1) Pembatalan Peraturan daerah tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dilakukan paling
lama....
B. Bila A, C benar
C Bila B, C benar
3) Dalam hal Peraturan daerah Pajak Daerah dan Retribusi Daerah bertentangan dengan
kepentingan umum dan atau peraturan perundang- undangan yang lebih tinggi, maka Pemerintah
dapat membatalkan Peraturan Daerah dimaksud. Hal ini dapat ditemukan dalam U No 34 Tahun
2000:
A. Pasal 5A
B. Pasal 20
C. Pasal 25A
D. Pasal 15
4) Dalam rangka pengawasan, mekanisme pembatalan Peraturan Daerah tentang Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah disampaikan kepada:
A. Menteri Keuangan
5) Rancangan Peraturan daerah Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sebelum ditetapkan terlebih
dahulu harus memperoleh persetujuan Ranperda
Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang terdapat di
bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian, gunakan rumus berikut untuk
mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 2.
Jumlah Soal
70-79% -cukup
<70%-kurang
Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat meneruskan dengan
Kegiatan Belajar 3. Bagus! Jika masih di bawah 80% Anda harus mengulangi materi Kegiatan
Belajar 2, terutama bagian yang belum dikuasai.
Modul 4
KEGIATAN BELAJAR 1
Upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah dalam rangka meningkatkan PAD melalui
pajak daerah dan retribusi daerah yaitu, menetapkan Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000
tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah. Perubahan terhadap Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 ini dilakukan
tidak terlepas dari keinginan dan keseriusan pemerintah untuk mewujudkan otonomi yang benar-
benar memberikan keleluasaan dari daerah dalam mengatur dan merencanakan daerahnya
masing-masing. Revisi tersebut juga dimaksudkan untuk menciptakan suatu sistem perpajakan
daerah yang sejalan dengan makna otonomi daerah sebagaimana diamanatkan dalam Undang-
undang Nomor 22 Tahun 1999 dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 serta selaras juga
dengan sistem perpajakan nasional yang diatur dalam Undang-undang tentang Ketentuan Umum
Dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16
Tahun 2000.
Pengaturan kewenangan mengenai pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah dalam
Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 selama ini dianggap kurang memberikan peluang kepada
daerah untuk mengadakan pungutan baru. Walaupun dalam Undang-undang tersebut sebenarnya
telah memberikan kewenangan kepada daerah, namun harus ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah shingga pada waktu Undang-undane Nomor 18 Tahun 1997 berlaku belum ada satu
daerah pin yang mengusulkan pungutan baru karena dianggap hal tersebut sulit dilakukan. Selain
itu, pengaturan agar peraturan daerah (perda) tentang pajak daerah dan retribusi daerah harus
mendapat pengesahan dari pusat juga dianggap telah mengurangi hak otonomi daerah. Dengan
diubahnya Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 menjadi Undang-undang Nomor 34 Tahun
2000, diharapkan pajak daerah dan retribusi daerah akan menajdi salah satu PAD yang penting
guna membiayai pemerinah dan pembangunan daerah.
Dalam rangka membiayai aktivitas pemerintahan baik pemerintah pusat (APBN) maupun
daerah (APBD) selama ini masih didominasi dari sektor pajak. Untuk daerah sebenarnya sumber
penerimaan nya tidak semata-mata hanya dari pajak daerah saja. Karena itu penerapan pajak
daerah akan menjadi kontra produktif dengan makna otonomi daerah yang ingin
menyejahterakan masyarakat lokal melalui pemerintah daerah apabila dengan penerapan pajak
daerah justru menyengsarakan rakyat.
Pajak daerah dan pajak nasional merupakan suatu sistem perpajakan di Indonesia, yang
pada dasarnya merupakan beban masyarakat sehingga perlu dijaga agar kebijakan tersebut dapat
memberikan beban yang adil. Sejalan dengan sistem perpajakan nasional, pembinaan pajak
daerah dilakukan secara terpadu dengan pajak nasional. Pembinaan ini dilakukan secara terus
menerus terutama mengenai obyek dan tarif pajak sehingga antara pajak pusat dan pajak daerah
saling melengkapi.
Pajak daerah berdasarkan kewenangan memungut dan peruntukannya dibedakan dalam dua
golongan yaitu Pajak Daerah Provinsi dan Pajak Daerah Kabupaten/Kota. Pembedaan pajak
tersebut adalah berdasarkan obyeknya. Pajak Daerah Kabupaten/Kota objeknya berada di
kabupaten/kota itu sendiri (lokal) sedangkan pajak provinsi obyek nya mobile melintasi beberapa
wilayah kabupaten/kota dalam provinsi tersebut.
Peraturan Daerah tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah tidak boleh berlaku surut.
Sekurang-kurangnya mengatur:
wilayah pemungutan;
masa pajak;
penetapan;
kadaluwarsa:
Peraturan Dacrah Pajak Daerah dan Retribusi Dacrah dapat mengatur ketentuan mengenai:
pemberian pengurangan, keringanan, dan pembebasan dalam hal-hal tertentu atas pokok
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dan/atas sanksinya:
tata Cara penghapusan piutang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dan kadaluwarsa;
Keadilan adalah objek atau subjek atau dasar pengenaan pajak tidak membedakan
(kalsifikasi) orang pribadi atau badan tapa alasan yang kuat contoh pajak bangsa asing,
pengecualian anggota DPRD sebagai subjek atau wajib pajak,
Pertanyaan
Semuanya benar
Persyaratan penetapan Peraturan Daerah adalah Peraturan Daerah Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah:
Tidak boleh berlaku surut
Semuanya benar
Pengaturan agar peraturan daerah tentang pajak daerah dan retribusi daerah harus
mendapat pengesahan dari pusat juga dianggap telah mengurangi hak otonomi daerah
UU No 18 tahun 1997 ternyata tidak juga memberikan kontribusi yang memadai terhadap
APBD
Dipengaruhi oleh arus pemikiran dominan dalam lembaga politik yang bersangkutan pada
kurun waktu tertentu.
UU No 34 tahun 2000 ternyata tidak juga memberikan kontribusi yang memadai terhadap
APBD apalagi dengan ditetapkannya pengaturan pedoman otonomi daerah dalam:
Pajak daerah dan pajak nasional merupakan suatu sistem perpajakan di Indonesia. Selain
dengan sistem perpajakan nasional, pembinaan pajak daerah perlu:
Dijaga agar kebijakan tersebut dapat memberikan beban yang adil
Dilakukan secara terus menerus terutama mengenai objek dan tarif pajak sehingga antara
pajak pusat dan pajak daerah saling melengkapi.
Semuanya benar
Dana Dekonsentrasi dan Dana Tugas Pembantuan merupakan salah satu unsur dalam
sistem perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah.
Sesuai dengan UU No. 33 Tahun 2004, dan PP No. 7 tahun 2008, pendanaan
Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip sebagai berikut :
Dana Dekonsentrasi dan Dana Tugas Pembantuan pada dasarnya merupakan bagian
anggaran kementrian/lembaga yang dialokasikan di dalam Rencana Kerja dan Anggaran
Kementrian/Lembaga (RKA-K/L)
Kegiatan yang didanai dalam rangka pelaksanaan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan
adalah lingkup kewenangan yang sudah menjadi Tupoksi kementrian/lembaga;
Kegiatan yang didanai dalam rangka pelaksanaan Dekonsentrasi bersifat nonfisik, seperti:
koordinasi perencanaan, fasilitasi, pelatihan, pembinaan, pengawasan, dan pengendalian. Di
dalam kegiatan nonfisik dimungkinkan terdapat kegiatan fisik yang bersifat penunjang:
Kegiatan yang didanai dalam rangka pelaksanaan Tugas Pembantuan bersifat fisik. Di
dalam kegiatan fisik dimungkinkan terdapat kegiatan nonfisik yang bersifat penunjang;
mekanisme penyaluran Dana Dekonsentrasi dan Dana Tugas Pembantuan secara ringkas
dapat diuraikan sebagai berikut:
Pelaksanaan pengeluaran atas beban APBN oleh KPPN dilakukan berdasarkan Surat
Perintah Membayar (SPM) yang diterbitkan oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna
Anggaran dengan penerbitan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) oleh KPPN selaku Kuasa
Bendahara Umum Negara
Pelaksanaan pembayaran tagihan atas beban APBN tersebut dapat dilakukan dengan cara:
Dalam hal pelaksanaan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan terdapat saldo, maka
saldo tersebut wajib disetor ke Rekening Kas Umurn Negara dan apabila menghasilkan
penerimaan, maka penerimaan tersebut merupakan penerimaan APBN yang harus disetor ke
Rekening Kas Umum Negara.
Dana Dekonsentrasi wajib Dalam PP No. 7 Tahun 2008 dijelaskan bahwa Kepala SKPD
provinsi selaku Kuasa Pengguna Anggaran/Barang dekonsentrasi menyelenggarakan akuntansi
dan bertanggung jawab terhadap penyusunan dan penyampaian laporan pertanggungjawaban
keuangan dan barang. Penyusunan dan penyampaian laporan dimaksud secara garis besar dapat
disajikan sebagai berikut:
Setiap triwulan dan setiap berakhirnya tahun anggaran, kepala SKPD provinsi atas nama
gubernur menyusun dan menyampaikan laporan pertanggungjawaban keuangan dan barang
kepada menteri/pimpinan lembaga pemberi dana dekonsentrasi, dengan tembusan kepada SKPD
yang membidangi pengelolaan keuangan daerah;
Setiap triwulan dan setiap berakhirnya tahun anggaran, Kepala SKPD provinsi atas nama
gubernur menyusun dan menyampaikan laporan pertanggungjawaban keuangan dan kepada
menteri/pimpinan lembaga pemberi dana tugas pembantuan, dengan tembusan kepada SKPD
yang membidangi pengelolaan keuangan daerah;
Setiap triwulan dan setiap berakhirnya tahun anggaran, Kepala SKPD kabupaten/kota atas
nama bupati/walikota menyusun dan menyampaikan laporan pertanggungjawaban keuangan dan
barang menteri/pimpinan lembaga pemberi dana tugas pembantuan, dengan kepada tembusan
kepada SKPD yang membidangi pengelolaan keuangan daerah;
PP No. 7 tahun 2008 juga mengamanatkan bahwa semua barang yang dibeli atau
diperoleh dari pelaksanaan Dana Dekonsentrasi merupakan barang milik negara (BMN).
Mengingat dana tugas pembantuan digunakan untuk mendanai kegiatan yang bersifat
fisik, maka dalam pelaksanaan dan penyelenggaraannya bisa menghasilkan output berupa BMN.
BMN yang diperoleh dari hasil pelaksanaan Tugas Pembantuan dapat dihibahkan juga kepada
daerah.
Barang yang sudah dihibahkan kepada daerah wajib dikelola dan ditatausahakan oleh
daerah, dengan konsekuensi bahwa penatausahaan, penggunaan dan pemanfaatan barang tersebut
dilaksanakan oleh daerah provinsi/kabupaten/kota sebagai BMD dengan dukungan dana dari
APBD. Ketentuan lebih lanjut mengenai mekanisme penghibahan BMN mengikuti Peraturan
Menteri Keuangan tentang Tata Cara Pelaksanaan Penggunaan, Pemanfaatan, Penghapusan dan
Pemindahtanganan Barang Milik Negara.
LATIHAN
Apa saja yang ditegaskan dalam UU Nomor 33 Tahun 2004, pelimpahan kewenangan
sistem perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah? Jelaskan!
Prinsip-prinsip apa saja yang diatur dalam UU No. 33 Tahun 2004, dan PP No. 7 tahun
2008 tentang pendanaan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan? Jelaskan!
Yang ditegaskan dalam UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang pelimpahan kewenangan sistem
perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah adalah:
Penyelenggaraan urusan Pemerintahan Daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi
didanai dari APBD;
Prinsip-prinsip yang diatur dalam UU No. 33 Tahun 2004, dan PP No. 7 tahun 2008
tentang pendanaan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan adalah:
Kegiatan yang didanai dalam rangka pelaksanaan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan
adalah lingkup kewenangan yang sudah menjadi Tupoksi kementrian/lembaga;
Kegiatan yang didanai dalam rangka pelaksanaan Dekonsentrasi bersifat nonfisik, seperti:
koordinasi perencanaan, fasilitasi, pelatihan, pembinaan, pengawasan, dan pengendalian. Di
dalam kegiatan nonfisik dimungkinkan terdapat kegiatan fisik yang bersifat penunjang:
Kegiatan yang didanai dalam rangka pelaksanaan Tugas Pembantuan bersifat fisik. Di
dalam kegiatan fisik dimungkinkan terdapat kegiatan nonfisik yang bersifat penunjang:
RANGKUMAN
Dana Dekonsentrasi dan Dana Tugas Pembantuan merupakan salah saha unsur dalam
sistem perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah.