Anda di halaman 1dari 15

PENGATURAN PAJAK DAERAH DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA

YOGYAKARTA DAN KOTA YOGYAKARTA∗

Adrianto Dwi Nugroho** dan Mailinda Eka Yuniza***

Bagian Hukum Pajak dan Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Jalan Sosio Justicia Nomor 1 Bulaksumur, Sleman, D.I. Yogyakarta 55281

Abstract
The enactment of Act Nr. 28 of 2009 on Local Taxes and Local Levies would allegedly pose some
juridical impact on local tax collection at the provincial and district/cities throughout Indonesia. The
juridical impact would at least occur to local regulations governing local taxes, Regional Government
Revenue and Expenditure (APBD), and the oversight of local regulation by the provincial and district/
city governments. This research is a normative-empirical research, which aims to analyse changes of
local taxes law in Act Nr. 28 of 2009. This study offers an insight of the impact of this Act on local tax
collection in the special province of Yogyakarta.
Keywords: local taxes, Special Province of Yogyakarta, Yogyakarta City.

Intisari
Pemberlakuan UU No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah disinyalir akan
menimbulkan beberapa dampak yuridis terhadap pemungutan pajak daerah di tingkat provinsi dan
kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Dampak yuridis tersebut setidaknya terjadi terhadap produk hukum
daerah yang mengatur tentang pajak daerah, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), dan
pengawasan produk hukum daerah oleh pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota. Penelitian
ini merupakan penelitian normatif-empiris, yang bertujuan menganalisis perubahan pengaturan tentang
pajak daerah dalam UU No. 28 Tahun 2009, sehingga melalui penelitian ini terlihat dampak yuridis
penegakan UU ini pada pengumpulan pajak lokal di Provinsi DIY.
Kata Kunci: pajak daerah, DIY, Kota Yogyakarta.

Pokok Muatan
A. Latar Belakang Masalah............................................................................................................. 131
B. Metode Penelitian....................................................................................................................... 131
C. Hasil Penelitian dan Pembahasan............................................................................................... 132
1. Rasionalisasi Perubahan Pengaturan Pajak Daerah di Indonesia......................................... 132
2. Perubahan Pengaturan tentang Pajak Daerah dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2009...................................................................................................................................... 134
3. Dampak Pemberlakuan UU PDRD terhadap Pemungutan Pajak Daerah di Provinsi DIY
dan Kota Yogyakarta............................................................................................................ 140
D. Penutup....................................................................................................................................... 143

*
Laporan Hasil Penelitian Antar Bagian Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada Tahun 2010.
**
Alamat korespondensi: adriantodwi@yahoo.com.
***
Alamat korespondensi: mailindahk@yahoo.com.
Nugroho dan Yuniza, Pengaturan Pajak Daerah di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Kota Yogya 131

A. Latar Belakang Masalah harus mengalami penggantian. UU tentang


Salah satu hal penting terkait dengan otonomi PDRD ini kemudian diganti dengan UU No.
daerah adalah desentralisasi fiskal. Desentralisasi 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
fiskal adalah suatu proses distribusi anggaran dari Retribusi Daerah. Adapun beberapa tujuan
tingkat pemerintahan yang lebih tinggi kepada perubahan UU PDRD adalah untuk memperbaiki
pemerintahan yang lebih rendah untuk mendukung sistem pemungutan pajak daerah; penguatan
fungsi atau tugas pemerintahan yang dilimpahkan. perpajakan lokal (local taxing empowerment);
Desentralisasi fiskal merupakan konsekuensi logis meningkatkan efektivitas pengawasan pungutan
dari diterapkan kebijakan otonomi daerah. Prinsip daerah; dan menyempurnakan pengelolaan
dasar yang harus diperhatikan adalah money follow pajak daerah.2 Pemberlakuan UU PDRD yang
functions, artinya penyerahan atau pelimpahan baru disinyalir akan menimbulkan beberapa
wewenang pemerintah membawa konsekuensi dampak yuridis terhadap pemungutan pajak-
anggaran yang diperlukan untuk melaksanakan pajak daerah di tingkat provinsi dan kabupaten/
kewenangan tersebut. kota di seluruh wilayah Indonesia. Dampak
Berkaitan dengan pembiayaan otonomi yuridis tersebut setidaknya terjadi terhadap
daerah (desentralisasi fiskal), UU No. 25 Tahun produk-produk hukum daerah yang mengatur
1999 sebagaimana telah diganti dengan UU No. tentang pajak-pajak daerah, anggaran pendapatan
33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan dan belanja daerah (APBD) dan pengawasan
antara Pemerintah Pusat dan Daerah memberikan produk hukum daerah oleh pemerintah provinsi
kewenangan kepada pemerintah daerah untuk dan pemerintah kabupaten/kota.
membuat kebijakan yang bisa memperkuat pem- Berdasarkan pada permasalahan yang
biayaan program pembangunan dan penyeleng- telah dielaborasi di atas, dapat dirumuskan
garaan pemerintahan daerah, terutama melalui sebagai permasalahan dalam penelitian ini, yaitu
peningkatan pendapatan asli daerah (PAD). bagaimanakah perbedaan pengaturan mengenai
Batasan yang diberikan undang-undang adalah pajak daerah yang terdapat dalam UU No. 18
pemerintah daerah dilarang mengeluarkan Tahun 1997 jo. UU No. 34 Tahun 2000 tentang
kebijakan dalam bentuk Peraturan Daerah yang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dengan
menyebabkan ekonomi biaya tinggi dan yang UU No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah
menghambat mobilitas penduduk, lalu lintas dan Retribusi Daerah dan apa sajakah alasan
barang dan jasa antar daerah, serta kegiatan ekspor/ perubahan pengaturan tersebut? Selain itu, apa
impor.1 Salah satu upaya yang dapat dilakukan sajakah dampak yuridis yang ditimbulkan dari
daerah untuk meningkatkan penerimaan daerah pemberlakuan UU No. 28 Tahun 2009 tentang
adalah dengan memungut pajak dan retribusi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap
daerah. Kewenangan pemerintah daerah untuk pemungutan Pajak Daerah di Provinsi DI
memungut pajak dan retribusi daerah ini diatur Yogyakarta dan Kota Yogyakarta?
dalam UU No. 34 Tahun 2000 yang merupakan
penyempurnaan dari UU No. 18 Tahun 1997 B. Metode Penelitian
tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Penelitian mengenai “Dampak Yuridis
(PDRD). Pemberlakuan UU No. 28 Tahun 2009 tentang
Dalam perjalanannya, UU PDRD ini menim- Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (PDRD)
bulkan beberapa kondisi yang menyebabkannya terhadap Pendapatan Daerah Provinsi DIY dan

1
Lihat Pasal 7 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah.
2
Ibid.
132 MIMBAR HUKUM Volume 24, Nomor 1, Februari 2012, Halaman 1 - 186

Kota Yogyakarta” ini merupakan penelitian terkumpul disusun dan dianalisis secara sistematis
normatif-empiris. Penelitian hukum normatif dengan menggunakan metode kualitatif. Penyajian
meliputi penelitian terhadap perubahan-peru- data dilakukan dengan menggunakan logika
bahan pengaturan tentang pajak daerah ber- deduktif induktif (umum-khusus) dan kemudian
dasarkan UU No. 18 Tahun 1997 tentang Pajak dicari hubungan logis di antara aspek-aspek yang
Daerah dan Retribusi Daerah sebagaimana telah berhubungan.3
diubah dengan UU No. 34 Tahun 2000 (UU PDRD
Lama) dan UU No. 28 Tahun 2009 (UU tentang C. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (UU PDRD 1. Rasionalisasi Perubahan Pengaturan Pa-
Baru) beserta latar belakang kondisi normatif yang jak Daerah di Indonesia
menyebabkan perubahan pengaturan tersebut. Berdasarkan hasil penelitian, penulis
Sementara itu, penelitian hukum empiris meliputi menemukan hal-hal yang dapat diidentifikasi
penelitian terhadap proyeksi dampak yuridis sebagai rasionalisasi perubahan pengaturan
pemberlakuan UU PDRD Baru. Dampak yuridis tentang pajak daerah, yaitu sebagai berikut:
tersebut diidentifikasi dan dianalisis terhadap a) adanya perubahan pengaturan mengenai
produk-produk hukum daerah yang mengatur pemerintahan daerah. UU PDRD Lama
tentang pajak daerah, anggaran pendapatan dan dibentuk berdasarkan UU No. 5 Tahun
belanja daerah, dan pembagian kewenangan antara 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan
pemerintah pusat dan daerah. di Daerah dan UU No. 22 Tahun 1999
Data yang diperoleh dari penelitian lapangan tentang Pemerintahan Daerah, sedangkan
adalah data primer. Data primer tersebut diper- UU PDRD Baru dibentuk berdasarkan UU
oleh melalui wawancara dengan para narasumber, No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
yaitu Kepala Dinas Pendapatan, Pengelolaan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa
Keuangan dan Aset Provinsi DI Yogyakarta, kali terakhir dengan UU No. 12 Tahun 2008.
Kepala Dinas Pajak Daerah dan Pengelolaan Perubahan signifikan dalam pengaturan
Keuangan Kota Yogyakarta, Kepala Biro Hukum mengenai otonomi daerah yang berimplikasi
Pemerintah Provinsi DI Yogyakarta, dan Kepala pada pengaturan mengenai pajak daerah
Biro Hukum Pemerintah Kota Yogyakarta. adalah perihal perluasan urusan-urusan
Sementara itu, studi pustaka dilakukan untuk yang menjadi kewenangan pemerintah
memperoleh data sekunder di bidang hukum. provinsi dan pemerintah kabupaten/kota,
Data sekunder tersebut terdiri dari bahan hukum sehingga memberi konsekuensi pada
primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum pembebanan biaya penyelenggaraan urusan-
tersier yang diperoleh dari studi pustaka. Bahan urusan tersebut pada APBD, yang disertai
hukum primer yang utama adalah UU PDRD dengan hak bagi pemerintah daerah untuk
Baru, sedangkan bahan hukum sekunder yang memperoleh penghasilan dari potensi-potensi
utama adalah presentasi oleh Reydonnyzar yang ada di wilayahnya. Perluasan urusan
Moenek (Direktur Administrasi Pendapatan ini berkaitan dengan upaya mewujudkan
dan Investasi Daerah, Direktorat Jenderal Bina pembagian kewenangan secara proporsional
Administrasi Keuangan Daerah) yang berjudul yang memenuhi kriteria eksternalitas
“Penyempurnaan Undang-Undang tentang (dampak/akibat dari pemberian wewenang),
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah”. Data yang akuntabilitas (kedekatan dengan dampak/

3
Burhan Ashshofa, 1996, Metode Penelitian Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, hlm. 61.
Nugroho dan Yuniza, Pengaturan Pajak Daerah di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Kota Yogya 133

akibat dari pemberian wewenang), dan Dengan kata lain, sistem open list dalam
efisiensi (pertimbangan antara ketersediaan penetapan jenis pajak lain tidak berlaku untuk
sumber daya dengan ketepatan, kepastian, dan pemerintah provinsi. Selain itu, elemen-
kecepatan hasil yang diperoleh).4 Peraturan elemen pemungutan pajak-pajak provinsi
Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang seperti objek, subjek, dan dasar pengenaan
Pembagian Urusan Pemerintahan antara pajak serta tarif sudah ditetapkan dalam
Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, UU dan Peraturan Pemerintah (Peraturan
dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota Pemerintah No. 65 Tahun 2001 tentang
mengatur secara rinci bidang-bidang yang Pajak Daerah) seragam di seluruh Indonesia
menjadi urusan wajib dan urusan pilihan yang (Pasal 3 ayat (2) UU PDRD Lama). Hal ini
harus dilaksanakan oleh pemerintah provinsi menyulitkan pemerintah provinsi untuk
dan pemerintah kabupaten/kota. Namun melakukan ekstensifikasi pajak, sehingga
demikian, perubahan pengaturan mengenai akan sulit pula meningkatkan PAD-nya;
pembagian urusan tersebut secara langsung c) tidak optimalnya pelaksanaan sistem open
berdampak pada kewenangan memungut list oleh pemerintah kabupaten/kota. Ketidak-
retribusi daerah, karena berkaitan dengan jasa optimalan ini menyebabkan ketergantungan
atau perbuatan yang dilakukan oleh peme- pemerintah kabupaten/kota pada dana-dana
rintah daerah. Dalam konteks pemungutan perimbangan dari pemerintah pusat dan/atau
pajak daerah, ada urusan-urusan yang menjadi pemerintah provinsi. Pasal 2 ayat (4) UU
wewenang pemerintah daerah (provinsi atau PDRD Lama mengatur bahwa pemerintah
kabupaten/kota) dan berkaitan dengan objek kabupaten/kota dapat memungut jenis pajak
pajak daerah yang dipungut, dan ada juga lain selain yang telah ditetapkan dalam UU,
yang tidak memiliki korelasi. Contohnya, selama memenuhi kriteria: a) bersifat pajak
kewenangan pemerintah kabupaten/kota dan bukan retribusi; b) objek pajak terletak
dalam pemberian izin penyelenggaraan dan atau terdapat di wilayah daerah kabupaten/
pembangunan fasilitas parkir untuk umum kota yang bersangkutan dan mempunyai
dibarengi dengan kewenangan memungut mobilitas yang cukup rendah serta hanya
pajak dan retribusi parkir. Sementara itu, melayani masyarakat di wilayah daerah
walaupun kewenangan penyelenggaraan pen- kabupaten/kota yang bersangkutan; c) objek
daftaran kendaraan bermotor masih menjadi dan dasar pengenaan pajak tidak berten-
kewenangan pemerintah pusat, namun tangan dengan kepentingan umum; d) objek
kewenangan memungut Pajak Kendaraan pajak bukan merupakan objek pajak provinsi
Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan dan/atau objek pajak pusat; e) potensinya
Bermotor merupakan milik pemerintah memadai; f) tidak memberikan dampak
provinsi; ekonomi yang negatif; g) memperhatikan
b) terbatasnya kewenangan pemerintah provinsi aspek keadilan dan kemampuan masyarakat;
dalam menetapkan jenis-jenis dan tarif dan h) menjaga kelestarian lingkungan.
pajak provinsi. Dalam UU PDRD Lama, Beberapa indikator tidak optimalnya
kewenangan untuk memungut jenis pajak pemanfaatan sistem open list ini adalah,
lain selain yang telah diatur dalam UU hanya pertama, rata-rata kontribusi PAD terhadap
dimiliki oleh pemerintah kabupaten/kota. APBD yang hanya 51% untuk provinsi

4
Lihat Bagian Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
5
Reydonnyzar Moenek, “Penyempurnaan Undang-Undang tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah”, Makalah, Direktorat Jenderal Bina
Administrasi Keuangan Daerah, Direktur Administrasi Pendapatan dan Investasi Daerah, Jakarta, 2009.
134 MIMBAR HUKUM Volume 24, Nomor 1, Februari 2012, Halaman 1 - 186

dan 7% untuk kabupaten/kota.5 Kedua, 2. Perubahan Pengaturan tentang Pajak


adanya agresivitas pemerintah kabupaten/ Daerah dalam Undang-Undang Nomor 28
kota untuk menambah jenis-jenis pajak Tahun 2009
daerah di wilayahnya, namun tidak diiringi Perubahan substansial mengenai pajak
dengan penetapan jenis pajak yang sesuai daerah dilakukan oleh UU PDRD Baru. Menurut
dengan kriteria yang telah ditetapkan, Moenek,12 ada sepuluh perubahan dalam UU
sehingga terdapat ketidakpastian hukum dan PDRD Baru berkaitan dengan pemungutan
pembebanan pada ekonomi masyarakat serta pajak daerah, yaitu a) perubahan sistem open
menghambat investasi di daerah;6 list menjadi closed list; b) perluasan objek pajak
d) belum efektifnya pengawasan terhadap daerah; c) penambahan jenis pajak daerah; d)
perda-perda yang mengatur tentang pajak- peningkatan tarif maksimum beberapa jenis
pajak daerah, baik di tingkat provinsi mau- pajak daerah; e) pemberian diskresi penetapan
pun kabupaten/kota. Pola pengawasan yang tarif pajak daerah kepada pemerintah provinsi;
dianut dalam UU PDRD Lama adalah peng- f) perubahan pengawasan pembentukan perda
awasan represif. Secara umum, pengawasan tentang pajak daerah; g) penetapan bagi hasil
represif diartikan sebagai pengawasan yang pajak provinsi; h) pengalokasian (earmarking)
dilakukan sesudah dikeluarkan keputusan/ hasil penerimaan pajak daerah; dan i) pengaturan
ketetapan pemerintah, sehingga bersifat me- mengenai insentif pemungutan bagi pemerintah
mulihkan suatu tindakan yang keliru.7 Dalam daerah. Dari kesepuluh perubahan tersebut, hanya
implementasinya, pengawasan represif ter- empat kategori perubahan yang akan dibahas
hadap setiap perda yang mengatur pajak dalam penelitian ini.
daerah dilakukan dengan cara membatalkan Adapun tujuan umum perubahan pengatur-
setiap perda yang bertentangan dengan an tersebut, berdasarkan latar belakang sebagai-
undang-undang dan kepentingan umum.8 mana telah dielaborasi dalam sub-bab sebelum-
Peraturan daerah yang mengatur pajak nya, adalah untuk menyesuaikan pengaturan
daerah dalam jangka waktu 15 hari kerja mengenai pemungutan pajak daerah dengan
sejak ditetapkan harus disampaikan kepada peraturan perundang-undangan yang mengatur
pemerintah (pusat).9 Selanjutnya, dalam tentang pemerintahan daerah, terutama untuk
jangka waktu satu bulan sejak perda tersebut meningkatkan kemandirian dan akuntabilitas
diterima, pemerintah dapat membatalkan daerah dalam memperoleh sendiri penerimaan
perda tersebut.10 Pola pengawasan represif daerahnya, serta, pada saat yang bersamaan,
yang terdapat dalam UU PDRD Lama meningkatkan kepastian hukum bagi Wajib Pajak
ditegaskan dalam UU No. 32 Tahun 2004, dan memperbaiki iklim investasi di daerah.13 Hal
yang hanya mengenal satu jenis pengawasan, ini diwujudkan melalui perubahan pengaturan,
yaitu represif.11 sebagai berikut:

6
Ibid.
7
Diana Halim Koentjoro, 2007, Hukum Administrasi Negara, Ghalia Indonesia, Bogor, hlm. 74.
8
Lihat Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 jo. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah.
9
Lihat Pasal 25A ayat (1) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 jo. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah.
10
Lihat Pasal 25A ayat (3) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 jo. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah.
11
Lihat Pasal 145 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
12
Reydonnyzar Moenek, Loc.cit.
13
Lihat Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
Nugroho dan Yuniza, Pengaturan Pajak Daerah di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Kota Yogya 135

a) Perluasan Objek Pajak Daerah, Penam- kegiatan-kegiatan tersebut dikecualikan dari


bahan Jenis Pajak Daerah, dan Penerapan pemungutan Pajak Hotel. Selanjutnya, objek
Sistem Closed List pajak Pajak Restoran juga diperluas oleh Pasal
Perluasan objek pajak daerah dilakukan 37 ayat (1) UU PDRD Baru hingga mencakup
dengan cara menambah cakupan objek pajak pelayanan usaha jasa boga dan katering,15 yang
untuk jenis pajak daerah yang sudah ada sesuai dalam pengaturan sebelumnya (Pasal 43 ayat (2)
dengan prinsip-prinsip pemungutan pajak yang PP Pajak Daerah Lama) dikecualikan dari objek
baik, antara lain tidak menghambat mobilitas pajak. Terakhir, cakupan Pajak Hiburan diperluas
penduduk, barang dan jasa antar daerah serta oleh Pasal 42 ayat (2) UU PDRD Baru, sehingga
kegiatan ekspor impor.14 Perluasan objek pajak meliputi hiburan berupa kontes kecantikan,
tersebut dilakukan untuk jenis-jenis pajak binaraga, dan sejenisnya; pameran; sirkus, akrobat
provinsi dan pajak kabupaten/kota. Pajak-pajak dan sulap; permainan golf dan bowling; pacuan
provinsi yang mengalami perluasan objek pajak kuda dan (perlombaan) kendaraan bermotor; serta
adalah Pajak Kendaraan Bermotor (selanjutnya, refleksi dan pusat kebugaran. Jenis-jenis hiburan
PKB) dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor ini tidak termasuk dalam definisi “hiburan”
(selanjutnya, BBN-KB), dimana Pasal 3 ayat (3) sebagaimana diatur dalam Pasal 48 ayat (1) PP
dan Pasal 9 ayat (3) UU PDRD Baru meniadakan Pajak Daerah Lama dan penjelasannya.
pengecualian kendaraan milik pemerintah (pusat) Perluasan objek pajak juga terjadi, walaupun
dan pemerintah daerah sebagai objek PKB dan tidak secara substansial, terhadap Pajak Reklame
BBN-KB. Dalam Pasal 2 ayat (2) dan Pasal 14 (memasukkan reklame apung sebagai objek
ayat (4) Peraturan Pemerintah No. 65 Tahun 2001 pajak),16 Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
tentang Pajak Daerah, yang merupakan peraturan (memasukkan mineral bukan logam dan batuan
pelaksanaan UU PDRD Lama, kepemilikan/ lainnya sesuai ketentuan peraturan perundang-
penguasaan serta penyerahan kendaraan bermotor undangan sebagai objek pajak).17 Sementara itu,
oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah penyempitan objek pajak dilakukan terhadap Pajak
dikecualikan dari objek pajak. Parkir, yang mengecualikan penyelenggaraan
Sementara itu, jenis-jenis pajak kabupaten/ parkir oleh perkantoran yang hanya digunakan
kota yang diperluas objeknya secara signifikan untuk karyawannya sendiri sebagai objek pajak.18
yaitu Pajak Hotel, Pajak Restoran, dan Pajak Dalam UU PDRD Baru terdapat penambahan satu
Hiburan. Pasal 32 ayat (3) UU PDRD Baru jenis pajak provinsi, yaitu Pajak Rokok. Secara
meniadakan pengecualian pelayanan tinggal singkat, objek pajak rokok adalah konsumsi
di asrama yang tidak diselenggarakan oleh rokok19 yang meliputi sigaret, cerutu, dan rokok
pemerintah (pusat) dan pemerintah daerah, dan daun.20 Pajak Rokok tidak dipungut atas rokok
(jasa) pertokoan, perkantoran, perbankan, salon yang yang tidak dikenai cukai berdasarkan
yang dipergunakan oleh umum di hotel sebagai peraturan perundang-undangan di bidang cukai.21
objek pajak. Dalam Pasal 38 ayat (2) Peraturan Dasar Pengenaan Pajak Rokok adalah cukai rokok
Pemerintah No. 65 Tahun 2001 tentang Pajak dan tarif Pajak Rokok ditetapkan secara definitif
Daerah (selanjutnya, PP Pajak Daerah Lama), sebesar 10% (Pasal 28–29 UU PDRD Baru).

14
Lihat Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
15
Ibid.
16
Lihat Pasal 47 ayat (2) huruf g Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
17
Lihat Pasal 57 ayat (1) huruf kk Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
18
Lihat Pasal 62 ayat (2) huruf b Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
19
Lihat Pasal 26 ayat (1) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
20
Lihat Pasal 26 ayat (2) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
21
Lihat Pasal 26 ayat (3) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
136 MIMBAR HUKUM Volume 24, Nomor 1, Februari 2012, Halaman 1 - 186

Terakhir, Pajak Rokok baru mulai diberlakukan berarti daftar tertutup. Hal ini berarti bahwa
pada tanggal 1 Januari 2014.22 dalam UU PDRD lama terdapat suatu daftar
Adanya penambahan jenis pajak provinsi jenis pajak, yang mana daftar tersebut sifatnya
juga diikuti dengan pengurangan jenis pajak terbuka dan masih dimungkinkan bagi pemerintah
provinsi. Pajak Kendaraan di Atas Air dan Bea kabupaten/kota untuk memungut jenis pajak
Balik Nama Kendaraan di Atas Air dihilangkan daerah selain yang ada dalam daftar (yang telah
dari jenis pajak provinsi. Sementara itu, Pajak ditentukan oleh pemerintah pusat), sepanjang
Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah memenuhi kriteria yang telah ditentukan dalam
dan Air Permukaan dibagi menjadi Pajak Air Pasal 2 ayat (4) UU PDRD Lama. Berbeda
Tanah untuk Pemerintah Provinsi, dan Pajak Air dengan UU PDRD Lama, UU PDRD Baru tidak
Permukaan untuk Pemerintah Kabupaten/Kota. memungkinkan pemerintah daerah memungut
Penambahan jenis pajak daerah juga diberlakukan jenis-jenis pajak selain yang sudah ditentukan
untuk pajak-pajak kabupaten/kota. Dalam UU dalam undang-undang.25
PDRD Baru terdapat penambahan 4 (empat) jenis b) Perubahan Tarif Maksimum dan Pene-
pajak kabupaten/kota, yaitu Pajak Air Tanah, tapan Tarif Pajak Daerah
Pajak Sarang Burung Walet, Pajak Bumi dan Perubahan pengaturan selanjutnya yang
Bangunan (PBB) Pedesaan dan Perkotaan serta terdapat dalam UU PDRD Baru berkaitan dengan
Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan tarif pajak-pajak daerah. Perubahan tersebut
(BPHTB). Kedua jenis pajak yang disebut terakhir mencakup perubahan jenis tarif dari proporsional
merupakan penambahan jenis pajak kabupaten/ ke progresif, perubahan tarif maksimum untuk
kota yang berasal dari pendaerahan pajak pusat. beberapa jenis pajak provinsi dan kabupaten/
Pengalihan PBB Pedesaan dan Perkotaan kota, dan kewenangan pemerintah provinsi untuk
menjadi pajak kabupaten/kota dilakukan dalam menetapkan tarif pajak-pajak provinsi. Selain
kurun waktu sampai dengan 31 Desember 2013, itu, dalam beberapa jenis pajak kabupaten/kota
sementara pengalihan BPHTB menjadi pajak ditetapkan tarif yang berbeda-beda untuk objek
kabupaten/kota dilakukan dalam kurun waktu satu pajak yang berbeda. Dalam Pajak Hiburan, yang
satu tahun sejak UU PDRD Baru berlaku.23 Perlu memiliki tarif maksimum umum 35%, tarif pajak
diketahui bahwa UU PDRD Baru memungkinkan maksimum untuk hiburan berupa pagelaran
pemerintah daerah (provinsi dan kabupaten/kota) busana, kontes kecantikan, diskotek, karaoke,
untuk tidak memungut pajak-pajak yang telah klab malam, permainan ketangkasan, panti pijat,
diatur dalam undang-undang tersebut, apabila dan mandi uap/spa, tarif maksimum yang berlaku
potensinya kurang memadai atau pembebanan adalah 75%, sementara hiburan berupa kesenian
pajaknya tidak sesuai dengan kebijakan daerah rakyat/tradisional dapat dikenai tarif maksimal
dalam peraturan daerah.24 10% (Pasal 45 UU PDRD Baru). Perbedaan tarif
Perubahan terakhir berkaitan dengan objek juga terdapat dalam Pajak Penerangan Jalan, yang
pajak daerah adalah penetapan jenis pajak memiliki tarif maksimum umum 10%, dan tarif
daerah berdasarkan sistem closed list. Sistem ini maksimum khusus 3% (untuk penggunaan listrik
menggantikan sistem open list yang diterapkan sumber lain oleh industri dan pertambangan) serta
pada UU PDRD Lama. Secara harfiah, arti kata 1.5% (untuk listrik yang dihasilkan sendiri) (Pasal
open list berarti daftar terbuka dan closed list 55 UU PDRD Baru).

22
Lihat Pasal 181 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
23
Lihat Pasal 182 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
24
Lihat Pasal 2 ayat (4) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
25
Pasal ayat (3) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
Nugroho dan Yuniza, Pengaturan Pajak Daerah di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Kota Yogya 137

Perubahan signifikan dilakukan oleh UU maksimum adalah Pajak Mineral Bukan Logam
PDRD Baru dengan penggunaan tarif progresif dan Batuan (maksimal 25%) dan Pajak Parkir
untuk jenis pajak PKB dan BBN-KB. Progresivitas (maksimal 30%). Khusus untuk kenaikan tarif
tersebut didasarkan pada jumlah kendaraan maksimum Pajak Parkir, persentase kenaikannya
bermotor yang dimiliki/dikuasai oleh Wajib cukup signifikan, yaitu 10%, atau 50% dari tarif
Pajak (untuk PKB) dan periode pelaksanaan maksimum dalam PP Pajak Daerah. Kenaikan
penyerahan kendaraan bermotor (untuk BBN- tarif maksimum pajak tersebut dapat dikatakan
KB). Penerapan tarif progresif dalam pajak-pajak sebagai kompensasi dari penerapan sistem closed
objektif seperti PKB dan BBN-KB merupakan list dalam penetapan pajak-pajak kabupaten/
suatu terobosan baru dalam pemungutan pajak kota, sehingga diharapkan tidak memberi dampak
di Indonesia. Secara konseptual, penerapan signifikan terhadap realisasi penerimaan pajak
tarif progresif berkaitan dengan pelaksanaan daerah.
prinsip ability to pay dalam perpajakan, yang c) Pengawasan Pembentukan Perda tentang
berarti beban pajak seorang WP harus dapat Pajak Daerah
merefleksikan kemampuan ekonominya dalam Dalam UU PDRD Lama, perda tentang
menanggung beban pajak tersebut, relatif terhadap pajak daerah yang telah ditetapkan oleh kepala
WP lainnya.26 Dengan kata lain, penerapan tarif daerah bersama DPRD wajib disampaikan
progresif lebih relevan dalam konteks pemungutan kepada pemerintah (pusat) dalam jangka
pajak-pajak subjektif, seperti Pajak Penghasilan waktu 15 hari sejak ditetapkan.29 Selanjutnya,
(PPh). Adapun penerapan tarif progresif pembatalan terhadap perda yang bertentangan
pada jenis pajak PKB dan BBN-KB berkaitan dengan kepentingan umum dan/atau peraturan
dengan upaya mengurangi kemacetan di daerah perundang-undangan yang lebih tinggi dilakukan
perkotaan.27 Penerapan tarif progresif diharapkan dalam jangka waktu 1 bulan sejak diterima oleh
memberi efek jera pada WP yang memiliki satu pemerintah (pusat).30 Dalam konteks pengawasan
jenis kendaraan lebih dari satu buah. perda sebagaimana diatur dalam Peraturan
Dari tabel di atas juga dapat disimpulkan Menteri Dalam Negeri No. 53 Tahun 2007 tentang
bahwa upaya mengurangi kemacetan di daerah Pengawasan Peraturan Daerah dan Peraturan
perkotaan juga dilakukan dengan menaikkan Kepala Daerah, pengawasan tersebut dapat
tarif maksimum untuk jenis pajak PKB, BBN- dikategorikan sebagai klarifikasi. Dalam tipe
KB dan PBB-KB. Selain tarif maksimum, untuk pengawasan ini, pengkajian dan penilaian untuk
jenis pajak PKB dan BBN-KB juga ditetapkan mengetahui kesesuaian peraturan yang dibentuk
tarif minimum untuk menghindari perang tarif dengan kepentingan umum dan/atau peraturan
antar daerah sekaligus menghindari perilaku perundang-undangan yang lebih tinggi dilakukan
masyarakat yang memindahkan kendaraan terhadap perda dan peraturan kepala daerah yang
bermotornya ke daerah lain yang lebih rendah sudah ditetapkan.31
beban pajaknya.28 Sementara itu, jenis-jenis pajak Dalam UU PDRD Baru, pengawasan re-
kabupaten/kota yang mengalami kenaikan tarif presif ini tetap dipertahankan. UU PDRD Baru

26
Barry Larking, 2005, IBFD International Tax Glossary 5th Edition, IBFD, Amsterdam, hlm. 1.
27
Lihat Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
28
Lihat Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
29
Lihat Pasal 5A ayat (1) Undang-Undang Nomor 18 tahun 1997 jo. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah.
30
Lihat Pasal 5A ayat (2) jo. Pasal 5A ayat (3) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 jo. Undang-Undang Nomor 34 tahun 2000 tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
31
Lihat Pasal 1 angka 5 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun 2007 tentang Pengawasan Peraturan Daerah dan Peraturan Kepala
Daerah.
138 MIMBAR HUKUM Volume 24, Nomor 1, Februari 2012, Halaman 1 - 186

mengatur bahwa perda tentang pajak daerah dikembalikan kepada pemerintah daerah yang
yang telah ditetapkan oleh kepala daerah harus membuatnya untuk diperbaiki dan disampaikan
disampaikan kepada Menteri Dalam Negeri dan kembali kepada pemerintahan di atasnya.35 Pasal
Menteri Keuangan, dan apabila Menteri Keuang- 159 UU PDRD Baru memberikan sanksi bagi
an menganggap perda tersebut bertentangan daerah yang tidak menyampaikan Raperda tentang
dengan kepentingan umum dan/atau peraturan pajak daerah dalam rangka evaluasi dan perda
perundang-undangan yang lebih tinggi, maka tentang pajak daerah dalam rangka klarifikasi
rekomendasi pembatalan perda disampaikan sesuai dengan ketentuan dalam UU PDRD Baru,
kepada Menteri Dalam Negeri.32 Menteri Dalam berupa penundaan dan/atau pemotongan Dana
Negeri selanjutnya merekomendasikan pemba- Alokasi Umum dan/atau Dana Bagi Hasil atau
talan perda tersebut untuk ditetapkan dalam suatu restitusi. Dalam hal ini, tidak terdapat peng-
peraturan presiden (Pasal 158 ayat (4) jo. Pasal aturan lebih lanjut perihal restitusi yang dimaksud
158 ayat (5) UU PDRD Baru). Proses selanjut- dalam ketentuan tersebut. Berkaitan dengan hal
nya adalah pencabutan perda oleh pemerintah tersebut, penulis berpendapat bahwa dalam hal
daerah, atau pengajuan keberatan tersebut dapat Perda dinyatakan bertentangan dengan kepen-
diajukan pada Mahkamah Agung (Pasal 158 ayat tingan umum dan/atau peraturan perundang-
(6) jo. Pasal 158 ayat (7) UU PDRD Baru). undangan yang lebih tinggi, maka pemerintah
Penambahan jenis pola pengawasan terdapat daerah yang melakukan pelanggaran tersebut
dalam UU PDRD Baru. UU PDRD Baru telah diwajibkan untuk memberikan restitusi kepada
mengakomodir suatu bentuk pengawasan pre- para WP atas jumlah pajak yang pernah dibayarkan
ventif, atau dalam konteks Permendagri No. 53 oleh para WP.
Tahun 2007, pengawasan dalam bentuk evaluasi. Berdasarkan paparan-paparan di atas dapat
Pasal 157 UU PDRD Baru mengatur bahwa disimpulkan bahwa UU PDRD Baru telah
setiap rancangan peraturan daerah (selanjutnya, melakukan harmonisasi dengan UU No. 32 Tahun
Raperda) tentang pajak daerah harus melalui 2004 tentang Pemerintahan Daerah jo. Peraturan
evaluasi oleh pemerintahan yang lebih tinggi Pemerintah No. 79 Tahun 2005 tenang Pedoman
(untuk perda provinsi oleh Menteri Dalam Negeri dan Pembinaan Pengawasan Penyelenggaraan
dan untuk perda kabupaten/kota oleh Gubernur) Pemerintah Daerah, dan lebih khusus lagi
dan Menteri Keuangan. Evaluasi dilakukan dengan Permendagri No. 53 Tahun 2007 tentang
untuk menguji kesesuaian Raperda tentang pajak Pengawasan Peraturan Daerah dan Peraturan
daerah dengan UU PDRD Baru, kepentingan Kepala Daerah. Penambahan pengaturan tentang
umum, dan/atau peraturan perundang-undangan pengawasan preventif melalui evaluasi Raperda
yang lebih tinggi.33 Adapun hasil evaluasi dapat tentang pajak daerah sebagaimana diatur dalam
berupa persetujuan atau penolakan. Apabila Pasal 157 UU PDRD Baru telah sesuai dengan
hasil evaluasi berupa persetujuan, maka Raperda Pasal 2 dan Pasal 3 Permendagri No. 53 Tahun
tersebut dapat langsung ditetapkan sebagai 2007, yang mengatur bahwa evaluasi Raperda
perda,34 dan selanjutnya mengalami proses dilakukan terhadap Raperda provinsi dan
klarifikasi sebagaimana dijelaskan dalam paragraf kabupaten/kota tentang APBD/perubahan APBD,
sebelumnya. Sebaliknya, apabila hasil evaluasi pajak daerah, retribusi daerah, dan rencana tata
berupa penolakan, maka Raperda tersebut ruang.

32
Lihat Pasal 158 ayat (1) jo. Pasal 158 ayat (2) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
33
Lihat Pasal 157 ayat (3) jo. Pasal 157 ayat (4) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
34
Lihat Pasal 157 ayat (9) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
35
Lihat Pasal 157 ayat (10) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
Nugroho dan Yuniza, Pengaturan Pajak Daerah di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Kota Yogya 139

d) Perubahan Persentase dan Penerima kabupaten/kota) untuk kegiatan-kegiatan yang


bagi Hasil Pajak-pajak Daerah dan berkaitan dengan objek pajak (earmarking).
Pengalokasian Sebagian Hasil Penerima- Pertama, Pasal 8 ayat (5) UU PDRD Baru meng-
an Pajak untuk Kegiatan yang Berkaitan atur bahwa sedikitnya 10% dari realisasi pe-
dengan Objek Pajak (Earmarking) nerimaan PKB harus dialokasikan untuk
Perubahan signifikan terakhir dalam UU pembangunan dan/atau pemeliharaan jalan serta
PDRD Baru berkaitan dengan persentase dan peningkatan moda dan sarana transportasi umum.
penerima bagi hasil pajak-pajak daerah, terutama Kedua, Pasal 31 UU PDRD Baru menentukan
pajak-pajak provinsi dan pengalokasian sebagian bahwa realisasi penerimaan Pajak Rokok, baik
hasil penerimaan pajak untuk beberapa pajak yang merupakan bagian provinsi maupun ka-
kabupaten/kota untuk kegiatan yang berkaitan bupaten/kota, wajib dialokasikan sekurang-
dengan objek pajak. Perihal pengaturan tentang kurangnya 50% untuk pendanaan kegiatan
bagi hasil pajak-pajak provinsi, terdapat pelayanan kesehatan masyarakat dan penegakan
perubahan persentase bagi hasil, yaitu untuk hukum oleh aparat yang berwenang. Beberapa
Pajak Rokok (yang sebelumnya tidak ada) sebesar contoh kegiatan tersebut adalah sosialisasi
70% untuk seluruh kabupaten/kota di wilayah bahaya merokok, penyediaan smoking area
provinsi yang bersangkutan; dan Pajak Air di area umum, dan pemberantasan peredaran
Permukaan (sebelumnya, PPPABTAP) sebesar rokok ilegal (Penjelasan Pasal 31 UU PDRD
50% untuk seluruh kabupaten/kota di wilayah Baru). Ketiga, Pasal 56 ayat (3) UU PDRD Baru
provinsi yang bersangkutan, atau 80% jika mengatur mengenai pengalokasian sebagian
sumber air hanya berada di satu wilayah penerimaan Pajak Penerangan Jalan untuk
kabupaten/kota untuk kabupaten/kota yang penyediaan penerangan jalan, walaupun tidak
bersangkutan (Pasal 94 ayat (1) dan ayat (2) ditentukan persentase minimal alokasi tersebut.
UU PDRD Baru). Bagian untuk masing-masing Adanya pengalokasian khusus (earmarking) ini
kabupaten/kota ditetapkan dalam perda provinsi merupakan suatu terobosan baru yang signifikan
dengan memperhatikan aspek pemerataan dan/ dan merupakan penyimpangan dari konsep
atau potensi antar kabupaten/kota (Pasal 94 ayat perpajakan umum bahwa pemungutan pajak
(3) dan ayat (4) UU PDRD Baru) tidak memiliki kontra prestasi langsung dengan
Selain itu, bagi hasil pajak-pajak kabupaten/ kegiatan atau objek yang menjadi objek pajak
kota kepada desa, yang sebelumnya diatur dalam daerah, dan bahwa keseluruhan penerimaan
Pasal 2A ayat (2) dan ayat (4) UU PDRD Lama, pajak daerah akan dikumpulkan (pooling)
kini ditiadakan. Selanjutnya, ketentuan Pasal menjadi satu dan mengisi pos pendapatan pada
2A ayat (5) tentang penggunaan dana bagi hasil APBD.
pajak-pajak provinsi oleh kabupaten/kota juga Perubahan-perubahan pengaturan dalam
dihilangkan. Sekali lagi, penulis berpendapat UU PDRD sebagaimana telah dielaborasi di
bahwa perluasan kewenangan ini bertujuan atas merupakan perubahan-perubahan signifikan
untuk mengkompensasi potensi menurunnya perihal pengaturan pemungutan pajak-pajak
realisasi penerimaan pajak-pajak kabupaten/kota daerah, yang keberadaannya juga diiringi dengan
akibat penerapan sistem closed list. Selanjutnya, perubahan-perubahan lainnya, seperti pemberian
perubahan terakhir berkaitan dengan penerimaan insentif pemungutan pajak daerah bagi pemerintah
pajak-pajak daerah adalah terkait pengaturan daerah (Pasal 171 UU PDRD Baru) dan perubahan-
tentang pengalokasian sebagian penerimaan perubahan pengaturan mengenai pemungutan
beberapa jenis pajak daerah (provinsi dan retribusi daerah.
140 MIMBAR HUKUM Volume 24, Nomor 1, Februari 2012, Halaman 1 - 186

3. Dampak Pemberlakuan UU PDRD ter- demikian, adanya pengaturan-pengaturan baru


hadap Pemungutan Pajak Daerah di dalam UU PDRD Baru tidak mengganggu pem-
Provinsi DIY dan Kota Yogyakarta berlakuan perda-perda yang mengatur tentang
Dampak yuridis yang ditimbulkan dari pajak daerah dan sedang berlaku di DIY. Selain
pemberlakuan UU PDRD Baru di Provinsi DIY itu, tidak ada kevakuman/kekosongan hukum
berasal dari: adanya kewajiban bagi Pemerintah yang mengatur mengenai pajak daerah di Provinsi
DIY untuk segera membentuk peraturan daerah DIY.
(perda) tentang pajak daerah yang baru, perubahan Kedua, secara keseluruhan, apabila diban-
objek pajak provinsi, dan pengenaan tarif pajak dingkan antara UU PDRD Lama dan UU PDRD
progresif untuk jenis pajak tertentu. Baru, pengaturan mengenai objek pajak provinsi
Pertama, dapat dipastikan dengan berlaku- relatif sama. Perbedaannya, UU PDRD Lama
nya UU PDRD Baru akan membawa dampak menyebutkan adanya Pajak Air Bawah Tanah,
terhadap pengaturan pajak daerah di Provinsi DI sedangkan UU PDRD Baru menyatukan Pajak
Yogyakarta. Peraturan Daerah Provinsi Daerah Air Bawah Tanah dan Pajak Air Permukaan.
Istimewa Yogyakarta No. 1 Tahun 2002 tentang Dalam UU PDRD Lama, Pajak Pengambilan
Pajak Daerah (Lembaran Daerah Provinsi Daerah dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Per-
Istimewa Yogyakarta Tahun 2002 No. 1 Seri B) mukaan dijadikan satu kesatuan menjadi kewe-
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan nangan pemerintah daerah provinsi. Akan tetapi,
Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dalam UU PDRD Baru, Pajak Air Permukaan
No. 2 Tahun 2007 (Lembaran Daerah Provinsi menjadi pajak provinsi, sedangkan Pajak Air
Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2007 No. Tanah menjadi pajak kabupaten/kota. Keberadaan
2) perlu diganti. Dalam melaksanakan amanat Pajak Air Tanah di provinsi digantikan oleh Pajak
UU PDRD Baru, Pemerintah Provinsi DIY telah Rokok. Jadi, secara tidak langsung dapat dikata-
menyiapkan Rancangan Peraturan Daerah tentang kan bahwa pajak provinsi berkurang 1 (-1) yaitu
Pajak Daerah berdasarkan usulan Gubernur. Pajak Air Bawah Tanah, akan tetapi kekurangan
Raperda tersebut telah disosialisasikan di harian itu diganti dengan satu jenis pajak baru (+1), yaitu
Bernas Jogja tanggal 31 Maret 2010 dan juga Pajak Rokok.
diadakan acara Jaring Asmara Raperda Provinsi Ketiga, lahirnya UU PDRD Baru mem-
Daerah Istimewa Yogyakarta tentang Pajak Daerah perkenalkan tarif pajak progresif, yaitu dalam
pada tanggal 31 Maret 2010 oleh Biro Hukum PKB. Aplikasi penerapan pajak progresif dalam
Setda Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang Raperda Pajak Daerah adalah pengenaan tarif
dihadiri oleh berbagai kalangan masyarakat. progresif untuk PKB. Hal tersebut dirasa sudah
Rencananya, pada bulan Mei 2010 Raperda memberikan keadilan bagi masyarakat, karena
tersebut disampaikan ke Dewan Perwakilan tarif pajak progresif hanya dikenakan untuk
Rakyat Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta kepemilikan kendaraan pribadi lebih dari satu.
(DPRD DIY). Pada akhir tahun 2010, Raperda Keempat, berkaitan dengan dampak yang
tersebut sudah harus disahkan, karena jika ditimbulkan dari pemberlakuan UU PDRD Baru
belum disahkan maka dikhawatirkan akan ter- terhadap APBD, terutama akibat perubahan-per-
jadi pemungutan pajak berganda dengan Pajak ubahan pengaturan mengenai objek pajak daerah,
Kabupaten/Kota, yaitu Pajak Air Bawah Tanah. secara umum hal tersebut belum dapat diprediksi.
Bagi Pemerintah Provinsi DI Yogyakarta, Akan tetapi, Pemerintah Provinsi D.I. Yogyakarta
tidak ada perubahan secara signifikan mengenai optimis bahwa pemungutan pajak daerah di masa
objek pajak yang menjadi kewenangan provinsi yang akan datang akan lebih besar dibandingkan
(akan dijelaskan di paragraf selanjutnya). Dengan dengan penerimaan riil pajak saat ini.
Nugroho dan Yuniza, Pengaturan Pajak Daerah di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Kota Yogya 141

Sementara itu, sebagaimana telah disebutkan secara open list diusulkan oleh daerah-daerah
sebelumnya, UU PDRD Baru mulai berlaku pada kaya karena masih terpengaruh euforia otonomi
tahun 2009. Berbagai perubahan pengaturan, daerah.38 Lebih jauh lagi, Pemerintah Kota
khususnya yang berkaitan dengan pemungutan Yogyakarta menganggap sistem open list,
pajak-pajak kabupaten/kota, dapat dipastikan walaupun di satu sisi memang memungkinkan
akan berdampak pada pengaturan pajak daerah berkembangnya daerah melalui penerimaannya
di seluruh kabupaten/kota di Indonesia, termasuk sendiri, namun di sisi lain dikhawatirkan dapat
di Kota Yogyakarta. Secara umum, Pemerintah membuka peluang bagi munculnya pungutan-
Kota Yogyakarta menyambut positif adanya pungutan liar.39 Dengan demikian, penerapan
pengundangan UU PDRD Baru menggantikan UU sistem closed list dalam UU PDRD Baru lebih
PDRD Lama. Secara diplomatis, Pemerintah Kota mengutamakan kesatuan dan nasionalisme di
Yogyakarta berusaha mengidentifikasi kelebihan setiap daerah di seluruh Indonesia.40 Selain itu,
dan kekurangan UU PDRD Baru, serta berusaha bagi Pemerintah Kota Yogyakarta, penerapan
fokus untuk menjalankan amanat UU PDRD Baru, sistem closed list juga lebih memberikan
terutama untuk periode 3 (tiga) tahun ke depan.36 kepastian hukum, karena jenis objek dan tarif
Secara umum, dampak yuridis yang di- pajak di seluruh kabupaten/kota di Indonesia dapat
timbulkan dari pemberlakuan UU PDRD Baru di diseragamkan.41
Kota Yogyakarta berasal dari adanya perubahan Kedua, berkaitan dengan perluasan objek
penetapan jenis pajak, dari yang semula open pajak dalam UU PDRD Baru, hal tersebut justru
list menjadi closed list, perluasan objek pajak merupakan tantangan bagi Pemerintah Kota
dari beberapa jenis pajak kabupaten/kota, dan Yogyakarta. Contohnya, perluasan objek Pajak
peningkatan tarif maksimum untuk beberapa jenis Restoran sehingga mencakup usaha catering, dan
pajak kabupaten/kota. perluasan objek Pajak Air Bawah Tanah sehingga
Pertama, berkaitan dengan perubahan sistem mencakup rumah, perhotelan, dan kos-kosan,
open list menjadi closed list yang terdapat dalam sangat potensial.42 Namun demikian, untuk jenis
UU PDRD Baru, hal tersebut tidak berdampak pajak kabupaten/kota baru, yaitu Pajak Bumi dan
pada jenis pajak yang dipungut oleh Pemerintah Bangunan (PBB) Pedesaan dan Perkotaan serta
Kota Yogyakarta. Selama berlakunya UU PDRD BPHTB belum dapat diketahui efektivitasnya,
Lama, Pemerintah Kota Yogyakarta tidak me- karena kedua jenis pajak tersebut bergantung pada
mungut pajak selain yang ditentukan dalam Pasal peralihan penjualan tanah, sedangkan di Kota
2 ayat (2) UU PDRD Lama.37 Dengan kata lain, Yogyakarta, jual beli tanah dirasa tidak begitu
Pemerintah Kota Yogyakarta tidak memanfaatkan signifikan.43 Berdasarkan hasil observasi para
sistem open list yang berlaku dalam UU PDRD penulis, potensi peningkatan penerimaan daerah
Lama. Hal ini disebabkan karena Pemerintah juga terdapat pada sektor Pajak Hiburan dan
Kota Yogyakarta menganggap sistem open list Pajak Hotel, seiring dengan bertambahnya jumlah
merupakan hasil kebijakan politik semata pada tempat hiburan dan hotel beserta fasilitasnya di
waktu diundangkan, dimana penetapan jenis pajak Kota Yogyakarta dan adanya perluasan objek

36
Hasil wawancara dengan Zico Ostaki, Staf Perundang-Undangan pada Bagian Hukum Provinsi D.I. Yogyakarta, 1 April 2010.
37
Hasil wawancara dengan Kisbiyantoro, Kepala Seksi Penagihan dan Keberatan Dinas Pajak Daerah dan Pengelolaan Keuangan Kota
Yogyakarta, 1 April 2010.
38
Ibid.
39
Ibid.
40
Ibid.
41
Ibid.
42
Ibid.
43
Ibid.
142 MIMBAR HUKUM Volume 24, Nomor 1, Februari 2012, Halaman 1 - 186

pajak: Pajak Hiburan dan Pajak Hotel. sebagai prediksi awal, Pemerintah Kota Yogya-
Ketiga, berkaitan dengan perubahan karta optimis bahwa pemungutan pajak daerah
pengaturan mengenai tarif maksimum, secara di masa yang akan datang dapat dipastikan akan
teoretis sudah dipastikan akan menguntungkan lebih besar dan tidak akan mengganggu pos-pos
pihak Pemerintah Kota Yogyakarta.44 Hal ini penerimaan daerah yang lainnya.47
dikarenakan pajak yang terutang pada WP Kelima, berkaitan dengan perubahan peng-
merupakan hasil perkalian tarif dengan dasar aturan dalam UU PDRD Baru mengenai peng-
pengenaan pajak, sehingga peningkatan tarif akan awasan perda kabupaten/kota tentang pajak
dapat meningkatkan pajak yang terutang pada daerah, Pemerintah Kota Yogyakarta telah meng-
WP, dan berarti peningkatan penerimaan bagi akomodasi perubahan tersebut melalui perubahan
Pemerintah Kota Yogyakarta. Namun demikian, Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta
hal ini masih harus dibuktikan kebenarannya No. 69 Tahun 2008 tentang Mekanisme Peng-
dalam praktek, karena proses penetapan tarif awasan Produk Hukum Kabupaten/Kota dengan
pajak harus memperhitungkan situasi dan kondisi Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta
sosiologis dan penerimaan di masyarakat.45 No. 43 Tahun 2009 tentang Perubahan atas Per-
Dalam menetapkan tarif pajak daerah di aturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta No.
wilayahnya, Pemerintah Kota Yogyakarta selalu 69 Tahun 2008 tentang Mekanisme Pengawasan
berupaya memenuhi ketentuan-ketentuan sebagai Produk Hukum Kabupaten/Kota. Peraturan
berikut:46 Gubernur ini telah mengakomodasi ketentuan-
a. penetapan tarif harus dapat diberlakukan 5 ketentuan pengawasan perda kabupaten/kota
(lima) tahun ke depan;
tentang pajak daerah dalam UU PDRD Baru,
b. pengidentifikasian shadow price, yaitu harga-
harga yang berlaku di kabupaten-kabupaten sehingga potensi pembatalan Perda Kota
di sekitarnya, yaitu Bantul, Kulonprogo, Yogyakarta tentang pajak daerah di masa yang
Sleman, dan Gunungkidul. akan datang semakin kecil. 48 Pemerintah Kota
Keempat, berkaitan dengan dampak yang Yogyakarta menyatakan bahwa tingkat pembatalan
ditimbulkan dari pemberlakuan UU PDRD Baru Perda Kota Yogyakarta saat ini hanya berkisar
terhadap APBD, terutama akibat perubahan- 1%.49
perubahan pengaturan mengenai objek pajak Namun demikian, Pemerintah Provinsi D.I.
daerah, hal tersebut belum dapat diprediksi. Pasal Yogyakarta, selaku pihak yang akan melakukan
180 ayat (1) UU PDRD Baru mengatur bahwa pengawasan terhadap Perda Kota Yogyakarta
perda-perda tentang pajak daerah untuk jenis-jenis tentang pajak daerah, menyatakan bahwa
pajak yang diatur dalam UU PDRD Lama masih pengaturan mengenai jangka waktu 15 hari kerja
tetap berlaku untuk jangka waktu paling lama 2 untuk proses evaluasi oleh Gubernur dan Menteri
tahun sejak berlakunya UU PDRD Baru. Dengan Dalam Negeri serta proses koordinasi dengan
demikian, dampak riil pemberlakuan UU PDRD Menteri Keuangan dianggap kurang memadai,
Baru terhadap APBD Kota Yogyakarta baru dapat karena fakta di lapangan menunjukkan bahwa
diprediksi apabila perda-perda Kota Yogyakarta proses tersebut memanfaatkan waktu lebih dari
tentang pajak daerah telah diberlakukan. Namun, lima belas hari.50

44
Ibid.
45
Ibid.
46
Hasil wawancara dengan Zico Ostaki, Loc.cit.
47
Hasil wawancara dengan Kisbiyantoro, Loc.cit.
48
Hasil wawancara dengan Zico Ostaki, Loc.cit.
49
Ibid.
50
Hasil wawancara dengan Adi Bayu Kistanto, Loc.cit.
Nugroho dan Yuniza, Pengaturan Pajak Daerah di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Kota Yogya 143

Sementara itu, langkah-langkah harmonisasi daerah tentang pajak daerah bersifat positif.
produk hukum daerah tentang pajak daerah Selain itu, upaya-upaya harmonisasi dengan UU
terhadap perubahan-perubahan pengaturan dalam PDRD Baru telah dilaksanakan oleh Pemerintah
UU PDRD Baru adalah dengan:51 Provinsi D.I. Yogyakarta dan Pemerintah Kota
1) Menyusun produk hukum daerah tentang Yogyakarta agar pemungutan pajak-pajak daerah
pajak daerah yang disertai dengan kajian pasca pemberlakuan UU PDRD Baru dapat
akademis dalam bentuk Naskah Akade-
memiliki dasar hukum.
mik (NA). Pembuatan NA sekaligus da-
pat mengetahui harmonisasi antara produk
D. Penutup
hukum daerah yang satu dengan yang lain-
nya. Contohnya adalah dalam pembuatan Berdasarkan paparan-paparan di atas, dapat
produk hukum daerah tentang pajak parkir ditarik sebagai kesimpulan dalam penelitian ini,
dilakukan pembuatan NA agar tidak terjadi sebagai berikut: Pertama, perubahan substansial
tumpang tindih dengan pengaturan dalam mengenai pajak daerah dilakukan oleh UU PDRD
produk hukum daerah tentang retribusi
Baru. Ada empat perubahan dalam UU PDRD
parkir;
2) Pembentukan Tim Pengkaji Perda. Tim terse- Baru yang dibahas dalam penelitian ini, yaitu: (a)
but akan dibagi lagi menjadi 2 berdasarkan perluasan objek pajak daerah, penambahan jenis
mekanisme pembahasan pengkajian yang pajak daerah & penerapan sistem closed list; (b)
dilakukan, yaitu: perubahan tarif maksimum dan penetapan tarif
a) Tim Pengkaji baru (draft baru), dengan
acuan produk hukum baru. Pengkajian pajak daerah; (c) pengawasan pembentukan Perda
oleh tim ini dilakukan dengan perspektif tentang pajak daerah; dan (d) perubahan per-
3 tahun ke depan; dan sentase dan penerima bagi hasil pajak-pajak daerah
b) Tim Pengkaji perda yang akan dikaji dan pengalokasian sebagian hasil penerimaan
(perda lama). Pengkajian terhadap
pajak untuk kegiatan yang berkaitan dengan
perda-perda lama sekaligus membahas
permasalahan yang terjadi di masyarakat objek pajak (earmarking). Hal-hal yang dapat
berkaitan dengan pemungutan pajak yang diidentifikasi sebagai rasionalisasi perubahan
diatur dalam perda tersebut. pengaturan tentang pajak daerah dari peraturan
Produk hukum daerah tentang pajak daerah yang lama ke peraturan yang baru, adalah sebagai
dapat berbentuk perda dan peraturan walikota berikut: (a) Adanya perubahan pengaturan
(Perwal). Perda-perda tentang pajak daerah mengenai pemerintahan daerah; UU PDRD Lama
sifatnya regelingen atau mengatur, sedangkan dibentuk berdasarkan UU No. 5 Tahun 1974
pengaturan secara teknis terdapat di berbagai tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah
Perwal. Pengaturan dalam Perwal ini selain mudah dan UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan
dan cepat, juga lebih tepat untuk mengatur hal-hal Daerah, sedangkan UU PDRD Baru dibentuk
teknis berkaitan dengan pemungutan pajak-pajak berdasarkan UU No. 32 Tahun 2004 tentang
kabupaten/kota.52 Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah
Dari paparan-paparan di atas dapat di- beberapa kali terakhir dengan UU No. 12 Tahun
simpulkan bahwa Pemerintah Provinsi D.I. 2008; (b) Terbatasnya kewenangan Pemerintah
Yogyakarta dan Pemerintah Kota Yogyakarta Provinsi dalam menetapkan jenis-jenis dan tarif
menyambut baik perubahan-perubahan yang pajak provinsi; (c) Tidak optimalnya pelaksanaan
terdapat dalam UU PDRD Baru. Dengan kata lain, sistem open list oleh pemerintah kabupaten/
dampak yuridis yang ditimbulkan dari perubahan- kota, sehingga menyebabkan ketergantungan
perubahan tersebut terhadap produk hukum pemerintah kabupaten/kota pada dana-dana

51
Hasil wawancara dengan Zico Ostaki, Loc.cit.
52
Ibid.
144 MIMBAR HUKUM Volume 24, Nomor 1, Februari 2012, Halaman 1 - 186

perimbangan dari pemerintah pusat dan/atau PDRD Baru dapat memiliki dasar hukum.
pemerintah provinsi; dan (d) Belum efektifnya Adapun dampak yuridis yang ditimbulkan dari
pengawasan terhadap perda-perda yang mengatur pemberlakuan UU PDRD Baru di Provinsi D.I.
tentang pajak-pajak daerah, baik di tingkat provinsi Yogyakarta berasal dari adanya kewajiban bagi
maupun kabupaten/kota. Pemerintah Provinsi D.I. Yogyakarta untuk segera
Kedua, secara umum, Pemerintah Provinsi membentuk peraturan daerah (perda) tentang
D.I. Yogyakarta dan Pemerintah Kota Yogyakarta pajak daerah yang baru, karena terdapat per-
menyambut baik perubahan-perubahan yang ubahan objek pajak provinsi, dan pengenaan
terdapat dalam UU PDRD Baru. Dengan tarif pajak progresif untuk jenis pajak tertentu.
kata lain, dampak yuridis yang ditimbulkan Sementara itu, dampak yuridis yang ditimbulkan
dari perubahan-perubahan tersebut terhadap dari pemberlakuan UU PDRD Baru di Kota
produk hukum daerah tentang pajak daerah Yogyakarta berasal dari adanya perubahan
bersifat positif. Selain itu, upaya-upaya harmonisasi penetapan jenis pajak, dari yang semula open
dengan UU PDRD Baru telah dilaksanakan list menjadi closed list, perluasan objek pajak
oleh Pemerintah Provinsi D.I. Yogyakarta dan dari beberapa jenis pajak kabupaten/kota, dan
Pemerintah Kota Yogyakarta agar pemungutan peningkatan tarif maksimum untuk beberapa jenis
pajak-pajak daerah pasca pemberlakuan UU pajak kabupaten/kota.

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. tentang


Ashshofa, Burhan, 1996, Metode Penelitian Perubahan atas UU No. 18 Tahun 1997
Hukum, Rineka Cipta, Jakarta. tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
Koentjoro, Diana Halim, 2007, Hukum Adminis- (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
trasi Negara, Ghalia Indonesia, Bogor 2000 No. 246, Tambahan Lembaran Negara
Selatan. Republik Indonesia No. 4048).
Larking, Barry, 2005, IBFD International Tax Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang
Glossary 5th Edition, IBFD, Amsterdam. Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
No. 125 Tahun 2004, Tambahan Lembaran
B. Makalah/Presentasi Negara No. 4437).
Moenek, Reydonnyzar, “Penyempurnaan Undang- Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang
Undang tentang Pajak Daerah dan Retribusi Perimbangan Keuangan antara Pemerintah
Daerah”, Makalah, Direktorat Jenderal Bina Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik
Administrasi Keuangan Daerah Direktur Indonesia Tahun 2004 No. 126, Tambahan
Administrasi Pendapatan dan Investasi Lembaran Negara Republik Indonesia No.
Daerah, Jakarta, 2009. 4438).
Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak
C. Peraturan Perundang-undangan Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran
Undang-Undang No. 18 tahun 1997 tentang Pajak Negara Republik Indonesia Tahun 2009 No.
Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran 130, Tambahan Lembaran Negara Republik
Negara Republik Indonesia Tahun 1997 No. Indonesia No. 5049).
41, Tambahan Lembaran Negara Republik Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 53 Tahun
Indonesia No. 3685). 2007 tentang Pengawasan Peraturan Daerah
Undang-Undang No. 34 tahun 2000 tentang dan Peraturan Kepala Daerah.

Anda mungkin juga menyukai