Anda di halaman 1dari 35

INDIA

SEDJARAH POLITIK DAN PERGERAKAN KEBANGSAAN

OLEH

Dr T. S. 0. M U L IA

TJETAKAN KEDUA

BALA I PUSTAKA — DJAKARTA — I 952"


Z A M A N P E N D JA D JA H A N IN G G E R IS

D a l a m Bagian pertama kita sudah terangkan bahwa dan pada per-


mulaan tarich Masehi sampai abad ke-4 perhubungan dagang an a
keradjaan Rumawi dan benua Timur (Iran dan India) ertam ,
Perhubungan itu sebagai kita tahu mulai terbuka sedja pen)
Iskandar Z u ’l Karnain ke India Utara. « i •.
Setelah bangsa Arab dalam abad ke-7 dan ke-8 merebut tana
dan Iran, maka perhubv.ngan jang langsung antara n ia ^
Eropah terputus. Sedjak itu perniagaan dengan daerah Timur pin ^
tangan orang Arab. Perdjalanan dagang itu melalui Teluk ersia ^
Laut Kolzum. Saudagar-saudagar di Eropah menerima barang
Timur dipelabuhan-pelabuhan di Laut Tengah, jang didjual me ^
dipasar-pasar di Eropah Tengah dan Utara. Jang memegang
dagang itu mula2 ialah saudagar-saudagar Italia dari Venetia dan ,

1. Pendjadjahan Portugis. r
Oleh sebab tidak senang melihat kemadjuan dagang orang( Ita ^
maka keradjaan Portugis berichtiar hendak mentjahari djalan aut s_
ke India melalui Afrika Barat dan Selatan. Setelah tahu benar te ^
keadaan didaerah Afrika Barat, mereka itu makin lama makin
nudju kearah selatan, sehingga ditahun 1486, Bartholomeo p^g,
Novaes tiba diudjung Afrika jang paling selatan, jaitu Tan ) 9
harapan (K. de L e d e Hoop). Enan, tahun kemu^an C o lu m to
disuruh oleh radja Spanjol mentjari djalan ke India ti a i en anq
jang disangkanja tanah India (1492). Ditahun 1498 tiba pula seora B
pelajar Portugis Vasco di Gama di Calicut,, suatu tempa ejajui
barat-daja India. Menurut berita pelajarannja mula-mu a “
Tandjung Pengharapan dan sampai di Zanzibar. Dari sana j-alan
perantaraan nachoda-nachoda bangsa India ia dapat mengetahui )
kenegeri itu. ^
Ditahun 1500 angkatan laut Portugis jang kedua dan dikepal
Cabral tiba di Calicut dan mendirikan bandar dan benteng j^ak
Akan tetapi ia terus' menghadapi perlawanan jang keras a
saudagar-saudagar Arab dan Iran. Politik Cabral semata-mata a^au
berdagang sadja, bukan hendak menguasai setjnra pendjadja
koloni. Baru penggantinja Albuquerque mempunjai angan-angan un
mendirikan koloni Portugis dibenua Asia jang akan mendja i Pu
perdagangan didaerah Timur. Untuk mentjapai maksud itu ia menjerang
dan merebut kota Malaka (1511) dan memasuki kepulauan Indonesia
sampai di Maluku. Kesebelah barat ia m'entjoba merebut kota Aden
untuk menguasai Laut Kolzum, akan tetapi maksudnja gagal, hanja
Teluk Persia dapat dimasukinja. Tudjuan politik bangsa Portugis
ialah snerebut daerah-daerah di Timur untuk kebesaran keradjaan me-,
reka. Mereka tak keberatan bangsanja bertjampur dengan penduduk
asli supaja dengan djalan demikian agama mereka (Katolik) dapat
disebarkan. Golongan peranakan Eropah di India (Eurasians) keba-
njakan keturunan orang Portugis, jang sampai sekarang masih memakai
nama Portugis djuga. Tempat-tempat jang diduduki orang Portugis
didaratan India tidak banjak. Jang lebih penting bagi mereka ialah
pulau Ceylon. Lama kelamaan pendjadjahan Portugis itu mendjadi
lemah, terutama oleh perbuatan-perbuatan j^ng kurang djudjur. Sifat
# pegawai-pegawai peranakan Portugis diwaktu itu buruk sekali ; mereka
memeras rakjat dan suka menggelapkan uang. Lagi pula keradjaan
Portugis di Eropah pada masa itu mulai berkurang kuasanja dan achirnja
bersatu dengan keradjaan Spanjol. Dalam pada itu pimpinan dari negeri
sendiri tidak tjukup lagi dan mereka lekas dapat diusir oleh pendjadjah 2
baru, jaitu^elanda dan Inggeris. Sebagai kita tahu Malaka dan Ceylon
direSut oleh Belanda kemudian hari dari orang Portugis. Benteng-benteng
ketjil (didaratan India mula-mula djatuh ketangan Belanda djuga,
akan tetapi tidak lama kemudian direbut oleh Inggeris. Achirnja orang
Belanda snenduduki kepulauan Indonesia sadja, sedang orang Inggeris
membsatkan tenaga mereka di India. Sampai sekarang masih ada lagi
3 pelabuhan ketjil di India jang dikuasai oleh Portugis, jaitu Diu,
Damao dan Goa.

2. Permulaan pendjadjahan Inggeris.


Seperti orang Belanda, orang Inggeris djuga mula-mula hanja
mentjari perhubungan berniaga sadja. Ditahun 1600 mereka mendirikan
.,East Indian Company ot London , sematjam ,,Oost-Indische Com-
pagnie” Belanda. Mereka djuga mengirim kapal-kapal ke Djawa dan
kepulauan Maluku dan mempunjai benteng di Ambon, akan tetapi se-
djak 1623 mereka meninggalkan kepulauan itu.
Ditahun 1612 Kongsi itu, m e n d a p a t ~izin u n t u k berdagang d i Surat
(Gujarat). Inilah permulaan kuasa orang Inggeris di India. Kemu­
dian mendapat kedudukan di Benggala ; akan tetapi perniagaan itu
tak berarti sampai ditahun 1690. Ditahun ini Kongsi itu mendirikan
suatu benteng jang mendjadi pangkal kota Calcutta sekarang dan dari
sinilah m e r e k a ' m e n d e s a k kedalam n e g e r i. Ditahun 1700 o r a n g I n g g e r is
sudah m e r f ip u n ja i kedudukan j a n g tetap pada empat tempat di B e n g g a l a .
Disebelah tenggara Kongsi Inggeris m e n d a p a t sebidang tanah dekat
p a d a kota Portugis San Thomas jang sudah: mulai mundur. D i t a h u n
1639 mereka mendirikan benteng disana jang mendjadi permulaan kota
Madras. Disebelah barat* India kota Bombay jang dikuasai oleh
Portugis diberikan sebagai mahar kepada puteri Catharina Bcaganza
dari Portugis jang kawin dengan radja Inggeris, Charles I I ditahun
1661. Dengan sendirinja kota itu mendjadi milik keradjaan Inggeris.
Djadi diabad ke-17 keradjaan itu sudah menduduki bebera'pa tempat
jang penting dikeliling India disebelah laut dan mudah akan menguasai
negeri itu. Sebagai keradjaan laut Inggeris mengerti akan kepentingan
dan kekuatan benteng-benteng dipantai laut, meskipun luas tempat2
itu semuanja pada masa itu belum sampai 20 mil empat persegi.
Sementara itu mereka membudjuk-budjuk sultan-sultan M oghul di
Agra dengan matjam-matjam djalan. Mula-mula seorang utusan
resmi dari radja Inggeris sendiri datang mengundjungi Sultan Jahangir.
Sir Roe, salah satu dari utusan itu, tinggal di Agra lebih kurang 3 tahun, r
dalam waktu mana ia dapat mengumpulkan keterangan-keterangan jang
tjukup dan tentu untuk mengetahui seluk-beluknja keadaan dalam kera­
djaan Hindustan. Ditahun 1708 kongsi-kongs'i di Inggeris jang berdagang
di India disatukan mendjadi kongsi jang baru (United Com pany).
Dibelakang hari Kongsi itu mendapat hak (charter) untufc mengatur
pemerintahan di India. Sedjak itu dapatlah Kongsi itu dipandang sebagai
alat pendjadjahan Inggeris disana sampai tahun 1857, dalam tahun
mana Kongsi itu dibubarkan dan segala kuasanja ditarik oleh keradjaan
Inggeris.
Dalam abad ke-17 orang Perantjis djuga mendapat izin dari bebe­
rapa radja2 ditanah pesisir India untuk membuka kantor, misalnja .di Su­
rat (1664), Pondicherry (1673) dan Chandranagar (1688). Merekapun
mempunjai Kongsi perniagaan di India jang didirikan tahun 1604.

3. Perang Inggeris-Perantjis di Ind ia (1745 — 1763).

Hampir selama abad ke-18 perang antara Inggeris dan Perantjis


tidak berkeputusan di India untuk merebut kuasa disana. Keradjaan-
keradjaan itu satu-satunja mentjahari kepentingan sendiri dengan me­
ngadakan perdjandjian dengan radja-radja di India jang sudah tahu
pula memilih pihak jang m enguntungkan bagi mereka. Perang antara
Inggeris dan Perantjis di Eropah menimbulkan perang di India antara
mereka, akan tetapi ada djuga perang jang dilakukan oleh ke­
dua belah pihak sadja semata-mata un tu k mengusir pihak jang lebih
lemah dari India.
Mula-mula ditahun 1745 orang Perantjis merebut kota Madras ;
kota itu dikembalikan 3 tahun kemudian menurut perdamaian di
Aken, setelah perang di Eropah selesai. Akan tetapi meskipun &udah
berdamai, perang di India berdjalan terus antara Inggeris dan Perantjis.
70 Panglima perang Inggeris ialah Clive dan tentara Perantjis dikepalai
oleh Dupleix. Pada waktu itu didaerah Madras dan Deccan Perantjislah
jang lebih kuat. Mereka dapat menolong Nizam Hydrabad dalam per­
lawanan dengan keluarganja untuk mewarisi keradjaan itu, dan partij
jang dibantu oleh Inggeris kalah. Dupleix njata seorang Perantjis jang
tjakapj dan mempunjai rentjana jang lengkap untuk mematahkan kuasa
Inggeris di India. Oleh sebab itu Inggeris mendesak pemerintah Peran­
tjis supaja perdamaian Aken jang telah diadakan itu dipegang dengan
teguh dan Dupleix dipanggil kembali. Pemerintah Perantjis jang pada
masa itu sudah mulai lemah memenuhi permintaan itu. Ia diganti oleh
Lally seorang bangsawan berasal dari Ierland, akan tetapi kenjataan
tidak mempunjai ketjakapan jang dapat dibandingkan dengan Dupleix.
Dengan mudah sekali dalam perang jang berikut Clive merebut
Pondicherry dan membongkar benteng-benteng Perantjis jang ada
disitu. Ditempat-tempat lain orang Perantjis kalah djuga, sehingga
sedjak perdamaian Parijs (1763) kuasa Perantjis di India boleh dika-
takan sudah patah sama sekali. Sampai sekarang Perantjis hanja men-
duduki tiga kota jang ketjil di India, jaitu Pondicherry (dekat Madras),
Chandarnagar (dekat Calcutta) dan Tellicherry (dekat Calicut).
O
4. Pemerintahan Clive di Benggala (1757 — 1760) ; (1764 — 1767).

Lah'y dipanggil kembali dan dihukum mati, oleh karena bentjana


kehinaanjang ditumpahkannja atas keradjaan Perantjis di India. Dimasa
itu njuntjullah seorang Inggeris bernama Robert Clive jang kelak akan
menanam pokok kuasa Inggeris di India. Ia datang di India ditahun 1743,
baru berumur 19 tahun, sebagai pegawai rendah dari kongsi Inggeris dan
ditempatkan di Madras. Disinilah ia mulai menundjukkan ketjakapannja
dan hasratnja jang keras untuk memperkuat kedudukan Inggeris. Sebe­
lum itu 'perlulah dulu orang Perantjis jang sudah berkuasa disana dilawan
sehingga mereka terpaksa meninggalkan India.
Lambat laun Clive mempunjai kedudukan jang kuat, jang diper-
gunakannja untuk mepiperluas pengaruh Inggeris di Benggala. M e­
nurut politiknja, negeri itulah jang harus direbut lebih dulu, sebelum
menudju kehulu sungai Gangga. Akan tetapi djalan itu tidak mudah.
Nawab Seraju~d’daula, radja Benggala sama sekali tidak menjukai ke-
datangan orang Inggeris didalam negerinfa. Benteng Inggeris jang paling
djauh dari laut (Kasimbazar) dengan segera direbutnja dan dengan
50.000 orang ia terus menjerang Calcutta jang hanja dipertahankan oleh
200 orang serdadu Inggeris. Kota itu menjerah dalam 6 hari. Tawanan
dimasukkan dalam suatu ruangan pendjara jang besarnja tidak lebih dari
200 m2. Menurut bertta keesokan harinja hampir semua orang Inggeris
jang ditawan itu mati dibunuh oleh pendjaga pendjara itu. Pemeriksaan
menentukan bahwa bukan Nawab sendiri jang memberikan perintah
untuk membunuh tawanan itu. Pembunuhan m dinamai orang Inggeris
„the tragedy of the Black Hole” atau pembunuhan jang ngeri dalam
pendjara gelap. Sebagian diiri orang Inggeris lari menghilir sungai G an ­
ges dan dari sana memberi chabar kepada Clive jang berada di Madras
tentang peristiwa itu. Ia segera datang ke Calcutta dengan angkatan
laut. Sepuluh bulan kemudian kota itu dan sekitarnja direbut kembali
(1757).
Akan tetapi maksud Clive belum tertjapai selama Nawab masih
merdeka dan Benggala dibawah kuasanja. Oleh sebab itu ia memakai
pelbagai tipu muslihat. Salah seorang diantara menteri-menteri Nawab
namanja Mir /afar berdendam, sebab dihina oleh radja. Clive mengada­
kan perdjandjian rahasia dengan dia. Ia akan mengganti Serajud-d’daula
sebagai Nawab di Benggala, asalkan ia memberikan keterangan jang
palsu kepada Nawab tentang kekuatan tentara Inggeris dan susunannja,
djikalau menjerang. Tidak lama kemudian tentera kedua pihak bertemu
dekat Plassey dan sesudah bertempur beberapa hari Nawab terpaksa
melarikan diri dan meninggalkan serdadunja, diantaranja banjak orang
Perantjis. Dengan mudah Clive menawan mereka ; Jafar diangkat sebagai
Nawab (tahun 1757). Bekas Nawab itu dibunuh orang kampung ketika
ia mentjari perlindungan. «
Setelah perang selesai Clive mempergunakan kekajaan jang diram-
pasnja dari Nawab untuk mengganti kerugian penduduk orang Inggeris
di Calcutta. Ia sendiri menerima Rs 3 ^ djuta ; anggota-anggota dewan-
nja masing-masing Rs 600.000. Lagi pula ia meminta sebagian, dari
padjak Benggala (Rs 360.000) tiap-tiap tahun untuk ke'perluan sendiri.
Hal itu membusukkan namanja dibelakang hari dan mendjadi tuduhan
jang keras terhadap dirinja. Mir Jafar waktu diangkat mendjadi Naw ab
menjerahkan hak tanah dari 24 desa (24 pargana) disekitar Calcutta
kepada East Indian Company (E.I.C.) jang memungut padjak dan meng-
atur pemerintahan disitu, seperti tanah jang dimiliki oleh orang
asing (1757). Inilah permulaan kuasa Inggeris di India disebelah peda
laman, jaitu diluar pelabuhan2 jang lebih dulu sudah diduduki mereka.
Ditahun 1760 Clive kembali ketanah Inggeris sebagai orang jang kaja
raja. Ia minta lepas dari djabatan E.I.C. jang mana diperkenankan dengan
penuh kehormatan dan ia diangkat mendjadi Lord Clive. Akan tetapi 4 th.
kemudian ia diminta dengari keras supaja kembali ke India, sebab
keadaan disana makin lama makin merugikan bagi E.I.C.
Pegaw'ai-pegawai Kongsi itu hanja mentjari kekajaan sendiri dan
banjak sekali diantara mereka jang tjurang. Kas Pemerintah di Calcutta
kosong dan harus dibantu oleh Madras. Kaum Maratha tidak berhenti
mengganggu penduduk Benggala dan menqantj.am kedudukan E.I.C .
Nawab jang baru di Benggala, M ir Kasim tidak senang melihat ia di~
permainkan oleh pengurus E.I.C. Pada suatu hari' ia suruh bunuh semua
orang Inggeris jang ada dikota Patna, lebih dari 200 orang.
Nawab itu jang akan ditangkap oleh tentera Inggeris, min'ta bantuan
dari Sultan Shah Alam di Delhi, akan tetapi tidak berhasil. Achirnja ia
harus menjerah dan membuat perdjandjian (1764). Kuasanja di Allaha­
bad dan Kora diambil oleh E.I.C. jang membajar kepadanja Rs 2.600.000
tiap-tiSp tahun dari djumlah padjak di Benggala sebagai pengganti ke-
rugian. Lain dari pada 24 pargana sebagai kita sebut tadi diatas
Nawab itu terpaksa menjerahkan hak „dewani” untuk seluruh Benggala,
Bihar dan Orissa. Hak ini berarti bahwa orang Inggeris berkuasa me-
ngatur hal padjak dan keuangan dinegeri-negeri itu. Dengan pendek kata,
mereka boleh membuat pera'turan untuk mengisi kas Kongsi India dan
kantong pegawai-pegawainja. Dengan djalan demikian radja-radja di
Benggala dan Sultan Hindustan tidak berkuasa lagi, semata-mata hanja
menerima gadji atau pensiun sadja dari Kongsi itu.
Ditahun 1767 Lord Clive kembali ke Inggeris, lebih kaja lagi dari
pada pertama kali. Disana perasaan umum terhadap perbuatannja di
India sudah beruhah. Parlemen menuduh dlia melanggar sjarat-sjarat
kesetiaan dan kedjudjuran jang diwadjibkan kepada pegawai-pegawai
tingqi. Sucftu komisi dari Parlemen diangkat untuk memeriksa politik-
nja di India dengan seterang-terangnja. Ia mengakui bahwa semua tudu-
han-turluhan, begitupun tentang penerimaan uang jang berdjuta-djuta
itu benar, akan tetapi ia tidak pernah mendapat teguran dari pengurus
besar E?I. C. Tuduhan-tuduhan atas dirinja, seorang jang berdjasa
besar bagi bangsanja pada achirnja amat merusakkan akalnja. Sebelum
ia mendapat putusan dari Parlemen ia membunuh diri dalam us’a 67
tahun dirumahnja di London.

5. Pemerintahan W a rre n Hastings (1767 — 1784).


, Clive diganti oleh orang jang masjhur djuga ialah Warren H as­
tings. Ia memperkuat kuasa Inggeris di India, akan tetapi meniru Clive
djuga dalam mentjari' kekajaan sendiri dan kena siksa jang sama
pula. Hastings telah 22 tahun berdiam di Calcutta, ketika ia diangkat
oleh E.I.C. sebagai gubernor di Benggala. Dengan pengangkatan itu
Hastings mendapat hak istimewa untv*k mengambil segala tindakan
jang perlu dirasanja buat memperbaiki keadaan di India. Dengan
tangan besi Hastings mentjegah perbuatan sewenang-wenang diantara
pegawai-pegawai Komperii. Mereka berdagang sendiri, menghasut kepa-
la-kepala rakjat, memeras, menerima uang sogok, dengan pendek kata
mereka memerintah .disana dengan kelobaan dan kemewahan. Gubernor
baru" jang' tahu seluk-beluknja keadaan tidak mendapat persetudjuan
dari penasehat-penasehatnja, malahan musuhnja makin bertambah,
sehingga ia terpaksa menarik segala kuasa kepadanja sendiri.
Bangsa Maratha tetap memperluas pengaruhnja di Hindustan.
Lagi pula sedang sultan itakrdipertjajai oleh Kpmpeni lagi- Oleh sebab itu
Hastings menghapuskan uang pengganti kerugian sultan jang dibajar
tiap-tiap tahun dan dengan demikian melanggar perdjandjian ,,dewani’
dari tahun 1765. Selandjutnja ia menuduh bebera'pa wazir-wazir Nawab
dan menjuruh mahkamah tinggi menghukum mereka. Segala tindakan itu
membentjikan penduduk Benggala, bukan rakjat sadja melainkan orang
Inggeris djuga. Selama pemerintahannja lebih dari 70 buah tulisan di­
terbitkan oleh penduduk Inggeris untuk mentjela dan membusukkan na­
manja. Dibelakang hari semuarija itu dipergunakan oleh Parlemen pada
waktu pemeriksaan perkaranja. Peraturan jang baik jang diadakannja
ialah peraturan kehakiman dan mahkamah2 .jang memakai hukum
Islam di Benggala. Akan tetapi pemerintahannja memakan belandja jang
luar biasa, terutama disebabkan oleh perang dengan bangsa Maratha dan
Rohilla jang selalu merampas penduduk negeri Oudh, sebagian dari Beng­
gala. Nawab negeri itu minta bantuan ; Hastings mengirim tentera de­
ngan tidak menunggu persetudjuan dari E.I.C. jang'merasa dividend akan
berkurang, djikalau dibiarkan Hastings bertindak sendiri. Kebetulan tu-
djuan Hastings itu lebih djauh dari pada harapan saudagar-saudagur di
Inggeris. Dari surat-suratnja kepada pemerintah di London njata be­
nar bahwa ia berniat membangunkan djadjahan Inggeris baru di India.
Untuk maksud itu ia sudah memadjukan beberapa usul^usul tentang
dasar-dasar 'pemerintahan.
Akan tetapi keadaan keuangan di India jang amat biiruk itu mendjadi
suatu alasan bagi pemerintah Inggeris untuk tjampur tangan dalam uru­
san E.I.C. dengan mengadakan peraturan istimewa. Peraturan itu di-
umumkan ditahun 1773 dengan memakai nama Regulating Act, jang
dapat disamakan dengan Regeringsreglement dizaman koloni Belanda.
Sungguhpun E.I.C. masih diakui, urusannja di India dalam beberapa
hal harus mendapat pengesahan lebih dulu dari pemerintah Inggeris.
Seorang menteri keradjaan ditundjuk bertanggung-djawab dihadapan
Parlement tentang keadaan di India. Dari sini njatalah bahwa kuasa
tertinggi di India sudah terserah kepada pemerintah di Inggeris. Mula-
mula Benggala didjadikan suati?.„p residency” jang dikepalai oleh seorang
Gubernor-Djenderal dan merangkap kuasa didaerah-daerah jang lain.
Gubernor-Djenderal jang pertama ialah Warren Hastings; disampingnja
ada suatu dewan atau Council terdiri dari 4 anggota. Lagi pula didirikan
suatu Mahkamah Tinggi (Su'preme Court) jang memegang kuasa keha­
kiman jang tertinggi di India.
Peraturan dari tahun 1773 itu meletakkan dasar pemerin'cahan
(constitution) di India jang dikemudian hari berturut-turut diganti de­
ngan undang-undang baru. Akan tetapi tidak ada diantaranja jang
hermaksud akan memberikan pemerintahan sendiri kepada India, me-
lainkan semuanja berdasar pada keperluan "pendjadjahan sadja.
Peraturan baru itu sama sekali tidak menjenangkan hati Hastings.
Pemerintahan pusat bersifat collegial, artinja Gubernor-Djenderal dan
Dewar? India memerintah ber-sama2; Gub.-Djenderal diharuskan mene-
rima putusan menurut suara jang terbanjak. Dalam Dewan India itu ada
3 orang anggota jang selalu menentang politik Hastings, sehingga per­
lawanan, fitnah, serta tjuriga-mentjurigai terdjadi antara G.-Djenderal
dan anggota-anggota dewan jang turut memerintah itu. Perselisihan me-
muntjak setelah kedjadian suatu perkara jang luar biasa. Nandkumar
seorang Hindu dituduh mengadakan perdjandjian palsu dengan Hastings;
kemudian 'dituntu't sebab menghina pemerintah. Dalam perkara itu
Gubernor-Djenderal dan 3 orang dari dewannja berbantah diengan
. sehebat-hebatnja; kehakiman djuga memihak, sehingga perkara itu
sampai ditangan pemerintah di London. Achirnja Nandkumar dihukum,
akan tetapi kedudukan Hastings dan kedjudjurannja sudah ditjurigai.
Ontung baginja dua orang dari lawannja meninggal -dunia tidak lama
kemudian (Jan meskipun ia terus memerintah 8 tahun lagi, perkara itu
tidak hilang dari perhatian umum ditanah Inggeris-
%
6. Perang M aratha jang pertama (1775 — 1776).

Lagi pula ada beberapa peristiwa-peristiwa jang kurang menjenangkan


diwaktu pemerintahannja. Pertama, perang dengan bangsa Maratha jang
ditindis oleh pemerintah di Bombay. Hastings terpaksa mengadakan
perdamaian karena kekurangan belandja, meskipun tidak disetudjui oleh
pemerintah pusat di London. Oleh karena itu pengaruh bangsa Maratha
jang dipimpin oleh Mahadaji Sindia bertambah kuat. Tenteranja teratur
dgn dilatih oleh seorang opsir Perantjis jang lari dari Madras. Lama
kelamaan perdjandjian dengan Maratha itu melemahkan kedudukan
Inggeris di India. Teru,tama sebab kenjataan bahwa Hydar Ali, radja
Mysore bermaksud djuga mengusir orang Inggeris. Radja-radja Hyd-
rabad. Mysore dan Maratha bersatu dalam mentjapai maksud1 itu. Dita-
hun 1780 Hydar Ali menjerang provinsi Madras dengan 80.000 orang,
diantaranja 400 orang Perantjis. Tentara Ifiggeris disana danbala bantuan
jang dikirim oleh Hastings dari Benggala dibinasakan, sehingga hampir
semua opsir-opsir Inggeris mati atau ditawan. Sebab itu Hastings ter­
paksa mengadakan serangan p ^b alasan. Setelah ia berikan uang sogok
bagi tentera Maratha jang mengantjam Benggala dari barat-laut, ia
mengirim hampu sOnuia pasukan-pasukan jang ada di Benggala ke
Madras. Gubernor disana dipetjat dan diganti dengan pembesar lain.
Angkatan laut jang kuat dikirim djuga, sebab ‘pertempuran dengan ang­
katan Perantjis mungkin terdjadi.
Ketika perang sedang berdjaLan, maka Hydar Ali meningga*! dan di-
ganti oleh anaknja Tippu, "seorang pahlawan jang gagah perkasa. Dua
kali tentera Inggeris dipukulnja, sehingga Gubernor di Madras minta
berdamai, meskipun tidak disetudjui oleh Hastings. Pemerintah Inggeris
berdjandji membajar kerugian kepada keradjaan Mysore, akan° tetapi
hanja tawanan-tawanan Inggeris, lebih kurang 2680 orang, diantaranja
180 opsir dilepaskan. Kedua kalinja dalam 8 tahun Inggeris terpaksa
mengadakan perdamaian jang menghinakan baginja, ini kali dengan
Mysore di Bangalore (1784).
Sebelum Hastings meninggalkan India ada lagi dua rupa kedjadian
jang membawa-bawa namanja dan dibelakang hari mendjadi tuduhan
pula bagi Parlemen. „
Seorang radja di Bei'iares bernama Raja Chait Singh dipaksanj
membajar djuta rupees jang menurut Hastings sudah mendjandjikan
akan membantu tentera Inggeris diwaktu perang dengan orang
Perantjis. Radja itu seperti radja-radja lain di Benggala perka as
orang Inggeris sadja. Dalam 2 tahun djandjinja bclum dipenuhi , kemu
dian hartanja dirampas dan radja itu terpaksa lari kedaeraji Marat a.
Ia diganti oleh Nawab biaru jang rela membajar. Menurut P ari .men
di London, perbuatan Hastings itu merusakkan martabat pemerinta
Inggeris. Kedjadian jang kedua ialah perkara rampasan pula. awa
negeri Oudh berhutang djuga, sebab pembajaran upeti jang tidak
kepada pemerintah di Benggala. Kebetulan kas Nawab itu kosong. ^
tetapi nenek dan ibunja mempunjai harta jang luar biasa. Hastings ti a
keberatan menjuruh rampas harta mereka untuk membajar hutang awa
itu. Pembajaran itu semata-mata dilakukan dengan tjara keras jaitu
ngan perantaraan militer. Perkara ini memberatkan tuduhan-tuduhan j g
sudah ada terhadap Hastings.
Disini tidak perlu kita selidiki bagaimana akibatnja perkara pe
itu. Semuanja membuktikan buruknja ketertiban di India diwaktu pei
rintahan Hastings.
Diantara mereka jang mentjela politik Hastings ialah William Pit
(perdana menteri Inggeris jang besar pengaruhnja dipenghabisan a a
ke-18) dan Burke anggota Parlemen. Menteri Pitt bermaksud meng­
adakan perobahan dalam tjar£ pemerintahan di India. Hastings merasa
peraturan baru itu seakan-akan membatalkan politiknja. Oleh karena itu
ia minta iepas (1784) dan seterusnja pulang ke Inggeris. Disana ia me
ngalami tjelaan dan penghinaan dari Parlemen, pers dan rakjat selama
13 tahun. Achirnja pensiun tidak diberikan kepadanja dan hadiahpun
jang didjandjikan oleh E.I.C. waktu ia diangkat mendjadi Gubernor
Djenderal tidak boleh diterimanja. Tiga puluh lima tahun lagi ia hidup
setelah meninggalkan India dan selama itu sampai pada adjalnja ia me-
76 itunggu pembersihan namanja dengan sia-sia sadja.
7. Lord C ornw allis (1784 — 1793).
Ia diganti oleh Lord Cornwallis seorang djenderal jang pernah me-
njerah dengan tentaranja kepada orang Amerika dalam perang kemerde-
kaan (1778 — 1781). Mula-mula ia mengatur pemerintahan dalam negeri,
dengan mengadakan djabafcan Pamong Pradja (Indian Civil Service).
Sebagai Gubernor-Djenderal ia mendjaga supaja dalam pemerintahannja
tidak akan terdjadi perang, sebab merasa kurang tjakap djadi panglima
perang. Ia tahu benar mengikat radja-radja dengan kata-kata jang manis
dan mengadjak mereka itu untuk menentang Tippu, radja Mysore jang
dipandangnja sebagai musuh nomor satu. Dalam beberapa surat-surat
kepada Nizam Hydrabad dan Peshwa Maratha ia tidak lupa menjata-
kan kebentjiannja terhadap radja Mysore itu. Radja itu achirnja tidak
sabar lagi dan terus menjerang radja Travarfcore di India Selatan, se-
* orang pengikut Inggeris. Cornwallis merasa perlu melindungi sekutunja
* itu, meskipun maksudnja jang sebenarnja tidak lain dari pada membina-
sakan Tippu.
Tentara Inggeris *dua kali menderita kekalahan, sehingga Cornwallis
terpaksa mengadakan perdamaian di Seringapatan (1792). Akan tetapi
pad;? perdamaian itu radja Mysore merasa tertipu, sebab Inggeris me-
minta dengan keras supaja sebagian dari pesisir tanah Malabar, didaerah
Coorg ^diserahkan kepada Inggeris. Untuk sementara waktu radja M y­
sore meniiruti paksaan itu. Setelah *itu ia mentjari ichtiar untuk meng-
halang-halangi pendjadjahan Inggeris di India Selatan.

Peraturan hak tanah.


Diantara peraturan-peraturan baru jang didjalankan oleh Cornwallis
di Benggala jang amat rnerugikan rakjat ialah undang-undang milik dan
Padjak. Dizaman Sultan Akbar padjak tanah teratur dengan baik. Me-
niirut dasar padjak itu, siapa jang mempunjai tanah, dapat mengusaha-
kannja untuk selama-lamanja. Padjak dipungut oleh sarkar (pemerintah)
dengan langsung dari. tiap-tiap orang tani. Lama kelamaan dan ter-
utama dimasa kemunduran keradjaan Moghul, pemungutan itu dise-
rahkan kepada orang-orang perantara jang menerima upah (prosen)
dari pada padjak jang dipungutnja. Orang-orang perantara itu
besar pengaruhnja ; mereka memberikan* persekot kepada rakjat untuk
mengerdjakan tanah jang biasanja tidak dapat dibajarnja kembali.
A chirnja orang pemungi^t padjak itu menarik tanah-tanah rakjat dan
mendjadi tuan-tuan tanah (zamindar). Pegawai-pegawai sultan jang
diharuskan mejnungut padjak merasa lebih senang, djikalau mereka me­
nerima padjak itu sadja dengan lunas dari beberapa tuan-tuan tanah
dan tidak usah memungutnja sendiri dari orang tani jang berdjuta-djuta.
Mulai dari abad ke-18 sampai sekarang terdapatlah ribuan tuan-tuan
tanah jang kaja raja di Benggala, terutama dibcgian Oudh.
l> V/

Ketika orang Inggeris menduduki Benggala dan radja-radja (nawab)


menjerahkan kuasanja kep'ada Kongsi Inggeris, peraturan milik tanah
jang tetap sudah ada disana. Dengan tidak mengindahkan keadaan
jang berabad-abad itu dan jang sudah mendjadi adat, Cornwallis menge-
luiarkan peraturan milik tanah (Permanent Settlement Act) baru.° M ak­
sudnja ialah, pertama supaja tuan-tuan tanah itu seperti ditanah Inggeris
dipaksa mengerdjakan tanahnja dengan sebaik-baiknja ; kedua untuk
memperlindungi kaum tani jang menjewa tanah dari tuan-tuan tanah itu
dan ketiga supaja mereka dengan djalan demikian sanggup membajar
padjakuia tiap-tiap tahun dengan lunas.
Djadi pertimbangannja bukan hendak mengembalikan tanah-tanah
jang dipegang zamindar2 itu kepada rakjat. Ak.an tetapi zamindar2 itu
djuga tidak merasa senarf'g, sebab pemerintahan Inggeris di Benggala
menetapkan bahwa tanah-tanah jang ketinggalan dalam pembajaran
padjak satu tjitjilan sadja terus akan dilelang dan haknja dipindahkan
ketangan orang lain. Oleh sebab itu tanah-tanah jang beratus-ratus
tahun turun-temurun sudah dimiliki oleh zamindar2 itu djatuh ketangan
orang lain, kebanjakan kaum speculant jang mendjual tana,li-tanah itu
kepada siapa sadja. Djadi maksud pemerintah untuk menambah 'hasil
tanah dan memperlindungi rakjat tidak tertjapai, bahkan terdjadilah
kekatjauan tentang hak dan pendjualan tanah. Achirnja pemerintah rugi,
oleh sebab dalam kekatjauan itu pendapatan padjak mundur «ekali.
Meskipun seluruh India melawan undang-undang tanah itu, p£ratu~
ran itu tidak ditjabut kembali oleh Cornwallis, malahan ia minta supaja
pemerintah di London mensahkannja. Orang tani tidak mau lagi me-
ngerdjakan tanahnja dan terus pindah kedaerah Deccan. Keadaan jang
buruk inilah jang mempermudah timbulnja bahaja kelaparan jang
sudah mendjadi kebiasaan di Benggala. Baru pada tahun 1859 pero-
bahan diadakan dan kemudian pada tahun 1885 pula, akan tetapi tidak
mentjukupi. Kesalahan Cornwallis jang kedua ialah kebentjian terhadap
pegawai bangsa India. Dalam peraturan kehakiman di Benggala ditetap-
kan bahwa pegawai-pegawai kehakiman bangsa India harus diawasi
oleh hakim-hakim Inggeris. Gadji pegawai India djuga djauh sekali
dibawah colleganja bangsa Inpgeris. a
Cornwallis meninggalkan India ditahun 1793. Sebagai penggantinja
ia usulkan seorang anggo’ta Dewan India Sir John Shore. Gubernor-
Djenderal ini kenjataan tidak tjakap dan segan mengadakan perobahan-
perobahan dalam politik jang lampau. Pada suatu waktu ia dipaksa oleh
opsir-opsir tentara menambah gadji mereka dan. disitu teranglah kele-
mahannja. Tidak lama kemudian ia diganti. ° °
Penggantinja ialah Lord Wellesley (1795— 1805) seorang keturu­
nan bangsawan jang te’ah mengetahui keadaan di India oleh sebab
0 hadan pengawas E . I C . Ia seorang saudara Lord
ia bekas anggota lahkan N apoleon dite lakang hari di W ate rlo o .
W e llin g to n jang Tm“ 9 ketika ia diangkat m endjadi G ubernor-Djenderal
Keadaan di In ^ p ertama sebab negeri ini berperang dengan
sulit sekali bagi ^ 99<^ apoleon sudah m enduduki M esir dan Palestina.
n e g e r i oPerantjis a ^ djuga menjerbu sampai ke In d ia , seperti Is-
la bermaksud a d ahulu kala. H al jang kedua, radja-radja
kandar Zu ‘d r a b a d M y s o r e d a n M a r a t h a t e l a h s ia p s e d ia u n t u k
Ind ia jaitu d a n y r ^ ^ baf..n dibantu oleh orang p erantjis.
mengadakan per ^ 0ieb bekas opsir-opsir Perantjis dan
d -l a t i h

T entara radja-ra j berbeda dengan sendjata tentara Inggeris


m e m a k a i s e n d ja t a ja n y

pada masa itu. merebut keradjaan-keradjaan di In d ia supaja


W e l l e s l y berm keperluan tanah airnja. Gubernor-Djenderal
^didjadikan dja ). kedudukan radja-radja In d ia dja-
ojang dahulu d dan keradjaan-keradjaan mereka djangan
ngan sampai 1 sadja> akan tetapi W e lle sle y terus m endjalan.
dirampas, hanja m endjadikan negeri-negeri itu sebagai
kan politik imperiahsme, )

m l" J / ^ a t S u i X r a d i a - » < l | a i“ 8 bersekutu itu, ia m entjahari djalan


d n bcrhasil m engadakan perdjandjian dengan N iza m Hy-
diplomasi da me1etakkan sendjata dan melepaskan opsir-opsir
drabad jang terpaKsa
J ari tenteranja.
Perantji menjerang T ipp u, radja M ysore dengan tentara jang
Sesuda didatangkan dari M adras dan Calcutta. Setelah menemui
kuat, jang hebat ia berhasil merebut ibu kota Seringapatam dan
perlaw anan jang ^ d ihadapan pintu bentengnja (1799). K eradjaan
T ipp u mati ^ dibagi ; sebagian diam bil oleh Inggeris, sebagian
M ysore ke® an‘ kepada N izam H y drab ad , sehingga m endjadi keradjaan
lagi disera a ^ berbatas dengan laut. D ibelakang hari bagian
k %tjii dan drabad diam bil oleh Inggeris d an dim asukkan dalam Pro-
N izam HJ a s D i MysQre diangkat radja pengganti jang tidak berhu-
vinsi M a d r a a dengan T ippu. K eradjaan itu sampai sekarang ter-
bungan ke a mem punjai pem erintahan jang baik dan
masuk keradjaan mu , »

teral Ur' i nnitsan keradjaan-keradjaan In S ia merdeka didjalankan oleh


Pengbap naat keras. A tja p kali dengan alasan, sebab mela-
W e lle sley ^ I n t b a j a r upeti, ada pula jln g diha-
w a n In g g e r is a ’r a k j a t atau karena m e m p u n j a i p e r h u b u n g a n
p u s k a n s e b a b m e m e ra* ȣat P J * ^ ^
rahasia dengan Perantjis. nmpai u , a
masukkan oleh W elfesley dalam p.ov.ns, Bombay ,a,tu S urat deka
Bombay, Tanjore, Carnatic (daerah pests,r d.sebelah utara Madras)
dansebagian dari O u d h di Benggala. Tindakan ini did.alankannia ^
ngan tidak mengindahkan perintah dan London. Pemennta
bertambah chawatir akan akibat pol:tik sematjam itu. Lebih-febih lagi
sesudah Gubernor-Djendefal mengadakan provinsi baru di Benggala,
jaitu provinsi Agra dan mengangkat saudaranja, seorang djenderal di
India djadi gubernor. Pengurus umum E. I. C. di London menunggu
saat jang baik untuk menjuruh Wellesley berhenti. W aktu itu tiba,
setelah perang petjah dengan bangsa Maratha. Disini djuga Wellesley
mentjoba mendjalankan diplomasinja.

8. Perang Maratha jang kedua (1802).


Bangsa Maratha terbagi atas tiga keradjaan, jaitu Sindia, Berar dan
Holkar. Radja-radja negeri itu sebetulnja takluk kepada Peshwa, radja
jang tertinggi, akan tetapi kuasanja sebenarnja tidak ada. Peshwa itu
mempunjai seorang menteri, Nana Farnavis, jang memimpin pemerintahan
disana lebih dari 30 tahun. Setelah ia meninggal, maka Peshwa jango
baru terus membuat perdjandjian dengan Inggeris di Bassein (1802).°
Akan tetapi radja-radja lain tidak mengakui perdjandjian itu, sebab
berarti akan tunduk kepada Inggeris. Mereka tidek suka hidup dibawah
perlindimgan Inggeris (Pax Britannica) dan tiga-tiganja melawan. Jang
dua dengan lekas ditaklukkan, akan tetapi di Holkar tentara Inggeris
tidak beruntung, sebab sampai dua kali dipukul mundur. Oleh karena
itu kedudukan Inggeris tentu akan bertambah buruk, djikalau politik
Wellesley diteruskan. Setelah mendengar kekalahan tentara Inggeris
pada kedua kalinja di Bharatpur, pengurus E.I.C. menjuruh AVellesley
mengadakan perdjandjian dengan Holkar dan kemudian ia dipanggil
kembali (1805).
Kedua kalinja Cornwallis diangkat djadi Gubernor-Djenderal dan
diwadjibkan memperbaiki keadaan jang ditinggalkan oleh Wellesley.
Gubernor-Djenderal baru sebetulnja tidak begitu gembira pergi sekali
lagi ke India, oleh karena sudah tua dan kesehatannja terganggu. Baru
6 bulan di India ia meninggal, sebelum dapat berbuat apa-apa. Ia mula-
mula diganti oleh Barlow, seorang anggota Dewan India jang tjakap
dalam administrasi, akan tetapi tidak mempunjai sifat-sifat radja-muda.
Ia memerintah dua tahun dan terpaksa meletakkan djabatannja, berhu-
bung dengan susunan 'partai-partai di Parlemen. Penggantinja ialah Lord
Minto. -i
Pemerintahannja tidak mendapat perhatian dengan sepenuhnja, oleh
sebab beikenaan dengan perang Napoleon di Eropah jang makin lama
niakin bertambah hebat.
Disebelah Asia djuga perang itu berlaku diantara negeri-negeri jang
berperang di Eropah. Mula-mula pulau koloni 'Perantjis di Lautan
Hindia dirampas oleh Inggeris, kemudian Lord Mlinto sendiri bertolak
ke Djawa dan merebut pulau Djawa dan Maluku dari orang Belanda
(1811). Setelah kembali di Calcutta ia beritakan ke London bahwa
Lautan Hindia sudah disapu bersih dari pengaruh bangsa-bangsa Ero­
pah jang lain. Seperti kita ketahui pulau-pulau Indonesia jang dikuasai
oleh Inggeris sementara waktu dikembalikan kepada Belanda ditahun
1816. ketjuali Bengkulen jang baru diserahkan kembali ditahun 1824
(Traktat London).
Di India Minto dapat menghindarkan perang dengan Ranjit Singh
radja Sikh jang menguasai sebagian besar dari Punjab dengan meng­
adakan perdjandjian persahabatan. Akan tetapi maksud Minto tidak lain
dari pada menunggu waktu jang baik untuk mengambil tindakan jang
baru. Ia merasa bahwa tentara Inggeris di India belum tjukup kuatnja,
berhubung dengan pengiriman tentara keseberang laut, kedjadjahan Be-
landa dan Perantjis. Sebab itu ia selalu berichtiar supaja djangan sampai
terdjadi perang didalam negeri, terutama dengan musuh jang berabad-
abad, jaitu keradjaan Maratha.

9. Hastings (1815 — 1824).

Ia diganti oleh Markies Hastings (tidak sekeluarga dengan Warren


H astings), ssorang bangsawan sahabat radja Inggeris waktu putera mah­
kota dan pernah mendjadi opsir diwaktu berperang dengan Amerika.
Ketika ia diangkat umurnja sudah 60 tahun, akan tetapi masih kuat dan
memerintah selama 9 tahun penuh jaitu hampir dua kali djangka jang
ditentukan= untuk radja-radja muda di India.
Kenjataan bahwa Gubernor-Djenderal baru tidak setudju dengan po-
litik menanti-nanti atau sikap djangan tjampur tangan. Ia sebagai seorang
militer tidak suka meneruskan politik berdiplomasi jang dilakukan oleh
Minto, melainkan hendak mendjalankan tindakan jang keras. Dalam
laporannja pertama ke London ia terangkan, bahwa di India ada 7
matjam soal jang penting jang harus diselesaikan, akan tetapi hanja
tetfjapai dengan mempergunakan sendjata sadja.
Jang penting sekali ialah melawan keradjaan Nepal, jang diduduki
oleh bangsa Gurkha, suatu bangsa jang gagah dan berdiam dipegu-
nungan Himalaya. Lama kelamaan mereka itu turun dari gunung-
gunung kelembah dan mengantjam daerah-daerah Benggala jang
dibawah pengawasan orang Inggeris. Perang dengan keradjaan Nepal
kemudian terdjadi 2 tahun lamanja, dalam mana tentara Inggeris men-
derita kekalahan jang hebat sampai tiga kali. Djenderal Gillespie jang
merebut pulau Djawa wakfu pemerintahan Minto tiwas dalam perang
itu. Disitulah kelihatan semangat bangsa Gurkha sehingga orang Inggeris
dikemudian hari ^mempergunakan orang-orang Gurkha dalam teriteranja,
baik di Asia maupun*d* Eropah sebagai nampak dalam perang dunia
pertama dan kedua.
Kemerdekaan Nepal diakui, akan tetapi Inggeris mendapat bebe­
rapa daerah-daerah pegunungan jang subur dan sedjuk hawanja.
India
Beberapa tahun kemudian daerah itu mendjadi pusat perkebunan besar
(ondernemingen) dan kota-kota tempat beristirahat timbul djuga disitu,
misalnja kota Simla tempat pusat pemerintahan India dimusim panas.
Nepal hanja satu kali berperang, sedjak itu amat dihargai oleh orang
Inggeris sebagai sumber serdadu jang baik untuk dipakai dimana-
mana sampai sekarang.
Hal jang kedua jang harus diurus oleh Hastings ialah pembersi-
han India Tengah dari kaum-kaum perampok jang bertahun-tahun
merampas dan membunuh penduduk dalam daerah itu. Perampok-
perampok itu berasal dari suku-suku jang tidak berketentuan tempat
tinggalnja dan terdiri dari bangsa Maratha, Pathan dan Pindari.
Hastings menunggu sampai kaum-kaum perampok itu memasuki daerah-
daerah jang dikuasai oleh Inggeris. Akan tetapi maksudnja lebih luas
lagi dari pada membinasakan mereka sadja. Menurut rentjananja itu­
lah waktu jang baik buat menaklukkan bangsa Maratha untuk selama-
lamanja. Pemberantasan perampokan itu hanja suatu muslihat guna
memperkuat kuasa Inggeris di India Tengah. Sampai masa itu Inggeris
telah dua kali berperang dengan bangsa Maratha, jaitu ditahun 1775
— 1776, dan tahun 1802 — 1803. «
Perang jang ketiga ialah jang diselesaikan oleh Lord Hastings di­
tahun 1817— 1819.
&
Perang M aratha jang ketiga (1817 — 1819).
Lebih dari setahun Gubernor-Djenderal itu mengadakan perlengkap-
an jang kuat dan sempuma. Sesudah datang waktunja ia sendirilah jang
mengepalai tentera jang terdiri dari lebih kurang 130.000 orang. Seba-
gian dari tentera itu menjerang dari sebelah bara't (Romby), jang lain
dan jang dfpimpinnja sendiri dari sebelah timur (Allahabad). Akan tetapi
sekonjong-konjong tentera itu dihinggapi pen'jakit kolera jang meradja-
lela diseluruh Benggala, kemudian berpindah ke Punjab, Iran dan Mesir.
Riwajat perang Maratha jang dua tahun lamanja itu tak usah di-
tjeriterakan pandjang lebar disini. Lebih dari empat kali terdjadi pertem-
puran jang menimbulkan kerugian jang besar dipihak Inggeris. Achirnja
Peshwa Maratha menjerah vkepada djenderal Malcolm dekat Poona
(1818), akan tetapi perdjuangan masih berlaku terus setahun kemudian
dan bai'd selesai dengan djatuhnja Amirgarh, suatu benteng jang kuat
di India Tengah.
Keradjaan Maratha dibagi dalam beberapa keradjaan-keradjaan jang
sampai sekarang masih ada dan masing-masing cmendapat radja baru.
Sebagian lagi dimasukkan dalam daerah provinsi baru, jaitu provinsi
India Tengah (Central Province).
Bangsa Maratha ja^ig berpuluh-puluh tahun menentang Inggeris itu
tidak berdaja la g i; sebagian besar dari India Tengah sudah mendjadi
djadjahan Inggeris, sebagian lagi diperintah ojeh radja-radja jang meng-
akui kuasa tertinggi dari Inggeris (paramount power). Mereka merdeka
dalam mengatur keperluan sendiri, akan tetapi segala sesuatu dibawah
pengawasan seorang ,.resident” bangsa Inggeris jang diangkat ditiap-tiap
keradjaan.
Setelah keamanan kembali, maka Gubernor-Djenderal mulailah me-
mentingkan keperluan anak negeri. Pengairan sawah diadakan, sekolah-
sekolah didirikan, surat-surat kabar bahasa Benggala diterbitkan. Lagi
pula hak tanah diprovinsi Madras dan Bombay diselidiki dan sesudah
itu diatur lebih baik dari pada di Benggala.
Tatkala giliran 5 tahun jang diberikan kepadla Gubernor-Djenderal
tiba waktunja, Hastings diangkat sekali lagi. Ia minta lepas ditahun 1823
sesudah 9x / i tahun memegang kuasa di India'. Berhentinja berhubung
dengan perbuatan seorang diantara keluarganja. Menantunja jang kawin
dengan anak angkatnja mengepalai suatu bank jang mengurus uang sim-
panan Nizam Hydrabad, akan tetapi ternjata ia mengambil untung besar
dan menggelapkan uang keradjaan itu.
Sungguh^un Hastings sendiri tak bersalah, namanja ditjela oleh pers
di Ind^a dan dalam Parlemen djuga, sehingga ia terpaksa mengundurkan
diri.
10. Perang Birma jang pertama (1824 — 1826).
e
Penggantinja ialah Lord Amherst (1824— 1829) seorang Gubernor-
Djenderal jang kurang tjakap, tetapi mendjabat pangkat jang tinggi itu
selama 5 th. Kedjadian jang penting selama pemerintahannja hanja satu
sadja jaitu perang pertama dengan Birma (1824 .— 1826). Sedjak purba­
kala Birma adalah suatu keradjaan jang merdeka. Radja2nja jang berdiam
di Ava dekat kota Mandalay jang sekarang selalu memperluas keradjaan-
njai sehingga keradjaan Birma dapat merebut daerah Assam dan Arakan
dan dalam keadaan demikian berbatas dengan Benggala jang dikuasai
oleh Inggeris. Djadi sudah terang, bahwa pada suatu waktu pertentangan
antara Birma dan Inggeris akan terdjadi. Mula-mula Inggeris mendja-
lankan diplomasi biasa, jaitu memperluas kuasanja dengan tjara tawar-
menawar dan mengirim utusan ke Birma, sampai tiga kali berturut-turut.
Utusan itu tiap-tiap kali menHapat penghinaan dan kembali dengan
tangan jang hampa.
Pada waktu itu tentara Birma jang dipimpin oleh panglima Bandula
amat kuat. Mereka bermaksud merebut kota Chittagong jang sudah
diduduki ofeh Inggeris. Lord Amherst terpaksa mengangkat sendjata.
Akan tetapi persediaannja tak mentjukupi sebab seperti biasa, Inggeris
merasa bahwa menaklukkan Birma dan bangsa Timur umumnja adalah
suatu perkara jang mudah. Sebelum tentara berangkat sudah kedjadian
pemberontakan diantara serdadu-serdadu India jang berpendapat bahwa
persediaan dan pendjagaan mereka dalam perdjalanan ke Birma tidak
tjukup. Mereka mogok dan tidak mau naik kekapal. Sekonjong-konjong
serdadu Inggeris menembak mereka dan ratusan sepoy (serdadu India)
mati. Inggeris terpaksa mempergunakan serdadu bangsa sendiri lebih
dari pada jang ditetapkan. Setelah angkatan laut dan darat beskumpul
dipulau Andaman, maka perdjalanan diteruskan ke Rangoon. Lebih dari
pada 15.000 serdadu mendarat dibantu oleh angkatan laut. Rangoon
tidak lama kemudian djatuh ditangan orang Inggeris. Tentara Bandula
mengadakan pertahanan jang kuat 60 mil disebelah utara Rangoon.
Dikota ini tentera Inggeris menderita penjakit malaria serta kelaparan
pula berkenaan dengan musim hudjan, sedang kota sudah kosong
ditinggalkan orang Birma. Lebih kurang dari satu tahun setelah mendarat
di Rangoon tentera Inggeris tidak dapat madju sebab terhambat oleh
benteng-benteng jang teguh dan diperbuat dari pohon-pohon kaju teal$
(sematjam djati).
Dengan tidak disangka-sangka Bandula kena periuk api dalam
bentengnja dan perlawanan berkurang. Tentera Inggeris menjerbu
sampai ke Yandabo dan mengadakan perdjandjian disana (1826).
Pemerintah Birma membajar kerugian 1 djuta pond sterling dan me-
njerahkan Assam dan Arakan kepada Inggeris. Akan tetapi Birma ting-
gal merdeka dan tak dapat dikuasai oleh pengaruh Inggeris dengan djalan
apapun. Rangoon dan kota-kota lain tetap ditangan bangsa Birma.
Peperangan Birma jang meminta korban jang begitu banjak dan me-
makan ongkos jang berdjuta-djuta ternjata bukan kemenangan jang
menguntungkan bagi Inggeris. Pentjelaan jang amat keras terdengar di
Parlemen. Politik Lord Amherst tidak disetudjui, sehinga ia terpaksa
minta keluar. . ., ,
Sesudah itu lebih dari pada 25 tahun p e m e r in t a h I n g g e r is

mentjampuri keadaan dalam keradjaan Birma lagi.

11. Pemerintahan Liberal (1827 — 1835).


Sementara itu paham liberalisme mulailah nampak dalam P ^ '
pemerintahan d i Inggeris sebagai kenjataan d a r i perubahan-peru
dalam hak memilih (Reform Bills). Aliran baru itu berpengaruh djuga
kepada “politik terhadap 'India. Gubernor-Djenderal baru, Lord Bentinc
adalah ^seorang kaum liberal. Maksudnja akan m e m e r i n t a h di In ia
dengantjara jang djauh berlainan dengan Gubernor-gubernor Djendera
jang dulu. Dipandang dari sudut liberalisme dapatlah dikatakan bahwa
Lord Bentinck berhasil mendjalankan politik liberal it u .
Sikap Bentinck semata-mata tidak mau mendesak atau njemaksa
dengan tangan keras. Diwaktu pemerintahannja selama 6 tahun itu tidak
pernah terdjadi perang didalam negeri. Oleh sebab itu dapatlah ia meng-
84 adakan penghematan jang luar biasa dalam belandja pertahanan negeri
0 o
dan menghapuskan peraturan-peraturan jang memakan belandja besar,
■terutama dalam kalangan tentera. Ia sudah pernah mengatakan, bahwa
tentera Indialah jang amat buruk, akan tetapi jang paling mahal dise-
luruh dunia. Kebiasaan mendjatuhkan hukuman djesmani kepada serdadu
jang bersalah ia hapuskan dan mengadakan hukum militer jang baru.
Semua perubahan-perubahan itu tidak menjenangkan hati orang
Inggeris di India, lebih-lebih sesudah diperintahkan bahwa dalam
hal pengangkatan pegawai dalam tiap-tiap golongan tidak boleh me-
mandang bangsa, kulit atau agama. Meskipun perintah itu tidak diikuti
dengan sepenuh-penuhrija, beliaulah Gubernor-Djenderal pertama jang
berani mempertahankan azas-azas persamaan hak itu. Djasa jang
dihargai oleh segenap orang India dan bangsanja djuga ialah tindakan-
nja untuk melawan „seti”, jaitu kebiasaan orang Hindu, djikalau suami
.mati djandanja terpaksa turut djuga dibakar dengan djenazah itu atau
dengan sesuka hati sendiri.
„Seti” adalah suatu kebiasaan jang kedjam dan bertentangan dengan
peri kemanusiaan. Kebiasaan itu menurut pemeriksaan ahli-ahli asalnja
tidak dari agama Hindu sendiri, akan tetapi dari Asia Tengah. Diza­
man purbakala djikalau radja wafat, puluhan sampai ratusan orang
hambanja serta isteri-isteri dan pekerdja-pekerdja turut mengorbankan
djiwanjff untuk menjatakan dukatjita atas kematian radja itu. Kebiasaan
itu dibawa oleh radja-radja Arya ke India; kemudian ditiru oleh kaum
Brahmin sebagai golongan jang paling atas dan lambat laun oleh orang
biasa djuga.
Setelah Bentinck diangkat djadi Gubernor-Djenderal ila mengum'pul-
kan keterangan-keterangan tentang kebiasaan itu, mula-mula disekitar
Calcutta sadja. Ditlahun setibanja di India ternjata bahwa di Calcutta
sadja, suatu kota jang belum besar pada waktu itu, l.b. 540 orang djanda
djadi korban kebiasaan itu dan beberapa puluh ribu diseluruh India.
" Dengan djalan bidjaksana ia minta nasehat dari ahli2 agama Hindu,
pembesar-pembesar dan opsir-opsir (berhubung dengan keamanan di-
tangsi-tangsi) tentang maksudnja untuk melarang „seti” itu. Setelah
ia jakin bahwa seluruh India akan berdiri dibelakangnja, ia mengeluar-
kan undang-undang melarang pembakaran djanda-djanda sebab dipan-
dang sebagai perbuatan membynuh dan karena itu akan dituntut menu­
rut undang-undang pidana biasa (1829).
Sungguhpun dalam abad ke-19 masih ada terdjadi „seti” dibeberapa
tempat di India jang dilakukan dengan rahasia, -sedjak pemerintahan
Bentinck dapatlah dikatakan bahwa perasaan umum telah membatalkan
kebiasaan itu srfbagai suatu hal jang berlawanan dengan peri kemanu­
siaan. <Akan tetapi’ dalam beberapa keradjaan-keradjaan jang merdeka
kebiasaan itu masih berlaku, terutama dibagian Punjab.
Usaha Bentinck jang lain dan berpengaruh besar djuga ialah per­
aturan perguruan. Diwaktu pemerintahannja mulailah didjalankan suatu
politik perguruan jang terang dan tetap. Pengadjaran di India seperti
T 1 Sedjf k Purbakala'terserah kepada kaum-kaum Brahmin, sedang
penga jaran Islam diberikan dalam madrasah-madrasah jang sama ke-
adaannja dengan pesantren-pesantren di Indonesia. Bentinck memenuhi
keinginan kaum-kaum terpeladjar di Benggala untuk mempeladjari
pengetahuan Barat. Mula-mula didirikan sekolah tabib di Calcutta jang
mendjadi pangkal sekolah tinggi sekarang disana. Dalam kalangan politik
pengadjaran pada waktu itu adalah terdapat dua rupa aliran, seperti
u u i Indonesia djuga. Pihak satu mementingkan kebudajaan sendiri
dengan menggunakan bahasa Sansekerta dan Arab. Ahli Inggeris
ang berpendirian demikian ialah Dr. Elphinstone, seorang Inggeris jang
dalam 'pengetahuan sedjarah India dan frahasa Sansekerta. Pihak
kedua jang dipertahankan oleh Macaulay, anggota Dewan India, ber-
P P t ahwa pengadjaran harus didasarkan kepada kebudajaan'
rV • t , ? gan Perantaraan bahasa Inggeris. Bentinck menjetudjui pen-
acaulay itu dan sedj'ak itu pengadjaran Barat dan bahasa
t d" ^ 3^ai ^3^aSa Pen9antar disebarkan dengan pesat. Politik itu
P pegang orang Inggeris sampai masa kemerdekaasi, walaupun
sa sendiri dalam pengadjaran menengah dan tinggi diperkenankan
iPer9uruan tinggi Islam di Aligarh umpamanja peladjaran di-
an dalam bahasa Arab dan Inggeris. Diperguruan tinggi lain
memakai bahasa Parsi dan Urdu diakui djuga. Akan tetapi bahasa
nggeris diharuskan mulai dari sekolah menengah sampai disekolah tinggi.
er ainan dengan Belanda dulu bangsa Inggeris suka memadjukan
asanja dan senang mendengar orang memakai bahasa itu. Akan tetapi
9 nggeris hanj'a sedikit jang mengerti bahasa India asli dan teru-
diantara pegawai2 pangreh pradja sadja. Penduduk India jang
mengerti bahasa Inggeris ditaksir l.k. 4 djuta orang.
ntinck djuga memberantas perampokan jang meradjalela dibebe-
, ^ aerah jang sepi dan mendjamin keamanan didjalan-djalan per-
9 n dagang jang selalu diganggu oleh perampok2.

hanT' POUtik bar ne9eri Bentinck meramalkan bahwa perselisi-


sebelah ^ an datang dengan keradjaan Rus, jang berbatas pada India
tan den ^ j- ^ karena ia mengadakan perdjandjian persahaba-
dan P u S V 7 a' radia disebelah utara-J'aitu radja-radja Sindh, Kashmir
memeriksa k e a ^ t £ men9“’ld’'“"9 i Mela>u “ 'r ™ " ?
. i . Singapore jang baru didirikan oleh Raffles di-
1R1Q K 3U •]an9 dibdi ° Ieh In99eris dari Sultan Johore ditahun
epentingan pelabuhan Singapore itu. ia terangkan dalam laporan
jang menank perhatian di London '

Pemerintahan Bentinck selama ia di Ind ia memang berlainan dengan


pemerintahan sebelum kedaf-a,,,-, • j. , . j - j -
Keaatangannja disana. Dalam hikajat pendjadja-
han Inggeris namanja tersebut sebagai radja-muda jang bersifat liberal.
Sudah terang bahwa pendapat-pendapat diantara orang Inggeris ten­
tang baik atau burukn'ja pemerintahan itu berbeda-beda sekali.

12. Dord Auckland (1836 — 1842).

Lord Auckland penggantinja hanja penundjang menteri luar negeri


di Inggeris, Lord Palmerston dalam politiknja. Politik imperialisme di-
teruskan lagi dengan tidak mempedulikan ketenteraman jang diperoleh
selama 'pemerintahan Bentinck. Gubernor-Djenderal jang baru ternjata
seorang jang tidak mempunjai pendirian jang tetap dan mudah diajunkan
penasehat-penasehatnja. Achirnja ia mendatangkan kerugian dan peng­
hinaan kepada pemerintahan Inggeris. Jang k[ta maksudkan disini ialah
. perang pertama dengan Afghanistan. Negeri itu negeri pegunungan dan
•didiami oleh penduduk jang tjinta pada negerinja, bentji pada siapapun
djuga jang hendak mentjampuri keadaan mereka. Dalam sedjarah ma-
suknja agama Islam l^e India nama Sultan Mahmud Ghazni kita sudah
pernah den^ar. Ialah jang mendirikan keradjaan Afghanistan jang dari
abad^keabad tetap mempertahankan kemerdekaannja, sampai Inggeris
datang untuk mengganggu dan mempengaruhi mereka.
*
Perang Afghanistan jang pertama (1839 — 1842).

Menteri luar negeri di London mendapat kepastian bahwa Shah


Iran bermaksud merebut Afghanistan dan djikalau maksud ini tertjapai
tentu keradjaan Iran jang dibawah pengaruh Rus akan berbatas dengan
India. Untuk mentjegah maksud itu dan mendjaga supaja pengaruh
Rus djangan sampai menjusup ke India, perlulah Inggeris menguasai
Afghanistan. Demikianlah petundjuk dari London kepada Gubernor-
D'jenderal Auckland jang harus didjalankannja. Persangkaan itu sebe-
narnja tidak beralasan. Afghanistan djauh letaknja dari India, lagi pula
diantara daerah-daerah'Inggeris dan negeri itu masih terdapat keradja­
an-keradjaan India jang bersahabat dengan Inggeris, misalnja Sindh
dan Punjab. Tentara Inggeris harus melalui negeri-negeri itu dulu se-
belum dapat mendekati Afghanistan. Tindakan demikian tentu tidak
akan menjenangkan radja-radja India jang sudah mengadakan perdjan-
djian persahabatan dengan Inggeris djuga.

Meskipun dalam kalangan orang Inggeris banjak djuga jang men-


tjela maksud jang tak beralasan itu dengan sekeras-kerasnja, Auckland
tidak^mengindahkan dan ia terus mengadakan persediaan tjara besar-
besaran untuk merebut Afghanistan. Achirnja perang dengan negeri
itu petjah dan berlaku 3 tahun lamanja (1839 — 1842). Betul, dengan
susah pajah tentera Inggeris dapat djuga merebut kota Kandahar dan
Kabul dan mendudukinja selama 3 tahun, akan tetapi perlawanan orang
Afghanistan belum dipatafikan, melainkan bertambah hebat lagi dan
mereka menunggu waktu jang baik untuk membalas. Saat itu tiba
setelah pemimpin Inggeris disana merasa bahwa negeri sudah aman
dan mengir.m sebagian dari tentera jang besar itu kembali ke India.
Tambahan pula pemerintah di London mendesak supaja belandja perang
jang luar biasa dikurangi selekas-lekasnja. Auckland salah raba.
Pengurangan tentera di Kabul menerbitkan suatu kedjadian jang amat
pedih dan menjedihkan bagi Inggeris. Kaum Afghan merebut negeri nja
kembali, tentera Inggeris dibinasakan, perem'puan2 dan anak2 opsir2 jang
disuruh datang kemari sebab negeri dianggap sudah aman, dibunuh me
reka. Kira2 600 orang Inggeris preman tiwas djiwanja pada waktu itu.
Beribu-ribu serdadu Inggeris terkepung dan menunggu adjalnja. Setela ^
bala penolong datang, njata bahwa sebagian besar sudah tiwas. Riwajat
perang Afghan itu mendjadi suatu kisah jang pahit bagi Inggeris.
ghanistan terlepas dari pendjadjahan. Bangsa i'tu tinggal merdeka, mes
kipun untuk sementara waktu sadja. Auckland dipanggil kembali, akan
tetapi penghinaan Inggeris dimata dunia tidak dapat ditutupfi.

Lord Ellenborough (1842 — 1844).

Penggantinja Lord Ellenborough meneruskan politik pen<£jadja


Sind jang mengadakan perdjandjian persahabatan dengan en
ditaklukkan dan didjadikan daerah Inggeris. Tiga orang radja '.
itu diberikan gadji sadja, pengganti kuasa mereka jang su a 9^
Djasa pemerintah pada waktu itu jang harus disebut, ia a
hapusan perhambaan di India jang mengikat beberapa djuta ora 9 0ieh
kepada madjikannja. Ditahun 1843 perhambaan itu i apu ienc.ar
pemerintah Inggeris. Keberatan dari pihak rakjat tida
rupanja penghapusan itu sudah pada waktunja.
Gubernor-Djenderal Ellenborough hanja 2 tahun memerint
sebab perlawanannja dengan pengurus E.I.C. Perlawanan itu
hebat dan ketika itu Gubernor-Djenderal tidak segan mema ai
kata jang kasar dalam surat,-suratnja, s,ehingga pengurus ompany
terpaksa memanggil beliau kembali.

13. Lord Hardinge (1844 — 1848).

Karena keadaan di India masih mengchawatirkan, *setelah perang


dengan Afghanistan dihentikan, pemerintah di London mengirim sebagai
Gubernor-Djenderal seorang bekas opsir tinggi jang sudah mempunjai
pengalaman dalam berperang, jaitu Lord Hardinge. Radja muda jang
88 baru itu sudah pernah ambil bagian dalam perang melawan Napoleon,
telah empat kali mendapat luka dan mempunjai tangan sebelah kanan
sadja. Pemilihan itu rupanja tepat djuga, sebab baru sadja Hardinge
tiba di India, perang jang sangat sengit petjah pada pertama kali
dengan kaum Sikh. Seperti kita sudah tahu, kaum Sikh mula-mula tim-
bul dibtiwah pimpinan Nanak dan kemudian dipimpin oleh Govind Singh.

Perang Sikh jang pertama (1845 — 1846).

Lama kelamaan kaum Sikh dapat menduduki keradjaan jang kuat di


Punjab. Pada permulaan abad jang lampau Maharadja Ranjit Singh
disegani oleh orang Inggeris, sehingga mereka mengadakan perdjandjian
persahabatan supaja kaum Sikh djangan merasa terganggu. Akan tetapi
setelah Ranjit Singh jang lama memerintah dengan bidjaksana meninggal
dunia, diantara kaum Sikh itu terdjadi perselisihan tentang penggantinja.
•Lagi pula sebagian dari mereka mendesak supaja keradjaan Sikh diperluas
dan menuntut supaja orang Inggeris diusir dari Punjab.
Setelah persediaan* mereka selesai, tentara Sikh jang dibantu oleh
bekas opsir-$>psir Perantjis dan Italia menjeberang sungai Sutlaj jang me-
rupakan batas dengan djadjahan Inggeris dan menjerbu kearah Lahore.
Gubernor-Djenderal Hardinge terpaksa menunggu kedatangan mereka
dengan tentera 'jang kuat (1845). Dalam dua pertempuran jang hebat
Inggeris naenderita kekalahan dan terpaksa mundur. Akan tetapi pada
ketiga kalinja kaum Sikh dikalahkan dekat kota Sobraon dan terpaksa
menerima perdjandjian di Lahore. Tanah jang diduduki oleh kaum Sikh
diseberang sungai Sutlaj, daerah Kashmir, Jalandhar dan Hazara dise-
rahkan kepada Inggeris ; lagi pula mereka harus membajar 6 djuta rupee
kerugian dan mengurangi tentera mereka hingga 20.000 orang.

Pemerintah India mengangkat seorang radja baru dan seorang pem-


besar Inggeris sebagai residen di Lahore. Perdjandjian itu rupanja
tidak begitu disetudjui oleh pemerintah di London. Menurut pendapat
kabinet lebih baik, Punjab didjadikan sadja daerah Inggeris. Hardinge
berpendapat bahwa itu tidak mungkin, sebab meminta bekndja tentera
jang luar biasa jang harus ditempatkan disana untuk mendjaga keama-
nan. Dengan tidak menungg'u perintah 'dari London ia mengadakan
penghematan dan pengurangan tentera Inggeris. Setelah itu ia terpaksa
menarik diri dan kemudian diganti oleh Lord Dalhousie (1848).

14. Lord Dalhousie (1848 — 1856).

Sementara itu kaum" Sikh tidak berhenti untuk mengadakan serangan


'pembalasan. Dengan segera mereka dapat mengganti 'tentera 'jang dika­
lahkan Inggeris itu. Dua tahun sesudah kekalahan itu perang dengan
kaum Sikh petjah lagi.
Mula-mula seorang radja bernama Mulcaj dari negeri Multan dise­
belah barat Punjab berontak dan membunuh dua orang opsir Inggeris
jang diutus kesana. Kota Multan diserang tentera Inggeris, te'tapi tidak
lama kemudian ditinggalkan mereka, sebab takut dikepung orang Sikh
dari belakang. Dalhousie berpendapat bahwa perang dengan kaum Sikh
harus lebih dulu diselesaikan untuk selama-lamanja. Djikalau kaum Sikh
tidak tunduk, Punjab dan daerah-daerah dibatas Afghanistan mustahil
dapat dikuasai oleh Inggeris. Oleh sebab itu ia perintahkan pada pemim-
Jpin besar tentera Inggeris, Lord Gough, mengadakan persediaan untuk
menjerang Punjab dari dua djurusan, disebelah selatan mulai dari Bom­
bay dan ditimur laut mulai dari Delhi.
Perang itu sepei'ti dimana-mana mulai dengan kekalahan Inggeris. ^
Di Shilianwala tentara Gough dipukul ; pemerintah Inggeris ter-
tjengang dan memaksa Gough meletakkan pimpinannja. Lebih dari 3000
ser a u nggeris tiwas, tentera kehilangan meriam dan pandji-pandji.
aharu dua bulan kemudian tentera Inggeris dapat diatur kembali
dan mulai menjerang. &
^ U^ernor~^Jenderal sendiri turu't dengan stafnja, sebab merasa
ji a au kalah sekali lagi tentu ia djuga akari terpaksa minta,. keluar.
Seluruh tentera Inggeris jang ada di India dipusatkan di Punjab untuk
menjerang kaum Sikh. Achirnja kota Gujarat, benteng m^teka jang
uat, direbut oleh tentera Inggeris, kemudian kota Peshawar, pusat
^>e^ ^ lanaD mereka. Ditahun 1849 barulah perang Sikh selesai. Oleh
se a Gubernor-Djenderal chawatir kaum Sikh berontak lagi, djikalau
eradjaan mereka tetap tinggal merdeka, maka daerah Punjab jang
. ampir sama luasnja dengan tanah Inggeris didjadikan djadjahan di-
luar pengetahuan pemerintah di London. Maharadja Dhuleep Singh,
ra ja penghabisan dfpaksa menjerahkan segala haknja dan dari kelua,T-
ganja, sehingga keradjaan Sikh lenjap semendjak tahun itu.
Sesudah itu pemerintahan diatur oleh Inggeris dengan kemauannja
Sebab daerah Punjab luas, subur dan lagi penting oleh karena
eta nja^ jang baik, usaba mengatur keadaan i'tu bukan perkara mudah.
egawai-pegawai Inggeris jang tjakap dan sudah berpengalaman dibe-
3 ^ ^ndia dikerdjakan disana. U ntuk men'jenangkan hati
orang i pemerintah Inggeris mengeluarkan berdjuta-djuta rupiah
U^' ^ en^a^ran’ djalan kereta api dan pengadjaran. Sampai masa jang
f 1u-u ™ mempUn^ai Peraturan pemerintahan jang terbaik di India,
\ ^ Benggala, djikalau dipandang dari sudut sistem
o onia. emudian hari kaum Sikh banjak jang mendjadi serdadu
an enjataan amat berdjasa bagi Inggeris, umpamanja dalam 'perang
unia pertama dan di Asia Timur. Oleh sebab itu sikap serdadu
Sik amat penting bagi orang Inggeris. Djikalau misalnja kenjataan
bahwa mereka tidak suka lagi djadi serdadu di India, tentu akan ber-
bahaja besar bagi kuasa Inggeris dimasa itu.
Lord Dalhousie belum puas rupanja dengan mengambil Punjab
sadja, ia menaklukkan daerah-daerah lain dan terus mendjalankan po­
litik eneksasi dan imperialisme. Sesudah Punjab, Birmalah jang me-
nunggukan nasibnja.

Perang Birma jang kedua (1852).


Tadi sudah kita batja bahwa ditahun 1826 orang Inggeris terpaksa
mengakui kemerdekaan keradjaan Birma. Akan tetapi mereka masih
mempunjai hasrat untuk memperluas djadjahannja disebelah sana. Oleh
sebab perdjandjian dengan Birma menurut tuduhan Inggeris dilanggar
negeri itu, maka pemerintah India mengirim ■ ’sebuah kapal ke Rangoon
. untuk meminta kerugian. Sudah tentu kapal itu tidak diterima dengan
• gembira, malahan diserang oleh orang Birma. Kedjadian itu dipandang
oleh Inggeris sebagai alamat menjatakan perang. Tentara jang kuat
terus dikirim dari Ipdia. Orang Birma meninggalkan Rangoon dan
menjingkir kepegunungan. Sesudah itu Rangoon, Pegu dan daerah
pesijjir sampai ke Malaka diambil oleh Inggeris (1852). Akan tetapi
Birma masih belum tunduk, sehingga Inggeris terpaksa memerangi
bangsa* itu untuk ketiga kalinja ditahun 1885. -Baru ditahun itu daerah-
daerah jang djauh dari Rangoon, seperti Mandalay dan Birma Ulu
jang berlbatas dengan Tiongkok dapat ditaklukkan dan didjadikan
djadjahan.
Lord Dalhousie masih belum puas dalam memenuhi hasrat imperialis­
me. Setelah Punjab dan Birma takluk keradjaan-keradjaan lain di India
jang dipandangnja melawan atau pemerintahan radjanja kurang beres
atau tidak ada penggantinja jang disetudjui oleh Gubernor-Djenderal,
dirampas djuga, jaitu berturut-turut : Sikkim, Oudh, Nagpur, Jhansi,
Berar dan Carnatic. Pemerintah Inggeris terkedjut melihat perbuatan
jang sewenang-wenang itu, akan tetapi tidak berani membatalkan po­
litik Gubernor-Djenderalnja. Dalam hal demikian tentulah banjak
diantara keluarga radja-radja India jang menaruh dendam, karena hak
nenek mojang mereka diperkosa, pendapatan dan hasil mereka diha-
puskan atau diberikan kepacja keluarga-keluarga lain dsb.
Dalam sedjarah pendjadjahan Inggeris di India belum pernah ter­
djadi perampasan hak radja-radja dengan tjara jang tjerdik sebagai
dilakukan diwaktu pemerintahan Lord Dalhousie. Beliaulah sua'tu tjontoh
kaum imperialis jang tulen.
Gubernor-Djenderal itu berumur 35 tahun ketika diangkat. Beliau
seoreng jang bekerdja keras siang dan malam, sampai kesehatannja
terganggu. W a k tu pulang kenegerinja ditahun 1856 dan pada waktu itu
baru berumur 43 tahun, beliau harus diangkat kekapal didalam kursi
sebab tidak dapat berdjalan lagi. Dalhousie meninggal 5 tahun kemudian.
15. Pemberontakan serdadu India (1857 — 1859).
*
Lord Canning (1856 — 1862).

Penggantinja ialah Lord Canning, jang akan memikul kesalahan


pemerintahan jang lampau. Ditahun berikut terdjadilah suatu peristiwa
jang tidak dapat dilupakan dalam sedjarah pendjadjahan Inggeris sebab
hampir mendatangkan keruntuhannja di India, jaitu pemberontakan
peradjurit-peradjurit India (India Mu'tiny) ditahun 1857— 1859.
Keadaan di India ketika Lord Dalhousie meninggalkan negeri itu
amat buruk. Sebab-sebabnja kita sudah terangkan diatas. Kuasa radja
radja India dan pegawai-pegawai mereka tidak berarti lagi. Ratus
ribuan orang dalam negara-negara jang diperintah radja (Indian States)
kehilangan pentjahariannja. Perubahan-perubahan jang diadakan orang
Inggeris terlalu tjepat didjalankan, lagi pula tidak mengindahkan
adat istiadat dan agama bangsa India. Rakjat India gelisah, sebab
merasa bahwa Inggeris se-akan2 hendak mengganti kebudajaan Hindu
dan Islam dengan kebudajaan Barat. Tetapi jang tidak tersembunji lagi
bagi pemerintah Inggeris ialah keadaan serdadu-serdadu Ihdia. en
tara itu bersatu dengan rakjat, dan sama-sama menderita te anan
dan kemegahan militer Inggeris. Perbedaan diantara serdadu Inggeris
dan India amat besar, pengangkatan ditingkat atas terlalu su ar. ag
pula mereka dikirim kemana-mana dan setelah kembali kebairja an
lepaskan. Pusat pimpinan tentara Inggeris tidak mempunjai ketera g
jang tjukup tentang keadaan dalam bagian-bagian tentara ise uru
India. Djikalau diketahu:nja, tentu perbandingan antara banjak ser
dadu Inggeris dan India akan diobahnja supaja djangan sampai ®
dian seperti pada permulaan pemberontakan itu, disuatu tempa p
serdadu Inggeris, ditempat lain terdapat serdadu India sadja.
Kebentjian kepada Inggeris sudah meningkat ditahun 1857. S
amat keruh, orang menunggu saat letusan sadja. Tiba-tiba
tentara Inggeris menjuruh supaja udjung patron buatan baru i
dulu sebelum dimasukkan dalam senapang untuk membersihkan u jung
nja dari sematjam gemuk. Serdadu Hindu berkeberatan, sebab menjang a
gemuk itu minjak sapi jang dilarang oleh agama dimakan. Serda u
Muslimin menjangka gemuk babi jang dilarang oleh agama djuga.
Serdadu-serdadu minta supaja keberatan mereka dipertimbangkan.
Dari Inggeris datang -chabar bahwa gemuk jkng dipergunakan a am
sendjata itu betul minjak sapi1. Amarah orang Hindu setelah men-
dengar chabar itu tak terhingga lagi. Pemimpin baJatentera menge uar^
kan maklumat bahwa patron tidak perlu lagi didjilat. Akan tetap- aPx
sudah mulai bernjala. Ditangsi-tangsi serdadu-serdadu mulai me awan
perintah opsirnja. Mereka kena hukum berat. Sendjata gelap kedapatan
92 bertimbun-timbun diluar tangsi. Pembakaran dan perbuatan-perbuatan
merusak'kan alat-alat jang penting terdjadi pada beberapa tempat. Akan
tetapi orang Inggeris belum insjaf akan bafcaja jang mengantjam. Saat
pemberontakan umum dapat dirahasiakan. Pimpinan tidak tahu apa-apa
dan mengirim sebagian dari 'tentera India kenegeri Tiongkok dan Iran.
Lagi pula Inggeris pada masa itu harus berperang di Krim (tanah Rus).
Pada hari 10 Mei 1857 meletuslah pemberontakan jang ditunggu-
tunggu itu. Di Meerut dekat Delhi beberapa serdadu2 jang melawan
perintah dipendjarakan oleh opsir-opsirnja. Sekonjong-konjong pengisi
tangsi itu berontak, membunuh serdadu-serdadu dan opsir-opsir Ing­
geris, melepaskan teman-teman mereka dari ’pendjara dan setelah me-
nunggang kuda, mereka dengan setjepat-tjepatnja menudju ke Delhi.
Disana tanda-tanda pemberontakan sudah orang ketahui; tentera di-
kota itu djuga terus mengangkat sendjata dan membunuh penduduk
Inggeris jang diketemuinja. Keradjaan Moghul dihidupkan kembali dan
Sultan Bahadur Shah jang selama itu boneka pemerintah Inggeris di­
angkat djadi sultan Hindustan.
Sementara 'itu seorang pegawai kanbor kawat Inggeris dapat me­
ngirim kabar dari Delhi keseluruh India untuk memberitakan pemberon­
takan itu. Seorang opsir membakar gudang mesiu dengan mengorbankan
dirinja dan pendjaga-pendjaga, supaja djangan djatuh ditangan serdadu-
serdadii jang berontak. Tetapi Delhi tetap diduduki mereka selama 5
bulan. Tentara Inggeris dari Punjab segera datang dibawah pimpinan
GubemcA' sendiri.
Keadaan di Punjab mengherankan kaum pemberontak ; bangsa Sikh
disana tidak turut, malahan memihak kepada Inggeris dan menolong
m e r e b u t Delhi kembali.

Pemberontakan makin lama makin meluas dan berpindah dari Delhi


sampai di Lucknow, Cownpore, Rohilkand dan India Tengah. Teritera
I n g g e r is terpaksa memberi perlawanan dalam lima daerah jang mempu-
iijai benteng-benteng, akan tetapi lekas djatuh dan diduduki oleh serdadu2
pemberontak.
Di Lucknow, gubernor provinsi Oudh mati dibunuh. Tiga bulan
lamanja serdadu dan orang preman Inggeris terkepung dibenteng kota
itu ; achirnja mereka menjerah. Baru empat bulan kemudian kota ftu
dapat direbut kembali, setelah penduduk. bangsa Inggeris hampir semua
tiwas.
Jang amat menjedihkan ialah keadaan di Cownpore. Benteng kota
itu dipertahankan oleh seorang djenderal jang; sudah tua dan tidak
mempunjai ichtiar lagi. Dibawah pimpinannja hanja 400 serdadu Inggeris
sedang dalam benteng itu berkumpul beratus-ratus 'perempuan
Ingaeris serta anak-Snakfija dan orang lain-lain jang mentjahari per-
lindungan disitu. Berteng itu terpaksa menjerah dan kota Cownpore
djatuh ditangan serdadu India. Sementara itu mereka mengangkat
Nana Sahib mendjadi radja. Ia seorang keluarga peshwa Maratha jang
dipetjat oleh Inggeris dari pemerintahannja. Ia berdjandji akan mengi-
rim orang tawanan itu dalam perahu menghilir sampai ke Allahabad,
ntah atas perintahnja, entah perbuatan pendjaga-pendjaga (orang
nggeris menuduh Nana Sahib sendiri sebagai jang bersalah), ketika
orang tawanan itu naik diperahu mereka semua ditembak mati. 'Seba­
gian jang masih tinggal dalam pendjara esok harinja dibunuh d'juga, di-
antaranja dua ratus orang perempuan dan anak-anak.
Pembunuhan ini menggemparkan rakjat Inggeris baik di India mau-
Pun inegerinja sendiri. Dengan segala tenaga jang masih ada Cownpore
direbut kembali.
Didaerah Maratha pemberontakan itu menerbitkan perdjuangan
e angsaan, djadi bukan kepentingan serdadu sadja lagi. Keradjadn
ansi jang dikuasai oleh seorang radja permaisuri mendjadi pusat
per awanan. ama radja itu ialah Ranee Lakhsmi Bai jang masih hidup
am peringatan bangsa India sampai sekarang. Ia berpakaian laki-laki
se a u elihatan dibagian paling depan ketika menjerang atau mem-
1 h'h ^£r awanan' Ten'tera Inggeris djuga segan pada Ranee itu. Ia
Cown erani ^ada T&ntia Topi, panglima Nana Sahib jang merebut
’ Cl
etelah pemberontakan berdjalan setahun, barulah tentara Inggeris
d ^ 1^ men^eran9 Jhansi. Sementara itu Ranee Lakhsmi telah mendu-
,. j.n^en^ Gwalior jang kuat sekali dan memusatkan pertal^anan ra-
J ja jang bersekutu disana. Empat bulan kemudian Ranee itu mati
n peperangan ; Tantia Topi melarikan diri, kemudian ditangkap
dan digantung mati.

l m^ rontakan masih terus berdjalan sampai tahun 1859, akan tetapi


\ . pfra* d*daerah Rajputana, Rohilkhand dan Bihar. Didaerah
d'adi L dan Madras pemberontakan sama sekali tidak ter-
tinq 1 Pu^a* Untunglah bagi orang Inggeris keadaan di Punjab tetap
denq enterarn- Dan ada djuga radja-radja jang membantu Inggeris
raHia r enteran^a’ misalnja Maharadja Jung Bahadur dari Nepal dan
radja Gwahor dan Hydrabad.

tak djadi S3^3^11 * dian9 kat serdadu-serdadu pemberon-


aman ia ditan ^ ^dak bersalah. Akan tetapi setelah Delhi
sebagai sultan^?P dlbuan9 Rangoon. Disana ia meninggal dunia
dan Aurangzib sTt 3 dari keturunan A kbar, Jahangir, Shah Jahan
Putera keturunanni a?'®ultan Hindus'tan fang masjhur diisedjarah India,
oleh seorang opsir I 6 ditan9kaP dan dipertahankan rakjat dibunuh
dekakan. Opsir itu kn" enS’ sebab ia sangka pangeran itij akan dimer-
san perbuatannja itj™ D^ dibunuh oran9 IrLdia seba9ai pembala-
Peristiwa janq di<?pK„f
pengaruhnja. Umum bern» ° T 9 Jn d ia n M utiny” amat bf at
P ndapat bahwa keadaan di India harus ber-
ubah d e n g a n s e le k a s - le k a s n ja p
kongsi dagang seperti E.I.C. tern emerintaIlan i a n 9 dikuasai oleh suatu
rintahan biasa dan hukurn in te rn a^^ berIawanan dengan sjarat2 peme-
gung djawab atas keadaan dakm810031' Kon9si itu tidak dapat bertang-
India. 'Adjal E.I.C. sudah dekat ne9feri Jan9 begitu luas seperti
serdadu itu, ialah pada 10 M ei 1857 hari Permulaan pemberontakan
kal tuduhan dunia terhadap Se j Ing9eris ^'dak da'pat lagi men'jang-
pemberontakan itu. ega a )ang terdjadi di India selama
Pemerintah Inggeris terpaksa
tahun 1858, ketika pemberontaka men9am^)il tindakan jang radikal. Di~
dibubarkan. Milik-milik, kuasa d Serdadu ^ndia masih berdjalan E.I.C.
dengan badan itu diambil oleh n ^ S£9ala sesuatu jang bersangkutan
mendjatuhkan hukuman atas bad ennta^ *n99eris- Peristiwa di Meerut
orasan dan pendjadjahan jang tak” )a° 9 Suda^ ^aPu^ itu< alat peme-
’dunia. Sedjak tahun 1858 pem 3 3da bandingannja dalam sedjarah
dipindahkan ketangan Pemerintah1^ ^ India dengan segala-galanja
Parlemen. ,, eradjaan Inggeris jaitu Radja dan
Peraliha# pemerintahan itu d'
toria -rdalam amanat ditahun 1858*^ k ^ radja P ermaisuri Vic-
diangkat Lord Canning, jang sudah ? \ 3931 radja"muda Jan9 pertama
sa koncfsi E.I.C. Selama, akan tpt ^ ^ meme9an9 djabatan itu dima-
takan jang hampir membawa kplv' 161 eblll' leblh sesudah pemberon-
pemerintah mentjari ichtiar untuk m kuasa ^n99eris di India,
hindarkan kesalahan-kesalahan D o h r r ^ kedudukannia dan meng-
n politik jang lampau.

sudah 'tepat, sebab dalam p e m b e r o n ta ^ ' T tindakan itu


120.000 serdadu turut angkat sendjata3" ^ terd'iadi lebih dari
Kedua, memperbaiki dan menqatur “ elawa* pemerintah Inggeris.
itu djuga sekolah2 tinggT X a V c u T
Ketiga, pemerintah berdjandji tak akan m en^ ^ °m ^ Madras
keradjaan-keradjaan merdeka lagi, a e b a g a f S C T e ^ n ^ ra
besar^besaran dimasa Gubernor-Djenderal Dalhousie. Akan tdtapi
djandji-djandj itu tidak semua ditepati dengan ichlas.

16. Memperluas keradjaan.


• O
Bukti-buktinja bahwa djandji-djandii itu a- i •
j-. u 1 Q70 , ak dipenuhi: pertama
ditahun 1878 tprdjadi perang Afghanistan jang kedua
A Jasan ja n g d ik e U k a k u r, Inggeris ia]ah bahw a A f sudah
dipengaruhi keradjaan .Rus dan mungkin akan dipakamja sebagai pintu
untuk memasuk, nd.a Tentera I„g gerIs dipuku, m M d u r KSandahar
dan Kabul jang d.kehendaki Inggeris terpaksa’ ditinggalkannja. Hanja 95
sebagian ketjil dapat didudukinja semata-mata untuk membulatkan
batas-batas sadja. Perang *itu tidak disukai oleh bangsa Inggeris. Jang
bertanggung djawab ialah perdana menteri Lord Beaconsfield sendiri.

Perang Birma ketiga (1886). ^


Kedua, ditahun 1886 perang Birma jang ketiga petjah. Inggeris
menuduh Birma bahwa keradjaan ini menerima bantuan dari Perantjis
untuk menghalang-halang keperluan Inggeris. Achirnja Gubernor-Djen-
deral Lord Dufferin mengirim tenjtera ekpedisi dan memaksa' radja Birma
menjerah. Ditahun itu djuga Birma Hulu (Upper Birma) dirampas oleh
Inggeris. Semendjak itu seluruh Birma mendjadi koloni dan diga-
bungkan dengan India dibawah pemerintahan bersama sampai tahun
1935.

Ekspedisi ke Tibet (1904).


Ketiga, ditahun 1904 Gubernor-Djenderal Lord Curzon bermaksud
menguasai Tibet jang dibawah pengaruh keradjaan Rus. Sedjak pur­
bakala, kepala agama Buddha di Tibet, Dalai Lhama namanja dan ber-
semajam dikota sutji Lhasa, mengakui kaisar Tiongkok sebagai radjanja
jang tertinggi dan tiap2 tahun mempersembahkan upeti kepada kaisar
itu. Tentara Inggeris jang dikirim kesana dengan susah pajah ;neliwati
pegunungan Himalaya dan memasuki kota Lhasa, jang belum pernah di-
kundjungi orang Barat. Politik itu mendapat tjelaan keras diianah Ing­
geris sendiri dan Rus, sehingga tentara itu terpaksa meninggalkan Tibet.
Hasil ekspedisi itu tidak ada sama sekali.
Keempat, Lord Curzon djuga jang terkenal oleh sebab kolotnja dan
kemegahannja terhadap bangsa India, atjapkali tjampur tangan dalam
keadaan keradjaan-keradjaan India merdeka dan menerbitkan kebentjian
radja-radja.
Sementara itu poli'tik Inggeris tjerdik sekali dalam memisah Ind:a
dengan memihak kepada golongan Hindu atau kepada kaum Islam
menurut keperluan mereka pada sesuatu waktu, selaras dengan politik
„memisah dan menguasai” (,,devide et impera” ).
Lord Curzon ditahun 1904 membagi provinsi Benggala supaja bangsa
India jang beragama Islam dan Hindu djangan dapat bersatu. Peraturan
itu menerbitkan perlawanan jang hebat, sehingga ditahun 1911 pemba-
gian provinsi itu dalam Benggala-Barat dan Benggala-Timur diha-
puskan.

17. Pemeras,an India oleh modal Barat.


Semendjak tahun 1858 sampai pada hiasa jang achir keadaan
ekonomi di India tidak djauh berbeda dari zaman E.I.C. A n a k negeri
terhitung rakjat jang amat miskin didunia. Peraturan hak d an
90 P a d ja k tanah tetap tinggal buruk, sehingga daerah-daerah jang subur dan
kaja seperti Punjab berontak d n
pemberontakan tahun 1857 ” u 13 Un Pemberontakan itu merupai
kedjam, jang mendjadi suatu ^ t6tapi lekas diPadamkan dengan djalan
(Amritsar 1919). 31 dalam sedjarah pendjadjahan Inggeris.
Olefi sebab kemiskinannia t* . ,
djam uang. D'jikalau bentjana, 1 ^ t3m alu terikat kepada pemin-
masa bandjir), kelaparan se ^ ^ menimpa (kekurangan air hudjan atau
padjak jang berat untuk t£rdjacl1' Sementara itu rakjat memikul
tjukai barang-barang masu^™ 3)31 hutang ne9eri’ belandja pengairan,
besar dari pegawai-pegawai menaikkan har9a- gadji-gadji jang
Barat. Semuanja itu menqhi 1 n" ens’ belandia pemerintahan tjara
modal. Dengan pendek k a t ^ tenaga rakJat dan mengisi kanfcong kaum
hadur” (E.I.C.) denqan nrm P0rt“karan Pemerintahan „Compani Ba-
bedanja, dua-duanja m e r a b a * ^ keradjaan In99eris tidak banjak
dibawah „Pax Britannica” (A em®Iaratan dan sengsara. Ketenteraman
nja'ta dibajar oleh orang I n d i / ^ 31 Wah PerIindungan Inggeris) ter-
langan kemerdekaan. en9an pemerasan kekajaannja dan kehi-
Politik Inggeris dalam ,
hak keladjaan bangsa India 11™ ,^”’'’ '“ " ', ‘,erdik sekali' Mereka akui
pengawasan pemerintah di Delhi eadaannja send,rl dibawah
pemerintahan dipikul „ leh pusat ^ . se,” uan)'a
kebiasaan dan susunan masjarakat ‘" n ” f biarkan adat’
. L. ■ i ,, |:" akat Hindu, Islam atau Sikh begitu sadja,
tak d itja m p u n oleh mereka supaja rakjat tinggal senang. Pegawai-pega-
w a, orang Inggens memegang kedudukan-kedndukan jang penting, jang
rendahpun djuga, asal penting. M isalnja, sebagian besar dari peng-
adjaran d.sekojah t.nggi diserahkan kepada orang India, dalam mahka-
mah-mahkamah t.ngg, banjak djuga hakim orang India. A k a n tetapi
dalam golongan Pam ong p ra<lja ( , ndia„ C ivfl t
urusan keuangan. d jaw atan padjak dan bea, masih banjak terdabai
orang Inggeris.
Apa-apa jang terdjadi sehari-hari diantara rakjat mereka tidak ambil
pusing. Mereka hanja memperhatikan garis-garis besar sadja dan ke-
djadian-kedjadian jang penting, hal-hal lain masuk urusan orang India
sendiri. Dengan politik demikian dapatlah mereka menguasai negeri
jang begitu luas seperti India dfengan mempergunakan pegawai-pegawai
dari bangsanja sendiri lebih sedikit dari pada orang Belanda dulu di
Indonesia. 0
Ini menerbitkan pertanjaan, apakah sebabnja pendjadjahan
Inggeris itu dap^t berdjalan terus begitu lama dan baru dapat berubah
sesudah^perang dunia jang kedua. Djawabnja, kelemahan bangsa India,
dan tjerdiknja orang Incjgeris jang tahu mempergunakan kelemahan
itu untuk mengadu-dombakan bangsa atau golongan jang satu dengan
jang lain dan dalam keadaan itu memilih keuntunfjannja. 97
India
Kelemahan keradjaan ^Hindustan dipermulaan abad ke-18 adalah
waktu jang baik bagi Inggeris untuk menaklukkan Benggala. Kelemahan
kaum tani dipergunakan untuk mengatur hak dan padjak tanah. Kelema­
han radja-radja disebabkan oleh perlawanan diantara mereka mendjadi
alasan politik jang baik untuk merampas kuasa radja-radja itu
(Maratha, India Selatan dan Punjab). Kelemahan rakjat jang terbit dari
perlawanan antara agama Hindu, Islam dan Sikh dipergunakan untuk
menghalang-halangi persatuan kebangsaan India. Politik mentjerai-
beraikan, mengadu suatu golongan dengan golongan jang lain, memisah-
kan rakjat dari pemerintah, membajang-bajangkan kemerdekaan dalam
Tjvaktu jang genting dan seterusnja, itulah muslihat jang mustadjab
djikalau untuk selama-lamanja hendak mengambil untur.g jang seba-
njak-banjaknja dari djadjahan. Untuk melukiskan sedjarah impe-
rialisme Inggeris saja sebut beberapa peristiwa-peristiwa dan angka.'
angka jang lebih mudah menegaskan dari pada uraian jang pandjang
lebar.
Sebagai kita sudah terangkan dulu pemerascin ekonomi Inggeris di
India dengan tjara besar-besaran mulai sedjak tahun 17£7, jaitu per-
tempuran di Plassey dengan Nawab Benggala. Sedjak itu Company
Inggeris bukan kongsi dagang semata-mata lagi, melainkan sudah men­
djadi badan dan perkakas pemerintah. Kepala-kepala kantor dagang
mendjadi pegawai-pegawai pemerintah djuga atau pemimpin-pemimpin
perang. Company mempunjai tentera jang dibajarnja sendiri. Tudjuan
terutama bukan perniagaan lagi, melainkan menegakkan kuasa dan me­
naklukkan radja2 India, merampas tanah mereka, mengatur pemerin­
tahan dan padjak jang dibajar rakjat daerah-daerah itu supaja kas
Company penuh dan dapat mengeluarkan dividend jang besar. De­
ngan djalan demikian mengalirlah uang kedalam kas Company dan kan-
tong pegawai-pegawainja, mulai dari serdadu biasa sampai Gubernor-
Djenderal sendiri.
Diwaktu pemerintahan Moghul sebagian besar dari perdapatan rak­
jat dipungut oleh radja-radja djuga. Akan tetapi kekajaan itu tetap
tin99al dalam negeri. Keperluan dalam keraton-keraton mendatangkan
pentjaharian jang bermatjam-matjam bagi rakjat. Rakjat mempunjai
tanah sendiri, dagang atau perusahaan sendiri jang tjukup menghasilkan
untuk belandja hidup. Uang tetap beredar dalam negeri dan negeri
lambat laun bertambah kaja djuga.
Sedjak pendjadjahan Barat mengalirlah sebagian besar dari kekajaan
negeri tiap-tiap tahun kenegeri luar jang makin bertambah kaja,
sedangkan negeri jang menghasilkan bertamb’ah miskin. Barat mem-
bawa mata pentjaharian dan kemadjuan baru seperti perkebunan
industri dan pengadjaran, akan tetapi semuanja itu harus dibajar dan
9o dipikul oleh koloni sendiri. Menurut perhitungan seorang ahli India

o
Dr. Dutt dalam kitabnja „The economic History .of India” dalam 30 tahun
sedjak orang Inggeris memerintah di Benggala, Company mengirim tiap-
tiap tahun 36 djuta ke Inggeris. Tentu uang itu tidak diboroskan sadja
disana, melainkan mendjadi kapital jang berbunga ; bunga ini berbunga
pula dah. seterusnja. Modal itu dipergunakannja dalam industri-industri
besar umpamanja di Lancaster untuk memperbuat barang-barang te-
nunan. Industri itu mengirim barang ke India dengan harga mahal,
lagi pula dibebaskan dari pembajaran bea masuk. Oleh sebab itu per-
tenunan dengan tangan di India sedjak permulaan abad jang lalu makin
mundur, boleh dikatakan hampir mati. Kekajaan jang diperoleh dari
industri di Inggeris tiap-tiap tahun bertambah. Uang ini dipergunakan
lagi untuk mengadakan industri baru. Hasilnja didjual pula di India.
Dengan menerima dividend Rs 36 djuta setahun .dan mempergunakan
modal itu dalam matjam-matjam industri jang mengirim hasilnja ke
India, menurut perhitungan Dr. Dutt tadi, tanah Inggeris bertambah.
kaja dengan 8000 djuta rupee dalam waktu 30 tahun sedjak permulaan
pendjadjahan di India.«
Pemerasas ekonomis ini dapat diibaratkan dengan pekerdjaan
pompa:' Pompa pemeras itu diperbuat dengan memakai uang orang
India; hasilnja dipergunakan untuk mengadakan pompa lain. Jang
dihisap pompa nomor 2, 3 dsb. tetap rakjat India djuga.
Selain dari pada uang jang diterima tiap-tiap tahun dari dagang,
besar djuga penerimaan dari upeti radja-radja, ongkos-ongkos pem-
bajar pertolongan mereka dengan tentera dsb. Company misalnja
meriolong radja Oudh melawan kaum Rohilla jang harus membajar Rs 5
djuta, menolong Nawab Benggala dengan pembajaran Rs 12.5 djuta.
Clive sendiri menerima Rs 300.000. M ir Kasim pengganti Nawab
harus membajar Rs 2.5 djuta, Mir Jafar Rs 6 djuta, Nazim Daula Rs 3
djuta, Nawab Burdwan 2,0 dju'ta dsb. Semuanja terdjadi waktu Clive
gubernor di Benggala. Dimasa 'pemerintahan Hastings permaisuri radja
Oudh dipaksa membajar Rs 15 djuta. Selain dari itu padjak tanah di-
naikkan. Ditahun 1780 ketika ada kelaparan hebat di Hindustan dan lebih
dari 5 dju'ta orang mati, padjak tanah tidak diturunkan. Ongkos perang
dengan Birma, Punjab, Afghanistan dan Tibet dibajar oleh rakjat India
sendiri. Diperang dunia jang pertama India harus memindjamkan uang
1200 djuta rupee kepada keradjaan Inggeris.
Tjontoh-tjontoh ini tak perlu ditambah lagi. Kemelaratan di India
sebagai akibat imperialisme njata djuga dari korban-korban kelaparan
disana. Memang sedjak purbakala di India bahaja kelaparan itu bukan
perkara asing lagi. Ini tferhubung dengan iklim jang amat panas. sedang
musim hudjan menimbulkan bandjir-bandjir jang mahahebat. Akan
tetapi anak negeri diwaktu pemerintahan radja-radja sendiri dapat
menjimpan beras dan gandum untuk persediaan diwaktu patjeklik. Di-

r
zaman Inggeris hasil tanah hampir sama sekali terpaksa didjual
untuk membajar padjak. Penduduk makin bertambah, akan tetapi pengai-
ran didaerah-daerah jang kekurangan air tidak diperluas sesuai dengan
penambahan penduduk. Oleh karena itu bahaja kelaparan bukan ditim-
bulkan oleh iklim sadja, sebagai selalu ditekankan oleh pemerintah Ing­
geris, akan tetapi bergantung djuga kepada politik ekonomi, persediaan
makanan dan politik pemerintah untuk memberantas kelaparan. Ini se­
muanja sedjak penguasaan Inggeris pada penghabisan abad ke-18 sampai
abad ke-20 tidak dikerdjakan oleh pemerintah dengan sungguh-sungguh.
Baharu dipermulaan abad ini bahaja kelaparan itu berkurang sedikit,
akan tetapi sampai pada masa ini tetap mengantjam dalam beberapa
daerah-daerah.
Ditahun 1770, ketika Inggeris baru menguasai Benggala kelaparan
jang mahahebat terdjadi. Lebih dari Vs dari penduduk Benggala, jaitu
l.k. 10 djuta orang tiwas. Ditahun 1783, 1784 dan 1792 kelaparan
meradjalela dibagian Madras, Bombay dan Punjab. Didalam satu abad
jaitu antara 1800 -
— 1900 peristiwa-'peristiwa kejaparan adalah sebagai
berikut:
o
1800 — ’25 5 X banjak korban 1 djuia
1825 - ’50 2 X M »
1850 — ’75 6 X tt >> 5
1875 — 1900 18 X t* ft 26() . .
Djadi dalam 100 tahun djumlah korban adalah 323^ djuta orang.
Diabad ke-19 menuru't taksiran, banjak orang jang tiwas idalam pepe-
rangan tidak lebih dari 5 djuta.
Ketinggalan politik ekonomi dalam mendjaga keselamatan rakjat
njata djuga djikalau kita lihat, bahwa belandja jang dikeluarkan untuk
pengairan dalam 160 tahun han'ja Rs 150 djuta, sedangkan untuk kereta
api jang perlu bagi militer dan pengangkultan barang2 Inggeris tidak
kurang dari Rs 3000 djuta. Dari sini njatalah bahwa pada umumnja ke­
pentingan penghidupan rakjat India djauh kurang mendapat 'perhatian
dari keperluan kaum-kaum modal Inggeris.
Begitupun tentang politik berniaga. Supaja barang-barang Inggeris
mudah masuk, bea tidak dibajar, sedangkan barang-barang dari negeri
lain kena bea jang berat. Lagi pula barang-barang India sebelum dikeluar­
kan kena bea dulu, sehingga tak dapat bersaingan lagi dengan barang-
barang diluar negeri jang sama buatannja. Dengan djalan demikian in-
dustri di India tidak dapat berkembang, umpamanja perusahaan tenun,
benang, perkakas besi d.1.1. Jang hanja dapat madju ialah misalnja
perusahaan membuat karung guni (jute), sebab bahannja tjukup terdapat
di India. Djadi pertentangan antara kepentingan Inggeris dan India ada­
lah selalu suatu soal jang hangat sekali. Akan tetapi dalam menjelesai-
kannja rakjat India saajalah jang selalu rugi.
Tak perlu lagi diuralkan disini perasaan pongah jang terdapat pada
bangsa Inggeris terhadap bangsa berwarna,^ apalagi terhadap bangsa
India. Mereka tak suka beramah-tamah dengan bangsa India, sekalipun
dengan orang-orang jang sama 'peladjarannja atau kedudukannja dalam
lapangqn sosial dan ekonomi dengan mereka. Dalam club2 perdjamuan-
perdjamuan, pertandingan2 sport, dsb. orang Inggeris sama sekali tidak
suka bertjampur gaul dengan orang India.
Meskipun keadaan itu menjedihkan djuga untuk sebagian besar dari
orang Inggeris, sampai masa sebelum kemerdekaan, pertentangan bangsa
Barat dan Timur dalam hidup sehari-hari barangkali disanalah jang pa­
ling buruk diseluruh dunia, ketjuali di Afrika Selatan dan mungkin di-
sebagian dari Amerika terhadap orang Negro.

Anda mungkin juga menyukai