Anda di halaman 1dari 28

Laboratorium Farmasetika

Fakultas Farmasi
Universitas Hasanuddin

DOKUMEN RANCANGAN PENGEMBANGAN PRODUK


ZACOLE® CREAM

PT. ZHAREEN

Disusun Oleh:

1. Formulation Development Scientist #1 : Devhy Mega Utami/N011 19 1063


2. Formulation Development Scientist #2 : Devhy Mega Utami/N011 19 1063
3. Process Development Scientist : Devhy Mega Utami/N011 19 1063
4. Analytical Method Development Scientist : Devhy Mega Utami/N011 19 1063
5. Packaging Development Scientist : Devhy Mega Utami/N011 19 1063

Supervisors:

Nomor Dokumen : 21DRP.SP.A4.91063


Tanggal Penuyusunan : 4 Desember 2021
Tanggal Pengesahahan :

MAKASSAR 2021
Bagian 1 Identitas Produk (Fordev)

No. Item Uraian

1 Nama Produsen PT. Zhareen

2 Nama Produk Zacole

3 Kandungan Bahan Aktif Econazole Nitrate

4 Kekuatan Sediaan 1%

5 Nomor Registrasi DTL2123210529A1

6 Indikasi Sediaan Infeksi jamur kulit dan kandidiasis vaginal

7 Golongan Obat Bebas Terbatas

Bagian 2 Quality Target Product Profile (QTPP) (Fordev)

No. Elemen QTPP Target Justifikasi


Ekuivalensi farmasetik: bentuk sediaan
1 Bentuk Sediaan Semi Padat
sesuai
Ekuivalensi farmasetik: bentuk sediaan
2 Desain sediaan Krim
sesuai
Ekuivalensi farmasetik: bentuk sediaan
3 Rute Pemberian Topikal
sesuai
Ekuivalensi farmasetik: bentuk sediaan
4 Kekuatan Sediaan 1%
sesuai
Penyerapan tidak signifikan
Persyaratan bioekuivalensi: diperlukan
5 Farmakokinetika bila dioleskan ke kulit atau
untuk memastikan keefektifan obat
vagina
Ekuivalen atau lebih baik dengan waktu
6 Stabilitas Stabil selama 2 Tahun
penyimpanan produk
7 Wadah Primer Tube Aluminium Sesuai dengan desain sediaan
Bagian 3 Quality Attribute (Drug Product) (Andev)

No. Quality Attribute Target Justifikasi


Semi Padat (krim) Sesuai dengan spesifikasi sediaan yang
Pemerian
diinginkan
Tidak Berbau Sesuai dengan spesifikasi sediaan yang
Bau
diinginkan
Putih Sesuai dengan spesifikasi sediaan yang
Warna
Atribut diinginkan
1
Fisik Tidak Berasa Sesuai dengan spesifikasi sediaan yang
Rasa
diinginkan
30 g Sesuai dengan spesifikasi sediaan yang
Bobot
diinginkan
Tiga dimensi dengan tube Sesuai dengan spesifikasi sediaan yang
Dimensi
diinginkan
A. Campur sejumlah krim
setara dengan 40 mg
Ekonazol nitrat dengan 20
mL campuran asam sulfat
1 M-metanol P (1:4),
Spektrum serapan
Sesuai dengan pustaka
inframerah
Farmakope Indonesia edisi VI (484-485)
2 Identifikasi
B. Waktu retensi puncak
utama Larutan uji 2 sesuai
dengan puncak utama
Larutan baku yang
diperoleh pada Penetapan
kadar.

Krim Ekonazol Nitrat, 90,0%


Sesuai dengan pustaka
3 Assay -110,0% dari jumlah yang
Farmakope Indonesia edisi VI (484)
tertera pada etiket.
Keseragaman
4 - -
Kandungan
5 Impurities NMT 0.1% USP 38

6 pH 4,5-5 Sesuai dengan pH normal kulit


Pharmaceutical Dosage Forms: Disperse
7 Viskositas 100.000-300.000 cPs
System,Volume 3, Second Edition:504
8 Volume Terpindahkan - -

9 Kerapatan - -
Dalam wadah tertutup
rapat, tidak tembus cahaya,
Sesuai dengan pustaka
10 Integritas Wadah simpan pada suhu 25°
Farmakope Indonesia edisi VI (484)
masih boleh disimpan pada
suhu antara 15° dan 30°.

Sesuai dengan spesifikasi sediaan yang


11 Torsi (Kemasan) Tube Aluminium
diinginkan

 Angka Lempeng Total -


12 ALT-AKK Sesuai dengan persyaratan BPOM
Salep, Krim : ≤ 103
koloni/g - Salep, Krim
untuk luka : negatif/g
 Angka Kapang Khamir -
Salep, Krim : ≤ 102
koloni/g - Salep, Krim
untuk luka : negatif/g

13 Coliform Negatif Sesuai dengan persyaratan BPOM


 Staphylococcus aureus -
Salep, Krim untuk luka :
negatif/g
14 Bakteri Patogen Sesuai dengan persyaratan BPOM
 Pseudomonas aeruginosa
- Salep, Krim untuk luka :
negatif/g
Bagian 4 Rancangan Formula (Fordev)

Tiap 30 g sediaan mengandung


Econazol Nitrate 1% (zat Aktif)

Fase Minyak
Stearyl alkohol 3% (stefening agent)
Asam Strearat 5% (Emulgator)
Parafin Cair Ad 40 % (Pembawa)

Fase Air
BHA 0,005 % (Antioksidan)
TEA 0,1 % (Emulgator)
Propilen glikol 15% (Humektan)
Purified Water Ad 60% (pelarut)

* Konsentrasi bahan aktif oral ditulis dalam mg, konsentrasi bahan tambahan/bahan aktif topikal dalam %
**Bahan pengisi/pembawa/basis ditulis paling akhir, add 100%

Bagian 5 Dasar Formulasi (Fordev)

A. Dasar Pembuatan Sediaan (5)


 Sediaan Krim merupakan sediaan setengah padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat
yang didispersikan dan dilarutkan dalam emulsi air dalam minyak (W/O) atau emulsi minyak dalam
air (O/W) atau dalam jenis basa lain yang dapat dicuci dengan air [Ansel: 278]
 Krim adalah sistem pseudoplastik dengan konsistensi yang lebih besar daripada, emulsi oral atau
parenteral. Krim juga diresepkan untuk penggunaan topikal (eksternal) [fastrack: 45]
 Krim salah satu semipadat yang memakai sistem emulsi yang tidak jernih, konsistensi dan sifat
reologinya tergantung pada sifat emulsinya minyak dalam air atau air dalam minyak, dan sofat zat
padat dalam fase internalnya [Lachman: 1092]
 Produk Obat Topikal seperti aerosol, krim, emulsi, gel, lotion, salep, pasta, bubuk, larutan, dan
suspensi. Bentuk sediaan ini umumnya ditujukan untuk efek lokal (tidak sistemik) dan umumnya
diterapkan pada kulit atau permukaan mukosa mulut [PHARMACEUTICAL MANUFACTURING
HANDBOOK:181]
 Krim lebih di sukai oleh beberapa masyarakat dari pada pasta karena lebih mudah menyerap dari
pada pasta [ encyclopedia:996]

B. Dasar Pemilihan Bahan Aktif (3) dan Kekuatan Sediaan (3) (Fordev)
Dasar Pemilihan Bahan Aktif (3)
 Ekonazol nitrat merupakan obat untuk penyakit kandidiasis infeksi kulit, karena ekonazol
nitrat termasuk obat antijamur[BNF:650]
 Ekonazol nitrat merupakan obat golongan antijamur imidazol yang mempunyai
permeabilitas membrane selnya sensitive pada jamur sehingga menganggu sintesis dari
ergosterol yang merupakan membrane dari sel jamur. Ekonazol nitrate juga memiliki
spektrum aktivitas anti mikroba yang luas itulah mengapa pada formulasi ekonazol sudah
tidak membutuhkan bahan pengawet dalam formulasinya [Martindale:531,539}

Dasar Pemilihan Kekuatan Sediaan (3)
 Ekonazol nitrat jika dibentuk menjadi sediaan krim maka mempunyai kekuatan sediaan 1% pada 30
gram sediaan [BNF:651]
 Ekonazol nitrat dengan kekuatan sediaan 1% dalam sediaan krim, lotion, bedak, atau larutan dapat
menyembuhkan infeksi jamur pada kulit [Martindale:531]

C. Dasar Pemilihan Bahan Tambahan (4) (Fordev)


Asam Stearat (4)
1. Asam stearat banyak digunakan dalam farmasi oral dan topikal formulasi. Dalam formulasi topikal,
asam stearat digunakan sebagai pengemulsi dan agen pelarut. Ketika sebagian dinetralkan dengan
basa atau trietanolamin, asam stearat digunakan dalam pembuatan krim (1:697).
2. Asam stearat umumnya dianggap sebagai bahan yang tidak beracun dan tidak mengiritasi. Namun,
konsumsi dalam jumlah berlebihan bisa berbahaya (1:698).
3. Asam stearat akan membentuk krim yang stabil apabila digabungkan dengan trietanolamin (TEA)
(21:382).
4. Emulgator dengan konsentrasi 2% adalah jumlah yang cukup besar dalam suatu formula, walaupun
konsentrasinya kecil tetapi memberikan hasil yang baik, apabila emulgator lebih dari 5% maka
emulgator justru menjadi bagian utama dalam sebuah formulasi sedangkan itu bukanlah hal yang
menjadi tujuan dalam pembuatan emulgator (21:382).

Stearyl Alkohol (4)


1. Stearyl alkohol lebih aman dibandingkan setil alkohol karena cetil alkohol dapat menimbulkan reaksi
dermatitis (inflamasi pada kulit). Sedangkan sediaan yang akan dibuat ditujukan untuk jerawat (salah
satu inflamasi) (Excipien:700).
2. Stearyl alkohol lebih stabil dibandingkan minyak kastor terhidrogenasi karena minyak kastor
terhidrogenasi stabil pada suhu diatas 150°C (Excipien:128).
3. Stearyl alkohol lebih mudah penanganannya dibandingkan dextrin karena dextrin sangat sensitif dan
bergantung pada metode pembuatan dan sumber bahan (Excipien:220).
4. Penggunaan tween dengan stearyl alkohol akan membentuk emulsi minyak dalam air sesuai yang
diharapkan pada formulasi krim Azemaf® ini (Handbook of cosmetic science and technology:515)
5. Alkohol berbobt molekul tinggi seperti stearyl alkohol dapat menjadi stabilisator emulsi minyak dalam
air (Ansel:469)

Parafin Cair (4)


1. Parafin merupakan jenis basis hidrokarbon yang bersifat emolien yaitu mengurangi penguapan air
pada kulit. Resistensinya bagus pada kulit, bersifat hidrofobik dan mudah menyebar merata pada
kulit (fastrack:79)
2. Parafin cair pada kulit dapat mengurangi difusi air dalam kulit hingga 50% (Pharmaceutical
Compounding and Dispensing:78)
3. Parafin sering digunakan dalam formulasi topikal seperti komponen dari krim. Parafin digunakan
untuk meningkatkan titik lebur pada suatu formula atau meningkatkan kekakuan (Rowe:474)
4. Parafin cair digunakan terutama sebagai eksipien dalam formulasi farmasi topikal sebagai pembawa
dalam emulsi m/a dengan konsentrasi 1-32% (Rowe:445-446).
5. Minyak memiliki fungsi pengangkutan obat dan pelarutan dalam produk oral, topikal, atau injeksi.
Salah satu bahan umum dari kelompok ini yang digunakan pada sediaan farmasi komersial adalah
parafin cair (Ensyclopediac:975).

TEA(4)
1. Sediaan semi padat berupa pasta atau krim memiliki persyaratan mengandung Staphylococcus
aureus negatif/gram dan Pseudomonas aeruginosa negatif/gram. (BPOM:17)
2. Pengujian mikroba spesifik dirancang untuk menetapkan suatu produk memenuhi kriteria mutu
secara mikrobiologi. Untuk pelaksanaannya menggunakan metode otomatik dimungkinkan untuk
digunakan setelah dibuktikan kesetaraannya dengan metode farmakope. (Farmakope:1348)
3. Dalam pembuatan, pengemasan, penyimpanan, dan distribusi sediaan farmasi, sarana yang sesuai
harus diambil untuk menjamin mutu mikrobiologisnya. Sediaan farmasi harus memenuhi kriteria
yang diberikan di bawah ini, misalnya kategori 1 adalah sediaan yang disyaratkan steril oleh
monografi yang relevan pada bentuk sediaan dan sediaan lain yang diberi label steril. (. European
Pharmacopoeia 5th Ed:449)

BHA (4)
Butylated hydroxyanisole adalah antioksidan dengan beberapa sifat antimikroba.[Excipent: 73]
BHA jauh lebih efektif dari asam sitrat, asam tartrat ataupun asam fosfat [lachman:1068]

Propilen Glikol (4)


1. Propilen glikol dapat berfungsi sebagai humektan yang dapat menjaga kelembapan kulit.
Konsentrasi PG untuk humektan pada sediaan topical ialah 15%. Selain itu, propilen glikol juga dapat
th
digunakan sebagai pengawet (Excipient 6 ; 592).
2. Humektan dapat menyerab air karena molekulnya yang relatif kecil serta dapat membentuk lapisan
tipis pada permukaan kulit. Salah satu bagian dari humektan ialah propilenglikol (Cosmetic skin care
:29).
3. Propilen glikol merupakan humektan yang dapat berfungsi sebagai pelembab terutaman dalam
sediaan krim dan salep (Ansel: 152). Selain berfungsi sebagai humektan, propilen glikol juga dapat
digunakan untuk meningkatkan kelarutan bahan obat (Fasttrack: 97)

Purified Water(4)
1. Air sering digunakan sebagai solvent atau pelarut dalam pembuatan sediaan farmasi, hal ini karena
air bersifat stabil (Rowe:766).
2. Air merupakan pelarut yang paling sering digunakan dalam produk farmasi karena memiliki
kompatibilitas fisiologis dan toksisitasnya yang kurang (Aulton:311).
3. Air adalah eksipien yang paling banyak digunakan dalam farmasi operasi produksi. Nilai spesifikasi
air digunakan untuk aplikasi tertentu dalam konsentrasi hingga 100% Ansel:802).
4. Air memiliki konstanta dielektrik yang tinggi, yang sangat penting untuk memastikan distribusi
berbagai macam bahan sehingga dapat terionisasi (Aulton:311)

D. Dasar Pemilihan Bahan Kemas Primer (5) (Packdev)


1. Tube aluminium sangat ringan, tahan bocor, dan relatif tidak bisa dipatahkan. Tube aluminium memiliki
penyimpanan yang memungkinkannya mempertahankan bentuk aslinya. (Remington:1055)
2. Tube digunakan untuk mengemas sediaan farmasi topikal. Tube ringan, relatif murah, nyaman untuk
digunakan dan kompatibel dengan sebagian besar komponen formulatif dan mereka memberikan
perlindungan yang lebih besar terhadap kontaminasi eksternal dari lingkungan luar. (Ansel :280)
3. Kemasan tube logam yang mudah dilipat merupakan kemasan yang mudah dibuka dan perlindungan
produk yang baik. Tube tidak dapat menyedot kembali sehingga resiko kontaminasi dari sisa yang
tertinggal adalah minim. (Lachman Ed. 3 : 1436)

E. Dasar Pemilihan Sistem (3) (Prosdev)


1. Krim lebih diarahkan untuk produk yang terdiri dari emulsi minyak dalam air atau dispersi
mikrokristal asam asam lemak atau alkohol berantai panjang dalam air, yang dapat dicuci dengan
air [Farmakope 6:55]
2. Sediaan krim biasanya dibuat dalam bentuk M/A karena lebih mudah menyebar dan lebih mudah
untuk di hilangkan (Ansel : 278)
3. Penggunaan tipe emulsi M/A biasa digunakan untuk formulasi sediaan yang digunakan secara
topikal karena nyaman digunakan dan tidak lengket (Fastrack : 55)

F. Dasar Pemilihan Metode Pembuatan (5) (Prosdev)


1. Penggunaan metode beaker digunakan jika emulsi yang dibuat terdiri dari dua fase emulgator yaitu
larut air dan minyak. Dimana pembuatannya yaitu fase air dipanaskan dengan suhu yang sama
dengan fase minyak kemudian fase minyak ditambahkan ke fase air untuk membentuk emulsi M/A
[lachman : 1069]
2. Pembuatan dilakukan dengan memanaskan bagian minyak dan bagian yang larut dalam air di dua
tempat yang berbeda pada suhu 70 - 75 C. Lalu larutan berair ditambahkan secara perlahan ke
dalam bagian minyak yang telah leleh [Ansel : 322]
3. Metode beaker ini dipilih karena metode ini memiliki keuntungan dalam segi kepraktisan. Metode
ini hanya membutuhkan 2 beker, termometer dan sumber panas. Metode ini juga cocok untuk
digunakan untuk sediaan yang mengandung bahan berupa lilin yang harus dileburkan terlebih
dahulu seperti lanolin sebelum dapat didispersikan ke dapat didispersikan ke dalam emulsi
[Remington : 388]
4. Sediaan krim umumnya menggunakan metode pemanasan dimana sebelum kedua fase
dicampurkan, terlebih dahulu dipanaskan secara terpisah [Modern Pharmaceutics: 396]
5. Pada proses pembuatan emulsi air dalam minyak bahan tambahan yang digunakan harus dilarutkan
terlebih dahulu sesuai dengan kelarutannya dimana bahan larut lemak dilarutkan dalam fase
minyak sedangkan bahan larut air dilarutkan dalam fase air kemudian dicampurkan [Aulton :358]

G. Dasar Penentuan Spesifikasi (Quality Attribute) Sediaan (3) (Andev)


Uji Organoleptik
1. Penampilan umum sangat penting bagi konsumen sehingga perlu dilakukan pengontrolan penampilan
umum suatu sediaan yang melibatkan pengukuran bau, rasa, bentuk permukaan, konsisten dan cacat
fisik serta untuk membaca tanda tanda pengenal [Lachman: 648].
2. Berdasarkan farmakope Indonesia Edisi VI dinyatakan bahwa atribut fisik emulsi sangat beragam, mulai
dari mulai dari cairan yang mudah dituang hingga krim setengah padat yang terdiri atas dua fase
dimana salah satu cairannya terdispersi dalam cairan yang lain. Informasi atribut fisik tidak langsung
dapat membantu evaluasi pendahuluan suatu bahan tetapi dimaksudkan sebagai standar atau uji
kemurnian [Farmakope VI: 35 ,47]
3. Penampilan keseluruhan dari produk cair terutama tergantung pada warna dan kejernihannya.
Pentingnya atribut fisik ini dalam melakukan pemilihan warna biasanya dibuat konsisten sesuai dengan
rasa, misalnya hijau atau biru untuk rasa permen, merah untuk berry (Lachman : 970)

Identifikasi
1. Uji identifikasi merupakan uji di bawah judul Identifikasi pada monografi dimaksudkan sebagai suatu
cara untuk membuktikan bahwa zat mempunyai identitas yang sesuai dengan yang tertera pada etiket.
Uji identifikasi dalam suatu monografi dapat terdiri dari satu atau lebih prosedur. Ketika uji identifikasi
dilakukan, semua persyaratan dari prosedur spesifik harus terpenuhi. Kegagalan suatu bahan untuk
memenuhi persyaratan uji Identifikasi (misalnya tidak sesuai dengan semua persyaratan prosedur
spesifik yang merupakan bagian dari uji) menunjukkan adanya ketidaksesuaian dengan etiket dan/atau
palsu [Fasttrack.: 35].
2. Dalam menentukan kualitas sebagian besar sediaan topikal, perlu dilakukan pengujian penampilan fisik,
identifikasi, uji potensi, pengujian zat terkait, pengujian pelepasan obat dan penentuan kelembaban
[Pharmacopeia]

Assay
1. Tes assay zat aktif harus menunjukkan stabilitas; agar dapat dipisahkan dari degradasi produk dan
komponen lain dari formulasi. Selanjutnya, produk degradasi harus dikuantifikasi dan semua metode
harus divalidasi tidak hanya pada awal pengujian tetapi juga melalui periode pengujian [Fasttrack].

Impuritis
1. Uji impuritas dapat dilakukan dengan menggunakan moisture, logam berat ataupun dengan DSC
(Differential Scanning Calorimetry) [Aulton:115].
2. Adapun yang dimaksud dengan pengujian logam berat yaitu, pengujian yang dimaksudkan untuk
menunjukkan bahwa cemaran logam yang dengan ion sulfida menghasilkan warna pada kondisi
penetapan, tidak melebihi batas logam berat yang tertera pada masing-masing monografi, dinyatakan
dalam % (bobot) timbal dalam zat uji, ditetapkan dengan membandingkan secara visual seperti tertera
pada perbandingan visual dalam spektrofotometri dan hamburan cahaya [Farmakope VI: 1433].

pH
1. Adapun harga pH adalah harga yang diberikan oleh alat potensiometrik (pH meter) yang sesuai yang
telah dibakukan sebagaimana mestinya [Farmakope VI: 1563].
2. pH kulit normal berkisar antara 4.5-6.0, sedangkan sediaan krim yang baik memiliki kisaran pH anta 4.5-
8.0 [Pharmaciae:11-12].

Integritas
1. Wadah untuk keperluan farmasi adalah barang yang berisi atau dimaksudkan untuk menampung suatu
produk dan, atau mungkin, bersentuhan langsung dengannya. Penutupan adalah bagian dari wadah.
Wadah dirancang sedemikian rupa sehingga isinya dapat dikeluarkan dengan cara yang sesuai dengan
tujuan penggunaan sediaan. Ini memberikan berbagai tingkat perlindungan tergantung pada sifat
produk dan bahaya lingkungan, dan meminimalkan hilangnya konstituen. (European
Pharmacopeia:303)
2. Pelindung cahaya wadah adalah wadah yang diperlakukan secara khusus untuk melindungi isinya dari
wadah yang terang atau bening yang telah menjadi buram dengan penerapan lapisan atau pembungkus
yang sesuai dapat digunakan. (US Pharmacopeia:8

ALT-AKK
1. Angka Lempeng Total (ALT) mengandung ≤10 7 koloni/ gram dan Angka Kapang Khamir (AKK)
mengandung ≤10 4 koloni/ gram. (BPOM:17)
2. Uji batas mikroba dilakukan pada kondisi aseptik sebagai tindakan pencegahan untuk menghindari
kontaminasi mikroba dari luar produk, tetapi tidak mempengaruhi mikroba yang diuji. (Farmakope
VI:1343)
3. Mutu mikrobiologi dari sediaan farmasi seperti dalam kategori 2 adalah sediaan untuk penggunaan opal
dan untuk penggunaan pada saluran pernapasan kecuali jika diperlukan patch steril dan transdermal
untuk tidak adanya Pseudomonas aeruginosa, ditentukan pada 1g, 1 ml atau satu patch (termasuk iklan
perekat lapisan belakang) dan tidak adanya Staphylococcus aureus, ditentukan pada 1 g, 1 ml, atau satu
tambalan (termasuk lapisan pendukung iklan perekat). (European Pharmacopeia:449)

Bakteri Patogen
4. Sediaan semi padat berupa pasta atau krim memiliki persyaratan mengandung Staphylococcus aureus
negatif/gram dan Pseudomonas aeruginosa negatif/gram. (BPOM:17)
5. Pengujian mikroba spesifik dirancang untuk menetapkan suatu produk memenuhi kriteria mutu secara
mikrobiologi. Untuk pelaksanaannya menggunakan metode otomatik dimungkinkan untuk digunakan
setelah dibuktikan kesetaraannya dengan metode farmakope. (Farmakipe VI:1348).
6. Dalam pembuatan, pengemasan, penyimpanan, dan distribusi sediaan farmasi, sarana yang sesuai
harus diambil untuk menjamin mutu mikrobiologisnya. Sediaan farmasi harus memenuhi kriteria yang
diberikan di bawah ini, misalnya kategori 1 adalah sediaan yang disyaratkan steril oleh monografi yang
relevan pada bentuk sediaan dan sediaan lain yang diberi label steril. (Europe Pharmacopeaia:449)
Bagian 6 Informasi Bahan Aktif (Andev)

A. Uraian Farmakologi (1)

No. Item Uraian


1 Nama Ekonazol Nitrat [2]
2 Kelas farmakologi Anti fungi (anti jamur) [3]
3 Indikasi Infeksi jamur kulit dan kandidiasis vaginal [1]
4 Mekanisme kerja -
5 Kontraindikasi -
6 Efek samping Akan terasa panas jika dioleskan [3]
7 Toksisitas -
Sediaan krim Ekonazol nitrat dioleskan 3 kali sehari dengan dosis
8 Dosis dan pemberian 1% dalam pengobatan infeksi kulit jamur. Pengobatan dilanjutkan
selama 2 sampai 4 minggu [3]
9 Interaksi obat -
10 Farmakokinetika Penyerapan tidak signifikan bila dioleskan ke kulit atau vagina [3]

B. Data Fisikokimia Bahan Aktif (1)(Andev)

No. Item Uraian

1 Nama Ekonazol Nitrat [2]


(±)-1-[2,4-dikloro-ß-[(p-klorobenzil)oksi]fenetil]- imidazol
2 Nama IUPAC
mononitrat [2]
3 Rumus Molekul C18H15Cl3N2O.HNO3 [2]

4 Berat Molekul 444,70 [2]

Bentuk Serbuk Hablur [2]

Warna Putih hampir putih [2]


5 Pemerian
Bau Agak berbau [2]

Rasa -

Titik Lebur 324⁰F


Profil Termal (Dalam
6 Titik Didih -
Keadaan Padat)
Suhu Dekomposisi -

Dalam Air Sangat sukar larut [2]


7 Kelarutan dalam eter; sukar larut dalam etanol;
Dalam Pelarut Lain agak sukar larut dalam kloroform; larut
dalam metanol [2]
8 pKa
9 pH (Dalam Larutan)

10 Koefisien Partisi

11 Log P

12 Polimorfisme

13 Bentuk Kristal

14 Higroskopisitas

15 Ukuran Partikel

Mampat

16 Kerapatan Ruah

17 Rumus Bangun

[2]
B. Data Fisikokimia Bahan Aktif (Lanjutan) (1) (Andev)

Spektrum, Termogram dan Fotomikrograf


18 Spektrum Serapan UV-Visible [28]
19 Spektrum Inframerah [28]

20 Termogram (DSC) [29]

21 Termogram (TGA) [29]


22 Difraktogram Sinar-X [30]

Difraktogram Sinar X Paracetamol ditandai dengan huruf (B)

23 Fotomikrograf (SEM) [31]

Fotomikrograf Paracetamol ditandai dengan huruf (A)


C. Uraian Stabilitas (Andev)

No. Item Uraian

A Dalam Keadaan Padat (1)

1 Pengaruh Suhu -

2 Pengaruh Cahaya terlindung cahaya [Farmakope VI: 484]

3 Pengaruh Kelembaban -

B Dalam Larutan (3)

1 Pengaruh Pelarut -

2 Pengaruh pH -

3 Pengaruh Cahaya Tidak Stabil terhadap cahaya [Farmakope 486]

C Inkompatibilitas (1)
1 Gugus Fungsi -

2 Ion Logam -

3 Senyawa Tertentu -

D Saran Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik, terlindung cahaya.


Bagian 7 Informasi Bahan Tambahan (Andev)

A. Asam Stearate [Excipient:697-698)

No. Item Uraian

1 Nama Asam stearate

2 Nama IUPAC Asam oktadekakonat

3 Rumus Molekul C18H36O2

4 Berat Molekul 284.47

Bentuk Kristalin

Warna Putih kekuningan


5 Pemerian
Bau sedikit berbau

Rasa tidak berasa

6 Titik Lebur 69-70oC

Dalam Air Larut dalam air


7 Kelarutan Larut dalam 1-6 eter, dapat dicampur
Dalam Pelarut Lain dengan kloroform, etanol (95%), gliserin,
dan aseton
8 pKa -

9 pH (Dalam Larutan) 2,0-6,0

10 Higroskopisitas -

11 Stabilitas -

12 Inkompatibilitas Inkompatibel dengan logam, basa, zat pereduksi, dan oksidator

13 Penanganan -

14 Toksisitas -

15 Saran Penyimpanan Wadah kedap udara di tempat sejuk dan kering

16 Konsentrasi

B. TEA (Excipient: 754-755)

No. Item Uraian

1 Nama Trietanolamin

2 Nama IUPAC 2,2’,2”-nitrilotri(ethan-1-ol)


C6H15NO3
3 Rumus Molekul
No. Item Uraian

4 Berat Molekul 14,49

Bentuk larutan kental

Warna tidak berwarna-kuning


5 Pemerian
Bau tidak berbau

Rasa tidak Berasa

6 Titik Lebur 20-21oC.

Dalam Air dapat bercampur


7 Kelarutan dapat bercampur dengan aseton,
Dalam Pelarut Lain
methanol
8 pKa -

9 pH (Dalam Larutan) 10.5

10 Higroskopisitas -
Berubah menjadi berwarna kecoklatan jika terpapar udara dan
11 Stabilitas
cahaya
Bereaksi dengan tembaga membentuk garam kompleks, dan
12 Inkompatibilitas terpresipitasi, menjadi tidak berwarna jika bereaksi dengan logam
berat
13 Penanganan Iritan, hanya untuk pemakaian luar

14 Toksisitas -

15 Saran Penyimpanan Wadah kedap udara dan terlindung dari cahaya

16 Konsentrasi

C. Propilen glikol (Excipient:593-594)

No. Item Uraian

1 Nama Propylene Glycol


1,2-Dihydroxypropane; E1520; 2-hydroxypropanol; methyl
2 Nama IUPAC ethylene
glycol; methyl glycol; propane-1,2-diol; propylenglycolum.
C3H8O2
3 Rumus Molekul
76.09 g/cm3
4 Berat Molekul

Bentuk Caira kental

5 Pemerian Warna Bening tidak berwarna

Bau Praktis tidak berbau


No. Item Uraian
rasa manis dan sedikit tajam menyerupai
Rasa
gliserin
6 Titik Lebur 590C
Larut dalam air
Dalam Air
Larut dengan aseton, kloroform, etanol
(95%), dan gliserin; larut pada 1 dari 6
7 Kelarutan
bagian eter; tidak tercampur dengan
Dalam Pelarut Lain
minyak mineral ringan atau minyak
tetap, tapi akan melarutkan beberapa
minyak esensial.
8 pKa -

9 pH (Dalam Larutan) -

10 Higroskopisitas -
Pada suhu dingin, propilen glikol stabil dalam sumur tertutup
kontainer, tapi pada suhu tinggi, di tempat terbuka, ia cenderung
mengoksidasi, menimbulkan produk seperti propionaldehide,
11 Stabilitas asam laktat, piruvat asam, dan asam asetat. Propilen glikol secara
kimiawi stabil saat dicampur dengan etanol (95%), gliserin, atau
air; larutan berair bisa disterilisasi dengan autoklaf

Propilen glikol tidak cocok dengan reagen pengoksidasi seperti


12 Inkompatibilitas kalium permanganat

Amati tindakan pencegahan normal yang sesuai dengan keadaan


dan jumlah material yang ditangani Propilen glikol harus ditangani
di lingkungan yang berventilasi baik perlindungan mata
13 Penanganan
dianjurkan. Di Inggris, batas paparan kerja jangka panjang (8 jam
TWA) untuk uap propilen glikol dan partikulat adalah 474 mg / m 3
(150 ppm)dan 10 mg / m3 untuk partikulat.
Propilen glikol digunakan dalam berbagai macam farmasi
formulasi dan umumnya dianggap sebagai relatif tidak beracun.
14 Toksisitas Hal ini juga digunakan secara ekstensif dalam makanan dan
kosmetik. Mungkin sebagai konsekuensi dari metabolisme dan
ekskresi, propilen glikol kurang beracun dibanding glikol lainnya.
15 Saran Penyimpanan Dalam Wadah Tertutup baik

16 Konsentrasi

D. paraffin cair (excipient:445-447)

No. Item Uraian

1 Nama Paraffin

2 Nama IUPAC Paraffin


No. Item Uraian

3 Rumus Molekul CnH2n+2

4 Berat Molekul 400-1400

Bentuk cair

Warna Tidak berwarna atau putih


5 Pemerian
Bau Idak berbau

Rasa -

6 Titik Lebur 95o-105o C

Dalam Air Tidak larut dalam air


7 Kelarutan
Dalam Pelarut Lain Larut dalam eter, dan klorofom

8 pKa -
9 pH (Dalam Larutan) -

10 Higroskopisitas -

11 Stabilitas stabil

12 Inkompatibilitas -

13 Penanganan -

14 Toksisitas Parafin tidak bersifat toksik

Simpan dalam wadah tertutup rapat


15 Saran Penyimpanan

16 Konsentrasi

E. BHA (Excipient: 73-74)

No. Item Uraian

1 Nama Butylated Hydroxyanisole

2 Nama IUPAC 2-tert-Butyl-4-methoxyphenol

3 Rumus Molekul C11H16O2

4 Berat Molekul 180.25

Bentuk Serbuk Kristal

Warna Putih hingga hampir putih


5 Pemerian
Bau Berbau aromatic

Rasa -

6 Titik Lebur 470C


Dalam Air Praktis tidak larut
7 Kelarutan Larut methanol, sangat larut etanol,
Dalam Pelarut Lain propilen glikol, chloroform, eter, heksan,
dan gliseril monoleat
8 pKa -

9 pH (Dalam Larutan) -

10 Higroskopisitas -
Paparan cahaya menyebabkan perubahan warna dan hilangnya
11 Stabilitas
aktivitas, dan gampang Terbutilasi hidroksianisol
Dengan agen oksidasidan juga senyawa fenolik karena dapat
12 Inkompatibilitas
terjadi reaksi fenol.
Amati tindakan pencegahan normal yang sesuai dengan keadaan
dan kuantitas material yang ditangani. Hidroksianisol terbutilasi
mungkin mengiritasi mata dan kulit dan jika terhirup. Itu harus
13 Penanganan
ditangani di lingkungan yang berventilasi baik; sarung tangan dan
pelindung mata adalah direkomendasikan. Pada pembakaran,
asap beracun dapat dikeluarkan.
LD50 (mouse, oral): 1.1–2.0 g/kg(8) LD50 (rabbit, oral): 2.1 g/kg
14 Toksisitas
LD50 (rat, IP): 0.88 g/kg LD50 (rat, oral): 2.0 g/kg
harus disimpan dalam wadah tertutup baik, terlindung dari
15 Saran Penyimpanan
cahaya, di tempat yang sejuk dan kering.
16 Konsentrasi 0.005

G. Aquadest (Excipient:766)

No. Item Uraian

1 Nama Water

2 Nama IUPAC Aqua; hydrogen oxide

3 Rumus Molekul H2O

4 Berat Molekul 18,02

Bentuk Larutan jernih

Warna Tak berwarna


5 Pemerian
Bau Tidak berbau

Rasa -

6 Titik Lebur -

Dalam Air -
7 Kelarutan
Dalam Pelarut Lain Tercampur dengan pelarut polar

8 pKa -

9 pH (Dalam Larutan) 7
No. Item Uraian

10 Higroskopisitas -
Air stabil secara kimiawi di semua keadaan fisik (es, cairan, dan
11 Stabilitas uap). Air untuk tujuan tertentu harus disimpan dalam wadah yang
sesuai
Air dapat bereaksi dengan obat-obatan dan eksipien lainnya yang
rentan terhadap hidrolisis (dekomposisi dengan adanya air atau
uap air) pada suhu sekitar dan tinggi. Air dapat bereaksi keras
dengan logam alkali dan cepat dengan logam alkali dan oksida,
12 Inkompatibilitas
seperti kalsium oksida dan magnesium oksida. Air juga bereaksi
dengan garam anhidrat untuk membentuk hidrat dari berbagai
komposisi, dan dengan bahan organik dan kalsium karbida
tertentu
Keamanannya dalam formulasi farmasi tidak diragukan lagi
asalkan memenuhi standar kualitas untuk kandungan potensi dan
mikroba, Air putih dianggap sedikit lebih beracun saat disuntikkan
13 Penanganan
ke hewan laboratorium daripada larutan garam fisiologis seperti
garam normal. Penelanan sejumlah besar air dapat menyebabkan
keracunan air, dengan gangguan keseimbangan elektrolit
14 Toksisitas LD50(mouse, IP): 25 g/kg

15 Saran Penyimpanan Wadah tertutup rapat

Bagian 8 Peralatan, CPPs dan Sterilisasi (Prosdev)


A. Peralatan
No. ID Alat Nama Alat/Tipe Merek Jumlah No.SOP

1 AP-CP-00-00 Cawan porselen - 4 SOP-


LABFARSET.A1.015

2 AG-UK-00-00 Gelas Ukur 100 ml Iwaki 2 SOP-LABFARSET-


A1.004

AG-BE-00-00 Gelas beaker 100 mL Iwaki 2 SOP-


LABFARSET.A1.002

3 AG-BE-00-00 Gelas beaker 250 mL Iwaki 2 SOP-


LABFARSET.A1.002

4 AG-ER-00-00 Labu Erlenmeyer 250 mL Pyrex 1 SOP-


LABFARSET.A1.001
5 AG-BP-00-00 Batang pengaduk - 2 SOP-
LABFARSET.A1.016

6 AG-PT-00-00 Pipet tetes - 2 SOP-


LABFARSET.A1.017

7 SE-SE-00-00 Sendok tanduk - 4 SOP-


LABFARSET.A1.024

8 HM-UT-T5- Homogenizer Ultra Turrax Ultra 1 SOP-


01 Tipe T50 Basic Turrax LABFARSET.A2.002

9 AG-TG-00-00 Termometer Pyrex/H 2 SOP-


erma LABFARSET.A1.008

10 TB-OH-PA-01 Timbangan ohaus Tipe PA214 Ohaus 1 SOP-


LABFARSET.A2.012

11 TB-SA-TE-01 Timbangan Sartorius Tipe Sartoriu 1 SOP-


TE2101 s LABFARSET.A2.011

12 VM-BF-RV- Viskometer Brookfield Tipe - 1 SOP-


01 RVT LABFARSET.A2.010

B. Critical Process Parameters (CPPs)


Tahap Bahan Alat Parameter QA* yang Syarat
Kritis Berhubungan

Prep Timbangan sartorius


Tipe TE2101,
timbangan ohaus Tipe
PA214, sendok tanduk,
- - -
gelas ukur

Mix 1

Gelas beaker, batang


pengaduk, sendok
tanduk Homogenitas Atribut fisik, Homogen
kelarutan
Mix 2

Gelas beaker, batang Homogenitas Atribut fisik, Homogen


pengaduk, kompor kelarutan
listrik, sendok tanduk

Mix 3 Mix 2 + Mix 1 Homogenizer Homogenitas Atribut fisik, Homogen


kelarutan

Fill-Seal Mix 3 Wadah kemasan Volume, bobot Keseragaman isi, Seragam


primer bobot
terpindahkan

Pack Kemasan sekunder, Bersih, rapi,


leaflet, label tertutup rapat
- Bersih Tampilan

Catatan:
*QA: Quality Attribute
Prep: Preparasi/Sterilisasi; Mix: Mixing; Filtr: Filtrasi; Fill-Seal: Filling dan Sealing; PostSter: Sterilisasi Akhir; Pack: Pengemasan Primer

Bagian 9 Rancangan Spesifikasi Sediaan dan Rujukan Metode Pemeriksaan (Andev)

No. Kriteria Ref Spesifikasi Ref Rujukan Metode

FISIKA

1 - Bau : Tidak berbau - -

Organoleptis Warna : putih

Bentuk : krim

2 Pharmace Pharmaceu Menggunakan


utical tical viskometer
Dosage 100.000-300.000 cps Dosage Brookefiled (FI
Forms: Forms: V:1051)
Disperse Disperse
Viskositas
System,V System,Vol
olume 3, ume 3,
Second Second
Edition:50 Edition:50
4 4

4 FI VI Wadah satuan ganda FI VI Uji kinerja


Torsi kemasan <1627> dan satuan tunggal <1627>
untuk cairan digunakan
untuk wadah satuan
tunggal dan ganda

KIMIA

1 Sesuai den A. Campur sejumlah Sesuai deng Spectrum serapan


gan krim setara dengan 40 an pustaka Inframerah
pustaka Farmakope
Farmakope mg Ekonazol nitrat Indonesia
Indonesia dengan 20 mL edisi VI
edisi VI campuran asam sulfat (484-485)
(484-485) 1 M-metanol P (1:4),
Spektrum serapan
Identifikasi inframerah

B. Waktu retensi puncak


utama Larutan uji 2
sesuai dengan puncak
utama Larutan baku
yang diperoleh pada
Penetapan kadar.

2 Impurites USP NMT 0.1% USP Spektro IR

MIKROBIOLOGI

1 BPOM Angka Lempeng Total BPOM Metode angka


- Salep, Krim : ≤ 103 lempeng total
koloni/g - Salep, Krim
Angka Lempeng untuk luka : negatif/g
Total ( (ALT) bakteri Angka Kapang Khamir -
Salep, Krim : ≤ 102
koloni/g - Salep, Krim
untuk luka : negatif/g

2 Angka Kapang BPOM Negative BPOM Metode angka


Khamir (AKK) lempeng total

3 BPOM  Staphylococcus BPOM Metode


aureus - Salep, Krim pengujian
untuk luka : negatif/g mikroba spesifik
Uji mikroba spesifik
(patogen) Pseudomonas
aeruginosa - Salep, Krim
untuk luka : negatif/g
atau 0,1 ml sampel
Bagian 10 Rancangan Pengemasan (Packdev)

No. Rincian

Kemasan Primer (No. Rancangan: …)


Jenis : Tube
1 Bahan : Aluminium
Volume : 30 gr
Dimensi : 11,5 cm x 4 cm
Bobot : 100 g
Kemasan Sekunder (No. Rancangan: …)
Jenis : Folding Box
2 Bahan : Kertas Formika
Dimensi : 14 cm x 8 cm
Bobot :-
Leaflet (No. Rancangan: 21LFT.LR.B5-91038)
Jenis : Kertas
3 Bahan : HVS
Ketebalan :-
Dimensi : 17 cm x 10 cm
Bobot :-
Label (No. Rancangan: 21LBL.LR.B5-91038)

4 Jenis : Kertas
Bahan : Kertas Stiker
Dimensi : 10 cm x 6 cm
Bagian 11 Perhitungan dan BoM (Prosdev)

A. Perhitungan Bahan
A. Perhitungan Bahan
Econazol Nitrate 1% (zat Aktif)

Fase Minyak
Stearyl alkohol 3% (stefening agent)
Asam Strearat 5% (Emulgator)
Parafin Cair Ad 40 % (Pembawa)

Fase Air
BHA 0,005 % (Antioksidan)
TEA 0,1 % (Emulgator)
Propilen glikol 15% (Humektan)
Purified Water Ad 60% (pelarut)

B. Perhitungan Bahan Per-Satuan Jar

Econazol nitrat 1/100 x 30 g = 0,3 g

Fase Minyak
Asam Stearat 5/100 x 30 g = 1,5 g
Stearyl Alkohol 3/100 x 30 g = 0,9 g
Parafin Cair 40/100 x 30 g = 12 g – 1,5-0,9=9,6 g

Fase Air
Trietanolamin 0,1/100 x 30 g = 0,03 g
Propilen glikol 15/100 x 30 g = 4,5 g
BHA 0,005/100 x 30g = 0,0015 g
Aquadest 60/100 x 30 g = 18g – 0,03 – 4,5 –
0,0015= 13,4685 ml

C. Perhitungan Bahan Per-Batch (3 box = 3 tube)

Econazol nitrat = 0,3 g x 3 = 0,9 g

Fase Minyak
Asam Stearat = 1,5 g x 3 = 4,5 g
Stearyl Alkohol = 0,9 g x 3 = 2,7 g
Parafin Cair =9,6 g x 3 = 28,8 g

Fase Air
Trietanolamin = 0,03 g x 3 = 0,9 g
Propilen glikol = 4,5 g x 3 = 13,5 g
BHA = 0,0015 g x 3 = 0,0045 g
Aquadest = 13,4685 g x 3 = 40,4055 ml
D. Bill of Material
Besar Bets = 30 g

Ite Per Jar Per Bets


m Nama Bahan Fungsi
No Jumlah UoM Jumlah UoM

1 Econazole Nitrate Bahan Aktif 0,3 g 0,9 g

2 Asam stearat Emulgator 1,5 g 4,5 g

3 Stearyl Alkohol Pengental 0,9 g 2,7 g

4 Parafin Cair Pembawa 9,6 g 28,8 g

5 Trietanolamin Emulgator 0,03 g 0,9 g

6 Propilen glikol Humektan 4,5 g 13,5 g

7 BHA Antioksidan 0,0015 g 0,0045 g

8 Aquadest Pembawa 13,468 ml 40,405 ml


5 5

9 Label BKS 1 pcs 3 pcs

10 Brosur BKS 1 pcs 3 pcs

11 Pot krim/ jar kaca amber BKP 1 pcs 3 pcs

12 Folding box BKS 1 pcs 3 pcs

BKP = Bahan Kemas Primer; BKS = Bahan Kemas Sekunder


Rincian Perhitungan:
Bagian 12 Rancangan Proses Produksi (Prosdev)

Tahap A Penyiapan Bahan Baku dan Bahan Kemas


1. siapkan alat dan timbang bahan bahan
2.dan sipakan kemasan sekunder

Tahap B Penyiapan Bahan Kemas Primer


1. siapkan kemasan primer

Tahap C.a. Pencampuran I


1. Masukkan stearyl alkohol dalam gelas beaker dan masukkan juga asam stearate, aduk hingga homogen
2. masukkan econazol nitrat lalu aduk lagi hingga homogeny
3. jika sudah homogeny dicukupkan dengan gliserin

Tahap C.b. Pencampuran II


1. masukkan propilen glikol ke dalam beaker dan masukkan juga BHA lalu aduk hingga homogen
2. lalu cukupkan dengan air

Tahap C.c. Pencampuran III (Pencampuran Akhir)


`1. Masukkan campuran dua ke dalam campuran satu lalu homogenkan menggunakan homogenizer
2. lalu masukkan TEA lalu masukkan ke dalam beaker dan aduk hingga homogen

Tahap D Pengisian dan Penyegelan


Ketika sudah mengental hentikan homogenizer lalu masukkan ke dalam tube, lalu bersihkan dan
masukkan pinggirannya

Tahap F Pemberian Label


Berikan label

Tahap G Pengemasan Sekunder


Lalu masukkan ke dalam kemasan sekunder

Bagian 13 Referensi

1. BNF Staff. British National Formulary 57th Edition. Lamberth High Street, London: BMJ Group and
RPS Publishing.
2. Depkes RI. Farmakope Indonesia Edisi VI. Jakarta : Kemenkes RI. 2020.
3. Sweetman, S et al. Martindale “The Complete Drug Reference” 36th. The Pharmaceutical, Press,
London. 2009.
4. Lieberman, A. H., Rieger, M. M., and Banker S. G., 1998, Pharmaceutical Dosage Forms: Disperse
System,Volume 3, Second Edition, Revised and Expanded, Marcel Dekker, Inc., New York
5. Lachman, Leon, Herbert Lieberman, dan Joseph Kanig. Teori dan Praktek Farmasi Industri Edisi 3
Jilid II. Jakarta : UI Press. American Society of Health-System Pharmacy. 2012.
6. Rowe, RC et,.al. Handbook of Pharmaceutical Excipients Sixth Edition. London: Pharmaceutical
Press. 2009.

7. Allen, L. V., and Ansel, H. C. Ansel’s Pharmaceutical Dosage Forms and Drug Delivery Systems 10th
Edition. Philadelphia : Lippincott Williams and Wilkins. 2014.
8. Swarbrick, J. Encyclopedia of Pharmaceutical Technology 3rd Edition Volume 1. USA : Informa
Healthcare. 2007.
9. Mahato, R. I., and Narang, A. S. Pharmaceutical Dosage Forms and Drug Delivery 2nd Edition. New
York : Taylor and Francis Group. 2012.
10. Allen, L. V., Popovich, N. G., and Ansel, H. C. Ansel’s Pharmaceutical Dosage Forms and Drug
Delivery Systems 9th Edition. Philadelphia : Lippincott Williams and Wilkins. 2011.
11. Troy, D. Remington The Science and Practice of Pharmacy 21st Edition. Philadelphia : Lippincott
Williams and Wilkins. 2005.
12. Pudjirahaju. A. Bahan Ajar Gizi : Pengawasan Mutu Pangan. 2018. Jakarta : Pusat Pendidikan
Sumber Daya Manusia dan Kesehatan.
13. Ambari, Y. Uji Stabilitas Fisik Formulasi Elixir Paracetamol Dengan Kombinasi Co-Solvent Propilen
Glikol Dan Etanol. Journal of Pharmaceutical Care Anwar Medika. 2018. 1(1): 1-6.
14. Cartika, H. Kimia Farmasi. 2016. Pusdik SDM Kesehatan : Kemenkes
15. Trivedi, M.K., Patil, S., Shettigar, H., Bairwa, K., and Jana, S. Effect of Biofield Treatment on Spectral
Properties of Paracetamol and Piroxicam. Chemestry Science Journal. 2015. 6(3).
16. De Oliveira G.G.G, et al. Compatibility Study of Paracetamol, Chlorpheniramine Maleate and
Phenylephrine Hydrochloride in Physical Mixtures. Saudi Pharmaceutical Journal. 2016.
17. Paramita, Diajeng Putri dan Dwi Setyawan. Pengaruh Komponen Hidrofobik Elastis Terhadap
Karakteristik Fisik dan Laju Disolusi Tablet Eritromisin Stearat. Jurnal Sains Farmasi & Klinis, Vol.6
(3) : 220-227. 2019.
18. Ali, Ahmed Mahmoud Abdelhaleem, et al. Glucosamine-Paracetamol Spray-Dried Solid Dispersions
With Maximized Intrinsic Dissolution Rate Bioavailability And Decreased Levels of In Vivo Toxic
Metabolites. Drug Design Development and Therapy Volume, Vol.12 : 3071-3084. 2018.
19. Noviza, D., Febriyanti, N., & Umar, S. Solubillisasi Parasetamol dengan Ryoto ® Sugar Ester dan
Propilen glikol. Jurnal Sains Farmasi & Klinis. 2015. 1(2): 132-139.
20. Safety Data Sheet. Paracetamol Assay Standard. British Pharmacopeia. 2013.
21. Ahmad, I., & Pak, J. Effect of Temperature and Humidity on Hardness and Friability of Packaged
Paracetamol Tablet Formulations. National Library of Medicine. 2015. 7(2): 69-78.
22. Katzung, B.G. Basic & Clinical Pharmacology. 14th Edition. USA: McGraw-Hill. 2018.

Anda mungkin juga menyukai