Anda di halaman 1dari 57

Pengawasan Pengolahan Hasil

Perikananan

Dit. Pengawasan Pengelolaan SDP

Ditjen Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan


Bagian I. Pengawasan Pengolahan Hasil
Perikanan PASCA UU Ck

2
Pengawasan Pasca UUCK

SEMAKIN Undang-undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja


SEDERHANANYA Mewujudkan perizinan yang lebih mudah dan efisien, perbaikan tata kelola
sumber daya, perlindungan lingkungan yang lebih menyeluruh, serta peningkatan
PERATURAN lapangan kerja dan peluang usaha/investasi untuk sebesar-besarnya
kesejahteraan masyarakat dan peningkatan pendapatan negara

Pengawasan dilakukan secara


terencana, terintegrasi dan transparan
Pengawasan sumberdaya serta wajib dilaporkan secara online
kelautan dan perikanan Pengenaan Sanksi Administratif sebagai
dilakukan oleh Menteri KP, pendekatan untuk menjamin kepatuhan pelaku
3 usaha.
Gubernur, Bupati dan Walikota
Pengenaan sanksi dilakukan oleh Menteri KP, Gubernur,
berdasarkan kewenangan
Bupati dan Walikota berdasarkan kewenangan
masing-masing (berdasarkan kewenangan penerbitan izin)
2 4

Peraturan
Pengawasan sebagai sub Peran Pengawas Perikanan
sistem untuk memastikan Pemerintah Nomor
dan Polsus WP3K yang
kepatuhan pelaku usaha 27/2021 tentang semakin kuat
dalam pelaksanaan perizinan 1 Penyelenggaran 5 Pelaksanaan pengawasan dilakukan
berusaha berbasis resiko oleh Pengawas Perikanan dan Polisi
Bidang Kelautan Khusus Wilayah Pesisir dan Pulau-
Pulau Kecil
dan Perikanan

3
UU Cipta Kerja Nomor 11 Tahun 2020

Pasal 26
(1) Setiap orang yang melakukan Usaha Perikanan di WPPNRI wajib memenuhi
perijinan berusaha dari Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah sesuai
dengan kewenangannya berdasarkan norma, standar, prosedur dan kriteria
yang ditetapkan pemerintah pusat;
(2) Jenis usaha perikanan pada ayat 1, terdiri dari usaha :
a. Penangkapan Ikan;
b. Pembudidayaan Ikan;
c. Pengangkutan Ikan;
d. Pengolahan Ikan;
e. Dan Pemasaran Ikan.

4
JENIS PERIZINAN BERUSAHA

1. NOMOR INDUK BERUSAHA (NIB)

JENIS PERIZINAN 2. SERTIFIKAT STANDAR


BERUSAHA

3. IZIN

5
❖ NIB wajib dimiliki oleh setiap pelaku usaha
❖ Setiap pelaku usaha hanya memiliki 1 (satu) NIB
❖ Khusus untuk kegiatan usaha risiko rendah yang dilakukan oleh pengusaha mikro dan kecil, NIB berlaku juga
sebagai (1) Standar Nasional Indonesia (SNI),
Penerbit Perizinan Berusaha
DPMPTSP Propinsi
(Dinas Penanaman Modal
dan Pelayanan Terpadu
Satu Pintu)
Atas nama Gubernur
Lembaga OSS untuk kegiatan usaha 05
Atas nama K/L untuk yang menjadi
kegiatan usaha yang kewenangan
04 Badan
Pengusahaan
menjadi kewenangan Pemerintah Propinsi 03 Administrator
KPBPB
Pemerintah Pusat DPMPTSP KEK
02 Untuk kegiatan
Untuk kegiatan
Kab/Kota usaha yang berlokasi
01 Atas nama usaha yang
diKPBPB
Bupati/Wali kota berlokasi di KEK
(Kawasan Perdagangan
untuk kegiatan usaha (Kawasan Bebas dan Pelabuhan
yang menjadi Ekonomi Bebas)
kewenangan Khusus)
Pemerintah Kab/Kota
KHUSUS UNTUK NIB, DITERBITKAN OLEH
LEMBAGA OSS TANPA MENGATASNAMAKAN K/L .

7
ALUR PROSES PERIZINAN BERUSAHA
PERBEDAAN PENGAWASAN SEBELUM DAN SESUDAH UU CK
PASCA UU-CK SEBELUM UU-CK
▪ Pengawasan dilakukan secara rutin atau • Pengawasan bersifat rutin dan
insidental, Frekuensi pengawasan sesuai Frekuensi pengawasan tidak
tingkat risiko dilakukan secara sistematis
➢ Risiko rendah dan menengah rendah→ 1 • Tidak ada perlakuan yang
kali dalam 1 Tahun per Lokasi Usaha (tidak berbeda bagi UMK
diperiksa pada tahun setelahnya jika patuh)
➢ Risiko menengah tinggi dan tinggi→ 2 kali
• Pengawasan dilakukan melalui
dalam 1 tahun per lokasi usaha (diperiksa 1 SIMWASKAN
kali pada tahun setelahnya jika patuh) • Pelaksanaan pengawasan
dilakukan secara mandiri, Pihak
PASCA - Kemudahan bagi UMK PRA
➢ Pengawasan rutin Perizinan Berusaha untuk ke-3 hanya untuk membantu
pelaku UMK dilakukan melalui pembinaan, PELAKSANAAN pembuktian hasil pengawasan
pendampingan, atau penyuluhan terkait PENGAWASAN
kegiatan usaha
➢ Tidak dilakukan inspeksi lapangan apabila
berdasarkan hasil penilaian atas
Pengawasan rutin yang dilakukan
sebelumnya terhadap standar dan
kewajiban, pelaku UMK yang dinilai patuh
• Pengawasan akan dilakukan melalui sistem
informasi pengawasan yang terintegrasi
dengan OSS
• Pelaksanaan pengawasan dapat melibatkan
pihak ke-3
Lanjutan…
PASCA UU-CK SEBELUM UU-CK
▪ Pengawasan dan penilaian dilakukan ▪ Pengawasan dan penilaian
secara terintegrasi & terkoordinasi, dilakukan oleh pengawas perikanan
dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat, UPT PSDKP
Daerah, Adm KEK, Badan ▪ Pengawasan direncanakan dalam
Pengusahaan KBPBP lingkup unit kerja Ditjen PSDKP saja
▪ Pengawasan dilakukan perencanaan ▪ Pengawas Perikanan tidak secara
(waktu, anggaran, SDM) sistematis menyampaikan surat
▪ Petugas pengawasan menyampaikan pemberitahuan kunjungan
surat pemberitahuan tertulis paling ▪ Pemetaan objek pengawasan
PASCA lambat 3 (tiga) Hari sebelum tanggal berdasarkan data perizinan dan PRA
pemeriksaan yang meliputi (daftar PERSIAPAN hasil pengawasan tahun
pertanyaan, berkas yang diperlukan, PENGAWASAN sebelumnya
daftar pengawas perikanan yang ▪ Pengawasan dilakukan terhadap
melakukan inspeksi, surat tugas) izin usaha dan hal teknis yang
▪ Pemetaan objek pengawasan diatur sesuai PUU
berdasarkan tingkat risiko dan tingkat
kepatuhannya
▪ Pengawasan dilakukan terhadap
pemenuhan perizinan berusaha (NIB
dan/atau Sertifikat standar) dan
digolongkan per KBLI
Lanjutan…
PASCA UU-CK SEBELUM UU-CK
▪ Pelaporan dilakukan melalui aplikasi
▪ Pelaporan dilakukan secara online dan
SIMWASKAN
terintegrasi dengan OSS
▪ Tindak lanjut hasil pengawasan jika
▪ Pengawas Perikanan memberikan
rekomendasi atas pelanggaran berupa
ditemukan pelanggaran yaitu
pembinaan atau pemberian sanksi langsung diserahkan pada PPNS
administrasi; Perikanan untuk dilakukan
▪ Tersedia jalur pengaduan khusus untuk penyidikan (sanksi pidana)
pelaku usaha mengadukan/ melaporkan ▪ Pengaduan dilakukan melalui
pelanggaran yang terjadi, Mekanisme mekanisme yang berlaku di KKP
pengaduan dapat dilaksanakan secara: ▪ Masyarakat dapat dilibatkan dalam
PASCA ➢ Langsung : kepada Pemerintah Pusat pengawasan melalui POKMASWAS
PRA
➢ Tidak langsung: Tertulis kepada TINDAK LANJUT ▪ Pengolahan data dilakukan hanya
Pemerintah Pusat, dan secara elektronik HASIL untuk kebutuhan pelaporan unit
melalui OSS atau saluran pengaduan kerja
PENGAWASAN
yang telah disediakan
• Masyarakat dapat dilibatkan dalam
pengawasan dengan Melakukan
pemantauan terkait dengan penyelenggaran
kegiatan usaha dan Menyampaikan
pengaduan
• Pengolahan data dan/atau informasi
dilakukan terintegrasi secara elektronik
dengan mengedepankan prinsip
transparansi, akuntabilitas, dan berbagi data
(data sharing)
Tujuan, Tugas dan Fungsi
Pengawasan Pengolahan Hasil
Bagian II.
Perikanan

12
Tugas Pengawas Perikanan dalam Pengawasan P Hasil Perikanan
Pengawas Perikanan adalah pegawai negeri sipil yang mempunyai tugas mengawasi tertib pelaksanaan
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang Perikanan.

Permen KP 47 Tahun 2021


Pasal 14
1) Pelaksanaan tugas pengawas perikanan di UPI dilakukan terhadap;
persyaratan Pengolahan Ikan, jaminan mutu, dan keamanan hasil perikanan;
bahan baku dan asal bahan baku Pengolahan Ikan; bahan tambahan
makanan; bahan penolong dan/atau alat yang membahayakan kesehatan
manusia dan/atau lingkungan; dan/atau produk hasil Pengolahan Ikan. Memastikan SIUP, SKP,
PMMT/HACCP dan HC sesuai
1) Pelaksanaan tugas Pengawas Perikanan dilakukan dengan: a. memeriksa Peraturan yang berlaku
kelengkapan, keabsahan, dan kesesuaian dokumen Usaha Perikanan di bidang
pengolahan hasil perikanan, yaitu: 1) izin usaha Pengolahan Ikan; 2. memeriksa
kelengkapan, keabsahan, dan kesesuaian sertifikat kelayakan pengolahan; 3.
memeriksa kelengkapan, keabsahan, dan kesesuaian sertifikat penerapan sertifikat
penerapan program manajemen mutu terpadu/hazard analysis and critical control
point; 4. memeriksa kelengkapan, keabsahan, dan kesesuaian sertifikat
kesehatan/health certificate; asal bahan baku, bahan tambahan makan bahan
penolong dan/atau alat yang membahayakan kesehatan manusia dan/atau
lingkungan; dan/atau produk hasil Pengolahan Ikan.
Daftar pertanyaan (akan disesuaikan dengan KBLI, Skala Usaha & Resiko)
PELAKSANAAN PENGAWASAN A. Data Pelaku Usaha
(Nama, No.NIB, NPWP, Lokasi, Penanaman Modal, KBLI)
B1. Standar Pelaksanaan Kegiatan
(Sertifikat SKP, PMMT/HACCP & HC)
B2. Pemenuhan Kewajiban
• Yang harus disiapkan Pelaku Usaha Pengolahan Hasil
1. Lokasi/Lingkungan kegiatan usaha
Perikanan
Apakah lokasi/lingkungan sekitar wilayah usaha memadai untuk melakukan
pekerjaan, dalam kondisi saniter dan higienis, tidak menjadi sumber kontaminan?
1. Keberadaan & kesesuaian perizinan berusaha di 2. Bagunan
Bidang Pengolahan Hasil Perikanan (NIB + SS + a. Apakah pintu terbuat dr permukaan yang halus, kedap air, mudah dibersihkan?
Izin) b. Apakah permukaan lantai mudah dibersihkan dan terbuat dr bahan kedepan air?
c. Apakah tersedia tempat penyimpanan bahan kimia?
2. Kesesuaian penerapan SKP, PMMT/HACCP + 3. Penataan dan Pemeliharaan Alat
HC) a. Apakah penataan alat di tata untuk mencegah kontaminasi ?
3. Keberadaan bahan tambahan yang digunakan b. Apakah peralatan menjamin sanitasi dan dapat dibersihkan secara efektif?
4. Penerimaan Bahan baku/penolong/tambahan
4. Kesesuaian asal bahan baku Budidaya (CBIB) &
a. Apakah bahan baku sesuai standar?
penangkapan ikan (CPIB) b. Apakah penerimaan bahan dilakukan dengan cepat, saniter dan terlindung?
5. Produk yang bukan berasal dari kegiatan IUUF 5. Apakah pembungkus dan pengemas tidak menjadi sumber kontaminan?
6. Impor hasil perikanan yang dilengkapi HC 6. Apakah penyimpanan produk sesuai dengan perlakuan?
7. Apakah air yang digunakan memenuhi kulaitas air minum?
8. Apakah es yang digunakan terbuat dari air yang memenuhi persyataran?
9. Apakah fasilitas pencucian di desain sesuai metode pencucian?
10. Apakah UPI di desain untuk mencegah masuknya sumber kontaminan?
Pengawasan Pengolahan Hasil Perikanan

LAPORAN • BA KETERANGAN
PEMERIKSAAN INDIKASI TINDAK PENDAHULUAN/ SAKSI PEMILIK
PIDANA LAPORAN KEJADIAN • BA KETERANGAN
PELAKU USAHA KESESUAIAN
PERIKANAN SAKSI
PENGOLAHAN SERAHKAN KE PPNS • BA KETERANGAN AHLI
PERIKANAN
NIB ANALISA
SESUAI/
TIDAK

PELAKU USAHA
PENGOLAHAN IKAN PENYIDIKAN
SANKSI ADM : PATUH
1. TEGURAN TERTULIS
2. PAKSAAN PEMERINTAH
PEMBINAAN 3. DENDA ADM
4. PEMBEKUAN IZIN/DOKUMEN
5. PENCABUTAN IZIN/DOKUMEN

PELAPORAN MELALUI SIMWASKAN TERINTEGRASI (SIP & OSS)


Objek dan Sasaran
Pengawasan Pengolahan
Bagian III.
Hasil Perikanan

16
Ruang Lingkup Pengawasan Pengolahan Ikan

LOKASI WASAN OBYEK WASAN


AA

UNIT PENGOLAHAN IKAN

Skala Mikro Izin berusaha Bid Pengolahan HP (NIB + SS)

Skala Kecil Penerapan SKP, PMMT/HACCP & HC


Skala Menengah dan Besar Pengelolaan Limbah (IPAL + AMDAL)
5 5
Sentra Kegiatan Perikanan Asal Bahan Baku ((CBIB Bahan Tambahan Dilarang
/Buidaya) dan CPIB/Tangkap)

KESESUAIAN
Obyek Pengawasan Perikanan
Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI)

Penangkapan Pengolahan Budidaya Distribusi Hasil


Ikan Hasil Perikanan Perikanan Perikanan

KBLI 14 25 30 9

NON 4
22 6 7
KBLI
PENGAWASAN PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN

Pengawasan standar Pengawasan meliputi:


Pengawasan Pemenuhan
berusaha (KBLI)
1. Keberadaan dan kesesuaian standar
standar produk (Non-KBLI)
berusaha dibidang pengolahan ikan
(NIB+SS)
2. Keberadaan SKP, PPMT/HACCP /HC
(sertifikat standar yg harus dimiliki
pengolahan ikan)
Rendah NIB legalitas
3. Kesesuaian penerapan sertifikat SKP,
Menengah PMMT/HACCP/HC meliputi:
NIB NIB+SSU a. Jenis produk;
Rendah
identitas
Menengah NIB+ PENGOLAHAN b. Masa berlaku;
pemenuhan c. Tanggal expire;
tinggi
SSU
IKAN d. perpanjanggan;
NIB+ e. Asal bahan baku
Tinggi pemenuhan f. Produk olahan
izin g. Bahan penolong yang digunakan
h. Bahan tambahan dan kimia yang
digunakan
Pemeriksaan Kesesuaian dan i. Standar Nasional Indonesia (SNI)
pemenuhan Dokumen perizinan dan pada produk olahan
sertifikat standar 4. Data dukung
Kementerian Kelautan dan Perikanan
Republik Indonesia 19
Kategori Resiko Standar Usaha Pengolahan Ikan (Permen KP 10/2021)
Bagian III. DASAR HUKUM
Pengawasan Pengolahan Hasil Perikanan

22
Dasar Hukum terkait Pengawasan PHP
UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Permen KP No. 17 Tahun 2019 tentang
01 Konsumen 07
Persyaratan dan Tata Cara Penerbitan Sertifikat
Kelayakan Pengolahan
UU No. 31 Tahun 2004 tentang Perikanan
08 Permen KP No. 51 Tahun 2021 tentang Usaha
02 sebagaimana telah diubah dengan UU No.
Pengolahan IKan
45 Tahun 2009
09 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 033
03 UU No. 18 Tahun 2012 Tentang Pangan Tahun 2012 tentang Bahan Tambahan Pangan

Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun


Peraturan BPOM Nomor 11 Tahun 2019
10 tentang Bahan Tambahan Pangan
04 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi
Pangan
Peraturan BPOM Nomor 51 Tahun 2019 tentang
Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2015 11
Bahan Penolong
tentang Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan
05
Hasil Perikanan serta Peningkatan Nilai Tambah UU No.11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (pasal
Produk Hasil Perikanan 12
20A
Permen KP No. 51 Tahun 2011 tentang PP 5 Tahun 2021 ttng Pelayanan perisinan
Persyaratan dan Tata Cara Penerbitan Sertifikat 13 berbasis resiko (pasal 317 ayat 1 huruf f)
06 Penerapan Program Manajemen Mutu
Terpadu/Hazard Analysis Ciritical Control Point
PERATURAN YANG DIKELUARKAN OLEH UNI EROPA
(UE) TERKAIT DENGAN PANGAN
❖ Peraturan 178/2002 tentang Aturan Umum dan Ketentuan Peraturan Pangan
tentang Keamanan Pangan
❖ Peraturan 882/2004 tentang Sistem Pengendalian Mutu
❖ Peraturan 852/2004 tentang Kebersihan Pangan
❖ Peraturan 853/2004 tentang Aturan Kebersihan yang Spesifik untuk Produk
Pangan manusia yang berasal dari produk hewani
❖ Peraturan 854/2004 tentang Aturan Khusus untuk Lembaga Pengendalian Mutu

Kebijakan Komisi Eropa yang diberlakukan pada seluruh Negara anggota Uni Eeropa (UE) dan Negara-negara ke-tiga yang
melakukan hubungan perdagangan dengan UE adalah Program Inspeksi terhadap faktor keamanan pangan oleh the Food
and Veterinary Offi ce (FVO), DG Health and Consumer Protection (DG SANCO), European Commission. Ketentuan import
yang berlaku di pasar UE berlaku juga di pasar-pasar AS dan Jepang, berkaitan dengan aspek-aspek keamanan pangan,
jaminan mutu
Ketentuan Tambahan :

Pasar Uni Eropa (UE) sering menjadi barometer aspek mutu dan keamanan (quality and safety) pasar
global. Komisi UE sangat memperhatikan mutu dan keamanan pangan komunitasnya sehingga untuk
melindungi masyarakat UE; mereka menerbitkan apa yang disebut dengan “white paper on food safety”
tanggal 12 Januari 2000; yang kemudian diikuti dengan pemberlakuan dan penerapan regulasi baru
dalam bidang higiene dan keamanan pangan baik untuk negara-negara UE sendiri maupun negera-
negara ketiga yang mengekspor produk pangan ke UE. Hal ini dilakukan untuk menjamin pangan yang
beredar di UE terjamin mutunya dan aman dikonsumsi masyarakat UE. Implikasi dan penerapan regulasi
baru tersebut bagi para eksportir adalah : 1) Cara penanganan pangan yang baik untuk produk primer
(Good Handling Practice-GHdP), 2) Mengembangkan pedoman cara-cara penanganan HACCP (Hazard
Analysis Critical Control Point) yang baik bagi industri, dan 3) Menerapkan ketertelusuran (traceability)
Codex
baik satuAlimentarius Commission
tahap ke depan (CAC) WHO/FAO pun telah menganjurkan dan merekomendasikan
dan ke belakang.
diimplementasikannya konsep HACCP ini pada setiap industri pengolah pangan khususnya perikanan
Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE) melaui EC Directive 91/493/EEC merekomendasikan penerapan
HACCP sebagai dasar pengembangan sistem manajemen mutu dinegara-negara yang akan mengekspor
produk hasil perikanan dan udang ke negara-negara MEE.
Bahan Tambahan Pangan yang dapat digunakan pada pengolahan pangan
Ditampilkan pada Lampiran 1. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 033 Tahun 2012 tentang Bahan Tambahan
Pangan
1. Antibuih (Antifoaming agent); 14. Pengawet (Preservative);
2. Antikempal (Anticaking agent); 15. Pengembang (Raising agent);
3. Antioksidan (Antioxidant); 17. Pengemulsi (Emulsifier);
4. Bahan pengkarbonasi (Carbonating 18. Pengental (Thickener);
agent); 19. Pengeras (Firming agent);
5. Garam pengemulsi (Emulsifying salt); 20. Penguat rasa (Flavour enhancer);
6. Gas untuk kemasan (Packaging gas) 21. Peningkat volume (Bulking agent);
7. Humektan (Humectant); 22. Penstabil (Stabilizer);
8. Pelapis (Glazing agent); 23. Peretensi warna (Colour retention
9. Pemanis (Sweetener); agent);
10. Pembawa (Carrier); 24. Perisa (Flavouring);
11. Pembentuk gel (Gelling agent); 25. Perlakuan tepung (Flour treatment
12. Pembuih (Foaming agent); agent);
13. Pengatur keasaman (Acidity 26. Pewarna (Colour);
regulator); 27. Propelan (Propellant); dan
28. Sekuestran (Sequestrant).
Bahan Tambahan Dilarang digunakan sebagai Bahan Tambahan
Pangan (PermenKes No. 033/2012)
1. Asam Borat dan senyawanya (Boric Acid);
2. Asam Salisilit dan garamnya (Salicylic acid and
its salt);
3. Dietilpirokarbonat (Diethylprocarbonate, DEPC);
4. Dulsin (Dulcin);
5. Kalium Bromat (Pottassium Bromate);
10. Nitrofurazon (Nitrofurazone); 6. Kalium Klorat (Pottasssium Chlorate);
11. Dulkamara (Dulcamara); 7. Formalin (Formaldehide);
12. Kokain (Cocaine); 8. Kloramfenikol (Chloramphenicol);
13. Nitrobenzen (Nitrobenzene);
9. Minyak nabati yang dibrominasi (Brominated
14. Sinamil altanilat (Cinnamyl athranilate);
vegetable oils);
15. Dihidrosafrol (Dihydrosafrole);
16. Biji Tongka (Tongka Bean);
17. Minyak Kalamus (Calamus oils);
18. Minyak Tansi (Tansy oils);
19. Minyak Sasafras (Sasafras oils).
Pengertian Kelayakan Pengolahan & SKP

Kelayakan Pengolahan adalah suatu kondisi yang memenuhi


prinsip dasar pengolahan, yang meliputi konstruksi, tata letak,
higienis, seleksi Bahan Baku, dan teknik pengolahan.

Sertifikat Kelayakan Pengolahan yang selanjutnya disingkat


SKP adalah sertifikat yang diberikan kepada Pelaku Usaha
terhadap setiap unit pengolahan ikan yang telah menerapkan
Cara Pengolahan Ikan yang Baik dan memenuhi persyaratan
Prosedur Operasi Standar Sanitasi
Kenapa Pelaku Usaha Penanganan dan Pengolahan
Ikan Wajib SKP???

1. Memberikan jaminan mutu dan keamanan pada


produk perikanan yang diproduksi, diperdagangkan,
diekspor, diimpor, dan diedarkan wilayah RI
2. Memenuhi standar produk hasil perikanan yang
dipersyaratkan (SNI untuk produk yang
diperdagangkan di pasar dalam negeri atau standar
internasional/negara buyer untuk produk yang
diekspor)
3. Memenuhi persyaratan sanitasi dan higiene dalam
penanganan dan pengolahan hasil perikanan
PENERAPAN
GMP
BAGAIMANA CARANYA “Cara Penanganan Ikan yang Baik
MEMENUHI KELAYAKAN dan/atau Cara Pengolahan Ikan yang
PENGOLAHAN? Baik /Good Manufacturing Practices
SSOP
“Prosedur Operasional Standar
Sanitasi/Sanitation Standard
Operation Procedure”

“Secara umum perbedaan antara GMP (Good Manufacturing Practices) dan SSOP (Standard Sanitation Operating
Prosedure) adalah: GMP secara fokus pada aspek operasi pelaksanaan tugas dalam pabriknya sendiri serta operasi
personel. Sedang SSOP merupakan prosedur yang digunakan oleh industri untuk membantu mencapai tujuan atau
sasaran keseluruhan yang diharapkan GMP dalam memproduksi hasil perikanan yang bermutu tinggi aman dan layak
untuk dikonsumsi.
8 KUNCI SSOP SERTIFIKAT GMP
Diberikan pada pelaku usaha yang melakukan kegiatan
1. Menjaga keamanan air/es yang kontak dengan produk usaha penanganan dan/atau pengolahan hasil perikanan
atau peralatan, untuk memenuhi kelayakan pengolahan dalam rangka
2. Menjaga kondisi dan kebersihan peralatan yang kontak jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan.
dengan produk (Peralatan yang kontak dengan kerja),
3. Mencegah kontaminasi silang langsung dan tidak SKP diberikan bagi setiap jenis ikan yang ditangani
langsung terhadap produk yang diolah, dan/atau jenis produk yang diolah.
4. Menjaga fasilitas pencuci tangan, sanitasi dan toilet 5)
Kegiatan penanganan dan/atau pengolahan ikan di UPI
Proteksi dari bahan-bahan kontaminan,
5. Label yang jelas dan penanganan/penyimpanan dan berupa:
penggunaan bahan beracun, 1. Unit Penanganan dan Pengolahan Ikan;
6. Pengawasan kesehatan karyawan dan,
2. Unit Penanganan Ikan Hidup;
7. Menghilangkan pest dari unit pengolaha
3. Unit Penanganan Rumput Laut Kering;
4. Gudang Beku;
5. Gudang Dingin;
6. Gudang Kering; dan/atau
7. Miniplant.
PENERAPAN GMP/SSOP... APAKAH SUDAH
SESUAI STANDAR
PERSYARATAN TEKNIS DAN PROSES

PERSYARATAN LOKASI DAN BANGUNAN DURASI


▪ Lokasi UPI harus memenuhi 1. 30 Hari untuk mendapatkan rekomendasi
persyaratan kelayakan pengolahan dari Pembina Mutu di
Daerah
▪ Bangunan UPI harus memenuhi
2. 2 hari untuk pemenuhan persyaratan
persyaratan penerbitan SKP
3. SKP berlaku 2 tahun. Pembaharuan SKP
paling lambat 1 bulan sebelum habis masa
berlaku SKP

PERSYARATAN GMP SSOP


GMP
1. Seleksi Bahan Baku SSOP:
PELAPORAN
2. Penanganan Ikan dan 1. Keamanan air dan es
Pengolahan Ikan Wajib menyampaikan laporan setiap 1 tahun sekali
2. Kondisi dan kebersihan permukaan
3. Penanganan dan yang kontak dengan bahan pangan secara daring melalui https://skp-pdspkp.kkp.go.id
penggunaan bahan 3. Pencegahan kontaminasi silang dengan mengisi paling sedikit:
tambahan, bahan 4. Menjaga fasilitas pencuci tangan,
penolong, dan bahan
a. nama produk yang memiliki SKP;
sanitasi, dan toilet
kimia 5. Proteksi dari bahan-bahan kontaminan
b. volume produksi untuk pasar dalam negeri
4. Pengemasan 6. Pelabelan, penyimpanan, dan dan/atau luar negeri setiap bulan;
5. penyimpanan penggunaan bahan kimia berbahaya c. tujuan pemasaran; dan
7. Pengawasan kondisi kesehatan dan d. kendala yang dihadapi.
kebersihan karyawan
8. Pengendalian binatang pengganggu
Program Manajemen Mutu Terpadi/HACCP

H : Hazard ❖ Preventif, bukan reaktif


A : Analysis ❖ Alat yang digunakan untuk memproteksi (melindunggi)
C : Critical bahan pangan/makan dari bahaya (Hazard) yang bersifat
Biologi, Kimia dan Fisika
C : Control
P : Point

Hazard adalah suatu kondisi atau faktor Biologis: Bakteri, Virus, Protozoa/Parasit.
baik biologis, kimiawi maupun fisik yang Kimiawi; bahan kimia yang segaja ditambahkan
dapat menyebabkan makanan tidak dan, Fisika; Gelas/Kaca (botol, lampu,
aman dikonsumsi atau merugikan thermometer dll), logam (kawat, steples, peniti
konsumen dll), kayu, tulang, plastik dsb)
Bagian IV. Pengawasan Pengolahan
Hasil Perikanan

35
ALUR
ALURPROSES
PROSES- -PENGAWASAN
PENGAWASANPENGOLAHAN
PENGOLAHANHP
HP
PELAKU
ANALISA YA
Asal Bahan Baku USAHA
SESUAI/
1. Perikanan Budidaya (CBIB, ikan tidak PERIKANAN
TIDAK
MEMERIKSA: mengandung residu antibiotik ) PATUH
2. Perikanan Tangkap (CPIB, ikan bermutu
Uniit Pengolahan dan aman, tidak bersal dari IUUF) TIDAK
3. Importasi hasil perikanan (hasil 1.PEMBINAAN
Ikan (UPI) perikanan di lengkapi dengan HC) 2. SANKSI ADMINISTRASI
▪ Skala mikro DOKUMEN USAHA
PENGAWAS ▪ Skala kecil NIB / IZIN / DOK SERTIFIKAT (SKP.PMMT/HACCP & HC) 1. TEGURAN
TERTULIS
PERIKANAN ▪ Skala BAHAN TAMBAHAN 2. PAKSAAN
menengah Bahan Tambahan Pangan (digunakan & tidak PEMERINTAH INDIKASI
digunakan) 3. PEMBEKUAN TINDAK
▪ Skala besar CEK KESESUAIAN DGN IZIN/DOKUMEN
PIDANA
Sentra Kegiatan KONDISI DI LAPANGAN
4. PENCABUTAN
PERIKANAN
IZIN/DOKUMEN
Perikanan
5. DENDA ADMINISTRASI
DITINDAKLANJUTI

LAPORAN PENDAHULUAN/
• BA KETERANGAN SAKSI
DIABAIKAN
LAPORAN KEJADIAN
PEMILIK
PENYIDIKAN
• BA KETERANGAN SAKSI
SERAHKAN KE PPNS
• BA KETERANGAN AHLI
LAPORAN
PERIKANAN

36
Jenis-Jenis Pelanggaran
Bidang Pengawasan Pengolahan
Bagian. V
Hasil Perikanan

37
JENIS – JENIS PELANGGARAN
DIBIDANG PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN

PELANGGARAN SANKSI DAN DENDA ADMINISTRASI

1. Tidak memIliki perizinan berusaha 1 UU no. 31 Th. 2009 ttg Perikanan


dibidang pengolahan ikan
(NIB+SS)
2. Tidak memiliki sertifikat standar
SKP, PMMT/HACCP,HC 2 4 UU no. 11 Th. 2020 ttg Cipta Kerja

3. Penggunaan Bahan Tambahan


PP. no. 5 Th 2021 ttg Perizinan
Berbahaya 3 Berusaha Berbasis Risiko
4.Tidak ada izin Pengelolaan Limbah Permen No 31 Th 2021 TENTANG PENGENAAN
(IPAL/Amdal) 4 SANKSI ADMINISTRATIF BIDANG KELAUTAN DAN
PERIKANAN
5. Asal bahan baku tercemar dan dari
IUU Fishing /
JENIS SANKSI ADMINISTRASI

PERINGATAN DENDA
PAKSAAN PEMERINTAH
/TEGURAN TERTULIS ADMINISTRATIF

PENCABUTAN PEMBEKUAN
PERIZINAN BERUSAHA PERIZINAN BERUSAHA

Mengutamakan PEMBINAAN KEPATUHAN PELAKU USAHA


Bagian III. Hasil Temuan di UPI Tahun
Bagian VI 2016, 2017, 2018 & 2021

40
A. Temuan (2016)
Ditemukan produk ikan SEMAR yang mengandung Formalin (Formaldehide) dengan kadar
20-40 mg/L. Pada PT. Bandar Nelayan, di Benoa, Bali.

Dari 117 unit pengolahan ikan skala kecil yang diriksa oleh UPT PSDKP dibeberapa lokasi di
Indonesia, ditemukan sebanyak 6 unit positif menggunakan formalin (formaldehide) untuk
mengawetkan produk perikanan

No Jenis Bahan Baku Pemilki Asal Bahan Baku Hasil Tahun

1 Ikan Teri Asin Pasar Sidoharjo Lamongan Positif (+) Mei 2016

2 Ikan Teri Asin Parena Brondong Positif (+) Mei 2016

3 Ikan Teri Bapak Fadhel Gresik Positif (+) Oktober 2016

4 Ikan Teri Jengki Besar Bapak Fadhel Gresik Positif (+) Oktober 2016

5 Ikan Asin Tetet Ibu Kajilan Tuban Positif (+) Oktober 2016

6 Ikan Layang Asing Bapak Aziz Tuban Positif (+) Oktober 2016
Lanjutan...

B. Temuan (2017)

PT. CENTRAM, Alamat, Jl. Desa Carat, Gempol-Pasuruan,


Jawa Timur. Jenis Pengolahan yaitu Rumput Laut-
Tepung Agar (Carragenan) dan negara Tujuan ekspor
adalah Jepang (ISO. 9001:2008)

UPI tidak dilengkapi dengan Sertifikat Kelayakan Pengolahan (SKP), Hazard Analysis Critical
Control Point (HACCP) dan Health Certificate (HC)

Di indikasi melakukan pelanggaran terkait UU RI Nomor 45 Tahun 2009 Tentang Perubahan


Atas UU Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan, Pasal 20 ayat (3) jo pasal 89 dan
pasal 21 jo pasal 90
Lanjutan...

PT. SATELIT SRITI, Alamat, Jl. Raya Surabaya Pandaan, Km. 43 Pasuruan, Jawa Timur.
Jenis Pengolahan yaitu Rumput Laut-Tepung Agar (Carragenan). Bahan bakunya
dipasarkan secara lokal

Masa berlaku Sertifikat Kelayakan Pengolahan


(SKP) sampai 28 Agustus 2016

Di indikasi melakukan pelanggaran terkait UU RI Nomor 45 Tahun 2009 Tentang Perubahan


Atas UU Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan

Direktorat Pengawasan Pengelolaan Sumber Daya Perikanan


Jl. Medan Merdeka Timur No. 16, Jakarta 10041 | www.kkp.go.id
Lanjutan...
Temuan Formalin (Formaldehiye)

LPPMH, Dinas Perikanan dan Kelautan Aceh Tengah, 2018 Hasil Pengawasan PSDKP Lampulo Februai , 2021

Menemukan kandungan formalin pada sejumlah ikan yang Sebanyak 6 jenis sampel ikan yang di uji
beredar di pasar wilayah Takengan, Kab. Aceh Tengah menggunakan TestKit, terdir dari: Cumi Asin Medan,
Ikan Kembung Asin, Ikan Layang Deles Asin, Teri
Nasi, Cumi Asin Banda Aceh, dan Cumi Segar.
Terdapat 7 jenis ikan yang mengandung formalin
(formaldehyde) dengan tingkat konsentrasi 0,I ppm-0,4
ppm di pasar ikan Takalongan. Ketujuh jenis ikan Bahan baku dari sampel yang diuji berasal Pasar
tersebut; jenis kerapu & bawal asal langsa, cumi-cumi, Tradisional Simpang Tujuh, Kecamatan Ulee Kareng,
anak dencis, udang, kantup dan ikan pisang-pisang dari Kota Banda Aceh.
pasar grosir.

Dari pasar Takengon ditemukan 4 jenis ikan yang


mengandung formalin (formadehyde) dengan tingkat 2 (dua) sampel ikan terindikasi mengandung Formalin
konsentrasi 0,1 ppm – 0,25 ppm. Jenis ikan ini adalah ikan (formaldehyde), yaitu Cumi Asin Banda Aceh & Cumi
jenara asal Peudada, Kab. Bireuen, nila asal Panton Labu, Segar
Kab. Aceh Utara dan jenis ikan cirik asal Meulaboh, Kab.
Aceh Barat.
PENGAWASAN PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN
Bagian IV. Jumlah Pelaku Usaha &
Sebaran Set ifikat Standar di Indonesia

48
PELAKU USAHA
KEGIATAN SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN
PELAKU USAHA JUMLAH

Nelayan 2,155,191 Orang

- PUD

- Laut
394,975

1,760,216
Orang

Orang
1.070
Pembudidaya 1,879,536 Orang UPI SKALA MENENGAH BESAR 275.458*
- Pembenihan 57,916 Orang

- Pembesaran 1,810,953 Orang 74 UPRLK 76 UPIH


PEMASAR IKAN
- Ikan Hias 10,667 Orang
365 GUDANG BEKU
Pengolahan 63,459 Unit Usaha

- UPI Mikro Kecil 62,389 Unit Usaha

- UPI Menengah
22,552 Penggaraman/ Pengeringan Pelumatan Daging/ Surimi 14,679
1,070 Unit Usaha
Besar

Pemasar Ikan 275,458 Orang 10,817 Pemindangan


Pengasapan 7747
Petambak Garam 16,737 Orang 3178 Pengolahan Lainnya Penanganan Produk

TOTAL 4,390,839
Orang/Unit
Usaha
895
Pereduksian/
Ekstraksi
62,389 UPI
Segar/Dingin

Pembekuan 482
1282

SKALA MIKRO KECIL


Sumber: Kementerian Kelautan dan Perikanan 2020 757
49
Fermentasi
* Data BPS, 2015
SEBARAN UPI SKALA MENENGAH BESAR PER PROVINSI
TOTAL : 1070 UNIT*

244

100
80 77 76 67
46 48
36 29 25 30
13 14 19 13 23 18 13 13 19
2 1 10 11 1 10 9 5 8 1 9

*Sumber : SKP 2020


REKAPITULASI JUMLAH UPI SKALA MENENGAH/BESAR PER PROVINSI

3.059 Sertifikat Kelayakan Pengolahan (SKP) Sertifikat Kelayakan Pengolahan (SKP)


3.059

Provinsi UPI SKP Provinsi UPI SKP


NA Darrusalam Sumatera Selatan 9 13
13 17
Kep. Bangka
Sumatera Utara 76 212 13 57
Belitung
Riau 8 21 Lampung 18 24

Sumatera Barat 1 14 Banten 36 219

Kepulauan Riau 23 91 Jawa Barat 48 210

Jambi 1 7 DKI Jakarta 80 477

Bengkulu 2 6 Jawa Tengah 77 196


Provinsi UPI SKP Provinsi UPI SKP
DI Yogjakarta - - Sulawesi Selatan 100 298
Jawa Timur 244 505 Sulawesi Tengah 13 17
Kalimantan Barat 10 28 Sulawesi Tenggara 19 22
Kalimantan Tengah 1 1 Gorontalo 14 29
Kalimantan Selatan 11 8 Sulawesi Utara 76 97

Kalimantan Timur 10 45 Sulawesi Barat - -


aluku 29 102
Kalimantan Utara 19 23
Bali 46 110 Maluku Utara 13 27

Nusa Tenggara Barat 9 65 Papua 5 13

Nusa Tenggara Timur 25 36 Papua Barat 30 72

Sumber; Ditjen PDSPKP


2.154
1.790
674
TOTAL: 62.389 UNIT

779
UPI Mikro Kecil dengan GMP sd 15 Juni 2021: 231 Unit (0,3%)

1.629
SEBARAN UNIT PENGOLAHAN SKALA MIKRO KECIL

1.512
1.667
457
1.807
323
966
892
1.420
294
1.184
1.358
1.451
1.993
374
575
1.680
3.637
1.691
10.624
6.552
9.804
743
221
832
301
475
1.355
610
565
SEBARAN SERTIFIKAT PMMT/HACCP
MALUKU
ACEH KALIMANTAN
UTARA
3 UPI 12 HACCP UTARA
KEP RIAU KALIMANTAN 2 UPI 3 HACCP
7 UPI 12 HACCP
18 UPI 41 HACCP BARAT
RIAU 0 UPI 0 HACCP SULAWESI
8 UPI 25 HACCP UTARA
KALIMANTAN
16 UPI 35 HACCP PAPUA BARAT
TENGAH
0 UPI 0 HACCP 2 UPI 4 HACCP
KEP. BANGKA GORONTALO
BELITUNG 1 UPI 1 HACCP
PAPUA
5 UPI 35 HACCP KALIMANTAN
4 UPI 7 HACCP
TIMUR
5 UPI 13 HACCP SULAWESI
TENGAH
LAMPUNG 0 UPI 0 HACCP
9 UPI 23 HACCP
DKI KALIMANTAN
57 UPI 226 HACCP SELATAN
SUMATERA 2 UPI 4 HACCP
BANTEN
UTARA
1 UPI 2 HACCP
43 UPI 166 HACCP MALUKU
JAWA TENGAH SULAWESI
6 UPI 14 HACCP
SUMATERA 36 UPI 148 HACCP SELATAN
BARAT JAWA TIMUR 55 UPI 159 HACCP SULAWESI
1 UPI 2 HACCP 129 UPI 422 HACCP TENGGARA
BENGKULU
3 UPI 6 HACCP
0 UPI 0 HACCP
JAWA BARAT
SUMATERA 27 UPI 82 HACCP
NTT
SELATAN
YOGYAKARTA
NTB
3 UPI 6 HACCP TOTAL:
1 UPI 1 HACCP
10 UPI 42 HACCP
1 UPI 1 HACCP
485 UPI
BALI
31 UPI 144 HACCP
1603 HACCP
Sumber : KKP 2021
MASALAH BIDANG PENGAWASAN PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN

PERMASALAHAN DAMPAK TIDAK MENERAPKAN SERTIFIKASI DAN


MENGGUNAKAN BAHAN TAMBAHAN DILARANG

1. UPI skala mikro kecil belum memiliki izin berusaha 1. Larangan ekspor/ import produk perikanan
2. Masih ditemukan jenis bahan baku lain yang disimpan nasional
bersamaan dengan bahan baku utama (sesuai SKP & 2. Terjadi penolakan produk perikanan di Luar Negeri
PMMT) 3. Pembeli tidak PERCAYA lagi terhadap bahan baku
3. Masih ditemukan pelaku usaha skala mikro kecil produk perikanan yang di pasarkan
menggunakan bahan tambahan dilarang untuk 4. Pelaku usaha akan mengelami kerugian, baik skala
mengawetkan ikan perorangan maupun nasional
5. Penggunaan bahan tambahan pangan berbahaya
4. UPI tidak memiliki sertifikat SKP dan PMMT/HACCP yang digunakan pada produk perikanan akan
5. Sarana, prasarana dan SDM untuk kegiatan menyebabkan kerusakan atau berbagai macam
pengawasan pengolahan hasil perikanan terbatas penyakit.
Bagian V. Ketentuan Tambahan

56
# DITJEN PSDKP#

T E R I M A K A S I H
DITJEN PSDKP Siap Berkolaborasi dan Bersinergi Dengan
Seluruh Stakeholders Dalam Kerangka Implementasi
“UU 11 Tahun 2020 Cipta Kerja”

Anda mungkin juga menyukai