Anda di halaman 1dari 4

Nama : Abdullah Mahbub Ahmad

NIM : 22201241072
Kelas : PBSI B/ K
Mata Kuliah : Menyimak Komprehensi dan Kritis

R4

Digitalisasi Jurnalistik: Jurnalis, Media Berita, dan Warganet

Berita atau informasi mengenai suatu peristiwa menjadi kebutuhan bagi setiap
individu. Fungsi dari berita itu sendiri adalah menyampaikan informasi tentang suatu
peristiwa atau kejadian yang sedang terjadi maupun yang akan terjadi kepada khalayak
ramai. Dengan adanya berita, masyarakat dapat mengetahui informasi peristiwa atau
kejadian yang terjadi di sekitar bahkan yang terjadi di seluruh penjuru dunia.
Perkembangan penyebaran berita bisa dikatakan begitu pesat seiringnya berkembangnya
teknologi. Dahulu, masyarakat hanya mendengar berita dari telinga ke telinga,
kemudian muncullah berita pada media cetak. Semenjak itu, penyebaran berita berbasis
cetak melalui koran atau majalah. Hal itu pun juga mengalami perubahan yang pesat
beralih ke media daring (online). Jumlah pembeli berita media cetak pun terus merosot
karena masyarakat kini beranggapan bahwa informasi sekarang ini telah didapatkan
secara praktis dan mudah.

Data survei menunjukkan, jumlah pembaca atau peninjau berita melalui media
daring mencapai 89% responden, atau jauh lebih banyak dibandingkan dengan media
cetak yang hanya berkisar 20% responden dari jumlah 2.007 sampel dari masyarakat
Indonesia. Selanjutnya, sebanyak 58% responden melalui televisi. Data survei ini
diadakan oleh Reuters Institute yang bekerja sama dengan YouGov pada Januari
sampai Februari 2021 (Pusparisa, Yosepha: 2021).

Perkembangan Revolusi Industri 4.0 menuju Society 5.0 menjadi salah satu
faktor perkembangan digitalisasi jurnalistik yang begitu pesat di Indonesia. Di mana di
era industri 4.0 sebelumnya melibatkan teknologi dalam proses pengembangan seluruh
aspek yang ada sehingga keterlibatan manusia di dalamnya jauh berkurang. Namun,
untuk sekarang society 5.0 (Masyarakat 5.0) merupakan era yang berkonsep masyarakat
masa depan yang berpusat pada manusia dengan penyeimbangan kemajuan ekonomi
terhadap penyelesaian masalah sosial melalui sistem integrasi dunia maya (daring) dan
ruang fisik. Revolusi Masyarakat 5.0 justru menuntut dunia pers harus turut
bertransformasi digital secara sudut pandang masyarakat yang berlogika cermat dan
tepat. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Pemimpin Redaksi Suara Merdeka,
Drs. Goenawan Permadi, MA, di ruang sidang rector gedung widya puraya lantai dua,
Selasa (10/12/2020) menyampaikan bahwa saat ini media tidak lagi bersaing tetapi
berkolaborasi dengan membangun jejaring (networking) antar media. Selanjutnya
dijelaskan dengan mengutip buku Rhenald Kasalii tentang Mobilisasi dan Orkestrasi
bahwa media harus mampu memobilisasi dan menyelaraskan dengan perkembangan
untuk menghadapi tantantang-tantangan baru.

Dengan adanya digitalisasi jurnalistik, maka media daring (online) sebagai


sarana penyebaran berita yang efektif serta jangkauan yang luas. Namun, hal ini tidak
menjadi patokan bagi masyarakat selama berita beredar di media daring itu benar.
Nyatanya, perkembangan inilah para jurnalis dituntut untuk senantiasa menimalisir,
bertanggung jawab atas beredarnya berita yang beredar di media daring. Jurnalis juga
seyogyanya menyampaikan berita berdasarkan fakta, aktual, akurat, dan bermanfaat
bagi masyarakat.

Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi


dan Informatika, Usman Kansong mendorong jurnalis dan calon jurnalis menerapkan
nilai-nilai dasar jurnalisme. “ Di era disrupsi digital, salah satu tantangan yang dihadapi
oleh jurnalisme instan atau instant journalism. Jurnalisme instan adalah jurnalisme yang
mengutip begitu saja sumber informasi misalnya di media-media sosial. Hal lainnya
adalah tentu saja munculnya hoaks,” ujarnya dalam Workshop Jurnalistik “Wartawan
Bisa Apa di Era Digital” yang berlangsung secara hibrida dari Kampus Institut Agama
Islam Negeri (IAIN) Kendari, Sulawesi Tenggara, Senin (07/02/2022).

Selain itu, digitalisasi jurnalistik pada era revolusi masyarakat 5.0 ini juga lebih
memacu kepada warganet yang merupakan konsumen berita yang disampaikan atau
disebarkan oleh para jurnalis. Sesuai konsep yang ada pada revolusi masyarakat 5.0
yakni transformasi digital melalui sudut pandang masyarakat yang berlogika serta
berkode etik. Indonesia merupakan negara hukum. Di mana aturan dalam Informasi dan
Transaksi Elektronik juga memiliki perundang-undangan tersendiri, yakni UU ITE.
Namun, justru ada sebagian masyarakat menyalagunakan UU ITE ini, semisal ada
seorang jurnalis mewartakan seseorang. Namun, ada masyarakat yang merasa jurnalis
itu mencemarkan nama baik dari seseorang tersebut. Padahal jika ditinjau lebih lanjut,
jurnalis tersebut tidak mencemarkan nama baik dari seseorang. Dengan adanya dugaan
pencemaran nama baik itu, maka masyarakat itu melaporkan jurnalis tersebut dan
dengan tipu daya mereka, akhirnya jurnalis itu pun harus mendekam di jeruji penjara.
Sejalan dengan Ketua Umum Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia, Sasmito
Madrim yang menilai UU ITE masih jadi ancaman serius bagi jurnalis. AJI telah
mencatat setidaknya ada empat jurnalis yang dilaporkan menggunakan UU ITE terkait
pemberitaan.
Sasmito mengungkap dari empat kasus jurnalis yang dilaporkan menggunakan
UU ITE, tiga kasus diantaranya telah dijatuhi vonis bersalah oleh pengadilan. Kasus
termutakhir menjerat jurnalis media local di Sulawesi Tenggara yang perkaranya masih
dalam penyelidikan. Hal ini diungkapkan oleh Sasmito pada Dewan Pers, Rabu
(23/12/2022).

Digitalisasi jurnalistik adalah wajah baru bagi jurnalistik Indonesia sekaligus


menjadi tantangan berat tersendiri juga bagi Indonesia. Terlebih dilihat dari warganet
yang grusa-grusu terhadap suatu kabar atau berita. Padahal telah dijelaskan dan
diancam dalam UU ITE pasal 28 ayat (1) berbunyi, “Bahwa setiap orang yang sengaja
dan/ atau tanpa hak menyebarkan berita bohong dan menyesatkan, ancamannya bisa
terkena pidana paling lama enam tahun dan denda maksimal satu miliar rupiah. Meski
sudah diterbitkannya peraturan UU ITE tersebut, persebaran berita hoaks masih sulit
dibendung. Jika sudah demikian, maka partisipasi warganet sangat diperlukan. Salah
satunya dengan ikut serta dalam program Internet Sehat dan Aman (INSAN) dari
Kementerian Kominfo RI. Melalui situs resminya, Kementerian Kominfo RI mengajak
warganet agar terampil dalam menganalisis berita/ kabar yang beredar di media supaya
terhindar dari berita bohong atau hoaks. Caranya cukup mudah, mulai dari hati-hati
dengan judul yang provokatif, cermati situs sumber berita, cek keabsahan informasi dan
foto di dalam serta menjadi bagian kelompok diskusi anti hoaks.

Digitalisasi jurnalistik juga adalah wadah bagi jurnalis agar senantiasa


independen, jujur, kreatif, dan bertanggung jawab. Jurnalis seyogyanya memiliki akal
pikiran terbuka dan kreatif di era masyarakat 5.0 yang menjadikan logika adalah masa
depan. Dengan kreativitas pada digitalisasi seperti demikian bisa dipastikan kreativitas
itu menjadikan keahlian dan ketertarikan.

Era masyarakat 5.0 ini kelanjutan dari era industri 4.0 sebelumnya. Era
perindustrian dan teknologi di mana SDM sedikit dibutuhkan dan kini beralih SDM
begitu dibutuhkan dalam perawatan dan pengembangan perindustrian dan teknologi
bagi masa depan. Media daring inilah salah satu bukti dari era industri 4.0 yang berupa
teknologi informasi. Hal ini sekarang harus ditinjau ulang. Sebelumnya pada era
industri 4.0 seolah berita melalui media daring mengendalikan dan memengaruhi daya
pikir warganet atau masyarakat, maka di era masyarakat 5.0 harus berbenah, yakni
warganet atau masyarakat yang harus mengendalikan media daring dari hoaks dan
ujaran kebencian yang beredar serta saling berkolaborasi antara warganet dengan
jurnalis yang dibantu serta dikelola oleh kominfo dengan pemantauan pada media-
media daring maupun cetak. Dengan demikian digitalisasi jurnalistik di Indonesia
adalah cara jurnalis, awak media, dan warganet berkontribusi kepada Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Daftar Pustaka

https://barki.uma.ac.id/2022/01/11/apa-itu-era-society-5-0-dan-apa-perbedaannya-
dengan-era-industri-4-0/ (Diakses pada tanggal 14 November 2022)

https://www.undip.ac.id/post/13484/diskusi-terbatas-media-dengan-kampus-peran-
jurnalisme-pada-era-society-5-0.html (Diakses pada tanggal 14 November 2022)

https://www.kominfo.go.id/index.php/content/detail/39834/siaran-pers-no-
38hmkominfo022022-tentang-hadapi-tantangan-era-digital-kominfo-dorong-terapkan-
nilai-dasar-jurnalisme/0/siaran_pers (Diakses pada tanggal 14 November 2022)

https://www.kompasiana.com/ikalaila2679/628e3ad0f1f2987a451e9075/essay-
digitalisasi-jurnalistik (Diakses pada tanggal 16 November 2022)

https://www.its.ac.id/news/2020/04/10/indonesia-darurat-hoaks/ (Diakses pada tanggal


14 November 2022)

https://bandungbergerak.id/article/detail/1948/jerat-uu-ite-bagi-jurnalis-dan-jalan-
memutar-penyelesaian-sengketa-pers (Diakses pada tanggal 14 November 2022)

Anda mungkin juga menyukai