PIDATO ILMIAH "KEARIFAN LOKAL" DALAM PUSARAN MODERNITAS (Studi Kasus: Partisipasi Masyarak…
isa wahyudi
KEARIFAN LOKAL SEBAGAI KETERAMPILAN GEOGRAFI: STUDI KASUS TENTANG T HE KOMUNITAS TENGGER
DI SEKITAR M...
Dwi A N G G A Oktavianto
JAMAR Vol. 11 · [1 Tahun
2013)
66
JAMAR Vol. 11 · [1 Tahun
2013)
dalam Proses Penganggaran Daerah Berbasis Kearifan nilai lokal Tenggeresse diinternalisasi dalam
Lokal" Universitas Brawijaya Malang, Indonesia.
perencanaan, pengembangan,pelaksanaan dan
Penelitian ini terinspirasi dari Sumarto (2004);
akuntabilitas proses anggaran pemerintah
yang menyatakan bahwa mekanisme
daerah. Hasil penelitian ini menghasilkan
nonformal yang berasal dari inisiatif inovatif
gambaran nyata holistik
publik lebih efektif daripada mekanisme
formal partisipasi publik (disebut Musrenbang
di Indonesia) (lihat Waidl, Sudjito dan
Bahagijo, 2008). Inspirasi penelitian ini juga
berasal dari Muluk (2007) yang
menyimpulkan bahwa mengadopsi
pendekatan system-thinking menghasilkan
keberhasilan partisipasi publik dalam
pemerintahan daerah yang membawa
perbaikan di era reformasi. Namun perbaikan
ini telah mengikuti pola kurva S, artinya ada
perbaikan pada tahap awal reformasi, namun
lambat laun perbaikan melambat dan menjadi
stagnan.
67
JAMAR Vol. 11 · [1 Tahun
2013)
dan partisipasi penuh publik dalam proses apakah anggaran harus menjadi laporan
penganggaran daerah di tingkat komunitas birokrasi yang rumit, ekonomi-teknokratis,
mikro. Temuan ini menyajikanpeta iklan ro atau pelaksana hak asasi manusia yang hebat,
tentang bagaimana pemerintah daerah dapat terutama pemenuhan hak-hak sosial-ekonomi
mewujudkan partisipasi nyata dalam proses rakyat. Menurut Wiratraman
penganggaran dengan memanfaatkan nilai-
nilai masyarakat lokal; sehingga bergerak
lebih dari sekadar penganggaran seremonial.
Tapi, tawar-menawar politik juga terjadi penganggaran adalah politik dan sebagian
antara eksekutif dan legislatif; tidak besar politik adalah penganggaran. Anggaran
didasarkan pada apa yang dibutuhkan rakyat, adalah "perjuangan untuk mengumpulkan
tetapi pada kepentingan individu atau kolektif kekuasaan"; yaitu siapa yang berkuasa pada
para eksekutif dan legislatif. Ada berbagai saat itu, orang itu adalah orang itu
jenis permainan politik yang berdampak pada
anggaran dari berbagai daerah. Secara umum,
"posisi tawar" anggaran didasarkan pada siapa
dan apa yang akan menarik bagi proyek.
Selain posisi tawar harga proyek dan area
pelaksanaan proyek, kasus yang hangat dan
dibahas secara publik adalah "broker proyek".
Ada banyak anggota Komisi Anggaran di
House of Parliament yang telah menjadi
'broker proyek'; yang perannya adalah
memfasilitasi program-program yang
diusulkan para eksekutif.
Metodologi
72
JAMAR Vol. 11 · [1 Tahun
2013)
masyarakat Tenggeresse, dan informan yang
Sebagai bagian dari politik dan ekonomi, mengungkapkan partisipasi publik dalam
kebijakan tentangpenganggaran loca l adalah perencanaan penganggaran seperti kepala desa
realitas sosial yang dipengaruhi oleh perilaku (Petinggi) dan stafnya, kepala kecamatan
individu yang terlibat. Dalam hal beserta jajarannya, pengurus (kepala Badan
penganggaran pemerintah daerah, antara lain Dinas Daerah
pengaruh eksekutif, legislatif, LSM dan
masyarakat yang terdampak anggaran itu
sendiri. Beberapa studi penelitian menyatakan
bahwa selain dipengaruhi oleh mereka yang
terlibat di dalamnya, proses penganggaran
lokal juga dipengaruhi oleh negosiasi,
perubahan kekuasaan dan politik internal
(Siegel dan Marconi, 1989, Covaleski et al.,
1996, Wildavsky, 2004).
Hasil Penelitian
disampaikan dari satu generasi ke generasi demikian, prosesnya diulang secara formal.
berikutnya yang mungkin dalam bentuk lagu
dan himne yang mengandung nilai-nilai
ajaran tradisional dan nilai-nilai sosial
lainnya.
Wildavsky (2004). Colaveski dkk (1996) dan daripada desa-desa lain. Alasan lain adalah
Siegel dan Marconi (1989) juga menjelaskan bahwa orang Tengger sedang melakukan
bahwa budgeting memiliki peran ganda yaitu proyek-proyek yang berdampak langsung pada
untuk berbagi kekuasaan dan juga sebagai pariwisata ke daerah tersebut.
media untuk mendapatkan kekuasaan.
Akibatnya, ada banyak "tawar-menawar
politik" setelah seorang kepala daerah terpilih
dan dilantik. Kemudiandist ribusi "pai
pembangunan" dibuat di antara mereka yang
mendukungnya, yang berarti proyek-proyek
pembangunan dibagikan. Banyak penolakan
terhadap proyek-proyek pembangunan juga
terjadi di negara-negara berkembang lainnya
selain Indonesia, seperti di Bolivia, Rumania,
Filipina, Malaysia dan Vietnam karena tidak
ada mekanisme partisipasi publik di negara-
negara tersebut (McNeish, 2006; Radu, 2009;
Swain dan Chee, 2004). Radu (2009)
menyatakan bahwa dominasi elit yang
berkuasa sangat tinggi di negara berkembang;
Sehingga beberapaperkembangan yang ditolak
adalah karena rakyat tidak puas dengan
kebijakan tersebut.
Sementara itu pembangunan bendungan di
Thailand dan Malaysia tidak diterima oleh
masyarakat di sana karena kurangnya
negosiasi antara Pemerintahdan rakyat.
partisipasi. Mengikuti dari sistem nilai dan penuh dalam menyampaikan aspirasimengenai
kearifan lokal mereka, Tenggeresse telah program dan kegiatan yang lebih efektif dan
melembagakan bentuk partisipasi informal efisien bagi rakyat. Bagi masyarakat
untuk memungkinkan ' partisipasi penuh' pada Tenggeresse, diharapkan mereka akan menjaga
semua tahap penganggaran ini. nilai-nilai kearifan lokal mereka dalam proses
perencanaan, pelaksanaannya,
Tulisan ini mengungkapkan bahwa partisipasi
penuh publik dalam penganggaran pemerintah
daerah dapat dipraktikkan secara holistik, dan
bukan hanya proses seremonial seperti yang
ditunjukkan oleh literatur sebelumnya tentang
proses tersebut. Penelitian sebelumnya telah
difokuskan pada tingkat kabupaten dan
menemukan bahwa partisipasi dalam
penganggaran pemerintah daerah masih
dianggap hanya formalitas, dilakukan sebagai
bagian dari upacara yang diperlukan untuk
memenuhi kewajiban pemerintah daerah
tertentu. Namun, ditingkat micr o-community,
tulisan ini menunjukkan bahwa partisipasi
publik benar-benar holistik, dan dipraktikkan
lebih dari sekadar formalitas seremonial. Studi
ini mengungkapkan keberadaan nilai-nilai
lokal Tenggeresse ketika berpartisipasi dalam
penganggaran lokal; yaitu bersikap damai
danmenjaga kesejahteraan orang lain. Mereka
memiliki pendekatan triadik terhadap
hubungan: yaitu hubungan antara manusia dan
Tuhan mereka, manusia dan manusia dan
manusia dan lingkungan mereka. Berdasarkan
hubungan tersebut, beberapanilai kearifan
lokal meliputi proses partisipasi publik; yaitu
rukun, ramah dan konsisten, taat hukum,
gotong royong serta jujur dan terbuka. Nilai-
nilai kearifan lokal ini terinternalisasi dalam
aspek perencanaan, pelaksanaandan
pertanggungjawaban yang transparan dalam
partisipasi publik dalam penganggaran
pemerintah daerah.
Referensi
90
JAMAR Vol. 11 · [1 Tahun
2013)
Peraturan
91