Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

ISOLASI SOSIAL
PRAKTIK PROFESI KEPERAWATAN JIWA (PPKJ)

DISUSUN OLEH :

Nama : Elfa El Yana


NPM : 2214901110019
Kelompok/Ruangan : 2A/R. Tenang Wanita
Preseptor Akademik : Meti Agustini, Ns.,M.Kep
Preseptor Klinik : Noor Hasanah, S.Kep., Ns

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
LAPORAN PENDAHULUAN ISOLASI SOSIAL

A. Pengertian
Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain atau
menghindari hubungan dengan orang lain (Rawlins, 1993 Muhith A., 2015). Menurut
Townsend M.C (1998) dalam Muhith A., 2015, menarik diri merupkakan suatu keadaan
dimana seseorang menemukan kesulitan dalam membina hubungan secara terbuka
dengan orang lain. Jadi menarik diri merupakan keadaan dimana seseorang menemukan
kesulitan dalam membina hubungan dan menghindari interaksi dengan orang lai secara
langsung dapat sementara atau menetap.

Isolasi sosial adalah keadaan dimana seorang individu mengalami penurunan atau
bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya. Klien
mungkin merasa ditlak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan
yang berarti dengan orang lain.

B. Rentang respon
Adaptif Maladaptif

Menyendiri Menyendiri Menarik diri


Otonomi Otonomi Ketergantungan
Bekerjasama Bekerjasama Manipulasi
Interdependen Interdependen curiga

Muhith, 2015

Dalam membina hubungan sosial, individu berada dalam rentan respon yang adaptif
sampai dengan maladaftif. Respon adaftif merupakan respon yang dapat diterima oleh
norma-norma sosial dan kebudayaan yang secara umum berlaku. Sedangkan respon
maladaftif merupakan respon yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah
yang kurang dapat diterima oleh norma sosial dan budaya setempat. Respon sosial yang
maladaftif sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari adalah menarik diri, tergantung,
manipulasi, curuga, gangguan komunikasi dan kesepian (Townsend M.C , 1998 dalam
Muhith A., 2015)

C. Faktor Predisposisi
Beberapa faktor predisposisi (pendukung) terjadinya gangguan hubungan sosial yaitu :
1. Faktor perkembangan, kemampuan membina hubungan yang sehat tergantung dari
pengalaman selama proses tumbuh kembang. Setiap tahap tumbuh kembang
memiliki tugas yang harus dilalui individu dengan sukses, karena apabila tugas
perkembangan ini tidak dapat dipenuhi akan menghambat masa perkembangan
selanjutnya. Kurang stimulasi, kasih sayang, perhatian, dan kehangatan dari orang
tua/pengasuh akan memberikan rasa tidak aman yang dapat menghambat
terbentuknya rasa tidak puas.
2. Faktor sosial budaya, faktor sosial budaya dapat menjadi faktor pendukung
terjadinya gangguan dalam membina hubungan dengan orang lain, misalnya anggota
keluarga yang tidak produktif diasingkan dari orang lain (lingkungan sosialnya).
3. Faktor biologis, genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa.
Kelainan struktur otak seperti atrofi, pebesaran venrikel, penurunan berat badan dan
volume otak serta perubahan limbic diduga dapat menyebabkan skizofrenia (Muhith
A., 2015).

D. Faktor Presipitasi
1. Stressor sosial budaya, stressor sosial budaya dapat menyebabkan terjadinya
gangguan dalam membina hubungan dengan orang lain, misalnya anggota keluarga
yang labil yang dirawat dirumah sakit.
2. Stressor psikologis, tingkat kecemasan yang berat akan menyebabkan menurunnya
kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain. Intensitas kecemasan
yang ekstrim dan memanjang disertai terbaasnya kemampuan individu untuk
mengatasi masalah yakni akan menimbulkan berbagai masalah gangguan
berhubungan (menarik diri) (Muhith A., 2015).

E. Manifestasi klinis
Kurang spontan, apatis (acuh tak acuh terhadap lingkungan), ekspresi wajah kurang
berseri (ekspresi sedih), afek tumpul, tidak merawat dan memperhatikan kebersihan diri,
komunikasi verbal menurun atau tidak ada. Klien tidak bercakap-cakap dengan klien
lainperawat, mengisolasi diri (menyendiri), tidak atau kurang sadar dengan lingkungan
sekitarnya, pemasukan makan dan minuman terganggu, retensi urine dan fases, aktivitas
menurun, kurang energy, harga diri rendah, posisi janin pada saat tidur, menolak
berhubungan dengan orang lain (Townsend, M.C., 1998 dalam Muhith A., 2015).

F. Patway

G. Proses keperawatan
1. Pengkajian
Untuk mengkaji pasien isolasi sosial dapat menggunakan wawancara dan observasi
kepada pasien dan keluarga, tanda gejala yang dapat ditemukan saat wawancara
antara lain :
a. Pasien menceritakan erasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain
b. Pasien merasa tidak aman berada dengan orang lain
c. Pasien mengatakan hubungannya tidak berarti dengan orang lain
d. Pasien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu
e. Pasien tidak dapat berkonsentrasi dan membuat keputusan
f. Pasien merasa tidak berguna
g. Pasien tidak yakin dapat melangsungkan hidup
Pertanyan-pertanyaan berikut ini dapat ditanyakan pada waktu wawancara untuk
mendapatkan data subjektif :
a. Bagaimana pendapat pasien terhadap orang-orang disekitarnya (keluarga atau
tetangga)?
b. Apakah pasien mempunyai teman dekat? Bila punya siapa teman dekat itu?
c. Apa yang membuat pasien tidak memiliki orang terdekat dengannya?
d. Apa yang pasien inginkan dari orang-orang di sekitarnya?
e. Apakah ada perasaan tidak aman yang dialami pasien?
f. Apa yang menghambat hubungan yang harmonis antara pasien dengan orang
sekitarnya?
g. Apakah pasien merasakan bahwa waktu begitu lama berlalu?
h. Apakah pernah ada perasaan ragu untuk bisa melanjutkan kehidupan?
Tanda dan gejala isolasi sosial yang dapat diobservasi
a. Tidak memiliki teman dekat
b. Menarik diri
c. Tidak komunikatif
d. Tindakan berulang dan tidak bermakna
e. Asyik dengan pikirannya sendiri
f. Tidak ada kontak mata
g. Tampak sedih, afek tumpul
(Muhith A., 2015)
2. Diagnosa keperawatan
a. Isolasi sosial menarik diri b/d harga diri rendah
b. Perubahan sensori persepsi halusinasi b/d menarik diri
(Prabowo, 2014 dalam Teguh et al, 2017)
3. Rencana tindakan keperawatan
a. Diagnosa keperawatan: Isolasi sosial menarik diri b/d harga diri rendah
1) Tujuan umum : Pasien dapat berinteraksi dengan orang lain
2) Tujuan khusus
a) TUK 1
Dapat membina hubungan saling percaya
(1) Kriteria hasil
Setelah ...x pertemuan, pasien dapat menerima kehadiran
perawat. Pasien dapat mengungkapkan perasaan dan
keberadaannya saat ini secara verbal :
(a) Mau menjawab salam
(b) Ada kontak mata
(c) Mau berjabat tangan
(d) Mau berkenalan
(e) Mau menjawab pertanyaan
(f) Mau duduk berdampingan dengan perawat
(g) Mau mengungkapkan perasaannya
(2) Intervensi
(a) Bina hubungan saling percaya dengan prinsip komunikasi
terapetik
(b) Sapa pasien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
(c) Perkenalkan diri dengan sopan
(d) Tanyakan nama lengkap pasien dan nama kesukaan
pasien
(e) Jelaskan tujuan pertemuan
(f) Buat kontrak interaksi yang jelas
(g) Jujur dan menepati janji
(h) Tunjukkan sikap empati dan menerima pasien apa adanya
(i) Ciptakan lingkungan yang tenang dan bersahabat
(j) Beri perhatian dan penghargaan : temani pasien walau
tidak menjawab
(k) Dengarkan dengan empati beri kesempatan bicara, jangan
buru-buru tunjukkan bahwa perawat mengikuti
pembicaraan pasien
(l) Beri perhatian dan perhatikan kebutuhan dasar pasien
b) TUK 2
Pasien dapat menyebutkan penyebab menarik diri
(1) Kriteria hasil
Setelah ...x pertemuan, pasien dapat menyebutkan minimal satu
penyebab menarik diri yang berasal dari:
(a) Diri sendiri
(b) Orang lain
(c) Lingkungan
(2) Intervensi
Tanyakan pada pasien tentang :
(a) Orang yang tinggal serumah/teman sekamar pasien
(b) Orang terdekat pasien dirumah/ diruang perawatan
(c) Apa yang membuat pasien dekat dengan orang tersebut
(d) Hal- hal yang membuat pasien menjauhi orang tersebut
(e) Upaya yang telah dilakukan untuk mendekatkan diri
dengan orang lain
(f) Kaji pengetahuan pasien tentang perilaku menarik diri dan
tanda-tandanya
(g) Beri kesemapatan pada pasien untuk mengungkapkan
perasaan penyebab menarik diri tidak mau bergaul
(h) Diskusikan pada pasien tentang perilaku menarik diri,
tanda serta penyebab yang muncul
(i) Berikan reinforcement (penguatan) positif terhadap
kemampuan pasien dalam mengungkapkan perasaannya.
c) TUK 3
Pasien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang
lain dan kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain
(1) Kriteria hasil
Setelah ... pertemuan, pasien dapat menyebutkan keuntungan
berhubungan dengan orang lain, misal:
(a) Banyak teman
(b) Tidak kesepian
(c) Bisa diskusi
(d) Saling menolong
Setelah ...x pertemuan, pasien dapat menyebutkan kerugian
tidak berhubungan dengan orang lain, misal:
(a) Sendiri
(b) Tidak punya teman, kesepian
(c) Tidak ada teman ngobrol
(2) Intervensi
(a) Kaji pengetahuan pasien tentang manfaat dan keuntungan
berhubungan dengan dengan orang lain serta kerugiannya
bila tidak berhubungan dengan orang lain
(b) Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan
perasaannya tentang berhubungan dengan orang lain
(c) Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan
perasaannya tentang kerugian bila tidak berhubungan
dengan orang lain
(d) Diskusikan bersama tentang keuntungan berhubungan
dengan orang lain dan kerugian tidak berhubungan
dengan orang lain
(e) Beri reinforcement positif terhadap kemampuan
mengungkapkan perasaan tentang keuntungan
berhubungan dengan orang lain dan kerugian bila tidak
berhubungan dengan orang lain
d) TUK 4
Pasien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap
(1) Kriteria hasil
Setelah ...x interaksi, pasien dapat mendemonstrasikan
hubungan sosial secara bertahap
(2) Intervensi
(a) Observasi perilaku pasien saat berhubungan dengan orang
lain
(b) Beri motivasi dan bantu pasien untuk berkenalan/
berkomunikasi dengan orang lain melalui: pasien-
perawat, pasien-perawat-perawat lain, pasien-perawat-
perawat lain-11 pasien lain, pasien-perawat-perawat lain-
pasien lain-masyarakat
(c) Beri reinforcement positif atas keberhasilan yang telah
dicapai
(d) Bantu pasien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan
dengan orang lain
(e) Beri motivasi dan libatkan pasien dalam terapi aktivitas
kelompok sosialisasi
(f) Diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan bersama
pasien dalam mengisi waktu luang
(g) Memotivasi pasien untuk melakukan kegiatan sesuai
dengan jadwal yang telah dibuat
(h) Beri reinforcement atas kegiatan pasien dalam
memperluas pergaulan melalui aktivitas yang
dilaksanakan
e) TUK 5
Pasien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan
dengan orang lain
(1) Kriteria hasil
Setelah ...x interaksi, pasien dapat mengungkapkan perasaan
setelah berhubungan dengan orang lain untuk diri sendiri dan
orang lain untuk untuk:
(a) Diri sendiri
(b) Orang lain
(c) Kelompok
(2) Intervensi
(a) Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaannya bila
berhubungan dengan orang lain/kelompok
(b) Diskusikan dengan pasien tentang perasaan manfaat
berhubungan dengan orang lain
(c) Beri reinforcement atas kemampuan pasien
mengungkapkan perasaannya berhubungan dengan orang
lain
f) TUK 6
Pasien dapat memberdayakan system pendukung atau keluarga
mampu mengembangkan kemampuan pasien untuk berhubungan
dengan orang lain
(1) Kriteria hasil
Setelah ...x pertemuan keluarga dapat menjelaskan tentang
(a) Pengertian menarik diri dan tanda gejalanya
(b) Penyebab dan akibat menarik diri
(c) Cara merawat pasien dengan menarik diri
(2) Intervensi
(a) Bina hubungan saling percaya dengan keluarga: salam,
perkenalkan diri, sampaikan tujuan, buat kontrak
eksplorasi perasaan keluarga
(b) Diskusikan pentingnya peranan keluarga sebagai
pendukung untuk mengatasi perilaku menarik diri
(c) Diskusikan dengan anggota keluarga tentang: perilaku
menarik diri , penyebab perilaku menarik diri, akibat yang
akan terjadi jika perilaku menarik diri tidak ditanggapi,
cara keluarga menghadapi pasien menarik diri
(d) Diskusikan potensi keluarga untuk membantu mengatasi
pasien menarik diri
(e) Latih keluarga merawat pasien menarik diri
(f) Tanyakan perasaan keluarga setelah mencoba cara yang
dilatih
(g) Anjurkan anggota keluarga untuk memberi dukungan
kepada pasien untuk berkomunikasi dengan orang lain
(h) Dorong anggota keluarga secara rutin dan bergantian
menjenguk pasien minimal satu kali seminggu
(i) Beri reinforcement atas hal-hal yang telah dicapai
keluarga
g) TUK 7
Pasien dapat menggunakan obat dengan benar dan tepat
(1) Kriteria hasil
Setelah ...x interaksi, pasien menyebutkan:
(a) Manfaat minum obat
(b) Kerugian tidak minum obat
(c) Nama, warna, dosis, efek samping obat
Setelah ...x interaksi, pasien mampu mendemonstrasikan
penggunaan obat dan menyebutkan akibat berhenti minum obat
tanpa konsultasi dokter
(2) Intervensi
(a) Diskusikan dengan pasien tentang kerugian dan
keuntungan tidak minum, serta karakteristik obat yang
diminum (nama, dosis, frekuensi, efek samping minum
obat)
(b) Bantu dalam menggunakan obat dengan prinsip 5 benar
(benar pasien, obat, dosis, cara, waktu)
(c) Anjurkan pasien minta sendiri obatnya kepada perawat
agar pasien dapat merasakan manfaatnya
(d) Beri reinforcement positif bila pasien menggunakan obat
dengan benar
(e) Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi
dengan dokter
(f) Anjurkan pasien untuk konsultasi dengan dokter/perawat
apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan
(Prabowo, 2014).
Daftar Pustaka

Muhith A. (2015). Pendidikan Keperawatan Jiwa, Teori Dan Aplikasi. Yogyakarta: Andi.

Teguh K. (2017). Laporan pendahuluan asuhan keperawatan jiwa pasien dengan masalah
isolasi sosial (menarik diri). Banyuwangi: 2017
https://samoke2012.files.wordpress.com/2017/03/lpsp-isolasi-sosialb.pdf.
Banjarmasin, Desember 2022
Presptor Akademik Preseptor Klinik

(Meti Agustini, Ns., M.Kep) (Noor Hasanah, S.Kep., Ns)

Anda mungkin juga menyukai