Anda di halaman 1dari 4

Pengertian Sila ke-4

Ketika masyarakat Indonesia sudah selesai dalam kegiatan Pemilu, Pilkada, dan Pilpres, maka akan
kita akan tahu wakil-wakil rakyat yang memiliki suara terbanyak dan jadi pemenangnya. Setiap wakil
rakyat yang terpilih harus menjalankan tugasnya dengan penuh tanggung jawab karena tugas-
tugasnya sangat berpengaruh pada kehidupan rakyat.
Maka dari itu, “kerakyatan” yang dianut oleh bangsa Indonesia bukan hanya mencari suara
terbanyak saja, mengapa begitu? Karena bangsa Indonesia menganut paham “kerakyatan” harus
sesuai dengan apa yang tercantum di dalam Pancasila terutama pada sila ke-4. Adapun bunyi dari
sila ke-4, yakni “ Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan”.
Berdasarkan isi dari sila ke-4 bisa dikatakan bahwa “kerakyatan” yang dijalankan harus sesuai
dengan kejujuran, kesucian, kebenaran, kebaikan, dan keindahan. Dalam menerapkan sila ke-4 ini
diperlukan sila ke-1 yang berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Hal ini dikarenakan nilai pada sila
ke-1 akan membuat setiap individu melindungi “kerakyatan” dari hal-hal yang dapat merugikan
bangsa dan negara Indonesia, seperti korupsi dan gangguan anarki.
Korupsi dan gangguan anarki sebisa mungkin harus dihindari oleh “kerakyatan” supaya bangsa dan
negara Indonesia bisa merasakan keadilan sosial. Keadilan sosial ini akan membuat kehidupan
bangsa dan negara Indonesia berjalan dengan bersih dan sesuai dengan aturan yang sudah
ditetapkan.
Singkatnya, sila ke-4 memiliki arti bahwa setiap warga negara Indonesia memiliki kedudukan yang
sama di mata hukum dan pemerintahan.

Sila ke-4 juga memiliki nilai-nilai yang sangat bermanfaat bagi kehidupan bermasyarakat. Simak
penjelasan nilai-nilai tersebut di bawah ini.
1. Musyawarah
Sudah tak bisa dipungkiri kalau nilai utama dari sila ke-4 ini adalah musyawarah. Musyawarah
memiliki arti suatu pembahasan yang dilakukan secara bersama-sama dengan tujuan untuk
menyelesaikan sebuah masalah yang terjadi. Oleh karena itu, keputusan yang diambil harus
mengutamakan kepentingan bersama.
Sila ke-4 mengajarkan bahwa setiap individu terutama individu “kerakyatan” harus berusaha untuk
mengedepankan kepentingan bersama. Jika kita mengutamakan kepentingan bersama sudah
dilaksanakan, maka bangsa Indonesia akan bisa hidup dengan rukun karena merasa diperlakukan
dengan adil.

2. Melakukan Sesuatu Tidak Dengan Paksaan


Dalam melakukan sesuatu sebaiknya tidak dengan paksaan terutama dalam bermusyawarah. Ketika
melakukan musyawarah dengan paksaan, maka tidak menutup kemungkinan hasil keputusan dari
musyawarah tidak sesuai dengan pemikiran yang logis. Biasanya kepaksaan ini berasal dari dalam diri
atau adanya perintah dari orang lain.

Hal seperti itu akan sangat berbahaya karena bisa memicu keluarnya hasil keputusan bukan
berdasarkan keputusan bersama. Sehingga akan menyebabkan banyak sekali masyarakat Indonesia
yang mengalami kerugian dan sebagian masyarakat lainnya mengalami keuntungan yang cukup
banyak.

Maka dari itu, sila ke-4 memiliki nilai yang mengandung supaya masyarakat Indonesia selalu
membuat pendirian sendiri khususnya dalam kegiatan bermusyawarah. Dengan kata lain, setiap
keputusan yang berasal dari musyawarah tidak boleh berdasarkan keterpaksaan.
3. Berjiwa Besar dan  Menghargai Setiap Keputusan
Tidak selamanya ide-ide yang dimiliki oleh setiap individu bisa dijadikan sebagai keputusan akhir.
Pastinya hal seperti itu akan terasa sakit dan tidak mengenakkan diri. Oleh karena itu, sudah
semestinya setiap individu memiliki jiwa yang besar dalam bermusyawarah. Dengan jiwa yang besari
inilah kita bisa menerima dan menghargai setiap keputusan dalam bermusyawarah Sikap dan
perilaku berjiwa besar dan menghargai setiap keputusan musyawarah akan selalu identik dengan
nilai sila ke-4. Singkatnya, kedua hal tersebut merupakan cerminan dari bangsa Indonesia. Oleh
karena itu, sudah semestinya masyarakat Indonesia menerapkan nilai ini dalam kegiatan
bermusyawarah.

4. Menerima Pendapat Orang Lain


Selain menghargai setiap keputusan, dalam bermusyawarah kita harus mau untuk menerima
pendapat orang lain. Pendapat orang lain yang dimaksud bisa berupa sebuah masukan atau kritikan
dan bisa juga berupa ide atau gagasan. Jika kita yang menerima kritikan itu, maka kita harus
menerimanya dengan besar hati karena ini semua dilakukan demi kepentingan bersama-sama.

5. Demokrasi
Indonesia sangat dikenal dengan negara yang demokrasi. Negara demokrasi bisa dikatakan sebagai
negara yang segala keputusannya harus berasal dari aspirasi rakyat. “Dari rakyat oleh rakyat dan
kembali ke rakyat” kurang lebih seperti itu gambaran negara demokrasi. Maka dari itu sebagai
bentuk demokrasi, setiap pemilihan kepala daerah hingga Presiden melalui suara dari rakyat
Indonesia.
Karena suaranya berasal dari rakyat, maka rakyat berhak untuk mengawasi apa yang dilakukan oleh
wakil rakyat telah dipilih. Untuk mengawasi semua kegiatan wakil rakyat sudah tercantum pada sila
ke-4 Pancasila yang berbunyi “Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan”.

Penerapan Sila ke-4 dalam Kehidupan Sehari-hari


Supaya lebih memahami apa nilai-nilai yang ada di sila ke-4, maka sudah semestinya kita
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Berikut contoh-contoh perilaku dan sikap yang
menggambarkan sila ke-4.

1. Mengikuti Pemilihan Umum, Pilkada, Pilpres


Rasanya sudah bukan hal yang asing lagi ketika melakukan Pemilihan Umum, Pilkada, dam Pilpres.
Semua kegiatan itu menjadi tidak asing karena dilakukan setiap lima tahun sekali dan dilakukan
secara terbuka atau transparan. Keterbukaan informasi dalam kegiatan-kegiatan tersebut
menandakan bahwa sistem demokrasi sedang berjalan.
Oleh karena itu, sudah seharusnya sebagai warga Indonesia yang menjunjung tinggi nilai Pancasila
ikut serta atau berpartisipasi dalam kegiatan pemilihan wakil rakyat. Dengan berpartisipasi dalam
kegiatan ini, maka kamu sudah melakukan kegiatan yang mencerminkan sila ke-4.
Hal yang perlu digaris bawahi dalam kegiatan Pemilu, Pilkada, Pilpres adalah umur. Bagi kamu yang
sangat ingin berpartisipasi dalam kegiatan tersebut harus berusia 17 tahun atau lebih.

2. Mengikuti Organisasi Kesiswaan


Saat masih bersekolah pasti ada yang namanya organisasi kesiswaan atau yang sering dikenal
dengan sebutan OSIS. Organisasi kesiswaan ini sangat membantu dalam pelaksanaan kegiatan-
kegiatan yang ada di sekolah, seperti pentas seni, lomba 17-an, dan masih banyak lagi. Selain itu,
setiap organisasi kesiswaan pasti akan melakukan musyawarah sebelum mengambil keputususan
terutama yang berkaitan dengan kegiatan kesiswaan.
Dengan mengikuti setiap kegiatan organisasi kesiswaan terutama kegiatan musyawarah, maka kamu
sudah melakukan perilaku yang mencerminkan sila ke-4. Oleh karena itu, bagi para siswa disarankan
untuk mengikuti kegiatan organisasi kesiswaan supaya bisa mengamalkan nilai Pancasila sila ke-4.
3. Orang Tua Dan Anak Saling Menerima Saran
Dalam hubungan sebuah keluarga sudah seharusnya orang tua dan anak saling melengkapi satu
sama lain. Untuk melengkapi satu sama lain bisa dilakukan dengan cara saling memberikan saran.
Aktivitas memberikan saran menandakan bahwa keluarga kamu memiliki keterbukaan informasi.
Bahkan, aktivitas saling memberikan saran bisa membuat sebuah keluarga menjadi lebih
berkembang ke arah yang lebih baik.
Keterbukaan informasi dan saling menerima saran dalam sebuah keluarga merupakan salah satu
perilaku yang mencerminkan sila ke-4. Dengan mengajarkan hal seperti ini pada anak sejak usia dini,
maka ketika besar sudah akan mudah menerapkan perilaku sila ke-4 dalam kehidupan
bermasyarakat.
4. Ikut Serta Dalam Musyawarah Warga
Dalam sebuah masyarakat pastinya pernah dilaksanakan musyawarah terutama dalam hal
pembangunan. Sebelum melakukan proses pembangunan infrastruktur di lingkungan sangat
disarankan untuk melakukan kegiatan musyawarah. Musyawarah ini akan memudahkan setiap
anggota masyarakat pada suatu daerah untuk menyelesaikan masalah. Masalah yang cepat selesai
akan membuat kehidupan masyarakat menjadi lebih tentram dan rukun.
Ketika kamu ikut serta atau bahkan berpartisipasi dalam aktivitas musyawarah yang terjadi di
lingkungan warga, itu berarti kamu sudah mengamalkan nilai sila ke-4. Semakin banyak warga yang
berpartisipasi dalam musyawarah warga, maka permasalahan akan mudah diselesaikan.

5. Menerima Dengan Bijak Semua Keputusan Musyawarah


Keegoisan dalam bermusyawarah harus terus untuk dihindari karena jika tidak dihindari akan
menghasilkan keputusan yang kurang maksimal. Sehingga keputusan yang diambil akan
menimbulkan banyak kerugian. Oleh karena itu, kita sebagai bangsa Indonesia, sebaiknya selalu
berusaha untuk menerima dengan bijak setiap hasil keputusan yang berasal dari bermusyawarah.
Maka dari itu, perilaku menerima dengan bijak setiap keputusan musyawarah merupakan perilaku
yang menggambarkan nilai-nilai sila ke-4 dalam kehidupan sehari. Dengan menerima hal tersebut
sama saja sedang melatih diri untuk berbesar hati. Selain itu, perilaku seperti ini menandakan bahwa
seorang yang sudah berbesar hati akan lebih mementingkan kepentingan bersama.

6. Setiap Tugas Dari Hasil Musyawarah Diselesaikan Dengan Penuh Tanggung Jawab
Setiap keputusan dari musyawarah tidak akan berjalan dengan baik selama masih ada individu yang
tidak meninggalkan tugas-tugasnya tanpa rasa tanggung jawab. Orang yang tidak menyelesaikan
tugasnya dengan penuh rasa tanggung jawab sangat tidak mencerminkan sila ke-4.
Pengamalan nilai sila ke-4 dapat dilakukan dengan cara mengerjakan dan menyelesaikan setiap
tugas dari hasil musyawarah. Perilaku seperti ini bisa dikatakan sebagai perilaku yang menunjukkan
rasa tanggung jawab.

7. Setiap Wakil Rakyat Harus Mau Mendengarkan Aspirasi Rakyat


Setiap wakil rakyat yang terpilih berdasarkan suara dari rakyat. Oleh sebab itu, sudah semestinya
untuk para wakil rakyat untuk menerima setiap aspirasi dari masyarakat Indonesia. Setiap aspirasi
dari rakyat merupakan keinginan atau harapan yang sangat ingin untuk diwujudkan supaya rakyat
merasa dapat perlakuan yang adil.
Wakil rakyat yang sudah mau menerima dan mendengarkan aspirasi rakyat menandakan bahwa
wakil rakyat tersebut sudah mengamalkan perilaku nilai dari sila ke-4. Semakin banyak wakil rakyat
yang mengamalkan sila ke-4, maka “kerakyatan” akan dipeniuhi dengan kejujuran, kebersihan,
kebaikan, dan kebenaran.
Fungsi Sila ke-4 dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara
Sila ke-4 memiliki beberapa fungsi yang berkaitan dengan kehidupan berbangsa dan bernegara.
Berikut kita simak penjelasannya di bawah ini.
1. Mengawasi Sistem Demokrasi Indonesia
Sistem demokrasi di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari wakil rakyat dan rakyat. Wakil rakyat dipilih
oleh rakyat. Oleh sebab itu, sudah semestinya rakyat untuk selalu mengawasi sistem demokrasi
Indonesia. Hal ini sangat sejalan dengan nilai yang terkandung pada sila ke-4.
2. Pedoman Dalam Melakukan Musyawarah
Bagi sebagian individu atau kelompok, melakukan musyawarah mungkin sulit untuk dilakukan
karena belum mengerti bagaimana cara memulai musyawarah. Oleh karena itu, sila ke-4 hadir untuk
mengatasi permasalahan tersebut. Sila ke-4 bisa dijadikan sebagai pedoman dalam melakukan
musyawarah karena nilai-nilai didalamnya memberikan pelajaran tentang musyawarah.
3. Menjaga Keadilan Dalam Pelaksanaan Pemilu, Pilkada, dan Pilpres
Sila ke-4 berfungsi untuk menjaga keadilan dan keterbukaan dalam pelaksanaan Pemilu, Pilkada, dan
Pilpres. Dengan adanya sila ke-4, maka risiko terjadinya kecurangan dalam pelaksanaan kegiatan ini
akan berkurang. Sehingga rakyat Indonesia akan mendapatkan hasil yang sesuai dengan kejujuran.

Kesimpulan
Pengamalan sila ke-4 sangat erat kaitannya dengan “kerakyatan” yang harus menjalankan tugas dan
tanggung jawabnya yang sesuai dengan apa yang diaspirasikan oleh rakyat. Bahkan, tugas-tugas dari
“kerakyatan” harus bersih, suci, kebenaran, dan kejujuran. Selain tentang “kerakyatan”, sila ke-4
juga menjelaskan tentang musyawarah terutama dalam sebuah organisasi.

Anda mungkin juga menyukai