Jurnal Perspektif Pembiayaan dan Pembangunan Daerah Vol. 6. No.4, January – February 2019 ISSN: 2338-4603 (print); 2355-8520 (online)
Abstrak
Otonomi daerah memungkinkan daerah memegang kewenangan untuk mengelola daerahnya sendiri. Hal
tersebut juga menimbulkan tanggung jawab yang harus dipenuhi oleh pemerintah daerah yaitu pelaporan
keuangan sebagai alat pertanggungjawaban. Keandalan dan ketepatan waktu adalah dua elemen penting
dalam informasi keuangan untuk pengambilan keputusan yang tepat. Ada beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi keandalan dan ketepatan waktu. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh
pengendalian intern akuntansi dan kapasitas sumber daya manusia terhadap keandalan dan ketepatan
waktu pelaporan keuangan pada pemerintah daerah. Objek penelitian ini adalah kepala dan staf Badan
Keuangan dan Aset Daerah (BKAD) di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Pengumpulan data dilakukan
melalui kuesioner, yang kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis regresi linier berganda. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa pengendalian intern akuntansi dan kapasitas sumber daya manusia
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keandalan dan ketepatan waktu pelaporan keuangan pada
pemerintah daerah di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Kata Kunci : Pengendalian Intern Akuntansi, Kapasitas Sumber Daya Manusia, Ketepatan Waktu,
Keandalan, Pelaporan Keuangan, Pemerintah Daerah
PENDAHULUAN
Otonomi daerah adalah kewenangan yang diberikan kepada kabupaten dan kota secara luas, nyata,
bertanggung jawab, dan proporsional kepada pemerintah daerah (Mardiasmo, 2002).
Pelaksanaan otonomi daerah adalah pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat kepada pemerintah
daerah yang meliputi penyerahan dan transfer pendanaan, sarana dan prasarana, serta sumber daya
manusia. Pelimpahan wewenang dan penyerahan dana tersebut menimbulkan kebutuhan akan akuntabilitas
dalam pengelolaan laporan keuangan pemerintah daerah.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010, setiap entitas pelapor memiliki kewajiban
untuk melaporkan upaya yang dilakukan dan hasil yang dicapai dalam pelaksanaan kegiatan secara
sistematis dan terstruktur selama satu periode pelaporan. Mardiasmo (2002) mendefinisikan akuntabilitas
sebagai asas akuntabilitas publik, yang berarti bahwa proses penganggaran mulai dari perencanaan,
penyusunan, hingga pelaksanaan harus dilaporkan dan dipertanggungjawabkan kepada Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah (DPRD) dan masyarakat.
Akuntabilitas juga mensyaratkan agar pembuat keputusan berperilaku sesuai dengan 525 yang mereka
berikan
Machine Translated by Google
Jurnal Perspektif Pembiayaan dan Pembangunan Daerah Vol. 6. No.4, January – February 2019 ISSN: 2338-4603 (print); 2355-8520 (online)
mandat. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa laporan keuangan merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban
dalam pengelolaan laporan keuangan.
Menurut peraturan yang sama, laporan keuangan harus relevan, andal, dapat dibandingkan, dan dapat
dipahami. Laporan keuangan dianggap andal jika laporan tersebut menyajikan data yang sebenarnya dan bebas dari
informasi yang menyesatkan dan kesalahan material. Hartono (2009) menyatakan bahwa informasi dalam laporan
keuangan dianggap berharga jika informasi tersebut tepat waktu, relevan, dan akurat. Ketepatan waktu merupakan
salah satu unsur penting agar informasi dapat dianggap berguna dan berharga.
Indriasari dan Nahartyo (2008) berpendapat bahwa reliabilitas dan ketepatan waktu merupakan dua elemen
penting dari nilai informasi yang berkaitan dengan pengambilan keputusan oleh berbagai pihak.
Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengkaji beberapa faktor yang mempengaruhi keandalan dan ketepatan
waktu pelaporan keuangan pemerintah daerah.
Penelitian tentang pengendalian internal akuntansi telah dilakukan oleh Indriasari dan Nahartyo (2008) dan
Kosegeran, Kalangi, dan Wokas (2016). Mereka menemukan bahwa sistem pengendalian internal berpengaruh
terhadap keandalan pelaporan keuangan. Hasil yang sama juga ditemukan pada penelitian kapasitas sumber daya
manusia yang dilakukan oleh Alimbudiono dan Mundono (2004), Indriasari dan Nahartyo (2008) serta Kosegeran,
Kalangi, dan Wokas (2016).
Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini bertujuan: 1) menguji pengaruh pengendalian intern akuntansi
dan kapasitas sumber daya manusia terhadap keandalan pelaporan keuangan pemerintah daerah; 2) menguji pengaruh
pengendalian intern akuntansi dan kapasitas sumber daya manusia terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan
pemerintah daerah.
H1a: Pengendalian Intern Akuntansi berpengaruh positif terhadap keandalan pelaporan keuangan pemerintah daerah
Penelitian tentang kapasitas sumber daya manusia telah dilakukan oleh Alimbudiono dan Mundono (2004) dan
Kosegeran, Kalangi, dan Wokas (2016). Menurut Alimbudiono dan Mundono (2004), dalam kegiatan pelaporan
keuangan, pemerintah seringkali dihadapkan pada kenyataan bahwa peraturan dapat berubah sewaktu-waktu.
Perubahan tersebut dapat berupa modifikasi pendekatan sistem akuntansi, prosedur pencatatan, dokumen yang
diperlukan, bahkan metode pelaporan. Perubahan tersebut membutuhkan dukungan teknologi dan sumber daya
manusia yang memiliki latar belakang pendidikan akuntansi yang memadai.
Demikian pula penelitian Kosegeran, Kalangi, dan Wokas (2016) menunjukkan bahwa kapasitas sumber daya manusia
berpengaruh positif terhadap keandalan pelaporan keuangan. Dengan mengizinkan 526
Machine Translated by Google
Jurnal Perspektif Pembiayaan dan Pembangunan Daerah Vol. 6. No.4, January – February 2019 ISSN: 2338-4603 (print); 2355-8520 (online)
karyawan untuk mengikuti technical assistance dan training, diharapkan keandalan pelaporan keuangan
dapat meningkat.
H1b: Kapasitas sumber daya manusia berpengaruh positif terhadap keandalan pelaporan keuangan
pemerintah daerah.
Namun sampai saat ini belum ada penelitian mengenai pengaruh pengendalian akuntansi internal
terhadap ketepatan waktu. Pengendalian intern menunjukkan bahwa perencanaan, prosedur, dan
pencatatan dikendalikan dengan tepat, sehingga pelaporan keuangan dapat dilaksanakan sesuai dengan
jangka waktu yang ditentukan. Oleh karena itu, penerapan pengendalian internal akuntansi dianggap
akan memastikan ketepatan waktu pelaporan.
H2a: Pengendalian intern akuntansi berpengaruh positif terhadap akurasi pelaporan keuangan pemerintah
daerah.
Selain itu, kapasitas sumber daya manusia juga sering dikaitkan dengan ketepatan waktu.
Indriasari dan Nahartyo (2008) menemukan bahwa kapasitas sumber daya berpengaruh positif dan
signifikan terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan. Seseorang yang memiliki kemampuan sumber
daya yang memadai akan dapat menyelesaikan pekerjaannya lebih cepat (tepat waktu) dan lebih baik.
Menurut Hevesi (2005), pegawai yang tidak memiliki pemahaman yang memadai terhadap tugasnya
akan mengalami hambatan seperti pemborosan material, waktu, dan tenaga. Sebaliknya, semakin tinggi
pemahaman karyawan terhadap tugas dan fungsinya, maka semakin sedikit hambatan yang dihadapi
sehingga dapat mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas.
H2b: Kapasitas sumber daya manusia berpengaruh positif terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan
Pemerintah Daerah
METODE
Populasi penelitian ini adalah pegawai pemerintah daerah di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Pemerintah daerah di DIY dipilih karena menjalankan akuntabilitas publik secara profesional berdasarkan
hasil Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP). Pada tahun 2017, pemerintah-pemerintah
tersebut menjadi satu-satunya pemerintah daerah yang berhasil meraih predikat A (capaian tertinggi) di
Wilayah III. Total, mereka sudah empat kali mendapatkan gelar yang sama (Tribun Jogja, 2018).
Pengambilan sampel menggunakan purposive sampling, yaitu metode pengambilan sampel menggunakan
kriteria yang telah ditetapkan oleh peneliti (Cooper and Schindler, 2014). Kriteria yang digunakan dalam
penelitian ini adalah kepala atau staf yang menjalankan fungsi akuntansi/penatausahaan keuangan di
Pemda DIY.
Penelitian ini menggunakan data primer, data diperoleh langsung dari sumbernya. Pengumpulan
data dilakukan melalui kuesioner kepada responden yaitu kepala seksi, staf operasional, dan staf
akuntansi/tata usaha. Penelitian ini dilaksanakan di Daerah Istimewa Yogyakarta yang meliputi Badan
Keuangan dan Aset Daerah (BKAD) Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman, Kulonprogo, Gunung Kidul,
dan Bantul, serta Badan Pendapatan, Keuangan, dan Pengelolaan Aset Daerah Daerah Istimewa.
provinsi Yogyakarta.
Penelitian ini mengukur empat aspek, yaitu pengendalian internal akuntansi, kapasitas sumber
daya manusia, keandalan, dan ketepatan waktu pelaporan keuangan. Tabel 1 memuat definisi operasional
dari masing-masing variabel. Penelitian ini menggunakan model skala Likert lima poin yaitu a) Sangat
tidak setuju b) Tidak setuju c) Ragu-ragu d) Setuju e) Sangat Setuju. Kuesioner yang digunakan mengacu
pada kuesioner yang dikembangkan oleh Indriasari dan Nahartyo (2008).
Ringkasan indikator ditunjukkan pada lampiran.
527
Machine Translated by Google
Jurnal Perspektif Pembiayaan dan Pembangunan Daerah Vol. 6. No.4, January – February 2019 ISSN: 2338-4603 (print); 2355-8520 (online)
Kapasitas sumber daya manusia Kemampuan individu, organisasi (institusi), atau sistem untuk menjalankan
fungsi atau wewenangnya untuk mencapai tujuan secara efektif dan
efisien. Kapasitas harus dilihat sebagai kemampuan untuk mencapai
kinerja dan menghasilkan keluaran dan hasil (Indriasari dan Nahartyo,
2008).
Penelitian ini menggunakan uji validitas, uji reliabilitas, uji asumsi klasik (normalitas,
heteroskedastisitas, autokorelasi, dan uji multikolinieritas), dan uji hipotesis. Analisis data
dilakukan dengan menggunakan analisis regresi linier berganda untuk mengetahui pengaruh
variabel independen terhadap variabel dependen. Persamaan regresi untuk menguji hipotesis
yang diajukan adalah sebagai berikut:
1
=+ 11 + 22 + ................................................. ..............................(1)
1
=+ 11 + 22 + ................................................. ..............................(2)
Survei dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada responden dari enam instansi.
Mereka adalah BKAD Yogyakarta, BKAD Sleman, BKAD Bantul, BKAD Gunung Kidul, BKAD
Kulonprogo, DPPKAD Yogyakarta. Kuesioner dibagikan ke bagian akuntansi dan administrasi.
Jumlah responden pada masing-masing instansi adalah sebagai berikut: BKAD Yogyakarta,
BKAD Sleman, BKAD Bantul, dan BKAD Kulonprogo sebanyak 20 kuesioner atau 17,7%.
Sedangkan di BKAD Gunung sebanyak 19 kuesioner atau 16,8% karena ada satu kuesioner
yang tidak dikembalikan. Kemudian jumlah responden di DPPKAD Yogyakarta sebanyak 14
kuesioner atau 12,4% karena terdapat lima kuesioner yang tidak lengkap dan satu kuesioner
tidak dikembalikan.
Responden memiliki latar belakang pendidikan yang beragam. Ada 13,6% dari Sekolah
Menengah Atas (SMA/SMK). Selanjutnya lulusan yang paling sedikit adalah dari Program
Diploma 1 (D1) yaitu sebesar 1%. Sebaliknya, sebagian besar dari mereka berasal dari program
sarjana (S1/D4), lebih dari setengahnya, yaitu 52,4%. Kemudian responden yang lulus dari
program Diploma 3 (D3) sebanyak 8,7% dan dari program Magister (S2) sebanyak 24,3%.
Kuesioner dibagikan kepada kepala seksi, subbagian, divisi, dan Staf di masing-masing
instansi. Sebagian besar responden adalah staf yaitu sebesar 73,5% dan sisanya adalah kepala
seksi, kepala subbagian, dan kepala bagian sebesar 26,5%.
dU = 1,715. Dapat disimpulkan bahwa nilai dW yang terletak pada dU < dW < (4-dU) yaitu 1,715 < 1,860
< 2,285 (4-dU) telah membuktikan bahwa regresi bebas dari masalah autokorelasi dan layak untuk
digunakan.
Pada ketepatan waktu, uji reliabilitas Durbin-Watson menghasilkan nilai 1,990 dengan
menggunakan dua variabel bebas dan 113 sampel, sehingga menghasilkan dU < dW < (4-dU), yaitu
1,715 <1,990 < 2,285 (4-dU). Dapat disimpulkan bahwa regresi bebas dari masalah autokorelasi dan
layak untuk digunakan.
Multikolinearitas
Uji multikolinearitas ditunjukkan dengan Toleransi dan Variance Inflation Factor (VIF)
nilai-nilai. Hasil uji multikolinearitas dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Dengan asumsi VIF < 10 dan tolerance > 0,1, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
multikolinearitas antar variabel independen, yang berarti variabel independen tidak berkorelasi secara
signifikan.
Heteroskedastisitas
Hasil uji heteroskedastisitas dapat dilihat dengan uji Glaser. Jika nilai signifikansi p lebih besar dari
0,05 maka dapat disimpulkan bahwa data tidak mengalami heteroskedastisitas. Hasil pengujian
selengkapnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Pengujian hipotesis
Pengujian simultan digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen secara simultan
mampu menjelaskan variabel dependen secara bersama-sama. Uji ini dilakukan dengan uji F.
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa hasil uji F adalah 91,852 dengan derajat signifikansi
0,000 (<0,005) untuk variabel Y1 (reliabilitas) dan 70,714 dengan derajat signifikansi 0,000 (<0,005)
untuk variabel Y2 (ketepatan waktu). Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengendalian intern
akuntansi dan kapasitas sumber daya manusia secara simultan berpengaruh positif dan signifikan
terhadap keandalan dan ketepatan waktu pelaporan keuangan pemerintah daerah.
Sedangkan pengujian hipotesis parsial dilakukan untuk menguji apakah variabel independen
mampu menjelaskan variabel dependen. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan uji T.
Tabel 8. Pengujian Hipotesis (Uji t)
Koefisien Tidak Standar Pengujian sebagian
Model Standar B Koefisien Hasil
Std. Error 1 Beta T Sig.
(Constant) ,452 ,302 X1 – Accounting Internal
,626 ,076
Control
X2 – 1.495.138
Kapasitas Sumber Daya Manusia ,299 ,082 Dependent ,602 8.260.000 H1a diterima
Variable: Y1 (Reliability) ,266 3.644.000 H1b diterima
Diskusi
531
Machine Translated by Google
Jurnal Perspektif Pembiayaan dan Pembangunan Daerah Vol. 6. No.4, January – February 2019 ISSN: 2338-4603 (print); 2355-8520 (online)
Pengaruh kapasitas sumber daya manusia terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan
Berdasarkan uji statistik dapat disimpulkan bahwa kapasitas sumber daya manusia berpengaruh
positif dan signifikan terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan. Semakin tinggi pemahaman staf
terhadap tugas dan fungsinya, maka semakin sedikit kendala yang dihadapi, sehingga dapat mengurangi
waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas sehingga ketepatan waktu dapat tercapai.
Hal ini menunjukkan bahwa staf yang memiliki kemampuan yang memadai akan lebih cepat menyelesaikan
tugas. Hal ini sesuai dengan penelitian Indriasari dan Nahartyo (2008) dan Hevesi (2005).
Kesimpulan
Penelitian ini menemukan bahwa pengendalian internal akuntansi dan kapasitas sumber daya
manusia berpengaruh positif terhadap keandalan laporan keuangan. Jika setiap transaksi didukung oleh
otorisasi dari orang-orang yang relevan dan bukti yang valid, maka laporan transaksi akan dapat dipercaya,
bebas dari kesalahan penyajian material. Demikian juga dengan staf yang memiliki kapabilitas yang
memadai akan mampu menyajikan laporan keuangan yang handal.
Selain itu, pengendalian internal akuntansi dan kapasitas sumber daya manusia berpengaruh positif
terhadap ketepatan waktu laporan keuangan. Jika setiap transaksi selalu dicatat, catatan akan tetap
diperbarui, dan memudahkan staf untuk menyelesaikan laporan tepat waktu. Jika hal ini dilakukan,
pekerjaan tidak akan bertumpuk pada akhir periode yang menyebabkan beban kerja berlebih (overload)
dan keterlambatan waktu. Demikian pula dengan pegawai yang memiliki kemampuan yang memadai akan
menyelesaikan pekerjaan lebih cepat dan tepat waktu karena sudah memahami job description.
Rekomendasi
Penelitian selanjutnya dapat dilakukan dengan memasukkan variabel lain yang berpengaruh
terhadap keandalan dan ketepatan waktu pelaporan keuangan seperti penggunaan teknologi informasi,
pengawasan laporan keuangan, dan Standar Akuntansi Pemerintahan.
532
Machine Translated by Google
Jurnal Perspektif Pembiayaan dan Pembangunan Daerah Vol. 6. No.4, January – February 2019 ISSN: 2338-4603 (print); 2355-8520 (online)
REFERENCES
Alimbudiono, R.S., & Fidelis A.A. (2004). Kesiapan Sumber Daya Manusia Sub Bagian Akuntansi Pemerintah
Daerah “XYZ” dan kaitannya dengan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah kepada Masyarakat:
Renungan bagi Akuntan Pendidik. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Sektor Publik, 5(2), 18-30.
Azman, T. (2015). Analisis Komitmen Organisasi Kesiapan Sumber Daya Manusia, Infrastruktur serta Sistem
Informasi dalam Menerapkan Standar Akuntansi Pemerintah Berbasis Akrual (Studi pada Pemerintah
Kabupaten Kepulauan Meranti). Jurnal Sorot, 10(1), 131-142.
Coopler, DR, & Pamela SS (2014). Metode Penelitian Bisnis. New York: Mc Graw
Bukit.
Hartadi, B. (1999). Sistem Pengendalian Intern dalam Hubungannya dengan Manajemen dan Audit.
Yogyakarta: BPFE.
Hartono, J. (2009). Sistem Teknologi Informasi. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Hevesi, GA (2005). Standar Pengendalian Internal di Negara Bagian New York. Pemerintah.
Diambil dari www.osc.state.ny.us.
Hullah, A.R,, et.all. (2012). Pengaruh Sumber Daya Manusia dan Pemanfaatan Teknologi Informasi terhadap
Keterandalan Pelaporan Keuangan pada Pemerintahan Provinsi Sulawesi Utara. Jurnal Riset
Akuntansi dan Auditing, 3(2), 9-21.
Indriasari, D., & Ertambang N. (2008). Pengaruh Kapasitas Sumberdaya Manusia, Pemanfaatan Teknologi
Informasi, dan Pengendalian Intern Akuntansi terhadap Nilai Informasi Pelaporan Keuangan
Pemerintah Daerah (Studi pada Pemerintah Kota Palembang dan Kabupaten Ogan Ilir). Simposium
Nasional Akuntansi, XI.
Irvan, N., et. semua. (2017). Pengaruh Kompetensi Sumber Daya Manusia, Teknologi Informasi dan Sistem
Pengendalian Intern terhadap Good Governance dan Kinerja Pengelolaan Keuangan Pemerintah
Daerah. Manajemen Jurnal Internasional & Ilmu Sosial, 8(1), 31-45.
Kalumata, M.C.T., Ventje I., & Jessy D.L.W. (2016). Pengaruh Kompetensi Sumber Daya Manusia, Teknologi
Informasi, Reviu Laporan Keuangan dan Sistem Pengendalian Internal terhadap Kualitas Laporan
Keuangan pada Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara. Jurnal Accountability, 5(2), 152-167 Kieso,
D.E., Jerry J.W., & Terry D.W. (2011). Intermediate Accounting, IFRS Edition, Volume 1. New Jersey:
John Willey and Sons Inc.
Kosegeran, A.I., Lintje K., & Heince W. (2016). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keandalan dan
Ketepatan Laporan Keuangan Satuan Kerja Perangkat Daerah pada Pemerintah Kabupaten
Minahasa Tenggara. Jurnal Accountability. 5(2), 178-190.
Mardiasmo. (2002). Otonomi Daerah sebagai Upaya Memperkokoh Basis Perekonomian Daerah. E-Journal
Narotama. Artikel, Th I, No 4, June 2002. Retrieved from http://ejournal.narotama.ac.id/files/
Jurnal%20Otonomi%20Daerah_Mardiasmo.pdf
Mulyadi. (2010). Sistem Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat.
Presiden Republik Indonesia. (2010). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.
Purwono, E. (2004). Aspek-aspek EDP Audit Pengendalian Internal pada Komputerisasi.
Yogyakarta: Andi.
Suwardjono. (2012). Teori Akuntansi: Perekayasaan Pelaporan Keuangan. Edisi Ketiga.
Yogyakarta: BPFE.
Tribun Jogja. (2018, February 13). Hasil Evaluasi SAKIP, Pemda DIY Tertinggi di Wilayah III. Tribun Jogja.
Retrieved from http://jogja.tribunnews.com/2018/02/13/ hasil-evaluasi-sakip-pemda-diy-tertinggi-di-
wilayah-iii?page=1.
533
Machine Translated by Google
Jurnal Perspektif Pembiayaan dan Pembangunan Daerah Vol. 6. No.4, January – February 2019 ISSN: 2338-4603 (print); 2355-8520 (online)
LAMPIRAN: Kuesioner
Item
3. Transaksi tidak dapat dilakukan tanpa izin dari pihak yang berwenang 4. Setiap transaksi
yang terjadi harus didukung dengan bukti transaksi yang sah 5. Setiap transaksi dicatat dalam
buku catatan akuntansi 6. Catatan akuntansi terjaga kemutakhirannya.
7. Laporan keuangan ditelaah dan disetujui terlebih dahulu oleh kepala bagian keuangan/akuntansi
divisi sebelum didistribusikan
8. Sistem akuntansi yang ada memungkinkan dilakukannya audit/transaksi.
9. Adanya pemisahan tugas dalam rangka pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
Kapasitas Sumber Daya Manusia
1. Subdivisi keuangan/akuntansi Anda memiliki staf yang berkualitas dengan jumlah yang memadai.
2. Minimal 10 persen staf bagian keuangan/akuntansi Anda adalah lulusan D3 akuntansi atau
lebih tinggi.
3. Bagian keuangan/akuntansi Anda memiliki gambaran yang jelas tentang peran dan fungsi.
4. Peran dan tanggung jawab seluruh karyawan bagian keuangan/akuntansi Anda jelas
ditetapkan dalam peraturan daerah.
5. Uraian tugas bagian keuangan/akuntansi Anda sesuai dengan yang sebenarnya
fungsi akuntansi.
6. Adanya pedoman mengenai prosedur dan proses akuntansi.
7. Subbagian keuangan/akuntansi Anda telah melakukan proses akuntansi.
8. Subbagian keuangan/akuntansi Anda memiliki sumber daya pendukung operasional yang memadai.
9. Pelatihan untuk membantu penguasaan & pengembangan keterampilan dalam tugas-tugas yang dilaksanakan.
10. Dana dianggarkan untuk mendapatkan sumber daya, peralatan, pelatihan yang dibutuhkan.
Keandalan
1. Transaksi dan peristiwa lain yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat diharapkan untuk disajikan,
diilustrasikan secara jujur dalam laporan keuangan.
2. Neraca disajikan.
3. Laporan realisasi anggaran atau laporan perhitungan APBD disajikan.
4. Catatan atas laporan keuangan disajikan.
5. Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat diuji.
6. Rekonsiliasi dilakukan secara periodik antara catatan akuntansi dengan catatan bank atau eksternal
catatan pihak yang memerlukan konfirmasi atau rekonsiliasi.
7. Informasi diarahkan pada kebutuhan umum dan tidak berpihak pada kebutuhan pihak tertentu.
Ketepatan
waktu 1. Informasi yang dibutuhkan segera tersedia saat diminta.
2. Laporan sering diberikan secara sistematis dan teratur, misalnya: laporan harian, laporan mingguan, laporan bulanan,
laporan semester, dan laporan tahunan (jika laporan jarang ada, beri tanda nomor satu).
534