Hanif Rabbani Sakha - Q3
Hanif Rabbani Sakha - Q3
NIM : 22/496576/TK/54424
Diadaptasi dari Republika, Jumat, 22 Februari 2016, hlm 15, klm 1-2
Mati Angin
Diadaptasi dari artikel Hasan Alwi, Kompas, Sabtu 3 Januari 2016, Hal. 12
PERILAKU PENGENDARA JAKARTA MAKIN PRIMITIF
Masalah (akut/laten/klasik) menghinggapi lalu lintas di Ibu Kota. Kemacetan yang terjadi
setiap hari (diperbesar/diperkacau/diperparah) oleh perilaku barbar para pengendaranya.
Sejumlah pengamat (menuding/menuntut/menuduh) kekacauan lalu lintas di Jakarta adalah
(cermin/simbol/perlambang) perilaku pemimpinnya yang selalu membuahkan
(keputusan/peraturan/kebijakan) tidak tepat. “(Tabiat/perilaku/sikap) pengendara, apa pun
kendaraannya, brutal dan primitif. Semuanya egois,” kata Tulus Abadi, Pengurus Harian Yayasan
Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI).
Lihat saja, tambah Tulus, sepeda motor yang (menerabas/melintasi/ memotong) trotoar
sampai melawan arus serta mobil pribadi yang diisi satu dua orang saja dan memenuhi semua
(badan/ bagian/ruas) jalan. Angkutan umum, demi mengatasi (meningkatnya/tingginya/kuatnya)
persaingan, berhenti di (setiap/semua/sembarang) tempat, ngetem, tanpa peduli kemacetan yang
(terjadi/ ada/menumpuk) di belakangnya. Mobil pribadi dan angkutan umum juga tanpa merasa
salah masuk ke (jalur/area/kawasan) bus transjakarta. Berkendara sambil (asyik/sibuk/terus)
menelepon, lanjut Tulus, biarpun di atas sepeda motor, (lazim/umum/biasa) dilakukan. Ancaman
kecelakaan sepertinya tak (terpikirkan/terhindarkan/terbayangkan). Rambu lalu lintas dianggap
angin lalu.
“Perilaku barbar bukan (semata-mata/murni/melulu) salah pengendara, tetapi karena tidak
ada regulasi yang (dibuat/dirancang/didesain) agar pengendara disiplin. Pemerintah juga selama
40 tahun terakhir tidak bisa (memenuhi/mengatasi/menyelesaikan) ketersediaan angkutan massal
yang baik,” kata Ketua Program Studi Doktor Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Hamdi
Muluk.
Hamdi dan Tulus yakin (pelebaran/peningkatan/penambahan) jalan tol bukan jalan keluar
bagi kekacauan lalu lintas. Mereka menuntut agar sistem transportasi massal segera
(dilaksanakan/ direalisasikan/diaplikasikan) seiring tindakan tegas oleh pemerintah bagi
pengendara nakal.