negatif pula kepada penggunanya, dan hal ini didukung
dari luasnya konten yang terkandung dan fasilitas yang disediakan media sosial
pengetahuan mengenai para pengguna lain yang memiliki kesamaan baik pada
nilai-nilai tujuan dan perilaku. Aplikasi TikTok merupakan media sosial yang
banyak genre konten dengan ciri khas challenge dan tagar (#) viral sehingga hal
diri serta untuk mendapatkan pengakuan publik dan terkenal. Fauziah (2019)
menyatakan bahwa media sosial dapat menjadi wadah bagi mereka untuk
menunjukkan sifat (trait) individual, namun pada penelitian ini kami hanya
sosial.
Hasil serupa juga ditunjukkan oleh penelitian Putro (2017) yang menyatakan
bahwa penggunaan media sosial terkait erat dengan kepribadian individu. Hal ini
antara sifat kepribadian dan perilaku di media sosial juga ditunjukkan oleh
Schwartz dkk (2013) yang menyatakan bahwa kata-kata yang digunakan dalam
Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin menguji apakah hasil yang sama
juga didapatkan dari pengguna platform media sosial selain yang tersebut di
atas, yaitu pada aplikasi TikTok dengan menggunakan sampel berupa konstruk
membandingkan diri.
E. Hipotesis Penelitian
METODOLOGI PENELITIAN
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal
judul penelitian yang dipilih penulis yaitu Pengaruh Asimetri Informasi Terhadap
penelitian ini menjadi variabel independen (X) dan variabel dependen (Y).
Variable bebas (X) variable ini sering disebut sebagai variable stimulus,
(Sugiyono, 2016 :39). Dalam penelitian ini variabel independen yang diteliti
Opinion.
berada di lingkungan kehidupan sosialnya. Hal ini antara lain dijelaskan oleh
Baumeister, Tice, dan Hutton (1989) yang mengatakan bahwa orang dengan
sosial untuk melindungi diri mereka dan meminimalisir persepsi orang lain
alat bantu dapat dilakukan dengan tepat. Penelitian ini menggunakan dua
skala sebagai alat ukur, yaitu skala perbandingan sosial sebagai sifat
individual dan dan skala tendensi melakukan perbandingan sosial di TikTok.
Kedua skala memiliki sumber yang sama (Allan & Gilbert, 1995), hanya saja
skala yang dikembangkan oleh Allan dan Gilbert (1995) yang mengukur
rentang respon skala dimulai dari angka 1 hingga 10 (Allan & Gilbert,
sebagai berikut:
Inferior 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Superior
Menyedihkan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Menggembirakan
Diabaikan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Diterima
Persamaan
Lemah 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Kuat
Minder 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Percaya Diri
rata-rata skor setiap butir respon yang diberikan. Skor yang tinggi
scale (Allan & Gilbert, 1995). Indikator yang digunakan sama dengan
Sangat sesuai (5). Skor pada level variabel diperoleh dengan menghitung
posting konten di TikTok. Skala ini memiliki nilai koefisien reliabilitas yang
B. Subjek Penelitian
Kriteria partisipan dalam penelitian ini adalah individu yang secara aktif
tidak akan melaporkan akun TikTok tersebut dalam penelitian ini sebagai
terkumpul kami lakukan dengan dua cara yaitu pemeriksaan manual dengan
mengecek satu persatu setiap akun partisipan. Partisipan yang tidak aktif
D. Desain Penelitian