Anda di halaman 1dari 5

Tugas Kelompok ke-2

BONARDO SITANGGANG - 240201244

INNE OKTAPIYANI - 2402009891

AKBAR MAJELISI - 2402010546

SASMITO AJI - 2402011965

Week 4/ Sesi 5

Etiket bisnis adalah aturan konvensional tidak tertulis tentang perilaku sosial dan professional
dalam interaksi bisnis yang bisa menentukan hal yang dianggap pantas dan tidak pantas dalam
konteks dan situasi bisnis. Etiket sangat dipengaruhi oleh budaya asal individu.

Dalam tugas kelompok ini, Anda diminta untuk:

1. Melakukan riset kecil tentang etiket bisnis dalam situasi-situasi yang sudah ditentukan
untuk dibahas per kelompok (Anda bisa melihat daftarnya pada nomor 6).

2. Kemudian, bandingkan etiket bisnis tersebut jika berlaku di Indonesia dengan negara lain
yang Anda pilih sendiri.

3. Lengkapi riset Anda dengan informasi yang Anda dapatkan dari artikel jurnal, artikel
popular, textbook, website, dan video online.

4. Tulis laporan hasil riset Anda yang terdiri dari bagian pembuka, bagian isi, bagian penutup,
dan daftar referensi. Laporan tersebut ditulis paling sedikit 5 halaman.

5. Lengkapi laporan Anda dengan foto dan ilustrasi yang menggambarkan etiket bisnis
tersebut.

6. Informasi yang Anda dapatkan dari video, link untuk mengakses video tersebut harus
dilampirkan dalam makalah Anda.

7. Berikut adalah daftar etiket bisnis yang harus dibahas per kelompok:

Kelompok 1: Etiket Telepon (melakukan panggilan dan menerima)

Kelompok 2: Etiket Makan Malam (dalam konteks bisnis)

Kelompok 3: Etiket Negosiasi

COMM6265 – Business Ethics and Communication-R0


Kelompok 4: Etiket Meeting

Kelompok 5: Etiket Basa-basi atau small talks

Kelompok 6: Etiket Email (mengirim dan membalas)

Kelompok 7: Etiket Interaksi di Sosial Media

Kelompok 8: Etiket Berkenalan

Kelompok 9: Etiket Online Meeting

Kelompok 10: Etiket Berpakaian (dalam konteks bisnis)

JAWABAN

Manusia adalah makhluk sosial yang akan selalu melakukan kegiatan interaksi dengan orang
lain. Interaksi yang terjalin antara satu orang dengan yang lainnya tidak akan tercapai jika
penyampai pesan tidak dapat mengirimkan pesannya dengan baik. Sejalan dengan hal itu, maka
diperlukan bahasa untuk menjembatani interaksi itu

Saat berkomunikasi seorang penutur biasanya tidak secara langsung mengungkapkan tujuan
utamanya namun melalui pembukaan. Tujuannya untuk memelihara hubungan penutur dan
lawan tutur yang biasa dikenal dengan istilah basa-basi. Basa-basi itu sejalan dengan fungsi fatis
yaitu untuk pembuka, pembentuk, pemelihara hubungan atau kontak antara pembicara dengan
penyimak, jadi fungsi fatis ini sejajar dengan faktor kontak awal dalam komunikasi (Sudaryanto,
1990:12)

wujud basa-basi seperti linguistik dapat dilihat dari tuturan keluarga dan masyarakat yang terdiri
dari meminta maaf, simpati, memberi salam, berterima kasih, meminta, menerima dan menolak.
Lalu wujud basa-basi nonlinguistik dilihat berdasarkan konteks yaitu penutur, mitra tutur, situasi,
suasana, dan tujuan tutur. Penanda basa-basi linguistik yang ditemukan berupa nada, tekanan,
intonasi, dan diksi. Penanda basa-basi nonlinguistik dapat dilihat berdasarkan konteks tuturan
yang berupa penutur dan mitra tutur, situasi dan suasana, dan tujuan tutur, dan maksud basa-basi
berbahasa yaitu

a) meminta maaf, menghormati mitra tutur

b) simpati, memperdulikan mitra tutur

COMM6265 – Business Ethics and Communication-R0


c) memberi slaam, menyenangkan mitra tutur

d) berterimakasih menyenangkan mitra tutur

e) meminta menghormati mitra tutur

f) menerima menghargai mitra tutur

g) menolak, memberikan rasa sungkan.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), basa-basi merupakan adat sopan santun dan
tata karma pergaulan. Ada kesan tidak sopan yang muncul dalam pandangan sosial
bermasyarakat apabila sesuatu dinyatakan secara langsung ke inti persoalan pada saat langsung
bertemu tanpa melalui basa-basi sebelumnya. Basa-basi dapat dijadikan sebagai alat untuk
mencairkan suasana dan menghindari kecanggungan saat memulai percakapan.

Menurut Kridalaksana (1986: 111) menjelaskan bahwa basa-basi merupakan tuturan yang
dipergunakan untuk memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan pembicaraan antara
pembicara dan kawan bicara. Malinowski dalam tesis Arimi (1998) mendefinisikan phatic
communion atau basa-basi digunakan dalam suasana ramah tamah dan dalam ikatan personal
antar peserta komunikasi. Situasi tersebut diciptakan dengan pertukaran kata-kata dalam
pembicaraan ringan yang disertai dengan perasaan tertentu untuk membentuk hidup bersama
yang menyenangkan.

Membagi tuturan basa-basi yang dipakai dalam masyarakat bahasa Indonesia berdasarkan daya
tuturannya digolongkan atas dua jenis, yaitu basa-basi murni dan polar. Basa-basi murni adalah
ungkapan-ungkapan yang dipakai secara otomatis sesuai dengan peristiwa tutur yang muncul,
maksudnya apa yang diucapkan oleh penutur selaras dengan kenyataan. Basa-basi murni
digolongkan menjadi tiga subjenis, yaitu basa-basi murni keniscayaan, basa-basi keteralamian,
dan basa-basi keakraban.

Basa-basi polar adalah tuturan yang berlawanan dengan realitasnya, dimana orang harus memilih
tuturan yang tidak sebenarnya untuk menunjukkan hal yang lebih sopan. Basa-basi polar dibagi
menjadi dua, yaitu basa-basi polar sosial dan basa-basi polar personal. Berikut ini contoh
pemakaian basa-basi murni dan basa-basi polar.

Karyawan : “Selamat siang pak. Ada yang bisa saya bantu?”

Direktur : “Siang. Mana data yang saya minta diserahkan hari ini?

Konteks : seorang karyawan memasuki ruang direkturnya.

COMM6265 – Business Ethics and Communication-R0


Basa-basi tersebut termasuk basa-basi murni karena digunakan saat berjumpa. Tuturan yang
dipakai adalah selamat siang. Ungkapan selamat siang dipakai secara otomatis sesuai dengan
peristiwa tutur yang muncul yang menandai realitas siang.

Setiap negara itu juga memiliki kebudayaan yang memiliki versi – versi basa – basi yang
berbeda – beda dimana suatu daerah atau negara itu memiliki tingkatan budaya konteks yang
berbeda juga. Kebudayaan basa – basi itu terbagi menjadi 2 yaitu budaya konteks tinggi dan
budaya konteks rendah. Dimana orang – orang barat itu lebih cenderung ke budaya konteks
rendah, dimana mereka itu lebih to the point atau secara terus terang dimana basa – basi itu tidak
terlalu berlebih. Dibandingkan dengan negara – negara asia mereka itu lebih menggunakan
budaya konteks tinggi dimana dalam menyampaikan sesuatu itu memerlukan banyak basa – basi
dibandingkan dengan budaya konteks rendah.

Contohnya jika kita menawarkan minuman atau sesuatu kepada seseorang dengan tujuan untuk
lebih akrab dan mereka bilang “tidak terima kasih” dalam budaya konteks rendah terutama pada

COMM6265 – Business Ethics and Communication-R0


orang barat berarti jawaban tidak itu merupakan benar – benar tidak. Jika kita memaksakan maka
hal tersebut bisa dicap sebagai orang yang kasar.

Sedangkan dengan budaya konteks tinggi tentunya jika kita tidak menawarkan maka hal tersebut
bisa saja dianggap tidak sopan. Jika kita bandingkan dengan budaya di Indonesia itu juga
terdapat pada budaya konteks tinggi, dimana dalam etiket berbisnis itu juga sama. Kita tidak bisa
menggunakan model konteks rendah di Indonesia, hal tersebut akan muculnya gesekan yang
dalam perbedaan buaya yang menyebabkan konflik – konflik yang terjadi dan menyebabkan
kerugian antara keduanya. Dalam hal ini tentunya kita juga harus mengetahui budaya – budaya
yang ada di daerah kita, di Indonesia pun juga setiap daerah memiliki budaya – budaya yang
berebeda begitupun juga norma – norma adat yang berbeda dimana juga pasti etika dalam basa –
basi pun berbeda, contohnya seperti orang jawa dan orang medan juga memiliki pembicaraan
basa – basi yang berebeda. Sehingga pemahaman itu juga harus kita pelajari untuk
memaksimalkan dalam kelancaran komunikasi dan menyamakan persepsi.

Pentingnya untuk memahami etiket basa – basi dengan partner bisnis itu sangat penting, karena
merupakan salah satu hal yang dapat membuat relasi atau hubungan yang baik satu dengan sama
lainnya. tidak hanya dalam berbisnis dalam dunia bekerja pun juga penting untuk membuka
pembicaraan atau topik dalam team atau organisasi secara tidak kaku, sehingga komunikasi
menjadi lebih membaur dengan baik.

Referensi

https://id.quora.com/Apakah-budaya-basa-basi-hanya-ada-di-Indonesia

COMM6265 – Business Ethics and Communication-R0

Anda mungkin juga menyukai