PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
yang sangat penting dalam menjaga dan memelihara eksistensi suatu bangsa dan
kebudayaan (Fathah, 2008:3). Namun hingga kini karakter warga negara belum
menunjukkan karakter yang baik, seperti terlihat dari banyaknya perilaku warga
negara yang menyimpang dari nilai-nilai, moral, dan norma yang berlaku.
komitmen nasional yang telah lama tumbuh dan berkembang dalam kehidupan
masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia. Seperti yang tercermin dalam berbagai
Indonesia dikenal sebagi bangsa penyabar, ramah, penuh sopan santun, tetapi
dan sebagainya. Bila kondisi ini tidak segara diantisipasi, tentunya akan dapat
1
2
kalangan remaja, (2) pengunaan bahasa dan kata-kata yang memburuk, (3)
pengaruh peer group yang kuat dalam tindakan kekerasan, (4) meningkatnya
perilaku merusak diri, (5) semakin kaburnya pedoman moral baik dan buruk, (6)
menurunnya etos kerja, (7) semakin rendahnya rasa hormat pada orang tua dan
guru, (8) rendahnya rasa hormat terhadap individu dan warga negara, (9)
antara sesama. Dari hasil penelitian dan kajian yang dilakukan oleh Mengawangi,
ternyata kesepuluh tanda-tanda tersebut sudah nampak jelas di tanah air ini
(Megawangi, 2004:8-11). Selain itu hasil survei nasional yang dilakukan oleh The
Ethics of American Youth, dari Josephson Institute of Ethics (2006), seperti yang
ditulis oleh Dimyati (2010:86-88) diketahui bahwa perilaku siswa dalam jangka
waktu 12 bulan, yaitu (a) 82% mengakui bahwa mereka berbohong kepada
orangtua; (b) 62% mengakui bahwa mereka berbohong kepada seorang guru
tentang sesuatu yang signifikan; (c) 33% menjiplak tugas dari internet; (d) 60%
menipu selama pelaksanaan ujian di sekolah; (e) 23% mencuri sesuatu dari orang
tua atau kerabat lainnya; (e) 19% mencuri sesuatu dari seorang teman, dan (f)
Amerika Serikat namun perilaku tidak terpuji yang menerpa siswa sebagaimana
Indonesia. Sudah cukup banyak contoh dan perilaku tidak jujur yang dilakukan
3
individu dalam dunia pendidikan, mulai dari siswa yang mencontek, menjiplak
hasil karya orang lain tanpa menyertakan sumber, mencari- cari alasan untuk lari
dari tanggung jawab atas tugas-tugas sekolah yang diberikan oleh guru
(Koesoema, 2009:183).
Disisi lain perilaku tidak etis yang ditunjukkan oleh siswa tersebut
karakter itu penting. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa (a) 98%
berkata, "Sangat penting bagi saya untuk menjadi orang dengan karakter yang
baik"; (b) 98% berkata, "Kejujuran dan kepercayaan sangat penting dalam
hubungan pribadi"; (c) 97% berkata, "Ini penting bagi saya bahwa orang percaya
padaku"; (d) 83% berkata, "Ini tidak layak untuk berbohong atau menipu karena
terjadi mencerminkan sikap sinis siswa itu sendiri dalam proses rasionalisasi
dengan cara mengabaikan kebenaran penilaian etika dan perilaku yang dinyatakan
bahwa karakter itu penting, tetapi di sisi lain berbohong, menipu, dan mencuri,
maka disinilah pentingnya peran dan fungsi lembaga pendidikan untuk mengatasi
hal tersebut.
4
dalam membangun karakter siswa, untuk itu dalam lembaga pendidikan formal
pada teori perkembangan nilai dan moral. Piaget dan Kohlberg adalah dua tokoh
(cognotive structure) anak dan kajian moral (moral judgment) anak yang hasil
studinya menyimpulkan ada dua tingkat perkembangan moral pada anak usia 6 –
12 tahun, yakni heteronomi dan autonomi. Pada tingkat heteronomi, segala aturan
dipandang oleh anak sebagai hal yang datang dari luar (bersifat eksternal) dan
pada tingkatan autonomi anak mulai menyadari adanya kebebasan untuk tidak
sepenuhnya menerima aturan itu sebagai hal yang datang dari luar dirinya,
sehingga pada tahap ini anak memiliki kemampuan untuk mengkritisi aturan dan
memilih aturan yang tepat atas dasar kesepakatan dan kerjasama dengan
pada pengembangan perilaku moral yang dilandasi oleh penalaran moral yang
nilai, hal ini dapat dikaji dalam Undang-undang nomor 20 tahun tentang Sistem
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
bermaksud agar pendidikan tidak hanya membentuk insan Indonesia yang cerdas,
generasi bangsa yang tumbuh berkembang dengan karakter yang bernafas nilai-
nilai luhur bangsa serta agama. Sejalan dengan itu, Visi Pendidikan Nasional 2025
spiritual; (2) cerdas emosional; (3) cerdas sosial; (4) cerdas intelektual dan (5)
seperangkat kompetensi antara lain; (1) berkepribadian unggul dan gandrung akan
keunggulan; (2) bersemangat juang (3) Mandiri; (4) pantang menyerah; (5)
6
pembangun dan pembina jejaring; (6) berhasrat dengan perubahan; (8) produktif;
(9) sadar mutu; (10) berorientasi global; (11) pembelajaran sepanjang hayat
membangun karakter siswa. Hal ini dapat dilihat dalam penjelasan pasal 37 ayat
rasa kebangsaan dan cinta tanah air’. Demikian juga dengan pendapat Djahiri
siswa (diri dan kehidupannya) supaya menjadi warga negara yang baik
Demikian pula dengan pendapat yang dikemukakan oleh Malik Fajar dalam
mengemban misi membentuk warga negara yang baik, yakni warga negara yang
berbangsa dan bernegara sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945. Tetapi menurut
PKn selama ini ternyata masih didominasi oleh sistem konvensional, sehingga
masih jauh dari harapan. Adapun belajar konvensional yang dimaksud Suryadi
(2006: 27) ditandai dengan ruang kelas yang tertutup dalam sekolah juga tertutup
dari lingkungannya, seting ruangan yang statis dan penuh formalitas, guru
menjadi satu-satunya sumber ilmu, dan papan tulis sebagai sarana utama dalam
proses transfer of knowldge, situasi dan suasana belajar dipayakan hening untuk
cendrung satu-satunya yang sah sebagai referensi di kelas, dan adanya model
9
ujian dengan soal-soal pilihan ganda (multiple choise) yang hasilnya menjadi
berpusat pada guru (teacher center), orientasi pada hasil lebih kuat, kurang
menekankan pada proses, posisi siswa dalam kondisi pasif siap menerima
menyenangkan, satu arah- indoktrinasi. Dengan kondisi seperti ini, maka harapan
untuk membetuk warga negara yang berkarakter baik masih akan sulit terwujud.
prinsip utama, yaitu; (1) bukan indokrinasi politik, sebaiknya tidak menjadi alat
warga negara yang cerdas dan berdaya nalar tinggi; (3) Pkn adalah proses
development. Pemikiran ini didasari oleh asumsi bahwa untuk mendidik anak
menjadi warganegara yang cerdas dan baik harus dilakukan secara sadar dan
Atas dasar pemikiran ini, bahwa untuk membentuk karakter yang baik
tidak cukup hanya melalui proses pembelajaran PKn di dalam kelas, tetapi perlu
terlatih untuk melakukan kebajikan atau perbuatan yang bermoral (moral action)’
berkarakter sebagai sifat alami seseorang dalam merespon situasi secara bermoral
yang dimanifestasikan dalam tindakan nyata melalui tingkah laku yang baik, jujur,
bertanggung jawab, menghormati orang lain dan karakter mulia lainnya. Pendapat
ini sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Aristoteles dalam Megawangi
(2004:113), bahwa karakter itu erat kaitannya dengan “habit” atau kebiasaan yang
terus menerus dilakukan. Diilustrasikan bahwa karakter itu ibara “otot”, dimana
“otot-otot” karakter akan menjadi lembek apabila tidak pernah dilatih, dan akan
menjadi kuat dan kokoh kalau sering dipakai. Seperti seorang binaragawan (body
juga akan terbentuk dengan praktik-praktik latihan yang akhirnya akan menjadi
kebiasaan (habit).
11
karena bukan sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah, lebih
yang baik sehingga siswa menjadi paham (domain kognitif), tentang mana yang
baik dan salah, mampu merasakan (domain afektif) nilai yang baik dan mau
saling mendukung antara pembelajaran PKn yang mengajarkan nilai, norma dan
moral di ruang kelas dan proses habituasi atau kebiasaan-kebiasaan yang terjadi
karater bagi siswa. Untuk itu penulis memandang perlunya meneliti pengaruh
karakter siswa. Dengan demikian penulis menyusun tesis ini dengan judul “
Bangka).
B. Rumusan Masalah
siswa?
X1
X2
dalam penelitian ini berikut ini disampaikan definisi operasional sebagai berikut:
melibatkan guru sebagai pengajar dan siswa sebagai peserta didik yang
meliputi; (1) materi; (2) metode; (3) media; (4) sumber belajar; dan (5) evaluasi
pembelajaran.
terhadap Tuhan; (b) nilai-nilai perilaku manusia terhadap diri sendiri; (c) nilai-
nilai perilaku manusia terhadap sesama; (d) nilai-nilai perilaku manusia terhadap
karakter baik (good character) siswa. Menurut Lickona bahwa karakter baik
(good character) memiliki tiga unsur yakni; moral knowing (pengetahuan moral),
reasoning); (e) Mengambil keputusan (decision making); dan (f) Pemahaman diri
sendiri (self knowledge). Moral feeling meliputi: (a) Kata hati atau nurani
(conscience); (b) Harapan diri sendiri (self- esteem); (c) Merasakan diri orang lain
(emphaty); (d) Mencintai kebaikan (loving the good); (e) Kontrol diri (self-
control); dan (f) Merasakan diri sendiri (humility). Moral Action meliputi: (a)
D. Tujuan Penelitian
bertujuan untuk:
guru mata pelajaran PKn dan proses habituasi yang berlangsung di sekolah yang
siswa. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada
1. Bagi guru:
siswa.
siswa.
E. Asumsi Penelitian
dalam arti menggunakan materi, metode, media, sumber belajar, dan evaluasi
yang tepat yang disertai dengan proses habituasi, yaitu kebiasaan yang
manusia terhadap Tuhan; (2) nilai-nilai perilaku manusia terhadap diri sendiri; (3)
G. Hipotesis Penelitian
karakter siswa.
karakter siswa.
H. Metode Penelitian
Study Habits and Attitudes) dari Brown dan Holtzman yang telah dimodifikasi
sesuai dengan kebutuhan, yaitu dengan (5) lima option yaitu; (1) selalu, (2) sering,
(3) kadang-kadang (4) jarang, (5) tidak pernah. Jawaban yang tepat memperoleh
bobot nilai lima (5), dan seterusnya memperoleh bobot nilai 4, 3,2, dan 1.
pengelompokan rendah, sedang dan tinggi. Selain itu juga dianalisis dengan
korelasi regresi ganda yang dilakukan untuk menguji hipotesis, yaitu pengaruh
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri di
Kabupaten Bangka yang mata pelajaran PKn diajar oleh guru yang berlatar
belakang S1 PKn. Populasi tersebut dipilih dengan pertimbangan: (1) Siswa kelas
VIII SMPN berada pada tahun kedua di SMP sehingga mereka sudah banyak
(2) Guru PKn yang berlatar belakang S1 PKn memiliki pemahaman tentang visi,
misi, dan tujuan PKn serta strategi pembelajaran PKn. Dari data dokumentasi
pada dinas Pendidikan Kabupaten Bangka jumlah siswa kelas VIII sebanyak
2.471 orang.
Dari gambaran wilayah yang cukup luas dan jumlah populasi yang cukup
banyak, oleh karena itu perlu dilakukan pengambilan sampel. Adapun teknik
random sampling. Dengan Cluster sampling wilayah populasi dibagi menjadi dua,
jumlah siswa sebanyak 1.100 orang. Sampel dalam penelitian ini ditetapkan
sebanyak 265 orang, hal ini didasarkan atas tabel penentuan jumlah sampel yang
dikembangkan dari Isaac dan Michael dalam Sugiyono (2009:128). Bahwa jika
20
sampel adalah 265. Penentuan sampel sebanyak itu dilakukan secara acak dan
KONDISI
KARAKTER
WARGANEGARA
DEWASA INI
PEMBANGUNAN
KARAKTER
PEMBELAJARA PROSES
BELAJAR MEMBIASAKAN
N PKn MENGAJAR DI
NILAI-NILAI
• Materi SEKOLAH
TERHADAP:
• Metode
• Media • Tuhan
• Sumber • Diri sendiri
• Evaluasi
Siswa sebagai • Sesama
Warga Negara • Lingkungan
Muda • Bangsa
GOOD
CHARACTER
• Moral knowing
• Moral feeling
• Moral action