Anda di halaman 1dari 49

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN

REPUBLIK INDONESIA

IMPLEMENTASI
PP 24 TAHUN 2018
TENTANG PELAYANAN
PERIZINAN BERUSAHA
SECARA ELEKTRONIK

Yogyakarta, 27 April 2019

1
LATAR BELAKANG
PKE I-XV tidak maksimal karena masih terhambat perizinan berusaha. Teridentifikasi >500 elemen data pemohon
perizinan dalam layanan publik di Indonesia

Seorang Warga/Badan Satu Lembaga Pemerintah


Kemenperin
Usaha harus menuju harus melayani banyak
Asosias
banyak lembaga warga/badan usaha
BKPM i
Pemerintah KLH

Kehutanan
Kemenda
g

Kelurahan
ESD
M
Ban
k
DP
U
Bea Cukai
Pajak

PolPP
Loket
PTSP Kecamatan

“Rumit, Lama, Tidak Pasti, dan Boros”


2
PERMASALAHAN UTAMA DALAM BERUSAHA DI INDONESIA

Berdasarkan Executive Opinion Survey 2017 yang dilakukan oleh World Economic Forum, salah satu
permasalahan utama yang dihadapi pelaku usaha dalam melaksanakan usaha di Indonesia adalah birokrasi
pemerintah yang tidak efisien.
3
PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN
Pemerintahan dan Pembagian Wilayah berdasarkan UUD 1945:
UUD 1945 1. Presiden memegang kekuasaan Pemerintahan
(Pasal 4).
2. NKRI dibagi atas Daerah Provinsi yang terdiri dari Kabupaten dan Kota
(Pasal 18).
Legislatif Eksekutif Yudikatif
Prinsip dasar dalam UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah:
Presiden & 1. Urusan Pemerintahan adalah kewenangan Presiden dan dilaksanakan
Wakil Presiden oleh Kementerian/Lembaga dan Pemda (K/L/P) --- (Pasal 1 angka 5).
2. Pemda adalah Kepala Daerah dan DPRD (Pasal 1 angka 2).
Kementerian/ 3. Presiden:
Lembaga • menetapkan kebijakan penyelenggaraan urusan pemerintahan (Pasal
6).
• melakukan pembinaan dan pengawasan (Pasal 7 ayat 1).
Pemda
• memegang tanggung jawab akhir atas penyelenggaraan urusan
pemerintahan (Pasal 7 ayat 2).
KDH DPRD

OSS sebagai bentuk pelaksanaan kewenangan Presiden sebagai pemegang kekuasaan Pemerintahan dalam
pemberian kesatuan layanan perizinan berusaha kepada masyarakat dan pelaku usaha

4
PERATURAN PEMERINTAH NO. 24 / 2018
Pemohon Perizinan :
PP 24/2018 Tentang Pelayanan Perizinan Berusaha
Terintegrasi Secara Elektronik (OSS) • Pelaku Usaha PERSEORANGAN.
• Pelaku Usaha NON PERSEORANGAN :
– Perseroan Terbatas;
– Perusahaan Umum;
a. Jenis, Pemohon dan Penerbit Izin – Perusahaan Umum Daerah;
b. Mekanisme Pelaksanaan – Badan Hukum Lainnya Yang Dimiliki Oleh
Negara;
c. Reformasi Perizinan – Badan Layanan Umum;
– Lembaga Penyiaran;
d. Kelembagaan dan Operasional – Badan Usaha Yang Didirikan Oleh Yayasan;

PP 24
– Koperasi;
Sistem OSS. – Persekutuan Komanditer ( Commanditaire
Vennootschap);
d. Insentif atau disinsentif
/2018 –

Persekutuan Firma ( Venootschap Onder Firma);
Persekutuan Perdata
e. Penyelesaian permasalahan
• Perwakilan
f. Pengenaan Sanksi. – Badan Usaha Jasa Konstruksi Asing (BUJKA)
– Kantor Perwakilan Perusahaan Perdagangan
Asing (KP3A)

▪ NIB - WAJIB dimiliki setiap pelaku usaha di Indonesia


5
PRINSIP DASAR SISTEM OSS
POLA PROSES PENGAJUAN PERIZINAN

Sistem OSS :
Mulai diberlakukan di seluruh
Indonesia sejak SATU PORTAL (Nasional), SATU IDENTITAS (NIB), dan SATU FORMAT IZIN (Izin Usaha);
tanggal 09 Juli 2018
Dasar hukum :
Peraturan Pemerintah No. 24 tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Secara Elektronik

PERIZINAN DENGAN KOMITMEN - perizinan berusaha diterbitkan berdasarkan komitmen yang harus
dipenuhi oleh Pelaku Usaha; Pemenuhan komitmen diselesaikan di K/L dan/atau Pemda.

VALIDASI DATA dilakukan melalui konfirmasi ke sistem Ditjen AHU, Ditjen Dukcapil, Ditjen Pajak.

OPERASIONAL SISTEM OSS didukung oleh sistem Ditjen AHU, Ditjen Dukcapil, Ditjen Pajak, Ditjen Bea &
Cukai, Kemendag, INSW, Kementan, dan Kemen. PUPR dll , 2 Januari 2019 dilaksanakan BKPM

6
TUJUAN PELAKSANAAN SISTEM OSS

TERSTANDARISASI KEMUDAHAN
AKSES

TERINTEGRASI

OSS •✓ KEPERCAYAAN KPD


PELAKU USAHA
UNTUK MEMENUHI
STANDAR

PENGAWASAN OLEH !
SKPD & PROFESI
BERSERTIFIKAT TERPENUHINYA ASPEK K3L
(kesehatan, keamanan dan lingkungan)

7
PERIZINAN BERUSAHA DENGAN OSS
POLA PROSES PENGAJUAN PERIZINAN

PENDAFTARAN NIB : Nomor Induk Berusaha PERIZINAN BERUSAHA

• Tanda Pengelompokan Jenis Perizinan


TDP
Daftar Berusaha :
Perusaha 1. Izin Usaha.
an
• Angka 2. Izin Komersial atau Operasional.
Pengenal Seluruh perizinan berusaha yang diatur
API Impor dalam peraturan perundang-undangan
(APIP/ sektor, dikelompokan sebagai Izin
• APIU )
dahulu Usaha atau Izin Komersial atau
akses nomor Operasional.
kepabe induk
anan kepabeanan

8
BISNIS PROSES PERIZINAN
POLA PROSES PENGAJUAN PERIZINAN

IZIN
PENDAFTARA IZIN KOMERSIAL/
N USAHA OPERASIONAL

Komitmen
Komitmen izin komersial/
Izin Usaha operasional

• Komitmen Izin Usaha adalah • Komitmen izin komersial/operasional


komitmen atas 3 prasarana dasar Izin adalah standard,sertifikat, pendaftaran produk dan izin lain
Lokasi, Izin Lingkungan dan IMB/SLF yang terkait dengan kegiatan komersial/operasional
dan lainnya sesuai pengaturan sektor
terkait 9
MEKANISME DENGAN OSS (1)
PROGRESS INTEGRASI
STEP 1 Sistem OSS menerbitkan perizinan berusaha

1 Validasi, 3
Pelaku usaha
PERMOHONAN
KEMENTERIAN
2
▪ NIB Ditjen Dukcapil, Kementerian Dalam Negeri
▪ IZIN USAHA *) Ditjen Pajak, Kemen Keuangan
▪ IK/O Ditjen AHU, Kemen Hukum dan HAM

4
VALIDASI :
▪ NIB : Nomor Induk Berusaha 1. Dukcapil : data NIK penanggung jawab perusahaan (e-KTP)
▪ *) IZIN USAHA dengan komitmen artinya IU 2. DJP : KSWP - Konfirmasi Status WP (NPWP + 2 tahun SPT)
belum berlaku effektif sampai dengan komitmen
3. AHU : Akta Perusahaan (KBLI 2017 , e-KTP, KSWP)
dipenuhi
▪ IK/O : daftar izin komersial/operasional

11
MEKANISME DENGAN OSS (2)
PROGRESS INTEGRASI

STEP 2 Sistem OSS riel time mengirim data perusahaan

KEMENTERIAN /LEMBAGA
penerbitan izin komersial/operasional dalam bentuk standard,
pendaftaran produk dll
STEP STEP
1 3
DPMPTSP Prov/Kab/Kota
▪ NIB pemenuhan komitmen izin usaha, penerbitan izin komersial/operasional
▪ IZIN USAHA (izin lokasi, izin lingkungan dan IMB/SLF dan standard, pendaftaran
*) BKPM produk dll)
▪ IK/O
4
▪ NIB : Nomor Induk Berusaha
▪ *) IZIN USAHA dengan komitmen artinya IU
belum berlaku effektif sampai dengan
komitmen dipenuhi
▪ IK/O : daftar izin komersial/operasional

11
MEKANISME DENGAN OSS (3)
STEP 3 Pemenuhan komitmen dan penerbitan izin komersial/operasion al

KONDISI SAAT INI


2
3
• PELAKU USAHA
KEMENTERIAN /LEMBAGA mengajukan
pemenuhan komitmen
1 izin usaha dan izin
K/L/D menotifikasi ke sistem oss 2 komersial/operasional
ke DPMPTSP atau K/L
DPMPTSP Prov/Kab/Kota
• Mekanisme secara
3 manual/online sesuai
▪ NIB DPMPTSP : kesiapan DPMPTSP
▪ IZIN USAHA **) • Menerbitkan persetujuan pemenuhan komitmen izin
▪ IK/O
4 atau K/L
usaha (izin lokasi, izin lingkungan, IMB/SLF)
• Menerbitkan izin operasional dalam bentuk standard,
**) IZIN USAHA BERLAKU pendaftaran produk , izin dll
EFEKTIF

KEMENTERIAN/LEMBAGA ;
Menerbitkan izin operasional dalam bentuk standard,
pendaftaran produk dll

12
GAMBARAN SISTEM DALAM PROSES PELAYANAN
PERIZINAN BERUSAHA MELALUI OSS

OSS
Pelaku Usaha lainnya
Investor

Delegasi
SPIPISE K/L SiCANTIK
Investasi/ berusaha Sektor
yang didelegasikan/ BKO
Delegasi
DPMPTSP SKPD
Investasi (Pasal 30 ayat
(7) UU 25/2017) Investasi/Urusan Urusan

1. Layanan OSS tersedia secara cloud di http://oss.go.id


❑ Mobile apps berbasis Android/IOS
2. Hardware OSS diadakan melalui mekanisme sewa

13
DATA STATISTIK OSS V.1.0 UPGRADE
Sistem OSS v.1.0 Upgrade (9 Juli 2018 s.d. 12 April 2019)
Jenis Usaha Jenis Penanaman Modal Skala Usaha

Non-UMKM
Perorangan PMDN
30%
21% 93,6%
(97,023)
(89,259) (282,148
)
UMKM
Non-Perorangan 70%
79% PMA (224,464
(329,765) 6,4% )
(19,134)

Pelaku usaha yang mengurus Lebih dari 90% jenis penanaman modal Dari sisi skala usaha, jumlah pelaku
perizinan didominasi oleh adalah PMDN, sisanya merupakan PMA. usaha UMKM masih lebih besar bila
Non-Perorangan. dibandingkan dengan pelaku usaha
Non-UMKM.

*Non-perorangan: PT, Perum, Badan Usaha Yayasan, BUMD, BHMN, CV, Firma, Koperasi, Lembaga Penyiaran, BLU.
DATA STASTISTIK – SISTEM OSS

Sistem OSS v.1.0 Upgrade (9 Juli 2018 s.d. 12 April 2019) Jumlah Total
Rata-Rata
(Per Hari)
Registrasi 430.221 1.489
• Per tanggal 2 Januari 2019, Sistem OSS dikelola oleh BKPM. Aktivasi akun 396.469 1.372
• Sistem OSS melayani lebih dari 1900 Registrasi per-hari dan Nomor Induk Berusaha (NIB) 330.558 1.189
menerbitkan NIB lebih dari 1700 per-hari. Izin Usaha 937.607 3.373

• Sistem OSS memberikan layanan 24/7 (tetap menerbitkan Izin Komersial/Operasional 212.976 766
perizinan berusaha pada hari Sabtu, Minggu, dan hari libur) (Sumber Data Tim Teknis OSS)

(Sumber Data Tim Teknis OSS)


Perkembangan Penggunaan OSS Di Daerah
5 Daerah Paling Aktif Memberikan Notifikasi ke OSS

• Tercatat 5 Kabupaten/Kota yang memberikan


notifikasi terbanyak ke OSS. Namun, jumlah
notifikasi tersebut masih jauh lebih rendah
dibandingkan jumlah data perizinan berusaha
yang dikirimkan ke lokasi tersebut.
• Kabupaten/Kota perlu meningkatkan keaktifan
dalam menindaklanjuti data perizinan
berusaha dan menotifikasi ke OSS.

1
6
Perkembangan Penggunaan OSS di Daerah
5 Daerah Paling Tidak Aktif Memberikan Notifikasi ke OSS

1
7
STATUS PERDA RDTR KABUPATEN/KOTA

Status Perda RDTR


2,2% Sudah Perda
RDTR

97,8
97,8%
Belum Perda
% RDTR

Dari 508 kabupaten/kota, hanya terdapat 38 kabupaten/kota yang telah menetapkan Perda RDTR.
1
8
18
STRUKTUR SATUAN TUGAS PERPRES NO. 91 TAHUN 2017
Keteranga ▪ SATGAS Nasional bertanggung
n jawab terhadap pemantauan
Garis Komando proses perizinan berusaha dan
Presiden melaporkannya kepada Presiden.
Garis Koordinasi
▪ SATGAS Leading Sector wajib: (1)
Garis Pendukung mengawal dan membantu
L
penyelesaian setiap perizinan
berusaha; (2) mengidentifikasi
SATGAS Garis Penugasan perizinan yang perlu direformasi;
PTSP/
BKPM Nasional (3) melaporkan kegiatan berusaha
L Lapora
n dan permasalahannya kepada
SATGAS Nasional.
L
DPMPTSP DPMPTSP DPMPTSP
▪ SATGAS Provinsi, Kab/Kota
adalah SATGAS yang bertanggung
jawab terhadap pelayanan
perizinan berusaha yang menjadi
SATGAS K/L SATGAS SATGAS SATGAS tanggung jawabnya.
Pendukung Leading Provinsi Kab/Kota
Sector
▪ SATGAS Pendukung adalah
SATGAS yang memberikan
dukungan untuk penyelesaian
perizinan usaha sektor atau daerah.

Sekjen Sekjen Sekretaris Daerah Sekretaris Daerah

19
20
TUGAS SATGAS PROVINSI MENURUT PERMENKO NO 8 TAHUN 2017 (1)

Tugas Satgas Provinsi pada Tahap I: Output:


1) Melakukan inventarisasi (stock opname) atas seluruh 1) Daftar seluruh perizinan berusaha yang menjadi
perizinan berusaha yang menjadi kewenangannya dan kewenangannya yang telah diajukan dan belum selesai.
perizinan yang diperlukan oleh kementerian/lembaga
dan pemerintah kabupaten/kota yang telah diajukan 2) Daftar seluruh perizinan diperlukan oleh kementerian/
dan belum selesai. lembaga dan kabupaten/kota yang telah diajukan dan
2) Melakukan penyelesaian hambatan (debottlenecking) belum selesai.
atas seluruh perizinan berusaha yang menjadi 3) Daftar inventarisasi (stock opname) dari seluruh
kewenangannya dan perizinan yang diperlukan oleh perizinan berusaha yang menjadi kewenangannya dan
kementerian/lembaga dan pemerintah kabupaten/kota perizinan yang diperlukan oleh kementerian/lembaga
yang telah diajukan dan belum selesai. dan kabupaten/kota yang telah diajukan dan belum
3) Melakukan inventarisasi seluruh perizinan berusaha selesai.
yang menjadi kewenangannya dan perizinan yang 4) Debirokratisasi proses dan waktu penyelesaian
diperlukan oleh kementerian/lembaga dan pemerintah perizinan berusaha pada sektornya. 5) Perizinan yang
kabupaten/ kota. telah diselesaikan (debottlenecking).
4) Melakukan penyederhanaan proses (debirokratisasi)
yang mencakup: penyederhanaan pengajuan dan
penyelesaian perizinan, percepatan waktu
penyelesaian, dan penggunaan data sharing atas
dokumen perizinan yang disampaikan oleh pelaku
usaha.
5) Melakukan pelayanan perizinan berusaha yang baru
dengan menerapkan penyederhanaan proses
(debirokratisasi). 21
TUGAS SATGAS PROVINSI MENURUT PERMENKO NO 8 TAHUN 2017 (2)

Tugas Satgas Provinsi pada Tahap II: Output:


1) Melakukan reformasi peraturan perizinan berusaha 1) Peraturan Daerah Keputusan Kepala Daerah
pada sektornya: pengganti peraturan lama.
a) menyusun daftar peraturan yang akan diganti 2) Uji coba pelaksanaan perizinan melalui Online Single
(peraturan daerah dan peraturan/keputusan Submission.
kepala daerah dan mengusulkan perubahan 3) Penerapan perizinan melalui Online Single Submission.
atas undangundang, peraturan pemerintah,
peraturan presiden, dan/atau keputusan
presiden) berdasarkan hasil evaluasi;
b) menyusun rancangan peraturan daerah atau
keputusan kepala daerah pengganti peraturan
sebelumnya; dan
c) menyusun dan menyampaikan usulan
perubahan atas undang-undang, peraturan
pemerintah, peraturan presiden, dan/atau
keputusan presiden yang menghambat kepada
Menteri Koordintor Bidang Perekonomian
selaku Ketua Satuan Tugas Nasional
Percepatan Pelaksanaan Berusaha.
2) Mengidentifikasi kesiapan dukungan teknologi dalam
rangka penerapan perizinan melalui infromasi dan
teknologi online (Online Single Submission).
3) Menyiapkan pembiayaan dan sumber daya dalam
rangka penerapan perizinan melalui Online Single 22
TUGAS SATGAS KAB/KOTA MENURUT PERMENKO NO 8 TAHUN 2017 (1)

Tugas Satgas Kabupaten/Kota pada Tahap I: Output:


1) Melakukan inventarisasi (stock opname) atas seluruh 1) Daftar seluruh perizinan berusaha yang menjadi
perizinan berusaha yang menjadi kewenangannya dan kewenangannya yang telah diajukan dan belum selesai.
perizinan yang diperlukan oleh kementerian/lembaga 2) Daftar seluruh perizinan diperlukan oleh kementerian/
dan pemerintah provinsi yang telah diajukan dan belum lembaga dan pemerintah provinsi yang telah diajukan
selesai. dan belum selesai.
2) Melakukan penyelesaian hambatan (debottlenecking) 3) Daftar inventarisasi (stock opname) dari seluruh
atas seluruh perizinan berusaha yang menjadi perizinan berusaha yang menjadi kewenangannya dan
kewenangannya dan perizinan yang diperlukan oleh perizinan yang diperlukan oleh kementerian/lembaga
kementerian/lembaga dan pemerintah provinsi yang dan pemerintah provinsi yang telah diajukan dan belum
telah diajukan dan belum selesai. selesai.
3) Melakukan inventarisasi seluruh perizinan berusaha 4) Debirokratisasi proses dan waktu penyelesaian
yang menjadi kewenangannya dan perizinan yang perizinan berusaha pada sektornya.
diperlukan oleh kementerian/lembaga dan pemerintah 5) Perizinan yang telah diselesaikan (debottlenecking)
provinsi.
4) Melakukan penyederhanaan proses (debirokratisasi)
yang mencakup: penyederhanaan pengajuan dan
penyelesaian perizinan, percepatan waktu
penyelesaian, dan penggunaan data sharing atas
dokumen perizinan yang disampaikan oleh pelaku
usaha.
5) Melakukan pelayanan perizinan berusaha yang baru
dengan menerapkan penyederhanaan proses
(debirokratisasi). 23
TUGAS SATGAS KAB/KOTA MENURUT PERMENKO NO 8 TAHUN 2017 (2)

Tugas Satgas Kabupaten/Kota pada Tahap II: Output:


1) Melakukan reformasi peraturan perizinan berusaha pada 1) Peraturan Daerah atau Keputusan Kepala Daerah
sektornya: pengganti peraturan lama.
a) menyusun daftar peraturan yang akan diganti 2) Uji coba pelaksanaan perizinan melalui Online Single
(peraturan daerah dan peraturan/keputusan kepala Submission.
daerah dan mengusulkan perubahan atas 3) Penerapan perizinan melalui Online Single Submission.
undangundang, peraturan pemerintah, peraturan
presiden, dan/atau keputusan presiden)
berdasarkan hasil evaluasi
b) menyusun rancangan peraturan daerah atau
keputusan kepala daerah pengganti peraturan
sebelumnya; dan
c) menyusun dan menyampaikan usulan perubahan
atas undang-undang, peraturan pemerintah,
peraturan presiden, dan/atau keputusan presiden
yang menghambat kepada Menteri Koordintor
Bidang Perekonomian selaku Ketua Satuan Tugas
Nasional Percepatan Pelaksanaan Berusaha.
2) Mengidentifikasi kesiapan dukungan teknologi dalam
rangka penerapan perizinan melalui informasi dan
teknologi online (Online Single Submission).
3) Menyiapkan pembiayaan dan sumber daya dalam rangka
penerapan perizinan melalui Online Single Submission.
24
PERKEMBANGAN PEMBENTUKAN SATGAS DAERAH
Aceh
Prov: sudah
Kab/Kota: 23 dari 23
Kaltara
Prov: sudah
Kab/Kota: 5 dari 5
Kalbar Sulut
Kep.
Riau Prov: sudah Gorontalo Prov: sudah
Prov: sudah Kab/Kota: 7 dari 14 Prov: sudah Kab/Kota: 10 dari 15
Sumut Riau
Kab/Kota: 7 dari 7 Kab/Kota: 6 dari 6
Prov: sudah Prov: sudah Kaltim Maluku Utara
Kab/Kota: 33 dari 33 Kab/Kota: 12 dari 12
Prov: sudah Prov: sudah
Jambi
Kab/Kota: 10 dari 10 Sulteng Kab/Kota: 4 dari 10 Papua Barat
Sumbar Prov: sudah
Kalteng Prov: sudah Prov: belum
Prov: sudah Kab/Kota: 11 dari 11 Sulbar
Kab/Kota: 13 dari 13 Kab/Kota: 4 dari 13
Kab/Kota: 19 dari 19 Babel Prov: sudah Prov: sudah
Kab/Kota: 11 dari 14 Kab/Kota: 5 dari 6
Prov: sudah
Kab/Kota: 7 dari 7 Kalsel Papua
Bengkulu Sumsel
Prov: sudah Sultra Maluku Prov: sudah
Prov: sudah Prov: sudah
Kab/Kota: 13 dari 13 Kab/Kota: 9 dari 29
Kab/Kota: 10 dari 10 Kab/Kota: 17 dari 17 Prov: sudah Prov: sudah
Sulsel Kab/Kota: 17 dari 17 Kab/Kota: 10 dari 11
DKI Jakarta Jawa Tengah
Lampung Prov: sudah
Prov: sudah Prov: sudah Jawa Timur
Prov: sudah Kab/Kota: 6 dari 6 Kab/Kota: 24 dari 24
Kab/Kota: 35 dari 35 Prov: sudah
Kab/Kota: 12 dari 15
Kab/Kota: 38 dari 38

Banten Jawa Barat DI


Yogyakarta Bali NTB NTT
Prov: sudah Prov: sudah Prov: sudah Prov: sudah Prov: sudah Prov: sudah
Kab/Kota: 6 dari 8 Kab/Kota: 27 dari 27 Kab/Kota: 5 dari 5 Kab/Kota: 9 dari 9 Kab/Kota: 9 dari 10 Kab/Kota: 17 dari 22
PERKEMBANGAN PEMBENTUKAN SATGAS:
Provinsi mencapai 100% (34 dari 34 Provinsi)
Provinsi yang telah lengkap membentuk Satgas sebanyak 23 Provinsi, yaitu: 1) Aceh; 2) Riau; 3) Satgas daerah yang telah lengkap
Sumbar; 4) Sumsel; 5) Kepri; 6) Jambi; 7) Babel; 8) Bengkulu; 9) Jakarta; 10) Jabar; 11) Jateng; 12)
Provinsi sudah, Kab/Kota belum lengkap
Yogyakarta; 13) Jatim; 14) Bali; 15) Kaltim; 16) Sulteng; 17) Sulsel; 18) Sultra; 19) Gorontalo; 20) Sumut;
21) Kaltara; dan 22) Kalsel; 23) Banten Sumber: Kemenko Perekonomian, Kemendagri,
Kabupaten/Kota mencapai 88% (454 dari 514 kabupaten/kota – 60 belum terbentuk) dan BKPM, per 24 Oktober 2018
25
PERKEMBANGAN PEMBENTUKAN SATGAS DAERAH PROVINSI DI YOGYAKARTA

Sudah
No KAB/KOTA/PROV Keterangan
Membentuk
Provinsi DI Yogyakarta v SK Nomor: 25/Kep/2018

1 Kabupaten Kulon Progo v SK Nomor: 378/A/2017

2 Kabupaten Bantul v SK Nomor 38/2018

3 Kabupaten Gunungkidul v SK Nomor: 35/KPTS/2018

4 Kabupaten Sleman v SK Nomor: 133.5/Kep.KDH/A/2017

5 Kota Yogyakarta v SK Nomor 505 Tahun 2017


KABUPATEN/ KOTA YANG BELUM MEMBENTUK SATGAS
1. Kabupaten Tulang Bawang, Provinsi Lampung 31. Kabupaten Maluku Barat Daya, Provinsi Maluku
2. Kabupaten Tulang Bawang Barat, Provinsi Lampung 32. Kabupaten Manokwari, Provinsi Papua Barat
3. Kota Bandar Lampung, Provinsi Lampung 33. Kabupaten Manokwari Selatan, Provinsi Papua Barat
4. Kabupaten Lombok Utara, Provinsi NTB 34. Kabupaten Maybrat, Provinsi Papua Barat
5. Kabupaten Alor, Provinsi NTT 35. Kabupaten Pegunungan Arfak, Provinsi Papua Barat
6. Kabupaten Ende, Provinsi NTT 36. Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat
7. Kabupaten Lembata, Provinsi NTT 37. Kabupaten Sorong Selatan, Provinsi Papua Barat
8. Kabupaten Ngada, Provinsi NTT 38. Kabupaten Tambrauw, Provinsi Papua Barat
9. Kabupaten Rote Ndao, Provinsi NTT 39. Kabupaten Teluk Bintuni, Provinsi Papua Barat
10. Kabupaten Sambas, Provinsi Kalimantan Barat 40. Kabupaten Teluk Wondama, Provinsi Papua Barat
11. Kabupaten Sanggau, Provinsi Kalimantan Barat 41. Kabupaten Biak Numfor, Provinsi Papua
12. Kabupaten Kapuas Hulu, Provinsi Kalimantan Barat 42. Kabupaten Deiyai, Provinsi Papua
13. Kabupaten Bengkayang, Provinsi Kalimantan Barat 43. Kabupaten Dogiyai, Provinsi Papua
14. Kabupaten Landak, Provinsi Kalimantan Barat 44. Kabupaten Keerom, Provinsi Papua
15. Kabupaten Melawi, Provinsi Kalimantan Barat 45. Kabupaten Kepulauan Yapen, Provinsi Papua
16. Kota Singkawang, Provinsi Kalimantan Barat 46. Kabupaten Mamberamo Raya, Provinsi Papua
17. Kabupaten Barito Selatan, Provinsi Kalimantan Tengah 47. Kabupaten Mamberamo Tengah, Provinsi Papua
18. Kabupaten Barito Utara, Provinsi Kalimantan Tengah 48. Kabupaten Mappi, Provinsi Papua
19. Kota Palangkaraya, Provinsi Kalimantan Tengah 49. Kabupaten Nabire, Provinsi Papua
20. Kabupaten Bolaang Mongondow, Provinsi Sulawesi Utara 50. Kabupaten Nduga, Provinsi Papua
21. Kabupaten Minahasa, Provinsi Sulawesi Utara 51. Kabupaten Paniai, Provinsi Papua
22. Kabupaten Minahasa Tenggara, Provinsi Sulawesi Utara 52. Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua
23. Kabupaten Bolaang Mondondow Timur, Provinsi Sulawesi Utara 53. Kabupaten Puncak, Provinsi Papua
24. Kabupaten Bolaang Mondondow Selatan, Provinsi Sulawesi Utara 54. Kabupaten Puncak Jaya, Provinsi Papua
25. Kabupaten Mamuju, Provinsi Sulawesi Barat 55. Kabupaten Sarmi, Provinsi Papua
26. Kabupaten Halmahera Tengah, Provinsi Maluku Utara 56. Kabupaten Supiori, Provinsi Papua
27. Kabupaten Halmahera Timur, Provinsi Maluku Utara 57. Kabupaten Tolikara, Provinsi Papua
28. Kabupaten Kepulauan Sula, Provinsi Maluku Utara 58. Kabupaten Waropen, Provinsi Papua
29. Kabupaten Pulau Taliabu, Provinsi Maluku Utara 59. Kabupaten Yahukimo, Provinsi Papua
30. Kota Tidore Kepulauan, Provinsi Maluku Utara 60. Kabupaten Yalimo, Provinsi Papua
27
REKAPITULASI PENYELESAIAN
KASUS KEGIATAN INVESTASI DAN BERUSAHA OLEH POKJA IV

28 September 2016 – 31 Maret 2019

KASUS
SELESAI: KASUS
JUMLAH KASUS BARU:
324 152 KASUS
DITANGANI 11 KASUS
KASUS 149 KASUS
DITOLAK :
10 KASUS

324 : Regulasi, Birokrasi, Sengketa Bisnis, Perpajakan, Perijinan, Gangguan Keamanan


10 : Sudah ditangani oleh penegak hukum, Tidak Memenuhi Kriteria
152 : Kasus telah Selesai (659 T)
149 : Rekomendasi Pokja IV belum ditindaklanjuti oleh K/L
11 : Kasus baru
PEMENUHAN KOMITMEN IZIN (1)
29

– Pelaku Usaha wajib menyampaikan permohonan pemenuhan Komitmen Izin Lokasi paling
lama 10 Hari sejak Lembaga OSS menerbitkan Izin Lokasi dengan menyampaikan
1. Izin Lokasi (Pasal 42-46): persyaratan pertimbangan teknis pertanahan kepada kantor pertanahan tempat lokasi usaha
dan/atau kegiatan.
– Pertimbangan teknis diberikan kantor pertanahan tempat lokasi usaha dan/atau kegiatan
dalam jangka waktu paling lama 10 Hari untuk selanjutnya disampaikan kepada Pemerintah
Daerah kabupaten/kota tempat lokasi usaha dan/atau kegiatan. Dalam hal kantor
pertanahan tempat lokasi usaha tidak memberikan pertimbangan teknis dalam jangka waktu
tersebut pertimbangan teknis dianggap telah diberikan sesuai permohonan Pelaku Usaha.
– Pemerintah Daerah kabupaten/kota tempat lokasi usaha dan/atau kegiatan dalam jangka
waktu 2 Hari menyetujui pemenuhan Komitmen Izin Lokasi, dalam hal kantor pertanahan
memberikan persetujuan dalam pertimbangan teknis atau lebih dari 10 Hari tidak
memberikan pertimbangan teknis.
– Pemerintah Daerah kabupaten/kota tempat lokasi usaha dan/atau kegiatan dalam jangka
waktu 2 Hari menolak pemenuhan Komitmen Izin Lokasi dalam hal kantor pertanahan
memberikan penolakan dalam pertimbangan teknis.
– Dalam hal kantor pertanahan dan/atau Pemerintah Daerah kabupaten/kota tempat lokasi
usaha dan/atau kegiatan memberikan penolakan, Izin Lokasi dinyatakan batal.
– Dalam hal Pemerintah Daerah kabupaten/kota tidak memberikan persetujuan dalam jangka
waktu tersebut Izin Lokasi yang diterbitkan oleh Lembaga OSS efektif berlaku

2
9
PEMENUHAN KOMITMEN IZIN (2)
30

– Izin Lokasi Perairan diberikan kepada Pelaku Usaha yang melakukan kegiatan
2. Izin Lokasi Perairan (Pasal 47-49): di sebagian perairan di wilayah pesisir dan/atau pulau-pulau kecil
sebagaimana dimaksud dalam undang-undang mengenai pengelolaan wilayah
pesisir dan pulau-pulau kecil.
– Pelaku Usaha wajib menyampaikan permohonan pemenuhan Komitmen Izin
Lokasi Perairan di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil paling lama 10 Hari
sejak Lembaga OSS menerbitkan Izin Lokasi.
– Pemenuhan Komitmen dilakukan oleh Pelaku Usaha melalui Lembaga OSS
dengan menyampaikan persyaratan Izin Lokasi Perairan di wilayah pesisir dan
pulau-pulau kecil kepada Menteri Kelautan dan Perikanan atau pemerintah
daerah sesuai kewenangan masing-masing.
– Menteri Kelautan dan Perikanan atau Pemerintah Daerah dalam jangka waktu
paling lama 10 Hari menyetujui atau menolak pemenuhan Komitmen Izin
Lokasi Perairan.
– Dalam hal Menteri Kelautan dan Perikanan atau Pemerintah Daerah
memberikan penolakan, Izin Lokasi Perairan dinyatakan batal.
– Dalam hal Menteri Kelautan dan Perikanan atau Pemerintah Daerah tidak
memberikan persetujuan atau penolakan dalam jangka waktu tersebut Izin
Lokasi perairan yang diterbitkan oleh Lembaga OSS efektif berlaku.

3
0
PEMENUHAN KOMITMEN IZIN (3)
31

3. Izin Lingkungan
– Pelaku Usaha wajib memenuhi Komitmen Izin Lingkungan yang telah diterbitkan
(Pasal 50-71): oleh Lembaga OSS dengan melengkapi UKL UPL atau dokumen Amdal.
– UKL-UPL:
• Pelaku Usaha wajib melengkapi UKL-UPL sesuai formulir UKL-UPL.
• Pelaku Usaha melalui Lembaga OSS mengajukan UKL-UPL paling lama 10
Hari sejak Lembaga OSS menerbitkan Izin Lingkungan.
• Pemeriksaan atas UKL-UPL paling lama 5 Hari sejak disampaikan oleh
Pelaku Usaha.
• Dalam hal hasil pemeriksaan tidak terdapat perbaikan UKL-UPL, ditetapkan
persetujuan rekomendasi UKL-UPL dan menyampaikannya kepada Pelaku
Usaha melalui sistem OSS.
• Dalam hal hasil pemeriksaan terdapat perbaikan UKL-UPL, Pelaku Usaha
wajib melakukan perbaikan UKL-UPL paling lama 5 Hari sejak diterimanya
hasil pemeriksaan.
• Berdasarkan perbaikan UKL-UPL ditetapkan persetujuan rekomendasi UKL-
UPL dan menyampaikannya kepada Pelaku Usaha melalui OSS.
• Penetapan persetujuan rekomendasi UKL-UPL merupakan pemenuhan
Komitmen Izin Lingkungan.

3
1
PEMENUHAN KOMITMEN IZIN (4)
32

AMDAL c. Dokumen Amdal


• Pelaku Usaha wajib melengkapi dokumen Amdal.
• Penyusunan dokumen Amdal harus dimulai dilakukan paling lama
30 Hari sejak Lembaga OSS menerbitkan Izin Lingkungan.
• Dokumen Amdal dilakukan melalui kegiatan:
– penyusunan Andal dan RKL-RPL;
– penilaian Amdal dan RKL-RPL; dan
– keputusan kelayakan
• Penyusunan Andal dan RKL-RPL berdasarkan formulir kerangka
acuan.
• Jangka waktu, penyampaian rekomendasi hasil penilaian Andal dan
RKL-RPL, penilaian akhir serta penyampaian hasil penilaian akhir,
dan penetapan keputusan kelayakan atau ketidaklayakan
lingkungan hidup diatur dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup
dan Kehutanan.

3
2
PEMENUHAN KOMITMEN IZIN (5)
33

UKL-UPL
d. Penyusunan dokumen Amdal atau UKL-UPL sekaligus
dilakukan dengan penyusunan Andal Lalin
Pembangunan pusat kegiatan, permukiman, dan
infrastruktur yang akan menimbulkan gangguan keamanan,
keselamatan, ketertiban, dan kelancaran lalu lintas dan
angkutan jalan.
e. Izin di bidang pengelolaan lingkungan hidup tersebut
diintegrasikan ke dalam Izin Lingkungan
Pelaku Usaha dalam memerlukan izin di bidang pengelolaan
lingkungan hidup untuk kegiatan:
• menghasilkan, mengangkut, mengedarkan, menyimpan,
memanfaatkan, membuang, mengolah, dan/atau
menimbun bahan berbahaya dan beracun, penyusunan
dokumen Amdal dilakukan termasuk pengelolaan
limbah bahan berbahaya dan beracun;
• pembuangan air limbah ke laut;
• pembuangan air limbah ke sumber air; dan/atau
• memanfaatkan air limbah untuk aplikasi ke tanah,

3
3
PEMENUHAN KOMITMEN IZIN (6)
34

4. IMB dan SLF – Pelaku Usaha melalui Lembaga OSS mengajukan penyelesaian IMB paling lama
30 Hari sejak Lembaga OSS menerbitkan IMB.
– Dalam hal IMB memerlukan penyelesaian dokumen Amdal, Pelaku Usaha
mengajukan penyelesaian IMB paling lama 30 (tiga puluh) Hari sejak Komitmen
Amdal dipenuhi.
– Pemenuhan Komitmen IMB dilakukan oleh Pelaku Usaha dengan melengkapi:
• tanda bukti status kepemilikan hak atas tanah atau tanda bukti perjanjian
pemanfaatan tanah;
• data pemilik bangunan gedung; dan
• rencana teknis bangunan gedung.
– Pemerintah Daerah kabupaten/kota menyampaikan surat keterangan rencana
kabupaten/kota dalam bentuk digital ke Lembaga OSS dan Surat keterangan
rencana kabupaten/kota tersebut menjadi dasar penyusunan rencana teknis
bangunan gedung untuk kegiatan berusaha.
– Dalam rangka pengoperasian bangunan gedung pemilik bangunan gedung wajib
memiliki sertifikat laik fungsi.
– Sertifikat laik diterbitkan oleh Lembaga OSS berdasarkan hasil pemeriksaan
kelaikan fungsi bangunan gedung oleh profesi ahli bangunan gedung bersertifikat
paling lama 3 (tiga) Hari

3
4
TANTANGAN SISTEM OSS

1. Belum berfungsinya Satuan Tugas Kementerian/Lembaga dan


Pemerintah Daerah.
2. Masih banyak daerah yang belum memahami tentang sistem Online
Single Submission (OSS).
3. Tingkat pemahaman, pola pikir, dan kultur K/L/D dan masyarakat
terhadap aturan (proses bisnis) dan sistem OSS masih belum memadai.
4. Belum seluruhnya terkoneksi sistem Sicantik dengan OPD/Dinas-dinas
teknis terkait di Pemerintah Daerah.
5. Belum terpenuhi tata ruang secara menyeluruh.
6. Belum semua Kementerian /Lembaga yang menerbitkan Norma,
Standard, Prosedur dan Kriteria (NSPK), telah menerbitkan NSPK
namun belum sesuai dengan PP 24/2018.

35
DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH

1. Menetapkan Peraturan Daerah atau Keputusan Kepala Daerah mengenai


perizinan dengan mengikuti ketentuan PP Nomor 24 Tahun 2018 dan
Peraturan Menteri/Kepala mengenai NSPK Pelaksanaan OSS Perizinan
Sektor dan mencabut ketentuan yang lama yang tidak sesuai dengan bisnis
proses OSS.
2. Mengfungsikan PTSP Daerah untuk memberikan fasilitasi layanan infromasi
dan layanan berbantuan OSS.
3. Peningkatan fungsi ASN Daerah dan Organisasi Perangkat Daerah dalam
percepatan layanan pemenuhan komitmen Pelaku Usaha dan pengawasan
pelaksanaan Perizinan.
4. Peningkatan fungsi pengawasan terhadap ASN dalam rangka pelaksanaan
OSS.

36
MODEL LAYANAN PTSP DI ERA OSS

MODEL
LAYANAN

MANDIRI BERBANTUAN PRIORITAS


3
7
PENGENAAN SANKSI (PASAL 100-101)
38
• Gubernur dan bupati/wali kota yang tidak memberikan pelayanan dan/atau menerbitkan Izin Komersial
atau Operasional sesuai OSS kepada Pelaku Usaha yang telah memenuhi persyaratan berdasarkan
ketentuan Peraturan Pemerintah ini dan peraturan perundang-undangan terkait dikenai sanksi, berupa:
teguran tertulis kepada:
– gubernur oleh menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam negeri; dan
– bupati/wali kota oleh gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat.

• Teguran tertulis diberikan sebanyak 2 kali dengan jangka waktu masing-masing paling lama 2 Hari.

• Dalam hal gubernur dan bupati/wali kota tidak memberikan pelayanan dan/atau menerbitkan Izin
Komersial atau Operasional dan teguran tertulis telah disampaikan 2 kali berturut-turut:
– Menteri Dalam Negeri mengambil alih pemberian Izin Komersial atau Operasional yang menjadi
kewenangan gubernur dan melimpahkannya kepada Lembaga OSS; atau
– gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat mengambil alih pemberian Izin Komersial atau
Operasional yang menjadi kewenangan bupati/wali kota dan melimpahkannya kepada Lembaga
OSS.

• Menteri, pimpinan lembaga, gubernur, dan/atau bupati/ wali kota mengenakan sanksi kepada pejabat3
yang tidak memberikan pelayanan OSS sesuai standar OSS sesuai dengan ketentuan peraturan8
PENGENAAN SANKSI (PASAL 99)
39

(1). Dalam Hal terdapat laporan dan/ (2). Dalam hal laporan dan/atau
atau pengaduan dari masyarakat pengaduan masyarakat
kepada menteri, pimpinan lembaga, sebagaimana dimaksud pada
gubernur, atau bupati/walikota ayat (1) disampaikan kepada
sebagai pelaksana sistem OSS Kejaksaan atau Kepolisian
atau kepada Kejaksaan atau Negara Republik Indonesia
Kepolisian Negara Republik meneruskan/menyampaikan
Indonesia mengenai laporan masyarakat tersebut
penyimpangan atau kepada menteri, pimpinan
penyalahgunaan wewenang dalam lembaga, gubernur, atau
pelaksanaan sistem OSS, bupati/walikota untuk
penyelesaian dilakukan dengan dilakukan pemeriksaan.
mendahulukan proses administrasi
sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan di
bidang administrasi pemerintahan.
3
9
ARAHAN PRESIDEN
40

• Seluruh K/L agar segera menyelesaikan NSPK.

• BKPM segera mengoperasionalkan sistem OSS.


K/L
• Mendagri mengatur kembali fungsi, organisasi, SDM, dan pendanaan untuk
PTSP dalam menunjang sistem OSS. (menyediakan layanan mandiri, layanan
berbantuan, layanan prioritas, dan klinik berusaha).

• Mengaktifkan Satuan Tugas K/L/D (sesuai amanat Perpres 91/2017).

K/L/D • K/L/D tetap memproses perizinan yang tidak dicakup di dalam sistem OSS.

• K/L/D menyederhanakan proses penyelesaian komitmen perizinan


berusaha.
Menyesuaikan bisnis proses perizinan dan nomenklatur PAD dengan sistem OSS
PEMDA
(Perubahan Perda).

Untuk Sistem OSS:


. Dilaksanakan lebih mudah (user friendly), baik untuk PMDN & PMA. Sehingga, dapat meningkatkan dan memperluas
investasi.
4
. Dioperasionalkan secara permanen oleh BKPM. 0
TERIMA KASIH

Deputi Bidang Koordinasi Perniagaan dan Industri


PERIZINAN BERUSAHA SEKTOR KESEHATAN
PERIZINAN BERUSAHA SEKTOR KESEHATAN
PERIZINAN BERUSAHA SEKTOR KESEHATAN
PERIZINAN BERUSAHA SEKTOR KESEHATAN
PERIZINAN BERUSAHA SEKTOR KESEHATAN
PERIZINAN BERUSAHA SEKTOR KESEHATAN
PERIZINAN BERUSAHA SEKTOR KESEHATAN
PERIZINAN BERUSAHA SEKTOR KESEHATAN

Anda mungkin juga menyukai