Anda di halaman 1dari 14

Pelayanan Publik dan Maladministrasi Sektor

Pertambangan

Oleh : Dr. Laode Ida


(Pimpinan Ombudsman RI 2016-2021/Wakil Ketua DPD RI 2004-2014)

PELATIHAN HUKUM PERTAMBANGAN


ANGKATAN XIII 14-15 September 2022

Diselenggarakan oleh:
BALAI DIKLAT TAMBANG BAWAH TANAH, BPSDM, KEMENTERIAN ESDM
Bekerja Sama dengan
PUSAT STUDI HUKUM ENERGI DAN PERTAMBANGAN (PUSHEP)
MALADMINISTRASI DALAM PELAYANAN
PUBLIK DI SEKTOR PERTAMBANGAN

DR. LAODA IDA


PENDAHULUAN
1. Hakikat keberadaan negara adalah untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat, sehingga
pelayanan publik menjadi bagian dalam upaya negara untuk mewujudkan kesejahteraan
rakyat.
2. Pelayanan publik pada masa lampau cenderung KKN, tidak menciptakan kepastian hukum,
banyak mendapatkan kritikan yang berdampak pada adanya konflik sosial di
masyarakat bahkan merugikan negara.
3. Adanya tuntutan perbaikan pelayanan publik sejak era reformasi/era demokrasi melalui praktik
reformasi birokrasi, otonomi daerah dan dinamika masyarakat yang menuntut adanya
perubahan.
4. Upaya perbaikan pelayanan publik telah dan sedang berjalan, melalui pembentukan peraturan
perundang-undangan, kebijakan reformasi birokrasi, penguatan pengawas internal dan
Lembaga pengawasan eksternal sampai dengan optimalisasi peran aparat penegak hukum.
5. Namun Maladminsitrasi dalam penyelenggaraan pelayanan publik masih berlangsung pada
beberapa sektor karena faktor kualitas pelayanan publik, masyarakat dan ketidakseriusan
Pemerintah serta praktik reformasi birokrasi yang belum meniadakan Maladministrasi.
6. Tujuan penyelenggaraan pelayanan publik yang berkualitas dan bebas dari Maladiinistrasi akan
mendorong daya saing bangsa semakin kompetitif, menekan praktek korupsi, kepastian hukum
dan kemudahan dalam berusaha.
Pelayanan Publik dan Permasalahan
Birokrasi
Budaya
kerja yang Organisasi
masih yang gemuk
feodalistik

Pelayanan PERMASALAHAN Overlapping


yang masih
PELAYANAN kebijakan
buruk
PUBLIK

Pola Pikir
Kompetensi
berdasar
SDM yang
Rules of
kurang
Based
Tinjauan Normatif Peran Negara dalam Pelayanan
Publik
1. Telah diterbitkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik serta
peraturan pelaksananya guna mendorong penguatan dan peningkatan kualitas pelayanan
publik, termasuk melalui penguatan Pengawas Internal/APIP dan Pengawas Eksternal
termasuk KPK dan Ombudsman serta optimalisasi peran NGO/LSM.
2. Negara telah memberikan kebijakan dan terobosan dalam pelayanan publik guna melayani
setiap warga negara dan penduduk untuk memenuhi hak dan kebutuhan dasarnya dalam
rangka pelayanan publik yang merupakan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
3. Dalam tingkat teknis pelayanan publik yang diwujudkan dalam peraturan internal sampai
dengan tingkat SOP Pelayanan publik.
4. Meskipun demikian, masih terdapat celah kelemahan dari regulasi yang membuka peluang
terjadinya Maladministrasi pelayanan publik oleh karena itu Pemerintah perlu dan terus
melakukan evaluasi terhadap regulasi dan kebijakan terkait pelayanan publik agar dapat
meningkatkan responsivitas terhadap dinamika masyarakat.
PERAN NEGARA, BIROKRASI DAN PELAYANAN
PUBLIK DI SEKTOR PERTAMBANGAN

NEGARA SEBAGAI
REGULATOR BIROKRASI
MEMASTIKAN SEBAGAI MESIN
NEGARA PRAKTIK BISNIS PENGGERAK
MENDAPATKAN PELAYANAN
PERLINDUNGAN PUBLIK SERTA
DALAM MENENTUKAN
KEPASTIAN KEBERHASILAN
BERINVESTASI DALAM UPAYA
BISNIS RAKYAT SERTA PADA SISI PERBAIKAN
LAIN JUGA PELAYANAN
MELINDUNGI HAK PUBLIK
MASYARAKAT
Maladministrasi dan Bentuknya dalam
Penyelenggaraan Pelayanan Publik
■ Perbuatan melawan hukum dan pelanggaran etika dalam proses
administrasi pelayanan publik. Berbagai macam bentuk
Maladministrasi seperti penyimpangan prosedur, penyalahgunaan
wewenang, termasuk kelalaian atau pengabaian kewajiban hukum,
tindakan diskriminatif, permintaan imbalan, tidak melayani dan
lainnya. Maladministrasi tidak hanya dilakukan oleh Pemerintah,
namun bisa juga dilakukan oleh BUMN, BUMD, BHMN maupun badan
swasta atau bahkan perseorangan (vide Pasal 1 angka 3 UU No 37
Tahun 2008).
Munculnya Sengketa di Bidang
Pertambangan
■ Pemberian kewenangan demikian besar kepada pemerintah kabupaten/kota, dan
Pemerintah Provinsi serta lemahnya pembinaan dan pengawasan oleh Pemerintah
Pusat kepada Pemerintah Daerah.
■ Perubahan Regulasi dalam pengelolaan pertambangan mengakibatkan terjadinya
perubahan/peralihan kewenangan.
■ Lemahnya koordinasi antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah, dalam
proses peralihan kewenangan pengelolaan pertambangan berdampak pada
sengketa di bidang pertambangan.
■ Terabaikannya kesejahteraan rakyat, sehingga menyebabkan konflik sosial.
■ Belum terwujudnya konsep pembangunan berkelanjutan dalam pengelolaan SDA
dibidang pertambangan (aspek ekonomi, sosial dan lingkungan)
■ Pelaku usaha dan masyarakat sebagai pihak yang sangat merasakan dampak dari
munculnya sengketa di bidang pertambangan.
■ Sengketa pertambangan terjadi baik sesama pelaku usaha atau pelaku usaha
dengan Pemerintah.
Permasalahan Yang Sering Terjadi dalam
Pelayanan Publik di Sektor Pertambangan
■ Peningkatan Status IUP
■ Perpanjangan IUP
■ Pencatatan IUP
■ Pencabutan IUP
■ Penerbitan IUP
MALADMINISTRASI PELAYANAN PUBLIK
■ Peralihan Kepemilikan IUP
■ Tumpang Tindih WIUP
■ Penggunaan kawasan hutan disektor
pertambangan tanpa IPPKH
■ Lemahnya aparat penegak hukum
dalam menindak pelanggaran di sektor
pertambangan baik administrasi
maupun tindak pidana
Penyelesaian permasalahan pelayanan
publik di sektor pertambangan
Melalui Ombudsman RI
(LAHP/Rekomendasi)

NON LITIGASI
Melalui Pertimbangan Hukum
Kejaksaan (Legal Opinion) ???

Melalui Pengadilan Tata


Usaha Negara (PTUN)
Kondisi Faktual Pelayanan Publik Pada
Sektor Pertambangan
1. Masih terdapat penundaan berlarut dalam pemberian pelayanan publik kepada
masyarakat pengguna layanan dan pemberian pelayanan belum sesuai SOP.
2. Pada saat ini masih terjadi praktik Maladministrasi pelayanan publik di sektor
pertambangan, yang disebabkan ketidakcematan dan respon pengaduan yang masih
rendah.
3. Implementasi peraturan pada tingkat lapangan belum sesuai dengan harapan publik
khususnya dalam merespon dinamika masyarakat akan pelayanan publik yang
berkulitas.
4. Upaya penyelesaian dugaan Maladministrasi terhadap laporan/pengaduan belum
diselesaikan secara cepat, transparan dan akuntabel, sehingga menyebabkan
permasalahan yang berkepanjangan dan menimbulkan ketidakpastian dalam
berusaha.
5. Pimpinan atau Atasan Penyelenggara Pelayanan Publik pada sektor pertambangan
sebagai pejabat yang bertanggung jawab terhadap kualitas pelayanan publik belum
memastikan penerapan SOP dan kinerja aparatur dalam memberikan pelayanan.
Upaya Perbaikan Pelayanan Publik dan
Pencegahan Malaministrasi
1. Optimalisasi peran Pengawas Internal/APIP dalam melakukan
pemberian pelayanan publik oleh satuan kerja terkait.
2. Penguatan fungsi pengaduan internal (Internal Complaint Handling)
3. Melakukan evaluasi pelayanan perizinan online Minerba
(perizinan.esdm.go.id dan OSS) untuk memastikan ketepatan waktu
pelayanan, biaya dan prosedur sesuai SOP yang telah ditetapkan.
4. Membuat sarana konsultasi online bagi pengguna layanan dalam rangka
edukasi dan percepatan pelayanan.
5. Pemberian reward and punishment bagi petugas pelayanan yang tidak
memberikan pelayanan perizinan online sesuai SOP.
6. Pelibatan peran aktif masyarakat dalam melakukan pengawasan
pelayanan perizinan online di Minerba.
Tantangan dan Pemantik Diskusi:
1. Apakah pengelolaan pertambangan untuk kesejahteran rakyat hanya sekeder mitos ?
Bagaimana mewujudkannya ??
2. Dapatkan UU No 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja menjadi solusi perbaikan pelayanan
publik dan pencegahan Maladministrasi ??
3. Bagaimana pemulihan terhadap keadaan semula diterapkan akibat tindak pidana
dibidang pertambangan ?? (pemulihan terhadap kerugian negara, kerusakan
lingkungan, dampak sosial dan hilangnya potensi generasi yang akan datang atas SDA)
SEKIAN DAN TERIMA KASIH

MARI BERDISKUSI

Anda mungkin juga menyukai