Perikananan
2
Pengawasan Pasca UUCK
Peraturan
Pengawasan sebagai sub Peran Pengawas Perikanan
sistem untuk memastikan Pemerintah Nomor
dan Polsus WP3K yang
kepatuhan pelaku usaha 27/2021 tentang semakin kuat
dalam pelaksanaan perizinan 1 Penyelenggaran 5 Pelaksanaan pengawasan dilakukan
berusaha berbasis resiko oleh Pengawas Perikanan dan Polisi
Bidang Kelautan Khusus Wilayah Pesisir dan Pulau-
Pulau Kecil
dan Perikanan
3
UU Cipta Kerja Nomor 11 Tahun 2020
Pasal 26
(1) Setiap orang yang melakukan Usaha Perikanan di WPPNRI wajib memenuhi
perijinan berusaha dari Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah sesuai
dengan kewenangannya berdasarkan norma, standar, prosedur dan kriteria
yang ditetapkan pemerintah pusat;
(2) Jenis usaha perikanan pada ayat 1, terdiri dari usaha :
a. Penangkapan Ikan;
b. Pembudidayaan Ikan;
c. Pengangkutan Ikan;
d. Pengolahan Ikan;
e. Dan Pemasaran Ikan.
4
JENIS PERIZINAN BERUSAHA
3. IZIN
5
❖ NIB wajib dimiliki oleh setiap pelaku usaha
❖ Setiap pelaku usaha hanya memiliki 1 (satu) NIB
❖ Khusus untuk kegiatan usaha risiko rendah yang dilakukan oleh pengusaha mikro dan kecil, NIB berlaku juga
sebagai (1) Standar Nasional Indonesia (SNI),
Penerbit Perizinan Berusaha
DPMPTSP Propinsi
(Dinas Penanaman Modal
dan Pelayanan Terpadu
Satu Pintu)
Atas nama Gubernur
Lembaga OSS untuk kegiatan usaha 05
Atas nama K/L untuk yang menjadi
kegiatan usaha yang kewenangan
04 Badan
Pengusahaan
menjadi kewenangan Pemerintah Propinsi 03 Administrator
KPBPB
Pemerintah Pusat DPMPTSP KEK
02 Untuk kegiatan
Untuk kegiatan
Kab/Kota usaha yang berlokasi
01 Atas nama usaha yang
diKPBPB
Bupati/Wali kota berlokasi di KEK
(Kawasan Perdagangan
untuk kegiatan usaha (Kawasan Bebas dan Pelabuhan
yang menjadi Ekonomi Bebas)
kewenangan Khusus)
Pemerintah Kab/Kota
KHUSUS UNTUK NIB, DITERBITKAN OLEH
LEMBAGA OSS TANPA MENGATASNAMAKAN K/L .
7
ALUR PROSES PERIZINAN BERUSAHA
PERBEDAAN PENGAWASAN SEBELUM DAN SESUDAH UU CK
PASCA UU-CK SEBELUM UU-CK
▪ Pengawasan dilakukan secara rutin atau • Pengawasan bersifat rutin dan
insidental, Frekuensi pengawasan sesuai Frekuensi pengawasan tidak
tingkat risiko dilakukan secara sistematis
➢ Risiko rendah dan menengah rendah→ 1 • Tidak ada perlakuan yang
kali dalam 1 Tahun per Lokasi Usaha (tidak berbeda bagi UMK
diperiksa pada tahun setelahnya jika patuh)
➢ Risiko menengah tinggi dan tinggi→ 2 kali
• Pengawasan dilakukan melalui
dalam 1 tahun per lokasi usaha (diperiksa 1 SIMWASKAN
kali pada tahun setelahnya jika patuh) • Pelaksanaan pengawasan
dilakukan secara mandiri, Pihak
PASCA - Kemudahan bagi UMK PRA
➢ Pengawasan rutin Perizinan Berusaha untuk ke-3 hanya untuk membantu
pelaku UMK dilakukan melalui pembinaan, PELAKSANAAN pembuktian hasil pengawasan
pendampingan, atau penyuluhan terkait PENGAWASAN
kegiatan usaha
➢ Tidak dilakukan inspeksi lapangan apabila
berdasarkan hasil penilaian atas
Pengawasan rutin yang dilakukan
sebelumnya terhadap standar dan
kewajiban, pelaku UMK yang dinilai patuh
• Pengawasan akan dilakukan melalui sistem
informasi pengawasan yang terintegrasi
dengan OSS
• Pelaksanaan pengawasan dapat melibatkan
pihak ke-3
Lanjutan…
PASCA UU-CK SEBELUM UU-CK
▪ Pengawasan dan penilaian dilakukan ▪ Pengawasan dan penilaian
secara terintegrasi & terkoordinasi, dilakukan oleh pengawas perikanan
dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat, UPT PSDKP
Daerah, Adm KEK, Badan ▪ Pengawasan direncanakan dalam
Pengusahaan KBPBP lingkup unit kerja Ditjen PSDKP saja
▪ Pengawasan dilakukan perencanaan ▪ Pengawas Perikanan tidak secara
(waktu, anggaran, SDM) sistematis menyampaikan surat
▪ Petugas pengawasan menyampaikan pemberitahuan kunjungan
surat pemberitahuan tertulis paling ▪ Pemetaan objek pengawasan
PASCA lambat 3 (tiga) Hari sebelum tanggal berdasarkan data perizinan dan PRA
pemeriksaan yang meliputi (daftar PERSIAPAN hasil pengawasan tahun
pertanyaan, berkas yang diperlukan, PENGAWASAN sebelumnya
daftar pengawas perikanan yang ▪ Pengawasan dilakukan terhadap
melakukan inspeksi, surat tugas) izin usaha dan hal teknis yang
▪ Pemetaan objek pengawasan diatur sesuai PUU
berdasarkan tingkat risiko dan tingkat
kepatuhannya
▪ Pengawasan dilakukan terhadap
pemenuhan perizinan berusaha (NIB
dan/atau Sertifikat standar) dan
digolongkan per KBLI
Lanjutan…
PASCA UU-CK SEBELUM UU-CK
▪ Pelaporan dilakukan melalui aplikasi
▪ Pelaporan dilakukan secara online dan
SIMWASKAN
terintegrasi dengan OSS
▪ Tindak lanjut hasil pengawasan jika
▪ Pengawas Perikanan memberikan
rekomendasi atas pelanggaran berupa
ditemukan pelanggaran yaitu
pembinaan atau pemberian sanksi langsung diserahkan pada PPNS
administrasi; Perikanan untuk dilakukan
▪ Tersedia jalur pengaduan khusus untuk penyidikan (sanksi pidana)
pelaku usaha mengadukan/ melaporkan ▪ Pengaduan dilakukan melalui
pelanggaran yang terjadi, Mekanisme mekanisme yang berlaku di KKP
pengaduan dapat dilaksanakan secara: ▪ Masyarakat dapat dilibatkan dalam
PASCA ➢ Langsung : kepada Pemerintah Pusat pengawasan melalui POKMASWAS
PRA
➢ Tidak langsung: Tertulis kepada TINDAK LANJUT ▪ Pengolahan data dilakukan hanya
Pemerintah Pusat, dan secara elektronik HASIL untuk kebutuhan pelaporan unit
melalui OSS atau saluran pengaduan kerja
PENGAWASAN
yang telah disediakan
• Masyarakat dapat dilibatkan dalam
pengawasan dengan Melakukan
pemantauan terkait dengan penyelenggaran
kegiatan usaha dan Menyampaikan
pengaduan
• Pengolahan data dan/atau informasi
dilakukan terintegrasi secara elektronik
dengan mengedepankan prinsip
transparansi, akuntabilitas, dan berbagi data
(data sharing)
Tujuan, Tugas dan Fungsi
Pengawasan Pengolahan Hasil
Bagian II.
Perikanan
12
Tugas Pengawas Perikanan dalam Pengawasan P Hasil Perikanan
Pengawas Perikanan adalah pegawai negeri sipil yang mempunyai tugas mengawasi tertib pelaksanaan
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang Perikanan.
LAPORAN • BA KETERANGAN
PEMERIKSAAN INDIKASI TINDAK PENDAHULUAN/ SAKSI PEMILIK
PIDANA LAPORAN KEJADIAN • BA KETERANGAN
PELAKU USAHA KESESUAIAN
PERIKANAN SAKSI
PENGOLAHAN SERAHKAN KE PPNS • BA KETERANGAN AHLI
PERIKANAN
NIB ANALISA
SESUAI/
TIDAK
PELAKU USAHA
PENGOLAHAN IKAN PENYIDIKAN
SANKSI ADM : PATUH
1. TEGURAN TERTULIS
2. PAKSAAN PEMERINTAH
PEMBINAAN 3. DENDA ADM
4. PEMBEKUAN IZIN/DOKUMEN
5. PENCABUTAN IZIN/DOKUMEN
16
Ruang Lingkup Pengawasan Pengolahan Ikan
KESESUAIAN
Obyek Pengawasan Perikanan
Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI)
KBLI 14 25 30 9
NON 4
22 6 7
KBLI
PENGAWASAN PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN
22
Dasar Hukum terkait Pengawasan PHP
UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Permen KP No. 17 Tahun 2019 tentang
01 Konsumen 07
Persyaratan dan Tata Cara Penerbitan Sertifikat
Kelayakan Pengolahan
UU No. 31 Tahun 2004 tentang Perikanan
08 Permen KP No. 51 Tahun 2021 tentang Usaha
02 sebagaimana telah diubah dengan UU No.
Pengolahan IKan
45 Tahun 2009
09 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 033
03 UU No. 18 Tahun 2012 Tentang Pangan Tahun 2012 tentang Bahan Tambahan Pangan
Kebijakan Komisi Eropa yang diberlakukan pada seluruh Negara anggota Uni Eeropa (UE) dan Negara-negara ke-tiga yang
melakukan hubungan perdagangan dengan UE adalah Program Inspeksi terhadap faktor keamanan pangan oleh the Food
and Veterinary Offi ce (FVO), DG Health and Consumer Protection (DG SANCO), European Commission. Ketentuan import
yang berlaku di pasar UE berlaku juga di pasar-pasar AS dan Jepang, berkaitan dengan aspek-aspek keamanan pangan,
jaminan mutu
Ketentuan Tambahan :
Pasar Uni Eropa (UE) sering menjadi barometer aspek mutu dan keamanan (quality and safety) pasar
global. Komisi UE sangat memperhatikan mutu dan keamanan pangan komunitasnya sehingga untuk
melindungi masyarakat UE; mereka menerbitkan apa yang disebut dengan “white paper on food safety”
tanggal 12 Januari 2000; yang kemudian diikuti dengan pemberlakuan dan penerapan regulasi baru
dalam bidang higiene dan keamanan pangan baik untuk negara-negara UE sendiri maupun negera-
negara ketiga yang mengekspor produk pangan ke UE. Hal ini dilakukan untuk menjamin pangan yang
beredar di UE terjamin mutunya dan aman dikonsumsi masyarakat UE. Implikasi dan penerapan regulasi
baru tersebut bagi para eksportir adalah : 1) Cara penanganan pangan yang baik untuk produk primer
(Good Handling Practice-GHdP), 2) Mengembangkan pedoman cara-cara penanganan HACCP (Hazard
Analysis Critical Control Point) yang baik bagi industri, dan 3) Menerapkan ketertelusuran (traceability)
Codex
baik satuAlimentarius Commission
tahap ke depan (CAC) WHO/FAO pun telah menganjurkan dan merekomendasikan
dan ke belakang.
diimplementasikannya konsep HACCP ini pada setiap industri pengolah pangan khususnya perikanan
Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE) melaui EC Directive 91/493/EEC merekomendasikan penerapan
HACCP sebagai dasar pengembangan sistem manajemen mutu dinegara-negara yang akan mengekspor
produk hasil perikanan dan udang ke negara-negara MEE.
Bahan Tambahan Pangan yang dapat digunakan pada pengolahan pangan
Ditampilkan pada Lampiran 1. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 033 Tahun 2012 tentang Bahan Tambahan
Pangan
1. Antibuih (Antifoaming agent); 14. Pengawet (Preservative);
2. Antikempal (Anticaking agent); 15. Pengembang (Raising agent);
3. Antioksidan (Antioxidant); 17. Pengemulsi (Emulsifier);
4. Bahan pengkarbonasi (Carbonating 18. Pengental (Thickener);
agent); 19. Pengeras (Firming agent);
5. Garam pengemulsi (Emulsifying salt); 20. Penguat rasa (Flavour enhancer);
6. Gas untuk kemasan (Packaging gas) 21. Peningkat volume (Bulking agent);
7. Humektan (Humectant); 22. Penstabil (Stabilizer);
8. Pelapis (Glazing agent); 23. Peretensi warna (Colour retention
9. Pemanis (Sweetener); agent);
10. Pembawa (Carrier); 24. Perisa (Flavouring);
11. Pembentuk gel (Gelling agent); 25. Perlakuan tepung (Flour treatment
12. Pembuih (Foaming agent); agent);
13. Pengatur keasaman (Acidity 26. Pewarna (Colour);
regulator); 27. Propelan (Propellant); dan
28. Sekuestran (Sequestrant).
Bahan Tambahan Dilarang digunakan sebagai Bahan Tambahan
Pangan (PermenKes No. 033/2012)
1. Asam Borat dan senyawanya (Boric Acid);
2. Asam Salisilit dan garamnya (Salicylic acid and
its salt);
3. Dietilpirokarbonat (Diethylprocarbonate, DEPC);
4. Dulsin (Dulcin);
5. Kalium Bromat (Pottassium Bromate);
10. Nitrofurazon (Nitrofurazone); 6. Kalium Klorat (Pottasssium Chlorate);
11. Dulkamara (Dulcamara); 7. Formalin (Formaldehide);
12. Kokain (Cocaine); 8. Kloramfenikol (Chloramphenicol);
13. Nitrobenzen (Nitrobenzene);
9. Minyak nabati yang dibrominasi (Brominated
14. Sinamil altanilat (Cinnamyl athranilate);
vegetable oils);
15. Dihidrosafrol (Dihydrosafrole);
16. Biji Tongka (Tongka Bean);
17. Minyak Kalamus (Calamus oils);
18. Minyak Tansi (Tansy oils);
19. Minyak Sasafras (Sasafras oils).
Pengertian Kelayakan Pengolahan & SKP
“Secara umum perbedaan antara GMP (Good Manufacturing Practices) dan SSOP (Standard Sanitation Operating
Prosedure) adalah: GMP secara fokus pada aspek operasi pelaksanaan tugas dalam pabriknya sendiri serta operasi
personel. Sedang SSOP merupakan prosedur yang digunakan oleh industri untuk membantu mencapai tujuan atau
sasaran keseluruhan yang diharapkan GMP dalam memproduksi hasil perikanan yang bermutu tinggi aman dan layak
untuk dikonsumsi.
8 KUNCI SSOP SERTIFIKAT GMP
Diberikan pada pelaku usaha yang melakukan kegiatan
1. Menjaga keamanan air/es yang kontak dengan produk usaha penanganan dan/atau pengolahan hasil perikanan
atau peralatan, untuk memenuhi kelayakan pengolahan dalam rangka
2. Menjaga kondisi dan kebersihan peralatan yang kontak jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan.
dengan produk (Peralatan yang kontak dengan kerja),
3. Mencegah kontaminasi silang langsung dan tidak SKP diberikan bagi setiap jenis ikan yang ditangani
langsung terhadap produk yang diolah, dan/atau jenis produk yang diolah.
4. Menjaga fasilitas pencuci tangan, sanitasi dan toilet 5)
Kegiatan penanganan dan/atau pengolahan ikan di UPI
Proteksi dari bahan-bahan kontaminan,
5. Label yang jelas dan penanganan/penyimpanan dan berupa:
penggunaan bahan beracun, 1. Unit Penanganan dan Pengolahan Ikan;
6. Pengawasan kesehatan karyawan dan,
2. Unit Penanganan Ikan Hidup;
7. Menghilangkan pest dari unit pengolaha
3. Unit Penanganan Rumput Laut Kering;
4. Gudang Beku;
5. Gudang Dingin;
6. Gudang Kering; dan/atau
7. Miniplant.
PENERAPAN GMP/SSOP... APAKAH SUDAH
SESUAI STANDAR
PERSYARATAN TEKNIS DAN PROSES
Hazard adalah suatu kondisi atau faktor Biologis: Bakteri, Virus, Protozoa/Parasit.
baik biologis, kimiawi maupun fisik yang Kimiawi; bahan kimia yang segaja ditambahkan
dapat menyebabkan makanan tidak dan, Fisika; Gelas/Kaca (botol, lampu,
aman dikonsumsi atau merugikan thermometer dll), logam (kawat, steples, peniti
konsumen dll), kayu, tulang, plastik dsb)
Bagian IV. Pengawasan Pengolahan
Hasil Perikanan
35
ALUR
ALURPROSES
PROSES- -PENGAWASAN
PENGAWASANPENGOLAHAN
PENGOLAHANHP
HP
PELAKU
ANALISA YA
Asal Bahan Baku USAHA
SESUAI/
1. Perikanan Budidaya (CBIB, ikan tidak PERIKANAN
TIDAK
MEMERIKSA: mengandung residu antibiotik ) PATUH
2. Perikanan Tangkap (CPIB, ikan bermutu
Uniit Pengolahan dan aman, tidak bersal dari IUUF) TIDAK
3. Importasi hasil perikanan (hasil 1.PEMBINAAN
Ikan (UPI) perikanan di lengkapi dengan HC) 2. SANKSI ADMINISTRASI
▪ Skala mikro DOKUMEN USAHA
PENGAWAS ▪ Skala kecil NIB / IZIN / DOK SERTIFIKAT (SKP.PMMT/HACCP & HC) 1. TEGURAN
TERTULIS
PERIKANAN ▪ Skala BAHAN TAMBAHAN 2. PAKSAAN
menengah Bahan Tambahan Pangan (digunakan & tidak PEMERINTAH INDIKASI
digunakan) 3. PEMBEKUAN TINDAK
▪ Skala besar CEK KESESUAIAN DGN IZIN/DOKUMEN
PIDANA
Sentra Kegiatan KONDISI DI LAPANGAN
4. PENCABUTAN
PERIKANAN
IZIN/DOKUMEN
Perikanan
5. DENDA ADMINISTRASI
DITINDAKLANJUTI
LAPORAN PENDAHULUAN/
• BA KETERANGAN SAKSI
DIABAIKAN
LAPORAN KEJADIAN
PEMILIK
PENYIDIKAN
• BA KETERANGAN SAKSI
SERAHKAN KE PPNS
• BA KETERANGAN AHLI
LAPORAN
PERIKANAN
36
Jenis-Jenis Pelanggaran
Bidang Pengawasan Pengolahan
Bagian. V
Hasil Perikanan
37
JENIS – JENIS PELANGGARAN
DIBIDANG PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN
PERINGATAN DENDA
PAKSAAN PEMERINTAH
/TEGURAN TERTULIS ADMINISTRATIF
PENCABUTAN PEMBEKUAN
PERIZINAN BERUSAHA PERIZINAN BERUSAHA
40
A. Temuan (2016)
Ditemukan produk ikan SEMAR yang mengandung Formalin (Formaldehide) dengan kadar
20-40 mg/L. Pada PT. Bandar Nelayan, di Benoa, Bali.
Dari 117 unit pengolahan ikan skala kecil yang diriksa oleh UPT PSDKP dibeberapa lokasi di
Indonesia, ditemukan sebanyak 6 unit positif menggunakan formalin (formaldehide) untuk
mengawetkan produk perikanan
1 Ikan Teri Asin Pasar Sidoharjo Lamongan Positif (+) Mei 2016
4 Ikan Teri Jengki Besar Bapak Fadhel Gresik Positif (+) Oktober 2016
5 Ikan Asin Tetet Ibu Kajilan Tuban Positif (+) Oktober 2016
6 Ikan Layang Asing Bapak Aziz Tuban Positif (+) Oktober 2016
Lanjutan...
B. Temuan (2017)
UPI tidak dilengkapi dengan Sertifikat Kelayakan Pengolahan (SKP), Hazard Analysis Critical
Control Point (HACCP) dan Health Certificate (HC)
PT. SATELIT SRITI, Alamat, Jl. Raya Surabaya Pandaan, Km. 43 Pasuruan, Jawa Timur.
Jenis Pengolahan yaitu Rumput Laut-Tepung Agar (Carragenan). Bahan bakunya
dipasarkan secara lokal
LPPMH, Dinas Perikanan dan Kelautan Aceh Tengah, 2018 Hasil Pengawasan PSDKP Lampulo Februai , 2021
Menemukan kandungan formalin pada sejumlah ikan yang Sebanyak 6 jenis sampel ikan yang di uji
beredar di pasar wilayah Takengan, Kab. Aceh Tengah menggunakan TestKit, terdir dari: Cumi Asin Medan,
Ikan Kembung Asin, Ikan Layang Deles Asin, Teri
Nasi, Cumi Asin Banda Aceh, dan Cumi Segar.
Terdapat 7 jenis ikan yang mengandung formalin
(formaldehyde) dengan tingkat konsentrasi 0,I ppm-0,4
ppm di pasar ikan Takalongan. Ketujuh jenis ikan Bahan baku dari sampel yang diuji berasal Pasar
tersebut; jenis kerapu & bawal asal langsa, cumi-cumi, Tradisional Simpang Tujuh, Kecamatan Ulee Kareng,
anak dencis, udang, kantup dan ikan pisang-pisang dari Kota Banda Aceh.
pasar grosir.
48
PELAKU USAHA
KEGIATAN SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN
PELAKU USAHA JUMLAH
- PUD
- Laut
394,975
1,760,216
Orang
Orang
1.070
Pembudidaya 1,879,536 Orang UPI SKALA MENENGAH BESAR 275.458*
- Pembenihan 57,916 Orang
- UPI Menengah
22,552 Penggaraman/ Pengeringan Pelumatan Daging/ Surimi 14,679
1,070 Unit Usaha
Besar
TOTAL 4,390,839
Orang/Unit
Usaha
895
Pereduksian/
Ekstraksi
62,389 UPI
Segar/Dingin
Pembekuan 482
1282
244
100
80 77 76 67
46 48
36 29 25 30
13 14 19 13 23 18 13 13 19
2 1 10 11 1 10 9 5 8 1 9
779
UPI Mikro Kecil dengan GMP sd 15 Juni 2021: 231 Unit (0,3%)
1.629
SEBARAN UNIT PENGOLAHAN SKALA MIKRO KECIL
1.512
1.667
457
1.807
323
966
892
1.420
294
1.184
1.358
1.451
1.993
374
575
1.680
3.637
1.691
10.624
6.552
9.804
743
221
832
301
475
1.355
610
565
SEBARAN SERTIFIKAT PMMT/HACCP
MALUKU
ACEH KALIMANTAN
UTARA
3 UPI 12 HACCP UTARA
KEP RIAU KALIMANTAN 2 UPI 3 HACCP
7 UPI 12 HACCP
18 UPI 41 HACCP BARAT
RIAU 0 UPI 0 HACCP SULAWESI
8 UPI 25 HACCP UTARA
KALIMANTAN
16 UPI 35 HACCP PAPUA BARAT
TENGAH
0 UPI 0 HACCP 2 UPI 4 HACCP
KEP. BANGKA GORONTALO
BELITUNG 1 UPI 1 HACCP
PAPUA
5 UPI 35 HACCP KALIMANTAN
4 UPI 7 HACCP
TIMUR
5 UPI 13 HACCP SULAWESI
TENGAH
LAMPUNG 0 UPI 0 HACCP
9 UPI 23 HACCP
DKI KALIMANTAN
57 UPI 226 HACCP SELATAN
SUMATERA 2 UPI 4 HACCP
BANTEN
UTARA
1 UPI 2 HACCP
43 UPI 166 HACCP MALUKU
JAWA TENGAH SULAWESI
6 UPI 14 HACCP
SUMATERA 36 UPI 148 HACCP SELATAN
BARAT JAWA TIMUR 55 UPI 159 HACCP SULAWESI
1 UPI 2 HACCP 129 UPI 422 HACCP TENGGARA
BENGKULU
3 UPI 6 HACCP
0 UPI 0 HACCP
JAWA BARAT
SUMATERA 27 UPI 82 HACCP
NTT
SELATAN
YOGYAKARTA
NTB
3 UPI 6 HACCP TOTAL:
1 UPI 1 HACCP
10 UPI 42 HACCP
1 UPI 1 HACCP
485 UPI
BALI
31 UPI 144 HACCP
1603 HACCP
Sumber : KKP 2021
MASALAH BIDANG PENGAWASAN PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN
1. UPI skala mikro kecil belum memiliki izin berusaha 1. Larangan ekspor/ import produk perikanan
2. Masih ditemukan jenis bahan baku lain yang disimpan nasional
bersamaan dengan bahan baku utama (sesuai SKP & 2. Terjadi penolakan produk perikanan di Luar Negeri
PMMT) 3. Pembeli tidak PERCAYA lagi terhadap bahan baku
3. Masih ditemukan pelaku usaha skala mikro kecil produk perikanan yang di pasarkan
menggunakan bahan tambahan dilarang untuk 4. Pelaku usaha akan mengelami kerugian, baik skala
mengawetkan ikan perorangan maupun nasional
5. Penggunaan bahan tambahan pangan berbahaya
4. UPI tidak memiliki sertifikat SKP dan PMMT/HACCP yang digunakan pada produk perikanan akan
5. Sarana, prasarana dan SDM untuk kegiatan menyebabkan kerusakan atau berbagai macam
pengawasan pengolahan hasil perikanan terbatas penyakit.
Bagian V. Ketentuan Tambahan
56
# DITJEN PSDKP#
T E R I M A K A S I H
DITJEN PSDKP Siap Berkolaborasi dan Bersinergi Dengan
Seluruh Stakeholders Dalam Kerangka Implementasi
“UU 11 Tahun 2020 Cipta Kerja”