Anda di halaman 1dari 3

Kepala Sekolah

Oleh Waitlem
Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 162/U/2003 tentang Pedoman Penugasan Guru
sebagai Kepala Sekolah tidak berlaku lagi. Pemerintah mengeluarkan Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 28 Tahun 2010. Secara umum tidak banyak perubahan isi dari
pasal-pasal yang diterakan di dalamnya. Perubahan terlihat pada penambahan persyaratan khusus
sebagai kepala sekolah yakni pasal 2 ayat 3b memiliki sertifikat kepala sekolah atau madrasah
pada jenis dan jenjang yang sesuai dengan pengalamannya sebagai pendidik yang diterbitkan
oleh lembaga yang ditunjuk dan ditetapkan Direktur Jenderal.
Memiliki sertifikat kepala sekolah/madrasah termasuk persyaratan khusus yang harus dipenuhi
oleh kepala sekolah yang akan diangkat sejak keluarnya Permendiknas Nomor 28 Tahun 2010
ini. Namun persyaratan ini tidak berlaku bagi kepala sekolah yang ada sekarang. Persyaratan ini
baru akan diberlakukan dua tahun sejak Permendiknas ditetapkan, sebagaimana diatur dalam Bab
X pasal 19 ayat (1) Dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) tahun sejak berlakunya Peraturan
Menteri ini Pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, atau penyelenggara
sekolah/madrasah wajib melaksanakan program penyiapan calon kepala sekolah/madrasah dan
ayat (2) Pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, atau penyelenggara
sekolah/madrasah wajib melaksanakan Peraturan Menteri ini dalam penugasan guru sebagai
kepala sekolah/madrasah paling lambat tahun 2013.
Sejak otonomi daerah diberlakukan, atau setidaknya sejak Keputusan Menteri Pendidikan
Nasional Nomor 162/U/2003 dikeluarkan, nyaris tidak ada kabupaten/kota yang mematuhi
peraturan dan keputusan Menteri Pendidikan Nasional ini. Kepmendiknas dan Permendiknas
yang mengatur tentang kepala sekolah mandul dan tumpul. Peraturan daerah (Perda) terasa
menjadi lebih tinggi dan lebih menentukan daripada Permendiknas tersebut.
Mandulnya Kepmendiknas dan Permendiknas ini terlihat dari masa jabatan kepala sekolah itu
sendiri. Dalam Permendiknas sudah diterakan jika masa tugas kepala sekolah selama empat
tahun, bisa diperpanjang dua kali masa tugas jika memiliki prestasi istimewa. Prestasi istimewa
ini sebagaimana diatur dalam pasal 10 ayat (4) Prestasi yang istimewa sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) huruf b adalah memiliki nilai kinerja amat baik dan berprestasi di tingkat
kabupaten/kota/ provinsi/nasional.
Prestasi istimewa inilah yang belum jelas kriterianya hingga sekarang. Idealnya ada tim penilai
kinerja kepala sekolah, baik penilaian rutin, maupun penilaian selama masa tugas. Artinya ada
laporan bulanan, tahunan dan empat tahunan masa kerja kepala sekolah. Laporan ini berasal dari
tim yang di-SK-kan oleh kepala daerah, atau diberi mandat oleh pemerintah, pemerintah
provinsi, dan/atau pemerintah kabupaten/kota untuk melaksanakan penilaian.
Tidak adanya kriteria kepala sekolah yang berprestasi istimewa dan tidak jelasnya penilaian
kinerja kepala sekolah membuat pengangkatan dan pemberhentian kepala sekolah selama ini
menjadi tidak jelas kriterianya. Karena itulah muncul beragam dugaan, prasangka dan tuduhan
terhadap pengambil kebijakan. Misalnya mengaitkan pengangkatan dan pemberhentian kepala
sekolah dengan unsur politik. Dunia pendidikan dimasuki unsur politik. Politik balas budi dan
politik balas dendam menjadi dikenal di mana-mana.
Jika ada kepala sekolah yang baru diangkat maka yang lain mencurigainya sebagai ‘orang dekat’
pengambil kebijakan. Begitu juga sebaliknya, kalau ada kepala sekolah yang diberhentikan
dikaitkan pula dengan politik balas dendam. Ini akibat tidak adanya kriteria keberhasilan dan
kegagalan seorang kepala sekolah,tidak ada kriteria memiliki prestasi istimewa dan sangat
istimewa. Karena pengelolaan pendidikan sudah diserahkan ke kabupaten/kota, maka sudah
saatnya diaplikasikan tim penilai kinerja kepala sekolah. Apalagi dengan adanya tuntutan
akreditasi sekolah, seharusnya juga diiringi dengan akreditasi kepala sekolah.
Setelah Permendiknas Nomor 28 tahun 2010 diberlakukan, pemerintah kabupaten/kota bukan
saja dituntut untuk menyiapkan tim penilai kinerja kepala sekolah juga dituntut untuk
mempersiapkan pendidikan dan latihan bagi calon kepala sekolah. Dalam permediknas ini sudah
ditetapkan masa diklat calon kepala sekolah minimal 100 jam tatap muka dengan masa magang
selama tiga bulan. Diklat kepala sekolah bisa bekerjasama dengan pemerintah provinsi atau
pemerintah pusat, atau lembaga yang ditunjuk oleh Kementerian Pendidikan Nasional.
Sejauh ini belum terlihat pemerintah kabupaten/kota yang secara tegas memberlakukan
permendiknas atau menindaklanjutinya dengan membuat perda. Karena kewenangan
pengangkatan dan pemberhentian kepala sekolah ada pada pemerintah kabupaten/kota maka
dibutuhkan peraturan daerah yang mengatur hal ini. Selama pengangkatan kepala sekolah tidak
mengacu pada permendiknas atau tidak diatur secara tegas dengan peraturan daerah maka selama
itu pula akan muncul kecurigaan.
Karena itu ada dua hal yang mendesak dipersiapkan, pertama tim penilai kinerja kepala sekolah,
kedua mempersiapkan diklat calon kepala sekolah. Keduanya melekat pada pengangkatan dan
pemberhentian kepala sekolah. Tanpa keduanya maka akan terus ada pertanyaan, mengapa guru
diberi tugas tambahan sebagai kepala sekolah dan mengapa tugas tambahan itu diambil kembali,
atau mengapa seseorang diangkat dan diberhentikan sebagai kepala sekolah?

Anda mungkin juga menyukai