Abstrak
Pelaksanaan pengelolaan BPHTB di Pemerintah Kota Gunungsitoli sejak dialihkan menjadi
pajak daerah diatur melalui Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2011. Penerimaan PAD dari sektor
BPHTB yang masih belum menunjukan peningkatan apabila dibandingkan dengan potensi yang ada
serta beberapa permasalahan utamanya kesiapan pemerintah Kota Gunungsitoli dalam pelaksanaan
pengalihan BPHTB menjadi pajak daerah. Terdapat lima dimensi yang dievaluasi dalam penelitian
ini yaitu sarana dan prasarana, struktur organisasi dan tata kerja (SOTK), peraturan daerah (Perda),
sumber daya manusia (SDM), dan Kerjasama dengan pihak terkait. Penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Sedangkan untuk teknik
analisis data digunakan model interaktif (Miles & Huberman) yang terdiri dari tahapan pengumpulan
data, reduksi data, penyajian data, dan proses menarik kesimpulan. Selain itu dalam analisis data,
penulis juga menggunakan teknik content analysis dan visual interpretasi. Dari Hasil penelitian, penulis
menyimpulkan bahwa kondisi sarana dan prasarana, SOTK, SDM, Peraturan Daerah, Kerjasama dengan
Pihak Terkait sebagai penunjang pelaksanaan pemungutan BPHTB di Pemerintah Kota Gunungsitoli
setelah dialihkan menjadi pajak daerah, masih belum layak dan memberi manfaat dalam mendukung
pencapaian tujuan pelaksanaan pengalihan BPHTB menjadi pajak daerah di Kota Gunungsitoli.
Kata Kunci: Pajak Daerah, Penerimaan Asli Daerah, Pemerintah Kota Gunungsitoli
Abstract
The BPHTB management at the local government of Gunungsitoli City is regulated bythe Local Government
Regulation No.2Year 2011. The less optimal revenue from the BPHTB sector compared with other potentials,
the existing constraints, and the readiness of local government in transferring BPHTB authority. It analysed
five dimensions, namely facilities and infrastructure, organizational structureand working procedures (SOTK),
local regulations, human resources, and cooperation with relevant parties. This research employed descriptive,
qualitative method. As for the data analysis technique, the researcher applied the Miles &Huberman’s interactive
model,the stages of which consist ofdata collection, data reduction, data presentation, and conclusion drawing.
In addition, the researcher also used content analysis and visual interpretation techniques. The research results
showed thatthe facilities and infrastructure, organizational structure and working procedures, human resources,
local regulations, and cooperation with relevant parties insupporting the implementation of the BPHTB collection
was not sufficient and feasible to achieve the the purpose of the BPHTB transfer as part oflocal taxesin Gunungsitoli
City.
Key Words: Local Taxes, Original Local Revenues, Local Government of Gunungsitoli City.
untuk menambah sumber penerimaan daerah c. Kerjasama yang baik antar lembaga
serta untuk menjaring Wajib Pajak lebih banyak yang terkait dengan pengelolaan BPHTB
lagi. Dari sisi pertimbangan objek pajak dan (misal: dibentuk forum) seperti Notaris,
pengurusan administrasi kedua pajak tersebut PPAT, BPN, KPP serta Pemda sendiri
lebih tepat dikelola oleh daerah karena objek sangat penting untuk menghasilkan nilai
pajak dari PBB dan BPHTB itu sendiri berada transaksi yang mendekati nilai sebenarnya
di daerah yang pengurusan segala bentuk serta meningkatkan layanan yang baik
administrasinya juga di daerah. kepada wajib pajak;
Dalam pelaksanaan pengalihan pajak d. Perlu segera dibentuk SOTK yang fokus
pusat tersebut menjadi pajak daerah, selalu mengurusi bidang PBB dan BPHTB serta
terdapat sejumlah kendala dan hambatan, merumuskan SOP yang jelas mengenai
terlebih apabila jenis pajak tersebut merupakan standar pelayanan agar masing-masing
jenis pajak baru bagi daerah seperti BPHTB. kecamatan daerah memiliki standar
Dalam proses pengalihan BPHTB terdapat pelayanan yang sama;
beberapa kendala, baik yang bersumber e. Penerapan teknologi informasi mendesak
dari kekurangsiapan pemerintah pusat, dilakukan untuk menciptakan proses
kekurangsiapan pemerintah daerah, kondisi yang lebih transparan dan peningkatan
dilapangan, dan lain-lain. Kendala yang timbul pelayanan kepada pembayar pajak;
perlu mendapat penanganan segera dan f. Terdapatnya beberapa kabupaten/
dicarikan pemecahannya untuk kelancaran kota yang masih belum menetapkan
pemungutan pajak daerah. peraturan daerah yang mengatur tentang
Ananda, Suratman, dan Paddu (2012:viii- pemungutan BPHTB setelah dialihkan
xi), menerangkan bahwa terdapat beberapa menjadi pajak daerah.
permasalahan pengalihan BPHTB ke daerah Pada Pemerintah Kota Gunungsitoli
sebagai berikut: Provinsi Sumatera Utara pemungutan BPHTB
a. Data merupakan permasalahan yang men setelah dialihkan menjadi pajak daerah, telah
desak, termasuk pemutakhiran data yang dimulai dilaksanakan pada tahun 2012 sesuai
ada pada database pemerintah daerah. Selain dengan Peraturan Daerah Kota Gunungsitoli
itu peran SDM sangat penting didalam Nomor 2 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah.
operasionalisasi pengelolaan BPHTB di Penetapan perda tersebut jelas terlambat
daerah. Untuk itu, perlu dikembangkan karena waktu yang diberikan kepada daerah
kerjasama dengan lembaga lain (KPP) untuk untuk membentuk perda tentang BPHTB
pengembangan dan penguatan SDM di adalah paling lambat 31 Desember 2010,
pemerintah daerah. Pemutakhiran NJOP sehingga dapat diasumsikan keterlambatan
dengan mempertimbangkan nilai “Zona Nilai pembentukan perda BPHTB di Kota
Tanah” untuk menghasilkan nilai NJOP yang Gunungsitoli menimbulkan adanya loss income
semakin mendekati nilai transaksi, sekaligus atau kehilangan penerimaan dari BPHTB
menghindari transaksi ‘diam-diam’; selama beberapa waktu karena pelaksanaan
b. Penyerahan data, dari pemerintah pusat, pemungutan BPHTB oleh pemerintah pusat
dalam hal ini KPP perlu cepat dilakukan hanya sampai dengan tanggal 31 Desember
dengan pertimbangan optimalisasi 2010. Sumbangan pemungutan BPHTB
penerimaan BPHTB di daerah. Selain itu, terhadap penerimaan daerah baru berjalan dua
diseminasi terkait dengan kesadaran pajak, tahun yaitu tahun 2012 dan tahun 2013. Berikut
perlu dilakukan untuk meningkatkan ini tabel realisasi penerimaan BPHTB Kota
kesadaran pajak masyarakat; Gunungsitoli untuk tahun 2012 dan 2013:
430 J u r nJaul r n a l
Ilmu Administrasi Volume XII | Nomor 3 | Desember 2015
Ilmu Administrasi
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Evaluasi Pengalihan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) di Pemerintah Kota Gunungsitoli
} Yafet Krismatius Buulolo
Dari realisasi penerimaan tersebut selama Sesuai dengan Peraturan Bersama Menteri
dua tahun terlihat bahwa realisasi penerimaan Keuangan dan Menteri Dalam Negeri Nomor No.
BPHTB pada tahun 2012 jauh dibawah 186/PMK.07/2010 – No. 53/2010 pemerintah
target yang telah ditetapkan, tentunya hal daerah mempunyai tugas dan tanggung
ini disebabkan oleh beberapa masalah atau jawab mempersiapkan dan melaksanakan
kendala yang sangat perlu untuk diketahui oleh enam hal yaitu sarana dan prasarana, struktur
Pemerintah Kota Gunungsitoli dalam rangka organisasi dan tata kerja (SOTK), sumber daya
memperbaiki realisasi penerimaan BPHTB manusia (SDM), peraturan daerah dan standar
untuk tahun-tahun berikutnya. Sedangkan operasional prosedur (SOP), kerjasama dengan
untuk tahun 2013 realisasi penerimaan BPHTB di pihak terkait, dan pembukaan rekening BPHTB
Kota Gunungsitoli mengalami kenaikan, namun pada bank yang sehat. Keenam tugas dan
kenaikan tersebut bukanlah suatu indikator tanggung jawab tersebut harus sudah disiapkan
keberhasilan pemerintah Kota Gunungsitoli dan dilaksanakan oleh pemerintah daerah
dalam pemungutan BPHTB Karena dari target paling lambat tanggal 31 Desember 2010. Dalam
penerimaan BPHTB yang telah ditetapkan oleh pelaksanaannya Pemerintah Kota Gunungsitoli
Pemerintah Kota Gunungsitoli dari tahun 2012 telah berupaya untuk melaksanakan tugas dan
ke tahun 2013 mengalami penurunan. tanggung jawab tersebut, dan dari pengamatan
Selain hal tersebut diatas, yang menjadi penulis terdapat beberapa hal yang masih belum
perhatian penulis dalam pengalihan BPHTB terlaksana dengan optimal, hal ini ini dibuktikan
ini menjadi pajak daerah di Kota Gunungsitoli dengan adanya beberapa permasalahan yang
adalah kesiapan dari pemerintah daerah dalam terjadi dalam proses pengalihan BPHTB menjadi
melaksanakan proses pengalihan tersebut, pajak daerah di Kota Gunungsitoli.
mengingat Kota Gunungsitoli merupakan Berikut gambaran tentang perbandingan
daerah otonom baru yang baru terbentuk di pelaksanaan pemungutan BPHTB sebelum dan
Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2008 sesuai sesudah pengalihan menjadi pajak daerah di
dengan Undang-undang Nomor 47 Tahun 2008 Pemerintah Kota Gunungsitoli beserta dengan
dan baru efektif menjalankan roda pemerintahan permasalahan yang dihadapi:
pada akhir tahun 2009.
432 J u r nJaul r n a l
Ilmu Administrasi Volume XII | Nomor 3 | Desember 2015
Ilmu Administrasi
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Evaluasi Pengalihan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) di Pemerintah Kota Gunungsitoli
} Yafet Krismatius Buulolo
Undang Nomor 28 Tahun 2009 adalah sebagai dan para Notaris/PPAT, penyediaan ruang
berikut: server, ruang pengolahan data dan informasi,
a. Memperluas objek pajak daerah dan serta pengadaan blanko atau formulir terkait
retribusi daerah; dengan BPHTB serta surat-surat pelayanan
b. Menambah jenis pajak daerah dan retribusi (surat pengajuan keberatan, surat pengajuan
daerah (termasuk pengalihan BPHTB keringanan, surat pengajuan pembatalan, surat
menjadi Pajak Daerah); penerbitan SPPT) dan lain sebagainya.
c. Memberikan diskresi penetapan tarif pajak
b. Struktur Organisasi dan Tata Kerja (SOTK)
kepada daerah;
d. Menyerahkan fungsi pajak sebagai Struktur organisasi adalah susunan
instrumen penganggaran dan pengaturan komponen-komponen (unit-unit kerja)
pada daerah. dalam organisasi. Menurut Robbins (1994: 6),
“Struktur organisasi menetapkan bagaimana
Dari beberapa konsep tersebut diatas tugas akan dibagi, siapa melapor kepada
penulis menyimpulkan bahwa dalam penelitian siapa, dan mekanisme koordinasi yang formal
ini tujuan dari pelaksanaan pengalihan serta pola interaksi yang akan diikuti”. Lebih
BPHTB menjadi pajak daerah adalah, pertama, lanjut Sutarto (1993:43) menyatakan bahwa
untuk meningkatkan pendapatan asli daerah “Untuk membentuk struktur organisasi yang
(PAD); kedua, untuk mewujudkan efektifitas sehat dan efisien harus berpedoman kepada
pengelolaan BPHTB; dan ketiga, untuk prinsip-prinsip organisasi, dimana prinsip-
meningkatkan kualitas pelayanan kepada prinsip organisasi tersebut terdiri Perumusan
masyarakat. tujuan yang jelas, Departemenisasi, Pembagian
kerja, Koordinasi, Pelimpahan wewenang,
a. Sarana dan Prasarana
Rentang kontrol, Jenjang organisasi, Kesatuan
Untuk lebih jelasnya mengenai sarana perintah, Fleksibilias, Keberlangsungan,
dan prasarana yang dimaksud di atas berikut Kesinambungan”.
ini akan diuraikan istilah sarana kerja/fasilitas Dari pernyataan-tersebut, maka struktur
kerja yang ditinjau dari segi kegunaan menurut organisasi yang efektif adalah yang memenuhi
Moenir (2000: 120) membagi sarana dan prinsip-prinsip organisasi yang meliputi
prasarana sebagai berikut: adanya tujuan satuan organisasi yang jelas,
1) Peralatan kerja, yaitu semua jenis benda kesesuaian pembagian kerja atau spesialisasi,
yang berfungsi langsung sebagai alat adanya departementalisasi yang tepat,
produksi untuk menghasilkan barang atau penerapan rentang kendali yang tepat, dan
berfungsi mem proses suatu barang yang pengkoordinasian tugas-tugas sesuai dengan
berlainan fungsi dan gunanya. prosedur standar operasi. Berikut dijelaskan
2) Perlengkapan kerja, yaitu semua jenis konsep dan teori dari beberapa hal tersebut.
benda yang berfungsi sebagai alat 1) Tujuan Yang Jelas
pembantu tidak langsung dalam produksi, Sutarto (1993:63) mengemukakan
mempercepat proses, membangkit dan bahwa: “Tiap-tiap satuan organisasi dan
menambah kenyamanan dalam pekerjaan. subsatuan organisasi harus dilahirkan
3) Perlengkapan bantu atau fasilitas, yaitu dari suatu tujuan yang jelas selaras
semua jenis benda yang berfungsi dengan tujuan organisasi”.Tahap-tahap
membantu kelancaran gerak dalam tujuan adalah urut-urutan keseluruhan
pekerjaan, misalnya mesin ketik, mesin kebutuhan yang diusahakan untuk dicapai
pendingin ruangan, mesin absensi, dan oleh suatu organisasi sehingga diketahui
mesin pembangkit tenaga. dengan jelas manakah tujuan pokok yang
harus dicapai lebih dahulu dan manakah
Hal ini menunjukkan bahwa sedikitnya
tujuan tambahan yang dapat dicapai
terdapat beberapa jenis sarana dan prasarana
pada tahap berikutnya. Tujuan pokok
yang harus disediakan oleh Pemerintah Kota adalah kebutuhan yang menjadi dasar
Gunungsitoli dalam melaksanakan pengalihan dibentuknya suatu organisasi, sedang
BPHTB, seperti: ruang pelayanan, tempat tujuan tambahan adalah kebutuhan yang
Pelayanan untuk melayani wajib pajak BPHTB hendak dicapai oleh suatu organisasi
karena sebagian tujuan pokok telah dapat tugasnya sehingga tampak terlalu
dicapai dengan baik dan organisasi yang banyak menganggur;
bersangkutan masih mempunyai kelebihan g) Penempatan para pejabat hendaknya
kemampuan. tepat. Dasar yang digunakan antara
2) Depertementalisasi lain kecakapan, keberanian, jenis
Menurut Murwani (2002:25), kelamin, kekuatan, umur, kesehatan,
departementalisasi adalah “Aktivitas kejujuran dan sebagainya;
untuk menyusun satuan-satuan organisasi
h) Penambahan dan pengurangan
yang akan diserahi bidang kerja tertentu
pegawai hendaknya berdasarkan
atau fungsi tertentu. Fungsi adalah
volume kerja;
sekelompok aktivitas sejenis, berdasarkan
kesamaan sifatnya atau pelaksanaannya. i) Pembagian kerja yang menyangkut
Dalam suatu organisasi terdapat dua pejabat dalam suatu satuan organisasi
satuan organisasi yaitu organisasi utama jangan sampai menimbulkan peng
atau satuan-satuan organisasi yang kotakan jabatan;
berkedudukan dibawah pucuk pimpinan j) Adanya penggolongan tugas
dan satuan organisasi lanjutan atau satuan- (pekerjaan rutin, khusus, kreatif).
satuan organisasi yang berkedudukan
4) Rentang Kendali
dibawah satuan organisasi utama”.
Murwani, 2002:33) mengemukakan
3) Pembagian kerja/Spesialisasi bahwa rentang kontrol itu terbatas dan
Murwani (2002: 29-30) mengemuka jumlah angka pedomannya adalah :
kan bahwa dalam melakukan pembagian
a) Untuk satuan utama jumlah pejabat
kerja hendaknya diperhatikan beberapa
bawahan langsung sebaiknya ber
hal sebagai berikut:
kisar antara tiga sampai sepuluh
a) Tiap-tiap satuan organisasi hendak orang;
nya memiliki rincian aktivitas yang
b) Untuk satuan lanjutan jumlah
jelas pada daftar rincian aktivitas;
pejabat bawahan langsung sebaiknya
b) Tiap-tiap pejabat dari pucuk berkisar antara sepuluh sampai
pimpinan sampai dengan pejabat dengan duapuluh orang.
yang berkedudukan paling rendah
harus memiliki rincian tugas yang Namun demikian untuk membuat
jelas dalam suatu daftar rincian; pertimbangan apakah jumlah jenjang itu
benar atau tidak maka harus dipertanyakan,
c) Jumlah tugas sebaiknya dibebankan
nilai apakah yang dapat disumbangkan oleh
kepada seorang pejabat, antara 4
pekerjaan itu kepada organisasi dan apa yang
sampai dengan 12 macam;
terjadi apabila pekerjaan itu tidak ada.
d) Variasi tugas bagi seorang pejabat
hendaknya diusahakan yang sejenis 5) Mekanisme Koordinasi
atau erat hubunganya satu sama lain; Koordinasi dalam organisasi sangat
e) Beban aktivitas bagi seorang pejabat diperlukan. Pekerja pada tingkat bawah
hendaknya diusahakan yang sejenis atau bawahan dalam melaksanakan
atau erat hubungannya satu sama tugasnya harus sejalan dengan tujuan
lain; organisasi secara keseluruhan, dan
f) Beban aktivitas bagi tiap-tiap satuan atasan langsung dalam organisasi perlu
organisasi atau beban tugas masing- mengetahui pelaksanaan aktivitas dari
masing pejabat, hendaknya merata orang-orang atau bawahannya dalam
sehingga dapat dihindarkan adanya organisasi. Menurut beberapa ahli
satuan organisasi yang terlalu terdapat tiga metode untuk melakukan
banyak aktivitasnya dan ada satuan koordinasi, yaitu standarlisasi proses
organisasi yang terlalu sedikit kerja, standarlisasi hasil, dan standarlisasi
aktivitasnya, demikian pula dapat keahlian. Dalam penelitian ini melakukan
dihindarkan adanya pejabat yang evalausi terhadap mekanisme koordinasi
terlalu bertumpuk-tumpuk tugasnya berdasarkan standarlisasi proses kerja.
dan ada pejabat yang sangat sedikit Dimana dalam Tangkilisan (2005: 201)
434 J u r nJaul r n a l
Ilmu Administrasi Volume XII | Nomor 3 | Desember 2015
Ilmu Administrasi
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Evaluasi Pengalihan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) di Pemerintah Kota Gunungsitoli
} Yafet Krismatius Buulolo
atau arsip yang berkaitan dengan pelaksanaan pajak daerah dan data lainnya yang masih ada
pengalihan BPHTB dari pajak pusat menjadi kaitannya dengan tujuan penelitian ini.
436 J u r nJaul r n a l
Ilmu Administrasi Volume XII | Nomor 3 | Desember 2015
Ilmu Administrasi
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Evaluasi Pengalihan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) di Pemerintah Kota Gunungsitoli
} Yafet Krismatius Buulolo
438 J u r nJaul r n a l
Ilmu Administrasi Volume XII | Nomor 3 | Desember 2015
Ilmu Administrasi
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Evaluasi Pengalihan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) di Pemerintah Kota Gunungsitoli
} Yafet Krismatius Buulolo
Rincaian tugas secara tertulis pada 4) Rentang Kendali pada Bidang Pendapatan
bidang pendapatan hanya terlaksana Dinas PPKAD
pada tataran kepala bidang dan kepala Bidang Pendapatan Dinas PPKAD
seksi. Sedangkan untuk tataran staf tidak Kota Gunungsitoli memiliki jumlah pegawai
ada tugas secara rinci dan tertulis hanya sebanyak 14 orang terbagi dalam tiga seksi
menunggu perintah lisan dari atasannya, dimana seksi pendataan dan penetapan
semestinya dengan adanya rincaian tugas memiliki 3 orang staf, seksi penagihan
secara tertulis kepada staf maka akan dan evaluasi pendapatan memiliki 2 orang
Berdasarkan data pada Tabel 5di telah terlaksana dan masih belum terlaksana
atas, terdapat 20 ketentuan yang menjadi sepenuhnya di Bidang Pendapatan Dinas
pedoman pada pelaksanaan prinsip-prinsip PPKAD Kota Gunungsitoli dapat dilihat pada
organisasi. maka persentase ketentuan yang gambar berikut:
440 J u r nJaul r n a l
Ilmu Administrasi Volume XII | Nomor 3 | Desember 2015
Ilmu Administrasi
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Evaluasi Pengalihan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) di Pemerintah Kota Gunungsitoli
} Yafet Krismatius Buulolo
442 J u r nJaul r n a l
Ilmu Administrasi Volume XII | Nomor 3 | Desember 2015
Ilmu Administrasi
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Evaluasi Pengalihan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) di Pemerintah Kota Gunungsitoli
} Yafet Krismatius Buulolo
Pajak Daerah. Dalam peraturan tersebut antara salah satu faktor penghambat para investor
lain mengatur tentang pengelolaan BPHTB atau untuk berinventasi atau mendirikan
sebagai pajak daerah di Kota Gunungsitoli. perusahaannya di Kota Gunungsitoli, karena
Dari muatan peraturan daerah tersebut tingginya pengeluaran biaya untuk tarif dalam
yang perlu diperhatikan yaitu, pertama hampir memperoleh tanah atau bangunan.
seluruh teks atau kalimat dalam peraturan Pemerintah Kota Gunungsitoli juga telah
daerah sama dengan peraturan perundang- mengeluarkan Peraturan Walikota Gunungsitoli
undangan di atasnya atau sering disebut sebagai Nomor 3 Tahun 2013 tentang Sistem dan Prosedur
hasil “copy paste”. Perumusan peraturan daerah Pemungutan Bea Perolehan Hak atas Tanah
harus dilakukan sendiri oleh pemerintah daerah dan Bangunan Kota Gunungsitoli. Dari segi
dengan melakukan kajian terlebih dahulu, lalu pelaksanaan pemungutan BPHTB, prosedur
menyusun perda tersebut secara kreatif dan tersebut cukup memadai dan dapat dipahami oleh
inovatif serta menyesuaikan dengan kondisi masyarakat. Namun terdapat beberapa kelemahan,
daerah termasuk keadaan penduduk dan tetap diantaranya adalah pada bagan alir prosedur
berpedoman pada maksud ataupun tujuan dari pengurusan akta pemindahan hak atas tanah dan
peraturan peruundang-undangan di atasnya. bangunan pada angka 7 berbunyi bahwa “PPAT
Kedua adalah tarif BPHTB di Kota menghitung BPHTB terhutang dan menyiapkan
Gunungsitoli yang ditetapkan sebesar 5%, SSPD BPHTB”. Dari pernyataan tersebut jelas
merupakan tarif tertinggi dari yang ditetapkan tidak sesuai dengan sistem pemungutan pajak
oleh undang-undang. Dapat diasumsikan yang berlaku di Indonesia yaitu Self Assesment
penyusunan perda khususnya penetapan System dimana (SAS), wajib pajak berkewajiban
tarif yang diberlakukan belum melalui suatu menghitung, membayar dan melaporkan pajaknya
kajian.Dalam konsep dan teori penetapan sendiri bukan PPAT.
tarif semestinya penetapan tarif suatu pajak Konsistensi pelaksanaan prosedur
harus memperhatikan harga pasar, jumlah yang telah ditetapkan dalam pengelolaan
penduduk, PDRB, luas wilayah, dan hal-hal BPHTB masih belum terlaksana dengan
lain yang disesuaikan dengan kondisi daerah. baik. Masih terdapat ketidaksesuaian antara
Dengan penetapan tarif BPHTB sebesar 5 % waktu penyelesaian pelayanan BPHTB yang
di Kota Gunungsitoli, dapat menimbulkan seyogianya paling lama sepuluh hari namun
beban yang cukup besar bagi masyarakat dalam pelaksanaannya lebih dari sepuluh
tidak sesuai dengan kemampuannya. sehingga hari. Hal ini disebabkan karena kurangnya
terkadang para penjual atau pembeli tanah pengawasan terhadap pelaksanaan tugas
sering sekali merekayasa harga transaksi tanah oleh petugas sehingga terjadi kelalaian dalam
atau bangunan dibawah dinilai NJOPTKP agar memberikan pelayanan terbaik kepada wajib
dapat terhindar dari tarif BPHTB. Memang pajak. Selain itu dapat juga disebabkan oleh
tidak dipungkiri salah satu tujuan penetapan kurangnya sumber daya manusia atau pegawai
tarif maksimal BPHTB sebesar 5% adalah untuk yang bertugas pada Dinas PPKAD Kota
meningkatkan penerimaan daerah namun hal Gunungsitoli.
tersebut tidak akan tercapai apabila masyarakat Berikut ini akan dirinci kelengkapan
merasa terbebani dengan besarnya tarif pajak muatan peraturan daerah tentang pengelolaan
tersebut yang pada akhirnya menyebabkan BPHTB di Kota Gunungsitoli dibandingkan
terjadinya penghindaran pajak. dengan amanat Undang-Undang Nomor 28
Selain dari hal tersebut diatas, tingginya Tahun 2009, adalah sebagai berikut:
tarif pajak BPHTB yang diterapkan dapat menjadi
Persentase dari kelengkapan muatan per menjalin kerjasama dalam pengelolaan BPHTB
aturan-peraturan daerah tentang pengelolaan yaitu Kantor Pertanahan Kabupaten Nias,
BPHTB di Kota Gunungsitoli dapat dilihat pada Notaris/PPAT, dan Kantor Pelayanan Pajak
gambar di bawah ini: Pratama Sibolga. Untuk kerjasama dengan
Kantor Pertanahan Kabupaten Nias, kebijakan
yang perlu diprioritaskan adalah pelakanaan
verifikasi SPPD BPHTB yang efektif agar tidak
menggangu pelayanan penerbitan hak atas
tanah atau bangunan. untuk Notaris/PPAT
lebih diprioritaskan kerjasama dalam hal
sosialisasi dan meningkatkan kesadaran wajib
pajak untuk membayar BPHTB. Sedangkan
Sumber: Diolah Sendiri Oleh Penulis.
untuk Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sibolga
Gambar 6. Diagram Persentase Kelengkapan lebih difokuskan pada pelatihan-pelatihan
Peraturan Daerah Kota Gunungsitoli Tentang
pegawai, konsultasi, dan pengolahan data
Pengelolaan BPHTB
BPHTB melalui sistem aplikasi jaringan
komputer dan internet.
Dari gambar 6 di atas, dapat dijelaskan
Surat Edaran Kepala BPN RI Nomor 5/
bahwa sebesar 31,25% dari muatan peraturan
SE/IV/2013 menjelaskan tentang peniadaan
daerah dan peraturan walikota Kota
verifikasi SSPD BPHTB atau pengecekan
Gunungsitoli tentang pemungutan BPHTB
tanda bukti pembayaran BPHTB dalam
masih belum lengkap dan sebesar 12,5% belum
persyaratan pengurusan akta tanah dan
diatur sama sekali utamanya dalam beberapa
bangunan yang bertujuan untuk mempercepat
substansi yang diamanatkan oleh Undang-
proses penerbitan akta. Sedangkan tujuan dari
undang Nomor 28 Tahun 2009.
verifikasi SSPD BPHTB atau pengecekan tanda
bukti pembayaran BPHTB oleh Dinas PPKAD
e. Kerjasama dengan Pihak Terkait
Kota Gunungsitoli adalah untuk mencegah
Dalam hal kerjasama dengan pihak penggelapan dan penghindaran pajak oleh
terkait, terdapat tiga instansi yang menjadi wajib pajak BPHTB dan salah satu upaya dalam
prioritas Pemerintah Kota Gunungsitoli untuk meningkatkan PAD dari sektor pajak.
444 J u r nJaul r n a l
Ilmu Administrasi Volume XII | Nomor 3 | Desember 2015
Ilmu Administrasi
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Evaluasi Pengalihan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) di Pemerintah Kota Gunungsitoli
} Yafet Krismatius Buulolo
REFERENSI
Abuyamin, O. 2014. Pilar-Pilar Perpajakan. Narbuko, C. dan Achmadi, A. 2007. Metodologi
Bandung: CV Adoya Mitra Sejahtera. Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara.
Ananda, C.V. Suratman, E. dan Paddu, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
A.H. 2012. Analisis Dampak Pengalihan 56 Tahun 2010 tentang Perubahan atas
Pemungutan BPHTB ke Daerah Terhadap Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
Kondisi Fiskal Daerah. Jakarta: TADF 57 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis
Kementerian Keuangan RI and AIPD. Penataan Organisasi Perangkat Daerah.
Arikunto, S. 2007. Manajemen Penelitian. Jakarta: Peraturan Walikota Gunungsitoli Nomor 3
Rineka Cipta. Tahun 2013 tentang Sistem dan Prosedur
Bardach, E. 2012. A Practical Guide for Policy Pemungutan Bea Perolehan Hak atas
Analysis: The Eightfold Path to More Effective Tanah dan Bangunan Kota Gunungsitoli.
Policy Problem Solving. London, UK. SAGE Sedubun, V.J. 2010. Kajian Filsafat Hukum
Publication Ltd. Tentang Pembentukan Peraturan Daerah. Vol.
Bungin, B. 2007. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, 16 (3), p 15.
Ekonomi, Kebijakan Publik dan Ilmu Sosial Silalahi, U. 2012, Metode Penelitian Sosial.
Lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media Bandung: Refika Aditama.
Group.
Simamora, H. 2006. Manajemen Sumber Daya
Considine, M. 2005. Making Public Policy: Manusia. Edisi III. Yogyakarta: STIE YKPN.
Institutions, Actors, and Strategies.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan
Cambridge UK, Polity Press.
Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Dwiputrianti, S. 2012. Kebijakan Penetapan Tarif Bandung: Alfabeta.
Barang Publik dan Swasta: Konsep, Teori dan
Sutarto. 1993. Dasar-Dasar Organisasi.
Aplikasi. Bandung: STIA LAN Bandung
Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Press.
Tangkilisan, N.S. 2005. Manajemen Publik.
Moenir, A.S. 2000. Manajemen Pelayanan Umum
Jakarta: PT Gramedia Widiasarana.
Di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.
Umar, H. 2004. Riset Sumber Daya Manusia dan
Moleong, L.J. 2012. Metode Penelitian Kualitatif.
Administrasi. Jakarta: Gramedia Pustaka.
Edisi Ketigapuluh. Jakarta: Remaja
UU Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah
Rosdakarya.
dan Retribusi Daerah.
Murwani, S. 2002. Evaluasi Terhadap Struktur
Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah
Kabupaten Grobogan. Tesis. Semarang:
Universitas Dipenogoro Semarang.
446 J u r nJaul r n a l
Ilmu Administrasi Volume XII | Nomor 3 | Desember 2015
Ilmu Administrasi
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi