Bagian Hukum Pajak dan Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Jalan Sosio Justicia Nomor 1 Bulaksumur, Sleman, D.I. Yogyakarta 55281
Abstract
The enactment of Act Nr. 28 of 2009 on Local Taxes and Local Levies would allegedly pose some
juridical impact on local tax collection at the provincial and district/cities throughout Indonesia. The
juridical impact would at least occur to local regulations governing local taxes, Regional Government
Revenue and Expenditure (APBD), and the oversight of local regulation by the provincial and district/
city governments. This research is a normative-empirical research, which aims to analyse changes of
local taxes law in Act Nr. 28 of 2009. This study offers an insight of the impact of this Act on local tax
collection in the special province of Yogyakarta.
Keywords: local taxes, Special Province of Yogyakarta, Yogyakarta City.
Intisari
Pemberlakuan UU No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah disinyalir akan
menimbulkan beberapa dampak yuridis terhadap pemungutan pajak daerah di tingkat provinsi dan
kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Dampak yuridis tersebut setidaknya terjadi terhadap produk hukum
daerah yang mengatur tentang pajak daerah, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), dan
pengawasan produk hukum daerah oleh pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota. Penelitian
ini merupakan penelitian normatif-empiris, yang bertujuan menganalisis perubahan pengaturan tentang
pajak daerah dalam UU No. 28 Tahun 2009, sehingga melalui penelitian ini terlihat dampak yuridis
penegakan UU ini pada pengumpulan pajak lokal di Provinsi DIY.
Kata Kunci: pajak daerah, DIY, Kota Yogyakarta.
Pokok Muatan
A. Latar Belakang Masalah............................................................................................................. 131
B. Metode Penelitian....................................................................................................................... 131
C. Hasil Penelitian dan Pembahasan............................................................................................... 132
1. Rasionalisasi Perubahan Pengaturan Pajak Daerah di Indonesia......................................... 132
2. Perubahan Pengaturan tentang Pajak Daerah dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2009...................................................................................................................................... 134
3. Dampak Pemberlakuan UU PDRD terhadap Pemungutan Pajak Daerah di Provinsi DIY
dan Kota Yogyakarta............................................................................................................ 140
D. Penutup....................................................................................................................................... 143
*
Laporan Hasil Penelitian Antar Bagian Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada Tahun 2010.
**
Alamat korespondensi: adriantodwi@yahoo.com.
***
Alamat korespondensi: mailindahk@yahoo.com.
Nugroho dan Yuniza, Pengaturan Pajak Daerah di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Kota Yogya 131
1
Lihat Pasal 7 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah.
2
Ibid.
132 MIMBAR HUKUM Volume 24, Nomor 1, Februari 2012, Halaman 1 - 186
Kota Yogyakarta” ini merupakan penelitian terkumpul disusun dan dianalisis secara sistematis
normatif-empiris. Penelitian hukum normatif dengan menggunakan metode kualitatif. Penyajian
meliputi penelitian terhadap perubahan-peru- data dilakukan dengan menggunakan logika
bahan pengaturan tentang pajak daerah ber- deduktif induktif (umum-khusus) dan kemudian
dasarkan UU No. 18 Tahun 1997 tentang Pajak dicari hubungan logis di antara aspek-aspek yang
Daerah dan Retribusi Daerah sebagaimana telah berhubungan.3
diubah dengan UU No. 34 Tahun 2000 (UU PDRD
Lama) dan UU No. 28 Tahun 2009 (UU tentang C. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (UU PDRD 1. Rasionalisasi Perubahan Pengaturan Pa-
Baru) beserta latar belakang kondisi normatif yang jak Daerah di Indonesia
menyebabkan perubahan pengaturan tersebut. Berdasarkan hasil penelitian, penulis
Sementara itu, penelitian hukum empiris meliputi menemukan hal-hal yang dapat diidentifikasi
penelitian terhadap proyeksi dampak yuridis sebagai rasionalisasi perubahan pengaturan
pemberlakuan UU PDRD Baru. Dampak yuridis tentang pajak daerah, yaitu sebagai berikut:
tersebut diidentifikasi dan dianalisis terhadap a) adanya perubahan pengaturan mengenai
produk-produk hukum daerah yang mengatur pemerintahan daerah. UU PDRD Lama
tentang pajak daerah, anggaran pendapatan dan dibentuk berdasarkan UU No. 5 Tahun
belanja daerah, dan pembagian kewenangan antara 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan
pemerintah pusat dan daerah. di Daerah dan UU No. 22 Tahun 1999
Data yang diperoleh dari penelitian lapangan tentang Pemerintahan Daerah, sedangkan
adalah data primer. Data primer tersebut diper- UU PDRD Baru dibentuk berdasarkan UU
oleh melalui wawancara dengan para narasumber, No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
yaitu Kepala Dinas Pendapatan, Pengelolaan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa
Keuangan dan Aset Provinsi DI Yogyakarta, kali terakhir dengan UU No. 12 Tahun 2008.
Kepala Dinas Pajak Daerah dan Pengelolaan Perubahan signifikan dalam pengaturan
Keuangan Kota Yogyakarta, Kepala Biro Hukum mengenai otonomi daerah yang berimplikasi
Pemerintah Provinsi DI Yogyakarta, dan Kepala pada pengaturan mengenai pajak daerah
Biro Hukum Pemerintah Kota Yogyakarta. adalah perihal perluasan urusan-urusan
Sementara itu, studi pustaka dilakukan untuk yang menjadi kewenangan pemerintah
memperoleh data sekunder di bidang hukum. provinsi dan pemerintah kabupaten/kota,
Data sekunder tersebut terdiri dari bahan hukum sehingga memberi konsekuensi pada
primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum pembebanan biaya penyelenggaraan urusan-
tersier yang diperoleh dari studi pustaka. Bahan urusan tersebut pada APBD, yang disertai
hukum primer yang utama adalah UU PDRD dengan hak bagi pemerintah daerah untuk
Baru, sedangkan bahan hukum sekunder yang memperoleh penghasilan dari potensi-potensi
utama adalah presentasi oleh Reydonnyzar yang ada di wilayahnya. Perluasan urusan
Moenek (Direktur Administrasi Pendapatan ini berkaitan dengan upaya mewujudkan
dan Investasi Daerah, Direktorat Jenderal Bina pembagian kewenangan secara proporsional
Administrasi Keuangan Daerah) yang berjudul yang memenuhi kriteria eksternalitas
“Penyempurnaan Undang-Undang tentang (dampak/akibat dari pemberian wewenang),
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah”. Data yang akuntabilitas (kedekatan dengan dampak/
3
Burhan Ashshofa, 1996, Metode Penelitian Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, hlm. 61.
Nugroho dan Yuniza, Pengaturan Pajak Daerah di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Kota Yogya 133
akibat dari pemberian wewenang), dan Dengan kata lain, sistem open list dalam
efisiensi (pertimbangan antara ketersediaan penetapan jenis pajak lain tidak berlaku untuk
sumber daya dengan ketepatan, kepastian, dan pemerintah provinsi. Selain itu, elemen-
kecepatan hasil yang diperoleh).4 Peraturan elemen pemungutan pajak-pajak provinsi
Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang seperti objek, subjek, dan dasar pengenaan
Pembagian Urusan Pemerintahan antara pajak serta tarif sudah ditetapkan dalam
Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, UU dan Peraturan Pemerintah (Peraturan
dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota Pemerintah No. 65 Tahun 2001 tentang
mengatur secara rinci bidang-bidang yang Pajak Daerah) seragam di seluruh Indonesia
menjadi urusan wajib dan urusan pilihan yang (Pasal 3 ayat (2) UU PDRD Lama). Hal ini
harus dilaksanakan oleh pemerintah provinsi menyulitkan pemerintah provinsi untuk
dan pemerintah kabupaten/kota. Namun melakukan ekstensifikasi pajak, sehingga
demikian, perubahan pengaturan mengenai akan sulit pula meningkatkan PAD-nya;
pembagian urusan tersebut secara langsung c) tidak optimalnya pelaksanaan sistem open
berdampak pada kewenangan memungut list oleh pemerintah kabupaten/kota. Ketidak-
retribusi daerah, karena berkaitan dengan jasa optimalan ini menyebabkan ketergantungan
atau perbuatan yang dilakukan oleh peme- pemerintah kabupaten/kota pada dana-dana
rintah daerah. Dalam konteks pemungutan perimbangan dari pemerintah pusat dan/atau
pajak daerah, ada urusan-urusan yang menjadi pemerintah provinsi. Pasal 2 ayat (4) UU
wewenang pemerintah daerah (provinsi atau PDRD Lama mengatur bahwa pemerintah
kabupaten/kota) dan berkaitan dengan objek kabupaten/kota dapat memungut jenis pajak
pajak daerah yang dipungut, dan ada juga lain selain yang telah ditetapkan dalam UU,
yang tidak memiliki korelasi. Contohnya, selama memenuhi kriteria: a) bersifat pajak
kewenangan pemerintah kabupaten/kota dan bukan retribusi; b) objek pajak terletak
dalam pemberian izin penyelenggaraan dan atau terdapat di wilayah daerah kabupaten/
pembangunan fasilitas parkir untuk umum kota yang bersangkutan dan mempunyai
dibarengi dengan kewenangan memungut mobilitas yang cukup rendah serta hanya
pajak dan retribusi parkir. Sementara itu, melayani masyarakat di wilayah daerah
walaupun kewenangan penyelenggaraan pen- kabupaten/kota yang bersangkutan; c) objek
daftaran kendaraan bermotor masih menjadi dan dasar pengenaan pajak tidak berten-
kewenangan pemerintah pusat, namun tangan dengan kepentingan umum; d) objek
kewenangan memungut Pajak Kendaraan pajak bukan merupakan objek pajak provinsi
Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan dan/atau objek pajak pusat; e) potensinya
Bermotor merupakan milik pemerintah memadai; f) tidak memberikan dampak
provinsi; ekonomi yang negatif; g) memperhatikan
b) terbatasnya kewenangan pemerintah provinsi aspek keadilan dan kemampuan masyarakat;
dalam menetapkan jenis-jenis dan tarif dan h) menjaga kelestarian lingkungan.
pajak provinsi. Dalam UU PDRD Lama, Beberapa indikator tidak optimalnya
kewenangan untuk memungut jenis pajak pemanfaatan sistem open list ini adalah,
lain selain yang telah diatur dalam UU hanya pertama, rata-rata kontribusi PAD terhadap
dimiliki oleh pemerintah kabupaten/kota. APBD yang hanya 51% untuk provinsi
4
Lihat Bagian Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
5
Reydonnyzar Moenek, “Penyempurnaan Undang-Undang tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah”, Makalah, Direktorat Jenderal Bina
Administrasi Keuangan Daerah, Direktur Administrasi Pendapatan dan Investasi Daerah, Jakarta, 2009.
134 MIMBAR HUKUM Volume 24, Nomor 1, Februari 2012, Halaman 1 - 186
6
Ibid.
7
Diana Halim Koentjoro, 2007, Hukum Administrasi Negara, Ghalia Indonesia, Bogor, hlm. 74.
8
Lihat Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 jo. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah.
9
Lihat Pasal 25A ayat (1) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 jo. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah.
10
Lihat Pasal 25A ayat (3) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 jo. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah.
11
Lihat Pasal 145 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
12
Reydonnyzar Moenek, Loc.cit.
13
Lihat Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
Nugroho dan Yuniza, Pengaturan Pajak Daerah di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Kota Yogya 135
14
Lihat Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
15
Ibid.
16
Lihat Pasal 47 ayat (2) huruf g Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
17
Lihat Pasal 57 ayat (1) huruf kk Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
18
Lihat Pasal 62 ayat (2) huruf b Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
19
Lihat Pasal 26 ayat (1) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
20
Lihat Pasal 26 ayat (2) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
21
Lihat Pasal 26 ayat (3) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
136 MIMBAR HUKUM Volume 24, Nomor 1, Februari 2012, Halaman 1 - 186
Terakhir, Pajak Rokok baru mulai diberlakukan berarti daftar tertutup. Hal ini berarti bahwa
pada tanggal 1 Januari 2014.22 dalam UU PDRD lama terdapat suatu daftar
Adanya penambahan jenis pajak provinsi jenis pajak, yang mana daftar tersebut sifatnya
juga diikuti dengan pengurangan jenis pajak terbuka dan masih dimungkinkan bagi pemerintah
provinsi. Pajak Kendaraan di Atas Air dan Bea kabupaten/kota untuk memungut jenis pajak
Balik Nama Kendaraan di Atas Air dihilangkan daerah selain yang ada dalam daftar (yang telah
dari jenis pajak provinsi. Sementara itu, Pajak ditentukan oleh pemerintah pusat), sepanjang
Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah memenuhi kriteria yang telah ditentukan dalam
dan Air Permukaan dibagi menjadi Pajak Air Pasal 2 ayat (4) UU PDRD Lama. Berbeda
Tanah untuk Pemerintah Provinsi, dan Pajak Air dengan UU PDRD Lama, UU PDRD Baru tidak
Permukaan untuk Pemerintah Kabupaten/Kota. memungkinkan pemerintah daerah memungut
Penambahan jenis pajak daerah juga diberlakukan jenis-jenis pajak selain yang sudah ditentukan
untuk pajak-pajak kabupaten/kota. Dalam UU dalam undang-undang.25
PDRD Baru terdapat penambahan 4 (empat) jenis b) Perubahan Tarif Maksimum dan Pene-
pajak kabupaten/kota, yaitu Pajak Air Tanah, tapan Tarif Pajak Daerah
Pajak Sarang Burung Walet, Pajak Bumi dan Perubahan pengaturan selanjutnya yang
Bangunan (PBB) Pedesaan dan Perkotaan serta terdapat dalam UU PDRD Baru berkaitan dengan
Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan tarif pajak-pajak daerah. Perubahan tersebut
(BPHTB). Kedua jenis pajak yang disebut terakhir mencakup perubahan jenis tarif dari proporsional
merupakan penambahan jenis pajak kabupaten/ ke progresif, perubahan tarif maksimum untuk
kota yang berasal dari pendaerahan pajak pusat. beberapa jenis pajak provinsi dan kabupaten/
Pengalihan PBB Pedesaan dan Perkotaan kota, dan kewenangan pemerintah provinsi untuk
menjadi pajak kabupaten/kota dilakukan dalam menetapkan tarif pajak-pajak provinsi. Selain
kurun waktu sampai dengan 31 Desember 2013, itu, dalam beberapa jenis pajak kabupaten/kota
sementara pengalihan BPHTB menjadi pajak ditetapkan tarif yang berbeda-beda untuk objek
kabupaten/kota dilakukan dalam kurun waktu satu pajak yang berbeda. Dalam Pajak Hiburan, yang
satu tahun sejak UU PDRD Baru berlaku.23 Perlu memiliki tarif maksimum umum 35%, tarif pajak
diketahui bahwa UU PDRD Baru memungkinkan maksimum untuk hiburan berupa pagelaran
pemerintah daerah (provinsi dan kabupaten/kota) busana, kontes kecantikan, diskotek, karaoke,
untuk tidak memungut pajak-pajak yang telah klab malam, permainan ketangkasan, panti pijat,
diatur dalam undang-undang tersebut, apabila dan mandi uap/spa, tarif maksimum yang berlaku
potensinya kurang memadai atau pembebanan adalah 75%, sementara hiburan berupa kesenian
pajaknya tidak sesuai dengan kebijakan daerah rakyat/tradisional dapat dikenai tarif maksimal
dalam peraturan daerah.24 10% (Pasal 45 UU PDRD Baru). Perbedaan tarif
Perubahan terakhir berkaitan dengan objek juga terdapat dalam Pajak Penerangan Jalan, yang
pajak daerah adalah penetapan jenis pajak memiliki tarif maksimum umum 10%, dan tarif
daerah berdasarkan sistem closed list. Sistem ini maksimum khusus 3% (untuk penggunaan listrik
menggantikan sistem open list yang diterapkan sumber lain oleh industri dan pertambangan) serta
pada UU PDRD Lama. Secara harfiah, arti kata 1.5% (untuk listrik yang dihasilkan sendiri) (Pasal
open list berarti daftar terbuka dan closed list 55 UU PDRD Baru).
22
Lihat Pasal 181 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
23
Lihat Pasal 182 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
24
Lihat Pasal 2 ayat (4) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
25
Pasal ayat (3) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
Nugroho dan Yuniza, Pengaturan Pajak Daerah di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Kota Yogya 137
Perubahan signifikan dilakukan oleh UU maksimum adalah Pajak Mineral Bukan Logam
PDRD Baru dengan penggunaan tarif progresif dan Batuan (maksimal 25%) dan Pajak Parkir
untuk jenis pajak PKB dan BBN-KB. Progresivitas (maksimal 30%). Khusus untuk kenaikan tarif
tersebut didasarkan pada jumlah kendaraan maksimum Pajak Parkir, persentase kenaikannya
bermotor yang dimiliki/dikuasai oleh Wajib cukup signifikan, yaitu 10%, atau 50% dari tarif
Pajak (untuk PKB) dan periode pelaksanaan maksimum dalam PP Pajak Daerah. Kenaikan
penyerahan kendaraan bermotor (untuk BBN- tarif maksimum pajak tersebut dapat dikatakan
KB). Penerapan tarif progresif dalam pajak-pajak sebagai kompensasi dari penerapan sistem closed
objektif seperti PKB dan BBN-KB merupakan list dalam penetapan pajak-pajak kabupaten/
suatu terobosan baru dalam pemungutan pajak kota, sehingga diharapkan tidak memberi dampak
di Indonesia. Secara konseptual, penerapan signifikan terhadap realisasi penerimaan pajak
tarif progresif berkaitan dengan pelaksanaan daerah.
prinsip ability to pay dalam perpajakan, yang c) Pengawasan Pembentukan Perda tentang
berarti beban pajak seorang WP harus dapat Pajak Daerah
merefleksikan kemampuan ekonominya dalam Dalam UU PDRD Lama, perda tentang
menanggung beban pajak tersebut, relatif terhadap pajak daerah yang telah ditetapkan oleh kepala
WP lainnya.26 Dengan kata lain, penerapan tarif daerah bersama DPRD wajib disampaikan
progresif lebih relevan dalam konteks pemungutan kepada pemerintah (pusat) dalam jangka
pajak-pajak subjektif, seperti Pajak Penghasilan waktu 15 hari sejak ditetapkan.29 Selanjutnya,
(PPh). Adapun penerapan tarif progresif pembatalan terhadap perda yang bertentangan
pada jenis pajak PKB dan BBN-KB berkaitan dengan kepentingan umum dan/atau peraturan
dengan upaya mengurangi kemacetan di daerah perundang-undangan yang lebih tinggi dilakukan
perkotaan.27 Penerapan tarif progresif diharapkan dalam jangka waktu 1 bulan sejak diterima oleh
memberi efek jera pada WP yang memiliki satu pemerintah (pusat).30 Dalam konteks pengawasan
jenis kendaraan lebih dari satu buah. perda sebagaimana diatur dalam Peraturan
Dari tabel di atas juga dapat disimpulkan Menteri Dalam Negeri No. 53 Tahun 2007 tentang
bahwa upaya mengurangi kemacetan di daerah Pengawasan Peraturan Daerah dan Peraturan
perkotaan juga dilakukan dengan menaikkan Kepala Daerah, pengawasan tersebut dapat
tarif maksimum untuk jenis pajak PKB, BBN- dikategorikan sebagai klarifikasi. Dalam tipe
KB dan PBB-KB. Selain tarif maksimum, untuk pengawasan ini, pengkajian dan penilaian untuk
jenis pajak PKB dan BBN-KB juga ditetapkan mengetahui kesesuaian peraturan yang dibentuk
tarif minimum untuk menghindari perang tarif dengan kepentingan umum dan/atau peraturan
antar daerah sekaligus menghindari perilaku perundang-undangan yang lebih tinggi dilakukan
masyarakat yang memindahkan kendaraan terhadap perda dan peraturan kepala daerah yang
bermotornya ke daerah lain yang lebih rendah sudah ditetapkan.31
beban pajaknya.28 Sementara itu, jenis-jenis pajak Dalam UU PDRD Baru, pengawasan re-
kabupaten/kota yang mengalami kenaikan tarif presif ini tetap dipertahankan. UU PDRD Baru
26
Barry Larking, 2005, IBFD International Tax Glossary 5th Edition, IBFD, Amsterdam, hlm. 1.
27
Lihat Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
28
Lihat Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
29
Lihat Pasal 5A ayat (1) Undang-Undang Nomor 18 tahun 1997 jo. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah.
30
Lihat Pasal 5A ayat (2) jo. Pasal 5A ayat (3) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 jo. Undang-Undang Nomor 34 tahun 2000 tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
31
Lihat Pasal 1 angka 5 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun 2007 tentang Pengawasan Peraturan Daerah dan Peraturan Kepala
Daerah.
138 MIMBAR HUKUM Volume 24, Nomor 1, Februari 2012, Halaman 1 - 186
mengatur bahwa perda tentang pajak daerah dikembalikan kepada pemerintah daerah yang
yang telah ditetapkan oleh kepala daerah harus membuatnya untuk diperbaiki dan disampaikan
disampaikan kepada Menteri Dalam Negeri dan kembali kepada pemerintahan di atasnya.35 Pasal
Menteri Keuangan, dan apabila Menteri Keuang- 159 UU PDRD Baru memberikan sanksi bagi
an menganggap perda tersebut bertentangan daerah yang tidak menyampaikan Raperda tentang
dengan kepentingan umum dan/atau peraturan pajak daerah dalam rangka evaluasi dan perda
perundang-undangan yang lebih tinggi, maka tentang pajak daerah dalam rangka klarifikasi
rekomendasi pembatalan perda disampaikan sesuai dengan ketentuan dalam UU PDRD Baru,
kepada Menteri Dalam Negeri.32 Menteri Dalam berupa penundaan dan/atau pemotongan Dana
Negeri selanjutnya merekomendasikan pemba- Alokasi Umum dan/atau Dana Bagi Hasil atau
talan perda tersebut untuk ditetapkan dalam suatu restitusi. Dalam hal ini, tidak terdapat peng-
peraturan presiden (Pasal 158 ayat (4) jo. Pasal aturan lebih lanjut perihal restitusi yang dimaksud
158 ayat (5) UU PDRD Baru). Proses selanjut- dalam ketentuan tersebut. Berkaitan dengan hal
nya adalah pencabutan perda oleh pemerintah tersebut, penulis berpendapat bahwa dalam hal
daerah, atau pengajuan keberatan tersebut dapat Perda dinyatakan bertentangan dengan kepen-
diajukan pada Mahkamah Agung (Pasal 158 ayat tingan umum dan/atau peraturan perundang-
(6) jo. Pasal 158 ayat (7) UU PDRD Baru). undangan yang lebih tinggi, maka pemerintah
Penambahan jenis pola pengawasan terdapat daerah yang melakukan pelanggaran tersebut
dalam UU PDRD Baru. UU PDRD Baru telah diwajibkan untuk memberikan restitusi kepada
mengakomodir suatu bentuk pengawasan pre- para WP atas jumlah pajak yang pernah dibayarkan
ventif, atau dalam konteks Permendagri No. 53 oleh para WP.
Tahun 2007, pengawasan dalam bentuk evaluasi. Berdasarkan paparan-paparan di atas dapat
Pasal 157 UU PDRD Baru mengatur bahwa disimpulkan bahwa UU PDRD Baru telah
setiap rancangan peraturan daerah (selanjutnya, melakukan harmonisasi dengan UU No. 32 Tahun
Raperda) tentang pajak daerah harus melalui 2004 tentang Pemerintahan Daerah jo. Peraturan
evaluasi oleh pemerintahan yang lebih tinggi Pemerintah No. 79 Tahun 2005 tenang Pedoman
(untuk perda provinsi oleh Menteri Dalam Negeri dan Pembinaan Pengawasan Penyelenggaraan
dan untuk perda kabupaten/kota oleh Gubernur) Pemerintah Daerah, dan lebih khusus lagi
dan Menteri Keuangan. Evaluasi dilakukan dengan Permendagri No. 53 Tahun 2007 tentang
untuk menguji kesesuaian Raperda tentang pajak Pengawasan Peraturan Daerah dan Peraturan
daerah dengan UU PDRD Baru, kepentingan Kepala Daerah. Penambahan pengaturan tentang
umum, dan/atau peraturan perundang-undangan pengawasan preventif melalui evaluasi Raperda
yang lebih tinggi.33 Adapun hasil evaluasi dapat tentang pajak daerah sebagaimana diatur dalam
berupa persetujuan atau penolakan. Apabila Pasal 157 UU PDRD Baru telah sesuai dengan
hasil evaluasi berupa persetujuan, maka Raperda Pasal 2 dan Pasal 3 Permendagri No. 53 Tahun
tersebut dapat langsung ditetapkan sebagai 2007, yang mengatur bahwa evaluasi Raperda
perda,34 dan selanjutnya mengalami proses dilakukan terhadap Raperda provinsi dan
klarifikasi sebagaimana dijelaskan dalam paragraf kabupaten/kota tentang APBD/perubahan APBD,
sebelumnya. Sebaliknya, apabila hasil evaluasi pajak daerah, retribusi daerah, dan rencana tata
berupa penolakan, maka Raperda tersebut ruang.
32
Lihat Pasal 158 ayat (1) jo. Pasal 158 ayat (2) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
33
Lihat Pasal 157 ayat (3) jo. Pasal 157 ayat (4) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
34
Lihat Pasal 157 ayat (9) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
35
Lihat Pasal 157 ayat (10) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
Nugroho dan Yuniza, Pengaturan Pajak Daerah di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Kota Yogya 139
Sementara itu, sebagaimana telah disebutkan secara open list diusulkan oleh daerah-daerah
sebelumnya, UU PDRD Baru mulai berlaku pada kaya karena masih terpengaruh euforia otonomi
tahun 2009. Berbagai perubahan pengaturan, daerah.38 Lebih jauh lagi, Pemerintah Kota
khususnya yang berkaitan dengan pemungutan Yogyakarta menganggap sistem open list,
pajak-pajak kabupaten/kota, dapat dipastikan walaupun di satu sisi memang memungkinkan
akan berdampak pada pengaturan pajak daerah berkembangnya daerah melalui penerimaannya
di seluruh kabupaten/kota di Indonesia, termasuk sendiri, namun di sisi lain dikhawatirkan dapat
di Kota Yogyakarta. Secara umum, Pemerintah membuka peluang bagi munculnya pungutan-
Kota Yogyakarta menyambut positif adanya pungutan liar.39 Dengan demikian, penerapan
pengundangan UU PDRD Baru menggantikan UU sistem closed list dalam UU PDRD Baru lebih
PDRD Lama. Secara diplomatis, Pemerintah Kota mengutamakan kesatuan dan nasionalisme di
Yogyakarta berusaha mengidentifikasi kelebihan setiap daerah di seluruh Indonesia.40 Selain itu,
dan kekurangan UU PDRD Baru, serta berusaha bagi Pemerintah Kota Yogyakarta, penerapan
fokus untuk menjalankan amanat UU PDRD Baru, sistem closed list juga lebih memberikan
terutama untuk periode 3 (tiga) tahun ke depan.36 kepastian hukum, karena jenis objek dan tarif
Secara umum, dampak yuridis yang di- pajak di seluruh kabupaten/kota di Indonesia dapat
timbulkan dari pemberlakuan UU PDRD Baru di diseragamkan.41
Kota Yogyakarta berasal dari adanya perubahan Kedua, berkaitan dengan perluasan objek
penetapan jenis pajak, dari yang semula open pajak dalam UU PDRD Baru, hal tersebut justru
list menjadi closed list, perluasan objek pajak merupakan tantangan bagi Pemerintah Kota
dari beberapa jenis pajak kabupaten/kota, dan Yogyakarta. Contohnya, perluasan objek Pajak
peningkatan tarif maksimum untuk beberapa jenis Restoran sehingga mencakup usaha catering, dan
pajak kabupaten/kota. perluasan objek Pajak Air Bawah Tanah sehingga
Pertama, berkaitan dengan perubahan sistem mencakup rumah, perhotelan, dan kos-kosan,
open list menjadi closed list yang terdapat dalam sangat potensial.42 Namun demikian, untuk jenis
UU PDRD Baru, hal tersebut tidak berdampak pajak kabupaten/kota baru, yaitu Pajak Bumi dan
pada jenis pajak yang dipungut oleh Pemerintah Bangunan (PBB) Pedesaan dan Perkotaan serta
Kota Yogyakarta. Selama berlakunya UU PDRD BPHTB belum dapat diketahui efektivitasnya,
Lama, Pemerintah Kota Yogyakarta tidak me- karena kedua jenis pajak tersebut bergantung pada
mungut pajak selain yang ditentukan dalam Pasal peralihan penjualan tanah, sedangkan di Kota
2 ayat (2) UU PDRD Lama.37 Dengan kata lain, Yogyakarta, jual beli tanah dirasa tidak begitu
Pemerintah Kota Yogyakarta tidak memanfaatkan signifikan.43 Berdasarkan hasil observasi para
sistem open list yang berlaku dalam UU PDRD penulis, potensi peningkatan penerimaan daerah
Lama. Hal ini disebabkan karena Pemerintah juga terdapat pada sektor Pajak Hiburan dan
Kota Yogyakarta menganggap sistem open list Pajak Hotel, seiring dengan bertambahnya jumlah
merupakan hasil kebijakan politik semata pada tempat hiburan dan hotel beserta fasilitasnya di
waktu diundangkan, dimana penetapan jenis pajak Kota Yogyakarta dan adanya perluasan objek
36
Hasil wawancara dengan Zico Ostaki, Staf Perundang-Undangan pada Bagian Hukum Provinsi D.I. Yogyakarta, 1 April 2010.
37
Hasil wawancara dengan Kisbiyantoro, Kepala Seksi Penagihan dan Keberatan Dinas Pajak Daerah dan Pengelolaan Keuangan Kota
Yogyakarta, 1 April 2010.
38
Ibid.
39
Ibid.
40
Ibid.
41
Ibid.
42
Ibid.
43
Ibid.
142 MIMBAR HUKUM Volume 24, Nomor 1, Februari 2012, Halaman 1 - 186
pajak: Pajak Hiburan dan Pajak Hotel. sebagai prediksi awal, Pemerintah Kota Yogya-
Ketiga, berkaitan dengan perubahan karta optimis bahwa pemungutan pajak daerah
pengaturan mengenai tarif maksimum, secara di masa yang akan datang dapat dipastikan akan
teoretis sudah dipastikan akan menguntungkan lebih besar dan tidak akan mengganggu pos-pos
pihak Pemerintah Kota Yogyakarta.44 Hal ini penerimaan daerah yang lainnya.47
dikarenakan pajak yang terutang pada WP Kelima, berkaitan dengan perubahan peng-
merupakan hasil perkalian tarif dengan dasar aturan dalam UU PDRD Baru mengenai peng-
pengenaan pajak, sehingga peningkatan tarif akan awasan perda kabupaten/kota tentang pajak
dapat meningkatkan pajak yang terutang pada daerah, Pemerintah Kota Yogyakarta telah meng-
WP, dan berarti peningkatan penerimaan bagi akomodasi perubahan tersebut melalui perubahan
Pemerintah Kota Yogyakarta. Namun demikian, Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta
hal ini masih harus dibuktikan kebenarannya No. 69 Tahun 2008 tentang Mekanisme Peng-
dalam praktek, karena proses penetapan tarif awasan Produk Hukum Kabupaten/Kota dengan
pajak harus memperhitungkan situasi dan kondisi Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta
sosiologis dan penerimaan di masyarakat.45 No. 43 Tahun 2009 tentang Perubahan atas Per-
Dalam menetapkan tarif pajak daerah di aturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta No.
wilayahnya, Pemerintah Kota Yogyakarta selalu 69 Tahun 2008 tentang Mekanisme Pengawasan
berupaya memenuhi ketentuan-ketentuan sebagai Produk Hukum Kabupaten/Kota. Peraturan
berikut:46 Gubernur ini telah mengakomodasi ketentuan-
a. penetapan tarif harus dapat diberlakukan 5 ketentuan pengawasan perda kabupaten/kota
(lima) tahun ke depan;
tentang pajak daerah dalam UU PDRD Baru,
b. pengidentifikasian shadow price, yaitu harga-
harga yang berlaku di kabupaten-kabupaten sehingga potensi pembatalan Perda Kota
di sekitarnya, yaitu Bantul, Kulonprogo, Yogyakarta tentang pajak daerah di masa yang
Sleman, dan Gunungkidul. akan datang semakin kecil. 48 Pemerintah Kota
Keempat, berkaitan dengan dampak yang Yogyakarta menyatakan bahwa tingkat pembatalan
ditimbulkan dari pemberlakuan UU PDRD Baru Perda Kota Yogyakarta saat ini hanya berkisar
terhadap APBD, terutama akibat perubahan- 1%.49
perubahan pengaturan mengenai objek pajak Namun demikian, Pemerintah Provinsi D.I.
daerah, hal tersebut belum dapat diprediksi. Pasal Yogyakarta, selaku pihak yang akan melakukan
180 ayat (1) UU PDRD Baru mengatur bahwa pengawasan terhadap Perda Kota Yogyakarta
perda-perda tentang pajak daerah untuk jenis-jenis tentang pajak daerah, menyatakan bahwa
pajak yang diatur dalam UU PDRD Lama masih pengaturan mengenai jangka waktu 15 hari kerja
tetap berlaku untuk jangka waktu paling lama 2 untuk proses evaluasi oleh Gubernur dan Menteri
tahun sejak berlakunya UU PDRD Baru. Dengan Dalam Negeri serta proses koordinasi dengan
demikian, dampak riil pemberlakuan UU PDRD Menteri Keuangan dianggap kurang memadai,
Baru terhadap APBD Kota Yogyakarta baru dapat karena fakta di lapangan menunjukkan bahwa
diprediksi apabila perda-perda Kota Yogyakarta proses tersebut memanfaatkan waktu lebih dari
tentang pajak daerah telah diberlakukan. Namun, lima belas hari.50
44
Ibid.
45
Ibid.
46
Hasil wawancara dengan Zico Ostaki, Loc.cit.
47
Hasil wawancara dengan Kisbiyantoro, Loc.cit.
48
Hasil wawancara dengan Zico Ostaki, Loc.cit.
49
Ibid.
50
Hasil wawancara dengan Adi Bayu Kistanto, Loc.cit.
Nugroho dan Yuniza, Pengaturan Pajak Daerah di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Kota Yogya 143
Sementara itu, langkah-langkah harmonisasi daerah tentang pajak daerah bersifat positif.
produk hukum daerah tentang pajak daerah Selain itu, upaya-upaya harmonisasi dengan UU
terhadap perubahan-perubahan pengaturan dalam PDRD Baru telah dilaksanakan oleh Pemerintah
UU PDRD Baru adalah dengan:51 Provinsi D.I. Yogyakarta dan Pemerintah Kota
1) Menyusun produk hukum daerah tentang Yogyakarta agar pemungutan pajak-pajak daerah
pajak daerah yang disertai dengan kajian pasca pemberlakuan UU PDRD Baru dapat
akademis dalam bentuk Naskah Akade-
memiliki dasar hukum.
mik (NA). Pembuatan NA sekaligus da-
pat mengetahui harmonisasi antara produk
D. Penutup
hukum daerah yang satu dengan yang lain-
nya. Contohnya adalah dalam pembuatan Berdasarkan paparan-paparan di atas, dapat
produk hukum daerah tentang pajak parkir ditarik sebagai kesimpulan dalam penelitian ini,
dilakukan pembuatan NA agar tidak terjadi sebagai berikut: Pertama, perubahan substansial
tumpang tindih dengan pengaturan dalam mengenai pajak daerah dilakukan oleh UU PDRD
produk hukum daerah tentang retribusi
Baru. Ada empat perubahan dalam UU PDRD
parkir;
2) Pembentukan Tim Pengkaji Perda. Tim terse- Baru yang dibahas dalam penelitian ini, yaitu: (a)
but akan dibagi lagi menjadi 2 berdasarkan perluasan objek pajak daerah, penambahan jenis
mekanisme pembahasan pengkajian yang pajak daerah & penerapan sistem closed list; (b)
dilakukan, yaitu: perubahan tarif maksimum dan penetapan tarif
a) Tim Pengkaji baru (draft baru), dengan
acuan produk hukum baru. Pengkajian pajak daerah; (c) pengawasan pembentukan Perda
oleh tim ini dilakukan dengan perspektif tentang pajak daerah; dan (d) perubahan per-
3 tahun ke depan; dan sentase dan penerima bagi hasil pajak-pajak daerah
b) Tim Pengkaji perda yang akan dikaji dan pengalokasian sebagian hasil penerimaan
(perda lama). Pengkajian terhadap
pajak untuk kegiatan yang berkaitan dengan
perda-perda lama sekaligus membahas
permasalahan yang terjadi di masyarakat objek pajak (earmarking). Hal-hal yang dapat
berkaitan dengan pemungutan pajak yang diidentifikasi sebagai rasionalisasi perubahan
diatur dalam perda tersebut. pengaturan tentang pajak daerah dari peraturan
Produk hukum daerah tentang pajak daerah yang lama ke peraturan yang baru, adalah sebagai
dapat berbentuk perda dan peraturan walikota berikut: (a) Adanya perubahan pengaturan
(Perwal). Perda-perda tentang pajak daerah mengenai pemerintahan daerah; UU PDRD Lama
sifatnya regelingen atau mengatur, sedangkan dibentuk berdasarkan UU No. 5 Tahun 1974
pengaturan secara teknis terdapat di berbagai tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah
Perwal. Pengaturan dalam Perwal ini selain mudah dan UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan
dan cepat, juga lebih tepat untuk mengatur hal-hal Daerah, sedangkan UU PDRD Baru dibentuk
teknis berkaitan dengan pemungutan pajak-pajak berdasarkan UU No. 32 Tahun 2004 tentang
kabupaten/kota.52 Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah
Dari paparan-paparan di atas dapat di- beberapa kali terakhir dengan UU No. 12 Tahun
simpulkan bahwa Pemerintah Provinsi D.I. 2008; (b) Terbatasnya kewenangan Pemerintah
Yogyakarta dan Pemerintah Kota Yogyakarta Provinsi dalam menetapkan jenis-jenis dan tarif
menyambut baik perubahan-perubahan yang pajak provinsi; (c) Tidak optimalnya pelaksanaan
terdapat dalam UU PDRD Baru. Dengan kata lain, sistem open list oleh pemerintah kabupaten/
dampak yuridis yang ditimbulkan dari perubahan- kota, sehingga menyebabkan ketergantungan
perubahan tersebut terhadap produk hukum pemerintah kabupaten/kota pada dana-dana
51
Hasil wawancara dengan Zico Ostaki, Loc.cit.
52
Ibid.
144 MIMBAR HUKUM Volume 24, Nomor 1, Februari 2012, Halaman 1 - 186
perimbangan dari pemerintah pusat dan/atau PDRD Baru dapat memiliki dasar hukum.
pemerintah provinsi; dan (d) Belum efektifnya Adapun dampak yuridis yang ditimbulkan dari
pengawasan terhadap perda-perda yang mengatur pemberlakuan UU PDRD Baru di Provinsi D.I.
tentang pajak-pajak daerah, baik di tingkat provinsi Yogyakarta berasal dari adanya kewajiban bagi
maupun kabupaten/kota. Pemerintah Provinsi D.I. Yogyakarta untuk segera
Kedua, secara umum, Pemerintah Provinsi membentuk peraturan daerah (perda) tentang
D.I. Yogyakarta dan Pemerintah Kota Yogyakarta pajak daerah yang baru, karena terdapat per-
menyambut baik perubahan-perubahan yang ubahan objek pajak provinsi, dan pengenaan
terdapat dalam UU PDRD Baru. Dengan tarif pajak progresif untuk jenis pajak tertentu.
kata lain, dampak yuridis yang ditimbulkan Sementara itu, dampak yuridis yang ditimbulkan
dari perubahan-perubahan tersebut terhadap dari pemberlakuan UU PDRD Baru di Kota
produk hukum daerah tentang pajak daerah Yogyakarta berasal dari adanya perubahan
bersifat positif. Selain itu, upaya-upaya harmonisasi penetapan jenis pajak, dari yang semula open
dengan UU PDRD Baru telah dilaksanakan list menjadi closed list, perluasan objek pajak
oleh Pemerintah Provinsi D.I. Yogyakarta dan dari beberapa jenis pajak kabupaten/kota, dan
Pemerintah Kota Yogyakarta agar pemungutan peningkatan tarif maksimum untuk beberapa jenis
pajak-pajak daerah pasca pemberlakuan UU pajak kabupaten/kota.
DAFTAR PUSTAKA