Anda di halaman 1dari 193

HIMPUNAN PERATURAN ORGANISASI

ANGKATAN MUDA GEREJA PROTESTAN MALUKU


Diterbitkan oleh :
PB AMGPM
Dicetak pertama kali oleh :
PERCETAKAN NEGARA AMBON
PE

KODE MUTU :
05/PO1/BT/Rev.0/26102016; 06/PO1/MP/Rev.0/26102016 (SMKK-AMGPM)
RCET 07/PO2/BT/Rev.0/26102016; 08/PO2/MP/Rev.0/26102016 (SA-AMGPM)
09/PO3/BT/Rev.0/26102016; 10/PO3/MP/Rev.0/26102016 (SAPK-AMGPM)
11/PO4/BT/Rev.0/26102016; 12/PO4/MP/Rev.0/26102016 (JD-AMGPM)
13/PO5/BT/Rev.0/26102016; 14/PO5/MP/Rev.0/26102016 (SPK-AMGPM)
15/PO6.1/BT/Rev.0/26102016; 16/PO6.1/MP/Rev.0/26102016 (MPP-AMGPM)
17/PO6.2/BT/Rev.0/26102016; 18/PO6.2/MP/Rev.0/26102016 (KD-AMGPM)
19/PO6.3/BT/Rev.0/26102016; 20/PO6.3/MP/Rev.0/26102016 (KDI-AMGPM)
21/PO6.4/BT/Rev.0/26102016; 22/PO6.4/MP/Rev.0/26102016 (MPPD-AMGPM)
23/PO6.5/BT/Rev.0/26102016; 24/PO6.5/MP/Rev.0/26102016 (KC-AMGPM)
25/PO6.6/BT/Rev.0/26102016; 26/PO6.6/MP/Rev.0/26102016 (KCI-AMGPM)
27/PO6.7/BT/Rev.0/26102016; 28/PO6.7/MP/Rev.0/26102016 (MPPC-AMGPM)
29/PO6.8/BT/Rev.0/26102016; 30/PO6.8/MP/Rev.0/26102016 (RR-AMGPM)
31/PO6.9/BT/Rev.0/26102016; 32/PO6.9/MP/Rev.0/26102016 (RRI-AMGPM)
AKAN33/PO6.10/BT/Rev.0/26102016;
GPM 34/PO6.10/MP/Rev.0/26102016 (RKR-AMGPM)
Jl.

Dilarang mengutip, memperbanyak, dan menerjemahkan sebagian atau seluruh isi


buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit.

Saksi Pelanggaran Pasal 113


Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014
Tentang Hap Cipta
1. Setiap orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf I untuk Penggunaan secara komersial dipidana dengan
pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak
Rp.100.000.000,- (seratus juta rupiah)
2. Setiap orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau Pemegang Hak Cipta
melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1)
huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana
dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak
Rp.500.000.000,- (lima ratus juta rupiah).
3. Setiap orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau Pemegang Hak Cipta
melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1)
huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana
dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak
Rp.1.000.000.000,- (satu miliar rupiah).
4. Setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan
dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun
dan/atau pidana denda paling banyak Rp.4.000.000.000,- (empat miliar rupiah).
KEPUTUSAN MUSYAWARAH PIMPINAN PARIPURNA AMGPM
Nomor : 05/KPTS/MPP-XXIX/2016
Tentang
PENETAPAN PERATURAN ORGANISASI AMGPM
---------------------------------------------------------------------------------------------------

MUSYAWARAH PIMPINAN PARIPURNA XXIX AMGPM :

MENIMBANG : 1. Bahwa dengan terjadinya amandemen AD/ART


AMGPM pada Kongres Istimewa III AMGPM
maka dengan sendirinya harus dilakukan
Penyelarasan Peraturan Organisasi (PO 1 s/d
PO 6) AMGPM dalam MPP XXIX AMGPM.
2. Bahwa untuk penetapannya perlu ditetapkan
dalam suatu Keputusan Persidangan.
MENGINGAT : 1. Anggaran Dasar AMGPM Bab IX Pasal 14 ayat 2
2. Anggaran Rumah Tangga AMGPM Bab IV Pasal
10
3. Peraturan Organisasi AMGPM

MEMPERHATIKAN : Mufakat Peserta MPP XXIX AMGPM pada Rapat


Paripurna II tanggal 26 Oktober 2016.
MEMUTUSKAN
MENETAPKAN : Peraturan Organisasi AMGPM dalam Musyawarah
Pimpinan Paripurna XXIX AMGPM tahun 2016.
Pertama : Peraturan Organisasi dalam Musyawarah
Pimpinan Paripurna XXIX AMGPM tahun 2016
adalah terdiri dari :
a. Peraturan Organisasi I (PO 1) tentang Sistem,
mekanisme kelembagaan dan keanggotaan
AMGPM
b. Peraturan Organisasi 2 (PO 2) tentang Sistem
Adminitrasi AMGPM
c. Peraturan Organisasi 3 (PO 3) tentang Sistem
Pengelolaan Keuangan AMGPM
d. Peraturan Organisasi 4 (PO 4) tentang Uraian
Tugas/Job Diskription Pengurus AMGPM
e. Peraturan Organisasi 5(PO 5) tentang Sistem
Pendidikan Kader AMGPM
f. Peraturan Organisasi 6 (PO1) tentang
Himpunan Tata Tertib Legislatif dan Legislatif
Istimewa Dalam Angkatan Muda Gereja
Protestan Maluku
Kedua : Naskah lengkap Peraturan Organisasi (PO)
sebagaimana terlampir merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari keputusan ini.
Ketiga : Dalam Pengesahan Peraturan Organisasi (PO 1
sampai dengan PO 6) sebagai bagian utuh dari
keputusan ini.
Keempat : Keputusan ini mulai berlaku pada saat ditetapkan

Ditetapkan di : TIFU – Buru Utara


Pada Tanggal : 26 Oktober 2016

PIMPINAN MPP XXIX AMGPM

Pdt.Max Takaria,M.Si Pdt.Jondry Paays,S.Si


Ketua Umum Sekretaris Umum
KATA PENGANTAR

Peraturan Organisasi (PO) AMGPM adalah peraturan-peraturan yang mengatur


tentang sistim dan mekanisme kerja Organisasi yang mengikat seluruh anggota
dan kelembagaan Organisasi. Keberadaan Peraturan Organisasi sebagai upaya
mengatur hal-hal yang belum diatur di dalam AD/ART serta keputusan lain di
dalam Kongres.
Sesuai dengan kedudukannya, maka fungsi dan tujuan Peraturan Organisasi (PO)
ini adalah mewujudkan keseragaman pemahaman (penafsiran) terhadap
konstitusi Organisasi (AD/ART) serta mewujudkan pemerataan/keseragaman
langgam dan tindak kerja aparat dan kader Organisasi pada semua jenjang
kepemimpinan AMGPM ( AD Bab IX Pasal 14 jo.ART Bab V Pasal 21-30).
Pemahaman yang benar atas konstitusi dan ketentuan-ketentuan lain yang
terkait akan sangat membantu aparat dan kader Organisasi dalam rangka
pelaksanaan program-program Organisasi, sebagai sarana pencapaian tujuan
Organisasi (AD Bab V Pasal 6,7.8 jo. Bab XI Pasal 16). Untuk maksud itulah, MPP
XXIX tahun 2016 telah melakukan penyesuaian 6 (enam) buah Peraturan
Organisasi sesuai amandemen AD/ART pada Kongres Istimewa III tahun 2016.
Adapun Peraturan Organisasi dimaksud adalah : [1] Peraturan Organisasi
tentang Sistim, mekanisme dan keanggotaan AMGPM; [2] Peraturan Organisasi
tentang Sistim Administrasi AMGPM; [3] Peraturan Organisasi tentang sistim
pengelolaan keuangan AMGPM; [4] Peraturan Organisasi tentang Job
Discription/Uraian Tugas; [5] Peraturan Organisasi tentang Sistim Pendidikan
Kader AMGPM; dan [6] Peraturan Organsiasi tentang Tata Tertib Lembaga-
Lembaga Legislatif.
Diharapkan dengan adanya dokumen Peraturan Organisasi ini dapat mengatasi
kerancuan pemahaman organisasi dari setiap kader AMGPM dalam praktek
organisasi sangat sering terjadi munculnya berbagai masalah yang tidak semua
pemecahannya dapat diselesaikan dengan hanya menunjuk dan/berdasarkan
pada AD/ART yang ada.
Selanjutnya, dokumen Perauran Organisasi ini merupakan materi pokok dalam
Implementasi kurikulum Pendidikan Kader AMGPM. Untuk itu kiranya dokumen
ini bisa dipelajari dan dipahami secara merata.

PENGURUS BESAR

Pdt.M.Takaria,M.SiPdt.J. H. Paays,S.Si
Ketua Umum Sekretaris Umum
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................................................................ii

PERATURAN ORGANISASI NOMOR 01.....................................................................................1


MEMORI PENJELASAN PERATURAN ORGANISASI NOMOR: 01..........................................27
PERATURAN ORGANISASI NOMOR 02..................................................................................42
MEMORI PENJELASAN PERATURAN ORGANISASI NOMOR: 02..........................................57
PERATURAN ORGANISASI NOMOR 03.................................................................................62
MEMORI PENJELASAN PERATURAN ORGANISASI 03............................................73
LAMPIRAN-LAMPIRAN PO.03.......................................................................................................... 80
PERATURAN ORGANISASI NOMOR 04..................................................................................94
MEMORI PENJELASAN PERATURAN ORGANISASI NOMOR 04.........................................101
PERATURAN ORGANISASI NOMOR 05...............................................................................104
MEMORI PENJELASAN PERATURAN ORGANISASI NOMOR 05.........................................109
TATA TERTIB MPP AMGPM.................................................................................................112
MEMORI PENJELASAN TATIB MPP AMGPM......................................................................115
TATA TERTIB KONFERENSI DAERAH AMGPM..................................................................117
MEMORI PENJELASAN TATIB KONFERDA AMGPM...........................................................122
TATA TERTIB KONFERENSI DAERAH ISTIMEWA AMGPM...............................................125
MEMORI PENJELASAN TATIB KONFERDA INSTIMEWA AMGPM.....................................129
TATA TERTIB MUSYAWARAH PIMPINAN PARIPURNA DAERAH AMGPM......................131
MEMORI PENJELASAN TATIB MPPD AMGPM....................................................................135
TATA TERTIB KONFERENSI CABANG AMGPM..................................................................137
MEMORI PENJELASAN TATIB KONFERCAB AMGPM.........................................................142
TATA TERTIB KONFERENSI CABANG ISTIMEWA AMGPM...............................................145
MEMORI PENJELASAN TATIB KONFERCAB ISTIMEWA AMGPM.....................................149
TATA TERTIB MUSYAWARAH PIMPINAN PARIPURNA CABANG AMGPM.......................152
MEMORI PENJELASAN TATIB MPPC AMGPM....................................................................156
TATA TERTIB RAPAT RANTING AMGPM...........................................................................158
MEMORI PENJELASAN TATIB RAPRAN AMGPM...............................................................163
TATA TERTIB RAPAT RANTING ISTIMEWA AMGPM........................................................166
MEMORI PENJELASAN TATIB RAPRAN ISTIMEWA AMGPM............................................170
TATA TERTIB RAPAT KERJA RANTING AMGPM................................................................173
MEMORI PENJELASAN TATIB RKR AMGPM.......................................................................177
PERATURAN ORGANISASINOMOR 01
TENTANG
SISTEM, MEKANISME KELEMBAGAAN DAN KEANGGOTAAN ORGANISASI
AMGPM

PENJELASAN UMUM
Bahwa AD/ART AMGPM sebagai ketentuan hukum ditingkat keputusan
Organisasi tertinggi, mendasari seluruh cara kerja anggota maupun alat-alat
kelengkapan Organisasi pada semua jenjang kepemimpinan Organisasi.
Walaupun demikian, sebagai akibat dari kedudukan AD/ART sebagai produk
hukum yang hanya mengatur hal-hal bersifat pokok saja, maka dalam praktek
Organisasi sangat sering terjadi munculnya berbagai masalah yang tidak semua
pemecahannya dapat diselesaikan dengan hanya menunjuk dan atau berdasarkan
pada AD/ART yang ada.
Pada dasarnya kemungkinan terjadi masalah-masalah tersebut sudah diantisipasi
oleh AD/ART; yang telah membuka peluang bagi penyusunan suatu peraturan
yang terperinci sifatnya ( baca: Peraturan Organisasi). Bagian akhir AD (Bab XV
pasal 21 ) misalnya secara tegas memberi kemungkinan bagi tingkat keputusan
yang lebih rendah. Disamping begian pasal AD/ART juga menghendaki adanya
suatu Peraturan Organisasi (PO) yang mengatur hal-hal yang belum jelas
tercantum di dalam AD/ART AMGPM
Sesuai dengan kedudukannya, maka fungsi dan tujuan Peraturan Organisasi
(PO) ini adalah mewujudkan keseragaman pemahaman (penafsiran) terhadap
konstitusi Organisasi (AD/ART) serta mewujudkan pemerataan/keseragaman
langgam dan tindak kerja aparat dan kader Organisasi pada semua jenjang
kepemimpinan AMGPM ( AD Bab IX Pasal 14 jo.ART Bab VI Pasal 18-30).
Pemahaman yang benar atas konstitusi dan ketentuan-ketentuan lain yang
terkait akan sangat membantu fungsionaris dan para kader Organisasi dalam
rangka pelaksanaan program-program Organisasi, sebagai sarana pencapaian
tujuan Organisas (AD Bab V san BAB VI).

Pasal 1
KETENTUAN UMUM
1. Yang dimaksudkan dengan Peraturan Organisasi AMGPM adalah peraturan-
peraturan yang mengatur tentang sistim dan mekanisme kerja Organisasi
yang mengikat seluruh anggota dan kelembagaan Organisasi; yaitu hal-hal
yang belum diatur di dalam AD/ART serta keputusan lain di dalam Kongres.
2. Fungsi dan tujuan Peraturan Organisasi adalah demi terwujudnya
keseragaman persepsi terhadap konstitusi Organisasi demi dan tercapainya
pemerataan langgam dan tindak kerja seluruh aparat pelaksana Organisasi
pada semua jenjang kepemimpinan sesuai dengan ketentuan konstitusi
3. Selanjutnya Peraturan Organisasi Nomor 01 ini disebut PO.1 tentang Sistem,
Mekanisme Kelembagaan, dan Keanggotaan Organisasi AMGPM
PO 1 : SISTEM, MEKANISME KELEMBAGAAN DAN KEANGGOTAAN ORGANISASI AMGPM
1
Pasal 2
PENERIMAAN ANGGOTA
1. Calon Anggota AMGPM :
a. Warga Gereja Protestan Maluku yang berusia 16 tahun dalam masa alih
status
b. Setiap calon anggota berkewajiban mengikuti semua kegiatan organisasi
pada jenjang Ranting/cabang/daerah
c. Calon anggota wajib dicatat dalam Buku Induk Keanggotaandi Ranting
2. Anggota Biasa AMGPM :
a. Anggota Biasa diterima oleh Pengurus Ranting setempat melalui Masa
Alih Status Anggota Tunas Remaja, kecuali anggota biasa yang telah ada
sebelum peraturan ini dibuat.
b. Pelaksanaan Masa Alih Status Anggota Baru di dalam satu daerah
pelayanan Ranting, diatur sebagai berikut :
1. Pengurus Ranting memberitahukan kepada Majelis Jemaat Cq. Sub
Seksi Pelayanan Anak Remaja dan Katekisasi tentang Masa Alih Status
anggota Tunas Remaja ke AMGPM atau atas permintaan sekurang-
kurangnya 10 orang calon anggota biasa yang disalurkan melalui Sub
Seksi Pelayanan Anak Remaja dan Katekisasi.
2. Calon anggota biasa yang tidak terlibat sebagai anggota Tunas Remaja
dapat diterima sebagai peserta masa alih status melalui koodinasi
dengan Majelis Jemaat Cq. Bakopel Sektor.
3. Bagi Jemaat yang di dalamnya terdapat lebih dari satu Ranting, maka
pelaksanaan masa alih status anggota dapat dilakukan dalam
koordinasi bersama.
4. Apabila ada Ranting yang tidak memungkinkan dilaksanakannya masa
alih status, maka Pengurus Cabang dan atau Pengurus Daerah bersama
Majelis Jemaat setempat dapat mengambil peran dalam proses masa
alih status tersebut.
c. anggota Biasa yang diterima ialah mereka yang telah mengikuti masa alih
status yang kriteria serta tata-cara pelaksanaanya diatur oleh Pengurus
Besar melalui Petunjuk teknis masa alih status AMGPM
d. Anggota biasa yang diterima, diwajibkan menanda-tangani formulir
kesediaan menjadi anggota dengan menerima tujuan dan bersedia
melaksanakan amanat pelayanan Organisasi.
e. Anggota Biasa berhak memperoleh Kartu Tanda Anggota AMGPM yang
dikeluarkan oleh Pengurus Besar.
f. Anggota Biasa yang berdomisili di dalam wilayah pelayanan satu Ranting
diwajibkan menjadi anggota di Ranting tersebut.
g. Anggota biasa hanya dapat berpindah dan dapat diterima menjadi Anggota
Ranting lain, jika yang bersangkutan berpindah tempat domisili dan
dibuktikan dengan surat keterangan dari pengurus ranting sebelumnya.

PO 1 : SISTEM, MEKANISME KELEMBAGAAN DAN KEANGGOTAAN ORGANISASI AMGPM


2
3. Anggota Luar Biasa :
a. Warga Gereja Protestan Maluku yang berusia diatas 45 tahun, yang
selanjutnya disebut Senior AMGPM
b. Senior AMGPM adalah mantan Anggota Biasa yang loyalitas dan
berdedikasi kepada AMGPM
c. Senior AMGPM wajib didaftarkan oleh pengurus Ranting setempat, dan
dapat mengikuti kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh Ranting
ditempat dia berdomisili
4. Anggota Kehormatan :
a. Yang dapat diangkat dan ditetapkan sebagai Anggota Kehormatan AMGPM
adalah :
1. Tokoh-tokoh Nasional/Daerah, tokoh-tokoh Gereja.
2. Mereka yang mempunyai andil yang besar dalam perjuangan untuk
menegakkan missi dan eksistensi Organisasi, baik pada masa PPMM,
PPKM maupun pada masa AMGPM
b. Pengusulan calon Anggota Kehormatan dilakukan melalui pengurus
Daerah yang diajukan secara tertulis kepada pengurus Besar.
c . Pengurus Besar mempelajari dan membahas usulan Daerah tersebut di
dalam Rapat Pleno Pengurus Besar dan kemudian melaporkannya dalam
lembaga legislatif untuk meminta penetapan.
d. Calon Anggota kehormatan yang akan ditetapkan, diberikan kesempatan
untuk menghadiri agenda penetapan dalam lembaga legislatif atas
undangan Pengurus Besar.
e. Anggota Kehormatan tidak dapat dibebaskan dan atau gugur status
keanggotaannya.
5. Anggota Penyantun :
a. Yang dapat dipilih dan ditetapkan sebagai Anggota Penyantun adalah
mereka yang pernah menjadi Anggota Biasa, Anggota Luar Biasa atau
yang tidak termasuk kedua kategori di atas.
b. Anggota Penyantun dalam memberikan bantuannya bersifat tidak
mengikat Organisasi.

Pasal 3
BUKU INDUK KEANGGOTAAN DAN
KARTU TANDA ANGGOTA
1. Buku Induk Keanggotaan:
a. Buku Induk Keanggotaan wajib dimiliki oleh semua jenjang Organisasi
yang sekurang-kurangnya menjelaskan tentang nama Anggota, Tempat
tanggal lahir, Jenis kelamin, status keanggotaan, pendidikan terakhir,
pekerjaan, potensi dan tahun masuk/diterima sebagai anggota, AMGPM.
b. Buku Induk Keanggotaan diisi oleh pengurus ranting, selanjutnya
diserahkan kepada Pengurus Cabang untuk di buat rekapitulasi dan
diteruskan kepada Pengurus Daerah untuk dibuat tabulasi data di tingkat
PO 1 : SISTEM, MEKANISME KELEMBAGAAN DAN KEANGGOTAAN ORGANISASI AMGPM
3
Daerah dan wajib diserahkan kepada Pengurus Besar untuk selanjutnya
dibuat tabulasi data AMGPM.
2. Kartu Tanda Anggota
a. Setiap anggota AMGPM berhak memiliki Kartu Tanda Anggota AMGPM.
b. Format Kartu Tanda Anggota AMGPM diatur sebagai berikut:
1. Dasar KTA berwarna putih.
2. Berukuran 8 x 6 cm.
3. Pada bagian belakang tertulis 1) No.KTA, 2) Nama, 3)
Tempat/Tanggal Lahir, 4) Daerah, 5) Alamat, 6) Nama dan tanda
tangan Ketua Umum dan Sekretaris Umum PB AMGPM.
4. Pada bagian depan KTA tertulis : 1) Angkatan Muda Gereja Protestan
Maluku – Kartu Tanda Anggota, 2) Logo Kamu adalah Garam dan
Terang Dunia, 3) Tanda Tangan / cap jempol.
5. Terhadap sistem penomoran diatur sebagai berikut :

04016.05.13.09.10.2016

04: Nomor urut Ranting


016 : Nomor urut keanggotaan
05 : Kode jenjang kepengurusan dan non pengurus
01. PB
02. Daerah
03. Cabang
04. Ranting
05. AnggotaRanting
13 : Kode nomor urut Daerah
09 : Kode nomor urut cabang
10 : Bulan penerbitan KTA
2016 : Tahun penerbitan KTA

Contoh KTA
KTA Bagian Depan KTA Bagian Belakang

PO 1 : SISTEM, MEKANISME KELEMBAGAAN DAN KEANGGOTAAN ORGANISASI AMGPM


4
Pasal 4
KONGRES
1. Kongres berlangsung sekali dalam 5(lima) tahun, terhitung sejak berakhirnya
Kongres sebelumnya.
2. Kongres yang berlangsung sebelum Masa 5(lima) tahun disebut Kongres
Istimewa.
3. Tata tertib kongres /kongres istimewa disusun oleh PB dan ditetapkan dalam
kongres/kongres istimewa
4. Kongres Istimewa dapat berlangsung berdasarkan Keputusan Kongres atau
atas permintaan Pengurus Daerah dengan syarat sekurang-kurangnya 2/3
dari jumlah Daerah AMGPM menyetujui.
5. Kongres Istimewa yang berlangsung atas permintaan Pengurus Daerah
apabila:
a. Pengurus Besar telah menyimpang dari Keputusan Kongres, Keputusan
MPP dan Keputusan Pengurus Besar.
b. Dalam melaksanakan amanat pelayanan Organisasi, Pengurus Besar telah
menyimpang dari Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga AMGPM.
6. Dalam keadaan tertentu Pengurus Besar dapat meminta diselenggarakannya
Kongres Istimewa.
7. Kongres Istimewa yang dilaksanakan oleh Pengurus Besar dalam keadaan
tertentu (Pasal 3:6) setidak-tidaknya mendapat persetujuan 2/3 jumlah
Daerah.

Pasal 5
PENGURUS BESAR
1. Pengurus Besar dalam menjalankan tugasnya lebih menitik-beratkan pada
fungsinya sebagai perencana, pengarah dan pengkoordinasi Organisasi.
2. Menentukan kebijakan-kebijakan strategis Organisasi.
3. Pengurus Besar bertugas melaksanakan Kongres dengan tahapan sebagai
berikut:
a. Membentuk dan melantik Panitia Pelaksana di Daerah.
b. Menyampaikan rencana waktu pelaksanaan Kongres selambat-
lambatnya 3 (tiga) bulan sebelum Kongres, dan batas waktu
penyampaian daftar peserta dari daerah selambat-lambatnya 2 (dua)
bulan sebelum Kongres berlangsung.
c. Memberitahukan pengurus Daerah untuk menghadiri Kongres selambat-
lambatnya 1 (satu) bulan sebelum Kongres berlangsung
d. Mempersiapkan rancangan-rancangan yang diperlukan untuk
pelaksanaan Kongres.
e. Membuka dan menutup persidangan Kongres.
f. Kedudukan Pengurus Besar dalam memimpin sidang-sidang pleno dalam
Kongres sebagai Pimpinan Sidang Sementara.

PO 1 : SISTEM, MEKANISME KELEMBAGAAN DAN KEANGGOTAAN ORGANISASI AMGPM


5
g. Pengurus Besar memimpin, penetapan/pengesahan Peserta, Pembacaan
Tata Tertib, Pengesahan Jadwal Acara dan pemilihan Majelis Ketua.
h. Sebelum penutupan Sidang-sidang Pleno, Majelis Ketua mengembalikan
tugas-tugas memimpin sidang kepada Ketua dan Sekretaris Pengurus
Besar terpilih untuk menutup Sidang-sidang pleno.
4. Anggota AMGPM yang akan mengikuti Kongres tetapi bukan Utusan Daerah,
dapat ditetapkan oleh Pengurus Besar sebagai Peninjau dengan memenuhi
persyaratan yang ditetapkan oleh Pengurus Besar. Pengurus Besar juga dapat
mengundang pihak-pihak tertentu untuk menghadiri Kongres sebagai
Undangan/Konsultan.
5. Pengurus Besar dapat membentuk dan membubarkan Badan Pembantu yang
berupa Komisi, Panitia Kerja dan lain-lain bagi kelancaran pekerjaannya.
6. Pengurus Besar dapat mengangkat dan membebaskan anggota dan staf yang
ditempatkan di dalam Badan-badan Pembantu tersebut.
7. Pengurus Besar Demisioner tetap bertanggung jawab sampai dilakukannya
serah terima jabatan yang dilaksanakan bersamaan dengan pengukuhan
Pengurus Besar terpilih.
8. Secara material penyerahan Inventarisasi organisasi dilakukan selambat-
lambatnya satu minggu setelah pengukuhan dengan prosedur penyerahannya
di atur secara formal oleh pengurus demisioner, dan dapat di pertanggung-
jawabkan sesuai komitmen Kongres.
9. Naskah serah terima jabatan ditulis di atas kertas bermeterai, ditanda-tangani
oleh Pengurus Besar Demisioner, Pengurus Besar Terpilih dan Majelis Pekerja
Harian Sinode GPM Sebagai Saksi.
10. Pengurus Besar dikukuhkan oleh Majelis Pekerja Harian Sinode GPM dan atau
Pejabat lain yang ditunjuk oleh MPH Sinode GPM.
11. Pengukuhan Pengurus Besar dilaksanakan dalam ibadah penutupan kongres
dan dilanjutkan dengan resepsi penutupan.
12. Masa Kerja Pengurus Besar dimulai berlaku sejak tanggal pelantikan.

Pasal 6
KOORDINATOR WILAYAH
1. Koordinator Wilayah adalah struktur Pengurus Besar yang berkedudukan di
wilayah Kabupaten dan atau wilayah tertentu berdasarkan keadaan geografis.
2. Koordinator Wilayah di jabat oleh anggota AMGPM yang pernah menjadi
Pengurus AMGPM minimal Pengurus Daerah dan wilayah pelayanannya
berada pada Ibu Kota Kabupaten dan atau wilayah lain yang ditentukan
berdasarkan keadaan geografis.
3. Seorang Koordinator Wilayah mewadahi semua daerah yang berada pada
wilayah kabupaten, atau wilayah lain yang telah di tentukan.
4. Koordinator Wilayah Pelayanan AMGPM terbagi atas 8(delapan) wilayah
yaitu :
a. Korwil 1 meliputi Ternate, PP. Bacan, PP. Obi dan PP.Sula
PO 1 : SISTEM, MEKANISME KELEMBAGAAN DAN KEANGGOTAAN ORGANISASI AMGPM
6
b. Korwil 2 meliputi Buru Utara dan Buru Selatan
c. Korwil 3 Meliputi Masohi, Seram Utara, PP. Lease, PP. Banda, Seram Timur
dan Telutih
d. Korwil 4 Meliputi Kairatu, Seram Barat, dan Taniwel
e. Korwil 5 Meliputi Kei Kecil, Kei Besar
f. Korwil 6 Meliputi Tanimbar Utara dan Tanimbar Selatan
g. Korwil 7 Meliputi PP Babar,Babar Timur, Lemola, PP. Kisar, Damer, dan
Wetar
h. Korwil 8 meliputi PP. Aru, Aru tengah dan Aru Selatan

Pasal 7
KONFERENSI DAERAH
1. Konferensi Daerah berlangsung satu kali dalam 5 (lima) tahun, terhitung
sejak berakhirnya Konferensi Daerah sebelumnya.
2. Konferensi Daerah yang berlangsung sebelum masa 5( lima) tahun disebut
Konferensi Daerah Istimewa dan harus mendapat persetujuan Pengurus
Besar.
3. Konferensi Daerah Istimewa dapat berlangsung atas panggilan Pengurus
Daerah atau atas permintaan sekurang-kurangnya 2/3 jumlah Cabang di
dalam Daerah tersebut.
4. Konferensi Daerah Istimewa yang berlangsung atas permintaan Pengurus
Cabang apabila :
a. Pengurus Daerah dalam melaksanakan amanat pelayanan Organisasi telah
menyimpang dari Angaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga.
b. Pengurus Daserah telah menyimpang dari Keputusan Kongres, Keputusan
MPP, Keputusan Pengurus Besar dan Keputusan Konferda, Keputusan
MPPD dan Keputusan Pengurus Daerah.
5. Pengurus Besar bertanggung jawab dan memiliki kewenangan penuh untuk
membuka dan menutup Konferensi Daerah (Konferda), konferda istimewa,
Musyawarah Pimpinan Paripurna Daerah (MPPD).

Pasal 8
PENGURUS DAERAH
1. Pengurus Daerah bertugas mempersiapkan Konferensi Daerah dengan
tahapan sebagai berikut :
a. Membentuk dan melantik Panitia pelaksana di Daerah / Cabang.
b. Menyampaikan rencana waktu pelaksanaan Konferensi Daerah
selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sebelum Konferensi Daerah, dan
batas waktu penyampaian daftar peserta Cabang selambat-lambatnya 2
(dua) bulan sebelum Konferensi Daerah dilaksanakan.
c. Memberitahukan Cabang untuk menghadiri Konferensi Daerah
selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sebelum Konferensi Daerah
dilaksanakan.
PO 1 : SISTEM, MEKANISME KELEMBAGAAN DAN KEANGGOTAAN ORGANISASI AMGPM
7
d. Mempersiapkan rancangan-rancangan yang dibutuhkan untuk
pelaksanaan Konferensi Daerah.
e. Membuka dan menutup persidangan Konferensi Daerah.
f. Pengurus Daerah dalam memimpin sidang-sidang kedudukannya adalah
sebagai Pimpinan Sidang Sementara.
g. Pengurus Daerah memimpin penetapan/penggesahan Peserta,
Pembacaan Tata Tertib, Pengesahan Jadwal Acara dan pemilihan Majelis
Ketua
h. Sebelum penutupan sidang-sidang dalam Konferensi Daerah, Majelis
Ketua mengembalikan tugas pemimpin sidang beserta suluruh hasil
keputusan Konferda kepada Ketua dan Sekretaris Pengurus Daerah
terpilih untuk menutup sidang-sidang pleno.
2. Anggota AMGPM yang menghadiri Konferensi Daerah tetapi bukan Utusan
Cabang dapat ditetapkan oleh Pengurus Daerah sebagai Undangan dengan
persyaratan yang ditetapkan oleh Pengurus Daerah.
3. Pengurus Daerah juga dapat mengundang pihak-pihak tertentu untuk
menghadiri Konferda sebagai Undangan/Konsultan.
4. Pengurus Daerah dapat membentuk dan membubarkan Badan Pembantu
yang berupa Komisi, Panitia Kerja dan lain-lain bagi kelancaran pekerjaannya.
5. Pengurus Daerah dapat mengangkat dan membebaskan anggota staf yang
ditempatkan di dalam Badan-badan Pembantu tersebut.
6. Pengurus Daerah Demisioner tetap bertanggung-jawab sampai
dilaksanakannya serah terima jabatan.
7. Serah terima jabatan Pengurus Daerah dilaksanakan selengkap-lengkapnya
termasuk inventaris Organisasi.
8. Naskah serah terima jabatan ditulis dan atau diketik di atas kertas bermeterai
dan ditanda-tangani oleh Pengurus Daerah Demisioner, Pengurus Daerah
terpilih dan Pengurus Besar dan atau Majelis Pekerja Klasis sebagai Saksi.
9. Pengurus Daerah Wajib dilantik oleh Pengurus Besar
10. Pelantikan Pengurus Daerah dilaksanakan dalam ibadah penutupan acara
persidangan Konferensi Daerah.
11. Masa kerja Pengurus Daerah terhitung mulai sejak tanggal ditetapkannya
Surat Keputusan Pelantikan.
12. Pengurus Daerah yang direkrut masuk dalam struktur Pengurus Besar
AMGPM, tetap melaksanakan tugasnya sampai dilaksanakan konferda, dan
yang bersangkutan tetap mempunyai hak penuh selaku peserta biasa
konferda.
13. Pengurus Daerah dapat direkrut masuk dalam struktur PB AMGPM, jika sisa
masa periodesasinya kurang dari 12 bulan (satu tahun)

Pasal 9
KONFERENSI CABANG

PO 1 : SISTEM, MEKANISME KELEMBAGAAN DAN KEANGGOTAAN ORGANISASI AMGPM


8
1. Konferensi Cabang berlangsung satu kali dalam 3 (tiga) tahun terhitung sejak
berakhirnya Konferensi Cabang sebelumnya.
2. Konferensi Cabang yang berlangsung sebelum masa 3 (tiga) tahun disebut
Konferensi Cabang Istimewa dan harus mendapat persetujuan Pengurus
Daerah.
3. Konferensi Cabang Istimewa dapat berlangsung atas panggilan Pengurus
Cabang atau atas permintaan sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah Ranting
yang berada di dalam wilayah pelayanan Cabang.
4. Konfetrensi Cabang Istimewa yang berlangsung atas permintaan Pengurus
Ranting apabila :
a. Pengurus Cabang dalam melaksanakan amanat pelayanan Organisasi, telah
menyimpang dari Anggaran Dasar dam Anggaran rumah Tangga.
b. Pengurus Cabang telah menyimpang dari keputusan-keputusan Kongres,
Keputusan MPP, Keputusan Pengurus Besar, Keputusan Konferensi
Daerah, Keputusan MPPD, Keputusan Pengurus Daerah, Keputusan
Konferensi Cabang Keputusan MPPC dan Keputusan Pengurus Cabang.
5. Pengurus Daerah bertanggung jawab dan memiliki kewenangan penuh
untuk membuka dan menutup Konperensi Cabang (Konfercab), dan
Musyawarah Pimpinan Paripurna Cabang (MPPC).

Pasal 10
PENGURUS CABANG
1. Pengurus Cabang bertugas mempersiapkan Konferensi Cabang dengan
tahapan sebagai berikut:
a. Membentuk dan melantik Panitia Pelaksana di Cabang/Ranting.
b. Menyampaikan rencana waktu pelaksanaan Konperensi Cabang
selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sebelum Konferensi Cabang
dilaksanakan, dan batas waktu penyampaian daftar peserta Ranting
selambat-lambatnya 2 (dua) bulan sebelum Konferensi Cabang
dilaksanakan.
c. Memberitahukan Ranting untuk menghadiri Konperensi Cabang
selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sebelum Konferensi Cabang
dilaksanakan.
d. Mempersiapkan rancangan-rancangan yang diperlukan untuk
pelaksanaan Konferensi Cabang.
e. Membuka dan menutup persidangan Konferensi Cabang.
f. Pengurus Cabang dalam memimpin sidang-sidang kedudukannya adalah
sebagai Pimpinan Sidang Sementara.
g. Pengurus Cabang memimpin penetapan/penggesahan Peserta,
Pembacaan Tata Tertib, Pengesahan Jadwal Acara dan pemilihan Majelis
Ketua.
h. Sebelum penutupan sidang-sidang dalam Konferensi Cabang, Majelis
Ketua mengembalikan tugas memimpin sidang beserta suluruh hasil
PO 1 : SISTEM, MEKANISME KELEMBAGAAN DAN KEANGGOTAAN ORGANISASI AMGPM
9
keputusan Konfercab kepada Pengurus Cabang terpilih untuk menutup
sidang-sidang pleno.
2. Anggota AMGPM yang menghadiri Konferensi Cabang tetapi bukan Utusan
Ranting dapat ditetapkan oleh Pengurus Cabang sebagai Undangan dengan
persyaratan yang ditetapkan oleh Pengurus Cabang.
3. Pengurus Cabang juga dapat mengundang pihak-pihak lain untuk
menghadiri Konfercab sebagai Undangan/Konsultan.
4. Pengurus Cabang dapat membentuk dan membubarkan Badan Pembantu
yang berupa Komisi, Panitia Kerja dan lain-lain bagi kelancaran
pekerjaannya.
5. Pengurus Cabang mengangkat dan membebaskan anggota staf yang
ditempatkan dalam Badan-badan Pembantu tersebut.
6. Pengurus Cabang demisioner tetap bertanggung jawab sampai
dilaksanakannya serah-terima jabatan.
7. Serah Terima Jabatan Pengurus Cabang dilaksanakan selengkap-lengkapnya
termasuk inventarisasi Organisasi.
8. Naskah Serah Terima Jabatan ditulis di atas kertas bermeterai dan ditanda-
tangani oleh Pengurus Cabang Demisioner, Pengurus Cabang Terpilih dan
Pengurus Daerah atau pejabat lain yang ditunjuk oleh Pengurus Daerah
sebagai Saksi.
9. Pengurus Cabang Wajib dilantik oleh Pengurus Daerah
10. Pelantikan Pengurus Cabang dilaksanakan dalam ibadah penutupan
Persidangan Konferensi Cabang.
11. Masa kerja Pengurus Cabang terhitung sejak tanggal dikeluarkannya Surat
Keputusan Pelantikan.
12. Pengurus Cabang yang direkrut masuk dalam struktur Pengurus Besar,
Pengurus Daerah AMGPM, tetap melaksanakan tugasnya sampai
dilaksanakan konfercab, dan yang bersangkutan tetap mempunyai hak
penuh selaku peserta biasa konfercab.
13. Pengurus Cabang dapat direkrut masuk dalam struktur Pengurus Besar atau
Pengurus Daerah jika masa periodesasinya kurang dari 12 bulan (satu
tahun)

Pasal 11
RAPAT RANTING
1. Rapat Ranting berlangsung 1 (satu) kali dalam 2 (dua) tahun terhitung sejak
berakhirnya Rapat Ranting. sebelumnya
2. Rapat Ranting berlangsung sebelum masa 2 (dua) tahun disebut Rapat
Ranting Istimewa dan harus mendapat persetujuan Pengurus Cabang.
3. Rapat Ranting Istimewa dapat berlangsung atas panggilan Pengurus Ranting
atau atas permintaan sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota biasa
yang terdaftar dalam daftar keanggotaan ranting.
4. Rapat Ranting Istimewa yang berlangsung atas permintaan anggota apabila:
PO 1 : SISTEM, MEKANISME KELEMBAGAAN DAN KEANGGOTAAN ORGANISASI AMGPM
10
a. Pengurus Ranting dalam menjalankan amanat pelayanan organisasi
telah menyimpang dari Anggaran Dasar /Anggaran Rumah Tangga
b. Pengurus Ranting telah menyimpang dari Keputusan Kongres, MPP,
Pengurus Besar, Konferda, MPPD, Keputusan Pengrus Daerah,
Konfercab, MPPC, Keputusan Pengurus Cabang, Rapat Ranting Rapat
Kerja Ranting, dan Keputusan Pengurus Ranting

Pasal 12
PENGURUS RANTING
1. Pengurus Ranting bertugas mempersiapkan Rapat Ranting dengan tahapan
sbb :
a. Membentuk dan melantik panitia pelaksana Rapat Ranting.
b. Menyampaikan rencana waktu pelaksanaan Rapat ranting kepada anggota
ranting selambat-lambatnya 2 (dua) bulan sebelum Rapat Ranting dan
mengumumkan daftar peserta Rapat Ranting selambat-lambatnya 1 (satu)
bulan sebelum Rapat Ranting berlangsung.
c. Menetapkan jumlah anggota Ranting yang akan menghadiri Rapat Ranting.
d. Memberitahukan anggota Ranting untuk menghadiri Rapat Ranting
selambat-lambatnya 2 (dua) minggu sebelum Rapat Ranting.
e. Mempersiapkan rancangan-rancangan yang diperlukan untuk
pelaksanaan Rapat Ranting.
f. Membuka dan menutup sidang-sidang Rapat Ranting.
g. Pengurus Ranting dalam memimpin sidang-sidang kedudukannya adalah
sebagai Pimpinan Sidang Sementara.
h. Pengurus Ranting memimpin penetapan/penggesahan Peserta,
Pembacaan Tata Tertib, Pengesahan Jadwal Acara dan pemilihan Majelis
Ketua.
i. Sebelum penutupan sidang-sidang dalam Rapat Ranting, Majelis Ketua
mengembalikan tugas memimpin sidang beserta suluruh hasil keputusan
Rapat Ranting kepada Ketua dan Sekretaris Ranting terpilih untuk
menutup sidang-sidang.
2. Anggota Ranting yang menghadiri Rapat Ranting tetapi belum tercatat dalam
daftar keanggotaan dapat ditetapkan sebagai Peninjau dengan persyaratan
yang ditetapkan oleh Pengurus Ranting.
3. Pengurus Ranting dapat mengundang pihak-pihak tertentu untuk menghadiri
Rapat Ranting sebagai Undangan/Konsultan.
4. Pengurus Ranting dapat membentuk dan membubarkan badan pembantu
yang berupa komisi, panitia kerja, dan lain-lain bagi kelancaran pekerjaannya.
5. Pengurus Ranting dapat mengangkat dan membebaskan anggota dan staf
yang ditempatkan dalam badan-badan pembantu tersebut.
6. Pengurus Ranting Demisioner tetap bertanggung jawab sampai dilakukan
serah terima jabatan.

PO 1 : SISTEM, MEKANISME KELEMBAGAAN DAN KEANGGOTAAN ORGANISASI AMGPM


11
7. Serah Terima Jabatan Pengurus Ranting dilaksanakan selengkapnya
lengkapnya termasuk inventaris organisasi.
8. Naskah serah terima jabatan ditulis diatas kertas bermeterai dan
ditandatangani oleh Pengurus Ranting Demisioner, Pengurus Ranting terpilih
dan Pengurus Cabang dan atau Pengurus Daerah.
9. Pengurus Ranting Wajib dilantik oleh Pengurus Cabang.
10. Pelantikan Pengurus Ranting dilaksanakan bersamaan dengan penutupan
acara persidangan Rapat Ranting.
11. Masa kerja Pengurus Ranting terhitung mulai tanggal dikeluarkannya Surat
Keputusan pelantikan.
12. Pengurus Ranting yang direkrut masuk dalam struktur Pengurus Besar,
Pengurus Daerah, Pengurus Cabang AMGPM, tetap melaksanakan tugasnya
sampai dilaksanakan Rapat Ranting, dan yang bersangkutan tetap
mempunyai hak penuh selaku peserta biasa Rapat Ranting.
13. Pengurus Rantingdapat di rekrut masuk dalam struktur Pengurus Besar
Pengurus, Pengurus Daerah atau Pengurus Cabang jika masa periodesasinya
kurang dari 12 bulan (satu tahun)

Pasal 13
RAPAT-RAPAT PENGURUS AMGPM
1. Rapat Pleno Pengurus
a. Rapat ini berlangsung sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam sebulan atau
berdasarkan kebutuhan atau kepentingan organisasi.
b. Rapat ini dihadiri oleh seluruh fungsionaris.
c. Rapat dimaksud bertugas mengevaluasi pelaksanaan program/kegiatan
bulan lalu dan mempersiapkan pelaksanaan program/kegiatan bulan
berikutnya.
2. Rapat Para Ketua
a. Rapat ini berlangsung atas panggilan Ketua AMGPM atau usul Ketua Bidang
sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan organisasi.
b. Rapat ini bertujuan memadukan pandangan terhadap konsep-konsep yang
diajukan oleh masing-masing Ketua.
c. Rapat ini bersifat teknis koordinasi dan tidak berwewenang mengambil
keputusan diluar cakupan tugas dan kewenangannya.
d. Rapat ini dihadiri oleh Ketua AMGPM dan Sekretaris AMGPM serta Ketua-
Ketua Bidang.
3. Rapat Para Sekretaris
a. Rapat ini berlangsung atas panggilan Sekretaris AMGPM atau usul
Sekretaris Bidang sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan organisasi.
b. Rapat ini bertujuan memadukan pandangan terhadap langkah-langkah
operasional dalam melaksanakan program.
c. Rapat ini bersifat teknis koordinasi dan tidak berwewenang mengambil
keputusan diluar cakupan tugas dan kewenangannya.
PO 1 : SISTEM, MEKANISME KELEMBAGAAN DAN KEANGGOTAAN ORGANISASI AMGPM
12
d. Rapat ini dihadiri oleh Ketua AMGPM dan Sekretaris AMGPM dan
Sekretaris-Sekretaris Bidang.
4. Rapat Para Bendahara
a. Rapat ini berlangsung atas panggilan Bendahara AMGPM atau usul
Bendahara I / II sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan organisasi.
b. Rapat ini bertujuan memadukan konsep-konsep operasional dalam
pelaksanaan penggalian, pengolahan dan pemanfaatan keuangan organisasi.
c. Rapat ini bersifat teknis koordinasi dan tidak berwewenang mengambil
keputusan diluar cakupan tugas dan kewenangannya.
d. Rapat ini dihadiri oleh Ketua AMGPM dan Sekretaris AMGPM serta para
Bendahara

Pasal 14
PERGANTIAN ANTAR WAKTU PENGURUS ORGANISASI
1. Pergantian Antar Waktu Pengurus Organisasi terjadi apabila :
a. Berpindah tempat domisili untuk jangka waktu yang tidak ditentukan.
b. Atas permintaan sendiri yang diajukan secara tertulis.
c. Meninggal dunia.
d. Dibebaskan dari jabatannya oleh karena :
1. Dalam menjalankan tugasnya yang bersangkutan menyimpang dari
Anggaran Dasar dan Anggaran rumah Tangga.
2. Dalam menjalankan tugasnya yang bersangkutan menyimpang dari
Keputusan-Keputusan Lembaga Legislatif, Eksekutif, Disiplin
Organisasi dan Disiplin Gereja (GPM).
3. Tidak menjalankan tugasnya sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan
berturut-turut tanpa ada pemberitahuan atau alasan yang jelas.
2. Pergantian Antar Waktu Pengurus Organisasi harus mendapat persetujuan
Perangkat Kepengurusan diatasnya.
3. Calon Pengganti pengurus dipilih dalam Rapat Pleno Pengurus yang dibuat
khusus untuk itu.
4. Khusus untuk ketua dan atau sekretaris, calon dipilih oleh Lembaga Legislatif
istimewa yang dibuat khusus untuk maksud tersebut.
5. Calon Pengganti pengurus harus dilaporkan kepada Perangkat Kepengurusan
diatasnya untuk proses pelantikan.
6. Kecuali Pengurus Besar, penanggung-jawab organisasi yang karena sesuatu
hal tidak dapat melaksanakan tugas dapat diganti oleh Anggota Pengurus
yang lain atas persetujuan Perangkat Kepengurusan diatasnya apabila kondisi
Daerah atau Cabang atau Ranting tersebut belum memungkinkan
dilaksanakannya Konferda Istimewa, Konfercab Istimewa, atau Rapat Ranting
Istimewa untuk itu.

Pasal 15
RANGKAP JABATAN
PO 1 : SISTEM, MEKANISME KELEMBAGAAN DAN KEANGGOTAAN ORGANISASI AMGPM
13
1. Semua Pengurus Organisasi tidak diperkenankan merangkap jabatan dalam
organisasi AMGPM.
2. Seseorang yang sementara menjadi Pengurus pada salah satu jenjang
Kepengurusan AMGPM hanya dapat menjadi Pengurus pada jenjang lain
diatasnya, dan yang bersangkutan harus mengundurkan diri dari pengurus
jenjang dibawahnya.
3. Ketua Umum dan Sekretaris Umum tidak diperkenankan merangkap jabatan
yang sama sebagai ketua dan atau sekretaris dalam Organisasi
Kemasyarakatan Pemuda (OKP) dan Organisasi Politik yang setingkat dalam
wilayah pelayanannya.
4. Pengurus organisasi AMGPM yang kedudukannya setingkat lebih tinggi dan
atau lebih rendah, apabila akan mencalonkan diri sebagai ketua dan atau
sekretaris pengurus organisasi, maka yang bersangkutan diharuskan
mengundurkan diri terlebih dahulu dengan membuat surat pengunduran diri
secara tertulis atau secara lisan dihadapan peserta lembaga legislatif
(Kongres/Kongres istimewa, Konferda/Konferda Istimewa,
Konfercab/Konfercab Istimewa dan Rapat Ranting/Rapat ranting Istimewa).
5. Mencalonkan diri sebagaimana dimaksud pada ayat 4 diatas, dapat dilakukan
jika sisa masa periode kepengurusannya kurang dari 12 bulan sebagai
Pengurus daerah, pengurus Cabang atau Pengurus Ranting.

Pasal 16
PEJABAT PENANGGUNG-JAWAB SEMENTARA
1. Perangkat Kepengurus diatas dapat menunjuk pejabat penanggung jawab
sementara (care taker) bagi perangkat kepengurusan dibawahnya apabila :
a. Kalender Konstitusi telah berakhir sedangkan Konferda atau Konfercab
atau Rapat Ranting belum dilaksanakan.
b. Pengurus Organisasi menyimpang dari Anggaran Dasar dan Anggaran
rumah Tangga.
c. Pengurus Organisasi menyimpang dari Keputusan-Keputusan Lembaga
Legislatif dan Eksekutif pada jenjangnya.
2. Pejabat penanggung-jawab sementara bertugas :
a. Bertanggung-jawab atas perangkat kepengurusan yang dipimpinnya.
b. Mengkoordinasikan dan menyiapkan segala sesuatu bagi pelaksanaan
Konferda/Konferda Istimewa, atau Konfercab/konfercab istimewa atau
Rapat Ranting/Rapat ranting istimewa.
c. Melaksanakan Konferda/Konferda Istimewa, atau Konfercab/konfercab
istimewa atau Rapat Ranting/Rapat ranting istimewa..
3. Masa tugas Pejabat penanggung-jawab sementara berakhir setelah Pengurus
Terpilih dilantik.
4. Masa tugas Pejabat Penanggung jawab Sementara adalah selama 3 bulan; dan
dapat diperpanjang lagi untuk waktu tidak lebih dari satu bulan.

PO 1 : SISTEM, MEKANISME KELEMBAGAAN DAN KEANGGOTAAN ORGANISASI AMGPM


14
Pasal 17
HAL MEWAKILI ORGANISASI
1. Pengurus Besar mewakili Organisasi dalam kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan oleh Organisasi/ Lembaga/Instansi lain ditingkat
Propinsi/Nasional dan Internasional yang mengundang AMGPM.
2. Pengurus Daerah mewakili Organisasi dalam kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan oleh Organisasi/ Lembaga/Instansi lain yang setara dengan
Daerah Kabupaten/Kota atau Kecamatan yang mengundang AMGPM dibawah
koordinasi unsur Pengurus Besar di Daerah (KORWIL).
3. Bila dalam suatu Daerah Kabupaten/Kota atau yang setara dengannya
terdapat lebih dari satu Daerah AMGPM, maka semua Daerah tersebut
mempunyai status yang sama untuk mewakili Organisasi, dibawah koordinasi
unsur Pengurus Besar diwilayah Daerah tersebut.
4. Pengurus Cabang mewakili Organisasi dalam kegiatan-kegiatan yang
dialaksanakan oleh Orgaisasi/ Lembaga/Instansi lain yang setara dengan
Kecamatan yang mengundang AMGPM.
5. Bila dalam satu wilayah Kecamatan terdapat lebih dari satu Cabang AMGPM,
maka semua Cabang mempunyai status yang sama untuk mewakili Organisasi
dibawah koordinasi Pengurus Daerah.
6. Pengurus Ranting mewakili Organisasi dalam kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan oleh Organisasi/ Lembaga/Instansi Lain yang setara dengan
Desa atau Kelurahan yang mengundang AMGPM.
7. Bila dalam satu wilayah negeri atau kelurahan terdapat lebih dari satu
Ranting AMGPM maka semua Ranting mempunyai status yang sama untuk
mewakili Organisasi dibawah koordinasi Pengurus Cabang dan atau Pengurus
Daerah.
8. Setiap kegiatan yang dilakukan AMGPM pada semua jenjang organisasi wajib
dibuka dan ditutup oleh jenjang pengurus di atasnya.

Pasal 18
HAL MENYATAKAN SIKAP DAN PERNYATAAN
1. Pengurus Daerah, Cabang dan Ranting, hanya diperkenankan untuk
mengeluarkan / menyatakan sikap dan pernyataan meluputi ruang lingkup
wilayah pelayanannya.
2. Sikap dan penyataan tersebut tidak boleh bertentangan dengan AD/ART, PO,
Keputusan Lembaga Legislatif dan Eksekutif serta seluruh kebijakan
organisasi.
3. Sikap dan pernyataan tersebut sebelum di sampaikan, harus dikonsultasikan
dengan Pengurus Besar melalui perangkat kepengurusan berjenjang.
4. Pernyataan sikap harus dapat dipertanggung-jawabkan kepada Lembaga
Eksekutif sebagai Lembaga konsultatif.

PO 1 : SISTEM, MEKANISME KELEMBAGAAN DAN KEANGGOTAAN ORGANISASI AMGPM


15
Pasal 19
DISIPLIN ORGANISASI
1. Disiplin Organisasi adalah upaya pelayanan dan penggembalaan yang
bertujuan mengarahkan setiap anggota dan Pengurus Organisasi kepada
ketaatan hidup pribadi yang sesuai dengan pengakuan dan hidup
berorganisasi sesuai konstitusi.
2. Setiap anggota dan pengurus organisasi yang sikap dan perbuatannya
bertentangan dengan Firman Allah, Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga, Peraturan Organisasi dan keputusan lembaga legislatif, dikenakan
hukuman disiplin.
3. Pendekatan pelayanan penggembalaan kepada anggota dan pengurus
organisasi untuk mengembalikan yang bersangkutan kepada sikap
sepatutnya. Diusahakan dengan tahapan sebagai berikut :
a. Pengurus Organisasi pada tingkatnya mengumpulkan segala data
mengenai perbuatan seseorang yang dikenakan sanksi disiplin untuk
menentukan bentuk dan cara pelayanan sesudah mendengar yang
bersangkutan.
b. Bila usaha pelayanan tersebut tidak berhasil, maka Pengurus pada
tingkatnya dapat mengambil tindakan penggembalaan sementara sesudah
mendengar keterangan dari yang bersangkutan.
c. Keputusan Pengurus mengenai tindakan penggembalaan sementara
tersebut beserta semua berkas persoalannya diteruskan kepada perangkat
Kepengurusan di atasnya untuk dipelajari dan dipertimbangkan.
d. Hasil pertimbangan perangkat Kepengurusan di atasnya kemudian
dikembalikan kepada perangkat kepengurusan yang mengirimnya untuk
dilaksanakan.
4 Berdasarkan persoalan yang dihadapi, tindakan pelayanan dan
penggembalaan yang diambil berupa :
a. Teguran baik secara lisan maupun tertulis.
b. Skorsing untuk jangka waktu tertentu dilakukan oleh Pengurus jenjang
yang bersangkutan.
c. Membebaskan yang bersangkutan untuk sementara waktu atau
seterusnya dari tugas dan tanggung jawab sebagai Pengurus Organisasi.
d. Dibebaskan hak yang bersangkutan sebagai anggota AMGPM.
5. Setiap tindakan penggembalaan yang dilakukan harus disertai dengan batas
waktu yaitu antara 3 (tiga) bulan sampai 1(satu) tahun. Bila selesai tenggang
waktu tersebut yang bersangkutan tidak memperlihatkan adanya perubahan
dalam sikap dan perbuatannya, maka tindakan penggembalaan dapat
diperpanjang lagi seterusnya, kecuali Kongres menetapkan lain.
6. Pengurus Besar berwewenang membebaskan hak seseorang sebagai anggota
AMGPM.
7. Seseorang yang dibebaskan haknya sebagai anggota AMGPM dapat membela
diri di lembaga legislatif sesuai jenjang baik secara langsung maupun tertulis.
PO 1 : SISTEM, MEKANISME KELEMBAGAAN DAN KEANGGOTAAN ORGANISASI AMGPM
16
Pasal 20
MEKANISME PROTOKOLER
1. Mekanisme protokoler dipergunakan di dalam upacara-upacara resmi
Organisasi.
2. Tata-Urutan upacara resmi Organisasi diatur sebagai berikut :
a. Upacara yang bersifat umum intern Organisasi:
1. Ibadah
2. Acara Nasional, yang terdiri dari :
a. Menyanyikan lagu : “Indonesia Raya”
b. Mengheningkan-cipta/inmemoriam.(dipimpin pengurus yang
bersangkutan)
3. Acara Organisasi yang terdiri dari :
a. Menyanyikan Lagu Wajib AMGPM
b. Membacakan Mukadimah Anggaran Dasar AMGPM.
Pada bagian acara nasional maupun organisasi semua peserta berdiri.
4. Laporan Ketua Panitia
5. Pidato Ketua AMGPM (PB/PD/PC/PR)
6. Sambutan-sambutan.
7. Menyanyikan Lagu : “Bagimu Negeri”
8. Penutup.
b. Upacara resmi yang bersifat khusus Organisasi :
1. Ibadah.
2. Acara nasional yang terdiri dari :
a. Menyanyikan lagu : “ Indonesia Raya “
b. Mengheningkan-cipta/inmemoriam. (dipimpin pengurus yang
bersangkutan)
3. Acara Organisasi yang terdiri dari :
a. Menyanyikan Lagu Wajib AMGPM.
b. Membacakan Mukadimah Anggaran Dasar AMGPM.
Pada bagian acara nasional maupun organisasi semua
peserta berdiri.
4. Acara khusus Organisasi.
5. Pidato Ketua AMGPM (PB/PD/PC/PR)
6. Sambutan-sambutan.
7. Menyanyikan Lagu : “Bagimu Negeri”
8. Penutup.
c. Acara Penutupan Organisasi
1. Menyanyikan lagu wajib AMGPM
2. Sambutan Ketua Umum PB/Ketua Daerah/Ketua Cabang/Ketua
Ranting Terpilih (khusus untuk Kongres/Konferda/Konfercab/Rapat
Ranting). Untuk MPP/MPPD/ MPPC/Rapat Kerja Ranting oleh Ketua
masing-masing jenjang.

PO 1 : SISTEM, MEKANISME KELEMBAGAAN DAN KEANGGOTAAN ORGANISASI AMGPM


17
3. Pidato Penutupan oleh Pengurus Besar (Konferda/MPPD), Pengurus
Daerah (Konfercab/MPPC), Pengurus Cabang (Rapat Ranting/Rapat
Kerja Ranting) atau berdasarkan mandat yang diberikan oleh Pengurus
masing-masing jenjang.
4. Sambutan-sambutan.
5. Ibadah.
d. Acara Akta Demisioner pengurus organisasi diatur sebagai berikut:
1. Menyanyikan Lagu Wajib AMGPM.
2. Pembacaan Akta Demisioner oleh Pengurus jenjang yang lebih tinggi.
3. Pelepasan atribut organsiasisebagai simbol demisioner, dilakukan oleh
pengurus atau jenjang diatasnya dan untuk konggres dilakukan oleh
Majelis Ketua,
4. Menyanyikan lagu (dipilih oleh pengurus yang akan demisioner)
5. Penutup.
e. Acara Serah terima jabatan dilaksanakan satu paket dengan pelantikan
pengurus dan susunannya sebagai berikut:
1.Setelah pelaksanaan pengukuhan diikuti dengan pembacaan naskah
serah terima.
2.Penanda-tanganan naskah serah terima.
3.Serah terima dilaksanakan secara simbolis berupa: Penyerahan Bendera
Organisasi dari ketua lama dan atau pengurus yang mewakili kepada
ketua yang baru.
f. Upacara Pemakaman
1. Menanyikan lagu Wajib AMGPM
2. Pembacaan Riwayat Hidup
3. Pidato Ketua Umum/Ketua Daerah/Ketua Cabang/Ketua Ranting atau
Pengurus lainnya berdasarkan mandat.
4. Penyerahan kepada keluarga.
3. Kecuali Pasal 19 Ayat 2 point c,d,e, dan f, seluruh acara upacara resmi
organisasi diawali dengan acara prosesi.
4. Setiap Upacara resmi organisasi wajib menggunakan Jas Organisasi dan
Emblem Organisasi.
5. Kecuali pasal 19 ayat 2 point f, Tata Ruang Upacara Organisasi diatur sebagai
berikut:
a. Bendera Merah Putih sebelah kanan
b. Bendera Organisasi ditempatkan sebelah kiri
c. Gambar Presiden, Wakil Presiden disisi kiri dan kanan bagian depan, serta
gambar Garuda bagian tengah keatas.
d. Tempat duduk pejabat pemerintahan pada posisi di depan.
e. Tempat duduk pejabat gereja di sebelah kiri.
f. Tempat duduk pengurus organisasi di sesuaikan.

PO 1 : SISTEM, MEKANISME KELEMBAGAAN DAN KEANGGOTAAN ORGANISASI AMGPM


18
Pasal 21
PENGEMBANGAN DAN PEMBUBARAN ORGANISASI
1. Demi mencapai daya-guna dan hasil-guna pelayanan di antara anggota
AMGPM, maka Daerah/Cabang/Ranting yang wilayah pelayanan luas dan
padat anggotanya perlu dimekarkan menjadi lebih dari satu
Daerah/Cabang/Ranting baru.
2. Kriteria dan tata-cara pemekaran Daerah/Cabang/Ranting diatur sebagai
berikut :
a. Pengurus yang bersangkutan (pada jenjangnya) melakukan studi
kelayakan (fisibility study) tentang kemungkinan dilakukannya
pemekaran.
b. Rencana pemekaran dibuat dalam satu kertas kerja rencana pemekaran
(proposal) yang minimal memuat hal-hal:
1. Peta wilayah pemekaran.
2. Jumlah minimal calon anggota.
3. Rencana pembagian harta kekayaan.
4. Hal-hal lain sesuai dengan kebutuhan.
c. Kertas kerja (proposal) tentang pemekaran tersebut, diajukan oleh
Pengurus ke Lembaga Legislatif (MPPD, MPPC, RKR) untuk di tetapkan
menjadi program kerja organisasi.
d. Setelah rencana pemekaran tersebut ditetapkan menjadi program kerja
organisasi, selanjutnya pengurus berkewajiban langkah-langkah sebagai
berikut :
1. Memberikan laporan kepada pengurus jenjang diatasnya tentang
rencana pemekaran tersebut.
2. Bersama-sama dengan perangkat pengurus diatasnya melakukan
pembinaan secara rutin dan simultan kepada calon
Darah/Cabang/Ranting yang akan di mekarkan. Pembinaan yang
dilakukan meliputi pembinaan keanggotaan, penyiapan kepengurusan,
penyiapan kelengkapan-kelengkapan organsiasi dan pembinaan-
pembinaan keorganisasian lainya sesuai kebutuhan. Lamanya masa
pembinaan sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan sejak ditetapkannya
rencana pemekaran.
3. Setelah masa 3 (tiga) bulan pembinan berjalan, pengurus bersama-
sama dengan Pengurus pada jenjang diatasnya mengtur langkah-
langkah persiapan dan pelaksanaan penetapan (peresmian) sebagai
Daerah/Cabang/Ranting divinitif.
e. Penetapan (peresmian) calon Daerah / Cabang / Ranting menjadi
Daerah / Cabang / Ranting divinitif dilakukan oleh perangkat pengurus
diatasnya melalui Surat Keputusan Pemekaran Pengurus yang
bersangkutan. Tembusan Surat Keputusan Pemekaran tersebut
disampaikan kepada Pengurus jenjang diatasnya secara berjenjang sampai
ke tingkat Pengurus Besar.
PO 1 : SISTEM, MEKANISME KELEMBAGAAN DAN KEANGGOTAAN ORGANISASI AMGPM
19
f. Penetapan (peresmian) calon Daerah/Cabang/Ranting yang menjadi
Daerah/Cabang/Ranting divinitif dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
sebagaimana yang diatur dalam Pasal 18 Ayat 2 Butir 2.2. Peraturan
Organisasi ini.
g. Dengan ditetapkannya (diresmikannya) menjadi Daerah/Cabang/Ranting
yang difinitif, maka Daerah/Cabang/Ranting tersebut wajib melaksanakan
Konferensi Daerah/Konferensi Cabang/Rapat Ranting untuk memilih
kepengurusan organisasi dan agenda-agenda lainya sebagaimana diatur
dalam Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga dan Peraturan
Organisasi AMGPM.
3. Apabila 2 (dua) atau lebih dari Daerah/Cabang/Ranting yang berdekatan,
dapat disatukan demi efisiensi dan efektivitas pelayanan.
4. Kriteria dan tata-cara penyatuan Daerah/Cabang/Ranting akan diatur lebih
lanjut menurut ketentuan yang ditetapkan oleh MPP.
5. Jemaat-jemaat yang statusnya Kategorial dan atau khusus, dapat membentuk
Cabang dan Ranting, sesuai kondisi. Struktur Kepengurusan Organisasi
disesuaikan dengan struktur AMGPM. Cabang dan atau Ranting Kategorial
dan atau khusus secara struktur/fungsional berada dalam tanggung jawab
Pengurus Daerah setempat.
6. Dalam keadaan tertentu Pemekaran Daerah/Cabang/Ranting dapat
dilakukan berkaitan dengan terjadinya pemekaran wilayah pelayanan gereja
(GPM).
7. Pengurus Besar, Pengurus Daerah, Pengurus cabang, dapat
merekomendasikan kepada pengurus jenjang dibawahnya untuk melakukan
proses pembentukan, pemekaran atau pengembangan organisasi berkaitan
dengan terjadinya pemekaran wilayah gereja (GPM) atau jika dipandang
perlu demi pengembangan organisasi dan pelayanan kepada warga AMGPM,
dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Pengurus pada jenjang diatasnya melakukan observasi selama 1 (satu)
bulan terhadap rencana pembentukan, pemekaran atau pengembangan
daerah/cabang/ranting.
b. Selanjutnya mengundang pengurus jenjang yang bersangkutan atau yang
berdekatan untuk disampaikan rencana pembentukan, pemekaran atau
pengembangan daerah/cabang/ranting.
c. Pengurus jenjang diatasnya menunjuk satu orang pengurusnya untuk
bertugas memetahkan peta pelayanan dan jumlah anggota
daerah/cabang/ranting yang akan dibentuk, dimekarkan atau
dikembangkan dan melakukan koordinasi dengan Majelis Sektor, Ketua
Majelis Jemaat, Ketua Klasis setempat atau yang berdekatan
d. Pengurus yang diberi tugas melaporkan tugasnya dalam pleno pengurus
untuk selanjutnya dibuat persiapan penetapan kelembagaan dan
penunjukan caretaker daerah/cabang/ranting yang akan dibentuk,
dimekarkan atau dikembangkan
PO 1 : SISTEM, MEKANISME KELEMBAGAAN DAN KEANGGOTAAN ORGANISASI AMGPM
20
e. Surat keputusan Penetapan kelembagaan pembentukan, pemekaran atau
pengembangan daerah/cabang/ ranting dibuat oleh pengurus jenjang
diatasnya dan tembusannya disampaikan secara berjenjang sampai
kepada pengurus besar
8. AMGPM di tingkat Daerah, Cabang dan Ranting dapat dibubarkan apabila :
a. Tidak lagi memenuhi persyaratan tentang pembentukan Daerah, Cabang
dan Ranting
b. Timbulnya situasi-situasi khusus
c. Mendapat pertimbangan Pimpinan Gereja pada tingkat Klasis dan atau
Jemaat serta Pimpinan Organisasi setingkat di atasnya
9. Hal-hal terkait teknis pembentukan, pemekaran dan pembubaran
Daerah/Cabang/Ranting AMGPM diatur dengan Juknis tersendiri oleh
Pengurus Besar
Pasal 22
ATRIBUT
1. Atribut AMGPM terdiri dari :
1) Lagu wajib AMGPM
1) Lagu wajib AMGPM berjudul “Kamu adalah Garam dan terang dunia.
2) Partitur lagu wajib AMGPM adalah sebagai berikut :

PO 1 : SISTEM, MEKANISME KELEMBAGAAN DAN KEANGGOTAAN ORGANISASI AMGPM


21
2. Logo AMGPM adalah sebagai berikut :
a. Gambar Logo

 Gambar buatan bumi yang sedang aktif berputar:


 Warna dasar biru langit (C=100;M=20;Y=0;K=0)
 Warna tepi biru tua (C=80;M=50;Y=0;K=0)
 5 garis lintang cembung :
 Warna putih (C=0;M=0;Y=0;K=0)
 Kemiringan 200
 Warna tepi biru maritim (C=100;M=20;Y=0;K=0)
 Obor Bambu berwarna Hijau (C=100;M=0;Y=100;K=0) dan
3 lidah api berwarna merah (C=0;M=100;Y=100;K=0)
 Pita teks Bertulis : Mat.5:13a & 14a melingkari bumi
(Font Arial Bold)
 Warna dasar pita kuning tua (C=0;M=20;Y=100;K=0)
 Warna tulisan hitam (C=0;M=0;Y=0;K=100)
 Warna tepi pita ungu tua (C=20;M=40;Y=0;K=60)
 Warna tepi huruf ungu tua (C=20;M=40;Y=0;K=60)
 2 bentuk lingkaran :
 Warna hijau untuk lingkaran luar (C=100;M=0;Y=100;K=0)
 Warna putih untuk lingkaran dalam (C=0;M=0;Y=0;K=0)
 Tulisan AMGPM Tertera di bawah logo
 Type Huruf/Font = Arial Bold Italic
 Warna biru tua (C=80;M=50;Y=0;K=0)
b. Ciri khas logo AMGPM
Logo ini didesain dengan memiliki unsur-unsur yang secara spesifik
terdiri dari:
1) Gambar Bulatan Bumi yang sedang aktif berputar, berwarna dasar
Biru Langit bertepi warna Biru Tua.
2) Lima Garis Lintang berbentuk cembung berwarna Putih dengan
kemiringan 200 bertepi Biru Tua.
3) Pita Teks bertulis: Mat.5.13 a& 14 a melingkari bumi berwarna
Kuning pada bagian depan dan warna Putih pada bagian belakang.
Tepi Pita dan Teks Alkitab berwarna Ungu Tua.
4) Dua bentuk Lingkaran berwarna Hijau (lingkaran Luar) dan Putih
(lingkaran dalam).
5) Di bawah gambar utama logo ini, tertera nama AMGPM yang
ditulis dengan bentuk Kursif (huruf miring) tebal berwarna Biru
Tua.
c. Makna unsur-unsur materi logo adalah sebagai berikut :
1) Gambar Bulatan Bumi dengan Lima Garis Lintang berkemiringan
20 0 pertanda: Bumi yang aktif berputar. (dengan makna khas) Di
atas aktivitas bumi inilah AMGPM ter-panggil untuk mengemban
visi, missi dan sasaran pelayanan secara dinamis.
2) Pita dengan Teks: Matius 5.13A & 14A yang mengitari bumi
menandakan Sabda Yesus: “Kamulah Garam Dunia dan Kamulah
PO 1 : SISTEM, MEKANISME KELEMBAGAAN DAN KEANGGOTAAN ORGANISASI AMGPM
22
Terang Dunia” yang diangkat selengkapnya menjadi moto sebagai
ciri khas kepribadian/identitas AMGPM.
3) Lima Garis Lintang menandakan 5 Bidang Pengembangan
Pelayanan AMGPM, yaitu:
 Bidang Organisasi,
 Bidang Pelayanan Pendidikan dan Pembangunan Masyarakat,
 Bidang Keesaan dan Hubungan Agama-agama,
 Bidang Pekabaran Injil dan Komunikasi,
 Bidang Finansial dan Ekonomi.
4) Obor bambo dengan tiga Lidah Api melambangkan Pembinaan,
Pengembangan dan Pemberdayaan AMGPM bersumber pada
Firman Allah, berakar di dalam Gereja, berorientasi nke dunia /
konteks serta mengacu pada aspek-aspek Perdamaian, Keadilan
dan Keutuhan Ciptaan :
5) Lidah – lidah Api secara khusus melambangkan Roh Kudus yang
yang memberi kuasa untuk menjadi saksi.
6) Bambu (tangkai obor) secara khusus melambangkan
Pertumbuhan ke arah kematangan hidup yang lebih arif dan
bijaksana sebagai sikap mental AMGPM menghadapi tantangan
badai cobaan dengan tabah, lentur, tidak mudah patah terkulai
dalam mengamban visi, misi dan sasaran pelayanannya.
7) Nama AMGPM dalam bentuk huruf bold italic (huruf miring Tebal)
menandakan keteguhan tekad untuk maju ke depan mengemban
moto – jati dirinya secara dinamis.
b. Makna warna pada logo AMGPM sebagai berikut :
1) Warna Merah melambangkan Dinamika Roh Kudus yang memberi
kuasa dan keberanian untuk bersaksi secara dinamis, kritis dan
realistis. Warna merah melambangkan keberanian.
2) Warna Biru (langit) menandakan adanya Paradigma Baru
orientasi AMGPM dari darat ke laut. Warna Biru juga berkonotasi
Laut sebagai sumber garam dunia. Umumnya warna Biru
melambangkan kesetiaan.
3) Warna Putih dalam logo ini melambangkan Terang, Cerah,
Kelegaan. Umumnya warna Putih bermakna Kesucian.
4) Warna Kuning dalam logo ini melambangkan sumber terang yang
mampu menembusi kabut (kegelapan). Umumnya warna Kuning
melambangkan Kejayaan dan keemasan.
c. Makna tata - warna.
1) Warna Merah : melambangkan keberanian.
2) Warna Biru Muda : Pada umumnya warna biru melambangkan
kesetiaan. Dalam logo ini warna biru secara khusus
berkonotasi laut sebagai sumber garam dunia dengan kualitas

PO 1 : SISTEM, MEKANISME KELEMBAGAAN DAN KEANGGOTAAN ORGANISASI AMGPM


23
tinggi (Mat.5.13A) dan laut sebagai paradigma medan gumul
AMGPM.
3) Warna Putih : Umumnya warna putih melambangkan kesucian.
Dalam Logo ini warna putih mengacu pada makna Matius 5.14A).
 Warna putih pada garis lintang menandakan bentangan terang
dunia.
 Warna putih pada lingkaran menandakan lingkaran terang
dunia.
4) Warna Kuning : Pada umumnya warna kuning melambangkan
kejujuran. Dalam logo ini warna kuning secara khusus
melambangkan kekuatan terang yang mampu menembus
tantangan dan kendala kabut situasi dunia yang menghadang
langkah AMGPM ke depan.
5) Warna Ungu : Secara teologis warna ungu melambangkan sikap
hidup berkorban tanpa pamrih. Dalam logo ini warna ungu
mengacu pada AMGPM sebagai organisasi kepemudaan yang khas
gerejawi.
6) Warna Hijau : Pada umumnya warna hijau bermakna
pertumbuhan, kehidupan dan Pengharapan. Dalam Logo ini:
 Warna hijau pada lingkaran mengacu pada makna “Pelestarian
Lingkungan Hidup”.
 Warna hijau pada obor mengandung makna pertumbuhan
hidup dan pengharapan.
7) Warna Biru Tua : Warna biru tua pada nama AMGPM di atas dasar
putih menandakan kedalaman kasih setia AMGPM secara murni
dan konsekwen kepada jatidirinya sebagai “Garam dunia dan
terang dunia”
3. Bendera AMGPM diatur sebagai berikut :
1) Bentuk bendera : Empat persegi panjang.
2) Ukuran bendera :
 Panjang : 150 Cm
 Lebar : 100 Cm
3) Warna dasar bendera : Putih
4) Gambar logo ditempatkan pada bagian tengah kain, dengan garis
tengah logo berukuran 40 Cm.
5) Disepanjang tepi kain putih, digunakan ambu-ambu warna kuning
emas.
6) Bendera digunakan didalam setiap acara resmi organisasi (kecuali
pelantikan Pengurus didalam ibadah minggu bersama jemaat) dan
tempatnya disesuaikan.
4. Jas Organisasi AMGPM :
1) Jas berbentuk Kebaya dansa berlengan panjang, dengan warna
bagian luar ungu
PO 1 : SISTEM, MEKANISME KELEMBAGAAN DAN KEANGGOTAAN ORGANISASI AMGPM
24
2) Pakaian dalam berbentuk kemeja berwarna putih berbahan dasar
katun
3) Celana panjang / rok berwarna hitam.
5. Emblem : berbentuk lingkaran dengan diameter 3 cm dan diletakkan
pada bagian dada sebelah kiri
6. Busana Harian :
1) Kemeja berlengan pendek, dengan warna dasar ungu
2) Gambar logo AMGPM berada pada bagian dada sebelah kiri
3) Tulisan Pengurus sesuai jenjang organisasi berada pada bagian dada
sebelah kanan
4) Tulisan Garam dan Terang Dunia (dapat disingkat dengan
“GARDATEDU”) pada bagian punggung
5) Model atau desaian busana harian disesuaikan dengan kreasi masing-
masing Daerah, Cabang dan Ranting.
4. Tata-cara Penggunaan Atribut diatur sebagai berikut :
1. Pakaian :
1) Jas, digunakan/dipakai oleh Pengurus Organisasi pada waktu
menghadiri semua acara resmi organisasi berupa resepsi, dan pada
waktu mewakili organisasi dalam acara resmi.
2) Dalam setiap acara resmi organisasi, yang laki-laki diwajibkan
menggunakan dasi.
3) Kemeja putih dapat dipakai oleh Pengurus Organisasi dalam
menghadiri dan atau mewakili organisasi jika belum memiliki Jas
2. Bendera :
Bendera digunakan didalam setiap acara resmi organisasi (kecuali
pelantikan Pengurus didalam ibadah minggu bersama jemaat) dan
tempatnya disesuaikan.
3. Emblem : digunakan (dikenakan) pada Jas Organisasi, dapat digunakan
juga pada kemeja putih (pakaian dalam jas) bagi yang belum memiliki
jas
4. Busana Harian
1) Busana harian digunakan pada acara atau kegiatan organisasi.
2) Busana Harian dipakai dengan celana panjang/rok yang warnanya
disesuaikan

Pasal 23
TATA CARA PERUBAHAN AD/ART
1. Setiap Daerah, Cabang dan Ranting berhak menyampaikan draft usulan
perubahan AD/ART dan PO AMGPM.
2. Usulan perubahan di tingkat Ranting selanjutnya dimasukan kepada
Pengurus Cabang. Selanjutnya usulan perubahan dari Cabang dimasukan ke
Pengurus Daerah untuk selanjutnya di kaji p.ada tingkat daerah, dan hasil
kajian tersebut selanjutnya dimasukan ke Pengurus Besar
PO 1 : SISTEM, MEKANISME KELEMBAGAAN DAN KEANGGOTAAN ORGANISASI AMGPM
25
3. Setiap Daerah yang mengajukan usulan perubahan dan atau penambahan
AD/ART dan PO AMGPM selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sebelum Kongres
dan atau MPP sudah harus dimasukan ke Pengurus Besar.
4. PB AMGPM selanjutnya mengkaji dan melakukan study terbatas kemudian
menyusun draft usulan perubahan AD/ART untuk dibahas dan mendapat
persetujuan Kongres atau kongres istimewa sedangkan PO dibahas dan
mendapat persetujuan di MPP
5. Hak inisiasi dapat diambil oleh PB untuk mengajukan perubahan AD/ART
sesuai kebutuhan organisasi.

Pasal 24
KETENTUAN PENUTUP
1. Peraturan Organisasi ini hanya bisa dirubah dan disahkan oleh Musyawarah
Pimpinan Paripurna.
2. Peraturan Organisasi ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : Tifu-Waekonit, Buru Utara


Pada Tanggal : 26 Oktober 2016

MUSYAWARAH PIMPINAN PARIPURNA XXIX AMGPM


PENGURUS BESAR
SELAKU PIMPINAN SIDANG

Pdt. M. Takaria,M.Si Pdt. J. H. .Paays, S.Si


Ketua Umum Sekretaris Umum

PO 1 : SISTEM, MEKANISME KELEMBAGAAN DAN KEANGGOTAAN ORGANISASI AMGPM


26
MEMORI PENJELASANPERATURAN ORGANISASINOMOR: 01
TENTANG
SISTEM, MEKANISME KELEMBAGAAN DAN KEANGGOTAAN ORGANISASI
AMGPM

Pasal 1.
KETENTUAN UMUM
Ayat 1. Cukup Jelas
Ayat 2. Cukup Jelas
Ayat 3. Cukup Jelas
Pasal 2.
PENERIMAAN ANGGOTA
Ayat 1. Cukup Jelas
Ayat 2. Junto ART Bab II pasal 2
Butir a. Yang dimaksudkan dengan dalam masa alih status adalah; Proses
pengalihan status remaja yang tamat pendidikan formal gereja
ke katekisasi dan ke AMGPM sesuai juknis alih status AMGPM
Ketentuan ini tidak berlaku bagi Anggota AMGPM yang telah ada
sebelum berlakunya Peraturan Organisasi ini. Jo. ART Bab II.
Pasal 1 ayat 2
Butir b. Point 4. Jika pada Ranting tertentu, para Pengurus belum
terbiasa melaksanakan acara-acara yang bersifat formal
organisasi
Butir c. Cukup Jelas
Butir d. Cukup Jelas
Butir e. Butir ini menunjukaan, bahwa walaupun AMGPM menganut
Stelsel keanggotaan pasif (keanggotaan yang bersifat otomatis)
tetapi demi kepentingan penataan keanggotaan organisasi
secara objektif, menyeluruh dan terkendali maka Pengurus
Besar wajib mengeluarkan Kartu Tanda Anggota AMGPM
Butir f. Cukup Jelas
Butir g. Cukup Jelas
Ayat 3. Junto ART Baab II Pasal 2 Ayat 2 Cukup Jelas
Ayat 4. Cukup Jelas
Pasal 3.
DAFTAR KEANGGOTAAN DAN KARTU TANDA ANGGOTA
Ayat 1. Junto ART Bab II Pasal 5. Cukup Jelas
Ayat 2. Juncto ART Bab II pasal 6
Pasal 4
KONGRES
Ayat 1. Ini yang disebut agenda konstitusi organisasi atau agenda lima tahunan
junto AD Bab IX Pasal 14 ayat 2 butir a, ART Bab IV Pasal 9
Ayat 2. Disebut “Kongres Istimewa” apabila :
PO 1 : SISTEM, MEKANISME KELEMBAGAAN DAN KEANGGOTAAN ORGANISASI AMGPM
27
a. Kongres berlangsung sebelum masa lima tahun (cf. ART Bab IV Pasal 9
Ayat 9).
b. Kongres tersebut hanya melaksanakan salah satu atau sebagian dari
tugas-tugas Kongres Juncto ART Bab IV Pasal 9 Ayat 10. Misalnya
Kongres dilaksanakan hanya untuk tugas merubah atau menetapkan
AD/ART atau hanya untuk memilih Pengurus Besar, dalam hal ini ketua
umum dan sekretaris umum
Ayat 3 Cukup Jelas
Ayat 4 Cukup Jelas
Ayat 5 Cukup Jelas
Ayat 6 Yang dimaksud “dalam keadaan tertentu” adalah keadaan perang,
sengketa bersenjata, perubahan peta politik Nasional dan ideologi negara
atau dalam keadaan darurat.
Pelaksanaan Kongres Istimewa dalam keadaan tertentu, Pengurus Besar tidak
perlu mendapat persetujuan dari 2/3 dari jumlah Daerah yang ada
Ayat 7 Cukup Jelas
Pasal 5
PENGURUS BESAR
Ayat 1 Cukup Jelas
Ayat 2 Cukup Jelas
Ayat 3 Cukup Jelas
Ayat 4 Utusan Daerah harus mendapat mandat dari Daerah yang bersangkutan,
sedangkan peninjau dari Daerah dikoordinasikan dengan Pengurus
Daerah yang bersangkutan.
Ayat 5 Tugas Badan Pembantu adalah tugas perbantuan/asistensi bagi Pengurus
Besar. Dapat Bersifat Parmanen atau bersifat sementara sesuai dengan
kebutuhan.
Ayat 6 Cukup Jelas
Ayat 7 Demisioner” artinya masa dimana Pengurus Besar mengembalikan
mandat kepada Kongres, tetapi Pengurus Besar masih tetap bertanggung-
jawab atas jalannya Kongres dan masih tetap melaksanakan tugas sehari-
hari sambil menunggu dikukuhkannya Pengurus Besar yang baru.
Pengurus Besar dinyatakan demisioner pada saat laporan pertanggung-
jawabannya diterima dan di sahkan oleh Kongres.
Pengurus Besar didemisionerkan oleh Majelis Ketua dalam kedudukannya selaku
PimpinanKongres. Mekanisme dan tata cara pelaksanaan acara demisioner
sebagaimana di atur dalam Pasal 17 Peraturan Organisasi ini.
Ayat 8 Inventarisasi organisasi adalah seluruh kekayaan organisasi baik bergerak
maupun yang tidak bergerak
Ayat 9 Cukup Jelas
Ayat 10 Cukup Jelas
Ayat 11 Cukup Jelas
Ayat 12 Cukup Jelas
PO 1 : SISTEM, MEKANISME KELEMBAGAAN DAN KEANGGOTAAN ORGANISASI AMGPM
28
Pasal 6
KOORDINATOR WILAYAH
Ayat 1 Cukup Jelas
Ayat 2 Cukup Jelas
Ayat 3 Cukup Jelas
Ayat 4 Cukup Jelas
Pasal 7
KONFERENSI DAERAH
Ayat 1 Cukup Jelas
Ayat 2 Disebut “Konferda Istimewa” apabila :
a.Konferda berlangsung sebelum masa lima tahun Junto ART Bab IV
Pasal 12 Ayat 10.
b.Konferda berlangsung hanya melaksanakan salah satu atau sebagian
dari tugas-tugas Konferda Juncto ART Pasal 12 Ayat 11. Misalnya
Konferda di laksanakan hanya untuk tugas memilih Pengurus Daerah
(Ketua dan atau Sekretaris Daerah) atau hanya untuk tugas-tugas yang
lain.
“Harus mendapat persetujuan Pengurus Besar” dalam arti bahwa
pelaksanaan Konferensi Daerah Istimewa sepatutnya harus mendapat
pertimbangan yang matang dari Pengurus Besar. Pengurus Besar
dalam kedudukannya selaku penanggung-jawab dan pengarah
organisasi harus melakukan langkah-langkah inventarisasi atas pokok-
pokok masalah yang melatarbelakangi dilaksanakannya Konfrensi
Daerah Istimewa dimaksud. Pengujian atas layak tidaknya Konferda
Istimewa harus didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan yang
rasional, objektif dan konstitusional.
Ayat 3“Atas panggilan Pengurus Daerah” harus mendapat persetujuan Pengurus
Besar
Ayat 4 Cukup Jelas
Ayat 5 Cukup Jelas
Pasal 8
PENGURUS DAERAH
Ayat 1.
Butir a. Cukup Jelas
Butir b. Cukup Jelas
Butir c. Cukup Jelas
Butir d. Cukup Jelas
Butir e. Cukup Jelas
Butir f. Cukup Jelas
Butir g. Cukup Jelas
Butir h. Cukup Jelas

Ayat 2.
PO 1 : SISTEM, MEKANISME KELEMBAGAAN DAN KEANGGOTAAN ORGANISASI AMGPM
29
Utusan Cabang harus mendapat mandat dari Pengurus Cabang yang
bersangkutan, sedangkan peninjau dari Cabang dikoordinasikan dengan
Pengurus Cabang yang bersangkutan.
Ayat 3. Cukup Jelas
Ayat 4. Tugas Badan Pembantu adalah tugas perbantuan/asistensi bagi Pengurus
Daerah. Dapat Bersifat Parmanen atau bersifat sementara sesuai dengan
kebutuhan.
Ayat 5. Cukup Jelas
Ayat 6. “Demisioner” artinya masa dimana Pengurus Daerah mengembalikan
mandat kepada Konferda, tetapi Pengurus Daerah masih tetap bertanggung-
jawab atas jalannya Konferda dan masih tetap melaksanakan tugas sehati-hari
sambil menunggu pelantikan Pengurus Daerah yang baru. Pengurus Daerah
dinyatakan demisioner pada saat laporan pertanggung-jawabannya diterima
dan di sahkan oleh Konferda.
Pengurus Daerah didemisionerkan oleh Pengurus Besar.
Mekanisme dan tata cara pelaksanaan acara demisioner sebagaimana di atur
dalam Peraturan Organisasi ini.
Ayat 7. Cukup Jelas
Ayat 8. Cukup Jelas
Ayat9. Cukup Jelas
Ayat 10.Cukup Jelas
Ayat 11.Cukup Jelas
Ayat 12 Cukup Jelas
Ayat 13 “Yang dimaksudkan dengan dapat direkrut adalah, jika ketua dan atau
sekretaris daerah atau pengurus daerah lain sisa periodesasinya kurang dari
satu tahun, bila direkrut maka maka dari segi efisiensi, efektifitas dan segi
ekonomis tidak perlu untuk melaksanakan konferda istimewa untuk
menggantikan ketua dan atau sekretaris daerah yang direkrut maupun
pergantian antar waktu pengurus daerah lainnya, tetapi menunggu sampai
pelaksanaan konferda sesuai dengan waktu periodesasi. Sedangkan jika ketua
dan atau sekretaris daerah atau pengurus daerah lainnya direkrut dengan
sisa periodesasi diatas satu tahun, maka harus dilaksanakan konferensi
daerah istimewa untuk menggantikan ketua dan atau sekretaris daerah, atau
melakukan pergantian antar waktu untuk pengurus daerah lainnya.
Pasal 9
KONFERENSI CABANG
Ayat 1. Cukup Jelas.
Ayat 2. Disebut “Konfercab Istimewa” apabila :
a. Konfercab berlangsung sebelum masa tiga tahun Juncto ART Bab IV Pasal
13 Ayat 10.
b. Konfercab berlangsung hanya melaksanakan salah satu atau sebagian dari
tugas-tugas Konpercab Juncto ART Pasal 13 ayat 11 Misalnya Konpercab di

PO 1 : SISTEM, MEKANISME KELEMBAGAAN DAN KEANGGOTAAN ORGANISASI AMGPM


30
laksanakan hanya untuk tugas memilih Pengurus Cabang atau hanya untuk
tugas-tugas yang lain.
“Harus mendapat persetujuan Pengurus Daerah” dalam arti bahwa
pelaksanaan Konferensi Cabang Istimewa sepatutnya harus mendapat
pertimbangan yang matang dari Pengurus Daerah. Pengurus Daerah dalam
kedudukannya selaku penanggung-jawab dan pengarah organisasi di
tingkat Daerah harus melakukan langkah-langkah inventarisasi atas
pokok-pokok masalah yang melatarbelakangi dilaksanakannya Konfrensi
Cabang Istimewa dimaksud. Pengujian atas layak tidaknya Konfercab
Istimewa harus didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan yang
rasional, objektif dan konstitusional.
Ayat 3 “Atas panggilan Pengurus Cabang” harus mendapat persetujuan Pengurus
Daerah. (lihat penjelasan Ayat 2 Pasal ini “bagian persetujuan Pengurus
Daerah”).
Ayat 4.
Butir a. Cukup Jelas.
Butir b. Cukup Jelas.
Ayat 5 Cukup Jelas
Pasal 10
PENGURUS CABANG
Ayat 1. Cukup Jelas
Ayat 2. Cukup Jelas.
Ayat 3. Cukup Jelas.
Ayat4 Tugas Badan Pembantu adalah tugas perbantuan/asistensi bagi Pengurus
Daerah. Dapat Bersifat Parmanen atau bersifat sementara sesuai dengan
kebutuhan.
Ayat 5. Cukup Jelas
Ayat 6“Demisioner” artinya masa dimana Pengurus Cabang mengembalikan
mandat kepada Konperensi Cabang, tetapi Pengurus Cabang masih tetap
bertanggung-jawab atas jalannya Konperensi Cabang dan masih tetap
melaksanakan tugas sehati-hari sambil menunggu pelantikan Pengurus
Cabang yang baru. Pengurus Cabang dinyatakan demisioner pada saat
laporan pertanggung-jawabannya diterima dan di sahkan oleh Konperensi
Cabang.
Pengurus Cabang didemisionerkan oleh Pengurus Daerah.
Mekanisme dan tata cara pelaksanaan acara demisioner sebagaimana di
atur dalam Peraturan Organisasi ini.
Ayat 7. Cukup Jelas.
Ayat 8. Cukup Jelas.
Ayat 9. Cukup Jelas.
Ayat 10.Cukup Jelas
Ayat 11.Cukup Jelas
Ayat 12Cukup Jelas
PO 1 : SISTEM, MEKANISME KELEMBAGAAN DAN KEANGGOTAAN ORGANISASI AMGPM
31
Ayat 13 “Yang dimaksudkan dengan dapat direkrut adalah, jika ketua dan atau
sekretaris cabang atau pengurus cabang lain sisa periodesasinya kurang
dari satu tahun, bila direkrut maka dari segi efisiensi, efektifitas dan segi
ekonomis tidak perlu untuk melaksanakan konfercab istimewa untuk
menggantikan ketua dan atau sekretaris cabang yang direkrut maupun
pergantian antar waktu pengurus cabang lainnya, tetapi menunggu
sampai pelaksanaan konfercab sesuai dengan waktu periodesasi.
Sedangkan jika ketua dan atau sekretaris cabang atau pengurus cabang
lainnya direkrut dengan sisa periodesasi diatas satu tahun, maka harus
dilaksanakan konferensi cabang istimewa untuk menggantikan ketua dan
atau sekretaris cabang, atau melakukan pergantian antar waktu untuk
pengurus cabang lainnya.
Pasal 11
RAPAT RANTING
Pasal 11.
Ayat 1. Cukup Jelas.
Ayat 2.Disebut “Rapat Ranting Istimewa” apabila :
a. Rapat Ranting berlangsung sebelum masa dua tahun Juncto. ART Bab
III Pasal 15 Ayat 2.
b. Rapat Ranting berlangsung hanya melaksanakan salah satu atau
sebagian dari tugas-tugas Rapat Ranting Juncto. ART Pasal 16. Misalnya
Konpercab di laksanakan hanya untuk tugas memilih Pengurus Ranting
atau hanya untuk tugas-tugas yang lain.
“Harus mendapat persetujuan Pengurus Cabang” dalam arti bahwa
pelaksanaan Rapat Ranting Istimewa sepatunya harus mendapat
pertimbangan yang matang dari Pengurus Cabang Pengurus Cabang
dalam kedudukannya selaku penanggung-jawab dan pengarah
organisasi di tingkat Cabang harus melakukan langkah-langkah
inventarisasi atas pokok-pokok masalah yang melatarbelakangi
dilaksanakannya Rapat Ranting Istimewa dimaksud. Pengujian atas
layak tidaknya Rapat Ranting Istimewa harus didasarkan pada
pertimbangan-pertimbangan yang rasional, objektif dan konstitusional.
Ayat 3 “Atas panggilan Pengurus Ranting” harus mendapat persetujuan Pengurus
Cabang. (lihat penjelasan Ayat 2 Pasal ini “bagian persetujuan Pengurus
Besar”).
Ayat 4.
Butir a. Cukup Jelas.
Butir b. Cukup Jelas.
Pasal 12
PENGURUS RANTING
Ayat 1. Cukup Jelas
Ayat 2. Peninjau : adalah khusus bagi calon anggota yang berada pada Masa Alih
Status.
PO 1 : SISTEM, MEKANISME KELEMBAGAAN DAN KEANGGOTAAN ORGANISASI AMGPM
32
Ayat 3. Cukup Jelas
Ayat 4.Cukup Jelas
Ayat 5.“Demisioner” artinya masa dimana Pengurus Ranting mengembalikan
mandat kepada Rapat Ranting, tetapi Pengurus Ranting masih tetap
bertanggung-jawab atas jalannya Rapat Ranting dan masih tetap
melaksanakan tugas sehati-hari sambil menunggu pelantikan Pengurus
Ranting yang baru. Pengurus Ranitng dinyatakan demisioner pada saat
laporan pertanggung-jawabannya diterima dan di sahkan oleh Rapat
Ranting.
Pengurus Ranting didemisionerkan oleh Pengurus Cabang.
Mekanisme dan tata cara pelaksanaan acara demisioner sebagaimana di
atur dalam Peraturan Organisasi ini.
Ayat 6. Lihat Penjelasan Pasal 11 Ayat 7 Peraturan ini.
Ayat 7. Cukup Jelas
Ayat 8. Cukup Jelas
Ayat 9. Cukup Jelas
Ayat 10.Cukup Jelas
Ayat 11 Cukup Jelas
Ayat 12.Cukup Jelas
Ayat 13 “Yang dimaksudkan dengan dapat direkrut adalah, jika ketua dan atau
sekretaris ranting atau pengurus ranting lain sisa periodesasinya kurang
dari satu tahun, bila direkrut maka maka dari segi efisiensi, efektifitas dan
segi ekonomis tidak perlu untuk melaksanakan rapat ranting istimewa
untuk menggantikan ketua dan atau sekretaris ranting yang direkrut
maupun pergantian antar waktu pengurus ranting lainnya, tetapi
menunggu sampai pelaksanaan rapat ranting sesuai dengan waktu
periodesasi. Sedangkan jika ketua dan atau sekretaris ranting atau
pengurus ranting lainnya direkrut dengan sisa periodesasi diatas satu
tahun, maka harus dilaksanakan rapat ranting istimewa untuk
menggantikan ketua dan atau sekretaris ranting, atau melakukan
pergantian antar waktu untuk pengurus ranting lainnya.

Pasal 13
RAPAT-RAPAT PENGURUS AMGPM
Ayat 1 Cukup Jelas
Ayat 2. Cukup Jelas
Ayat 3. Cukup Jelas
Ayat 4. Cukup Jelas
Pasal 14
PERGANTIAN ANTAR WAKTU PENGURUS ORGANISASI
Ayat 1.
Butir a. Cukup Jelas
Butir b. Cukup Jelas
PO 1 : SISTEM, MEKANISME KELEMBAGAAN DAN KEANGGOTAAN ORGANISASI AMGPM
33
Butir c. Cukup Jelas
Butir d.
Point 1. Cukup Jelas.
Point 2. Disiplin gereja di berikan ada pemberitahuan resmi dari pimpinan
gereja kepada Pengurus Besar, Pengurus Daerah, Pengurus
Cabang, Pengurus Ranting, untuk di terapkan.
Point 3. Cukup Jelas.
Ayat 2.“Persetujuan” dalam Ayat ini adalah langkah-langkah koordinasi dan
konsultasi antara perangkat kepengurusan yang bersangkutan dengan
perangkat kepengurusan di atasnya.
Ayat 3“Persidangan Pengurus” bukanlah forum legislatif Istimewa, tetapi forum
eksekutif. Pada Tingkat Pengurus Besar, Pengurus Daerah, Pengurus
Cabang atau Pengurus Ranting persidangan pengurus dapat dilakukan
dengan dua cara :
Pertama. persidangan pengurus interen. Yaitu Pengurus Besar/Pengurus
Daerah/Pengurus Cabang/Pengurus Ranting menentukan/menetapkan
sendiri calon pengganti anggota pengurus dan memberitahukan kepada
anggota melalui forum legislatif pada masing-masing jenjang.
Kedua. persidangan pengurus yang diperluas. Yaitu pengurus yang
bersangkutan dapat mengundang perangkat pengurus dibawahnya untuk
bermusyawarah dan menentukan/menetapkan calon penganti anggota
pengurus tersebut.
Ayat 4. Yang dimaksud dengan “Penanggung-jawab Organisasi” adalah Ketua
Umum/Sekretaris Umum pada tingkat Pengurus Besar, Ketua/Sekretaris
Daerah pada tingkat Pengurus Daerah, Ketua/Sekretaris cabang pada
tingkat Pengurus Cabang, Ketua/Sekretaris Ranting pada tingkat Pengurus
Ranting.Junto ART Bab V Pasal 17 ayat 2
Sedangkan “Lembaga Legislatif” yang dimaksud adalah Kongres Istimewa untuk
tingkat Pengurus Besar, Konperensi Daerah Istimewa untuk tingkat
Daerah, Konperensi Cabang Istimewa untuk tingkat Cabang dan Rapat
Ranting Istimewa untuk tingkat Ranting. Bab IX Pasal 14
Mekanisme dan tata cara pelaksanaan Kongres Istimewa/Konperensi
Daerah Istimewa/ Konperensi Cabang Istimewa/ Rapat Ranting Istimewa
untuk maksud ini dapat mengunakan mekanisme dan tata cara
pelaksanaan Kongres/Konperda/Konpercab/Rapat Ranting pada
umumnya, dengan ketentuan hanya melakasanakan agenda tunggal yaitu
pemilihan penanggung-jawab organisasi (Ketua dan atau Sekretaris
AMGPM) atau dapat pula menyertakan agenda-agenda lainya yang sesuai
dengan kebutuhan.
Ayat 5Istilah “Pelantikan” hanya dikenal pada tingkat Pengurus Daerah, Pengurus
Cabang dan Pengurus Ranting. Pelantikan pada dasarnya berhubungan
langsung dengan kewenangan “mengesahkan” yang melekat pada
perangkat kepengurusan yang berada di atas.
PO 1 : SISTEM, MEKANISME KELEMBAGAAN DAN KEANGGOTAAN ORGANISASI AMGPM
34
Pada tingkat Pengurus Besar, tidak dikenal istilah pelantikan tetapi istilah
“Pengukuhan”. Sebab Pengurus Besar adalah aparat tertinggi dalam
organisasi. Dengan pengukuhan berarti Pengurus Besar meminta
aparat/badan lain di luar jenjang dan struktur organisasi AMGPM ; yang
dalam hal ini Majelis Pekerja Harian Sinode GPM selaku Pimpinan Gereja
Protestan Maluku. Kehadiran Majelis Pekerja Harian Sinode GPM pada
acara pengukuhan bukan untuk mengesahkan anggota calon penganti
Pengurus Besar tetapi untuk “meresmikan dan memberi penguatan”.
Ayat 6. “ Sesuatu hal “ dalam Ayat ini dapat berupa :
a. Berpindah tempat domisili.
b. Meninggal dunia.
c. Mengundurkan diri atas permintaan sendiri.
d. Atau karena sebab-sebab lain yang sangat prinsip objektif, rasional dan
konstitusional.
Sedangkan yang dimaksud dengan “belum memungkinkan” dalam
bagian ini menunjukan pada fakta-fakta objektif yang ada di
Daerah/Cabang/Ranting yang bersengkutan. dan oleh karena itu,
sebelum perangkat kepengurusan yang ada di atas memberikan
persetujuannya ia wajib melakukan penelitian atas fakta-fakta
dimaksud
Pasal 15
RANGKAP JABATAN
Ayat 1. Ketentuan ini tidak berlaku untuk jabatan di luar organisasi AMGPM
Ayat 2. Cukup Jelas.
Ayat 3 Cukup Jelas
Ayat 4 Cukup Jelas
Ayat 5 Cukup Jelas
Pasal 16
PEJABAT PENANGGUNG-JAWAB SEMENTARA
Ayat 1.
Jika kepengurusan yang bersangkutan sekurang-kurangnya dalam satu
tahun belum dapat melaksanakan Konferda, Konfercab dan Rapat Ranting.
Care Taker yang di tunjuk harus di ambil dari lingkup jenjang organisasidi
atasnya
Butir a. Cukup Jelas.
Butir b. Cukup Jelas
Butir c. Cukup Jelas
Ayat 2.
Butir a Cukup Jelas
Butir b. Cukup Jelas
Butir c. Cukup Jelas
Ayat 3. Cukup Jelas.
Ayat 4. Cukup Jelas
PO 1 : SISTEM, MEKANISME KELEMBAGAAN DAN KEANGGOTAAN ORGANISASI AMGPM
35
Pasal 17
HAL MEWAKILI ORGANISASI
Ayat1. Cukup Jelas
Ayat 2. Cukup Jelas
Ayat 3. Cukup Jelas
Ayat 4. Cukup Jelas
Ayat5. Cukup Jelas
Ayat 6. Cukup Jelas
Ayat 7. Cukup Jelas
Ayat 8. Cukup Jelas
Pasal 18
HAL MENYATAKAN SIKAP DAN PERNYATAAN
Ayat 1.Cukup Jelas
Ayat 2.Sikap dan Pernyataan adala sikap dan pernyataan organisasi dan bukan
sikap dan pernyataan orang-perorangan.
Ayat3. Cukup Jelas
Ayat 4 Cukup Jelas
Pasal 19
DISIPLIN ORGANISASI
Ayat1. Yang dimaksud dengan”pengakuan” disini adalah pengakuan sebagainama
yang diatur dalam AD Bab III Pasal 4 Ayat 1, 2 dan 3.
Ayat 2. Cukup Jelas
Ayat3.
Butir a. Cukup Jelas
Butir b. Cukup Jelas
Butir c. Cukup Jelas
Butir d. Cukup Jelas
Ayat 4.
Butir a. Cukup Jelas
Butir b. Cukup Jelas
Butir c. Cukup Jelas
Butir d. Cukup Jelas
Ayat 5. Cukup Jelas
Ayat 6. Cukup Jelas
Ayat 7. Cukup Jelas
Pasal 20
MEKANISME PROTOKOLER
Ayat 1. Cukup Jelas
utir a. Yang dimaksud dengan “bersifat umum interen organisasi” adalah upacara yang
dilaksanakan oleh AMGPM berkaitan dengan acara-acara yang
bersifat umum tetapi dilaksanakan secara intern organisasi.
Misalnya resepsi peringatan Hari-hari Besar Nasional/Internasional,

PO 1 : SISTEM, MEKANISME KELEMBAGAAN DAN KEANGGOTAAN ORGANISASI AMGPM


36
Hari Besar Gerejawi atau kegiatan-kegiatan kemasyarakatan
lainnya.
Point 1. Cukup Jelas.
Point 2. Cukup Jelas.
Point 3.Cukup Jelas.
Point 4. Cukup Jelas
Point5. Pidato disampaikan oleh penanggung jawab organisasi
sesuaidengan jenjang organisai
Point 6.Para Pejabat/pihak yang memberikan sambutan, antara lain:
 Penanggung-jawab organisasi pada jenjang diatasnya.
 Pejabat gereja.
 Pejabat Pemerintah.
 Atau pejabat lain yang di undang sesuai kebutuhan.
Point 7. Cukup Jelas.
Point 8. Cukup Jelas
Butir b.Yang dimaksud dengan “bersifat khusus organisasi” adalah upacara
yang dilaksanakan oleh AMGPM berkaitan dengan acara khusus
organisasi. Misalnya acara HUT Angkatan Muda GPM, acara
Pelantikan/pengukuhan pengurus, acara Kongres/Kongres
Istimewa, Konperda/Konperda Istimewa, Konpercab/Konpercab
Istimewa, Rapat Ranting/Rapat Ranting Istimewa atau
MPP/MPPD/MPPC/Rapat Kerja Ranting.dan diawali dengan prosesi
perangkat kepengurusan yang melaksanakan acara dimaksud
bersama-sama dengan perangkat kepengurusan di atasnya
Point 1.Cukup Jelas.
Point 2.Cukup Jelas.
Point 3. Cukup Jelas.
Point4.Point ini hanya digunakan untuk pelantikan/pengukuhan
pengurus jika pelantikannya berlangsung terpisah dari
acara ibadah. Jika pelantikannya berlangsung dalam ibadah
minggu dan atau akhir acara lembaga legislatif maka yang
dipergunakan hanya point “3” dan “4” dan penyematan
atribut organisasi pada penanggung-jawab organisasi,
diikuti seluruh pengurus yang dilantik.
Point 5. Pidato disampaikan oleh penanggung-jawab organisasi
pada jenjangnya.
Point6. Pejabat/pihak yang menyampaikan sambutan antara lain:
 Penanggung-jawab organisasi pada jenjang yang ada
diatasnya.
 Pejabat Gereja.
 Pejabat Pemerintah.
 Atau Pejabat lain yang di undang sesuai kebutuhan.
Point7. Cukup Jelas.
PO 1 : SISTEM, MEKANISME KELEMBAGAAN DAN KEANGGOTAAN ORGANISASI AMGPM
37
Point 8. Cukup Jelas
Butir c. Point 1. Cukup Jelas.
Point 2. Cukup Jelas.
Point 3. Cukup Jelas.
Point 4. Cukup Jelas
Point 5. Cukup Jelas
Butir d. Point 1. Cukup Jelas.
Point 2. Cukup Jelas.
Point 3. Cukup Jelas
Point 4. Cukup Jelas.
Point 5. Cukup Jelas
Butir e. Point 1. Cukup Jelas.
Poin 2. Cukup Jelas.
Point 3. Cukup Jelas.
Butir f. Point 1. Cukup Jelas.
Point 2. Cukup Jelas.
Point 3. Cukup Jelas.
Point 4. Cukup Jelas.
Ayat 3 Cukup Jelas
Ayat 4 Cukup Jelas
Pasal 21
PENGEMBANGAN DAN PEMBUBARAN ORGANISASI
Ayat 1. Pada tingkat Daerah sekurang-kurangnya terdapat 3 Cabang, pada tingkat
Cabang sekurang-kurangnya terdapat 3 Ranting dan pada tingkat
Ranting sekurang-kurangnya terdapat 25 Anggota
Ayat 2.
Butir a. Cukup Jelas
Butir b. Cukup Jelas.
Point 1. Cukup Jelas.
Point 2. Cukup Jelas.
Point3. Cukup Jelas
Point 4. Cukup Jelas
Butir c. Cukup Jelas.
Butir d. Cukup Jelas.
Point 1. Cukup Jelas.
Point 2. Cukup Jelas.
Point3. Cukup Jelas
Butir e. Cukup Jelas.
Butir f. Cukup Jelas
Butir g. Cukup Jelas
Ayat 3. Cukup Jelas
Ayat 4.Cukup Jelas
Ayat 5 Cukup Jelas
PO 1 : SISTEM, MEKANISME KELEMBAGAAN DAN KEANGGOTAAN ORGANISASI AMGPM
38
Ayat 6 Cukup Jelas
Ayat7“Merekomendasikan” artinya pengurus jenjang diatas dapat memberikan
rekomendasikan kepada pengurus jenjang dibawahnya untuk melakukan
proses pembentukan, pemekaran atau pengembangan organisasi
berkaitan dengan terjadinya pemekaran wilayah gereja (GPM) atau jika
dipandang perlu demi pengembangan organisasi dan pelayanan kepada
warga AMGPM, hal ini dapat berlangsung atas inisiatif pengurus jenjang
diatas, atau berdasarkan usulan atau permohonan melalui surat dari
ketua klasis/ketua mejelis jemaat atau ketua Bakopel atau surat
permohonan minimal 3(tiga) cabang untuk pembentukan atau
pemekaran dan pengembangan daerah baru, 3 (tiga) Ranting untuk
pembentukan atau pemekaran dan pengembangan cabang baru, dan
25anggota untuk pembentukan/pemekaran/pengembangan Ranting
baru
Ayat 8 Cukup Jelas
Ayat 9 Cukup Jelas
Pasal 22
ATRIBUT ORGANISASI AMGPM
Pasal 22 Junto ART Bab VIII Pasal 26
Ayat 1 Cukup Jelas
Butir a. Cukup Jelas
Point 1 Cukup Jelas
Point 2 Cukup Jelas
Point 3 Cukup Jelas
Huruf a Cukup Jelas
Huruf b Cukup Jelas
Huruf c Cukup Jelas
Point 4 Cukup Jelas
Huruf a Cukup Jelas
Huruf b Cukup Jelas
Huruf c Cukup Jelas
Huruf d Cukup Jelas
Huruf e Cukup Jelas
Point 5 Cukup Jelas
Huruf a Cukup Jelas
Huruf b Cukup Jelas
Huruf c Cukup Jelas
Huruf d Cukup Jelas
Huruf e Cukup Jelas
Huruf f Cukup Jelas
Huruf g Cukup Jelas
Point 6 Cukup Jelas
Huruf a Cukup Jelas
PO 1 : SISTEM, MEKANISME KELEMBAGAAN DAN KEANGGOTAAN ORGANISASI AMGPM
39
Huruf b Cukup Jelas
Huruf c Cukup Jelas
Huruf d Cukup Jelas
Point 7 Cukup Jelas
Huruf a Cukup Jelas
Huruf b Cukup Jelas
Huruf c Cukup Jelas
Huruf d Cukup Jelas
Huruf e Cukup Jelas
Huruf f Cukup Jelas
Huruf g Cukup Jelas
Huruf h Cukup Jelas
Butir b. Cukup Jelas
Point 1. Cukup Jelas
Point 2. Cukup Jelas
Point 3 Cukup Jelas
Point 4. Cukup Jelas
Point 5 Cukup Jelas
Butir c. Dipakai khusus dalam acara resmi organisasi atau acara resmi lainnya
Point 1. Cukup Jelas
Point 2. Cukup Jelas
Point 3 Cukup Jelas
Butir d. Cukup Jelas
Butir e. Cukup Jelas
Point 1. Cukup Jelas
Point 2. Cukup Jelas
Point 3 Cukup Jelas
Point 4. Cukup Jelas
Point 5 Cukup Jelas
Ayat 2 Cukup Jelas
Butir a Cukup Jelas
Point 1. Cukup Jelas
Point 2. Cukup Jelas
Point 3 Cukup Jelas
Point 4. Cukup Jelas
Butir b Junto ART Bab VIII pasal 26 ayat 3a Cukup Jelas
Butir c Junto ART Bab VIII pasal 26 ayat 3c Cukup Jelas
Butir d Junto ART Bab VIII pasal 26 ayat 3d Cukup Jelas
Point 1. Cukup Jelas
Point 2. Cukup Jelas

PO 1 : SISTEM, MEKANISME KELEMBAGAAN DAN KEANGGOTAAN ORGANISASI AMGPM


40
Pasal 23
TATA CARA PERUBAHAN AD/ART
Ayat 1. Cukup Jelas
Ayat 2. Cukup Jelas
Ayat 3. Cukup Jelas
Ayat 4. Cukup Jelas
Ayat 5. Cukup Jelas
Pasal 24
KETENTUAN PENUTUP
Ayat 1. Cukup Jelas
Ayat 2. Cukup Jelas

PO 1 : SISTEM, MEKANISME KELEMBAGAAN DAN KEANGGOTAAN ORGANISASI AMGPM


41
PERATURAN ORGANISASINOMOR 02
TENTANG
SISTEM ADMIISTRASI AMGPM

Pasal 1
KETENTUAN UMUM
1. Yang dimaksudkan dengan Peraturan Organisasi (PO) AMGPM adalah
peraturan-peraturan yang mengatur tentang sistim dan mekanisme kerja
Organisasi yang mengikat seluruh anggota dan kelembagaan Organisasi; yaitu
hal-hal yang belum diatur di dalam AD/ART serta keputusan lain di dalam
Kongres.
2. Fungsi dan tujuan Peraturan Organisasi adalah demi terwujudnya
keseragaman persepsi terhadap konstitusi Organisasi demi dan tercapainya
pemerataan langgam dan tindak kerja seluruh aparat pelaksana Organisasi
pada semua jenjang kepemimpinan sesuai dengan ketentuan konstitusi
3. Selanjutnya Peraturan Organisasi nomor 02 ini disebut PO.2 tentang Sistem
Administrasi AMGPM

Pasal 2
KOMPONEN ADMINISTRASI AMGPM
1. Komponen-komponen penunjang penyelenggaraan sistem administrasi
Angkatan Muda Gereja Protestan Maluku, terdiri dari :
a. Sekretariat Organisasi
b. Papan Nama Sekretariat
c. Pelayanan Tata Usaha
d. Cap Organisasi
e. Fandel Organisasi
f. Arsip dan Ekspedisi
g. Dokumentasi dan Informasi
h. Personalia

Pasal 3
SEKRETARIAT ORGANISASI
1. Adanya gedung atau ruangan sekretariat yang representatif untuk
penyelenggaraan administrasi dan kelancaran tugas-tugas organisasi,
merupakan salah satu kebutuhan yang esensial.
2. Karena segala keterbatasan yang dimiliki, maka sekretariat organisasi
sementara disatukan dengan kegiatan perkantoran gereja di setiap jenjang
kepemimpinang Gereja. Untuk Pengurus Besar di Kantor Sinode GPM,
Pengurus Daerah di kantor Klasis, Pengurus Cabang dan Pengurus Ranting di
Kantor Jemaat atau Konsistori.
3. Keberadaan gedung atau ruang sekretariat pada setiap jenjang organisasi juga
dapat disesuaikan dengan kondisi dimana aktifitas organisasi dilaksanakan.
PO 2 :SISTEM ADMINISTRASI AMGPM
42
4. Dengan menyatukan sekretariat organisasi dengan perkantoran Gereja di
setiap jenjang, maka akan memudahkan koordinasi dalam pelaksanaan tugas
Kesaksian, Persekutuan dan Pelayanan.
5. Khusus bagi jemaat-jemaat yang memiliki lebih dari satu Ranting AMGPM,
maka sekretariatnya dapat ditempatkan di rumah salah seorang Pengurus
Ranting atau gedung sekretariat tersendiri, tetapi harus jelas tempatnya,
terutama ruangan dan alamatnya.
6. Penentuan sekretariat bagi cabang yang meliputi beberapa jemaat,
ditempatkan dengan memperhitungkan wilayah pelayanan (kediaman
pimpinan organisasi, posisi strategis/mudah dijangkau, baileo AMGPM yang
telah dibangun dll)

Pasal 4
PAPAN NAMA SEKRETARIAT
1. Papan Nama Sekretariat Organisasi AMGPM merupakan cerminan dari
penampilan organisasi dalam gereja maupun masyarakat. Dengan menerima
Pancasila sebagai azas kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
sesuai Undang-Undang nomor 8 tahun 1985, maka AMGPM tiadak dapat
melepaskan diri dari ketentuan-ketentuan lainnya yang berlaku.
2. Khusus untuk papan nama sekretariat mengacu pada Peraturan Menteri
dalam Negeri RI, No. 5 tahun 1986 Bab III tentang ruang lingkup tata cara
pemberitahuan kepada Pemerintah serta papan nama dan lambang organisasi
kemasyarakatan, khususnya Bab VII Pasal 10.
3. Komponen yang terkait dengan papan nama sekretariat sebagai berikut :
a. Bentuk : Empat persegi panjang dengan panjang dan lebar 4 : 3
b. Ukuran :
1. Tingkat Pengurus Besar berukuran 180 x 130 Cm.
2. Tingkat Pengurus Daerah berukuran 140 x 105 Cm.
3. Tingkat Pengurus Cabang dan Ranting berukuran 120 x 90 Cm.
c. Isinya tertulis :
1. Lambang organisasi pada sisi kiri atas.
2. Nama organisasi sesuai tingkatan kepengurusan.
3. Alamat Organisasi.
d. Warna dasar papan nama sekretariat adalah putih.
e. Papan nama sekretariat harus ditanam atau digantung.
f. Ukuran Logo pada papan nama sekretariat berdiameter (bergaris tengah)
20 cm.
g. Nama Ranting/Cabang/Daerah lebih besar dari nama urutan organisasi.
h. Jika ditanam maka Tinggi papan dari tanah ke bagian bawah papan
disesuaikan dengan kepentingan : mudah dilihat dan dibaca, alasan
keamanan.
i. Jika digantung, maka harus digantung pada dinding sekretariat dengan
kepentingan mudah dilihat dan dibaca, alasan keamanan.
PO 2 :SISTEM ADMINISTRASI AMGPM
43
j. Tulisan papan nama huruf kapital tegak

Pasal 5
PELAYANAN TATA USAHA
Beberapa kegiatan pokok yang menyangkut pelayanan Tata Usaha, antara lain:
1. Surat Menyurat (Korespondensi)
Sistem surat menyurat dalam AMGPM terdiri atas :
a. Surat Dinas Umum :
b. Surat Keputusan.
1. Surat keputusan organisasi terdiri dari keputusan lembaga legislatif
(misalnya : Kongres, MPP, Konferda, MPPC,dll); dan keputusan lembaga
legislatif biasanya bekaitan dengan hasil keputusan lembaga legislatif
yang bersangkutan. Keputusan lembaga eksekutif biasanya berkaitan
dengan penjabaran keputusan legislatif maupun lembaga eksekutif
(penerma mandat).
2. Baik keputusan legislatif maupun lembaga eksekutif mempunyai
kekuatan mengikat hanya kedalam tetapi mempunyai kekuatan (dasar
hukum) untuk bergerak Keluar.
c. Surat keterangan
Surat keterangan adalah surat yang dikeluarkan oleh lembaga eksekutif
untuk memperjelas atau mempertegas status keanggotaan atau
kepengurusan seorang anggota atau pengurus untuk keperluan urusan
tertentu
d. Surat Rekomendasi
Rekomendasi ada 2 macam, yaitu :
1. Rekomendasi yang dikeluarkan oleh lembaga legislatif
(Konggres/MPP/Komferda/dll) yang merupakan lembaga legislatif
kepada lembaga eksekutif dalam kaitan dengan masalah-masalah
tertentu (biasanya per bidang pelayanan).

PO 2 :SISTEM ADMINISTRASI AMGPM


44
2. Rekomendasi yang dikeluarkan lembaga Eksekutif (PB/PD/PC/PR)
yang berisi pernyataan dari lembaga tersebut terhadap aktifitas
lembaga.
e. Surat Mandat
1. Mandat adalah pemberian atau pelimpahan wewenang kepada orang
(pribadi atau kelompok) untuk melaksanakan suatu tanggungjawab
tertentu yang semestinya dilaksanakan oleh lembaga tersebut, namun
karena alasan tertentu tidak bisa dilaksanakan. Atau juga.
2. Pendelegasian juga dapat dilakukan untuk tugas dalam kaitan dengan
kepengurusan atau untuk menghadiri acara tertentu.
f. Surat Keluar dan Surat Masuk
1. Proses pembuatan Surat Keluar terdiri dari penyusunan konsep,
agenda, pengetikan, penanda-tangan, penyampulan, arsip, ekspedisi.
Untuk itu buku Agenda dan Ekspedisi harus disiapkan dan diisi dengan
baik menyangkut Surat keluar dan Surat Masuk.
2. Sedangkan untuk Surat Masuk, prosesnya adalah Agenda, Disposisi,
instruksi pelaksanaan berupa: dimusyawarahkan atau dirapatkan,
diteliti, diperbanyak untuk dikirim dan sebagainya tergantung jenis dan
isi surat. Untuk itu maka harus disediakan Lembaran Disposisi yang
akan diisi dan menggambarkan penanganan surat tersebut sampai
tuntas.
g. Sistim surat menyurut dengan berbagai contoh surat, selanjutnya akan
dibuat dalam pedoman teknis surat menyurat AMGPM yang dikeluarkan
oleh PB AMGPM
2. Surat Keluar dan Surat Masuk
a. Proses pembuatan Surat Keluar terdiri dari penyusunan konsep, agenda,
pengetikan, penanda-tangan, penyampulan, arsip, ekspedisi. Untuk itu
buku Agenda dan Ekspedisi harus disiapkan dan diisi dengan baik
menyangkut Surat keluar dan Surat Masuk.
b. Sedangkan untuk Surat Masuk, prosesnya adalah Agenda, Disposisi,
instruksi pelaksanaan berupa: dimusyawarahkan atau dirapatkan, diteliti,
diperbanyak untuk dikirim dan sebagainya tergantung jenis dan isi surat.
Untuk itu maka harus disediakan Lembaran Disposisi yang akan diisi dan
menggambarkan penanganan surat tersebut sampai tuntas.
3. Kode-kode Surat :
Setiap Surat Keluar memiliki kode tertentu, yang diatur secara seragam dan
berjenjang. Untuk penyeragaman kode-kode Surat Keluar, maka diatur
sebagai berikut:
a. Untuk jenjang Kepengurusan/Kepemimpinan digunakan kode:
1. Surat Keluar dari Pengurus Besar menggunakan kode jenjang PB
2. Surat Keluar dari Pengurus Daerah menggunakan kode jenjang PD
(Nomor Urut Daerah-daerah diatur oleh Pengurus Besar).
3. Surat Keluar Pengurus Cabang menggunakan Kode jenjang PC
PO 2 :SISTEM ADMINISTRASI AMGPM
45
(Nomor Urut Cabang diatur oleh Pengurus Daerah).
4. Surat Keluar Pengurus Ranting menggunakan kode jenjang PR
(Nomor Urut Ranting diatur oleh Pengurus Cabang).
5. Khusus bagi Daerah yang tidak atau belum memiliki Cabang atau
Pengurus Cabang tidak aktif (dan belum melakukan pembagian Nomor
Urut Ranting), maka Pengurus Daerah dapat melakukan
pembagian.Bila kemudian Cabang sudah ada atau berfungsi kembali,
maka tinggal menyesuaikan dengan yang sudah diatur oleh Pengurus
Daerah.
b. Untuk Bidang tugas, digunakan kode:
1. Organisasi (Bidang I) digunakan kode I
2. Pelayanan Pendidikan dan PembangunanMasyarakat (Bidang II)
digunakan kode II
3. Keesaan dan Hubungan Agama-agama (Bidang III) digunakan kode
III
4. Pekabaran Injil dan Komunikasi (Bidang IV) digunakan kode IV
5. Finansial dan Ekonomi (Bidang V) digunakan kode V
6. Keuangan/Perbedaharaan digunakan kode VI
7. Umum serta pihak eksternal digunakan kode VII
8. Untuk Surat Keputusan digunakan kode KPTS
9. Untuk Rekomendasi digunakan kode R
10. Untuk Mandat digunakan kode M
11. Untuk Surat Keterangan digunakan kode K
c. Kode Surat Dinas Biasa :
1. Kode Surat Keluar (biasa) Pengurus AMGPM pada sebuah jenjang
terdiri dari: Nomor Urut Surat, kode Bidang (I/II/III/IV/VI/VIII), kode
Jenjang (PB/PD/PC/PR) dan tahun pelayanan (berjalan).
2. Contoh kode Surat Keluar Lembaga Eksekutif, menurut jenjang:
a. Pengurus Besar : 01/III/PB/2016
 01 = Nomor urut surat keluar dari PB.
 III = Kode Bidang tugas (Bidang III)
 PB = Kode Pengurus Besar
 2016 = Tahun pelayanan
b. Pengurus Daerah : 04/II/PD.1/2016
 04 = Nomor urut surat keluar dari PD
 II = Kode Bidang tugas (Bidang II)
 PD = Kode pengurus daerah
1 = Kode Nomor urut Daerah
 2016 = Tahun pelayanan
c. Pengurus Cabang : 11/I/PD.13-PC.10/2016
 11 = Nomor urut Surat Keluar PC
I = Kode Bidang Tugas (Bidang I)

PO 2 :SISTEM ADMINISTRASI AMGPM


46
 PD = Kode pengurus daerah
 13 = Kode nomor urut Daerah
 PC = Kode pengurus Cabang
 10 = Nomor urut Cabang dalam daerah.
 2016 = Tahun pelayanan
d. Pengurus Ranting :05/IV/PD.13-PC.10-PR.02/2016
 05 = Nomor urut surat keluar Ranting
 IV = Kode Bidang Tugas (Bidang IV)
 PD = Kode pengurus daerah
 13 = Kode nomor urut Daerah
 PC = Kode Pengurus cabang
 10 = Kode nomor urut Cabang dalam daerah
 PR = Kode pengurus ranting
 02 = Kode nomor urut Ranting dalam Cabang.
 2016 = Tahun pelayanan
d. Kode Surat Keputusan :
1. Surat Keputusan ada 2 (dua) macam, yaitu yang dikeluarkan oleh
lembaga Eksekutif (PB/PD/PC/PR) dan yang dikeluarkan oleh lembaga
Legislatif (Kongres atau MPP/Konperda atau MPPD/ Konpercab atau
MPPC/ Rapat Ranting atau Rapat Kerja Ranting).
2. Sebuah surat keputusan baik yang dikeluarkan oleh Lembaga Eksekutif
maupun Lembaga Legislatif selalu terdiri dari: Nomor Urut Surat
(Keputusan), Kode Keputusan, Kode Jenjang dan Nomor Urut dalam
jenjang (secara berjenjang), kode ORG.( Organisasi ) atau P dan kode
tahun.
3. Kode Surat Keputusan yang dikeluarkan Lembaga Eksekutif:
a) Pengurus Besar : 01/KPTS/PB/ORG/2016
 01 = Nomor urut surat keputusan
 KPTS = Kode surat keputusan
 PB = Pengurus Besar
 ORG = Kode surat keputusan menyangkut Pengangkatan dan
pemberhentian pengurus
 2016 = Tahun pelayanan
b) Pengurus Daerah : 02/KPTS/PD.5/ORG/2016
 02 = Nomor urut surat keputusan
 KPTS = Kode surat keputusan
 PD = Kode Pengurus Daerah
5 = Kode nomor urut daerah
 ORG = Kode surat keputusan menyangkut Pengangkatan dan
pemberhentian pengurus
 2016 = Tahun pelayanan
c) Pengurus Cabang : 05/KPTS/PD.14-PC.10/ORG/2016
 05 = Nomor urut surat keputusan
PO 2 :SISTEM ADMINISTRASI AMGPM
47
 KPTS = Kode surat keputusan
 PD = Kode Pengurus Daerah
 14 = Kode nomor urut daerah
 PC = Kode pengurus cabang
 10 = Kode nomor urut cabang dalam daerah
 ORG = Kode surat keputusan menyangkut Pengangkatan dan
pemberhentian pengurus
 2016 = Tahun pelayanan
d) Pengurus Ranting:
04/KPTS/PD.13-PC.10-PR.02/ORG/2016
 04 = Nomor urut surat keputusan
 KPTS = Kode surat keputusan
 PD = Kode Pengurus Daerah
 13 = Kode nomor urut daerah
 PC = Kode pengurus cabang
 10 = Kode nomor urut cabang dalam daerah
 PR = Kode pengurus ranting
 02 = Kode nomor urut ranting dalam cabang
 ORG = Kode surat keputusan menyangkut Pengangkatan dan
pemberhentian pengurus
 2016 = Tahun pelayanan 2016
4. Contoh kode keputusan yang dikeluarkan Lembaga Legislatif :
a) Kongres : 01/KPTS/K-XXV/2016
 01 = Nomor Urut Keputusan Kongres
 KPTS = Kode dari Keputusan
 K = Kode dari Kongres
 XXV = Kongres ke 25
 2016 = Tahun pelayanan
b) Kongres Istimewa : 01/KPTS/KI-III/2016
 01 = Nomor Urut Keputusan Kongres istimewa
 KPTS = Kode dari Keputusan
 KI = Kode dari Kongres Istimewa
 III = Kongres Istimewa ke 3
 2016 = Tahun pelayanan
c) M P P : 02/KPTS/MPP-XV/2016
 02 = Nomor urut keputusan
 KPTS = Kode dari Keputusan
 MPP = Kode MPP
 XV = Kode MPP ke 15
 2016 = Tahun pelayanan
d) Konferensi Daerah : 03/KPTS/KD.VII-5/2016
 03 = Nomor urut Keputusan
 KPTS = Kode dari Keputusan
PO 2 :SISTEM ADMINISTRASI AMGPM
48
 KD = Kode Konferensi Daerah
 VII = Kode Konferda ke 7
 5 = Nomor urut Daerah
 2016 = Tahun pelayanan
e) Konferensi Daerah istimewa : 03/KPTS/KDI.V -5/2016
 03 = Nomor urut Keputusan
 KPTS = Kode dari Keputusan
 KDI = Kode Konferensi daerah Istimewa
 V = Kode Konferda istimewa Ke 5
 5 = Nomor urut Daerah
 2016 = Tahun pelayanan tahun pelayanan
f) M P P D : 03/KPTS/MPPD.XI-5/2016
 03 = Nomor urut Keputusan
 KPTS = Kode dari Keputusan
 MPPD = Kode MPPD
 XI = Kode MPPD ke 11
 5 = Nomor urut Daerah
 2016 = Tahun pelayanan
g) Konferensi Cabang : 04/KPTS/D.14-KC.V-10/2016
 04 = Nomor urut Keputusan
 KPTS = Kode dari Keputusan
 D = Kode daerah
 14 = kode nomor urut daerah
 KC = Kode dari Konferensi Cabang
 V = Kode Konfercab ke 5
 10 = Nomor urut cabang
 2016 = Tahun pelayanan
h) Konferensi Cabang Iastimewa : 04/KPTS/D.14-KCI.II-10/2016
 04 = Nomor urut Keputusan
 KPTS = Kode dari Keputusan
 D = Kode daerah
 14 = kode nomor urut daerah
 KCI = Kode dari Konferensi Cabang Istimewa
 II = Kode Konfercab ke 2
 10 = Nomor urut cabang
 2016 = Tahun pelayanan
i) M P P C : 02/KPTS/D.14-MPPC.VI-10/2016
 02 = Nomor urut Keputusan MPPC
 KPTS = Kode dari Keputusan
 D = Kode daerah
 14 = kode nomor urut daerah
 MPPC = Kode MPPC
 VI = Kode MPPC ke 6
PO 2 :SISTEM ADMINISTRASI AMGPM
49
 10 = Kode nomor urut cabang
 2016 = Tahun pelayanan
j) Rapat Ranting : 05/KPTS/D.14-C.10-RR.V-2/2016
 05 = Nomor urut Keputusan Rapat Ranting.
 KPTS = Kode dari Keputusan
 D.14 = Kode nomor urut Daerah
 C.10 = Kode nomor urut Cabang Dalam Daerah
 RR = Kode Rapran
 V = Kode Rapat Ranting ke 5
 2 = Kode nomor urut Ranting dalam Cabang
 2016 = Tahun pelayanan
k) Rapat Ranting Istimewa : 05/KPTS/D.14-C.10-RRI.II-7/2016
 05 = Nomor urut Keputusan Rapat Ranting.
 KPTS = Kode dari Keputusan
 D.14 = Kode nomor urut Daerah
 C.10 = Kode nomor urut Cabang Dalam Daerah
 RRI = Kode Rapran Istimewa
 II = Kode Rapran Istimewa ke 2
 7 = Kode nomor urut Ranting dalam Cabang
 2016 = Tahun pelayanan
l) Rapat Kerja Ranting : 01/KPTS/D.14-C.10-RKR. III-2/2016
 01 = Nomor urut keputusan Rapat Kerja Ranting
 KPTS = Kode dari Keputusan.
 D.14 = Kode nomor urut Daerah
 C.10 = Kode Nomor urut cabang dalam daerah Cabang
 RKR = Kode Rapat Kerja Ranting
 III = Kode Rapat Kerja Ranting ke 3
 2 = Kode Nomor urut Ranting dalam cabang
 2016 =Tahun pelayanan
e. Kode Surat rekomendasi :
1. Kongres : 01/R/K-XXV/2016
 01 =KodeNomor urut rekomendasi
 R =Kode untuk Rekomendasi
 K- = Kode Kongres
 XXV = Kode konggres ke-25
 2016 =Kode tahun pelayanan
2. Kongres Istimewa : 01/R/KI-III/2016
 01 =KodeNomor urut rekomendasi
 R =Kode untuk Rekomendasi
 KI = Kode Kongres Istimewa
 III = Kode kongres Istimewa ke-3
 2016 =Kode tahun pelayanan

PO 2 :SISTEM ADMINISTRASI AMGPM


50
3. M P P : 02/R/MPP-XXIX/2016
 01 =KodeNomor urut rekomendasi
 R =Kode untuk Rekomendasi
 MPP = Kode MPP
 XXIX = Kode MPP ke-29
 2016 = Kode tahun pelayanan
4. Pengurus Besar : 11/R/PB/2016
 11 = Kode Nomor urut rekomendasi
 R = Kode untuk rekomendasi
 PB = Kode Pengurus Besar
 2016 = Kode tahun pelayanan
5. Konperda : 05/R/KD-XII.7/2016
 05 = Nomor urut rekomendasi
 R = Kode untuk rekomendasi
 KD. =Kode Konferda
 XII =Konferda ke-12
 7 = Kode nomor urut Daerah
 2016 = Kode Tahun Pelayanan
6. Konperda Istimewa : 05/R/KDI-V.10/2016
 05 = Nomor urut rekomendasi
 R = Kode untuk rekomendasi
 KDI = Kode Konferda Istimewa
 V = Konferda Istimewa ke-5
 10 = Kode Nomor urut daerah
 2016 = Kode tahun pelayanan
7. MPPD : 07/R/MPPD.IX-5/2016
 07 = Nomor urut rekomendasi
 R = Kode rekomendasi
 MPPD = Kode untuk MPPD
 IX =Kode MPPD ke-9
 5 = Kode nomor urut daerah
 2016 = Kode tahun pelayanan
8. Pengurus Daerah : 07/R/PD.5/2016
 07 = Nomor urut rekomendasi
 R = Kode untuk rekomendasi
 PD =Kode Pengurus Daerah
 5 = Kode Nomor urut daerah
 2016 =Kode tahun pelayanan
9. Konfercab : 02/R/D.14-KC-II.3/2016

PO 2 :SISTEM ADMINISTRASI AMGPM


51
 02 = Kode Nomor urut rekomendasi
 R = Kode untuk rekomendasi
 D = Kode Daerah
 14 = Kode nomor urut daerah
 KC = Kode Konpercab
 II = Konfercab yang ke-2
 3 = Kode nomor urut cabang dalam daerah
 2016 = Kode tahun pelayanan
10. Konfercab Istimewa : 02/R/D.14-KCI-V.3/2016
 02 = Kode Nomor urut rekomendasi
 R = Kode untuk Rekomendasi
 D = Kode Daerah
 14 = Kode nomor urut daerah
 KCI = Kode Konfercab Istimewa
 V = Konfercab ke-5
 3 = Kode nomor urut cabang dalam daerah
 2016 = Kode tahun pelayanan
11. M P P C : 02/R/D.14-MPPC.II-10/2016
 02 = Kode Nomor urut rekomendasi
 R = Kode untuk rekomendasi
 D = Kode daerah
 14 = Kode nomor urut daerah
 MPPC = Kode MPPC
 II = Kode MPPC ke-2
 10 = Kode nomor urut cabang dalam daerah
 2016 = Tahun pelayanan
12. Pengurus Cabang : 03/R/PD.14-PC.10/2016
 03 = Kode Nomor urut rekomendasi
 R = Kode untuk rekomendasi
 PD = Kode jenjang Pengurus Daerah
 14 = Kode nomor urut daerah
 PC = Kode pengurus cabang
 10 = Kode nomor urut cabang dalam daerah
 2016 = Kode tahun pelayanan
13. Rapat Ranting : 04/R/D.14-C.10-RR-III.2/2016
 04 = Kode Nomor urut rekomendasi
 R = Kode untuk rekomendasi
 D = Kode Daerah
 14 = Kode nomor urut daerah
 C = Kode Cabang
 10 = Kode nomor urut cabang dalam daerah

PO 2 :SISTEM ADMINISTRASI AMGPM


52
 RR = Kode Rapat Ranting
 III = Kode Rapat Ranting ke-3
 2 = Kode nomor urur ranting dalam cabang
 2016 = Kode tahun pelayanan
14. Rapat Ranting Istimewa= 04/R/D.14-C.10-RRI-V.2/2016
 04 = Kode Nomor urut rekomendasi
 R = Kode untuk rekomendasi
 D = Kode Daerah
 14 = Kode nomor urut daerah
 C = Kode Cabang
 10 = Kode nomor urut cabang dalam daerah
 RRI = Kode Rapat Ranting Istimewa
 V = Kode Rapat Istimewa ke-5
 2 = Kode nomor urur ranting dalam cabang
 2016 = Kode tahun pelayanan
15. Rapat Kerja Ranting: 05/R/D.14-C.10-RKR-V.2/2016
 05 = Kode Nomor urut rekomendasi
 R = Kode untuk rekomendasi
 D = Kode Daerah
 14 = Kode nomor urut daerah
 C. = Kode Cabang
 10 = Kode nomor urut cabang dalam daerah.
 RKR = Kode Rapat Kerja Ranting
 V = Kode Rapat Kerja Ranting ke-5
 2 = Kode nomor urut ranting dalam cabang
 2016 = Kode tahun pelayanan
16. Pengurus Ranting : 07/R/PD.14-PC.10-PR.02/2016
 07 = Kode Nomor urut rekomendasi
 R = Kode untuk rekomendasi
 PD = Kode jenjang Pengurus Daerah
 14 = Nomor urut daerah
 PC = Kode jenjang pengurus cabang
 10 = Kode nomor urut Cabang dalam Daerah
 PR. = Kode pengurus Ranting
 02 = Kode nomor urut Ranting dalam cabang
 2016 = Tahun pelayanan
f. Surat Keputusan Pengangkatan atau Pembubaran salah satu badan
yang sifatnya temporer, misalnya Panitia; modelnya sama dengan
model surat Keputusan pengangkatan atau pembubaran Pengurus,
hanya mengalami perubahan pada bagian “ ORG. “ diganti dengan “ P “,
yaitu kode untuk Panitia atau Tim yang sifatnya temporer.

PO 2 :SISTEM ADMINISTRASI AMGPM


53
g. Untuk jenis surat lain seperti Surat Keterangan dan Mandat (kedua
surat ini hanya berlaku pada lembaga Eksekutif), perbedaan kodenya
dengan Surat Rekomendasi hanyalah pada penggunaan kode “ K “ pada
Surat Keterangan dan “ M “ pada Mandat, pada posisi “ R “ di dalam
Rekomendasi.Contoh: Nomor : 02/K/PD.5-PC.3-PR.2/2016
Selanjutnya ada beberapa hal yang mesti diperhatikan, yaitu :
a. Bagi Daerah/Cabang/Ranting yang baru dibentuk atau dilebur dll,
penomoran Daerah/Cabang/Ranting diatur dengan keputusan
lembaga tertinggi di atasnya berdasarkan penerbitan Surat
Keputusan lembaga yang lebih tinggi itu.
b. Nomor surat Mandat/Rekomendasi/SK yang substansinya berbeda
dengan surat keluar penomoran dimulai dengan nomor baru dan
dilanjutkan sesuai dengan jenis surat-surat tersebut.
c. Penomoran surat tidak dibagi per bidang
d. Akhir tahun penomoran surat ditutup; dan tahun baru penomoran
surat dimulai dengan nomor baru.
Pemusnahan surat paling lama 25 tahun disesuaikan dengan
kepentingan surat (biasa, penting, berharga)

Pasal 6
CAP ORGANISASI
1. Sejak tahun 1990, cap AMGPM telah mengalami 2 kali perubahan, yaitu tahun
1990–2002 dan 2003 sampai sekarang. Perubahan itu berdasarkan
Keputusan Kongres, sesuai dengan jiwa Moto AMGPM.
2. Komponen yang terkait dengan Cap AMGPM terdiri dari :
a. Bentuk : Bulat
b. Ukuran : Garis tengah bulatan = 4 Cm (berlaku untuk semua jenjang).
c. Isi : Gambar logo dan tulisan
d. Tulisan : Tulisan dalam cap terdiri dari 2 kelompok:
1. “ANGKATAN MUDA GPM”, ditulis pada setengah lingkaran luar bagian
atas (mengikuti bentuk setengah lingkaran).
2. Tulisan jenjang Kepengurusan, misalnya: PENGURUS DAERAH BURU
SELATAN, dapat disingkat “PD BURU SELATAN” pada setengah
lingkaran luar bagian bawah.
Batas lingkaran Tengah pada bagian kiri dan kanan dipisahkan dengan
tanda: “ Bintang”.
3. Lingkaran yang dipakai, adalah lingkaran luar dari logo.
Untuk jenjang Cabang dan Ranting, cukup ditulis: “PENGURUS CABANG
diikuti nama cabang misalnya PENGURUS CABANG ELOHIM’ atau “
PENGURUS RANTING diikuti nama Ranting misalnya PENGURUS
RANTING PETRA”, dan tidak perlu mencantumkan nama jenjang
diatasnya.

PO 2 :SISTEM ADMINISTRASI AMGPM


54
Pasal 7
FANDEL ORGANISASI

1. Bentuk Fandel : Persegi lima


Ukuran Fandel, Panjang : 25Cm,
Lebar : 16Cm
Warna dasar Fandel : Putih
2. Gambar logo ditempatkan pada bagian tengah kain, dengan garis tengah logo
berukuran 6 cm
3. Disepanjang tepi kain putih, digunakan ambu-ambu warna kuning emas
4. Pada bagian bawah gambar logo dituliskan :
a. Pengurus Besar untuk jenjang pengurus besar dengan menggunakan huruf
berwarna Ungu
b. Nama daerah untuk jenjang daerah
c. Nama daerah dan cabang untuk jenjang cabang dengan menggunakan
huruf berwarna Ungu
d. Dan nama daerah, cabang dan nama ranting untuk jenjang Ranting dengan
menggunakan huruf berwarna Ungu
e. Tata letak dan besar huruf untuk penulisan disesuaikan dengan ukuran
fandel
16 cm
6 cm

20 cm 25 cm

PENGURUS BESAR

5 cm

8 cm
Contoh untuk daerah Contoh Untuk Cabang Contoh Untuk Ranting

DAERAH P.P. BACAN DAERAH KOTA AMBON DAERAH PULAU AMBON


CABANG BETHABARA CABANG ELIM I
RANTING ZAITUN

PO 2 :SISTEM ADMINISTRASI AMGPM


55
Pasal 8
ARSIP DAN EKSPEDISI
1. Untuk terjadinya tertib administrasi dan terjaminnya rahasia organisasi,
maka tertib Surat Masuk dan Surat Keluar disemua jenjang kepengurusan
organisasi harus disimpan dengan baik dalam bundel (map) dan diamankan
dalam lemari atau tempat yang aman.
2. Buku ekspedisi untuk surat keluar di setiap jenjang harus ada, sehingga
terjamin surat keluar ke alamat.

Pasal 9
DOKUMENTASI DAN INFORMASI
1. Kegiatan dokumentasi menyangkut penyimpanan surat yang penting dan
rahasia, surat-surat berharga seperti Surat Tanah, Buku Tabanas, Infentaris
dll.
2. Penyimpanan tersebut harus ditempat yang aman dan harus dilaporkan atau
dipertanggungjawabkan setiap ada pergantian pengurus waktu serah terima
atau tim pemeriksa.
Pasal 10
PERSONALIA
1. Tiap jenjang kepengurusan dapat mengangkat tenaga pengelola administrasi
2. Pengangkatan tenaga pengelola administarsi disesuaikan dengan kebutuhan
dan ketersediaan dana
3. Pengangkatan tenaga pengelola administrasi melalui surat keputusan
pengurus dan disertai dengan uraian tugasnya

Pasal 11
KETENTUAN PENUTUP
1. Hal-hal lain yang belum diatur di dalam peraturan organisasi tentang sistem
administrasi AMGPM ini, akan dilengkapi dan diatur kemudian oleh Pengurus
Besar demi kelancaran Administrasi Orgnisasi.
2. Peraturan organisasi tentang sisten administarasi AMGPM ini mulai berlaku
sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : Tifu-Waekonit, Buru Utara


Pada Tanggal : 26 Oktober 2016

MUSYAWARAH PIMPINAN PARIPURNA XXIX AMGPM


PENGURUS BESAR
SELAKU PIMPINAN SIDANG

Pdt. M. Takaria,M.Si Pdt. J. H. Paays, S.Si


Ketua Umum Sekretaris Umum
PO 2 :SISTEM ADMINISTRASI AMGPM
56
PO 2 :SISTEM ADMINISTRASI AMGPM
57
MEMORI PENJELASANPERATURAN ORGANISASINOMOR: 02
TENTANG
SISTEM ADMINISTRASI AMGPM

Pasal 1
KETENTUAN UMUM
Ayat 1. Cukup Jelas
Ayat 2. Cukup Jelas
Ayat 3. Cukup Jelas
PASAL 2
KOMPONEN ADMINISTRASI AMGPM
Ayat 1 Cukup Jelas
Butir a. Pusat informasi dan penyelenggaraan administarasi dan tugas-tugas
pokok organisasi
Butir b. Cukup Jelas
Butir c. Cukup Jelas
Butir d. Cap terbatas sebagai tanda keabsahan sebuah dokumen, dan bentuk
simbolis yang mewakili kehadiran organisasi.
Butir e. Vandel bendera kecil berbentuk segi lima diberi umbai-umbai
sekelilingnya, diberi logo organisasi dan bertuliskan nama kepengurusan
sesuai jenjang digantungkan pada tiang pancang kecil, dan diberi sebagai
kenang-kenangan pada suatu kegiatan organisasi yang dianggap penting.
Butir f. Cukup Jelas
Butir g. Cukup Jelas
Butir h. Cukup Jelas
Pasal 3
SEKRETARIAT ORGANISASI
Ayat 1. Cukup Jelas
Ayat 2. Cukup Jelas
Ayat 3. Cukup Jelas
Ayat 4. Cukup Jelas
Ayat 5. Cukup Jelas
Ayat 6. Cukup Jelas
Pasal 4
PAPAN NAMA SEKRETARIAT
Ayat 1. Cukup Jelas
Ayat 2. Cukup Jelas
Ayat 3. Cukup Jelas
Butir a. Cukup Jelas
Butir b. Cukup Jelas
Butir c. Cukup Jelas
Butir d. Cukup Jelas
Butir e. Cukup Jelas
PO 2 :SISTEM ADMINISTRASI AMGPM
58
Butir f. Cukup Jelas
Butir g. Cukup Jelas
Butir h. Cukup Jelas
Butir i. Cukup Jelas
Butir j. Cukup Jelas
Pasal 5
PELAYANAN TATA USAHA
Ayat 1. Cukup Jelas
Butir a. Point 1. sarana komunikasi untuk menyampaikan informasi secara
tertulis oleh suatu pihak kepada pihak lain
Huruf a. Cukup Jelas
Huruf b. Cukup Jelas
Huruf c. Cukup Jelas
Huruf d. Cukup Jelas
Huruf e. Cukup Jelas
Huruf f. Cukup Jelas
Huruf g. Cukup Jelas
Point 2. Surat masuk adalah semua jenis surat yang diterima dari
instansi lain maupun dari perorangan, baik yang siterima melalui pos
(kantor pos), maupun yang diterima melalui kurir (pengiriman surat).
Surat keluar adalah segala komunikasi tertulis yang dikeluarkan oleh
organisasi kepada organisasi atau instansi lain maupun perorangan.
Huruf a. Cukup Jelas
Huruf b. Cukup Jelas
Point 3. Penomoran surat menyurat dimaksudkan terwujudnya
keseragaman dan tata tertib administrasi surat menyurat
dan kearsipan dalam organisasi pada setiap jenjang
Huruf a. Cukup Jelas
Hurufb.Kode I. Surat keluar yang dibuat oleh bidang Organisasi,
berkaitan dengan tugas-tugas yang menjadi tanggung
jawab bidang, surat keluar dengan kode ini ditanda
tangani oleh ketua I dan Sekretaris I (bidang
organisasi) atau oleh ketua dan sekretaris lainnya
sesuai dengan kewenangan yang diberikan.
Kode II. Surat keluar yang dibuat oleh bidang pelayanan
pendidikan dan pembangunan masyarakat, berkaitan
dengan tugas-tugas yang menjadi tanggung jawab
bidang, surat keluar dengan kode ini ditanda tangani
oleh ketua II dan Sekretaris II (bidang pelayanan
pendidikan dan pembangunan masyarakat)atau oleh
ketua dan sekretaris lainnya sesuai dengan
kewenangan yang diberikan

PO 2 :SISTEM ADMINISTRASI AMGPM


59
Kode III. Surat keluar yang dibuat oleh bidang keesaan dan
hubungan agama-agama berkaitan dengan tugas-tugas
yang menjadi tanggung jawab bidang , surat keluar
dengan kode ini ditanda tangani oleh ketua III dan
Sekretaris III (bidang keesaan dan hubungan agama-
agama) atau oleh ketua dan sekretaris lainnya sesuai
dengan kewenangan yang diberikan
Kode IV. Surat keluar yang dibuat oleh bidang pekabaran injil
dan komunikasi berkaitan dengan tugas-tugas yang
menjadi tanggung jawab bidang , surat keluar dengan
kode ini ditanda tangani oleh ketua IV dan Sekretaris
IV (bidang pekabaran injil dan komunikasi) atau oleh
ketua dan sekretaris lainnya sesuai dengan
kewenangan yang diberikan.
Kode V. Surat keluar yang dibuat oleh bidang finansial dan
ekonomi berkaitan dengan tugas-tugas yang menjadi
tanggung jawab bidang , surat keluar dengan kode ini
ditanda tangani oleh ketua V dan Sekretaris V (bidang
Finansial dan ekonomi) atau oleh ketua dan
sekretaris lainnya sesuai dengan kewenangan yang
diberikan.
Kode VI. Surat keluar yang dibuat bendahara AMGPM
berkaitan dengan tugas-tugas yang menjadi tanggung
jawab Bandahara AMGPM , surat keluar dengan kode
ini ditanda tangani oleh bendahara dan bendahara I/II
oleh ketua dan sekretaris lainnya sesuai dengan
kewenangan yang diberikan
Kode VII. Surat keluar yang dibuat Sekretaris AMGPM
berkaitan dengan hal-hal bersifat umum atau
berkaitan dengan kebijakan organisasi AMGPM, surat
keluar dengan kode ini ditanda tangani oleh ketua
AMGPM dan Sekretaris AMGPM atau oleh ketua dan
sekretaris lainnya sesuai dengan kewenangan yang
diberikan.
Penggunaan Kode bidang I, II, III, IV, V dan VI yang
berkaitan dengan tugas-tugas yang menjadi
tanggungjawab masing-masing bidang maupun
bendahara hanya untuk surat keluar dalam internal.
Untuk pihak eksternal menggunakan kode VII (umum)
dan ditandatangani oleh ketua AMGPM dan Sekretaris
AMGPM.
Huruf c. Cukup Jelas

PO 2 :SISTEM ADMINISTRASI AMGPM


60
Huruf d. Surat keputusan adalah surat yang berisi suatu keputusan
yang dibuat oleh lembaga eksekutif atau lembaga legislatif
berkaitan dengan kebijakan organisasi atau berkaitan
dengan lembaga tersebut
Huruf e. Cukup Jelas
Huruf f. Cukup Jelas
Huruf g. Cukup Jelas
Pasal 6
CAP ORGANISASI
Ayat 1. Cap terbatas sebagai tanda keabsahan sebuah dokumen, dan bentuk
simbolis yang mewakili kehadiran organisasi Juncto PO 2 pasal 2 butir d
Ayat 2. Cukup Jelas.
Ayat 3. Cukup Jelas.
Ayat 4. Cukup Jelas.
Pasal 7
VANDEL ORGANISASI
Pasal 7. Juncto PO 2 Ayat 1 butir e
Ayat 1. Cukup Jelas
Ayat 2. Cukup Jelas.
Ayat 3. Cukup Jelas.
Ayat 4. Cukup Jelas
Pasal 8
ARSIP DAN EKSPEDISI
Pasal 8. Arsip adalah catatan rekaman kegiatan atau sumber informasi dengan
berbagai macam bentuk yang dibuat oleh lembaga, organisasi maupun
perseorangan dalam rangka pelaksanaan kegiatan. Arsip dapat berupa
surat, warkat, akta, piagam, buku, dan sebagainya, yang dapat dijadikan
bukti sahih untuk suatu tindakan dan keputusan
Ayat 1. Cukup Jelas
Ayat 2. Cukup Jelas
Pasal 9
DOKUMENTASI DAN INFORMASI
Pasal 9. Dokumentasi” mengumpulkan, menyusun, dan mengelola dokumen-
dokumen literer organisasi yang mencatat semua aktivitas organisasi dan
yang dianggap berguna untuk dijadikan bahan keterangan dan informasi
mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan organisasi AMGPM
Ayat 1. Cukup Jelas
Ayat 2. Cukup Jelas
Pasal 10
PERSONALIA
Pasal 10.
Ayat 1. Cukup Jelas
Ayat 2. Cukup Jelas.
PO 2 :SISTEM ADMINISTRASI AMGPM
61
Ayat 3. Cukup Jelas
Pasal 11
KETENTUAN PENUTUP
Ayat 1. Cukup Jelas
Ayat 2. Cukup Jelas

PO 2 :SISTEM ADMINISTRASI AMGPM


62
PERATURAN ORGANISASI NOMOR 03
TENTANG
SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN AMGPM

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Pengertian
Dalam Peraturan Organisasi ini yang dimaksud dengan :
1. Perbendaharaan AMGPM, adalah berupa uang, sumber-sumber dana dan
harta milik, yang diperoleh dari:
a. Persembahan syukur (uang kolekta, persepuluhan dan persembahan
syukur lainnya)
b. Iuran/Tanggungan
c. Hibah
d. Sumbangan yang tidak mengikat
e. Usaha-usaha lain yang sah
2. Sistem Pengelolaan keuangan AMGPM adalah suatu mekanisme pengelolaan
keuangan AMGPM, meliputi:
a. Penganggaran
b. Pelaksanaan dan Penatausahaan
c. Pengawasan
d. Pertanggungjawaban
3. Yang dimaksud dengan penganggaran keuangan AMGPM adalah proses
perencanaan, penyusunan dan penetapan anggaran pendapatan dan belanja
untuk 1 (satu) tahun anggaran.
4. Yang dimaksud dengan pelaksanaan dan penatausahaan keuangan AMGPM
adalah mekanisme pelaksanaan pendapatan dan belanja AMGPM sesuai
anggaran pendapatan dan belanja serta administrasi
keuangan/penatausahaannya.
5. Yang dimaksud dengan pengawasan keuangan AMGPM adalah tindakan
pengawasan terhadap kesesuaian penganggaran, pelaksanaan dan
penatausahaan keuangan AMGPM
6. Yang dimaksud dengan pertanggungjawaban keuangan AMGPM adalah
mekanisme pertanggungjawaban keuangan atas pelaksanaan anggaran
pendapatan dan Belanja.
7. Anggaran Pendapatan dan Belanja AMGPM selanjutnya disingkat APB adalah
rencana keuangan tahunan, yang dibahas dan disetujui bersama dan
ditetapkan dengan keputusan lembaga legislatif dijenjang organisasi
masing-masing.
8. Kas AMGPM berupa seluruh penerimaan AMGPM yang digunakan untuk
membayar seluruh pengeluaran AMGPM.
9. Penerimaan Kas adalah uang yang masuk ke kas AMGPM.
PO 3 :SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN AMGPM
62
10. Pengeluaran Kas adalah uang yang keluar dari kas AMGPM.
11. Pendapatan AMGPM adalah hak AMGPM yang diakui sebagai penambah nilai
kekayaan bersih.
12. Belanja AMGPM adalah kewajiban AMGPM yang diakui sebagai pengurangan
nilai kekayaan bersih dan pengeluaran untuk memperoleh harta tertentu
dan/atau untuk mencapai tujuan tertentu.
13. Sisa lebih perhitungan anggaran adalah selisih lebih realisasi penerimaan
dibandingkan realisasi pengeluaran anggaran selama satu tahun anggaran.
14. Sisa kurang perhitungan anggaran adalah selisih kurang realisasi
penerimaan dibandingkan realisasi pengeluaran anggaran selama satu
tahun anggaran.
15. Barang milik AMGPM adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas
beban APB atau berasal dari perolehan lain yang sah.
16. Urusan Kas dan Perhitungan (UKP) adalah penerimaan maupun
pengeluaran pihak ketiga yang bersifat transistori.

Pasal 2
Ruang Lingkup Pengelolaan Keuangan AMGPM
Ruang Lingkup Pengelolaan Keuangan AMGPM meliputi :
1. Hak AMGPM untuk mengelola sumber-sumber dana yang terdiri dari uang,
barang bergerak dan tidak bergerak yang berada dalam wilayah pelayanan
AMGPM yang menjadi miliknya.
2. Pendapatan AMGPM.
3. Belanja AMGPM.

BAB II
ASAS PENGELOLAAN KEUANGAN AMGPM
Pasal 3
Asas Pengelolaan Keuangan AMGPM
1. Keuangan AMGPM harus dikelola sesuai asas tertib, taat pada peraturan,
efektif, efisien, ekonomis, transparan dan bertanggung jawab dengan
memperhatikan asas Keadilan, Kepatutan dan manfaat untuk anggota-
anggotanya.
2. Asas tertib sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah bahwa Keuangan
AMGPM dikelola tepat waktu dan tepat guna, yang didukung dengan bukti-
bukti yang sah dan dapat dipertanggungjawab-kan.
3. Asas taat pada peraturan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah bahwa
Pengelolaan Keuangan AMGPM harus berpedoman pada peraturan.
4. Asas efektif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan pencapaian
hasil program dengan target yang telah ditetapkan, yaitu dengan cara
membandingkan pengeluaran AMGPM dengan hasil.

PO 3 :SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN AMGPM


63
5. Asas efisiensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan pencapaian
pengeluaran yang maksimum dari pemasukan tertentu dan penggunaan
pemasukan tertentu untuk mencapai pengeluaran tertentu.
6. Asas ekonomis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan perolehan
pemasukan dengan kualitas dan kuantitas tertentu pada tingkat harga yang
terendah.
7. Asas transparansi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan prinsip
keterbukaan yang memungkinkan terciptanya proses evaluasi secara
berjenjang.
8. Asas bertanggungjawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
perwujudan kewajiban seseorang untuk mempertanggungjawabkan
pengelolaan dan pengendalian sumber daya dan pelaksanaan kebijakan yang
dipercayakan kepadanya dalam rangka pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan.
9. Asas keadilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah perimbangan
distribusi hak dan kewajiban berdasarkan pertimbangan yang objektif.
10. Asas kepatutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah tindakan atau
suatu sikap yang dilakukan dengan wajar dan proporsional.
11. Asas manfaat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah bahwa Keuangan
AMGPM diutamakan untuk pemenuhan kebutuhan pemberdayaan umat dan
hak para Pekerja AMGPM.

BAB III
SISTEM PENYUSUNAN ANGGARAN AMGPM
Pasal 4
Prinsip Penyusunan Penganggaran
Prinsip-prinsip penyusunan APB adalah sebagai berikut:
1. APB mesti menampakkan aktivitas untuk meningkatkan kapasitas dan
pelayanan AMGPM.
2. APB disusun berdasarkan sistem berimbang dan dinamis yang mengandung
pengertian adanya keseimbangan antara Pendapatan dan Belanja.
3. Penyusunan APB didasarkan pada skala prioritas program dan menghindari
sejauh mungkin pemborosan serta harus dilakukan rasionalisasinya.
4. Penyusunan APB mesti berdasarkan Cash Stelsel artinya semua penerimaan
dan pengeluaran yang dilakukan dalam satu Tahun Anggaran merupakan
Pendapatan dan Belanja pada Tahun Anggaran itu.
5. Penyusunan APB harus berdasarkan asas bruto, artinya semua penerimaan
harus dibukukan bruto sehingga dapat diketahui seluruh jumlah untuk
jangka waktu satu tahun.
6. Penyusunan APB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berpedoman pada
amanat pelayanan AMGPM untuk mewujudkan tujuan berAMGPM.
7. APB merupakan dasar pengelolaan keuangan AMGPM dalam masa 1 (satu)
Tahun Anggaran terhitung mulai 1 Januari s/d 31 Desember.
PO 3 :SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN AMGPM
64
Pasal 5
Fungsi APB
1. APB memiliki fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi dan
distribusi.
2. Fungsi otorisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengandung arti
bahwa APB menjadi dasar untuk melaksanakan Pendapatan dan Belanja
pada tahun yang bersangkutan.
3. Fungsi perencanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengandung arti
bahwa APB menjadi pedoman bagi menejemen dalam merencanakan
kegiatan pada tahun yang bersangkutan.
4. Fungsi pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengandung arti
bahwa APB menjadi pedoman untuk menilai Kesesuaianpelaksanaan
kegiatan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
5. Fungsi alokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengandung arti bahwa
APB diarahkan untuk menciptakan perimbangan untuk mengurangi
pemborosan sumber dana serta meningkatkan efisiensi dan efektifitas.
6. Fungsi distribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengandung arti
bahwa kebijakan anggaran yang tertuang dalam APB memperhatikan
keadilan dan kepatutan.
Pasal 6
Struktur APB AMGPM
1. Struktur APBAMGPM merupakan satu kesatuan yang terdiri dari :
a. Pendapatan AMGPM.
b. Belanja AMGPM.
2. Struktur APBAMGPM sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
menurut jenjang organisasi.
Pasal 7
Pendapatan AMGPM
1. Pendapatan AMGPM adalah seluruh penerimaan AMGPM.
2. Pendapatan AMGPM sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah perkiraan
terukur, realistis dan rasional yang harus dicapai sebagai sumber penerimaan
AMGPM.
3. Pendapatan AMGPM sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf (a)
dirinci menurut jenjang organisasi AMGPM, kelompok, jenis dan rincian
Pendapatan.
4. Seluruh Pendapatan AMGPM dianggarkan secara Bruto dalam APB

Pasal 8
Pengelompokan Pendapatan AMGPM
Pendapatan AMGPM sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1)
dikelompokkan atas :
1. Pendapatan Tetap
2. Pendapatan Bidang-Bidang
PO 3 :SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN AMGPM
65
3. Persepuluhan dan Syukur Lainnya
4. Pendapatan Lain-lain
Pasal 9
Jenis Pendapatan AMGPM
1. Pendapatan Tetap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1)terdiri dari:
a. Jenjang Ranting berupa kolekte-kolekte, Iuran anggota, dan subsidi
b. Jejang Cabang berupa iuran ranting, tanggungan KONFERCAB/MPPC,
dan Subsidi.
c. Jenjang Daerah berupa iurancabang, tanggungan KONFERDA/MPPD dan
subsidi
d. Jenjang Pengurus Besar berupa iuran daerah, tanggungan
KONGRES/MPP dan subsidi.
2. Pendapatan bidang-bidang sebagaimana dimaksud pada Pasal 8 ayat (2)
adalah penerimaan bidang-bidang pelayanan sesuai pembidangan dalam
ART.
3. Persepuluhan dan Syukur lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat
(3) adalah pendapatan yang bersifat tidak tetap berupa persepuluhan dan
persembahan syukur selain kolekta ibadah dan persepuluhan.
4. Pendapatan lain-lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (4) adalah
pendapatan di luar kedua jenis pendapatan pada Pasal 9,ayat (1), ayat (2)
dan ayat (3) di atas yaitu yang berupa sumbangan-sumbangan, bantuan
hibah atau warisan dari pihak ketiga yang sifatnya tidak mengikat.

Pasal 10
Belanja AMGPM
1. Belanja AMGPM adalah seluruh Pengeluaran AMGPM.
2. Belanja AMGPM sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan perkiraan
beban pengeluaran AMGPM yang dialokasikan secara adil dan merata untuk
peningkatan pelayanan dalam wilayah AMGPM.
3. Belanja AMGPM sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf (b)
dirinci menurut jenjang organisasi AMGPM, program dan kegiatan,
kelompok, jenis, dan rincian belanja lainnya.
4. Seluruh Belanja AMGPM dianggarkan secara Bruto dalam APB

Pasal 11
Pengelompokan Belanja AMGPM
Belanja AMGPMsebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 10 ayat 1 dikelompokkan
atas:
1. Belanja Tetap
2. Belanja Barang
3. Belanja Pemeliharaan
4. Belanja Perjalanan Dinas
5. Belanja Rapat-Rapat
PO 3 :SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN AMGPM
66
6. Belanja Bidang-bidang
7. Belanja Lain-lain
Pasal 12
Jenis Belanja AMGPM
1. Belanja tetap AMGPM sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11ayat (1) adalah
belanja yang bersifat tetap atau rutin, yang terdiri dari:
a. Jenjang Ranting berupa Belanja Pegawai, Iuran Ranting ke Cabang, dan
tanggungan KONFERCAB/MPPCdan belanja lainnya yang bersifat rutin.
b. Jenjang Cabang berupa Belanja Pegawai, Iuran Cabang ke Daerah, dan
tanggungan KONFERDA/MPPD dan belanja lainnya yang bersifat rutin.
c. Jenjang Daerah berupa Belanja Pegawai, Iuran Daerah ke Pengurus
Besar, dan tanggungan KONGRES/MPP dan belanja lainnya yang
bersifat rutin.
d. Jenjang Pengurus Besar berupa Belanja Pegawai dan belanja lainnya
yang bersifat rutin
2. Belanja Barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11ayat (2) adalah
belanja ATK dan belanja Inventaris.
3. Belanja Pemeliharaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (3) adalah
belanja yang ditujukan untuk pemeliharaan inventaris organisasi.
4. Belanja perjalanan Dinas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (4)
adalah belanja yang diperuntukan untuk membiayai perjalanan dinas baik
lokal maupun luar daerah.
5. Belanja Rapat-rapat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (5) adalah
belanja untuk rapat-rapat koordinasi.
6. Belanja Bidang-bidang sebagaimana dimaksud dalam pasal 11 ayat (6)
adalah belanja yang diperuntukkan bagi pembiayaan program-program
pelayanan AMGPM di semua jenjang.
7. Belanja lain-lain sebagaimana dimaksud dalam pasal 11 ayat (7)terdiri dari
sumbangan-sumbangan dan belanja lainnya.

Pasal 13
Kode Penganggaran
1. Setiap urusan penyelenggara pelayanan AMGPM yang dicantumkan dalam
APB menggunakan Kode Anggaran.
2. Kode Pendapatan dan Kode Belanja yang digunakan dalam penganggaran
menggunakan Kode Anggaran Pendapatan dan Kode Anggaran Belanja
sebagaimana terlampir dalam peraturan ini.

Pasal 14
Tahap Perencanaan dan Persiapan Anggaran
1. Penyusunan rencana keuangan (kompilasi rencana program/kegiatan ke
dalam angka-angka RAPB), serta menyusun rencana keputusan disertai
penjelasannya oleh Bendahara bersama Bendahara I dan Bendahara II.
PO 3 :SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN AMGPM
67
2. Pembahasan RAPB dalam rapat pleno pengurus pada setiap jenjang
organisasi
3. Pengajuan RAPB oleh Bendahara Umum pada lembaga legislatif di setiap
jenjang organisasi.
4. Pembahasan RAPB oleh lembaga legislatif pada setiap jenjang organisasi,
diakhiri dengan pemberian persetujuan.
5. Penetapan/pengesahan RAPB menjadi APB dengan surat keputusan
lembaga legislatif pada setiap jenjang organisasi.
6. Sebelum dilaksanakan, maka RAPB yang ditetapkan/disahkan menjadi APB
harus disampaikan kepada:
a. Setiap Bidang, sebagai dasar pengajuan Daftar Permintaan Pembayaran.
b. Bendahara, sebagai dasar pengujian Daftar Permintaan Pembayaran.
c. Tim Verifikasi, sebagai bahan pemeriksaan.

BAB IV
PELAKSANAAN ANGGARAN DAN PENATAUSAHAAN
Pasal 15
Pelaksanaan APB AMGPM
1. Semua Pendapatan dan Belanja AMGPM dalam rangka urusan
penyelenggaraan organisasi dikelola dalam APB.
2. Setiap jenjang organisasi mengumpulkan dan/atau menerima pendapatan
berdasarkan ketentuan yang diamanatkan dalam APB.
3. Jumlah Belanja yang dianggarkan dalam pos-pos belanja APB merupakan
batas tertinggi atau paguanggaran untuk setiap pengeluaran.
4. Pengeluaran Belanja tidak dapat dibebankan pada Anggaran Belanja jika
untuk pengeluaran tersebut tidak tersedia atau tidak cukup tersedia dalam
APB.
5. Dalam pembelanjaan mesti menggunakan prinsip hemat, tidak mewah,
efektif, efisien, dan akuntabel.
6. Pengeluaran yang mengakibatkan beban pada APB yangbelum disahkan
oleh lembaga legislatif, dapat menggunakan APB tahun sebelumnya.

Pasal 16
Penatausahaan Pendapatan
1. Setiap Pendapatan harus dibukukan atau dicatat sesuai ketentuan yang
berlaku.
2. Setiap Pendapatan harus didukung bukti yang lengkap dan sah.

Pasal 17
Penatausahaan Belanja
1. Setiap pengeluaran harus dibukukan atau dicatat sesuai ketentuan yang
berlaku.
2. Belanja atas beban APB harus didukung dengan bukti yang lengkap dan sah;
PO 3 :SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN AMGPM
68
3. Bukti sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus mendapat pengesahan
Bendahara untuk setiap jenjang.

Pasal 18
Pengelolaan Urusan Kas dan Penghitungan (UKP)
1. Pengelolaan kas UKP adalah penerimaan dan pengeluaran kas yang tidak
mempengaruhi anggaran pendapatan dan belanja AMGPM.
2. Penerimaan kas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) seperti :
a. Penerimaan untuk pihak ketiga
b. Penerimaan lainnya yang sejenis
3. Pengeluaran kas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari :
a. Pengeluaran untuk pihak ketiga.
b. Pengeluaran lainnya yang sejenis
4. Penerimaan dan pengeluaran kas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan
ayat (3) diperlakukan sebagai penerimaan penghitungan pihak ketiga.
5. Informasi tentang penerimaan dan pengeluaran uang sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) dan ayat (3) disajikan dalam laporan arus kas kegiatan UKP.

Pasal 19
Tahap Pelaksanaan Anggaran
1. Pelaksanaan anggaran pendapatan
a. Penerimaan anggaran oleh masing-masing bidang, dan penyetoran
kepada Bendahara I.
b. Pembuatan dokumen/bukti penerimaan kas oleh Bendahara I.
c. Pencatatan dalam Buku Kas Umum oleh Bendahara II.
d. Pertanggungan jawab oleh Bendahara.
2. Pelaksanaan anggaran belanja.
a. Pengisian/pengajuan Daftar Permintaan Pembayaran oleh masing-
masing bidang, sesuai program/kegiatan dan plafon anggaran yang
tersedia dalam APB.
b. Persetujuan Daftar Permintaan Pembayaran oleh atasan langsung
Bendahara/Ketua.
c. Pembuatan bukti pengeluaran Kas, dan pembayaran oleh Bendahara I.
d. Pencatatan dalam Buku Kas Umum oleh Bendahara II.
e. Pertanggungan jawab oleh Bendahara.

Pasal 20
Bendahara AMGPM
1. Bendahara (Umum) adalah orang yang berwenang untuk menguji tagihan,
memerintahkan pembayaran dan/atau penagihan atas persetujuan Ketua
(Umum).

PO 3 :SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN AMGPM


69
2. Bendahara I adalah orang yang mengatur penyimpanan dan pengeluaran
keuangan dan harta milik organisasi atas order Ketua (Umum) dan Ketua-
Ketua Bidang lainnya sesuai dengan Mandat yang diterimanya.
3. Bendahara II adalah orang yang bertanggungjawab atas
pembukuan/pencatatan terhadap suatu transaksi penerimaan kas dan
transaksi pengeluaran kas serta mengatur kearsipan/dokumen keuangan
dan harta milik organisasi.

BAB V
PENGAWASAN PENGELOLAAN KEUANGAN AMGPM
Pasal 21
Pembinaan
1. Pengurus Besar bertanggungjawab dalam mengkoordinasikan pembinaan,
pemeriksaan dan pengawasan perbendaharaan di semua jenjang
kepengurusan.
2. Pembinaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi pemberian
pedoman, bimbingan, supervisi, konsultasi, pendidikan dan pelatihan.
3. Pemberian pedoman sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mencakup
perencanaan dan penyusunan APB, pelaksanaan dan penatausahaan
keuangan AMGPM, serta pertanggungjawaban keuangan.
4. Pemberian bimbingan, supervisi dan konsultasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) mencakup perencanaan dan penyusunan APB, pelaksanaan dan
penatausahaan, serta pertanggungjawaban keuangan AMGPM yang
dilaksanakan secara berkala atau sewaktu-waktu, sesuai dengan kebutuhan.

Pasal 22
Pengawasan
1. Masing-masing jenjang kepengurusan melakukan pengawasan terhadap
penetapan APB disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku.
2. Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pengawasan yang
mengarah untuk menjamin pencapaian sasaran yang telah ditetapkan dalam
ketentuan yang berlaku tentang APB.

Pasal 23
Pengawasan Intern
1. Dalam rangka meningkatkan kinerja transparansi dan akuntabilitas
pengelolaan keuangan AMGPM mengatur dan menyelenggarakan sistem
pengawasan dan pengendalian intern di masing-masing jenjang
kepengurusan AMGPM.
2. Pengendalian intern sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan proses
yang dirancang untuk memberikan keyakinan yang memadai mengenai
pencapaian tujuan yang tercermin dalam laporan keuangan.

PO 3 :SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN AMGPM


70
Pasal 24
Pengawasan Ekstern
Pengawasan Pemeriksaan pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan
AMGPM dilakukan oleh Tim Verifikasi sesuai dengan ART BAB VIII Pasal 29.

Pasal 25
Tim Verifikasi
1. Tim Verifikasi dibentuk oleh masing-masing jenjang kepengurusan
berdasarkan rekomendasi dari Kongres untuk jenjang Pengurus Besar,
Konferda untuk jenjang Pengurus Daerah, Konfercab untuk jenjang Pengurus
Cabang dan Rapat Ranting untuk jenjang Pengurus Ranting.
2. Jumlah anggota Tim Verifikasi sebanyak 3 orang dengan masa tugas sesuai
periodesasi kepengurusan untuk setiap jenjang.
3. Tugas Tim Verifikasi adalah mengadakan pemeriksaan keuangan dan
melaporkan hasil kerjanya kepada lembaga legislatif di setiap tingkatan.
4. Pelaksanaan tugas Tim Verifikasi dan pelaporannya adalah pada setiap tahun
kegiatan berdasarkan Anggaran Pendapatan dan Belanja setiap jenjang
kepengurusan.

BAB VI
PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN
Pasal 26
Pelaporan
1. Pelaporan keuangan AMGPM pada setiap jenjang dilaksanakan sesuai
ketentuan yang berlaku.
2. Pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan tindakan disiplin sesuai ketentuan yang berlaku.

Pasal 27
Evaluasi
Evaluasi bertujuan untuk menilai apakah tercapainya keserasian antara
kebijakan AMGPM di setiap jenjang serta untuk meneliti sejauhmana APB tidak
bertentangan dangan Keputusan AMGPM yang ditetapkan dalam lembaga
legislatif.

Pasal 28
Tahap Perhitungan/Pertanggungan Jawab Anggaran
1. Mengumpulkan data-data realisasi APB sesuai dengan catatan/ dokumen
penerimaan dan pengeluaran oleh bendahara, bendahara I dan bendahara II.
2. Menyusun laporan realisasi per jenis kegiatan/mata anggaran dari setiap
bidang pelayanan.

PO 3 :SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN AMGPM


71
3. Membuat perhitungan APB untuk dibahas dalam rapat pleno pengurus pada
setiap jenjang organisasi.
4. Pemeriksaan perhitungan APB oleh tim verifikasi, disertai catatan-catatan
dalam bentuk laporan pemeriksaan.
5. Pembahasan dan pengesahan perhitungan APB oleh lembaga legislatif pada
setiap jenjang organisasi.

BAB VII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 29
1. Pengurus Besar AMGPM melakukan fasilitasi pelaksanaan peraturan
Organisasi ini
2. Fasilitasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup
mengkoordinasikan, menyempurnakan lampiran-lampiran sesuai dengan
ketentuan organisasi, melaksanakan sosialisasi, supervisi, bimbingan teknis
serta melakukan pendampingan untuk kelancaran pencapaian peraturan ini.
3. Dengan ditetapkannya Peraturan Organisasi ini maka Peraturan Organisasi
No.3 tentang Pedoman Administrasi Keuangan AMGPM dinyatakan tidak
berlaku.
4. Peraturan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : Tifu-Waekonit, Buru Utara


Pada Tanggal : 26 Oktober 2016

MUSYAWARAH PIMPINAN PARIPURNA XXIX AMGPM


PENGURUS BESAR
SELAKU PIMPINAN SIDANG

Pdt. M. Takaria,M.Si Pdt. J. H. Paays, S.Si


Ketua Umum Sekretaris Umum

PO 3 :SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN AMGPM


72
MEMORI PENJELASANPERATURAN ORGANISASI 03
TENTANG
SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN AMGPM

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1. Pengertian
Ayat 1 butir a, b dan c cukup jelas (cf. ART BAB IX Pasal 27)
Ayat 1 butir d, Sumbangan yang tidak mengikat atau tidak
menuntut adanya imbal balik dari sumbangan tersebut.
Ayat 1 butir e, usaha-usaha penggalangan dana berupa penjualan
barang/natura, penjualan jasa, proposal maupun lainnya.
Ayat 2 dijelaskan lebih lanjut untuk masing-masing point a, b, c
dan d pada ayat 3, 4, 5 dan 6
Ayat 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16 cukup jelas
Pasal 2. Ruang Lingkup Pengelolaan Keuangan AMGPM
Ayat 1 Ruang lingkup perbendaharaan (cf. AD BAB XI Pasal 16)
Ayat 2 Pendapatan AMGPM adalah hak AMGPM yang diakui
sebagai penambah nilai kekayaan bersih.
Ayat 3 Belanja AMGPM adalah kewajiban AMGPM yang diakui
sebagai pengurangan nilai kekayaan bersih dan
pengeluaran untuk memperoleh harta tertentu dan/atau
untuk mencapai tujuan tertentu.

BAB II
ASAS PENGELOLAAN KEUANGAN AMGPM
Pasal 3. Asas Pengelolaan Keuangan AMGPM
Ayat 1 dijelaskan pada ayat 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 dan 11
Peraturan Organisasi ini.
Ayat 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 dan 11 cukup jelas

BAB III
SISTEM PENYUSUNAN ANGGARAN AMGPM
Pasal 4. Prinsip Penyusunan Penganggaran
Ayat 1 Peningkatan Kapasitas dan Pelayanan AMGPM harus
tergambar melalui aktivitas-aktivitas dan atau kegiatan-
kegiatan dalam APB.
Ayat 2 cukup jelas
Ayat 3 rasionalisasi anggaran dibuat dengan format sebagaimana
tampak pada lampiran 2 Peraturan Organisasi ini.
Ayat 4 dan 5 cukup jelas

PO 3 :SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN AMGPM


73
Ayat 5 Amanat pelayanan adalah seluruh bentuk kegiatan yang
dilaksanakan sesuai tujuan, pengakuan, asas, dan moto
organisasi. (cf. AD BAB VI Pasal 9)
Tujuan AMGPM ialah membina pemuda gereja sebagai
pewaris dan penerus nilai-nilai Injili agar memiliki
ketahanan iman, Ipteks, sosio ekonomi, sosio budayadan
sosio politik, untuk mewujudkan tanggung jawabnya
dalam kehidupan bergereja, bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara. (cf. AD BAB II Pasal 5).
Ayat 6 Tahun buku AMGPM adalah tahun taqwim. (cf. ART BAB
IX Pasal 27 Ayat 3)
Pasal 5. Fungsi APB
Ayat 1 fungsi APB dijelaskan lebih rinci pada Pasal 5 ayat 2, 3, 4,
5 dan 6 Peraturan Organisasi ini.
Ayat 2, 3, 4, 5 dan 6 cukup jelas
Pasal 6. Struktur APB AMGPM
Ayat 1 dan 2 cukup jelas
Pasal 7. Pendapatan AMGPM
Ayat 1 cukup jelas
Ayat 2 lihat format rasionalisasi anggaran pendapatan pada
lampiran 2 Peraturan Organisasi ini.
Ayat 3 lihat pedoman kode anggaran pendapatan pada lampiran
1 Peraturan Organisasi ini.
Ayat 4 Pendapatan APB dianggarkan secara Kotor/Bruto tanpa
mengurangi beban biaya atau pengorbanan untuk
memperoleh pendapatan tersebut.
Pasal 8 Pengelompokan Pendapatan AMGPM
Ayat 1, 2, 3 dan 4 (lihat Pengelompokan Anggaran Pendapatan pada
lampiran 1 Peraturan Organisasi ini)
Pasal 9 Jenis Pendapatan AMGPM
Ayat 1 cukup jelas
butir a, b, c dan d cukup jelas
Ayat 2 5 (lima) bidang pelayanan (cf. ART BAB V Pasal 17)
Ayat 3 dan 4 cukup jelas
Pasal 10. Belanja AMGPM
Ayat 1 dan 2 cukup jelas
Ayat 3 rincian belanja merupakan uraian lebih lanjut dari jenis
belanja, sehingga perlu digambarkan anggaran untuk
masing-masing kegiatan.
Ayat 4 belanja AMGPM dianggarkan secara Kotor/Bruto
termasuk seluruh pengorbanan atau beban yang melekat
pada pembelanjaan.
Pasal 11. Pengelompokan Belanja AMGPM
PO 3 :SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN AMGPM
74
Ayat 1, 2, 3, 4, 5, 6 dan 7 (lihat Pengelompokan Anggaran
Pendapatan pada lampiran 1 Peraturan Organisasi ini)
Pasal 12. Jenis Belanja AMGPM
Ayat 1 cukup jelas
butir a, b, c dan d cukup jelas
Ayat 2, 3, dan 4 cukup jelas
Ayat 5 belanja rapat-rapat merupakan belanja rapat-rapat
koordinasi eksekutif dan bukan diperuntukan untuk
menampung belanja lembaga legislatif.
Ayat 6 5 (lima) bidang pelayanan (cf. ART BAB V Pasal 17)
Pasal 13. Kode Penganggaran
Ayat 1 dan 2 cukup jelas
Pasal 14. Tahap Perencanaan dan Persiapan Anggaran
Ayat 1 dan 2 cukup jelas
Ayat 3 dibahas dalam komisi anggaran lembaga legislatif di
setiap jenjang.
Ayat 4 persetujuan terhadap RAPB di setiap jenjang diwujudkan
dalam Keputusan lembaga legislatif tentang APB.
Ayat 5 dan 6 cukup jelas

BAB IV
PELAKSANAAN ANGGARAN DAN PENATAUSAHAAN
Pasal 15. Pelaksanaan APB AMGPM
Ayat 1, 2, 3, 4 dan 5 cukup jelas
Ayat 6 Apabila satu bulan setelah berakhirnya tahun anggaran
tersebut atau sampai dengan bulan pertama tahun
anggaran baru (bulan Januari) APB belum ditetapkan
maka pengurus pada setiap jenjang melaksanakan
anggaran tahun sebelumnya.
Pasal 16. Penatausahaan Pendapatan
Ayat 1 untuk ketentuan pembukuan atau pencatatan
pendapatan, lihat lampiran 4 Peraturan Organisasi ini.
Ayat 2 lihat lampiran 4 Peraturan Organisasi ini.
Pasal 17. Penatausahaan Belanja
Ayat 1 untuk ketentuan pembukuan atau pencatatan belanja,
lihat lampiran 4 Peraturan Organisasi ini.
Ayat 2 lihat lampiran 4 peraturan organisasi ini.
Ayat 3 lihat lampiran 4 peraturan organisasi ini.
Pasal 18. Pengelolaan Urusan Kas dan Perhitungan (UKP)
Ayat 1 cukup jelas
Ayat 2 butir a cukup jelas
butir b, penerimaan lainnya yang tidak mempengaruhi
anggaran pendapatan.
PO 3 :SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN AMGPM
75
Ayat 3 butir a cukup jelas
butir b, pengeluaran lainnya yang tidak mempengaruhi
anggaran Belanja.
Ayat 4 cukup jelas
Ayat 5 lihat laporan arus kas kegiatan UKP pada lampiran 4
Peraturan Organisasi ini.
Pasal 19. Tahap Pelaksanaan Anggaran
Ayat 1 butir a, b, c dan d, lihat prosedur penerimaan kas pada
lampiran 4 Peraturan Organisasi ini.
Ayat 2 butir a, b, c, d dan e, lihat prosedur pengeluaran kas pada
lampiran 4 Peraturan Organisasi ini.
Pasal 20. Bendahara AMGPM
Ayat 1, 2 dan 3, lihat prosedur penerimaan dan pengeluaran kas
pada lampiran 4 Peraturan Organisasi ini.

BAB V
PENGAWASAN DAN PENGELOLAAN KEUANGAN AMGPM
Pasal 21. Pembinaan
Ayat 1 dijelaskan pada pasal 21 ayat 2, 3 dan 4 Peraturan
Organisasi ini.
Ayat 2, 3 dan 4 cukup jelas
Pasal 22. Pengawasan
Ayat 1 Pengawasan prefentif (bersifat pencegahan). Yaitu
pengawasan yang dilakukan oleh pengurus yang ada pada
setiap jenjang organisasi, agar kesalahan ataupun
penyimpangan yang akan terjadi dalam organisasi dapat
dicegah.
Ayat 2 cukup jelas
Pasal 23. Pengawasan Intern
Ayat 1 dan 2 cukup jelas
Pasal 24. Pengawasan Ektern
Pengawasan represif/pemeriksaan. Yaitu pengawasan yang
dilakukan dengan jalan melakukan pemeriksaan terhadap suatu
tugas atau pekerjaan yang telah selesai, dengan maksud untuk
menilai apakah pekerjaan itu telah dilaksanakan sesuai dengan
rencana atau ketentuan yang berlaku. (cf. ART BAB VIII Pasal 29
ayat 1)
Pasal 25. Tim Verifikasi
Ayat 1 cukup jelas (cf. ART BAB IX Pasal 29 Ayat 2)
Ayat 2 keanggotaan Tim Verifikasi terdiri dari 1 (satu) orang
Ketua dan 2 (dua) orang anggota. (cf. ART BAB IX Pasal 29
ayat 5)
Ayat 3 cukup jelas (cf. ART BAB IX Pasal 29 Ayat 3)
PO 3 :SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN AMGPM
76
Ayat 4 cukup jelas (cf. ART BAB IX Pasal 29 Ayat 4)
Perlu disusun petunjuk pelaksanaan verifikasi dan pengawasan
(Rekomendasi MPP XXIX Nomor 10 )

BAB VI
PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN
Pasal 26. Pelaporan
Ayat 1 untuk pengendalian intern, bendahara wajib
menyampaikan laporan keuangan secara berkala (setiap 4
bulan) dalam rapat pleno pengurus.
Ayat 2 tindakan disiplin merujuk pada Peraturan Organisasi 01
Pasal 17. Dan jika pelanggaran tersebut menimbulkan
kerugian material, maka kepada yang bersangkutan
dikenakan saksi ganti rugi.
Pasal 27. Evaluasi
Evaluasi berguna untuk pengendalian intern sebagaimana tertuang
pada Pasal 26 ayat 1 Peraturan Organisasi ini.
Pasal 28. Tahap Perhitungan/Pertanggungan Jawab Anggaran
Ayat 1, 2, 3, 4 dan 5 cukup jelas

BAB VII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 29. Ketentuan Penutup
Ayat 1, 2, 3 dan 4 cukup jelas

PO 3 :SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN AMGPM


77
LAMPIRAN-LAMPIRAN PO 3
TENTANG SISTIM PENGELOLAAN KEUANGAN AMGPM

Lampiran 1

PEDOMAN KODE ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA


ANGKATAN MUDA GEREJA PROTESTAN MALUKU

I. PENDAPATAN
KODE
URAIAN PENJELASAN
ANGGARAN
I.1 SISA LEBIH PERHITUNGAN Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Lalu merupakan
ANGGARAN TAHUN LALU selisih lebih realisasi penerimaan dibandingkan realisasi
I.1.01 Sisa Lebih Perhitungan pengeluaran anggaran selama satu tahun anggaran dan
Anggaran Tahun Lalu dicatat sebagai penerimaan tahun anggaran berikutnya.
I.2 PENDAPATAN TETAP
I.2.01 Kolekta Ibadah Anggaran ini untuk menampung pendapatan yang
bersumber dari pendapatan kolekta ibadah. (Pendapatan
Kolekta Ibadah hanya ada di jenjang Ranting, sedangkan
untuk jenjang di atasnya merupakan Pendapatan Bidang
III).
I.2.02 Iuran Anggaran ini untuk menampung pendapatan yang
Daerah/Cab/Rtg/Anggota bersumber dari:
Iuran Anggota untuk Jenjang Ranting. (besarannya
ditetapkan di Raker)
Iuran Ranting untuk Jenjang Cabang. (besarannya
ditetapkan di MPPC)
Iuran Cabang untuk Jenjang Daerah. (besarannya
ditetapkan di MPPD)
Iuran Daerah untuk Jenjang PB.
(besarannya ditetapkan di MPP)
I.2.03 Tunggakan Iuran Anggaran ini untuk menampung pendapatan yang
Daerah/Cab/Rtg bersumber dari tunggakan tanggungan wajib.
(tanggungan yang tidak dibayarkan pada tahun anggaran
berkenan)
I.2.04 Tanggungan Anggaran ini untuk menampung pendapatan yang
KONGRES/MPP/ bersumber dari tanggungan pelaksanaan lembaga
KONFERDA/MPPD/ legislatif.
KONFERCAB/MPPC Tanggungan KONFERCAB/MPPC untuk Jenjang Cabang.
(besarannya ditetapkan di MPPC)
Tanggungan KONFERDA/MPPD untuk Jenjang Daerah.
(besarannya ditetapkan di MPPD)
Tanggungan KONGRES/MPP untuk Jenjang PB.
(besarannya ditetapkan di MPP)
I.2.05 Tunggakan Tanggungan Anggaran ini untuk menampung pendapatan yang
KONGRES/ bersumber dari tunggakan tanggungan pelaksanaan
MPP/KONFERDA/MPPD/ lembaga legislatif sesuai jenjang.(Tanggungan yang tidak
KONFERCAB/MPPC dibayarkan pada tahun anggaran berkenan).
I.2.06 Subsidi Anggaran ini untuk menampung pendapatan yang
Sinode/Klasis/Jemaat bersumber dari subsidi lembaga gereja sesuai tingkatan

PO 3 :SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN AMGPM


78
atau wilayah pelayanannya.
I.3 PENDAPATAN BIDANG –
BIDANG
I.3.01 Bidang I Anggaran ini untuk menampung pendapatan yang
bersumber dari pelaksanaan program Bidang I
I.03.02 Bidang II Anggaran ini untuk menampung pendapatan yang
bersumber dari pelaksanaan program Bidang II
I.03.03 Bidang III Anggaran ini untuk menampung pendapatan yang
bersumber dari pelaksanaan program Bidang III
I.03.04 Bidang IV Anggaran ini untuk menampung pendapatan yang
bersumber dari pelaksanaan program Bidang IV
I.03.05 Bidang V Anggaran ini untuk menampung pendapatan yang
bersumber dari pelaksanaan program Bidang V
I.4 PERSEPULUHAN DAN
SYUKUR LAINNYA
I.4.01 Persepuluhan Anggaran ini untuk menampung pendapatan yang
bersumber dari persembahan syukur berupa
persepuluhan.
I.4.02 Persembahan Syukur Anggaran ini untuk menampung pendapatan yang
Lainnya bersumber dari persembahan syukur lainnya selain
Kolekta Ibadah dan persepuluhan.
I.5. PENDAPATAN LAIN-LAIN
I.5.01 Sumbangan –Sumbangan Anggaran ini untuk menampung pendapatan yang
bersumber dari sumbangan-sumbangan dan tidak
termasuk dalam pendapatan tetap maupun pendapatan
bidang-bidang.
I.5.02 Lain –lain Anggaran ini untuk menampung pendapatan lain-lain dan
tidak termasuk dalam pendapatan tetap, pendapatan
bidang-bidang, maupun sumbangan-sumbangan.
I.6 URUSAN KAS DAN Anggaran ini untuk menampung pendapatan UKP
PERHITUNGAN

II. BELANJA
KODE
URAIAN PENJELASAN
ANGGARAN
II.1 SISA KURANG
PERHITUNGANANGGARAN
TAHUN LALU
I.1.01 SISA KURANG PERHITUNGAN Sisa Kurang Perhitungan Anggaran Tahun Lalu
  ANGGARAN TAHUN LALU merupakan selisih kurang realisasi penerimaan
dibandingkan realisasi pengeluaran anggaran selama
satu tahun anggaran dan dicatat sebagai pengeluaran
tahun anggaran berikutnya.
II.2 BELANJA TETAP
II.2.01 Belanja Pegawai/ Honorium Dianggarankan untuk belanja pegawai
II.2.02 Iuran PB/PD/PC/PR tahun …. Dianggarkan untuk iuran wajib :
Ranting ke Cabang untuk Jenjang Ranting
Cabang ke Daerah untuk Jenjang Cabang
Daerah ke PB untuk Jenjang Daerah
II.2.03 Tanggungan Kongres/MPP/ Dianggarkan untuk tanggungan :
dst… KONFERCAB/MPPC untuk Jenjang Ranting
PO 3 :SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN AMGPM
79
KONFERDA/MPPD untuk Jenjang Cabang
KONGRES/MPP untuk Jenjang Daerah
II.3 BELANJA BARANG
II.3.01 Belanja ATK Dianggarkan untuk belanja ATK
II.3.02 Belanja Inventaris Dianggarkan untuk belanja inventaris
II.4 BELANJA PEMELIHARAAN
II.4.01 Belanja Pemeliharaan Dianggarkan untuk belanja pemeliharaan inventaris
Inventaris
II.5 BELANJA PERJALANAN DINAS
II.5.01 Belanja Perjalanan Dinas Dianggarkan untuk belanja perjalanan dinas
II.6 BELANJA RAPAT DAN
KONFRENSI/MUSYAWARAH
II.6.01 Belanja Rapat rapat Dianggarkan untuk belanja rapat-rapat koordinasi
II.6.02 Belanja Dianggarkan untuk belanja musyawarah :
Konfrensi/Musyawarah KONGRES/MPP untuk Jenjang PB
KONFERDA/MPPD untuk Jenjang Daerah
KONFERCAB/MPPC untuk Jenjang Cabang
RAPRAN/RKR untuk Jenjang Ranting
II.7 BELANJA BIDANG – BIDANG
II.7.01 Bidang I Dianggarkan untuk belanja pelaksanaan program bidang
I
II.7.02 BidangII Dianggarkan untuk belanja pelaksanaan program bidang
II
II.7.03 Bidang III Dianggarkan untuk belanja pelaksanaan program bidang
III
II.7.04 Bidang IV Dianggarkan untuk belanja pelaksanaan program bidang
IV
II.7.05 Bidang V Dianggarkan untuk belanja pelaksanaan program bidang
V

II.8 BELANJA LAIN –LAIN


II.8.01 Sumbangan – Sumbangan Dianggarkan untuk sumbangan-sumbangan
II.8.02 Lain –lain Dianggarkan untuk belanja lain-lain yang tidak termasuk
dalam belanja Tetap, Belanja bidang-bidang, maupun
sumbangan-sumbangan
II.9 URUSAN KAS & Dianggarkan untuk pengeluaran atau belanja UKP
PERHITUNGAN

Ketentuan:
1. Penambahan Kode Anggaran untuk setiap jenjang hanya dapat dilakukan pada Pos
Pendapatan dan atau Pos Belanja.
2. Penambahan Kode Anggaran dimaksud, hanya dimungkinkan jika masih dalam ruang
lingkup Bagian Pendapatan dan atau Bagian Belanja yang sama.
3. Jika ruang lingkup Pendapatan atau Belanja berbeda, dapat diuraikan pada Pendapatan
atau Belanja Lain-Lain.

PO 3 :SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN AMGPM


80
Lampiran 2
1. PENGANGGARAN
FORMAT USULAN ANGGARAN (Untuk Rasionalisasi Anggaran)
ANGKATAN MUDA GEREJA PROTESTAN MALUKU
PB/PD/PC/PR
RENCANA ANGGARAN PENDAPATAN RUNTIN
TAHUN ...........
WAKTU PELAKSANAAN
RINCIAN ANGGARAN PENDAPATAN
RINCIAN PERHITUNGAN
KODE PENDAPATAN JUMLAH
URAIAN
ANGGARAN VOLUME SATUAN SATUAN (Rp)
(Rp)

JUMLAH
............................., .................. 20
BENDAHARA

(_______________________)

ANGKATAN MUDA GEREJA PROTESTAN MALUKU


PB/PD/PC/PR
RENCANA ANGGARAN PENDAPATAN BIDANG
TAHUN ...........
BIDANG
WAKTU PELAKSANAAN
RINCIAN ANGGARAN PENDAPATAN
JUMLAH
RINCIAN PERHITUNGAN
(Rp)
KODE
URAIAN PENDAPATAN
ANGGARAN
VOLUME SATUAN SATUAN
(Rp)

JUMLAH
........................., ..................... 20
KETUA BIDANG............................

(_____________________)

PO 3 :SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN AMGPM


81
ANGKATAN MUDA GEREJA PROTESTAN MALUKU
PB/PD/PC/PR......
RENCANA ANGGARAN BELANJA RUTIN
TAHUN 20.........
WAKTU PELAKSANAAN
RINCIAN ANGGARAN BELANJA RUTIN
JUMLAH
RINCIAN PERHITUNGAN
KODE (Rp)
URAIAN
ANGGARAN HARGA SATUAN
VOLUME SATUAN
(Rp)

JUMLAH
......................., .......................... 20...
BENDAHARA

(___________________________)

ANGKATAN MUDA GEREJA PROTESTAN MALUKU


PB/PD/PC/PR...........
RENCANA ANGGARAN BELANJA BIDANG
TAHUN 20......
BIDANG
PROGRAM
KEGIATAN
SASARAN
LOKASI KEGIATAN
WAKTU PELAKSANAAN
RINCIAN ANGGARAN BELANJA KEGIATAN
RINCIAN PERHITUNGAN
KODE JUMLAH
URAIAN HARGA SATUAN
ANGGARAN VOLUME SATUAN (Rp)
(Rp)

JUMLAH
......................., ........................ 20.....
KETUA BIDANG ................................

(___________________________)

PO 3 :SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN AMGPM


82
Lampiran 3

FORMAT ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA


ANGKATAN MUDA GEREJA PROTESTAN MALUKU

I.PENDAPATAN
ANGGARAN TAHUN LALU ANGGARAN
KODE ANGGARAN URAIAN PENJELASAN
DIANGGARKAN REALISASI TAHUN INI
1 2 3 4 5 6
URAIAN BAGIAN
I.X PENDAPATAN...
I.X.XX Uraian Pos Pendapatan.........  
  Jumlah Bagian I.X...  
TOTAL PENDAPATAN  

II.BELANJA
ANGGARAN TAHUN LALU ANGGARAN
KODE ANGGARAN URAIAN PENJELASAN
DIANGGARKAN REALISASI TAHUN INI
1 2 3 4 5 6
II.X URAIAN BAGIAN BELANJA...
II.X.XX Uraian Pos Belanja................  
  Jumlah Bagian I.X...  
TOTAL BELANJA  

Kolom 1 : untuk mencatat kode Kelompok, Bagian dan Pos Anggaran secara berurutan
sesuai Pedoman Kode Mata Anggaran (lihat lampiran 1).
Kolom 2 : untuk mencatat nama atau uraian Kelompok,Bagian dan Pos mata anggaran
sesuai Pedoman Kode Mata Anggaran (lihat lampiran 1)
Kolom 3 : untuk mencatat jumlah yang dianggarkan tahun lalu
Kolom 4 : untuk mencatat jumlah realisasi anggaran tahun lalu
Kolom 5 : untuk mencatat jumlah yang dianggarkan tahun ini
Kolom 6 : untuk penjelasan sebagaimana termuat dalam kolom penjelasan pada Pedoman
Kode Mata Anggaran Pendapatan dan Belanja (Lampiran 1), dapat juga
diuraikan menyangkut Rincian Pos Pendapatan maupun Pos Belanja serta
Rincian Perhitungan sesuai Format Usulan Anggaran (Lampiran 2).

Ketentuan:
1. Penggunaan dan Tata Urutan Kode Anggaran Pendapatan maupun Belanja selain
Pendapatan Kolekta Ibadah, wajib digunakan dalam penyusunan RAPB oleh setiap
jenjang.
2. Dalam hal tidak dianggarkan atau tidak ada anggarannya, maka pada kolom jumlah
diisi angka 0 (nol).
3. Dalam penganggaran, tidak diperkenankan mencantumkan UP pada kolom jumlah.

REKAPITULASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN


PO 3 :SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN AMGPM
83
BELANJAPENDAPATAN
KODE
URAIAN JUMLAH
ANGGARAN
I.1 SISA LEBIH PERHITUNGAN ANGGARAN TAHUN….
I.2 PENDAPATAN TETAP
I.3 PENDAPATAN BIDANG –BIDANG
I.4 PERSEPULUHAN DAN SYUKUR LAINNYA
I.5 PENDAPATAN LAIN – LAIN
I.6 URUSAN KAS DAN PERHITUNGAN
  JUMLAH PENDAPATAN
   
BELANJA
KODE
URAIAN JUMLAH
ANGGARAN
II.1 SISA KURANG PERHITUNGAN ANGGARAN TAHUN ….
II.2 BELANJA TETAP
II.3 BELANJA BARANG
II.4 BELANJA PEMELIHARAAN
II.5 BELANJA PEERJALANAN DINAS
II.6 BELANJA RAPAT – RAPAT
II.7 BELANJA BIDANG – BIDANG
II.8 BELANJA LAIN – LAIN
II.9 URUSAN KAS DAN PERHITUNGAN
  JUMLAH BELANJA

......................., ……………., 20…


P.B/P.D/P.C/P.R/

………………………………………………..
Ketua Bendahara

PO 3 :SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN AMGPM


84
Lampiran 4
2. PELAKSANAAN DAN PENATAUSAHAAN KEUANGAN
Sistim Dan Prosedur Pembukuan Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan
Dan Belanja (APB)
BUKU KAS UMUM.
Buku Kas Umum adalah buku yang dipergunakan oleh bendahara II untuk mencatat
segala transaksi baik penerimaan maupun pengeluaran yang terjadi, berdasarkan
KUITANSI penerimaan dan pengeluaran yang diterima dari bendahara I.
Buku kas umum berfungsi untuk memantau sekaligus mengawasi keadaan kas yang
terdapat pada bendahara I.
Contoh Buku Kas Umum.
BUKU KAS UMUM
TGL/BLN URAIAN BUKTI PEMBUKUAN PENERIMAAN PENGELUARAN
NOMOR KODE MA
1 2 3 4 5 6

Jumlah Rp. Rp.


Saldo Rp. Rp.
Jumlah Semua Rp. Rp.

PENJELASAN :
Halaman pertama Buku Kas Umum harus dicatat jumlahnya halaman dan ditanda-tangani
oleh Bendahara.
Contoh :
Buku Kas Umum ini terdiri dari seratus halaman ( halaman 1 s/d halaman 100 )
.........., ……………. 20...
Bendahara ........
..................

Kolom 1 : untuk mencatat tanggal terjadinya transaksi penerimaan atau pengeluaran sesuai bukti
penerimaan atau pengeluaran kas secara kronologis (urutan tanggal), bukan tanggal
dicatatnya transaksi tersebut dalam buku kas harian. Pada baris pertama dicatat saldo
tahun atau bulan lalu.
Kolom 2 : untuk mencatat penjelasan singkat dari setiap transaksi yang terjadi. Pada baris
pertama dicatat saldo bulan lalu, dan jumlah dicatat pada kolom 3
Kolom 3 : untuk mencatat kode mata anggaran penerimaan dan pengeluar-an yang terdapat
dalam daftar permintaan atau bukti penerimaan dan pengeluaran kas.
Kolom 4 : untuk mencatat jumlah penerimaan kas sesuai bukti penerimaan kas yang telah
diotorisasi./ditandatangani.
Kolom 5 : untuk mencatat jumlah pengeluaran kas sesuai bukti pengeluar-an kas yang telah
diotorisasi/ditandatangani.

Catatan:
Setiap terjadi kesalahan pencatatan, baik pada angka penerimaan atau pengeluaran dilarang
dihapus atau ditip-ex, tetapi diberi garis datar pada angka yang salah tersebut kemudian diparaf
dan ditulis angka baru (yang benar) di bawahnya

PO 3 :SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN AMGPM


85
PROSEDUR PENERIMAAN KAS.
URAIAN PROSEDUR PENERIMAAN KAS.
1. Ketua atau Sekretaris Bidang menerima uang dari hasil kegiatan/program bidang dan
lain-lain, kemudian menyerahkan kepada Bendahara I.
2. Bendahara I setelah menerima, menghitung kemudian membuat bukti penerimaan kas
sebanyak 2 (dua) lembar. Setelah ditanda-tangani oleh yang menyerahkan, kemudian
meneruskan ke Bendahara Umum/Daerah/Cabang/Ranting.
3. Bendahara Umum/Daerah/Cabang/Ranting menerima, meneliti dan menandatangani
bukti penerimaan kas pada sisi yang menerima, kemudian meneruskan ke Ketua
Umum/Daerah/Cabang/Ranting.
4. Ketua Umum/Daerah/Cabang/Ranting menerima bukti penerimaan, meneliti dan
menandatangai bukti penerimaan kemudian mengembalikan ke Bendahara I.
5. Bendahara I menerima kembali bukti penerimaan kas dari Ketua
Umum/Daerah/Cabang/ Ranting, melakukan pembayaran, kemudian menyerahkan
lembar pertama bukti penerimaan kas kepada yang menyerahkan sedangkan lembar
kedua bukti penerimaan diteruskan kepada Bendahara II untuk dicatat dalam Buku
Kas Umum.
6. Bendahara II setelah menerima, meneliti keabsahan lembar kedua bukti penerimaan
kas, mencatat dalam buku kas umum selanjutnya dokumen/kwitansi tersebut
disimpan dalam arsip.

BAGAN ARUS PROSEDUR PENERIMAAN KAS.


KET/SEK
NO URAIAN KEGIATAN KETUA BEND BEND I BEND II
BIDANG
Menyerahkan penerimaan hasil
pelaksanaan program dan atau 1
1
penerimaan lainnya ke Bendahara I

Menerima, meneliti/ menghitung fisik


uang dan membuat bukti penerimaan kas
sebanyak dua lembar dan setelah
2 ditandatangani oleh yang menyerahkan,
meneruskan ke Bendahara 2
Umum/Daerah/Cabang/Ranting

Meneliti dan menandatangani bukti


3 penerimaan Kas serta meneruskan ke 3
Ketua Umum/Daerah/Cabang/Ranting
Meneliti dan menandatangani Bukti
4 Penerimaan, kemudian mengembalikan 4
ke Bendahara I.
Menyerahkan bukti penerimaan kas
lembar ke-1 kepada yang menyerahkan
5 5
dan meneruskan lembar ke-2 bukti
penerimaan kas ke Bendahara II
Meneliti dan mencatat lembar ke-2 bukti
penerimaan kas dalam buku kas umum 6
6
dan buku pembantu serta menyimpan
bukti tersebut sebagai arsip.

PO 3 :SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN AMGPM


86
PROSEDUR PENGELUARAN KAS
URAIAN PROSEDUR PENGELUARAN KAS
1. Ketua/Sekretaris bidang mengajukan Daftar Permintaan Pembayaran (DPP)
kepada Ketua, sesuai dengan jenis kegiatan dan plafon anggaran yang tersedia.
2. Ketua setelah menerima, meneliti dan menanda-tangani DPP (sebagai tanda
setuju dibayar) dan meneruskan kepada Bendahara I.
3. Bendahara I setelah menerima, meneliti keabsahan dokumen tersebut kemudian
membuat Bukti Pengeluaran Kas sesuai dengan jumlah yang tercantum dalam
DPP dengan memperhatikan Saldo Kas Mata Anggaran bidang yang bersangkutan
dan meneruskan ke Bendahara Umum/Daerah/Cabang/Ranting.
4. Bendahara menerima, meneliti keabsahan dokumen, menandatangani kemudian
meneruskan ke Ketua Umum/Daerah/Cabang/Ranting untuk disahkan dan
ditandatangani.
5. Ketua Umum/Daerah/Cabang/Ranting mensahkan dengan menandatangani
Bukti Pembayaran, kemudian mengembalikan ke Bendahara I.
6. Bendahara I. Melakukan pembayaran berdasarkan jumlah yang telah disetujui,
selanjutnya setelah ditandatangani oleh peneriman, lembaran kedua bukti
pengeluaran kas dan DPP diserahkan kepada yang menerima, sedangkan lembar
pertamanya kepada bendahara II untuk dicatat dalam Buku Kas Umum.
7. Bendahara II menerima, meneliti keabsahan dokumen pengeluaran kas yang
diterima, mencatat dalam buku kas umum, selanjutnya menyimpan dalam arsip.

BAGAN ARUS PROSEDUR PENGELUARAN KAS


KET/SEK BEND BEND
NO URAIAN KEGIATAN KETUA BEND
BIDANG I II
Membuat dan menandatangani Daftar
Permintaan Pembayaran (DPP) sesuai program
1 1
bidang masing-masing dan menyerahkan ke
Ketua untuk mendapat persetujuan.
Meneliti dan apabila menyetujui, menandatangani
2 2
Daftar Permintaan Pembayaran.
Meneliti dan membuat bukti pengeluaran kas
3 dalam rangkap 2 (dua) dan meneruskan ke 3
Bendahara
Meneliti, menandatangani dan meneruskan ke
4 Ketua
4

Meneliti dan menandatanggani bukti pengeluaran


5
kas serta mengembalikannya ke Bendahara I 5
Melakukan pembayaran sesuai jumlah yang telah
disetujui, dan menyerahkan lembar ke-2 Bukti ```````
6 pengeluaran kas kepada yang menerima (setelah 6
ditandatangani) dan meneruskan lembaran ke-1
kepada Bendahara II.
Meneliti dan mencatat lembar ke-1 bukti
pengeluaran kas dalam buku kas umum dan 7
7
buku pembantu serta menyimpan bukti tersebut
sebagai arsip.

PO 3 :SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN AMGPM


87
DAFTAR PERMINTAAN PEMBAYARAN
(Daftar Permintaan Pembayaran mengacu pada FORMAT USULAN ANGGARAN)
BIDANG : I/II/III/IV/V
JUMLAH
RINCIAN PERHITUNGAN
(Rp)
KODE
URAIAN HARGA
ANGGARAN
VOLUME SATUAN SATUAN
(Rp)

JUMLAH

Tempat, Tgl, Bln, Thn.


Mengetahui,
Ketua Umum/Daerah/Cabang/Ranting Ketua/Sekretaris Bidang
............................................. .......................................

CONTOH KWITANSI

ANGKATAN MUDA GEREJA PROTESTAN MALUKU


PENGURUS BESAR/DAERAH/CABANG/RANTING

No. Bukti : ………………. Tahun Anggaran :


Mata Anggaran :

BUKTI PENERIMAAN KAS


Sudah Terima Dari : ..............................................................................................................
Uang sejumlah : Rp.

Untuk : ..............................................................................................................
Terbilang : ..............................................................................................................
Tempat, Tgl, Bln, Thn.
Yang Menyerahkan Yang Menerima,
Bendahara Umum/Daerah/Cabang/Ranting
…………………………… ……………………………
Mengetahui :
Ketua Umum/Daerah/Cabang/Ranting
…………………………………………..

PO 3 :SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN AMGPM


88
ANGKATAN MUDA GEREJA PROTESTAN MALUKU
PENGURUS BESAR/DAERAH/CABANG/RANTING

No. Bukti : ………………. Tahun Anggaran :


Mata Anggaran :

BUKTI PENGELUARAN KAS


Sudah Terima Dari : .........................................................................................................
Uang sejumlah : Rp.

Untuk : .........................................................................................................
Terbilang : .........................................................................................................

Tempat, Tgl, Bln, Thn.

Yang Menyerahkan Yang Menerima,


Bendahara
Umum/Daerah/Cabang/Ranting
…………………………… ……………………………
Mengetahui :
Ketua Umum/Daerah/Cabang/Ranting
…………………………………………..

LAPORAN ARUS KAS KEGIATAN UKP


KODE DAN NAMA ANGGARAN : ................................................
TANGGAL URAIAN PENERIMAAN PENGELUARAN SELISIH

TATA CARA MEMPERBAIKI KESALAHAN


Dalam mengerjakan/mencatat dalam Buku Kas Umum mungkin saja terjadi kesalahan
pembukuan. Oleh karena itu perlu adanya perbaikan atas kesalahan tersebut. Kesalahan
pembukuan pada umumnya disebabkan oleh:
1. Kesalahan Tulis.
2. Kesalahan Dalam Pembayaran.

 Kesalahan Tulis
Tercatat dalam Buku Kas tidak sesuai dengan bukti-buktinya yaitu, dicatat lebih besar
atau lebih kecil.
Cara memperbaikinya :
1. Mencoret angka yang salah dengan 2 (dua) garis datar dan diparaf kemudian
ditulis angka yang baru dengan angka yang benar, tetapi angka semula masih dapat
dibaca.
2. Kontra Pos. Mencatat jumlah yang sama besarnya pada sisi yang berlawanan dalam
Buku Kas Umum dan Buku Kas Harian kemudian pada sisi semula dibukukan lagi
jumlah yang seharusnya.
3. Membukukan selisihnya saja pada Buku Kas Umum/Buku Kas Harian.
PO 3 :SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN AMGPM
89
Perbaikan dengan cara (1) bisa dilakukan apabila kesalahan tersebut diketahui
pada bulan yang bersangkutan. Apabila kesalahan tersebut diketahui pada bulan
berikutnya, maka cara (2) dan (3) yang ditempuh, karena pengeluaran-
pengeluaran tersebut telah dipertanggung-jawabkan.
 Kesalahan Dalam Pembayaran.
1. Kelebihan Membayar.
a. Kelebihan pembayaran tersebut dapat diminta kembali kepada yang menerima
pembayaran dan kwitansi yang lama ditukar dengan kwitansi yang baru.
Pembetulan pembukuan dapat dilakukan dengan cara (1), (2) dan (3) di atas.
b. Kelebihan pembayaran dapat diminta kembali kepada pihak yang menerima
tetapi tidak disertai dengan penggantian kwitansi. Pengembalian tersebut
dibukukan sebagai penerimaan kelebihan pembayaran atas mata anggaran
yang bersangkutan.
2. Kekurangan Membayar.
Apabila terjadi kekurangan pembayaran dan pihak ketiga tidak menagih
pembayaran tersebut, maka tidak ada perbaikan pembukuan. Tetapi bila
kekurangan pembayaran tersebut diminta kembali dan dibayar, cara perbaikannya
sama dengan cara perbaikan bila terjadi kelebihan membayar, namun terbalik.
Lampiran 5
3. PENGAWASAN
Register penutupan kas dibuat untuk mengetahui jumlah penerimaan/ pengeluaran dan
saldo kas (phisik) yang terdiri dari uang tunai dan saldo uang di bank.
Jika terdapat selisih antara saldo kas dan saldo buku, maka selisih tersebut harus dicatat
dalam buku kas umum dan dalam register penutupan kas serta harus diterangkan
mengenai hal-hal yang mengakibatkan selisih tersebut.

Pembukuan Selisih Lebih/Kurang.


Apabila Bendahara mengalami perbedaan antara jumlah saldo menurut buku dan saldo
kas (ketekoran/kelebihan kas), harus membukukan dalam buku kas umum.
Selisih kurang/ketekoran disebabkan antara lain :
- Kecurian, hilang dll.
- Lembar uang kurang
- Kwitansi yang lupa dibukukan
- Pengeluaran yang kecil-kecil, yang tidak mungkin di buat kwitansi.
Selisih lebih disebabkan antara lain:
- Lipatan uang yang berlebih.
- Alpanya penerimaan yang lupa dibukukan.
Pembukuannya :
- Selisih kurang (saldo kas lebih kecil dari saldo buku) dibukukan sebagai pengeluaran.
- Selisih lebih (saldo kas lebih besar dari saldo buku) dibukukan sebagai penerimaan.

PO 3 :SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN AMGPM


90
REGISTER PENUTUPAN KAS
Tanggal Penutupan. : Tgl …. Bln. … Thn. ………
Nama Pemegang Kas. : ……………….
Tanggal Penutupan Kas yang lalu. : Tgl. …. Bln. … Thn. ………
Jumlah Total Penerimaan. Rp. …………… ,-
Jumlah Total Pengeluaran Rp. …………… ,- (-)
Saldo Buku Rp. …………… ,-
Saldo Kas Sebesar. Rp. …………… ,-
1. Uang Tunai :
- Lembar Uang Kertas :
Rp. 100.000,- …… Lembar Rp. …………… ,-
Rp. 50.000,- ….... Lembar Rp. …………… ,-
Rp. 20.000,- …… Lembar Rp. …………… ,-
Rp. 10.000,- ….... Lembar Rp. …………… ,-
Rp. 5.000,- ..….. Lembar Rp. …………… ,-
Rp. 2.000,- ..….. Lembar Rp. …………… ,-
Rp. 1.000,- ……. Lembar Rp. …………… ,- +
Rp. …………… ,-
- Uang Logam : Rp. …………… ,- +
Jumlah Rp. …………… ,-
2. Saldo Bank Rp. …………… ,- +
Saldo Kas Rp. …………… ,-
Selisih Rp. …………… ,-
Keterangan Selisih :
………………………………………………………………………………………………………………………………………………

Tempat. Tgl. Bln. Thn.


Bendahara I
……………………….

PO 3 :SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN AMGPM


91
Lampiran 6
4. PERTANGGUNGJAWABAN

LAPORAN PERTANGGUNG-JAWABAN KEUANGAN


P.B/P.D/P.C/P.R
TAHUN ANGGARAN ……..
I. PENGANTAR
………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………

II. MATERI LAPORAN


2.1 Gambaran realisasi anggaran sampai dengan Tgl. …..Bln. …..Thn. …..
 Jumlah penerimaan = Rp. ……………,-
 Jumlah Pengeluaran = Rp. ……………,-( - )
 Saldo Buku = Rp. ……………,-
 Saldo Kas = Rp. ……………,-+/-
 Selisih Negatif (-) / Positif (+) = Rp. ……………,-
Keterangan Selisih:
………………………………………………………………………………
2.2. Keterangan Saldo
 Uang Tunai =Rp. ……………,-
 Saldo Bank = Rp. ……………,-
 Jumlah = RP. ……………,-
2.3. Perbandingan antara Anggaran tahun …….. dan realisasi sampai dengan Tgl
………… Bln. …………… Thn. …………….. adalah sebagai berikut :
1. PENDAPATAN.
KODE
URAIAN DIANGGARKAN RELISASI PENJELASAN
ANGGARAN
1 2 3 4 5

Keterangan : Kolom 1, 2, 3, 4 Lihat Batang Tubuh Anggaran Pendapatan.


2. BELANJA
KODE
URAIAN DIANGGARKAN RELISASI PENJELASAN
ANGGARAN
1 2 3 4 5

Keterangan : Kolom : 1, 2, 3, 4 Lihat Batang Tubuh Anggaran Belanja

III. LAPORAN PERUBAHAN SALDO DANA KAS


PO 3 :SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN AMGPM
92
PERIODE Tgl. … Bln. … s/d Tgl. … Bln. … Thn. …
SALDO KAS (awal) Tgl … Bln. …. Thn. … Rp …………….-

PENDAPATAN
 Pendapatan Rutin/Tetap Rp. …………….,-
 Pendapatan Bidang Rp. .……………,-
 Pendapatan Lain-lain Rp. …………….,-
 Selisih Lebih Rp. ……………. ,- +
Jumlah Pendapatan (a) Rp. …………….,-
PENGELUARAN
 Belanja tetap/Rutin Rp. ……………,-
 Belanja Barang Rp. ……………,-
 Belanja Pemeliharaan Rp. ……………,-
 Belanja Perjalanan Dinas/Rapat Rp. ……………,-
 Belanja Program Rp. ……….. ,-
 Belanja Lain-lain Rp. ,-
 Selisih Kurang Rp. …………….. ,- +
Jumlah Pengeluaran (b) Rp. ……………..,-

Perubahan Saldo Dana Kas (a - b)Rp. …………. ,-+/-


SALDO KAS PER ........................... Rp. …………….,-
IV. PENUTUP
………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………
KAMU ADALAH GARAM DAN TERANG DUNIA

Tempat. ….Tgl……..Bln………Thn……..

P.B/P.D/P.C/P.R.
………………………….. …………………………..
Ketua Bendahara

PO 3 :SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN AMGPM


93
PERATURAN ORGANISASI NOMOR 04
TENTANG
URAIAN TUGAS/JOB DISCRIPTION PENGURUS AMGPM

Pasal 1
KETENTUAN UMUM
1. Pengurus AMGPM dalam tugasnya untuk memimpin organisasi, dipimpin
oleh Ketua (Umum) dan Sekretaris (Umum) secara bersama.
2. Pengurus AMGPM dalam melaksanakan tugasnya untuk
merencanakan/memberikan konsep bagi pengembangan organisasi dan
bagi pemecahan masalah yang dihadapi, dilaksanakan oleh Ketua (Umum)
dan Sekretaris (Umum) bersama dengan lima orang ketua lain.
3. Pengurus AMGPM dalam tugas-tugas merencanakan, mengolah dan
memanfaatkan sumber-sumber ekonomi dan keuangan organisasi
dilaksanakan oleh Ketua (Umum), Sekretaris (Umum) dan Bendahara
(Umum).
4. Pengurus AMGPM dalam tugas koordinasi pelaksanaan program;
mendeteksi, menganalisa dan mengevaluasi masalah yang dihadapi,
dilaksanakan oleh semua fungsionaris secara bersama-sama.

Pasal 2
TUGAS KHUSUS PENGURUS AMGPM
1. Ketua AMGPM Dan Sekretaris AMGPM :
a. Ketua AMGPM dan Sekretaris AMGPM secara bersama-sama mewakili
organisasi diluar dan didalam organisasi sesuai dengan ART Bab VI pasal
19 ayat 6, pasal 21 ayat 4, pasal 23 ayat 4 dan pasal 24 ayat 6
b. Ketua AMGPM dan Sekretaris AMGPM dalam melaksanakan tugas
kepemimpinan organisasi merupakan satu kesatuan yang utuh.
c. Ketua AMGPM dan Sekretaris AMGPM dalam tugasnya, pengambilan
keputusan didasarkan atas dasar AD/ART, Keputusan Kongres, Konferda,
Konfercab, Rapat Ranting dan Rapat-Rapat Pengurus.

2. Ketua AMGPM :
a. Sebagai salah satu pucuk pimpinan dalam kepengurusan organisasi,
berfungsi mengarahkan, mengawasi keserasian kerja pengurus,
mengejewantahkan garis-garis besar program sesuai dengan keputusan;
Kongres, Konferda, Konfercab, Rapat Ranting dan Rapat-Rapat Pengurus.
b. Mempersiapkan konsep dalam menentukan prioritas program yang
berhubungan dengan penampakan kehadiran AMGPM dalam lingkup
Pemuda Gereja, Masyarakat, Bangsa dan Negara, secara Daerah, Nasional
dan Internasional.

PO 4 : URAIAN TUGAS/JOB DISCRIPTION PENGURUS AMGPM


94
c. Bersama-sama Sekretaris AMGPMdan Bendahara AMGPMmengusahakan
penggalian, pengolahan dan pemanfaatan keuangan sesuai prioritas
program.
d. Memimpin setiap Rapat Pengurus.

3. Ketua I. Bidang Organisasi


a. Bersama-sama Sekretaris I bidang organisasi mempersiapkan konsep
dalam rangka penyusunan dan pengarahan kebijaksanaan bagi
prioritas program yang berhubungan dengan masalah di Bidang
Organisasi dan Kerumahtanggaan sesuai GBPP
b. Bersama Ketua Bidang lainnya melaksanakan fungsi kontrol terhadap
pelaksanaan tugas Sekretaris bidangnya.
c. Menggantikan tugas Ketua AMGPM dan Ketua Bidang lainnya
seandainya yang bersangkutan berhalangan dan atau berdasarkan
Mandat yang diterimanya.
d. Bersama Ketua AMGPM memimpin Rapat-Rapat Pengurus.

4. Ketua II Bidang PelayananPendidikan dan Pembangunan Masyarakat


a. Bersama-sama Sekretaris II bidang pelayanan pendidikan dan
pembangunan masyarakat mempersiapkan konsep dalam rangka
penyusunan dan pengarahan kebijaksanaan bagi prioritas program yang
berhubungan dengan masalah di Bidang Pelayanan pendidikan dan
pembangunan masyarakat.
b. Bersama Sekretaris II bidangpelayanan pendidikan dan
pembangunan masyarakat mengatur pelayanan Pendidikan, Diakonal,
Pastoral, Lingkungan Hidup, Olah Raga dan Kesehatan.
c. Bersama Ketua Bidang lainnya melaksanakan fungsi kontrol terhadap
pelaksanaan tugas Sekretaris bidangnya.
d. Menggantikan tugas Ketua AMGPM dan Ketua Bidang lainnya apabila
yang bersangkutan berhalangan dan atau berdasarkan Mandat yang
diterimanya.
e. Bersama Ketua AMGPM memimpin Rapat-Rapat Pengurus.

5. Ketua III Bidang Keesaan Dan Hubungan Agama-Agama


a. Bersama sama Sekretaris III bidang Keesaan dan hubungan agama-
agamamempersiapkan konsep dalam rangka penyusunan dan
pengarahan kebijaksanaan bagi prioritas program yang berhubungan
dengan masalah di Bidang Keesaan dan Hubungan Agama-agama.
b. Bersama Sekretaria III bidang Kesaksian dan hubungan agama-agama
mengatur kegiatan Peribadahan, Koinonia.
c. Bersama Ketua Bidang lainnya melaksanakan fungsi kontrol terhadap
pelaksanaan tugas Sekretaris bidangnya.

PO 4 : URAIAN TUGAS/JOB DISCRIPTION PENGURUS AMGPM


95
d. Menggantikan tugas Ketua AMGPM dan Ketua Bidang lainnya apabila
yang bersangkutan berhalangan dan atau berdasarkan Mandat yang
diterimanya.
e. Bersama Ketua AMGPM memimpin Rapat-Rapat Pengurus.

6. Ketua IV Bidang Pekabaran Injil dan Komunikasi


a. Bersama-sama Sekretaris IV bidang Pekabaran injil dan komunikasi
mempersiapkan konsep dalam rangka penyusunan dan pengarahan
kebijaksanaan bagi prioritas program yang berhubungan dengan
masalah di Bidang Pekabaran Injil dan Komunikasi.
b. Bersama Sekretaria IV bidang Pekabaran injil dan komunikasi
mengatur kegiatan Kesenian, Humas dan Media Informasi serta
Komunikasi.
c. Bersama Ketua Bidang lainnya melaksanakan fungsi kontrol terhadap
pelaksanaan tugas Sekretaris bidangnya.
d. Menggantikan tugas Ketua AMGPM dan Ketua Bidang lainnya apabila
yang bersangkutan berhalangan dan atau berdasarkan Mandat yang
diterimanya.
e. Bersama Ketua AMGPMmemimpin Rapat-Rapat Pengurus.

7. Ketua V Bidang Finansial Dan Ekonomi


a. Bersama-sama Sekretaris V bidang finansial dan ekonomi
mempersiapkan konsep dalam rangka penyusunan dan pengarahan
kebijaksanaan bagi prioritas program yang berhubungan dengan
masalah di Bidang Finansial dan Ekonomi.
b. Bersama Sekretaria V bidang finansial dan ekonomi mengatur
kegiatan Usaha dan Pencarian Dana.
c. Bersama Ketua Bidang lainnya melaksanakan fungsi kontrol terhadap
pelaksanaan tugas Sekretaris bidangnya.
d. Menggantikan tugas Ketua AMGPM dan Ketua Bidang lainnya apabila
yang bersangkutan berhalangan dan atau berdasarkan Mandat yang
diterimanya.
e. Bersama Ketua AMGPM memimpin Rapat-Rapat Pengurus.

8. Sekretaris AMGPM
a. Sebagai salah satu pucuk pimpinan dalam kepengurusan organisasi,
berfungsi mengarahkan, mengawasi keserasian kerja pengurus,
mengejewantahkan garis-garis besar program sesuai dengan keputusan;
Kongres, Konferda, Konfercab, Rapat Ranting dan Rapat-Rapat Pengurus.
b. Bertugas mengkoordinasikan program, menganalisa dan
mengevaluasinya secara menyeluruh pelaksanaannya.
c. Bersama Ketua AMGPM mempersiapkan konsep dalam rangka
penyelesaian masalah-masalah yang dihadapi organisasi.
PO 4 : URAIAN TUGAS/JOB DISCRIPTION PENGURUS AMGPM
96
d. Mengkoordinasikan serta mengarahkan kegiatan para Sekretaris Bidang.
e. Bersama-sama Ketua AMGPM dan Bendahara AMGPM mengusahakan
penggalian, pengolahan dan pemanfaatan keuangan sesuai prioritas
program.
f. Menghadiri dan atau memimpin Rapat-Rapat Pengurus apabila Ketua-
Ketua berhalangan.
g. Mempersiapkan agenda Rapat Pengurus, Notulens Rapat,
menyampaikannya kepada semua fungsionaris Pengurus.
h. Menjalankan tugas pengolahan sekretariat dan rumah tangga
sekretariat/kantor organisasi.
i. Menyampaikan informasi yang berhubungan dengan konsep
kebijaksanaan organisasi kepada semua pihak secara berkala dan
berkesinambungan.

9. Sekretaris I Bidang Organisasi


a. Bersama Sekretaris AMGPM mengawasi, mengkoordinasi dan
mengevaluasi pelaksanaan tugas penataan struktur dan fungsi organisasi
termasuk kepengurusan pada setiap jenjang.
b. Bersama-sama Ketua I bidang organisasimempersiapkan konsep dalam
rangka penyusunan dan pengarahan kebijaksanaan bagi prioritas
program yang berhubungan dengan masalah di Bidang Organisasi dan
Kerumahtanggaan sesuai GBPP.
c. Menandatangani surat-surat keluar dibidangnya atau atas nama
Sekretaris AMGPM apabila berhalangan.
d. Menggantikan tugas Sekretaris AMGPM apabila yang bersangkutan
berhalangan dan atau sesuai Mandat yang diterimanya.
e. Mempersiapkan segi-segi teknis dan material pelaksanaan tugas
penataan organisasi
f. Membuat dan menyampaikan laporan/evaluasi pelaksanaan program
bidangnya dalam setiap Rapat Pengurus.
g. Hadir dalam setiap Rapat Pengurus.

10. Sekretaris II. BidangPelayananPendidikan dan Pembangunan


Masyarakat
a. Bersama-sama Ketua II bidang pelayanan pendidikan dan pembangunan
masyarakatmempersiapkan konsep dalam rangka penyusunan dan
pengarahan kebijaksanaan bagi prioritas program yang berhubungan
dengan masalah di Bidang pelayanan pendidikan dan pembangunan
masyarakat.
b. Menggantikan tugas Sekretaris AMGPM dan Sekretaris Bidang lainnya
apabila yang bersangkutan berhalangan dan atau berdasarkan Mandat
yang diterimanya.

PO 4 : URAIAN TUGAS/JOB DISCRIPTION PENGURUS AMGPM


97
c. Menandatangani surat-surat keluar dibidangnya atau atas nama
Sekretaris AMGPM apabila berhalangan dan atau berdasarkan Mandat
yang diterimanya.
d. Mempersiapkan segi-segi teknis dan material tugas pembinaan dan
pengembangan program dibidangnya.
e. Membuat dan menyampaikan laporan/evaluasi pelaksanaan program
bidangnya dalam setiap Rapat Pengurus.
f. Hadir dalam setiap Rapat Pengurus.

11. Sekretaris III. Bidang Keesaan Dan Hubungan Agama-Agama


a. Bersama-sama Ketua III bidang Keesaan Dan Hubungan Agama-Agama
b. Mempersiapkan konsep dalam rangka penyusunan dan pengarahan
kebijaksanaan bagi prioritas program yang berhubungan dengan
masalah di Keesaan dan Hubungan Agama-agama sesuai dengan GBPP.
c. Menggantikan tugas Sekretaris AMGPM dan Sekretaris Bidang lainnya
apabila yang bersangkutan berhalangan dan atau berdasarkan Mandat
yang diterimanya.
d. Menandatangani surat-surat keluar dibidangnya atau atas nama
Sekretaris AMGPMapabila berhalangan dan atau berdasarkan Mandat
yang diterimanya.
e. Mempersiapkan segi-segi teknis dan material tugas pembinaan dan
pengembangan program dibidangnya.
f. Membuat dan menyampaikan laporan/evaluasi pelaksanaan program
bidangnya dalam setiap Rapat Pengurus.
g. Hadir dalam setiap Rapat Pengurus.

12. Sekretaris IV. Pekabaran Injil dan Komunikasi


a. Bersama-sama Ketua IV Pekabaran Injil dan Komunikasimempersiapkan
konsep dalam rangka penyusunan dan pengarahan kebijaksanaan bagi
prioritas program yang berhubungan dengan masalah di Bidang
Pekabaran Injil dan Komunikasi.
b. Menggantikan tugas Sekretaris AMGPM dan Sekretaris Bidang lainnya
apabila yang bersangkutan berhalangan dan atau berdasarkan Mandat
yang diterimanya.
c. Menandatangani surat-surat keluar dibidangnya atau atas nama
Sekretaris AMGPM apabila berhalangan dan atau berdasarkan Mandat
yang diterimanya.
d. Mempersiapkan segi-segi teknis dan material tugas pembinaan dan
pengembangan program dibidangnya.
e. Membuat dan menyampaikan laporan/evaluasi pelaksanaan program
bidangnya dalam setiap Rapat Pengurus.
f. Hadir dalam setiap Rapat Pengurus.
13. Sekretaris V. Bidang Finansial dan Ekonomi
PO 4 : URAIAN TUGAS/JOB DISCRIPTION PENGURUS AMGPM
98
a. Bersama-sama Ketua V bidang finansial dan ekonomimempersiapkan
konsep dalam rangka penyusunan dan pengarahan kebijaksanaan bagi
prioritas program yang berhubungan dengan masalah di Bidang
Finansial dan Ekonomi.
b. Menggantikan tugas Sekretaris AMGPM dan Sekretaris Bidang lainnya
apabila yang bersangkutan berhalangan dan atau berdasarkan Mandat
yang diterimanya.
c. Menandatangani surat-surat keluar dibidangnya atau atas nama
Sekretaris AMGPMapabila berhalangan dan atau berdasarkan Mandat
yang diterimanya.
d. Mempersiapkan segi-segi teknis dan material tugas pembinaan dan
pengembangan program dibidangnya.
e. Membuat dan menyampaikan laporan/evaluasi pelaksanaan program
bidangnya dalam setiap Rapat Pengurus
f. Hadir dalam setiap Rapat Pengurus

14. Bendahara AMGPM


a. Menguji kesesuaian antara dokumen pengeluaran kas dengan anggaran
serta meneliti dan menandatangani setiap bukti penerimaan dan
pengeluaran kas.
b. Menyampaikan laporan keuangan dalam Rapat Pengurus tiap 4 (empat)
bulan sekali.
c. Mengatur penyimpanan dan pengolahan harta milik organisasi.
d. Bersama Bendahara I dan Bendahara II menyusun RAPB dan
pertanggung jawabannya dihadapan Lembaga Legislatif.
e. Hadir dalam setiap Rapat Pengurus.

15. Bendahara I
a. Menggantikan tugas Bendahara AMGPM atau bendahara II apabila yang
bersangkutan berhalangan dan atau berdasarkan Mandat yang
diterimanya.
b. Bersama Bendahara AMGPM dan Bendahara II menyusun RAPB dan
pertanggung jawabannya dihadapan Lembaga Legislatif.
c. Mengatur penyimpanan dan pengeluaran keuangan dan harta milik
organisasi atas order Ketua AMGPM dan Ketua-Ketua Bidang lainnya
sesuai dengan Mandat yang diterimanya.
d. Hadir dalam setiap Rapat Pengurus.

16. Bendahara II
a. Menggantikan tugas Bendahara AMGPM dan Bendahara I apabila yang
bersangkutan berhalangan dan atau berdasarkan Mandat yang
diterimanya.

PO 4 : URAIAN TUGAS/JOB DISCRIPTION PENGURUS AMGPM


99
b. Bersama Bendahara AMGPM dan Bendahara I menyusun RAPB dan
pertanggung jawabannya dihadapan Lembaga Legislatif.
c. Mencatat setiap penerimaan kas berdasarkan bukti penerimaan kasdan
pengeluaran kas berdasarkan bukti pengeluarankas ke dalam Buku Kas
Umum.
d. Mengatur Kearsipan/dokumen keuangan dan harta milik organisasi.
e. Hadir dalam setiap Rapat Pengurus.

17. Kordinator Wilayah


a. Melakukan koordinasi intern organisasi dan sinkronisasi program-
program Pengurus Besar di Daerah-daerah.
b. Mengakomodir seluruh kepentingan daerah dalam wilayah kerjanya
untuk disinkronkan agar pelaksanaannya terarah dan
berkesinambungan.
c. Memberikan laporan terhadap perkembangan organisasi di Daerah-
daerah dalam wilayah pelayanannya.
d. Menghadiri setiap agenda legislatif di tingkat daerah dalam wilayah
pelayanannya dan atau berdasarkan mandat yang diberikan.
e. Membangun koordinasi dan komunikasi dengan perangkat pemerintah
daerah dan atau pemerintah kecamatan dalam wilayah pelayanannya
demi pengembangan pelayanan AMGPM.
f. Menghadiri rapat pleno Pengurus Besar berdasarkan undangan yang
disampaikan.

Pasal 3
KETENTUAN PENUTUP
1. Hal-hal lain yang belum diatur di dalam peraturan organisasi tentang Uraian
Tugas/job discription pengurus AMGPM ini, akan dilengkapi dan diatur
kemudian oleh Pengurus Besar demi kelancaran Administrasi Orgnisasi.
2. Peraturan organisasi tentang Uraian Tugas/job discription AMGPM ini mulai
berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : Tifu-Waekonit, Buru Utara


Pada Tanggal : 26 Oktober 2016

MUSYAWARAH PIMPINAN PARIPURNA XXIX AMGPM


PENGURUS BESAR
SELAKU PIMPINAN SIDANG

Pdt. M. Takaria,M.Si Pdt. J. H. Paays, S.Si


Ketua Umum Sekretaris Umum
PO 4 : URAIAN TUGAS/JOB DISCRIPTION PENGURUS AMGPM
100
MEMORI PENJELASANPERATURAN ORGANISASI NOMOR 04
TENTANG
URAIAN TUGAS/JOB DISCRIPTION PENGURUS AMGPM

Pasal 1.
KETENTUAN UMUM
Ayat 1. Pengurus AMGPM adalah aparat pelaksana dan pengambilan keputusan
organisasi secara berjenjang mulai dari Pengurus Besar, Pengurus
Daerah dan Pengurus Ranting, yang dalam melaksanakan tugasnya
merupakan satu kesatuan atau bersifat kolektif Junto AD. BAB VI Pasal
12, Juncto ART Bab VI Pasal 18, 20, 22 dan 24).
Ayat 2. Juncto ART BAB VI Pasal 19 ayat 6, pasal 21 ayat 9, pasal 23 ayat 9 dan
pasal 24 ayat 11
Ayat 3. Cukup Jelas
Ayat 4 Cukup Jelas
Pasal 2
TUGAS KHUSUS FUNGSIONARIS AMGPM
Ayat 1. Point a. Ketua AMGPM dan Sekretaris AMGPM Juncto ART Bab V pasal
17Ayat point a dan c adalah penanggung jawab organisasi Junto
ART Bab VI pasal 18 ayat 3, pasal 21 ayat 6, pasal 23 ayat 4 dan
pasal ayat 6, Junto Pperaturan Oorganisasi Nomor 1 pasal 16
Point b dan c. Cukup Jelas
Ayat 2 Juncto ART Bab V Pasal ayat 1a
Butir a. Cukup Jelas
Butir b. Cukup Jelas
Butir c. Cukup Jelas
Butir d. Peraturan Organisasi Nomor 1. Pasal 12 ayat 1
Ayat 3 . Juncto ART Bab V Pasal 17 ayat 1 point b.1
Butir a. Cukup Jelas
Butir b. Cukup Jelas
Butir c. Cukup Jelas
Butir d. Cukup Jelas
Ayat 4 . Juncto ART Bab V Pasal 17 ayat 1 point b.2
Butir a. Cukup Jelas
Butir b. Cukup Jelas
Butir c. Cukup Jelas
Butir d. Cukup Jelas
Ayat 5 . Juncto ART Bab V Pasal 17 ayat 1 point b.3
Butir a. Cukup Jelas
Butir b. Cukup Jelas
Butir c. Cukup Jelas
Butir d. Cukup Jelas
Butir e. Cukup Jelas
PO 4 : URAIAN TUGAS/JOB DISCRIPTION PENGURUS AMGPM
101
Ayat 6 . Juncto ART Bab V Pasal 17 ayat 1 point b.4
Butir a. Cukup Jelas
Butir b. Cukup Jelas
Butir c. Cukup Jelas
Butir d. Cukup Jelas
Butir e. Cukup Jelas
Ayat 7 . Juncto ART Bab V Pasal 17 ayat 1 point b.5
Butir a. Cukup Jelas
Butir b. Cukup Jelas
Butir c. Cukup Jelas
Butir d. Cukup Jelas
Butir e. Cukup Jelas
Ayat 8 . Junqto ART Bab V Pasal 17 ayat 1 point c
Butir a. Cukup Jelas
Butir b. Cukup Jelas
Butir c. Cukup Jelas
Butir d. Cukup Jelas
Butir e. Cukup Jelas
Ayat 9 . Junto ART BAB V Pasal 17 ayat 1 point d
Butir a. Cukup Jelas
Butir b. Cukup Jelas
Butir c. Cukup Jelas
Butir d. Cukup Jelas
Butir e. Cukup Jelas
Butir f. Cukup Jelas
Butir g. Cukup Jelas
Ayat 10 . Juncto ART Bab V Pasal 17 ayat 1 point d
Butir a. Cukup Jelas
Butir b. Cukup Jelas
Butir c. Cukup Jelas
Butir d. Cukup Jelas
Butir e. Cukup Jelas
Butir f. Cukup Jelas
Ayat 11 . Juncto ART Bab V Pasal 17 ayat 1 point d
Butir a. Cukup Jelas
Butir b. Cukup Jelas
Butir c. Cukup Jelas
Butir d. Cukup Jelas
Butir e. Cukup Jelas
Butir f. Cukup Jelas
Ayat 12 . Juncto ART Bab V Pasal 17 ayat 1 point d
Butir a. Cukup Jelas
Butir b. Cukup Jelas
PO 4 : URAIAN TUGAS/JOB DISCRIPTION PENGURUS AMGPM
102
Butir c. Cukup Jelas
Butir d. Cukup Jelas
Butir e. Cukup Jelas
Butir f. Cukup Jelas
Ayat 13 . Juncto ART Bab V Pasal 17 ayat 1 point d
Butir a. Cukup Jelas
Butir b. Cukup Jelas
Butir c. Cukup Jelas
Butir d. Cukup Jelas
Butir e. Cukup Jelas
Butir f. Cukup Jelas
Ayat 14 . Juncto ART Bab V Pasal 17 ayat 1 point e
Butir a. Cukup Jelas
Butir b. Cukup Jelas
Butir c. Cukup Jelas
Butir d. Cukup Jelas
Butir e. Cukup Jelas
Ayat 15 . Juncto ART Bab V Pasal 17 ayat 1 point e
Butir a. Cukup Jelas
Butir b. Cukup Jelas
Butir c. Cukup Jelas
Butir d. Cukup Jelas
Ayat 16 . Juncto ART Bab V Pasal 17 ayat 1 point e
Butir a. Cukup Jelas
Butir b. Cukup Jelas
Butir c. Cukup Jelas
Butir d. Cukup Jelas
Butir e. Cukup Jelas
Ayat 17 . Cukup Jelas
Butir a. Cukup Jelas
Butir b. Cukup Jelas
Butir c. Cukup Jelas
Butir d. Cukup Jelas
Butir e. Cukup Jelas
Butir f. Cukup Jelas
Pasal 3
KETENTUAN PENUTUP
Ayat 1. Cukup Jelas
Ayat 2. Cukup Jelas

PO 4 : URAIAN TUGAS/JOB DISCRIPTION PENGURUS AMGPM


103
PERATURAN ORGANISASI NOMOR 05
TENTANG
SISTEM PENDIDIKAN KADER AMGPM

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Yang dimaksud dengan:
1. GPM adalah Gereja Protestan Maluku yang merupakan persekutuan orang-
orang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus, tubuh Kristus, buah karya Roh
Kudus, yang melaksanakan misinya dalam pengharapan akan kedatangan
Kerajaan Allah di bumi (TG GPM, Bab I, Pasal 1 tentang Hekakat).
2. AMGPM adalah organisasi pemuda gereja yang fungsional, wadah tunggal
pembinaan pemuda GPM dan merupakan Organisasi Kemasyarakatan
Pemuda (OKP) yang tetap berakar pada Gereja,dan terbuka kepada dunia
(AD, Bab VII Pasal 10).
3. Pengurus Besar adalah merupakan pemegang kekuasaan eksekutif tertinggi
organisasi berdasarkan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
maupun Peraturan Organisasi (ART, Bab VI, Pasal 18).
4. Pengurus Daerah adalah pelaksana eksekutif organisasi di Daerah (ART, Bab
VI, Pasal 20)
5. Pengurus Cabang adalah pelaksana eksekutif organisasi di tingkat Cabang
(ART, Bab VI, Pasal 22).
6. Pengurus Ranting adalah pelaksana eksekutif di tingkat Ranting (ART, BAB
VI, Pasal 24).
7. Jenjang Pendidikan Kader adalah jenjang pendidikan yang diikuti oleh setiap
anggota Biasa AMGPM meliputi Jenjang Pendidikan Dasar, Jenjang
Pendidikan Menengah dan Jenjang Pendidikan Lanjutan.
8. Jenjang Dasar adalah tingkat Dasar dalam sistem Pendidikan Kader AMGPM
dan wajib diikuti setiap anggota Biasa AMGPM.
9. Jenjang Menengah adalah tingkat Menengah dalam sistem Pendidikan Kader
AMGPM dan wajib diikuti setiap anggota Biasa AMGPM yang telah mengikuti
Jenjang Pendidikan Dasar.
10. Jenjang Lanjutan adalah tingkat Lanjutan dalam sistem Pendidikan Kader
AMGPM dan wajib diikuti setiap anggota Biasa AMGPM yang telah mengikuti
Jenjang Pendidikan Menengah.
11. Kurikulum Pendidikan Kader adalah sistem penyelenggaraan pendidikan
kader AMGPM yang ditetapkan dalam MPP.
12. Pedoman Implementasi Pendidikan Kader adalah pedoman teknis
pelaksanaan pendidikan kader yang ditetapkan dalam MPP.
13. Alih Status adalah proses pengalihan status Remaja yang tamat PFG ke
Katekhisasi dan ke AMGPM (Juknis Alih Status AMGPM).

PO 5 : SISTEM PENDIDIKAN KADER AMGPM


104
14. Pendidikan Formal Gereja (PFG) adalah jenjang pendidikan formal yang
diselenggarakan oleh GPM meliputi Sekolah Minggu – Tunas Pekabaran Injil
(SM-TPI), untuk anak usia 04-16 tahun, dan Katekhisasi, untuk warga GPM
berusia 17 tahun ke atas.
15. Sistem Pembinaan Umat GPM adalah sistem pembinaan umat yang
diselenggarakan melalui wadah dan organisasi pelayanan GPM.

BAB II
DASAR
Pasal 2
Sistem Pendidikan Kader AMGPM didasarkan pada:
1. AD AMGPM Bab II, Pasal 5 tentang Tujuan
2. AD AMGPM Bab VI, Pasal 9 tentang Amanat Pelayanan
3. ART AMGPM Bab I, Pasal 1 tentang Amanat Pelayanan
4. ART AMGPM Bab I, Pasal 3 tentang Hak Anggota AMGPM
5. ART AMGPM Bab I, Pasal 4 tentang Kewajiban Anggota AMGPM

BAB III
TUJUAN DAN KAPASITAS KADER
Pasal 3
Tujuan
Tujuan pendidikan kader AMGPM ialah membina pemuda gereja yang memiliki
ketahanan iman, Ipteks, sosio ekonomi, sosio budaya dan sosio politik, untuk
mewujudkan tanggung jawabnya dalam kehidupan bergereja, bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
Pasal 4
Kapasitas Kader
Kapasitas kader mencakup:
1. KAPASITAS KEORGANISASIAN, yang meliputi kemampuan:
a. Mengenal dan Memahami Organisasi AMGPM
b. Mampu Mengelola Organisasi
c. Mampu bekerjasama dalam organisasi/Persekutuan
2. KAPASITAS KEGERJAAAN/KEKRISTENAN, yang meliputi kemampuan:
a. Mengenal dan memahami GPM
b. Memiliki kesadaran oikumenis dan pluralis
c. Berperilaku Etis dan memiliki spiritualitas kristiani
d. Memiliki kapasitas kepemimpinan kristiani
3. KAPASITAS SOSIAL, yang meliputi kemampuan:
a. Menguasai IPTEKS
b. Mampu berefleksi sosial dalam masyarakat
c. Mampu berelasi dengan orang lain atau umat beragama lain
d. Memiliki kesadaran sosial-budaya, politik dan demokrasi
e. Terampil dan mandiri dalam berusaha dan bekerja
PO 5 : SISTEM PENDIDIKAN KADER AMGPM
105
BAB IV
TAHAPAN PENDIDIKAN KADER
Pasal 5
Tahapan dalam Sistem Pendidikan Kader AMGPM meliputi:
1. Pendidikan Tingkat Dasar
2. Pendidikan Tingkat Menengah
3. Pendidikan Tingkat Lanjutan
BAB V
JENJANG PENDIDIKAN KADER
Pasal 6
Jenjang dalam Sistem Pendidikan Kader AMGPM meliputi:
1. Jenjang Pendidikan Tingkat Dasar
2. Jenjang Pendidikan Tingkat Menengah
3. Jenjang Pendidikan Tingkat Lanjutan
Pasal 7
Jenjang Dasar
1. Jenjang Pendidikan Dasar diselenggarakan di tingkat Cabang
2. Setiap anggota AMGPM yang telah diterima menjadi anggota melalui proses
Alih Status wajib mengikuti pendidikan kader Jenjang Dasar
3. Pengurus Ranting mengutus anggota AMGPM untuk mengikuti pendidikan
kader Jenjang Dasar
4. Pengurus Cabang sebagai penyelenggara pendidikan kader tingkat Dasar
berkewenangan untuk:
a. Menetapkan jumlah peserta sesuai kebutuhan dan kondisi Cabang dan
Ranting
b. Menetapkan tenaga pelatih/fasilitator tingkat Dasar
c. Menerbitkan Sertifikat/Tanda Kelulusan
d. Memberikan laporan evaluasi pelaksanaan secara berjenjang kepada
Pengurus Daerah dan Pengurus Besar
5. Waktu pelaksanaan kegiatan disesuaikan kalender pendidikan kader dan
kalender gerejawi
6. Pelatih tingkat Dasar adalah:
a. Mereka yang telah mengikuti Pelatihan Pelatih (Training of Trainers),
yang diselenggarakan oleh Pengurus Besar maupun Pengurus Daerah
b. Alumni Pendidikan Kader Jenjang Lanjutan
c. Pelatih dari luar AMGPM sesuai dengan kompetensi yang diperlukan
Pasal 8
Jenjang Menengah
1. Jenjang Pendidikan Menengah diselenggarakan di tingkat Daerah
2. Setiap anggota AMGPM yang telah mengikuti Jenjang Pendidikan Dasar
wajib mengikuti Jenjang Pendidikan Menengah

PO 5 : SISTEM PENDIDIKAN KADER AMGPM


106
3. Pengurus Cabang mengutus alumni Pendidikan Dasar untuk mengikuti
pendidikan Jenjang Menengah
4. Pengurus Daerah sebagai penyelenggara pendidikan kader tingkat
Menengah berkewenangan untuk:
a. Menetapkan jumlah peserta sesuai kebutuhan dan kondisi Daerah
b. Menetapkan tenaga pelatih/fasilitator tingkat Menengah
c. Menerbitkan Sertifikat/Tanda Kelulusan
d. Memberikan laporan evaluasi pelaksanaan kepada Pengurus Besar
5. Waktu pelaksanaan kegiatan disesuaikan kalender pendidikan kader dan
kalender gerejawi
6. Pelatih tingkat Menengah adalah:
a. Mereka yang telah mengikuti Pelatihan Pelatih (Training of Trainers),
yang diselenggarakan oleh Pengurus Besar
b. Alumni Pendidikan Kader Jenjang Lanjutan
c. Pelatih dari luar AMGPM sesuai dengan kompetensi yang diperlukan
Pasal 9
Jenjang Lanjutan
1. Jenjang Pendidikan Lanjutan diselenggarakan oleh Pengurus Besar
2. Setiap anggota AMGPM yang telah mengikuti Jenjang Pendidikan Menengah
wajib mengikuti Jenjang Pendidikan Lanjutan
3. Pengurus Daerah mengutus alumni Pendidikan Menengah untuk mengikuti
pendidikan Jenjang Lanjutan
4. Pengurus Besar sebagai penyelenggara pendidikan kader tingkat Lanjutan
berkewenangan untuk:
a. Menetapkan jumlah peserta sesuai kebutuhan dan kondisi organisasi
b. Menetapkan tenaga pelatih/fasilitator tingkat Lanjutan
c. Menerbitkan Sertifikat/Tanda Kelulusan
d. Memberikan laporan evaluasi pelaksanaan seluruh aktifitas pendidikan
kader di MPP
5. Waktu pelaksanaan kegiatan disesuaikan kalender pendidikan kader dan
kalender gerejawi
6. Pelatih tingkat Lanjutan adalah:
a. Mereka yang telah mengikuti Pelatihan Pelatih (Training of Trainers),
yang diselenggarakan oleh Pengurus Besar
b. Alumni Pendidikan Kader Jenjang Lanjutan
c. Pelatih dari luar AMGPM sesuai dengan kompetensi yang diperlukan
BAB VI
MATERI KURIKULUM
Pasal 10
Jenjang Pendidikan Dasar
1. Organisasi AMGPM
2. Dasar-dasar Kepemimpinan Kristen
PO 5 : SISTEM PENDIDIKAN KADER AMGPM
107
3. Keterampilan Berorganisasi
Pasal 11
Jenjang Pendidikan Menengah
1. Manajemen Organisasi AMGPM
2. Iman Kristen dalam Konteks (Ekonomi, Sosial, Budaya)
3. Etika Kepemimpinan Kristen
4. Analisis Sosial
5. Pengenalan Gereja dan Eklesiologi (GPM)
Pasal 12
Jenjang Pendidikan Lanjutan
1. Dialog Antarumat Beragama
2. Manajemen Kepemimpinan Kristen (dalam konteks Politik, Hukum dan HAM)
3. Manajemen Perencanaan Sosial
4. Kewirausahaan (Enterpreneuship)
BAB VII
SISTEM EVALUASI
Pasal 13
1. Pengurus Cabang, Pengurus Daerah dan Pengurus Besar bertanggungjawab
melakukan evaluasi terhadap proses pendidikan kader yang berlangsung
pada tiap jenjang
2. Instrumen evaluasi pembelajaran ditetapkan dalam tiap materi pembelajaran
3. Tiap peserta pendidikan kader ditetapkan kelulusannya dengan predikat
Amat Baik (A), Baik (B) atau Cukup (C)
4. Sistem dan instrumen evaluasi lebih lanjut akan diatur dalam Pedoman
Teknis Penilaian Sistem Pendidikan Kader AMGPM
BAB VIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 14
Peraturan Organisasi ini berlaku sejak ditetapkan.

Ditetapkan di : Tifu-Waekonit, Buru Utara


Pada Tanggal : 26 Oktober 2016

MUSYAWARAH PIMPINAN PARIPURNA XXIX AMGPM


PENGURUS BESAR
SELAKU PIMPINAN SIDANG

Pdt. M. Takaria,M.Si Pdt. J.H. Paays, S.Si


Ketua Umum Sekretaris Umum

PO 5 : SISTEM PENDIDIKAN KADER AMGPM


108
PO 5 : SISTEM PENDIDIKAN KADER AMGPM
109
MEMORI PENJELASANPERATURAN ORGANISASINOMOR 05
TENTANG
SISTEM PENDIDIKAN KADER AMGPM

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Ayat 1. Cukup Jelas
Ayat 2. Junto AD Bab VII Pasal 10
Ayat 3. ART Bab VI Pasal 18
Ayat 4. ART Bab VI Pasal 20
Ayat 5. ART Bab VI Pasal 22
Ayat 6. ART Bab VI Pasal 24
Ayat 7. Cukup Jelas
Ayat 8. Cukup Jelas
Ayat 9. Cukup Jelas
Ayat 10 Cukup Jelas
Ayat 11 Cukup Jelas
Ayat 12 Cukup Jelas
Ayat 13 Junto ART Bab II Pasal 2 ayat 1
Ayat 14 Cukup Jelas
Ayat 15 Cukup Jelas
BAB II
DASAR
Pasal 2
Ayat 1. Cukup Jelas
Ayat 2. Cukup Jelas
Ayat 3. Cukup Jela
Ayat 4. Cukup Jelas
Ayat 5. Cukup Jelas
BAB III
TUJUAN PENDIDIKAN AMGPM
Pasal 3
Tujuan
Rumusan tujuan AMGPM adalah bagian dari konsep perjuangan AMGPM
(idealisme organisasi) untuk mencapai tingkat kedewasaan penuh dari semua
anggotanya, baik dalam Iman, Ipteks, Sosio-ekonomi, Sosio-Budaya dan
SosioPolitik serta pengabdiannya dalam Gereja, masyarakat, bangsa dan negara,
Juncto AD Bab II pasal 5
Pasal 4
Kapasitas Kader
yang dimaksud dengan kapasitas kader adalah “kemampuan yang dimiliki oleh
kader AMGPM melalui pelatihan dan pendidikan dan dipersiapkan dengan
PO 5 : SISTEM PENDIDIKAN KADER AMGPM
110
berbagai keterampilan dan disiplin ilmu, sehingga memiliki kemampuan
keorganisasian kegerejaan/kekristenan. dan kemampuan sosial.
Ayat 1. Cukup Jelas
Ayat 2. Cukup Jelas
Ayat 3. Cukup Jelas

BAB IV
TAHAPAN PENDIDIKAN KADER
Pasal 5. Cukup Jelas

BAB VI
JENJANG PENDIDIKAN KADER
Pasal 6
Jenjang pendidikan Kader adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan
berdasarkan tingkat keikutsertaan peserta pendidikan kader pada jenjang
organisasi, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan atau kapasitas yang
dikembangkan
Pasal 7
Jenjang Dasar
Ayat 1. Cukup Jelas
Ayat 2. Cukup Jelas
Ayat 3. Cukup Jelas
Ayat 4. Cukup Jelas
Ayat 5. Cukup Jelas
Ayat 6. Cukup Jelas
Pasal 8
Jenjang Menengah
Ayat 1. Cukup Jelas
Ayat 2. Cukup Jelas
Ayat 3. Cukup Jelas
Ayat 4. Cukup Jelas
Ayat 5. Cukup Jelas
Ayat 6. Cukup Jelas
Pasal 9
Jenjang Lanjutan
Ayat 1. Cukup Jelas
Ayat 2. Cukup Jelas
Ayat 3. Cukup Jelas
Ayat 4. Cukup Jelas
Ayat 5. Cukup Jelas
Ayat 6. Cukup Jelas

PO 5 : SISTEM PENDIDIKAN KADER AMGPM


111
BAB VI
MATERI KURIKULUM
Pasal 10
Jenjang Pendidikan Dasar
Kurikulum adalah seperangkat atau sistem rencana dan pengaturan mengenai isi
dan bahan pembelajaran yang dipedomani dalam aktivitas belajar mengajar
Ayat 1. Cukup Jelas
Ayat 2. Cukup Jelas
Ayat 3. Cukup Jelas
Pasal 11
Jenjang Pendidikan Menengah
Ayat 1. Cukup Jelas
Ayat 2. Cukup Jelas
Ayat 3. Cukup Jelas
Ayat 4. Cukup Jelas
Ayat 5. Cukup Jelas
Pasal 12
Jenjang Pendidikan Lanjutan
Ayat 1. Cukup Jelas
Ayat 2. Cukup Jelas
Ayat 3. Cukup Jelas
Ayat 4. Cukup Jelas
BAB VII
SISTEM EVALUASI
Pasal 13
Proses atau kegiatan untuk menentukan kemajuan sistem pendidikan kader,
dibandingkan dengan tujuan yang telah ditentukan; serta Usaha untuk
memperoleh informasi berupa umpan balik bagi penyempurnaan materi, peserta
pendidikan kader , penyelenggara maupun fesilitator
Ayat 1. Cukup Jelas
Ayat 2. Cukup Jelas
Ayat 3. Cukup Jelas
Ayat 4. Cukup Jelas
BAB VIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 14. Cukup Jelas

PO 5 : SISTEM PENDIDIKAN KADER AMGPM


112
TATA TERTIB
MUSYAWARAH PIMPINAN PARIPURNA AMGPM

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
1. Musyawarah Pimpinan Paripurna Angkatan Muda Gereja Protestan Maluku
dilaksanakan berdasarkan ketentuan Anggaran Dasar Bab IX, Pasal 13, Ayat 2,
dan Anggaran Rumah Tanggal Bab IV Pasal 10.
2. Dengan dasar sebagaimana tersebut pada ayat 1 di atas, maka disusunlah Tata
Tertib Musyawarah Pimpinan Paripurna Angkatan Muda Gereja Protestan
Maluku.

BAB II
PESERTA, HAK DAN KEWAJIBAN
Pasal 2
1. Peserta Musyawarah Pimpinan Paripurna Angkatan Muda GPM terdiri dari
Peserta Biasa dan Peserta Luar Biasa.
2. Peserta Biasa terdiri dari :
a. Pengurus Besar
b. Utusan Daerah sebanyak 3 (tiga) orang, terdiri dari Ketua, Sekretaris, dan
1(satu) orang anggota yang ditunjuk oleh Pengurus Daerah.
c. Ketua Sinode GPM atau 1(satu) orang Unsur MPH Sinode GPM
d. Ketua- Ketua Klasis se-GPM
3. Peserta Luar Biasa terdiri dari :
a. Peninjau dari daerah yang jumlahnya ditentukan oleh Pengurus Besar
b. Undangan lain yang diundang Pengurus Besar

Pasal 3
1. Peserta Biasa mempunyai Hak Bicara dan Hak Suara
2. Peserta Luar Biasa mempunyai Hak Bicara

Pasal 4
Kewajiban peserta Musyawarah Pimpinan Paripurna AMGPM adalah :
1. Mentaati semua ketentuan yang ditetapkan oleh Musyawarah Pimpinan
Paripurna
2. Jika ingin meninggalkan ruang sidang karena suatu kepentingan, harus
terlebih dulu mendapat ijin dari Pimpinan Sidang.

BAB III
TUGAS DAN WEWENANG MUSYAWARAH PIMPINAN PARIPURNA
Pasal 5
1. Mengevaluasi Pelaksanaan Program Pelayanan
PO 6 : TATA TERTIB MUSYAWARAH PIMPINAN PARIPURNA AMGPM
112
2. Mengevaluasi Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Pengurus Besar
3. Mengevaluasi pelaksanaan berbagai kebijakan yang diputuskan MPP
sebelumnya
4. Menetapkan Program Pelayanan tahun berikutnya
5. Menetapkan Anggaran pendapatan dan Belanja Tahun Pelayanan berikutnya
6. Menetapkan berbagai kebijakan organisasi lainnya sesuai kepentingan
pelayanan AMGPM

BAB IV
PIMPINAN, TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB
Pasal 6
1. Musyawarah Pimpinan Paripurna AMGPM di pimpinan oleh Pengurus Besar
sebagai Mandataris Kongres.
2. Tugas Pimpinan Sidang adalah memimpin Sidang-sidang Paripurna.

Pasal 7
Pimpinan Sidang Musyawarah Pimpinan Paripurna bertanggung jawab atas :
1. Kelancaran, ketertiban dan keamanan penyelenggaraan Musyawarah
Pimpinan Paripurna.
2. Membuka, menskors, mencabut kembali skors dan menutup Sidang-sidang
Paripurna.
3. Menghentikan setiap pembicara yang sedang berbicara, bila isi pembcaraan
telah menyimpang dari permasalahan yang dibicarakan.

BAB V
SIDANG – SIDANG
Pasal 8
Sidang – sidang Musyawarah Pimpinan Paripurna terdiri dari :
1. Sidang – sidang Paripurna, dipimpin oleh Pimpinan Sidang
2. Sidang – sidang Komisi, dipimpin oleh seorang Ketua dan seorang Sekretaris
yang ditunjuk oleh Pimpinan Sidang.
3. Komisi dan pembagian anggota komisi ditentukan oleh Pimpinan Sidang
4. Setiap peserta MPP wajib menjadi salah satu anggota komisi
5. Masing-masing sidang komisi dihadiri oleh Pengurus Besar sebagai nara
sumber
BAB VI
TATACARA BERBICARA
Pasal 9
1. Setiap Pembicaraan dalam Sidang Paripurna dibuka dua babak, dan setiap
peserta dapat menggunakan hak bicaranya.
2. Pembicara pada babak kedua adalah mereka yang menggunakan hak bicara
pada babak pertama.

PO 6 : TATA TERTIB MUSYAWARAH PIMPINAN PARIPURNA AMGPM


113
3. Pokok pembicaraan pada babak kedua tidak boleh menyimpang dari pokok
pembicaraan pada babak pertama.
4. Peserta yang mau berbicara harus terlebih dulu mendaftarkan diri melalui
pimpinan sidang.
5. Saat berbicara peserta diwajibkan berdiri, serta berbicara dengan singkat dan
jelas pada maksud dan tujuan pembicaraan.
6. Waktu pembicaraan untuk setiap peserta paling lama 3 (tiga) menit.
7. Kesempatan interupsi diberikan untuk hal-hal tertentu saja, yaitu :
a. Point of Clarification (penjernihan persoalan)
b. Point of Order (usul atau saran)
c. Point of Prifilege (menyinggung perasaan orang lain)
d. Point of Information (memberikan informasi)

BAB VII
QUORUM DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Pasal 10
1. Musyawarah Pimpinan Paripurna dinyatakan sah dan dapat dimulai, apabila
dihadiri oleh Peserta Biasa berjumlah setengah ditambah satu.
2. Setiap pengambilan keputusan dilakukan secara musyawarah untuk mufakat
dan sedapat mungkin menghindari dilakukan voting.
3. Jika mufakat tidak tencapai, maka keputusan diambil dengan suara terbanyak,
yaitu seperdua ditambah satu dari peserta biasa yang hadir.

BAB VIII
LAIN – LAIN
Pasal 11
1. Hal-hal yang belum diatur dalam Tata Tertib ini, akan diatur kemudian oleh
Pimpinan Sidang sepanjang dirasa perlu atau penting dengan persetujuan
Musyawarah.
2. Tata Tertib ini merupakan Tata Tertib baku bagi pelaksanaan MPP AMGPM
3. Tata Tertib ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : Tifu-Waekonit, Buru Utara


Pada Tanggal : 26 Oktober 2016

MUSYAWARAH PIMPINAN PARIPURNA XXIX AMGPM


PENGURUS BESAR
SELAKU PIMPINAN SIDANG

Pdt. M. Takaria, M.Si Pdt. J. H. Paays, S.Si


Ketua Umum Sekretaris Umum

PO 6 : TATA TERTIB MUSYAWARAH PIMPINAN PARIPURNA AMGPM


114
MEMORI PENJELASAN
TENTANG
TATA TERTIB MUSYAWARAH PIMPINAN PARIPURNA AMGPM

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Ayat 1. Cukup Jelas
Ayat 2. Cukup Jelas
BAB II
PESERTA, HAK DAN KEWAJIBAN
Pasal 2
Ayat 1. Juncto ART Pasal 10 Ayat 4 dan 6
Ayat 2. Juncto ART pasal 10 ayat 4
Ayat 3. Juncto ART Pasal 10 Ayat 6
Pasal 3
Ayat 1. Juncto ART Bab IV Pasal 9 Ayat 5
Ayat 2. Cukup Jelas
Pasal 4.
Ayat 1. Cukup Jelas
Ayat 2. Cukup Jelas
BAB III
TUGAS DAN WEWENANG MUSYAWARAH PIMPINAN PARIPURNA
Pasal 5
Ayat 1. Juncto ART Bab IV Pasal 10 Ayat 10.
Ayat 1 Cukup Jelas
Ayat 2. Cukup Jelas
Ayat 3. Cukup Jelas
Ayat 4 Cukup Jelas
Ayat 5. Cukup Jelas
Ayat 6. Cukup Jelas
BAB IV
PIMPINAN, TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB
Pasal 6
Ayat 1 Juncto ART Bab IV Pasal 10 Ayat 8
Ayat 2. Cukup Jelas
Pasal 7.
Ayat 1. Cukup Jelas
Ayat 2. Cukup Jelas
Ayat 3. Cukup Jelas

PO 6 : TATA TERTIB MUSYAWARAH PIMPINAN PARIPURNA AMGPM


115
BAB V
SIDANG – SIDANG
Pasal 8
Ayat 1. Cukup Jelas
Ayat 2. Cukup Jelas
Ayat 3. Cukup Jelas
Ayat 4 Cukup Jelas
Ayat 5. Cukup Jelas
BAB VI
TATACARA BERBICARA
Pasal 9
Ayat 1. Juncto ART Bab IV Pasal 10 ayat 7
Ayat 2. Cukup Jelas
Ayat 3. Cukup Jelas
Ayat 4 Cukup Jelas
Ayat 5. Cukup Jelas
Ayat 6. Cukup Jelas
Ayat 7. Cukup Jelas
BAB VII
QUORUM DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Pasal 10
Ayat 1. Juncto ART Bab IV Pasal 10 ayat 5
Ayat 2. Cukup Jelas
Ayat 3 Cukup Jelas
BAB VIII
LAIN – LAIN
Pasal 11
Ayat 1. Cukup Jelas
Ayat 2. Cukup Jelas
Ayat 3 Cukup Jelas

PO 6 : TATA TERTIB MUSYAWARAH PIMPINAN PARIPURNA AMGPM


116
TATA TERTIB
KONFERENSI DAERAH AMGPM

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
1. Konferensi Daerah Angkatan Muda Gereja Protestan Maluku adalah pemegang
kedaulatan tertinggi di tingkat Daerah, dan dilaksanakan sesuai Anggaran
Dasar AMGPM Bab IX Pasal 14 ayat 2d dan Anggaran Rumah Tangga AMGPM
Bab IV pasal 11.
2. Di dalam melaksanakan seluruh aktivitasnya, Konferensi Daerah tetap berada
di bawah terang Pengakuan tentang Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juru
Selamat seperti yang disaksikan oleh Firman Allah di dalam Alkitab dan
berazaskan Pancasila, Tata Gereja, Gereja Protestan Maluku, Anggaran Dasar
dan Anggaran Rumah Tangga AMGPM.
3. Kedaulatan sepenuhnya berada di tangan peserta dan dilaksanakan oleh
Konferensi Daerah.
4. Penyelenggaraan Konferensi Daerah sepenuhnya menjadi tanggung jawab
Pengurus Daerah AMGPM
BAB II
TUGAS DAN WEWENANG
Pasal 2
Kewenangan atau tugas Konferensi Daerah adalah
a. Menilai Laporan Pertanggung-jawaban Pengurus Daerah.
b. Mendengar Laporan Pengurus Cabang.
c. Menetapkan Garis-garis Besar ProgramLima Tahunan dan Program Kerja
serta APB tahun pertama periodesasi kepengurusan baru.
d. Memilih Pengurus Daerah.
e. Menetapkan Keputusan dan kebijakan organisasi lainnya.

BAB III
PESERTA
Pasal 3
1. Konferensi Daerah dihadiri oleh peserta biasa yang terdiri dari:
a. Pengurus Daerah
b. Utusan Cabang sebanyak 5 (lima) orang yang tediri dari 3(tiga) orang
Pengurus Cabang dan 2 (dua) orang anggota biasa yang ditunjuk oleh
Pengurus Cabang
c. Ketua Klasis atau 1(satu) orang unsur Majelis Pekerja Klasis
d. Satu orang ketua majelis jemaat dari setiap cabang.
2. Selain peserta biasa sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 (satu) diatas,
Konferensi Daerah juga dihadiri oleh Peserta Luar Biasa yang terdiri dari :
a. Pengurus Besar
PO 6 : TATA TERTIB KONFERENSI DAERAH AMGPM
117
b. Peninjau dari Cabang yang jumlahnya ditentukan oleh Pengurus Daerah
c. Undangan lain yang ditetapkan Pengurus Daerah.

BAB IV
HAK DAN KEWAJIBAN PESERTA
Pasal 4
1 Hak Peserta:
a. Peserta Biasa mempunyai Hak Suara dan Hak Bicara kecuali Pimpinan
Gereja dan pengurus daerah yang usianya di atas 45 tahun, hanya
mempunyai hak bicara, suara dan memilih, tetapi tidak mempunyai hak
dipilih
b. Pengurus Besar dalam Kapasitas sebagai Pimpinan Organisasi mempunyai
hak bicara baik diminta maupun tidak.
c. Peserta Luar Biasa hanya mempunyai Hak Bicara.
2. Kewajiban Peserta:
a. Peserta Biasa maupun Peserta Luar Biasa, wajib mentaati ketentuan yang
diatur di dalam Tata Tertib ini dan hal-hal lain yang diatur oleh Panitia
Pelaksana.
b. Peserta Biasa dan Peserta Luar Biasa berkewajiban menghadiri Sidang-
sidang Pleno dan Sidang-sidang Komisi.

BAB V
ALAT-ALAT KELENGKAPAN
Pasal 5
Konferensi Daerah mempunyai alat-alat kelengkapan yang disusun menurut
pengelompokan kegiatan sebagai berikut:
1. Pimpinan Konferensi Daerah.
2. Majelis Ketua.
3. Sidang-sidang Pleno/ Paripurna.
4. Sidang-sidang Komisi/ Sub komisi

Pasal 6
1. Pimpinan Konferensi Daerah adalah Pengurus Daerah AMGPM
2. Sidang-sidang dalam Konferensi Daerah dipimpin oleh Pengurus Daerah
sampai terpilihnya Majelis Ketua, yang dipilih dari dan oleh peserta biasa
Konferensi Daerah
Pasal 7
1. Majelis Ketua bertugas memimpin Sidang-sidang di dalam Konferensi Daerah.
2. Majelis Ketua sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini terdiri dari
unsur Pengurus Daerah 2 (dua) orang dan peserta biasa 3 (tiga orang) yang
ditetapkan dengan keputusan Konferda.
3. Personil Majelis Ketua ditunjuk oleh Pengurus Daerah secara bijaksana dan
disahkan oleh Konferensi Daerah.
PO 6 : TATA TERTIB KONFERENSI DAERAH AMGPM
118
4. Sekretaris Persidangan adalah Sekretaris Pengurus Daerah AMGPM.
5. Sekretaris Persidangan diwajibkan untuk membaca dan atau melaporkan
seluruh hasil keputusan Konferda, sebelum sidang-sidang pleno dalam
Konferensi Daerah ditutup.
6. Wewenang Majelis Ketua di dalam Konferensi Daerah adalah:
a. Memanggil Peserta untuk menghadiri sidang-sidang, membuka dan
menskors Sidang-sidang Pleno.
b. Memimpin Sidang-sidang Pleno selama Konferensi Daerah berlangsung.
c. Menjaga kelancaran dan ketertiban dalam Sidang-sidang selama
Konferensi Daerah berlangsung.
d. Berusaha mempertemukan pendapat-pendapat yang berbeda,
menyimpulkan pembicaraan dan mendudukan persoalan yang
sebenarnya serta mengembalikan jalannya Sidang pada pokok
pembicaraan.
e. Majelis Ketua memimpin sidang dalam Konferensi Daerah sampai pada
penetapan hasil kerja formatur, dan sesudah itu menyerahkan palu
sidang kepada Ketua dan Sekretaris Daerah terpilih untuk menutup
sidang-sidang pleno dalam Konferensi Daerah.

Pasal 8
1. Konferda membentuk Komisi-komis kerja sesuai dengan kebutuhan.
2. Komisi-komisi kerja di dalam Konferda, dapat membentuk Sub Komisi
menurut kebutuhan.
3. Komisi-komisi kerja Konferensi Daerah bertugas memusyawarahkan dan
mengambil keputusan mengenai hal-hal yang menjadi agenda Komisi dalam
ruang lingkup tugasnya.
4. Jumlah anggota Komisi sedapat mungkin disusun dan ditetapkan secara
berimbang oleh Majelis Ketua.
5. Majelis Ketua diwajibkan untuk menghadiri Sidang-sidang Komisi sebagai
Peserta Biasa.
6. Pimpinan Komisi di dalam Konferensi Daerah terdiri dari: seorang Ketua,
seorang wakil ketua dan seorang Sekretaris yang di tunjuk oleh Majelis Ketua

BAB VI
TATA CARA PEMILIHAN PENGURUS DAERAH
Pasal 9
1. Setiap Peserta Biasa mengajukan satu bakal calon Ketua Daerah dan satu
bakal calon Sekretaris Daerah pada masing-masing kertas suara yang telah
disediakan oleh Majelis Ketua.
2. Kertas Suara sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 (satu) diatas, memuat
nama satu orang bakal calon ketua daerah dan satu orang bakal calon
sekretaris daerah.

PO 6 : TATA TERTIB KONFERENSI DAERAH AMGPM


119
3. Proses perhitungan suara dilaksanakan secara terpisah dan di catat pada
papan perhitungan suara yang berbeda (satu papan untuk Bakal Calon Ketua
dan satu papan untuk bakal calon sekretaris)
4. Bakal Calon Ketua Daerah dan bakal calon Sekretaris Daerah yang memiliki
suara terbanyak ditetapkan sebagai calon untuk selanjutnya diuji dengan
kriteria dan dipilih dalam Konferensi Daerah.
5. Untuk melengkapi keseluruhan struktur Pengurus Daerah maka dibentuk tim
Formatur yang ditunjuk secara bijaksana oleh Majelis Ketua dengan
persetujuan peserta Konferensi Daerah
6. Seluruh fungsionaris yang akan ditunjuk / dipilih oleh formatur untuk
melengkapi struktur Pengurus Daerah adalah mereka yang mengikuti
Konferensi Daerahsebagai Peserta biasa maupun Luar Biasa dan sesuai
dengan kriteria yang ditetapkan oleh konferensi daerah
7. Selanjutnya Kriteria, Prosedur Pencalonan dan Pemilihan Pengurus Daerah
AMGPM diatur tersendiri dalam komisi kerja Konferensi Daerah sesuai
ketentuan dalam AD/ART dan PO AMGPM

BAB. VII
TATA CARA BERBICARA
Pasal 10
1. Setiap Peserta Konferensi Daerah mempunyai Hak berbicara selama 3 (tiga)
menit dengan pokok pembicaraan yang jelas (kecuali untuk ceramah dan
Penelaan Alkitab diatur oleh moderator).
2. Sebelum babak pembicaraan dimulai, diadakan pendaftaran oleh Majelis
Ketua.
3. Pembicaraan di dalam setiap Sidang Pleno hanya dibuka 2 (dua) babak.
4. Hanya Pembicara pada babak pertama yang berhak berbicara pada babak
kedua dengan pokok pembicaraan yang sama.
5. Setiap pembicara yang hendak berbicara diwajibkan untuk berdiri.

Pasal 11
1. Peserta dapat mengajukan interupsi untuk meminta atau memberi penjelasan
tentang duduk persoalan yang sebenarnya dari masalah yang sementara
dibicarakan.
2. Interupsi hanya dapat dilakukan setelah diizinkan oleh Majelis Ketua.
3. Majelis Ketua berhak menghentikan interupsi apabila persoalannya sudah
jelas atau sudah menyinggung pribadi orang lain.

BAB VIII
QORUM DAN TATA CARA PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Pasal 12
1. Sidang-sidang Pleno dinyatakan quorum, apabila dihadiri oleh lebih dari
seperdua jumlah Peserta biasa Konferensi Daerah
PO 6 : TATA TERTIB KONFERENSI DAERAH AMGPM
120
2. Pengambilan Keputusan dalam Konferensi Daerah dianggap sah apabila
disetujui oleh lebih dari ½ (satu perdua) peserta biasa yang hadir

Pasal 13
1. Pengambilan keputusan pada dasarnya diusahakan sejauh mungkin atas dasar
musyawarah untuk mufakat dan apabila dalam pengambilan keputrusan tidak
tercapai mufakat, maka keputusan diambil berdasarkan pemungutan suara
terbanyak.
2. Pengambilan keputusan menyangkut orang dilakukan secara tertutup,
sedangkan pengambilan keputusan menyangkut kebijakan dapat dilakukan
secara terbuka.

BAB IX
LAIN-LAIN
Pasal 14
1. Tata Tertib ini merupakan Tata Tertib baku yang dipergunakan untuk
pelaksanan Kenferensi Daerah AMGPM
2. Tata Tertib ini dapat dirobah dan disempurnakan hanya pada Lembaga
Legislatif Musyawarah Pimpinan Paripurna
3. Segala sesuatu mengenai hal-hal teknis dalam Konferensi daerah yang belum
ditur di dalam Tata Tertib ini akan di tetapkan kemudian oleh Konferensi
daerah sepanjang tidak bertentangan dengan AD/ART, PO dan Tata Tertib
Konferensi Daerah AMGPM ini.

Pasal 15
1. Dengan dikeluarkan Tata Tertib ini maka semua keputusan yang terkait
dengan Tata Tertib Konferensi Daerah yang selama ini dipergunakan
dinyatakan tidak berlaku.
2. Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan

Ditetapkan di : Tifu-Waekonit, Buru


Utara
Pada Tanggal : 26 Oktober 2016

MUSYAWARAH PIMPINAN PARIPURNA XXIX AMGPM


PENGURUS BESAR
SELAKU PIMPINAN SIDANG

Pdt. M. Takaria, M.Si Pdt. J. H. Paays, S.Si


Ketua Umum Sekretaris Umum

PO 6 : TATA TERTIB KONFERENSI DAERAH AMGPM


121
MEMORI PENJELASAN
TENTANG
TATA TERTIB KONFERENSI DAERAH AMGPM

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Ayat 1. Cukup Jelas
Ayat 2. Cukup Jelas
Ayat 3. Cukup Jelas
Ayat 4 Cukup Jelas
BAB II
TUGAS DAN WEWENANG
Pasal 2
Juncto ART Bab IV pasal 11 Ayat 11
Ayat 1. Cukup Jelas
Ayat 2. Cukup Jelas
Ayat 3. Cukup Jelas
Ayat 4 Cukup Jelas
Ayat 5. Cukup Jelas
BAB III
PESERTA
Pasal 3
Ayat 1. Juncto ART Bab IV pasal 11 ayat 3
Ayat 2. Juncto ART Bab IV pasal 11 ayat 4

BAB IV
HAK DAN KEWAJIBAN PESERTA
Pasal 4

Ayat 1. Juncto ART Bab IV Pasal 11 Ayat 6


Ayat 2. Cukup Jelas
BAB V
ALAT-ALAT KELENGKAPAN
Pasal 5
Ayat 1. Cukup Jelas
Ayat 2. Cukup Jelas
Ayat 3. Cukup Jelas
Ayat 4 Cukup Jelas

Pasal 6
Ayat 1. Juncto ART Bab IV Pasal 11 ayat 7
Ayat 2. Juncto ART Bab IV Pasal 11 ayat 8
PO 6 : TATA TERTIB KONFERENSI DAERAH AMGPM
122
Pasal 7
Ayat 1. Cukup Jelas
Ayat 2. Cukup Jelas
Ayat 3. Juncto ART Bab IV pasal 11 ayat 9
Ayat 4 Cukup Jelas
Ayat 5. Cukup Jelas
Ayat 6. Cukup Jelas
Pasal 8
Ayat 1 Cukup Jelas
Ayat 2. Cukup Jelas
Ayat 3. Cukup Jelas
Ayat 4 Cukup Jelas
Ayat 5. Cukup Jelas
Ayat 6. Cukup Jelas

BAB VI
TATA CARA PEMILIHAN PENGURUS DAERAH
Pasal 9
Ayat 1. “Masing-masing kertas suara”, terdapat dua kertas suara yaitu satu
kertas suara untuk bakal calon ketua daerah dan satu kertas suara untuk
bakal calon sekretaris daerah. Pemilihan ketua dan sekretaris daerah
bukan berdasarkan sistim paket. Proses pemilihan ketua daerah mulai
dari bakal calon sampai ketua daerah terpilih baru dilanjutkan dengan
pemilihan sekretaris daerah dari bakal calon sekretaris daerah sampai
sekretaris daerah terpilih.
Ayat 2. Cukup Jelas
Ayat 3. Cukup Jelas
Ayat 4. Ketua daerah terpilih dan sekretaris daerah terpilih ditetapkan oleh
forum konferda dengan dua keputusan atau masing-masing satu
keputusan.
Ayat 5. Cukup Jelas
Ayat 6. Selain kriteria untuk pemilihan ketua dan sekretaris daerah, konferda
juga menetapkan kriteria yang akan dipakai oleh formatur didalam
melengkapi struktur pengurus daerah Juncto ART Bab VI Pasal 21 Ayat 2
Ayat 7. Cukup Jelas

BAB. VII
TATA CARA BERBICARA
Pasal 10
Ayat 1. Cukup Jelas
Ayat 2. Cukup Jelas
Ayat 3. Cukup Jelas
Ayat 4. Cukup Jelas
PO 6 : TATA TERTIB KONFERENSI DAERAH AMGPM
123
Ayat 5. Kecuali Pimpinan sidang atau Majelis ketua.
Pasal 11
Ayat 1. Cukup Jelas
Ayat 2. Cukup Jelas
Ayat 3. Cukup Jelas
BAB VIII
QORUM DAN TATA CARA PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Pasal 12
Ayat 1. Jika peserta biasa tidak memenuhi qorum, maka Pengurus Besar dalam
kedudukannya sebagai penanggung jawab organisasi, mempunyai hak
untuk menyatakan apakah Konferda dapat dilanjutkan pelaksanaannya
atau tidak/ditunda untuk jangka waktu tertentu, dengan memperhatikan
usul saran dan pendapat peserta yang hadir.
Ayat 2. Cukup Jelas

Pasal 13
Ayat 1. Juncto AD Bab X Pasal 15 ayat 1
Ayat 2. Cukup Jelas
BAB IX
LAIN-LAIN
Pasal 14
Ayat 1. Cukup Jelas
Ayat 2. Cukup Jelas
Ayat 3. Cukup Jelas
Pasal 15
Ayat 1. Cukup Jelas
Ayat 2. Cukup Jelas

PO 6 : TATA TERTIB KONFERENSI DAERAH AMGPM


124
TATA TERTIB
KONFERENSI DAERAH ISTIMEWA AMGPM

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
1. Konferensi Daerah Istimewa Angkatan Muda Gereja Protestan Maluku adalah
pemegang kekuasaan tertinggi sama dengan konferensi daerah yang
selanjutnya disebut Konferda Istimewa.
2. Di dalam melaksanakan seluruh aktivitasnya, Konferda Istimewa tetap berada
di bawah terang Pengakuan tentang Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juru
Selamat seperti yang disaksikan oleh Firman Allah di dalam Alkitab dan
berazaskan Pancasila, Tata Gereja, Gereja Protestan Maluku, Anggaran Dasar
dan Anggaran Rumah Tangga AMGPM serta Peraturan Organisasi AMGPM.
3. Kedaulatan sepenuhnya berada di tangan peserta dan dilaksanakan oleh
Konferda Istimewa.
4. Penyelenggaraan Konferda Istimewa sepenuhnya menjadi tanggung jawab
Pengurus Daerah

BAB II
TUGAS DAN WEWENANG
Pasal 2
Kewenangan atau tugas Konferda Istimewa adalah :
1. Mendengar Laporan pertanggungjawaban Pengurus Daerah dan atau pejabat
sementara /Care Taker Pengurus Daerah
2. Memilih dan menetapkan Pengurus Daerah Antar Waktu
3. Menetapkan Keputusan-keputusan lainnya.

BAB III
PESERTA
Pasal 3
Peserta Konferda Istimewa, terdiri dari:
1. Peserta Biasa :
a. Pengurus Daerah
b. Utusan Cabang sebanyak 5 orang yang terdiri dari 3 orang Pengurus
Cabang dan 2 orang Anggota Biasa yang ditunjuk oleh Pengurus Cabang,
harus dilengkapi dengan surat mandate dari pengurus secara resmi.
c. Ketua Klasis atau unsur Majelis Pekerja Klasis .
d. Satu Ketua Majelis Jemaat dari setiap Cabang
2. Peserta Luar Biasa yang terdiri dari :
a. Pengurus Besar
b. Peninjau dari Cabang yang ditetapkan oleh pengurus daerah atau Pejabat
sementara/Care Taker Pengurus Daerah
PO 6 : TATA TERTIB KONFERENSI DAERAH ISTIMEWA AMGPM
125
c. Undangan lainnya yang dianggap perlu oleh Penjabat sementara/care
taker Pengurus Daerah.

BAB IV
HAK DAN KEWAJIBAN PESERTA
Pasal 4
1. Hak Peserta:
a. Peserta Biasa mempunyai Hak Suara dan Hak Bicara, kecuali Pimpinan
Gereja dan pengurus daerah yang usianya di atas 45 tahun, hanya
mempunyai hak bicara, suara dan memilih, tetapi tidak mempunyai hak
dipilih
b. Pengurus Besar mempunyai hak bicara baik diminta maupun tidak
diminta.
c. Peserta luar biasa mempunyai Hak Bicara, tetapi tidak mempunyai hak
suara
2. Kewajiban Peserta:
a. Peserta Biasa maupun Peserta Luar Biasa, wajib mentaati ketentuan yang
diatur di dalam Tata Tertib ini dan hal-hal lain yang diatur oleh Panitia
Pelaksana.
b. Peserta Biasa dan Peserta Luar Biasa berkewajiban menghadiri Sidang-
sidang Pleno dan Sidang-sidang Komisi.

BAB V
ALAT-ALAT KELENGKAPAN
Pasal 5
Konferda Istimewa mempunyai alat-alat kelengkapan yang disusun menurut
pengelompokan kegiatan sebagai berikut:
1. Pimpinan Konferensi Daerah Istimewa.
2. Majelis Ketua.
3. Sidang-sidang Pleno/ Paripurna.
4. Sidang-sidang Komisi.

Pasal 6
Pimpinan Konferda Istimewa adalah Pengurus daerah atau Penjabat
sementara/Care Taker Pengurus Daerah AMGPM

Pasal 7
1. Majelis Ketua terdiri dari 5 orang, yaitu 2 orang dari pengurus daerah atau
penjabat sementara/care taker Pengurus Daerah dan peserta biasa 3 orang
yang ditetapkan dengan keputusan Konferda Istimewa.
2. Majelis Ketua bertugas memimpin sidang-sidang di dalam Konferda Istimewa
3. Wewenang Majelis Ketua di dalam Konferda Istimewa adalah:

PO 6 : TATA TERTIB KONFERENSI DAERAH ISTIMEWA AMGPM


126
a. Memanggil peserta untuk menghadiri sidang-sidang, membuka dan
menskors Sidang-sidang Pleno.
b. Memimpin Sidang-sidang Pleno selama Konferda Istimewa berlangsung.
c. Menjaga kelancaran dan ketertiban dalam Sidang-sidang selama Konferda
Istimewa berlangsung.
d. Berusaha mempertemukan pendapat-pendapat yang berbeda,
menyimpulkan pembicaraan dan mendudukan persoalan yang sebenarnya
serta mengembalikan jalannya Sidang pada pokok pembicaraan.

Pasal 8
1. KonferdaIstimewa membentuk komisi-komis kerja sesuai dengan kebutuhan.
2. Komisi-komisi kerja di dalam Konferda Istimewa dapat membentuk sub
komisi menurut kebutuhan.
3. Komisi-komisi bertugas memusyawarahkan dan mengambil keputusan
mengenai hal-hal yang menjadi agenda komisi dalam ruang lingkup tugas dan
tanggungjawabnya.
2. Jumlah anggota komisi sedapat mungkin disusun dan ditetapkan secara
berimbang oleh Majelis Ketua.
3. Majelis Ketua dapat turut menghadiri sidang-sidang komisi sebagai peserta
biasa.
4. Pimpinan komisi terdiri dari: seorang Ketua, seorang Sekretaris yang dipilih
oleh komisi secara musyawarah-mufakat

BAB VI
TATA CARA BERBICARA
Pasal 9
1. Setiap Peserta mempunyai hak berbicara selama 3 menit dengan pokok
pembicaraan yang jelas
2. Sebelum babak pembicaraan dimulai, Majelis Ketua berkewajiban melakukan
inventarisasi jumlah pembicara.
3. Pembicaraan di dalam setiap sidang pleno hanya dibuka 2 (dua) babak,
kecuali terhadap hal-hal yang bersifat prinsip dapat dibuka babak khusus dan
harus mendapat persetujuan sidang, dan hanya pembicara pada babak
pertama yang berhak berbicara pada babak kedua dengan pokok pembicaraan
yang sama.
4. setiap peserta yang berbicara diwajibkan berdiri

Pasal 10
1. Peserta dapat mengajukan interupsi untuk meminta atau memberi penjelasan
tentang duduk persoalan yang sebenarnya dari masalah yang sementara
dibicarakan.
2. Interupsi hanya dapat dilakukan setelah diizinkan oleh Majelis Ketua.

PO 6 : TATA TERTIB KONFERENSI DAERAH ISTIMEWA AMGPM


127
3. Majelis Ketua berhak menghentikan interupsi apabila persoalannya sudah
jelas atau sudah menyinggung pribadi orang lain.

BAB VII
QORUM DAN TATA CARA PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Pasal 11
1. Sidang-sidang dinyatakan sah, apabila dihadiri oleh lebih dari seperdua
jumlah peserta biasa
2. Pengambilan Keputusan dalam Konferda Istimewa dianggap sah apabila
disetujui oleh lebih dari ½ (satu perdua) peserta biasa yang hadir

Pasal 12
1. Pengambilan keputusan pada dasarnya diusahakan atas dasar musyawarah
untuk mufakat
2. Apabila musyawarah untuk mufakat tidak tercapai, maka keputusan diambil
berdasarkan pemungutan suara terbanyak.

BAB VIII LAIN-LAIN


Pasal 13
1. Hal-hal yang belum diatur dalam tata tertib ini akan diputuskan oleh Konferda
Istimewa
2. Tata Tertib ini merupakan tata tertib baku yang dipergunakan untuk
pelaksanaan Konferda istimewa AMGPM
3. Keputusan ini mulai berlaku sejak ditetapkan.

Ditetapkan di : Tifu-Waekonit, Buru Utara


Pada Tanggal : 26 Oktober 2016

MUSYAWARAH PIMPINAN PARIPURNA XXIX AMGPM


PENGURUS BESAR
SELAKU PIMPINAN SIDANG

Pdt. M. Takaria, M.Si Pdt. J. H. Paays, S.Si


Ketua Umum Sekretaris Umum

PO 6 : TATA TERTIB KONFERENSI DAERAH ISTIMEWA AMGPM


128
MEMORI PENJELASAN
TENTANG
TATA TERTIB KONFERENSI DAERAH ISTIMEWA AMGPM
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Ayat 1. Juncto AD bab IX pasal 14 ayat 2.e
Ayat 2. Cukup Jelas
Ayat 3. Cukup Jelas
Ayat 4. Cukup Jelas
BAB II
TUGAS DAN WEWENANG
Pasal 2
Ayat 1. Yang dimaksudkan dengan mendengar laporan pertanggungjawaban
Pengurus Daerah dan atau pejabat sementara /Care Taker Pengurus
Daerah adalah laporan yang berisikan informasi berkaitan sebab-sebab
dilaksanakannya konferda istimewa
Ayat 2. Memilih ketua daerah dan atau sekretaris daerah dan atau melengkapi
struktur pengurus daerah untuk periode masa kepengurusan yang sama.
Jika konferda Istimewa dilaksanakan dimana salah satu kewenangan dan
tugasnya adalah untuk memilih ketua daerah dan atau sekretaris daerah,
maka tata cara pemilihan mengacu kepada PO 6. Tata tertib Konferensi
Daerah Bab VI Pasal 9. Serta kriteria dan prosedur pencalonan
menggunakan hasil keputusan Konferda terakhir.
Ayat 3. Cukup Jelas
BAB III
PESERTA
Pasal 3
Juncto ART Bab IV pasal 11 ayat 3
Ayat 1. Cukup Jelas
Ayat 2. Juncto ART Bab IV pasal 11 ayat 4
BAB IV
HAK DAN KEWAJIBAN PESERTA
Pasal 4
Ayat 1. Juncto ART Bab IV Pasal 11 Ayat 6
Ayat 2. Cukup Jelas
BAB V
ALAT-ALAT KELENGKAPAN
Pasal 5
Ayat 1 Cukup Jelas
Ayat 2. Cukup Jelas
Ayat 3. Cukup Jelas
Ayat 4 Cukup Jelas
PO 6 : TATA TERTIB KONFERENSI DAERAH ISTIMEWA AMGPM
129
Pasal 6.
Ayat 1. Juncto ART Bab IV Pasal 11 ayat 7
Pasal 7
Ayat 1 Juncto ART Bab IV pasal 11 ayat 9
Ayat 2. Cukup Jelas
Ayat 3. Cukup Jelas
Pasal 8
Ayat 1. Cukup Jelas
Ayat 2. Cukup Jelas
Ayat 3. Cukup Jelas
Ayat 4. Cukup Jelas
Ayat 5. Cukup Jelas
Ayat 6. Juncto ART Bab VI Pasal 21 Ayat 2
BAB VI
TATA CARA BERBICARA
Pasal 9
Ayat 1. Cukup Jelas
Ayat 2. Cukup Jelas
Ayat 3. Cukup Jelas
Ayat 4. Cukup Jelas
Pasal 10
Ayat 1. Cukup Jelas
Ayat 2. Cukup Jelas
Ayat 3. Cukup Jelas
BAB VII
QORUM DAN TATA CARA PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Pasal 11
Ayat 1. Jika peserta biasa tidak memenuhi qorum maka Pengurus Besar dalam
kedudukannya sebagai penanggung jawab organisasi, mempunyai hak
untuk menyatakan apakah Konferda istimewa dapat dilanjutkan
pelaksanaannya atau tidak/ditunda untuk jangka waktu tertentu, dengan
memperhatikan usul saran dan pendapat peserta yang hadir Juncto ART
Bab IV Pasal 9 ayat 5
Ayat 2. Cukup Jelas
Pasal 12
Ayat 1. Juncto AD Bab X Pasal 15 ayat 1
Ayat 2. Cukup Jelas
BAB VIII LAIN-LAIN
Pasal 13
Ayat 1. Cukup Jelas
Ayat 2. Cukup Jelas
Ayat 3. Cukup Jelas

PO 6 : TATA TERTIB KONFERENSI DAERAH ISTIMEWA AMGPM


130
TATA TERTIB
MUSYAWARAH PIMPINAN PARIPURNA DAERAH AMGPM

BAB I
DASAR DAN SUSUNAN MUSYAWARAH PIMPINAN PARIPURNA DAERAH
Pasal 1
1. Musyawarah Pimpinan Paripurna DaerahAngkatan Muda Gereja Protestan
Malukuselanjutnya disingkat MPPD AMGPM dilaksanakan berdasarkan :
a. Anggaran Dasar AMGPM Bab IX Pasal 14 ayat 2d
b. Anggaran Rumah Tangga AMGPM Bab IV Pasal 12
2. Susunan Musyawarah Pimpinan Paripurna Daerah terdiri dari :
a. Sidang-sidang paripurna
b. Sidang-sidang komisi
3. Dengan dasar sebagaimana diatas, maka disusunlah Tata Tertib Musyawarah
Pimpinan Paripurna Daerah Angkatan Muda Gereja Protestan Maluku

BAB II
PESERTA, HAK DAN KEWAJIBAN
Pasal 2
1. MPPD AMGPM dihadiri oleh peserta biasa terdiri dari :
a. Pengurus Daerah
b. Utusan Cabang sebanyak 3 (tiga) orang, terdiri dari Ketua Cabang,
Sekretaris Cabang, dan 1 (satu) orang anggota biasa yang ditunjuk oleh
Pengurus Cabang.
c. Ketua Klasis atau 1 (satu) orang unsur Majelis Pekerja Klasis
d. Satu orang ketua majelis jemaat dari setiap cabang
2. Selain peserta biasa sebagaimana tersebut pada ayat (1) pasal MPPD AMGPM
juga dihadiri oleh peserta luar biasa terdiri dari :
a. Unsur Pengurus Besar
b. Peninjau dari Cabang yang jumlahnya ditentukan oleh Pengurus Daerah
c. Undangan lain yang ditetapkan Pengurus Daerah

Pasal 3
Hak Peserta MPPD AMGPM adalah :
1. Peserta biasa mempunyai hak suara dan hak bicara
2. Peserta luar biasa hanya mempunyai hak bicara, tetapi tidak mempunyai hak
suara
3. Peserta yang hendak berbicara diharuskan mendaftarkan diri, dan ketika
berbicara diwajibkan berdiri serta berbicara dengan singkat, tegas dan jelas
pada maksud dan tujuan pembicaraan
4. Setiap pembicara hanya diberikan kesempatan menggunakan hak bicaranya
selama 3 menit setelah dipersilahkan oleh pimpinan musyawarah.

PO 6 : TATA TERTIB MUSYAWARAH PIMPINAN PARIPURNA DAERAH AMGPM


131
5. Pemandangan umum atau tanggapan terhadap setiap masalah yang
disampaikan hanya disediakan dua babak.
6. Hanya pembicara pada babak pertama yang dapat berbicara pada babak
kedua dengan pokok pembicaraan yang sama.
7. Bila suatu masalah tidak dapat disepakati pada babak pertama dan babak
kedua maka dapat dibuka babak terakhir untuk membahas masalah tersebut,
atas persetujuan peserta biasa.
8. Hak Interupsi dapat dimanfaatkan untuk hal – hal tertentu antara lain:
a. Point Of Clarification ( Menjernihkan pokok masalah yg sedang
dibicarakan )
b. Point Of Order ( Usul atau saran untuk meletakkan permasalahan sesuai
aturan )
c. Point Of Privilege ( Menyinggung perasaan orang lain )
d. Point Of Information ( Menyampaikan Informasi )

Pasal 4
Setiap peserta MPPD AMGPM mempunyai kewajiban :
1. Mentaati tata tertib ini dan semua ketentuan yang ditetapkan oleh MPPD
AMGPM
2. Mengikuti seluruh acara musyawarah dengan penuh rasa tanggungjawab
3. Menghadiri sidang-sidang 15 (lima belas) menit sebelum sidang dimulai dan
mengambil bagian dalam semua kegiatan/acara selama berlangsungnya
MPPD
4. Menandatangani daftar hadir setiap kali menghadiri sidang.
5. Meminta izin secara tertulis dari pimpinan musyawarah jika ingin
meninggalkan ruang sidang karena suatu kepentingan.
6. Menghormati dan menghargai setiap pembicara yang sedang menggunakan
hak bicaranya.
7. Memelihara dan menjamin ketertiban selama berlangsungnya sidang-sidang
dalam MPPD

BAB III
TUGAS MUSYAWARAH PIMPINAN PARIPURNA DAERAH
Pasal 5
MPPD AMGPM mempunyai tugas :
1. Mengevaluasi program pelayanan dan Realisasi Anggaran Pendapatan dan
Belanja Pengurus Daerah pada tahun berjalan, serta kebijakan lain yang
ditetapkan MPPD sebelumnya.
2. Menetapkan program pelayanan dan APB tahun berikutnya serta berbagai
kebijakan organisasi.
3. Menetapkan keputusan-keputusan organisasi lainnya

PO 6 : TATA TERTIB MUSYAWARAH PIMPINAN PARIPURNA DAERAH AMGPM


132
BAB IV
PIMPINAN MUSYAWARAH
Pasal 6
1. MPPD AMGPM dipimpin oleh Pengurus Daerah
2. Sekretaris Daerah Angkatan Muda Gereja Protestan Maluku berfungsi sebagai
sekretaris persidangan.
3. Sidang-sidang Paripurna dipimpin oleh Pengurus Daerah AMGPM
4. Sidang – sidang Komisi dipimpin oleh seorang ketua, seorang wakil ketua dan
seorang sekertais komisi yang di tunjuk oleh pimpinan sidang.
5. Pengurus Daerah AMGPM wajib menghadiri sidang-sidang komisi sebagai
nara sumber sesuai dengan bidang tugasnya.

BAB. V
TUGAS DAN WEWENANG PIMPINAN MUSYAWARAH
Pasal 7
1. Mengundang dan memanggil peserta musyawarah untuk memulai sidang-
sidang
2. Mengatur urut-urutan pembicara dan menyimpulkan isi pembicaraan dalam
sidang-sidang pleno
3. Mengarahkan pembicaraan peserta sedemikian rupa sehingga tiba pada
pengambilan keputusan.
4. Menegur dan bila perlu mencabut hak bicara dari seorang pembicara apabila
pembicaraannya telah menyimpang dari pokok yang dibicarakan dan atau
menyinggung nama baik orang lain.
5. Membuka, menskors, mencabut kembali skors dan menutup Sidang – sidang
Paripurna.
6. Pimpinan Musyawarah bertanggung jawab terhadap kelancaran, ketertiban
dan keamanan penyelenggaraan Musyawarah Pimpinan Paripurna Daerah
AMGPM.

BAB VI
USUL – USUL TAMBAHAN
Pasal 8
Apabila ada suatu masalah baru di luar acara musyawarah diajukan oleh salah
satu peserta MPPD maka masalah tersebut baru dapat dibahas apabila didukung
oleh sekurang-kurangnya seperdua tambah satu peserta biasa yang hadir.

BAB VII
QORUM DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Pasal 9
1. Sidang-sidang Pleno dinyatakan sah, apabila dihadiri oleh lebih dari seperdua
jumlah Peserta biasa MPPD AMGPM

PO 6 : TATA TERTIB MUSYAWARAH PIMPINAN PARIPURNA DAERAH AMGPM


133
2. Dalam sidang pleno apabila kehadiran peserta musyawarah belum
mencukupi qorum sesuai ayat 1 diatas maka sidang diskors untuk jangka
waktu tertentu oleh pimpinan musyawarah dan kemudian dilanjutkan,
apabila masih terjadi peserta yang hadir belum mencukupi quorum juga,
maka sidang hanya dpt diskors maksimal tiga kali dan sesudah itu
musyawarah dapat dilanjutkan.
3. Pengambilan Keputusan dalam MPPD AMGPM dianggap sah apabila disetujui
oleh lebih dari ½ (satu perdua) peserta biasa yang hadir

Pasal 10
1. Pengambilan keputusan pada dasarnya diusahakan sejauh mungkin atas
dasar musyawarah untuk mufakat dan apabila dalam pengambilan keputusan
tidak tercapai mufakat, maka keputusan diambil berdasarkan pemungutan
suara terbanyak (voting).
2. Pengambilan keputusan menyangkut orang dilakukan secara tertutup,
sedangkan pengambilan keputusan menyangkut kebijakan dapat dilakukan
secara terbuka.

BAB VIII
LAIN – LAIN
Pasal 11
1. Hal – hal lain yang belum diatur dalam ketentuan Tata Tertib ini, akan diatur
kemudian oleh Pimpinan MPPD AMGPM sepanjang dirasa perlu dengan
mendengar usul dan meminta persetujuan peserta musyawarah.
2. Tata Tertib ini merupakan tata tertib baku, dan digunakan untuk pelaksanaan
MPPD AMGPM kecuali Musyawarah Pimpinan Paripurna AMGPM
menentukan yang lain.
3. Dengan ditetapkannya Tata tertib ini, maka segala keputusan mengenai Tata
Tertib MPPD AMGPM sebelumnya dinyatakan tidak berlaku lagi.
4. Tata tertib ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan

Ditetapkan di : Tifu-Waekonit, Buru Utara


Pada Tanggal : 26 Oktober 2016

MUSYAWARAH PIMPINAN PARIPURNA XXIX AMGPM


PENGURUS BESAR
SELAKU PIMPINAN SIDANG

Pdt. M. Takaria, M.Si Pdt. J. H. Paays, S.Si


Ketua Umum Sekretaris Umum

PO 6 : TATA TERTIB MUSYAWARAH PIMPINAN PARIPURNA DAERAH AMGPM


134
MEMORI PENJELASAN
TENTANG
TATA TERTIB MUSYAWARAH PIMPINAN PARIPURNA DAERAH AMGPM

BAB I
DASAR DAN SUSUNAN MUSYAWARAH PIMPINAN PARIPURNA DAERAH
Pasal 1
Ayat 1. Cukup Jelas
Ayat 2. Cukup Jelas
Ayat 3. Cukup Jelas
BAB II
PESERTA, HAK DAN KEWAJIBAN
Pasal 2
Ayat 1. Junto ART Bab IV. Pasal 12 Ayat 4
Ayat 2. Junto ART Bab IV. Pasal 12 Ayat 6
Pasal 3
Ayat 1. Juncto ART BAB IV Pasal 12 ayat 7
Ayat 2. Cukup Jelas
Ayat 3. Cukup Jelas
Ayat 4. Cukup Jelas
Ayat 5. Cukup Jelas
Ayat 6. Cukup Jelas
Ayat 7. Cukup Jelas
Ayat 8. Cukup Jelas
Pasal 4
Ayat 1. Cukup Jelas
Ayat 2. Cukup Jelas
Ayat 3. Cukup Jelas
Ayat 4. Cukup Jelas
Ayat 5. Cukup Jelas
Ayat 6. Cukup Jelas
Ayat 7. Cukup Jelas
BAB III
TUGAS MUSYAWARAH PIMPINAN PARIPURNA DAERAH
Pasal 5
Juncto ART Bab IV Pasal 12 ayat 10
BAB IV
PIMPINAN MUSYAWARAH
Pasal 6
Ayat 1. Juncto ART BAB IV Pasal 12 ayat 8
Ayat 2. Juncto ART BAB IV Pasal 12 ayat 9
Ayat 3. Cukup Jelas
Ayat 4. Cukup Jelas
PO 6 : TATA TERTIB MUSYAWARAH PIMPINAN PARIPURNA DAERAH AMGPM
135
Ayat 5. Cukup Jelas
BAB. V
TUGAS DAN WEWENANG PIMPINAN MUSYAWARAH
Pasal 7
Ayat 1. Cukup Jelas
Ayat 2. Cukup Jelas
Ayat 3. Cukup Jelas
Ayat 4. Cukup Jelas
Ayat 5. Cukup Jelas
Ayat 6. Cukup Jelas
BAB VI
USUL – USUL TAMBAHAN
Pasal 8. Cukup Jelas
BAB VII
QORUM DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Pasal 9
Ayat 1. Jika peserta biasa tidak memenuhi qorum maka Pengurus Besar dalam
kedudukannya sebagai penanggung jawab organisasi, mempunyai hak
untuk menyatakan apakah MPPD dapat dilanjutkan pelaksanaannya atau
tidak/ditunda untuk jangka waktu tertentu, dengan memperhatikan usul
saran dan pendapat peserta yang hadir Juncto ART Bab IV Pasal 12 ayat 5
Ayat 2. Cukup Jelas
Ayat 3. Cukup Jelas
Pasal 10
Ayat 1. Juncto AD Bab X Pasal 15 ayat 1
Ayat 2. Cukup Jelas
BAB VIII
LAIN – LAIN
Pasal 11
Ayat 1. Cukup Jelas
Ayat 2. Cukup Jelas
Ayat 3. Cukup Jelas
Ayat 4. Cukup Jelas

PO 6 : TATA TERTIB MUSYAWARAH PIMPINAN PARIPURNA DAERAH AMGPM


136
TATA TERTIB
KONFERENSI CABANG AMGPM

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
1. Konferensi Cabang Angkatan Muda Gereja Protestan Maluku yang selanjutnya
di sebut Konfercab AMGPM adalah pemegang kedaulatan tertinggi di tingkat
Cabang.
2. Di dalam melaksanakan seluruh aktivitasnya, Konferensi Cabang tetap berada
di bawah terang Pengakuan tentang Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juru
Selamat seperti yang disaksikan oleh Firman Allah di dalam Alkitab dan
berazaskan Pancasila, Tata Gereja, Gereja Protestan Maluku, Anggaran Dasar
dan Anggaran Rumah Tangga AMGPM.
3. Kedaulatan sepenuhnya berada di tangan peserta dan dilaksanakan oleh
Konferensi Cabang.
4. Penyelenggaraan Konferensi Cabang sepenuhnya menjadi tanggung jawab
Pengurus Cabang AMGPM.

BAB II
TUGAS DAN WEWENANG
Pasal 2
Kewenangan atau tugas Konferensi Cabang adalah
1. Menilai Laporan Pertanggung-jawaban Pengurus Cabang.
2. Mendengar Laporan Pengurus Ranting.
3. Menetapkan Garis-garis Besar Programtiga tahunan dan program kerja serta
APB tahun pertama periodesasi kepengurusan baru.
4. Memilih Pengurus Cabang.
5. Menetapkan Keputusan dan kebijakan organisasi lainnya.

BAB III
PESERTA
Pasal 3
1. Konferensi Cabang dihadiri oleh peserta biasa yang terdiri dari:
a. Pengurus Cabang.
b. Usan Ranting sebanyak 5 (lima) orang yang terdiri dari 3 (tigas) orang
Pengurus Ranting dan 2 (dua) orang Anggota Biasa yang ditunjuk oleh
Pengurus Ranting.
c. Ketua Majelis Jemaat atau 1(satu) orang unsur PH Majelis Jemaat
2. Selain peserta biasa sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 (satu) diatas,
Konferensi Cabang juga dihadiri oelh Peserta Luar Biasa yang terdiri dari :
a. Pengurus Daerah
b. Peninjau dari Ranting yang jumlahnya ditentukan oleh Pengurus Cabang
PO 6 : TATA TERTIB KONFERENSI CABANG AMGPM
137
c. Undangan lain yang ditetapkan Pengurus Cabang.

BAB IV
HAK DAN KEWAJIBAN PESERTA
Pasal 4
1. Hak Peserta:
a. Peserta Biasa mempunyai Hak Suara dan Hak Bicara
b. Pengurus Daerah dalam Kapasitas sebagai Pimpinan Organisasi di Daerah
mempunyai hak bicara baik diminta maupun tidak.
c. Undangan dan Peninjau hanya mempunyai Hak Bicara.
2. Kewajiban Peserta:
a. Peserta Biasa maupun Peserta Luar Biasa, wajib mentaati ketentuan yang
diatur di dalam Tata Tertib ini dan hal-hal lain yang diatur oleh Panitia
Pelaksana.
b. Peserta Biasa dan Peserta Luar Biasa berkewajiban menghadiri Sidang-
sidang Pleno dan Sidang-sidang Komisi.

BAB V
ALAT-ALAT KELENGKAPAN
Pasal 5
Konferensi Cabang mempunyai alat-alat kelengkapan yang disusun menurut
pengelompokan kegiatan sebagai berikut:
1. Pimpinan Konferensi Cabang
2. Majelis Ketua.
3. Sidang-sidang Pleno/ Paripurna.
4. Sidang-sidang Komisi.

Pasal 6
1. Pimpinan Konferensi Cabang adalah Pengurus Cabang AMGPM (ART Bab IV
pasal 13 ayat 7)
2. Sidang-sidang dalam Konfercab dipimpin oleh Pengurus Cabang sampai
terpilihnya Majelis Ketua,
Pasal 7
1. Majelis Ketua bertugas memimpin Sidang-sidang di dalam Konferensi Cabang.
2. Majelis Ketua sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari unsur
Pengurus Cabang 2 (dua) orang dan peserta biasa 3 (tiga orang) yang
ditetapkan dengan Keputusan Konferensi Cabang (ART Bab IV pasal 13 ayat
9)
3. Personil Majelis Ketua ditunjuk oleh Pengurus Cabang secara bijaksana dan
disahkan oleh Konfercab.
4. Sekretaris Konferensi Cabang adalah Sekretaris Pengurus Cabang AMGPM.

PO 6 : TATA TERTIB KONFERENSI CABANG AMGPM


138
5. Sekretaris Konferensi Cabang diwajibkan untuk membaca dan atau
melaporkan seluruh hasil keputusan Konferensi Cabang, sebelum sidang-
sidang pleno dalam Konferensi Cabang ditutup.
6. Wewenang Majelis Ketua di dalam Konferensi Cabang adalah:
a. Memanggil Peserta untuk menghadiri sidang-sidang, membuka dan
menskors Sidang-sidang Pleno.
b. Memimpin Sidang-sidang Pleno selama Konferensi Cabang berlangsung.
c. Menjaga kelancaran dan ketertiban dalam Sidang-sidang selama
Konferensi Cabang berlangsung.
d. Berusaha mempertemukan pendapat-pendapat yang berbeda,
menyimpulkan pembicaraan dan mendudukan persoalan yang sebenarnya
serta mengembalikan jalannya Sidang pada pokok pembicaraan.
e. Majelis Ketua memimpin sidang dalam Konferensi Cabang sampai pada
penetapan hasil kerja formatur, dan sesudah itu menyerahkan palu sidang
kepada Ketua dan Sekretaris Cabang terpilih untuk menutup sidang-sidang
pleno dalam Konferensi Cabang.

Pasal 8
1. Konferensi Cabang membentuk Komisi-komis kerja sesuai dengan kebutuhan.
2. Komisi-komisi kerja di dalam Konferensi Cabang, dapat membentuk Sub
Komisi menurut kebutuhan.
3. Komisi-komisi kerja Konferensi Cabang bertugas memusyawarahkan dan
mengambil keputusan mengenai hal-hal yang menjadi agenda Komisi dalam
ruang lingkup tugasnya.
4. Jumlah anggota Komisi sedapat mungkin disusun dan ditetapkan secara
berimbang oleh Majelis Ketua.
5. Majelis Ketua diwajibkan untuk menghadiri Sidang-sidang Komisi sebagai
Peserta Biasa.
6. Pimpinan Komisi di dalam Konferensi Cabang terdiri dari : seorang Ketua,
seorang wakil ketua dan seorang Sekretaris yang di tunjuk oleh Majelis Ketua

BAB VI
TATA CARA PEMILIHAN PENGURUS CABANG AMGPM
Pasal 9
1. Setiap Peserta Biasa mengajukan satu bakal calon Ketua Cabang dan satu
bakal calon Sekretaris Cabang pada masing-masing kertas suara yang telah
disediakan oleh Majelis Ketua.
2. Kertas Suara sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 (satu) diatas, memuat
nama satu orang bakal calon ketua cabang dan satu orang bakal calon
sekretaris cabang.
3. Proses perhitungan suara dilaksanakan secara terpisah dan di catat pada
papan perhitungan suara yang berbeda (satu papan untuk Bakal Calon Ketua
dan satu papan untuk bakal calon sekretaris)
PO 6 : TATA TERTIB KONFERENSI CABANG AMGPM
139
4. Bakal Calon Ketua Cabang dan Sekretaris Cabang yang memiliki suara
terbanyak ditetapkan sebagai calon untuk selanjutnya diuji dengan kriteria
dan dipilih dalam Konferensi Cabang.
5. Untuk melengkapi keseluruhan struktur Pengurus Cabang maka dibentuk tim
Formatur yang ditunjuk secara bijaksana oleh Majelis Ketua dengan
persetujuan peserta Konferensi Cabang
6. Seluruh fungsionaris yang akan ditunjuk / dipilih oleh formatur untuk
melengkapi struktur Pengurus Cabang adalah mereka yang mengikuti
Konferensi Cabang dan sesuai dengan kriteria yang ditetapkan oleh konfercab
7. Selanjutnya Kriteria, Prosedur Pencalonan dan Pemilihan Pengurus Cabang
AMGPM diatur tersendiri dalam komisi kerja Konferensi Cabang sesuai
ketentuan dalam AD/ART dan PO AMGPM

BAB. VII
TATA CARA BERBICARA
Pasal 10
1. Setiap Peserta Konferensi Cabang mempunyai Hak berbicara selama 3 (tiga)
menit dengan pokok pembicaraan yang jelas (kecuali untuk ceramah dan
Penelaan Alkitab diatur oleh moderator).
2. Sebelum babak pembicaraan dimulai, diadakan pendaftaran oleh Majelis
Ketua.
3. Pembicaraan di dalam setiap Sidang Pleno hanya dibuka 2 (dua) babak.
4. Hanya Pembicara pada babak pertama yang berhak berbicara pada babak
kedua dengan pokok pembicaraan yang sama.
5. Setiap pembicara yang hendak berbicara diwajibkan untuk berdiri.

Pasal 11
1. Peserta dapat mengajukan interupsi untuk meminta atau memberi penjelasan
tentang duduk persoalan yang sebenarnya dari masalah yang sementara
dibicarakan.
2. Interupsi hanya dapat dilakukan setelah diizinkan oleh Majelis Ketua.
3. Majelis Ketua berhak menghentikan interupsi apabila persoalannya sudah
jelas atau sudah menyinggung pribadi orang lain.

BAB VIII
QORUM DAN TATA CARA PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Pasal 12
1. Sidang-sidang Pleno dinyatakan sah, apabila dihadiri oleh lebih dari seperdua
jumlah Peserta Biasa Konferensi Cabang
2. Pengambilan Keputusan dalam Konferensi Cabang dianggap sah apabila
disetujui oleh lebih dari ½ (satu perdua) peserta biasa yang hadir

PO 6 : TATA TERTIB KONFERENSI CABANG AMGPM


140
Pasal 13
1. Pengambilan keputusan pada dasarnya diusahakan sejauh mungkin atas dasar
musyawarah untuk mufakat dan apabila dalam pengambilan keputrusan tidak
tercapai mufakat, maka keputusan diambil berdasarkan pemungutan suara
terbanyak.
2. Pengambilan keputusan menyangkut orang dilakukan secara tertutup,
sedangkan pengambilan keputusan menyangkut kebijakan dapat dilakukan
secara terbuka.

BAB IX LAIN-LAIN
Pasal 14
1. Tata Tertib ini merupakan Tata Tertib baku yang dipergunakan untuk
pelaksanan Kenferensi Cabang AMGPM
2. Tata Tertib ini dapat dirobah dan disempurnakan hanya oleh Lembaga
Legislatif AMGPM (Musyawarah Pimpinan Paripurna)
3. Segala sesuatu mengenai hal-hal teknis dalam Kenferensi Cabang yang belum
ditur di dalam Tata Tertib ini akan ditetapkan kemudian oleh Kenferensi
Cabang sepanjang tidak bertentangan dengan AD/ART, PO dan Tata Tertib
Konferensi Cabang AMGPM ini.

Pasal 15
1. Dengan dikeluarkan Tata Tertib ini maka semua keputusan yang terkait
dengan Tata Tertib Konferensi Cabang sebelumnya dinyatakan tidak berlaku.
2. Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : Tifu-Waekonit, Buru Utara


Pada Tanggal : 26 Oktober 2016

MUSYAWARAH PIMPINAN PARIPURNA XXIX AMGPM


PENGURUS BESAR
SELAKU PIMPINAN SIDANG

Pdt. M. Takaria, M.Si Pdt. J. H. Paays, S.Si


Ketua Umum Sekretaris Umum

PO 6 : TATA TERTIB KONFERENSI CABANG AMGPM


141
MEMORI PENJELASAN
TENTANG
TATA TERTIB KONFERENSI CABANG AMGPM

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Ayat 1. Dilaksanakan sesuai Anggaran Dasar AMGPM Bab IX Pasal 13 ayat 2G dan
Anggaran Rumah Tangga AMGPM Bab IV pasal 13.
Ayat 2. Juncto Mukadimah AD AMGPM
Ayat 3. Cukup Jelas
Ayat 4. Juncto ART Bab IV Pasal 13 ayat 7

BAB II
TUGAS DAN WEWENANG

Pasal 2. Juncto ART Bab IV Pasal 13 ayat 11

BAB III
PESERTA
Pasal 3
Ayat 1. Juncto ART Bab IV Pasal13 ayat 3
Ayat 2. Juncto ART Bab IV Pasal13 ayat 4

BAB IV
HAK DAN KEWAJIBAN PESERTA
Pasal 4
Ayat 1. Juncto ART Bab IV Pasal 13 Ayat 6
Ayat 2. Cukup Jelas
Ayat 3. Cukup Jelas
BAB V
ALAT-ALAT KELENGKAPAN
Pasal 5
Ayat 1. Cukup Jelas
Ayat 2. Cukup Jelas
Ayat 3. Cukup Jelas
Ayat 4. Cukup Jelas
Pasal 6
Ayat 1. Juncto ART Bab IV pasal 13 ayat 7
Ayat 2. Juncto ART Bab IV pasal 13 ayat 8

Pasal 7
Ayat 1. Cukup Jelas
PO 6 : TATA TERTIB KONFERENSI CABANG AMGPM
142
Ayat 2. Cukup Jelas
Ayat 3. Cukup Jelas
Ayat 4. Cukup Jelas
Ayat 5. Cukup Jelas
Ayat 6. Cukup Jelas
Pasal 8
Ayat 1. Cukup Jelas
Ayat 2. Cukup Jelas
Ayat 3. Cukup Jelas
Ayat 4. Cukup Jelas
Ayat 5. Cukup Jelas
Ayat 6. Cukup Jelas

BAB VI
TATA CARA PEMILIHAN PENGURUS CABANG AMGPM
Pasal 9
Ayat 1. “Masing-masing kertas suara”, terdapat dua kertas suara yaitu satu kertas
suara untuk bakal calon ketua cabang dan satu kertas suara untuk bakal
calon sekretaris cabang. Proses pemilihan ketua dan sekretaris cabang
bukan berdasarkan sistim paket. Proses pemilihan ketua cabang mulai
dari bakal calon sampai ketua cabang terpilih baru dilanjutkan dengan
pemilihan sekretaris cabang dari bakal calon sekretaris cabang sampai
sekretaris cabang terpilih
Ayat 2. Cukup Jelas
Ayat 3. Cukup Jelas
Ayat 4. Ketua cabang terpilih dan sekretaris cabang terpilih ditetapkan oleh
forum konfercab dengan dua keputusan atau masing-masing satu
keputusan.
Ayat 5. Cukup Jelas
Ayat 6. Selain kriteria untuk pemilihan ketua dan sekretaris cabang, konfercab
juga menetapkan kriteria yang akan dipakai oleh formatur didalam
melengkapi struktur pengurus cabang Junto ART Bab VI pasal 23 ayat 2
Ayat 7. Gukup Jelas
BAB. VII
TATA CARA BERBICARA
Pasal 10
Ayat 1. Cukup Jelas
Ayat 2. Cukup Jelas
Ayat 3. Cukup Jelas
Ayat 4. Cukup Jelas
Ayat 5. Cukup Jelas
Pasal 11
Ayat 1. Cukup Jelas
PO 6 : TATA TERTIB KONFERENSI CABANG AMGPM
143
Ayat 2. Cukup Jelas
Ayat 3. Cukup Jelas
BAB VIII
QORUM DAN TATA CARA PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Pasal 12
Ayat 1. Jika peserta biasa tidak memenuhi qorum maka Pengurus Daerah dalam
kedudukannya sebagai penanggung jawab organisasi pada tingkat
Daerah mempunyai hak untuk menyatakan apakah Konfercab dapat
dilanjutkan pelaksanaannya atau tidak/ditunda untuk jangka waktu
tertentu, dengan memperhatikan usul saran dan pendapat peserta yang
hadir Juncto ART Bab IV Pasal 13 ayat 5
Ayat 2. Cukup Jelas
Pasal 13
Ayat 1. Juncto AD Bab X Pasal 15 Ayat 1
Ayat 2. Cukup Jelas

BAB IX LAIN-LAIN
Pasal 14
Ayat 1. Cukup Jelas
Ayat 2. Cukup Jelas
Ayat 3. Cukup Jelas
Pasal 15
Ayat 1. Cukup Jelas
Ayat 2. Cukup Jelas

PO 6 : TATA TERTIB KONFERENSI CABANG AMGPM


144
TATA TERTIB
KONFERENSI CABANG ISTIMEWA AMGPM

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
1. Konferensi Cabang Istimewa Angkatan Muda Gereja Protestan Maluku adalah
pemegang kekuasaan tertinggi sama dengan konferensi cabang, yang
selanjutnya dalam tata tertib ini disebut Konfercab Istimewa.
2. Di dalam melaksanakan seluruh aktivitasnya, Konfercab Istimewa tetap
berada di bawah terang Pengakuan tentang Yesus Kristus sebagai Tuhan dan
Juru Selamat seperti yang disaksikan oleh Firman Allah di dalam Alkitab dan
berazaskan Pancasila, Tata Gereja, Gereja Protestan Maluku, Anggaran Dasar
dan Anggaran Rumah Tangga AMGPM serta Peraturan Organisasi AMGPM.
3. Kedaulatan sepenuhnya berada di tangan peserta dan dilaksanakan oleh
Konfercab Istimewa
4. Penyelenggaraan Konfercab Istimewa sepenuhnya menjadi tanggung jawab
Pengurus Cabang

BAB II
TUGAS DAN WEWENANG
Pasal 2
Kewenangan atau tugas Konfercab Istimewa adalah :
1. Mendengar Laporan pertanggungjawaban Pengurus Cabang dan atau pejabat
sementara /Care Taker Pengurus Cabang
2. Memilih dan menetapkan Pengurus Cabang Antar Waktu
3. Menetapkan Keputusan-keputusan lainnya.

BAB III
PESERTA
Pasal 3
Peserta Konfercab Istimewa , terdiri dari:
1. Peserta Biasa :
a. Pengurus Cabang non aktif
b. Utusan Ranting sebanyak 5 orang yang terdiri dari 3 orang Pengurus
Ranting dan 2 orang anggota biasa yang ditunjuk oleh pengurus cabang
c. Ketua Majelis Jemaat atau 1(satu) orang unsur PH MJ
2. Peserta Luar Biasa yang terdiri dari :
a. Pengurus Daerah
b. Peninjau dari Ranting yang ditetapkan oleh pengurus cabang atau Pejabat
sementara/Care Taker Pengurus Cabang
c. Undangan lainnya yang dianggap perlu oleh Penjabat sementara/care
taker Pengurus Cabang.
PO 6 : TATA TERTIB KONFERENSI CABANG ISTIMEWA AMGPM
145
BAB IV
HAK DAN KEWAJIBAN PESERTA
Pasal 4
1. Hak Peserta:
a. Peserta Biasa mempunyai hak suara dan hak bicara, kecuali Pimpinan
Gereja dan pengurus cabang yang usianya di atas 45 tahun, hanya
mempunyai hak bicara, hak suara dan hak memilih tetapi tidak
mempunyai hak dipilih
b. Pengurus Daerah mempunyai hak bicara baik diminta maupun tidak
diminta.
c. Peserta luar biasa mempunyai hak bicara.
2. Kewajiban Peserta:
a. Peserta Biasa maupun Peserta Luar Biasa, wajib mentaati ketentuan yang
diatur di dalam Tata Tertib ini dan hal-hal lain yang diatur oleh Panitia
Pelaksana.
b. Peserta Biasa dan Peserta Luar Biasa berkewajiban menghadiri Sidang-
sidang Pleno dan Sidang-sidang Komisi.

BAB V
ALAT-ALAT KELENGKAPAN
Pasal 5
Konfercab Istimewa mempunyai alat-alat kelengkapan yang disusun menurut
pengelompokan kegiatan sebagai berikut:
1. Pimpinan Konfercab Istimewa .
2. Majelis Ketua.
3. Sidang-sidang Pleno/ Paripurna.
4. Sidang-sidang Komisi.

Pasal 6
Pimpinan Konfercab Istimewa adalah Pengurus cabang atau Penjabat
sementara/Care Taker Pengurus Cabang AMGPM

Pasal 7
1. Majelis Ketua terdiri dari 5 (lima) orang, yaitu 2(dua) orang dari pengurus
cabang atau penjabat sementara/care taker Pengurus Cabang dan peserta
biasa 3 (tiga) orang yang ditetapkan dengan keputusan Konfercab Istimewa.
2. Majelis Ketua bertugas memimpin sidang-sidang di dalam Konfercab
Istimewa
3. Wewenang Majelis Ketua di dalam Konfercab Istimewa adalah:
a. Memanggil peserta untuk menghadiri sidang-sidang, membuka dan
menskors Sidang-sidang Pleno.
b. Memimpin Sidang-sidang Pleno selama Konfercab Istimewa berlangsung.

PO 6 : TATA TERTIB KONFERENSI CABANG ISTIMEWA AMGPM


146
c. Menjaga kelancaran dan ketertiban dalam Sidang-sidang selama
Konferensi Cabang Istimewa berlangsung.
d. Berusaha mempertemukan pendapat-pendapat yang berbeda,
menyimpulkan pembicaraan dan mendudukan persoalan yang sebenarnya
serta mengembalikan jalannya Sidang pada pokok pembicaraan.

Pasal 8
1. KonfercabIstimewa membentuk komisi-komis kerja sesuai dengan kebutuhan.
2. Komisi-komisi kerja di dalam Konfercab Istimewa dapat membentuk sub
komisi menurut kebutuhan.
3. Komisi-komisi bertugas memusyawarahkan dan mengambil keputusan
mengenai hal-hal yang menjadi agenda komisi dalam ruang lingkup tugas dan
tanggungjawabnya.
4. Jumlah anggota komisi sedapat mungkin disusun dan ditetapkan secara
berimbang oleh Majelis Ketua.
5. Majelis Ketua dapat turut menghadiri sidang-sidang komisi sebagai peserta
biasa.
6. Pimpinan komisi terdiri dari: seorang Ketua, seorang Sekretaris yang dipilih
oleh komisi secara musyawarah-mufakat

BAB VI
TATA CARA BERBICARA
Pasal 9
1. Setiap Peserta mempunyai hak berbicara selama 3 menit dengan pokok
pembicaraan yang jelas
2. Sebelum babak pembicaraan dimulai, Majelis Ketua berkewajiban melakukan
inventarisasi jumlah pembicara.
3. Pembicaraan di dalam setiap sidang pleno hanya dibuka 2 babak, kecuali
terhadap hal-hal yang bersifat prinsip dapat dibuka babak khusus dan harus
mendapat persetujuan sidang; dan hanya pembicara pada babak pertama
yang berhak berbicara pada babak kedua dengan pokok pembicaraan yang
sama.

Pasal 10
1. Peserta dapat mengajukan interupsi untuk meminta atau memberi penjelasan
tentang duduk persoalan yang sebenarnya dari masalah yang sementara
dibicarakan.
2. Interupsi hanya dapat dilakukan setelah diizinkan oleh Majelis Ketua.
3. Majelis Ketua berhak menghentikan interupsi apabila persoalannya sudah
jelas atau sudah menyinggung pribadi orang lain.

BAB VII
QORUM DAN TATA CARA PENGAMBILAN KEPUTUSAN
PO 6 : TATA TERTIB KONFERENSI CABANG ISTIMEWA AMGPM
147
Pasal 11
1. Sidang-sidang dinyatakan sah, apabila dihadiri oleh lebih dari seperdua
jumlah peserta biasa
2. Pengambilan Keputusan dalam Konfercab Istimewa dianggap sah apabila
disetujui oleh lebih dari ½ (satu perdua) peserta biasa yang hadir

Pasal 12
1. Pengambilan keputusan pada dasarnya diusahakan atas dasar musyawarah
untuk mufakat
2. Apabila musyawarah untuk mufakat tidak tercapai, maka keputusan diambil
berdasarkan pemungutan suara terbanyak.

BAB VIII
LAIN LAIN
Pasal 13
1. Hal-hal yang belum diatur dalam tata tertib ini akan diputuskan oleh
Konfercab Istimewa sepanjang tidak bertentangan dengan AD/ART dan PO
dan harus mendapat persetujuan peserta Konfercab istimewa
2. Tata Tertib ini merupakan tata tertib baku pelaksanaan Konfercab istimewa
AMGPM
3. Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : Tifu-Waekonit, Buru Utara


Pada Tanggal : 26 Oktober 2016

MUSYAWARAH PIMPINAN PARIPURNA XXIX AMGPM


PENGURUS BESAR
SELAKU PIMPINAN SIDANG

Pdt. M. Takaria, M.Si Pdt. J. H.. Paays, S.Si


Ketua Umum Sekretaris Umum

PO 6 : TATA TERTIB KONFERENSI CABANG ISTIMEWA AMGPM


148
MEMORI PENJELASAN
TENTANG
TATA TERTIB KONFERENSI CABANG ISTIMEWA AMGPM

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Ayat 1. Juncto ART Bab VI Pasal 13 ayat 10
Ayat 2. Juncto Mukadimah AD AMGPM
Ayat 3. Cukup Jelas
Ayat 4. Juncto ART Bab IV Pasal 13 ayat 7
BAB II
TUGAS DAN WEWENANG
Pasal 2
Ayat 1. Yang dimaksudkan dengan mendengar laporan pertanggungjawaban
Pengurus cabang dan atau pejabat sementara /Care Taker Pengurus
cabang adalah laporan yang berisikan informasi berkaitan sebab-sebab
dilaksanakannya konfercab istimewa
Ayat 2. Memilih ketua cabang dan atau sekretaris cabang dan atau melengkapi
struktur pengurus cabang untuk periode masa kepengurusan yang sama.
Jika konfercab Istimewa dilaksanakan dimana salah satu kewenangan dan
tugasnya adalah untuk memilih ketua cabang dan atau sekretaris
cabang, maka tata cara pemilihan mengacu kepada PO 6. Tata Tertib
Konfercab AMGPM Bab VI Pasal 9. Serta kriteria dan prosedur
pencalonan menggunakan hasil keputusan Konfercab terakhir.
Ayat 3. Cukup Jelas
BAB III
PESERTA
Pasal 3
Ayat 1. Juncto ART Bab IV pasal 13 ayat 3
Ayat 2 Juncto ART Bab IV pasal 13 ayat 4
BAB IV
HAK DAN KEWAJIBAN PESERTA
Pasal 4
Ayat 1. a Juncto ART Bab IV pasal 13 ayat 6
b. Cukup Jelas
c. Cukup Jelas
Ayat 2 Cukup Jelas
BAB V
ALAT-ALAT KELENGKAPAN
Pasal 5
Ayat 1. Cukup Jelas
Ayat 2. Cukup Jelas
PO 6 : TATA TERTIB KONFERENSI CABANG ISTIMEWA AMGPM
149
Ayat 3. Cukup Jelas
Ayat 4. Cukup Jelas
Pasal 6
Junto ART Bab IV Pasal 13 Ayat 7
Pasal 7.
Ayat 1. Mekanisme pemilihan majelis ketua dipilih oleh pengurus cabang atau
penjabat sementara/care taker Pengurus Cabang dengan bijaksana yang
terdiri dari 5 (lima) orang masing-masing 2 (dua) orang dari pengurus
cabang dan 3 (tiga) orang dari peserta biasa dan ditetapkan oleh
konfercab Istimewa.
Ayat 2. Juncto ART Bab IV Pasal 13 ayat 8
Ayat 3. Cukup Jelas
Pasal 8
Ayat 1. Cukup Jelas
Ayat 2. Cukup Jelas
Ayat 3. Cukup Jelas
Ayat 4. Cukup Jelas
Ayat 5. Cukup Jelas
Ayat 6. Cukup Jelas
BAB VI
TATA CARA BERBICARA
Pasal 9
Ayat 1. Cukup Jelas
Ayat 2. Cukup Jelas
Ayat 3. Cukup Jelas
Pasal 10
Ayat 1. Cukup Jelas
Ayat 2. Cukup Jelas
Ayat 3. Cukup Jelas
BAB VII
QORUM DAN TATA CARA PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Pasal 11
Ayat 1. Jika peserta biasa tidak memenuhi qorum maka Pengurus Daerah dalam
kedudukannya sebagai penanggung jawab organisasi pada tingkat Daerah
mempunyai hak untuk menyatakan apakah Konfercab Istimewa dapat
dilanjutkan pelaksanaannya atau tidak/ditunda untuk jangka waktu
tertentu, dengan memperhatikan usul saran dan pendapat peserta yang
hadir Juncto ART Bab IV Pasal 13 ayat 5
Ayat 2. Cukup Jelas
Pasal 12
Ayat 1. Juncto AD Bab X Pasal 15 ayat 1
Ayat 2. Cukup Jelas

PO 6 : TATA TERTIB KONFERENSI CABANG ISTIMEWA AMGPM


150
BAB VIII
LAIN LAIN
Pasal 13
Ayat 1. Cukup Jelas
Ayat 2. Cukup Jelas
Ayat 3. Cukup Jelas

PO 6 : TATA TERTIB KONFERENSI CABANG ISTIMEWA AMGPM


151
TATA TERTIB
MUSYAWARAH PIMPINAN PARIPURNA CABANG AMGPM

BAB I
DASAR DAN SUSUNAN MUSYAWARAH PIMPINAN PARIPURNA CABANG
Pasal 1
1. Musyawarah Pimpinan Paripurna Cabang Angkatan Muda Gereja Protestan
Malukuselanjutnya disingkat MPPC AMGPM dilaksanakan berdasarkan :
a. Anggaran Dasar AMGPM Bab IX Pasal 14 ayat 2 g
b. Anggaran Rumah Tangga AMGPM Bab IV Pasal 14
2. Susunan MPPC AMGPM terdiri dari :
a. Sidang-sidang paripurna
b. Sidang-sidang komisi
3. Dengan dasar sebagaimana diatas, maka disusunlah Tata Tertib MPPC
AMGPM

BAB II
PESERTA, HAK DAN KEWAJIBAN
Pasal 2
1. MPPC AMGPM dihadiri oleh peserta biasa terdiri dari :
a. Pengurus Cabang
b. Utusan Ranting sebanyak 3 (tiga) orang terdiri dari Ketua, Sekretaris dan 1
(satu) orang anggota biasa yang ditunjuk oleh Pengurus Ranting.
c. Ketua Majelis Jemaat atau 1 (satu) orang unsur PHMJ
2. Selain peserta biasa sebagaimana tersebut pada ayat (1) pasal ini
Musyawarah Pimpinan Paripurna Cabang juga dihadiri oleh peserta luar biasa
yang terdiri dari :
a. Unsur Pengurus Daerah
b. Peninjau dari Ranting yang jumlahnya ditentukan oleh Pengurus Cabang
c. Undangan lain yang ditetapkan Pengurus Cabang

Pasal 3
Hak Peserta MPPC AMGPM adalah :
1. Peserta biasa MPPC AMGPM mempunyai hak suara dan hak bicara
2. Peserta luar biasa hanya mempunyai hak bicara
3. Peserta yang hendak berbicara diharuskan mendaftarkan diri, dan ketika
berbicara diwajibkan berdiri serta berbicara dengan singkat, tegas dan jelas
pada maksud dan tujuan pembicaraan
4. Setiap pembicara hanya diberikan kesempatan menggunakan hak bicaranya
selama 3 menit setelah dipersilahkan oleh pimpinan musyawarah.
5. Pemandangan umum atau tanggapan terhadap setiap masalah yang
disampaikan hanya disediakan dua babak.

PO 6 : TATA TERTIB MUSYAWARAH PIMPINAN PARIPURNA CABANG AMGPM


152
6. Hanya pembicara pada babak pertama yang dapat berbicara pada babak
kedua dengan pokok pembicaraan yang sama.
7. Bila suatu masalah tidak dapat disepakati pada babak pertama dan babak
kedua maka dapat dibuka babak terakhir untuk membahas masalah tersebut,
atas persetujuan peserta biasa.
8. Hak Interupsi dapat dimanfaatkan untuk hal – hal tertentu antara lain :
a. Point Of Clarification ( Menjernihkan pokok masalah yg sedang
dibicarakan )
b. Point Of Order ( Usul atau saran untuk meletakkan permasalahan sesuai
aturan )
c. Point Of Privilege ( Menyinggung perasaan orang lain )
d. Point Of Information ( Menyampaikan Informasi )

Pasal 4
Setiap peserta MPPC AMGPM mempunyai kewajiban adalah :
1. Mentaati tata tertib ini dan semua ketentuan yang ditetapkan oleh
Musyawarah Pimpinan Paripurna Cabang.
2. Mengikuti seluruh acara musyawarah dengan penuh rasa tanggungjawab
3. Menghadiri sidang-sidang 15 (lima belas) menit sebelum sidang dimulai dan
mengambil bagian dalam semua kegiatan/acara selama berlangsungnya MPPC
4. Menandatangani daftar hadir setiap kali menghadiri sidang.
5. Meminta izin secara tertulis dari pimpinan musyawarah jika ingin
meninggalkan ruang sidang karena suatu kepentingan.
6. Menghormati dan menghargai setiap pembicara yang sedang menggunakan
hak bicaranya.
7. Memelihara dan menjamin ketertiban selama berlangsungnya sidang-sidang
dalam MPPC

BAB III
TUGAS MUSYAWARAH PIMPINAN PARIPURNA CABANG
Pasal 5
MPPC AMGPM mempunyai tugas :
1. Mengevaluasi program pelayanan dan Realisasi Anggaran Pendapatan dan
Belanja Pengurus Cabang pada tahun berjalan, serta kebijakan lain yang
ditetapkan MPPC sebelumnya.
2. Menetapkan program pelayanan dan APB tahun berikutnya serta berbagai
kebijakan organisasi.
3. Menetapkan keputusan-keputusan organisasi lainnya

BAB IV
PIMPINAN MUSYAWARAH
Pasal 6
1. MPPC AMGPM dipimpin oleh Pengurus Cabang
PO 6 : TATA TERTIB MUSYAWARAH PIMPINAN PARIPURNA CABANG AMGPM
153
2. Sekretaris Cabang AMGPM berfungsi sebagai sekretaris musyawarah /
sekretaris persidangan.
3. Sidang-sidang Paripurna dipimpin oleh Pengurus Cabang AMGPM
4. Sidang – sidang Komisi dipimpin oleh seorang ketua, seorang wakil ketua dan
seorang sekretaris komisi yang di tunjuk oleh pimpinan sidang.
5. Pengurus Cabang AMGPM wajib menghadiri sidang-sidang komisi sebagai
nara sumber sesuai dengan bidang tugasnya.

BAB. V
TUGAS DAN WEWENANG PIMPINAN MUSYAWARAH
Pasal 7
1. Mengundang dan memanggil peserta musyawarah untuk memulai sidang-
sidang
2. Mengatur urut-urutan pembicara dan menyimpulkan isi pembicaraan dalam
sidang-sidang pleno
3. Mengarahkan pembicaraan peserta sedemikian rupa sehingga tiba pada
pengambilan keputusan.
4. Menegur dan bila perlu mencabut hak bicara dari seorang pembicara apabila
pembicaraannya telah menyimpang dari pokok yang dibicarakan dan atau
menyinggung nama baik orang lain.
5. Membuka, menskors, mencabut kembali skors dan menutup Sidang – sidang
Paripurna.
6. Pimpinan Musyawarah bertanggung jawab terhadap kelancaran, ketertiban
dan keamanan penyelenggaraan Musyawarah Pimpinan Paripurna Cabang
AMGPM.

BAB VI
USUL – USUL TAMBAHAN
Pasal 8
Apabila ada suatu masalah baru di luar acara musyawarah diajukan oleh salah
satu peserta maka masalah tersebut baru dapat dibahas apabila didukung oleh
sekurang-kurangnya seperdua tambah satu peserta biasa yang hadir.

BAB VII
QORUM DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Pasal 9
1. Sidang-sidang Pleno dinyatakan sah, apabila dihadiri oleh lebih dari seperdua
jumlah Peserta Musyawarah Pimpinan Paripurna Cabang (MPPC)
2. Pengambilan Keputusan dalam MPPC dianggap sah apabila disetujui oleh
lebih dari ½ (satu perdua) peserta biasa yang hadir.

Pasal 10

PO 6 : TATA TERTIB MUSYAWARAH PIMPINAN PARIPURNA CABANG AMGPM


154
1. Pengambilan keputusan pada dasarnya diusahakan sejauh mungkin atas dasar
musyawarah untuk mufakat dan apabila dalam pengambilan keputusan tidak
tercapai mufakat, maka keputusan diambil berdasarkan pemungutan suara
terbanyak (voting).
2. Pengambilan keputusan menyangkut orang dilakukan secara tertutup,
sedangkan pengambilan keputusan menyangkut kebijakan dapat dilakukan
secara terbuka.

BAB VIII
LAIN – LAIN
Pasal 11
1. Hal – hal lain yang belum diatur dalam ketentuan Tata Tertib ini, akan diatur
kemudian oleh Pimpinan Musyawarah sepanjang dirasa perlu dengan
mendengar usul dan atau meminta persetujuan peserta musyawarah.
2. Tata Tertib ini merupakan tata tertib baku, dan digunakan untuk pelaksanaan
MPPC kecuali MPPC AMGPM menentukan yang lain.
3. Dengan ditetapkannya Tata tertib ini, maka segala keputusan mengenai Tata
Tertib MPPC AMGPM sebelumnya dinyatakan tidak berlaku lagi
4. Tata tertib ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan

Ditetapkan di : Tifu-Waekonit, Buru Utara


Pada Tanggal : 26 Oktober 2016

MUSYAWARAH PIMPINAN PARIPURNA XXIX AMGPM


PENGURUS BESAR
SELAKU PIMPINAN SIDANG

Pdt. M. Takaria, M.Si Pdt. J. H. Paays, S.Si


Ketua Umum Sekretaris Umum

PO 6 : TATA TERTIB MUSYAWARAH PIMPINAN PARIPURNA CABANG AMGPM


155
MEMORI PENJELASAN
TENTANG
TATA TERTIB MUSYAWARAH PIMPINAN PARIPURNA CABANG AMGPM
BAB I
DASAR DAN SUSUNAN MUSYAWARAH PIMPINAN PARIPURNA CABANG
Pasal 1
Ayat 1. Cukup Jelas
Ayat 2. Cukup Jelas
Ayat 3. Cukup Jelas
BAB II
PESERTA, HAK DAN KEWAJIBAN
Pasal 2
Ayat 1 point a dan b cukup jelas,
point c, Junto AD BAB VII pasal 12 ayat 3 dan 4, namun
kenyataannya ada terdapat cabang yang terdiri dari beberapa
jemaat,khusus untuk cabang yang terdiri dari beberapa jemaat untuk
ayat 3 point c ini, maka yang menjadi peserta biasa adalah semua
ketua majelis jemaat dalam cabang tersebut dan tidak dapat diwakili
Ayat 2. Cukup Jelas
Pasal 3
Ayat 1. Juncto ART BAB IV Pasal 14 ayat 7
Ayat 2. Cukup Jelas
Ayat 3. Cukup Jelas
Ayat 4. Cukup Jelas
Ayat 5. Cukup Jelas
Ayat 6. Cukup Jelas
Ayat 7. Cukup Jelas
Ayat 8. Cukup Jelas
Pasal 4
Ayat 1. Cukup Jelas
Ayat 2. Cukup Jelas
Ayat 3. Cukup Jelas
Ayat 4. Cukup Jelas
Ayat 5. Cukup Jelas
Ayat 6. Cukup Jelas
Ayat 7. Cukup Jelas
BAB III
TUGAS MUSYAWARAH PIMPINAN PARIPURNA CABANG
Pasal 5
Juncto ART Bab IV Pasal 14 ayat 10
Ayat 1. Cukup Jelas
Ayat 2. Cukup Jelas
Ayat 3. Cukup Jelas
PO 6 : TATA TERTIB MUSYAWARAH PIMPINAN PARIPURNA CABANG AMGPM
156
BAB IV
PIMPINAN MUSYAWARAH
Pasal 6
Ayat 1. Juncto ART Bab IV Pasal 14 ayat 8 dan 9
Ayat 2. Cukup Jelas
Ayat 3. Cukup Jelas
Ayat 4. Cukup Jelas
Ayat 5. Cukup Jelas
BAB. V
TUGAS DAN WEWENANG PIMPINAN MUSYAWARAH
Pasal 7
Ayat 1. Cukup Jelas
Ayat 2. Cukup Jelas
Ayat 3. Cukup Jelas
Ayat 4. Cukup Jelas
Ayat 5. Cukup Jelas
Ayat 6. Cukup Jelas
BAB VI
USUL – USUL TAMBAHAN

Pasal 8. Cukup Jelas


BAB VII
QORUM DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Pasal 9
Ayat 1. Jika peserta biasa tidak memenuhi qorum maka Pengurus Daerah dalam
kedudukannya sebagai penanggung jawab organisasi pada tingkat
Daerah mempunyai hak untuk menyatakan apakah MPPC dapat
dilanjutkan pelaksanaannya atau tidak/ditunda untuk jangka waktu
tertentu, dengan memperhatikan usul saran dan pendapat peserta yang
hadir Juncto ART Bab IV Pasal 14 ayat 5
Ayat 2. Cukup Jelas
Pasal 10

Ayat 1. Juncto AD Bab X Pasal 15 ayat 1


Ayat 2. Cukup Jelas
BAB VIII
LAIN – LAIN
Pasal 11
Ayat 1. Cukup Jelas
Ayat 2. Cukup Jelas
Ayat 3. Cukup Jelas
Ayat 4. Cukup Jelas

PO 6 : TATA TERTIB MUSYAWARAH PIMPINAN PARIPURNA CABANG AMGPM


157
TATA TERTIB
RAPAT RANTING AMGPM

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
1. Rapat Ranting Angkatan Muda Gereja Protestan Maluku adalah pemegang
kedaulatan tertinggi di tingkat Ranting, dan dilaksanakan sesuai Anggaran
Dasar AMGPM Bab IX Pasal 14 ayat 2g dan Anggaran Rumah Tangga AMGPM
Bab IV pasal 15.
2. Di dalam melaksanakan seluruh aktivitasnya, Rapat Ranting tetap berada di
bawah terang Pengakuan tentang Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juru
Selamat seperti yang disaksikan oleh Firman Allah di dalam Alkitab dan
berazaskan Pancasila, Tata Gereja, Gereja Protestan Maluku, Anggaran Dasar
dan Anggaran Rumah Tangga AMGPM.
3. Kedaulatan sepenuhnya berada di tangan peserta dan dilaksanakan oleh
Rapat Ranting.
4. Penyelenggaraan Rapat Ranting sepenuhnya menjadi tanggung jawab
Pengurus Ranting AMGPM.

BAB II
TUGAS DAN WEWENANG
Pasal 2
Kewenangan atau tugas Rapat Ranting adalah
1. Menilai Laporan Pertanggung-jawaban Pengurus Ranting
2. Menetapkan Garis-Garis Besar Pokok Program dua tahunan dan program
kerja serta APB tahun pertama periodesasi kepengurusan baru.
3. Memilih Pengurus Ranting.
4. Menetapkan Keputusan dan kebijakan organisasi lainnya.

BAB III
PESERTA
Pasal 3
1. Rapat Ranting dihadiri oleh peserta biasa yang terdiri dari:
a. Pengurus Ranting.
b. Semua Anggota Biasa Ranting yang terdaftar di Ranting
d. Ketua Bakopel atau 1 (satu) orang unsur majelis sektor
2. Selain peserta biasa sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 (satu) diatas, Rapat
Ranting juga dihadiri oleh Peserta Luar Biasa yang terdiri dari :
a. Unsur Pengurus Cabang
b. Calon anggota AMGPM di Ranting
c. Undangan lain yang ditetapkan Pengurus Ranting.

PO 6 : TATA TERTIB RAPAT RANTING AMGPM


158
BAB IV
HAK DAN KEWAJIBAN PESERTA
Pasal 4
1. Hak Peserta:
a. Peserta Biasa mempunyai Hak Suara dan Hak Bicara, kecuali Pimpinan
Gereja dan pengurus Ranting yang usianya di atas 45 tahun, hanya
mempunyai hak bicara dan memilih, tetapi tidak mempunyai hak untuk
dipilih.
b. Pengurus Cabang dalam Kapasitas sebagai Pimpinan Organisasi di tingkat
Cabang mempunyai hak bicara baik diminta maupun tidak.
c. Undangan dan Peninjau hanya mempunyai Hak Bicara.
2. Kewajiban Peserta:
a. Peserta Biasa maupun Peserta Luar Biasa, wajib mentaati ketentuan yang
diatur di dalam Tata Tertib ini dan hal-hal lain yang diatur oleh Panitia
Pelaksana.
b. Peserta Biasa dan Peserta Luar Biasa berkewajiban menghadiri Sidang-
sidang Pleno dan Sidang-sidang Komisi.

BAB V
ALAT-ALAT KELENGKAPAN
Pasal 5
Rapat Ranting mempunyai alat-alat kelengkapan yang disusun menurut
pengelompokan kegiatan sebagai berikut:
1. Pimpinan Rapat Ranting.
2. Majelis Ketua.
3. Sidang-sidang Pleno/ Paripurna.
4. Sidang-sidang Komisi.

Pasal 6
1. Pimpinan Rapat Ranting adalah Pengurus Ranting AMGPM
2. Sidang-sidang dalam Rapat Ranting dipimpin oleh Pengurus Ranting sampai
terpilihnya Majelis Ketua,

Pasal 7
1. Majelis Ketua bertugas memimpin Sidang-sidang di dalam Rapat Ranting
2. Majelis Ketua sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari unsur
Pengurus Ranting 2 (dua) orang dan peserta biasa 3 (tiga orang)
3. Personil Majelis Ketua ditunjuk oleh Pengurus Ranting secara bijaksana dan
disahkan oleh Rapat Ranting.
4. Sekretaris persidangan Rapat Ranting adalah Sekretaris Ranting AMGPM.
5. Sekretaris Persidangan diwajibkan untuk membaca dan atau melaporkan
seluruh hasil keputusan Rapat Ranting, sebelum sidang-sidang pleno dalam
Rapat Ranting ditutup.
PO 6 : TATA TERTIB RAPAT RANTING AMGPM
159
6. Wewenang Majelis Ketua di dalam Rapat Ranting adalah:
a. Memanggil Peserta untuk menghadiri sidang-sidang, membuka dan
menskors Sidang-sidang Pleno.
b. Memimpin Sidang-sidang Pleno selama Rapat Ranting berlangsung.
c. Menjaga kelancaran dan ketertiban dalam Sidang-sidang selama Rapat
Ranting berlangsung.
d. Berusaha mempertemukan pendapat-pendapat yang berbeda,
menyimpulkan pembicaraan dan mendudukan persoalan yang sebenarnya
serta mengembalikan jalannya Sidang pada pokok pembicaraan.
e. Majelis Ketua memimpin sidang dalam Rapat Ranting sampai pada
penetapan hasil kerja formatur, dan sesudah itu menyerahkan palu sidang
kepada Ketua dan Sekretaris Ranting terpilih untuk menutup sidang-
sidang pleno dalam Rapat Ranting.

Pasal 8
1. Rapat Ranting membentuk Komisi-komisi kerja sesuai dengan kebutuhan.
2. Komisi-komisi kerja di dalam Rapat Ranting, dapat membentuk Sub Komisi
menurut kebutuhan.
3. Komisi-komisi kerja Rapat Ranting bertugas memusyawarahkan dan
mengambil keputusan mengenai hal-hal yang menjadi agenda Komisi dalam
ruang lingkup tugasnya.
4. Jumlah anggota Komisi sedapat mungkin disusun dan ditetapkan secara
berimbang oleh Majelis Ketua.
5. Majelis Ketua diwajibkan untuk menghadiri Sidang-sidang Komisi sebagai
Peserta Biasa.
6. Pimpinan Komisi di dalam Rapat Ranting terdiri dari : seorang Ketua, seorang
wakil ketua dan seorang Sekretaris yang di tunjuk oleh Majelis Ketua

BAB VI
TATA CARA PEMILIHAN PENGURUS RANTING AMGPM
Pasal 9
1. Setiap Peserta Biasa mengajukan satu bakal calon Ketua Ranting dan satu
bakal calon Sekretaris Ranting pada masing-masing kertas suara yang telah
disediakan oleh Majelis Ketua.
2. Kertas Suara sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 (satu) diatas, memuat
nama satu orang bakal calon ketua ranting dan satu orang bakal calon
sekretaris ranting.
3. Proses perhitungan suara dilaksanakan secara terpisah dan di catat pada
papan perhitungan suara yang berbeda (satu papan untuk Bakal Calon Ketua
dan satu papan untuk bakal calon sekretaris)
4. Bakal Calon Ketua ranting dan Sekretaris ranting yang memiliki suara
terbanyak ditetapkan sebagai calon untuk selanjutnya diuji dan dipilih dalam
Rapat Ranting.
PO 6 : TATA TERTIB RAPAT RANTING AMGPM
160
5. Untuk melengkapi keseluruhan struktur Pengurus ranting maka dibentuk tim
Formatur yang ditunjuk secara bijaksana oleh Majelis Ketua dengan
persetujuan peserta Rapat Ranting
6. Seluruh fungsionaris yang akan ditunjuk / dipilih oleh formatur untuk
melengkapi struktur Pengurus Ranting adalah mereka yang mengikuti Rapat
Ranting sesuai dengan kriteria yang ditetapan oleh rapat ranting
7. Selanjutnya Kriteria, Prosedur Pencalonan dan Pemilihan Pengurus Ranting
AMGPM diatur tersendiri dalam komisi kerja Rapat Ranting sesuai ketentuan
dalam AD/ART dan PO AMGPM

BAB. VII
TATA CARA BERBICARA
Pasal 10
1. Setiap Peserta Rapat Ranting mempunyai Hak berbicara selama 3 (tiga) menit
dengan pokok pembicaraan yang jelas (kecuali untuk ceramah dan Penelaan
Alkitab diatur oleh moderator).
2. Sebelum babak pembicaraan dimulai, diadakan pendaftaran oleh Majelis
Ketua.
3. Pembicaraan di dalam setiap Sidang Pleno hanya dibuka 2 (dua) babak.
4. Hanya Pembicara pada babak pertama yang berhak berbicara pada babak
kedua dengan pokok pembicaraan yang sama.
5. Setiap pembicara yang hendak berbicara diwajibkan untuk berdiri.

Pasal 11
1. Peserta dapat mengajukan interupsi untuk meminta atau memberi penjelasan
tentang duduk persoalan yang sebenarnya dari masalah yang sementara
dibicarakan.
2. Interupsi hanya dapat dilakukan setelah diizinkan oleh Majelis Ketua.
3. Majelis Ketua berhak menghentikan interupsi apabila persoalannya sudah
jelas atau sudah menyinggung pribadi orang lain.

BAB VIII
QORUM DAN TATA CARA PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Pasal 12
1. Sidang-sidang Pleno dinyatakan sah (qorum), apabila dihadiri oleh lebih dari
seperdua jumlah Peserta Biasa Rapat Ranting.
2. Pengambilan Keputusan dalam Rapat Ranting dianggap sah apabila disetujui
oleh lebih dari ½ (satu perdua) peserta biasa yang hadir

Pasal 13
1. Pengambilan keputusan pada dasarnya diusahakan sejauh mungkin atas dasar
musyawarah untuk mufakat dan apabila dalam pengambilan keputusan tidak

PO 6 : TATA TERTIB RAPAT RANTING AMGPM


161
tercapai mufakat, maka keputusan diambil berdasarkan pemungutan suara
terbanyak.
2. Pengambilan keputusan menyangkut orang dilakukan secara tertutup,
sedangkan pengambilan keputusan menyangkut kebijakan dapat dilakukan
secara terbuka.

BAB IX. LAIN-LAIN


Pasal 14
1. Tata Tertib ini merupakan Tata Tertib baku yang dipergunakan untuk
pelaksanan Rapat Ranting AMGPM
2. Tata Tertib ini dapat dirobah dan disempurnakan hanya oleh Lembaga
Legislatif (Musyawarah Pimpinan Paripurna)
3. Segala sesuatu mengenai hal-hal teknis dalam Rapat Ranting yang belum ditur
di dalam Tata Tertib ini akan di tetapkan kemudian oleh Rapat Ranting
sepanjang tidak bertentangan dengan AD/ART, PO dan TATIB Rapat Ranting
AMGPM ini.

Pasal 15
1. Dengan dikeluarkan Tata Tertib ini maka semua keputusan yang terkait
dengan Tata Tertib Rapat Ranting yang selama ini dipergunakan dinyatakan
tidak berlaku.
2. Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : Tifu-Waekonit, Buru Utara


Pada Tanggal : 26 Oktober 2016

MUSYAWARAH PIMPINAN PARIPURNA XXIX AMGPM


PENGURUS BESAR
SELAKU PIMPINAN SIDANG

Pdt. M. Takaria, M.Si Pdt. J. H. Paays, S.Si


Ketua Umum Sekretaris Umum

PO 6 : TATA TERTIB RAPAT RANTING AMGPM


162
MEMORI PENJELASAN
TENTANG
TATA TERTIB RAPAT RANTING AMGPM

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Ayat 1. Cukup Jelas
Ayat 2. Cukup Jelas
Ayat 3. Cukup Jelas
Ayat 4. Cukup Jelas
BAB II
TUGAS DAN WEWENANG
Pasal 2. Juncto ART Bav IV Pasal 15 ayat 11

BAB III
PESERTA
Pasal 3
Ayat 1. Juncto ART Pasal 15 ayat 3
Ayat 2. Juncto ART Pasal 15 ayat 4

BAB IV
HAK DAN KEWAJIBAN PESERTA
Pasal 4
Ayat 1. Juncto ART Ba IV pasal 15 ayat 6
Ayat 2. Cukup Jelas
Ayat 3. Cukup Jelas
BAB V
ALAT-ALAT KELENGKAPAN
Pasal 5
Ayat 1. Cukup Jelas
Ayat 2. Cukup Jelas
Ayat 3. Cukup Jelas
Ayat 4. Cukup Jelas
Pasal 6

Ayat 1. Juncto ART Bab IV Pasal 15 Ayat 7


Ayat 2. Juncto ART Bab IV Pasal 15 Ayat 8

Pasal 7
Ayat 1. Cukup Jelas
Ayat 2. Cukup Jelas
Ayat 3. Cukup Jelas
PO 6 : TATA TERTIB RAPAT RANTING AMGPM
163
Ayat 4. Cukup Jelas
Ayat 5. Cukup Jelas
Ayat 6. Cukup Jelas
Pasal 8
Ayat 1. Cukup Jelas
Ayat 2. Cukup Jelas
Ayat 3. Cukup Jelas
Ayat 4. Cukup Jelas
Ayat 5. Cukup Jelas
Ayat 6. Cukup Jelas
BAB VI
TATA CARA PEMILIHAN PENGURUS RANTING AMGPM
PASAL 9
Ayat 1. Masing-masing kertas suara”, terdapat dua kertas suara yaitu satu kerta
suara untuk bakal calon ketua ranting dan satu kertas suara untuk bakal
calon sekretaris ranting. Proses pemilihan ketua dan sekretaris Ranting
bukan berdasarkan sistim paket. Proses pemilihan ketua Ranting mulai
dari bakal calon sampai ketua Ranting terpilih baru dilanjutkan dengan
pemilihan sekretaris Ranting dari bakal calon sekretaris Ranting sampai
sekretaris Ranting terpilih
Ayat 2. Cukup Jelas
Ayat 3. Cukup Jelas
Ayat 4. KetuaRanting terpilih dan sekretaris Ranting terpilih ditetapkan oleh
forum Rapat Ranting dengan dua keputusan atau masing-masing satu
keputusan.
Ayat 5. Cukup Jelas
Ayat 6. Selain kriteria untuk pemilihan ketua dan sekretaris Ranting, Rapat
Ranting juga menetapkan kriteria yang akan dipakai oleh formatur
didalam melengkapi struktur pengurus Ranting Junto ART Bab VI Pasal
24 ayat 4
Ayat 7. Cukup Jelas
BAB. VII
TATA CARA BERBICARA
Pasal 10
Ayat 1. Cukup Jelas
Ayat 2. Cukup Jelas
Ayat 3. Cukup Jelas
Ayat 4. Cukup Jelas
Ayat 5. Cukup Jelas
Pasal 11
Ayat 1. Cukup Jelas
Ayat 2. Cukup Jelas
Ayat 3. Cukup Jelas
PO 6 : TATA TERTIB RAPAT RANTING AMGPM
164
BAB VIII
QORUM DAN TATA CARA PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Pasal 12
Ayat 1. Jika peserta biasa tidak memenuhi qorum maka Pengurus Cabang dalam
kedudukannya sebagai penanggung jawab organisasi pada tingkat
Cabang mempunyai hak untuk menyatakan apakah Rapat Ranting dapat
dilanjutkan pelaksanaannya atau tidak/ditunda untuk jangka waktu
tertentu, dengan memperhatikan usul saran dan pendapat peserta yang
hadir Juncto ART Bab IV Pasal 15 Ayat 5
Ayat 2. Juncto AD Bab X Pasal 15 ayat 1
Pasal 13
Ayat 1. Cukup Jelas
Ayat 2. Cukup Jelas

BAB IX. LAIN-LAIN


Pasal 14
Ayat 1. Cukup Jelas
Ayat 2. Cukup Jelas
Ayat 3. Cukup Jelas
Pasal 15
Ayat 1. Cukup Jelas
Ayat 2. Cukup Jelas

PO 6 : TATA TERTIB RAPAT RANTING AMGPM


165
TATA TERTIB
RAPAT RANTING ISTIMEWA AMGPM

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
1. Rapat Ranting Istimewa Angkatan Muda Gereja Protestan Maluku adalah
pemegang kekuasaan tertinggi yang sama dengan Rapat Ranting sesuai ART
Bab VI Pasal 15 ayat10, yang selanjutnya dalam tata tertib ini disebut Rapat
Ranting Istimewa.
2. Di dalam melaksanakan seluruh aktivitasnya, Rapat Ranting Istimewa tetap
berada di bawah terang Pengakuan tentang Yesus Kristus sebagai Tuhan dan
Juru Selamat seperti yang disaksikan oleh Firman Allah di dalam Alkitab dan
berazaskan Pancasila, Tata Gereja, Gereja Protestan Maluku, Anggaran Dasar
dan Anggaran Rumah Tangga AMGPM serta Peraturan Organisasi AMGPM.
3. Kedaulatan sepenuhnya berada di tangan perutusan dan dilaksanakan oleh
Rapat Ranting Istimewa.
4. Penyelenggaraan Rapat Ranting Istimewa sepenuhnya menjadi tanggung
jawab Pengurus Ranting dan atau berdasarkan pada ketentuan Pasal 14
Peraturan Organisasi AMGPM.
BAB II
TUGAS DAN WEWENANG
Pasal 2
Kewenangan atau tugas Rapat Ranting Istimewa adalah :
1. Mendengar Laporan pertanggungjawaban Pengurus Ranting dan atau pejabat
sementara /Care Taker Pengurus Ranting
2. Memilih dan menetapkan Pengurus Ranting Antar Waktu
3. Menetapkan Keputusan-keputusan lainnya.
BAB III
PESERTA
Pasal 3
Peserta Rapat Ranting Istimewa, terdiri dari:
1. Pengurus Biasa :
a. Pengurus Ranting.
b. Semua Anggota Ranting yang terdaftar.
c. Ketua Bakopel atau 1 (satu) orang unsur majelis sektor
2. Peserta Luar Biasa yang terdiri dari :
a. Pengurus Cabang
b. Calon Anggota AMGPM yang ada di Ranting
c. Undangan lainnya yang dianggap perlu oleh pengurus ranting atau
penjabat sementara/care taker Pengurus Ranting

PO 6 : TATA TERTIB RAPAT RANTING ISTIMEWA AMGPM


166
BAB IV
HAK DAN KEWAJIBAN PESERTA
Pasal 4
1. Hak Peserta:
a. Peserta Biasa mempunyai Hak Suara dan Hak Bicara kecuali Pimpinan
Gereja dan pengurus Ranting yang usianya di atas 45 tahun, hanya
mempunyai hak bicara dan memilih, tetapi tidak mempunyai hak untuk
dipilih.
b. Pengurus cabang mempunyai hak bicara baik diminta maupun tidak
diminta.
c. Peserta luar biasa mempunyai Hak Bicara.
2. Kewajiban Peserta:
a. Peserta Biasa maupun Peserta Luar Biasa, wajib mentaati ketentuan yang
diatur di dalam Tata Tertib ini dan hal-hal lain yang diatur oleh Panitia
Pelaksana.
b. Peserta Biasa dan Peserta Luar Biasa berkewajiban menghadiri Sidang-
sidang Pleno dan Sidang-sidang Komisi.
BAB V
ALAT-ALAT KELENGKAPAN
Pasal 5
Rapat RantingIstimewa mempunyai alat-alat kelengkapan yang disusun menurut
pengelompokan kegiatan sebagai berikut:
1. Pimpinan Rapat Ranting Istimewa.
2. Majelis Ketua.
3. Sidang-sidang Pleno/ Paripurna.
4. Sidang-sidang Komisi.
Pasal 6
Pimpinan Rapat RantingIstimewa adalah Pengurus Ranting atau Penjabat
sementara/Care Taker Pengurus Ranting AMGPM
Pasal 7
1. Majelis Ketua bertugas memimpin Sidang-sidang di dalam Rapat Ranting
Istimewa.
2. Majelis Ketua sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari unsur
pengurus ranting atau penjabat sementara/care taker Pengurus Rantingn 2
(dua) orang dan peserta biasa 3 (tiga orang) yang ditetapkan dengan
keputusan Rapat Ranting Istimewa (ART Bab IV pasal 15 ayat 9)
18. Personil Majelis Ketua dipilih oleh pengurus ranting atau penjabat
sementara/care taker Pengurus Rantingsecara bijaksana dan disahkan oleh
Rapat Ranting Istimewa.
19. Sekretaris persidangan Rapat Ranting Istimewa adalah Sekretaris Ranting
AMGPM.

PO 6 : TATA TERTIB RAPAT RANTING ISTIMEWA AMGPM


167
20. Sekretaris Persidangan diwajibkan untuk membaca dan atau melaporkan
seluruh hasil keputusan Rapat Ranting Istimewa, sebelum sidang-sidang
pleno dalam Rapat Ranting Istimewa ditutup.
21. Wewenang Majelis Ketua di dalam Rapat Ranting Istimewa adalah:
a. Memanggil Peserta untuk menghadiri sidang-sidang, membuka dan
menskors Sidang-sidang Pleno.
b. Memimpin Sidang-sidang Pleno selama Rapat Ranting Istimewa
berlangsung.
c. Menjaga kelancaran dan ketertiban dalam Sidang-sidang selama Rapat
Ranting berlangsung.
d. Berusaha mempertemukan pendapat-pendapat yang berbeda,
menyimpulkan pembicaraan dan mendudukan persoalan yang sebenarnya
serta mengembalikan jalannya Sidang pada pokok pembicaraan.
e. Majelis Ketua memimpin sidang dalam Rapat Ranting Istimewa sampai
pada penetapan hasil kerja formatur, dan sesudah itu menyerahkan palu
sidang kepada Ketua dan Sekretaris Ranting terpilih untuk menutup
sidang-sidang pleno dalam Rapat Ranting Istimewa.
Pasal 8
1. Rapat RantingIstimewa membentuk komisi-komisI kerja sesuai dengan
kebutuhan.
2. Komisi-komisi kerja di dalam Rapat Ranting Istimewa dapat membentuk sub
komisi menurut kebutuhan.
3. Komisi-komisi bertugas memusyawarahkan dan mengambil keputusan
mengenai hal-hal yang menjadi agenda komisi dalam ruang lingkup tugas dan
tanggungjawabnya.
4. Jumlah anggota komisi sedapat mungkin disusun dan ditetapkan secara
berimbang oleh Majelis Ketua.
5. Majelis Ketua dapat turut menghadiri sidang-sidang komisi sebagai peserta
biasa.
6. Pimpinan komisi terdiri dari: seorang Ketua, seorang Sekretaris yang dipilih
oleh komisi secara musyawarah-mufakat
BAB VI
TATA CARA BERBICARA
Pasal 9
1. Setiap Peserta mempunyai hak berbicara selama 3 menit dengan pokok
pembicaraan yang jelas
2. Sebelum babak pembicaraan dimulai, Majelis Ketua berkewajiban melakukan
inventarisasi jumlah pembicara.
3. Pembicaraan di dalam setiap sidang pleno hanya dibuka 2 babak, kecuali
terhadap hal-hal yang bersifat prinsip dapat dibuka babak khusus dan harus
mendapat persetujuan sidang; dan hanya pembicara pada babak pertama

PO 6 : TATA TERTIB RAPAT RANTING ISTIMEWA AMGPM


168
yang berhak berbicara pada babak kedua dengan pokok pembicaraan yang
sama.
Pasal 10
1. Peserta dapat mengajukan interupsi untuk meminta atau memberi penjelasan
tentang duduk persoalan yang sebenarnya dari masalah yang sementara
dibicarakan.
2. Interupsi hanya dapat dilakukan setelah diizinkan oleh Majelis Ketua.
3. Majelis Ketua berhak menghentikan interupsi apabila persoalannya sudah
jelas atau sudah menyinggung pribadi orang lain.
BAB VII
QORUM DAN TATA CARA PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Pasal 11
1. Sidang-sidang Pleno dinyatakan sah (qorum), apabila dihadiri oleh lebih dari
seperdua jumlah Peserta Biasa Rapat Ranting Istimewa
2. Pengambilan Keputusan dalam Rapat Ranting dianggap sah apabila disetujui
oleh lebih dari ½ (satu perdua) peserta biasa yang hadir
Pasal 12
1. Pengambilan keputusan pada dasarnya diusahakan atas dasar musyawarah
untuk mufakat
2. Pengambilan keputusan menyangkut orang dilakukan secara tertutup,
sedangkan pengambilan keputusan menyangkut kebijakan dapat dilakukan
secara terbuka.
3. Apabila musyawarah untuk mufakat tidak tercapai, maka keputusan diambil
berdasarkan pemungutan suara terbanyak.
BAB VIII
LAIN -LAIN
Pasal 13
1. Hal-hal yang belum diatur dalam tata tertib ini akan diputuskan oleh Rapat
Ranting Istimewa
2. Tata Tertib ini merupakan tata tertib baku pelaksanaan Rapat ranting
istimewa AMGPM
3. Keputusan ini mulai berlaku sejak ditetapkan.
Ditetapkan di : Tifu-Waekonit, Buru Utara
Pada Tanggal : 26 Oktober 2016

MUSYAWARAH PIMPINAN PARIPURNA XXIX AMGPM


PENGURUS BESAR
SELAKU PIMPINAN SIDANG

Pdt. M. Takaria, M.Si Pdt. J. H.. Paays, S.Si


Ketua Umum Sekretaris Umum
PO 6 : TATA TERTIB RAPAT RANTING ISTIMEWA AMGPM
169
MEMORI PENJELASAN
TENTANG
TATA TERTIB RAPAT RANTING ISTIMEWA AMGPM

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Ayat 1. Cukup Jelas
Ayat 2. Cukup Jelas
Ayat 3. Cukup Jelas
Ayat 4. Cukup Jelas
BAB II
TUGAS DAN WEWENANG
Pasal 2
Ayat 1. Yang dimaksudkan dengan mendengar laporan pertanggungjawaban
Pengurus Ranting dan atau pejabat sementara /Care Taker Pengurus
Ranting adalah laporan yang berisikan informasi berkaitan sebab-sebab
dilaksanakannya Rapat Ranting istimewa
Ayat 2. Memilih ketua ranting dan atau sekretaris ranting dan atau melengkapi
struktur pengurus ranting untuk periode masa kepengurusan yang
sama.
Jika Rapat Ranting Istimewa dilaksanakan dimana salah satu
kewenangan dan tugasnya adalah untuk memilih ketua ranting dan atau
sekretaris ranting, maka tata cara pemilihan mengacu kepada PO 6.
Tatib Rapat Ranting Bab VI Pasal 9. Serta kriteria dan prosedur
pencalonan menggunakan hasil keputusan Rapat Ranting terakhir.
Ayat 3. Cukup Jelas

BAB III
PESERTA
Pasal 3
Ayat 1. Juncto ART Pasal 15 ayat 3
Ayat 2. Juncto ART Pasal 15 ayat 4

BAB IV
HAK DAN KEWAJIBAN PESERTA
Pasal 4
Ayat 1. Juncto ART Ba IV pasal 15 ayat 6
Ayat 2. Cukup Jelas
Ayat 3. Cukup Jelas
BAB V
ALAT-ALAT KELENGKAPAN
Pasal 5
PO 6 : TATA TERTIB RAPAT RANTING ISTIMEWA AMGPM
170
Ayat 1. Cukup Jelas
Ayat 2. Cukup Jelas
Ayat 3. Cukup Jelas
Ayat 4. Cukup Jelas
Pasal 6
Ayat 1. Juncto ART Bab IV Pasal 15 Ayat 7
Ayat 2 Juncto ART Bab IV Pasal 15 Ayat 8

Pasal 7
Ayat 1. Cukup Jelas
Ayat 2. Cukup Jelas
Ayat 3. Cukup Jelas
Ayat 4. Cukup Jelas
Ayat 5. Cukup Jelas
Ayat 6. Cukup Jelas
Pasal 8
Ayat 1. Cukup Jelas
Ayat 2. Cukup Jelas
Ayat 3. Cukup Jelas
Ayat 4. Cukup Jelas
Ayat 5. Cukup Jelas
Ayat 6. Cukup Jelas

BAB VI
TATA CARA BERBICARA
Pasal 9
Ayat 1. Cukup Jelas
Ayat 2. Cukup Jelas
Ayat 3. Cukup Jelas
Pasal 10
Ayat 1. Cukup Jelas
Ayat 2. Cukup Jelas
Ayat 3. Cukup Jelas

BAB VII
QORUM DAN TATA CARA PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Pasal 11
Ayat 1. Jika peserta biasa tidak memenuhi qorum maka Pengurus Cabang dalam
kedudukannya sebagai penanggung jawab organisasi pada tingkat Cabang
mempunyai hak untuk menyatakan apakah Rapat Ranting Istimewa dapat
dilanjutkan pelaksanaannya atau tidak/ditunda untuk jangka waktu
tertentu, dengan memperhatikan usul saran dan pendapat peserta yang
hadir Juncto ART Bab IV Pasal 15 Ayat 5
PO 6 : TATA TERTIB RAPAT RANTING ISTIMEWA AMGPM
171
Ayat 2. Cukup Jelas
Pasal 12
Ayat 1. Cukup Jelas
Ayat 2. Cukup Jelas
Ayat 3. Cukup Jelas

BAB VIII
LAIN -LAIN
Pasal 13
Ayat 1. Juncto ART Bab IV Pasal 15 Ayat 5
Ayat 2. Juncto AD Bab X Pasal 15 ayat 1

PO 6 : TATA TERTIB RAPAT RANTING ISTIMEWA AMGPM


172
TATA TERTIB
RAPAT KERJA RANTING AMGPM

BAB I
DASAR DAN SUSUNAN RAPAT KERJA RANTING
Pasal 1
1. Rapat Kerja Ranting Angkatan Muda Gereja Protestan Malukuselanjutnya
disingkat RKR AMGPM dilaksanakan berdasarkan :
a. Anggaran Dasar AMGPM Bab IX Pasal 14 ayat 2 i
b. Anggaran Rumah Tangga AMGPM Bab IV Pasal 16
2. Susunan Rapat Kerja Ranting terdiri dari :
a. Sidang-sidang paripurna
b. Sidang-sidang komisi
3. Dengan dasar sebagaimana diatas, maka disusunlah Tata Tertib Rapat Kerja
Ranting Angkatan Muda Gereja Protestan Maluku

BAB II
PESERTA, HAK DAN KEWAJIBAN
Pasal 2
1. Rapat Kerja Ranting AMGPM dihadiri oleh peserta biasa terdiri dari :
a. Pengurus Ranting
b. 65% anggota biasa dari jumlah anggota biasa yang terdaftar di Ranting
c. Ketua Bakopel atau 1 (satu) orang unsur Majelis Jemaat Sektor
2. Selain peserta biasa sebagaimana tersebut pada ayat (1) pasal ini Rapat Kerja
Ranting AMGPM juga dihadiri oleh peserta luar biasa yang terdiri dari :
a. Unsur Pengurus Cabang
b. Calon Anggota AMGPM yang ada di Ranting
c. Undangan lain yang ditetapkan Pengurus Ranting

Pasal 3
Hak Peserta Rapat Kerja Ranting AMGPM adalah :
1. Peserta biasa Rapat Kerja Ranting AMGPM mempunyai hak suara dan hak
bicara
2. Peserta luar biasa hanya mempunyai hak bicara
3. Peserta yang hendak berbicara diharuskan mendaftarkan diri, dan ketika
berbicara diwajibkan berdiri serta berbicara dengan singkat, tegas dan jelas
pada maksud dan tujuan pembicaraan
4. Setiap pembicara hanya diberikan kesempatan menggunakan hak bicaranya
selama 3 menit setelah dipersilahkan oleh pimpinan rapat ranting.
5. Pemandangan umum atau tanggapan terhadap setiap masalah yang
disampaikan hanya disediakan dua babak.
6. Hanya pembicara pada babak pertama yang dapat berbicara pada babak
kedua dengan pokok pembicaraan yang sama.
PO 6 : TATA TERTIB RAPAT KERJA RANTING AMGPM
173
7. Bila suatu masalah tidak dapat disepakati pada babak pertama dan babak
kedua maka dapat dibuka babak terakhir untuk membahas masalah tersebut,
atas persetujuan peserta biasa.
8. Hak Interupsi dapat dimanfaatkan untuk hal – hal tertentu antara lain:
a. Menjernihkan pokok masalah yg sedang dibicarakan ( Point Of
Clarification)
b. Usul atau saran untuk meletakkan permasalahan sesuai aturan (Point Of
Order)
c. Menyinggung perasaan orang lain (Point Of Privilege)
d. Menyampaikan Informasi ( Point Of Information)

Pasal 4
Setiap peserta Rapat Kerja Ranting AMGPM mempunyai kewajiban adalah :
1. Mentaati tata tertib ini dan semua ketentuan yang ditetapkan oleh Rapat
Kerja Ranting AMGPM
2. Mengikuti seluruh acara rapat kerja dengan penuh rasa tanggungjawab
3. Menghadiri sidang-sidang 15 (lima belas) menit sebelum sidang dimulai dan
mengambil bagian dalam semua kegiatan/acara selama berlangsungnya
Rapat Kerja Ranting AMGPM
4. Menandatangani daftar hadir setiap kali menghadiri sidang.
5. Meminta izin secara tertulis dari pimpinan sidang jika ingin meninggalkan
ruang sidang karena suatu kepentingan.
6. Menghormati dan menghargai setiap pembicara yang sedang menggunakan
hak bicaranya.
7. Memelihara dan menjamin ketertiban selama berlangsungnya sidang-sidang
dalam Rapat Kerja Ranting AMGPM

BAB III
TUGAS RAPAT KERJA RANTING (RKR)
Pasal 5
Rapat Kerja Ranting AMGPM mempunyai tugas :
1. Mengevaluasi program pelayanan dan Realisasi Anggaran Pendapatan dan
Belanja Pengurus Ranting pada tahun berjalan, serta kebijakan lain yang
ditetapkan Rapat Kerja Ranting AMGPM sebelumnya.
2. Menetapkan program pelayanan dan APB tahun berikutnya serta berbagai
kebijakan organisasi.
3. Menetapkan keputusan-keputusan organisasi lainnya

BAB IV
PIMPINAN RAPAT KERJA RANTING
Pasal 6
1. Rapat Kerja Ranting AMGPM dipimpin oleh Pengurus Ranting
2. Sekretaris persidangan adalah sekretaris Ranting.
PO 6 : TATA TERTIB RAPAT KERJA RANTING AMGPM
174
3. Sidang-sidang Paripurna dipimpin oleh Pengurus Ranting AMGPM
4. Sidang – sidang Komisi dipimpin oleh seorang ketua, seorang wakil ketua dan
seorang sekretaris komisi yang di tunjuk oleh pimpinan rapat kerja.
5. Pengurus Ranting AMGPM wajib menghadiri sidang-sidang komisi sebagai
nara sumber sesuai dengan bidang tugasnya.

BAB. V
TUGAS DAN WEWENANG PIMPINAN RAPAT KERJA RANTING
Pasal 7
1. Mengundang dan memanggil peserta RapatKarja Ranting untuk memulai
sidang-sidang
2. Mengatur urut-urutan pembicara dan menyimpulkan isi pembicaraan dalam
sidang-sidang pleno
3. Mengarahkan pembicaraan peserta sedemikian rupa sehingga tiba pada
pengambilan keputusan.
4. Menegur dan bila perlu mencabut hak bicara dari seorang pembicara apabila
pembicaraannya telah menyimpang dari pokok yang dibicarakan dan atau
menyinggung nama baik orang lain.
5. Membuka, menskors, mencabut kembali skors dan menutup Sidang – sidang
Paripurna.
6. Pimpinan Musyawarah bertanggung jawab terhadap kelancaran, ketertiban
dan keamanan penyelenggaraan Rapat Kerja Ranting AMGPM.

BAB VI
USUL – USUL TAMBAHAN
Pasal 8
Apabila ada suatu masalah baru di luar acara musyawarah diajukan oleh salah
satu peserta maka masalah tersebut baru dapat dibahas apabila didukung oleh
sekurang-kurangnya seperdua tambah satu peserta biasa yang hadir.

BAB VII
QORUM DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Pasal 9
1. Sidang-sidang Pleno dinyatakan sah, apabila dihadiri oleh lebih dari seperdua
jumlah Peserta Biasa Rapat Kerja Ranting AMGPM
2. Pengambilan Keputusan dalam Rapat Kerja Ranting (RKR) dianggap sah
apabila disetujui oleh lebih dari ½ (satu perdua) peserta biasa yang hadir.

Pasal 10
1. Pengambilan keputusan pada dasarnya diusahakan sejauh mungkin atas dasar
musyawarah untuk mufakat dan apabila dalam pengambilan keputusan tidak

PO 6 : TATA TERTIB RAPAT KERJA RANTING AMGPM


175
tercapai mufakat, maka keputusan diambil berdasarkan pemungutan suara
terbanyak (voting).
2. Pengambilan keputusan menyangkut orang dilakukan secara tertutup,
sedangkan pengambilan keputusan menyangkut kebijakan dapat dilakukan
secara terbuka.

BAB VIII
LAIN – LAIN
Pasal 11
1. Hal – hal lain yang belum diatur dalam ketentuan Tata Tertib ini, akan diatur
kemudian oleh Pimpinan Rapat sepanjang dirasa perlu dengan mendengar
usul dan atau meminta persetujuan peserta Rapat Kerja Ranting AMGPM
2. Tata Tertib ini merupakan tata tertib baku, dan digunakan untuk pelaksanaan
Rapat Kerja Ranting AMGPM kecuali Musyawarah Pimpinan Paripurna
AMGPM menentukan yang lain.
3. Dengan ditetapkannya Tata tertib ini, maka segala keputusan mengenai Tata
Tertib Rapat Kerja Ranting AMGPM sebelumnya dinyatakan tidak berlaku lagi
4. Tata tertib ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan

Ditetapkan di : Tifu-Waekonit, Buru Utara


Pada Tanggal : 26 Oktober 2016

MUSYAWARAH PIMPINAN PARIPURNA XXIX AMGPM


PENGURUS BESAR
SELAKU PIMPINAN SIDANG

Pdt. M. Takaria, M.Si Pdt. J. H. Paays, S.Si


Ketua Umum Sekretaris Umum

PO 6 : TATA TERTIB RAPAT KERJA RANTING AMGPM


176
MEMORI PENJELASAN
TENTANG
TATA TERTIB RAPAT KERJA RANTING AMGPM

BAB I
DASAR DAN SUSUNAN RAPAT KERJA RANTING
Pasal 1
Ayat 1. Cukup Jelas
Ayat 2. Cukup Jelas
Ayat 3. Cukup Jelas
BAB II
PESERTA, HAK DAN KEWAJIBAN
Pasal 2
Ayat 1. Juncto ART Bab IV pasal 16 ayat 4
Ayat 2. Juncto ART Bab IV pasal 16 ayat 6

Pasal 3
Ayat 1. Juncto ART Bab IV Pasal 16 ayat 7
Ayat 2. Cukup Jelas
Ayat 3. Cukup Jelas
Ayat 4. Cukup Jelas
Ayat 5. Cukup Jelas
Ayat 6. Cukup Jelas
Ayat 7. Cukup Jelas
Ayat 8. Cukup Jelas
Pasal 4
Ayat 1. Cukup Jelas
Ayat 2. Cukup Jelas
Ayat 3. Cukup Jelas
Ayat 4. Cukup Jelas
Ayat 5. Cukup Jelas
Ayat 6. Cukup Jelas
Ayat 7. Cukup Jelas
BAB III
TUGAS RAPAT KERJA RANTING
Pasal 5
Juncto ART Bab IV Pasal 16 ayat 10
Ayat 1. Cukup Jelas
Ayat 2. Cukup Jelas
Ayat 3. Cukup Jelas

PO 6 : TATA TERTIB RAPAT KERJA RANTING AMGPM


177
BAB IV
PIMPINAN RAPAT KERJA RANTING
Pasal 6
Ayat 1. Juncto ART bab IV pasal 16 Ayat 8 dan 9
Ayat 2. Cukup Jelas
Ayat 3. Cukup Jelas
Ayat 4. Cukup Jelas
Ayat 5. Cukup Jelas
BAB. V
TUGAS DAN WEWENANG PIMPINAN RAPAT KERJA RANTING
Pasal 7
Ayat 1. Cukup Jelas
Ayat 2. Cukup Jelas
Ayat 3. Cukup Jelas
Ayat 4. Cukup Jelas
Ayat 5. Cukup Jelas
Ayat 6. Cukup Jelas
BAB VI
USUL – USUL TAMBAHAN
Pasal 8.
Cukup Jelas
BAB VII
QORUM DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Pasal 9
Ayat 1. Jika peserta biasa tidak memenuhi qorum maka Pengurus Cabang dalam
kedudukannya sebagai penanggung jawab organisasi pada tingkat
Cabang mempunyai hak untuk menyatakan apakah Rapat kerja Ranting
dapat dilanjutkan pelaksanaannya atau tidak/ditunda untuk jangka
waktu tertentu, dengan memperhatikan usul saran dan pendapat
peserta yang hadir. Juncto ART bab IV Pasal 16 ayat 5
Ayat 2. Cukup Jelas
Pasal 10
Ayat 1 Juncto AD Bab X Pasal 15 ayat 1, ART Bab IV Pasal 15 Ayat 5
Ayat 2. Cukup Jelas
BAB VIII
LAIN – LAIN
Pasal 11
Ayat 1. Cukup Jelas
Ayat 2. Cukup Jelas
Ayat 3. Cukup Jelas
Ayat 4. Cukup Jelas

PO 6 : TATA TERTIB RAPAT KERJA RANTING AMGPM


178

Anda mungkin juga menyukai