Anda di halaman 1dari 14

OSCAR, - film

EMMY Aword – program TV


Berli, Toronto, Hogkong, lacrona, Canes – komersial
FFI – indonesia
Netab Jogya film festival -
Bandung -

Perhelatan Academy Awards digelar Senin pagi ini (28/3/2022) di The Dolby
Theatre, Los Angeles, Amerika Serikat (AS), Industri film Hollywood kini
dihadapkan pada 'musuh' yang tidak sedikit mulai dari budaya menonton
lewat streaming, kemunculan China sebagai raja box office yang baru, serta
serbuan film Korea Selatan.
Terpilihnya CODA sebagai Film Terbaik di Oscar hari ini juga menandai
sejarah baru industri film Hollywood dan berjayanya layanan streaming.
CODA yang diproduksi dan dirilis Apple TV+ merupakan film Over The
Top (OTT) dan tidak masuk dalam jaringan bioskop pertama yang dinobatkan
sebagai film terbaik dalam sejarah 94 tahun perhelatan Oscar.

Berdasarkan Motionpictures.org, box office film AS mampu mengumpulkan


pundi-pundi sebesar US$ 21,3 miliar pada tahun 2021, naik 81%
dibandingkan pencapaian tahun 2020. Namun, angkanya hanya separuh dari
perolehan pra-pandemi tahun 2019 (US$ 42,3 miliar) ataupun 208 (US$ 41,8
miliar)

Dalam sepuluh tahun terakhir, blockbuster film AS dipenuhi dengan film-


film superhero, film dengan spesial efek canggih, film sekuel serta film horor.
Berdasarkan data Box Office Mojo, 10 besar film terlaris sepanjang masa
diduduki Avatar dan deretan film superhero produksi Marvel Studios seperti
Avengers. The Lion King menjadi satu-satunya film animasi yang masuk 10
besar
Pandemi juga turut mengubah gaya hidup orang, termasuk dalam menonton
film. Layanan menonton film melalui saluran OTT melonjak tajam selama
pandemi.
Streaming film menjadi banyak pilihan orang yang enggan karena bioskop
karena alasan kesehatan, kepraktisan, dan biaya. Netflix, HBO, hingga Viu
pun mendulang banyak pelanggan selama pandemi.
Berdasarkan data Motionpictures, pada 2021 menonton film
melalui streaming menguasai market share industri hiburan yakni 72%. Naik
drastis dibandingkan 2019 (46%). Penonton film bioskop atau sarana teater
lain mencapai 21% sementara yang menonton melalui penyewaan DVD dan
lain-lain sebanyak 7%.

Hingga kuartal III-2021, pelanggan Netflix mencapai 214 juta, naik 16 juta
dibandingkan tahun sebelumnya. HBO Max telah memiliki 73 juta
pelanggan. Sementara itu, Viu yang lebih memfokuskan diri pada film dan
drama TV produksi negara Asia, juga mencatatkan jumlah pelanggan bulanan
sebanyak 59,6 juta pada tahun 2021, naik 30% secara tahunan

Pada 2021, pendapatan box office di China menembus 47,2 miliar yuan atau
US$ 7,3 miliar atau sekitar Rp 105 triliun, melonjak 20 miliar yuan
dibandingkan 2020. Dari jumlah 47,2 miliar yuan, sebesar 40 miliar yuan atau
84,5% adalah film lokal.

Delapan dari 10 box office di China pada tahun lalu didominasi film lokal di
mana The Battle at Lake Changjin menjadi jawaranya. Film garapan tiga
sutradara Chen Kaige, Hark Tsui, dan Dante Lam itu menghasilkan total
pendapatan sebesar 5,77 miliar yuan sejak dirilis pada 30 September 2021.

Film tersebut menjadi yang terlaris dalam sejarah China dan hanya kalah dari
Spider-Man: No Way Home secara perolehan global. Jumlah layar di China
pada 2021 juga bertambah signifikan menjadi 82.248, naik dibandingkan
6.667 di tahun sebelumnya.

Film film box office China memiliki formula yang hampir sama seperti berfokus
pada individu, memiliki genre yang sangat jelas, menampilkan visual yang
bagus serta menghadirkan nilai nilai kemanusiaan. Erich Schwartzel
mengatakan sentimen nasionalisme berperan besar dalam lonjakan penonton
film produksi China. Schwartzel merupakan jurnalis The Wall Street Journal
sekaligus pengarang buku Red Carpet, yang menggambarkan peran China
melalui layar bioskop.

"Mereka tidak lagi membutuhkan film-fim produksi Barat, mereka ingin melihat
cerita mengena mereka sendiri. Sekarang Hollywood yang lebih
membutuhkan China bukan sebaliknya," tutur Schwartzel, seperti
dikutip Elpais.
Sebagai contoh, film terlaris China, The Battle at Lake Changjin, bercerita
mengenai pertempuran antara tentara China melawan Amerika Serikat di
Danau Changjin pada 1950. Film itu juga menggambarkan aksi heroik China
dalam membantu Korea dengan mengirim pasukan perangnya untuk menolak
agresi Amerika Serikat.

Tantangan lain industri film Hollywood juga datang dari Korea Selatan.
Dibanding China, pendapatan film Korea Selatan memang masih kalah jauh
karena jumlah penduduknya yang jauh lebih sedikit. Namun, Korea Selatan
menjadi raja baru dalam drama TV.

Pada tahun 2021, box office Korea Selatan mengumpulkan pendapatan


sebesar US$ 485,3 juta dengan jumlah penonton mencapai 60,5 juta orang.
Industri film Korea juga mengalami anomali pada 2021 di mana film keluaran
AS merajai box office mereka. Padahal, pada tahun sebelumnya, film besutan
lokal selalu merajai box office Korea Selatan.

Namun, ekspor Korea Selatan untuk hak properti intelektual menembus US$
20,86 miliar pada tahun lalu, naik dari US$15,42 miliar pada tahun 2020.
Ekspor tersebut berupa game, K-Drama, dan K-Pop.

1. Amerika Serikat dan Kanada


Pada tahun 2016, perusahaan film di Amerika Serikat dan Kanada
menghasilkan sekitar $ 11.4 miliar, menjadikannya industri penghasil uang
paling banyak di dunia.

Industri mengalami kemajuan 2 persen dari $ 11.1 miliar pada tahun 2015.
Dua pertiga dari penduduk Amerika dan Kanada menonton bioskop
setidaknya sekali pada tahun 2016.

Mereka mengaitkan kenaikan laba dengan petugas berulang yang


menyumbang 48% dari tiket yang terjual. Dari pendapatan yang dihasilkan,
Hollywood menghasilkan sekitar $10 miliar.

Perusahaan besar di industri film AS dan Kanada termasuk Metro-Goldwyn-


Mayer, Paramount Pictures, 20th Century Fox, dan AMC.

2. porselen

Industri film China adalah yang keduand industri film terbesar di dunia setelah
Amerika Serikat dan Kanada, menghasilkan sekitar $6.6 miliar pada tahun
2016.

Selama beberapa tahun terakhir, industri film di China telah mengalami


perkembangan rata-rata tahunan sebesar 35 persen tetapi mengalami sedikit
3.7 persen pada tahun 2016 dibandingkan dengan 48 persen yang dialami
pada tahun 2015.

Hollywood dikelola lebih baik di China dan menyumbang 41.7 persen dari total
box office pada 2016. Kami juga menetapkan China untuk memproduksi
1,612 bioskop antara 2016 dan 2017. Studio film paling menonjol di China
adalah Hengdian World Studios.

3. Kerajaan Inggris

Pada tahun 2016, industri film di Inggris menghasilkan $6.5 miliar, sedikit lebih
rendah dari China. Industri ini mendapatkan dorongan besar-besaran dari
pemerintah, termasuk pengurangan pajak atas produksi film melalui
keringanan pajak.

Beberapa studio film terkenal di Inggris antara lain Pinewood Studios. Industri
menghabiskan $ 2.04 miliar yang diproyeksikan pada tahun 2016 untuk
memproduksi film.

4. Jepang

Industri film di Jepang menghasilkan sekitar $ 2 miliar pada tahun 2016.


Hingga 2012, Jepang adalah produsen film terbesar di Asia, tetapi
pertumbuhan ekonomi yang lambat dan biaya produksi film yang tinggi
menyebabkan industri yang memburuk yang akhirnya dikalahkan oleh China.

Ada 3,472 layar film di Jepang, sama dengan lebih dari 40,000 di Cina.
Perusahaan merekam sekitar 610 film dan 180.2 juta penerimaan.

Film impor menyumbang 36.9 persen sedangkan film buatan lokal


menyumbang 63.1%. Bioskop Jepang adalah salah satu industri pertama di
dunia dan mulai diproduksi pada tahun 1987.

5 India

India adalah produsen film terbesar dalam hal kuantitas dan pada tahun 2016
produksi film di negara tersebut menghasilkan $1.9 miliar. Sebagian besar film
yang diproduksi di India dalam bahasa Hindi atau Inggris menjamin bahwa
kami dapat mengekspornya.

Bollywood memproduksi film dalam bahasa Hindu dan merupakan produser


film terbesar di India. Terlepas dari populasi yang besar dan produksi banyak
film, India memiliki beberapa layar film yang disamakan dengan produser film
besar lainnya.

India memiliki rasio layar 1 layar masing-masing 96,300 dibandingkan dengan


1 layar per 7,800 penduduk di AS. Bioskop juga di bawah standar
dibandingkan dengan negara lain.

Berbeda dengan AS dan Kanada di mana film dibuat dalam satu bahasa, film
di India dibuat dalam sekitar 20 bahasa, membatasi film untuk sekelompok
orang tertentu.

ARTIKEL TERKAIT

65 Situs Pengunduhan Film Bioskop

Cerita Horor Pendek

6. Box Office Global

Box office global menghasilkan $38.6 miliar pada tahun 2016, naik satu
persen dari tahun sebelumnya. Amerika Serikat dan Kanada menghasilkan
pendapatan tertinggi sebesar $ 11.4 miliar.

Penurunan tersebut berdampak buruk pada industri box office global di


industri China yang melonjak dari pertumbuhan 48% menjadi pertumbuhan
3.8%. Jumlah layar bioskop secara global tumbuh sebesar 8 persen atau
164,000 layar.
7. Bioskop Korea Selatan

Industri film Korea Selatan memiliki pendapatan keseluruhan sekitar $1.7


miliar, yang menjadikannya salah satu industri film terbesar di dunia.

Dibuat pada tahun 1945, ini telah menjadi salah satu industri film paling
penting, memberikan genre dunia seperti K-pop dan horor Korea, industri film
Korea Selatan telah berkembang jauh sejak awal.

8. Perancis

Perusahaan ini dimulai sejak tahun 1895. Industri film Prancis adalah salah
satu yang pertama di dunia. Saat ini menghasilkan $ 1.4 miliar per tahun,
menjadikannya salah satu industri film terbesar di dunia.

9. Jerman

Sejarah sinema Jerman bisa dimulai sejak tahun 1895 ketika film pendek
dibuat. Saat ini ia memiliki box office $ 1.3 miliar yang menjadikannya salah
satu yang terbesar di dunia.

10. Iran

Iran adalah nama yang mengejutkan dalam daftar ini karena tidak memiliki
box office yang besar. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, film Iran telah
dinominasikan untuk penghargaan di seluruh dunia, menjadikannya industri
film yang sangat penting di dunia.

Film selama bertahun-tahun telah memberikan dampak yang luar biasa pada
orang-orang dan kami berterima kasih kepada industri film terkemuka di dunia
yang telah memproduksi film semacam itu. Pada artikel ini, saya akan
menunjukkan kepada Anda 10 perusahaan film terbaik di dunia. 

Terimakasih telah membaca artikel ini. Silakan bagikan ini dengan teman dan
orang yang Anda cintai. Terima kasih.

Industri hiburan
38 bahasa

 Halaman
 Pembicaraan
 Baca
 Sunting
 Sunting sumber
 Lihat riwayat
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Industri hiburan (secara informal disebut show business atau showbiz) terdiri dari


sejumlah besar sub-industri yang ditujukan khusus pada hiburan. Namun, sebutan
ini sering digunakan di media massa untuk menjelaskan perusahaan media massa
yang mengontrol distribusi dan pembuatan hiburan media massa. Dalam
pengetahuan awam, sebutan showbiz memiliki konotasi terhadap pentas seni
populer, khususnya teater musikal, vaudeville, komedi, film, dan musik.

Industri hiburan langsung tradisional [sunting | sunting sumber]


Jenis hiburan langsung:

 Sirkus
 Teater musikal
 Pentas seni
 Komedi
 Olahraga
 Konser
Industri musik:

 Komposer dan pengarang lagu
 Penyanyi dan musisi
 Orkestra
 Aula konser
Hiburan pameran:

 Taman hiburan
 Pasar malam
 Pameran bertema
 Pameran dagang

Industri media massa hari ini[sunting | sunting sumber]

 Film
o Studio film
o Teater film / bioskop
o Musik film
 Penyiaran
o Televisi
o Radio
 Industri musik
o Musik film
 Taman tema
 Diskotek
 Media baru
o Televisi web
 Industri mode
Hiburan elektronik[sunting | sunting sumber]

 Permainan video
 Konten SMS

Jakarta - Usai pandemi COVID-19, bioskop di Indonesia seolah mendapatkan angin segar
dengan raihan-raihan beberapa film yang menembus angka lebih dari 2 juta penonton.
Keadaan itu pun berbanding terbalik dengan kondisi di China, di mana justru industri
perfilman mereka yang terus menurun.
Dilansir dari Variety, disebutkan terjadi penurunan jumlah pendapatan bioskop di China dan
hanya mampu mencapai setengah dari jumlah yang dicapai mereka pada 2019. Pada akhir
pekan lalu, seluruh film di China bahkan hanya meraup pendapatan sebesar 9,7 juta USD
atau senilai Rp 152 miliar.

Ada penurunan hingga 35 persen pada 2021, di mana total pendapatan tahunan mereka
hanya mencapai 3,88 miliar USD atau sebesar Rp 59 triliun. Dan jumlah itu hanya
mencakup setengahnya saja dari apa yang terjadi di sebelum pandemi yakni 2019, di mana
mereka mampu mencapai 8,11 miliar USD atau Rp 127 triliun.
Padahal pada tahun itu, mereka mengalami kenaikan yang cukup signifikan hingga menjadi
pasar sinema terbesar di dunia nomor dua dan mengalahkan Jepang. Mereka pun bisa saja
meraup posisi puncak dan mengalahkan Amerika, sayangnya perbaikan pasca-COVID
membuat kemunduran di industri film di negeri Tirai Bambu itu hingga turun ke posisi ketiga.

Hingga saat ini pun, film terkini yang meraup pendapatan terbesar di tahun ini dicapai oleh
Home Coming yang dibintangi oleh Zhang Yi hingga Yin Tao. Film drama yang
menceritakan penyelamatkan diplomat China di Afrika Utara itu meraup pendapatan kotor
sebesar 211 juta USD atau senilai Rp 3,3 triliun sejak dirilis pada 30 September 2022.
-ADVERTISEMENT-

Selain pandemi, penurunan industri perfilman China pun disebabkan beberapa masalah
politis yang terjadi akhir-akhir ini. Ada beberapa kebijakan yang dianggap sangat aneh dan
membuat para rumah studio besar menjadi tak produktif. Minat publik untuk kembali ke
bioskop pun mulai menurun dan lebih memilih menyaksikan film di layanan OTT.

Sementara itu, Indonesia justru tengah mengalami kenaikan pesat, setelah sekian lama kini
karya sineas lokal menjadi raja di tanahnya sendiri. Hal itu diungkapkan oleh Menteri
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia, Sandiaga Uno, dalam acara
#DemiIndonesia.

"Musik ada di posisi yang baik, terus film Indonesia juga sekarang lebih banyak ditonton
daripada film barat, terima kasih KKN di Desa Penari, terima kasih Pengabdi Setan:
Communion, terima kasih Ngeri-Ngeri Sedap," kata Sandiaga Uno.

Bioskop Indonesia memang belakangan tumbuh begitu membanggakan. Penonton film KKN
Desa Penari kini tercatat lebih dari 9,2 juta. Sementara, di bawahnya ada Pengabdi Setan 2:
Communion, yang tercatat menarik 6,3 juta penonton. Disusul oleh Miracle in Cell No 7 yang
kini tercatat disaksikan oleh 5,8 juta. Sementara, film Ngeri-Ngeri Sedap ditonton oleh 2,8
juta penonton
Menurut filmindonesia.org, keempat film itu juga berada di deretan paling atas yang meraih
penonton terbanyak tahun ini. Film-film di bawahnya juga mencatat disaksikan lebih dari 2
juta penonton. Namun hingga saat ini, Indonesia belum masuk dalam 10 besar industri film
terbesar di seluruh dunia dan masih kalah dari China, Jepang, Korea Selatan, dan India.

Baca artikel detikhot, "Bioskop China Lesu, Indonesia Berjaya"


selengkapnya https://hot.detik.com/movie/d-6392442/bioskop-china-lesu-indonesia-berjaya.

Dua Tahun Pandemi, Layar


Industri Perfilman Indonesia
Terkembang Lagi
Tahun ini boleh dibilang menjadi angin segar bagi industri perfilman Indonesia
setelah sempat lesu akibat dihantam pandemi Covid-19. Terbukti, sederet judul film
nasional mampu menarik minat penonton untuk kembali berbondong-bondong ke
bioskop.

Beberapa film bahkan mampu menobatkan diri sebagai film lokal terlaris sepanjang
masa dengan perolehan jumlah penonton yang fantastis.

Berdasarkan data dari filmindonesia.or.id, tiga dari sepuluh film Indonesia terlaris


sepanjang masa merupakan film yang dirilis tahun ini. Bahkan, film horor KKN di
Desa Penari mampu menobatkan diri sebagai film Indonesia terlaris sepanjang masa
dengan perolehan 9.233.847 penonton.

Pada posisi berikutnya, ada film horor Pengabdi Setan 2: Communion yang meraup


6.390.970 penonton, lalu disusul film drama Miracle in Cell No 7 dengan 5.836.463
penonton.
Founder & CEO MD Entertainment, Manoj Punjabi, mengatakan sejak awal tahun
2022, dimulai dengan merilis film Kukira Kau Rumah, pihaknya sudah melihat animo
masyarakat untuk kembali ke bioskop.

Untuk diketahui, film Kukira Kau Rumah berhasil meraup 2.219.233 penonton dan


meraih penghargaan Rekor MURI sebagai film dengan penonton terbanyak di masa
pandemi.
Puncaknya terjadi saat MD Pictures merilis film KKN di Desa Penari, yang menjadi
bukti kuatnya industri perfilman nasional paska pandemi dimana masyarakat
berbondong-bondong ke bioskop.

Menurut Manoj, pencapaian film KKN di Desa Penari yang ditonton lebih dari 9,2
juta penonton ini, memberikan semangat dan sinyal positif bagi industri perfilman
Indonesia secara keseluruhan.

"Saya selalu menekankan bahwa kita harus menjadi tuan rumah di negeri sendiri,"
ucapnya kepada Hypeabis.id, baru-baru ini.

Dia pun menambahkan jika mengamati tren penonton di bioskop tahun ini, jumlah
penonton film Indonesia mampu mengungguli film-film mancanegara. Seperti
misalnya penonton film KKN di Desa Penari yang mampu melampaui film Doctor
Strange in the Multiverse of Madness.

"Untuk bersaing, kami akan senantiasa memproduksi konten yang berkualitas dengan
menerapkan strategi marketing yang tepat sasaran," terangnya.

Kendati begitu, Manoj menilai tantangan terbesar dalam industri perfilman Indonesia
saat ini adalah jumlah layar yang diberikan untuk film Indonesia. Jumlah film yang
terus meningkat belum diimbangi dengan pertambahan jumlah layar, sehingga akses
masyarakat terhadap perfilman belum tergarap maksimal.

Bicara soal isu resesi mulai mencuat, dia menegaskan bahwa roda industri perfilman
harus tetap berputar. Menurut dia, masyarakat akan tetap membutuhkan hiburan, dan
menonton film di bioskop adalah salah satu bentuk rekreasi yang cukup terjangkau.

"Selain itu, platform OTT yang masuk ke Indonesia pun semakin marak, dan kami
akan terus produksi konten-konten berkualitas," imbuhnya.
 
Stimulus Pendanaan

Direktur Musik, Film dan Animasi Kemenparekraf, Mohammad Amin Abdullah,


mengatakan besarnya animo masyarakat untuk kembali menonton film di bioskop,
menimbulkan semacam trickle down effect, sehingga kembali menggeliatkan usaha-
usaha di dalam ekosistem tersebut termasuk penyerapan banyak tenaga kerja di
dalamnya.

Dampak positif itu juga diperkirakan akan terjadi dalam stimulus Program Pemulihan
Ekonomi Nasional (PEN) subsektor film yang telah disalurkan pemerintah.

Dia menjelaskan bahwa dana sebesar Rp114,88 miliar yang telah digelontorkan
pemerintah pada 2021 lalu, diperkirakan bisa menghasilkan pendapatan penjualan
tiket bioskop hingga empat kali lipat atau sekitar Rp400 miliar.

"Ini menunjukkan sebenarnya kalau negara memberikan bantuan dengan nominal


tertentu, maka di dua atau tiga tahun kemudian, direct economy-nya bisa empat kali
lipat," imbuhnya.

Oleh karena itu, Amin menilai pemerintah perlu membuat semacam badan layanan
umum (BLU) yang memungkinkan para kreator film bisa mendapatkan pendanaan
secara reguler dan bukan hanya insidental, dengan mekanisme tertentu. Hal ini pun
telah dilakukan oleh banyak negara dengan beberapa skema.

"Kita harus mencari pola atau skema yang tepat untuk kita sendiri," terangnya.

Genre horor masih menjadi primadona bagi penonton film di Indonesia. Hal itu
dibuktikan dengan sejumlah judul film horor lokal yang laris di pasaran. Berdasarkan
data filmindonesia.or.id, tercatat ada 3 judul film horor dalam deretan 5 besar film
terlaris tahun 2022.

Pencapaian ini turut menggairahkan kembali industri perfilman nasional yang sempat
lesu akibat dua tahun dihantam pagebluk. Pengamat film Hikmat Darmawan
mengatakan penonton genre film horor sedang mengalami kenaikan dalam beberapa
tahun terakhir ini.

Bukan hanya di Indonesia saja, melainkan film horor di tingkat global juga mengalami
kenaikan. Hikmat mengatakan Hollywood yang biasanya  blockbuster-nya sangat
langka di genre horor, kini sudah mulai berkembang.

Genre horor juga kini telah menghapus stigmanya sendiri. Tidak lagi mengandalkan
erotisme semata, tetapi juga cerita dan kengerian yang kuat. Hikmat mengatakan
secara umum orang sudah tidak malu-malu lagi menyukai horor.

“Indonesia tidak luput dari itu (kenaikan, red). Fakta bahwa ada 9 Juta menonton film
KKN tentu artinya ini telah menciptakan pasar yang lebih luas,” ujar Hikmat
kepada Hypeabis.id.
 
5 Film Indonesia terlaris 2022

Setelah bioskop kembali dibuka secara normal, banyak yang berbondong-bondong


pergi ke bioskop untuk menonton film. Dahaga para pencinta film Indonesia benar-
benar membuat industri sinema kembali bergairah setelah meredup akibat pandemi.
Efeknya, sejumlah film-film karya sineas Indonesia sukses mendap[atkan jutaan
penonton. Salah satu diantaranya bahkan berhasil mencetak rekor baru jumlah
penonton Indonesia. Mengutip dari filmindonesia.or.id, berikut 5 film Indonesia
dengan jumlah penonton terbanyak pada 2022 (data Oktober).
 

 KKN Desa Penari di Desa Penari: 9,2 juta penonton (horor)


 Pengabdi Setan 2: Communion: 6,3 juta penonton (horor)
 Miracle in Cell No 7: 5 juta penonton
 Ngeri-Ngeri Sedap: 2,8 juta penonton
 Ivanna: 2,7 juta penonton (horor)

 
Tak Boleh Jadi Pasar Tunggal

Hikmat yang juga Wakil Ketua I Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) ini hanya berharap
keberhasilan satu genre tidak lantas membuat industri ini hanya punya pasar tunggal.
Namun, kekhawatiran tersebut sebenarnya bukan hanya terjadi pada film horor saja.
Dahulu, misalnya, saat film Ada Apa Dengan Cinta naik, tidak lama kemudian film
soal bertema romansa juga membanjiri bioskop.

Industri film sebaiknya tidak mengarah ke hal tersebut. Idealnya, secara produk, film
seharusnya bisa menyajikan tontonan yang bervariasi. Dengan demikian, pasarnya
pun akan ikut majemuk. Hikmat mengatakan penonton Indonesia juga termasuk yang
menyukai banyak genre. Setidaknya, ada tiga genre yang selama ini mendominasi
pasar, horor, komedi, dan cinta. Potensi tersebut semestinya bisa digali lebih.

“Yang belum mencapai potensi maksimalnya sebenarnya action. Mungkin


karena action paling gampang jadi ajang dibandingkan dengan versi Hollywood.
Namun, saat menonton genre horor, cinta, atau komedi, kita seolah melihat wajah
sendiri,” imbuhnya

Dengan menyadari pangsa pasar Indonesia yang menyukai banyak genre, Hikmat
berharap film-film Indonesia tidak terjebak ke dalam pasar tunggal. Para sineas dan
produser tak perlu khawatir karena penonton Indonesia sudah terbuka dengan banyak
genre.

Dirinya mencontohkan film Mencuri Raden Saleh yang mendapat apresiasi positif dari


penonton Indonesia. Selama penayangannya di bioskop, film yang dibintangi Iqbaal
Ramadhan itu telah ditonton lebih dari 2 juta orang.

Padahal, menurut Hikmat, film bergenre heist cukup jarang di Indonesia. Meskipun


demikian, jumlah penonton yang diraih Mencuri Raden Saleh sudah sangat baik.
Baca juga: Biar Enggak Terlalu Takut, Begini 5 Kiat Nonton Film Horor

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Gita Carla

ilm Indonesia makin mendapatkan tempat di kancah publik internasional. Selama


pandemi atau tepatnya dalam kurun waktu dua tahun terakhir, tercatat ada beberapa
film besutan karya anak bangsa yang melenggang di berbagai ajang festival film
bergengsi dunia. 

Untuk tahun ini saja, tercatat ada empat film yang mengikuti ajang festival film
internasional yakni Before, Now, and Then (Nana) di Berlin International Film
Festival, Inang di Bucheon International Film Festival, Dancing Color di Locarno
Film Festival, serta Autobiography di Venice International Film Festival dan Toronto
International Film Festival.

Tak hanya tayang perdana, beberapa film Indonesia juga turut mengikuti kompetisi
dan bersaing dengan film-film dari berbagai dunia, hingga berhasil menyabet berbagai
penghargaan pada kesempatan tersebut. 

Sebut saja film Yuni garapan sutradara Kamila Andini yang berhasil meraih Platform
Prize di Toronto International Film Festival 2021. Selain itu, ada film Seperti
Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas garapan sutradara Edwin yang berhasil
memenangkan Golden Leopard, penghargaan tertinggi pada ajang Locarno Film
Festival 2021.

Pemerintah pun hadir memberikan dukungan baik dalam bentuk moril maupun
pendanaan bagi film-film yang tampil dan berkompetisi di ajang festival internasional
tersebut. 

Direktur Perfilman, Musik, dan Media Direktorat Jenderal Kemendikbudristek,


Ahmad Mahendra, mengatakan saat ini pemerintah telah menyediakan dua skema
pendanaan untuk film-film lokal yang akan berlaga di festival internasional
yakni matching fund dan travel grant dalam program Dana Indonesiana atau dana
abadi.

Dana Indonesiana merupakan kegiatan pendukungan berupa fasilitas dana hibah yang
diberikan kepada suatu kelompok kebudayaan atau perseorangan di bawah
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. 
Baca juga: Film Inang & Horor Keliling Bakal Tayang Perdana di Festival Film
BiFan 2022

Dalam realisasinya, Ahmad menjelaskan sebuah proyek film bisa


mendapatkan matching fund, yakni pendanaan produksi yang diberikan kepada sebuah
proyek film. Namun, dengan catatan, film itu telah melakukan koproduksi dengan
pihak laboratorium film dari luar negeri.

Selain matching fund, ada juga skema pendanaan travel grant, yang diperuntukkan


untuk keperluan akomodasi tim produksi film untuk menghadiri ajang festival film
internasional.

"Kami punya daftar festival film [internasional] yang kredibel. Kalau film kita
[Indonesia] masuk di festival itu, kita tentu berkomitmen untuk mendukung perjalanan
mereka dan sebagainya," kata Ahmad saat dihubungi Hypeabis.id.

Pengajuan 

Sebelum mendapatkan pendanaan tersebut, Ahmad menjelaskan  tim produksi harus


melampirkan proposal yang memuat tentang profil proyek film, permohonan fasilitas
yang dibutuhkan, termasuk melampirkan bukti bahwa film tersebut telah mendapatkan
undangan dari pihak penyelenggara suatu festival film internasional. Nantinya,
proposal itu akan melewati proses kurasi.

Untuk skema matching fund, papar Ahmad, tiap proyek film akan mendapatkan
pendanaan maksimal Rp1,5 miliar, sementara untuk keperluan travel grant,
nominalnya tidak menentu tergantung hasil diskusi dengan pihak Dana Indonesiana
dan tim produksi, termasuk mempertimbangkan ketersediaan anggaran.

Lebih lanjut, dia mengatakan dengan dukungan pendanaan yang diberikan, diharapkan
film-film yang tampil di festival film internasional dapat membawa nama Indonesia
sekaligus menjadi ajang diplomasi melalui produk kebudayaan.

Selain itu, semakin banyaknya film yang didanai dan tampil di ajang internasional
juga dinilai mampu semakin menguatkan ekosistem perfilman di dalam negeri. "Itu
juga membuat semangat sineas-sineas untuk lebih banyak berkarya, sehingga tidak
mandek di nasional saja tapi juga di tingkat internasional," jelas Ahmad. 

Anda mungkin juga menyukai