Anda di halaman 1dari 1

Staphylococcal scalded skin syndrome (SSSS) merupakan kelainan kulit langka dengan ujud kelainan

kulit bervariasi mulai dari lepuh superfisial lokalisata hingga eksfoliasi generalisata yang disebabkan oleh
toksin eksfoliatif Staphylococcus aureus.1,2 Prevalensi SSSS diperkirakan antara 0.09 dan 0.56 kasus per 1
juta populasi, dimana prevalensinya lebih tinggi pada neonatus. 3 Kasus SSSS paling banyak ditemukan
pada usia di bawah 6 tahun dengan mortalitas kurang dari 5% pada anak-anak. 4 Insidensi SSSS ditemukan
mengalami peningkatan 47.1% antara tahun 2010 hingga 2014 dimana peningkatan terbesar terjadi pada
anak usia < 1 tahun.5
Ujud kelainan kulit SSSS dapat ditemukan berupa makula kemerahan di seluruh tubuh kecuali pada
permukaan mukosa serta sering berkaitan dengan terjadinya infeksi lain seperti konjungtivitis, otitis
media, infeksi nasofaring atau infeksi kulit piogenik. 6 Erupsi melebar dan dalam waktu 24-48 jam
menjadi eritem yang lebih dalam dan membengkak, biasanya ditemukan pada regio wajah, aksila, lipat
paha dan leher.4,7 Kulit lepuh, besar dan mudah pecah dengan sedikit tekanan disertai tanda Nikolsky
positif muncul dalam beberapa hari menyebabkan lapisan epidermis mengelupas. 3,6
Diagnosis SSSS ditegakkan secara klinis serta dapat dilakukan kultur darah.4,5
Tatalaksana SSSS bertujuan untuk eradikasi S. aureus dan membutuhkan perawatan di rumah sakit serta
pemberian antibiotik intravena.6 Pemilihan antibiotik yang tepat disertai perawatan kulit dan penanganan
suportif dapat mencegah kerusakan sawar kulit lebih lanjut sehingga mempercepat penyembuhan. 4,5,6

Diskusi
Staphylococcal scalded skin syndrome (SSSS) termasuk salah satu penyakit kulit lepuh yang sering
ditemukan pada anak-anak berusia antara 6 bulan hingga 5 tahun. 9.10 Manifestasi klinis SSSS diawali
dengan fase prodromal yang ditandai dengan demam dan anak rewel, kemudian muncul bercak eritem di
seluruh tubuh serta vesikel superfisial yang mudah pecah menyebabkan kulit kemerahan dan bersisik. 2
Penegakkan diagnosis SSSS dapat dilakukan berdasarkan manifestasi klinis. Pasien pada kasus ini
didiagnosis banding dengan SSSS dan TEN. Perbedaan dasar antara TEN dan SSSS ialah pada TEN
terdapat keterlibatan mukosa.13 Penatalaksanaan dasar SSSS berupa pemberian antibiotik, pengaturan
suhu, menjaga cairan dan keseimbangan elektrolit, nutrisi dan perawatan kulit. 11 Pemberian kortikosteroid
dapat memperparah lesi kulit SSSS.1 Antibiotik topikal seperti mupirosin dan asam fusidat dapat
digunakan pada lokasi lesi untuk mengurangi kolonisasi bakteri. 1 Pemilihan terapi antibiotik dapat
menyesuaikan dengan hasil kultur sensitivitas.6

Anda mungkin juga menyukai