Dalam Menyikapi
PILKADA 09 Desember 2020
LANDASAN TEOLOGIS
Ketika Yesus berdoa syafaat (lih.Yoh.17), bagian dari doaNya adalah untuk para murid dan semua
orang percaya (gereja). Ada dua inti doa Yesus yaitu bahwa mereka tidak diminta untuk keluar dari
dunia dan supaya mereka menjadi satu seperti Bapa dan Yesus adalah satu. Dari doa Tuhan Yesus ini
menyadarkan kita bahwa GBKP sebagai kawan sekerja Allah berada di tengah-tengah dunia ini. Oleh
sebab itu segala apa pun yang terjadi di dunia ini GBKP tidak boleh tutup mata dan lepas tangan. Salah
satunya adalah di bidang politik, menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan GBKP.
Dalam konfesinya GBKP telah merumuskan tentang politik bahwa “Kami percaya, bahwa:
• Politik merupakan upaya untuk menata kehidupan masyarakat demi kesejahteraan bersama.
• Politik menjadi sarana kesaksian dan alat untuk menghadirkan Kerajaan Allah di tengah
masyarakat.
• Gereja menolak setiap upaya partai politik, sekelompok orang atau perorangan yang
menjadikan gereja sebagai kendaraan politik.
• Dalam pentas politik, gereja hadir sebagai garam dan terang baik dalam proses pencerahan
masyarakat, mengkritisi kebijakan dan memberikan pertimbangan dalam pengambilan
keputusan-keputusan politik.
• Gereja dipanggil mempersiapkan warganya untuk diutus dalam politik.
Menilik dari konfesi ini terlihat bahwa GBKP tidak anti politik, justru melihat politik adalah sebuah
upaya positif untuk menata kehidupan masyarakat demi kesejahteraan bersama. Hal ini bisa terjadi bila
Kerajaan Allah (baca: kehendak dan otoritas Allah) terjadi dalam dunia politik. Oleh sebab itu gereja
yang mempengaruhi dunia politik dan bukan sebaliknya. Dengan kesadaran inilah GBKP dengan
terencana dan berkelanjutan melakukan pembinaan dalam bidang politik baik oleh PPWG melalui
bahan PJJ, PA Kategorial Moria, Mamre, Permata, KAKR dan Saitun dan juga Parpem GBKP melalui
yayasan yang membidangi kemasyarakatan, buku saku politik, Majalah Warta Maranatha dll. Hal ini
dilakukan memberi edukasi sekaligus mempersiapkan seluruh warga GBKP agar terpanggil untuk
terjun dalam dunia politik secara baik dan benar.
Pemerintah telah memutuskan bahwa PILKADA akan tetap dilaksanakan pada tanggal 09 Desember
2020. Hal ini menandakan bahwa kampanye PILKADA dan PILKADA berlangsung pada masa
pandemic Covid’19 yang belum berakhir. Sementara pada saat ini pertambahan orang yang terpapar
virus Covid’19 dan yang menjadi korban terus meningkat. Hal ini seharusnya menjadi keprihatinan kita
semua.
Di sisi yang lain, berbagai keprihatinan (kegelisahan) dalam menyambut PILKADA ini.
• Dampak dari bencana alam erupsi Gunung Sinabung yang terasa hingga saat ini
• Harga hasil pertanian yang terus merosot.
• Banyaknya PHK di tengah masyarakat.
• Menurunnya daya beli masyarakat.
• Ekonomi Nasional secara mikro dan makro menuju ambang resesi.
Dari realitas di atas maka keprihatinan dan kegelisahan kita bersama adalah PILKADA ini menjadi
ajang “Praktek Politik Transaksional.” Artinya bahwa melalui PILKADA ini bisa menjadi tempat
menggulirkan uang untuk memperoleh suara (money politic). Pergumulan (kegelisahan) seperti ini
1
seharusnya menjadi perhatian bersama di tempat kita masing-masing. Karena bila ini terjadi maka
pupus lagi harapan kita tiga setengah tahun ke depan menemukan sosok pemimpin yang dapat merubah
daerah kita ke arah yang lebih baik.
Agar “suara kenabian” GBKP dalam PILKADA ini memberi kesaradaran kepada semua, maka surat
pastoral Moderamen ini secara terus menerus menjadi percakapan di gereja, PJJ, PA dan di dalam
setiap pertemuan yang lainnya. Hendaklah semua anggota jemaat bersama-sama dengan calon
pemimpin daerah benar-benar menjalankan PILKADA ini secara jujur serta tidak menjalankan
“POLITIK UANG.”
Melalui Surat Pastoral ini GBKP menghimbau kepada Pemerintah Pusat dan Daerah dan KPU dan
KPUD, juga kepada seluruh jemaat.
Di dalam kita menentukan pilihan, perlu diperhatikan beberapa hal sehubungan dengan pasangan calon
kepala daerah dengan cara:
1. Cermat melihat masalah ideologinya (UUD 1945 dan Pancasila) visi, misi, dasar, tujuan serta
program-programnya.
2. Jangan mudah percaya kepada janji-janji kampanye tetapi perhatikanlah latarbelakang/rekam jejak
calon kepala daerah beserta wakilnya (track record)
3. Selanjutnya kita berdoa sebelum menentukan pilihan seturut kehendak hati nurani kita berdasarkan
visi, misinya.
4. Pemimpin yang terpilih kita dukung dan awasi bersama, agar dia mampu menjalankan tugasnya
dengan baik membawa daerah kita semakin maju dalam semua aspek kehidupan.
Sebagai himbauan, jangan mudah terpancing dengan tindakan-tindakan yang bermaksud untuk
memecah belah kesatuan dan persatuan terkait dengan isu SARA (Suku, Agama dan Ras). Dihimbau
juga agar jangan menebarkan isu-isu yang tidak benar dan provokatif melalui media sosial maupun
media-media yang lainnya yang dapat mengakibatkan perpecahan dalam gereja sehubungan dengan
PILKADA ini. Yang penting diviralkan oleh jemaat dalam media sosial adalah “No Money Politic.”
Demikianlah surat pastoral ini disampaikan kepada seluruh anggota jemaat, Pemerintah dan KPU agar
kita melaksanakan secara bersama-sama. Kita berdoa agar PILKADA berjalan dengan baik dan terpilih
pemimpin yang diberkati Tuhan. Biarlah dari semua ini nama Tuhan termulia serta membawa
kesejahteraan bagi masyarakat.
Pdt. Agustinus P. Purba, S.Th, M.A Pdt. Rehpelita Ginting, S.Th, M.Min