Anda di halaman 1dari 2

NAMA : MUHAMMAD SYAHRUL FATURACHMAN

KELAS : 1F MBS

NIM : 225211220

MASA DEPAN EKONOMI

DIGITAL DI INDONESIA

Ekonomi digital adalah masa depan Indonesia. Selain bisa meningkatkan


kesejahteraan masyarakat berkali-kali lipat, ekonomi digital mampu
menyelamatkan Indonesia dari krisis yang dahsyat. Keampuhan ekonomi digital
dibuktikan selama pandemi Covid-19.

Digitalisasi memungkinkan sektor-sektor ekonomi bergerak lebih elastis.


Sektor-sektor yang terkena krisis akan bergerak secara alami, mencari
keseimbangan baru. Tentu saja semua itu terjadi karena ekonomi Indonesia
ditopang oleh usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Para pelaku UMKM
yang sudah terdigitalisasi atau cepat-cepat masuk ekosistem digital, relatif aman
dari krisis selama pandemi. Transaksi digital tumbuh amat pesat. Dalam catatan
Bank Indonesia (BI), nilai transaksi perdagangan secara elektronik (e-commerce)
pada 2017 mencapai Rp 42,2 triliun, lalu melonjak 148% menjadi Rp 104,6 triliun
pada 2018. Angka itu melesat 96% menjadi Rp 205,5 triliun pada 2019, dan kembali
naik 29,6% menjadi Rp 266,3 triliun pada 2020. Pada 2021, transaksi ecommerce
melejit 50,1% menjadi Rp 401 triliun dan tahun ini diperkirakan naik 31% menjadi
Rp 526 triliun. Berdasarkan hasil survei Google dan Temasek, ekonomi digital
Indonesia pada 2025 diproyeksikan menjadi yang terbesar di Asia Tenggara dengan
nilai transaksi Rp 1.826 triliun.

Masyarakat juga seharusnya cukup percaya diri menyambut era ekonomi digital
karena para pemangku kepentingan, seperti Bank Indonesia (BI), Otoritas Jasa
Keuangan (OJK), dan pemerintah khususnya Kementerian UKM dan Koperasi serta
Kementerian Kominfo memiliki komitmen yang kuat untuk mengakselerasi
transformasi ekonomi digital di berbagai lini. Kita optimistis ekonomi digital
Indonesia suatu saat nanti mencapai masa gilang-gemilang.

Tentu masih banyak pekerjaan rumah (PR) untuk menjadikan ekonomi digital
sebagai masa depan Indonesia. Salah satunya, digitalisasi di Tanah Air belum
diimbangi dengan literasi dan inklusi keuangan yang memadai. Digitalisasi dan
inklusi keuangan yang tak diimbangi literasi yang cukup sungguh berbahaya.
Masyarakat akan dicekoki oleh fitur-fitur dan produk-produk keuangan yang amat
menggoda, sementara mereka tidak paham manfaat dan risikonya. Masuk akal jika
korban penipuan berkedok investasi terus berjatuhan.

Kita harus percaya bahwa ekonomi digital adalah masa depan Indonesia,
sebagaimana kita percaya bahwa inklusi dan literasi keuangan digital adalah kunci
untuk mengentaskan masyarakat dari palung kemiskinan. (Abdul Aziz dalam
investor, 2022)

Anda mungkin juga menyukai