Anda di halaman 1dari 228

SKRIPSI

PENDEKATAN CREATING SHARED VALUE (CSV) SINAR MAS LAND


DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT UNTUK PRODUKTIVITAS
RAMAH LINGKUNGAN DI KECAMATAN SETU KOTA TANGERANG
SELATAN

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan


Memperoleh Gelar Sarjana Terapan
Perlindungan dan Pemberdayaan Sosial (S.Tr.Sos)

Oleh:
RAHMAT ANANDA MARGIYANTO
NRP.18.03.009

PROGRAM STUDI PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN SOSIAL


PROGRAM SARJANA TERAPAN
POLITEKNIK KESEJAHTERAAN SOSIAL
BANDUNG 2022
PENDEKATAN CREATING SHARED VALUE (CSV) SINAR MAS LAND
DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT UNTUK PRODUKTIVITAS
RAMAH LINGKUNGAN DI KECAMATAN SETU KOTA TANGERANG
SELATAN

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan


Memperoleh Gelar Sarjana Terapan
Perlindungan dan Pemberdayaan Sosial (S.Tr.Sos)

RAHMAT ANANDA MARGIYANTO


NRP.18.03.009

POLITEKNIK KESEJAHTERAAN SOSIAL BANDUNG


2022
PERNYATAAN TIDAK MELAKUKAN PLAGIAT

Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul Pendekatan

Creating Shared Value (CSV) Sinar Mas Land dalam Pemberdayaan Masyarakat

untuk Produktivitas Ramah Lingkungan di kecamatan Setu kota Tangerang Selatan

adalah karya saya sendiri. Karya ini belum dipublikasikan dalam bentuk apapun

kepada perguruan tinggi atau Lembaga lain manapun. Sumber informasi yang yang

berasal atau dikutip secara langsung maupun tidak langsung dari penulis lain dalam

karya yang dipublikasikan maupun tidak, telah disebutkan dalam teks dan

dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir karya ini.

Tangerang Selatan, Juli 2022

Rahmat Ananda Margiyanto


NRP. 18.03.009

iii
LEMBAR PERSEMBAHAN

َ ‫س ْخطُ ُهُ فِى‬


‫س ْخطِ ِه َما‬ ُِ ‫ضا ا ْل َوا ِلدَي‬
َ ‫ْن َُو‬ َ ‫الر‬
ِ ‫ب فِى‬
ُِ ‫الر‬
َّ ‫ضُا‬
َ ‫ر‬:
ِ ‫قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬

“Ridha Allah terletak pada ridha kedua orang tua dan murka-Nya terletak pada

kemurkaan keduanya”

Sembah sujud serta syukur kepada Allah SWT. Taburan cinta dan kasih sayang-

Mu telah memberikan kekuatan, dengan ilmu serta memperkenalkanku dengan

cinta. Atas karunia serta kemudahan yang Engkau berikan akhirnya skripsi yang

sederhana ini dapat terselesaikan. Shalawat dan salam selalu terlimpahkan

keharibaan Rasullah Muhammad SAW. Kupersembahkan karya sederhana ini

kepada orang yang sangat kukasihi dan kusayangi.

Mama dan Ayah tercinta

Sebagai tanda bakti, hormat dan rasa terima kasih yang tiada terhingga saya

persembahkan karya sederhana ini kepada Mama dan Ayah yang telah

memberikan kasih sayang, secara dukungan, ridho, dan cinta kasih yang tiada

terhingga yang tiada mungkin dapat saya balas hanya dengan selembar kertas

yang bertuliskan kata persembahan. Semoga ini menjadi langkah awal untuk

terkabulnya doa Mama dan Ayah. Terima kasih Mama…ُTerimaُkasihُAyah…

Adik-adik dan Orang terdekat serta keluarga besar, Sebagai tanda terima kasih,

saya persembahkan karya kecil ini. Terima kasih telah memberikan semangat dan

inspirasi dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini. Semoga doa dan semua hal yang

terbaik yang engkau berikan menjadikan saya orang yang baik pula.. Terima

kasih…

iv
RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Rahmat Ananda Margiyanto, anak

pertama dari tiga bersaudara pasangan Margianti dan

Soebijanto. Lahir di Jombang pada 17 Juni 1998, berdomisili

saat ini di Tangerang Selatan.

Penulis memulai pendidikan formal di SD Negeri Gambiran II (2007) di Jombang

dan dimutasi pada 2011 di SD Negeri Tanah Kali Kedinding V/579 Surabaya Jawa

Timur dan tamat pada tahun 2012, pada tahun yang sama penulis melanjutkan

pendidikan di SMP Negeri 15 (2015), kemudian penulis melanjutkan pendidikan di

SMA Negeri 19 Surabaya dan selesai pada tahun 2017. Penulis melanjutkan

pendidikan ke perguruan tinggi sebagai mahasiswa Program Studi Perlindungan

dan Pemberdayaan Sosial di Politeknik Kesejahteraan Sosial (POLTEKESOS)

Bandung pada tahun 2018.

Semasa SMA, penulis aktif dalam kegiatan intrakurikuler dan pernah

menjabat sebagai ketua MPK, selain itu penulis juga aktif dalam kegiatan

ekstrakurikuler Perisai Diri, Penulis juga turut menjadi perumus dan penggerak

Forum Komunikasi Majelis Permusyawaratan Kelas (FORKOM) di Surabaya. Di

POLTEKESOS, penulis aktif dalam UKM sebagai anggota Karate Poltekesos dan

sebagai anggota organisasi sosial luar kampus Greenpeace Indonesia, Sahabat Biru

dan Yayasan Developing Indonesia (DI) serta YUVA. Demikian Riwayat hidup

penulis secara singkat, semoga dengan hal ini para pembaca akan lebih mengenal

penulis.

v
ABSTRACT

Rahmat Ananda Margiyanto, 18.03.009. The Sinar Mas Land's Creating


Shared Value (CSV) Approach in Community Empowerment for
Green Productivity in Setu, South Tangerang City. Supervisors:
Admiral Nelson Aritonang and Mira Azzasyofia

The Creating Shared Value approach is a business operational strategy that


increases the competitive value of the company and together advances the social,
economic and environmental conditions of communities. This research aimed to
obtain an empirical describe of the Creating Shared Value (CSV) approach carried
out by Sinar Mas Land in its community empowerment’s program which includes
aspects of social values, economic values and environmental values formed in the
communities of Setu and Sinar Mas Land. The method used in this study is
descriptive qualified. The data collection techniques used are: 1) interviews, 2)
participatory observations, and 3) documentation studies. Furthermore, the results
of the study were analyzed using taxonomic analysis and verbatim classification.
The results showed that the Creating Shared Value (CSV) approach carried out by
Sinar Mas Land succeeded in shaping social values, economic values and
environmental values in its community empowerment programs with the aim of
Green Productivities. But the values that are aspects of these indicators have not
been formed in the company because there is no scheme that leads to the formation
of diversification products that can be produced by the communities to become the
company's business strategy. The proposed program is "Miniatur Project Jangka
Panjang Pengembangan Diversifikasi Produk Ramah Lingkungan (MINI-
PERKARA): Bahan Bakar Nabati dan Pupuk Organik" to increase the existing
Creating Shared Value (CSV) values in the community and companies.

Keywords: Corporate Social Responsibility (CSR), Creating Shared Value (CSV),


Community Empowerment, Green Productivity.
vi
ABSTRAK

Rahmat Ananda Margiyanto, 1803009. Pendekatan Creating Shared Value (CSV)


Sinar Mas Land Dalam Pemberdayaan Masyarakat Untuk
Produktivitas Ramah Lingkungan di Kecamatan Setu Kota Tangerang
Selatan. Dosen Pembimbing : Admiral Nelson Aritonang dan Mira
Azzasyofia

Pendekatan Creating Shared Value adalah sebuah strategi operasional


bisnis yang meningkatkan nilai kompetitif perusahaan dan secara kebersamaan
memajukan kondisi sosial, ekonomi dan lingkungan masyarakat. Penelitian ini
bertujuan untuk memperoleh gambaran empiris tentang pendekatan Creating
Shared Value (CSV) yang dilakukan oleh Sinar Mas Land dalam program
pemberdayaan masyarakatnya yang meliputi aspek-aspek tentang nilai sosial, nilai
ekonomi dan nilai lingkungan yang terbentuk di masyarakat Kecamatan Setu dan
Perusahaan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualititaf secara
deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah: 1) wawancara, 2)
observasi partisipatif, dan 3) studi dokumentasi. Selanjutnya hasil penelitian
dianalisis menggunakan analisis taksonomi dan klasifikasi verbatim. Hasil
penelitian menunjukan bahwa pendekatan Creating Shared Value (CSV) yang
dilakukan oleh Sinar Mas Land berhasil membentuk nilai sosial, nilai ekonomi dan
nilai lingkungan pada program pemberdayaan masyarakatnya dengan tujuan
produktivitas ramah lingkungan. Namun demikian, nilai-nilai yang menjadi aspek
indikator tersebut belum terbentuk pada perusahaan karena belum adanya skema
yang menuju pembentukan produk diversifikasi yang dapat dihasilkan oleh
masyarakat binaan untuk menjadi strategi bisnis perusahaan. Program yang
diusulkanُ yaituُ “Miniatur Project Jangka Panjang Pengembangan Diversifikasi
Produk Ramah Lingkungan (MINI-PERKARA): Bahan Bakar Nabati dan Pupuk
Organik”ُuntukُmeningkatkanُnilai-nilai Creating Shared Value (CSV) yang ada
di masyarakat dan perusahaan.

Kata Kunci : Corporate Social Responsibility (CSR), Creating Shared Value


(CSV), Pemberdayaan Masyarakat, Produktivitas Ramah Lingkungan.

vii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena hanya

dengan berkat, Rahmat dan keridhoan-Nya, maka Penulis dapat menyelesaikan

Skripsiُyangُberjudulُ“Pendekatan Creating Shared Value (CSV) Sinar Mas Land

dalam Pemberdayaan Masyarakat untuk Produktivitas Ramah Lingkungan di

kecamatanُSetuُkotaُTangerangُSelatan”ُdenganُbaik.ُSkripsiُiniُdisusunُsebagaiُ

salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Terapan Perlindungan dan

Pemberdayaan Sosial (S.Tr.Sos) Bidang Pekerjaan Sosial.

Penulis menyadari bahwa tanpa bimbingan dan dukungan dari berbagai

pihak maka penulis tidak dapat menyelesaikan Skripsi ini. Pada kesempatan ini,

Penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghormatan sebesar-besarnya

kepada:

1. Dr. Marjuki, M.Sc selaku direktur Politeknik Kesejahteraan Sosial Bandung.

2. Lina Favourita Sutiaputri, Ph.D, selaku Ketua Program Studi Perlindungan dan

Pemberdayaan Sosial Program Sarjana Terapan Politeknik Kesejahteraan

Sosial Bandung.

3. Admiral Nelson Aritonang, Ph.D dan Mira Azzasyofia, M.Kesos selaku Dosen

Pembimbing yang sabar. telaten dan tekun mengarahkan penulis dalam

menyelesaikan penulisan Skripsi tepat pada waktunya.

4. Keluarga saya, Mama dan Ayah beserta kedua Adik yang selalu mendukung

dan mendoakan agar penulis menjadi kebanggan keluarga, terimakasih atas

kasih sayang serta penghargaan dan pengorbanan moril maupun materiil yang

viii
diberikan kepada penulis, tidak ada yang bisa menggantikan kasih sayang dan

doa Mama dan Ayah.

5. Seluruh dosen Politeknik Kesejahteraan Sosial Bandung yang telah

membimbing dan memberikan ilmunya yang sangat bermanfaat.

6. Seluruh staf dan pegawai Politeknik Kesejahteraan Sosial Bandung yang telah

memberikan pelayanan bagi peneliti selama berada di bangku perkuliahan.

7. Gadis Octory, M.Ikom selaku kepala bidang Pendidikan CSR Sinar Mas Land

yang telah membimbing dan memberikan izin kepada penulis untuk

melaksanakan penelitian.

8. Maria Chatarina Octaviana selaku kepala Corporate Affair dan CSR Sinar Mas

Land yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan

penelitian.

9. Seluruh tim CSR PT.Bumi Serpong Damai, Tbk Sinar Mas Land, terkhusus

untuk Sylvia Adriana, Nurfiqi, Ardian Aji Megantoro, Khoiria Bunga Sandilia,

Mutiara Zackiah, Ayu Setyaningsih dan Mbak Iik, terimakasih atas

kebersamaan, semangat dan bantuannya.

10. H. Oki Rudianto S.IP, M. SI selaku Camat kecamatan Setu kota Tangerang

Selatan yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan

penelitian.

11. Tim Penggerak Komunitas Berhati, khususnya Endang Retno Wardhani, Ph.D.

Terimakasih atas bimbingannya.

12. Seluruh informan penelitian, khususnya masyarakat binaan program Berhati

dan tim Berhati lokal Muncul, Kranggan dan Kademangan.

ix
13. Seluruh teman-teman se-Angkatan 2018, terkhusus Amanda, Reiki, Rama, Itsna

dan Anisa. Terimakasih atas dukungan dan semangatnya.

14. Teman-teman kelas A dan B program studi Perlindungan dan Pemberdayaan

Sosial, terimakasih atas kebersamaan dan dukungannya.

15. Teman-teman satu bimbingan penulisan Skripsi Bunga, Syifa, Itsna, Anisa,

Denisa, Via, Rahma, Indah. Terimakasih untuk bantuan dan semangatnya.

16. Teman-teman himpunan mahasiswa Surabaya-Sidoarjo, terkhusus untuk Anisa

Permana, Almira, Ailsa dan Inggit, terimakasih untuk dukungan, kebersamaan

dan bimbingannya.

17. Teman-teman sekolah pesisir Surabaya, terimakasih untuk dukungan dan

kebersamaannya.

18. Seluruh teman-teman yang membantu penyusunan Skripsi ini yang tidak bisa

saya sebutkan satu persatu.

Akhirnya, penulis berharap semoga Skripsi ini dapat memberikan manfaat

bagi para pembacanya dalam Pendekatan Creating Shared Value (CSV) dalam

Pemberdayaan Masyarakat untuk Produktivitas Ramah Lingkungan serta

pengetahuan di bidang Pekerjaan Sosial.

Tangerang Selatan, 19 Juli 2022

Penulis

x
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
PERNYATAAN TIDAK MELAKUKAN PLAGIAT .................................... iii
LEMBAR PERSEMBAHAN ............................................................................ iv
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. v
ABSTRACT ........................................................................................................ vi
ABSTRAK ......................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... viii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xiv
DAFTAR TABEL.............................................................................................. xv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1


1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 10
1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................................... 10
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................................ 11
1.5 Sistematika Penelitian ................................................................................... 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 14
2.1 Penelitian Terdahulu ..................................................................................... 14
2.2 Corporate Social Responsibility (CSR) ........................................................ 19
2.3 Creating Shared Value (CSV) ....................................................................... 29
2.4 Pemberdayaan Sosial .................................................................................... 38
2.5 Green Productivity ........................................................................................ 49
2.6 Pekerja Sosial Industri dan Komunitas berbasis Lingkungan ....................... 55
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 58
3.1 Desain Penelitian........................................................................................... 58
3.2 Penjelasan Istilah........................................................................................... 59
3.3 Latar Penelitian ............................................................................................. 61

xi
3.4 Sumber Data dan Penentuan Informan ......................................................... 62
3.4.1. Sumber Data ........................................................................................ 62
3.4.2. Penentuan Informan ............................................................................ 63
3.5 Teknik Pengumpulan Data ............................................................................ 65
3.5.1. Wawancara mendalam (in-depth interview) ....................................... 65
3.5.2. Studi Dokumentasi .............................................................................. 66
3.5.3. Observasi Partisipatif .......................................................................... 66
3.6 Pemeriksaan Keabsahan Data ....................................................................... 67
3.6.1. Uji Kredibilitas .................................................................................... 67
3.6.2. Uji Pengalihan ..................................................................................... 70
3.6.3. Uji Ketergantungan ............................................................................. 70
3.6.4. Uji Kepastian....................................................................................... 70
3.7 Teknik Analisis Data ..................................................................................... 71
3.7.1. Sebelum di Lapangan .......................................................................... 71
3.7.2. Saat dan setelah di Lapangan .............................................................. 71
3.8 Jadwal dan Langkah-langkah Penelitian ....................................................... 73
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................. 74
4.1. Gambaran lokasi penelitian .......................................................................... 74
4.1.1. Profil CSR PT.Bumi Serpong Damai, tbk Sinar Mas Land ................ 74
4.1.2. Profil Kecamatan Setu......................................................................... 84
4.2 Hasil penelitian.............................................................................................. 92
4.2.1. Nilai Sosial .......................................................................................... 92
4.2.2. Nilai Ekonomi ................................................................................... 112
4.2.3. Nilai Lingkungan .............................................................................. 126
4.3 Pembahasan ................................................................................................. 141
4.3.1. Analisa Hasil Penelitian .................................................................... 141
4.3.2. Analisa Masalah ................................................................................ 146
4.3.3. Analisa Kebutuhan ............................................................................ 147
4.3.4. Analisa Sistem Sumber ..................................................................... 149
BAB V USULAN PROGRAM ....................................................................... 152
5.1. Dasar Pemikiran ........................................................................................ 152

xii
5.2. Nama Program .......................................................................................... 153
5.3. Tujuan Program......................................................................................... 153
5.4. Sasaran Program........................................................................................ 154
5.5. Pelaksana Program .................................................................................... 155
5.6. Metode dan Teknik ................................................................................... 156
5.7. Kegiatan yang dilakukan ........................................................................... 158
5.8. Langkah-langkah Pelaksanaan .................................................................. 161
5.8.1. Pra-pelaksanaan................................................................................. 161
5.8.2. Pelaksanaan ...................................................................................... 162
5.8.3. Paska Pelaksanaan............................................................................. 166
5.9. Rencana Anggaran Biaya .......................................................................... 167
5.10. Analisis Kelayakan................................................................................... 169
5.11. Indikator Keberhasilan ............................................................................. 171
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN......................................................... 173
6.1. Kesimpulan ................................................................................................ 173
6.2. Saran........................................................................................................... 176
6.2.1. Saran untuk pelaksana program ........................................................ 176
6.2.2. Saran untuk penelitian selanjutnya.................................................... 177
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 178
LAMPIRAN

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Panduan ISO:26000......................................................................... 22


Gambar 2.2 Nilai bersama................................................................................... 32
Gambar 2.3 Aspek pembentukan nilai CSV ...................................................... 34
Gambar 2.4 Perbedaan CSR dan CSV ................................................................ 36
Gambar 2.5 Siklus Pemberdayaan ...................................................................... 41
Gambar 2.6 Green Productivity Framework ....................................................... 48
Gambar 2.7 Empat tujuan Green Productivity.................................................... 49
Gambar 2.8 Hirarki strategi Desain Lingkungan ............................................... 52
Gambar 2.9 Hubungan PSI, CSR dan COMDEV ............................................... 55
Gambar 4.1 Portofolio Produk PT.BSD SML .................................................... 81
Gambar 4.2 Struktur Bagan CSR PT.BSD SML ................................................ 83
Gambar 4.3 Peta Administrasi Kota Tangerang Selatan..................................... 88
Gambar 4.4 Peninjauan TPA Cipeucang ........................................................... 94
Gambar 4.5 Kegiatan Literasi dan Numerasi ..................................................... 100
Gambar 4.6 Pengukuhan tim penggerak komunitas Berhati ............................... 106
Gambar 4.7 kegiatan sosialsiasi bank sampah ................................................... 110
Gambar 4.8 kegiatan pelatihan praktik eco-enzyme .......................................... 111
Gambar 4.9 Kegiatan pelatihan pengelolaan sampah organik ........................... 112
Gambar 4.10 Kegiatan Bank Sampah Muncul .................................................... 115
Gambar 4.11 Kegiatan Pelatihan Wirausaha ..................................................... 120
Gambar 4.12 Meeting Timpeplan penggerak komunitas Berhati ....................... 125
Gambar 4.13 Kegiatan workshop TOT mitra di telaga seafood BSD City ......... 127
Gambar 4.14 Observasi terhadap lahan masyarakat Kranggan .......................... 135
Gambar 4.15 Produk sabun cuci piring dari desa Kranggan ............................... 137
Gambar 4.16 Etalase Eco Enzyme kelurahan Muncul ........................................ 138
Gambar 4.17 kegiatan Pendampingan oleh tim CSR, Magot BSF ..................... 143
Gambar 4.18 Pekarangan masyarakat di kampung Sengkol Muncul ................. 145

xiv
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ........................................................................... 17


Tabel 2.2 Jenis Kapital dan Strategi Pengembangan CD .................................... 46
Tabel 3.1 Penentuan Informan ............................................................................ 64
Tabel 3.2 Jadwal dan Langkah-langkah Penelitian ............................................. 73
Tabel 4.1 Luas wilayah kelurahan dalam kecamatan Setu 2020 ........................ 86
Tabel 4.2 Jumlah penduduk berdasarkan umur dan jenis kelamin ..................... 87
Tabel 4.3 Jumlah Penduduk berdasarkan tingkat Pendidikan............................. 88
Tabel 4.4 Jumlah Sarana Prasarana Pendidikan.................................................. 89
Tabel 4.5 Hasil Temuan Aspek Nilai Sosial ....................................................... 111
Tabel 4.6 Hasil Temuan Aspek Nilai Ekonomi .................................................. 126
Tabel 4.7 Hasil Temuan Aspek Nilai Lingkungan.............................................. 140
Tabel 4.8 Hasil Analisis Masalah Penelitian....................................................... 147
Tabel 5.1 Dasar Pemikiran Usulan Program ....................................................... 152
Tabel 5.2 Bentuk Kegiatan Mini-Perkara ........................................................... 160
Tabel 5.3 Rundown kegiatan Job Mapping program Mini-Berhati .................... 163
Tabel 5.4 Rundown Workshop pelatihan Mini-Perkara ..................................... 165
Tabel 5.5 Rencana Anggaran Mini-Perkara ........................................................ 168
Tabel 5.6 Matriks Analisis SWOT ...................................................................... 170

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian dari POLTEKESOS BANDUNG 181


ke CSR Sinar Mas Land
Lampiran 2 Surat Ijin Penelitian dari POLTEKESOS BANDUNG 182
ke kecamatan Setu
Lampiran 3 Surat Ijin Penelitian dari CSR Sinar Mas Land 183
Lampiran 4 Pedoman Wawancara Pelaksana Program 184
Lampiran 5 Pedoman Wawancara Masyarakat 189
Lampiran 6 Pedoman Observasi 194
Lampiran 7 Pedoman Studi Dokumentasi 195
Lampiran 8 Data Informan 196
Lampiran 9 Analisis Taksonomi 197
Lampiran 10 Analisis Verbatim 198
Lampiran 11 Dokumentasi Penelitian 211

xvi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Corporate Social Responsibility ( CSR ) atau tanggung jawab sosial adalah

kewajiban dan komitmen sebuah organisasi atau perusahaan pada dunia bisnis

untuk berkontribusi dalam pengembangan nilai ekonomi yang berkelanjutan

dengan memperhatikan tanggung jawab sosial sebagai sebuah organisasi atau

perusahaan dan memperhatikan keseimbangan antara perhatian terhadap aspek

ekonomi, sosial dan lingkungan. Salah satu penyebab utamanya lahirnya gagasan

CSR adalah karena semakin meningkatnya pencemaran lingkungan akibat

banyaknya bisnis yang tidak memperdulikan lingkungan sekitar (Ahmad, 2013).

Hasilnya, CSR menjadi konsep yang begitu populer di kalangan perusahaan karena

memang menjadi suatu mandatory yang diterapkan oleh perusahaan tersebut,

sehingga terdapat berbagai macam pengertian atau definisi yang dikemukakan oleh

para ahli, praktisi dan peneliti.

World Business Council For Sustainable Development (WBCSD) yang

merupakan lembaga internasional yang berdiri tahun 1955 dan beranggotakan 120

perusahaan multinasional yang berasal dari 30 negara di dunia,

mendefinisikan CSR sebagai komitmen bisnis untuk melakukan kontribusi

terhadap pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, bekerja dengan karyawan,

keluarga dan masyarakat lokal (WBCSD, 2001). Bisa dikatakan bahwasanya,

secara umum CSR adalah suatu kebijakan, praktik dan program yang terintegrasi di

1
2

seluruh operasi bisnis dan proses pengambilan keputusan serta dimaksudkan untuk

memastikan bahwa perusahaan memaksimalkan dampak positif dari operasinya

pada masyarakat atau “operasi dengan cara yang memenuhi atau melebihi etika,

hukum, komersial dan harapan publik” (BSR, 2001). Dalam pelaksanaannya, CSR

harus ditunjang dengan memperhatikan keberlangsungan usaha atau going concern,

yang dimana hal ini akan di kemas melalui sustainibility program atau program

yang berkelanjutan, agar perusahaan selalu memperhatikan keberlanjutan dari

program yang mereka berikan dan tidak hanya sebatas program sesional saja.

Keberadaan perusahaan di tengah-tengah lingkungan masyarakat membuat

membuat perusahaan harus memberikan skema keberlanjutan yang harus

berpengaruh terhadap keberadaaan dan keberlangsungan mereka di tengah-tengah

lingkungan sosial atau masyarakat yang harus terkait dengan kontrak, dimana

korporasi atau perusahaan mempunyai kewajiban untuk menjalankan kontrak sosial

yang pada umumnya merupakan transaksi non-komersil. Transaksi tersebut

berkaitan dengan lingkungan sosial di mana perusahaan berada. Eksistensi

perusahaan yang berada di sekitar masyarakat harus mampu memberikan beberapa

dampak yang positif. Dampak positif, salah satunya yaitu perusahaan menyediakan

barang dan jasa yang sesuai dengan keperluan atau kebutuhan masyarakat, serta

menciptakan lapangan kerja baru. Namun, di sisi lain masyarakat tidak jarang

mendapatkan dampak buruk dari kegiatan atau aktivitas bisnis dari perusahaan.

Banyak sekali kasus ketidak puasan publik yang bermunculan, baik yang berkaitan

dengan pencemaran lingkungan, keamanan masyarakat atau berkaitan dengan

kualitas produk yang diberikan, serta eksploitasi yang dilakukan secara besar-
3

besaran terhadap energi dan sumber daya alam. Dalam perspektif tujuan perusahaan

yang notabene mengejar profitabilitas, dampak negatif yang ditimbulkan dari

aktivitas operasional perusahaan tidak pernah dipertimbangkan dan tidak jarang

atau bahkan sering diabaikan.

Perubahan masyarakat yang semakin memahami bagaimana sistem

tanggung jawab sosial sebenarnya, mendorong adanya tuntutan-tuntutan terhadap

perusahaan agar dampak negatif yang ditimbulkan dapat di minimalisir dan mampu

memberikan banyak dampak positif yang berpengaruh terhadap kehidupan tatanan

sosial masyarakat. Perusahaan diminta untuk bertanggung jawab atas penggunaan

sumber daya yang telah diambil dari lingkungan masyarakat tersebut, bisa

dikatakan sebagai konsekuensi dan timbal balik yang wajib di lakukan oleh

perusahaan. Akibat masalah sosial yang ditimbulkan, maka sudah sepantasnya

pelaku bisnis bersedia untuk memenuhi tuntutan dan menjadi solusi dari berbagai

permasalahan sosial yang ada di sekitarnya. Karena sudah sepantasnya penerapan

program tanggung jawab sosial harus diartikan sebagai langkah perusahaan untuk

memastikan penanggulangan dampak sosial dan lingkungan masyarakat sekitarnya.

Harus diakui, bahwasanya beragam manfaat telah banyak didapat dari

kegiatan CSR yang dilakukan perusahaan untuk mensejahterakan masyarakat

disekitarnya, beberapa diantaranya yaitu dengan memberikan beasiswa untuk

masyarakat marginal atau memberikan dana untuk fasilitas umum, sumbangan

untuk membangun desa, fasilitas masyarakat yang bersifat sosial dan berguna untuk

masyarakat, menggelar program kesehatan gratis atau kepedulian terhadap sampah

atau limbah perusahaan atau masyarakat.


4

Seiring berkembangnya zaman, konsep CSR saat ini tidak hanya

meningkatkan bisnis dan pendapatan, tetapi juga mempromosikan perubahan dan

kemajuan yang seringkali melibatkan masyarakat ataupun komunitas dengan

sedikit sumber daya bahkan mampu memberikan feedback satu sama lain.

Semangat perusahaan dalam melaksanakan program CSR semakin tinggi seiring

tumbuhnya kesadaran para pemegang kebijakan dari perusahaan atau para

pimpinan akan pentingnya program CSR terhadap keberlanjutan dan

keberlangsungan dari bisnis perusahaan.

Namun dalam pelaksanaannya, masih timbul banyak kekhawatiran bahwa

program-program CSR yang diberikan hanyalah program yang tidak berkelanjutan,

dimana masyarakat hanya mendapat bantuan, pelayanan atau pelatihan yang hanya

dilakukan dalam waktu tertentu saja dan tidak berkala. Selain itu, juga munculnya

persepsi bahwa CSR dilakukan hanya sebagai cara “instan” untuk memperbaiki

reputasi sebuah perusahaan dan hanya bersifat sukarela serta tidak berhubungan

dengan aktivitas perusahaannya. Akibatnya, perusahaan akan membebankan

kegiatan ini dengan dana yang besar sehingga manfaat timbal balik yang didapat

tidak ada atau tidak sesuai dengan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan, dan

akan berdampak negatif pada perusahaan, padahal dalam penerapannya sendiri

harusnya CSR menerapkan win-win solution. Oleh karena itu, strategi dan

kolaborasi pada program menjadi suatu tantangan program CSR ke depan, apakah

implementasinya hanya akan berputar pada roda yang sama dengan sebelumnya,

atau secara cerdas perusahaan akan membuat inovasi sesuai kebutuhan yang
5

mampu menghadapi permasalahan sosial yang terdapat di masyarakat, khususnya

masyarakat sekitar perusahaan.

Seolah menjawab permasalahan yang timbul akibat kekhawatiran tersebut,

pada tahun 2011 dalam Harvard business review, Michael E. Porter dan Mark R.

Kramer memperkenalkan sebuah konsep baru dari CSR yang disebut dengan

Creating Shared Value (CSV), yaitu dengan memperkenalkan konsep nilai bersama

(Shared Value) sebagai kebijakan dan praktik perusahaan guna meningkatkan daya

saing perusahaan sambil memajukan kondisi sosial dan ekonomi di masyarakat

secara bersamaan sekaligus membangun lingkungan dimana perusahaan itu

beroperasi. Yang dimana inti dari konsep tersebut adalah menekankan adanya

sebuah peluang untuk membangun keunggulan yang kompetitif dengan

memasukkan masalah sosial yang ada di masyarakat sebagai bahan pertimbangan

utama dalam merancang strategi perusahaan. Perusahaan harus mampu

menyelaraskannya dengan era disrupsi agar seiring, sejalan, selaras dan saling

bersinergi dengan berbagai potensi dan peluang serta mitra untuk mencapai tujuan

perusahaan dan memenuhi kebutuhan serta menyelesaikan permasalahan sosial

masyarakat.

Maka untuk itu perusahaan dapat menerapkan shared value melalui tiga

kerangka. Pertama, perusahaan perlu melakukan redefinisi pasar dan produk.

Kedua, redefinisi produktivitas sepanjang value chain. Porter dan Kramer (2011)

mengakui, kesempatan untuk mewujudkan shared value juga didorong oleh

kenyataan bahwa masalah sosial dapat meningkatkan biaya ekonomi bagi value

chain perusahaan. Ketiga, anjuran untuk membangun klaster lokal sebagai


6

pendukung industri di sekitar lokasi faktor perusahaan, karena Porter dan Kramer

memandang bahwa shared value bisa tercipta melalui pembangunan klaster lokal

yang dibangun oleh perusahaan (Ari, 2011). Berbagai strategi dibuat melalui

beberapa pendekatan atau konsep CSV, dimana konsep ini diaplikasikan oleh

perusahaan dalam programnya agar mampu bersinergi antar perusahaan dan mitra

masyarakat yang saling memberikan keuntungan satu sama lain dan menciptakan

lingkaran emas yang berkelanjutan.

Contoh praktik CSV di Indonesia pertama kali di inisiasi oleh PT.Nestle

Indonesia, dimana Nestle Indonesia mengadopsi CSV dalam komunitas sapi perah

guna mengatasi tantangan yang dihadapi oleh para petani termasuk produktivitas,

jumlah susu dan populasi sapi perah, menciptakan klaster-klaster lokal baru untuk

kebutuhan perusahaannya terkait susu sapi (Nestle Indonesia, 2013). Setelah itu,

konsep CSV ini mulai dikenal dan dilakukan oleh berbagai perusahaan lain, sebagai

contoh adalah PT.Kalbe Farma yang sudah telah mengembangkan area perkebunan

jahe merah di Jawa, Sumatera dan Kalimantan pada tahun 2020 dengan jumlah 34

kebun, yang dimana pengelolaan kebun ini diberikan kepada petani lokal guna

menimbulkan sinergitas yang berkelanjutan. Jahe merah merupakan salah satu

komoditi yang dijadikan produk oleh PT.Kalbe Farma, maka dari itu dengan di

kembangkannya sinergitas antara kebun jahe merah dan petani lokal yang

mengelola, menimbulkan rantai dimana nantinya produksi jahe merah tersebut akan

di serap oleh perusahaan dan petani akan mendapatkan uang hasil jual jahe merah

tersebut. Secara sederhana, antara petani dan perusahaan menimbulkan rantai yang

mampu mememuhi kebutuhannya masing-masing, sehingga dua pihak tersebut


7

akan sama-sama menjaga keberlanjutan dari produksi jahe merah tersebut. Namun

ada yang unik dalam strategi CSV yang diterapkan di PT.Kalbe Farma, yaitu untuk

melihat dampak kesejahteraan sosial yang dirasakan oleh masyarakat yaitu petani

lokal, mereka menggunakan pengukuran Social Return on Investment ( SROI ).

Satu lagi contoh penerapan CSV yang dilakukan oleh Pemerintah daerah DKI

Jakarta melalui Sistem Transportasi Jak Lingko, dimana dalam sistem ini kemitraan

yang terintegratif terbentuk antara pemerintah daerah, pemerintah kota lingkar

Jakarta, operator dan sopir serta bank DKI sebagai penerbit kartu Jak Lingko.

Konsep ini bisa dikatakan sebagai salah satu keberhasilan otoritas pemerintah

dalam menerapkan CSV dengan memetakan kepentingan seluruh stakeholder dan

mengemasnya menjadi kepentingan dan manfaat secara bersama, mengurai tugas,

hak dan tanggung jawab semua pihak yang terlibat, serta membagi biaya dan

pendapatan bisnis yang saling menguntungkan satu sama lain. Selain itu, timbul

dampak yang secara tidak langsung berpengaruh pada lingkungan, dimana Jak

Lingko sebagai moda transportasi umum dirasa handal dan mampu merubah

aktivitas masyarakat dari transportasi pribadi ke transportasi umum, hal tersebut

akan mengurangi jumlah kendaraan yang beroperasi di area lingkar Jakarta dan

dapat mengurangi emisi gas karbondioksida serta polusi udara yang sampai saat ini

menjadi salah satu kasus penting yang harus diselesaikan oleh Pemda DKI Jakarta.

Oleh karena itu, adanya Jak Lingko ini juga merupakan salah satu bukti bahwa CSV

berpengaruh pada kelangsungan antara bisnis dan kesejahteraan sosial serta

lingkungan. Maka dari itu, Penerapan CSV saat ini juga bisa menjadi salah satu

konsep yang dapat diterapkan oleh korporasi dan pemerintah, bentuknya yang
8

beragam dan penuh inovasi mampu digunakan dalam pemenuhan tujuan

pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDG’s).

Salah satu permasalahan yang saat ini sedang hangat dan masuk dalam

tujuan SDG’s adalah permasalahan waste atau sampah yang salah satunya terjadi

di kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan. Kurang efektifnya pengelolaan TPA

Cipeucang menjadi salah satu penyebab dari fenomena longsornya TPA Cipeucang

pada bulan Mei pada tahun 2020. Akibat longsor tersebut, membuat sungai

Cisadane menjadi kumuh dan menyebabkan aktivitas masyarakat terhambat serta

timbul banjir di area kecamatan Setu tersebut. Menurut Sekretaris Dinas

Lingkungan Hidup Kota Tangerang Selatan, hal tersebut adalah akibat dari

masyarakat Tangerang Selatan, menurutnya setiap harinya kurang lebih sampah

masuk TPA Cipeucang yang dihasilkan disesuaikan jumlah total seluruh warga

Kota Tangerang Selatan bisa mencapai 1.000 ton (Tain Setiawan, 2020). Perilaku

konsumsi masyarakat yang masih menggunakan bahan susah terurai seperti plastik,

kardus, mika dsb. menjadi salah satu penyebab utama fenomena dan permasalahan

tersebut.

Bumi Serpong Damai atau lebih dikenal dengan BSD City adalah produk

kota mandiri yang dikembangkan oleh dan dari Sinar Mas Land bersama

Pemerintah Kota Tangerang Selatan. Sinar Mas Land sebagai perusahaan developer

terbesar di Indonesia juga tak luput dari kewajiban Tanggung Jawab Sosial atau

CSR dalam pelaksanaan bisnisnya. Dalam rangka menjalankan program CSRnya

yang disesuaikan dengan tujuan keberlanjutan, Sinar Mas Land melalui PT.Bumi

Serpong Damai,Tbk menkorelasikan programnya dengan SDG’s serta kebutuhan


9

masyarakat Tangerang Raya, maka pada tahun 2021 dibentuklah program Berhati

(Berkarakter Hijau, Sehat dan Inovatif) yang mempunyai skema pemberdayaan

masyarakat yang berfokus pada pembentukan karakter, perilaku dan kemampuan

dalam pengelolaan lingkungan sosial dan lingkungan hidup melalui kegiatan

pemberian bantuan, pendampingan dan pelatihan guna mengoptimalkan potensi

lokal serta pengembangan klaster lokal sekitar BSD yang salah satunya adalah

kecamatan Setu, untuk menuju produktivitas ramah lingkungan atau Green

Productivity.

Hal tersebut dilakukan oleh CSR Sinar Mas Land melalui pendekatan CSV

sebagai strategi untuk memecahkan masalah yang ada pada lingkungan sekitar

operasi bisnisnya, nantinya strategi yang dirancang melalui skema pemberdayaan

ini dilakukan melalui kegiatan kemasyarakatan dimana hal ini akan mengarah ke

skema pemberdayaan kompleks dan potensi multi stakeholder yang ada di dalamnya,

agar timbul sifat kemandirian di masyarakat serta mampu menjawab permasalahan

terkait sampah dan perilaku peduli serta pengelolaan lingkungan hijau .

Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut, penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “Pendekatan Creating Shared Value (CSV)

Sinar Mas Land dalam Pemberdayaan masyarakat untuk Produktivitas Ramah

Lingkungan di kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan pada bagian sebelumnya, maka

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “Bagaimana Pendekatan Creating


10

Shared Value ( CSV ) Sinar Mas Land dalam Pemberdayaan masyarakat untuk

Produktivitas Ramah Lingkungan di kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan ?”.

Selanjutnya perumusan masalah penelitian ini diuraikan dalam sub-sub problematik

sebagai berikut :

1. Bagaimana pendekatan nilai sosial yang terbentuk dalam pemberdayaan

Masyarakat untuk Produktivitas Ramah Lingkungan di kecamatan Setu Kota

Tangerang Selatan?

2. Bagaimana pendekatan nilai ekonomi yang terbentuk dalam pemberdayaan

Masyarakat untuk Produktivitas Ramah Lingkungan di kecamatan Setu Kota

Tangerang Selatan?

3. Bagaimana pendekatan nilai lingkungan yang terbentuk dalam pemberdayaan

Masyarakat untuk Produktivitas Ramah Lingkungan di kecamatan Setu Kota

Tangerang Selatan ?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk memperoleh gambaran

tentang “ Pendekatan Creating Shared Value ( CSV ) Sinar Mas Land dalam

Pemberdayaan masyarakat untuk Produktivitas Ramah Lingkungan di kecamatan

Setu Kota Tangerang Selatan ”.

Tujuan penelitian ini secara khusus adalah untuk memperoleh gambaran

empiris terkait :

1. Pendekatan nilai sosial yang terbentuk dalam pemberdayaan Masyarakat untuk

Produktivitas Ramah Lingkungan di kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan.


11

2. Pendekatan nilai ekonomi yang terbentuk dalam dalam pemberdayaan

Masyarakat untuk Produktivitas Ramah Lingkungan di kecamatan Setu Kota

Tangerang Selatan.

3. Pendekatan nilai lingkungan yang terbentuk dalam dalam pemberdayaan

Masyarakat untuk Produktivitas Ramah Lingkungan di kecamatan Setu Kota

Tangerang Selatan.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Manfaat penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat digunakan sebagai

bahan masukan yang bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dan ilmu pekerjaan sosial,

terutama secara khusus menambah khasanah ilmu pengetahuan sebagai analis

pemberdayaan sosial dan analis penataan lingkungan sosial.

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan

sumbangsih pemikiran kepada Sinar Mas Land dan Poltekesos Bandung serta

mahasiswa pembaca tentang program CSR, serta bagi perusahaan dalam melakukan

pelaksanaan dan pengembangan program yang ingin menerapkan konsep CSV

dalam strategi CSRnya.

1.5 Sistematika Penelitian

Penulisan skripsi ini terdiri dari 6 bab yang disusun berdasarkan panduan

yang telah disediakan yaitu pendahuluan, tinjauan pustaka, metodologi penelitian,


12

hasil penelitian dan pembahasan, usulan program, kesimpulan dan rekomendasi.

Berikut susunan sistematika penulisan skripsi adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN, memuat tentang latar belakang, permasalahan

penelitian, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika

penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, memuat tinjauan tentang penelitian

terdahulu, kajian mengenai CSR, kajian mengenai CSV, kajian

mengenai Pemberdayaan Sosial kajian mengenai Produktivitas

Ramah Lingkungan atau Green Productivity dan bagaimana

relevansinya dengan pekerjaan sosial ndustri dan pekerjaan sosial

komunitas berbasis lingkungan.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN, Memuat tentang desain

penelitian, latar penelitian, sumber data, penjelasan istilah, teknik

pengumpulan data, teknik pemeriksaan keabsahan data, teknik

analisis data, jadwal penelitian dan langkah-langkah penelitian.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN, memuat tentang

gambaran umum lokasi penelitian, karakteristik informan,

pendekatan nilai sosial yang terbentuk dalam pelaksanaan CSR

di PT.BSD, Tbk-Sinar Mas Land, pendekatan nilai

sosial yang terbentuk dalam pelaksanaan CSR

PT.BSD, Tbk-Sinar Mas Land, dan pendekatan nilai sosial yang


13

terbentuk dalam pelaksanaan CSR PT.BSD, Tbk

-Sinar Mas Land.

BAB V USULAN PROGRAM, memuat tentang dasar pemikiran program,

nama program, tujuan program, sasaran program, pelaksanaan

program, metode dan teknik, kegiatan yang dilakukan, langkah-

langkah pelaksanaan, rencana anggaran biaya, analisis kelayakan

dan indikator keberhasilan.

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI, memuat tentang simpulan

temuan-temuan hasil penelitian dan rekomendasi atau saran kepada

pihak yang terkait.


14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini memuat tentang penelitian terdahulu, konsep tentang pemberdayaan

masyarakat, konsep tentang Corporate Social Responsibility (CSR), Creating

Shared Value (CSV), Produktivitas Ramah Lingkungan (Green Productivity)

konsep tentang pekerja sosial industri dan pekerja sosial komunitas berbasis

lingkungan.

2.1. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang menjadi dasar penulis dalam melakukan proses

penelitian adalah penelitian yang berkaitan dengan tema CSV/CSR dan dapat

menjadi bahan pertimbangan sehingga dapat menjadi referensi dalam menulis atau

mengkaji penelitian yang akan dilakukan penulis. Berikut adalah penelitian yang

menjadi acuan dan referensi penulis :

1. I Ketut Dharma Putra dari Universitas Lampung (2018) tentang Implementasi

Konsep Creating Shared Value (CSV) sebagai Program CSR dalam peningkatan

Kesejahteraan Stakeholder (Studi Pada PT.Nestle Indonesia Panjang Factory).

Dalam penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui bagaimana konsep CSV

yang telah diterapkan oleh PT.Nestle dalam mensejahterahkan para stakeholder

yang terlibat dalam programnya. Penelitian ini menggunakan metode

pendekatan kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan

wawancara, dokumentasi, focus grup discussion. Data analisis dengan


15

menggunakan teknik analisis kualitatif dengan meminjam teknik analisis yang

diperkenalkan oleh Miles and Huberman yaitu teknik analisis interaktif dengan

tahapan reduksi data, penyajian dan penarikan kesimpulan. Hasil dari penelitian

tersebut adalah bahwasanya PT.Nestle sudah menerapkan tiga ciri utama konsep

CSV, yaitu pemberdayaan, kemitraan dan juga berkelanjutan, yaitu dengan

dibentuknya KUB yang dilakukan untuk men-support petani kopi setempat.

2. Shafa Nafisah Elfajri dari Universitas Diponegoro pada tahun 2019 tentang

Analisis Implementasi Konsep Creating Shared Value (CSV) sebagai strategi

keberlanjutan perusahaan : Studi kasus Danone – Aqua Klaten (2004 – 2017).

Dalam penelitian tersebut peneliti ingin mengetahui bagaimana konsep CSV

yang dilakukan oleh PT. Danone – Aqua Klaten di implementasikan dengan

berbagai program yaitu Program Aqua Lestari untuk menciptakan nilai bersama

melalui kolaborasi berbagai elemen yang dapat terlibat didalamnya. Dengan

program tersebut reputasi PT.Danone-Aqua Klaten menjadi lebih baik dan

mendapatkan social license to operate dari Masyarakat sekitar. Penelitian ini

menggunakan metode pendekatan kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan

data dilakukan dengan wawancara, dokumentasi, focus grup discussion. Data

analisis dengan menggunakan teknik analisis kualitatif dengan meminjam teknik

analisis yang diperkenalkan oleh Miles and Huberman yaitu teknik analisis

interaktif dengan tahapan reduksi data, penyajian dan penarikan kesimpulan.

3. Devica Pratiwi dari Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Perbanas Surabaya pada

tahun 2020 tentang Creating Shared Value (CSV) berdasarkan sistem pedoman

dalam Yoga terhadap kesadaran perusahaan dalam praktik Corporate Social


16

Responsibility (CSR). Dalam penelitian tersebut peneliti ingin Mengetahui

implementasi CSV dengan sistem pedoman Yoga di tiga perusahaan yaitu

PT.Nestle Indonesia, Coca Cola Company dan PT.Unilever Indonesia.

Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif deskriptif. Teknik

pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, dokumentasi, focus grup

discussion. Data analisis dengan menggunakan teknik yang dikutip dari

Moleong yang dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di

lapangan, dan setelah selesai di lapangan.

4. Jocelyn Eraser dari Universitas Columbia Britania Raya (UBC) pada tahun 2019

tentang Creating Shared Value as a business strategy for mining to advance the

United Nations Sustainable Development Goal’s (Menciptakan Nilai Bersama

sebagai strategi bisnis untuk pertambangan untuk memajukan Tujuan

Pembangunan Berkelanjutan PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA). Dalam

penelitian yang di publikasi di jurnal internasional tersebut peneliti ingin

mengetahui bagaimana pendekatan Creating Shared Value (CSV) dapat menjadi

strategi bisnis pada bidang Pertambangan dan berperan membantu mencapai

SDG’s.Teknik pengumpulan data menggunakan pertanyaan-pertanyaan terbuka,

data wawancara, data observasi, data dokumentasi, dan data audio-visual.

5. Mohammed Abubakari Sadiek, dll. Dari University if development student

(UDS) Ghana pada tahun 2019 tentang The Role of Development oriented Non-

Govermental Organizations in Creating Shared Value in the Educational Sector

of Ghana : The mediating role of Basic Needs (Peran Organisasi Non-

Govermental berorientasi Pembangunan dalam Menciptakan Nilai Bersama di


17

Sektor Pendidikan Ghana: Peran mediasi Kebutuhan Dasar). Dalam penelitian

tersebut peneliti ingin Mengetahui peran NGO’s dalam memberikan bantuan

kepada siswa/I serta menciptakan nilai bersama di lingkungan sekolah di Ghana.

Teknik pengumpulan data menggunakan pertanyaan-pertanyaan terbuka, data

wawancara, data observasi, data dokumentasi, dan data audio-visual.

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

Judul Metode Partisipan / Peneliti,


No Hasil Penelitian Aspek
Penelitian Penelitian Unit Analisis Tahun
1 Implementasi Kualitatif Stakeholder Hasil dari I Ketut 1.Pemberdayaan
Konsep Deskriptif PT.Nestle penelitian ini Dharma 2.Kemitraan
Creating Indonesia adalah Putra 3.Berkelanjutan
Shared Value ( bahwasanya (2018)
CSV ) sebagai PT.Nestle sudah
Program CSR menerapkan tiga
dalam ciri utama
peningkatan konsep CSV,
Kesejahteraan yaitu
Stakeholder ( pemberdayaan,
Studi Pada kemitraan dan
PT.Nestle juga
Indonesia berkelanjutan,
Panjang yaitu dengan
Factory ) dibentuknya
KUB yang
dilakukan untuk
men-support
petani kopi
setempat.
2 Analisis Kualitatif Pelaksana CSV yang Shafa 1.Kemitraan
Implementasi Deskriptif Program CSV dilakukan oleh Nafisah 2.Berkelanjutan
Konsep Danone-Aqua PT. Danone – Elfajri
Creating Klaten Aqua Klaten di (2019)
Shared Value ( implementasikan
CSV ) sebagai dengan berbagai
strategi program yaitu
keberlanjutan Program Aqua
perusahaan : Lestari untuk
Studi kasus menciptakan
Danone – nilai bersama
Aqua Klaten ( melalui
2004 – 2017 ) kolaborasi
18

berbagai elemen
yang dapat
terlibat
didalamnya.
Dengan program
tersebut reputasi
PT.Danone-
Aqua Klaten
menjadi lebih
baik dan
mendapatkan
social license to
operate dari
Masyarakat
sekitar.
3 Creating Kualitatif Program CSV Mengetahui Devica 1.Nilai Sosial
Shared Value ( Deskriptif di PT.Nestle implementasi Pratiwi 2.Nilai
CSV ) Indonesia, CSV dengan (2020) Lingkungan
berdasarkan Coca Cola sistem pedoman 3.Profitabilitas
sistem Company dan Yoga di tiga perusahaan
pedoman PT.Unilever perusahaan yaitu
dalam Yoga Indonesia PT.Nestle
terhadap Indonesia, Coca
kesadaran Cola Company
perusahaan dan PT.Unilever
dalam praktik Indonesia
Corporate
Social
Responsibility
( CSR )
4 Creating Kualitatif CSV dan Mengetahui Jocelyn 1.Dampak
Shared Value Deskriptif SDG’s dalam bagaimana Fraser Sosial
as a business bidang model Creating (2019) 2.Dampak
strategy for pertambangan Shared Value ( Lingkungan
mining to CSV ) menjadi 3.Dampak
advance the strategi bisnis Perusahaan
United pada bidang
Nations Pertambangan
Sustainable dan perannya
Development untuk membantu
Goal’s dalam mencapai
SDG’s.
5 The Role of Kualitatif NGO yang Mengetahui Mohammed 1.Nilai Sosial
Development Deskriptif fokus pada peran NGO’s Abubakari 2.Nilai Ekonomi
oriented Non- sektor dalam Sadiek, etc.
Govermental Edukasi di memberikan (2019)
Organizations Ghana bantuan kepada
in Creating siswa/I serta
Shared Value menciptakan
in the nilai bersama di
19

Educational lingkungan
Sector of sekolah
Ghana : The
mediating role
of Basic Needs

Berdasarkan dari berbagai referensi dari hasil penelitian sebelumnya,

peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang membahas tentang Creating

Shared Value (CSV), dengan harapan untuk melengkapi hasil penelitian

sebelumnya dan belum adanya penelitian yang dilakukan di Sinar Mas Land yang

membahas terkait variabel tersebut serta belum adanya penelitian yang membahas

tentang aspek dasar penciptaan nilai yaitu nilai sosial, nilai ekonomi dan nilai

lingkungan.

2.2. Corporate Social Responsibility (CSR)

Konsep CSR pertama kali muncul dalam narasi resmi akademik sejak

hadirnya tulisan Howard Bowen, Social Responsibility of the Businessmen tahun

1953 (Harper and Row, New York). CSR yang dimaksud Bowen mengacu pada

kewajiban pelaku bisnis untuk membuat dan melaksanakan kebijakan, keputusan,

dan berbagai tindakan yang harus mengikuti tujuan dan nilai-nilai dalam suatu

masyarakat.

Namun secara sederhana, konsep CSR mengandung makna, yaitu

perusahaan atau pelaku bisnis umumnya memiliki tanggung jawab yang meliputi

tanggung jawab legal, ekonomi, etis, dan lingkungan. Lebih khususnya lagi, CSR

menekankan aspek etis dan sosial dari perilaku korporasi, seperti etika bisnis,

kepatuhan pada hukum, pencegahan penyalahgunaan kekuasaan dan pencaplokan


20

hak milik masyarakat, praktik tenaga kerja yang manusiawi, hak asasi manusia,

keamanan dan kesehatan, perlindungan konsumen, sumbangan sosial, standar-

standar pelimpahan kerja dan barang, serta operasi antarnegara.

Dalam perkembangannya, CSR selalu menjadi suatu konsep yang bersifat

multi-tafsir, tergantung pada dimensi dan apa penekanannya maupun kepentingan

yang melandasi implementasinya. Industri pun menerjemahkan CSR secara

beragam, namun tanggung jawab etis tetap menjadi landasan pokok. Pola umum,

bahwa CSR didominasi pola perilaku sosial antara perusahaan dengan

stakeholdernya, perlahan bergeser menjadi konsep SR (social responsibility).

Sehingga CSR tidak lagi menjadi agenda wajib para pelaku usaha, namun juga

secara umum menjadi tanggung jawab semua bentuk organisasi, termasuk sipil dan

pemerintah.

Saat ini, CSR dimaknai dengan berbagai pengertian oleh orang-orang yang

beraktivitas di dalam dunia CSR. Corporate Social Responsibility (CSR) atau

tanggung jawab sosial Perusahaan adalah bentuk kesadaran dari pelaku usaha,

bahwa setiap kegiatan bisnis sedikit banyaknya memberikan dampak sosial dan

lingkungan baik positif maupun negatif. (Mas Achmad Daniri, 2021).

Dalam kegiatan CSR, nilai-nilai kepedulian muncul untuk mengedepankan

tanggung jawab, bahkan sejatinya CSR dikerjakan sebelum dampak itu muncul.

Bisa dikatakan bahwa sebagian kegiatan CSR hanya dilakukan hanya untuk

kegiatan penghabisan dana tidak terpakai perusahaan tanpa melihat rantai nilai

bisnisnya ( Value Chain ) . Tanggung jawab sosial perusahaan atau lebih dikenal
21

dengan Corporate Social Responsibility (CS ) adalah suatu konsep bahwa suatu

organisasi, khususnya perusahaan memiliki berbagai bentuk tanggung jawab

terhadap seluruh pemangku kepentingan, yang di antaranya adalah konsumen,

karyawan, pemegang saham, komunitas dan lingkungan dalam segala aspek

operasional perusahaan yang mencakup aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan

(triple bottom lane) .

Kegiatan CSR dipandu oleh ISO:26000 yang disepakati oleh 160 Negara,

dimana pengertian tanggung jawab sosial dapat dilakukan seluruh jenis organisasi,

yaitu perusahaan maupun nonperusahaan. Dikutip dari ISO:26000, tanggung jawab

sosial atau CSR adalah tanggung jawab moral suatu perusahaan terhadap para

pemangku kepentingan atau stakeholder, terutama pada komunitas atau masyarakat

sekitar wilayah operasional perusahaan. ISO:26000 saat ini digunakan sebagai

panduan dan standarisasi internasional mengenai tanggung jawab atau guidance

standart on Social Responsibility, dan sampai saat ini bisa dikatakan ISO:26000 ini

merupakan panduan yang komprehensif dan efektif dalam pelaksanaan CSR

perusahaan secara berkelanjutan dalam jangka panjang, berbeda dengan standart

ISO lainnya, ISO:26000 lebih berbentuk panduan daripada kumpulan persyaratan,

didalamnya terdapat panduan bagi perusahaan berupa langkah dalam perencanaan,

pelaksanaan, monitoring dan evaluasi program Social Responsibility (SR) maupun

Corporate Social Responsibility (CSR).


22

Gambar 2.1 Panduan ISO:26000


Sumber: ISO:26000

CSR adalah bentuk tanggung jawab dan niat baik dari korporasi atau

perusahaan, sekaligus interaksi sukarela yang dilakukan oleh perusahaan dengan

para pemangku kepentingan dan kebijakan. CSR memiliki peran dan tanggung

jawab dalam mengintegrasikan konsep 3 Bottom Line (TBL), yang meliputi

ekonomi, sosial dan lingkungan.

Elkington (1997) menyatakan bahwa Corporate Social Responsibility

(CSR) dibagi menjadi 3 komponen utama, yaitu Profit, People dan Planet yang

disebut Triple Bottom Line (TPL). Ketiga komponen TPL selalu menjadi acuan

dasar korporasi atau perusahaan pada perencanaan implementasi dan evaluasi

(pelaporan) dalam program CSR.

Dikembangkan oleh Suharto yang mengatakan bahwa terdapat satu line lagi

pada komponen dasar tersebut agar pelaksanaan CSR lebih efektif dan efisien yang

menjadikan konsep tersebut berkembang menajdi Quadruple Bottom Line . Empat

dimensi yang ada pada teori Quadruple Bottom Line atau 4P Menurut Suharto

(2008) yaitu:
23

1. Profit

Profit yang disebut juga laba mempegaruhi keberlangsungan hidup

perusahaan dan karyawannya. Maka perusahaan menggunakan strategi untuk

membuat keberhasilan dan pertumbuhan keberlanjutan perekonomian dengan

peningkatan kualitas sumber daya manusianya.

2. People

Menjamin kemakmuran penduduk secara jangka panjang dengan memenuhi

kebutuhan masyarakat; wujudnya adalah dengan penyediaan prasarana, pelayanan

masyarakat dan pendidikan yang layak dan baik, serta terjaminnya investasi yang

bertanggung jawab secara sosial bagi terciptanya lapangan pekerjaan dan

kesejahteraan.

3. Planet

Dalam misinya, CSR menganggap bahwa kelestarian lingkungan meripakan

salah satu faktor penting yang perlu diperhatikan oleh perusahaan. Menjamin

lingkungan yang kondusif melalui kepedulian pada masyarakat dan keselamatan

lingkungan hidup serta menjaga kelestarian lingkungan hidup agar berpengaruh

pada keberlanjutan hidup perusahaan.

4. Procedure

Dilanjutkan kepada proses dalam prosedur perusahaan yang dilakukan

secara tepat dan profesional. Dimana perusahaan melakukan kegiatan sesuai


24

dengan aturan yang berlaku pada masyarakat ataupun korporasi atau perusahaan itu

sendiri.

Implementasi CSR sampai saat ini sudah dilakukan oleh banyak perusahaan

, penerapannya pun diperkuat oleh beberapa konsep dasar tentang perusahaan dan

sosial politik masyarakat serta perundang-undangan mengenai kebijakan

perusahaan dengan mempertimbangkan dampak sosial maupun lingkungan. Dalam

bab V pasal 74 Undang-undang Perseroan terbatas Nomor 40/2007, disebutkan

mengenai tanggung jawab sosial dan lingkungan yaitu sebagai berikut:

1. Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya dibidang dan/atau berkaitan

dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan

lingkungan.

2. Tanggung jawab sosial dan lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

merupakan kewajiban perseroan yang diselenggarakan sebagai biaya

operasional perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan

kepatutan dan kewajaran.

3. Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

4. Ketentuan lebih lanjut mengenai tanggung jawab sosial dan lingkungan diatur

dengan Peraturan Pemerintah (PP).

Kesadaran perusahaan tidak hanya berhenti pada program yang diberikan

pada masyarakat sekitar, tetapi juga harus menjalin kerjasama dengan dunia

akademik seperti bekerjasama dengan tim ahli universitas yang memiliki banyak
25

pengalaman dan fokus pada pengurangan dampak dan memacu potensi lingkungan

maupun sosial.

Menurut Kotler dan Lee ( 2005 ), terdapat enam model CSR yang dapat

diterapkan di perusahaan, yaitu:

1. Cause Promotion

Perusahaan menyediakan dana atau bentuk kontribusi lainnya dalam

aktivitas peningkatan kesadaran dan kepedulian terhadpa masalah sosial.

Perusahaan dapat mengelola aktivitas ini sendiri, menjadi partner utama, maupun

menjadi sponsor.

2. Cause Related Marketing

Perusahaan mendonasikan beberapa persen dari keuntungan penjualannya

untuk mengatasi masalah sosial. Biasanya, melalui kegiatan pada produk tertentu

dan dalam jangka waktu tertentu. Kegiatan ini dilaksanakan melalui kerja sama

dengan organisasi non-profit, bersifat saling menguntungkan dan bagi perusahaan

bertujuan untuk meningkatkan angka penjualan.

3. Corporate Societal Marketing

Perusahaan mengadakan kegiatan yang bertujuan untuk mengubah perilaku

masyarakat menjadi lebih baik, misalnya dalam bidang kesehatan, keamanan, dan

kesejahteraan. Kegiatan ini biasanya berupa kampanye.


26

4. Corporate Philantrophy

Perusahaan memberikan kontribusi secara langsung pada sebuah kegiatan

maupun pengentasan masalah sosial dengan bantuan tunai atau pelayanan.

5. Community Volunteering

Perusahaan mendorong karyawan dan mitra bisnis agar menyediakan waktu

luang untuk mendukung komunitas lokal dan menyelesaikan permasalahan sekitar.

6. Social Responsible Business Practice

Perusahaan melaksanakan praktik bisnis dan investasi yang mengatasi

permasalahan sosial untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan

pemeliharaan lingkungan.

Banyak pendukung CSR saat ini yang membedakan CSR dengan

sumbangan sosial dan “perbuatan baik”. Namun, menurut beberapa penggiat CSR,

sumbangan sosial hanyalah sebagian kecil kegiatan CSR. Bisa dikatakan,

Perusahaan pada masa lampau seringkali mengeluarkan biaya untuk proyek-proyek

komunitas, pemberian beasiswa dan pendirian yayasan sosial, selain itu perusahaan

seringkali mendorong para pekerjanya menjadi sukarelawan (volunteer) dalam

mengambil bagian pada proyek komunitas untuk memperlibatkan itikad baik di

mata komunitas, sehingga meningkatkan reputasi dan brand perusahaan.

Tanggung jawab sosial perusahaan merupakan ide baru dimana sektor

korporasi masuk dalam bidang kepedulian sosial dan lingkungan dalam strateginya

dan memainkan peran yang lebih bertanggung jawab (Tharp, Jennifer, Chadburry,
27

Prosenjit Dey, 2008). Dalam Implementasinya, tanggung jawab ini mempunyai

landasan yang menjadi dasar hukum dalam pengaturan perusahaan dalam

melaksanakan dan membentuk program CSR adalah sebagai berikut:

a. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 47 Tahun 2012 tentang

Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas yang diundangkan

di Jakarta oleh Menteri Hukum dan HAM Amir Syamsudin. Peraturan ini di buat

untuk melaksanakan ketentuan pasal 74 Undang-Undang no.40 Tahun 2007

tentang Perseroan Terbatas, yaitu:

1. Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan

dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan

Lingkungan.

2. Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) merupakan kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan

sebagai biaya Perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan

memperhatikan kepatutan dan kewajaran.

3. Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

4. Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan

diatur dengan Peraturan Pemerintah.

b. Keputusan Menteri BUMN no.Kep-236/MBU/2003 tentang Program Kemitraan

Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan

Menteri Badan Usaha Milik Negara. Penetapannya pada bab III yaitu Penetapan
28

dan Penggunaan Dana Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan pasal

8 ayat 1(a) dan 2(a) : ”penyisihan laba setelah pajak sebesar 1% sampai dengan

3%”.

c. Peraturan Menteri Negara BUMN nomor per-05/MBU/2007 tentang Program

Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina

Lingkungan, Penetapannya pada bab III yaitu penetapan dan penggunaan dana

pasal 9 ayat (1) a dan (2) a : “penyisihan laba setelah pajak maksimal sebesar

2%”.

d. ISO:26000, Guidance on Social Responsibility yang berisikan bahwasanya

tanggung jawab organisasi terhadap dampak yang diakibatkan oleh keputusan

dan kegaitannya terhadap masyarakat dan lingkungan melalui perilaku yang

transparan dan etik, yang:

1. Berkontribusi terhadap pembangunan berkelanjutan, kesehatan serta

kesejahteraan masyarakat;

2. Mempertimbangkan ekspektasi dari para pemangku kepentingan;

3. Taat terhadap hukum yang berlaku dan konsisten dengan perilaku norma

internasional;

4. Secara terintegrasi di dalam praktik organisasi.

Dengan adanya peraturan dan landasan hukum tersebut, korporasi atau

perusahaan yang memanfaatkan sumber daya alam dalam strategi bisnisnya, mau

tidak mau harus menjadikan kegiatan tanggung jawab sosial atau CSR ini sebagai

kewajiban dan agenda to do list di tiap tahunnya.Sinar Mas Land sebagai

perusahaan real estate yang menggunakan lahan sebagai media bisnisnya, wajib
29

menjadikan CSR sebagai agenda yang tidak luput dari perencanaan strategi

bisnisnya.

Dari sekian kajian tanggung jawab sosial yang terdokumentasi secara apik,

masih tersisa pertanyaan apakah secara holistik program CSR yang dijalankan telah

terintegrasi dengan rantai nilai bisnisnya (value chain), atau hanya menjadi program

yang berada di pinggiran bisnis utamanya.

2.3. Creating Shared Value ( CSV )

Selama ini konsep CSR yang dilakukan oleh perusahaan pada umumnya

merupakan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat secara luas,

yang memiliki nilai strategis dan dipandang sebagai keunggulan kompetitif

perusahaan serta dapat menumbuhkan nilai kepercayaan masyarakat terhadap

perusahaan. Untuk dapat menciptakan tanggung jawab bagi semua pihak, maka

perlu diciptakan manfaat bersama atau Creating Shared Value (CSV).

CSV merupakan ide baru dalam kebijakan dan praktik bisnis yang dapat

menunjang keberlanjutan, penguatan dunia usaha dan kemandirian lingkungan

sekitar yang sifatnya saling menguntungkan sama lain. Konsep CSV didasari pada

ide adanya hubungan interdependen antara bisnis dan kesejahteraan sosial

masyarakat. Hal yang menarik dari konsep CSV adalah bagaimana perusahaan tetap

dapat menghasilkan keuntungan sambil memecahkan isu-isu lingkungan dan sosial

yang dihadapi masyarakat dengan cara membangun keunggulan kompetitif

perusahaan dengan memasukan masalah sosial sebagai bahan pertimbangan utama

dalam merancang strategi perusahaan. Perusahaan tidak lagi berorientasi pada citra
30

positif, tetapi lebih berorientasi secara strategis mengenai isu utama yang menjamin

keberlangsungan dunia usaha. Penerapan konsep ini bisa diterapkan untuk semua

jenis perusahaan tanpa terkecuali baik produk maupun jasa. Porter dan Kramer

mengasumsikan dalam konsep CSV bahwa nilai sosial didefinisikan relatif terhadap

biaya yang akan membawa inisiatif penciptaan nilai bersama lebih dekat pada

pendekatan filantropi strategis yang berkaitan dengan efisiensi dan efektivitas hasil-

hasil sosial relatif terhadap investasi ( Porter dan Kramer, 2006; 2007; 2011).

Selain itu, CSV telah muncul sebagai paradigma pertumbuhan

berkelanjutan dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat sebagai struktur

sosial menjadi semakin terfragmentasi (Baines, 2015 ; Ragas & Culp, 2014). CSV

berfokus pada keseimbangan antara bisnis dan masyarakat, yaitu mengintegrasikan

isu-isu sosial di dalam bisnis inti perusahaan tanpa menghalangi keuntungan

ekonomi, menyiratkan bahwa keduanya, baik bisnis dan masyarakat harus

memaksimalkan perolehan nilai bersama (Ragas & Culp, 2014 ; Shin, 2020).

Nilai bersama dijelaskan sebagai kebijakan dan praktik operasi yang

meningkatkan daya saing perusahaan sekaligus memajukan kondisi ekonomi dan

sosial di masyarakat tempat perusahaan beroperasi (Porter dan Kramer, 2011). Oleh

karena itu, konsepnya tidak hanya sebatas memuaskan kepentingan (profit)

pemegang saham tetapi menciptakan nilai bagi masyarakat dengan menyediakan

kebutuhannya sesuai dengan nilai sosial, ekonomi dan lingkungan mereka. Dalam

hal ini, perusahaan menciptakan nilai bersama ketika mereka menciptakan nilai

ekonomi yang juga menciptakan nilai sosial dan lingkungan dengan mengurangi

kebutuhan dan tantangannya (Porter dan Kramer, 2011).


31

Dalam jurnalnya, Michael Porter mendefinisikan CSV sebagai suatu

kebijakan operasional yang meningkatkan nilai kompetitif perusahaan dan secara

kebersamaan memajukan kondisi sosial dan ekonomi, CSV adalah praktik

menciptakan nilai ekonomi dengan menciptakan nilai bagi masyarakat untuk

memenuhi kebutuhan sosial yang dapat dilakukan dengan econceiving products and

markets, redefining productivity in the value chain dan enabling local cluster

development (Porter & Kramer, 2011). Nilai bersama menurut mereka bukanlah

sebuah tanggung jawab sosial, filantropi atau keberlanjutan, tetapi model baru

dalam mencapai kesuksesan ekonomi. Adapun menurut Willams & Hayes, CSV

adalah tentang menciptakan dampak yang terukur pada masalah sosial sebagai

bagian inti strategi perusahaan, dan menciptakan keunggulan yang kompetitif dan

menjadikan model ini sangat penting bagi kesuksesan bisnis.

Konsep CSV memenuhi kebutuhan sosial dengan cara yang layak dan

konvensional, ini memberi peluang pada bisnis untuk meningkatkan daya saing

sambil secara bersamaan mengatasi permasalahan global sekaligus berkontribusi

dalam pembangunan berkelanjutan (CSR Asia, 2020). Gonzales (2014)

mengatakan bahwa CSV sebagai peluang bisnis, memberikan kemampuan

organisasi untuk berbisnis dan melakukan hal yang baik pada saat yang

sama.Perusahaan melakukan konvergensi di semua lini organisasi tentang standar

apa yang dipakai untuk menerapkan model CSV. Dengan kata lain, konsep CSV ini

bisa dikatakan sebagai social sustainability yang dipandang sebagai suatu cara

untuk mengelola dan mengidentifikasi dampak bisnis yang dijalankan pada

karyawan, pekerja di rantai nilai, pelanggan, dan komunitas lokal (Kaltenborn et


32

al., 2019 ). Perusahaan yang mengangkat pentingnya keberlanjutan sosial harus

menyadari pentingnya hubungan antara perusahaan dan seluruh stakeholder

perusahaan tersebut (Harris et al., 2001; Vesco & Ferrero, 2015 ).

Gambar 2.2 Nilai bersama ( Porter & Kramer, 2011 )

Porter&Kramer (2011), mengemukakan bahwa CSV dipandang sebagai

konsep dalam strategi bisnis yang menekankan pentingnya memasukkan masalah

dan kebutuhan sosial dalam strategi. Dalam penerapannya, harus memandang

masalah sosial yang berkaitan dengan tiga aspek yang ada di masyarakat yaitu

aspek sosial, aspek ekonomi dan aspek lingkungan yang mempunyai korelasi

dengan proses bisnis perusahaan yang berorientasi pada benefit, profit dan saving,

yang artinya akan ada hubungan yang saling menguntungkan antar masyarakat dan

perusahaan.

Menurut Porter&Kramer (2011), program CSV dapat dilihat dari tiga aspek

nilai yang terbentuk dalam masyarakat dan perusahaan. Tiga aspek tersebut yaitu

meliputi:
33

1. Nilai Sosial

Penciptaan nilai sosial dapat didefinisikan sebagai peningkatan bagian dari

prinsip dan perilaku komunitas yang dapat dikaitkan dengan investasi sosial yang

pasti dan terukur (pendidikan, kesehatan, gizi dan pengembangan masyarakat).

2. Nilai Ekonomi

Penciptaan nilai sosial dapat didefinisikan bahwa perusahaan beradaptasi

dengan perubahan kondisi masyarakat yang berasal dari peningkatan eksternal

lingkungan bagi perusahaan dan masyarakat melalui investasi dan promosi

pemasok lokal, lembaga lokal dan infrastruktur lokal dengan cara yang juga

meningkatkan produktivitas perusahaan dan masyarakat.

3. Nilai Lingkungan

Penciptaan nilai lingkungan ditafsirkan sebagai peningkatan fitur

lingkungan alam, perbaikan nutrisi, perbaikan fisik alam, perbaikan sistem air dan

perumahan, kesehatan dan pendidikan dan berfokus pada kebutuhan dasar serta

akses ke sumber daya seperti bahan baku dan tenaga kerja dan peningkatan

keuntungan perusahaan.
34

Gambar 2.3 Aspek pembentukan nilai Creating Shared Value

Sumber: Porter&Kramer (2011)

Dalam pelaksanaannya, konsep ini memiliki tiga tipe bentuk, yaitu :

1. Menciptakan/Inovasi Produk dan Pasar Baru

Menawarkan produk dan layanan yang inovatif dan menciptakan pasar baru.

Perusahaan harus terus mengidentifikasi kebutuhan masyarakat yang mungkin

dimasukan dalam portofolio produk atau jasa perusahaan, mengidentifikasi apakah

produk, layanan, inovasi pasar yang dihasilkan benar-benar bermanfaat, diperlukan,

bernilai dan bisa diakses oleh mayoritas masyarakat. Perusahaan menitikberatkan

pada pertumbuhan pendapatan, pangsa pasar, dan profitabilitas yang timbul dari

manfaat pembangunan lingkungan, sosial, dan ekonomi yang dilakukan oleh

produk dan jasa perusahaan.


35

2. Mendefinisikan Ulang Produktivitas dalam Rantai Nilai

Mengidentifikasikan apakah usaha yang dijalankan benar-benar bermanfaat

untuk produktivitas dan secara simultan dapat meningkatkan kemampuan sosial,

lingkungan, dan ekonomi dari segi value chain perusahaan. Strategi CSV dapat

membuka jalan bagi penciptaan terobosan-terobosan baru untuk mengatasi

persoalan sosial yang sekaligus memberikan pengaruh yang positif terhadap

produktivitas perusahaan.

3. Mengaktifkan Pengembangan Cluster Lokal (CID)

Perusahaan tidak dapat berdiri sendiri disebabkan produktivitas dan inovasi

dari suatu perusahaan bergantung kepada tempat di mana perusahaan tersebut

berada, suppliernya, penyedia jasa, dan lokasi infrastruktur logistiknya.

Perkembangan perusahaan dapat dicapai dalam hubungan kerjasama dengan

pemasok dan lembaga lokal, sehingga berkurangnya biaya untuk bisnis dari

meningkatnya keamanan rantai pasok atau pendapatan dari jaminan lisensi untuk

beroperasi dan berkembang. Dengan demikian, memperbaiki lingkungan eksternal

bagi perusahaan melalui investasi masyarakat dan memperkuat pemasok lokal,

institusi lokal, dan infrastruktur lokal merupakan cara meningkatkan produktivitas

bisnis. Berupa, pengembangan klaster industri pendukung di sekitar lokasi

perusahaan.

CSV harus menjadi bagian dari sebuah korporasi untuk mempertimbangkan

faktor keberlanjutan perusahaan dan program yang diberikan kepada masyarakat.

Dalam pelaksanaannya, CSV harus diukur dan dimonitor secara berkala sampai
36

dengan terlihat dampak atau output yang dirasa bisa bermanfaat secara jangka

panjang atau berkelanjutan serta menimbulkan impact terhadap ekonomi dan

kondisi sosial serta lingkungan setempat dan mampu menambahkan daya saing

perusahaan yang selaras dengan nilai yang ada dalam perusahaan atau korporasi.

Menurut Abi Nisaka (2021) dari PT.Kalbe Farma dalam webinar yang

diselenggarakan oleh olahkarsa.id, bahwasanya inisiatif CSV harus dibuat bersama

oleh bisnis dan masyarakat, serta berdasarkan pemetaan sosial yang terintegrasi, hal

ini adalah kunci keberhasilan model CSV dalam korporasi.

Gambar 2.4 Perbedaan CSR dan CSV

Dengan demikian, penerapan CSV secara utuh dan terintegrasi ke dalam

bisnis merupakan penuntasan penerapan Good Corporate Citizen (GCC) dan

menjadi wujud nyata dalam perilaku bisnis perusahaan yang beretika dan sesuai

visi misi strategi bisnisnya.


37

2.4. Pemberdayaan Sosial

Menurut Jim Ife (1995), pemberdayaan artinya memberikan sumber daya,

kesempatan, pengetahuan dan ketrampilan kepada warga untuk meningkatkan

kemampuan mereka dalam menentukan masa depannya sendiri dan berpartisipasi

dalam dan mempengaruhi kehidupan dari masyarakatnya (Jim Ife, 1995). Secara

konseptual, pemberdayaan atau pemberkuasaan (empowerment ), berasal dari kata

power (kekuasaan atau keberdayaan). Karenanya, ide utama pemberdayaan

bersentuhan dengan konsep mengenai kekuasaan. Kekuasaan seringkali dikaitkan

dengan kemampuan kita untuk membuat orang lain melakukan apa yang kita

inginkan, terlepas dari keiginan dan minat mereka. Kekuasaan senantiasa hadir

dalam konteks relasi sosial antar manusia. Dengan pemahaman kekuasaan seperti

ini, pemberdayaan sebagai sebuah proses perubahan kemudian memiliki konsep

yang bermakna. Dengan kata lain, kemungkinan terjadinya proses pemberdayaan

sangat tergantung pada dua hal:

1. Bahwa kekuasaan dapat berubah. Jika kekuasaan tidak dapat berubah,

pemberdayaan tidak mungkin terjadi dengan cara apapun.

2. Bahwa kekuasaan dapat di perluas. Konsep ini menekankan pada pengertian

kekuasaan yang tidak statis, melainkan dinamis.

Pemberdayaan bisa dikatakan sebagai sebuah proses dan tujuan. Sebagai

proses pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan

atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individu yang

mengalami kemiskinan. Tujuan pemberdayaan masyarakat adalah untuk mencapai


38

keadilan sosial (Payne, 1997). Lembaga Sertifikasi Pekerja Sosial Kementerian

Sosial Republik Indonesia menyatakan keadilan sosial dengan memberikan

ketentraman kepada masyarakat yang lebih besar serta persamaan politik dan sosial

melalui upaya saling membantu dan belajar melalui pengembangan langkah-

langkah kecil guna tercapainya tujuan yang lebih besar. Pemberdayaan Sosial

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf d merupakan intervensi pekerjaan

sosial yang ditujukan untuk:

1. Memberdayakan individu, keluarga, kelompok, dan/atau masyarakat yang

mengalami masalah sosial agar mampu meningkatkan kualitas kehiduparrnya

secara mandiri; dan

2. Meningkatkan peran serta lembaga dan/atau perseorangan sebagai potensi dan

sumber daya dalam penyelen ggar aan kesej ahteraan sosial.

Kusumahadi (2007) dalam Sutawa (2012) menyatakan bahwa program

pembangunan dapat dikategorikan sebagai proses pemberdayaan jika terdiri dari

unsur-unsur sebagai berikut:

1. Peningkatan kapasitas masyarakat yang bertujuan untuk memberikan akses

yang lebih baik ke sumber-sumber daya, terpenuhinya kebutuhan dalam rangka

peningkatan kesejahteraan, dan memiliki kemampuan untuk melakukan

kontrol sosial terhadap aspek lingkungan.

2. Pengembangan kapasitas masyarakat yang bertujuan untuk mengelola

organisasi lokal (self-management).

3. Pengembangan pemikiran kritis masyarakat agar mereka memiliki pemikiran

yang lebih kritis terhadap diri dan lingkungannya.


39

Meskipun pemberdayaan masyarakat bukan semata-mata konsep ekonomi,

namun sering kali ditujukan untuk pengentasan kemiskinan dan peningkatan

kesejahteraan masyarakat. Pemberdayaan dapat diartikan sebagai upaya untuk

mendorong dan meningkatkan semua potensi yang dimiliki masyarakat agar

mampu melawan serta melepaskan diri dari jeratan kemiskinan (Mardikanto dan

Soebiato, 2015).

Menurut Edi Suharto (2009), pemberdayaan mencakup pada tiga dimensi

yang meliputi kompetensi kerakyatan, kemampuan sosiopolitik, dan kompetensi

partisipatif. Untuk mengetahui fokus dan tujuan pemberdayaan secara operasional,

maka perlu diketahui berbagai indikator keberdayaan yang dapat menunjukkan

seseorang itu berdaya atau tidak. Sehingga ketika sebuah program pemberdayaan

sosial diberikan, segenap upaya dapat dikonsentrasikan pada aspek-aspek apa saja

dari sasaran perubahan yang perlu dioptimalkan.

Keberhasilan pemberdayaan masyarakat dapat dilihat dari keberdayaan

mereka yang menyangkut kemampuan ekonomi, kemampuan mengakses manfaat

kesejahteraan, dan kemampuan kultural dan politis. Ketiga aspek tersebut dikaitkan

dengan empat dimensi kekuasaan, yaitu: kekuasaan di dalam (powerwithin),

kekuasaan untuk (power to), kekuasaan atas (power over), dan kekuasaan dengan

(power with). Dimensi tersebutlah yang nantinya dapat menjadi tolak ukur

keberhasilan kegiatan pemberdayaan terutama dalam program program tanggung

jawab sosial atau Corporate Social Responsibility (CSR).


40

Person et.al. (1994) menyatakan proses pemberdayaan umumnya dilakukan

secara kolektif. Menurutnya, tidak ada literatur yang menyatakan bahwa proses

pemberdayaan terjadi dalam relasi satu lawan satu antara pekerja sosial dan klien

dalam setting pertolongan perseorangan. Meskipun pemberdayaan seperti ini dapat

meningkatkan rasa percaya diri dan kemampuan diri klien, hal ini bukanlah strategi

utama pemberdayaan. Namun demikian, tidak semua intervensi pekerjaan sosial

dapat dilakukan melalui kolektivitas. Dalam beberapa situasi, strategi

pemberdayaan dapat saja dilakukan secara individual; meskipun pada gilirannya ini

pun tetap berkaitan dengan kolektivitas, dalam arti mengkaitkan klien dengan

sumber atau sistem lain di luar dirinya. Dalam konteks pekerjaan sosial

pemberdayaan dapat dilakukan melalui tiga aras atau matra pemberdayaan

(empowerment setting) : mikro, meso, dan makro.

1. Aras Mikro

Pemberdayaan dilakukan terhadap klien secara individu melalui bimbingan

konseling, stress management, krisis intervensi. Tujuan utamanya adalah

membimbing atau melatih klien dalam menjalankan tugastugas kehidupannya.

Model ini sering disebut sebagai Pendekatan yang Berpusat pada Tugas (Task

Centered Approach).

2. Aras Meso

Pemberdayaan dilakukan pada sekelompok klien. Pemberdayaan dilakukan

dengan kelompok sebagai media intervensi. Pendidikan dan pelatihan, dinamika

kelompok, biasanya digunakan sebagai strategi dalam meningkatkan kesadaran,


41

pengetahuan, keterampilan, dan sikap-sikap klien agar memiliki kemampuan

memecahkan permasalahan yang dihadapinya.

3. Aras Makro

Pendekatan ini disebut juga sebagai Strategi sistem besar (large system

strategy), karena sasaran perubahan diarahkan pada sistem lingkungan yang lebih

luas. Perumusan kebijakan, perencanaan sosial, kampanye, aksi sosial, lobbying,

pengorganisasian masyarakat, manajemen konflik, adalah beberapa strategi dalam

pendekatan ini. Strategi sistem besar memandang klien sebagai orang yang

memiliki kompetensi untuk memahami situasi-situasi mereka sendiri, dan untuk

memilih serta menentukan strategi yang tepat untuk bertindak.

Gambar 2.5 Siklus Pemberdayaan


Sumber: Hogan, (2000)

Dalam konteks kesejahteraan sosial, upaya pemberdayaan digambarkan

Hogan di atas tentu juga terkait dengan upaya meningkatkan taraf hidup masyarakat

dari suatu tingkatan ke tingkat yang lebih baik. Tentunya dengan mengkaji
42

faktorfaktor yang menyebabkan suatu komunitas menjadi kurang berdaya

(depowerment).

Terdapat beberapa strategi dasar yang dapat dilakukan dalam melakukan

perubahan :

1. Pengembangan Masyarakat lokal

Dalam pengembangan masyarakat lokal, strategi perubahannya dicirikan

dengan ungkapan ‘marilah kita bersama-sama membahas masalah ini’.Dari

ungkapan tersebut terlihat adanya upaya mengembangkan keterlibatan warga

sebanyak mungkin dalam upaya menentukan kebutuhan yang mereka rasakan (felt

need) dan memecahkan masalah mereka.

2. Perencanaan Sosial

Strategi dasar dari model ini tergambar dalam ungkapan ‘marilah kita

kumpulkan fakta dan lakukan langkah-langkah logis berikutnya’. Dengan kata lain,

seorang perencana biasanya berusaha untuk mengumpulkan fakta-fakta mengenai

masalah yang dihadapi sebelum memillih tindakan rasional dan tepat dilakukan

(rational and feasible). Partisipasi dalam perencanaan sosial tidak “sekental” pada

pengembangan masyarakat. Perencanaan dalam pengumpulan dan penganalisaan

data (fakta) bisa saja menggunakan tenaga di luar komunitas tersebut, begitu pula

dalam upaya mengembangkan program dan kegiatan yang akan dilakukan.

Meskipun demikian, mereka tetap mendasari tugasnya berdasarkan fakta dari

masyarakat tersebut.
43

3. Aksi Sosial

Strategi dari perubahan ini terlihat dari ungkapan ”mari kita mengorganisasi

diri agar dapat melawan penekan kita”. Ungkapan tersebut merupakan kristalisasi

isu-isu yang dihadapi masyarkat, yang kemudian membuat masyarakat mengenali

“musuhnya” dan mengorganisasi diri mereka dan membentuk aksi massa untuk

ganti memberikan tekanan terhadap kelompok sasaran mereka. (Adi : 2008).

Dalam melakukan perubahan untuk memberdayakan suatu masyarakat ke

arah memperbaiki dan meningkatkan kondisi kesejahteraan tersebut menjadi

penting untuk dilakukan sebuah perencanaan secara komprehensif. Dikatakan

demikian karena perencanaan sebagai suatu proses penyiapan seperangkat

keputusan untuk dilaksanakan pada waktu akan datang dan yang diarahkan pada

pencapaian sasaran tertentu. Perencanaan mempunyai unsur-unsur: Berhubungan

dengan masa depan, mendesain seperangkat kegiatan secara sistematis, dan

dirancang untuk mencapai keinginan-keinginan dimasa depan berdasarkan kondisi

masa lalu, saat ini dan akan datang. Bahwa, perencanaan ini akan menghasilkan

rencana-rencana sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, (Ikhwanuddin, 2009:11).

Pelaku perubahan dalam upaya pemberdayaan masyarakat juga dapat dilihat

yang berkaitan dengan peran pelaku perubahan dalam diskursus komunitas. Dalam

diskursus ini, pelaku perubahan memainkan peran sebagai community worker

ataupun enabler (Jim Ife, 1997). Sebagai community worker, Ife melihat sekurang-

kurangnya ada empat peran dan keterampilan utama yang nantinya secara spesifik
44

akan mengarah pada teknik dan keterampilan tertentu yang harus dimiliki

community worker sebagai pemberdayaan masyarakat.

Keempat peran dan keterampilan tersebut adalah:

1. Peran dan keterampilan fasilitatif (facilitative roles and skills)

2. Peran dan edukasional (educational roles and skills)

3. Peran dan keterampilan perwakilan (representational roles and skills)

4. Peran dan keterampilan teknis (technical role and skills). (Jim Ife, 1997)

Pelaksanaan proses dan pencapaian tujuan pemberdayaan di atas dicapai

melalui penerapan pendekatan pemberdayaan yang dapat disingkat menjadi 5P,

yaitu: pemungkinan, penguatan, perlindungan, penyokongan, dan pemeliharaan.

1. Pemungkinan

Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat

berkembang secara optimal. Pemberdayaan harus mampu membebaskan

masyarakat dari sekat-sekat kultural struktural yang menghambat.

2. Penguatan

Memperkuat pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki masyarakat dalam

memecahkan masalah dan memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Pemberdayaan

harus mampu menumbuh-kembangkan segenap kemampuan dan kepercayaan diri

masyarakat yang menunjang kemandirian mereka.


45

3. Perlindungan

Melindungi masyarakat terutama kelompok-kelompok lemah agar tidak

tertindas oleh kelompok kuat, menghindari terjadinya persaingan yang tidak

seimbang (apalagi tidak sehat) antara yang kuat dan lemah, dan mencegah terjadi

eksploitasi kelompok kuat terhadap kelompok lemah. Pemberdayaan harus

diarahkan ada penghapusan segala jenis diskriminasi dan dominasi yang tidak

menguntungkan rakyat kecil.

4. Penyokongan

Memberikan bimbingan dan dukungan agar masyarakat mampu

menjalankan peranan dan tugas-tugas kehidupannya. Pemberdayaan harus mampu

menyokong masyarakat agar tidak terjatuh ke dalam keadaan dan posisi yang

semakin lemah dan terpinggirkan.

5. Pemeliharaan

Memelihara kondisi yang kondusif agar tetap terjadi keseimbangan

distribusi kekuasaan antara berbagai kelompok dalam masyarakat. Pemberdayaan

harus mampu menjamin keselarasan dan keseimbangan yang memungkinkan setiap

orang memperoleh kesempatan berusaha. ( Suharto, 1997)

Dalam kaitannya dengan konsep pemberdayaan masyarakat, menurut Payne

(1997) dalam Isbandi (2008) mengemukakan bahwa suatu pemberdayaan

(empowerment), pada intinya, ditujukan guna memperoleh daya melalui

peningkatan kemampuan dan rasa percaya diri untuk menggunakan daya yang ia
46

miliki yang berasal dari lingkungannya.Hal tersebut juga dapat diaplikasikan dalam

berbagai model pemberdayaan Community Development yang dikemas dalam

sebuah strategi pengembangan CD.

Tabel 2.2 Jenis Kapital dan Strategi Pengembangan CD

Jenis Kapital Strategi Pengembangan

Sosial Peningkatan pelayanan kepada masyarakat (social service development)

Pengembangan pusat aktivitas komunitas (community center)

Pembuatan rencana sosial jangka panjang

Peningkatan kualitas interaksi sosial.

Ekonomi Pengembangan ekonomi konvensional (terkait bisnis perusahaan)

Pengembangan ekonomi radikal (tidak terkait bisnis perusahaan, namun


menggunakan sumberdaya lokal)

Politik Pengambilan keputusan internal (peningkatan kapasitas negosiasi


keputusan pembangunan oleh dan dalam masyarakat sendiri)

Pengambilan keputusan eksternal (peningkatan kapasitas negosiasi


keputusan pembangunan dengan kekuasaan ýang lebih tinggi)

Budaya Pelestarian kebudayaan lokal

Penghargaan terhadap tatanan dan nilai-nilai adat

Upaya promosi unsur kebudayaan secara partisipatif

Adopsi multikulturalisme.

Lingkungan Peningkatan kesadaran lingkungan

Pendidikan konservasi dan rehabilitasi lingkungan

Pengorganisasian masyarakat lokal untuk manajemen lingkungan

Perumusan tujuan dan prioritas konservasi/rehabilitasi.

Peningkatan Peningkatan pendidikan dan pelatihan


kapasitas dan
kualitas Peningkatan derajat kesehatan

Promosi kehidupan spiritual masyarakat


47

Dengan menerima pengembangan enam jenis kapital tersebut, program CD

dapat menarik manfaat yang besar. Pertama, kerap kali pengelola CD di

perusahaan kesulitan mencari program, padahal banyak hal bisa dilakukan dalam

kerangka tersebut. Hal terpenting adalah kondisi kapital dan sumberdaya apa yang

tersedia secara lokal untuk meningkatkannya. Kedua, kerangka enam kapital juga

bisa digunakan untuk mengevaluasi keberhasilan program CD perusahaan secara

luas. Sering kali terlontar pertanyaan dari tingkatan manajemen tertinggi

bagaimana kita mengetahui keberhasilan program CD yang dijalankan. Pertanyaan

yang wajar mengingat pengeluaran setiap rupiah haruslah dianggap sebagai suatu

investasi perusahaanyang harus terukur pengembaliannya. Ketiga, Penggunaan

kerangka ini juga bisa menghindarkan perusahaan dari jebakan membangun fisik

atau infrastruktur belaka. Memang, mudah dilakukan serta dievaluasi, namun

semua kegiatan yang dibangun melalui program CSR harus menyumbang pada

peningkatan salah satu atau lebih kapital masyarakat.

2.5. Green Productivity

Dalam melaksanakan program yang mampu melakukan pemenuhan nilai

sosial dan ekonomi serta lingkungan yang ada dalam konsep CSV, diperlukan

strategi yang salah satunya adalah Green Productivity atau produktivitas ramah

lingkungan. Green Productivity merupakan bagian dari program peningkatan

produktivitas yang ramah lingkungan dalam rangka menjawab isu global tentang

pembangunan berkelanjutan (sustainable development), dimana strategi ini

digunakan untuk meningkatkan produktivitas bisnis dan kinerja lingkungan pada

saat yang bersamaan dalam pengembangan sosial ekonomi. Metode ini


48

mengaplikasikan teknik, teknologi, dan sistem manajemen agar menghasilkan

barang ataupun jasa yang sesuai dengan lingkungan dan ramah lingkungan (Asian

Productivity Organization, 2003). Strategi ini merupakan program peningkatan

produktivitas yang sangat ramah lingkungan untuk menjawab isu global yang

berkaitan tentang pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Green

Productivity adalah salah satu konsep peningkatan produktivitas yang berorientasi

pada kelestarian lingkungan yang didasarkan atas keseimbangan antara

peningkatan produktivitas dan pembangunan berkelanjutan (Moses L Singgih,

2012).

Gambar 2.6 Green Productivity Framework

Sumber:M oses L. Singgih (2012)

Green Productivity mempunyai empat tujuan umum dalam rangka

meningkatkan kualitas lingkungan dan ekonomi produksi pada saat

diimplementasikan dilantai produksi (Billatos dan Basaly 1997), yaitu sebagai

berikut:
49

Gambar 2.7 Empat tujuan Green Productivity

Pada gambar diatas menjelaskan tentang empat tujuan green productivity,

yaitu yang pertama adalah waste reduction, meminimalisasikan limbah dengan

serangkaian proses dan praktik yang dimaksudkan untuk mengurangi jumlah

limbah, yang kedua adalah material management, kegiatan pengolahan material

atau bahan untuk produksi dimulai dari awal pemprosesan sampai akhir menjadi

produk jadi yang dikirim kepada pelanggan dan yang kedua, setelah sebuah produk

dijual dalam pasar, pelaku penyedia produk perlu berfikir tentang bagaimana

memasukkan umpan balik yang telah mereka terima ke versi produk berikutnya,

yang ketiga adalah pollution prevention merupakan program pengolahan

lingkungan dengan berupaya mencegah pencemaran lingkungan, dan yang terakhir

adalah product enhancement untuk meningkatkan keramahan pengguna fitur dan

nilai keseluruhan setelah produk mencapai kesuksesan.

Menurut Asian Productivity Organization (2003), penerapan Green

Productivity akan memberikan dampak positif atau manfaat jangka panjang untuk

semua pihak (stakeholder), antara lain:


50

1. Bagi perusahaan dan masyarakat

a) Penurunan waste dengan adanya efesiensi penggunaan sumber daya.

b) Penurunan biaya operasi dan biaya pengolahan lingkunan.

c) Pengurangan atau bahkan eliminasi dari hitung-hitung jangka panjang.

d) Peningkatan produktivitas.

e) Mendukung regukasi pemerintah.

f) Image yang lebih baik dimata masyarakat.

g) Meningkatkan keuntungan bersaing.

h) Meningkatkan profit dan pangsa pasar.

2. Bagi konsumen

a) Produk dan jasa memiliki kualitas tinggi.

b) Tingkat harga yang terjangkau.

c) Pengiriman barang tepat waktu (Asian Productivity Organization 2003).

Terdapat lima strategi yang dapat digunakan dalam proses mendesain

lingkungan menggunakan green productivity (Asian Productivity Organization,

2003), yaitu:

a) Pencegahan (prevention)

Pencegahan dalam hal ini adalah polusi. Pencegahan yang dimaksud itu

adalah pencegahan polusi di setiap yahapan proses produksi, sehingga limbah akhir

yang diperoleh dapat dihindari.


51

b) Minimasi (Minimization)

Minimasi disini adalah turunan dari pencegahan polusi/limbah. Karna

disetiap industry pasti akan menhhasilkan limbah, maka dari itu limbah yang

dihasilkan dapat ditekan pabrik harus mengefisiensikan energy yang digunakan.

c) Reuse

Perusahaan dianjurkan untuk menggunakan material yang mudah

digunakan kembali ketika life cycle produk tersebut sudah habis. Misalnya seperti

komputer masih terdapat beberapa komponen yang bisa digunakan ulang walau pun

sudah tidak dapat digunakan kembali.

d) Daur Ulang (Recycling)

Desain produk yang ramah lingkungan agar nantinya bisa di daur ulang

menjadi komponen yang baru. Misalnya kemasan labtop menggunakan kardus yang

nantinya akan bisa di daur ulang kembali jika sudah tidak diperlukan.

e) Pembaruan Energi (Energy Recovery)

Pembaruan energi disini lebih condong kepada penggunaan energi yang

lebih ramah lingkungan contohnya seperti tenaga surya, tenaga angin, proses

biologi, panas bumi dan arus air.

f) Pembangunan (disposal)

Pembangunan yang di desain dengan pendekatan green productivity bisa

menimbulkan dampak negatif dari pembangunan limbah industri oleh karna itu
52

pembangunan sangat perlu dipertimbangkan sebagai strategi dalam mendesain

lingkungan yang terutama di lingkungan industri.

Gambar 2.8 Hirarki strategi Desain Lingkungan


Sumber : ( Asian Productivity Organization, 2003 )

Persoalan atau isu mengenai lingkungan sangat bermanfaat bagi ahli

kesejahteraan sosial dan pekerja sosial untuk melakukan intervensinya. Perannya

sangat penting terutama di dalam mengurangi dampak negatif terhadap

lingkungan, mendorong masyarakat untuk menggunakan energi bersih dan

melindungi masyarakat dari dampak negatif lingkungan dengan menguatkan

individu dan komunitas serta membantu masyarakat mendapatkan dan membuat

produk dan energi yang berbasis teknologi ramah lingkungan yang mempunyai

nilai ekonomis. Perannya mampu mendukung keterlibatan konsep CSV, mengingat

selain mampu melakukan intervensi dalam basis lingkungan, pekerja sosial ataupun

ahli kesejahteraan sosial juga mampu mendorong perusahaan untuk terlibat dalam

penerapan produktivitas ramah lingkungan atau Green Producktivity tersebut.


53

2.6. Pekerja Sosial Industri dan Komunitas berbasis Lingkungan

Pekerja sosial memiliki tugas utama yaitu melaksanakan pelayanan

kemanusiaan baik pada setting lembaga (seperti lembaga rehabilitasi penyandang

cacat, lembaga perlindungan anak, panti sosial bagi lanjut usia), maupun

masyarakat (misalnya menjadi pengembang masyarakat atau yang

menyelenggarakan program-program pemberdayaan komunitas lokal).

Perkembangan masyarakat yang semakin kompeks, sasaran, bidang garapan

dan intervensi profesi pekerjaan sosial juga semakin luas. Globalisasi dan

industrialisasi membuka kesempatan bagi pekerjaan sosial untuk terlibat dalam

bidang yang relatif baru, yakni dunia industri. Para pekerja sosial industri ini

bekerja di perusahan-perusahaan, baik negeri maupun swasta, untuk menangani

kesejahteraan pegawai, kesehatan dan keselamatan kerja, relasi buruh dan majikan,

atau perekrutan dan pengembangan pegawai dan yang lebih luas yaitu relasi

perusahaan dengan masyarakat atau lebih dikenal dengan istilah CSR.

Di Indonesia, dunia bisnis dan industri merupakan sektor yang masih jarang

melibatkan pekerjaan sosial. Di negara-negara maju seperti AS, Inggris, Australia,

dan New Zealand, pemberian pelayanan sosial dalam perusahaan telah meningkat.

Di negara- negara tersebut, setting pekerjaan sosial tidak terbatas pada arena

tradisional, seperti panti sosial atau lembaga-lembaga rehabilitasi sosial seperti

yang telah disebutkan di atas. Di sana, para pekerja sosial telah bekerja di rumah

sakit (menjadi Pekerja Sosial Medis), di sekolah (menjadi Pekerja Sosial Sekolah),

atau di lembaga-lembaga peradilan (menjadi Pekerja Sosial Koreksional). Setara


54

dengan itu, para pekerja sosial juga banyak yang bekerja di dunia industri, yakni di

perusahaan-perusahaan bisnis. Inilah yang kemudian memunculkan istilah

Pekerjaan Sosial Industri (PSI).

Pekerjaan Sosial Industri (PSI) dapat didefinisikan sebagai lapangan praktik

pekerjaan sosial yang secara khusus menangani kebutuhan-kebutuhan kemanusiaan

dan sosial di dunia kerja melalui berbagai intervensi dan penerapan metoda

pertolongan yang bertujuan untuk memelihara adaptasi optimal antar individu dan

lingkungannya, terutama lingkungan kerja.

Pekerja Sosial Industri (PSI) menggunakan pengetahuan, keterampilan dan

nilai-nilai pekerjaan sosial dalam pemberian pelayanan, program dan kebijakan

bagi para pegawai dan keluarganya, manajemen perusahaan, serikat-serikat buruh

dan bahkan masyarakat yang berada disekitar perusahaan. Sebagaimana dinyatakan

Akabas dalam Suharto (2007: 7) inti PSI meliputi: “Kebijakan, perencanaan, dan

pelayanan sosial pada persinggungan antara pekerjaan sosial dan dunia kerja”.

Diantara berbagai kegiatan PSI antara lain adalah program bantuan bagi pegawai,

promosi kesehatan, manajemen perawatan kesehatan, tindakan affirmative

(pembelaan), penitipan anak, perawatan lanjut usia, pengembangan sumber daya

manusia (SDM), pengembangan organisasi, pelatihan dan pengembangan karir,

konseling bagi penganggur atau yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK),

tanggung jawab sosial perusahaan, tunjangan-tunjangan pegawai, keamanan dan

keselamatan kerja. Menurut Suharto (2007: 8), tugas utama pekerja sosial industri

adalah:
55

Menangani masalah kesejahteraan, kesehatan dan keselamatan kerja, relasi

buruh dan majikan, serta perencanaan dan pengorganisasian program-program

pengembangan masyarakat bagi komunitas yang ada disekitar perusahaan.

Definisi di atas menjelaskan bagaimana peran utama pekerja sosial industri

didalam menjalankan tugasnya yaitu berusaha untuk meningkatkan kesejahteraan

pegawai, memberikan program kesehatan dan meningkatkan tingkat keselamatan

kerja di perusahaan, serta membantu perusahaan dalam melaksanakan program

CSR yang diberikan kepada masyarakat agar dapat berlangsung dengan baik. Jika

dipetakan, maka hubungan antara PSI, CSR dan Community Development akan

terlihat pada bagan di bawah ini:

Gambar 2.9 Hubungan PSI, CSR dan COMDEV

Pekerja sosial industri telah memberikan kontribusi dalam

memanusiawikan dunia kerja. Pekerja sosial umumnya memberikan konseling di

dalam maupun di luar perusahaan, pengorganisasian program-program personal,

konsultasi dengan manajemen dan serikat-serikat kerja mengenai konsekuensi

kebijakan perusahaan terhadap pekerja, dan bekerja dengan bagian kesehatan dan
56

kepegawaian untuk meningatkan kondisi lingkungan kerja, serta menangani

kebijakan sosial perusahaan bagi masyarakat sekitar. Permasalahan sosial lainnya

yang sering ditangani pekerja sosial adalah: diskriminasi di tempat kerja atau

tindakan-tindakan tidak adil teradap wanita, kaum minoritas, imigran, remaja,

pensiunan, dan para penyandang cacat. Beberapa industri dan perusahaan juga

sering menimbulkan dampak negatif terhadap masyarakat disekitarnya, seperti

polusi (udara, air, tanah, suara) dan kerusakan fisik dan psikis bagi para

pegawainya. Para pekerja sosial dapat membantu dunia industri untuk

mengidentifikasi dan mengatasi berbagai biaya sosial (social cost) yang

ditimbulkan oleh perusahaan, serta memberikan program bantuan sosial perusahaan

kepada masyarakat sekitar dimana perusahaan tersebut beroperasi. Dalam tindakan

intervensinya pun, saat pekerja sosial melakukan program CSR yang mengarah ke

program berbasis lingkungan dalam area komunitas, konsep lain dari pekerja sosial

selain industri dapat diterapkan salah satunya adalah Green Social Work (Pekerjaan

Sosial komunitas berbasis Lingkungan).

Green Social Work (Pekerjaan Sosial komunitas berbasis Lingkungan)

adalah pendekatan holistik untuk pekerja sosial yang terlibat dalam masalah ekologi

dan lingkungan. Pendekatan ini menggabungkan analisis struktural yang yang

berpusat pada institusi sosial dan hubungan sosial dengan perannya untuk

menanggapi kebutuhan kesejahteraan individu, kelompok, dan komunitas serta

peduli terhadap lingkungan (Dominelli, 2015).

Green Social Work disebutkan sebagai bentuk praktik pekerjaan sosial

profesional yang berfokus pada saling ketergantungan diantara individu dengan


57

individu, organisasi sosial dan hubungan antara orang-orang bahkan flora dan fauna

dihabitat fisiknya, interaksi antara krisis lingkungan sosial ekonomi dan fisik serta

perilaku interpersonal yang merusak kesejahteraan manusia dan planet bumi. Hal

ini mengatasi masalah dengan mengkonseptualisasikan basis sosial masyarakat

setempat yang saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya. Pekerja sosial

dalam pelestarian lingkungan juga melibatkan pengguna layanan dalam pendekatan

holistik yang menyatukan orang untuk melindungi lingkungan fisik, sosial, politik,

ekonomi dan budaya masyarakat setempat.


58

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini memuat tentang metode penelitian yang digunakan oleh Peneliti

dalam menyusun penelitian, terdapat penjelasan tentang desain penelitian,

penjelasan istilah, latar penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data,

pemeriksaan keabsahan data, teknik analisis data, jadwal dan langkah-langkah

penelitian.

3.1. Desain Penelitian

Desain Penelitian adalah suatu rancangan yang digunakan oleh peneliti

sebagai pedoman pada proses penelitian. Desain penelitian ditujukan sebagai

pegangan yang jelas dan terstruktur kepada peneliti dalam melakukan proses

penelitian. Penelitian yang dilakukan Peneliti menggunakan metode kualitatif

deskriptif. Penelitian kualitatif adalah penelitian dimana peneliti ditempatkan

sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara

penggabungan dan analisis data bersifat induktif (Sugiono, 2010). Penelitian

kualitatif menghasilkan dan mengolah data yang sifatnya deskriptif, seperti

transkripsi wawancara dan observasi (Poerwandari, 2005). Pengertian lainnya juga

disampaikan oleh Jane Richie dalam Moleong (2007) menyatakan penelitian

kualitatif adalah:

Penelitian kualitatif adalah upaya untuk menyajikan dunia sosial, dan


perspektifnya di dalam dunia, dari segi konsep, perilaku, persepsi, dan
persoalan tentang manusia yang diteliti. Kembali pada definisi di sini
dikemukakan tentang peranan penting dari apa yang seharusnya diteliti
59

yaitu konsep, perilaku, persepsi, dan persoalan tentang manusia yang


diteliti.
Dasar pemikiran digunakannya metode ini adalah karena Peneliti terlibat

langsung di lapangan bersama objek penelitian sehingga jenis penelitian kualitatif

deskripstif kiranya lebih tepat untuk digunakan oleh Peneliti. Sesuai dengan

permasalahan yang menjadi fokus dalam penelitian ini yaitu gambaran deskriptif

Pendekatan Creating Shared Value (CSV) dalam Pemberdayaan masyarakat untuk

Produktivitas Ramah Lingkungan di kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan,

maka Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan mendeskripsikan data

yang diperoleh peneliti sebagai hasil suatu penelitian. Dengan digunakannya

pendekatan dan metode kualitatif, maka Peneliti akan mendapatkan data secara utuh

dan dapat dideskripsikan dengan jelas sehingga hasil penelitian ini benar-benar

sesuai dengan kondisi yang ada.

3.2. Penjelasan Istilah

Penjelasan istilah dibuat untuk menghindari kesalahpahaman istilah yang

digunakan dalam penelitian khususnya pada judul yang menjadi fokus penelitian.

Peneliti membuat penjelasan istilah sebagai berikut:

1. Creating Shared Value (CSV)

Creating Shared Value (CSV) adalah perkembangan lanjutan dari

pengertian atau konsep tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social

Responsibility (CSR), dimana pendekatan ini dikemukakan oleh Porter & Karmer

(2011), yaitu mencakup bagaimana perusahaan membuat program yang dapat

menghasilkan nilai kompetitif untuk perusahaan dan secara bersama memajukan


60

kondisi sosial, lingkungan dan ekonomi masyarakat sekitar. Pendekatan CSV yang

diteliti oleh peneliti dilihat dari tiga nilai, yaitu: nilai sosial, nilai ekonomi dan nilai

lingkungan yang terbentuk dalam program CSR PT.Bumi Serpong Damai, Tbk

Sinar Mas Land.

Nilai Sosial yang dimaksud diartikan sebagai penciptaan dan perubahan

sikap dan perilaku yang menuju produktivitas ramah lingkungan pada masyarakat

melalui program Berhati. Nilai Ekonomi yang dimaksud adalah perubahan

masyarakat yang mengarah pada orientasi pendapatan dan investasi masyarakat

berupa produk dan lembaga lokal yang juga mempengaruhi profitabilitas dan

produktivitas perusahaan, dan Nilai Lingkungan yang dimaksud adalah

peningkatan dan perbaikan kondisi lingkungan sekitar masyarakat dan perusahaan

melalui program Berhati.

2. Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat yang dimaksud disini adalah bentuk program

dan kegiatan yang dilaksanakan oleh CSR Sinar Mas Land dan dikemas dalam

program Berhati (Berkarakter Hijau, Sehat dan Inovatif) untuk produktivitas ramah

lingkungan yang menyasar masyarakat sekitar kecamatan Setu Kota Tangerang

Selatan.

3. Produktivitas Ramah Lingkungan (Green Productivity)

Produktivitas Ramah Lingkungan (Green Productivity) yang dimaksud

adalah salah satu konsep yang di implementasikan bersama dengan CSV dalam

program CSR Sinar Mas Land. Konsep ini adalah penerapan dari visi Sinar Mas
61

Land sebagai perusahaan properti yang menuju properti berwawasan lingkungan

atau Green Building Property dan lanjutan dari konsep Go Green yang

dikembangkan menjadi suatu produk dan aktivitas yang mempunyai nilai

ekonomis. Produktivitas Ramah Lingkungan (Green Productivity) diharapkan

sebagai hasil dan manfaat atau outcome dari Program CSR Sinar Mas Land yang

berupa sikap dan perilaku peduli lingkungan dan less waste serta mampu mengolah

masalah sampah menjadi sebuah produk bernilai jual dan guna sebagai pendapatan

tambahan masyarakat kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan.

3.3. Latar Penelitian

Penelitian ini menggunakan latar penelitian terbuka dan tertutup. Latar

terbuka pada lapangan penelitian dapat berupa tempat pidato, orang yang

berkumpul di taman, toko, bioskop, dan ruang tunggu rumah sakit, peneliti hanya

menggunakan teknik pengamatan dan bukan wawancara. Selain itu

memperhitungkan latar terbuka harus dilakukan oleh peneliti agar pengumpulan

data lebih efektif. Sedangkan, pada latar tertutup hubungan peneliti dengan subjek

cukup dekat, karena peneliti akan mengumpulkan data dengan teliti dan wawancara

secara mendalam. Oleh sebab itu, peran peneliti dalam latar tertutup sangat

diperlukan karena peneliti harus benar-benar mendapatkan data dari subjek secara

langsung (Lofland dan Lofland:1984).

Dalam penelitian ini latar terbuka direpresentasikan didalam pengamatan

terhadap aktivitas dan kegiatan yang diberikan oleh CSR Sinar Mas Land yang

dilakukan masyarakat di kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan. Sementara latar


62

tertutup adalah kegiatan peneliti dalam melakukan wawancara kepada beberapa

informan yang terlibat dalam aktivitas dan kegiatan terutama pelaksana program

yaitu Tim CSR Sinar Mas Land, Tim Penggerak Program CSR Sinar Mas Land,

stakeholder lokal yang terlibat, serta pihak lainnya yang terkait dengan masalah

penelitian di tempat-tempat tertutup.

3.4. Sumber Data dan Penentuan Informan

3.4.1. Sumber Data

Berikut sumber data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah:

1. Sumber Data Primer

Data primer merupakan sumber data yang langsung memberikan data

kepada pengumpul data (Sugiyono: 2016: 225). Sumber data primer didapatkan

melalui kegiatan wawancara dengan subjek penelitian dan dengan observasi atau

pengamatan langsung di lapangan. Sumber data primer pada penelitian ini yaitu

data utama yang didapatkan langsung dari pelaksana program yaitu Kepala Bidang

CSR Sinar Mas Land dan tim penggerak komunitas Berhati. Semua informan yang

disebutkan dapat memberikan informasi secara langsung melalui pertemuan tatap

muka

2. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder, Sugiyono (2016: 225) mengatakan bahwa data

sekunder merupakan sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada

pengumpul data, misalnya melalui orang lain atau lewat dokumen. Sumber data
63

sekunder digunakan untuk mendukung informasi yang didapatkan dari sumber data

primer. Sumber data sekunder pada penelitian ini yaitu dokumen dokumen yang

didapatkan peneliti seperti sumber data dokumen profil CSR Sinar Mas Land,

laporan keberlanjutan Sinar Mas Land, data administratif kecamatan Setu, data luas

wilayah, data jumlah masyarakat berdasarkan usia, data jumlah masyarakat

berdasarkan tingkat pendidikan masyarakat Setu serta observasi dan pengamatan

yang dilakukan oleh peneliti yang terlibat dalam subjek penelitian.

3.4.2. Penentuan Informan

Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data adalah informan yang dapat

memberikan informasi yang berkaitan dengan permasalahan penelitian. Untuk

menentukan informan dalam penelitian ini, Peneliti memilih teknik purposive

sampling. Teknik purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber

data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang yang

dijadikan informan dianggap paling tahu tentang apa yang Peneliti harapkan, atau

informan sebagai pelaksana atau pemangku kebijakan sehingga akan memudahkan

Peneliti menjelajahi objek/situasi yang diteliti (Sugiyono:2014). Dalam teknik

purposive sampling, Peneliti memilih subyek penelitian dengan tujuan untuk

menentukan informan kunci (key informan) yang sesuai dengan fokus penelitian

yang dilakukan secara sengaja tanpa dibuat-buat untuk mendapatkan kekuatan

akurasinya. Sedangkan untuk menambah kredibilitas data, Peneliti melihat

dokumen dan literasi yang sesuai yang mana bertujuan untuk mengembangkan

informasi dari informan yang telah ditentukan.


64

Berdasarkan kriteria diatas, maka yang menjadi informan adalah sebagai

berikut:

1. Kepala Bidang CSR Sinar Mas Land

2. Konsultan Program Berhati

3. Mitra yang menjadi pelaksana program Berhati

4. Masyarakat yang menjadi penerima manfaat atau binaan program Berhati.

Selain itu dengan kriteria tersebut peneliti dapat mengetahui bagaimana

pelaksanaan program Berhati yang sudah dilaksanakan di kecamatan Setu.

Tabel 3.1 Penentuan Informan

No Informasi yang Sumber Informasi


dibutuhkan
Kategori Informan Jumlah
1 1. Profil CSR Sinar Mas Pelaksana Program Kepala CSR Sinar Mas 1
Land Land
2. Aspek Nilai Sosial yang
akan dibentuk
perusahaan
3. Aspek Nilai Ekonomi
Konsultan Program 1
yang akan dibentuk
perusahaan
4. Aspek Nilai
Lingkungan yang akan
dibentuk perusahaan
5. Hambatan yang
dirasakan perusahaan
dalam pendekatan CSV.
2 1. Strategi Pelibatan Mitra Tim Penggerak Penasihat 1
2. Strategi Pengembangan Komunitas Berhati
kluster lokal Ketua/Wakil 1
3. Strategi pendampingan
Div.Pengembangan dan 1
Pelatihan Nasional
Mitra Aktivis Lingkungan Hijau 1
dan Bank Sampah
65

3 1. Aspek Nilai Sosial yang Masyarakat Penerima Program CSR 2


terbentuk di Masyarakat Sinar Mas Land,
2. Aspek Nilai Ekonomi Perempuan, 25-55 Tahun,
yang terbentuk di Setu
Masyarakat
3. Aspek Nilai
Lingkungan yang
terbentuk Masyarakat
4. Dampak Program
Berhati CSR Sinar Mas
Land
5. Hambatan program
yang ada di Masyarakat

Penerima Program CSR 2


Sinar Mas Land, Laki-
laki, 25-55 Tahun, Setu

Sumber: Penelitian 2022

3.5. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang lengkap dan akurat serta dapat

dipertanggungjawabkan kebenaran ilmiahnya, Peneliti menggunakan teknik

pengumpulan data sebagai berikut:

3.5.1. Wawancara mendalam (in-depth interview)

Wawancara mendalam yaitu teknik yang bertujuan untuk mengumpulkan

data dengan mengajukan pertanyaan langsung kepada subjek penelitian.

Wawancara mendalam dilakukan terhadap subjek penelitian dengan menggunakan

pedoman wawancara (pada lampiran 4 dan 5 tentang Pedoman Wawancara kepada

CSR Sinar Mas Land dan Masyarakat kecamatan Setu). Pada teknik ini peneliti

menggali informan atau data secara mendalam dengan tatap muka serta melalui

media online tentang bagaimana Pendekatan Creating Shared Value (CSV) dalam
66

Pemberdayaan masyarakat untuk Produktivitas Ramah Lingkungan di kecamatan

Setu Kota Tangerang Selatan kepada 6 Informan.

3.5.2. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi yaitu pengumpulan data dari buku, laporan perusahaan,

foto-foto dan sebagainya yang berhubungan dengan subjek penelitian. Studi

dokumentasi digunakan untuk mengetahui aktivitas atau kegiatan yang dilakukan

oleh informan dalam program CSR Sinar Mas Land serta dampak program pada

Masyarakat di kecamatan Setu yang terdokumentasi. Peneliti melakukan studi

dokumentasi pada penelitian ini dengan cara:

1. Meminta dokumen berupa data administratif kecamatan Setu dan data

masyarakat kecamata setu berdasarkan usia, tingkat pendidikan, mata

pencaharian, tingkat ekonomi dan sarana prasarana sebagai data penunjang di

deskripsi lokasi penelitian.

2. Meminta dokumen laporan program Berhati 2021-2022 dan laporan

Keberlanjutan perusahaan Sinar Mas Land sebagai data penunjang.

3. Meminta dokumen berupa profil Sinar Mas Land dan data masyarakat dan

wilayah yang jadi binaan di Kecamatan Setu sebagai data penunjang.

3.5.3. Observasi Partisipatif

Observasi dilakukan untuk memperoleh gambaran keadaan lokasi

penelitian yang sebenarnya dengan terlibat dalam aktivitas yang dilakukan oleh

subjek penelitian. Peneliti merupakan pegawai magang pada Divisi CSR Sinar Mas
67

Land dan terlibat secara langsung dan ikut serta dalam aktivitas subjek penelitian

yang dalam hal ini adalah CSR Sinar Mas Land.

3.6. Pemeriksaan Keabsahan Data

Teknik pemeriksaan keabsahan data dilakukan untuk akurasi data yang

diperoleh dengan situasi yang sebenarnya di lapangan. Menurut Sugiyono (2012) :

“Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji kredibilitas

(credibility), keteralihan (transferability), ketergantungan (dependability), dan

kepastian (confirmability):

3.6.1. Uji Kredibilitas

Kredibilitas data dimaksudkan untuk membuktikan data yang berhasil

dikumpulkan sesuai dengan sebenarnya. Teknik yang digunakan untuk menunjang

uji kredibiltas dalam penelitian ini adalah:

1. Ketekunan Pengamatan

Teknik ketekunan Pengamatan dimaksudkan untuk menemukan ciri-ciri

dan unsur-unsur dalam situasi yang relevan dengan persoalan atau isu yang sedang

dicari, dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci. Hal ini

dimaksudkan agar peneliti mendapatkan data yang relevan berkaitan dengan

Pendekatan Creating Shared Value (CSV) dalam Pemberdayaan masyarakat untuk

Produktivitas Ramah Lingkungan di kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan.

Ketekunan pengamatan dilakukan dengan cara peneliti sebelum melakukan

pengumpulan data, memahami terlebih dahulu konsep tentang CSV dan juga
68

lingkup program CSR yang dilakukan oleh PT.Bumi Serpong Damai, Tbk Sinar

Mas Land.

2. Triangulasi Data

Triangulasi yaitu teknik pengecekan data dari berbagai sumber atau sebagai

pembanding terhadap data itu untuk menghilangkan perbedaan kontruksi kenyataan

yang ada dalam konteks suatu studi sewaktu mengumpulkan data berbagai kejadian

dan pandangan. Triangulasi dalam penelitian tentang Pendekatan Creating Shared

Value (CSV) dalam Pemberdayaan masyarakat untuk Produktivitas Ramah

Lingkungan di kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan, yaitu sebagai berikut:

a) Triangulasi Sumber

Hal ini dilakukan kepada informan yang dijadikan sebagai bahan

pembanding terhadap beberapa informasi yang telah diperoleh sebelumnya yaitu

dengan cara mengecek data yang diperoleh menggunakan teknik yang sama pada

setiap informan yang berbeda, seperti melakukan wawancara kepada informan

utama lalu melakukan kembali wawancara pada informan pendukung lainnya yang

berkaitan dengan penelitian. Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan

dengan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui

waktu dan alat yang berbeda. Teknik ini dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1. Membandingkan data hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti dengan

hasil wawancara yang diperoleh dari informan.

2. Membandingkan hasil informasi dari orang lain secara umum dengan

informasi yang diungkapkan informan.


69

3. Membandingkan hasil wawancara yang diperoleh peneliti dengan studi

dokumentasi yang diperoleh.

Dalam melakukan triangulasi sumber, peneliti membandingkan jawaban

dari para informan yang berasal dari unsur CSR Sinar Mas Land dan juga

masyarakat binaan yang terdiri dari masyarakat kelurahan Muncul, Kranggan dan

Kademangan sebagai penerima manfaat. Dari hasil triangulasi di dapatkan bahwa

keseluruhan jawaban dari kedua unsur tersebut tidak ada yang berbeda. Hal ini

menunjukkan bahwa semua informan menyetujui jawaban dan sepakat antara satu

dengan yang lain pada tiap aspek penelitian ini.

b) Triangulasi Teknik

Triangulasi teknik dilakukan untuk menguji kredibilitas data yang

dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik

yang berbeda. Triangulasi teknik di gunakan ketika mendapatkan informasi dari

masyarakat menggunakan teknik wawancara maka dicek kembali dengan observasi

atau studi dokumentasi. Hal ini juga berlaku pada informan pendukung lainnya,

sampai menghasilkan data yang jenuh. Dalam penelitian ini, triangulasi teknik

dilakukan dengan cara hasil wawancara dan data yang diberikan oleh informan

dicek dengan observasi secara langsung pada pelaksanaan pendekatan CSV oleh

pelaksana program, begitu juga sebaliknya.

c) Triangulasi waktu

Triangulasi waktu dilakukan dengan menanyakan kembali pertanyaan yang

sama kepada informan pada waktu dan hari yang berbeda. Hal ini dikarenakan
70

waktu sangat mempengaruhi konsistensi jawaban yang diberikan. Dalam

melakukan triangulasi waktu, peneliti setiap melakukan kegiatan CSR di tempat

penelitian kembali menemui informan dan menanyakan kembali beberapa

pertanyaan kepada informan tersebut.

3.6.2. Uji Pengalihan

Pengalihan sebagai persoalan empiris bergantung pada kesamaan antara

konteks pengirim dan penerima. Untuk melakukan pengalihan tersebut seorang

peneliti mencari dan menggumpulkan kejadian empiris tentang kesamaan konteks.

Peneliti bertanggung jawab untuk menyediakan data deskriptif secukupnya jika ia

ingin membuat keputusan tentang pengalihan tersebut. Untuk keperluan itu peneliti

harus melakukan penelitian kecil untuk memastikan usaha verifikasi tersebut.

3.6.3. Uji Ketergantungan

Teknik dependability disebut juga dengan uji reliabilitas. Suatu penelitian

dikatakan reliabel adalah apabila orang lain dapat mengulangi proses penelitian

tersebut. Uji dependability dalam penelitian kualitatif dilakukan dengan melakukan

audit terhadap keseluruhan proses penelitian, dalam hal ini dilakukan oleh

pembimbing untuk mengaudit atau mengawasi keseluruhan aktivitas peneliti dalam

melakukan penelitian.

3.6.4. Uji Kepastian

Uji kepastian (confirmability) pada penelitian kualitatif dilakukan untuk

membuktikan kebenaran hasil penelitian dikaitkan dengan proses penelitian yang


71

dilakukan. Hal ini bertujuan sebagai peninjauan atau konfirmasi dan interpretasi

data hasil penelitian.

3.7. Teknik Analisis Data

Lexy J. Moleong (2009) menjelaskan bahwa analisis data pada penelitian

kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan

setelah selesai di lapangan. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian

ini adalah:

3.7.1. Sebelum di Lapangan

Pada tahap ini analisis data dilakukan terhadap data sekunder hasil studi dari

literatur yang menunjang penelitian, sehingga data yang diperoleh dapat

memperjelas fokus penelitian. Pada tahap ini peneliti mengumpulkan informasi

awal yang berkaitan dengan judul yaitu Pendekatan Creating Shared Value (CSV)

dalam Pemberdayaan masyarakat untuk Produktivitas Ramah Lingkungan di

kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan.

3.7.2. Saat dan setelah di Lapangan

Selama di lapangan peneliti melakukan pengumpulan data dan menganalisis

data baik dari hasil wawancara maupun dari hasil observasi. Setelah dari lapangan

analisis data dilakukan dengan melalui tahapan sebagai berikut:


72

1. Mereduksi Data (Reduction)

Data yang diperoleh dari lapangan perlu dilakukan reduksi data dengan

merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting,

serta mencari tema dan polanya atau yang disebut dengan kategorisasi data. Data

yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang jelas dan akan

mempermudah peneliti pada tahap selanjutnya. Reduksi data dilakukan

berdasarkan hasil wawancara yang telah ditulis dalam bentuk transkrip oleh

peneliti, dengan demikian, data yang telah direduksi yang dimuat kedalam bentuk

transkrip, kategorisasi dan tema sesuai dengan aspek penelitian ini dapat

memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai pendekatan CSV Sinar Mas Land

dalam pemberdayaan masyarakat untuk produktivitas ramah lingkungan di

kecamatan Setu. Hasil reduksi data ini dapat dilihat pada lampiran 9 dan 10 tentang

taksonomi dan verbatim penelitian.

2. Menyajikan Data (Display)

Setelah data direduksi, selanjutnya adalah mendisplay atau menyajikan

data. Pada penelitian ini data disajikan dalam bentuk narasi, bagan, grafik, tabel,

gambar, dan sejenisnya. Mendisplay data memudahkan peneliti dalam memahami

apa yang diperoleh dari lapangan. Penelitian melakukan penyajian data penelitian

mengenai pendekatan Creating Shared Value menggunakan teks naratif, dan tabel

yang berisikan deskripsi hasil penelitian dari aspek-aspek dalam konsep Creating

Shared Value yaitu nilai sosial, nilai ekonomi dan nilai lingkungan yang terbentuk.

Penyajian data dalam bentuk narasi dapat dilihat pada Bab 4 dari skripsi ini.
73

3. Penarikan Kesimpulan (Conclusion)

Setelah penyajian data, langkah berikutnya adalah penarikan kesimpulan

zdan verifikasi. Kesimpulan adalah jawaban akhir dari pertanyaan penelitian,

sehingga selanjutnya dapat disusun solusi pemecahan masalah berdasarkan temuan

hasil penelitian. Pada penelitian ini, peneliti melakukan penarikan kesimpulan

dengan mempertimbangkan bukti-bukti yang valid dan konsisten yang ditemukan

di lapangan sehingga kesimpulan yang diambil merupakan kesimpulan yang dapat

dipercaya mengenai pendekatan Creating Shared Value dalam pemberdayaan

masyarakat untuk produktivitas ramah lingkungan di kecamatan Setu.

3.8. Jadwal dan Langkah-langkah Penelitian

Jadwal penelitian tentang Pendekatan Creating Shared Value (CSV) dalam

Pemberdayaan masyarakat untuk Produktivitas Ramah Lingkungan di kecamatan

Setu Kota Tangerang Selatan disajikan dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 3.2 Jadwal dan Langkah-langkah Penelitian

No Langkah-langkah penelitian Waktu 2022


Jan Feb Mar April Mei Juni Juli
1. Studi Literatur/ Survei
Pendahuluan
2. Penyusunan dan Pengajuan
Proposal
3. Seminar Proposal
4. Pengumpulan Data dan Analisis
data
5. Penyusunan laporan hasil
penelitian
6. Seminar Hasil Penelitian
7. Publikasi
74

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini memuat tentang gambaran lokasi penelitian, hasil penelitian yang

meliputi aspek penelitian yaitu nilai sosial, nilai ekonomi dan nilai lingkungan

yang terbentuk serta pembahasan.

4.1. Gambaran lokasi penelitian

Gambaran lokasi penelitian menjelaskan mengenai lokasi penelitian terkait

dengan profil Corporate Social Responsibility PT.Bumi Serpong Damai tbk, Sinar

Mas Land dan kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan. Peneliti menggunakan

teknik wawancara mendalam, studi dokumentasi dan observasi dalam

mengumpukan informasi lokasi penelitian.

4.1.1. Profil CSR PT.Bumi Serpong Damai, tbk Sinar Mas Land

Diawali dengan berdirinya PT. Bumi Serpong Damai Tbk. yang disingkat

BSD pada tahun 1984 oleh suatu konsorsium pemegang saham untuk

mengembangkan suatu Kota Mandiri di atas lahan seluas sekitar 5.950 hektar

yang terletak di barat daya Jakarta. Perseroan mulai beroperasi secara komersial

pada tahun 1989 sebagai pengembang pembangunan kota mandiri BSD City.

Pada tahun 2003 PT.BSD bergabung dengan pengembang raksasa

lainnya yaitu PT. Duta Pertiwi Tbk. yang membuat mereka merger menjadi

Sinarmas Land yang disingkat SML. PT.Bumi Serpong Damai, Tbk, Sinar Mas

Land dikenal sebagai pengembang properti terbesar dan terdiversifikasi di


75

Indonesia serta dikenal dengan pengalamannya yang kaya selama lebih dari 35

tahun di bidang pengembangan properti dengan lebih dari 50 proyek di

pengembangan kota, kota mandiri, perumahan, komersial, ritel, kawasan industri

dan properti perhotelan, termasuk layanan terkait properti, terutama

pengembangan Kota Mandiri BSD City di daerah Tangerang yang telah diakui

berhasil oleh sejumlah lembaga nasional dan internasional dengan infrastruktur

kelas utama dan fasilitas yang lengkap serta dikelola oleh para profesional yang

berkomitmen sepenuhnya, baik terhadap para penghuni maupun pemegang saham.

Salah satu Proyek andalannya yaitu BSD City disebut sebagai rancangan

kota paling modern dan ambisius di Indonesia yang mengkombinasikan properti

perumahan, bisnis dan komersial yang ada di Tangerang Selatan yang terletak

sekitar 18 km dari JORR dan sekitar 7 km dari jalan tol Jakarta-Merak, yang

merupakan jalan arteri utama yang menghubungkan wilayah Tangerang ke

wilayah Jakarta dan sekitar lainnya. Selain aksesibilitas melalui jalan, BSD City

juga terhubungkan dengan jalur kereta api ke Jakarta, seiring dengan peningkatan

jaringan rel kereta menjadi jalur ganda oleh PT. Kereta Api Indonesia (Persero),

hubungan jalur kereta api ke BSD City sudah sangat baik. Perseroan juga telah

menyediakan fasilitas bus feeder untuk para pemukim di BSD City ke berbagai

lokasi di Jakarta sejak tahun 2002.

BSD City menjadi salah satu kota mandiri terbesar yang dikembangkan

oleh swasta dalam hal ijin lokasi yang diberikan di wilayah Jakarta-Bogor-Depok-

Tangerang-Bekasi atau Jabodetabek di Indonesia dan terdiri atas kombinasi

perumahan, kawasan industri dan suatu kawasan niaga terpadu. Fokus BSD City
76

adalah untuk menyediakan kawasan dan tempat tinggal yang berkualitas untuk

para pemukim, menciptakan komunitas usaha komersial dan menyediakan

fasilitas untuk industri dan perdagangan dalam wilayah pembangunan kota

tersebut. BSD City akan didukung dengan sarana sosial dan rekreasi, serta

prasarana dan teknologi yang memadai untuk mendukung usaha-usaha komersial

dan komunitas pemukim yang tinggal di dalam kota.

Dalam melaksanakan dan mengembangkan bisnisnya, PT. Bumi Serpong

Damai, Tbk. Sinar Mas Land memiliki visi misi dan nilai-nilai perusahaan yang

telah ditetapkan melalui Surat Keputusan Direksi dan telah mendapatkan

persetujuan dari Dewan Komisaris melalui surat No.002/DIR/BSD/XII/2015

tanggal 7 Desember 2015. PT. Bumi Serpong Damai, Tbk. Sinar Mas Land

memiliki visi untuk menjadi pengembang kota mandiri terkemuka yang

menawarkan dan memberikan lingkungan yang nyaman, dinamis dan sehat yang

dilakukan melalui misi yaitu membangun kota baru yang menyediakan produk

pemukiman yang melayani semua segmen, serta produk komersial yang

mengakomodasi kebutuhan usaha kecil, menengah hingga perusahaan besar dan

meningkatkan nilai tambah kepada para pemangku kepentingan serta di

cerminkan melalui nilai-nilai perusahaan yaitu sebagai berikut :

1. Integritas

Bertindak sesuai ucapan, janji sehingga dapat menumbuhkan kepercayaan

pihak lain.
77

2. Sikap Positif

Menampilkan perilaku yang mendukung terciptanya lingkungan kerja

yang saling menghargai dan kondusif.

3. Komitmen

Melaksanakan pekerjaan dengan sepenuh hati untuk mencapai hasil

terbaik.

4. Perbaikan Berkelanjutan

Meningkatkan kemampuan atau kapasitas diri, unit kerja dan organisasi

secara terus menerus tanpa batas untuk mencapai hasil terbaik.

5. Inovasi

Memunculkan gagasan baru yang dapat meningkatkan produktivitas dan

pertumbuhan perusahaan.

6. Setia

Menumbuh-kembangkan semangat untuk mengerti, memahami, dan

melaksanakan nilai-nilai sebagai bagian dari keluarga besar perusahaan.

Selain itu, PT. Bumi Serpong Damai Tbk. Sinar Mas Land memiliki Motto

Sinarmas Land yaitu Building for better future, yang berarti Sinarmas Land

melakukan pembangunan untuk kehidupan yang lebih baik, sedangkan image

yang dibangun BSD City adalah Big City Big Opportunity, yang berarti BSD City
78

menciptakan berbagai peluang, meliputi; Quality Life Style, Peluang Usaha,

Pendidikan, Rekreasi, Olahraga dan Ibadah

PT. Bumi Serpong Damai Tbk. Sinar Mas Land dikenal sebagai

pengembang properti terbaik dan unggulan yang memiliki berbagai produk dan

lokasi pengembangan. Dalam setiap pengembangan produk, Perusahaan selalu

mempertimbangkan kontribusi produk terhadap pendapatan usaha perusahaan dan

dampak pada masyarakat sekitar. Berikut adalah portofolio produk PT. Bumi

Serpong Damai Tbk. Sinar Mas Land.

Gambar 4.1 Portofolio Produk PT.BSD Tbk. Sinar Mas Land


Sumber:Laporan Tahunan (Annual Report) tahun 2021

Sinar Mas Land, melalui PT. Bumi Serpong Damai tbk, melaksanakan

tanggung jawab sosial Perusahaan atau Corporate Social Responsibility yang

selanjutnya disingkat CSR. Sebagai perusahaan pengembang kota mandiri

terbesar dan terdepan di Indonesia, Sinar Mas Land berusaha untuk memberikan

program dan kegiatan yang konsisten dan berkesinambungan dengan masyarakat

serta berupaya untuk dapat memberikan kontribusi bagi masyarakat sebagai agen
79

perubahan sosial yaitu dengan ikut andil dalam meningkatkan mutu pendidikan,

mengurangi kemiskinan dan menjadi pelopor pelestarian lingkungan hidup

dengan menyelaraskan strategi bisnis dan tanggung jawab kepada masyarakat

sekitar, melalui berbagai Program Pemberdayaan Masyarakat, sebagai bentuk

komitmen perusahaan dalam mendukung masyarakat yang berkelanjutan hingga

dapat tumbuh dan berkembang bersama.

CSR PT. Bumi Serpong Damai tbk, Sinar Mas Land berlokasi di kantor

Pertanahan BSD atau P2T PT.Bumi Serpong Damai Tbk. yang beralamatkan di

Jalan Griya Loka Raya No.D1 RW.02 Kelurahan Rawa Buntu Kecamatan

Serpong Kota Tangerang Selatan. Selain itu, terdapat juga lokasi pengembangan

program dan kegiatan CSR yang berlokasi di Pusat Pengembangan Berhati yang

beralamatkan di Jalan Palm Anggur Kawasan Taman Jajan Sektor 1.3 BSD City,

Kecamatan Serpong, Kota Tangerang Selatan.

Dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai pelaksana CSR, CSR PT.

Bumi Serpong Damai tbk, Sinar Mas Land memiliki struktur dari yang yang

tertinggi sampai yang terendah, berikut bagan struktur organisasi CSR PT.Bumi

Serpong Damai Tbk. Sinar Mas Land:


80

Gambar 4.2 Struktur Bagan CSR PT.Bumi Serpong Damai Tbk. Sinar Mas Land
Sumber : Arsip PT.Bumi Serpong Damai Tbk. Sinar Mas Land

Sebagai bentuk komitmen menyelaraskan strategi bisnis dan tanggung

jawab kepada masyarakat dalam menuju masyarakat yang berkelanjutan dan

berkembang, CSR PT.Bumi Serpong Damai, Tbk Sinar Mas Land memiliki tiga

bidang yang disesuaikan dengan wujud visi berkelanjutan yang tercermin dalam 4

(empat) pilar yang menjadi dasar pembentukan prinsip berkelanjutan dan strategi

core business perusahaan, yaitu :

1. Perusahaan Properti yang terbaik (Best in class Real Estate)

Dengan menyediakan produk dan fasilitas state-ofthe-art serta pelayanan

dengan kualitas terbaik, berkontribusi secara signifikan atas kesejahteraan

generasi saat ini dan akan datang maupun Indonesia secara keseluruhan.
81

2. Perubahan Iklim dan Lingkungan (Climate Change and the Environment)

Dalam rangka berkontribusi secara positif terhadap komitmen Indonesia di

dalam The Paris Climate Agreement, dengan mengakui perlunya dilakukan

mitigasi atas isu perubahan iklim dan pelestarian lingkungan.

3. Pelayanan Masyarakat yang berkelanjutan (Sustainable Communities)

Sebagai bagian dari komitmen terhadap masyarakat Indonesia, dengan

secara aktif terlibat dalam proyek komunitas berskala besar dengan para

pemangku kepentingan perusahaan.

4. Dukungan terhadap Bidang pendidikan (Educational Patronage)

Berkomitmen untuk memastikan semua orang yang berada dalam

komunitas operasional bisnis sekitar, memiliki akses yang sama atas ekosistem

pendidikan, bebas dari gender maupun usia.

Pilar tersebut diselaraskan dengan Suistainable Development Goals atau

SDG’s dan produktivitas ramah lingkungan yang bertujuan untuk membangun

Green Product yang ingin di kembangkan oleh perusahaan dalam strategi

bisnisnya serta dampak yang diberikan kepada masyarakat. Maka dalam

menjalankan programnya, dibentuklah tiga bidang yaitu ekonomi, lingkungan dan

pendidikan.
82

1. Bidang Ekonomi

CSR PT.Bumi Serpong Damai, Tbk Sinar Mas Land menyelenggarakan

Program Bina Usaha, yang fokus pada pengembangan Usaha Mikro Kecil

Menangah (UMKM) yang bertujuan agar UMKM tidak lagi dipandang sebagai

alternatif, melainkan sebagai tulang punggung atau pondasi ekonomi negara. Oleh

karenanya, program tersebut didukung dengan dibentuknya SML UMKM Centre,

sebagai upaya memperkuat para pelaku UMKM, baik secara finansial,

peningkatan mutu dan Sumber Daya Manusia (SDM) serta inovasi model

pemasaran terkini. Di dalam SML UMKM Centre, diberikan berbagai bantuan

dan fasilitas seperti; edukasi, pelatihan serta pendampingan dalam bentuk Klinik

UMKM, Galeri UMKM, Kantin UMKM, Web Pemasaran Digital UMKM dan

Pameran UMKM.

2. Bidang Lingkungan

CSR PT.Bumi Serpong Damai, Tbk Sinar Mas Land menyelenggarakan

program Bina Kampung yang dikemas melalui program Kampung Mantul

(Kampung yang Mandiri, Tahan Pangan, Peduli Lingkungan, Tanggap dan

Unggul) sebagai upaya untuk memberikan kontribusi positif terhadap masyarakat

untuk dapat meningkatkan ketahanan pangan sekaligus melestarikan lingkungan

melalui aktivitas pertanian urban atau urban farming. Kegiatan Bina Kampung

saat ini di kolaborasikan dengan bidang pendidikan melalui program Berhati agar

dampak yang dihasilkan mempunyai alur yang jelas dan sistematis dari
83

stakeholder yang berasal dari lingkungan pendidik sebagai fasilitator masyarakat

binaan.

3. Bidang Pendidikan

CSR PT.Bumi Serpong Damai, Tbk Sinar Mas Land menyelenggarakan

Program Bina Sekolah yang dikemas melalui program Berhati (Berkarakter Sehat,

Hijau dan Inovatif), untuk mengupayakan pengembangan kualitas manusia serta

sebagai salah satu sarana untuk meningkatkan kualias Sumber Daya Manusia

yang unggul. Melalui program tersebut, CSR PT.Bumi Serpong Damai, Tbk Sinar

Mas Land mengharapkan terciptanya perubahan perilaku stakeholder dan

masyarakat yang peduli lingkungan, menumbuhkan wawasan lingkungan dan pola

hidup sehat serta mampu melakukan inovasi-inovasi lingkungan dan ingin

menumbuhkan kesadaran warga sekolah serta masyarakat untuk berperilaku arif

terhadap lingkungan, dengan melakukan pembiasaan-pembiasaan melalui 5R

(Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin) yang diaplikasikan melalui pembiasaan,

pendampingan serta pemberdayaan yang dapat membentuk budaya baru dan

skema pemberdayaan masyarakat yang ramah lingkungan..

Selain itu, program ini di kolaborasikan dengan program Kampung Mantul

agar menjadi program yang mempunyai alur pemberdayaan yang jelas dan sesuai

dengan tujuan produktivitas ramah lingkungan yang menjadi target program

Berhati saat ini. Dalam mewujudkan produktivitas ramah lingkungan tersebut,

memerlukan berbagai cara yaitu yang pertama adalah partisipatif masyarakat

dalam andil ikut mewujudkan kebiasaan hijau (Green Behavior) karena tanpa
84

adanya partisipatif dari seluruh masyarakat, tujuan untuk mewujudkan

produktivitas ramah lingkungan dan nilai bersama atau shared value tidak akan

tercapai, kedua adalah berkelanjutan yaitu pembangunan yang berkelanjutan

untuk mewujudkan produktivitas yang berbasis lingkungan. Yang artinya tidak

hanya pembangunan secara eventual pada saat itu saja, tetapi terus berlanjut untuk

kedepannya.

Dalam pelaksanaan penelitian terkait pendekatan Creating Shared Value

atau yang disingkat CSV, peneliti menentukan fokus penelitian pada program

Berhati (Berkarakter hijau, sehat dan inovatif) yang memiliki strategi

pemdampingan dan pemberdayaan masyarakat melalui produktivitas ramah

lingkungan yang mempunyai dampak bagi strategi bisnis perusahaan dan

masyarakat di wilayah kecamatan Setu kota Tangerang Selatan.

4.1.2. Profil Kecamatan Setu

Secara geografis Kecamatan Setu merupakan salah satu kawasan

pemukiman padat penduduk yang terletak di Kota Tangerang Selatan dan

merupakan wilayah yang terdampak oleh pengembangan kota mandiri Bumi

Serpong Damai yang merupakan salah satu produk dari Sinar Mas Land dan

bersebelahan langsung dengan TPA Cipeucang yang pada tahun 2021 mengalami

sebuah fenomena longsor sampah yang menyebabkan permasalahan lingkungan di

Setu. Wilayah kecamatan Setu merupakan wilayah yang mempunyai luas paling

sempit atau kecil, yaitu 1.675,75 ha atau 10,17% dari keseluruhan wilayah Kota

Tangerang Selatan. Wilayah ini berada di sebelah timur sungai Cisadane dan
85

berbatasan dengan kecamatan Cisauk yang berada di sebelah barat sungai

Cisadane. Adapun batas-batas wilayah administratif sebagai berikut:

• Sebelah Utara : Kecamatan Pamulang

• Sebelah Timur : Kabupaten Tangerang

• Sebelah Selatan : Kecamatan Cisauk Kabupaten Tangerang

• Sebelah Barat : Kecamatan Serpong

Berikut adalah gambar peta administratif kota Tangerang Selatan :

Lokasi
Penelitian

Gambar 4.3 Peta Administrasi Kota Tangerang Selatan


Sumber : Data Pemerintahan Kota Tangerang Selatan 2020

Berdasarkan gambar di atas, Kecamatan Setu termasuk dataran tinggi yang

berada 68 M diatas permukaan laut (dpl) dan sudah di dominasi oleh pemukiman

penduduk serta sudah dipenuhi oleh fasilitas umum yang menunjang kegiatan

kemasyarakatan. Kecamatan Setu memiliki enam kelurahan diantaranya,


86

Keranggan, Muncul, Kademangan, Setu, Babakan, dan Bakti jaya dengan masing-

masing luas wilayah yang dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 4.1 Luas wilayah kelurahan dalam kecamatan Setu 2020

No Kelurahan Luas wilayah Area persawahan Persentase


1 Keranggan 1,70 km2 0,31 km2 11,49%
2 Muncul 3,61 km2 - 24,39%
3 Kademangan 2,06 km2 - 13,92%
4 Setu 3,64 km2 - 24,59%
5 Babakan 2,05 km2 - 13,85%
6 Bakti Jaya 1, 74 km2 - 11,76%
Kecamatan Setu 14,80 km2 100%
Sumber : Setu dalam angka (BPS) 2021

Berdasarkan tabel diatas, wilayah kelurahan Setu termasuk yang terluas.

Selain itu juga masih terdapat persawahan dengan luas 0,31 Km2 yang dialiri oleh

sungai Cisadane serta beberapa area lahan yang belum terpakai atau masih dalam

bentuk lahan kosong terutama di wilayah kelurahan Kranggan, Hal tersebut

menjadikan kecamatan Setu menjadi Kawasan padat penduduk yang memilik

potensi lahan yang bagus dan subur.

Curah hujan di kecamatan Setu bisa dikatakan cukup tinggi karena

memiliki debit curah hujan mencapai 66,7 m2 pertahun. Saat musim hujan, akan

sering turun hujan di wilayah ini dan suhu rata-rata harian 26oC. Wilayah

kecamatan Setu adalah daerah yang rawan banjir, meskipun drainase yang sudah

cukup baik namun karena lokasinya yang hampir dekat dengan TPA Cipeucang

membuat saluran drainase tersebut kerap terhambat oleh limbah sampah.


87

1. Kondisi Demografis
Kecamatan Setu adalah hasil pemekaran dari kecamatan Cisauk pada

tahun 2007. Meski wilayahnya tidak terlalu luas dibanding kecamatan lain yang

ada di kota Tangerang Selatan, tetapi kecamatan ini memiliki penduduk yang

cukup padat. Jumlah rata-tata penduduk masyarakat Setu dapat dilihat dalam tabel

sebagai berikut :

Tabel 4.2 Jumlah penduduk berdasarkan umur dan jenis kelamin

No Usia Jumlah
1 0-14 Tahun 21.548 orang
2 15-64 Tahun 59.303 orang
3 65 Tahun 3.327 orang
Jumlah 84.178 Orang

Sumber : Setu dalam angka 2021 (BPS)

Secara demografis atau kependudukan berdasarkan laporan Kecamatan

Setu dalam angka tahun 2020 oleh BPS, masyarakat kecamatan Setu berjumlah

84.178 orang. Berdasarkan jumlah penduduk tersebut, dalam catatan monografi,

jumlah penduduk dengan rentang usia 0-14 tahun adalah sebanyak 21.548 orang,

jumlah penduduk rentang usia 15-64 tahun yaitu sebanyak 59.303 orang dan

jumlah penduduk rentang usia 65 tahun ke atas berjumlah 3.327 orang. Data

tersebut menunjukan bahwa usia produktif dari kecamatan Setu sangatlah baik.

Selain pengelompokkan berdasarkan rentang usia penduduk, karakteristik

demografi Kecamatan Setu dapat dikelompokkan berdasarkan tingkat pendidikan.

Tingkat pendidikan penduduk di suatu wilayah dapat mempengaruhi kualitas


88

Sumber Daya Manusia (SDM) didalam nya. Dalam mencapai kesejahteraan sosial

tingkat pendidikan penduduk juga dapat mempengaruhi dunia kerja atau mata

pencaharian masyarakatnya karena pada umumnya dalam dunia kerja, ijazah yang

diperoleh dari tingkat pendidikan formal tertentu seringkali dijadikan syarat

mutlak oleh para pemilik usaha. Selanjutnya adapun pengelompokkan

pendudukan kecamatan Setu berdasarkan tingkat pendidikannya dapat dilihat

dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 4.3 Pengelompokkan penduduk berdasarkan tingkat pendidikan

No Tingkat Pendidikan Jumlah Presentase (%)


1 Tidak/belum sekolah 11.262 18,60%
2 Belum tamat SD/sederajat 6.866 11, 3%
3 SD/sederajat 10.766 17,78%
4 SLTP/sederajat 7.530 12,43%
5 SLTA/sederajat 17.099 28,22%
6 Diploma III/akademik 1.625 2,70%
7 Diploma IV/strata I 4.840 8,00%
8 Strata II 482 0,8%
9 Strata III 102 0,16%
Jumlah 60.572 100%
Sumber: Setu dalam angka (BPS) 2020

Berdasarkan data dari tabel diata,s maka dapat diketahui bahwa jumlah

penduduk tertinggi berdasarkan tingkat pendidikan adalah penduduk dengan

pendidikan terakhirnya SMA/SLTP yaitu sebanyak 17.099 jiwa dengan presentase

28,22%. Jumlah penduduk terendah berdasarkan tingkat pendidikan adalah

penduduk yang sedang menempuh S3 berjumlah 102 jiwa dengan presentase


89

0,16%. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk kecamatan

Setu memiliki kualitas pendidikan yang cukup baik dimana telah menjalankan

wajib belajar 9 (sembilan) tahun dan menempuh jenjang diatas SMA atau jenjang

perkuliahan. Hal tersebut juga di dukung oleh fasilitas Pendidikan yang diberikan

oleh pemerintah Kota Tangerang Selatan, tercatat bahwa pada kecamatan Setu

terdapat 31 TK, 15 SD/MI, 10 SMP/MTS dan 8 SMA/SMK/MA serta 1 perguruan

tinggi, yang dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 4.4 Jumlah Sarana Prasarana Sekolah

No Jenjang Jumlah
1 TK 31 unit
2 SD/MI 15 unit
3 SMP/MTS 10 unit
4 SMA/SMK/MA 8 unit
5 Perguruan Tinggi 1 unit
Total 65 unit
Sumber: Setu dalam Angka (BPS) 2021

2. Kondisi Lingkungan Masyarakat

Situasi demografis dan geografis di kecamatan Setu cukup mempengaruhi

kualitas lingkungan hidup di kecamatan Setu. Lokasi kecamatan Setu yang dekat

dengan TPA Cipeucang juga berdampak pada kualitas lingkungan masyarakat,

tata Kelola yang masih belum baik membuat sampah sangat membludak dan hal

ini juga mempengaruhi budaya di kecamatan Setu yang acuh dengan sampah, hal

ini didukung oleh observasi yang dilakukan oleh peneliti di TPA Cipeucang.
90

Gambar 4.4 Peninjauan TPA Cipeucang


Sumber: Observasi partisipatif peneliti pada tanggal 20 September 2021

Selain sampah yang menjadi masalah yang ada di masyarakat Setu,

terdapat juga lahan yang kurang dimanfaatkan secara optimal, masih banyak lahan

kosong yang seharusnya dapat digunakan oleh masyarakat agar dapat bermanfaat

bagi masyarakat.

3. Kondisi Ekonomi Masyarakat

Kondisi struktur ekonomi masyarakat kecamatan Setu cukup dipengaruhi

oleh kondisi demografis dan geografis saat ini. Berdasarkan pernyataan walikota

Tangerang Selatan (2021), Kecamatan Setu merupakan salah satu lumbung bagi

pendapatan asli daerah (PAD), karena sektor perkotaan di Kawasan tersebut

berkembang pesat akibat terdongkrak oleh pertumbuhan ekonomi di DKI Jaya.

Banyaknya perkembangan terkait teknologi dan banyaknya perusahaan serta

pabrik sebagai hasil dari pembangunan kota mandiri BSD City, memunculkan

penduduk yang bermata pencaharian menjadi pegawai dan buruh di sektor

informal maupun formal. Hal itu membuat masyarakat kecamatan Setu memiliki

mata pencaharian yang beragam diantaranya adalah sebagai petani, buruh,


91

karyawan perusahaan swasta, karyawan BUMN, Pegawai Negeri Sipil dan lain

sebagainya.

4. Kondisi Perumahan

Kondisi perumahan di kecamatan Setu sangat padat. Kondisi perumahan di

kecamatan Setu di dominasi oleh beberapa perumahan elit yang dibangun oleh

beberapa perusahaan real estate BSD City, meskipun sudah di dominasi oleh

perumahan elit, namun masih terdapat beberapa kampung dan desa yang menetap

dan berada. Kondisi bangunan yang terdapat di kecamatan Setu terbagi menjadi 4

(empat) kondisi, yaitu: 1) Gedung Permanen ; 2) Setengah Permanen; 3)

Perumahan Elit dan 4) Kampung. Kondisi lingkungan di kecamatan Setu terbilang

masih belum baik, hal itu salah satunya disebabkan oleh adanya TPA Cipeucang

dan padatnya penduduk di kecamatan Setu.

Kecamatan Setu merupakan salah satu daerah binaan CSR Sinar Mas

Land, melalui PT.Bumi Serpong Damai, Tbk yang saat ini menjadi salah satu

pilot project pada program Berhati (Berkarakter hijau,sehat dan inovatif), yang

diberikan melalui skema pembinaan, pendampingan dan pemberdayaan yang

dilakukan bersama mitra penggerak. Sampah dan pengelolaannya serta

pemanfaatan lahan di wilayah ini masih menjadi suatu masalah yang ada di

masyarakat, alasan dijadikannya wilayah ini menjadi salah satu pilot project

adalah karena melihat permasalahan dan potensi yang ada memiliki benang merah

sebagai suatu solusi permasalahan yang ada di masyarakat dan peluang dalam

strategi bisnis PT.Bumi Serpong Damai, Tbk. Sinar Mas Land.


92

4.2. Hasil penelitian

Penelitian pendekatan Creating Shared Value (CSV) yang dilakukan oleh

PT.Bumi Serpong Damai, Tbk. Sinar Mas Land pada program Berhati

(Berkarakter hijau, sehat dan inovatif) melalui pemberdayaan masyarakat berbasis

produktivitas ramah lingkungan di wilayah Setu mendapatkan hasil yang

beragam. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, peneliti mendapatkan hasil

dari beberapa aspek yang berbeda. Dalam hal ini, peneliti melakukan penelitian

kepada pelaksana program Berhati, mitra pendamping program dan masyarakat

penerima program yang dilakukan secara langsung maupun secara online melalui

zoom meeting.

Peneliti pada bab ini akan menjabarkan hasil penelitian di lapangan terkait

pendekatan Creating Shared Value (CSV) yang dilakukan oleh PT.Bumi Serpong

Damai, Tbk. Sinar Mas Land melalui pemberdayaan masyarakat berbasis

produktivitas ramah lingkungan di wilayah Setu dengan menjabarkan aspek-aspek

penelitian yaitu aspek nilai sosial, nilai ekonomi dan nilai lingkungan.

4.2.1. Nilai Sosial

Berdasarkan hasil wawancara dari 6 informan yaitu GO, ED, FB, SP, FR

dan NU, serta observasi secara partisipatif yang dilakukan oleh peneliti,

ditemukan bahwa nilai sosial dalam pemberdayaan Masyarakat untuk

produktivitas ramah lingkungan dilihat dari bentuk, strategi dan dampak nilai

sosial, yaitu:
93

1. Bentuk Nilai Sosial

Strategi bisnis PT.Bumi Serpong Damai, Tbk. Sinar Mas Land dalam

konteks nilai bersama pastinya tidak luput dari aspek-aspek sosial yang ada di

masyarakat. Nilai Sosial merupakan salah satu nilai yang harus terbentuk dan

menjadi salah satu tolak ukur keberhasilan penciptaan chain value yang

diharapkan. Bentuk nilai sosial ini dipengaruhi oleh prinsip, sikap dan perilaku

yang mendasari perubahan dalam menyelesaikan permasalahan dan pemenuhan

kebutuhan masyarakat.

Sikap dan Perilaku Peduli Lingkungan

Program Berhati yang berikan oleh CSR PT.Bumi Serpong Damai, Tbk.

Sinar Mas Land pada segmen sosial mengarah kepada perubahan sikap atau

mindset yang berpengaruh pada perilaku masyarakat dalam merawat lingkungan

untuk menekan sampah yang sesuai dengan prinsip less waste. Hal ini juga

dikaitkan dengan permasalahan pokok yang ada di wilayah Setu yaitu pengelolaan

sampah yang masih buruk dari masyarakat yang berdampak pada TPA Cipeucang

serta potensi lahan yang belum di optimalkan oleh masyarakat Setu. Hal ini sesuai

dengan pernyataan “GO”, bahwasanya nilai sosial adalah dengan mengangkat

persoalan yang ada di masyarakat, seperti dinyatakan sebagai berikut:

“terwujudnya pembangunan ramah lingkungan perlu dilakukan secara


Bersama masyarakat sekitar pengembangan BSD, membangun engagement
dengan masyarakat, mengangkat persoalan social yakni prilaku yang peduli pada
lingkungan, sehingga mendorong kualitas sosial masyarakat hidup sehat…
kualitas kehidupan sosial yang berbasis ramah lingkungan yang menjadi habit
(GO, 09/05/22)”
94

Perubahan sikap yang dimaksud dikaitkan dengan skema pemberdayaan

3R (Reuse, Recycle, Reduce) sebagai cara pengelolaan sampah yang tepat yaitu

dengan mengurangi, mendaur ulang atau menggunakannya kembali, dengan

pengelolaan sampah yang sesuai dengan skema pemberdayaan 3R tersebut

nantinya akan menimbulkan tanggung jawab yang membentuk sikap dan perilaku

yang dimaksud dalam program Berhati serta nantinya akan timbul suatu inovasi

sebuah barang dan jasa yang dapat menjadi nilai tambah dari perubahan perilaku

yang diinginkan oleh perusahaan. Salah satu pelaksana program menjelaskan

bahwasanya masyarakat yang menjadi sasaran diharapkan mempunyai perubahan

mindset atau sikap yang menimbulkan suatu perilaku yang bertujuan untuk

merawat lingkungan melalui 3R tersebut, seperti pernyataan berikut:

“Kita ingin masyarakat mempunyai perubahan mindset yang berpengaruh


pada perilaku untuk merawat semesta atau planet, menekan zero waste meski
kenyataannya tidak bisa zero hanya bisa meminimalisir atau less…..kita kaitkan
dengan 3R (Reuse, Recycle, Reduce), bagaimana nggak ngotorin planet dengan
meminimalkan penggunaan sampah, sampah itu banyak ya sampai paling sulit
yang di yaitu sampah dari perilaku manusia…. (ED, 11/05/22)”
Sikap dan perilaku yang dibentuk disesuaikan dengan tagline dari program

Berhati sendiri, yaitu Berkarakter Hijau yang artinya menjaga dan

mengembangkan lingkungan agar menjadi asri dan hijau melalui, Sehat yang

dimana ini mengarah kepada perilaku merawat lingkungan agar tidak kumuh dan

mengurangi momok penyakit terutama yang berasal dari limbah sampah serta

inovatif yang artinya membuat potensi lingkungan dan permasalahan sampah

yang ada dapat dijadikan suatu produk bernilai guna yang mampu mendorong

inovasi masyarakat. Hal ini sesuai dengan penyampaian dari salah satu mitra yaitu

“FB” dari tim Komunitas Penggerak Berhati, bahwasanya konteks sosial yang
95

ingin dibentuk bisa dan dapat sesuai dengan jargon dari Berhati itu sendiri yaitu

hijau, sehat dan inovatif, yang harapannya dapat menjadi sebuah produk bernilai

guna, hal itu dinyatakan oleh “FB” sebagai berikut:

“di perilakunya kalau dalam konteks sosial bisa sesuai jargon kita
berkarakter hijau yang artinya perilaku menjaga lingkungan, sehat yang artinya
perilaku merawat lingkungan agar tidak kumuh dan tidak jadi sarang penyakit
serta inovatif yang artinya perilaku untuk membuat masalah yang berdampak pada
lingkungan agar menjadi produk bernilai guna… (FB, 16/05/22)”
Skema yang ada di Berhati sendiri disesuaikan dengan visi misi

sustainability pada perusahaan dan produktivitas ramah lingkungan yang memang

menjadi target program dalam pelestarian lingkungan hijau, produktivitas

lingkungan yang dibentuk dari program Berhati sendiri mengarah kepada

bagaimana partisipatif komunal yang dilakukan oleh masyarakat secara gotong

royong mampu mengolah lingkungannya. Antusiasme dan partisipasi aktif

masyarakat dalam program Berhati sudah terlihat dari kegiatan-kegiatan yang

dilaksanakan oleh CSR PT.Bumi Serpong Damai Tbk. Sinar Mas Land dan mitra

tim Komunitas Penggerak Berhati, hal ini dapat dilihat saat peneliti mengikuti

kegiatan penguatan literasi dan numerasi pembiasaan perilaku ramah lingkungan

yang dilaksanakan di kelurahan Muncul, kegiatan tersebut mempunyai materi

tentang bagaimana sikap masyarakat menghadapi fenomena yang disebabkan oleh

sampah serta bagaimana cara masyarakat membuat kebiasaan baru dalam

pengelolaan sampah agar tidak menjadi masalah dalam lingkungannya yang

dikuatkan dengan data dan fakta.


96

Gambar 4.5 Kegiatan Literasi dan Numerasi pembiasaan ramah lingkungan


Sumber : Observasi pada tanggal 9 Maret 2022

Hasil dari kegiatan pembinaan dan penguatan yang diberikan oleh CSR

PT.Bumi Serpong Damai, Tbk. Sinar Mas Land dimunculkan dengan sikap dan

perilaku yang ditunjukan juga dibuktikan dengan antusiasme masyarakat melalui

partisipasi mereka atau masyarakat dalam mengolah lingkungan dimana

masyarakat bersama sekolah sekitar kelurahan Muncul membentuk tim

Berhatinya sendiri dengan salah satu local heroes yang menjadi leader dari tim

tersebut, dengan membuat serta mengelola bank sampah dan menjadi petani yang

bertugas mengolah lahan sekolah dan pekarangan rumah masyarakat dalam

membudidayakan sayuran organik melalui metode urban farming. Berdasarkan

pernyataan “SP”, bahwasanya perilaku masyarakat dan partisipasi aktif

masyarakat diperlihatkan dengan mereka mau menjadi petani yang bertugas di

lahan, dalam mengelola atau mengembangkannya, masyarakat juga antusias untuk

membuat skema pengelolaan lingkungannya secara mandiri dengan membentuk

bank sampah dan memanfaatkan pekarangan rumah mereka sendiri sebagai bagian

dari kegiatan Berhati, seperti pernyataan sebagai berikut:


97

“Perilaku masyarakat yang peduli lingkungan dan partisipasi aktif


masyarakat menjadi petani dalam mengelola lahan dan pengembangan lingkungan
yang dilakukan...lewat pemanfaatan pekarangan rumah dalam budidaya sayuran
organic, Pengelolaan sampah anorganik lewat program bank sampah (SP,
18/05/22)”
Dalam pergerakannya sendiri, program Berhati ini didukung dengan

program Kampung Mantul yang mendukung materi tentang pengelolaan dan

pengembangan lahan, kolaborasi program yang dirancang yaitu dengan program

Berhati yang berfokus pada kegiatan-kegiatan pengembangan dan penguatan

Sumber Daya Manusia yang menuju pada perubahan mindset masyarakat dan

program Kampung Mantul yang berfokus pada support materi dan kegiatan

tentang pemanfaatan dan pengembangan lingkungan masyarakat kelurahan

Muncul. Hal ini sesuai dengan pernyataan penerima manfaat program yaitu “FR”,

bahwasanya:

“Perubahan mindset masyarakat dengan program berhati dan pemanfaatan


lingkungan yang diterapkan di lingkungan sekitar melalui program Kampung
Mantul (FR, 19/05/22)”
Melalui kolaborasi program antara Berhati dan Kampung Mantul,

menciptakan kegiatan mandiri yang dilakukan oleh masyarakat kelurahan Muncul

dan kecamatan Setu yaitu kegiatan satu tanaman satu rumah yang menjadi

kegiatan rutinan masyarakat kecamatan Setu terutama kelurahan Muncul, kegiatan

ini dilakukan dengan cara yaitu tiap rumah atau tiap keluarga harus menyetorkan

tanaman tiap bulannya dengan dipajang di depan rumah, yang selanjutnya akan di

cek oleh tim Berhati dari kelurahan Muncul. Hal ini sesuai dengan pernyataan

“NU” yang menyatakan bahwasanya di kelurahan Muncul terdapat program satu


98

tanaman satu keluarga yang tujuannya membuat rumah-rumah menjadi terlihat

hijau dan asri. Berikut pernyataan “NU”:

“kita juga ada program satu tanaman satu keluarga biar rumah-rumah
keliatan asri… (NU, 20/05/22)”
Bentuk nilai sosial yang terbentuk melalui program Berhati hampir sesuai

dengan harapan dari visi misi yang dibangun oleh para pelaksana program yang

membuat suatu kebiasaan baru dan pemahaman baru tentang produktivitas ramah

lingkungan. Berdasarkan pernyataan “NU” yaitu salah satu penerima manfaat

program, bahwasanya dampak yang terbentuk salah satunya adalah pada anak-

anak yang sekarang lebih bertanggung jawab dan mempunyai perhatian lebih pada

tanaman sekitar ataupun lingkungannya, saat ini jikalau anak-anak tidak sengaja

membuang sampah dan mencemari lingkungan mereka akan meminta maaf

kepada orang tua mereka dan bertanggung jawab untuk memungut sampah

mereka sendiri serta membuangnya pada tempat yang semestinya, “NU” berharap

nantinya perilaku tersebut bisa menjadi kebiasaan dari masyarakat Setu, seperti

pernyataan berikut:

“Alhamdulillah, dengan adanya berhati lingkungan kami lebih terawat


anak-anak orang tua ikut menjaga…selain itu orang tua disini juga merasa anak-
anak mereka lebih bertanggung jawab dengan lingkungan, saat mereka tidak
sengaja mencemari lingkungan mereka minta maaf ke orang tuanya…awalnya
dipaksa tapi lama-lama terbiasa… (NU, 20/05/22)”
2. Strategi dalam mencapai Nilai Sosial

Aktivitas-aktivitas utama dan pendukung yang dilakukan membentuk

sebuah sistem yang kemudian dirancang sebagai mekanisme strategi dalam

membentuk nilai sosial yang menjadi rantai dalam program Berhati. Strategi yang
99

dimaksud dipandang sebagai proses yang harus dirancang sesuai dengan kondisi

serta situasi masyarakat serta kapabilitas pelaksana program Berhati yaitu CSR

PT.Bumi Serpong Damai, Tbk Sinar Mas Land dan para mitra yang bergerak

dalam program ini.

a. Pengembangan Kluster Lokal

Beberapa upaya dan kegiatan yang dilakukan oleh CSR PT.Bumi Serpong

Damai, Tbk Sinar Mas Land salah satunya adalah dengan pengembangan kluster

lokal yang ditujukan sebagai pengelompokan sentra inovatif dan kreatif

masyarakat dalam skema pemberdayaan yang diterapkan pada program.

Berdasarkan pernyataan “GO” sebelum timbul rancangan kegiatan dan upaya

tersebut, tim pelaksana program melakukan survey awal terlebih dahulu dengan

melakukan tinjauan secara langsung pada wilayah yang akan menjadi binaan lalu

menggandeng beberapa tokoh yang dirasa mampu menjadi leader dalam

pergerakan. Hal tersebut disampaikan “GO” dalam pernyataannya, sebagai

berikut:

“Observasi kelapangan, sembari pendampingan dan monitor perubahan


produktivitas ramah lingkungan yang dilakukan masyarakat setempat, kita melihat
dari segi potensi individu dari warga setempat yang dibina (GO, 09/05/22)”
Pengembangan kluster lokal dapat dilalui melalui interaksi antar para

tokoh, tim pelaksana program yang diwujudkan dengan berdiskusi dan merancang

kegiatan serta upaya yang sesuai dengan kondisi dan kapasitas masyarakat di

kecamatan Setu. Berdasarkan pernyataan pelaksana program, yaitu “FB”

bahwasanya untuk mewujudkan rencana aksi terkait produktivitas ramah


100

lingkungan agar sesuai dengan keadaan lingkungan kecamatan Setu, diperlukan

pelibatan masyarakat local dalam melihat potensi local serta situasi dan kondisi

lingkungan mereka, agar nantinya program yang diberikan sesuai dengan plan

dan rencana yang dapat diimplementasikan serta diarahkan oleh tim pelaksana

program. Berikut pernyataan dari “FB”:

“Mewujudkan rencana aksi terkait Produktivitas lingkungan sesuai dengan


keadaan lingkungannya masing-masing, dengan melihat potensinya, sitkon
lingkungannya…jadi di awal pas survey kita lakukan tinjauan secara umum dan
spesifik begitu agar kita punya plan atau rencana untuk mengarahkan (FB,
16/05/22)”
Pelibatan masyarakat dioptimalkan untuk pengembangan lingkungan

masyarakat itu sendiri, CSR PT.Bumi Serpong Damai, Tbk Sinar Mas Land

melalui pilar-pilar masyarakat tersebut nantinya akan merancang strategi

pengembangan kluster local yang sesuai dengan identifikasi yang didapat dari

masyarakat lokal yang dilibatkan tersebut. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari

salah satu masyarakat desa Kranggan yang menjadi local heroes dalam program

Berhati ini, bahwasanya dengan melibatkannya dalam proses diskusi awal, berarti

dari situ sudah ada inisiasi CSR untuk mengembangkan kluster lokal di area desa

Kranggan tersebut, dengan dilibatkannya masyarakat dalam perancangan aksi dan

upaya serta kegiatan dalam program, potensi dari area yang akan dibina dapat ter-

mapping secara detail, yang ada di desa Kranggan yaitu dengan banyaknya kebun

bambu yang belum dilirik sebagai potensi yang dapat dikembangkan masyarakat

desa Kranggan. Hasil dari identifikasi tersebut membuat CSR PT.Bumi Serpong

Damai, Tbk Sinar Mas Land berfokus pada pengembangan kerajinan anyaman

bambu, pembuatan topi bambu, cetakan kue keranjang dan bakul nasi, hal tersebut
101

Berdasarkan pernyataannya sesuai dengan apa yang diinginkan oleh masyarakat

desa Kranggan kecamatan Setu. Hal tersebut juga didukung oleh pernyataan

sebagai berikut:

“Dengan melibatkan saya sebagai local heroes itu juga salah satu proses
pengembangan kluster local di area ini…beberapa binaan di desa Kranggan, itu
terdapat pengembangan kerajinan anyaman bambu, seperti pembuatan topi
bambu, cetakan kue keranjang, bakul nasi, karena sebagian masyarakatnya
memiliki keterampilan menganyam bambu dan cukup tersedianya kebun bambu
di area Kranggan ini... (SP, 18/05/22)”
Proses pengembangan yang dilakukan juga didukung oleh pelibatan mitra

penggerak komunitas Berhati sebagai pendamping serta fasilitator yang akan

mengarahkan masyarakat dalam proses pengembangan yang dilakukan.

Pendampingan dilakukan dimulai dari dibentuknya penggerak komunitas Berhati

secara independen agar mandiri dan mempunyai kompetensi yang mampu

mengarahkan masyarakat sesuai visi misi Berhati. Hal ini didukung oleh peneliti

saat terlibat dalam proses pelantikan tim penggerak komunitas Berhati yang

dilantik pada tanggal 09 Juni 2022 oleh PJ Gubernur Banten.

Gambar 4.6 Pengukuhan tim penggerak komunitas Berhati


Sumber : Observasi peneliti pada tanggal 09 Juni 2022
102

Pendampingan yang dilakukan oleh mitra penggerak komunitas Berhati

dilakukan secara bertahap, mulai dari pemberian materi terkait literasi dan

numerasi pembiasaan produktivitas ramah lingkungan dan materi sosialisasi bank

sampah serta praktik eco-enzyme, dan pemberian sarana dan prasarana penunjang

secara fisik yang di dukung secara materiil oleh CSR PT.Bumi Serpong Damai,

Tbk. Sinar Mas Land, namun dengan catatan ada laporan monitoring dan evaluasi

yang harus di laporkan terlebih dahulu kepada tim CSR sebagai rujukan dari tim

penggerak komunitas Berhati. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari “FB”,

bahwasanya:

“Kita lakukan dengan pendampingan secara bertahap yaa, pemberian


sarana prasarana baik fisik yang di dukung oleh CSR Sinar Mas Land, lalu lanjut
dengan materi keilmuan, jika itu diperlukan, seperti kemarin ada kegiatan
sosialisasi bank sampah dan eco enzyme (FB, 16/05/22)”
Pendampingan yang dilakukan oleh tim penggerak komunitas berhati juga

dioptimalkan dalam kegiatan monev (monitoring dan evaluasi), kegiatan monev

yang dilakukan melibatkan pilar-pilar masyarakat lokal untuk mempresentasikan

proses yang sudah dilakukan oleh mereka. Hal ini sesuai pernyataan “ED”:

“Pendampingan kita lakukan dengan dibentuknya tim penggerak berhati


yang memiliki kompetensi yang setara dan independent serta mandiri, selain itu,
mereka kita tugaskan untuk me monev (monitoring dan evaluasi) kegiatan yang
kita berikan kepada para masyarakat sasaran…kalau bicara soal Produktivitas,
Berarti ada masyarakat yg di libatkan, di program berhati salah satunya kita
memakai pilar-pilar masyarakat dan kita selalu melihat proses yang sudah
dijalankan…(ED,10/05/22)”
Melalui pendampingan kolaboratif antara CSR PT.Bumi Serpong Damai,

Tbk Sinar Mas Land, tim penggerak komunitas Berhati dan masyarakat lokal

timbul beberapa gerakan pengembangan kluster lokal yang memanfaatkan potensi


103

lokal yang sesuai dengan visi misi Berhati, seperti yang terjadi di kelurahan

Muncul yaitu dengan pelibatan tiap Kepala Keluarga untuk memberikan

sumbangsih satu tanaman yg wajib di tanam oleh mereka di tiap-tiap rumah dan di

desa Kranggan yaitu dengan pengembangan kerajinan anyaman bambu, seperti

pembuatan topi bambu, cetakan kue keranjang dan bakul nasi. Namun

Berdasarkan pernyataan “NU”, masih banyak pekerjaan rumah yang harus

dilakukan tim Berhati lokal dan pilar masyarakat yang tergabung dalam program

Berhati yang salah satunya ada di kelurahan Muncul yaitu dengan memetakan

masyarakat yang mempunyai potensi menjadi mitra tambahan yang bisa

diberdayakan dalam program Berhati, lebih jelas pernyataan “NU”, sebagai

berikut:

“Pr kita saat ini, kita ingin metakan orang-orang yang punya kompetensi di
kelurahan ini…kita ingin merekrut mereka…disini kan banyak bengkel makanan
kak ada dodol, keripik gitu…biar bisa jadi mitra tambahan sebagai mentor untuk
masyarakat disini (NU, 20/05/22)”
“NU” menyatakan bahwa secara umum, pengembangan kluster lokal yang

ada di kecamatan Setu sudah sesuai dengan visi misi program Berhati, dengan

komunikasi interaktif serta dilibatkannya para penggerak lokal dan tim penggerak

komunitas Berhati sebagai pendamping masyarakat, alhasil masyarakat mampu

mengelola potensi lokal yang ada meski belum secara maksimal, dan dalam

prosesnya masih banyak PR yang perlu dipertimbangkan sebagai pengembangan

program Berhati.
104

b. Pelatihan Kapasitas Masyarakat

Untuk mendukung pembentukan nilai sosial melalui produktivitas ramah

lingkungan, CSR PT.Bumi Serpong Damai, Tbk. Sinar Mas Land sering

memberikan pelatihan dan pengembangan yang diselaraskan dengan konsep

produktivitas ramah lingkungan dengan meningkatkan pengetahuan, keterampilan

dan kemampuan masyarakat kecamatan Setu. Hal ini selaras dengan pernyataan

“GO”, bahwa:

“Dilakukan penggodokan materi pelatihan (pemberdayaan lingkungan


hijau, sehat, dan inovatif) untuk bisa langsung diterapkan oleh masyarakat,
dilakukan pendampingan dr pra pelaksanaan, implementasi, dan monev
…memastikan bahwa produktivitas ramah lingkungan bisa dinilai memberikan
feedback perubahan positif atas pola pikir, pola afektif, dan pola prilaku hingga
dapat menghasilkan dan memanfaatkan pemberdayaan lingkungan yang
diharapkan pada saat awal rencana target yang diharapkan secara efektif (GO,
09/05/22)”
Hal itu didukung dengan pernyataan “FR” sebagai penerima manfaat

program, bahwasanya :

“Sering dikasih itu program pelatihan dan pengembangan konsep-konsep


yang berkaitan dengan Produktivitas Ramah Lingkungan yang dapat diaplikasikan
di masyarakat atau lingkungan… (FE, 19/05/22)”
Bentuk pelatihan dan pengembangan yang diberikan menggandeng

beberapa mitra yang ahli dalam bidangnya, seperti adanya sosialisasi bank

sampah dengan melibatkan bank sampah Jayakitri sebagai pematerinya, dan

kegiatan pelatihan eco-enzyme yang dilaksanakan di kelurahan Muncul, hal ini

sesuai dengan pernyataan “ED”:

“Bentuknya seperti contoh tadi, jadi selain kita memperdayakan kluster


local yang ada di lokasi sasaran, Kita juga libatkan banyak pihak yang salah
satunya yaitu bank sampah… (ED, 10/05/22)”
105

Pernyataan tersebut juga didukung oleh pernyataan dari “FB”, yang

menyatakan bahwa materi keilmuan yang diberikan guna mendukung program

sangatlah beragam, selain adanya kegiatan pelatihan, dikembangkan juga kegiatan

kemitraan yang dimana dalam hal ini wilayah binaan juga diberikan keleluasaan

untuk bekerjasama dengan mitra yang menjadi pemateri dalam kegiatan pelatihan

dan memang harapan dari tim CSR sendiri bahwasanya materi yang diberikan

dalam kegiatan pelatihan mampu menjadi problem solved jangka panjang bagi

para penerima manfaat. Hal tersebut juga didukung dengan pelibatan peneliti

sebagai salah satu fasilitator dalam kegiatan pelatihan yang dilaksanakan pada

tanggal 10 Maret 2022 di kelurahan Muncul.

Gambar 4.7 kegiatan sosialsiasi bank sampah oleh Bank Sampah Jayakitri
Sumber : Observasi partisipatif Peneliti pada tanggal 10 Maret 2022

Selain diberikannya materi secara umum kepada masyarakat, kegiatan

pengembangan juga dilakukan secara praktik, salah satu agenda yang telah

dilakukan yaitu pelatihan pembuatan eco-enzyme yang secara khusus diberikan

kepada para local heroes, Berdasarkan pernyataan “FB” pemberian materi pada

para local heroes nantinya dapat membantu mereka dalam hal pendampingan

kepada masyarakat lokal, berikut adalah pernyataan “FB”:


106

“kemarin ada kegiatan pelatihan eco enzyme, itu juga salah satu stimulant
yang ingin kita beri kepada local heroes agar mereka mampu membantu
membimbing masyarakat disini (FB, 16/05/22)”
Pernyataan tersebut juga didukung oleh peneliti yang terlibat dalam

kegiatan pelatihan pembuatan eco-enzyme yang dilaksanakan pada tanggal 10

Maret 2022.

Gambar 4.8 kegiatan pelatihan praktik eco-enzyme oleh eco-enzyme nusantara


Sumber : Observasi partisipatif peneliti pada tanggal 10 Maret 2022

Selain kegiatan diatas, terdapat juga beberapa kegiatan pelatihan yang

didukung oleh program Kampung Mantul, hal ini dinyatakan oleh “SP”,

bahwasanya:

“Banyak yaa pelatihannya, beberapa diantaranya tentang ketahanan


pangan keluarga lewat pemanfaatan pekarangan rumah dalam budidaya sayuran
organic, lalu inovasi budidaya ayam kampung KUB yaitu perpaduan antara ternak
ayam kampung KUB dan magot…Pengelolaan sampah anorganik lewat program
bank sampah, budidaya ikan lele sistem bak terpal dan jarring terapung,
pengolahan minyak jelantah menjadi sabun cuci puring dan pembuatan eco
enzyme ( SP, 18/05/22)”
Selain itu juga terdapat kegiatan yang melibatkan Badan Riset dan Inovasi

Sosial (BRIN) yang memberikan materi sekaligus praktik tentang pengelolaan

sampah melalui komposter yang bisa di terapkan di tiap rumah, hal ini didukung
107

oleh keterlibatan peneliti dalam kegiatan yang dilaksanakan di Kelurahan

Kademangan Kecamatan Setu pada tanggal 4 April 2022.

Gambar 4.9 Kegiatan pelatihan pengelolaan sampah organik dengan komposter


Sumber : Observasi partisipatif peneliti pada tanggal 4 April 2022

Berdasarkan pernyataan salah satu pelaksana program Berhati yaitu “ED”,

bahwa kegiatan pelatihan yang diberikan hanyalah sebagai pemantik atau

stimulan agar masyarakat mempunyai modal dalam bergerak sesuai visi misi

Berhati, harapan dari tim CSR nantinya akan timbul pergerakan mandiri yang

dilakukan oleh masyarakat sebagai dampak positif dari kegiatan pelatihan dan

pengembangan yang diberikan oleh CSR PT.Bumi Serpong Damai, Tbk Sinar

Mas Land dan difasilitasi oleh tim penggerak komunitas Berhati.

3. Dampak Nilai Sosial

Dampak Nilai Sosial merupakan hasil dari proses pembentukan nilai yang

dilakukan dalam program Berhati. Nilai sosial yang dirancang dan dibentuk pada

masyarakat kecamatan Setu oleh CSR PT.Bumi Serpong Damai Tbk. Sinar Mas

Land didapatkan melalui hasil analisis awal yang melibatkan masyarakat lokal,
108

dan menghasilkan identifikasi permasalahan serta kebutuhan masyarakat lokal

kecamatan Setu yang disesuaikan agar pemberian upaya dan kegiatan yang

dilakukan tepat sasaran.

Permasalahan dan Kebutuhan Masyarakat

Kegiatan dan upaya yang diberikan melalui program Berhati sudah sesuai

dengan kebutuhan masyarakat, selain itu adanya dukungan dari program

Kampung Mantul menjadikan program yang diberikan menjadi lebih kompleks

yang tidak hanya menyasar pada perilaku yang diukur melalui aktivitas sehari-hari

namun juga dengan pemberian pelatihan dan pengembangan keterampilan yang

efektif dan tepat. Hal ini sesuai dengan pernyataan “SP” yaitu salah satu penerima

manfaat program, adalah sebagai berikut:

“Program yang diberi oleh CSR Sinar Mas Land seperti program Berhati
dan Kampung Mantul, secara umum sudah tepat sesuai kebutuhan masyarakat
terutama peningkatan perekonomian dan perhatiannya terhadap
lingkungan…Kebutuhan yang paling mendasar adalah terpenuhinya ketahanan
pangan keluarga paska pandemic lewat pemanfaatan lahan yang maksimal dan
efisien serta tidak kumuh…lewat program pemberdayaan masyarakat ini
diharapkan warga mampu mencukupi kebutuhan pokoknya terutama sayuran
dengan pemanfaatan pekarangan rumah dalam budidaya sayuran organic…(SP,
18/05/22)”
Berdasarkan pernyataan “ED”, Proses yang diberikan oleh pelaksana

program pada kecamatan Setu memberikan nilai efisiensitas dan efektivitas yang

mempunyai dampak luas terkait permasalahan sampah, yang diaplikasikan secara

sederhana dengan mengurangi sampah yang dihasilkan oleh masyarakat dengan

kegiatan pengelolaan sampah yang ilmunya diberikan oleh CSR PT.Bumi

Serpong Damai, Tbk. Sinar Mas Land. Berikut pernyataan “ED”:


109

“Salah satunya adalah proses yang kita berikan kepada wilayah binaan
bisa memberikan efisiensitas dan efektifas yang berdampak secara luas untuk
wilayah Tangerang Raya terkait masalah sampah, contoh sederhana mereka bisa
mengurangi sampah yang mereka hasilkan (ED,10/05/22)”
Selain itu, adanya program Berhati juga memberikan solusi terhadap

permasalahan sampah yang memang momoknya berasal dari perilaku masyarakat

itu sendiri, dengan perubahan mindset yang diberikan, masyarakat mempunyai

sikap dan perilaku peduli sampah. Hal ini didukung oleh pernyataan “SP”,

bahwasanya:

“Permasalahan lingkungan ada program berhati yang berfokus pada


perubahan mindset masyarakat, masyarakat bisa mempunyai sikap dan perilaku
peduli sampah saja itu sudah menjawab sedikit gap permasalahan dan kebutuhan
yang ada di masyarakat kecamatan Setu (SP, 18/05/22)”
Dampak yang terlihat jelas yaitu dengan timbulnya kluster komunitas di

tiap-tiap wilayah yang ada di kecamatan Setu, dimana tiap kluster lokal yang ada

memiliki kegiatan mandirinya masing-masing yang diadopsi dari kegiatan

pelatihan dan pengembangan yang dilakukan oleh pelaksana program Berhati, hal

ini didukung dengan pernyataan “FB” yang menyatakan bahwa:

“Yang kami harapkan ya terciptanya kluster-kluster komunitas itu yang


dimana kluster tersebut dapat memanfaatkan lingkungan lokal mereka dan
berdaya secara ekonomi, melalui kegiatan berbasis lingkungan yang dilaksanakan
pada setiap klasternya…contoh kalau di setu permasalahan polusi dan sampah
serta pengolahannya yang kurang pas, ya kita pingin masalah itu selesai melalui
berhati ini (FB, 16/05/22)”
Hal tersebut juga didukung oleh pengamatan pada kegiatan Bank Sampah

Muncul yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 13 Mei 2022.


110

Gambar 4.10 Kegiatan Bank Sampah Muncul


Sumber : Observasi pada tanggal 13 Mei 2022

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan oleh peneliti, bahwa

nilai sosial yang ada di masyarakat terbentuk sesuai harapan program dan

perusahaan, nilai sosial yang terbentuk ditunjukan dengan perilaku masyarakat

yang setiap hari menyirami dan merawat tanaman serta kebun yang di olahnya

sendiri, selain itu dapat juga dilihat dari kegiatan gotong royong masyarakat

menanam bunga di depan rumahnya serta membersihkan sampah yang ada

dijalanan yang terlihat saat peneliti mengunjungi wilayah kelurahan Muncul dan

Kranggan. Selain itu, masyarakat juga membentuk kluster-kluster lokal sebagai

investasi sosial jangka Panjang mereka, dan alhasil peneliti menemukan beberapa

komunitas lokal di tiap wilayah binaan seperti tim Berhati lokal, bank sampah

Muncul dan kelompok pengrajin bambu kranggan yang ditemui oleh peneliti.

Berikut adalah hasil temuan aspek nilai Sosial dari pernyataan beberapa

informan:
111

Tabel 4.5 Hasil Temuan Aspek Nilai Sosial

Nilai Sosial Hasil Temuan


Bentuk Nilai Sosial Antusiasme dan partisipasi aktif
masyarakat yang mempresentasikan
sikap yang terbentuk dari masyarakat
Kerjasama komunal melibatkan semua
golongan masyarakat agar berdaya
secara bersama
Karakter masyarakat yang terbentuk
sesuai dengan visi misi program yaitu
Hijau, Sehat dan Inovatif
Strategi dalam mencapai nilai Adanya pengembangan kluster lokal
Sosial yang merujuk pada potensi masing-
masing wilayah kelurahan melalui
pembinaan, pendampingan , pengadaan
sarana dan Prasarana dilakukan secara
bertahap
Pelibatan pilar masyarakat yang
diberikan pelatihan dan pembinaan
dalam kegiatan pendampingan secara
aktif dan monev
Belum dilibatkannya masyarakat lokal
yang potensial sebagai mentor atau
mitra
Dampak Nilai Sosial Terbentuknya realisasi nyata dari sikap
dan perilaku dengan adanya kluster
bank sampah, kelompok pengrajin
bambu.
Permasalahan lingkungan dan sampah
sedikit terselesaikan dengan
mengurangi debit sampah
Sumber: Penelitian 2022
112

4.2.2. Nilai Ekonomi

Nilai ekonomi dalam pemberdayaan Masyarakat untuk produktivitas

ramah lingkungan yang terbentuk dilihat dari Bentuk, strategi dan dampak yang

ditimbulkan, berikut uraiannya:

1. Bentuk Nilai Ekonomi

Nilai ekonomi yang ingin dibuat oleh PT.Bumi Serpong Damai, Tbk.

Sinar Mas Land melalui program CSRnya tentunya dengan mempertimbangkan

strategi bisnisnya serta kebutuhan yang ada di masyarakat. Nilai ekonomi

merupakan salah satu nilai yang harus terbentuk dan menjadi salah satu tolak ukur

keberhasilan penciptaan chain value yang diharapkan. Bentuk nilai ekonomi ini

diperlihatkan dengan sifat kemandirian individu yang mampu mengurangi biaya

kebutuhan dan tantangannya, yang dapat terealisasi dengan diferensiasi produk

dan manajemen biaya dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat.

Sifat Kemandirian Masyarakat

Salah satu nilai ekonomi yang ingin dibentuk oleh CSR PT.BSD SML

adalah nilai kemandirian yang diartikan sebagai nilai tambah yang bisa dimiliki

dan dinilai oleh masyarakat serta mampu berpikir secara ekonomis dengan

pengelolaan sumber daya yang efisien. Hal tersebut sesuai dengan apa yang

dinyatakan oleh “ED”, bahwasanya:

“Yang ingin kita bentuk adalah economic value yang berupa nilai tambah
yang bisa dimiliki oleh masyarakat dan bisa dinilai lebih oleh masyarakat itu
sendiri, dan juga melatih berpikir ekonomis masyarakat…kita ajarkan mereka
untuk mengurangi penggunaan air dan listrik dengan menghimbau rumah-rumah
113

agar mempunyai banyak tempat ventilasi dan tidak memakai air tanpa keperluan
yang jelas. Dengan pengelolaan energi yang efisien, Mereka pastinya akan bisa
menghemat rupiah yang digunakan untuk pengeluaran mereka… (ED, 10/05/22)”
Berdasarkan pernyataan “ED”, hal tersebut dilakukan agar masyarakat

mampu mengurangi rupiah yang mereka keluarkan untuk kebutuhan mereka.

Dengan pengelolaan yang efektif dan efisien, nantinya sifat kemandirian akan

timbul, namun hal yang perlu digaris bawahi adalah bahwa pengelolaan yang

efektif dan efisien tersebut tidak hanya mengarah pada pengurangan penggunaan

sumber daya, namun juga dapat mengelola sumber daya agar mampu menjadi

tambahan nilai ekonomi yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat, yang nantinya

dapat menimbulkan sebuah lingkaran siklus antara lingkungan, sumber daya dan

masyarakat. Hal ini juga didukung dan diberikan contohnya oleh pernyataan

“FR”:

“Masyarakat bisa efisiensi dalam pengelolaan keuangan harian hanya


dengan mengubah perilaku terbadap lingkungannya… dengan adanya pengelolaan
tersebut, sifat mandiri muncul dari masyarakat, tergatung dengan lingkungan
boleh asal ada feedback yang diberikan, dengan eco enzyme contohnya memberi
nutrisi ke alam hasil alamnya bisa dijual sisa hasil alam yang dipanen dan tidak
bisa di konsumsi bisa dijadikan eco enzyme Kembali dengan bantuan air dan
molase, jadi deh siklus yang menguntungkan untuk masyarakat dan lingkungan
alam desa Kranggan… (FR, 19/05/22)”
Berdasarkan pernyataan “FB”, pengelolaan sumber daya disini

dimaksudkan dengan pemanfaatan hasil bumi yang sudah tidak bisa di konsumsi

untuk di olah, salah satu yang bisa dilakukan yaitu melalui eco-enzyme. Melalui

eco-enzyme, siklus yang diharapkan akan terwujud dan muncul sebagai bentuk

dari sifat kemandirian yang diharapkan dari program Berhati yang ditawarkan.

Lebih jelas, dinyatakan oleh “FB”:


114

“Masyarakat bisa efisiensi dalam pengelolaan keuangan harian hanya


dengan mengubah perilaku terbadap lingkungannya… dengan adanya pengelolaan
tersebut, sifat mandiri muncul dari masyarakat, tergatung dengan lingkungan
boleh asal ada feedback yang diberikan, dengan eco enzyme contohnya memberi
nutrisi ke alam hasil alamnya bisa dijual sisa hasil alam yang dipanen dan tidak
bisa di konsumsi bisa dijadikan eco enzyme Kembali dengan bantuan air dan
molase, jadi deh siklus yang menguntungkan untuk masyarakat dan lingkungan
alam desa Kranggan… (FR, 19/05/22)”
Sebagai tambahan supplement dari sifat kemandirian yang diharapkan,

CSR PT.Bumi Serpong Damai Tbk. Sinar Mas Land memberikan beberapa

kegiatan edukasi tentang wirausaha dengan produktivitas ramah lingkungan, yang

selanjutnya setelah mendapat pelatihan tentang wirausaha nantinya masyarakat

akan dihubungkan dengan beberapa mitra UMKM yang berasal dari CSR bidang

ekonomi. Dari kegiatan penguatan jiwa wirausaha yang diberikan, masyarakat di

tiap klusternya berinovasi menciptakan produk-produk yang memiliki nilai

ekonomi yang berasal dari pemanfaatan limbah serta proses daur ulang limbah

sampah yang ada di masyarakat. Hal ini sesuai dengan pernyataan “GO”, bahwa:

“Kita memberikan edukasi tentang jiwa wirausaha dengan produktivitas


ramah lingkuganb, kemudian dimulai dari dukungan pada UMKM, pelaku kreatif
yang dapat berinovasi menciptakan produk-produk yang memiliki nilai ekonomis
dan pemanfaatan limbah serta mendaur ulang… (GO, 09/05/22)”
Pernyataan “GO” juga didukung dengan pengamatan yang dilakukan oleh

peneliti, yang dimana peneliti mengikuti kegiatan pelatihan wirausaha tersebut

pada tanggal 30 Maret 2022.


115

Gambar 4.11 Kegiatan Pelatihan Wirausaha oleh mentor wirausaha


Sumber: Observasi partisipatif peneliti pada tanggal 30 Maret 2022

Melalui sifat kemandirian serta realisasi nyata dalam wirausaha,

masyarakat Setu saat ini mampu memenuhi kebutuhannya sendiri melalui

pemanfaatan sumber daya mereka yang menghasilkan pendapatan tambahan bagi

masyarakat Setu. Hal ini sesuai dengan pernyataan “SP”, bahwasanya:

“Adanya penambahan penghasilan keluarga lewat penjualan sayuran


organik, pupuk kendang, bibit tanaman, kerajinan bambu, dll. Pengurangan
pengeluaran keluarga lewat pemanfaatan pekarangan rumah dalam budidaya
sayuran untuk pemenuhan kebutuhan dapur… (SP, 18/05/22)”
2. Strategi dalam mencapai Nilai Ekonomi

Aktivitas-aktivitas utama dan pendukung yang dilakukan membentuk

sebuah sistem yang kemudian dirancang sebagai mekanisme strategi dalam

membentuk nilai ekonomi yang menjadi rantai dalam program Berhati. Strategi

yang dimaksud dipandang sebagai proses yang disesuaikan agar selaras dengan

nilai ekonomi yang dibentuk, dalam hal ini CSR PT.Bumi Serpong Damai, Tbk

Sinar Mas Land harus mampu membuat nilai bersama ketika menciptakan nilai

ekonomi yaitu dengan mengurangi biaya kebutuhan dan tantangan-tantangannya.


116

a. Pelibatan Local Heroes

CSR PT.Bumi Serpong Damai, Tbk Sinar Mas Land dalam menjalankan

program dan mencapai tujuan nilai ekonomi yang mempunyai output kemandirian

salah satunya dicapai dengan pemetaan para tokoh masyarakat yang akan

dibentuk sebagai local heroes yang nantinya akan menjadi perwakilan masyarakat

yang menjadi narahubung serta membantu tim CSR dan mitra penggerak

komunitas Berhati dalam memantau perkembangan dari program yang diberikan

di tiap-tiap kelurahan di Kecamatan Setu. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan

“GO”:

“Kita bentuk local heroes…mereka melakukan diskusi dan FGD Bersama


masyarakat, menggali needs langsung dengan permasalahan masyarakat. kita juga
jadikan mereka sebagai perpanjangan tangan perusahaan yang mengajak
keterlibatan masyarakat secara luas… kita juga tugaskan mereka sebagai pelaku
pendampingan dan masukan dalam pelaporan monev yang tugasnya ya
memastikan bahwa impelementasi percepatan produktivitas ramah lingkungan
dilakukan masyarakat (GO, 09/05/22)”
Berdasarkan pernyataan “ED”, pemilihan Local Heroes didapatkan

melalui dua ukuran yang menjadi tolak ukur Tim dan mitra, hal tersebut

disampaikan oleh “ED”, bahwa:

“Kita punya 2 ukuran untuk local heroes yang pertama adalah


pengamatan, pola pikir dan hasil kerja dia, yang kedua adalah penerimaan di
masyarakat , karena ga bakal ada impact kalau acceptance atau penerimaan di
masyarakat ndak ada…jadi dalam pemilihannya kita cari tahu latar belakangnya
dahulu (ED, 10/05/22)”
Dengan ukuran pemilihan yang dilakukan, tim CSR akan membentuk

local heroes tersebut sebagai kader yang membantu masyarakat dalam program

Berhati, hal ini disampaikan oleh “FR”:


117

“Sebagai kader begitu ya, saya biasanya membantu dalam menggerakkan


masyarakat sini, jadi contoh atau pawangnya lah… ( FR, 16/05/22)”
Selain itu, Berdasarkan pernyataan “ED”, local heroes ini adalah sebagai

key person atau tokoh kunci yang menjadi agen perubahan dari masyarakat, yang

selama ini tugas dari para local heroes ini adalah membantu tim CSR

menggerakkan masyarakat dari tahap sosialisasi sampai implementasi kegiatan

yang dirancang. Berikut pernyataan “ED”:

“Key person sebagai change agent yang ada di masyarakat, jadi kita ingin
mereka menjadi acuan dari sosialisasi sampai aksi yang di canangkan
terlaksana… (ED, 10/05/22)”
Pergerakan kelompok bank sampah Muncul merupakan hasil dari salah

satu figur local heroes yang sudah ditunjuk pada program ini, usaha yang

dilakukan local heroes merupakan awal dari munculnya sifat wirausaha sosial

yang ini sesuai dengan harapan tim CSR melalui kegiatan pengembangan

kapasitas yang dilakukan, hal ini sesuai dengan pernyataan “SP”:

“Salah satu pigur Local Heroes yang sudah ditunjukan pada program ini,
yaitu beberapa warga di Muncul dengan kerelaannya untuk menjadi penggiat
Bank Sampah, sehingga usaha mereka merupakan awal dari munculnya Social
Enterpreunership… (SP, 18/05/22)”
Hal itu juga diperkuat oleh pernyataan “FB”, bahwasanya:

“Para local heroes sbg upaya pendalaman materi dalam kegiatan


pendukung yang sudah di berikan, kita juga selalu menuntut produk yang bisa di
hasilkan oleh masyarakat setelah mendapatkan materi yang kami berikan…kita
libatkan mereka dalam kegiatan pendampingan, karena mereka kan ibarat key
personnya kita di masyarakat yang kita intervensi, selain itu juga kita selalu ajak
mereka untuk berdiskusi untuk menyusun agenda lanjutan dari program tiap
bulannya, karena tiap kebutuhan yang ada di masyarakat yang tau ya si local
heroes ini, jadi agar kegiatan yang diberi sesuai dengan keinginan masyarakatnya
(FB, 14/02/22)”
118

Yang artinya, local heroes di program ini benar-benar melaksanakan

fungsinya sesuai dengan harapan tim CSR dan mitra penggerak komunitas

Berhati, dengan selalu terlibat dan menjadi pelopor pergerakan yang diberikan

oleh program dan tim pelaksana.

Namun dalam pergerakannya, salah satu local heroes yang ada di Muncul

membentuk sebuah tim Berhatinya sendiri, hal ini sesuai dengan pernyataan dari

salah satu local heroes yaitu “NU”:

“Disini kita punya tim Berhati kak, kita bentuk secara mandiri dan di
fasilitasi oleh csr…tim lah yang gerak disini (NU, 20/05/22)”
Berdasarkan pernyataan “ED”, fungsi dari local heroes ini hampir sama

dengan influencer yang mendapatkan kepercayaan lebih oleh masyarakat dan

menjadi contoh dari pergerakan mandiri yang digaungkan dalam visi misi Berhati,

serta pergerakan yang diberikan tidak salah sasaran karena sesuai dengan apa dan

bagaimana kebutuhan masyarakat itu sendiri. Berikut pernyataan dari “ED”:

“Kita ingin para local heroes ini menjadi influencer bagi masyarakat,
setiap kegiatan yang kita berikan terkait pengembangan kapasitas, pelatihan dan
pemberian bantuan, harus di diskusikan bersama dengan dan di pimpin oleh para
local heroes, jadi agar kita tahu bagaimana dan apa kebutuhan mereka… (ED,
10/05/22)”
Sebagai feedback nyata yang harus diberikan oleh masyarakat dan local

heroes ini adalah produk nyata yang bisa dihasilkan dari upaya pergerakan yang

digaungkan, hal ini diperjelas dalam pernyataan “FB”:

“Kita juga selalu menuntut produk yang bisa di hasilkan oleh masyarakat
setelah mendapatkan materi yang kami berikan…selain itu juga kita selalu ajak
mereka untuk berdiskusi untuk menyusun agenda lanjutan dari program tiap
bulannya, karena tiap kebutuhan yang ada di masyarakat yang tau ya si local
119

heroes ini, jadi agar kegiatan yang diberi sesuai dengan keinginan masyarakatnya
dan ada produk nyatanya” (FB, 14/02/22)”
b. Pelibatan kemitraan

Pergerakan yang dilakukan oleh masyarakat dan local heroes tentunya

didukung dengan pergerakan lainnya yang didukung dan diberikan dari Tim CSR

melalui para mitranya. Hal ini sesuai dengan pernyataan “FR”:

“Mitra sebagai tim yang menggerakan program di masyarakat dan


supporting kegiatan pelatihan serta pendampingan… (FR, 16/05/22)”

Pernyataan tersebut juga didukung oleh “ED”, yang menyatakan bahwa:

“Selain kita memperdayakan kluster local yang ada di lokasi sasaran, Kita
juga libatkan banyak pihak yang salah satunya yaitu bank sampah… (ED,
10/05/22)”
Beberapa mitra dilibatkan dalam program Berhati sebagai pendukung

pergerakan masyarakat, salah satu yang menjadi mitra utama adalah tim

penggerak komunitas Berhati. Hal ini sesuai dengan pernyataaan “GO”,

bahwasanya:

“Ada pelibatan mitra yang kita lakukan, yang paling pokok itu tim
komunitas Berhati yang sudah menjadi tim yang independent dan mandiri… (GO,
09/05/22)”
Dalam tugasnya, mitra tim penggerak komunitas Berhati ini lebih ke

dalam tugas pendampingan agar pergerakan yang ada di masyarakat dapat dicatat

dan dipantau, serta tiap bulannya membuat pelaporan khusus yang ditujukan pada

tim CSR serta melakukan diskusi tindak lanjut rencana kegiatan yang dilakukan

mendatang di masyarakat binaan. Hal ini didukung oleh hasil pengamatan peneliti

yang ikut dalam kegiatan diskusi tim penggerak komunitas Berhati.


120

Gambar 4.12 Rapat rencana kerja dan kegiatan tim penggerak komunitas Berhati
Sumber: Observasi partisipatif peneliti pada tanggal 24 Februari 2022

Selain itu, pergerakan juga di dukung oleh mitra pendukung yang

dilibatkan dalam kegiatan pelatihan dan pengembangan kapasitas masyarakat

binaan sesuai dengan produktivitas ramah lingkungan yang menjadi tujuan

program Berhati. Hal ini didukung oleh pernyataan dari “FB”:

“Beberapa mitra kita libatkan, kita bekerjasama dengan tim komunitas


berhati yang didalamnya ada saya, karena ini basiknya adalah program berhati,
lalu kita juga mengajak beberapa mitra seperti bank sampah Jayakitri, komunitas
jelantah Indonesia, komunitas eco enzyme dan beberapa aktivis lingkungan yang
ada di masyarakat, contohnya pak Pendy itu kan beliau aktivis lingkungan
ternama di Tangerang Raya dan terlibat juga dalam program ini sebagai local
heroes yang menggerakkan wilayahnya… (FB, 14/02/22)”
Berdasarkan pernyataan “GO”, selain manggandeng beberapa organisasi

dan komunitas sebagai mitra, Berhati juga menggandeng para regulator untuk

mendukung dalam kebijakan pergerakan yang dilakukan. Berikut pernyataan oleh

“GO”:

“Pelibatan mitra yang dilakukan banyak ya…ada regulator yang sebagai


pendukung kebijakan public dan program, biar nggak salah Langkah… (GO,
09/05/22)”
121

Selain itu, Berdasarkan pernyataan “SP” para regulator juga mendukung

dalam kebijakan, terkadang para regulator juga memberi dukungan dan bantuan

berupa fasilitas untuk memotivasi pergerakan masyarakat, bahwasanya:

“Salah satu contoh adalah Dinas Perikanan Kabupaten Tangerang


mensuport program melalui bantuan ternak lele jaring terapung… (SP, 18/05/22)”
Sebagai dukungan tim CSR kepada para mitra, di tiap awal periode

program selalu diadakan kegiatan workshop training of trainers yang

mengundang semua mitra yang terlibat dalam program Berhati, dalam

pelaksanaannya, materi yang diadakan untuk para mitra adalah penguatan tentang

materi Berhati dan diselaraskan dengan produltivitas ramah lingkungan yang

dikulik dari sejarahnya, visi misinya, filosofisnya hingga peng implementasiannya

pada masyarakat, nantinya di akhir kegiatan para mitra akan memaparkan

materinya serta akan didiskusikan agar selaras dengan Berhati serta produktivitas

ramah lingkungan. Hal ini didukung oleh pengamatan peneliti pada kegiatan yang

berlangsung pada tanggal 17 sampai 19 Mei 2022.

Gambar 4.13 Kegiatan workshop TOT mitra di telaga seafood BSD City
Sumber : observasi partisipatif peneliti pada tanggal 17-19 Mei 2022

Dukungan mitra tidak hanya sebatas dalam penguatan kapasitas sumber

daya masyarakat dan pendampingan saja, tim CSR melalui bidang ekonomi juga
122

memberikan dukungan untuk pelatihan karya daur ulang yang selaras dengan

produktivitas ramah lingkungan serta dukungan pada produk yang dihasilkan dari

kegiatan Berhati melalui program SML UMKM Centrenya. Namun dalam

pelaksanaannya, belum menemukan pola yang pas dalam kerjasama yang

dilakukan melalui Berhati dan SML UMKM Centre, hal ini sesuai dengan

pernyataan “GO”, bahwa:

“Kemudian produk2 tersebut diberikan wadah etalase dan didukungan


dengan komunikasi pemasaran strategis terintegrasi dengan CSR bidang
ekonomi…namun kegiatan yang kita lakukan belum efisien dan efektif karena
masa kita yang jualin, kasian itu pun kalau ada yang beli, jarang banget karena
kan bentuknya kita etalase ya di pasar intermoda, yang kebanyakan orang datang
kesana ya cari bahan makanan bukan kerajinan daur ulang sama makanan olahan
rumahan seperti ini, susah banget, harusnya di jojorin di tiap-tiap rumah penghuni
property BSD… (GO, 09/05/22)”
3. Dampak Nilai Ekonomi

Dampak Nilai Ekonomi merupakan hasil dari proses produktivitas yang

secara nyata dapat dilihat dan diukur dalam program Berhati. Nilai ekonomi yang

dirancang dan dibentuk pada masyarakat kecamatan Setu oleh CSR PT.Bumi

Serpong Damai Tbk. Sinar Mas Land adalah hasil yang didapatkan melalui

pengelolaan sumber daya dan kegiatan kemitraan yang sudah dilakukan dan dapat

memenuhi kebutuhan masyarakat lokal kecamatan Setu.

a. Pendapatan Masyarakat

Hasil yang nyata dari nilai ekonomi yang terbentuk dapat diukur malalui

perkembangan pendapatan masyarakat dan bagaimana masyarakat bisa secara

efisiensi dan efektif. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan “FR”, bahwasanya:
123

“Berharap pada efisiensi biaya harian, dan pendapatan dari produk yang
dihasilkan yang bisa dijual (FR, 19/05/22)”
Dengan dibentuknya sifat kemandirian yang membentuk pola pemanfaatan

sumber daya yang efektif, akan timbul kenaika pendapatan sebagai output produk

yang sudah dihasilkan. Hal ini dinyatakan oleh “SP”:

“Salah satu dampak yang dihasilkan itu ya adanya penambahan


pendapatan keluarga dari hasil penjualan sayuran organik, pupuk kendang,
kerajinan bambu, pengurangan pengeluaran biaya rumah tangga dari pemanfaatan
hasil pekarangan dalam pemenuhan gizi keluarga…membantu melalui membuka
pasar dalam penyerapan produk tersebut (SP, 18/05/22)”
Berdasarkan pernyataan “ED”, kenaikan pendapatan yang terjadi dapat

dipandang sebagai nilai tambah dari proses yang dilakukan dalam pembentukan

sifat kemandirian yang dibentuk serta produk yang dihasilkan dari pengolahan

sumber daya dan permasalahan sampah itu adalah outcome nyata sebagai media

yang menambah pendapatan. Berikut pernyataan “ED”:

“Kita ingin mindset masyarakat berubah menjadi yang ekonomis dan


hemat, agar sumber daya yang ada di manfaatkan secara efektif dan menimbulkan
efisiensi, lalu ada pendapatan masyarakat yang naik, itu mengikuti dalam proses
yang kita lakukan, dan harus ada produk nyata yang bisa di tampilkan… (ED,
10/05/22)”
Sebagai lanjutan dari perkembangan yang sudah dilakukan oleh

masyarakat dalam membuat produk, tim penggerak komunitas Berhati melalui

tugas pendampingannya, mengajak masyarakat binaan untuk membuat usaha

mikro kecil yang dikelola oleh dari untuk masyarakat binaan. Hal itu disampaikan

oleh “FB”, bahwa agar produk-produk yang dihasilkan dapat dimanfaatkan secara

maksimal dengan wadah inkubasi yang ada di masyarakat yaitu berupa UMK

yang semuanya dikelola oleh masyarakat atau mungkin oleh tim Berhati lokal

yang dibentuk oleh masyarakat, bahwasanya:


124

“Lanjut kami juga ingin mulai mengajak mereka untuk membuat usaha
kecil mikro yang memanfaatkan limbah, yang kami bentuk berupa wadah
inkubasi yang ada di masyarakat dan akhirnya beberapa keliatan kan seperti eco
enzyme yang sudah di terapkan di beberapa rumah masyarakat lalu mereka
bagikan kepada masyarakat lain dengan menjualnya, lalu ada produk yang mereka
jual di festival dan market day yang kita laksanakan… (FB, 16/05/22)”
Berdasarkan pernyataan “GO”, partisipasi dan keterlibatan masyarakat

dalam merintis usaha mikro nantinya akan menghasilkan perkembangan produk

sesuai permintaan pasar yang diinginkan, dan melalui pembentukan UMK

tersebut, masyarakat akan mendorong terjadinya perubahan secara kreatif, mandiri

dan saling berkolaborasi. Hal tersebut dinyatakan “GO”, sebagai berikut:

“Keterlibatan masyarakat yang sudah merintis usaha mikro menengah,


berupaya menghasilkan produk2 yang memiliki nilai ekonomis, menjual tempat
pensil dari bahan plastic/limbah tidak terpakai, kripik, teh tin dari pemberdayaan
lahan masyarakat dan lain-lain…Mendorong terjadi pertumbuhan ekonomi secara
kreatif, mandiri, harmonis, saling berkolaborasi untuk meningkatkan mutu
kualitas SDM menjadi lebih baik yang menghasilkan nilai… (GO, 09/05/22)”.
b. Profit Perusahaan

Berdasarkan pernyataan “GO”, bahwa dampak bagi perusahaan yang

dihasilkan masih belum terlihat bagi strategi bisnisnya, namun perusahaan ingin

dengan adanya program Berhati ini nantinya mampu membantu menaikkan brand

dan label perusahaan di masyarakat sekitar, serta ditujukannya program dengan

produktivitas ramah lingkungan akan menimbulkan dampak pembangunan

properti berwawasan lingkungan atau “Green Building” dan bentuk

keharmonisan masyarakat kota yang ideal dan sesuai dengan kebutuhan SDGs.

Berikut adalah pernyataan “GO”:

“Image perusahaan dan terwujud pembangunan property berwawasan


lingkungan, serta bentuk keharmonisan masyarakat kota mandiri BSD city,
meningkatkan dalam bentuk yang dijewantahkan pada program-program
125

kolaborasi dan kemitraan, sehingga menjadi pemukiman masyarakat yang ideal


dan sesuai dengan kebutuhan SDGs (GO, 09/05/22)”
Hal ini sesuai dengan harapan yang disampaikan oleh “FR”, bahwa

dampak yang ingin masyarakat berikan pada Sinar Mas Land melalui program-

programnya adalah untuk menciptakan lingkungan sekitar bisnis perusahaan

terlihat asri dan elok mengingat bisnis yang dikembangkan adalah bisnis property,

selain itu masyaraakat juga ingin terlibat dalam strategi bisnis perusahaan, namun

belum menemukan skema yang cocok untuk diaplikasikan. Hal tersebut

disampaikan oleh “FR”, bahwasanya:

“Lihat dampak yang bisa kami beri untuk Sinar Mas Land dengan
pengembangan kluster local sekitaran BSD ini, wilayah sekitar perumahan mereka
keliatan elok dan indah gitu kan jadinya enak diliat dimata, paling bisa lebih
menarik investor kali ya mas, kita menaikkan brand BSD yang disebut kota
modern asri mandiri, soalnya kita masuk dalam area mereka…(FR, 19/05/22).
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan oleh peneliti, nilai

ekonomi yang terbentuk di masyarakat terlihat dengan adanya aktivitas

masyarakat mengelola sumber daya mereka, salah satunya yang ditemui peneliti

adalah masyarakat yang berjualan hasil taninya kepada tetangga sekitar, selain itu

juga muncul produk-produk yang khas dari wilayah mereka sendiri, seperti

kerajinan bambu yang dihasilkan oleh kelompok tani Kranggan. Adanya dampak

naiknya pendapatan masyarakat juga ditunjukkan saat peneliti mengunjungi

rumah-rumah warga, mereka antusias bercerita bagaimana hasil jualan dari kebun

mereka dan produk dari kelompok tani serta bank sampah yang mereka kelola.

Namun, nilai ekonomi ini belum muncul di perusahaan, perubahan yang ada di

masyarakat belum berdampak pada bisnis perusahaan karena produk-produk yang

dihasilkan oleh masyarakat masih belum bisa diserap oleh perusahaan itu sendiri.
126

Berikut adalah tabel hasil temuan aspek nilai Ekonomi dari pernyataan

beberapa informan :

Tabel 4.6 Hasil Temuan Aspek Nilai Ekonomi

Nilai Ekonomi Hasil Temuan


Bentuk Nilai Munculnya sifat kemandirian yang
tergambar dalam upaya efisiensi dan
efektivitas masyarakat terhadap
sumber daya
Munculnya wirausaha sosial yang
diwujudkan dengan UMK masyarakat
Strategi dalam mencapai nilai Pelibatan tokoh masyarakat sebagai
Local Heroes dan change agent dan
juga sebagai pengarah masyarakat
Pelibatan mitra yang diberikan
kegiatan penguatan dan nantinya akan
ditugaskan sebagai mentor pelatihan
Dampak Nilai Munculnya produk lokal di tiap
wilayah binaan
Peningkatan pendapatan bagi
masyarakat
Belum ada dampak profitabilitas bagi
strategi bisnis perusahaan
Sumber: Penelitian 2022

4.2.3. Nilai Lingkungan

Nilai lingkungan dalam pemberdayaan Masyarakat untuk produktivitas

ramah lingkungan dilhat dari bentuk, strategi dan dampak yang terbentuk di

Kecamatan Setu, diuraikan sebagai berikut:


127

1. Bentuk Nilai Lingkungan

Nilai lingkungan mempunyai representasi dalam dunia CSR sebagai

prinsip yang mendeskripsikan bahwa perusahaan bertanggung jawab terhadap

setiap tindakan bisnis yang berdampak pada lingkungan dan masyarakat sekitar.

Strategi bisnis PT.Bumi Serpong Damai, Tbk. Sinar Mas Land dalam konteks

nilai bersama pastinya harus memperhatikan aspek-aspek lingkungan yang

menjadi permasalahan atau potensi yang ada di masyarakat, melalui produktivitas

ramah lingkungan, nilai lingkungan menjadi substansi yang sangat penting dalam

pembentukan nilai bersama pada program Berhati agar nantinya timbul chain

value yang berjangka Panjang bagi perusahaan dan masyarakat.

a. Pengelolaan lahan hijau

Adanya dan banyaknya lahan tidak terpakai yang terdapat di kelurahan

Muncul dan Kranggan merupakan salah satu potensi penerapan nilai lingkungan

yang ingin dibentuk dalam program Berhati dan menjadikan pengelolaan lahan

dan limbah sampah sebagai tema yang diangkat dalam skema pemberdayaan

Berhati di kecamatan Setu. Berdasarkan pernyataan “GO”, masyarakat nantinya

akan dibentuk melalui pembiasaan terlebih dahulu, setelah itu akan dibimbing

dalam pemanfaatan lahan yang akan dibantu oleh program Kampung Mantul.

Berikut adalah pernyataan dari “GO”:

“Jadi kita tidak hanya sekedar teori, tapi bisa dilakukan secara praktik,
pembiasaan sehingga mewujudkan masyakarat yg berkarakter ramah lingkungan,
peduli akan kelestarian lingkungan, mencegah dampak perubahan iklim, menjaga
kebersihan dan keindahan, setelah itu baru kita mengarah ke bagaimana
representasi yang harus dilakukan dari pembiasaan tersebut, yaitu dengan
memanfaatkan lahan sekitar mereka secara produktif mereka olah, kan kita
produktiivitas ramah lingkungan target pemberdayaannya, kalau bener-bener mau
128

produktif berarti harus dari rumah mereka masing-masing dulu yang muncul
produk evidence nya, kita nanti libatkan program Kampung Mantul (GO,
09/05/22)”
Hal itu juga didukung oleh pernyataan “FB”, dengan pembiasaan yang

dilakukan salah satu akan timbul nantinya adalah skema pemberdayaan

lingkungan yang bermanfaat dan menguntungkan bagi masyarakat, bahwasanya:

“Yang kita inginkan yaitu lebih kepada mindset ya, bahwa mencintai
lingkungan itu bukan hanya slogan melainkan harus diaplikasikan dalam
kehidupan sehari-sehari, salah satunya ya dengan pergerakan masyarakat dengan
skema pemberdayaan mungkin lingkungan itu akan timbul banyak manfaat selain
mereka tidak tercemar, masyarakat juga dapat untung dari lingkungan (FB,
16/05/22)”
Melalui pemanfaatan lahan yang efektif serta didukung dengan

pengembangan kluster lokal seperti bank sampah pada kelurahan Muncul dan

Kranggan, lingkungan akan menjadi asri dan hijau. Berdasarkan pernyataan “SP”,

jikalau agenda pemanfaatan lahan ini dilakukan secara optimal, nantinya

kelurahan Muncul dan Kranggan akan berpotensi menjadi kampung wisata bagi

masyarakat dengan menawarkan perubahan lingkungan. Hal tersebut disampaikan

“SP” dalam pernyataannya:

“Dengan adanya program Bank Sampah lalu lingkungan menjadi hijau dan
asri dengan adanya program ketahanan pangan keluarga, dengan pemanfaatan
pekarangan dalam budidaya sayuran organik dan lingkungan menjadi indah, kita
juga pingin di kecamatan Setu ini nantinya jadi kampung wisata seperti yang
sudah terjadi di kampung mantul yang ada di Ranca Kebo Panongan Kabupaten
Tangerang” (SP, 18/05/22)”
Pengelolaan di beberapa kelurahan sudah mulai terlihat, salah satunya di

Kranggan yang memuat lahan organic untuk labu gantung dan di Muncul yang

membuat lahan organic untuk beberapa sayuran organic sebagai agenda penguatan

ketahanan pangan. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan “FR”:


129

“Masyarakat menjadi paham pentingnya ramah terhadap lingkungan dan


bumi ini, karena kan ini sebagai pijakan kita juga secara bersama-sama, berarti
harus ada rasa tanggung jawab bersama juga dalam menjaganya…Kalau di desa
Kranggan ini, mereka bersama saya menjadi pengelola lahan (FR, 19/05/22)”
Hal ini didukung oleh pengamatan yang dilakukan peneliti pada tanggal

20 Mei 2022 dengan melakukan kunjungan secara langsung ke salah satu lahan

yang dikembangkan dan dikelola oleh masyarakat desa Kranggan.

Gambar 4.14 Observasi terhadap lahan masyarakat Kranggan

Sumber : Observasi peneliti pada tanggal 20 Mei 2022

Pemanfaatan lahan yang sudah terlihat hasilnya membuktikan bahwa

masyarakat benar-benar serius bergerak dalam program Berhati, Berdasarkan

pernyataan “NU”, perubahan tersebut terjadi karena munculnya tanggung jawab

yang dibentuk melalui program Berhati. Berikut adalah pernyataan dari “NU”:

“Anak-anak disini lebih peka sama lingkungan, contohnya saya sering liat
kalau anak-anak main bola dan bolanya kena pot tanaman, mereka akan berusaha
mengganti tanaman tersebut…jadi responsibilitynya lebih ada dibanding sebelum
ada program ini (NU, 20/05/22)”.
130

b. Produk Ramah Lingkungan

Beberapa produk dihasilkan oleh masyarakat melalui pemanfaatan lahan

yang optimal serta pengelolaan sampah yang efektif, Berdasarkan pernyataan

“FB”, pergerakan yang sudah dilakukan harus dimaksimalkan terutama dalam

pemanfaatan sumber daya lokal masyarakat dengan difasilitasi oleh tim CSR dan

penggerak komunitas Berhati melalui proses pendampingan. Hal tersebut

disampaikan oleh “FB” dalam pernyataannya, bahwa:

“Kita disini sebagai fasilitasi saja…kita harapkan masyarakat dapat


berperan aktif untuk memaksimalkan pemanfaatan sumber daya local yang
dimiliki… (FB, 16/05/22)”
Berdasarkan pernyataan “SP”, produk yang dihasilkan oleh masyarakat

melalui pemberdayaan lahan dan permasalahan sampah sangatlah beragam. Hal

ini didukung oleh pernyataan “SP”:

“Contoh Sabun cuci piring berbahan dasar daun pandan wangi dan kulit
nanas yang merupakan produk ramah lingkungan, lalu mesin Tetas Telur dari
limbah sterofoam yang merupakan salah satu upaya mengurangi sampah
nonorganic dan Eco Enzyme yang merupakan produk dari pengurangan limbah
organik rumah tangga (SP, 18/05/22)”
Hal ini juga didukung oleh pengamatan yang dilakukan peneliti pada

tanggal 23 Juni 2022 dengan kunjungan secara langsung ke desa Kranggan.


131

Gambar 4.15 Produk sabun cuci piring hasil binaan Berhati


Sumber: Observasi peneliti pada tanggal 23 Juni 2022

Hal ini juga diperkuat oleh pernyataan “FR”, bahwasanya:

“Di desa Kranggan, kita punya beberapa produk unggulan, yaitu Eco
enzym, hasil dari bambu, sayuran dan buah hasil dari urban farming… (FR,
19/05/22)”
Berdasarkan pernyataan “NU”, kegiatan produksi yang dilakukan oleh

masyarakat salah satunya warga kampung Sengkol kelurahan Muncul dilakukan

saat ada momen berkumpul bersama. Hal ini didukung oleh pernyataannya

bahwa:

“Saya sama ibu-ibu akamsi Sengkol tiap minggu kita membuat dan
memproduksi eco enzyme disini…karena ibu-ibu kalau minggu waktunya
ngumpul kita sambal jualan juga kita promosi lewat status wa masing-masing…
(NU, 20/05/22)”
Nilai lingkungan yang terbentuk melalui pengadaan produk lokal mereka

pada dasarnya adalah untuk kesinambungan dari nilai ekonomi yang dibentuk

dalam program Berhati, Berdasarkan pernyataan “SP”, bahwa dengan

didorongnya masyarakat untuk pengembangan lahan, mereka akan mampu

membuat danb menjual produk tersebut serta menambah nilai ekonomi

masyarakatnya. Berikut adalah pernyataan “SP”:


132

Masyarakat kecamatan setu ini didorong untuk memperdayakan potensi


lingkungan yang ada untuk dikembangkan menjadi produk kearifan local, dan
nanti bisa jadi produk yang dapat dijual… (SP, 18/05/22)
Produk yang dihasilkan tidak hanya berasal dari kegiatan pemanfaatan

lahan, ada juga yang berbentuk kreativitas dari permasalahan sampah yang

dilakukan di bank sampah Muncul, Berdasarkan pernyataan “ED”, media sampah

sebagai potensi yang bernilai ekonomis juga dapat diterapkan, dan nantinya juga

akan menimbulkan banyak produk, seperti contoh di kelurahan Muncul melalui

bank sampahnya. hal ini sesuai dengan pernyataannya, bahwa:

“Menggunakan sampah tadi untuk media yang bernilai ekonomis, produk


yang dihasilkan juga beragam, ada yang bentuknya makanan, ada yang bentuknya
media alat edukasi yang diadaptasi juga oleh instansi sekitar seperti SMPN
20…bank sampah, jadi wilayah yang bersangkutan contoh seperti Setu tepatnya di
kelurahan Muncul itu mempunyai agenda untuk tiap Jumatnya mengumpulkan
sampah…membuat eco enzyme secara langsung di tempat dan 3 bulan kemudian
memintanya untuk melihat eco enzyme tersebut apakah panen…(ED, 10/05/22)”
Hal ini didukung oleh pengamatan yang dilakukan oleh peneliti pada

tanggal 23 Juni 2022 saat melakukan kunjungan di kelurahan Muncul.

Gambar 4.16 Etalase Eco Enzyme kelurahan Muncul


Sumber : Observasi peneliti pada tanggal 23 Juni 2022

Hal tersebut juga diperkuat oleh pernyataan “NU”, bahwa partisipasi

masyarakat di bank sampah lah yang menjadi kunci keberhasilan gerakan


133

tersebut, melalui masyarakat yang berpartisipasi, namun saat ini, di bank Sampah

Muncul belum banyak partisipasinya. Hal itu disampaikan oleh “NU” dalam

pernyataannya, bahwa:

“Yang ingin kita perluas disini yaitu bank sampah…kita punya program
tiap minggu dan bulan sosialisasi ke tiap tiap 20 Rumah untuk kita berdayakan
sampah mereka dan untuk pendapatan mereka jadi timbul siklus bank sampah
disini bisa diakses oleh semua orang, sekarang belum banyak partisipasi dari
masyarakat kak… (NU, 20/05/22)”
2. Strategi yang digunakan

Aktivitas-aktivitas utama dan pendukung yang dilakukan membentuk

sebuah sistem yang kemudian dirancang sebagai mekanisme strategi dalam

membentuk nilai lingkungan yang menjadi rantai dalam program Berhati. Strategi

yang dimaksud dipandang sebagai proses yang disesuaikan agar selaras dengan

nilai lingkungan yang dibentuk, dalam hal ini CSR PT.Bumi Serpong Damai, Tbk

Sinar Mas Land harus mampu membuat nilai bersama ketika menciptakan nilai

lingkungan yang sesuai dengan bentuk nilai lingkungan itu sendiri yaitu

memanfaatkan potensi lahan dan menjawab permasalahan sampah yang ada di

kecamatan Setu.

a. Pemanfaatan Sumber Daya lokal

Berdasarkan pernyataan “FB”, partisipasi aktif masyarakat lah yang

menjadi kunci keberhasilan program, karena masyarakat itu sendiri yang mampu

menggali potensi lingkungan mereka yang akan digunakan sebagai agenda

pergerakan, dan local heroes yang dipilih di tiap wilayah sebagai pemicu untuk

pergerakan masyarakat. Berikut pernyataan dari “FB”, bahwasanya:


134

“Partisipasi aktif masyarakat itu sendiri, mereka yang tahu budaya yang
berlaku disana potensi lingkungan mereka bagaimana mereka bergerak itu mereka
yang tahu…jadi kita harapkan Masyarakat dapat berperan aktif untuk
memaksimalkan pemanfaatan sumber daya local yang dimiliki…Melalui local
heroes yang kita pilih, kita jadikan mereka pemicu untuk dapat menggali
permasalahan dan potensi yang dimiliki oleh masyarakat, setelah itu kita rancang
skema program yang sesuai… (FB, 16/05/22)”
Sejalan dengan hal tersebut, “SP” mengatakan bahwa produk kearifan

lokal yang akan menjadi bukti nyata pergerakan pemberdayaan yang dilakukan

adalah hasil dari dorongan tim CSR dan mitra kepada masyarakat, selanjutnya

CSR akan membantu dalam hal pendistribusian produk yang sudah kita hasilkan.

Berikut pernyataaan dari “SP”:

“Masyarakat kecamatan setu ini di dorong untuk memperdayakan potensi


lingkungan yang ada untuk dikembangkan menjadi produk kearifan local, dan
nanti bisa jadi produk yang dapat dijual …Langkah awal yang dilakukan yaitu
mengidentifikasi potensi sumberdaya alam setempat yang kami dapat
kembangkan menjadi produk local terus langkah berikutnya merekrut dan melatih
masyarakat yang memiliki keahlian dalam mengembangkan produk dari
sumberdaya alam tersebut ya seperti saya ini, lanjut CSR akan membantu
membuka pasar untuk distribusi produk yang kami hasilkan… (SP, 18/05/22)”
Pernyataan tersebut didukung oleh “FR”, sebagai perwakilan dari

masyarakat Kranggan, bahwasanya mereka digerakkan oleh CSR untuk

mengelola potensi lokal mereka tidak hanya dengan kiasan belaka, namun

dilaksanakan dengan pemberian pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan

masyarakatnya. Hal tersebut disampaikan “FR”:

“Kalau di desa Kranggan ini, mereka bersama saya menjadi pengelola


lahan dan kegiatan yang diberikan oleh CSR Sinar Mas Land…dengan mengelola
sumber daya untuk memberikan manfaat ekonomis (FR. 19/05/22)”
Hal ini juga diperkuat oleh pernyataan dari kepala bidang CSR itu sendiri

yaitu “GO”, bahwa kegiatan yang kita tujukan untuk sumber daya lokal dilakukan

secara bertahap, melalui rangkaian agenda yang berawal dari diskusi dan
135

pemetaan potensi lokal mereka sampai dengan evaluasi, yang dalam prosesnya

selalu melibatkan masyarakat lokal. Berikut adalah pernyataan dari “GO”:

“Berdiskusi dan FGD Bersama masyarakat, menggali needs langsung dengan


permasalahan masyarakat, yang sesuai dan bisa dibantu oleh perusahaan
sosialisasi, pelatihan, implementasi, pendampingan, monitoring, evaluasi, rencana
awal tahun (GO, 09/05/22).
Berdasarkan pernyataan “ED”, bahwa bimbingan dan pendampingan serta

pelatihan yang diberikan oleh tim CSR selanjutnya akan dibantu oleh penggerak

komunitas Berhati bersama para mitra, produk yang sudah dihasilkan nantinya

akan dibantu oleh CSR berupa wadah promosi yaitu festival dan market day yang

didakan secara eventual, seperti pernyataan “ED”:

“Kita bimbing masyarakat untuk mampu menganalis potensi dan


mengolah potensi sumber daya sosial dan alamnya dengan dibantu oleh tim
Berhati…kita berikan wadah kepada masyarakat berupa market day dan pameran
berhati dengan sasaran se Tangerang Raya untuk memperkenalkan produk-produk
binaan kita kepada masyarakat lain luar binaan kita (ED, 10/05/22)”
b. Monev berkelanjutan

Kegiatan monitoring dan evaluasi dilakukan oleh mitra tim penggerak

komunitas Berhati. Hal ini didukung oleh pernyataan “ED”, bahwa:

“Pendampingan kita lakukan dengan dibentuknya tim penggerak berhati


yang memiliki kompetensi yang setara dan independent serta mandiri, selain itu,
mereka kita tugaskan untuk me monev (monitoring dan evaluasi) kegiatan yang
kita berikan kepada para masyarakat sasaran… (ED. 10/05/22)”
Kegiatan monev yang dilaksanakan adalah untuk melihat perkembangan

dari pergerakan yang sudah dilakukan oleh masyarakat. Hal ini dinyatakan oleh

“FB”:

“Kita lakukan pendampingan buat ngelihat perkembangan dari wilayah


mereka, kita punya form untuk menilai dan mengevaluasi perkembangan mereka,
136

kita juga berikan materi pengembangan yang bisa masyarakat terapkan, ya tetap
kita ini fasilitator, masyarakat yang banyak perannya… (FB.16/05/22)”
Berdasarkan pernyataan “ED”, alur yang dilakukan dalam monitoring

diawali dari proses awal sosialisasi sampai dengan hasil produk yang dihasilkan

oleh masyarakat, selanjutnya evaluasi dilakukan paska monitoring tersebut setelah

basis proses yang dilakukan sudah berkelanjutan dan sesuai dengan produktivitas

ramah lingkungan yang indikatornya disusun melalui form instrument monitoring

yang dibuat oleh tim CSR dan tim penggerak komunitas Berhati. Berikut

pernyataan “ED”, bahwasanya:

“Secara simple gini mas alurnya, membangun mindset dan perilaku


berbasis berhati…melakukan monev, basisnya sustain dan green productivity
melalui para penggerak dan tim csr dengan membuat sebuah instrumen yang
selalu kita ujicoba dari bulan ke bulan pada masyarakat sasaran, dan standarisasi
yang indexnya bisa dibuat oleh tim inti penggerak, dengan melihat beberapa hasil
dan produk yang sudah di ciptakan oleh masyarakat… ( ED, 10/05/22)”
Hal ini juga didukung oleh pengamatan yang dilakukan peneliti pada

kegiatan pendampingan pada tanggal 19 Mei 2022 di kelurahan Muncul.

Gambar 4.17 kegiatan Pendampingan oleh tim CSR, pemberdayaan Magot BSF
Sumber : Observasi partisipatif peneliti pada tanggal 19 Mei 2022
137

Berdasarkan pernyataan “GO”, bahwasanya pendampingan yang

dilakukan serta monev yang dilakukan sudah diagendakan secara langsung dan

berkala tiap bulan, namun hanya dilakukan secara eventual atau pra kegiatan besar

serta hanya dipantau dalam pelaporan di whatsapp grup. Berikut pernyataan

“GO”:

“Pendampingan yang dilakuin bareng tim penggerak nyatanya ga sesuai


agenda atau planwork yang sudah kita susun, yaa kalau mau ada event besar saja
kita ke binaan…kebanyakan monitornya melalui kegiatan mitra dan lewat grup
whatsapp aja… (GO, 09/05/2022)”
Berdasarkan pernyataan “GO”, jikalau program yang diberikan tidak

sesuai target atau indikator dari form instrumen yang kita berikan, nantinya akan

ada redesign program dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat yang dilakukan.

Hal tersebut disampaikan dalam pernyataannya, bahwa:

“Bahwa produktivitas ramah lingkungan yang diberikan bisa dinilai


memberikan feedback perubahan positif atas pola pikir, pola afektif, dan pola
perilaku hingga dapat menghasilkan dan memanfaatkan pemberdayaan
lingkungan yang diharapkan pada saat awal rencana target yang diharapkan secara
efektif…penilaian dilakukan dengan observasi lapangan, dideskriptifkan bersama
penggerak komunitas Berhati… Ditambah dengan mengisi form pra pelaksanaan
dan after pelaksanaan agar terukur secara kuantitatif…jika program tersebut target
belum mencapai, maka dilakukan redesign dan community development Kembali,
sembari dilakukan pendampingan ulang (GO, 09/05/22)”.
3. Dampak Nilai Lingkungan

Lingkungan alam

Menurut “SP”, dampak yang diberikan oleh program Berhati yaitu

lingkungan yang sesuai dengan kepanjangan sehat, hijau dan inovatif, dan

menjadikan adanya peluang untuk pengembangannya menjadi desa atau kelurahan


138

wisata yang mempunyai daya tarik bagi masyarakat lainnya. Berikut pernyataan

“SP”:

“Dampak yang diberikan yaitu lingkungan menjadi bersih dengan adanya


program Bank Sampah, lalu lingkungan menjadi hijau dan asri dengan adanya
program ketahanan pangan keluarga dengan pemanfaatan pekarangan dalam
budidaya sayuran organic …lingkungan menjadi bersih, asri, indah, dan menarik
perhatian masyarakat luar, jadi wacana kampung atau daerah wisata itu bisa
terjadi disini (SP, 18/05/22)”
Hal ini juga didukung oleh pernyataan dari “FR”, bahwa dampak dari

program yang diberikan membuatnya menjadi lingkungan yang bersih ,asri,

nyaman dan menghasilkan. Hal ini disampaikan “FR”, bahwa:

“Penting masyarakat menjadi paham pentingnya ramah terhadap


lingkungan dan bumi ini, karena kan ini sebagai pijakan kita juga secara bersama-
sama, berarti harus ada rasa tanggung jawab bersama juga dalam
menjaganya…Dampak yang paling penting terutama untuk masyarakat yaitu
lingkungan menjadi lebih bersih, asri, nyaman, dan menghasilkan (FR, 19/05/22)”
Hal ini juga didukung oleh pengamatan yang dilakukan peneliti di

kelurahan Muncul pada tanggal 12 Mei 2022.

Gambar 4.18 Lahan pekarangan masyarakat di kampung Sengkol Muncul


Sumber : Observasi peneliti pada tanggal 12 Mei 2022

Berdasarkan pernyataan “NU”, dampak yang didapat oleh masyarakat juga

salah satunya ada kegiatan sosial yaitu Jumat berkah yang bahannya berasal dari
139

hasil pemanfaatan lahan yang sudah dilakukan dalam program Berhati. Berikut

pernyataaan “NU”:

“Lingkungan kami disini alhamdulillah…kami tiap jumat ada jumat


berkah yang bahannya dari hasil program sama udunan ibu-ibu disini…kita
makan gratis desa Sengkol…Sudah banyak perubahan yaa…orang-orang sini juga
udah pada tau rupa sebelumnya kampung Sengkol ini…alhamdulillah dari tahun
ke tahun kita selalu berkembang (NU, 20/05/22)”
Observasi yang telah dilakukan oleh peneliti mendapatkan hasil bahwa

nilai lingkungan yang terbentuk di masyarakat ditunjukkan dengan kegiatan

masyarakat yang setiap pagi merawat dan mengelola lahan kebunnya sendiri,

salah satu yang ditemui peneliti adalah masyarakat yang menunjukkan

kegiatannya dalam dalam mengelola tanaman berupa sesim dan kangkung organik

yang mereka hasilkan dari program Berhati. Selain itu, adanya produk eco-

enzyme yang mereka manfaatkan juga sebagai pupuk lahan atau kebun mereka

sendiri juga menunjukkan bahwa adanya kesinambungan antar masyarakat dan

lingkungan sebagai dampak dari program dan lingkungan masyarakat binaan

terlihat lebih asri dari dokumentasi before yang ditunjukkan oleh masyarakat.

Agar perilaku tersebut tetap terjaga polanya, tim CSR terkadang melakukan

peninjauan secara langsung ke lokasi binaan dengan memberikan form monitoring

yang diisi oleh beberapa perwakilan masyarakat binaan. Namun, kegiatan

kunjungan ini kebanyakan dilakukan saat akan ada acara eventual saja, tidak rutin

dilakukan tiap bulan atau tiap minggu karena padatnya kegiatan tim CSR. Nilai

lingkungan yang terbentuk di masyarakat masih belum berdampak bagi bisnis

perusahaan, contohnya hasil bumi yang di hasilkan oleh masyarakat belum


140

disalurkan pada perusahaan dan masih dijual ala kadarnya kepada tetangga sekitar

dan masyarakat luar wilayah.

Berikut adalah hasil temuan aspek nilai Lingkungan dari pernyataan

beberapa informan :

Tabel 4.7 Hasil Temuan Aspek Nilai Lingkungan

Nilai Lingkungan Hasil Temuan


Bentuk Nilai Lingkungan Terwujudnya mindset peduli
lingkungan
Adanya produk dari pengembangan
pemanfaatan lahan yang dilakukan
oleh masyarakat
Adanya produk dari kegiatan
pengelolaan sampah yang dilakukan
oleh masyarakat
Strategi yang dilakukan Dilibatkannya masyarakat dalam
penggalian potensi dan kebutuhan
lokal
Pendampingan yang dilakukan
melalui pelatihan yang mengarah
kepada outcome berupa produk yang
dihasilkan
Adanya instrumen penilaian yang
digunakan dalam tahap monev
Pendampingan yang dilakukan belum
dilakukan secara intens
Adanya redesign program jikalau
pergerakan yang dilakukan tidak
sesuai instrumen
Dampak nilai lingkungan Kondisi lingkungan menjadi lebih
bersih, asri dan nyaman serta hijau.
Produk yang dihasilkan berbasis
ramah lingkungan dari strategi yang
dilakukan
Sumber: Penelitian 2022
141

4.3. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian pendekatan Creating Shared Value (CSV)

yang dilakukan oleh PT.Bumi Serpong Damai, Tbk. Sinar Mas Land melalui

pemberdayaan masyarakat berbasis produktivitas ramah lingkungan di wilayah

Setu yang terdiri dari tiga aspek, yaitu nilai sosial, nilai ekonomi dan nilai

lingkungan . Pendekatan Creating Shared Value (CSV) PT.Bumi Serpong Damai,

Tbk. Sinar Mas Land akan diuraikan mengenai pembahasan hasil penelitian yang

terdiri dari Analisa hasil penelitian, Analisa masalah, Analisa kebutuhan dan

Analisa sistem sumber.

4.3.1. Analisa Hasil Penelitian

Berdasarkan Porter dan Kramer (2011) menyebutkan bahwa ada 3 aspek

yang dapat dibentuk dan menjadi ukuran penerapan pembentukan nilai bersama

atau Creating Shared Value yaitu nilai sosial, nilai ekonomi dan nilai lingkungan.

Porter dan Kramer (2011) mengemukakan bahwa pembentukan nilai bersama atau

Creating Shared Value dianggap sebagai suatu kebijakan operasional suatu

perusahaan yang meningkatkan nilai kompetitif perusahaan dan secara

kebersamaan memajukan kondisi sosial, ekonomi dan lingkungan.

Hasil Penelitian dengan judul pendekatan Creating Shared Value ( CSV )

Sinar Mas Land dalam pemberdayaan masyarakat untuk produktivitas ramah

lingkungan di kecamatan Setu kota Tangerang Selatan, yang diperoleh melalui

wawancara, observasi partisipatif dan studi dokumentasi ditemukan beberapa

temuan dari setiap aspek.


142

1. Aspek Nilai Sosial

Menurut Porter et al. (2010), menyatakan bahwa penciptaan nilai sosial

dapat didefinisikan sebagai peningkatan bagian dari prinsip dan perilaku

komunitas yang dapat dikaitkan dengan investasi sosial yang pasti dan terukur.

Nilai Sosial yang terbentuk dalam pendekatan CSV dilihat dari bentuk,

strategi dan dampaknya bagi masyarakat. Keenam informan menyatakan langsung

bagaimana pelaksanaan program CSR yang dilaksanakan dalam pemberdayaan

masyarakat untuk produktivitas ramah lingkungan.

Hasil penelitian yang didapat dilapangan jikalau dikaitkan dengan konsep

yang dikemukakan oleh Porter et al (2010), Bentuk dari Nilai Sosial yang terjadi

sebagai hasil dari pendekatan CSV yang ada di masyarakat Setu adalah Sikap dan

perilaku yang disebut sebagai mindset peduli lingkungan di masyarakat yang

memang disesuaikan dengan tujuan pemberdayaan yaitu produktivitas ramah

lingkungan serta disesuaikan dengan permasalahan yang masuk dalam tema

bersama antara masyarakat Setu dan CSR Sinar Mas Land yaitu tentang sampah

dan pemanfaatan lingkungan. Upaya dan kegiatan pembentukan dan perubahan

tersebut diberikan dengan melibatkan sumber daya manusia lokal yang

digerakkan agar mereka mampu mendorong masyarakat untuk membentuk suatu

kluster lokal sebagai investasi sosial jangka panjang mereka melalui beberapa

kegiatan pelatihan literasi dan numerasi tentang lingkungan yang diberikan oleh

tim CSR dan tim penggerak komunitas Berhati dalam pelaksanaannya, dan

nyatanya di beberapa binaan CSR timbul tim Berhati lokal yang digerakkan oleh
143

masyarakat sendiri. Dampak yang diberikan pun mengarah kepada pemenuhan

kebutuhan sosial masyarakat serta menjadi solusi permasalahan sampah yang ada

di Setu dengan perilaku mengurangi sampah dan pemilahan sampah.

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, bahwa nilai sosial yang

terbentuk pada program sesuai dengan konsep nilai sosial yang dikemukakan oleh

Porter et al (2010), dan nilai sosial tersebut mampu menjadi awal investasi sosial

jangka Panjang bagi masyarakat.

2. Aspek Nilai Ekonomi

Menurut Porter et al. (2012), menyatakan bahwa perusahaan beradaptasi

dengan perubahan kondisi masyarakat yang berasal dari peningkatan eksternal

lingkungan bagi perusahaan dan masyarakat melalui investasi dan promosi

pemasok lokal, lembaga lokal dan infrastruktur lokal dengan cara yang juga

meningkatkan produktivitas perusahaan dan masyarakat.

Nilai Ekonomi yang terbentuk dalam pendekatan CSV dilihat dari bentuk,

strategi dan dampaknya bagi masyarakat serta perusahaan. Keenam informan

menyatakan langsung bagaimana pelaksanaan program CSR yang dilaksanakan

dalam pemberdayaan masyarakat untuk produktivitas ramah lingkungan.

Hasil penelitian yang didapat dilapangan jikalau dikaitkan dengan konsep

yang dikemukakan oleh Porter et al (2012), Bentuk Nilai Ekonomi yang terbentuk

sebagai hasil dari pendekatan CSV yang diterapkan di masyarakat kecamatan Setu

adalah sifat kemandirian yang timbul sebagai nilai tambah agar masyarakat

mampu mengolah sumber daya lokal mereka secara optimal yang menjadi tujuan
144

pemberdayaan yang dilakukan oleh masyarakat dan tim CSR. Upaya dan kegiatan

yang dilakukan dalam mencapai nilai sosial tersebut berupa kegiatan pelibatan

local heroes yang menjadi key person dalam mendorong pengelolaan produk serta

inovasi yang disesuaikan dengan potensi lokal masyarakat, agar sesuai local

heroes tersebut membantu dalam hal menganalisis needs atau kebutuhan

masyarakat yang materinya diberikan oleh tim CSR serta mitranya. Untuk

mendukung upaya tersebut, tim CSR juga memberikan fasilitas yang disalurkan

melalui para mitra yang nanti akan dapat membantu masyarakat, salah satu yang

sudah terbentuk adalah Bank Sampah Muncul dan Kelompok pengrajin bambu

Kranggan yang ada di Setu, selain itu juga terdapat beberapa produk eco-enzyme

yang dihasilkan di Setu sebagai hasil materi pelatihan praktik yang diberikan oleh

mitra CSR. Dampak yang diberikan adalah timbul pendapatan ekonomi yang

dapat dinikmati masyarakat, namun hal tersebut belum berpengaruh pada strategi

bisnis perusahaan, masih perlu dirancang strategi yang pas agar produk

pengembangan yang sudah dilakukan dan dihasilkan masyarakat dapat menjadi

salah satu strategi bisnis perusahaan, agar nantinya nilai ekonomi bersama dapat

muncul.

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, bahwa nilai ekonomi yang

terbentuk pada program belum sesuai dengan konsep nilai ekonomi yang

dikemukakan oleh Porter et al (2010), dan nilai ekonomi tersebut mampu

menambah aset ekonomi masyarakat namun belum berpengaruh pada strategi

bisnis perusahaan.
145

3. Aspek Nilai Lingkungan

Menurut Dembek et al;Porter et al. (2012), menyatakan bahwa nilai

lingkungan ditafsirkan sebagai peningkatan fitur lingkungan alam, perbaikan

nutrisi, perbaikan fisik alam, perbaikan sistem air dan perumahan, kesehatan dan

pendidikan dan berfokus pada kebutuhan dasar serta akses ke sumber daya seperti

bahan baku dan tenaga kerja dan peningkatan keuntungan perusahaan.

Nilai Lingkungan yang terbentuk dalam pendekatan CSV dilihat dari

bentuk, strategi dan dampaknya bagi masyarakat serta perusahaan. Keenam

informan menyatakan langsung bagaimana pelaksanaan program CSR yang

dilaksanakan dalam pemberdayaan masyarakat untuk produktivitas ramah

lingkungan.

Hasil penelitian yang didapat dilapangan jikalau dikaitkan dengan konsep

yang dikemukakan oleh Dembek et al;Porter et al (2012). Bentuk nilai lingkungan

yang terbentuk adalah perilaku pengelolaan lingkungan hijau atau lahan hijau dan

munculnya produk ramah lingkungan yang muncul sebagai pemenuh kebutuhan

masyarakat. Upaya dan kegiatan yang dilakukan dalam mencapai nilai lingkungan

tersebut melalui pengoptimalan sumber daya lokal yang dimanfaatkan sebagai

produk ramah lingkungan sebagai realisasi dari upaya untuk menjaga dan

melestarikan serta memberdayakan lingkungan alam secara efektif dan

bermanfaat bagi masyarakat ataupun sebaliknya, melalui bank sampah Muncul

dan wadah inkubasi eco-enzyme Muncul serta kelompok tani desa Kranggan.

Agar pengembangan dan pengelolaan yang dilakukan sesuai dengan produktivitas


146

ramah lingkungan, maka dilakukanlah monitoring dan evaluasi yang dilakukan

oleh tim Berhati melalui indicator yang disusun di Standar Operasional Berhati.

Kegiatan Monev dilakukan secara berjangka yang diagendakan tiap bulan dengan

meninjau secara langsung dan dinilai melalui form yang disiapkan oleh tim

penggerak Komunitas Berhati, namun dalam pelaksanaannya ternyata belum

dilakukan sesuai agenda dan hanya dalam mementual. Dampak nilai lingkungan

yang dihasilkan adalah lingkungan masyarakat yang bersih, asri dan lestari serta

dapat dimanfaatkan oleh masyarakat secara mandiri. Namun, belum adanya

dampak yang signifikan bagi strategi bisnis perusahaan.

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, bahwa nilai lingkungan yang

terbentuk pada program belum sesuai dengan konsep nilai lingkungan yang

dikemukakan oleh Dambek et al;Porter et al (2012), dan nilai lingkungan yang

muncul mampu membuat lingkungan masyarakat sekitar menjadi terlihat asri dan

nyaman, namun belum berpengaruh pada strategi bisnis perusahaan.

4.3.2. Analisa Masalah

Berdasarkan Hasil penelitian yang telah di deskripsikan menunjukkan

bahwa pendekatan Creating Shared Value yang dilakukan oleh CSR PT.Bumi

Serpong Damai, Tbk. sudah baik artinya beberapa nilai yang diharapkan; nilai

sosial, nilai ekonomi dan nilai lingkungan dalam program yang diberikan tercipta

dengan baik pada masyarakat meski pendampingan yang dilakukan belum secara

intens, jika dikaitkan dengan konsep yang dikemukaan oleh Porter dan Kramer

(2011), bentuk yang tercipta belum mempengaruhi strategi bisnis perusahaan yang
147

mempunyai tujuan untuk membentuk property yang harmonis dan berwawasan

lingkungan.

Berdasarkan penjelasan diatas terdapat permasalahan yang menjadi

penghambat dalam pengoptimalan program yaitu belum optimalnya kegiatan

pendampingan dan tidak berpengaruhnya nilai CSV yang terbentuk pada

lingkungan fisik, profitabilitas dan strategi bisnis perusahaan.

Berikut adalah hasil analisis masalah penelitian:

Tabel 4.8 Hasil Analisis Masalah Penelitian

Aspek Hasil Penelitian Masalah Penyebab


Nilai Bentuk nilai sudah Belum adanya Tidak ada produk
Ekonomi sesuai strategi yang dampak bagi yang bisa diserap
dilakukan oleh profitabilitas oleh perusahaan
perusahaan dalam perusahaan
meningkatkan Tidak adanya
pendapatan pendampingan
masyarakat secara bertahap
pada produk yang
dihasilkan oleh
masyarakat
Nilai Nilai Lingkungan Nilai lingkungan Tidak adanya
Lingkungan pada masyarakat belum terbentuk pendampingan
sudah terbentuk cukup pada lingkup yang mengarahkan
baik karena bisnis perusahaan masyarakat dalam
berpengaruh pada mengembangkan
lingkungan sekitar area lingkungan
masyarakat bisnis perusahaan
Sumber: Penelitian 2022

4.3.3. Analisa Kebutuhan

Berdasarkan analisis masalah terkait pendekatan CSV dalam

pemberdayaan masyarakat melalui produktivitas ramah lingkungan di kecamatan


148

Setu yaitu tidak berpengaruhnya nilai CSV yang terbentuk pada lingkungan fisik,

profitabilitas dan strategi bisnis perusahaan. Hal ini ditunjukkan dengan

perubahan masyarakat yang ada di kecamatan Setu belum sangat berpengaruh

pada label dan brand perusahaan serta belum ada produk yang mampu diserap

oleh perusahaan sebagai strategi atau promosi bisnis perusahaan mereka karena

belum adanya pendampingan yang mengarah pada pemilahan dan quality control

dari produk yang bisa diserap oleh perusahaan. Dari hasil analisis tersebut

ditemukan bahwa kebutuhan yang diperlukan dalam program CSR adalah sebagai

berikut:

1. Pendampingan pengembangan produk yang dapat diserap oleh perusahaan

Pendampingan yang dilakukan secara khusus untuk mendorong

masyarakat agar mampu membuat produk yang dapat dimanfaatkan oleh strategi

bisnis perusahaan dengan sumber daya lokal masyarakat.

2. Skema penyerapan Produk Ramah Lingkungan Masyarakat

Skema atau strategi yang dimaksud dapat didesain sebagai cara pemilahan

dan quality control sebagai alur penyerapan produk masyarakat untuk perusahaan.

Skema tersebut nantinya dapat di aplikasikan melalui manual book Program yang

dapat disusun oleh tim CSR.

3. Skema kolaborasi antar bidang CSR Sinar Mas Land

Skema atau strategi yang dimaksud dapat didesain sebagai alur

pemberdayaan yang efektif dan efisien melalui perannya masing-masing. Strategi


149

tersebut dapat diterapkan dengan membuat kegiatan kolaborasi agar program yang

diberikan sesuai dengan pendekatan CSV.

4.3.4. Analisa Sistem Sumber

Pincus Minahan (1998) mengklasifikasikan sistem sumber ke dalam tiga

bagian yaiu sistem sumber informal, sistem sumber formal, dan sumber

kemasyarakatan.

Analisa sistem sumber bertujuan untuk mengetahui sistem sumber yang

dapat dimanfaatkan sebagai jawaban dari permasalahan dan pemenuhan

kebutuhan terkait pendekatan Creating Shared Value (CSV) oleh PT.Bumi

Serpong Damai, Tbk. Sinar Mas Land, yaitu:

1. Sistem sumber informal

Sistem sumber informal merupakan sumber daya yang dapat memberikan

bantuan berupa dukungan emosional, nasihat, informasi atau pelayanan yang

bersifat konkrit. Sistem sumber informal dapat diperoleh dari lingkungan sekitar

yaitu kepala bidang CSR Sinar Mas Land, staff CSR, tim magang dan para

pendamping program yang memberikan semangat satu sama lain dan motivasi

untuk memberikan pelayanan terbaik pada masyarakat sehingga mereka mampu

berdaya sesuai dengan produktivitas ramah lingkungan.

2. Sistem sumber formal

Sistem sumber formal merupakan keanggotaan dalam suatu organisasi

untuk dapat memberikan bantuan atau pelayanan secara langsung.Sistem sumber


150

formal dapat digunakan untuk menjawab permasalahan melalui partisipasi pihak

luar dalam meningkatkan keterampilan. motivasi ataupun pengetahuan. Sistem

sumber formal yang dapat diakses oleh mitra-mitra CSR Sinar Mas Land, yaitu :

a. Satuan Kerja Pemerintahan Daerah Kota Tangerang Selatan yang dapat

membantu dalam hal dukungan kebijakan pada program Berhati.

b. Dinas Lingkungan Hidup Tangerang Selatan yang dapat membantu dalam

pengadaan sarana tambahan yang dapat diberikan pada masyarakat serta

pendampingan.

c. CSR Bidang Lingkungan atau Green Initiative Sinar Mas Land yang dapat

menjadi kolaborator dalam program Berhati

d. CSR Bidang Ekonomi atau Economic Enhacement Sinar Mas Land yang dapat

menjadi kolaborator dan wadah distribusi tambahan produk masyarakat binaan

Berhati.

e. Penggerak Komunitas Berhati yang membantu dalam pendampingan dan

monitoring perkembangan pergerakan masyarakat yang menjadi binaan

program Berhati.

f. Eco Enzym Nusantara yang membantu dalam kegiatan pelatihan masyarakat

terkait dengan pengelolaan sampah menjadi produk eco-enzyme.

g. Bank Sampah Jayakitri yang membantu dalam kegiatan pelatihan pengelolaan

sampah dan pemilahan sampah pada masyarakat agar dapat dipergunakan

kembali.

h. Badan Riset dan Inovasi Nasional yang membantu dalam pelatihan pengolahan

komposter dan riset program guna perkembangan program Berhati.


151

3. Sistem sumber kemasyarakatan

Sistem sumber kemasyarakatan merupakan sumber yang dapat

memberikan bantuan pada masyarakat secara umum. Secara umum sumber

kemasyarakatan telah dimanfaatkan oleh CSR PT.Bumi Serpong Damai, Tbk

Sinar Mas Land melalui keterlibatan komunikasi intens secara formalistik dan

birokratif dengan masyarakat, seperti kecamatan Setu, Kelurahan; Muncul,

Kranggan dan Kademangan, atau dengan organisasi lokal di tiap wilayah binaan

seperti PKK, Karang Taruna dan Tokoh Masyarakat di tiap wilayah binaan.
152

BAB V

USULAN PROGRAM

Bab ini memuat tentang usulan program yang meliputi dasar pemikiran,

nama program, tujuan dan sasaran program, pelaksana program, metode dan

teknik, kegiatan yang dilakukan, langkah-langkah pelaksanaan, rencana anggaran

biaya, analisis kelayakan dan indikator keberhasilan.

5.1. Dasar Pemikiran

Berdasarkan hasil Penelitian terhadap Pendekatan Creating Shared Value

(CSV) dalam pemberdayaan masyarakat untuk produktivitas ramah lingkungan di

kecamatan Setu oleh CSR PT.Bumi Serpong Damai, Tbk Sinar Mas Land dapat

diketahui bahwasanya permasalahan yang dialami dalam pengaplikasian CSV

adalah tidak adanya dampak nilai ekonomi dan lingkungan bagi strategi bisnis

perusahaan.

Berikut adalah tabel hasil analisis oleh peneliti:

Tabel 5.1 Dasar Pemikiran Usulan Program

Masalah Penyebab Kebutuhan Sistem Sumber


Aspek Nilai Tidak ada produk Skema 1. Penggerak
Ekonomi: yang bisa diserap pemberdayaan Komunitas
Belum atau dapat masyarakat untuk Berhati
adanya dimanfaatkan oleh rantai nilai 2. CSR bidang
dampak bagi perusahaan bersama antar Lingkungan /
profitabilitas masyarakat dan Green
perusahaan perusahaan Initiative
3. CSR bidang
Ekonomi /
Economic
Enhanced
153

Tidak adanya Pendampingan 1. Penggerak


pendampingan secara pengembangan Komunitas
bertahap pada produk produk yang dapat Berhati
yang dihasilkan oleh diserap oleh
masyarakat perusahaan
Nilai Tidak adanya Skema kolaborasi 1. CSR bidang
Lingkungan: pendampingan yang antar bidang CSR Lingkungan /
Nilai mengarahkan Sinar Mas Land Green
lingkungan masyarakat dalam Initiative
belum mengembangkan area 2. CSR bidang
terbentuk lingkungan bisnis Ekonomi /
pada lingkup perusahaan Economic
bisnis Enhanced
perusahaan
Sumber : Penelitian 2022

5.2. Nama Program

Berdasarkan dasar pemikiran yang berisikan analisis masalah, kebutuhan

dan sistem sumber yang telah di lakukan maka dibutuhkan suatu program untuk

mengoptimalkan, meningkatkan dan mengembangkan program dengan

memanfaatkan sistem sumber yang ada. Program yang direkomendasikan peneliti

adalah “Miniatur Project Jangka Panjang Pengembangan Diversifikasi Produk

Ramah Lingkungan (MINI-PERKARA) : Bahan Bakar Nabati dan Pupuk

Organik”. Program ini diarahkan sebagai strategi program Berhati agar output

atau hasil yang didapat dari program Berhati dapat berupa produk ramah

lingkungan yang dapat mendukung strategi bisnis property yang dijalankan oleh

Sinar Mas Land.

5.3. Tujuan Program

Tujuan yang ingin dicapai dalam program diatas terdiri dari tujuan umum

dan tujuan khusus yang akan di uraikan sebagai berikut:


154

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari program yang diusulkan oleh peneliti adalah untuk

meningkatkan nilai lingkungan dan ekonomi melalui strategi dalam

mengembangkan produk baru yang terbentuk pada masyarakat agar dapat

mempengaruhi strategi bisnis Sinar Mas Land dalam mengembangkan green

property.

2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari program yang diusulkan peneliti adalah:

a) Sinergitas dengan pengembangan lahan organik dan pengelolaan sampah

dalam program Berhati.

b) Kolaborasi intregratif antar bidang CSR Sinar Mas Land; Pendidikan,

ekonomi dan lingkungan.

c) Membuat Produk Ramah Lingkungan : bahan bakar nabati dan pupuk organik

yang dapat diserap sebagai produk perusahaan.

d) Menimbulkan chain value antar pendapatan masyarakat dan profitabilitas

perusahaan Sinar Mas Land.

5.4. Sasaran Program

Sasaran dari program ini adalah masyarakat binaan Kecamatan Setu,

program Berhati dan bidang CSR PT.Bumi Serpong Damai Tbk. Sinar Mas Land.
155

5.5. Pelaksana Program

Pelaksana program yang dimaksud adalah seluruh sistem atau pihak yang

terlibat dalam program secara teknis dan praktis. Pelaksana program dapat dilihat

dari sistem partisipasi, sistem pelaksana perubahan, sistem klien dan sistem

sasaran. Pelaksana program di uraikan sebagai berikut:

1. Sistem Partisipasi

Sistem partisipasi merupakan keseluruhan sistem yang berpartisipasi dan

terlibat secara aktif dalam program “Miniatur Project Jangka Panjang

Pengembangan Diversifikasi Produk Ramah Lingkungan (MINI-PERKARA) :

Bahan Bakar Nabati dan Pupuk Organik”.

2. Sistem Pelaksana Perubahan

Sistem pelaksana perubahan merupakan sistem yang melaksanakan

program kegiatan mulai awal hingga proses akhir program. Sistem pelaksana

perubahan dibentuk dalam sebuah tim kerja sehingga perlu terjalin kerjasama yang

baik agar tercapainya tujuan program. Adapun sistem pelaksana perubahan dalam

program ini yaitu Tim penggerak komunitas Berhati, CSR Bidang Pendidikan,

Lingkungan dan Ekonomi CSR Sinar Mas Land dan Masyarakat Binaan CSR

kecamatan Setu.

3. Sistem Klien

Sistem klien merupakan pihak yang telah setuju untuk terlibat dan

mendapatkan manfaat- manfaat program yang diberikan oleh pelaksana program.


156

Dalam hal ini sistem klien adalah CSR Sinar Mas Land dan Masyarakat Binaan

CSR kecamatan Setu.

4. Sistem Sasaran

Sistem sasaran merupakan pihak yang dijadikan sasaran perubahan dimana

perubahan yang dilakukan mengarah pada pencapaian tujuan pertolongan. Sistem

sasaran dalam program ini adalah program Berhati.

5.6. Metode dan Teknik

Metode yang digunakan dalam pelaksanaan program ini adalah

pengembangan masyarakat atau Community Empowerement/Community

Development, yaitu agar CSR Sinar Mas Land dan masyarakat binaan Kecamatan

Setu melalui program Berhati mampu membuat sebuah strategi pengembangan

produk baru yang dapat menimbulkan rantai nilai bersama yang sesuai dengan

masalah-masalahnya, kebutuhan-kebutuhannya, menjajagi kekuatan-kekuatan dan

sumber-sumber yang dimiliki oleh mereka.

Teknik yang digunakan dalam program ini adalah teknik pengembangan

masyarakat menurut Brager&Holloway (1987), yaitu:

1. Kampanye

Memberikan opini dan pemahaman kepada masyarakat dan CSR Sinar

Mas Land agar dapat membentuk suatu kegiatan atau program dalam

mengembangkan produk bahan bakar nabati dan pupuk organik yang memiliki
157

rantai nilai bersama agar dapat bermanfaat bagi masyarakat dan perusahaan.

Kampanye ini dilakukan dengan beberapa taktik, yaitu:

a) Edukasi

Melalui manual book program Berhati nantinya akan disusun skema

strategi pengembangan produk baru yang dapat menimbulkan rantai nilai bersama

pada masyarakat dan Sinar Mas Land dan mendukung visinya sebagai bisnis

properti berwawasan lingkungan/Green Property, maka dari itu, perlu

pemahaman dan informasi yang jelas yang ditujukan kepada masyarakat binaan

Setu dan CSR Sinar Mas Land.

b) Persuasi

Dengan adanya strategi baru yang akan diterapkan di program Berhati,

para elit perusahaan harus diyakinkan dalam konsep dan skema yang dibentuk

melalui manual book program Berhati, nantinya tiga bidang CSR Sinar Mas Land

yang dilibatkan dalam implementasi program dalam skema baru harus diyakinkan

melalui lobbying.

2. Kolaborasi

Membuat skema kerjasama antar bidang dan masyarakat binaan Setu yang

didukung oleh mitra luar agar timbul skema pemberdayaan yang berorientasi pada

produk ramah lingkungan yaitu bahan bakar nabati dan pupuk organik yang dapat

diserap atau masuk dalam operasi bisnis properti Sinar Mas Land. Kolaborasi

akan dilakukan dengan beberapa taktik, yaitu:


158

a) Capacity Building

Meningkatkan kapasitas masyarakat binaan dan tim CSR meliputi

pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan skema pemberdayaan baru

yang nantinya akan didukung dengan Manual Book program Berhati serta

kegiatan workshop bagi tim CSR.

b) Social Planning

Melakukan diskusi tiga bidang CSR Sinar Mas Land bersama masyarakat

binaan Setu dan mitra untuk membuat rencana dan skema pengembangan dan

peningkatan program Berhati dalam menciptakan produk ramah lingkungan :

bahan bakar nabati dan pupuk organik bagi properti yang berwawasan

lingkungan.

5.7. Kegiatan yang dilakukan

Berdasarkan dasar pemikiran yang telah dipaparkan sebelumnya, peneliti

merekomendasikan program “Miniatur Project Jangka Panjang Pengembangan

Diversifikasi Produk Ramah Lingkungan (MINI-PERKARA): Bahan Bakar

Nabati dan Pupuk Organik”.

Bentuk kegiatan dari program MINI-PERKARA: Bahan Bakar Nabati dan

Pupuk Organik dikemas dalam dua bentuk kegiatan, yaitu:

1. Job Mapping tiga bidang CSR Sinar Mas Land

Pemetaan tugas dan kewenangan ditujukan untuk memetakan seluruh

pekerjaan yang akan dilaksanakan masing-masing bidang CSR Sinar Mas Land,
159

nantinya akan dibentuk skema berupa bagan yang berisikan peran dari masing-

masing bidang sesuai dengan kapasitasnya sehingga produk yang dihasilkan oleh

masyarakat nantinya dapat benar-benar diserap oleh perusahaan.

2. Pengembangan Manual Book program Berhati: Mini-Perkara

Pembuatan dan pengembangan manual book untuk program Berhati dan

Mini-Perkara adalah sebagai pedoman pelaksanaan kegiatan agar program yang

dijalankan secara kolaboratif antar bidang bisa berjalan dengan baik dan sesuai

tujuan pembentukan program, dalam pengembangan manual book ini dibantu oleh

tim penggerak komunitas Berhati yang mempunyai kapasitas dan peran dalam

program Berhati, agar dapat disesuaikan dengan hasil diskusi job mapping yang

sudah dilakukan serta skema yang bisa diterapkan di masyarakat, karena tim

penggerak komunitas yang sering terlibat dalam kegiatan kemasyarakatan di

wilayah binaan program Berhati.

3. Product Mapping dan Workshop Pelatihan program Mini-Perkara : Bahan

Bakar Nabati dan Pupuk Organik

Workshop diadakan sebagai fasilitasi tim CSR pada masyarakat, kegiatan

workshop akan berbentuk pelatihan tentang pengelolaan sampah rumah tangga

dan sampah lahan sebagai bahan bakar nabati dan pupuk organik sebagai hasil

diversifikasi produk pada program Mini-Perkara. Dalam kegiatan workshop ini,

nantinya akan ada sosialisasi program Mini-Perkara, pemberian materi tentang

bahan bakar nabati dan pupuk organik yang akan disampaikan oleh bidang

lingkungan dan ekonomi serta akan ada praktik pelatihan (mini bengkel) sebagai
160

penerapan materi yang disampaikan. Kegiatan workshop akan dilakukan selama

dua hari dengan mengundang tim Berhati dari tiap-tiap wilayah binaan di

kecamatan Setu.

Berikut tabel rancangan Program dan bentuk kegiatan:

Tabel 5.2 Bentuk Kegiatan Mini-Perkara

Kegiatan Tujuan Sasaran Pendukung Jadwal Sumber


Biaya
Job Mapping tiga Kolaborasi CSR Kepala 1 Hari Dana
bidang CSR Sinar intregratif antar Bidang; Bidang CSR Operasional
Mas Land bidang CSR Pendidikan, Sinar Mas CSR Sinar
Sinar Mas Land; Lingkungan Land Mas Land
Pendidikan, dan
ekonomi dan Ekonomi
lingkungan
Pengembangan Menimbulkan Program Tim CSR 1 Hari
Manual Book chain value antar Berhati Sinar Mas
program Berhati : pendapatan Land
Mini-Perkara masyarakat dan Pelaksana
profitabilitas Program Tim
perusahaan Sinar Penggerak
Mas Land Komunitas
Berhati
Meningkatkan
nilai lingkungan
dan ekonomi
melalui strategi
dalam
mengembangkan
produk baru yang
terbentuk pada
masyarakat agar
dapat
mempengaruhi
strategi bisnis
Sinar Mas Land
dalam
mengembangkan
green property
Product Sinergitas Masyarakat Tim 2 Hari
Mapping&workshop dengan kecamatan Penggerak
pelatihan program pengembangan Setu Komunitas
Mini-Perkara : lahan organik Berhati
Bahan Bakar Nabati dan pengelolaan Program
dan Pupuk Organik sampah dalam Berhati Local Heroes
program Berhati
161

Membuat Produk Tim CSR


Ramah
Lingkungan :
bahan bakar
nabati dan pupuk
organik yang
dapat diserap
sebagai produk
perusahaan
Sumber: Penelitian 2022

5.8. Langkah-langkah Pelaksanaan

Langkah-langkah pelaksanaan program “Miniatur Project Jangka Panjang

Pengembangan Diversifikasi Produk Ramah Lingkungan (MINI-PERKARA):

Bahan Bakar Nabati dan Pupuk Organik”, adalah sebagai berikut:

5.8.1. Pra-pelaksanaan

1. Koordinasi
Koordinasi dilaksanakan untuk mengetahui pihak yang terlibat dalam

rangkaian kegiatan dalam program sehingga diketahui tugas dan tanggungjawab

dengan jelas. Hal ini juga dilakukan untuk mengetahui rancangan anggaran yang

digunakan untuk rangkaian kegiatan dalam program Mini-Perkara.

2. Persiapan
Persiapan kegiatan meliputi identifikasi kebutuhan penyelenggaraan tiap

kegiatan, persiapan lokasi, materi dan logistik serta hal lain yang menunjang

penyelenggaran kegiatan.
162

5.8.2. Pelaksanaan

1. Job Mapping tiga bidang CSR Sinar Mas Land

a. Identifikasi tugas
Identifikasi dilakukan melalui diskusi antar bidang, dengan membuat

daftar tim dan deskripsi tugas yang akan dilakukan oleh tiap tim dan tiap bidang

yang disesuaikan dengan kapasitas tiap bidang dan tim.

b. Pemetaan & penyusunan skema integratif


Pemetaan dilakukan dengan memvisualisasikan tugas yang sudah tersusun

menjadi bagan dan skema yang disesuaikan dengan tujuan pelaksanaan program

Mini-Perkara, skema yang terbentuk harus saling terhubung dan timbul nilai

siklus didalamnya yang menghubungkan tugas yang dilaksanakan oleh masing-

masing bidang.

c. Komitmen
Komitmen dilakukan dengan dibuatkannya kegiatan lanjutan pelaksanaan

yaitu workshop yang tujuannya untuk melatih masyarakat binaan sesuai rencana

diversifikasi produk dan memetakan produk yang akan dijadikan hasil dari

pelaksanaan program Mini-Perkara, serta pembuatan manual book sebagai

pedoman pelaksanaan program.


163

Berikut adalah susunan acara kegiatan:

Tabel 5.3 Rundown kegiatan Job Mapping program Mini-Berhati

No Kegiatan Waktu Durasi Pelaksana

1 Pembukaan 09.00-09.10 10” -


2 Pemaparan singkat program 09.10-09.30 20” Tim
Berhati penggerak
komunitas
Berhati
3 Diskusi pemetaan tugas dan 09.30-10.30 60” Tim CSR
wewenang tiap bidang Sinar Mas
Land
4 Penyusunan skema dan alur 10.30-11.00 30” Tim CSR
kolaborasi Sinar Mas
Land
Tim
penggerak
komunitas
Berhati
5 Komitmen&rencana tindak 11.00-11.30 30” Tim CSR
lanjut Sinar Mas
Land
Tim
penggerak
komunitas
Berhati
6 Penutupan 11.30 - -
Sumber: Penelitian 2022

2. Pengembangan Manual Book program Berhati: Mini-Perkara

a. Diskusi
Diskusi dilakukan dengan tim CSR Sinar Mas Land dari bidang

pendidikan, lingkungan dan ekonomi serta tim penggerak komunitas Berhati.

Dalam diskusi ini disediakan format dari manual book, yaitu latar belakang,

tujuan, implementasi pemberdayaan Berhati, tugas dan fungsi, alur dan skema
164

kolaborasi dan penutup serta dilampirkan form monitoring dan evaluasi yang

nantinya didapat dari hasil diskusi.

b. Penyempurnaan Manual Book


Materi disusun manual terlebih dahulu, selanjutnya dilakukan review

bersama dari tiap pihak yang terlibat, serta meminta persetujuan dan komitmen

dari masing-masing pihak.

c. Pembentukan Manual Book


Setelah sepakat dan setuju, materi disusun sesuai format manual book lalu

dipublikasikan serta disosialisakan kepada masyarakat binaan melalui whatsapp

group sebagai modal sebelum diadakannya workshop pelatihan.

3. Product Mapping dan Workshop pelatihan program Mini-Perkara: Bahan

Bakar Nabati dan Pupuk Organik

a. Identifikasi

Identifikasi dilakukan dengan melakukan kunjungan ke masyarakat binaan

di Setu dan memberikan sosialisasi langsung terkait rencana program Mini-

Perkara kepada masyarakat melalui manual book yang sudah disusun bersama,

selain itu tim CSR memetakan sumber daya yang sudah dihasilkan oleh

masyarakat pada program Berhati, lalu membuat rancangan produk yang bisa

dihasilkan yaitu bahan bakar nabati dan pupuk organik.


165

b. Analisis

Analisis dilakukan dengan berdiskusi antar tim CSR, tim penggerak

komunitas Berhati dan perwakilan tiap wilayah atau para local heroes kecamatan

Setu, dalam diskusi tersebut hasil yang harus dicapai yaitu pemahaman atas

kebutuhan perusahaan dan kapasitas masyarakat terkait dengan diversifikasi

produk bahan bakar nabati dan pupuk organik.

c. Workshop

Workshop diadakan selama dua hari, kegiatan dilakukan seminggu paska

pelaksanaan kegiatan identifikasi dan analisis. Kegiatan hari pertama akan

diberikan materi terkait manual book Berhati : Mini-Perkara, mengelola sampah

lahan menjadi bahan bakar nabati dan pemanfaatan sampah menjadi pupuk

organik. Setelah itu dihari kedua, peserta akan diajak berpraktik melalui kegiatan

mini-bengkel yang difasilitasi oleh tim CSR Sinar Mas Land.

Berikut adalah susunan acara kegiatan workshop pelatihan Mini-Perkara:

Tabel 5.4 Rundown Workshop pelatihan Mini-Perkara:

Day Kegiatan Uraian Pukul


1 Materi Pengelolaan Pembukaan, Doa, Sambutan 08.00-08.10
sampah Sambutan 08.10-08.30
Materi Manual book Berhati: Mini-Perkara 08.30-09.30
Materi Bahan Bakar Nabati 09.30-10.30
Materi Pupuk Organik 10.30-11.30
Diskusi 11.30-12.00
ISHOMA
ICE BREAKING
Pengembangan Kompetensi SDM 13.00-14.50
166

Refleksi dan Penutup 14.40-15.00

2 Mini Bengkel Pemaparan tim Lingkungan dan Ekonomi 08.00-09.00


Praktik pembuatan bahan bakar nabati : 09.00-10.00
dengan tim lingkungan
Praktik pembuatan pupuk organik : dengan 10.00-12.00
tim Ekonomi
ISHOMA
ICE BREAKING
Presentasi produk yang sudah dibuat 13.00-15.00
Refleksi dan Penutupan
Sumber : Penelitian 2022

d. Sosialisasi dan Distribusi

Produk yang dibuat dalam kegiatan workshop, disosialisasikan dan

dipresentasikan oleh perwakilan binaan CSR Sinar Mas Land kecamatan Setu dan

Tim CSR Sinar Mas Land kepada elit perusahaan dan bagian marketing

perusahaan sebagai produk diversifikasi yang dapat dimanfaatkan dan digunakan

perusahaan sebagai penunjang operasional bisnis properti perusahaan. Kegiatan

sosialisasi ini mengundang para elit perusahaan, divisi marketing office, dan

beberapa mitra perusahaan.

5.8.3. Paska Pelaksanaan

1. Dokumentasi kegiatan
Dokumentasi kegiatan dilakukan sejak tahap pra pelaksanaan.

Dokumentasi berupa foto kegiatan, notulensi proses tanya jawab, nota

pembelanjaan, dan sebagainya. Pada tahap pasca pelaksanaan difokuskan pada

kegiatan akumulasi dokumentasi dan laporan pertanggung jawaban kegiatan oleh

tim CSR.
167

2. Monitoring
Monitoring dilakukan secara bertahap dan diagendakan selama satu bulan

satu kali menggunakan form yang tercantum dan tersusun di manual book Berhati.

Selain itu, monitoring juga dilakukan melalui whatsapp group. Hal ini dilakukan

untuk melihat apakah ada masalah atau hambatan dalam pelaksanaan atau

implementasi program, jikalau ada permasalahan atau hambatan nantinya akan

dibahas bersama untuk menemukan pemecahan masalahnya.

3. Evaluasi
Evaluasi dilakukan setiap triwulan, adapun nanti evaluasi dilakukan

dengan meeting internal tim CSR Sinar Mas Land dan peninjauan langsung ke

wilayah binaan CSR Sinar Mas Land serta dengan membandingkan hasil

monitoring yang dilakukan secara bertahap dari minggu ke minggu dan laporan

tiap bidang yang terlibat dalam program Mini-Perkara. Nantinya hasil evaluasi

akan menjadi dasar rancangan program lanjutan sebagai penunjang program

Berhati dan lanjutan dari program Mini-Perkara.

5.9. Rencana Anggaran Biaya

Sumber dana pelaksanaan program Miniatur Project Jangka Panjang

Pengembangan Diversifikasi Produk Ramah Lingkungan (MINI-PERKARA):

Bahan Bakar Nabati dan Pupuk Organik diambil dari Dana Operasional CSR

Sinar Mas Land. Berikut rencana anggaran biaya yang telah dibuat yang merujuk

pada sustainibility report BSD City 2021, Referensi Surat Edaran OJK No. 16/

SEOJK.04/2021 dan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik


168

Indonesia Nomor 32/PMK.02/2018 Tentang Standar Biaya Masukan Tahun

Anggaran 2019 sebagai berikut:

Tabel 5.5 Rencana Anggaran Mini-Perkara

No Uraian Qty Satuan Volume Harga Jumlah Total

1 Honorarium Rp. 19.600.000


Penyelenggaraan
Tim Penggerak
Komunitas Berhati
1 Penanggung 2 Orang 4 Kali Rp. 450.000 Rp. 3.600.000
Jawab
2 Ketua 1 Orang 4 Kali Rp. 400.000 Rp. 1.600.000

3 Sekretaris 1 Orang 4 Kali Rp. 300.000 Rp. 1.200.000

4 Bendahara 1 Orang 4 Kali Rp. 300.000 Rp. 1.200.000

5 Seksi-seksi 5 Orang 4 Kali Rp. 300.000 Rp. 6.000.000

6 Peserta 30 Orang 2 Kali Rp. 100.000 Rp. 6.000.000


Workshop
2 Kebutuhan Rp. 6.200.000
Administrasi
1 ATK 50 Paket 1 Kali Rp. 50.000 Rp. 2.500.000

2 Cetak Manual 50 Eksempl 1 Kali Rp. 50.000 Rp. 2.500.000


Book ar
3 Dokumentasi 1 Paket 1 Kali Rp. 300.000 Rp. 300.000

4 Laporan 3 Paket 1 Kali Rp. 300.000 Rp. 900.000


Kegiatan
3 Operasional Rp. 5.500.000
Kegiatan
1 Kegiatan 5 Set 1 Kali Rp. 300.000 Rp. 1.500.000
Kelompok
2 Konsumsi 50 Orang 2 Kali Rp. 40.000 Rp. 4.000.000

4 Biaya Lain-lain Rp. 2.000.000

Total Rp. 33.300.000

Sumber: Penelitian 2022


169

Berdasarkan tabel 5.4 dapat dilihat bahwa anggaran biaya memiliki tiga

cakupan utama yaitu anggaran biaya untuk honorarium penyelenggara dan

peserta, kebutuhan administrasi, dan operasional kegiatan. Anggaran ini

merupakan anggaran perkiraan yang dibutuhkan pada keseluruhan kegiatan

pelaksanaan program Miniatur Project Jangka Panjang Pengembangan

Diversifikasi Produk Ramah Lingkungan (MINI-PERKARA): Bahan Bakar

Nabati dan Pupuk Organik.

5.10. Analisis Kelayakan

Kegiatan penerapan suatu program dibutuhkan suatu analisis yang jelas

sehingga program tersebut layak untuk diimplementasikan dan mempunyai

manfaat yang jelas terhadap sasaran program yaitu Miniatur Project Jangka

Panjang Pengembangan Diversifikasi Produk Ramah Lingkungan (MINI-

PERKARA): Bahan Bakar Nabati dan Pupuk Organik. Peneliti

mempertimbangkan uji kelayakan program dengan menggunakan analisis SWOT

(Strength, Weakness, Opportunities, Threats) yang terdiri dari strength

(kekuatan), weakness (kelemahan), opportunities (peluang), dan threats

(ancaman), sebagai berikut:


170

Tabel 5.6 Matriks Analisis SWOT

Faktor Internal S (Strength) W (Weakness)


1. Adanya komitmen dari 1. Penyelarasan program
tiap bidang CSR Sinar Mini-Perkara dengan
Mas Land Program utama tiap
2. Adanya Key Performance bidang.
Indikator (KPI) untuk 2. Ketidak efektifan
kegiatan kolaborasi koordinasi dalam
sebagai penilaian bidang pelaksanaan program
CSR
3. Dukungan Dana yang
besar dari perusahaan
untuk pemberdayaan
4. Adanya harapan
perusahaan untuk
menyerap produk hasil
Faktor Eksternal pemberdayaan CSR

O (Opportunity) Strategi SO Strategi WO


1. Adanya Manual Book 1. Adanya grup whatsapp 1. Adanya grup whatsapp
Berhati : Mini Perkara bersama antar tim dan microsoft team untuk
2. Adanya semangat dan pelaksana program dan koordinasi.
motivasi masyarakat elit perusahaan. 2. Meeting mingguan
dalam diversifikasi 2. Pelibatan divisi marketing sebagai media monitoring
produk office dan para elit dan diskusi bersama antar
3. Dukungan dari elit perusahaan dalam bidang.
perusahaan dan marketing monitoring langsung dan 3. Laporan Sustainibility
office distribusi produk dalam yang tiap triwulan diarsip
4. Skema Integratif yang operasional bisnis dalam satu link google
sudah disusun sesuai perusahaan drive.
kapasitas antar bidang
T (Threat) Strategi ST Strategi WT
1. Konsistensi masyarakat 1. Adanya kunjungan tiap 1. Monitoring hasil produk
dalam program Mini- minggu ke tiap wilayah yang akan didistribusikan
Perkara binaan pada perusahaan.
2. Minimnya sarana dan 2. Stimulasi dengan bantuan 2. Kunjungan intens yang
prasarana untuk sarpras dilakukan oleh tiap-tiap
implementasi diversifikasi 3. Pelatihan lanjutan pelaksana program.
produk pengemasan produk oleh
divisi marketing office.
Sumber: Penelitian 2022

Berdasarkan analisis SWOT pada tabel 5.5, dapat disimpulkan bahwa

program yang diusulkan oleh peneliti layak dilaksanakan dengan pertimbangan

strength (kekuatan), weakness (kelemahan), opportunities (peluang), dan threats

(ancaman) yang dapat dimaksimalkan sehingga dapat berjalan secara baik dan
171

mampu meningkatkan serta mengembangkan program Berhati CSR Sinar Mas

Land.

5.11. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan program Miniatur Project Jangka Panjang

Pengembangan Diversifikasi Produk Ramah Lingkungan (MINI-PERKARA):

Bahan Bakar Nabati dan Pupuk Organik diharapkan dapat berhasil sesuai dengan

tujuan dan rencana yang telah ditentukan sebelumnya. Indikator keberhasilan

dijadikan sebagai acuan untuk mengukur keberhasilan program atau kegagalan

program sehingga dapat diperbaiki sebagaimana mestinya.

Indikator program Miniatur Project Jangka Panjang Pengembangan

Diversifikasi Produk Ramah Lingkungan (MINI-PERKARA): Bahan Bakar

Nabati dan Pupuk Organik dapat dilihat sebagai berikut:

1. Meningkatnya sinergitas produk diversifikasi dengan pengembangan lahan

organik dan pengelolaan sampah dalam program Berhati.

2. Berkembangnya skema kolaborasi intregratif yang dilaksanakan antar bidang

CSR Sinar Mas Land; Pendidikan, ekonomi dan lingkungan.

3. Terciptanya Produk Ramah Lingkungan: bahan bakar nabati dan pupuk

organik yang diserap oleh PT.Bumi Serpong Damai, Tbk Sinar Mas Land.

4. Timbulnya chain value yaitu peningkatan pendapatan masyarakat dan

peningkatan profitabilitas perusahaan Sinar Mas Land serta pengurangan

biaya operasional perusahaan.


172

5. Meningkatnya nilai lingkungan dan ekonomi melalui produk diversifikasi dan

dapat mempengaruhi strategi bisnis Sinar Mas Land dalam mengembangkan

green property.
173

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini memuat tentang kesimpulan dan saran yang meliputi kesimpulan

dari penelitian dan saran yang ditujukan kepada pihak-pihak yang terlibat dalam

program CSR Sinar Mas Land.

6.1. Kesimpulan

Penelitian yang dilakukan ditujukan untuk mengetahui gambaran tentang

Pendekatan Creating Shared Value (CSV) Sinar Mas Land dalam Pemberdayaan

masyarakat untuk Produktivitas Ramah Lingkungan di kecamatan Setu Kota

Tangerang Selatan. Hasil penelitian dapat dilihat dari tiga aspek CSV yaitu nilai

sosial, nilai ekonomi dan nilai lingkungan yang terbentuk di perusahaan dan

masyarakat binaan.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan

wawancara kepada enam informan, observasi dan studi dokumentasi mengenai

Pendekatan Creating Shared Value (CSV) dalam Pemberdayaan masyarakat untuk

Produktivitas Ramah Lingkungan di kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan.

Pendekatan CSV merupakan strategi operasional yang meningkatkan nilai

kompetitif perusahaan dan secara bersama memajukan kondisi sosial, ekonomi dan

lingkungan masyarakat (Porter & kramer, 2011). Pendekatan CSV yang dilakukan

sudah cukup baik karena program yang diberikan oleh perusahaan berasal dari

masalah dan kebutuhan masyarakat.


174

Berdasarkan aspek nilai sosial, bentuk yang dihasilkan yaitu berupa

pembentukan dan perubahan sikap dan perilaku yang disebut sebagai mindset

peduli lingkungan di masyarakat yang disesuaikan dengan tujuan pemberdayaan

yaitu produktivitas ramah lingkungan serta disesuaikan dengan permasalahan yang

masuk dalam tema bersama antara masyarakat Setu dan CSR Sinar Mas Land yaitu

tentang sampah dan pemanfaatan lingkungan. Pembentukan dan perubahan

diberikan dengan melibatkan sumber daya manusia lokal yang digerakkan untuk

membentuk kluster lokal sebagai investasi sosial jangka panjang dan alhasil

didapatkannya beberapa komunitas di tiap wilayah binaan seperti tim Berhati lokal,

bank sampah muncul, kelompok pengrajin bambu kranggan dll. Dampak yang

diberikan pun mengarah kepada pemenuhan kebutuhan sosial masyarakat serta

menjadi solusi permasalahan sampah yang ada di Setu dengan perilaku mengurangi

sampah dan pemilahan sampah

Berdasarkan aspek nilai ekonomi, bentuk yang dihasilkan adalah sifat

kemandirian yang timbul sebagai nilai tambah agar masyarakat mampu mengolah

sumber daya lokal mereka secara optimal yang menjadi tujuan pemberdayaan yang

dilakukan oleh masyarakat dan tim CSR. Selain itu, tim CSR juga melibatkan local

heroes yang menjadi key person dalam mendorong pengelolaan produk serta

inovasi yang disesuaikan dengan potensi lokal masyarakat. Selain itu, tim CSR juga

memberikan fasilitas yang disalurkan melalui para mitra yang menimbulkan banyak

produk yang dihasilkan sebagai hasil materi pelatihan praktik yang diberikan oleh

mitra CSR. Dampak yang diberikan adalah timbul pendapatan ekonomi yang dapat

dinikmati masyarakat, namun hal tersebut belum berpengaruh pada strategi bisnis
175

perusahaan, masih perlu dirancang strategi yang pas agar produk pengembangan

yang sudah dilakukan dan dihasilkan masyarakat dapat menjadi salah satu strategi

bisnis perusahaan, agar nantinya nilai ekonomi bersama dapat muncul.

Berdasarkan aspek nilai lingkungan, bentuk yang muncul adalah perilaku

pengelolaan lingkungan hijau atau lahan hijau dan munculnya produk ramah

lingkungan yang muncul sebagai pemenuh kebutuhan masyarakat. Kegiatan yang

dilakukan melalui pengoptimalan sumber daya lokal yang dimanfaatkan sebagai

produk ramah lingkungan sebagai realisasi dari upaya untuk menjaga dan

melestarikan serta memberdayakan lingkungan alam secara efektif dan bermanfaat

bagi masyarakat ataupun sebaliknya, melalui bank sampah Muncul dan wadah

inkubasi eco-enzyme Muncul serta kelompok tani desa Kranggan. Agar

pengembangan dan pengelolaan yang dilakukan sesuai dengan produktivitas ramah

lingkungan, maka dilakukanlah monitoring dan evaluasi yang dilakukan oleh tim

Berhati melalui indicator yang disusun di Standar Operasional Berhati. Kegiatan

Monev dilakukan secara berjangka yang diagendakan tiap bulan dengan meninjau

secara langsung dan dinilai melalui form yang disiapkan oleh tim penggerak

Komunitas Berhati, namun dalam pelaksanaannya ternyata belum dilakukan sesuai

agenda dan hanya dalam momentual. Dampak nilai lingkungan yang dihasilkan

dapat dilihat melalui lingkungan masyarakat yang bersih, asri dan lestari serta dapat

dimanfaatkan oleh masyarakat secara mandiri. Namun, belum adanya dampak yang

signifikan bagi strategi bisnis perusahaan.

Sehubungan dengan uraian pemikiran mengenai masalah kurang belum

optimalnya kegiatan pendampingan dan tidak berpengaruhnya nilai CSV yang


176

terbentuk pada lingkungan fisik, profitabilitas dan strategi bisnis perusahaan, maka

peneliti merancang sebuah yaitu program Miniatur Project Jangka Panjang

Pengembangan Diversifikasi Produk Ramah Lingkungan (MINI-PERKARA).

Pelaksanaan program ini memerlukan keterlibatan aktif dari pelaksana

program dan penerima manfaat atau masyarakat binaan serta para pemangku

kebijakan yang ada di perusahaan. Kegiatan yang diselenggarakan pada program

ini di dukung oleh sumber-sumber yang dapat dimanfaatkan seperti sarana dan

prasarana yang sudah tersedia. Mengefektifkan program ini dengan membuat

kegiatan yang pelaksanaanya disusun dengan skema yang matang melalui manual

book Berhati: Mini Perkara agar program ini tercapai sesuai dengan tujuan dan

indikator keberhasilan yang diharapkan.

6.2. Saran

6.2.1. Saran untuk pelaksana program

Permasalahan tentang belum optimalnya kegiatan pendampingan dan tidak

berpengaruhnya nilai CSV yang terbentuk pada lingkungan fisik, profitabilitas dan

strategi bisnis perusahaan mendapatkan perhatian serta dukungan dari berbagai

pihak dalam pelaksanaan dan pengembangannya. Maka dari itu peneliti

menyampaikan saran kepada pelaksana program :

1. Perusahaan yang menjadi sampel penelitian untuk lebih bisa mengoptimalkan

dan mengembangkan program yang dilaksanakan serta dapat memberikan

laporan pertanggungjawaban sosial perusahaan secara terperinci agar dapat

melengkapi hasil dari penelitian.


177

2. Diharapkan dapat mengoptimalkan jalannya kegiatan CSR (Corporate Social

Responsibility) dengan sinergitas antar tiga bidang agar masyarakat secara

penuh dapat merasakan dampak dari kegiatan tanggung jawab sosial

perusahaan.

3. Diharapkan dengan adanya manual book program dapat menjadi pedoman baku

pelaksanaan program CSR Sinar Mas Land.

4. Diharapkan program Mini-Perkara dapat dikembangkan dan menjadi program

unggulan dari CSR Sinar Mas Land.

5. Mampu menerapkan program Mini-Perkara kepada semua binaan CSR Sinar

Mas Land dan mampu menggalakkan sosialisasi dengan masyarakat langsung

bukan hanya kepada pihak pemerintah atau tokoh masyarakat saja tapi

masyarakat yang lebih luas.

6.2.2. Saran untuk penelitian selanjutnya

1. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu referensi untuk

penelitian tentang Creating Shared Value (CSV) selanjutnya dengan metode

dan pendekatan penelitian yang berbeda.

2. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat meneliti mengenai dampak penerapan

pendekatan Creating Shared Value (CSV) yang ada di masyarakat.


178

DAFTAR PUSTAKA

APO. (2001). Concept of Green Productivity. Tokyo: APO


APO. (2001). Green Productivity Methodology. Tokyo: APO
Awale & Rawlinson. (2015). An Exploratory Study of a CSV Concept for Achieving
Firm Competitiveness in Hong Kong Construction Firms, The University of
Hong Kong.
Billatos & Basaly. (1997). Green Technology and design for the environment.
London: Taylor&Francis.
Blokdyk, G. (2018). Creating shared value complete self-assessment guide.
5starcooks.
Chandler, D. B., & Werther, W. B., Jr. (2013). Strategic corporate social
responsibility: Stakeholders, globalization, and sustainable value creation
(3rd ed.). Sage Publications.
Daniri, Achmad. (2021). Lead by CSV: Paradigma baru penerapan CSV. Jakarta:
Pustaka Kaji.
Darby, L., & Jenkins, H. (2006). Menerapkan indikator keberlanjutan ke model
bisnis perusahaan sosial: Pengembangan dan penerapan set indikator untuk
Newport Wastesavers, Wales.
Dembek, K., Singh, P., & Bhakoo, V. (2016). Tinjauan literatur tentang nilai
bersama: Konsep teoretis atau kata kunci manajemen. Jurnal Etika Bisnis
Dominelli, L. (2011). Green Social Work. From Environmental Crisses to
Environmental Justice. Cambridge: Policy Press.
Elkington, John. (1997). Canibals With Forks The Triple Bottom Line of Twenty
First Century Business. Thompson, London.
Hoek, Marga. (2017). CSV and the SDG’s: Creating Shared Value Meets the
Sustainable Development Goals. New York:The Huffington Post.
Ife, Jim & Tesoriero Frank. (2008). Community Development: Alternative
Pengembangan Masyarakat di Era Globalisasi. Pustaka Pelajar
Junge, N. (2011). The contribution of Porter and Kramer’s concept of creating
shared value to csr theory. Grin Publishing.
Kramer, H., & Tallant, WB. (2013). Peran baru bisnis dalam pendidikan global.
Bagaimana perusahaan dapat menciptakan nilai bersama dengan
meningkatkan pendidikan sambil mendorong pengembalian pemegang
saham. Tinjauan Bisnis Harvard
179

Kotler, P., & Lee, N. (2005). Corporate Social Responsibility: Doing The Most
Good for Your Company and Your Cause. Hoboken. New Jersey: John Wiley
&Sons, Inc.
Lozano, R. (2012). Menuju penanaman keberlanjutan yang lebih baik ke dalam
sistem perusahaan: Analisis inisiatif perusahaan sukarela. Jurnal Produksi
Bersih
Lozano, R. (2012). Menuju penanaman keberlanjutan yang lebih baik ke dalam
sistem perusahaan: Analisis inisiatif perusahaan sukarela. Jurnal Produksi
Bersih
Matthew W. Ragas & Ron Culp. (2014). Business Essentials for Strategic
Communicators. Palgrave Macmillan Books, Palgrave Macmillan.
Mulyasa, Endang. (2006). Manajemen berbasis sekolah konsep strategi dan
implikasi. Bandung: Rosda Karya,
Mulyasa, Endang. (2006).Manajemen berbasis sekolah.Bandung: Rosda Karya.
Moleong, Lexy. (2004). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.Remaja Rosda
Karya.
Okpara, J. O., & Idowu, S. O. Eds. (2016). Corporate social responsibility:
Challenges, opportunities and strategies for 21st century leaders. Springer.
Payne, Malcolm. (1997). Modern Social Work Theory Edisi Kedua. London:
MacMillan Press Ltd.
Planer-Friedrich, L., & Sahm, M. (2017). Strategic corporate social responsibility
(1st ed.). Universität Bamberg Fachgruppe VWL.
Porter, ME & Kramer, MR. (2006). Strategy and Society: The Link Between
Competitive Advantage and Corporate Social Responsibility, Harvard
Business Review.
Porter, ME & Kramer, MR. (2011). The Big Idea: Creating Shared Value (How to
reinvent capitalism-and unleashed a wave of innovation and growth, Harvard
Bussiness Review.
Porter, ME & Pfitzer, MW. (2016). The Ecosystem of Shared Values, Harvard
Business Review.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suharto, Edi. (2007). Kebijakan sosial sebagai kebijakan publik. Bandung: PT.
Refika Aditama
Suharto, Edi. (2010). Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat: Kajian
Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial.
Bandung: PT. Refika Aditama.
180

Totok Mardikanto dan Poerwoko Soebianto. (2012). Pemberdayaan Masyarakat


dalam Perspektif Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta.
Undang-Undang No.32. (2009). Undang-undang tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup oleh Perusahaan. Retrieved June 16, 2022,
from UU lingkungan Hidup.pdf (kkp.go.id).
Undang-Undang No.40. (2007). Undang-undang tentang Perseroan Terbatas
Pasal 74 ayat 1,2,3 dan 4 tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan,
Retrieved June 16, 2022, from UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas [JDIH BPK RI].
Wieland, J. (Ed.). (2018). Creating shared value - concepts, experience, criticism.
Springer International Publishing.
Zastrow, C. (1996). Introduction to Social Work and Social Welfare. Brook.
181

LAMPIRAN

Lampiran 1: Surat Ijin Penelitian dari POLTEKESOS BANDUNG ke CSR


Sinar Mas Land
182

Lampiran 2: Surat Ijin Penelitian dari POLTEKESOS BANDUNG ke


kecamatan Setu
183

Lampiran 3: Surat Ijin Penelitian dari CSR Sinar Mas Land


184

Lampiran 4: Pedoman Wawancara Pelaksana Program

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM (Indepth Interview)


PENDEKATAN CREATING SHARED VALUE (CSV) SINAR MAS LAND
DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT UNTUK PRODUKTIVITAS
RAMAH LINGKUNGAN DI KECAMATAN SETU KOTA TANGERANG
SELATAN

1. Tujuan : Pedoman wawancara ini bertujuan untuk memandu


peneliti dalam menggali dan mengetahui tentang
bagaimana pendekatan Creating Shared Value (CSV)
sinar mas land dalam pemberdayaan masyarakat
untuk Produktivitas Ramah Lingkungan.
2. Partisipan : Perwakilan sumber data/informan, yang terdiri dari
pelaksana program CSR Sinar Mas Land .
3. Lokasi : Kantor PT.Bumi Serpong Damai,Tbk Sinar Mas
Land
4. Perlengkapan : a. Alat Tulis
b. Daftar pertanyaan penelitian
c. Lembar data pribadi
d. Voice recorder
e. Lembar observasi 1 lembar
5. Waktu : ± 90 menit setiap wawancara
185

Proses Wawancara:

1. Peneliti melakukan intake dengan memperkenalkan diri dan menjelaskan


maksud penelitian.
2. Menjelaskan dan meminta kesediaan informan untuk mengisi lembar kesediaan
wawancara.
3. Menjelaskan dan meminta informan untuk mengisi lembaran data pribadi.
4. Menanyakan dan meminta kesediaan informan agar selama proses wawancara
direkam dengan voice recorder.
5. Melaksanakan wawancara mendalam sesuai dengan daftar pertanyaan
penelitian dan berkembang sesuai dengan jalannya wawancara hingga
menemukan kejenuhan data.
Data dan informasi yang akan diperoleh melalui wawancara mendalam ini dapat
berupa :

a. Pengalaman dan perbuatan informan, yakni apa yang telah dilakukannya.


b. Pendapat, pAndangan, tanggapan, tafsiran atau pikirannya tentang sesuatu.
c. Perasaan, respons emosional, yakni apakah ia merasa cemas, takut, senang,
gembira, curiga, jengkel, dan sebagainya tentang sesuatu.
d. Pengetahuan, fakta-fakta, apa yang diketahuinya tentang sesuatu.
e. Penginderaan, apa yang dilihat, didengar, diraba, dikecap atau diciumnya,
diuraikan secara deskriptif.
f. Latar belakang pendidikan, pekerjaan, daerah asal, tempat tinggal, keluarga,
dan sebagainya.
6. Menanyakan kepada informan apakah informasi-informasi yang disampaikan
dalam proses wawancara terdapat dalam bentuk tertulis. Kalau ada, maka
meminta untuk mengkopinya.
7. Mengisi lembar observasi
186

A. Karakteristik informan
1. Nama :
2. Usia :
3. Jenis Kelamin : L/P
4. Pendidikan Terakhir :
5. Status :
6. Agama :
7. Pekerjaan :
8. Jabatan
9. Alamat Rumah :

B. Instrumen Pertanyaan
1. Pendekatan Nilai Sosial
1. Nilai Sosial apa yang ingin dibentuk oleh perusahaan dalam
program melalui Green Productivity ?
2. Bagaimana strategi perusahaan dalam pembentukan nilai sosial
masyarakat melalui Green Productivity yang dibawa dalam
program pemberdayaan masyarakat ?
3. Apakah ada strategi pengembangan kluster local dalam program
pemberdayaan masyarakat melalui Green Productivity ?
4. Jikalau ada, Bagaimana strategi perusahaan dalam
pengembangan kluster lokal melalui Green Productivity yang
dibawa dalam program pemberdayaan masyarakat ?
5. Jikalau ada, bagaimana bentuk pengembangan kluster local yang
dilakukan melalui Green Productivity yang dibawa dalam
program pemberdayaan masyarakat ?
6. Dampak sosial apa yang diharapkan di perusahaan untuk
keberhasilan program pemberdayaan masyarakat melalui Green
Productivity ?
187

7. Dampak sosial apa yang diharapkan di masyarakat untuk


keberhasilan program pemberdayaan masyarakat melalui Green
Productivity ?

2. Pendekatan Nilai Ekonomi


1. Nilai ekonomis apa yang ingin dibentuk oleh perusahaan dalam
program pemberdayaan masyarakat melalui Green Productivity
?
2. Bagaimana strategi perusahaan dalam peningkatan ekonomi
masyarakat melalui Green Productivity yang dibawa dalam
program pemberdayaan masyarakat ?
3. Apakah ada pelibatan mitra dan stakeholder di dalam
pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat melalui Green
Productivity yang dilakukan ?
4. Jikalau ada, Bagaimana bentuk pelibatan yang dilakukan oleh
mitra atau stakeholder di dalam pelaksanaan program
pemberdayaan masyarakat yang dilakukan melalui Green
Productivity ?
5. Bagaimana strategi perusahaan dalam peningkatan ekonomi
masyarakat melalui Green Productivity yang dibawa dalam
program pemberdayaan masyarakat ?
6. Apakah ada pelibatan Local Heroes di dalam pelaksanaan
program pemberdayaan masyarakat melalui Green Productivity
yang dilakukan ?
7. Jikalau ada, Bagaimana peran yang diharapkan oleh perusahaan
dari Local Heroes yang terlibat ?
8. Output ekonomis apa yang diharapkan di perusahaan untuk
keberhasilan program pemberdayaan masyarakat melalui Green
Productivity ?
188

9. Output ekonomis apa yang diharapkan di masyarakat untuk


keberhasilan program pemberdayaan masyarakat melalui Green
Productivity ?

3. Pendekatan Nilai Lingkungan


1. Nilai Lingkungan apa yang ingin dibentuk oleh perusahaan
dalam program pemberdayaan masyarakat melalui Green
Productivity ?
2. Bagaimana strategi perusahaan dalam pembentukan nilai
lingkungan masyarakat melalui Green Productivity yang dibawa
dalam program pemberdayaan masyarakat ?
3. Apakah ada strategi pemanfaatan sumber daya local yang efektif
dengan masyarakat melalui Green Productivity yang dibawa
dalam program pemberdayaan masyarakat ?
4. Jikalau ada, bagaimana peran masyarakat yang diharapkan
dalam strategi tersebut ?
5. Jikalau ada, Langkah apa yang dibentuk dengan pemanfaatan
sumber daya local tersebut ?
6. Apakah akan berkelanjutan ?
7. Jikalau iya, bagaimana strateginya ?
8. Dampak lingkungan apa yang diharapkan di perusahaan untuk
keberhasilan program pemberdayaan masyarakat melalui Green
Productivity ?
9. Dampak lingkungan apa yang diharapkan di masyarakat untuk
keberhasilan program pemberdayaan masyarakat melalui Green
Productivity ?
189

Lampiran 5: Pedoman Wawancara Masyarakat


PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM (Indepth Interview)
PENDEKATAN CREATING SHARED VALUE (CSV) SINAR MAS LAND
DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT UNTUK PRODUK
BERNILAI LINGKUNGAN DI KECAMATAN SETU KOTA
TANGERANG SELATAN

1. Tujuan : Pedoman wawancara ini bertujuan untuk memandu


peneliti dalam menggali dan mengetahui tentang
bagaimana pendekatan Creating Shared Value (CSV)
sinar mas land dalam pemberdayaan masyarakat
untuk produk bernilai lingkungan.
2. Partisipan : Perwakilan sumber data/informan, yang terdiri dari
masyarakat yang terdampak program CSR Sinar Mas
Land
3. Lokasi : Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan
4. Perlengkapan : f. Alat Tulis
g. Daftar pertanyaan penelitian
h. Lembar data pribadi
i. Voice recorder
j. Lembar observasi 1 lembar
5. Waktu : ± 90 menit setiap wawancara
190

Proses Wawancara:

1. Peneliti melakukan intake dengan memperkenalkan diri dan menjelaskan


maksud penelitian.
2. Menjelaskan dan meminta kesediaan informan untuk mengisi lembar kesediaan
wawancara.
3. Menjelaskan dan meminta informan untuk mengisi lembaran data pribadi.
4. Menanyakan dan meminta kesediaan informan agar selama proses wawancara
direkam dengan voice recorder.
5. Melaksanakan wawancara mendalam sesuai dengan daftar pertanyaan
penelitian dan berkembang sesuai dengan jalannya wawancara hingga
menemukan kejenuhan data.
Data dan informasi yang akan diperoleh melalui wawancara mendalam ini dapat
berupa :

g. Pengalaman dan perbuatan informan, yakni apa yang telah dilakukannya.


h. Pendapat, pAndangan, tanggapan, tafsiran atau pikirannya tentang sesuatu.
i. Perasaan, respons emosional, yakni apakah ia merasa cemas, takut, senang,
gembira, curiga, jengkel, dan sebagainya tentang sesuatu.
j. Pengetahuan, fakta-fakta, apa yang diketahuinya tentang sesuatu.
k. Penginderaan, apa yang dilihat, didengar, diraba, dikecap atau diciumnya,
diuraikan secara deskriptif.
l. Latar belakang pendidikan, pekerjaan, daerah asal, tempat tinggal, keluarga,
dan sebagainya.
6. Menanyakan kepada informan apakah informasi-informasi yang disampaikan
dalam proses wawancara terdapat dalam bentuk tertulis. Kalau ada, maka
meminta untuk mengkopinya.
7. Mengisi lembar observasi
191

C. Karakteristik informan
1. Nama :
2. Usia :
3. Jenis Kelamin : L/P
4. Pendidikan Terakhir :
5. Status :
6. Agama :
7. Pekerjaan :
8. Jabatan
9. Alamat Rumah :

D. Instrumen Pertanyaan
1. Pendekatan Nilai Sosial
1. Apakah benar terdapat program pemberdayaan masyarakat yang
diberikan kepada masyarakat oleh CSR Sinar Mas Land ?
2. Apakah program tersebut menjawab tantangan dan
permasalahan sosial yang ada di masyarakat ?
3. Kebutuhan Sosial apa yang diharapkan oleh masyarakat dalam
program pemberdayaan masyarakat melalui Green Productivity
?
4. Apa saja bentuk program pemenuhan kebutuhan sosial yang
diberikan oleh program pemberdayaan masyarakat melalui
Green Productivity ?
5. Apakah bentuk yang diberikan oleh program sudah sesuai
dengan kebutuhan masyarakat ?
6. Apakah ada program yang mengarah ke pengembangan kluster
local masyarakat ?
7. Jikalau ada, Bagaimana bentuk program tersebut ?
8. Apakah ada produk sosial yang sudah terbentuk oleh program
pemberdayaan masyarakat melalui Green Productivity ?
192

9. Jikalau ada, apa saja produk sosialnya ?


10. Apakah produk tersebut sudah menjawab kebutuhan dan
permasalahan sosial yang ada di masyarakat ?
11. Apa harapan dan saran anda kepada perusahaan ?
2. Pendekatan Nilai Ekonomi
1. Nilai ekonomis apa yang sudah dibentuk melalui program
pemberdayaan masyarakat melalui Green Productivity ?
2. Apakah ada pelibatan mitra dan stakeholder di dalam
pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat yang dilakukan
?
3. Jikalau ada, Bagaimana bentuk pelibatan yang dilakukan oleh
mitra atau stakeholder di dalam pelaksanaan program
pemberdayaan masyarakat yang dilakukan melalui Green
Productivity ?
4. apakah strategi perusahaan dalam peningkatan ekonomi
masyarakat melalui Green Productivity yang dibawa dalam
program CSV sudah tepat ?
5. Apakah ada pelibatan Local Heroes di dalam pelaksanaan
program pemberdayaan masyarakat yang dilakukan ?
6. Jikalau ada, Bagaimana peran yang dilakukan oleh Local Heroes
yang terlibat dalam pelaksanaan program pemberdayaan
masyarakat yang dilakukan melalui Green Productivity ?
7. Apakah ada produk yang mempunyai nilai ekonomis yang sudah
dibentuk oleh masyarakat melalui program pemberdayaan
masyarakat melalui Green Productivity ?
8. Apa saja produk tersebut ?
9. Dampak ekonomis apa yang sudah dirasakan oleh masyarakat
melalui program pemberdayaan masyarakat melalui Green
Productivity ?
193

3. Pendekatan Nilai Lingkungan


1. Nilai Lingkungan apa yang sudah dibentuk oleh masyarakat
dalam program melalui Green Productivity ?
2. Apakah strategi perusahaan dalam pembentukan nilai
lingkungan masyarakat melalui Green Productivity yang dibawa
dalam program CSV sudah tepat ?
3. Apakah ada strategi pemanfaatan sumber daya local yang efektif
dengan masyarakat melalui Green Productivity yang dibawa
dalam program CSV ?
4. Jikalau ada, bagaimana peran masyarakat yang dilakukan dalam
strategi tersebut ?
5. Jikalau ada, Langkah apa yang dibentuk dengan pemanfaatan
sumber daya local tersebut ?
6. Apakah ada produk bernilai lingkungan yang sudah dibentuk
oleh masyarakat ?
7. Apa saja bentuk produk tersebut ?
8. Apakah produk tersebut akan menimbulkan dampak
berkelanjutan bagi masyarakat ?
9. Jikalau iya, bagaimana strategi dari masyarakat ?
10. Dampak lingkungan apa yang sudah dirasakan oleh masyarakat
?
194

Lampiran 6: Pedoman Observasi

PEDOMAN OBSERVASI
PENDEKATAN CREATING SHARED VALUE (CSV) SINAR MAS LAND
DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT UNTUK PRODUKTIVITAS
RAMAH LINGKUNGAN DI KECAMATAN SETU KOTA TANGERANG
SELATAN

Dalam pengamatan (Observasi) yang dilakukan adalah mengamati aktivitas


Masyarakat dan Sinar Mas Land dalam pelaksanaan program CSR Sinar Mas Land
program Berhati (Berkarakter Hijau, Sehat dan Inovatif) di Kecamatan Setu Kota
Tangerang Selatan yaitu meliputi :

A. Tujuan :

Untuk memperoleh informasi dan data baik mengenai kondisi fisik dan non fisik
serta aktivitas yang dilakukan dalam program CSR Sinar Mas Land program
Berhati (Berkarakter Hijau, Sehat dan Inovatif) di Kecamatan Setu Kota Tangerang
Selatan.

B. Aspek yang diamati :


1) Unit Kerja/Pelaksana Program CSR Sinar Mas Land
2) Unit yang berperan dalam Program CSR Sinar Mas Land
3) Aktivitas Masyarakat dalam program Berhati
4) Lingkungan Sosial dan fisik kecamatan Setu
5) Produktivitas Ramah Lingkungan yang dilakukan Masyarakat kecamatan
Setu dalam Program Berhati
C. Alat Bantu
1) Alat Tulis
2) Kamera
195

Lampiran 7: Pedoman Studi Dokumentasi


PEDOMAN STUDI DOKUMENTASI
PENDEKATAN CREATING SHARED VALUE (CSV) SINAR MAS LAND
DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT UNTUK PRODUKTIVITAS
RAMAH LINGKUNGAN DI KECAMATAN SETU KOTA TANGERANG
SELATAN

Dalam Studi Dokumentasi yang dilakukan adalah melihat dan menganalisis


dokumen dan data laporan yang berkaitan dengan CSV Sinar Mas Land, Program
Berhati dan masyatakat kecamatan Setu.

A. Tujuan

Studi Dokumentasi ini dilakukan untuk memperkuat penelitian, terkait


pelaksanaan pendekatan CSV Sinar Mas Land dalam pemberdayaan masyarakat
untuk produktivitas ramah lingkungan di kecamatan Setu kota Tangerang Selatan.

B. Dokumen
1) Profil kecamatan Setu
2) Kecamatan Setu dalam angka 2021 Badan Pusat Statistika
3) Annual Report PT. Bumi Serpong Damai, Tbk Sinar Mas Land 2021-2022
4) Sustainibility Report PT. Bumi Serpong Damai, Tbk Sinar Mas Land 2021
5) SK Penggerak Komunitas Berhati
6) Surat kemitraan CSR Sinar Mas Land
196

Lampiran 8: Data Informan

Nama Pendidikan
Usia L/P Jabatan / Status
Informan Terakhir
Kepala CSR Sinar Mas
GO 34 P S2
Land
Konsultan Program CSR
ED 62 P S3
SML
Tim Penggerak Komunitas
FB 42 P S1
Berhati
SP 54 L S1 Masyarakat / Local Heroes
FR 41 P S1 Masyarakat
NU 41 P S1 Masyarakat
197

Lampiran 9: Analisis Taksonomi


198

Lampiran 10: Analisis Verbatim

Verbatim

Kode Kutipan Verbatim Catatan


A.1 Bentuk Nilai
A.1.1 Sikap dan • “Terwujudnya pembangunan ramah Observasi: Pada tanggal 9 Maret 2022,
Perilaku peduli lingkungan perlu dilakukan secara Penulis terlibat dalam kegiatan
lingkungan Bersama masyarakat sekitar pengembangan Literasi dan Numerasi
pengembangan BSD, membangun Pembiasaan Perilaku Ramah
engagement dengan masyarakat Lingkungan oleh CSR Sinarmas Land
mengangkat persoalan social yakni dan Tim Penggerak Sekolah Berhati di
prilaku yang peduli pada lingkungan, Kelurahan Muncul, kecamatan Setu
sehingga mendorong kualitas social
masy. hidup sehat… kualitas
kehidupan social Yang berbasis
ramah lingkungan yang menjadi habit”
(GO, 09/05/22)
• “ Kita ingin masyarakat mempunyai
perubahan mindset yang berpengaruh
pada perilaku untuk merawat semesta
atau planet, menekan zero waste
meski kenyataannya tidak bisa zero
hanya bisa meminimalisir atau less…..
bicara soal pemberdayaan, maka
pemberdayaan masyarakat itu adalah
untuk tujuan bagaimana merawat
lingkungan, kita kaitkan dengan 3R (
Reuse, Recycle, Reduce), bagaimana
nggak ngotorin planet dengan
meminimalkan penggunaan sampah,
sampah itu banyak ya sampai paling
sulit yg di yaitu sampah dari perilaku
manusia….” ( ED, 11/05/22).
• “Kalau dari pergerakan berhati, kami
ingin produktivitas lingkungan yang
bisa kita bentuk melalui komunitas
kecamatan setu dalam upaya
menyelamatkan lingkungan……di
perilakunya kalau dalam konteks
sosial bisa sesuai jargon kita
berkarakter hijau yang artinya perilaku
menjaga lingkungan, sehat yang
artinya perilaku merawat lingkungan
agar tidak kumuh dan tidak jadi sarang
penyakit serta inovatif yang artinya
perilaku untuk membuat masalah
yang berdampak pada lingkungan
agar menjadi produk bernilai
guna…”(FB, 16/05/22).
• “Kampung Mantul dan Berhati
(berkarakter hijau, sehat dan
inovatif)……Perilaku masyarakat
yang peduli lingkungan dan partisipasi
aktif masyarakat menjadi petani dalam
mengelola lahan dan pengembangan
lingkungan yang dilakukan......... lewat
pemanfaatan pekarangan rumah
dalam budidaya sayuran organic,
Pengelolaan sampah anorganik lewat
program bank sampah, Pengolahan
minyak jelantah menjadi sabun cuci
puring, eco enzyme”(SP, 18/05/22).
199

• “…program berhati... yaitu saling


bekerjasama secara komunal dengan
merubah perilaku yang menghasilkan
efisiensi biaya sehari-
hari…Perubahan mindset masyarakat
dengan program berhati dan
pemanfaatan lingkungan yang
diterapkan di lingkungan sekitar
melalui program Kampung
Mantul”(FR, 19/05/22).
• “Alhamdulillah, dengan adanya
berhati lingkungan kami lebih terawat
anak-anak orang tua ikut menjaga,
kita juga ada program satu tanaman
satu keluarga biar rumah-rumah
keliatan asri…selain itu orang tua
disini juga merasa anak-anak mereka
lebih bertanggung jawab dengan
lingkungan, saat mereka tidak
sengaja mencemari lingkungan
mereka minta maaf ke orang
tuanya…awalnya dipaksa tapi lama-
lama terbiasa…” (NU, 20/05/22).
A.2 Strategi untuk mencapai nilai
A.2.1 • “Observasi kelapangan, sembari • Studi Dokumentasi: Pada tanggal
Pengembangan pendampingan dan monitor 22 Mei 2022, terdapat surat
Kluster Lokal perubahan produktivitas ramah pengukuhan tim Penggerak Berhati
lingkungan yang dilakukan yang tanda tangani oleh CSR Sinar
masyarakat setempat, kita melihat dari Mas Land
segi potensi individu dari warga • Observasi: Pada Tanggal 09 Juni
setempat yang dibina…” (GO, 2022, Pengukuhan Tim Penggerak
09/05/22) oleh PJ Gubernur Banten di Taman
• “Salah satu upaya yang kita lakukan Jajan BSD City
yaitu memantik kemandirian dengan
pemberdayaan... mewujudkan
rencana aksi terkait Produktivitas
lingkungan sesuai dengan keadaan
lingkungannya masing-masing,
dengan melihat potensinya, sitkon
lingkungannya…jadi di awal pas
survey kita lakukan tinjauan secara
umum dan spesifik begitu agar kita • Observasi: Pada tanggal 22 Mei
punya plan atau rencana untuk 2022, Penulis mengamati rumah
mengarahkan…” (FB, 16/05/22). warga, rumah salah satu warga di
• “…dengan melibatkan saya sebagai Kelurahan Muncul kecamatan Setu
local heroes itu juga salah satu proses
pengembangan kluster local di area
ini…beberapa binaan di desa
Kranggan, itu terdapat
pengembangan kerajinan anyaman
bambu, seperti pembuatan topi
bambu, cetakan kue keranjang, bakul
nasi, karena sebagian masyarakatnya
memiliki keterampilan menganyam
bambu dan cukup tersedianya kebun
bambu di area Kranggan ini. (SP,
18/05/22).
• “Kita lakukan dengan
pendampingan…juga berikan materi
pengembangan yang bisa masyarakat
terapkan…kita ini fasilitator” (FB,
16/05/22).
• “Kita lakukan dengan pendampingan
secara bertahap yaa, pemberian
sarana prasarana baik fisik yang di
dukung oleh CSR Sinar Mas Land, lalu
lanjut dengan materi keilmuan, jika itu
diperlukan, seperti kemarin ada
200

kegiatan sosialisasi bank sampah dan


eco enzyme” (FB, 16/05/22).
• “Pendampingan kita lakukan dengan
dibentuknya tim penggerak berhati
yang memiliki kompetensi yang setara
dan independent serta mandiri, selain
itu, mereka kita tugaskan untuk me
monev (monitoring dan evaluasi)
kegiatan yang kita berikan kepada
para masyarakat
sasaran”(ED,10/05/22).
• kalau bicara soal Produktivitas, Berarti
ada masyarakat yg di libatkan, di
program berhati salah satunya kita
memakai pilar-pilar masyarakat dan
kita selalu melihat proses yang sudah
dijalankan…Salah satu contoh di desa
Muncul, ada program yang dia
kembangkan yg mengarah ke
pengembangan kluster, yaitu dengan
pelibatan tiap Kepala Keluarga untuk
memberikan sumbangsih satu
tanaman yg wajib di tanam oleh
mereka di tiap-tiap rumah…”( ED,
10/05.22).
• “Pr kita saat ini, kita ingin metakan
orang-orang yang punya kompetensi
di kelurahan ini…kita ingin merekrut
mereka…disini kan banyak bengkel
makanan kak ada dodol, keripik
gitu…biar bisa jadi mitra tambahan
sebagai mentor untuk masyarakat
disini” (NU, 20/05/22).
A.2.2 Pelatihan • “…sering dikasih itu program pelatihan • Studi Dokumentasi: Pada tanggal 7
Kapasitas dan pengembangan konsep-konsep Maret 2022, terdapat surat
Masyarakat yang berkaitan dengan Produktivitas kemitraan antara CSR Sinarmas
Ramah Lingkungan yang dapat Land dengan Bank sampah
diaplikasikan di masyarakat atau Jayakitri dan Komunitas Ecoenzym
lingkungan…” (FR, 19/05/22). Nusantara.
• “Bentuknya seperti contoh tadi, jadi • Observasi: Pada tanggal 4 April 2022,
selain kita memperdayakan kluster Penulis terlibat dalam kegiatan
local yang ada di lokasi sasaran, Kita pengolahan sampah dengaN
juga libatkan banyak pihak yang salah komposter oleh BRIN Di Kelurahan
satunya yaitu bank sampah…tepatnya Kademangan Kecamatan Setu
di desa Muncul itu mempunyai agenda
untuk tiap Jumatnya mengumpulkan
sampah, yang dikumpulkan dan di
tempatkan di MI Nurul Falah Muncul,
Sekolah disini sebagai pemilah, lalu
sampah di donasikan kepada bank
sampah Jayakitri yang menjadi mitra
kita, yang hal tersebut menjadikan • Observasi: Pada tanggal 9 Maret 2022,
skema kompleks yang merupakan satu Penulis terlibat dalam Kegiatan
entiti sendirim karena yang jadi pelatihan bank sampah oleh Bank
penampung, bilah, pengolah adalah Sampah Jayakitri di kelurahan
masyarakat…” (ED, 10/05/22). Muncul kecamatan Setu.
• “...lalu lanjut dengan materi keilmuan,
jika itu diperlukan, seperti kemarin ada
kegiatan sosialisasi bank sampah dan
eco enzyme, itu juga salah satu
stimulant yang ingin kita beri kepada
kluster local agar mereka mampu
membantu membimbing masyarakat
disini” (FB, 16/05/22).
• Observasi: Pada Tanggal 10 Maret
• “Banyak yaa pelatihannya, beberapa
2022, Penulis terlibat dalam
diantaranya tentang ketahanan pangan
kegiatan pelatihan pengolahan eco-
keluarga lewat pemanfaatan
enzyme oleh Komunitas
pekarangan rumah dalam budidaya
Ecoenzyme Nusantara di kelurahan
sayuran organic, lalu inovasi budidaya
Muncul kecamatan Setu
201

ayam kampung KUB yaitu perpaduan


antara ternak ayam kampung KUB dan
magot…Pengelolaan sampah
anorganik lewat program bank sampah,
budidaya ikan lele sistem bak terpal dan
jarring terapung, pengolahan minyak
jelantah menjadi sabun cuci puring dan
pembuatan eco enzyme” ( SP,
18/05/22).
A.3 Dampak Nilai Sosial
A.3.1 • “Program yang diberi oleh CSR Sinar • Observasi: Pada tanggal 10 April 2022,
Permasalahan Mas Land seperti program Berhati dan Penulis memonitoring program
dan Kebutuhan Kampung Mantul, secara umum Kegiatan Masyarakat memanfaatkan
Masyarakat sudah tepat sesuai kebutuhan pekarangan rumah untuk budidaya
masyarakat terutama peningkatan sayuran organic dalam program Berhati
perekonomian dan perhatiannya di Desa Kranggan Kecamatan Setu.
terhadap lingkungan…Kebutuhan
yang paling mendasar adalah
terpenuhinya ketahanan pangan
keluarga paska pandemic lewat
pemanfaatan lahan yang maksimal
dan efisien serta tidak kumuh…lewat
program pemberdayaan masyarakat
ini diharapkan warga mampu
mencukupi kebutuhan pokoknya
terutama sayuran dengan • Observasi: Pada tanggal 13 Mei 2022,
pemanfaatan pekarangan rumah Penulis memonitoring kegiatan Bank
dalam budidaya sayuran Sampah Kelurahan Muncul untuk
organic…”(SP, 18/05/22) melihat output Program Berhati CSR
• “…salah satunya adalah proses yang Sinarmas Land
kita berikan kepada wilayah binaan
bisa memberikan efisiensitas dan
efektifas yang berdampak secara luas
untuk wilayah Tangerang Raya terkait
masalah sampah, contoh sederhana
mereka bisa mengurangi sampah
yang mereka hasilkan” (ED,10/05/22).
• “Selain itu juga terkait permasalahan
lingkungan ada program berhati yang
berfokus pada perubahan mindset
masyarakat, masyarakat bisa
mempunyai sikap dan perilaku peduli
sampah saja itu sudah menjawab
sedikit gap permasalahan dan
kebutuhan yang ada di masyarakat
kecamatan Setu”(SP, 18/05/22).
• “Kita ingin menanamkan mindset
bahwa mencintai lingkungan bukan
slogan semata, namun harus
diwujudkan dalam aksi hidup sehari-
hari, sehingga perilaku cinta
lingkungan yang kita maksud ternyata
dapat menjadi sumber potensi yang
bisa jadi keuntungan secara ekonomi
pada komunitas”(FB, 16/05/22).
• Yang kami harapkan ya terciptanya
kluster-kluster komunitas itu yang
dimana kluster tersebut dapat
memanfaatkan lingkungan lokal
mereka dan berdaya secara ekonomi,
melalui kegiatan berbasis lingkungan
yang dilaksanakan pada setiap
klasternya…contoh kalau di setu
permasalahan polusi dan sampah
serta pengolahannya yang kurang
pas, ya kita pingin masalah itu selesai
melalui berhati ini” (FB, 16/05/22).
• “…pastinya menjawab permasalahan
yang ada di kampung Sengkol
202

ini…anak-anak disini lebih peka sama


lingkungan, contohnya saya sering liat
kalau anak-anak main bola dan
bolanya kena pot tanaman, mereka
akan berusaha mengganti tanaman
tersebut..jadi responsibilitynya lebih
ada dibanding sebelum ada program
ini” (NU, 20/05/22).
B. Menggambarkan Nilai Lingkungan dalam pemberdayaan Masyarakat untuk Produktivitas Ramah
Lingkungan
B.1 Bentuk Nilai Lingkungan
B.1.1 Sikap dan • Jadi kita tidak hanya sekedar teori, tapi • Observasi: Pada Tanggal 20 Mei 2022,
Perilaku bisa dilakukan secara praktik, Penulis melakukan pengamatan pada
pengelolaan pembiasaan sehingga mewujudkan perilaku masyarakat dalam mengelola
lingkungan masyakarat yg berkarakter ramah lingkungan di kelurahan Muncul
hijau lingkungan, peduli akan kelestarian Kecamatan Setu
lingkungan, mencegah dampak
perubahan iklim, menjaga kebersihan
dan keindahan, setelah itu baru kita
mengarah ke bagaimana representasi
yang harus dilakukan dari pembiasaan
tersebut, yaitu dengan memanfaatkan
lahan sekitar mereka secara produktif
mereka olah, kan kita produktiivitas
ramah lingkungan target
Observasi: Pada Tanggal 20 Mei 2022,
pemberdayaannya, kalau bener-bener
mau produktif berarti harus dari rumah Penulis melakukan pengamatan pada
mereka masing-masing dulu yang perilaku masyarakat dalam mengelola
muncul produk evidence nya, kita nanti lingkungan di Desa Kranggan
libatkan program Kampung Mantul
(GO, 09/05/22)
• “Yang kita inginkan yaitu lebih kepada
mindset ya, bahwa mencintai
lingkungan itu bukan hanya slogan
melainkan harus diaplikasikan dalam
kehidupan sehari-sehari, salah satunya
ya dengan pergerakan masyarakat
dengan skema pemberdayaan mungkin
lingkungan itu akan timbul banyak
manfaat selain mereka tidak tercemar,
masyarakat juga dapat untung dari
lingkungan” (FB, 16/05/22).
• “…dengan adanya program Bank
Sampah lalu lingkungan menjadi hijau
dan asri dengan adanya program
ketahanan pangan keluarga, dengan
pemanfaatan pekarangan dalam
budidaya sayuran organik dan
lingkungan menjadi indah, kita juga
pingin di kecamatan Setu ini nantinya
jadi kampung wisata seperti yang
sudah terjadi di kampung mantul yang
ada di Ranca Kebo Panongan
Kabupaten Tangerang” (SP, 18/05/22).
• “…masyarakat menjadi paham
pentingnya ramah terhadap lingkungan
dan bumi ini, karena kan ini sebagai
pijakan kita juga secara bersama-
sama, berarti harus ada rasa tanggung
jawab bersama juga dalam
menjaganya…Kalau di desa Kranggan
ini, mereka bersama saya menjadi
pengelola lahan” (FR, 19/05/22).
• “anak-anak disini lebih peka sama
lingkungan, contohnya saya sering liat
kalau anak-anak main bola dan bolanya
kena pot tanaman, mereka akan
berusaha mengganti tanaman
tersebut..jadi responsibilitynya lebih
203

ada dibanding sebelum ada program


ini” (NU, 20/05/22).
B.1.2 Produk • “Kita disini sebagai fasilitasi saja…kita • Observasi: Pada Tanggal 20 Mei
Ramah harapkan masyarakat dapat berperan 2022, Penulis melakukan kunjungan
Lingkungan aktif untuk memaksimalkan ke Desa Kranggan, Labu Kuning
pemanfaatan sumber daya local yang produk Urban Farming Desa
dimiliki…” (FB, 16/05/22). Kranggan
• “Lingkungan menjadi bersih dengan
adanya program Bank
Sampah…Contoh Sabun cuci piring
berbahan dasar daun pandan wangi
dan kulit nanas yang merupakan
produk ramah lingkungan, lalu mesin
Tetas Telur dari limbah sterofoam yang
merupakan salah satu upaya
mengurangi sampah nonorganic dan
• Observasi: Pada Tanggal 23 Juni
Eco Enzyme yang merupakan produk
2022, Penulis mengunjungi
dari pengurangan limbah organik
kelurahan Muncul, Produk Sabun
rumah tangga” (SP, 18/05/22).
cuci piring berbahan dasar daun
• “Di desa Kranggan, kita punya
pandan
beberapa produk unggulan, yaitu Eco
enzym, hasil dari bambu, sayuran dan
buah hasil dari urban farming…” (FR,
19/05/22).
• “Saya sama ibu-ibu disini akamsi
Sengkol tiap minggu kita membuat dan
memproduksi eco enzyme
disini…karena ibu-ibu kalau minggu
waktunya ngumpul kita sambal jualan
juga kita promosi lewat status wa • Observasi: Pada Tanggal 23 Juni
masing-masing…” (NU, 20/05/22). 2022. Penulis mengunjungi
• “Masyarakat kecamatan setu ini kelurahan Muncul, Produk Eco
didorong untuk memperdayakan Enzyme kelurahan Muncul
potensi lingkungan yang ada untuk
dikembangkan menjadi produk kearifan
local, dan nanti bisa jadi produk yang
dapat dijual…” (SP, 18/05/22).
• “menggunakan sampah tadi untuk
media yang bernilai ekonomis, produk
yang dihasilkan juga beragam, ada
yang bentuknya makanan, ada yang
bentuknya media alat edukasi yang
diadaptasi juga oleh instansi sekitar
seperti SMPN 20…bank sampah, jadi
wilayah yang bersangkutan contoh
seperti Setu tepatnya di kelurahan
Muncul itu mempunyai agenda untuk
tiap Jumatnya mengumpulkan
sampah…membuat eco enzyme
secara langsung di tempat dan 3 bulan
kemudian memintanya untuk melihat
eco enzyme tersebut apakah panen…”
(ED, 10/05/22)
• “Yang ingin kita perluas disini yaitu
bank sampah…kita punya program tiap
minggu dan bulan sosialisasi ke tiap
tiap 20 Rumah untuk kita berdayakan
sampah mereka dan untuk pendapatan
mereka jadi timbul siklus bank sampah
disini bisa diakses oleh semua orang,
sekarang belum banyak partisipasi dari
masyarakat kak…” (NU, 20/05/22)
B.2 Strategi untuk mencapai Nilai Lingkungan
B.2.1 • …berdiskusi dan FGD Bersama • Observasi : Pada Tanggal 19 Mei
Pemanfaatan masyarakat, menggali needs langsung 2022, Penulis melakukan
Sumber Daya dengan permasalahan masyarakat, pengamatan kegiatan masyarakat
Lokal yang sesuai dan bisa dibantu oleh mengelola lahan di desa Kranggan
perusahaan… Sosialisasi-pelatihan-
implementasi-pendampingan-
204

monitoring,-evaluasi- rencana awal


tahun (GO, 09/05/22).
• “partisipasi aktif masyarakat itu sendiri,
mereka yang tahu budaya yang berlaku
disana potensi lingkungan mereka
bagaimana mereka bergerak itu
mereka yang tahu…jadi kita harapkan
Masyarakat dapat berperan aktif untuk
memaksimalkan pemanfaatan sumber
daya local yang dimiliki…Melalui local
heroes yang kita pilih, kita jadikan
mereka pemicu untuk dapat menggali
permasalahan dan potensi yang dimiliki
oleh masyarakat, setelah itu kita
rancang skema program yang
sesuai…” (FB, 16/05/22).
• “Masyarakat kecamatan setu ini di
dorong untuk memperdayakan potensi
lingkungan yang ada untuk
dikembangkan menjadi produk kearifan
local, dan nanti bisa jadi produk yang
dapat dijual …Langkah awal yang
dilakukan yaitu mengidentifikasi potensi
sumberdaya alam setempat yang kami
dapat kembangkan menjadi produk
local terus langkah berikutnya merekrut
dan melatih masyarakat yang memiliki
keahlian dalam mengembangkan
produk dari sumberdaya alam tersebut
ya seperti saya ini, lanjut CSR akan
membantu membuka pasar untuk
distribusi produk yang kami hasilkan…”
(SP, 18/05/22)
• “Kalau di desa Kranggan ini, mereka
bersama saya menjadi pengelola lahan
dan kegiatan yang diberikan oleh CSR
Sinar Mas Land…dengan mengelola
sumber daya untuk memberikan
manfaat ekonomis” ( FR. 19/05/22).
• “Kita bimbing masyarakat untuk mampu
menganalis potensi dan mengolah
potensi sumber daya sosial dan
alamnya dengan dibantu oleh tim
Berhati…kita berikan wadah kepada
masyarakat berupa market day dan
pameran berhati dengan sasaran se
Tangerang Raya untuk
memperkenalkan produk-produk
binaan kita kepada masyarakat lain luar
binaan kita” (ED, 10/05/22)
B.2.2 Monev • “Kita lakukan pendampingan buat • Observasi: Pada Tanggal 17 Maret
berkelanjutan ngelihat perkembangan dari wilayah 2022, Penulis melakukan
mereka, kita punya form untuk menilai pengamatan kegiatan masyarakat di
dan mengevaluasi perkembangan Bank Sampah kelurahan Muncul
mereka, kita juga berikan materi
pengembangan yang bisa masyarakat
terapkan, ya tetap kita ini fasilitator,
masyarakat yang banyak perannya…”
(FB.16/05/22).
• “Pendampingan kita lakukan dengan
dibentuknya tim penggerak berhati
yang memiliki kompetensi yang setara
dan independent serta mandiri, selain
itu, mereka kita tugaskan untuk me • Observasi : Pada tanggal 8 Mei
monev (monitoring dan evaluasi) 2022, Penulis melakukan
kegiatan yang kita berikan kepada para pengamatan kegiatan masyarakat di
masyarakat sasaran…” (ED. 10/05/22). Bank Sampah desa Kranggan
• Secara simple gini mas alurnya,
membangun mindset dan perilaku
205

berbasis berhati…melakukan monev,


basisnya sustain dan green productivity
melalui para penggerak dan tim csr
dengan membuat sebuah instrumen
yang selalu kita ujicoba dari bulan ke
bulan pada masyarakat sasaran, dan
standarisasi yang indexnya bisa dibuat
oleh tim inti penggerak, dengan melihat
beberapa hasil dan produk yang sudah
di ciptakan oleh masyarakat…” ( ED,
10/05/22).
B.3 Dampak Nilai Lingkungan
B.3.1 • “…dampak yang diberikan yaitu Observasi: Pada tanggal 12 Mei 2022,
Lingkungan lingkungan menjadi bersih dengan Penulis meninjau lokasi pekarangan
Alam sekitar adanya program Bank Sampah, lalu rumah warga yang dimanfaatkan menjadi
lingkungan menjadi hijau dan asri lahan sayuran organic di kelurahan
dengan adanya program ketahanan Muncul kecamatan Setu
pangan keluarga dengan pemanfaatan
pekarangan dalam budidaya sayuran
organic …lingkungan menjadi bersih,
asri, indah, dan menarik perhatian
masyarakat luar, jadi wacana kampung
atau daerah wisata itu bisa terjadi disini”
(SP, 18/05/22).
• …penting masyarakat menjadi paham
pentingnya ramah terhadap lingkungan
dan bumi ini, karena kan ini sebagai
pijakan kita juga secara bersama-
sama, berarti harus ada rasa tanggung
jawab bersama juga dalam
menjaganya…Dampak yang paling
penting terutama untuk masyarakat
yaitu lingkungan menjadi lebih bersih,
asri, nyaman, dan menghasilkan” (FR,
19/05/22).
• “Lingkungan kami disini
alhamdulillah…kami tiap jumat ada
jumat berkah yang bahannya dari hasil
program sama udunan ibu-ibu
disini…kita makan gratis desa
Sengkol…Sudah banyak perubahan
yaa…orang-orang sini juga udah pada
tau rupa sebelumnya kampung Sengkol
ini…alhamdulillah dari tahun ke tahun
kita selalu berkembang” (NU,
20/05/22).
• “…kita juga ada program satu tanaman
satu keluarga biar rumah-rumah
keliatan asri pekarangan rumah juga
sudah banyak di manfaatkan warga
buat cocok tanam kak, apa aja di tanam
disini…” (NU,20/05/22)
C. Menggambarkan Nilai Ekonomi dalam pemberdayaan Masyarakat untuk Produktivitas Ramah
Lingkungan
C.1 Bentuk Nilai Ekonomi
C.1.1 Sifat • “Yang ingin kita bentuk adalah Observasi: Pada tanggal 10 Mei 2022,
Kemandirian economic value yang berupa nilai Penulis meninjau alat peraga sekolah
tambah yang bisa dimiliki oleh dari barang daur ulang di SMPN 20
masyarakat dan bisa dinilai lebih oleh Tangsel yang ada di kecamatan Setu
masyarakat itu sendiri, dan juga melatih
berpikir ekonomis masyarakat…kita
ajarkan mereka untuk mengurangi
penggunaan air dan listrik dengan
menghimbau rumah-rumah agar
mempunyai banyak tempat ventilasi
dan tidak memakai air tanpa keperluan
yang jelas. Dengan pengelolaan energi
yang efisien, Mereka pastinya akan
bisa menghemat rupiah yang
206

digunakan untuk pengeluaran


mereka…” (ED, 10/05/22).
• “Masyarakat bisa efisiensi dalam
pengelolaan keuangan harian hanya
dengan mengubah perilaku terbadap
lingkungannya… dengan adanya
pengelolaan tersebut, sifat mandiri
muncul dari masyarakat, tergatung
dengan lingkungan boleh asal ada
feedback yang diberikan, dengan eco
enzyme contohnya memberi nutrisi ke
alam hasil alamnya bisa dijual sisa hasil
alam yang dipanen dan tidak bisa di
konsumsi bisa dijadikan eco enzyme
Kembali dengan bantuan air dan
molase, jadi deh siklus yang
menguntungkan untuk masyarakat dan
lingkungan alam desa Kranggan…”
(FR, 19/05/22).
• “Penghematan energi, pengolahan
sumber daya menjadi produk laku jual,
juga penggunaan limbah sebagai alat
peraga pembelajaran…Salah satunya
kita ingin mulai mancing masyarakat
agar ada pemanfaatan lahan yang bisa
di gunakan salah satunya untuk urban
garden lanjut kami juga ingin mulai
mengajak mereka untuk membuat
usaha kecil mikro yang memanfaatkan
limbah, yang kami bentuk berupa
wadah inkubasi yang salah satunya ada
di sekolah, contohnya di Kecamatan
setu di MI Nurul Falah dan SMPN 20
dan akhirnya beberapa keliatan kan
seperti eco enzyme yang sudah di
terapkan di beberapa rumah
masyarakat” (FB, 16/05/22).
• “Penambahan penghasilan keluarga
lewat penjualan sayuran organik, pupuk
kendang, bibit tanaman, kerajinan
bambu, dll. Pengurangan pengeluaran
keluarga lewat pemanfaatan
pekarangan rumah dalam budidaya
sayuran untuk pemenuhan kebutuhan
dapur…” (SP, 18/05/22)
• “…kita memberikan edukasi tentang
jiwa wirausaha dengan produktivitas
ramah lingkugann, kemudian dimulai
dari dukungan pada UMKM, pelaku
kreatif yang dapat berinovasi
menciptakan produk-produk yang
memiliki nilai ekonomis dan
pemanfaatan limbah serta mendaur
ulang…“ (GO,09/05/22)
C.2 Strategi untuk mencapai Nilai Ekonomi
C.2.1 Pelibatan • “Kita bentuk local heroes…mereka Observasi: Pada Tanggal 10 Mei 2022,
Local Heroes melakukan diskusi dan FGD Bersama Penulis menemui salah satu Local
masyarakat, membantu kami dalam Heroes yaitu Bapak Supendi Akbar
menggali needs langsung dengan
permasalahan masyarakat.. kita juga
jadikan mereka sebagai perpanjangan
tangan perusahaan yang mengajak
keterlibatan masyarakat secara luas…
kita juga tugaskan mereka sebagai
pelaku pendampingan dan masukan
dalam pelaporan monev yang tugasnya
ya memastikan bahwa impelementasi
percepatan produktivitas ramah
207

lingkungan dilakukan masyarakat” (GO,


09/05/22)
• “…kita punya 2 ukuran untuk local
heroes yang pertama adalah
pengamatan, pola pikir dan hasil kerja
dia, yang kedua adalah penerimaan di
masyarakat , karena ga bakal ada
impact kalau acceptance atau
penerimaan di masyarakat ndak
ada…jadi dalam pemilihannya kita cari
tahu latar belakangnya dahulu” (ED,
10/05/22).
• “Sebagai kader begitu ya, saya
biasanya membantu dalam
menggerakkan masyarakat sini, jadi
contoh atau pawangnya lah…” ( FR,
16/05/22).
• “…key person sebagai change agent
yang ada di masyarakat, jadi kita ingin
mereka menjadi acuan dari sosialisasi
sampai aksi yang di canangkan
terlaksana…” (ED, 10/05/22).
• “Salah satu pigur Local Heroes yang
sudah ditunjukan pada program ini,
yaitu beberapa warga dengan
kerelaanya untuk menjadi penggiat
Bank Sampah, sehingga usaha mereka
merupakan awal dari munculnya Social
Enterpreunership…” ( SP, 18/05/22).
• “…para local heroes sbg upaya
pendalaman materi dalam kegiatan
pendukung yang sudah di berikan, kita
juga selalu menuntut produk yang bisa
di hasilkan oleh masyarakat setelah
mendapatkan materi yang kami
berikan…kita libatkan mereka dalam
kegiatan pendampingan, karena
mereka kan ibarat key personnya kita di
masyarakat yang kita intervensi, selain
itu juga kita selalu ajak mereka untuk
berdiskusi untuk menyusun agenda
lanjutan dari program tiap bulannya,
karena tiap kebutuhan yang ada di
masyarakat yang tau ya si local heroes
ini, jadi agar kegiatan yang diberi sesuai
dengan keinginan masyarakatnya dan
ada produk nyatanya” (FB, 14/02/22).
• “Kita ingin para local heroes ini menjadi
influencer bagi masyarakat, setiap
kegiatan yang kita berikan terkait
pengembangan kapasitas, pelatihan
dan pemberian bantuan, harus di
diskusikan bersama dengan dan di
pimpin oleh para local heroes, jadi agar
kita tahu bagaimana dan apa
kebutuhan mereka…” (ED, 10/05/22).
• “Disini kita punya tim Berhati kak, kita
bentuk secara mandiri dan di fasilitasi
oleh csr…tim lah yang gerak disini”
(NU, 20/05/22).
• Melakukan pengelolaan, dan
penerapan komunikasi positif…hingga
dapat menghasilkan produk (GO,
09/05/22)
C.2.2 • “Mitra sebagai tim yang menggerakan • Observasi: Pada Tanggal 24
Kemitraan program di masyarakat dan supporting Februari 2022, Penulis mengikuti
kegiatan pelatihan serta rapat rencana kegiatan mitra
pendampingan…” (FR, 16/05/22). bersama CSR Sinar Mas Land di
208

• “Beberapa mitra kita libatkan, kita Gedung PPSB taman Jajan Sektor
bekerjasama dengan tim komunitas 1.3 BSD City
berhati yang didalamnya ada saya,
karena ini basiknya adalah program
berhati, lalu kita juga mengajak
beberapa mitra seperti bank sampah
Jayakitri, komunitas jelantah Indonesia,
komunitas eco enzyme dan beberapa
aktivis lingkungan yang ada di
masyarakat, contohnya pak Pendy itu
kan beliau aktivis lingkungan ternama di
Tangerang Raya dan terlibat juga
dalam program ini sebagai local heroes
yang menggerakkan wilayahnya…”
(FB, 14/02/22).
• “Salah satu contoh Dinas Perikanan
Kabupaten Tangerang mensuport • Observasi : Pada Tanggal 17-19
program melalui bantuan ternak lele Mei, Penulis mengikuti kegiatan
jaring terapung…” (SP, 18/05/22). Workshop Training of Trainers untuk
• “…ada banyak pelibatan mitra, selain penguatan kapasitas para Mitra
bank sampah Jayakitri, kita juga program CSR Sinar Mas Land di
sebenarnya bisa berkolaborasi dengan Telaga Seafood BSD City
program Sinarmas Land UMKM Centre,
karena dalam programnya terdapat
kegiatan pelatihan hand craft dan
kewirausahaan… Selain bermitra
secara nyata dengan alur seperti
pengolahan bank sampah tadi, kita juga
menggandeng mitra untuk menjadi
mentor kegiatan pelatihan dan
pengembangan kapasitas masyarakat
yang kita lakukan, contoh kemarin ada
dari eco enzyme, bu Ani, beliau menjadi
tutor materi eco enzyme, bu hilda juga
dari bank sampah Jayakitri, menjadi
tutor materi bank sampah, jadi kita
maksimalkan beliau-beliau ini dalam
aksi dan evaluasi…Bu Ani, setelah jadi
tutor mereka menugaskan untuk
membuat eco enzyme secara langsung
di tempat dan 3 bulan kemudian
memintanya untuk melihat eco enzyme
tersebut apakah panen atau belum dan
jikalau panen harus melaporkannya
melalui grup whatsapp, ” (ED,
10/05/22).
• “…kemudian produk2 tersebut
diberikan wadah etalase dan
didukungan dengan komunikasi
pemasaran strategis terintegrasi
dengan CSR bidang ekonomi…namun
kegiatan yang kita lakukan belum
efisien dan efektif karena masa kita
yang jualin, kasian itu pun kalau ada
yang beli, jarang banget karena kan
bentuknya kita etalase ya di pasar
intermoda, yang kebanyakan orang
datang kesana ya cari bahan makanan
bukan kerajinan daur ulang sama
makanan olahan rumahan seperti ini,
susah banget, harusnya di jojorin di
tiap-tiap rumah penghuni property
BSD… (GO, 09/05/22)
C.3 Dampak Nilai Ekonomi
C.3.1 • “…berharap pada efisiensi biaya • Observasi: Pada Tanggal 09 Juni
Pendapatan harian, dan pendapatan dari produk 2022, Kegiatan Market Day Binaan
Masyarakat yang dihasilkan yang bisa dijual“ (FR, CSR Sinar Mas Land
19/05/22)
209

• “Kita ingin mindset masyarakat berubah


menjadi yang ekonomis dan hemat,
agar sumber daya yang ada di
manfaatkan secara efektif dan
menimbulkan efisiensi, lalu ada
pendapatan masyarakat yang naik, itu
mengikuti dalam proses yang kita
lakukan, dan harus ada produk nyata
yang bisa di tampilkan…” (ED,
10/05/22).
• “…lanjut kami juga ingin mulai
mengajak mereka untuk membuat
usaha kecil mikro yang memanfaatkan
limbah, yang kami bentuk berupa
wadah inkubasi yang ada di
masyarakat dan akhirnya beberapa
keliatan kan seperti eco enzyme yang
sudah di terapkan di beberapa rumah
masyarakat lalu mereka bagikan
kepada masyarakat lain dengan
menjualnya, lalu ada produk yang
mereka jual di festival dan market day
yang kita laksanakan…” (FB, 16/05/22)
• “Salah satu dampak yang dihasilkan itu
ya adanya penambahan pendapatan
keluarga dari hasil penjualan sayuran
organik, pupuk kendang, kerajinan
bambu, pengurangan pengeluaran
biaya rumah tangga dari pemanfaatan
hasil pekarangan dalam pemenuhan
gizi keluarga…membantu melalui
membuka pasar dalam penyerapan
produk tersebut” (SP, 18/05/22).
• “Hasil produk pemberdayaan kita jual di
market daynya sinar mas dan orang-
orang sekitar kita, kita jual di pedagang
dekat sini karena kita jualnya miring
kak..” (NU, 20/05/22).
• “Keterlibatan masyarakat yang sudah
merintis usaha mikro menengah,
berupaya menghasilkan produk2 yang
memiliki nilai ekonomis (menjual
tempat pensil dari bahan plastic/limbah
tidak terpakai, kripik, teh tin dari
pemberdayaan lahan masy, dll) dibantu
penyerapan dan pemasaran pada
wadah etalase SML UMKM yang
dipromosikan dalam internal
perusahaan” (GO, 09/05/22)
• “Mendorong terjadi pertumbuhan
ekonomi secara kreatif, mandiri,
harmonis, saling berkolaborasi untuk
meningkatkan mutu kualitas SDM
menjadi lebih baik yang menghasilkan
nilai ekonomis” GO (09/05/22)
C.3.2 Profit • Image perusahaan dan terwujud
Perusahaan pembangunan property berwawasan
lingkungan, serta bentuk keharmonisan
masyarakat kota mandiri BSD city,
meningkatkan dalam bentuk yang
dijewantahkan pada program-program
kolaborasi dan kemitraan, sehingga
menjadi pemukiman masyarakat yang
ideal dan sesuai dengan kebutuhan
SDGs…” (GO, 09/05/22)
• “…lihat dampak yang bisa kami beri
untuk Sinar Mas Land dengan
pengembangan kluster local sekitaran
BSD ini, wilayah sekitar perumahan
210

mereka keliatan elok dan indah gitu kan


jadinya enak diliat dimata, paling bisa
lebih menarik investor kali ya mas, kita
menaikkan brand BSD yang disebut
kota modern asri mandiri, soalnya kita
masuk dalam area mereka…” (FR,
19/05/22)
211

Lampiran 11: Dokumentasi Penelitian

Wawancara dengan GO Paska Wawancara dengan Wawancara dengan ED


FB dan FR

Wawancara dengan GO Paska wawancara dengan Paska Wawancara dengan


dan SP SP NU

Dokumentasi Peneliti saat melakukan pengamatan dan terlibat secara langsung dalam
aktivitas serta kegiatan pada program CSR Sinar Mas Land (1)
212

Dokumentasi Peneliti saat melakukan pengamatan dan terlibat secara langsung dalam
aktivitas serta kegiatan pada program CSR Sinar Mas Land (2)

Anda mungkin juga menyukai