Analisis Gerakan Literasi
Analisis Gerakan Literasi
DISUSUN OLEH :
ANDRIA RIZKI
NIM : (2019070280)
2022-2023
1
BAB 1
PENDAHULUAN
2
22 implementasi program gerakan literasi di sekolah diharapkan mampu
mendorong siswa dalam mendukung keterampilan dalam memahami suatu
pengetahuan dalam kegiatan membaca buku. Siswa harus memiliki
kemampuan berfikir kritis, mampu berkomunikasi, memiliki
kamampuan bekerja sama, dan mempunyai tingkat kreatifitas tinggi.
Permasalahan ini menegaskan bahwa pemerintah memerlukan strategi agar
kemampuan membaca peserta didik dapat meningkat dengan
mengintegrasikan/menindak lanjut program sekolah dengan kegiatan dalam
keluarga dan masyarakat. Hal ini untuk memastikan keberlanjutan kegiatan
literasi sekolah sebagai sebuah Gerakan Literasi Sekolah agar dampaknya
dapat dirasakan di masyarakat.
Berdasarkan pemaparan di atas, Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan mengembangkan Gerakan Literasi Sekolah berdasarkan
Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti dan
salahsatukegiatandidalamgerakan tersebut adalah ”kegiatan 15 menit
membaca buku nonpelajaran sebelum waktu belajar dimulai”. Mendikbud
mengatakan, gerakan literasi sekolah tersebut adalah sebuah upaya untuk
menumbuhkan budi pekerti anak/siswa. Sebagai upaya untuk menjadikan
sekolah sebagai organisasi pembelajaran yang peserta didiknya literat
sepanjang hayat, dan melibatkan semua pemangku kepentingan di bidang
kependidikan, mulai dari tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota, hingga
satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan pendidikan menengah
agar program literasi sekolah ini berjalan di pendidikan Indonesia termasuk di
Sekolah Dasar Negeri Mangge Kompo Desa Kala Kecamatan Donggo.
Gerakan literasi sekolah dikembangkan berdasarkan sembilan agenda
prioritas (nawacita) yang terkait dengan tugas dan fungsi kemendikbud, butir
4 nawacita yang dimaksud adalah (5) meningkatkan kualitas hidup manusia
dan masyarakat Indonesia; (6) menigkatkan produktivitas rakyat dan daya
saing di pasar internasional sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit
bersama bangsa-bangsa asia lainnya; (8) melakukan revolusi karakter bangsa;
(9) memperteguh kebinekaan dan memperkuat restorasi sosial indonesia.
Empat butir nawacita tersebut terkait erat dengan komponen literasi sebagai
modal pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas, produktif dan
berdaya saing, berkarakter, serta nasionalis.
3
Sekolah Dasar Negeri Mangge Kompo Desa Kala Kecamatan Donggo.
merupakan salah satu sekolah yang menerapkan program gerakan literasi
sekolah dan di mulai pada tahun ajaran 2017/2018. gerakan literasi sekolah di
Sekolah Dasar Negeri Mangge Kompo Desa Kala Kecamatan Donggo.
merupakan salah satu upaya yang dilakukan Sekolah Dasar Negeri Mangge
Kompo Desa Kala Kecamatan Donggo dalam meningkatkan prestasi dan
kualitas pendidikan. Program ini bertujuan untuk mendidik, menanamkan dan
mengembangkan budaya literat akan informasi dan pengetahuan. Pelaksanaan
program literasi di Sekolah Dasar Negeri Mangge Kompo Desa Kala
Kecamatan Donggo selama 15 menit di awal pelajaran atau bisa dilakukan di
akhir pelajaran jam terakhir. Terdapat buku monitoring yang dibagikan ke
siswa guna untuk memonitor kegiatan literasi agar berjalan sesuai dengan
harapan. Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Dasar Negeri Mangge Kompo
Desa Kala Kecamatan Donggo saat ini berada pada tahap pengembangan yang
merupakan cita-cita setiap guru pengajar agar siswanya dapat berkembang
dalam hal berlierasi.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di Sekolah Dasar Negeri
Mangge Kompo ditemukan adanya suasana sekolah yang kondusif termasuk
didalamnya keberadaan guru. Faktor pendukung kegiatan pembelajaran di
kelas juga sudah baik. Setelah peneliti melakukan wawancara dengan
beberapa guru yang terlibat dalam pelaksanaan program gerakan literasi
sekolah, didapatkan informasi bahwa pelaksanaan program ini secara umum
masih dalam tahap awal dalam pelaksanaan gerakan literasi sekolah.
Perlunya penelitian ini dilakukan untuk mengumpulkan data dan
informasi mengenai persepsi guru terhadap pelaksanaan gerakan literasi di
Sekolah Dasar Negeri Mangge Kompo atas tingkat keberhasilan pelaksanaan
program gerakan literasi sekolah yang dicapai. Harapannya setelah
mendapatkan hasil dari penelitian ini, peneliti dapat memberikan saran atau
masukan agar kedepannya program gerakan literasi sekolah di Sekolah Dasar
Negeri Mangge Kompo bisa berjalan lebih baik dari sebelumnya. Berdasarkan
pernyataan tersebut, maka judul penelitian yang tepat dalam penelitian ini
adalah “Persepsi Guru Terhadap Pelaksanaan Gerakan Literasi Di Sekolah
Dasar Negeri Mangge Kompo”.
4
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat di rumuskan masalah yang dia
angkat dalam penelitian ini adalah Bagaimana persepsi Guru Terhadap
Pelaksanaan Gerakan Literasi Di Sekolah Dasar Negeri Mangge Kompo ?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan
penelitian ini adalah untuk mrngetahui persepsi guru Terhadap Pelaksanaan
Gerakan Literasi Di Sekolah Dasar Negeri Mangge Kompo.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi empirik
mengenai persepsi guru terhadap proses pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah
di Sekolah Dasar Negeri Mangge Kompo Desa Kala Kecamatan Donggo. .
2. Bagi sekolah
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan untuk
menuju proses pelaksanaan program Gerakan Literasi Sekolah yang lebih baik
dengan mengetahui persepsi guru terhadap program gerakan literasi.
3. Bagi Universitas
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan kajian maupun
referensi ilmiah bidang pendidikan guru sekolah dasar bagi mahasiswa
ataupun dosen STKIP Taman Siswa Bima pada umumnya dan Fakultas PGSD
pada khususnya. Disamping itu, hasil penelitian ini diharapkan juga dapat
menjadi bahan penelitian untuk penelitian lanjutan mengenai permasalahan
yang sejenis.
5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
6
2.1.2 Penerapan GLS (Gerakan Literasi Sekolah)
Penerapan pelaksanaan GLS pada sekolah dasar yang dimaksud disini pada
umumnya dibagi menjadi 3 tahap yakni tahap pembiasaan yaitu penumbuhan minat
baca melalui kegiatan 15 menit membaca, pengembangan yaitu meningkatkan
kemampuan literasi melalui kegiatan menanggapi buku pengayaan, dan pembelajaran
yaitu pemanfaaatan berbagai strategi literasi dalam pembelajaran lintas disiplin. Dari
ketiganya terdapat beberapa perbedaan dalam pelaksanaannya. Sekolah dapat
melaksanakannya secara bertahap yaitu dimulai dari pembiasaan, kemudian
pengembangan dan pemebalajaran. (Kemendikbud, 2016).
Tahap pembiasaan kegiatan literasi di tahap pembiasaan meliputi dua jenis
kegiatan membaca untuk kesenangan, yakni membaca dalam hati dan membacakan
nyaring oleh guru. Secara umum, kedua kegiatan membaca memiliki tujuan, antara
lain: meningkatkan rasa cinta baca di luar jam pelajaran, meningkatkan kemampuan
memahami bacaan, meningkatkan rasa percaya diri sebagai pembaca yang baik dan
menumbuhkembangkan penggunaan berbagai sumber bacaan. Kedua kegiatan
membaca ini didukung oleh penumbuhan iklim literasi sekolah yang baik.
GLS merupakan sebuah upaya yang dilakukan secara menyeluruh untuk
menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajaran yang warganya literasi
sepanjang hayat melalui pelibatan publik dengan tujuan dari GLS adalah sebagai
berikut: menumbuhkembangkan budaya literasi di sekolah, meningkatkan kapasitas
lingkungan sekolah agar literasi dapat dikembangkan melalui program yang GLS.
Pelaksanaan GLS yang meliputi 3 tahap yaitu pembiasaan, pengembangan dan
pembelajaran ini tentunya tidak terlepas dari beberapa materi yang menuntut
kemampuan siswa dengan menggunakan proses bacaan yang dilakukan oleh para
siswa sebagai bentuk pengaplikasian program yang dibangun oleh guru di dunia
pendidikan. SDN Mangge Kompo merupakan sekolah yang sudah menerapkan GLS
dalam kegiatan sehari-harinya. Dalam pelaksanaannya, GLS meliputi 3 tahap yaitu
penerapan, pembiasaan dan pembelajaran dimana setiap tahap tersebut sebagai bentuk
upaya para pengajar untuk meningkatkan minat baca para siswa.
7
BAB III
METODE PENELITIAN
8
3.4 Sumber data
1. Kepala Sekolah
Kepala sekolah mempunyai peran yang sangat penting dalam pelaksanaan
Gerakan Literasi Sekolah. Kepala sekolah di SDN Mangge Kompo merupakan
orang yang paling bertanggung jawab sekaligus sebagai panutan dalam
pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah guna tercapainya suatu pembelajaran yang
literasi.
2. Guru Kelas
Selain kepala sekolah, guru juga mempunyai peran yang juga sangat penting
dalam pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah. Guru kelas sebagai pemberi
pelayanan dalam proses pelaksanaan literasi. Pada penelitian ini yang akan
menjadi sumber data adalah guru kelas. Sumber data yang dapat diperoleh dari
guru kelas adalah karakteristik siswa, kondisi siswa, dan juga evaluasi dalam
pelaksaan GLS.
3. Siswa
Siswa adalah sebagai pelaksana dan juga penghasil produk dalam pelaksaan GLS.
Siswa memiliki peran paling penting dalam menjalankan serta menjaga semua hal
terkait GLS agar dapat terlaksana dengan baik.
1. Wawancara
Wawancara dilakukan untuk mendapatkan data tentang pelaksanaan,
faktor pendukung, serta faktor penghambat dalam pelaksanaan Gerakan
Literasi Sekolah di SDN Mangge Kompo. Wawancara dilakukan dengan
bantuan alat tulis dan perekam agar tidak ada jawaban yang terlewat dari
sumber data.
9
2. Dokumentasi
Pada penelitian ini dokumentasi sangat diperlukan sebagai bukti nyata
dilakukannya penelitian. Dokumen-dokumen yang dikumpulkan guna
memperoleh data antara lain: kegiatan literasi di dalam dan diluar kelas,
perpustkaan, pojok baca, slogan tema literasi, gerobak baca.
3. Observasi
Pada saat melakukan penelitian, peneliti mengamati dan melakukan
pencatatan secara langsung dan sistematis pada pelaksanaan Gerakan
Literasi Sekolah di SDN Mangge Kompo. Observasi ini dilakukan kepada
guru kelas dan juga siswa kelas . Data yang diperlukan yaitu tentang
pelaksaan Gerakan Literasi Sekolah, faktor pendukung, serta faktor
penghambat yang dihadapi pada pelaksaan Gerakan Literasi Sekolah di
SDN Mangge Kompo.
Instrumen penelitian dari penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri, namun
peneliti juga membutuhkan pedoman dalam mengumpulkan sebuah data. Pedoman yang
digunakan pada penelitian ini adalah pedoman wawancara dan pedoman observasi.
Lembar Kisi-kisi Wawancara Wawancara dilakukan secara bebas artinya peneliti dapat
menanyakan apa saja terhadap objek penelitian tetapi peneliti tetap mengingat data yang
diperlukan untuk penelitian. Berikut dapat dilihat pada tabel 3.1
10
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Wawancara.
11
3.7 Lembar Pedoman Observasi
1 Ya Tidak
. Kelas .
a. Siswa membawa buku untuk kegiatan
literasi dari rumah.
b. Siswa membaca dengan nyaring.
c. Ada siswa yang kesulitan membaca.
d. Diskusi untuk membahas buku yang
dibaca
e. Kegiatan literasi berjalan dengan
kondusif.
f. Pojok baca yang digunakan untuk
menyimpan
buku.
3. Luar Kelas
a. Karya peserta didik yang berkaitan
dengan literasi dipajang di sepanjang
lingkungan sekolah termasuk koridor dan
kantor.
b. Perpustakaan yang memadai untuk
mendukung kegiatan literasi.
c. Buku fiksi dan non fiksi tersedia cukup
banyak di perpustakaan
d. Slogan yang terkait dengan ajakan
berliterasi.
e. Seluruh warga sekolah melaksanakan
kegiatan
literasi dengan antusias
Sumber: Peneliti,2022
12
3.8 Analisis Data
13