OLEH
Dr T. S. 0. M U L IA
TJETAKAN KEDUA
1. Pendjadjahan Portugis. r
Oleh sebab tidak senang melihat kemadjuan dagang orang( Ita ^
maka keradjaan Portugis berichtiar hendak mentjahari djalan aut s_
ke India melalui Afrika Barat dan Selatan. Setelah tahu benar te ^
keadaan didaerah Afrika Barat, mereka itu makin lama makin
nudju kearah selatan, sehingga ditahun 1486, Bartholomeo p^g,
Novaes tiba diudjung Afrika jang paling selatan, jaitu Tan ) 9
harapan (K. de L e d e Hoop). Enan, tahun kemu^an C o lu m to
disuruh oleh radja Spanjol mentjari djalan ke India ti a i en anq
jang disangkanja tanah India (1492). Ditahun 1498 tiba pula seora B
pelajar Portugis Vasco di Gama di Calicut,, suatu tempa ejajui
barat-daja India. Menurut berita pelajarannja mula-mu a “
Tandjung Pengharapan dan sampai di Zanzibar. Dari sana j-alan
perantaraan nachoda-nachoda bangsa India ia dapat mengetahui )
kenegeri itu. ^
Ditahun 1500 angkatan laut Portugis jang kedua dan dikepal
Cabral tiba di Calicut dan mendirikan bandar dan benteng j^ak
Akan tetapi ia terus' menghadapi perlawanan jang keras a
saudagar-saudagar Arab dan Iran. Politik Cabral semata-mata a^au
berdagang sadja, bukan hendak menguasai setjnra pendjadja
koloni. Baru penggantinja Albuquerque mempunjai angan-angan un
mendirikan koloni Portugis dibenua Asia jang akan mendja i Pu
perdagangan didaerah Timur. Untuk mentjapai maksud itu ia menjerang
dan merebut kota Malaka (1511) dan memasuki kepulauan Indonesia
sampai di Maluku. Kesebelah barat ia m'entjoba merebut kota Aden
untuk menguasai Laut Kolzum, akan tetapi maksudnja gagal, hanja
Teluk Persia dapat dimasukinja. Tudjuan politik bangsa Portugis
ialah snerebut daerah-daerah di Timur untuk kebesaran keradjaan me-,
reka. Mereka tak keberatan bangsanja bertjampur dengan penduduk
asli supaja dengan djalan demikian agama mereka (Katolik) dapat
disebarkan. Golongan peranakan Eropah di India (Eurasians) keba-
njakan keturunan orang Portugis, jang sampai sekarang masih memakai
nama Portugis djuga. Tempat-tempat jang diduduki orang Portugis
didaratan India tidak banjak. Jang lebih penting bagi mereka ialah
pulau Ceylon. Lama kelamaan pendjadjahan Portugis itu mendjadi
lemah, terutama oleh perbuatan-perbuatan j^ng kurang djudjur. Sifat
# pegawai-pegawai peranakan Portugis diwaktu itu buruk sekali ; mereka
memeras rakjat dan suka menggelapkan uang. Lagi pula keradjaan
Portugis di Eropah pada masa itu mulai berkurang kuasanja dan achirnja
bersatu dengan keradjaan Spanjol. Dalam pada itu pimpinan dari negeri
sendiri tidak tjukup lagi dan mereka lekas dapat diusir oleh pendjadjah 2
baru, jaitu^elanda dan Inggeris. Sebagai kita tahu Malaka dan Ceylon
direSut oleh Belanda kemudian hari dari orang Portugis. Benteng-benteng
ketjil (didaratan India mula-mula djatuh ketangan Belanda djuga,
akan tetapi tidak lama kemudian direbut oleh Inggeris. Achirnja orang
Belanda snenduduki kepulauan Indonesia sadja, sedang orang Inggeris
membsatkan tenaga mereka di India. Sampai sekarang masih ada lagi
3 pelabuhan ketjil di India jang dikuasai oleh Portugis, jaitu Diu,
Damao dan Goa.
o
Dr. Dutt dalam kitabnja „The economic History .of India” dalam 30 tahun
sedjak orang Inggeris memerintah di Benggala, Company mengirim tiap-
tiap tahun 36 djuta ke Inggeris. Tentu uang itu tidak diboroskan sadja
disana, melainkan mendjadi kapital jang berbunga ; bunga ini berbunga
pula dah. seterusnja. Modal itu dipergunakannja dalam industri-industri
besar umpamanja di Lancaster untuk memperbuat barang-barang te-
nunan. Industri itu mengirim barang ke India dengan harga mahal,
lagi pula dibebaskan dari pembajaran bea masuk. Oleh sebab itu per-
tenunan dengan tangan di India sedjak permulaan abad jang lalu makin
mundur, boleh dikatakan hampir mati. Kekajaan jang diperoleh dari
industri di Inggeris tiap-tiap tahun bertambah. Uang ini dipergunakan
lagi untuk mengadakan industri baru. Hasilnja didjual pula di India.
Dengan menerima dividend Rs 36 djuta setahun .dan mempergunakan
modal itu dalam matjam-matjam industri jang mengirim hasilnja ke
India, menurut perhitungan Dr. Dutt tadi, tanah Inggeris bertambah.
kaja dengan 8000 djuta rupee dalam waktu 30 tahun sedjak permulaan
pendjadjahan di India.«
Pemerasas ekonomis ini dapat diibaratkan dengan pekerdjaan
pompa:' Pompa pemeras itu diperbuat dengan memakai uang orang
India; hasilnja dipergunakan untuk mengadakan pompa lain. Jang
dihisap pompa nomor 2, 3 dsb. tetap rakjat India djuga.
Selain dari pada uang jang diterima tiap-tiap tahun dari dagang,
besar djuga penerimaan dari upeti radja-radja, ongkos-ongkos pem-
bajar pertolongan mereka dengan tentera dsb. Company misalnja
meriolong radja Oudh melawan kaum Rohilla jang harus membajar Rs 5
djuta, menolong Nawab Benggala dengan pembajaran Rs 12.5 djuta.
Clive sendiri menerima Rs 300.000. M ir Kasim pengganti Nawab
harus membajar Rs 2.5 djuta, Mir Jafar Rs 6 djuta, Nazim Daula Rs 3
djuta, Nawab Burdwan 2,0 dju'ta dsb. Semuanja terdjadi waktu Clive
gubernor di Benggala. Dimasa 'pemerintahan Hastings permaisuri radja
Oudh dipaksa membajar Rs 15 djuta. Selain dari itu padjak tanah di-
naikkan. Ditahun 1780 ketika ada kelaparan hebat di Hindustan dan lebih
dari 5 dju'ta orang mati, padjak tanah tidak diturunkan. Ongkos perang
dengan Birma, Punjab, Afghanistan dan Tibet dibajar oleh rakjat India
sendiri. Diperang dunia jang pertama India harus memindjamkan uang
1200 djuta rupee kepada keradjaan Inggeris.
Tjontoh-tjontoh ini tak perlu ditambah lagi. Kemelaratan di India
sebagai akibat imperialisme njata djuga dari korban-korban kelaparan
disana. Memang sedjak purbakala di India bahaja kelaparan itu bukan
perkara asing lagi. Ini tferhubung dengan iklim jang amat panas. sedang
musim hudjan menimbulkan bandjir-bandjir jang mahahebat. Akan
tetapi anak negeri diwaktu pemerintahan radja-radja sendiri dapat
menjimpan beras dan gandum untuk persediaan diwaktu patjeklik. Di-
r
zaman Inggeris hasil tanah hampir sama sekali terpaksa didjual
untuk membajar padjak. Penduduk makin bertambah, akan tetapi pengai-
ran didaerah-daerah jang kekurangan air tidak diperluas sesuai dengan
penambahan penduduk. Oleh karena itu bahaja kelaparan bukan ditim-
bulkan oleh iklim sadja, sebagai selalu ditekankan oleh pemerintah Ing
geris, akan tetapi bergantung djuga kepada politik ekonomi, persediaan
makanan dan politik pemerintah untuk memberantas kelaparan. Ini se
muanja sedjak penguasaan Inggeris pada penghabisan abad ke-18 sampai
abad ke-20 tidak dikerdjakan oleh pemerintah dengan sungguh-sungguh.
Baharu dipermulaan abad ini bahaja kelaparan itu berkurang sedikit,
akan tetapi sampai pada masa ini tetap mengantjam dalam beberapa
daerah-daerah.
Ditahun 1770, ketika Inggeris baru menguasai Benggala kelaparan
jang mahahebat terdjadi. Lebih dari Vs dari penduduk Benggala, jaitu
l.k. 10 djuta orang tiwas. Ditahun 1783, 1784 dan 1792 kelaparan
meradjalela dibagian Madras, Bombay dan Punjab. Didalam satu abad
jaitu antara 1800 -
— 1900 peristiwa-'peristiwa kejaparan adalah sebagai
berikut:
o
1800 — ’25 5 X banjak korban 1 djuia
1825 - ’50 2 X M »
1850 — ’75 6 X tt >> 5
1875 — 1900 18 X t* ft 26() . .
Djadi dalam 100 tahun djumlah korban adalah 323^ djuta orang.
Diabad ke-19 menuru't taksiran, banjak orang jang tiwas idalam pepe-
rangan tidak lebih dari 5 djuta.
Ketinggalan politik ekonomi dalam mendjaga keselamatan rakjat
njata djuga djikalau kita lihat, bahwa belandja jang dikeluarkan untuk
pengairan dalam 160 tahun han'ja Rs 150 djuta, sedangkan untuk kereta
api jang perlu bagi militer dan pengangkultan barang2 Inggeris tidak
kurang dari Rs 3000 djuta. Dari sini njatalah bahwa pada umumnja ke
pentingan penghidupan rakjat India djauh kurang mendapat 'perhatian
dari keperluan kaum-kaum modal Inggeris.
Begitupun tentang politik berniaga. Supaja barang-barang Inggeris
mudah masuk, bea tidak dibajar, sedangkan barang-barang dari negeri
lain kena bea jang berat. Lagi pula barang-barang India sebelum dikeluar
kan kena bea dulu, sehingga tak dapat bersaingan lagi dengan barang-
barang diluar negeri jang sama buatannja. Dengan djalan demikian in-
dustri di India tidak dapat berkembang, umpamanja perusahaan tenun,
benang, perkakas besi d.1.1. Jang hanja dapat madju ialah misalnja
perusahaan membuat karung guni (jute), sebab bahannja tjukup terdapat
di India. Djadi pertentangan antara kepentingan Inggeris dan India ada
lah selalu suatu soal jang hangat sekali. Akan tetapi dalam menjelesai-
kannja rakjat India saajalah jang selalu rugi.
Tak perlu lagi diuralkan disini perasaan pongah jang terdapat pada
bangsa Inggeris terhadap bangsa berwarna,^ apalagi terhadap bangsa
India. Mereka tak suka beramah-tamah dengan bangsa India, sekalipun
dengan orang-orang jang sama 'peladjarannja atau kedudukannja dalam
lapangqn sosial dan ekonomi dengan mereka. Dalam club2 perdjamuan-
perdjamuan, pertandingan2 sport, dsb. orang Inggeris sama sekali tidak
suka bertjampur gaul dengan orang India.
Meskipun keadaan itu menjedihkan djuga untuk sebagian besar dari
orang Inggeris, sampai masa sebelum kemerdekaan, pertentangan bangsa
Barat dan Timur dalam hidup sehari-hari barangkali disanalah jang pa
ling buruk diseluruh dunia, ketjuali di Afrika Selatan dan mungkin di-
sebagian dari Amerika terhadap orang Negro.