Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

KEBERANIAN SALMAN AL-FARISI

Anggota : Farhan Zuhruf Alfajr


Muhammad Kevin D.S
Ruud Zaki Bramdani
Sandi Pranoto

Kelas : XI MIPA 5

SMA NEGERI 2 KOTA TANGERANG SELATAN


Tahun ajaran 2022/2023
BIODATA SALMAN AL-FARISI
Sebagai seorang Persian, dia menganut agama Majusi, tetapi ia tidak merasa nyaman dengan
agamanya. Suatu hari, Salman Al-Farisi diperintahkan oleh ayahnya untuk menjalankan satu
tugas di satu tempat untuk mengantarkan barang atau menyampaikan pesan kepada seseorang.

Di tengah perjalanan, Beliau bertemu dengan orang-orang Nasrani yang sedang menjalankan
ibadahnya. Kemudian, muncul pergolakan batin untuk mencari agama yang dapat menentramkan
hatinya. Lalu, dia mencoba memeluk agama Nasrani, tetapi ia kecewa. Karena apa yang
dikatakan para pendeta tentang kesederhanaan berbanding terbalik dengan kehidupan para
pendeta yang bergelimang harta, hasil dari permintaan umat soal penebusan dosa.

Pencarian agamanya membawa hingga ke jazirah Arab dan akhirnya memeluk agama Islam. Dan
sampai mati ia tetap memeluk Islam karena apa yang diucapkan Rosulullah berbanding lurus
dengan perbuatan beliau. Salman al-Farisi pada ia mengawali hidupnya sebagai seorang
bangsawan dari Persia, Ia menjadi pahlawan dengan ide membuat parit dalam upaya melindungi
kota Madinah dalam pertempuran khandaq. Setelah meninggalnya Nabi Muhammad, ia dikirim
untuk menjadi gubernur di daerah kelahirannya, hingga ia wafat.

Dari Persi datangnya pahlawan kali ini. Dan dari Persi pula Agama Islam nanti dianut oleh
orang-orang Mu'min yang tidak sedikit jumlahnya, dari kalangan mereka muncul pribadi-pribadi
istimewa yang tiada taranya, baik dalam bidang kedalaman ilmu pengetahuan dan ilmuan dan
keagamaan, maupun keduniaan.

Dan memang, salah satu dari keistimewaan dan kebesaran al-Islam ialah, setiap ia memasuki
suatu negeri dari negeri-negeri Allah, maka dengan keajaiban luar biasa dibangkitkannya setiap
keahlian, digerakkannya segala kemampuan serta digalinya bakat-bakat terpendam dari warga
dan penduduk negeri itu, dokter-dokter Islam, ahli-ahli astronomi Islam, ahli-ahli fiqih Islam,
ahli-ahli ilmu pasti Islam dan penemu-penemu mutiara Islam.

Ternyata bahwa pentolan-pentolan itu berasal dari setiap penjuru dan muncul dari setiap bangsa,
hingga masa-masa pertama perkembangan Islam penuh dengan tokoh-tokoh luar biasa dalam
segala lapangan, baik cita maupun karsa, yang berlainan tanah air dan suku bangsanya, tetapi
satu Agama. Dan perkembangan yang penuh berkah dari Agama ini telah lebih dulu dikabarkan
oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, bahkan dia telah menerima janji yang benar dari
Tuhannya Yang Maha Besar lagi Maha Mengetahui. Pada suatu hari diangkatlah baginya jarak
pemisah dari tempat dan waktu, hingga disaksikannyalah dengan mata kepala panji-panji Islam
berkibar di kota-kota di muka bumi, serta di istana dan mahligai-mahligai para penduduknya.
Salman radhiyallahu 'anhu sendiri turut menyaksikan hal tersebut, karena ia memang terlibat dan
mempunyai hubungan erat dengan kejadian itu. Peristiwa itu terjadi waktu perang Khandaq,
yaitu pada tahun kelima Hijrah. Beberapa orang pemuka Yahudi pergi ke Mekah menghasut
orang-orang musyrik dan golongan-golongan kuffar agar bersekutu menghadapi Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam dan Kaum Muslimin, serta mereka berjanji akan memberikan
bantuan dalam perang penentuan yang akan menumbangkan serta mencabut urat akar Agama
baru ini.

Siasat dan taktik perang pun diaturlah secara licik, bahwa tentara Quraisy dan Ghathfan akan
menyerang kota Madinah dari luar, sementara Bani Quraidlah (Yahudi) akan menyerang-nya
dari dalam—yaitu dari belakang barisan Kaum Muslimin sehingga mereka akan terjepit dari dua
arah, karenanya mereka akan hancur lumat dan hanya tinggal nama belaka.

Demikianlah pada suatu hari Kaum Muslimin tiba-tiba melihat datangnya pasukan tentara yang
besar mendekati kota Madinah, membawa perbekalan banyak dan persenjataan lengkap untuk
menghancurkan. Kaum Muslimin panik dan mereka bagaikan kehilangan akal melihat hal yang
tidak diduga-duga itu. Keadaan mereka dilukiskan oleh al-Quran sebagai berikut:

Ketika mereka datang dari sebelah atas dan dari arah bawahmu, dan tatkala pandangan matamu
telah berputar liar, seolah-olah hatimu telah naik sampai kerongkongan, dan kamu menaruh
sangkaan yang bukan-bukan terhadap Allah. (Q.S. 33 al-Ahzab:l0)

24.000 orang prajurit di bawah pimpinan Abu Sufyan dan Uyainah bin Hishn menghampiri kota
Madinah dengan maksud hendak mengepung dan melepaskan pukulan menentukan yang akan
menghabisi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, Agama serta para shahabatnya.

Pasukan tentara ini tidak saja terdiri dari orang-orang Quraisy, tetapi juga dari berbagai kabilah
atau suku yang menganggap Islam sebagai lawan yang membahayakan mereka. Dan peristiwa
ini merupakan percobaan akhir dan menentukan dari pihak musuh-musuh Islam, baik dari
perorangan, maupun dari suku dan golongan.

Kaum Muslimin menginsafi keadaan mereka yang gawat ini, Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam-pun mengumpulkan para shahabatnya untuk bermusyawarah. Dan tentu saja mereka
semua setuju untuk bertahan dan mengangkat senjata, tetapi apa yang harus mereka lakukan
untuk bertahan itu?

Ketika itulah tampil seorang yang tinggi jangkung dan berambut lebat, seorang yang disayangi
dan amat dihormati oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Itulah dia Salman al-Farisi
radhiyallahu 'anhu!' Dari tempat ketinggian ia melayangkan pandang meninjau sekitar Madinah,
dan sebagai telah dikenalnya juga didapatinya kota itu di lingkung gunung dan bukit-bukit batu
yang tak ubah bagai benteng juga layaknya. Hanya di sana terdapat pula daerah terbuka, luas dan
terbentang panjang, hingga dengan mudah akan dapat diserbu musuh untuk memasuki benteng
pertahanan.

Di negerinya Persi, Salman radhiyallahu 'anhu telah mempunyai pengalaman luas tentang teknik
dan sarana perang, begitu pun tentang siasat dan liku-likunya. Maka tampillah ia mengajukan
suatu usul kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam yaitu suatu rencana yang belum pernah
dikenal oleh orang-orang Arab dalam peperangan mereka selama ini. Rencana itu berupa
penggalian khandaq atau parit perlindungan sepanjang daerah terbuka keliling kota.

Dan hanya Allah yang lebih mengetahui apa yang akan dialami Kaum Muslimin dalam
peperangan itu seandainya mereka tidak menggali parit atas usul Salman radhiyallahu 'anhu
tersebut.

Ketika Quraisy menyaksikan parit terbentang di hadapannya, mereka merasa terpukul melihat
hal yang tidak disangka-sangka itu, hingga tidak kurang sebulan lamanya kekuatan mereka bagai
terpaku di kemah-kemah karena tidak berdaya menerobos kota.

Dan akhirnya pada suatu malam Allah Ta'ala mengirim angin topan yang menerbangkan kemah-
kemah dan memporak-porandakan tentara mereka. Abu Sufyan pun menyerukan kepada anak
buahnya agar kembali pulang ke kampung mereka ... dalam keadaan kecewa dan berputus asa
serta menderita kekalahan pahit ...

Sewaktu menggali parit, Salman radhiyallahu 'anhu tidak ketinggalan bekerja bersama Kaum
Muslimin yang sibuk menggali tanah. Juga Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ikut
membawa tembilang dan membelah batu. Kebetulan di tempat penggalian Salman radhiyallahu
'anhu bersama kawan-kawannya, tembilang mereka terbentur pada sebuah batu besar.

Salman radhiyallahu 'anhu seorang yang berperawakan kuat dan bertenaga besar. Sekali ayun
dari lengannya yang kuat akan dapat membelah batu dan memecahnya menjadi pecahan-pecahan
kecil. Tetapi menghadapi batu besar ini ia tak berdaya, sedang bantuan dari teman-temannya
hanya menghasilkan kegagalan belaka.

Salman radhiyallahu 'anhu pergi mendapatkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan minta
idzin mengalihkan jalur parit dari garis semula, untuk menghindari batu besar yang tak
tergoyahkan itu. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pun pergi bersama Salman radhiyallahu
'anhu untuk melihat sendiri keadaan tempat dan batu besar tadi. Dan setelah menyaksikannya,
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam meminta sebuah tembilang dan menyuruh para shahabat
mundur dan menghindarkan diri dari pecahan-pecahan batu itu nanti....

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam lalu membaca basmalah dan mengangkat kedua
tangannya yang mulia yang sedang memegang erat tembilang itu, dan dengan sekuat tenaga
dihunjamkannya ke batu besar itu. Kiranya batu itu terbelah dan dari celah belahannya yang
besar keluar lambaian api yang tinggi dan menerangi. "Saya lihat lambaian api itu menerangi
pinggiran kota Madinah", kata Salman radhiyallahu 'anhu, sementara Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam mengucapkan takbir, sabdanya:

Allah Maha Besar! aku telah dikaruniai kunci-kunci istana negeri Persi, dan dari lambaian api
tadi tampak olehku dengan nyata istana-istana kerajaan Hirah begitu pun kota-kota maharaja
Persi dan bahwa ummatku akan menguasai semua itu.

Lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengangkat tembilang itu kembali dan
memukulkannya ke batu untuk kedua kalinya. Maka tampaklah seperti semula tadi. Pecahan batu
besar itu menyemburkan lambaian api yang tinggi dan menerangi, sementara Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bertakbir sabdanya:

Allah Maha Besar! aku telah dikaruniai kunci-kunci negeri Romawi, dan tampak nyata olehku
istana-istana merahnya, dan bahwa ummatku akan menguasainya.

Kemudian dipukulkannya untuk ketiga kali, dan batu besar itu pun menyerah pecah berderai,
sementara sinar yang terpancar daripadanya amat nyala dan terang temarang. Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam pun mengucapkan la ilaha illallah diikuti dengan gemuruh oleh kaum
Muslimin. Lalu diceritakanlah oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bahwa dia sekarang
melihat istana-istana dan mahligai-mahligai di Syria maupun Shan'a, begitu pun di daerah-daerah
lain yang suatu ketika nanti akan berada di bawah naungan bendera Allah yang berkibar. Maka
dengan keimanan penuh Kaum Muslimin pun serentak berseru: Inilah yang dijanjikan Allah dan
Rasul-Nya.
KISAH PERJUANGAN AL-FARISI

Salman Al Farisi adalah sahabat Nabi Muhammad yang berasal dari Persia. Dari negeri asalnya,
ia telah banyak memiliki pengalaman tentang siasat dan strategi perang. Lahir dan tumbuh dari
keluarga berada di Persia, mulanya ia menganut ajaran Zoroaster sesuai dengan kepercayaan
yang dianut kaumnya. Dalam perjalanan, ia kemudian merasa kagum dengan cara beribadah
umat Nasrani. Hal tersebut membuatnya menganut Nasrani. Namun pencariannya tak berhenti
sampai di situ. Suatu hari ia sampai ke Madinah dan bertemu Rasulullah yang ditemani beberapa
sahabat di Quba yang membuatnya melabuhkan pilihan untuk masuk Islam. Hingga akhirnya,
Salman menjadi Muslim merdeka dan terlibat dalam sejumlah peristiwa bersama Rasulullah,
salah satunya Perang Khandaq.

Ketika itu pada tahun 5 Hijriah, peristiwa Perang Khandaq atau dikenal sebagai pertempuran Al
Ahzab yang didalangi oleh pasukan kaum kafir Quraisy Mekkah dan Yahudi Bani Nadir. Mereka
menghimpun pasukan gabungan dengan kuda dan persenjataan lengkap untuk menyerang
Rasululllah dan kaum Muslimin di Madinah untuk membumihanguskan Islam.

"Sebanyak 24.000 prajurit yang dipimpin Abu Sufyan dan 'Uyainah bin Hishn bergerak untuk
mengepung dan menyerang Madinah dengan serangan mematikan. Pasukan tersebut didukung
berbagai kabilah dan kelompok kepentingan yang memandang Islam sebagai ancaman," tulis
Khalid Muhammad Khalid dalam buku Biografi 60 Sahabat Rasulullah SAW tentang Salman Al
Farisi, Sang Pencari Kebenaran.

Menyadari sedang dalam kondisi genting, Salman Al Farisi mengajukan usul kepada Rasulullah.
Usai meninjau wilayah Madinah, ia segera mengusulkan kaum Muslimin untuk menggali parit
(khandaq) sebagai perlindungan untuk pertempuran sepanjang daerah terbuka sekitar Madinah.
Upaya tersebut ditawarkan Salman agar bisa mengatasi musuh sekaligus mencegah jatuh korban
yang banyak. Strategi dari Persia tersebut banyak dilakukan ketika kondisi terkepung dengan
keberadaan pasukan berkuda.

Kemudian ia dan kaum Muslimin bersama Rasulullah turut bekerja tiada henti menggali parit
selama beberapa hari. Sebagai orang yang mengusulkan penggalian, Salman pula yang
menemukan batu besar yang memancarkan cahaya hidayah dan kebaikan.
Hingga sampai waktunya pasukan Quraisy hendak menyerang, mereka terhalau parit yang begitu
besar terbentang di hadapan. Hal tersebut sangat di luar perkiraan mereka dan terbayangi oleh
kekalahan menaklukkan Kota Madinah.

"Akibatnya, satu bulan lamanya pasukan Quraisy hanya berdiam diri dalam tenda-tenda mereka
tanpa mampu menyerang Madinah. Akhirnya pada suatu malam Allah mengirimkan angin
kencang yang menerbangkan tenda-tenda dan meluluhlantakkan kekuatan mereka. Alhasil, Abu
Sufyan memerintahkan pasukannya mundur," tulis Khalid. Rasulullah sering memuji kecerdasan
dan keilmuan Salman, sebagaimana beliau memuji akhlak dan agamanya. Pada peristiwa Perang
Khandaq, para sahabat Anshar berdiri seraya menyatakan, "Salman adalah bagian dari kami."

Para sahabat Muhajirin pun menyahut, "Tidak, ia adalah bagian dari kami." Rasulullah lalu
bersabda, "Salman adalah bagian dari kami, Ahlul Bait." Salman layak mendapatkan kehormatan
itu, bahkan Ali bin Abi Thalib menjulukinya dengan sebutan Lukman al Hakim.

Dari kisah keislaman sahabat Nabi, Salman Al Farisi menjadi teladan keislaman orang-orang
utama dan takwa. Salman mengisahkan kepada kita petualangannya yang suci dan mulia dalam
mencari hakikat kebenaran agama sekaligus kegigihan dalam berjuang di jalan Allah.
PENGERTIAN SYAJAAH
Syajaah Menurut Bahasa

Menurut bahasa, pengertian syajaah dalam bahasa Arab memiliki arti berani atau teguh.
Pengertian Syajaah adalah sifat pertengahan antara Al–Jubn (Pengecut) dan Tahawwur (Berani
tanpa Perhitungan).

Syajaah Menurut Istilah

Adapun menurut istilah, pengertian syajaah ialah keteguhan hati dan kekuatan pendirian untuk
membela dan mempertahankan hal yang benar secara bijaksana dan terpuji. Sikap syajaah
menjadi salah satu ciri yang perlu dimiliki oleh orang yang istiqomah di jalan Allah. Mereka
akan berani menyampaikan kebenaran walaupun itu pahit. Hal ini karena mereka yakin dengan
pertolongan Allah.

Imam Syahid Hasan Al-Banna mendefinisikan pengertian syajaah sebagai ‘Azhimul Ihtimal
yang artinya besarnya daya pikul dan daya tahan. Ia akan bersabar ketika diberi ujian, dan ia
akan bersyukur ketika ia diberi kenikmatan.

Macam-Macam Syajaah

1. Syajaah Harbiyyah

Pengertian Syajaah Harbiyyah adalah bentuk keberanian yang tampak secara langsung. Misalnya
keberanian kaum muslimin zaman dahulu untuk berjihad (perang) demi membela agama.

2. Syajaah Nafsiyyah

Pengertian Syajaah Nafsiyyah adalah keberanian secara mental seseorang. Ia akan berani dalam
menghadapi bahaya dan penderitaan jika hal tersebut demi menegakkan keadilan.

Manfaat Memiliki Sifat Syajaah

- Mendapatkan pahala yang besar, sebab kita telah melaksanakan salah satu perintah Allah SWT
yang meminta kita untuk senantiasa bersikap Amar ma’ruf nahi munkar.
- Kedzoliman yang ada baik dari ruang lingkup keluarga hingga negara dapat dikurangi, dicegah,
bahkan dihilangkan.
- Keadilan akan menyelimuti muka bumi Allah SWT.
- Menghindarkan bangsa dari disintegrasi bangsa.
Hikmah Yang Dapat di Ambil

1. Berusaha mencari kebenaran dengan sebaik – baiknya

Allah akan menyambut setiap orang yang mencari kebenaran. Saat seseorang melangkah menuju
Allah, maka Allah akan mendekat 10 langkah kepada kita. Namun, tentu saja kita harus berusaha
melangkah menuju Allah terlebih dahulu. Sebagaimana cerita perjalanan Salman mencari
kebenaran.

2. Tidak boleh kecewa saat seseorang tidak melakukan hal yang


benar

Setiap orang pasti memiliki kesalahan. Termasuk orang yang dipandang baik sekalipun. Hal ini
pun dialami oleh Salman saat dia tinggal di Suriah bersama seorang uskup. Salman melihat
bahwa uskup yang disebut sebagai uskup terbaik itu biasa mengumpulkan uang untuk amal.
Akan tetapi, uang tersebut malah dia gunakan untuk dirinya sendiri.

3. Membantu Sesama Umat Muslim

pada saat pertama kali, Salman menemukan Islam dan bertemu dengan Nabi Muhammad. Status
Salman saat itu adalah seorang budak. Namun, dengan bantuan habi dan para sahabat yang
lainnya. Salman terlepas dari status budak dan menjadi orang yang merdeka. Salman Al-Farisi
pun membalasnya dengan berkontribusi besar pada perkembangan agama islam. Terutama,
dalam mengatur strategi perang dan menjadi Sahabat Nabi yang paling bijak.

4. Kaum Muslimin harus membantu mereka yang baru masuk


Islam
Dalam islam, dakwah tidak hanya terbatas pada ucapan atau bicara saja. Memberi bantuan juga
merupakan bagian dari dakwah. Baik itu bantuan dalam bentuk keuangan ataupun hubungan
social. Karena saat seseorang melakukan hijrah atau bertaubat, orang tersebut bukan hanya
membutuhkan nasehat saja. Tapi juga teman. Hal ini sejalan dengan apa yang dilakukan oleh
Nabi Muhammad dan para sahabat. Saat Salman al-Farisi masuk islam, statusnya masih sebagai
budak. Kemudian, dengan bantuan Nabi dan para sahabat, Salman pun dibebaskan dari status
budak dan menjadi orang merdeka.

Anda mungkin juga menyukai