Anda di halaman 1dari 8

- 363 -

LAMPIRAN VIII KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL


REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : 1827 K/30/MEM/2018
TANGGAL : 7 Mei 2018

PEDOMAN KAIDAH TEKNIK USAHA JASA PERTAMBANGAN DAN


EVALUASI KAIDAH TEKNIK USAHA JASA PERTAMBANGAN

A. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup dalam pedoman ini terdiri atas:
1. Kaidah teknik usaha jasa pertambangan dan kewajiban usaha jasa
pertambangan; dan
2. Pedoman evaluasi kaidah teknik usaha jasa pertambangan.
B. ACUAN
1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral
dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4959);
2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5059);
3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587)
sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian
Pencemaran Udara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1999 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3853);
- 364 -

5. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan


Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 153; Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4161);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 76 Tahun 2008 tentang Rehabilitasi dan
Reklamasi Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 201, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4947);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan
Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 29, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5111) sebagaimana telah
beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 8
Tahun 2018 tentang Perubahan Kelima atas Peraturan Pemerintah
Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha
Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2018 Nomor 28, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 6186);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2010 tentang Pembinaan dan
Pengawasan Penyelenggaraan Pengelolaan Usaha Pertambangan
Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2010 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5142);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2010 tentang Reklamasi dan
Pascatambang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010
Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5172);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 48,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5285);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 333, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5617).
- 365 -

12. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat


Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor
114, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5887);
13. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 13 Tahun
2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Energi dan
Sumber Daya Mineral (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016
Nomor 782);
14. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor
26 Tahun 2018 tentang Pelaksanaan Kaidah Pertambangan yang Baik
dan Pengawasan Pertambangan Mineral dan Batubara (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 596);
C. PENGERTIAN
1. Jasa Pertambangan adalah jasa penunjang yang berkaitan dengan
kegiatan usaha pertambangan.
2. Usaha Jasa Pertambangan Inti adalah usaha jasa yang kegiatannya
berkaitan dengan tahapan dan/atau bagian kegiatan usaha
pertambangan.
3. Usaha Jasa Pertambangan Non Inti adalah usaha jasa selain Usaha
Jasa Pertambangan inti yang memberikan pelayanan jasa dalam
mendukung kegiatan usaha pertambangan.
4. Usaha Pertambangan adalah kegiatan dalam rangka pengusahaan
mineral atau batubara yang meliputi tahapan kegiatan penyelidikan
umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan,
pengolahan dan pemurnian, pengangkutan, dan penjualan serta
pascatambang.
D. KEGIATAN
1. Kaidah Teknik Pertambangan Usaha Jasa
a. Penentuan kegiatan yang akan diserahkan kepada Perusahaan Jasa
Pertambangan
1) Kegiatan yang dapat diserahkan kepada perusahaan jasa
pertambangan meliputi kegiatan jasa inti dan noninti.
2) Kegiatan jasa inti yang dapat diserahkan kepada perusahaan
jasa pertambangan tidak termasuk jenis pelaksanaan bidang
penambangan subbidang penggalian batubara dan penggalian
mineral serta pengolahan dan/atau pemurnian.
- 366 -

3) Pelaksanaan penambangan subbidang penggalian endapan


mineral aluvial dapat diserahkan kepada perusahaan jasa
pertambangan melalui program kemitraan.
b. Penentuan Kualifikasi Perusahaan Jasa Pertambangan
1) Kegiatan inti dapat dilakukan oleh perusahaan jasa
pertambangan pemegang IUJP.
2) Kegiatan noninti dapat dilakukan oleh perusahaan jasa
pertambangan yang telah memiliki izin yang diterbitkan oleh
instansi terkait.
3) Perusahaan jasa pertambangan dapat melakukan kegiatan
sesuai dengan bidang usaha yang terdapat dalam IUJP/izin
yang diterbitkan oleh instansi terkait.
4) Pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
pengolahan dan/atau pemurnian, dan IUJP terlebih dahulu
menentukan persyaratan teknis perusahaan jasa pertambangan
yang akan dipekerjakan.
c. Pemilihan Perusahaan Jasa Pertambangan
1) Penggunaan perusahaan jasa pertambangan oleh pemegang IUP,
IUPK, IUP Operasi Produksi Khusus untuk pengolahan
dan/atau pemurnian, dan IUJP harus didasarkan pada kontrak
kerja yang berasaskan kepatutan, transparansi dan kewajaran.
2) Pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi Khusus untuk
pengolahan dan/atau pemurnian, dan IUJP mengutamakan
perusahaan jasa pertambangan lokal.
3) Dalam hal tidak terdapat perusahaan jasa pertambangan lokal,
pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
pengolahan dan/atau pemurnian, dan IUJP dapat
menggunakan perusahaan jasa pertambangan nasional.
4) Perusahaan pemberi kerja berkoordinasi dengan Dinas yang
membidangi pertambangan dan energi serta Dinas yang
membidangi perdagangan provinsi untuk mendapatkan daftar
perusahaan jasa pertambangan lokal.
5) Dalam hal tidak terdapat perusahaan pertambangan jasa
nasional, pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk pengolahan dan/atau pemurnian, dan IUJP dapat
menggunakan perusahaan jasa pertambangan berstatus
Penanaman Modal Asing (PMA).
- 367 -

6) Perusahaan pemberi kerja berkoordinasi dengan Direktorat


Jenderal Mineral dan Batubara untuk mendapatkan daftar
perusahaan jasa pertambangan nasional.
7) Dalam hal perusahaan jasa pertambangan berstatus PMA
mendapatkan pekerjaan di bidang Jasa Pertambangan harus
memberikan sebagian pekerjaan yang didapatkannya kepada
Perusahaan Jasa Pertambangan Lokal sebagai subkontraktor
sesuai dengan kompetensinya.
8) Pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
pengolahan dan/atau pemurnian, dan IUJP dilarang
menyerahkan kegiatan usaha pertambangan kepada anak
perusahaan dan/atau afiliasinya tanpa persetujuan dari
Direktur Jenderal atas nama Menteri.
d. Penggunaan Perusahaan Jasa Pertambangan
Penggunaan Jasa Pertambangan sepenuhnya menjadi tanggung
jawab pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
pengolahan dan/atau pemurnian, meliputi pemenuhan kewajiban
perusahaan jasa pertambangan dan penerapan kaidah teknik
pertambangan yang baik.
2. Kewajiban perusahaan jasa pertambangan terdiri atas;
a. melaksanakan ketentuan aspek teknis, konservasi, keselamatan, dan
lindungan lingkungan pertambangan sesuai dengan bidang usaha
dan ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. mengangkat penanggung jawab operasional;
c. memiliki Tenaga Teknis Pertambangan yang Berkompeten sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
d. pemegang IUJP yang diterbitkan oleh Menteri melaporkan IUJP-nya
kepada gubernur tempat kegiatan usahanya sebelum memulai
kegiatan usahanya.
3. Evaluasi Penerapan Kaidah Teknik Usaha Jasa Pertambangan
Evaluasi penerapan kaidah teknik usaha jasa pertambangan dilakukan
terhadap:
a. laporan kegiatan secara berkala dari perusahaan jasa pertambangan
kepada Menteri atau gubernur sesuai kewenangannya melalui
pemegang IUP, IUPK, dan IUP Operasi Produksi khusus untuk
pengolahan dan/atau pemurnian sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
- 368 -

b. Informasi yang memuat:


1) alasan penggunaan perusahaan jasa Penanaman Modal Asing
(PMA) oleh pemegang IUP, IUPK, dan IUP Operasi Produksi
khusus untuk pengolahan dan/atau pemurnian *); dan
2) alasan penggunaan tenaga kerja asing (TKA) yang disampaikan
oleh pemegang IUJP melalui pemegang IUP, IUPK, dan IUP
Operasi Produksi khusus untuk pengolahan dan/atau
pemurnian.**)
c. penerapan aspek teknis, konservasi, keselamatan, dan lindungan
lingkungan pertambangan sesuai dengan bidang usaha dan
ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
d. proses pengesahan PJO oleh KTT.
- 369 -

Keterangan:
*)Format Penjelasan Penggunaan Perusahaan Jasa Penanaman Modal Asing (PMA)

FORMAT PENJELASAN
PENGGUNAAN PERUSAHAAN JASA PENANAMAN MODAL ASING (PMA)

PT …
(Pemegang IUP Operasi Produksi, IUPK Operasi Produksi, dan IUP Operasi Produksi khusus
untuk pengolahan dan/atau pemurnian Mineral dan Batubara)
Perizinan
No Perusahaan Jasa Alasan Penggunaan
IUJP Non Inti
1
2

Catatan:
Disampaikan berkala bersama-sama dengan laporan berkala

Anda mungkin juga menyukai