Kota Semarang
Lokasi
Kota Semarang sebagai ibu kota Provinisi Jawa Tengah berada di bagian utara Pulau Jawa.
Dengan lokasi tersebut, Kota Semarang dilalui oleh Jalan Pantura yang menghubungkan
antara Kota Jakarta dengan Kota Surabaya. Secara geografis, Kota Semarang terletak di
antara 6°50’ -7°10’ Lintang Selatan dan 109°35’ - 110°50’ Bujur Timur. Secara administratif,
Kota Semarang berbatasan dengan beberapa wilayah berikut.
Lokasi Kota Semarang yang berada di antara pantai utara Pulau Jawa dan wilayah kaki
Gunung Ungaran berpengaruh pada kondisi fisik alamnya yang memiliki keunikan dan
berpengaruh pada aspek nonfisik wilayahnya. Lokasi Kota Semarang secara administratif
juga memicu adanya interaksi antarwilayah yang saling mendukung secara fungsional
sehingga Kota Semarang cenderung menjadi kota tujuan untuk melakukan migrasi. Kota
Semarang memiliki luas wilayah sebesar 373,70 km2 yang terbagi menjadi 16 kecamatan dan
177 kelurahan sebagai berikut.
Perkembangan Kota
Kota Semarang termasuk salah satu kota yang mengalami perkembangan kota secara
signifikan. Salah satu hal yang dapat diperhatikan untuk meninjau perkembangan Kota
Semarang adalah kecenderungan peningkatan luas lahan terbangun yang masih terjadi hingga
saat ini. Perubahan kondisi keterbangunan lahan di Kota Semarang disajikan dalam citra
berikut.
Berdasarkan citra Kota Semarang pada tahun 1990, permukiman dengan kepadatan bangunan
tinggi di masih terkosentrasi pada bagian utara terutama pada Kecamatan Semarang Tengah,
Kecamatan Semarang Barat, Kecamatan Semarang Selatan, Kecamatan Semarang Utara, dan
Kecamatan Semarang Timur. Pada tahun yang sama, wilayah barat hingga selatan Kota
Semarang cenderung masih didominasi oleh lahan nonterbangun. Sepuluh tahun berikutnya,
perkembangan Kota Semarang yang ditandai dengan penambahan luas lahan terbangun
cenderung terjadi pesat. Kelima kecamatan dengan konsentrasi lahan terbangun tertinggi di
Kota Semarang cenderung mengalami pertambahan kepadatan bangunan. Selain itu,
penambahan luas lahan terbangun yang lebih signifikan terjadi pada kecamatan yang
berbatasan langsung dengan kelima kecamatan tersebut meliputi Kecamatan Gajahmungkur,
Kecamatan Candisari, sebagian wilayah Kecamatan Gayamsari, sebagian wilayah Kecamatan
Pedurungan, Kecamatan Tembalang, dan Kecamatan Banyumanik. Pada tahun 2010, pola
perkembangan yang terjadi juga hampir serupa dengan yang terjadi pada tahun 2000 sehingga
perkembangan Kota Semarang cenderung signifikan pada kecamatan-kecamatan yang
terletak di bagian timur Kota Semarang. Pada tahun 2020, perkembangan Kota Semarang ke
arah bagian barat mulai terjadi secara siginifikan dengan pertambahan luas lahan terbangun
terutama pada perbatasan Kecamatan Tugu dengan Kecamatan Ngaliyan serta bagian selatan
Kecamatan Gunung Pati dan Kecamatan Mijen.
Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan Kota Semarang adalah sebagai
berikut.
1. Demografi
2. Sosial Ekonomi
3. Topografi
4. Infrastruktur
Infrastruktur
1. Prasarana
a. Jaringan Jalan dan Transportasi
Jaringan jalan dan transportasi menjadi salah satu prasarana yang
keberadaannya bersifat vital bagi keberlangsungan pertumbuhan Kota Semarang.
Jaringan jalan di Kota Semarang berperan penting sebagai penghubung dengan
wilayah administrasi di sekitarnya seperti Jalur Pantura. Selain itu, jaringan jalan di
Kota Semarang terdiri atas jalan dengan berbagai kelas yang penting untuk
mendukung aktivitas pergerakan secara internal. Jaringan jalan di Kota Semarang
menurut kelasnya disajikan dalam peta berikut.
Sesuai dengan tabel dan gambar di atas, panjang jalan menurut kondisinya di
Kota Semarang masih didominasi oleh jalan berkondisi baik dengan persentase
sebesar 49,64% pada tahun 2021. Berdasarkan jenis permukannya, panjang jalan yang
telah mengalami perkerasan dengan aspal mencapai 62,71% pada tahun 2021 yang
menandakan prasarana jalan di Kota Semarang telah mengalami pembangunan secara
lebih baik. Dengan kondisi ini, jaringan jalan di Kota Semarang telah dapat
mendukung pergerakan di dalam dan di luar wilayahnya, tetapi beberapa jalan tetap
memerlukan peningkatan kualitas.
b. Jaringan Listrik
Ketersediaan prasarana listrik di Kota Semarang menjadi hal yang krusial
dalam mendukung pemenuhan kebutuhan rumah tangga, sosial, bisnis, industri,
pemerintah, dan lainnya. Pentingnya ketersediaan listrik juga diperkuat dengan fakta
pengguna listrik di Kota Semarang cenderung bertambah setiap tahun. Rincian
penggunaan listrik menurut golongan aktivitas dan banyak penggunanya disajikan
dalam tabel berikut.
Daya Produksi Dipakai
Listrik Terjual Susut/Hilang
Golongan Terpasang Listrik Sendiri
(MWh) (MWh)
(MVA) (MWh) (MWh)
Sosial 169,29 227.854,96 214.270,23 0 13.584,73
Rumah Tangga 993,56 1.612.886,04 1.516.725,64 0 96.160,40
Usaha 587,48 836.808,84 786.918,22 0 49.890,62
Industri 572,26 1.423.428,38 1.338.563,46 0 84.864,92
Perkantoran 98,23 160.954,16 151.358,06 0 9.596,10
Kota Semarang 2.420,82 4.261.932,38 4.007.835,61 0 254.096,77