Anda di halaman 1dari 4

Sang penjaga api majusi mencari kebenaran

Dalam kegelapan malam, Dia merenung, memikirkan takdir dan


Mencari jawaban yang sebenarnya mengenai keberadaannya di dunia.
Melalui jalan yang terjal, berjalan tanpa henti Menuju tempat yang
diimpikannya. Dia bertanya kepada para bijak, Tentang makna hidup yang
sebenarnya, Namun tak satu pun yang bisa memberi jawaban Yang
memuaskan hatinya. Hingga suatu saat, dia bertemu dengan Nabi
Muhammad, Yang membuka pintu hatinya, Menunjukkan jalan kebenaran
yang telah lama dicarinya.

Salman al-Farisi, pemuda dan seorang tokoh terkenal dalam sejarah Islam, memiliki
perjalanan hidup yang penuh dengan pencarian akan kebenaran. Kisah hidupnya yang luar
biasa ini menunjukkan bagaimana keimanan seseorang dapat membawanya melewati
berbagai rintangan dan ujian untuk menemukan jalan menuju Allah.
Jauh sebelum menemukan kebenaran, Salman pernah membaktikan
diri sebagai penjaga api penyembahan agama Majusi. Lahir pada tahun 568 M di

Jayyun dengan nama Mabah Bin Budkhasyan bin Mausilan bin Bahbudzan dari Persia.
Berayah Khusyfudan yang berdasarkan sebuah nukilan lain yakni Budakhsyan, Ayah Salman
adalah seorang bangsawan Iran. Setelah menganut Majusi, Mabah pindah ke Nasrani.
Perubahan besar dalam hidup Salman dimulai ketika dia melewati sebuah gereja Nasrani
saat sedang melakukan tugas. Di dalam gereja itu, ia melihat orang-orang yang sedang
beribadah dengan khusyuk. Keindahan ibadah mereka menginspirasi Salman, dan ia mulai
mempertanyakan keyakinannya sendiri.

Salman menjadi tertarik pada agama Nasrani dan memutuskan untuk


mempelajarinya lebih lanjut. Ia bertanya kepada orang-orang Nasrani tentang agama mereka
dan menemukan kebaikan dalam ajaran mereka. Salman merasa bahwa agama Nasrani jauh
lebih baik daripada agama Majusi yang ia anut selama ini. Ketika Salman mengungkapkan
minatnya pada agama Nasrani, ayahnya dengan tegas menolaknya. Namun, Salman tidak
bisa menghilangkan kerinduannya untuk memahami lebih dalam tentang kebenaran agama.

Salman terus mencari kebenaran dan akhirnya menemukan seseorang yang menceritakan
tentang munculnya seorang nabi di Arab. Salman merasa bahwa inilah kesempatan baginya
untuk menemukan kebenaran sejati. Untuk mencapai Arab, Salman memberikan ternaknya
sebagai imbalan kepada sekelompok pedagang dari Kalb. Namun, mereka mengkhianatinya
dan menjualnya sebagai budak kepada seorang Yahudi. Salman kemudian bekerja untuk
Yahudi tersebut. Suatu hari, salah seorang keponakan majikannya menceritakan tentang
seorang nabi yang muncul di Makkah. Salman merasa getir dan Ketika ia berbicara tentang
nabi tersebut, majikannya marah dan memukulnya. Salman kemudian pindah ke Madinah,
tempat di mana Nabi Muhammad telah berhijrah. Salman akhirnya bertemu dengan Nabi di
Madinah. Dia mengamati Nabi dengan cermat, mencari tanda-tanda kenabian yang pernah
dijelaskan kepadanya. Salman menemukan cincin kenabian yang tersembunyi di antara
bahu Nabi. Setelah yakin bahwa Muhammad adalah nabi yang telah lama ia cari, Salman
memeluk Islam. Perjalanannya mencari kebenaran sejati akhirnya berakhir, dan ia
menemukan jalan kepada Allah melalui agama Islam. Selama berhijrah ke agama islam ,
Hingga akhirnya, Salman merdeka dan terlibat dalam sejumlah peristiwa bersama Rasulullah,
salah satunya Perang pada tahun 5 H. Perang yang didalangi oleh pasukan kaum kafir Quraisy

Mekkah dan Yahudi Bani Nadir.

Perang Khandaq Namanya, pergelatan 24 ribu pasukan quraisy melawan 3 ribu


pasukan muslim dengan serangan mematikan. Menanggapi serangan musuh yang menyerang
Rasulullah dan pengikutnya, Salman memiliki strategi dalam menghadapi musuh itu, yaitu
dengan cara membuat sebuah parit (Khandaq) yang besar mengelilingi kota Madinah
khususnya wilayah yang terbuka. Cara tersebut dipakai olehnya ketika ia bertempur bersama
bangsa Parsi. Akibatnya, dampak dari strategi ini, satu bulan lamanya pasukan Quraisy
hanya berdiam diri dalam tenda-tenda mereka tanpa mampu menyerang Madinah.
Akhirnya pada suatu malam Allah mengirimkan angin kencang yang menerbangkan
tenda-tenda dan meluluhlantakkan kekuatan mereka. Alhasil, Abu Sufyan
memerintahkan pasukannya mundur. Strategi Salman ini merupakan sebuah strategi baru
di kalangan Arab saat itu. Terbukti dengan strategi tersebut dan atas izin Allah SWT
tentunya, umat muslim berhasil memenangkan perang tersebut. Atas kemenangan tersebut,
Salman terkenal sebagai pengatur siasat perang umat muslim dari dulu sampai saat ini.

Rasulullah sering memuji kecerdasan dan keilmuan Salman, sebagaimana


beliau memuji akhlak dan agamanya. Pada peristiwa Perang Khandaq, para sahabat
Anshar berdiri seraya menyatakan, "Salman adalah bagian dari kami."
Para sahabat Muhajirin pun menyahut, "Tidak, ia adalah bagian dari kami." Rasulullah
lalu bersabda, "Salman adalah bagian dari kami, Ahlul Bait." bahkan Ali bin Abi Thalib
menjulukinya dengan sebutan Lukman al Hakim.

Adapun selain Uwais Al Qarny, tercatat pula nama Salman Al Farisi. Yang dilakukan Salman pun serupa dengan
yang dilakukan Uwais AL Qarny, yakni menggendong ibunya selama melaksanakan haji. Kisah ini diketahui dalam
sebuah hadis. Bermula ketika ada seorang sahabat nabi yang bertanya, “Ya Rasulullah adakah orang yang paling
disayangi oleh Allah Ta’ala selain Engkau?” Nabi pun menjawab, “Ada, yaitu Salman al Farisi,” sahabat kembali
bertanya, “Kenapa, ya, Rasulullah dia begitu disayang Allah?” terbukti Ketika sampai di kota Mekkah, betapa
bahagianya Salman dan ibunya bertemu dengan Rasulullah. Salman bertanya kepada Rasulullah, “Ya
Rasul, apakah saya sudah berbakti kepada orangtua saya? Saya menggendong ibu saya di pundak saya
berjalan dari Madinah sampai kota Mekkah untuk melaksanakan ibadah haji.”

Seketika itu juga Rasulullah langsung menangis. Sambil tetap menangis, Rasulullah pun menjawab,
“Wahai Saudaraku, engkau sungguh anak yang luar biasa, engkau benar-benar anak shaleh, tapi maaf,
(sambil tetap menangis) apapun yang kamu lakukan di dunia ini untuk membahagiakan orang tuamu,
apapun usaha kerasmu suntuk menyenangkan orang tuamu, tidak akan pernah bisa membalas jasa mereka
yang telah membesarkanmu.”

MASYALLAH.. Kisah Salman al-Farisi adalah kisah berbakti kepada orang tua dan keteladanan
tentang tekunnya dalam mencari kebenaran agama. Meskipun Salman menghadapi berbagai
rintangan dan ujian dalam perjalanannya, iman dan ketekunannya dalam mencari Allah
membawanya kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan agama Islam. Salman
Al Farisi juga mengajarkan akan ZUHUD. Ia adalah seorang yang bertaqwa, cerdas, dan
bersahaja. Terbukti dari cerita Ketika ia menanti ajal, Sa’ad bin Abi Waqqash datang
menjenguknya dan ia dapati Salman menangis, teringat pesan Rasulullah : “Hendaklah bagian
masing-masingmu dari kekayaan dunia ini seperti bekal seorang pengendara”, sedangkan ia
merasa hartanya masih banyak. Sa’ad mengatakan : “Saya perhatikan, tak ada yang tampak di
sekelilingku kecuali satu piring dan sebuah baskom.” Dari kerendahan hati beliau Salman
diangkat menjadi seorang gubernur di kota Kuffah. Para penduduk Kuffah menyambut
kedatangannya dengan sangat antusias, mereka memadati jalan raya untuk menyambut
salman selaku gubernur baru. Saat menjabat sebagai gubernur ia tetap merasa rendah
hati sampai ada seorang yang menyangkanya bahwa ia adalah seorang kuli.

Dengan hati yang terang benderang, Dia menerima ajaran Islam, menjadi sahabat yang setia
dengan Menyebarkan cahaya kebenaran di seluruh penjuru dunia. Seseorang yang telah berhasil
menjadi permata dari indah ceritanya kepada alam semesta, dan menjadi inspirasi Bagi kita yang
mencari arti hidup yang sebenarnya.

Anda mungkin juga menyukai