Anda di halaman 1dari 12

Page |1

Rizka Aulia Lestari ( 02011381924443) Kelas C Palembang. No DPNA: 100

KLASIFIKASI ANTARA PAJAK Abstract


PUSAT DAN PAJAK DAERAH SERTA
BAGAIMANA PEMERINTAH PUSAT The authority to collect taxes by the central
DAN PEMERINTAH DAERAH government and local governments has been
regulated in Law Number 16 of 2009
MENARIK PAJAK1
concerning General Provisions and Tax
Oleh: Rizka Aulia Lestari2 Procedures. There are several taxes under
Program Studi Ilmu Hukum, Universitas
the authority of the Central Government,
Sriwijaya, Kampus Palembang.
among others, Income Tax (PPh), Value
Added Tax (PPN), Sales Tax on Luxury
rizkaaulia32@gmail.com Goods (PPNBm), Land and Building Tax
(PBB), Customs Tax on Acquisition of Land
Abstrak and Building Rights ( BPHTB) and Stamp
Duty (BM). The authority of Regional Taxes
Wewenang Penarikan Pajak oleh Pemerintah given to the Provincial Government and
Pusat dan Pemerintah daerah telah di atur Regency or City Government is different, but
dalam Undang – Undang Nomor 16 Tahun the principle is the same and the expected
2009 Tentang Ketentuan Umum dan Tata goals are the same, able to increase
Cara Perpajakan. Ada beberapa Pajak yang Regional Original Income (PAD) and there
menjadi Wewenang Pemerintah Pusat antara is no double taxation as regulated in Law
lain, Pajak Penghasilan (PPh), Pajak no. 28 of 2009 concerning Regional Taxes
Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan and Regional Levies.
atas Barang Mewah (PPNBm), Pajak Bumi
Keywords: Taxation, Central Tax, Regional
dan Bangunan (PBB), Pajak Bea Perolehan
Tax, Regional Levies
Hak tas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dan
Bea materai (BM). Wewenang Pajak Daerah Pendahuluan
diberikan kepada Pemerintah Provinsi dan
Pemerintah Kabupaten atau Kota adalah 1.1 Latar Belakang
berbeda, namun prinsipnya sama dan tujuan
yang diharapkan adalah sama, mampu Pajak merupakan iuran wajib ke kas
meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Negara yang secara tegas diatur dalam
(PAD) dan tidak terjadi penarikan pajak Undang – Undang Dasar Negara Republik
berganda yang demikian diatur dalam Indonesia Tahun 1945 Pasal 23A “Pajak dan
Undang – Undang No. 28 Tahun 2009
pungutan lain yang bersifat memaksa untuk
tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
keperluan negara diatur dengan undang –
Kata kunci : Perpajakan, Pajak Pusat ,
Pajak Daerah, Retribusi Daerah. undang” dan di Negara Indonesia pajak
merupakan aspek yang penting dalam proses
1
Tugas Paper Jurnal Ilmiah, Dosen Pengampu: pembangunan,dan pembangunan merupakan
Dr. Ridwan, SH. M.HUM; Hj. Helmanida SH salah satu cara untuk mewujudkan serta
M.Hum; Dr. Putu Samawati, SH. M.H.; Muh. meningkatkan kesejahteraan suatu bangsa.
Zainul Arifin, SH. MH. Pajak sendiri di negara Indonesia berfungsi
2
Mahasiswa Pada Fakultas Hukum UNSRI, sebagai alat penerimaan negara (budgeter)
NIM. 02011381924443.
Page |2

dan berfungsi sebagai pengatur (regulatory). 2008, Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan
Untuk mengoptimalkan penerimaan pajak Pajak Penjualan atas Barang Mewah
tentunya diperlukan peranan yang penting (PPNBm) diatur dalam UU No. 42 tahun
baik dari pemerintah maupun dari wajib 2009 dan PBB diatur dalam UU No. 12
pajak itu sendiri. tahun 1994, Bea Materai diatur dalam UU
No 10 Tahun 2020, serta BPHTB diatur
Mengingat pentingnya pajak sebagai dalam UU No. 21 tahun 1997. Untuk jenis
sumber pendapatan negara maka dibutuhkan pajak provinsi sendiri terdiri atas Pajak
suatu aturan atau hukum yang mengatur Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama
tentang perpajakan yang disebut hukum Kendaraan bermotor, Pajak Bahan Bakar
pajak. Secara umum, hukum pajak adalah Kendaraan Bermotor, Pajak Air Permukaan
kumpulan peraturan yang mengatur dan Pajak Rokok. Sementara untuk jenis
hubungan antara pemerintah sebagai pajak kabupaten/kota itu terdiri atas Pajak
pemungut pajak dan rakyat sebagai hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak
pembayar pajak, didalamnya mengatur hak reklame, pajak penerangan jalan dan Pajak
dan kewajiban masing-masing pihak. mineral bukan logam dan Batuan, hingga
Dengan adanya peraturan atau hukum yang Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan
mengatur tentang pajak, maka diharapkan Perkotaan serta Bea Perolehan Hak atas
penerimaan pajak sebagai sumber utama Tanah dan Bangunan. (Diatur dalam Pasal 2
pembiayaan Anggaran Pendapatan dan ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 28
Belanja Negara (APBN) dapat memperoleh tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
hasil maksimal dan dapat dipertahankan Retribusi Daerah)
secara berkesinambungan. Namun
kenyataannya, Pemungutan Pajak masih 1.2 Rumusan Masalah
banyak menimbulkan permasalahan antara
lain disebabkan : kurang adanya kepatuhan Berdasarkan uraian pada latar
dari para wajib pajak (WP), integritas moral belakang diatas, dapat ditarik beberapa
yang lemah dari aparat pajak sehingga permasalahan:
terjadi penyelewengan pajak, lemahnya
1) “Bagaimanakah kewenangan pajak oleh
pengawasan dari pemerintah dan pemda
pemerintah berdasarkan Undang-undang
dalam mengontrol penerimaan pajak, belum
Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan
adanya sinkronisasi dan harmonisasi
Umum Dan Tata Cara Perpajakan dan
peraturan perundang-undangan perpajakan
wewenang Pemerintah Provinsi dan
di Indonesia serta pelayanan birokrasi
Pemerintah Kabupaten atau Kota dalam hal
pemerintahan yang tidak mencerminkan asas
penarikan pajak dari adanya Undang-undang
pelayanan publik.
Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak dan
Pajak Pusat ini diatur dalam undang- Retribusi Daerah?”
undang dan hasilnya akan masuk ke APBN.
2) “Bagaimana Kepatuhan Pajak di era self
Sebagai contoh, Pajak Penghasilan (PPh)
assesment system?”
diatur dalam Undang-undang No. 36 Tahun
Page |3

1.3 Tujuan Penelitan menggunakan sumber bahan hukum yang


berupa peraturan perundang – undangan,
1) Untuk memahami apa saja yang menjadi Keputusan atau Ketetapan Pengadilan,
kewenangan Pemerintah dalam hal kontrak atau perjanjian atau akad, teori
penarikan pajak berdasarkan Undang- hukum atau pendapat para sarjana4. Dengan
Undang nomor 16 Tahun 2009 tentang Tipe Pendekatan Penelitian Deskriptif yaitu
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan penelitian yang bersifat pemaparan, dan
dan Kewenangan Pemerintah Provinsi dan bertujuan untuk memperoleh gambaran
Pemerintah Kabupaten/Kota dalam hal (deskripsi) lengkap tentang keadaan hukum
penarikan pajak dan retribusi berdasarkan yang berlaku di tempat tertentu, atau
Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 mengenai gejala yuridis yang ada, atau suatu
tentang Pajak dan Retribusi Daerah. peristiwa hukum tertentu yang terjadi dalam
masyarakat.5
2) Untuk mengetahui bagaimana kepatuhan
Pajak di era self assessment system. Pembahasan

2.1 Kewenangan Pemerintah Pusat


1.4 Metode Penelitian
Dalam Penarikan Pajak
Metodologi merupakan cara kerja
bagaimana menemukan atau memperoleh Dalam hal ini kewenangan
suatu kegiatan untuk memperoleh hasil yang Pemerintah Pusat dalam penarikan pajak
konkrit. Menggunakan suatu metode dalam merupakan penggolongan pajak menurut
melakukan suatu kebenaran hukum. Metode lembaga pemungutnya.Menurut lembaga
penelitian merupakan faktor penting dalam pemungutannya, jenis pajak dapat dibagi
setiap penulisan karya ilmiah yang dua yaitu jenis pajak yang dipungut oleh
digunakan sebagai cara untuk menemukan, pemerintah pusat dan jenis Pajak yang
mengembangkan dan menguji kebenaran dipungut oleh pemerintah daerah. Pajak
serta menjalankan prosedur yang benar serta pusat adalah jenis pajak yang dipungut oleh
dapat dijalankan secara ilmiah. Penggunaan pemerintah pusat yang dalam
metode dalam melakukan suatu penelitian pelaksanaannya dilakukan oleh Departemen
merupakan ciri khas dari ilmu untuk Keuangan Direktorat Jenderal Pajak. Hasil
mendapatkan suatu kebenaran hukum dari pemungutan pajak pusat dikumpulkan
penggunaan metode dalam penulisan suatu dan dimasukkan sebagai bagian dari
karya ilmiah untuk menjawab isu yang penerimaan Anggaran Pendapatandan
6
dihadapi.3 Belanja Daerah (APBN) Klasifikasi Pajak
Pusat yang Pengelolaannya dilakukan Oleh
Metode Penelitian ini menggunakan 4
Metode Penelitian Normatif, yakni Muhaimin, Metode Penelitian Hukum,
Mataram, 2020, hal.45
5
Ibid, hlm. 25
3 6
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Richard Burton dan Wirawan B. Ilyas, Hukum
Jakarta, Kencana Prenada Media Grup, 2010, Pajak edisi 3,Penerbit Salemba Empat, 2007.
hlm. 35 hlm.20
Page |4

Departermen Keuangan Direktorat Jenderal dan menetapkan sendiri besarnya jumlah


Pajak: pajak yang terhutang serta membayar dan
1. Pajak Penghasilan melaporkan jumlah pajak tersebut
Pajak Penghasilan merupakan salah satu
pajak langsung yang dipungut pemerintah 2. Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak
pusat atau merupakan salah satu pajak Penjualan atas Barang Mewah
langsung yang dipungut pemerintah pusat. Pajak Pertambahan Nilai dipungut
Sebagai pajak langsung maka beban pajak pada berbagai jalur produksi dan distribusi
tersebut menjadi tanggungan wajib pajak sedangkan pajak penjualan barang mewah
yang bersangkutan dalam arti bahwa beban hanya dipungut satu kali yaitu pada saat
pajak tersebut tidak boleh dilimpahkan barang mewah tersebut dijual atau
kepada pihak lain dengan cara memasukkan diserahkan oleh pabrikan yang
beban pajak tersebut dalam kalkulasi harga menghasilkan atau pada waktu di
jual, dipungut secara periodik dalam satu impor.Ditinjau dari sistemnya Pajak
tahun oleh wajib pajak. untuk pajak negara Pertambahan Nilai itu sendiri mempunyai
yang dipungut oleh Departemen Keuangan beberapa keunggulan, seperti halnya yang
Direktorat Jenderal Pajak yang pelaksanaan dinyatakan dalam Buku Penuntun Pajak
pemungutannya di daerah-daeah dilakukan Pertambahan nilai 1984 yang diterbitkan
oleh Kantor Inspeksi Pajak. Direktorat Jenderal Pajak sebagai berikut :
Pajak Penghasilan merupakan salah a. Tidak ada unsur pajak berganda
satu sumber penerimaan negara yang berasal b. Netral dalam persaingan dalam negeri
dari pendapatan rakyat, pemungutannya c. Netral dalam perdagangan Internasional
telah diatur dengan undang-undang sehingga
d. Netral bagi pola konsumsi
dapat memberikan kepastian hukum sesuai
e. Menghindarkan penyelundupan pajak8
dengan kehidupan dalam negara yang
berdasarkan hukum. Namun demikian dalam
sistem peraturan perundang-undangan 3. Pajak Bumi dan Bangunan
perpajakan yang lama,pengenaan pajak atas Menurut Undang-undang Dasar
penghasilan diatur dalam berbagai undang- 1945, bumi termasuk perairan dan kekayaan
undang, sehingga mempersulit masyarakat alam yang terkandung didalamnya dikuasai
wajib pajak untuk mempelajari, memahami, oleh negara. Oleh karena itu bagi mereka
dan mematuhinya. 7Perubahan mendasar yang memperoleh manfaat dari bumi dan
yang terdapat pada undangundang pajak kekayaan alam yang terkandung
yang baru antara lain adalah perubahan didalamnya, karena mendapat suatu hak dari
sistem pemungutan pajak atas penghasilan kekuasaan negara, wajar menyerahkan
yang memberikan kepercayaan dan sebagian dari kenikmatan yang diperolehnya
tanggung jawab lebih besar kepada wajib kepada negara melalui pembayaran pajak.
pajak untuk menghitung, memperhitungkan, Pajak Bumi dan Bangunan juga diatur dalam
7
S. Munawir, Perpajakan, Penerbit Liberty,
8
Yogyakarta, 1992.Hlm 109 Ibid.hlm 232
Page |5

Undang-undang Nomor 12 Tahun 1994. Agraria, Undang-undang Nomor 16 Tahun


Pajak Bumi dan Bangunan merupakan pajak 1985 tentang Rumah Susun, dan ketentuan
tidak langsung yang dipungut oleh peraturan perundang-undangan lainnya.
pemerintah pusat dan hasil penerimaan pajak Sementara hak atas tanah adalah sebagai
ini diarahkan kepada tujuan untuk berikut.
kepentingan masyarakat di daerah yang a) Hak milik
bersangkutan dengan letak objek pajak b) Hak guna usaha
sehingga sebagian besar (90%) hasil c) Hak guna bangunan
penerimaan tersebut diserahkan kepada
d) Hak pakai
Pemerintah Daerah.9 Yang menjadi obyek
e) Hak milik atas satuan rumah susun
Pajak Bumi dan Bangunan adalah “Bumi”,
yaitu permukaan bumi dan tubuh bumi yang f) Hak pengelolaan Adapun peroleh.
ada dibawahnya, meliputi tanah dan perairan
pedalaman serta laut wilayah Indonesia, dan 5. Bea Meterai.
“Bangunan” adalah konstruksi teknik yang Dasar hukum Bea Meterai diatur
ditanam atau dilekatkan secara tetap pada pada Undang-Undang No. 10 Tahun 2020.
tanah dan/atau perairan untuk tempat Pada Pasal 1 Ayat (1) UU No.10Tahun 2020
tinggal, tempat usaha dan tempat yang , Bea Meterai adalah pajak atas Dokumen.
diusahakan. Hal yang dikenakan dalam Bea Materai;
a. Dokumen yang dibuat sebagai alat untuk
4. Pajak/Bea Perolehan Hak atas Tanah dan menerangkan mengenai suatu kejadian yang
Bangunan bersifat perdata; dan
Diatur dalam Undang-undang Nomor b. Dokumen yang digunakan sebagai alat
20 Tahun 2000 tentang Bea Perolehan Hak bukti di pengadilan.
Atas dan Bangunan (UU BPHTB). Bea Dokumen yang bersifat perdata
perolehan hak atas tanah dan bangunan sebagaimana dimaksud pada meliputi:
adalh pajak yang dikenakan atas perolehan 1. surat perjanjian, surat keterangan, surat
hak atas tanah dan atau bangunan. Jadi, pernyataan, atau surat lainnya yang sejenis,
setiap orang yang memperoleh hak atas beserta rangkapnya;
tanah dan/atau bangunan wajib membayar 2. akta notaris beserta grosse, salinan, dan
BPHTB. kutipannya;
Obyek BPHTB adalah perolehan hak 3. akta Pejabat Pembuat Akta Tanah beserta
atas tanah dan atau bangunan. Hak atas salinan dan kutipannya;
tanah dan/atau bangunan adalah hak atas 4. surat berharga dengan nama dan dalam
tanah, termasuk hak pengelolaan, beserta bentuk apa pun;
bangunan di atasnya, sebagaimana dimaksud 5. Dokumen transaksi surat berharga,
dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 termasuk Dokumen transaksi kontrak
tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok berjangka, dengan nama dan dalam bentuk
apa pun;
9
Ibid. hlm 308
Page |6

6. Dokumen lelang yang berupa kutipan i. Pajak Sarang Burung Walet;


risalah lelang, minuta risalah lelang, salinan j. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan
risalah lelang, dan grosse risalah lelang; dan Perkotaan; dan
7. Dokumen yang menyatakan jumlah uang k. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
dengan nilai nominal lebih dari Bangunan.
10
Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah) yang: Wewenang lain yang diberikan oleh
Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009
2.2 Kewenangan Pemerintah Provinsi dan kepada Pemerintah daerah dalam hal ini
Kabupaten/Kota Dalam Penarikan Pajak adalah Pemerintah Provinsi dan Pemerintah
Berdasarkan Undang-undang Nomor 28 Kabupaten/Kota selain Pajak Daerah adalah
Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Pengertian Retribusi
Retribusi Daerah Daerah sendiri menurut Undang-undang
Menurut Undang-undang nomor 28 Nomor 28 Tahun 2009 adalah pungutan
tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau
Retribusi Daerah yang menjadi kewenangan pemberian izin tertentu yang khusus
pemerintah daerah dalam hal penarikan disediakan dan/atau diberikan oleh
pajak,dalam hal ini ada Pemerintah Provinsi Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang
dan Pemerintah Kabupaten/Kota adalah: pribadi atau Badan.
1. Jenis Pajak provinsi terdiri atas: Menurut Marihot P. Siahaan
Retribusi daerah adalah “Pungutan daerah
a. Pajak Kendaraan Bermotor;
sebagai pembayaran atas jasa atau
b. Bea Balik Nama Kendaraan
pemberian izin tertentu yang khusus
Bermotor;
disediakan dan atau diberikan oleh
c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan
pemerintah daerah untuk kepentingan orang
Bermotor;
pribadi atau badan”. Retribusi daerah juga
d. Pajak Air Permukaan; dan
mempunyai ciri-ciri:
e. Pajak Rokok.
2.Jenis Pajak kabupaten/kota terdiri atas: a. Retribusi dipungut oleh pemerintah
daerah
a. Pajak Hotel;
b. Dalam pemungutan terdapat paksaan
b. Pajak Restoran;
secara ekonomis
c. Pajak Hiburan;
d. Pajak Reklame; c. Adanya kontraprestasi yang secara
e. Pajak Penerangan Jalan; langsung dapat ditunjuk
f. Pajak Mineral Bukan Logam dan d. Retribusi dikenakan pada setiap
Batuan; orang/badan yang mengunakan/mengenyam
g. Pajak Parkir; jasa-jasa yang disiapkan negara.
h. Pajak Air Tanah; Retribusi daerah menurut UU No 28
Tahun 2009 tentang pajak daerah dan
10
Republik Indonesia, Undang – Undang retribusi daerah sebagaimana telah diubah
Tentang Bea Materai, Undang – Undang Nomor
10 Tahun 2020, Pasal 3. terakhir dengan UU No 34 Tahun 2000 dan
Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001
Page |7

tentang retribusi daerah dapat B. Retribusi Jasa Usaha, adalah retribusi atas
dikelompokkan menjadi 3 (tiga) yaitu: jasa yang disediakan oleh pemerintah daerah
A. Retribusi Jasa Umum, adalah retribusi dengan menganut prinsip komersial karena
atas jasa yang disediakan atau diberikan oleh pada dasarnya dapat pula disediakan oleh
pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan sektor swasta. Kriteria retribusi jasa usaha
dan kemanfaatan umum serta dapat adalah:
dinikmati oleh orang pribadi atau badan. 1) Bersifat bukan pajak dan bersifat bukan
Sesuai dengan Undang-Undang No 34 retribusi jasa umum atau retribusi perizinan
Tahun 2000 Pasal 18 ayat 3 huruf a, retribusi tertentu.
jasa umum ditentukan berdasarkan kriteria 2) Jasa yang bersangkutan adalah jasa yang
berikut ini: bersifat komersial yang seyogianya
a. Retribusi jasa umum bersifat bukan disediakan oleh sektor swasta, tetapi belum
pajak dan bersifat bukan retribusi memadai atau terdapatnya harta yang
jasa usaha atau perizinan tertentu. dimiliki/ dikuasai oleh pemerintah daerah.
b. Jasa yang bersangkutan merupakan
kewenangan daerah dalam rangka C. Retribusi Perizinan Tertentu, adalah
pelaksanaan asas desentralisasi. retribusi atas kegiatan tertentu pemerintah
c. Jasa tersebut memberikan manfaat daerah dalam rangka pemberian izin kepada
khusus bagi orang pribadi atau badan orang pribadi atau badan yang dimaksudkan
yang diharuskan membayar retribusi, untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian
disamping untuk melayani dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan
kepentingan dan kemanfaatan umum. ruang. penggunaan sumber daya alam,
d. Jasa tersebut layak untuk dikenakan barang, prasarana, sarana, atau fasilitas
retribusi. tertentu guna melindungi kepentingan umum
e. . Retribusi tersebut tidak dan menjaga kelestarian lingkungan. Kriteria
bertentangan dengan kebijakan retribusi perizinan tertentu antara lain:
nasional mengenai 1. Perizinan tersebut termasuk kewenangan
penyelenggaraannya. pemerintahan yang diserahkan kepada
f. Retribusi tersebut dapat dipungut daerah dalam rangka asas desentralisasi.
secara efektif dan efisien serta
2. Perizinan tersebut benar-benar diperlukan
merupakan satu sumber pendapatan
guna melindungi kepentingan umum.
daerah yang potensial.
g. Pemungutan retribusi 3. Biaya yang menjadi beban pemerintah
memungkinkan penyediaan jasa dalam penyelenggaraan mizin tersebut dan
tersebut dengan tingkat dan atau biaya untuk menanggulangi dampak negatif
kualitas pelayanan yang lebih baik. dari pemberian izin tersebut cukup besar
Jenis- sehingga layak dibiayai dari perizinan
tertentu.
Page |8

dilakukan ke kas daerah bank, atau tempat


2.3 Kewenangan Pemerintah Provinsi laian yang ditunjuk oleh gubernur, dengan
Dalam Penarikan Pajak Kendaraan menggunakan surat setoran pajak daerah.
Bermotor Wajib pajak yang melakukan
pembayaran pajak diberikan tanda bukti
Salah satu kewenangan pemerintah pelunasan atau pembayaran pajak dan
provinsi dalam penarikan pajak adalah Penning. Wajib pajak yang terlambat
dalam hal Pajak Kendaraan Bermotor. melakukan pembayaran pajak akan
Kendaraan Bermotor adalah semua dikenakan sanksi yaitu : a) Keterlambatan
kendaraan beroda beserta gandengannya pembayaran pajak yang melampaui saat
yang digunakan di semua jenis jalan darat, jatuh tempo yang ditetapkan dalam SKPD
dan digerakkan oleh peralatan teknik berupa diklenakan sanksi administrasi berupa denda
motor atau peralatan lainnya yang berfungsi sebesar 25% dari pokok pajak.
untuk mengubah suatu sumber daya energi b) Keterlamabatan pembayaran pajak
tertentu menjadi tenaga gerak kendaraan sebagai mana ditetapkan dalam SKPD yang
bermotor yang bersangkutan, termasuk alat - melampaui 15 hari setelah jatuh tempo
alat berat dan alat-alat besar yang dalam dikenakan sanksi administrasi sebesar 2%
operasinya menggunakan roda dan motor sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau
dan tidak melekat secara permanen serta terlambat ibnayar untuk jangka waktu paling
kendaraan bermotor yang dioperasikan di air lama 24 bulan dihitung sejak saat
(Kepmendagri no.25 tahun 2010 tentang terhutangnya pajak
Penghitungan Dasar PKB dan BBNKB
2. Penagihan PKB Jika pajak yang terutang
tahun 2010 Pasal 1 ayat 1).
tidaka dilunasi setelah jatuh tempo
Pajak Kendaraan Bermotor, yang pembayaran, gubernur atau pejabat yang
selanjutnya disingkat PKB, adalah pajak atas ditunjuk akan melakukan tindakan
kepemilikan dan/atau penguasaan kendaraan penagihan pajak. Penagihan pajak dilakukan
bermotor. (Kepmendagri no.25 tahun 2010 terhadap pajak terutang dalam SKPD ,
tentang Penghitungan Dasar PKB dan SKPDKB, SKPDKBT, STPD, surat
BBNKB tahun 2010 pasal 1 ayat 3). Untuk Keputusa Pembetulan, Surat Keputusan
lebih jelasnya berikut ini tata cara Keberatan, dan Putusan Banding yang
pembayaran PKB: menyebabkan jumlah pajak yang harus
dibayar bertambah.
1. Pembayaran PKB PKB terutang harus
dilunasi/dibayar sekaligus dimuka untuk 2.4 Kewenangan Pemerintah Kabupaten
masa dua belas bulan. PKB dilunasi atau Kota Dalam Penarikan Pajak Parkir
selambatlambatnya 30 hari sejak diterbitkan
SKPD, SKPDKB, SKPDKBT, STPD, surat Pajak parkir adalah pajak yang
Keputusan Pembetulan, surat Keputusan dikenakan penyelenggaraan tempat parkir
Keberatan, dan Putusan Banding yang diluar badan jalan oleh orang pribadi atau
menyebabkan jumlah pajak yang harus badan baik yang disediakan berkaitan
dibayar bertambah. Pembayaran PKB dengan pokok usaha maupun yang
Page |9

disediakan sebagai suatu usaha termasuk 3. Penyelenggaraan tempat parkir oleh


penyediaan penitipan kendaraan bermotor kedutaan, konsulat dan perwakilan negara
dan garansi kendaraan bermotor yang asing dengan asas timbal balik.
menurut bayaran. Pembayaran pajak parkir
tidak mutlak ada pada seluruh daerah 2.5 Kepatuhan Pajak di Daerah Self
kabupaten atau kota yang ada di Indonesia. Assesment System
Hal ini berkaitan dengan kewenangan yang
diberikan kepada pemerintah kabupaten atau Menurut Kirchler, faktor yang
kota untuk mengenakan atau tidak mempengaruhi kepatuhan pajak 5 (Lima) hal
mengenakan suatu jenis pajak yaitu:
kabupaten/kota untuk dapat dipungut pada
suatu daerah kabupaten/kota pemerintah 1) Politik (sistem perpajakan);
daerah harus terlebih dahulu menerbitkan 2) Psikologi sosial (mental, attitude, tax
peraturan daerah tentang pajak parkir yang morale); 3)Pengambilan keputusan (adanya
akan menjadi landasan hukum operasional pemeriksaan dll);
dan teknis dalam teknis pelaksanaan dan 4) Enterpreneurship; dan
pengenaan dan pemungutan pajak parkir 5) Interaksi antara Otoritas Pajak dan Wajib
didaerah kabupaten atau kota yang Pajak.
bersangkutan dalam kemampuan pajak
parkir terdapat beberapa terminologi yang Berdasarkan sudut pandang Wajib
perlu diketahui.31 Setiap penyelenggaraan Pajak, banyak alasan yang membuat Wajib
tempat Parkir di luar badan jalan, baik yang Pajak tidak memenuhi kewajiban
disediakan berkaitan dengan pokok usaha perpajakannya. Regulasi yang sangat rumit
maupun yang disediakan sebagai suatu serta informasi yang sangat sedikit terkait
usaha, termasuk penyediaan tempat dengan kebijakan pajak serta kualitas
penitipan kendaraan bermotor, dipungut pelayanan membuat mereka malas untuk
pajak dengan nama Pajak Parkir. membayar pajak. Hal ini sebagaimana data
yang diperoleh dari Komite Pengawas
Objek Pajak Parkir adalah Perpajakan, pada tahun 2016 terdapat 184
penyelenggaraan tempat Parkir di luar badan pengaduan yang dilontarkan kepada
jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan Direktorat Jenderal Pajak. Pengaduan
pokok usaha maupun yang disediakan tersebut terkait dengan kualitas pelayanan
sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan pajak, pemeriksaan, proses penagihan,
tempat penitipan kendaraan bermotor. Tidak proses penyidikan, SDM dan kepegawaian,
termasuk objek pajak parkir adalah : dan proses keberatan banding. Selain itu
1. Penyelenggaraan tempat parkir oleh persepsi masyarakat terhadap DJP yang
Pemerintah dan Pemerintah Daerah; masih terbayang akan korupsi membuat
2. Penyelenggaraan tempat parkir oleh Wajib Pajak enggan membayar pajak karena
perkantoran yang hanya digunakan untuk tingkat kepercayaan mereka terhadap DJP
karyawannya sendiri; dan yang turun akibat skandal kasus Gayus
Tambunan. Sebagaimana terungkap dalam
P a g e | 10

survey IPSOS terkait dengan UMKM, Dalam reformasi perpajakan jilid III
masyarakat masih memandang bahwa DJP ini yang menjadi pilar reformasi adalah
menyeramkan dan penuh dengan korupsi. organisasi, Sumber Daya Manusia,
Teknologi Informasi dan Basis Data, Proses
Berdasarkan sudut pandang dari DJP, Bisnis, dan Peraturan PerundangUndangan.
kepatuhan yang rendah diakibatkan karena Pada pilar organisasi, DJP berencana untuk
kesadaran pajak dari masyarakat yang mempertajam dan meningkatkan fungsi
rendah. Masyarakat Indonesia cenderung penataan dan penyempurnaan organisasi.
menjadi free rider, mereka hanya mau untuk
menikmati hasil tanpa mau berkontribusi. Dengan adanya reformasi perpajakan
Untuk itu seperti dikemukakan oleh Feld jilid III ini diharapkan kepatuhan pajak yang
and Frey (2002) bahwasanya hubungan tinggi dan optimalisasi penerimaan dapat
antara otoritas pajak dengan Wajib Pajak tercapai dengan adanya peningkatan
adalah kontrak psikologi dimana dibutuhkan pelayanan dari sisi teknologi informasi dan
kepercayaan yang sama antara Wajib Pajak penyederhanaan sistem. Selain itu, untuk
ke Otoritas Pajak dan sebaliknya. meningkatkan kepatuhan perpajakan
perkembangan teknologi informasi yang
Reformasi perpajakan telah demikian cepat perlu ditangkap oleh DJP
berlangsung sejak tahun 1983 dimana self untuk dapat mengubah perspektif
assessment system dimulai. Pada tahun 1983 masyarakat menjadi lebih baik lagi. DJP
dilakukan reformasi undang-undang juga perlu berbenah terkait dengan
perpajakan dimana peralihan sistem dari banyaknya kasus korupsi yang membuat
official ke self assessment system. masyarakat enggan membayar pajak
Kemudian tahun 1991 s.d 2000 masih terkait
reformasi undang-undang perpajakan yaitu Selanjutnya keluhan Wajib Pajak
penyederhanaan jenis pajak. Selanjutnya terkait dengan regulasi dan proses bisnis
pada 2000 s.d 2001 terjadi reformasi perpajakan yang rumit sebenarnya sudah
birokrasi meliputi perubahan visi, misi dan ditangkap dalam reformasi perpajakan jilid
blueprint. Pada tahun 2002 s.d 2008 terjadi III ini dengan adanya penyederhanaan
Reformasi Perpajakan jilid I dimana adanya proses bisnis. Namun demikian edukasi
modernisasi administrasi perpajakan dan perpajakan harus menjadi prioritas
amandemen undang-undang perpajakan. bahwasanya semakin masyarakat tahu
Reformasi Jilid II pada tahun 2009 s.d 2014 tentang kewajiban perpajakan maka semakin
untuk meningkatkan internal control. tinggi pula kesadaran masyarakat untuk
Terakhir Reformasi perpajakan Jilid III yang membayar pajak. Hal ini seperti
dimaksudkan untuk perubahan sistem diungkapkan oleh Liyana (2014)
perpajakan yang menyeluruh termasuk bahwasanya pengetahuan Wajib Pajak
pembenahan administrasi perpajakan, terhadap peraturan pajak memiliki korelasi
perbaikan regulasi dan peningkatan basis yang positif terhadap kepatuhan perpajakan.
perpajakan. Adanya berbagai macam chanelling
pembayaran maupun pelaporan pajak harus
P a g e | 11

terus menerus ditingkatkan. Pembayaran dan b. Secara garis besar Undang-Undang


pelaporan pajak melalui aplikasi yang telah Nomor 28 Tahun 2009 mengatur adanya
diinisiasi kedepan akan sangat membantu penambahan 4 (empat) jenis pajak baru yang
masyarakat urban. meliputi: 1. Pajak Rokok, 2. Pajak Bumi dan
Bangunan Pedesaan dan Perkotaan, 3. Bea
Kemudahan ini diharapkan akan Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
memudahkan orang memenuhi kewajiban (BPHTB) serta 4. Pajak Sarang Burung
perpajakannya sehingga tidak perlu lagi Walet. Dengan adanya penambahan 4
datang ke kantor pajak. Terakhir kerjasama (empat) jenis pajak ini berarti secara
dengan seluruh instansi pemerintah dan keseluruhan menjadi 16 jenis pajak daerah
swasta untuk menyuarakan sadar pajak yang terdiri 5 jenis pajak provinsi dan 11
nasional akan menjadi elemen pamungkas. jenis pajak kabupaten/kota. Adanya
Jika semua pihak bergerak untuk penambahan jenis retribusi baru diharapkan
meningkatkan kesadaran memenuhi tidak menambah beban bagi masyarakat
kewajiban perpajakan pada akhirnya terutama aspek kelayakan pemungutan yang
kepatuhan akan meningkat dan penerimaan selama ini sudah dilaksanakan oleh daerah
pajak akan tercapai optimal. Akhirnya cita- sesuai dengan kewenangannya. Sehingga
cita menjadi Negara yang berdaulat adil dan pemerintah daerah perlu menyesuaikan
makmur akan sangat mudah tercapai. peraturan Daerah yang mengatur Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah dan memilih
Penutupan
serta menginventarisasi jenis pungutan yang
3. Kesimpulan sesuai dengan potensi daerah, sehingga
diharapkan struktur APBD menjadi lebih
a. Undang-undang nomor 16 Tahun 2009 baik serta menciptakan iklim investasi yang
tentang ketentuan umum dan tata cara kondusif bagi masyarakat karena adanya
perpajakan menciptakan sistem perpajakan kepastian hukum.
dengan lahirnya undang-undang perpajakan
baru, sistem perpajakan ini terdiri atas: c. Kepatuhan pajak menjadi masalah utama
Undang-undang Nomor 36 tahun 2008 yang perlu untuk mendapatkan perhatian
tentang pajak penghasilan dan Undang- lebih pada era self assessment system.
undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang Pajak Banyak faktor yang menjadi penyebab
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas rendahnya kepatuhan Wajib Pajak. Jika
Barang Mewah, Undang-undang Nomor 12 melihat dari sisi Wajib Pajak regulasi yang
Tahun 1994 tentang Pajak Bumi dan rumit dan kepercayaan terhadap institusi
Bangunan dan Undang-undang Nomor 13 pajak menjadi alasan utama. Sementara itu
Tahun 1985 tentang Bea Meterai serta dari sisi DJP sebagai otoritas pajak,
Undangundang Nomor 21 tahun 1997 kesadaran masyarakat yang rendah serta
tentang Pajak/Bea Perolehan Hak atas Tanah administrasi pajak yang perlu untuk dibenahi
dan Bangunan. menjadi prioritas yang perlu untuk segera
mendapat penanganan. Selanjutnya
tantangan yang perlu ditaklukkan oleh DJP
P a g e | 12

adalah mengubah persepsi masyarakat Richard Burton dan Wirawan B. Ilyas,


terhadap kinerja DJP. Persepsi masyarakat Hukum Pajak edisi 3,Penerbit Salemba
yang buruk dapat diubah dengan pelayanan Empat, 2007. hlm.20
prima dan transparansi organisasi. Edukasi
S. Munawir, Perpajakan, Penerbit Liberty,
terhadap Wajib Pajak perlu terus
Yogyakarta, 1992.Hlm 109
ditingkatkan untuk meningkatkan kepatuhan
pajak serta chanelling pembayaran dan
pelaporan perlu terus menjadi upaya baru di
era teknologi informasi ini. Terakhir
kerjasama dengan semua instansi baik
pemerintah maupun swasta merupakan
pelengkap untuk meningkatkan kesadaran
pajak sehingga kepatuhan sukarela dapat
tercapai.

DAFTAR PUSTAKA

Undang-Undang Dasar Negara Republik


Indonesia Tahun 1945

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009


Tentang Ketentuan Umum dan tata Cara
Perpajakan

Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009


tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

Undang – Undang Nomor 10 Tahun 2020


tentang Bea Materai

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum,


Jakarta, Kencana Prenada Media Grup,
2010, hlm. 35

Muhaimin, Metode Penelitian Hukum,


Mataram, 2020, hal.45

Anda mungkin juga menyukai