Anda di halaman 1dari 18

} Halaman 429 – 446

EVALUASI PENGALIHAN BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH


DAN BANGUNAN (BPHTB) DI PEMERINTAH KOTA GUNUNGSITOLI

Yafet Krismatius Buulolo


Badan Kepegawaian Daerah Kota Gunungsitoli
e-mail: yafetbuulolo@gmail.com

Abstrak
Pelaksanaan pengelolaan BPHTB di Pemerintah Kota Gunungsitoli sejak dialihkan menjadi
pajak daerah diatur melalui Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2011. Penerimaan PAD dari sektor
BPHTB yang masih belum menunjukan peningkatan apabila dibandingkan dengan potensi yang ada
serta beberapa permasalahan utamanya kesiapan pemerintah Kota Gunungsitoli dalam pelaksanaan
pengalihan BPHTB menjadi pajak daerah. Terdapat lima dimensi yang dievaluasi dalam penelitian
ini yaitu sarana dan prasarana, struktur organisasi dan tata kerja (SOTK), peraturan daerah (Perda),
sumber daya manusia (SDM), dan Kerjasama dengan pihak terkait. Penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Sedangkan untuk teknik
analisis data digunakan model interaktif (Miles & Huberman) yang terdiri dari tahapan pengumpulan
data, reduksi data, penyajian data, dan proses menarik kesimpulan. Selain itu dalam analisis data,
penulis juga menggunakan teknik content analysis dan visual interpretasi. Dari Hasil penelitian, penulis
menyimpulkan bahwa kondisi sarana dan prasarana, SOTK, SDM, Peraturan Daerah, Kerjasama dengan
Pihak Terkait sebagai penunjang pelaksanaan pemungutan BPHTB di Pemerintah Kota Gunungsitoli
setelah dialihkan menjadi pajak daerah, masih belum layak dan memberi manfaat dalam mendukung
pencapaian tujuan pelaksanaan pengalihan BPHTB menjadi pajak daerah di Kota Gunungsitoli.
Kata Kunci: Pajak Daerah, Penerimaan Asli Daerah, Pemerintah Kota Gunungsitoli

Evaluation of the Landand Building Acquisition Tax (BPHTB) Transfer at the


Local Government of Gunungsitoli City

Abstract
The BPHTB management at the local government of Gunungsitoli City is regulated bythe Local Government
Regulation No.2Year 2011. The less optimal revenue from the BPHTB sector compared with other potentials,
the existing constraints, and the readiness of local government in transferring BPHTB authority. It analysed
five dimensions, namely facilities and infrastructure, organizational structureand working procedures (SOTK),
local regulations, human resources, and cooperation with relevant parties. This research employed descriptive,
qualitative method. As for the data analysis technique, the researcher applied the Miles &Huberman’s interactive
model,the stages of which consist ofdata collection, data reduction, data presentation, and conclusion drawing.
In addition, the researcher also used content analysis and visual interpretation techniques. The research results
showed thatthe facilities and infrastructure, organizational structure and working procedures, human resources,
local regulations, and cooperation with relevant parties insupporting the implementation of the BPHTB collection
was not sufficient and feasible to achieve the the purpose of the BPHTB transfer as part oflocal taxesin Gunungsitoli
City.
Key Words: Local Taxes, Original Local Revenues, Local Government of Gunungsitoli City.

A. LATAR BELAKANG undang tersebut adalah mengalihkan dua jenis


pajak pusat sebagai pajak daerah. Kedua pajak
Seiring dengan semakin banyaknya potensi
tersebut adalah Bea Perolehan Hak atas Tanah
pajak daerah yang dapat digali pada setiap
dan Bangunan (BPHTB) dan Pajak Bumi dan
daerah, tahun 2009 Pemerintah Pusat telah
Bangunan sektor Perdesaan dan Perkotaan
menetapkan UU Nomor 28 Tahun 2009 tentang
(PBBP2).
Perubahan Ketiga atas UU Nomor 34 Tahun
Terdapat banyak pertimbangan yang
2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
melatarbelakangi dilakukannya pengalihan
Pokok perubahan mendasar dari undang-
kedua pajak tersebut diatas antara lain adalah

Jurnal Jurnal 429


Volume XII | Nomor 3 | Desember 2015 Ilmu Administrasi
Ilmu Administrasi
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Evaluasi Pengalihan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) di Pemerintah Kota Gunungsitoli
} Yafet Krismatius Buulolo

untuk menambah sumber penerimaan daerah c. Kerjasama yang baik antar lembaga
serta untuk menjaring Wajib Pajak lebih banyak yang terkait dengan pengelolaan BPHTB
lagi. Dari sisi pertimbangan objek pajak dan (misal: dibentuk forum) seperti Notaris,
pengurusan administrasi kedua pajak tersebut PPAT, BPN, KPP serta Pemda sendiri
lebih tepat dikelola oleh daerah karena objek sangat penting untuk menghasilkan nilai
pajak dari PBB dan BPHTB itu sendiri berada transaksi yang mendekati nilai sebenarnya
di daerah yang pengurusan segala bentuk serta meningkatkan layanan yang baik
administrasinya juga di daerah. kepada wajib pajak;
Dalam pelaksanaan pengalihan pajak d. Perlu segera dibentuk SOTK yang fokus
pusat tersebut menjadi pajak daerah, selalu mengurusi bidang PBB dan BPHTB serta
terdapat sejumlah kendala dan hambatan, merumuskan SOP yang jelas mengenai
terlebih apabila jenis pajak tersebut merupakan standar pelayanan agar masing-masing
jenis pajak baru bagi daerah seperti BPHTB. kecamatan daerah memiliki standar
Dalam proses pengalihan BPHTB terdapat pelayanan yang sama;
beberapa kendala, baik yang bersumber e. Penerapan teknologi informasi mendesak
dari kekurangsiapan pemerintah pusat, dilakukan untuk menciptakan proses
kekurangsiapan pemerintah daerah, kondisi yang lebih transparan dan peningkatan
dilapangan, dan lain-lain. Kendala yang timbul pelayanan kepada pembayar pajak;
perlu mendapat penanganan segera dan f. Terdapatnya beberapa kabupaten/
dicarikan pemecahannya untuk kelancaran kota yang masih belum menetapkan
pemungutan pajak daerah. peraturan daerah yang mengatur tentang
Ananda, Suratman, dan Paddu (2012:viii- pemungutan BPHTB setelah dialihkan
xi), menerangkan bahwa terdapat beberapa menjadi pajak daerah.
permasalahan pengalihan BPHTB ke daerah Pada Pemerintah Kota Gunungsitoli
sebagai berikut: Provinsi Sumatera Utara pemungutan BPHTB
a. Data merupakan permasalahan yang men­ setelah dialihkan menjadi pajak daerah, telah
desak, termasuk pemutakhiran data yang dimulai dilaksanakan pada tahun 2012 sesuai
ada pada database pemerintah daerah. Selain dengan Peraturan Daerah Kota Gunungsitoli
itu peran SDM sangat penting didalam Nomor 2 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah.
operasionalisasi pengelolaan BPHTB di Penetapan perda tersebut jelas terlambat
daerah. Untuk itu, perlu dikembangkan karena waktu yang diberikan kepada daerah
kerjasama dengan lembaga lain (KPP) untuk untuk membentuk perda tentang BPHTB
pengembangan dan penguatan SDM di adalah paling lambat 31 Desember 2010,
pemerintah daerah. Pemutakhiran NJOP sehingga dapat diasumsikan keterlambatan
dengan mempertimbangkan nilai “Zona Nilai pembentukan perda BPHTB di Kota
Tanah” untuk menghasilkan nilai NJOP yang Gunungsitoli menimbulkan adanya loss income
semakin mendekati nilai transaksi, sekaligus atau kehilangan penerimaan dari BPHTB
menghindari transaksi ‘diam-diam’; selama beberapa waktu karena pelaksanaan
b. Penyerahan data, dari pemerintah pusat, pemungutan BPHTB oleh pemerintah pusat
dalam hal ini KPP perlu cepat dilakukan hanya sampai dengan tanggal 31 Desember
dengan pertimbangan optimalisasi 2010. Sumbangan pemungutan BPHTB
penerimaan BPHTB di daerah. Selain itu, terhadap penerimaan daerah baru berjalan dua
diseminasi terkait dengan kesadaran pajak, tahun yaitu tahun 2012 dan tahun 2013. Berikut
perlu dilakukan untuk meningkatkan ini tabel realisasi penerimaan BPHTB Kota
kesadaran pajak masyarakat; Gunungsitoli untuk tahun 2012 dan 2013:

Tabel 1. REALISASI PENERIMAAN BPHTB KOTA GUNUNGSITOLI

No. Tahun Target /Rp Realisasi/Rp Persentase/%


1. 2012 500.000.000,- 226.481.000,- 45.30
2. 2013 345.077.225,- 563.899.625,- 163.41
Sumber: Dinas PPKAD Kota Gunungsitoli, 2014.

430 J u r nJaul r n a l
Ilmu Administrasi Volume XII | Nomor 3 | Desember 2015
Ilmu Administrasi
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Evaluasi Pengalihan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) di Pemerintah Kota Gunungsitoli
} Yafet Krismatius Buulolo

Dari realisasi penerimaan tersebut selama Sesuai dengan Peraturan Bersama Menteri
dua tahun terlihat bahwa realisasi penerimaan Keuangan dan Menteri Dalam Negeri Nomor No.
BPHTB pada tahun 2012 jauh dibawah 186/PMK.07/2010 – No. 53/2010 pemerintah
target yang telah ditetapkan, tentunya hal daerah mempunyai tugas dan tanggung
ini disebabkan oleh beberapa masalah atau jawab mempersiapkan dan melaksanakan
kendala yang sangat perlu untuk diketahui oleh enam hal yaitu sarana dan prasarana, struktur
Pemerintah Kota Gunungsitoli dalam rangka organisasi dan tata kerja (SOTK), sumber daya
memperbaiki realisasi penerimaan BPHTB manusia (SDM), peraturan daerah dan standar
untuk tahun-tahun berikutnya. Sedangkan operasional prosedur (SOP), kerjasama dengan
untuk tahun 2013 realisasi penerimaan BPHTB di pihak terkait, dan pembukaan rekening BPHTB
Kota Gunungsitoli mengalami kenaikan, namun pada bank yang sehat. Keenam tugas dan
kenaikan tersebut bukanlah suatu indikator tanggung jawab tersebut harus sudah disiapkan
keberhasilan pemerintah Kota Gunungsitoli dan dilaksanakan oleh pemerintah daerah
dalam pemungutan BPHTB Karena dari target paling lambat tanggal 31 Desember 2010. Dalam
penerimaan BPHTB yang telah ditetapkan oleh pelaksanaannya Pemerintah Kota Gunungsitoli
Pemerintah Kota Gunungsitoli dari tahun 2012 telah berupaya untuk melaksanakan tugas dan
ke tahun 2013 mengalami penurunan. tanggung jawab tersebut, dan dari pengamatan
Selain hal tersebut diatas, yang menjadi penulis terdapat beberapa hal yang masih belum
perhatian penulis dalam pengalihan BPHTB terlaksana dengan optimal, hal ini ini dibuktikan
ini menjadi pajak daerah di Kota Gunungsitoli dengan adanya beberapa permasalahan yang
adalah kesiapan dari pemerintah daerah dalam terjadi dalam proses pengalihan BPHTB menjadi
melaksanakan proses pengalihan tersebut, pajak daerah di Kota Gunungsitoli.
mengingat Kota Gunungsitoli merupakan Berikut gambaran tentang perbandingan
daerah otonom baru yang baru terbentuk di pelaksanaan pemungutan BPHTB sebelum dan
Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2008 sesuai sesudah pengalihan menjadi pajak daerah di
dengan Undang-undang Nomor 47 Tahun 2008 Pemerintah Kota Gunungsitoli beserta dengan
dan baru efektif menjalankan roda pemerintahan permasalahan yang dihadapi:
pada akhir tahun 2009.

Tabel 2. Perbandingan Pemungutan BPHTB Sebelum Dan Sesudah Pengalihan


Menjadi Pajak Daerah Di Pemerintah
No. Substansi Sebelum Sesudah Permasalahan
1. Sarana dan Prasarana Disediakan oleh Disediakan oleh Pemko Kekurangan dan
Pemerintah Pusat ketidaklengkapan
data,gedung/ruangan,
hardware dan software
komputer
2. Kelembagaan Terdapat pada SOTK Terdapat pada SOTK Bidang Belum ada Perda yang
Ditjen Pajak dan KPP Pendapatan Dinas PPKAD mengatur
3. SDM Pegawai atau staf pada Pegawai Dinas PPKAD Kekurangan SDM yang
Ditjen Pajak dan KPP ahli dan berkompeten
pada bidang BPHTB
4. Kebijakan UU No 21/1997, UU UU No 21/1997, UU No 20/2000, Belum lengkapnya
No 20/2000, UU No UU No 28/2009, PB Menkeu dan peraturan yang mengatur
34/2000, Peraturan Mendagri No 186/PMK.07/2010 - tentang BPHTB di
Menteri Keuangan, No 53/2010 dan, Peraturan Dirjen Pemkot Gunungsitoli
Peraturan Dirjen Pajak Nomor 47/PJ/2010, Peraturan dan muatan perda yang
pajak dan peraturan Mendagri Nomor 56/2010, telah ditetapkan belum
lainnya yang mengatur memadai
tentang BPHTB yang
dikeluarkan oleh
Pemerintah Pusat
5. Kerjasama dengan Dilakukan oleh Perda Kota Gunungsitoli No Belum adanya kerjasama
Pihak Terkait Pemerintah Pusat 2/2011, Peraturan Walikota yang dijalin oleh Pemkot
Gunungsitoli No 3/2012 Gunungsitoli kepada
beberapa pihak terkait

Sumber: Diolah berdasarkan fenomena di lapangan

Jurnal Jurnal 431


Volume XII | Nomor 3 | Desember 2015 Ilmu Administrasi
Ilmu Administrasi
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Evaluasi Pengalihan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) di Pemerintah Kota Gunungsitoli
} Yafet Krismatius Buulolo

1. Rumusan Masalah B. LANDASAN TEORI


Berdasarkan uraian diatas, maka yang Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009
menjadi fokus pada penelitian ini adalah sebagai tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah telah
berikut: berjalan hampir lima tahun, Peraturan Bersama
a. Bagaimanakah pelaksanaan pengelolaan Menteri Keuangan dan Menteri Dalam Negeri
BPHTB di Pemerintah Kota Gunungsitoli Nomor 186/PMK-07/2010 – Nomor 53 Tahun
setelah dialihkan menjadi pajak daerah? 2010 tentang Tahapan Persiapan Pengalihan
b. Upaya dan kebijakan apa yang sudah BPHTB sebagai Pajak Daerah telah berjalan
dilakukan oleh Pemerintah Kota hampir empat tahun. Begitu juga Peraturan
Gunungsitoli dalam mengatasi per­ Daerah Kota Gunungsitoli Nomor 2 Tahun 2011
masalahan yang dihadapi dalam tentang Pajak Daerah telah berjalan hampir
pengalihan BPHTB menjadi pajak daerah? tiga tahun, namun pelaksanaan pengalihan
c. Upaya dan kebijakan apa yang perlu dan pengelolaan BPHTB di Pemerintah Kota
dilakukan oleh pemerintah Kota Gunungsitoli masih belum berjalan dengan
Gunungsitoli untuk mengoptimalkan efektif.
pemungutan BPHTB? Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan atau selanjutnya disebut BPHTB
2. Tujuan Penelitian adalah pajak yang dikenakan atas perolehan
hak atas tanah dan atau bangunan. Selanjutnya,
Penelitian ini bertujuan untuk:
perolehan hak atas tanah dan atau bangunan
a. Mengidentifikasi permasalahan-per­ adalah perbuatan atau peristiwa hukum yang
masalahan yang dihadapi oleh pemerintah mengakibatkan diperolehnya hak atas tanah
Kota Gunungsitoli setelah pengalihan dan atau bangunan oleh orang pribadi atau
BPHTB menjadi pajak daerah; badan. Sedangkan hak atas tanah dan atau
b. Menganalisis upaya dan kebijakan bangunan adalah hak atas tanah termasuk
yang sudah dilakukan oleh Pemerintah hak pengelolaan, besarta bangunan diatasnya,
Kota Gunungsitoli dalam mengatasi sebagaimana dimaksud dalam Undang-
permasalahan yang dihadapi dalam Undang Nomor 5 tahun 1960 tentang Peraturan
pengalihan BPHTB menjadi pajak daerah; Dasar Pokok Pokok Agraria, Undang-Undang
c. Memberikan rekomendasi terkait Nomor 16 tahun 1985 tentang Rumah susun,
optimalisasi pemungutan BPHTB oleh dan ketentuan perundang-undangan lainnya.
Pemerintah Kota Gunungsitoli. Dasar hukum BPHTB adalah UU No. 28 tahun
2009 tentang pajak daerah dan retribusi daerah.
3. Manfaat Penelitian Wajib pajak dari BPHTB adalah orang
Dari penelitian ini, diharapkan diperoleh pribadi atau badan yang memperoleh hak
beberapa manfaat sebagai berikut: atas tanah dan bangunan, sesuai dengan Pasal
a. Manfaat dari dunia akademik yaitu untuk 86 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009
menambah wawasan serta memperkaya (Abuyamin, 2014:510). Menurut Undang-
ilmu pengetahuan khususnya tentang Undang Nomor 28 Tahun 2009 tarif Bea
pengalihan pemungutan BPHTB dari Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
pemerintah pusat ke pemerintah daerah. (BPHTB) ditetapkan paling tinggi sebesar
b. Manfaat praktis, Hasil penelitian ini 5%. Tarif Bea Perolehan Hak atas Tanah
diharapkan dapat memberikan informasi dan Bangunan (BPHTB) ditetapkan dengan
dan sumbangan pemikiran kepada peraturan daerah (Pasal 88 UU No. 28 Tahun
Pemerintah Kota Gunungsitoli baik 2009).Menurut Dwiputrianti (2012), penetapan
eksekutif maupun legislatif, terutama tarif pajak adalah salah satu jenis barang publik,
dalam merumuskan dan melaksanakan serta sebagai bagian yang tidak terpisahkan
kebijakan daerah terkait dengan dari konsep akuntabilitas dan pelayanan publik
pemungutan BPHTB, agar kapasitas fiskal yang semakin dituntut oleh masyarakat kepada
pemerintah daerah terus mengalami pemerintah.
kenaikan. Adapun tujuan kebijakan pengalihan
BPHTB sebagai pajak daerah menurut Undang-

432 J u r nJaul r n a l
Ilmu Administrasi Volume XII | Nomor 3 | Desember 2015
Ilmu Administrasi
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Evaluasi Pengalihan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) di Pemerintah Kota Gunungsitoli
} Yafet Krismatius Buulolo

Undang Nomor 28 Tahun 2009 adalah sebagai dan para Notaris/PPAT, penyediaan ruang
berikut: server, ruang pengolahan data dan informasi,
a. Memperluas objek pajak daerah dan serta pengadaan blanko atau formulir terkait
retribusi daerah; dengan BPHTB serta surat-surat pelayanan
b. Menambah jenis pajak daerah dan retribusi (surat pengajuan keberatan, surat pengajuan
daerah (termasuk pengalihan BPHTB keringanan, surat pengajuan pembatalan, surat
menjadi Pajak Daerah); penerbitan SPPT) dan lain sebagainya.
c. Memberikan diskresi penetapan tarif pajak
b. Struktur Organisasi dan Tata Kerja (SOTK)
kepada daerah;
d. Menyerahkan fungsi pajak sebagai Struktur organisasi adalah susunan
instrumen penganggaran dan pengaturan komponen-komponen (unit-unit kerja)
pada daerah. dalam organisasi. Menurut Robbins (1994: 6),
“Struktur organisasi menetapkan bagaimana
Dari beberapa konsep tersebut diatas tugas akan dibagi, siapa melapor kepada
penulis menyimpulkan bahwa dalam penelitian siapa, dan mekanisme koordinasi yang formal
ini tujuan dari pelaksanaan pengalihan serta pola interaksi yang akan diikuti”. Lebih
BPHTB menjadi pajak daerah adalah, pertama, lanjut Sutarto (1993:43) menyatakan bahwa
untuk meningkatkan pendapatan asli daerah “Untuk membentuk struktur organisasi yang
(PAD); kedua, untuk mewujudkan efektifitas sehat dan efisien harus berpedoman kepada
pengelolaan BPHTB; dan ketiga, untuk prinsip-prinsip organisasi, dimana prinsip-
meningkatkan kualitas pelayanan kepada prinsip organisasi tersebut terdiri Perumusan
masyarakat. tujuan yang jelas, Departemenisasi, Pembagian
kerja, Koordinasi, Pelimpahan wewenang,
a. Sarana dan Prasarana
Rentang kontrol, Jenjang organisasi, Kesatuan
Untuk lebih jelasnya mengenai sarana perintah, Fleksibilias, Keberlangsungan,
dan prasarana yang dimaksud di atas berikut Kesinambungan”.
ini akan diuraikan istilah sarana kerja/fasilitas Dari pernyataan-tersebut, maka struktur
kerja yang ditinjau dari segi kegunaan menurut organisasi yang efektif adalah yang memenuhi
Moenir (2000: 120) membagi sarana dan prinsip-prinsip organisasi yang meliputi
prasarana sebagai berikut: adanya tujuan satuan organisasi yang jelas,
1) Peralatan kerja, yaitu semua jenis benda kesesuaian pembagian kerja atau spesialisasi,
yang berfungsi langsung sebagai alat adanya departementalisasi yang tepat,
produksi untuk meng­hasilkan barang atau penerapan rentang kendali yang tepat, dan
berfungsi mem­ proses suatu barang yang pengkoordinasian tugas-tugas sesuai dengan
berlainan fungsi dan gunanya. prosedur standar operasi. Berikut dijelaskan
2) Perlengkapan kerja, yaitu semua jenis konsep dan teori dari beberapa hal tersebut.
benda yang berfungsi sebagai alat 1) Tujuan Yang Jelas
pembantu tidak langsung dalam produksi, Sutarto (1993:63) mengemukakan
mempercepat proses, membangkit dan bahwa: “Tiap-tiap satuan organisasi dan
menambah kenyamanan dalam pekerjaan. subsatuan organisasi harus dilahirkan
3) Perlengkapan bantu atau fasilitas, yaitu dari suatu tujuan yang jelas selaras
semua jenis benda yang berfungsi dengan tujuan organisasi”.Tahap-tahap
membantu kelancaran gerak dalam tujuan adalah urut-urutan keseluruhan
pekerjaan, misalnya mesin ketik, mesin kebutuhan yang diusahakan untuk dicapai
pendingin ruangan, mesin absensi, dan oleh suatu organisasi sehingga diketahui
mesin pembangkit tenaga. dengan jelas manakah tujuan pokok yang
harus dicapai lebih dahulu dan manakah
Hal ini menunjukkan bahwa sedikitnya
tujuan tambahan yang dapat dicapai
terdapat beberapa jenis sarana dan prasarana
pada tahap berikutnya. Tujuan pokok
yang harus disediakan oleh Pemerintah Kota adalah kebutuhan yang menjadi dasar
Gunungsitoli dalam melaksanakan pengalihan dibentuknya suatu organisasi, sedang
BPHTB, seperti: ruang pelayanan, tempat tujuan tambahan adalah kebutuhan yang
Pelayanan untuk melayani wajib pajak BPHTB hendak dicapai oleh suatu organisasi

Jurnal Jurnal 433


Volume XII | Nomor 3 | Desember 2015 Ilmu Administrasi
Ilmu Administrasi
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Evaluasi Pengalihan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) di Pemerintah Kota Gunungsitoli
} Yafet Krismatius Buulolo

karena sebagian tujuan pokok telah dapat tugasnya sehingga tampak terlalu
dicapai dengan baik dan organisasi yang banyak menganggur;
bersangkutan masih mempunyai kelebihan g) Penempatan para pejabat hendaknya
kemampuan. tepat. Dasar yang digunakan antara
2) Depertementalisasi lain kecakapan, keberanian, jenis
Menurut Murwani (2002:25), kelamin, kekuatan, umur, kesehatan,
departementalisasi adalah “Aktivitas kejujuran dan sebagainya;
untuk menyusun satuan-satuan organisasi
h) Penambahan dan pengurangan
yang akan diserahi bidang kerja tertentu
pegawai hendaknya berdasarkan
atau fungsi tertentu. Fungsi adalah
volume kerja;
sekelompok aktivitas sejenis, berdasarkan
kesamaan sifatnya atau pelaksanaannya. i) Pembagian kerja yang menyangkut
Dalam suatu organisasi terdapat dua pejabat dalam suatu satuan organisasi
satuan organisasi yaitu organisasi utama jangan sampai menimbulkan peng­
atau satuan-satuan organisasi yang kotakan jabatan;
berkedudukan dibawah pucuk pimpinan j) Adanya penggolongan tugas
dan satuan organisasi lanjutan atau satuan- (pekerjaan rutin, khusus, kreatif).
satuan organisasi yang berkedudukan
4) Rentang Kendali
dibawah satuan organisasi utama”.
Murwani, 2002:33) mengemukakan
3) Pembagian kerja/Spesialisasi bahwa rentang kontrol itu terbatas dan
Murwani (2002: 29-30) me­ngemuka­ jumlah angka pedomannya adalah :
kan bahwa dalam melakukan pembagian
a) Untuk satuan utama jumlah pejabat
kerja hendaknya diperhatikan beberapa
bawahan langsung sebaiknya ber­
hal sebagai berikut:
kisar antara tiga sampai sepuluh
a) Tiap-tiap satuan organisasi hendak­ orang;
nya memiliki rincian aktivitas yang
b) Untuk satuan lanjutan jumlah
jelas pada daftar rincian aktivitas;
pejabat bawahan langsung sebaiknya
b) Tiap-tiap pejabat dari pucuk berkisar antara sepuluh sampai
pimpinan sampai dengan pejabat dengan duapuluh orang.
yang berkedudukan paling rendah
harus memiliki rincian tugas yang Namun demikian untuk membuat
jelas dalam suatu daftar rincian; pertimbangan apakah jumlah jenjang itu
benar atau tidak maka harus dipertanyakan,
c) Jumlah tugas sebaiknya dibebankan
nilai apakah yang dapat disumbangkan oleh
kepada seorang pejabat, antara 4
pekerjaan itu kepada organisasi dan apa yang
sampai dengan 12 macam;
terjadi apabila pekerjaan itu tidak ada.
d) Variasi tugas bagi seorang pejabat
hendaknya diusahakan yang sejenis 5) Mekanisme Koordinasi
atau erat hubunganya satu sama lain; Koordinasi dalam organisasi sangat
e) Beban aktivitas bagi seorang pejabat diperlukan. Pekerja pada tingkat bawah
hendaknya diusahakan yang sejenis atau bawahan dalam melaksanakan
atau erat hubungannya satu sama tugasnya harus sejalan dengan tujuan
lain; organisasi secara keseluruhan, dan
f) Beban aktivitas bagi tiap-tiap satuan atasan langsung dalam organisasi perlu
organisasi atau beban tugas masing- mengetahui pelaksanaan aktivitas dari
masing pejabat, hendaknya merata orang-orang atau bawahannya dalam
sehingga dapat dihindarkan adanya organisasi. Menurut beberapa ahli
satuan organisasi yang terlalu terdapat tiga metode untuk melakukan
banyak aktivitasnya dan ada satuan koordinasi, yaitu standarlisasi proses
organisasi yang terlalu sedikit kerja, standarlisasi hasil, dan standarlisasi
aktivitasnya, demikian pula dapat keahlian. Dalam penelitian ini melakukan
dihindarkan adanya pejabat yang evalausi terhadap mekanisme koordinasi
terlalu bertumpuk-tumpuk tugasnya berdasarkan standarlisasi proses kerja.
dan ada pejabat yang sangat sedikit Dimana dalam Tangkilisan (2005: 201)

434 J u r nJaul r n a l
Ilmu Administrasi Volume XII | Nomor 3 | Desember 2015
Ilmu Administrasi
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Evaluasi Pengalihan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) di Pemerintah Kota Gunungsitoli
} Yafet Krismatius Buulolo

menyebutkan bahwa standarlisasi e. Kerjasama dengan Pihak Terkait


proses kerja adalah “Tugas-tugas dapat
Menurut Tangkilisan (2005: 160)
dikoordinasikan sesuai dengan prosedur
“Lingkungan ekstern maupun intern, yaitu
standar operasi”.
semua kekuatan yang timbul diluar batas-batas
c. Sumber Daya Manusia (SDM) organisasi dapat mempengaruhi keputusan
serta tindakan di dalam organisasi. Karenanya
Untuk mendapatkan sumber daya manusia
perlu diadakan kerjasama dengan kekuatan
yang produktif sebagaimana disebutkan
yang diperkirakan mungkin akan timbul.
diatas maka sebuah organisasi harus benar-
Kerjasama tersebut dapat didasarkan atas hak,
benar memperhatikan kualitas dari sumber
kewajiban dan tanggungjawab masing-masing
daya manusia itu sendiri. Menurut Irianto
orang untuk mencapai tujuan”. Dari pernyataan
(Tangkilisan, 2005: 191),“Ada dua elemen
tersebut, jelas bahwa keberhasilan organisasi
mendasar yang berkaitan dengan pengembangan
sangat ditentukan oleh kemampuannya dalam
sumber daya manusia, yaitu pendidikan dan
menanggapi lingkungan secara tepat, dan
ketrampilan yang dimiliki oleh karyawan atau
salah satu caranya adalah melalui kerjasama
pekerja, karena kedua elemen ini berhubungan
antar unit dalam organisasi tersebut maupun
dengan perencanaan karir pekerja dan pada
dengan beberapa organisasi lain yang dianggap
akhirnya bermuara pada kinerja organisasi yang
mampu membantu dalam mengantisipasi dan
berlangsung secara berkelanjutan”. Berbicara
beradaptasi dengan perubahan lingkungan
mengenai kedua aspek diatas, Notoatmodjo
yang timbul.
(Tangkilisan, 2005: 191) mengemukakan
Bardach (2012) menekankan pentingnya
bahwa: “Pendidikan merupakan faktor untuk
melihat fenomena suatu kebijakan berbasis
menentukan penempatan formasi atau jabatan
kepada bukti (evidence) data dan informasi
dalam suatu organisasi, sementara ketrampilan
yang menunjukkan fakta dan kebenaran,
(ability) berkaitan dengan kemampuan seseorang
serta menggunakan metode penggalian dan
dalam menyelesaikan suatu pekerjaan secara
pengumpulan yang tepat dalam membuat
efisien, tepat, dan efektif”.
alternative kebijakan yang tepat untuk
d. Peraturan Daerah (Perda) menyelesaikan permasalahan yang ada. Hal
ini juga didukung oleh Considine (2005: 219)
Dalam pendekatan penyerahan sebagaian
menekankan pentingnya proses dalam membuat
urusan pemerintahan kepada penyelenggara
kebijakan yang dilandasi oleh moral, etika dan
pemerintahan di daerah, maka negara mengakui
nilai akuntabilitas disamping kompetensi dari
keberadaan daerah sebagai organ negara
aspek substansi.
yang menjalankan urusan pemerintahan di
daerah. Penyerahan urusan tersebut sekaligus
dengan penyerahan kewenangan pembentukan C. METODE
peraturan daerah kepada penyelenggara Penelitian ini menggunakan metode
pemerintahan di daerah. Menurut Abuyamin penelitian deskriptif dengan pendekatan
(2014: 21): “Asas-Prinsip pemungutan pajak kualitatif yang bertujuan menggambarkan dan
adalah dasar-dasar umum pemungutan pajak menjelaskan serta mengevaluasi pelaksanaan
yang dapat dijadikan pedoman, fundamen, pengalihan dan pengelolaan BPHTB oleh
patokan ataupun syarat dalam penyusunan pemerintah daerah Kota Gunungsitoli setelah
undang-undang perpajakan dalam rangka dialihkan menjadi pajak daerah di Kota
pemungutan pajak”. Gunungsitoli, termasuk permasalahan yang
Dalam arti setiap pemerintah baik pusat dihadapi dan upaya atau kebijakan apa yang
maupun daerah dalam membuat peraturan telah ditempuh untuk mengatasi permasalahan
dibidang perpajakan senantiasa selalu tersebut.
memperhatikan dan mempertimbangkan asas Data yang dibutuhkan difokuskan pada
ataupun prinsip dalam pemungutan pajak. penjelasan dan pendapat informan tentang
Selain itu juga harus mempertimbangkan pelaksanaan pengalihan dan pengelolaan
keadaan atau kondisi potensi pajak yang ada BPHTB setelah menjadi pajak daerah Kota
diwilayah atau daerah masing-masing dengan Gunungsitoli, bersifat sebagai data primer.
beragam karakteristik yang ada. Sedangkan data sekunder berupa dokumen

Jurnal Jurnal 435


Volume XII | Nomor 3 | Desember 2015 Ilmu Administrasi
Ilmu Administrasi
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Evaluasi Pengalihan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) di Pemerintah Kota Gunungsitoli
} Yafet Krismatius Buulolo

atau arsip yang berkaitan dengan pelaksanaan pajak daerah dan data lainnya yang masih ada
pengalihan BPHTB dari pajak pusat menjadi kaitannya dengan tujuan penelitian ini.

Tabel 3. Daftar Informan Penelitian

No. Substansi Informan


1. Sarana dan Prasarana a. Kepala Dinas PPKAD
b. Kepala Bidang Pendapatan

2. SOTK a. Kepala Dinas PPKAD


b. Kepala Bagian Organisasi

3. SDM a. Kepala Dinas PPKAD


b. Kepala BKD
c. Kepala Bidang Pendapatan

4. Perda, Perkada dan SOP a. Kepala Dinas PPKAD


b. Kepala Bidang Pendapatan

5. Kerjasama dengan pihak terkait a. Kepala Dinas PPKAD


b. Kepala Bidang Pendapatan
c. Notaris/PPAT
d. Kepala BPN Nias

6. Pelayanan BPHTB Wajib Pajak BPHTB (5 Orang)

Teknik pengumpulan data dilakukan Gunungsitoli adalah di bidang pendapatan,


dengan wawancara, observasi, dan studi pengelolaan keuangan dan aset daerah.
dokumentasi. Untuk verifikasi data penulis Pendapatan yang cukup potensial salah satunya
menggunakan trianggulasi sumber dan metode. bersumber dari penerimaan Bea Perolehan
Sedangkan untuk teknik analisis data digunakan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dan
model interaktif (Miles & Huberman) yang satuan kerja yang memiliki tugas dan fungsi
terdiri dari tahapan pengumpulan data, reduksi pelaksanaan pengelolaan BPHTB tersebut di
data, penyajian data, dan proses menarik Pemerintahan Kota Gunungsitoli adalah Dinas
kesimpulan. Selain itu dalam analisis data, Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset
penulis juga menggunakan teknik content Daerah (PPKAD).
analysis dan visual interpretasi.
a. Sarana dan Prasarana
D. HASIL PENELITIAN DAN Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh
PEMBAHASAN Dinas PPKAD Kota Gunungsitoli khususnya
pada Bidang Pendapatan yang menangani
Kota Gunungsitoli sebagai daerah otonom
BPHTB meliputi ruangan, perlengkapan gedung
baru di Propinsi Sumatera Utara, mempunyai
kantor, software dan hardware komputer, dan
fungsi dan peranan yang strategis dalam
barang cetakan sebagian besar dalam kondisi
pemerintahan di kepulauan Nias maupun
baik, dan selebihnya dalam kondisi kurang
perekonomian dan perdagangan dan memiliki
memadai khususnya penyediaan ruangan.
kawasan pariwisata yang potensial dalam
Penilaian atas sarana dan prasarana tersebut
memacu aktivitas perekonomian pada masa
dapat diuraikan pada tabel berikut:
sekarang. Salah satu tugas pemerintah Kota

436 J u r nJaul r n a l
Ilmu Administrasi Volume XII | Nomor 3 | Desember 2015
Ilmu Administrasi
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Evaluasi Pengalihan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) di Pemerintah Kota Gunungsitoli
} Yafet Krismatius Buulolo

Tabel 4. Penilaian Terhadap Sarana Dan Prasarana Bidang Pendapatan


Dinas PPKAD Kota Gunungsitoli
JENIS
Penyediaan Perlengkapan Software & Hardware Barang
Ruang Gedung Kantor Komputer Cetakan
FUNGSI
Mempercepat proses pelaksanaan pekerjaan
X P X P
sehingga dapat menghemat waktu
Meningkatkan produktivitas, baik barang dan
X X X P
jasa
Hasil kerja lebih berkualitas dan terjamin X X X P
Lebih memudahkan/sederhana dalam gerak
X X - P
para pengguna/pelaku
Ketepatan susunan stabilitas pekerja lebih
X X P P
terjamin
Menimbulkan rasa kenyamanan bagi orang-
X X - -
orang yang berkepentingan
Menimbulkan rasa puas pada orang-orang yang
X X X X
berkepentingan yang mempergunakannya
Ket:
beberapa perlengkapan kantor dan perlatan
P : Memenuhi Fungsi
X : Belum Memenuhi Fungsi komputer yang dapat langsung mencetak atau
- : Tidak Berfungsi menghasilkan barang cetakan yang dibutuhkan.
Sedangkan sebesar 11% dari sarana dan
Sumber: diolah berdasarkan informasi dari informan
prasaran tidak berfungsi antara lain software
dan hardware komputer dan barang cetakan.
Ketidakberfungsian tersebut bukan disebabkan
oleh sarana dan prasarana tersebut tetapi karena
fungsi yang dibutuhkan hanya dapat dipenuhi
Sumber: diolah berdasarkan informasi dari informan. oleh beberapa sarana dan prasarana tertentu.
Gambar 1. Diagram Persentase Fungsi Dari Sarana
Dan Prasarana Pada Bidang Pendapatan Dinas b. Struktur Organisasi dan Tata Kerja
PPKAD Kota Gunungsitoli (SOTK)
Data menunjukkan sarana dan prasarana Struktur Organisasi dan Tata Kerja (SOTK)
yang belum memenuhi fungsinya sebesar 64% Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan
adalah sebagian besar terdiri dari penyediaan Aset Daerah Kota Gunungsitoli ditetapkan
ruang, perlengkapan gedung kantor, dan software melalui Peraturan Walikota Gunungsitoli
dan hardware komputer hal ini disebabkan Nomor 3 Tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata
oleh gedung kantor yang ditempati belum Kerja Dinas-Dinas Daerah Kota Gunungsitoli
sepenuhnya selesai pembangunannya, jumlah yang masih mempedomani Peraturan Menteri
dari beberapa perlengkapan kantor dan software Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2007 tentang
dan hardware komputer yang tersedia masih Petunjuk Teknis Penataan Organisasi Daerah.
sangat minim, jumlahnya belum sesuai dengan Berikut penggalan Struktur Organisasi tersebut:
yang seharusnya dibutuhkan. Dan diperparah
lagi adanya beberapa perlengkapan kantor dan Kepala Dinas

peralatan komputer yang tersedia dalam kondisi Sekretariat


rusak. Kabid Pendapatan
Sebesar 25% sarana dan prasarana yang
tersedia telah memenuhi fungsinya dalam Kasi Pendataan & Kasi Penagihan & Kasi Pengembangan
Penetapan dan 3 Evaluasi Pendapatan Pendapatan dan 5
pelaksanaan tugas-tugas bidang pendapatan, orang staf dan 2 orang staf orang staf
sebagian besar sarana dan prasarana tersebut Sumber: Peraturan Walikota Gunungsitoli Nomor 3 Tahun 2009.
berupa barang cetakan yang dibutuhkan dalam
pelaksanaan tugas sehari-hari seperti formulir Gambar 2. Struktur Organisasi Bidang Pendapatan
Dinas PPKAD Kota Gunungsitoli
pengisian pajak, surat penyetoran pajak daerah,
dan barang cetakan lainya. Ketersediaan
barang cetakan tersebut didukung oleh

Jurnal Jurnal 437


Volume XII | Nomor 3 | Desember 2015 Ilmu Administrasi
Ilmu Administrasi
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Evaluasi Pengalihan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) di Pemerintah Kota Gunungsitoli
} Yafet Krismatius Buulolo

memiliki visi: “Mewujudkan Pendapatan


Sejak terbentuk dan mulai berjalannya Asli Daerah (PAD), Pengelolaan Keuangan
roda pemerintahan pada daerah otonom dan Aset Daerah untuk Menunjang
Kota Gunungsitoli sampai dengan penelitian Kelancaran Pemerintah Daerah”. Dari
ini dilakukan, peraturan tentang organisasi visi tersebut dapat diasumsikan bahwa
perangkat daerah hanya diatur melalui salah satu tujuan dari Dinas PPKAD
peraturan walikota yang berpedoman pada Kota Gunungsitoli adalah meningkatkan
Permendagri Nomor 57 Tahun 2007, masih pendapatan asli daerah yang diantaranya
belum ditetapkan melalui peraturan daerah. berasal dari pajak daerah yaitu BPHTB,
Pengalihan BPHTB menjadi pajak daerah guna mendukung pelaksanaan roda
merupakan kebijakan dari pemerintah pusat pemerintahan dalam melaksanakan
dengan diterbitkanya Undang-Undang Nomor pembangunan dan pelayanan kepada
28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan masyarakat.
Retribusi Daerah yang mengharuskan adanya Pengalihan BPHTB menjadi pajak
perubahan organisasi khususnya struktur dan daerah memberikan manfaat yang
fungsi pada pemerintahan daerah dalam hal ini besar bagi daerah khususnya dalam
satuan kerja yang mengelola pendapatan atau meningkatkan PAD. Namun sangat
pajak daerah. disayangkan apabila daerah tidak dapat
Menteri Dalam Negeri telah mengeluarkan mengelolanya secara benar dan sesuai
Peraturan Nomor 56 Tahun 2010 tentang dengan ketentuan yang berlaku. Salah
Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam satu kendala yang terjadi adalah belum
Negeri Nomor 57 Tahun 2007 tentang Petunjuk adanya visi yang ditetapkan oleh Bidang
Teknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah, Pendapatan Dinas PPKAD sebagai
yang mengatur bahwa pada Satuan Kerja penjabaran atau tindaklanjut dari visi dinas
Perangkat Daerah Kabupaten yang menangani PPKAD secara keseluruhan. Tentunya dari
fungsi pendapatan, pengelolaan keuangan dan visi tersebut akan mencerminkan tujuan
aset daerah ditambahkan fungsi penyusunan yang akan dicapai, tanpa tujuan yang jelas
kebijakan pelaksanaan pemungutan, tentunya arah kebijakan dan prioritas
pengolahan data dan informasi, pelayanan, pelaksanaan tugas-tugas tidak akan dapat
penagihan, pengawasan dan penyelesaian terlaksana dengan baik.
sengketa pemungutan BPHTB, serta pelaporan Target penerimaan merupakan
dan pertanggungjawaban tugas. Dalam hal ini di salah satu tujuan dalam pengelolaan
Pemerintah Kota Gunungsitoli yang mengalami BPHTB namun menurut penulis apabila
penambahan struktur dan fungsi tersebut tujuan tersebut hanya terpusat pada
adalah Bidang Pendapatan Dinas Pendapatan pencapaian target penerimaan BPHTB
dan Pengelolaan Keuangan Daerah (PPKAD). tanpa mempertimbangkan faktor internal
Dalam penelitian ini penulis mendefiniskan dan eksternal yang mempengaruhi
struktur organisasi yang efektif sebagai struktur pelaksanaan tugas, maka proses
organisasi yang memenuhi prinsip-prinsip pencapaian target penerimaan tersebut
organisasi yang meliputi adanya tujuan satuan akan banyak mengalami kendala dan
organisasi yang jelas, kesesuaian pembagian masalah, baik yang berasal dari internal
kerja atau spesialisasi, adanya departementalisasi maupun dari eksternal unit kerja tersebut.
yang tepat, penerapan rentang kendali yang
2) Departemetalisasi pada Bidang
tepat, dan pengkoordinasian tugas-tugas sesuai
Pendapatan Dinas PPKAD
dengan prosedur standar operasi. Berikut
penulis akan menterjemahkan konsep dan teori Bidang pendapatan Dinas PPKAD
tentang prinsip-prinsip organisasi terhadap terdiri dari seksi pendataan dan
fakta dan keadaan SOTK Dinas PPKAD penetapan, seksi penagihan dan evaluasi
Kota Gunungsitoli khususnya pada bidang pendapatan, dan seksi pengembangan
pendapatan. pendapatan dengan tugas dan fungsi
masing-masing. Pengelompokan aktivitas
1) Tujuan Bidang Pendapatan Dinas PPKAD telah sesuai dengan fungsi masing-masing
Dinas PPKAD Kota Gunungsitoli seksi, namun dari sekian banyaknya tugas

438 J u r nJaul r n a l
Ilmu Administrasi Volume XII | Nomor 3 | Desember 2015
Ilmu Administrasi
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Evaluasi Pengalihan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) di Pemerintah Kota Gunungsitoli
} Yafet Krismatius Buulolo

yang ada, diperlukan penyempurnaan memudahkan staf melaksanakan tugasnya


dalam hal spesifakasi tugas yang akan dan juga dapat menghindari kekosongan
dilaksanakan sehingga staf atau pegawai pekerjaan sehingga aktivitas kantor dapat
dapat mengenali tugas dan fungsinya berjalan lancar.
secara mendetail guna memudahkannya Dari segi kuantitas, Kepala bidang
dalam pelaksanaan tugas tersebut. Dasar pendapatan memiliki 8 jenis tugas, kepala
pengelompokan kerja/departementasi seksi pendataan dan penetapan memiliki
pada satuan kerja tersebut adalah 8 jenis tugas, kepala seksi penagihan dan
departementasi fungsional karena satuan- evaluasi pendapatan memiliki 15 jenis
satuan kerja dikelompokan berdasarkan tugas, dan kepala seksi pengembangan
tugas dan fungsi yang sejenis yaitu, bidang pendapatan memiliki 9 jenis tugas.
pendapatan, akuntansi, anggaran, dan Berdasarkan konsep dan teori yang telah
pengelolaan aset dimana masing-masing dibahas sebelumnya, untuk pejabat
bidang mempunyai tugas yang berbeda organisasi dari tataran tertinggi sampai
dan setiap bidang membawahi beberapa terendah dalam suatu organisasi baiknya
kepala seksi yang memiliki tugas dan memiliki 4 sampai dengan 14 tugas, sesuai
fungsi yang sejenis. fakta hampir keseluruhan telah sesuai
Penambahan atau perluasan aktivitas kecuali satu jabatan yaitu kepala seksi
sangat bergantung pada volume kerja yang penagihan dan evaluasi pendapatan.
ada. Dengan semakin banyaknya aktivitas Hal tersebut dapat dimaklumi karena
dalam satuan organisasi maka volume berdasarkan rincian tugas yang telah
pelaksanaan tugas akan semakin besar diuraikan sebelumnya tugas lebih banyak
sehingga menyebabkan satuan organisasi fokus pada pelaporan sehingga volume
tidak dapat melakukan tugas sepenuhnya tugas sesuai dengan beban kerja yang ada.
untuk itu diperlukan pengembangan Pelaksanaan pembagian tugas atau
satuan organisasi. Sudah seharusnya spesialiasi menerapkan pola pembagian
bidang pendapatan Dinas PPKAD Kota tugas rutin dan khusus. Dimana setiap staf
Gunungsitoli dikembangkan menjadi ditugaskan melaksanakan beberapa tugas
sebuah dinas atau kantor yang khusus sesuai dengan fungsinya dan bersifat rutin,
mengelola seluruh pendapatan daerah contohnya pengelolaan data, staf dan
karena dengan pengembangan organisasi rekapitulasi pembayaran pajak. Sedangkan
maka penambahan struktur organisasi, untuk tugas khusus pelaksanaannya
personil, anggaran dan sarana prasarana dilaksanakan secara bersama-sama
pun akan bertambah sehingga volume melalui perintah atau keputusan dari
tugas yang besar dapat dilaksanakan pimpinan dan biasanya tugas khusus ini
dengan baik. bersifat insidentil contohnya sosialisasi
Pengelolaan pendapatan dipusatkan pajak. Namun beberapa kendala yang
atau hanya dilaksanakan oleh bidang terjadi dalam spesialisasi tugas di bidang
pendapatan Dinas PPKAD sehingga tidak pendapatan ini adalah hampir semua
ada organisasi lain di Pemerintah Kota pegawai yang tersedia tidak memiliki
Gunungsitoli yang memiliki aktivitas yang keahlian yang spesifik dalam tugas yang
sama dengan bidang pendapatan tersebut. akan diberikan sehingga perlu untuk
mengikuti diklat tentang tugas-tugas
3) Pembagian Kerja/Spesialisasi pada
Bidang Pendapatan Dinas PPKAD tersebut.

Rincaian tugas secara tertulis pada 4) Rentang Kendali pada Bidang Pendapatan
bidang pendapatan hanya terlaksana Dinas PPKAD
pada tataran kepala bidang dan kepala Bidang Pendapatan Dinas PPKAD
seksi. Sedangkan untuk tataran staf tidak Kota Gunungsitoli memiliki jumlah pegawai
ada tugas secara rinci dan tertulis hanya sebanyak 14 orang terbagi dalam tiga seksi
menunggu perintah lisan dari atasannya, dimana seksi pendataan dan penetapan
semestinya dengan adanya rincaian tugas memiliki 3 orang staf, seksi penagihan
secara tertulis kepada staf maka akan dan evaluasi pendapatan memiliki 2 orang

Jurnal Jurnal 439


Volume XII | Nomor 3 | Desember 2015 Ilmu Administrasi
Ilmu Administrasi
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Evaluasi Pengalihan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) di Pemerintah Kota Gunungsitoli
} Yafet Krismatius Buulolo

staf, dan seksi pengembangan pendapatan menyurat maupun koordianasi dalam


memiliki 5 orang staf. Apabila dikaitkan hal laporan dan pelaksanaan tugas-
dengan konsep dan teori yang digunakan, tugas lainnya. Mekanisme Koordinasi
maka rentang kendali pimpinan terhadap telah diatur dalam Peraturan Daerah.
bawahanya dapat dikatakan sangat baik Seorang staf mengkonsep sebuah surat
karena atasan hanya fokus mengawasi atau memberikan laporan secara bertahap
beberapa orang staf saja. Namun yang diparaf atau dilaporkan kepada atasan
menjadi permasalahan adalah tidak langsung dan kemudian dilanjutkan
seimbangnya komposisi dari jumlah staf kepada atasan yang lebih tinggi.
yang diawasi oleh setiap atasan atau kepala Terkadang terjadi inkoordinasi dalam
seksi di bidang pendapatan serta seberapa satuan organisasi tersebut namun hal
besar peranan para staf tersebut dalam tersebut sering disebabkan oleh kelalaian
meningkatkan kinerja untuk mencapai pegawai atau ketidakhadiran salah satu
tujuan yang telah ditetapkan. pejabat pada saat pelaksanaan tugas.
Secara komprehensif berikut ini akan
5) Pengkoordinasian tugas-tugas pada
Bidang Pendapatan Dinas PPKAD diuraikan tentang penilaian penulis atas
penerapan prinsip-prinsip organisasi pada
Koordinasi proses kerja dilakukan
satuan kerja bidang pendapatan Dinas
berdasarkan hierarki jabatan struktural
PPKAD Kota Gunungsitoli:
yang ada baik dalam proses surat

Tabel 5. Penilaian Terhadap Penerapan Prinsip-Prinsip Organisasi Pada Bidang


Pendapatan Dinas PPKAD Kota Gunungsitoli

Prinsip Ketentuan Ket


Tujuan Mempunyai tujuan yang jelas selaras dengan tujuan organisasi x
Departementalisasi Pengelompokan segenap aktivitas berdasarkan kesamaan sifat P
Terciptanya sejauh mungkin fungsi yang menyeluruh dan tunggal P
Perluasan aktivitas yang wajar x
Hindari satuan organisasi kembar; P
Penambahan atau pengurangan satuan organisasi sesuai dengan volume kerja x
dikelompokan menurut pembagian fungsi-fungsi umum dalam organisasi x
Pembagian Kerja/ Memiliki rincian aktivitas yang jelas pada daftar rincian aktivitas; P
Spesialisai Tiap-tiap pejabat harus memiliki rincian tugas yang jelas x
Seorang pejabat memiliki antara 4 sampai dengan 12 macam; P
Variasi tugas bagi seorang pejabat hendaknya diusahakan yang sejenis x
Beban aktivitas bagi seorang pejabat hendaknya diusahakan yang sejenis P
Beban aktivitas atau beban tugas masing-masing pejabat hendaknya merata x
Penempatan pejabat hendaknya tepat sesuai dengan standar yang ditetapkan x
Penambahan dan pengurangan pegawai hendaknya berdasarkan volume kerja; x
Pembagian kerja pejabat jangan sampai menimbulkan pengkotakan jabatan; P
Adanya penggolongan tugas (pekerjaan rutin, khusus, kreatif). P
Rentang Kendali Satuan utama jumlah pejabat bawahan langsung antara 3 sampai 10 orang; P
Satuan lanjutan jumlah pejabat bawahan langsung antara 10 sampai 20 orang. x
Koordinasi Tugas-tugas dapat dikoordinasikan sesuai dengan prosedur standar operasi P

Sumber: diolah berdasarkan hasil penelitian


P : Telah Terlaksana
x : Belum Terlaksana Sepenuhnya

Berdasarkan data pada Tabel 5di telah terlaksana dan masih belum terlaksana
atas, terdapat 20 ketentuan yang menjadi sepenuhnya di Bidang Pendapatan Dinas
pedoman pada pelaksanaan prinsip-prinsip PPKAD Kota Gunungsitoli dapat dilihat pada
organisasi. maka persentase ketentuan yang gambar berikut:

440 J u r nJaul r n a l
Ilmu Administrasi Volume XII | Nomor 3 | Desember 2015
Ilmu Administrasi
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Evaluasi Pengalihan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) di Pemerintah Kota Gunungsitoli
} Yafet Krismatius Buulolo

Dinas PPKAD Kota Gunungsitoli adalah


ketidakseimbangan antara volume kerja dengan
jumlah dan kualitas pegawai yang tersedia pada
satuan kerja tersebut.
Koordinasi yang dilaksanakan meliputi
internal maupun koordinasi dengan unit kerja
lain. Koordinasi internal dilakukan melalui
TJ = Tujuan yang Jelas rapat-rapat, diskusi, dan koordiansi antara
D = Departementalisasi
PK/S = Pembagian Kerja/Spesialisasi pimpinan, bawahan, maupun antara pimpinan
RK = Rentang Kendali dan bawahan dengan tetap mempedomani
MK = Mekanisme Koordinasi
hierarki jabatan dan ketentuan yang berlaku.
Koordiansi eksternal lebih sering dilakukan
Gambar 3. Diagram
Sumber: diolah Batang
berdasarkan Persentase Pelaksanaan
hasil penelitian
melalui rapat koordinasi dan diskusi antara
Masing-Masing Prinsip Organisasi Pada Bidang
Pendapatan Dinas Ppkad Kota Gunungsitoli pimpinan atau staf dari unit kerja berbeda.
Mekanisme koordinasi ini telah terlaksana
Dari tabel 5 dan gambar 3 di atas dapat sesuai dengan sistem dan prosedur yang telah
dijelaskan bahwa penerapan prinsip-prinsip ditetapkan dalam peraturan daerah Kota
organisasi oleh bidang pendapatan Dinas Gunungsitoli.
PPKAD sebagai pelaksana tugas pemungutan
BPHTB masih belum sepenuhnya terlaksana. c. Sumber Daya Manusia
Mulai dari tujuan dari bidang pendapatan yang
masih belum dirumuskan secara benar dan jelas Jumlah pegawai pada Bidang Pendapatan
sehingga selama ini pelaksanaan tugas hanya Dinas PPKAD Kota Gunungsitoli sampai
berpedoman dan berorientasi pada pencapaian dengan pada bulan Agustus 2014 adalah 14
target penerimaan BPHTB yang telah ditentukan orang ditambah satu kepala dinas. Terdiri dari
sebelumnya, dapat diasumsikan bahwa pola latar belakang pendidikan yang berbeda-beda
kerja tersebut berorientasi pada pencapaian serta beberapa pelatihan-pelatihan teknis yang
hasil bukan pada proses pelaksanaan tugas. pernah diikuti.
Pelaksanaan tugas-tugas lebih tepat menerapkan Salah satu permasalahan SDM dibidang
pola kerja dengan berorientasi pada proses pendapatan Dinas PPKAD Kota Gunungsitoli
karena dapat memudahkan pengawasan, adalah kurangnya pengembangan pendidikan
mencegah atau meminimalisir kesalahan para pegawai. Saat ini dengan perkembangan
dalam pelaksanaan tugas dan pada akhirnya ilmu pengetahunan yang semakin pesat,
menghasilkan kinerja yang lebih baik. perubahan lingkungan internal dan eksternal
Dari segi penerapan prinsip-prinsip organisasi, teknologi yang semakin berkembang,
departementalisasi, pembagian kerja dan dan dibarengi kebutuhan mendasar organisasi
rentang kendali pada bidang pendapatan terhadap pengetahuan dan kompetensi para
Dinas PPKAD Kota Gunungsitoli, masih belum karyawan atau pegawai, pengembangan
terlaksana sepenuhnya. Persentase pelaksanaan pendidikan para pegawai sangatlah dibutuhkan
ketentuan dari masing-masing prinsip tersebut untuk meningkatkan kompetensi sumber
hanya sebesar 50% yang telah terlaksana daya aparatur. Pengembangan pendidikan
dan selebihnya masih belum sepenuhnya tersebut sangatlah penting utamanya dalam
terlaksana. Hal tersebut disebabkan antara lain mengaktualisasikan dan mengimplementasikan
belum adanya kesesuaian perda organisasi segala bentuk konsep dan teori yang terus
perangkat daerah dengan Permendagri Nomor berkembang dari waktu ke waktu, dalam
56 Tahun 2010, dimana pada Permendagri pelaksanaan tugas dan fungsi dalam dunia
tersebut mengamanatkan kepada daerah agar kerja.
menambahkan tugas dan fungsi pemungutan Selain dari pengembangan pendidikan
BPHTB pada dinas yang menangani pendapatan para pegawai, tentunya perlu diperhatikan
sebagai tindak lanjut dari pengalihan BPHTB juga kekhususan dari ilmu pengetahuan yang
sebagai pajak daerah. Selain dari pada itu dibutuhkan, berdasarkan tugas dan fungsi pada
penyebab belum terlaksana sepenuhnya prinsip- bidang pendapatan dibutuhkan pegawai yang
prinsip organisasi pada bidang pendapatan memiliki latar belakang pendidikan dibidang
ekonomi, akuntansi, perpajakan, perbankan,

Jurnal Jurnal 441


Volume XII | Nomor 3 | Desember 2015 Ilmu Administrasi
Ilmu Administrasi
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Evaluasi Pengalihan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) di Pemerintah Kota Gunungsitoli
} Yafet Krismatius Buulolo

hukum, manajemen, keuangan, pemasaran, PPKD : Diklat Pengelolaan Pendapatan/Keu


Administrasi BUMN/BUMD, administrasi Daerah ( 1 Orang)
IK : Diklat Inovasi dan Kretaifitas (-)
umum, kearsipan dan bidang-bidang ilmu
M : Diklat Motivasi Diri (-)
lainnya yang relevan dengan tugas dan fungsi.
Sumber: Diolah Sendiri Oleh Penulis.
Berikut ini akan ditampilkan persentase jenjang
Gambar 5. Persentase Jumlah Pegawai Yang
pendidikan dan latar belakang pendidikan para
Mengikuti Diklat
pegawai yang bertugas di Bidang Pendapatan
Dinas PPKAD Kota Gunungsitoli: Dari gambar 5 di atas terlihat jelas bahwa
sebagian besar atau 80% dari jumlah pegawai
bidang pendapatan Dinas PPKAD Kota
Gunungsitoli hanya mengikuti satu jenis pelatihan
yaitu pelatihan tentang perpajakan. Sebagian kecil
atau masing-masing sebesar 6.67% mengikuti
diklat kepemimpinan, manajemen, pengelolaan
pendapatan/keuangan daerah, sedangkan untuk
diklat terkait inovasi dan kreatifitas, serta motivasi
diri sama sekali belum ada.
SMK/SMA: Akuntansi dan Pengadminsitrasian Pelaksanaan tugas bidang pendapatan
Umum (3 Orang) tidak hanya membutuhkan keterampilan
D3 : 1 Perpajakan dan 2 Akuntansi
(3 Orang) pegawai dalam hal perpajakan. Guna
S1 : 1 Hukum, 1 Komputer, 7 Ekonomi mendukung terlaksananya tugas-tugas bidang
(9 Orang) pendapatan, selain dari keterampilan pegawai
Sumber: Diolah Sendiri Oleh Penulis. dibidang pajak dibutuhkan juga keterampilan
Gambar 4. Diagram Batang Persentase Jumlah lain yang dapat melengkapi dan mendukung
Pegawai Bidang Pendapatan Dinas PPKAD Kota satu sama lain. Sebagai contoh keterampilan
Gunungsitoli Berdasarkan Jenjang Pendidikan
pegawai dalam bidang pajak tidak dengan
Dari gambar 4 di atas jelas bahwa sebesar sendirinya menghasilkan kinerja yang baik di
60% dari jumlah pegawai yang tersedia adalah bidang pendapatan apabila tidak didukung
lulusan Strata 1/S-1, sebesar 20% dari lulusan oleh keterampilan pegawai dalam menciptakan
Diploma 3/D-3, dan 20% lagi adalah lulusan inovasi dan kreatifitas dalam pengelolaan
SMA/SMK. Sedangkan untuk lulusan Strata pajak. Tingkat ketrampilan para pegawai di
2/S-2 dan Strata 3/S-3 sama sekali masih belum bidang pendapatan Dinas PPKAD berdasarkan
ada atau sama dengan 0%. diklat yang telah diikuti, masih sangat minim
Pelatihan sangatlah berguna dan utamanya dalam hal manfaat yang diperoleh
bermanfaat dalam menciptakan pegawai yang dari pegawai yang telah mengikuti diklat
produktif dibidang pengelolaan pendapatan, tersebut didalam pelaksanaan tugas.
namun seharusnya pelatihan yang diikuti Selanjutnya dari segi kuantitas jumlah
oleh para pegawai tidak hanya berhenti untuk pegawai yang bertugas pada bidang
satu macam pelatihan saja alangkah baiknya pendapatan Dinas PPKAD Kota Gunungsitoli
apabila para pegawai tersebut mengikuti berjumlah 15 orang. Dari jumlah tersebut
berbagai pelatihan yang berkaitan dengan tugas apabila dibandingkan dengan volume kerja
dan fungsi masing-masing, persentase jenis yang ada maka jumlah tersebut sangat jauh dari
pelatihan yang diikuti para pegawai di bidang jumlah yang seharusnya dibutuhkan.
pendapatan Dinas PPKAD Kota Gunungsitoli
dapat dilihat pada gambar berikut: d. Peraturan Daerah
Sebagai tindak lanjut dari Undang-
undang Nomor 28 tahun 2009 yang mengatur
tentang pengalihan Pajak Bumi dan Bangunan
(PBB) serta Bea Perolehan Hak atas Tanah
dan Bangunan (BPHTB) dari pajak pusat
P : Dikat Perpajakan (12 Orang)
menjadi pajak daerah, maka pada tahun 2011
K : Diklat Kepemimpinan (1 Orang) Pemerintahan Kota Gunungsitoli menetapakan
MJ : Diklat Manajemen (1 Orang) Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2011 tentang

442 J u r nJaul r n a l
Ilmu Administrasi Volume XII | Nomor 3 | Desember 2015
Ilmu Administrasi
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Evaluasi Pengalihan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) di Pemerintah Kota Gunungsitoli
} Yafet Krismatius Buulolo

Pajak Daerah. Dalam peraturan tersebut antara salah satu faktor penghambat para investor
lain mengatur tentang pengelolaan BPHTB atau untuk berinventasi atau mendirikan
sebagai pajak daerah di Kota Gunungsitoli. perusahaannya di Kota Gunungsitoli, karena
Dari muatan peraturan daerah tersebut tingginya pengeluaran biaya untuk tarif dalam
yang perlu diperhatikan yaitu, pertama hampir memperoleh tanah atau bangunan.
seluruh teks atau kalimat dalam peraturan Pemerintah Kota Gunungsitoli juga telah
daerah sama dengan peraturan perundang- mengeluarkan Peraturan Walikota Gunungsitoli
undangan di atasnya atau sering disebut sebagai Nomor 3 Tahun 2013 tentang Sistem dan Prosedur
hasil “copy paste”. Perumusan peraturan daerah Pemungutan Bea Perolehan Hak atas Tanah
harus dilakukan sendiri oleh pemerintah daerah dan Bangunan Kota Gunungsitoli. Dari segi
dengan melakukan kajian terlebih dahulu, lalu pelaksanaan pemungutan BPHTB, prosedur
menyusun perda tersebut secara kreatif dan tersebut cukup memadai dan dapat dipahami oleh
inovatif serta menyesuaikan dengan kondisi masyarakat. Namun terdapat beberapa kelemahan,
daerah termasuk keadaan penduduk dan tetap diantaranya adalah pada bagan alir prosedur
berpedoman pada maksud ataupun tujuan dari pengurusan akta pemindahan hak atas tanah dan
peraturan peruundang-undangan di atasnya. bangunan pada angka 7 berbunyi bahwa “PPAT
Kedua adalah tarif BPHTB di Kota menghitung BPHTB terhutang dan menyiapkan
Gunungsitoli yang ditetapkan sebesar 5%, SSPD BPHTB”. Dari pernyataan tersebut jelas
merupakan tarif tertinggi dari yang ditetapkan tidak sesuai dengan sistem pemungutan pajak
oleh undang-undang. Dapat diasumsikan yang berlaku di Indonesia yaitu Self Assesment
penyusunan perda khususnya penetapan System dimana (SAS), wajib pajak berkewajiban
tarif yang diberlakukan belum melalui suatu menghitung, membayar dan melaporkan pajaknya
kajian.Dalam konsep dan teori penetapan sendiri bukan PPAT.
tarif semestinya penetapan tarif suatu pajak Konsistensi pelaksanaan prosedur
harus memperhatikan harga pasar, jumlah yang telah ditetapkan dalam pengelolaan
penduduk, PDRB, luas wilayah, dan hal-hal BPHTB masih belum terlaksana dengan
lain yang disesuaikan dengan kondisi daerah. baik. Masih terdapat ketidaksesuaian antara
Dengan penetapan tarif BPHTB sebesar 5 % waktu penyelesaian pelayanan BPHTB yang
di Kota Gunungsitoli, dapat menimbulkan seyogianya paling lama sepuluh hari namun
beban yang cukup besar bagi masyarakat dalam pelaksanaannya lebih dari sepuluh
tidak sesuai dengan kemampuannya. sehingga hari. Hal ini disebabkan karena kurangnya
terkadang para penjual atau pembeli tanah pengawasan terhadap pelaksanaan tugas
sering sekali merekayasa harga transaksi tanah oleh petugas sehingga terjadi kelalaian dalam
atau bangunan dibawah dinilai NJOPTKP agar memberikan pelayanan terbaik kepada wajib
dapat terhindar dari tarif BPHTB. Memang pajak. Selain itu dapat juga disebabkan oleh
tidak dipungkiri salah satu tujuan penetapan kurangnya sumber daya manusia atau pegawai
tarif maksimal BPHTB sebesar 5% adalah untuk yang bertugas pada Dinas PPKAD Kota
meningkatkan penerimaan daerah namun hal Gunungsitoli.
tersebut tidak akan tercapai apabila masyarakat Berikut ini akan dirinci kelengkapan
merasa terbebani dengan besarnya tarif pajak muatan peraturan daerah tentang pengelolaan
tersebut yang pada akhirnya menyebabkan BPHTB di Kota Gunungsitoli dibandingkan
terjadinya penghindaran pajak. dengan amanat Undang-Undang Nomor 28
Selain dari hal tersebut diatas, tingginya Tahun 2009, adalah sebagai berikut:
tarif pajak BPHTB yang diterapkan dapat menjadi

Jurnal Jurnal 443


Volume XII | Nomor 3 | Desember 2015 Ilmu Administrasi
Ilmu Administrasi
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Evaluasi Pengalihan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) di Pemerintah Kota Gunungsitoli
} Yafet Krismatius Buulolo

Tabel 6. Kelengkapan Muatan Perda dan Perwal Tentang Pengelolaan


BPHTB Di Kota Gunungsitoli

No UU 28 Tahun 2009 Peraturan Daerah Keterangan


1. Nama, Objek dan Subjek Perda No. 2/2011,Psl 68,69,70 Lengkap
2. Dasar Pengenaan, Tarif, dan Cara Perhitungan Perda No. 2/2011,Psl 71,72,73 Lengkap
3. Wilayah Pemungutan Perda No. 2/2011,Psl 78 Lengkap
4. Masa Pajak Perda No. 2/2011,Psl 79 Lengkap
5. Penetapan Perda No. 2/2011,Psl 81 Lengkap
6. Pembayaran dan Penagihan Perda No. 2/2011,Psl 90, 91 Lengkap
7. Kadaluwarsa Pajak Perda No. 2/2011,Psl97 Belum ada Perwal
8. Sanksi Administratif Perda No. 2/2011,Psl 99 Lengkap
9. Tanggal Mulai Berlaku Perda No. 2/2011,Psl 79 Lengkap
10. NPOPTKP Perda No. 2/2011,Psl 71 ayat5 Lengkap
11. Sistem Pelaporan Pembuatan Akta Perda No. 2/2011,Psl 75,76,77 Belum ada Perwal
12. Keringanan Pokok Pajak Perda No. 2/2011,Psl 96 Belum ada Perwal
13. Tata cara penghapusan piutang pajak yang Perda No. 2/ 2011,Psl 98 Belum ada Perwal
kadaluwarsa
14. Asas Timbal Balik Belum ada Perda Menyesuaikan
15. Tata Cara Pemeriksaan Pajak Belum ada Perda dibutuhkan
16. Insentif Pemungut Pajak Perda No. 2/2011,Psl 100 Belum ada Perwal
Sumber: Perda No. 2 Tahun 2011 dan Perwal Gunungsitoli No. 3 Tahun 2013.

Persentase dari kelengkapan muatan per­ menjalin kerjasama dalam pengelolaan BPHTB
aturan-peraturan daerah tentang pengelolaan yaitu Kantor Pertanahan Kabupaten Nias,
BPHTB di Kota Gunungsitoli dapat dilihat pada Notaris/PPAT, dan Kantor Pelayanan Pajak
gambar di bawah ini: Pratama Sibolga. Untuk kerjasama dengan
Kantor Pertanahan Kabupaten Nias, kebijakan
yang perlu diprioritaskan adalah pelakanaan
verifikasi SPPD BPHTB yang efektif agar tidak
menggangu pelayanan penerbitan hak atas
tanah atau bangunan. untuk Notaris/PPAT
lebih diprioritaskan kerjasama dalam hal
sosialisasi dan meningkatkan kesadaran wajib
pajak untuk membayar BPHTB. Sedangkan
Sumber: Diolah Sendiri Oleh Penulis.
untuk Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sibolga
Gambar 6. Diagram Persentase Kelengkapan lebih difokuskan pada pelatihan-pelatihan
Peraturan Daerah Kota Gunungsitoli Tentang
pegawai, konsultasi, dan pengolahan data
Pengelolaan BPHTB
BPHTB melalui sistem aplikasi jaringan
komputer dan internet.
Dari gambar 6 di atas, dapat dijelaskan
Surat Edaran Kepala BPN RI Nomor 5/
bahwa sebesar 31,25% dari muatan peraturan
SE/IV/2013 menjelaskan tentang peniadaan
daerah dan peraturan walikota Kota
verifikasi SSPD BPHTB atau pengecekan
Gunungsitoli tentang pemungutan BPHTB
tanda bukti pembayaran BPHTB dalam
masih belum lengkap dan sebesar 12,5% belum
persyaratan pengurusan akta tanah dan
diatur sama sekali utamanya dalam beberapa
bangunan yang bertujuan untuk mempercepat
substansi yang diamanatkan oleh Undang-
proses penerbitan akta. Sedangkan tujuan dari
undang Nomor 28 Tahun 2009.
verifikasi SSPD BPHTB atau pengecekan tanda
bukti pembayaran BPHTB oleh Dinas PPKAD
e. Kerjasama dengan Pihak Terkait
Kota Gunungsitoli adalah untuk mencegah
Dalam hal kerjasama dengan pihak penggelapan dan penghindaran pajak oleh
terkait, terdapat tiga instansi yang menjadi wajib pajak BPHTB dan salah satu upaya dalam
prioritas Pemerintah Kota Gunungsitoli untuk meningkatkan PAD dari sektor pajak.

444 J u r nJaul r n a l
Ilmu Administrasi Volume XII | Nomor 3 | Desember 2015
Ilmu Administrasi
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Evaluasi Pengalihan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) di Pemerintah Kota Gunungsitoli
} Yafet Krismatius Buulolo

E. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI dengan NJOPTKP dan tidak berjalanya


Self Assesment System dalam pembayaran
Kondisi sarana dan prasarana, SOTK, SDM,
BPHTB oleh masyarakat.
Peraturan Daerah, Kerjasama dengan Pihak
Terkait di Dinas PPKAD Kota Gunungsitoli Upaya yang telah dan akan dilakukan
masih belum layak dan memberi manfaat dalam pemerintah Kota Gunungsitoli dalam mengatasi
mendukung pencapaian tujuan pelaksanaan permasalahan dalam pelaksanaan pemungutan
pengalihan BPHTB menjadi pajak daerah, antara BPHTB antara lain:
lain: a. Penambahan dan penataan ruangan, serta
a. Sarana dan prasarana yang tersedia baik pengaturan arsip pada Dinas PPKAD
dari segi penyediaan ruang, per­lengkapan Kota Gunungsitoli disesuaikan dengan
gedung kantor, software dan hardware manajemen tata ruang dan kearsipan
komputer, dan barang cetakan masih belum kiranya sesegera mungkin dilaksanakan
memenuhi fungsinya dalam mendukung termasuk dalam melengkapi peralatan
kelancaran proses pemungutan BPHTB dan gedung kantor serta software dan hardware
memberikan kenyamanan bagi masyarakat komputer yang masih belum memadai.
wajib pajak maupun kenyamanan kerja b. Perlu adanya komunikasi politik yang
bagi pegawai yang bertugas dalam lebih intensif dan efektif antara Pemkot
pemungutan BPHTB di Kota Gunungsitoli; Gunungsitoli dengan DPRD agar
b. Penerapan prinsip-prinsip organisasi penetapan perda yang mengatur tentang
belum terlaksana sepenuhnya yang SOTK Dinas PPKAD sesuai dengan
disebabkan oleh belum terlaksanakannya Permendagri Nomor 56 Tahun 2010 segera
Permendagri Nomor 56 Tahun 2010 ditetapkan.
tentang Penataan Organisasi Perangkat c. Dinas PPKAD Kota Gunungsitoli perlu
Daerah dan ketidakseimbangan antara sesegera mungkin melakukan kerjasama
beban kerja dengan jumlah dan kualitas dengan instansi yang berkompeten dalam
pegawai yang tersedia pada Dinas PPKAD bidang penataan sumber daya aparatur
Kota Gunungsitoli; dalam rangka pelaksanaan analisis
c. Rendahnya produktifitas para pegawai beban kerja dan analisis jabatan guna
yang bertugas mengelola BPHTB di mengidentifikasikan jumlah pegawai dan
Pemerintah Kota Gunungsitoli karena spesifikasi jabatan apa yang dibutuhkan
keterbatasan jenis dan jenjang pendidikan dalam pengelolaan BPHTB sebagai acuan
pelatihan yang diikuti pegawai serta dalam penambahan dan pengembangan
ketidaksesuaian jumlah pegawai dengan pendidikan pegawai.
beban kerja yang ada; d. Pemerintah Kota Gunungsitoli membentuk
d. Peraturan-peraturan daerah tentang tim perumus dan penyusun serta
pelaksanaan pemungutan BPHTB di pengkajian tentang muatan peraturan
Pemerintah Kota Gunungsitoli masih daerah dan peraturan walikota terkait
belum sepenuhnya sesuai dengan asas pengelolaan BPHTB yang masih belum
dan prinsip perpajakan serta peraturan ditetapkan melalui peraturan daerah. Tarif
perundang-undangan yang berlaku; BPHTB sebesar 5% di Kota Gunungsitoli
e. Kerjasama antara Pemerintah Kota perlu ditinjau kembali dan prosedur
Gunungsitoli dengan Kantor Pertanahan pemungutan BPHTB harus disesuaikan
Kabupaten Nias, KPP Pratama Sibolga, dengan self assessment system dengan
memanfatkan waktu yang se-efisien dan
dan Notaris/PPAT masih belum dapat
se-efektif mungkin.
menyelesaikan kendala yang dihadapi oleh
Pemkot Gunungsitoli dalam pemungutan e. Pelaksanaan kerjasama dengan Kantor
BPHTB; Pertanahan Kabupaten Nias, Notaris/
PPAT, dan KPP Pratama Sibolga dan
f. Kurangnya kesadaran dan pengetahuan
sosialisasi tentang BPHTB kepada
masyarakat dalam pembayaran BPHTB di
masyarakat Kota Gunungsitoli perlu
Kota Gunungsitoli menyebabkan sering dilakukan dan ditingkatkan lagi oleh
terjadinya rekayasa harga transaksi tanah Pemerintah Kota Gunungsitoli dengan
atau bangunan dibawah NJOP atau sama kreatif dan inovatif.

Jurnal Jurnal 445


Volume XII | Nomor 3 | Desember 2015 Ilmu Administrasi
Ilmu Administrasi
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Evaluasi Pengalihan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) di Pemerintah Kota Gunungsitoli
} Yafet Krismatius Buulolo

REFERENSI
Abuyamin, O. 2014. Pilar-Pilar Perpajakan. Narbuko, C. dan Achmadi, A. 2007. Metodologi
Bandung: CV Adoya Mitra Sejahtera. Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara.
Ananda, C.V. Suratman, E. dan Paddu, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
A.H. 2012. Analisis Dampak Pengalihan 56 Tahun 2010 tentang Perubahan atas
Pemungutan BPHTB ke Daerah Terhadap Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
Kondisi Fiskal Daerah. Jakarta: TADF 57 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis
Kementerian Keuangan RI and AIPD. Penataan Organisasi Perangkat Daerah.
Arikunto, S. 2007. Manajemen Penelitian. Jakarta: Peraturan Walikota Gunungsitoli Nomor 3
Rineka Cipta. Tahun 2013 tentang Sistem dan Prosedur
Bardach, E. 2012. A Practical Guide for Policy Pemungutan Bea Perolehan Hak atas
Analysis: The Eightfold Path to More Effective Tanah dan Bangunan Kota Gunungsitoli.
Policy Problem Solving. London, UK. SAGE Sedubun, V.J. 2010. Kajian Filsafat Hukum
Publication Ltd. Tentang Pembentukan Peraturan Daerah. Vol.
Bungin, B. 2007. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, 16 (3), p 15.
Ekonomi, Kebijakan Publik dan Ilmu Sosial Silalahi, U. 2012, Metode Penelitian Sosial.
Lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media Bandung: Refika Aditama.
Group.
Simamora, H. 2006. Manajemen Sumber Daya
Considine, M. 2005. Making Public Policy: Manusia. Edisi III. Yogyakarta: STIE YKPN.
Institutions, Actors, and Strategies.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan
Cambridge UK, Polity Press.
Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Dwiputrianti, S. 2012. Kebijakan Penetapan Tarif Bandung: Alfabeta.
Barang Publik dan Swasta: Konsep, Teori dan
Sutarto. 1993. Dasar-Dasar Organisasi.
Aplikasi. Bandung: STIA LAN Bandung
Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Press.
Tangkilisan, N.S. 2005. Manajemen Publik.
Moenir, A.S. 2000. Manajemen Pelayanan Umum
Jakarta: PT Gramedia Widiasarana.
Di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.
Umar, H. 2004. Riset Sumber Daya Manusia dan
Moleong, L.J. 2012. Metode Penelitian Kualitatif.
Administrasi. Jakarta: Gramedia Pustaka.
Edisi Ketigapuluh. Jakarta: Remaja
UU Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah
Rosdakarya.
dan Retribusi Daerah.
Murwani, S. 2002. Evaluasi Terhadap Struktur
Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah
Kabupaten Grobogan. Tesis. Semarang:
Universitas Dipenogoro Semarang.

446 J u r nJaul r n a l
Ilmu Administrasi Volume XII | Nomor 3 | Desember 2015
Ilmu Administrasi
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi

Anda mungkin juga menyukai