Anda di halaman 1dari 14

MODUL 2

ASPEK AKUNTANSI DAN HUKUM


DALAM PERPAJAKAN DI INDONESIA
Pajak dipungut berdasarkan undang-undang, oleh karenanya aspek hukum dalam
mempelajari perpajakan sangat penting untuk dipahami, di sisi lain dalam
menghitung pajak diperlukan data dari pencatatan wajib pajak, untuk itu aspek
akuntansi diperlukan dan tidak hanya mempelajari perhitungan objek pajak,
melainkan juga perlu dipahami dari sisi managemen bagaimana agar tidak terjadi
kesalahan karena ketidakpahaman mengenai kewajiban pajak, yang menimbulkan
kerugian bagi perusahaan karena dikenakan sanksi maupun pembayaran beban yang
sebenarnya tidak perlu terjadi.
Aspek Akuntansi Dalam Perpajakan

Dalam undang-undang tentang ketentuan umum perpajakan, diatur secara garis besar bagaimana

pencatatan dan pembukuan harus dilaksanakan, dan bagaimana pelaporan keuangan harus

disajikan. Dalam undang-undang tidak diatur secara mendetil, namun cukup mendasar yang pada

intinya pembukuan dan laporan harus dapat menunjukan objek pajak. Persoalannya objek pajak

itu cukup beragam agar dipahami hal yang dibutuhkan oleh akuntan untuk diketahui dalam

pengaturan pajak agar dapat memenuhi kewajiban yang diperlukan.


Aspek Hukum Dalam Perpajakan

Mempelajari pajak adalah mempelajari hukum yang mengatur tentang pemungutan pajak yang

dilakukan berdasarkan undang-undang. Lawbased artinya bukan sekedar pedoman seperti halnya

mempelajari akuntansi dengan pernyataan-pernyataan standar akuntansi. Law based, berarti

undang-undang harus ditaati dan tidak dapat diganggu gugat, bila menyimpang maka akan

terkena sanksi.
Aspek Hukum Dalam Perpajakan

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Telah dibahas dimuka bahwa pajak harus dipungut berdasarkan undang-undang. Hal ini berarti

setiap jenis pajak harus ada undang-undangnya dan untuk satu undang-undang diperlukan adanya

pengaturan-pengaturan untuk pelaksanaannya. Peraturan pelaksanaan dikeluarkan berdasarkan

kewenangan yang diatur didalam undang-undang, sebagai contoh didalam salah satu pasal yang

mengatur mengenai sesuatu, disebutkan akan diatur lebih lanjut dalam peraturan pemerintah atau

mungkin dalam peraturan menteri keuangan. Apabila belum dikeluarkan peraturan

pelaksanaannya, tentunya undang-undang tersebut belum dapat dilaksanakan.


Aspek Hukum Dalam Perpajakan

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Dapat dipahami bahwa dalam mempelajari pengaturan tentang suatu pajak, diperlukan
pemahaman dari mulai undang-undang sampai dengan Peraturan Menteri Keuangan, dan juga
surat edaran DirJend Pajak. Peraturan perundang-undangan pajak, baik pajak penghasilan, pajak
pertambahan nilai dan pajak penjualan barang mewah, demikian juga ketentuan umum
perpajakan yang akan dibahas dalam buku ini terdiri dari:
1. Undang Undang;
2. Peraturan pemerintah pengganti undang undang;
3. Peraturan pemerintah;
4. Keputusan presiden
5. Peraturan menteri keunangan;
6. Keputusan menteri keuangan;
7. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak.
Aspek Hukum Dalam Perpajakan

PENGERTIAN HUBUNGAN ANTAR HUKUM


Hukum pajak yang merupakan kumpulan peraturan-peraturan tentang pemungutan pajak terkait
dengan hukum-hukum lainnya. Dapat dijelaskan dengan memahami bahwa hukum merupakan
suatu sistem, maka dalam sistem hukum terdiri dari unsur-unsur yang mempunyai hubungan
khusus atau tatanan dan merupakan sistem yang terbuka. Karena mempunyai hubungan timbal
balik saling mempengaruhi dengan lingkungannya. Hal yang perlu dimengerti tentang yang
dimaksudkan dengan hubungan hukum. Bukan terbatas pada kedudukan masing-masing hukum,
misal hukum perdata, bagian dari hukum publik tetapi keterbukaan sehingga terjadi sebagai
jaringan hukum, yang dapat melindungi kepentingan masyarakat keseluruhan. Pencurian mayat
tidak dapat menggunakan alasan menggunakan unsur kebendaan saja, karena ada hukum lain
yang melengkapi. Kiranya dapat dipahami dengan contoh ini mengenai asas bahwa tidak
memahami hukum bukan unsur pemaaf.
Penjelasan Pajak di Indonesia
Telah dibahas dimuka ditinjau dari isi pengaturannya Undang-undang perpajakan sebagaimana
hukum pada umumnya terbagi dua:
1. Hukum Pajak Materil, undang-undang tentang hukum pajak materil yang mengatur pajak
yang dipungut, baik subjek, objek, tarif, cara pembayaran dan sebagainya tentang pajak yang
bersangkutan. Karena dalam undang-undang dasar diatur pajak harus dipungut dengan
undang-undang maka tiap jenis pajak harus ada undang-undangnya.
2. Hukum Pajak Formil, memuat bentuk/ tata cara untuk mewujudkan hukum materil menjadi
kenyataan (cara melaksanakan hukum pajak materil). Hukum iini memuat antara lain:
a. tata cara penyelanggaraan (prosedur) penetapan suatu utang pajak;
b. hak fiskus untuk mengadakan pengawasan terhadap para Wajib Pajak mengenai keadaan,
perbuatan dna peristiwa yang menimbulkan utang pajak;
c. kewajiban Wajib Pajak misalnya menyelenggarakan pembukuan/pencatatan, dan hak-hak
Wajib Pajak.
Penjelasan Pajak di Indonesia
Di lihat dari kewenangan pemungutan, pajak dapat dibagi menjadi pajak pusat dan pajak daerah.
1. Pajak Pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dikelola oleh Direktorat
Jenderal Pajak, dana pajak masuk dalam APBN. Contoh pajak pusat: Undang-Undang Pajak
Penghasilan, Undang-undang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Barang Mewah,
Undang- Undang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (sekarang diserahkan ke
Daerah), Pajak atas Bumi dan Bangunan Untuk Pedesaan dan Perkotaan sudah diserahkan ke
Daerah, Undang-Undang tentang Bea Meterai dan lain lain.
2. Pajak Daerah, pajak yang dipungut oleh daerah diatur dalam Undang-undang No 28 tahun
2009 tentang Pajak Daerah, yang memberikan pengertian bahwa Pajak daerah adalah
kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung
dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besar nya kemakmuran rakyat. Dalam
undang-undang tersebut selain diatur mengenai pemungutan pajak untuk daerah juga diatur
mengenai pungutan retribusi.
Penjelasan Pajak di Indonesia

Sejak undang-undang pajak daerah tersebut diatas di undangkan pada tanggal 15 September
2009, pemungutan pajak daerah harus sesuai dengan undang-undang tentang pajak daerah
tersebut. Diatur pajak apa saja yang dapat dipungut didaerah, objek pajaknya apa saja dan
subjeknya siapa saja (merupakan ketentuan materiel) dan diatur bagaimana tata cara pelaksanaan
pemungutan pajak, mulai dari pemberian nomor pokok wajib pajak daerah (NPWPD) dan
kewenangan siapa, dan bagaimana cara pembayaran pajak dan kewenangan siapa untuk
mengatur (ketentuan formil). Hal yang diharuskan dibuatkan keseluruhan dalam peraturan
daerah. Dalam Undang-Undang Pajak Daerah no 28 tahun 2009, selain diatur mengenai
pemungutan pajak, juga diatur mengenai pemungutan Retribusi.
Penjelasan Pajak di Indonesia

Hal yang diatur sama dengan Pengaturan pajak, diatur objek retribusinya apa saja dan tata cara
pengaturan dan prosedurnya bagaimana. Untuk dapat melaksanakan pemungutan pajak dan
retribusi daerah tersebut, setiap daerah wajib membuat keputusan daerah yang mengatur tentang
masing-masing pajak dan ketentuan pengaturan pelaksanaannya. Dan dalam undang-undang
Pajak Daerah tersebut dinyatakan bahwa pajak dan retribusi hanya dapat dipungut dan
dilaksanakan pemungutannya, apabila keputusan daerah sudah dikeluarkan, termasuk ketentuan
umum pelaksanaannya, yang tidak berlaku surut.
Penjelasan Pajak di Indonesia

1. Pajak-pajak yang dapat dipungut oleh daerah sebagai berikut. Jenis Pajak provinsi terdiri
atas:
a. Pajak Kendaraan Bermotor;
b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor;
c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor;
d. Pajak Air Permukaan; dan
e. Pajak Rokok
Penjelasan Pajak di Indonesia

2. Jenis Pajak kabupaten/kota terdiri atas


a. Pajak Hotel;
b. Pajak Restoran;
c. Pajak Hiburan;
d. Pajak Reklame;
e. Pajak Penerangan Jalan;
f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan;
g. Pajak Parkir;
h. Pajak Air Tanah;
i. Pajak Sarang Burung Walet;
j. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan;
k. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.
Penjelasan Pajak di Indonesia

Daerah dilarang memungut pajak selain jenis pajak tersebut di atas dan jenis pajak dapat tidak
dipungut apabila potensinya kurang memadai dan/atau disesuaikan dengan kebijakan daerah
yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Dengan peraturan yang sama dikeluarkan juga untuk
retribusi dan disebutkan semua jenis retribusi yang dapat dipungut daerah dan pemungutannya
disesuaikan dengan keadaan daerah masing-masing. Khusus untuk daerah yang setingkat dengan
daerah provinsi tetapi tidak terbagi dalam daerah kabupaten/kota otonom, seperti Daerah Khusus
Ibukota Jakarta, jenis pajak yang dapat dipungut merupakan gabungan dari pajak untuk daerah
provinsi dan pajak untuk daerah kabupaten/kota.

Anda mungkin juga menyukai