Anda di halaman 1dari 58

DIAGNOSA KEPERAWATAN,

PERENCANAAN, PELAKSANAAN
DAN EVALUASI KEPERAWATAN
KELUARGA

Oleh :
Imam Subekti, SKp,M.Kep,Sp.Kom
■ Diagnosa keperawatan keluarga dianalisis dari hasil
pengkajian terhadap adanya masalah dalam tahap
perkembangan keluarga, lingkungan keluarga,
struktur keluarga, fungsi-fungsi keluarga dan koping
keluarga, baik yang bersifat aktual, resiko maupun
sejahtera dimana perawat memiliki kewenangan
dan tanggung jawab untuk melakukan tindakan
keperawatan bersama-sama dengan keluarga dan
berdasarkan kemampuan dan sumber daya keluarga
1. Diagnosa Keperawatan Keluarga
pada masalah Lingkungan
a. Kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan
rumah (Higienis lingkungan)
b. Resiko terhadap cidera
c. Resiko terjadi infeksi (penularan penyakit )

2. Diagnosa Keperawatan Keluarga


pada masalah Struktur Komunikasi
d. Komunikasi Keluarga Disfungsional
3. Diagnosa Keperawatan Keluarga
pada
masalah Struktur Peran
a. Berduka dan diantisipasi
b. Berduka disfungsional
c. Isolasi sosial
d. Perubahan dalam proses keluarga (dampak adanya
orang yang sakit terhadap keluarga)
e. Potensial peningkatan menjadi orang tua
f. Perubahan menjadi orang tua (krisis menjadi orang
tua)
g. Perubahan penampilan peran
h. Kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah
i. Gangguan citra tubuh
4. Diagnosa Keperawatan Keluarga
pada masalah Fungsi Afektif

a. Perubahan proses keluarga


b. Perubahan menjadi orang tua
c. Potensial peningkatan menjadi orang tua
d. Berduka yang diantisipasi
e. Koping keluarga tidak efektif, menurun
f. Koping keluarga tidak efektif,
ketidakmampuan
g. Resiko terhadap tindakan kekerasan
5. Diagnosa Keperawatan Keluarga pada
masalah Fungsi Sosial
a. Perubahan proses keluarga
b. Perilaku mencari bantuan kesehatan
c. Konflik peran orang tua
d. Perubahan menjadi orang tua
e. Potensial peningkatan menjadi orang tua
f. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan
g. Perubahan pemeliharaan kesehatan
h. Kurang pengetahuan
i. Isolasi sosial
j. Kerusakan interaksi sosial
k. Resiko terhadap tindakan kekerasan
l. Ketidakpatuhan
m. Gangguan identitas pribadi
6. Diagnosa Keperawatan Keluarga pada
masalah Fungsi Perawatan Kesehatan
a. Perubahan pemeliharaan kesehatan
b. Potensial peningkatan pemeliharaan
kesehatan
c. Perilaku mencari pertolongan
kesehatan
d. Ketidakefektifan penatalaksanaan
aturan terapeutik keluarga
e. Resiko terhadap penularan penyakit
7. Diagnosa Keperawatan Keluarga pada
masalah Koping
a. Potensial peningkatan koping keluarga
b. Koping keluarga tidak efektif,
menurun
c. Koping keluarga tidak efektif,
ketidakmampuan
d. Resiko terhadap tindakan kekerasan
1. Patofisiologis (biologi atau psikologis)
2. Tindakan yang berhubungan
3. Situasional (lingkungan, personal)
4. Maturasional
Secara umum faktor-faktor yang berhubungan
atau etiologi dari diagnosa keperawatan keluarga

1. Adanya Ketidaktahuan (Kurangnya


pengetahuan, pemahaman,
kesalahan persepsi)
2. Ketidakmauan (Sikap dan motivasi)
3. Ketidakmampuan (Kurangnya
ketrampilan terhadap suatu
prosedur/tindakan, kurangnya
sumber daya keluarga baik financial,
fasilitas, system pendukung,
lingkungan fisik dan psikologis).
Berdasarkan Konsep 5 Tugas Keluarga Terhadap kesehatan
(Baylon &Maglaya, 1978) :
1.Ketidakmampuan mengenal masalah kesehatan
2.Ketidakmampuan mengambil keputusan yang tepat
3.Ketidakmampuan merawat anggota keluarga yang sakit
4.Ketidakmampuan memodifikasi lingkungan yang sehat
5.Ketidakmampuan memanfaatkan fasilitas kesehatan
A. Menetapkan Prioritas Masalah
■ Menetapkan prioritas masalah
/diagnosa keperawatan
keluarga adalah dengan
menggunakan Skala menyusun
prioritas dari Bailon dan
Maglaya, 1978
No Kriteria Skor Bobot
1 Sifat masalah
Skala: 1. Aktual 3
1
2. Resiko 2
3. Keadaan sejahtera/diagnosis sehat 1
2. Kemungkinan masalah dapat diubah
Skala: 1. Mudah 2
2
2. Sebagian 1
3. Tidak dapat 0
3. Potensi masalah untuk dicegah
Skala: 1. Tinggi 3
1
2. Cukup 2
3. Rendah 1
4. Menonjolnya masalah
Skala: 1. Masalah dirasakan dan harus segera ditangani 2
2. Ada masalah tetapi tidak perlu ditangani 1 1
3. Masalah tidak dirasakan 0
1. Tentukan skore untuk setiap kriteria
2. Skore dibagi dengan makna tertinggi dan
kalikanlah dengan bobot.
Skore
X bobot
Angka tertinggi
3. Jumlahkanlah skore untuk semua kriteria.

MERUMUSKAN TUJUAN
Faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi penentuan prioritas:
1. Dengan melihat kriteria yang pertama, yaitu sifatnya
masalah, bobot yang lebih berat diberikan pada
masalah actual karena yang pertama memerlukan
tindakan segera dan biasanya disadari dan dirasakan
oleh keluarga.
2. Untuk kriteria kedua, yaitu untuk kemungkinan masalah
dapat diubah perawat perlu memperhatikan
terjangkaunya faktor-faktor sebagai berikut:
a. Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi dan tindakan untuk
menangani masalah
b. Sumber daya keluarga: dalam bentuk fisik, keuangan dan
tenaga.
c. Sumber daya perawat: dalam bentuk pengetahuan,
keterampilan dan waktu.
d. Sumber daya masyarakat: dalam bentuk fasilitas, organisasi
dalam masyarakat dan sokongan masyarakat.
3. Untuk kriteria ketiga, yaitu potensi masalah dapat
dicegah, faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah:
a. Kepelikan dari masalah, yang berhubungan dengan penyakit
atau masalah.
b. Lamanya masalah, yang berhubungan dengan penyakit atau
masalah.
c. Tindakan yang sedang dijalankan adalah tindakan-tindakan
yang tepat dalam memperbaiki masalah.
d. Adanya kelompok “high risk” atau kelompok yang sangat peka
menambah potensi untuk mencegah masalah.
4. Untuk kriteria keempat, yaitu menonjolnya masalah
perawat perlu menilai persepsi atau bagaimana keluarga
melihat masalah kesehatan tersebut. Nilai skore yang
tertinggi yang terlebih dahulu dilakukan intervensi
keluarga.
Menetapkan Tujuan Keperawatan
1. Tujuan harus berorientasi pada keluarga, dimana
keluarga diarahkan untuk mencapai suatu hasil
2. Tujuan menggambarkan alternatif- alternatif pemecahan
masalah yang dapat dipilih oleh keluarga.
3. Tujuan harus bersifat spesifik / sesuai dengan konteks
diagnosa keperawatan keluarga dan faktor-faktor yang
berhubungan.
4. Tujuan harus menggambarkan kemampuan dan
tanggung jawab keluarga dalam pemecahan masalah.
5. Penyusunan tujuan harus bersama-sama dengan
keluarga
6. Kriteria hasil atau standar hasil pencapaian tujuan harus
benar-benar bisa diukur dan dapat dicapai oleh keluarga
Tujuan dapat disusun dalam jangka pendek
(khusus) dan jangka panjang (umum).

■ Hal ini bertujuan untuk membedakan masalah


yang dapat diselesaikan sendiri oleh keluarga
dan masalah yang harus diserahkan pada tim
keperawatan atau kolektif.
1. Tujuan khusus/jangka pendek sifatnya spesifik,
dapat diukur, dapat dimotivasi/memberi kepercayaan
pada keluarga bahwa kemajuan sedang dalam
proses dan membimbing keluarga ke arah tujuan
yang jangka panjang/umum.
2. Tujuan jangka panjang/umum merupakan tujuan
akhir yang menyatakan maksud-maksud luas yang
diharapkan oleh keluarga agar dapat tercapai.

KRITERIA HASIL
Komponen kriteria hasil
Karakteristik essential dari criteria hasil
adalah sebagai berikut: criteria hasil
harus :
1. Dalam jangka panjang atau jangka
pendek (Time bound)
2. Mempunyai perilaku yang dapat diukur
(Measureable)
3. Spesifik dalam isi dan waktu (Specifik)
4. Harus dapat dicapai (Achieveable)
Kriteria hasil yang tidak dapat diukur dengan
penglihatan atau pendengaran:
■ Menerima
■ Mengetahui
■ Menghargai
■ Mengerti
Contoh dari kata kerja yang dapat diukur
termasuk:
1. Menyebutkan
2. Melakukan
3. Mengidentifikasi
4. Memperlihatkan penurunan
5. Memperlihatkan peningkatan
6. Melaporkan tidak adanya
7. Menguraikan
8. Memberikan
Tujuan jangka pendek
1. Keluarga dapat menyebutkan kembali tentang penyakit ………… setelah
diberikan 2 kali penyuluhan
Kriteria hasil :
2. Menyebutkan pengertian dengan singkat
3. Menyebutkan 3 faktor penyebab
4. Menyebutkan 5 tanda-gejala utama
5. Menyebutkan 3 dampak penyakit

2.Keluarga dapat mengidentifikasi gaya hidup penderita yang tidak sehat


Kriteria hasil :
■ Menyebutkan pola makan, kebiasaan-kebiasaan tidak sehat yang
dilakukan oleh penderita

2.Keluarga dapat menjelaskan kembali cara pencegahan dan prinsip


perawatan penyakit setelah diberikan penyuluhan
Kriteria hasil :
■ Menyebutkan dengan benar 5 cara pencegahan peyakit
■ Menyebutkan dengan benar 5 prinsip perawatan penyakit
Tujuan jangka panjang

■ Keluarga dapat memelihara kesehatan


penderita : merubah gaya hidup,
melakukan pencegahan penyakit,
melakukan perawatan mandiri dalam
waktu 6 bulan
Rencana tindakan
keperawatan Keluarga
■ Adalah menyusun alternatif-alternatif dan
mengidentifikasi sumber-sumber kekuatan
dari keluarga (kemampuan perawatan
mandiri, sumber pendukung/bantuan yang
bisa dimanfaatkan) yang digunakan untuk
menyelesaikan masalah dalam keluarga
■ Karena keluarga mempunyai hak dan tanggung jawab
untuk membuat keputusannya sendiri, maka keluarga
dapat memilih tindakan yang sudah terinformasi.
■ Keluarga berhak untuk mengetahui konsekuensi dari
masing-masing tindakan, sehingga dapat membuat
keputusan yang masuk akal.
■ Perawat juga dapat menolak pilihan tindakan yang
diputuskan keluarga bila bertentangan dengan konsep
kesehatan.
■ Perawat dapat meminta bantuan orang lain yang
mempunyai pengalaman terhadap masalah yang sama
untuk memberikan gambaran kepada keluarga.
Tipologi Intervensi Keperawatan
Keluarga berdasarkan Klasifikasi
Freeman
1. Suplemental
Perawat sebagai pemberi pelayanan langsung dengan
mengintervensi hal-hal yang tidak bisa dilakukan oleh
keluarga.
2. Fasiliatif
Perawat menyingkirkan pelayanan-pelayanan yang tidak
diperlukan, seperti: pelayanan medis, kesejahteraan
sosial
3. Perkembangan
Perawat membantu keluarga dalam memanfaatkan
sumber-sumber keluarga dan dukungan sosial sehingga
tindakan keperawatan bersifat mandiri/bertanggung
jawab atas kesehatannya sendiri.
Klasifikasi Intervensi Keperawatan
Keluarga menurut Wright dan Leahey
Diarahkan tiga tingkatan fungsi keluarga:
a). Kognitif
Intervensi diarahkan pada aspek kognitif pada fungsi
keluarga, yang meliputi pemberian informasi, gagasan
baru tentang suatu keadaan dan mengemukakan
pengalaman.
b).Afektif
Intervensi diarahkan pada aspek afektif fungsi keluarga,
dirancang untuk mengubah emosi keluarga agar dapat
memecahkan masalah secara efektif. Misal: mengurangi
kecemasan orang tua terhadap anaknya yang sakit.
c). Perilaku
Intervensi diarahkan untuk membantu keluarga
berinteraksi/bertingkah laku, berkomunikasi secara
efektif dengan anggota keluarga lainnya yang sifatnya
berbeda-beda.
Intervensi yang ditujukan pada
Perubahan Perilaku Keluarga
■ Konsep perubahan dari Wright dan Leahey untuk
keluarga yang bermasalah:
1. Perubahan tergantung pada konteks.
2. Perubahan tergantung pada persepsi klien terhadap
masalah.
3. Perubahan tergantung pada tujuan-tujuan yang
realistis.
4. Pemahaman itu sendiri tidak menyebabkan
perubahan.
5. Perubahan tidak perlu secara merata pada semua
anggota keluarga.
6. Perubahan dapat memiliki banyak penyebab.
Rintangan terhadap Pelaksanaan
Intervensi Keperawatan di Keluarga
1. Keluarga bersikap apatis dan adanya
perbedaan nilai
2. Apatis, Keputusasaan dan Kegagalan
3. Ketidak Tegasan
Intervensi Keperawatan Keluarga
berdasarkan macam masalahnya
A. Masalah Tugas Perkembangan Keluarga
1. Perawat membantu keluarga mencapai dan
mempertahankan keseimbangan antara kebutuhan
pertumbuhan pribadi dari anggota keluarga dengan
fungsi keluarga yang optimum.
2. Beri penyuluhan pada keluarga tentang tugas-tugas
yang harus dijalankan sesuai dengan perkembangan
keluarga.
3. Bantu keluarga mengantisipasi dan melewati transisi
perkembangan dalam keluarga.
4. Rujuk ke tenaga ahli bila masalah tugas
perkembangan keluarga tidak dapat terselesaikan
oleh keluarga dan perawat.
B. Masalah Sosial Budaya
■ Sistem keluarga yang berbeda dengan budaya
setempat.
1. Bantu keluarga menyeleksi sistem yang sesuai untuk digunakan
(sistem perkawinan, sistem hubungan orang tua – anak, sistem
tipe keluarga).
2. Menyediakan waktu yang lebih banyak untuk keluarga dalam
hal berakulturasi dengan sosial – budaya setempat.
3. Bantu keluarga mengatasi perbedaan-perbedaan bahasa
dengan masyarakat setempat.
4. Pahami norma-norma keluarga dan norma masyarakat
setempat dan anjurkan keluarga untuk menyesuaikannya.
5. Bantu keluarga untuk mendapatkan akses dengan masyarakat,
dengan memfasilitasi antara keluarga dengan tokoh-tokoh
masyarakat setempat.
C. Masalah finansial
1. Bantu keluarga dalam memperoleh informasi tentang
sumber-sumber pembiayaan kesehatan baik swasta maupun
pemerintah.
2. Jelaskan pada keluarga tentang tatanan pelayanan kesehatan
dan konsekuensi biayanya agar keluarga mempunyai
pertimbangan untuk mengambil keputusan.
3. Beri penyuluhan tentang cara-cara mengurangi pembiayaan
yang tidak perlu dan cara mengalokasikan biaya kesehatan
keluarga secara aman.
4. Bantu keluarga untuk melihat situasi keuangan keluarga
secara obyektif dan pemecahan masalah kesehatan secara
efektif.
5. Rujuk keluarga ke fasilitas pelayanan kesehatan yang
memadai
D. Masalah Rekreasi atau Penggunaan Waktu
Luang
1. Tunjukkan pada keluarga bahwa perawat menjadi
model bagi keluarga dalam gaya hidup yang sehat.
2. Bimbing keluarga dalam meningkatkan aktivitas
rekreasi/penggunaan waktu luang dengan
memodifikasi perilaku/gaya hidup keluarga
E. Masalah Kesehatan Lingkungan
Keluarga
1. Pencegahan Primer: Peningkatan Kesehatan
Lingkungan.
2. Pencegahan Sekunder pada Masalah
Lingkungan
3. Pencegahan Tersier
Pencegahan Primer Pada Masalah Lingkungan
▪ Bantu keluarga untuk mampu merasakan
”kerentanan” terhadap bahaya kecelakaan, luka atau
sakit.
▪ Anjurkan keluarga untuk meningkatkan tanggung
jawab diri keluarga dalam mencegah stressor dan
meningkatkan kesehatan dan keselamatan
lingkungan.
▪ Beri penyuluhan tentang cara mencegah
resiko-resiko:
Pencegahan Sekunder pada Masalah
Lingkungan
▪Ajarkan keluarga tentang cara mendeteksi secara dini
masalah-masalah/penyakit akibat lingkungan yang
tidak sehat.
▪Jelaskan pada keluarga tentang prosedur pemanfaatan
fasilitas kesehatan darurat (Gawat Darurat/IRD) dalam
penanganan masalah penyakit/kecelakaan.
▪Ajarkan keluarga tentang cara
penanganan/pertolongan pertama jika timbul
kecelakaan/masalah kesehatan.
Pencegahan Tersier

– Strategi Modifikasi Lingkungan Dikhususkan


bagi Keluarga yang Memiliki Anggota yang
Lansia, Cacat Fisik atau Kelemahan.
▪ Menjaga lantai rumah, kamar mandi agar tidak
licin.
▪ Menata perabot rumah untuk memudahkan jalan.
▪ Memberi pegangan pada dinding, kamar mandi
untuk membantu berjalan.
▪ Memasang penerangan yang memadai.
▪ Memodifikasi kamar mandi, WC dengan jenis
pancuran, WC duduk.
F. Masalah Komunikasi dalam Keluarga
1. Mengajarkan keluarga untuk mengungkapkan perasaan dan
pikiran.
2. Dorong keluarga untuk mengungkapkan perasaan dan pikiran
mereka tentang masalah Komunikasi yang disfungsional.
3. Bantu keluarga mengidentifikasi masalah dan faktor penyebab
komunikasi yang disfungsional.
4. Beri dukungan pada keluarga untuk berupaya
menyelesaikan/memperbaiki komunikasi antar mereka sendiri.
5. Fasilitasi keluarga untuk menggunakan ”orang ketiga” untuk
membantu menyelesaikan komunikasi disfungsional dalam
keluarga.
G. Masalah Struktur Kekuatan Keluarga
1. Kurangnya pengalaman dalam pengambilan
keputusan yang efektif
2. Konflik Nilai.
3. Takut terhadap Akibat dari Suatu Keputusan.
4. Ketidakcukupan Informasi.
5. Kontroversi Sistem Pendukung.
1. Kurangnya pengalaman dalam pengambilan
keputusan yang efektif.
-Beri kesempatan keluarga mengungkapkan pola – kebiasaan dalam
mengambil suatu keputusan.
-Fasilitasikan proses pengambilan keputusan yang logis:
-Buat daftar alternatif pemecahan masalah.
-Bantu mengidentifikasi dampak dari masing-masing alternatif
(finansial, sosial, nilai, kepercayaan).
-Beri kesempatan keluarga mengambil keputusan dari beberapa
alternatif tersebut.
-Dorong orang terdekat keluarga untuk terlibat dalam pengambilan
keputusan.
-Yakinkan pada keluarga bahwa keputusan yang telah diambil akan
dipatuhi/dilaksanakan.
-Ajarkan tehnik relaksasi bila keputusan yang diambil menimbulkan
kecemasan.
H. Masalah Struktur Peran Keluarga
1. Bantu keluarga untuk mengidentifikasi
”syarat-syarat” dari individu dan maksudnya.
2. Bantu mengidentifikasi harapan-harapan keluarga
terhadap suatu peran.
3. Perkuat kemampuan keluarga untuk
melaksanakan peran-peran baru.
4. Beri pengharagaan terhadap perilaku
melaksanakan peran yang sesuai.
5. Bantu memodifikasi suatu peran agar selaras
dengan harapan keluarga.
6. Beri kesempatan orang lain untuk memberikan
penguatan terhadap pelaksanaan peran-peran
keluarga.
Intervensi keperawatan pada masalah
koping keluarga
A. Membantu keluarga dalam mengatasi masalah
1. Menganjurkan semua anggota keluarga untuk terlibat, terutama
kepala keluarga
2. Dukung strategi koping yang efektif :
■ Mengurangi ketegangan
■ Mengontrol/mengurangi stressor
■ Mengeliminasi stressor
3. Membantu keluarga mempelajari strategi koping tambahan :
■ Manajemen stress
■ Re-konseptualisasi kognitif
■ Perubahan gaya hidup
■ Pengunaan kelompok bantuan diri
■ Latihan sikap asertif
B. Prinsip-prinsip intervensi krisis keluarga (
Ditujukan pada keluarga yang
menghadapi stressor jangka pendek dan
stressor masa mendatang) :
■ Intervensi ini terfokus pada memobilisasi
sumber-sumber keluarga dan di
komunitas untuk memecahkan
masalah-masalah yang dihadapi keluarga
▪ Bantu keluarga mendefinisikan kejadian pencetus
stressor dan kejadian yang membahayakan
hidup.
▪ Bantu keluarga mengenterprestasi terhadap
kejadian-kejadian yang menjadi stressor
▪ Bantu keluarga mengkaji sumber-sumber dan
metode yang digunakan keluarga untuk
mengatasi stressor.
▪ Kaji kembali fungsi-fungsi keluarga dampak
adanya stressor
C. Memberi wewenang
■ Intervensi ini bertujuan untuk memberikan
rasa percaya diri, hanya diri dan kebanggaan
pada keluarga yang mengalami kejadian
traumatis :
1. Bantu menenangkan keluarga bahwa kejadian traumatis
merupakan situasi yang lazim terjadi dan sesuatu yang
dapat diprediksi.
2. Bantu keluarga memahami sesuatu kejadian dan
menemukan makna atau hikmahnya.
3. Berikan kesempatan anggota keluarga untuk
mengungkapkan perasaan masing-masing atas kejadian
tersebut
4. Anjurkan keluarga bersikap positif dan berupaya secara
aktif untuk mencegah agar suatu masalah/ kejadian tidak
terulang kembali
Intervensi terhadap masalah Fungsi
Perawatan Kesehatan
A. Perubahan pemeliharaan
kesehatan
1. Tingkatan pemahaman keluarga tentang
2. perilaku atau kebiasaan yang tidak sehat
3. Berikan informasi tentang resiko-resiko yang
4. akan timbul dari kebiasaan yang tidak sehat
5. Diskusikan bersama keluarga strategi-strategi
yang dapat digunakan untuk merubah
kebiasaan yang tidak sehat
6. Berikan dukungan dan dorongan pada keluarga
untuk mencapai keberhasilan
7. Bantu klien untuk mengupayakan lingkungan yang
dapat mendukung perubahan kebiasaan yang tidak
sehat
8. Ajarkan keluarga untuk mengatur nutrisi yang
seimbang dan pola makan sehat
9. Ajarkan keluarga tentang latihan-latihan tertentu
yang berkaitan dengan masalah
10. Bantu keluarga menyusun program latihan dan
jadwal pemantauan
11. Berikan penyuluhan kesehatan dan rujukan sesuai
indikasi
TERAPI KELUARGA
■ Terapi keluarga adalah pilihan lain yang terbanyak untuk
menangani usia lanjut yang mengalami masalah
komunikasi
■ Dapat dilakukan pendekatan dengan melibatkan semua
sub-sistem dalam keluarga, termasuk merumuskan
harapan yang jelas dari perilakunya, meningkatkan
komunikasi, mengurangi rasa bersalah, ketidakpercayaan
usia lanjut
■ Tepat digunakan untuk memulihkan konflik antara orang
tua dan anak, konflik perkawinan, keterbatasan dalam
merawat lansia, atau perpisahan lansia dengan anak
■ Dapat juga digunakan oleh individu untuk
mengekspresikan perasaan mencari pilihan dan
meningkatkan sensitivitas terhadap pandangan orang
lain
Beberapa masalah interaksi pada keluarga

1. Kesalahan peran orang tua- anak, dimana


anak dewasa kurang bertanggung jawab
terhadap orang tuanya
2. Pertentangan antara orang tua dan anak
3. Hubungan simbiotik, dimana orang tua
tidak dapat membiarkan anak-anaknya
yang sudah dewasa untuk pergi.
4. Ketidaksinambungan antara harapan orang
tua dan harapan anak anak
Beberapa masalah interaksi pada keluarga

1. Pengalihan peran, sebagai contoh : pada saat


suami sakit maka istri harus menggantikan
pekerjaan suaminya.
2. Rasa takut dan menarik diri pada orang tua
3. Kesulitan berkomunikasi, sering muncul pada
saat-saat tertentu seperti saat sakit, kematian
dan pensiun.
Metode Terapi Keluarga
■ Konseling
■ Penyuluhan dan diskusi
■ Penjadwalan untuk meningkatkan kuantitas dan
kualitas komunikasi
■ Memberikan dukungan
■ Restrukturisasi yang rasional dari orang tua
(persetujuan yang berhubungan dengan pola
perilaku, peran yg diharapkan)
Metode Konseling
■ Konseling dilakukan dalam tiga tahapan yaitu: 1)
pertemuan konselor hanya dengan lansia, 2) pertemuan
konselor hanya dengan anggota klg 3) pertemuan
konselor dengan lansia dan angg. Klg
■ Pada masing-masing pertemuan 1 dan 2, berikan
kesempatan kepada masing-masing pihak untuk:
1.Menceritakan masalah yang dihadapi, mengidentifikasi
kemungkinan alternatif penyelesaian masalah
2.Konselor bersikap netral, empati, caring serta
menghargai klien
3.Konselor menggali harapan masing-2 untuk saat ini
dan masa yang akan datang
Metode Konseling
■ Pada tahapan ketiga :
1. Konselor membantu mengidentifikasi perubahan dan
harapan yang logis (realita) dari harapan dan
perubahan yang diinginkan oleh masing-2
2. Konselor membantu klien saat mengidentifikasi
kekuatan dan kelemahan masing-2 alternatif
penyelesaian masalah
3. Konselor membantu menggali kemampuan klien untuk
mencari solusi lain yang lebih relevan, terutama untuk
meminimalkan resiko negatif yang akan
mempengaruhi kepentingan anggota keluarga
4. Konselor memberikan dukungan kepada klien untuk
melaksanakan solusi masalah yang dipilih.
EVALUASI
■ Perawat bertanggung jawab untuk mengevaluasi
status dan kemajuan keluarga terhadap
pencapaian hasil dari tujuan keperawatan yang
telah ditetapkan sebelumnya
■ Kegiatan evaluasi meliputi mengkaji kemajuan
status kesehatan keluarga , membandingkan
respons keluarga dengan kriteria hasil dan
menyimpulkan hasil kemajuan masalah dan
kemajuan pencapaian tujuan keperawatan
keluarga
■ Perawat akan mencatat hasil evaluasi dalam
lembar evaluasi atau dalam catatan
kemajuan
Evaluasi juga dapat disusun dengan
menggunakan Format SOAPIE ATAU SOAPIER

■ Format ini digunakan apabila implementasi keperawatan


dan evaluasi didokumentasikan dalam satu catatan yang
disebut Catatan Kemajuan
S: adalah hal-hal yang dikemukakan oleh keluarga secara
subyektif setelah dilakukan intervensi keperawatan.
O: adalah hal-hal yang ditemui oleh perawat secara obyektif
setelah dilakukan intervensi keperawatan
A: adalah analisa dari hasil yang telah dicapai dengan
mengacu pada tujuan keperawatan dan criteria hasil
terkait dengan diagnosis.
P: adalah perencanaan yang akan dilakukan berdasarkan
hasil analisis respon keluarga .
Format SOAPIE ATAU SOAPIER

I: adalah implementasi dari perencanaan dengan


mencatat waktu
tindakan dan kegiatan tindakan keperawatan.
E: adalah evaluasi hasil tindakan keperawatan
yang telah dilakukan
dengan mencatat waktu dan hasil kemajuan
yang telah dicapai
keluarga
R: Revision adalah revisi apabila ada perubahan
dalam rencana keperawatan
EVALUASI KEPERAWATAN KELUARGA

■ Dalam menelaah kemajuan keluarga dalam


pencapaian hasil, perawat akan mencatat salah
satu dari keputusan berikut, dalam lembar
evaluasi atau dalam catatan kemajuan
pada saat ditentukan untuk melakukan evaluasi:
1. Lanjutkan: Diagnosa masih berlaku, tujuan dan
kriteria standar masih relevan
2. Direvisi: diagnosa masih berlaku, tetapi tujuan dan
tindakan keperawatan keperawatan memerlukan
perbaikan.
3. Teratasi : tujuan keperawatan telah dicapai, dan
rencana perawatan tidak dilanjutkan.
4. Dipakai lagi: diagnosa yang telah teratasi terjadi lagi
Literature:
1. Family Nursing, Friedman, edisi 3 (2000)
2. Family Nursing, Friedman, edisi 5 (2003)
3. Keperawatan Keluarga, Imam S (2005)

Anda mungkin juga menyukai