Anda di halaman 1dari 149

DAFTAR ISI

Kata Pengantar............................................................................................. ii
Daftar isi ...................................................................................................... iii
Pedoman Transliterasi Arab-Indonesia ....................................................... v

SEMESTER I

BAB I PEMBAHARUAN DAN MODERNISASI DUNIA ISLAM


A. Latar Belakang Lahirnya Gerakan Pembaharuan Islam Dunia
B. Macam-macam Gerakan Pembaharuan Islam Dunia..........
C. Pemikiran-pemikiran Pembaharuan Dunia Islam...............
D. Nilai-nilai Perjuangan dari Gerakan Pembaharuan Dunia Islam
Kesimpulan................................................................... Adit
Kegiatan Diskusi.......................................................................
Pendalaman Karakter................................................................
Evaluasi.....................................................................................

BAB II SEJARAH MASUKNYA ISLAM DI INDONESIA ...........


A. Jalur Masuknya Islam di Indonesia....................................
B. Strategi Dakwah dan Perkembangan Islam di Indonesia...
C. Tokoh-tokoh Awal Islam Indonesia...................................
D. Kontribusi Tokoh-tokoh Islam Awal Indonesia
Kesimpulan...............................................................................
Kegiatan Diskusi.......................................................................
Pendalaman Karakter................................................................
Evaluasi.....................................................................................

BAB III SEJARAH WALI SANGA.....................................................


A. Kiprah masing-masing Wali Sanga dalam Penyebaran Islam
B. Strategi Dakwah yang Dikembangkan Wali Sanga...........
Kesimpulan...............................................................................
Kegiatan Diskusi.......................................................................
Pendalaman Karakter................................................................
Evaluasi.....................................................................................

BAB IV KERAJAAN ISLAM AWAL DI INDONESIA


A. Sejarah Perkembangan Kerajaan Islam Awal di Indonesia...
B. Peranan Kerajaan Islam Awal di Indonesia...........................

SEMESTER II

BAB I SEJARAH PERKEMBANGAN ISLAM DI ASIA TENGGARA


A. Sejarah Perkembangan Islam Di Thailand.........................
B. Sejarah Perkembangan Islam di Sulu - Filipina.................
C. Sejarah Perkembangan Islam di Malaysia ........................
D. Sejarah Perkembangan Islam di Brunei Darussalam.........
Kesimpulan...............................................................................
Kegiatan Diskusi.......................................................................
Pendalaman Karakter................................................................
Evaluasi.....................................................................................

BAB II PERKEMBANGAN ISLAM DI AFRIKA, AMERIKA, EROPA


DAN AUSTRALIA
A. Sejarah Perkembangan Islam di Afrika.............................
B. Sejarah Perkembangan Islam di Amerika..........................
C. Sejarah Perkembangan Islam di Australia.........................
D. Sejarah Perkembangan Islam di Eropa..............................
Kesimpulan...............................................................................
Kegiatan Diskusi.......................................................................
Pendalaman Karakter................................................................
Evaluasi.....................................................................................

BAB III PUSAT PERADABAN DAN TOKOH TOKOH DUNIA ISLAM


MODERN SAMPAI KONTEMPORER
A. Pusat-pusat Peradaban Islam Dunia Modern....................
B. Faktor-faktor Kemajuan dan Kemunduran Peradaban Dunia Islam
C. Tokoh-tokoh Dunia Islam Kontemporer
Kesimpulan...............................................................................
Kegiatan Diskusi.......................................................................
Pendalaman Karakter................................................................
Evaluasi.....................................................................................
BAB I
PEMBAHARUAN DAN MODERNISASI DUNIA ISLAM

KOMPETENSI INTI
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama Islam.
2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun, ramah
lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan pro aktif) dan
menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan
diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3. Memahami dan menerapkan pengetahuan factual, konseptual, procedural dalam ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan
pengetahuan procedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan
minatnya untuk memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu
menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.

KOMPETENSI DASAR

1.1. Meyakini bahwa berdakwah adalah kewajiban setiap muslim.


1.2. Menghayati nilai-nilai perjuangan dari tokoh-tokoh pembaharuan dunia Islam sebagai
implementasi dari kewajiban berdakwah dalam Islam.
1.3. Meyakini sikap akhlakul karimah dari tokoh Muhammad Abduh pembaharuan dunia
Islam sebagai suri tauladan bagi genarasi Islam masa kini
1.4. Menghayati sikap kegigihan belajar dari tokoh-tokoh pembaharuan dunia Islam
Muhammad Iqbal sebagai implementasi kewajiban belajar bagi umat Islam.
2.1 Menunjukkan perilaku jujur dalam kehidupan sehari-hari dari tokoh-tokoh pembaharu
dunia Islam.
3.1. Menganalisis sejarah pembaharuan atau modernisasi Islam di dunia
3.2. Mengidentifikasi latar belakang lahirnya gerakan pembaharuan Islam di dunia
3.3. Mengklasifikasi macam-macam gerakan pembaharuan Dunia Islam
3.4 Mendiskusikan pemikiran-pemikiran pembaharuan dunia Islam
3.5 Mengidentifikasi nilai-nilai perjuangan daru gerakan pembaharuan dunia Islam
4.2 Menyajikan hikmah dan manfaat dari warisan peradaban dunia Islam bagi masyarakat
Islam masa kini dan masa yang akan datang.
4.3. Membuat peta konsep mengenai nilai-nilai gerakan pembaharuan.
PETA KONSEP

Kampus Universitas Al-Azhar, Kairo, mesir


www.id.wikipedia.org

A. AMATI GAMBAR BERIKUT DAN BERIKAN PENDAPATMU

Setelah Kalian mengamati gambar di atas


buatlah daftar pendapat atau pertanyaan yang
relevan
.…………………………………………… .1
.……………………………………………
..……………………………………………
.…………………………………………… .2
.……………………………………………
.……………………………………………
…………………………………………… .3
..……………………………………………
..……………………………………………
Setelah Kalian mengamati gambar di atas Setelah Kalian mengamati gambar di atas
buatlah daftar pendapat atau pertanyaan yang buatlah daftar pendapat atau pertanyaan yang
relevan relevan
.…………………………………………… .1 .…………………………………………… .1
.…………………………………………… .……………………………………………
..…………………………………………… ..……………………………………………
.…………………………………………… .2 .…………………………………………… .2
.…………………………………………… .……………………………………………
.…………………………………………… .……………………………………………
…………………………………………… .3 …………………………………………… .3
A. Pendahuluan ..……………………………………………
..……………………………………………
..…………………………………………… ..……………………………………………
Secara etimologi, kata dakwah
sebagai bentuk mashdar dari kata
da’a (fi’il madhi) dan yad’u (fi’il
mudhari’) yang artinya memanggil
(to call). Mengundang (to invite),
mengajak (to summer), menyeru
(to propo), mendorong (to urge)
dan memohon (to pray) (Warson
Munawir, 1994:439). Dakwah
dalam pengertian ini dapat
dijumpai dalam Al Qur’an yaitu
pada surat Yusuf ayat 33 dan Surat
Yunus ayat 25.
”S
ebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat untuk oran lainnya” Secara terminologis atau istilah
Sumber gambar : http://faculty.ksu.edu.sa pengertian dakwah dimaknai dari
aspek positif ajakan tersebut, yatu
ajakan kepada kebaikan dan
keselamatan dunia dan akhirat.
Istilah dakwah digunakan dalam Al
Qur’an baik dalam bentuk fi’il
maupun dalam bentuk mashdar
berjumlah lebih dari seratus kali.
Dalam Al Qur’an, dakwah dalam
arti mengajak ditemukan sebanyak
46 kali, 39 kali dalam arti
mengajak kepada Islam dan
kebaikan, 7 kali kepada neraka dan
kejahatan.
Beberapa dari ayat tersebut:

Mesin-mesin peninggalan revolusi industri kini berganti dengan mesin-


mesin supercanggih dalam segala bidang
http://dewi-ari.blogspot.com-
1. Mengajak manusia kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran ( QS. Ali
Imran:104)
2. Mengajak manusia kepada jalan Allah (QS an-Nahl:125)
3. Mengajak manusia kepada agama Islam (QS as-Shaf:7)
4. Mengaak manusia kepada jalan yang lurus (QS al-Mukminun:73)
5. Memutuskan perkara dalam kehidupan umat manusia, kittabullah dan sunnaturrasul
(QS an-Nur:48 dan 51, serta QS Ali Imran:23)
6. Mengajak kesurga (QS al-Baqarah:122)

Syekh Ali Makhfudh dalam kitabnya Hidayatul Mursyidin, mengatakan bahwa dakwah
adalah mendorong manusia untuk berbuat kebajikan dan mengikuti petunjuk (agama),
menyeru mereka kepada kebaikan dan mencegah mereka dari perbuatan munkar agar
memperolah kebahagiaan dunia dan akhirat. Sementara itu, mufassir Indonesia Quraisy
Shihab mendefinisiknnya sebagai seruan atau ajakan kepada keinsyafan, atau usaha
mengubah sesuatu yang tidak baik kepada sesuatu yang lebih baik, baik terhadap pribadi
maupun masyarakat. Karena dakwah merupakan ajakan kepada kebaikan dan untuk kebaikan
maka cara-cara yang dilakukan pun harus dengan cara yang baik.

Nabi Muhammad SAW diutus oleh Allah SWT untuk mengajak (dakwah) umat
manusia agar beriman kepada Allah SWT. Karena dengan beriman kepada Allah dengan
benar, maka kebaikan dan kebahagiaan di dunia dan di akhirat akan kita dapatkan. Nabi
Muhammad SAW adalah contoh konkrit dalam menjalankan dakwah islam yang baik. Allah
swt telah mengajarkan berbagai metode dakwah kepada Rasulullah dan rahasia dari metode
dakwah yang beraneka ragam. Obyek al-Qur’an yang berbeda-beda ini menuntut metode
dakwah yang variatif sehingga ajakan dakwah bisa tersampaikan dengan baik dan tepat.
Oleh karena itu, Al Quran di samping menunjukkan metode dakwahnya  dengan
bentuk hikmah, nasehat yang baik serta sanggahan yang bagus, ia juga menunjukkannya
dalam bentuk perumpamaan, supaya dapat dijangkau oleh orang awam sekaligus menjadi
penekanan untuk orang alim sehingga dapat diserap oleh semuanya. Jalan hikmah, nasehat
baik, serta sanggahan yang bagus dari satu sisi dan perumpamaan serta cerita-cerita dari sisi
lain merupakan  metode yang komprehensif dalam dakwah dan hal ini adalah karakteristik Al
Quran yang tidak ditemukan dalam kitab-kitab lainnya. Tidak ditemukan didalam al-Qur’an
dan al-Sunnah satu cara pun dakwah dengan cara yang keras apalagi kejam dan melanggar
hak azasi manusia.
Dalam bab ini kita akan mengkaji mengenai pembaharuan dan modernisasi dalam
dunia Islam sebagai bagian dari perkembangan dakwah Islam dari masa ke masa.
Menurut para ahli, era dunia modern dimulai pada tahun 1800an. Pada era tersebut,
umat Islam sedang mengalami kemunduran, baik itu dari segi paham keagamaan, intelektual,
ekonomi, politik, sosial dan budaya. Pada saat itu, masyarakat Islam banyak yang meyakini
khurafat, bid’ah, pengkultusan indivdu dan kemandegan ijtihad sehingga bodohan merajalela
dan seolah-olah tiada solusinya. Di sisi lain kemiskinan dan tidak adanya keberpihakan
politik dalam membangun masyarakat Islam tidak ada. Umat Islam pada saat itu menjadi
minoritas di masing-masing negara.
Didorong oleh keprihatinan akan kemunduran Islam dan untuk menjawab persoalan
tersebut, maka muncullah tokoh-tokoh yang mencetuskan breakthrough atau terobosan-
terobosan baru untuk melakukan perbaikan-perbaikan bagi umat Islam. Untuk mempermudah
memahami materi ini, kita akan membagi materi bahasan ke dalam tiga pembahasan yaitu
dimulai dari latar belakang munculnya gerakan islam modern, macam-macam gerakan Islam
modern dan tokoh pembaharu dalam dunia Islam modern serta nilai-nilai apa yang bisa kita
teladani dari proses pembaharuan tersebut. Dalam bab ini disajikan dua contoh tokoh
pembaharuan dalam dunia Islam yang mampu menginspirasi, mengajak dan merubah situasi
dan kondisi masyarakat Islam menuju kebaikan yang bisa kita jadikan teladan. Siapkan alat
belajar kalian, mulai konsentrasilah dan dapatkan pelajaran yang baik sebagai perbaikan diri
kalian untuk mencapai cita-cita kalian di hari depan.

B. Pendalaman materi
1. Pembaharuan di Dunia Islam Modern
1) Latar Belakang Munculnya Gerakan Islam Modern
Pembaharuan Islam adalah suatu upaya-upaya untuk menyesuaikan ajaran
keagamaan Islam dengan perkembangan baru yang ditimbulkan oleh kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Dalam bahasa Arab, gerakan
pembaharuan Islam disebut dengan tajdîd, secara harfiah tajdîd berarti
pembaharuan dan pelakunya disebut dengan mujaddid. Dalam pengertian itu,
jika kita menilik sejarah Islam maka sebenarnya Islam telah memiliki tradisi
pembaharuan, karena di dalam Islam ketika kita menemukan masalah baru yang
belum ada sebelumnya, maka kaum muslim segera akan mencari jawabannya
pada al-qur’an dan sunnah.
Rasulullah pernah mengisyaratkan bahwa “sesungguhnya Allah akan mengutus
kepada umat ini (Islam) pada permulaan setiap abad orang-orang yang akan
memperbaiki –memperbaharui-agamanya” (HR. Abu Daud).
Meskipun demikian, istilah tajdid atau pembaharuan ini baru populer pada awal
abad ke-18. tepatnya setelah munculnya gaung pemikiran dan gerakan
pembaharuan Islam, imbas dari persinggungan politik dan intelektual dengan
dunia Barat. Gerakan pembaharuan dalam Islam, yang oleh beberapa pakar
disebut juga gerakan modernisasi atau gerakan reformasi, adalah gerakan yang di
lakukan untuk menyesuaikan paham-paham keagamaan Islam dengan
perkembangan baru yang diakibatkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan
tenologi modern. Dengan pembaharuan itu pemimpin Islam berharap agar umat
Islam terbebas dari ketertinggalan, bahkan dapat mencapai kemajuan yang setara
dengan bangsa-bangsa lain.
Sementara itu, menurut wikipedia Modernisasi dalam ilmu sosial merujuk pada
sebuah bentuk transformasi dari keadaan yang kurang maju atau kurang
berkembang ke arah yang lebih baik dengan harapan akan tercapai kehidupan
masyarakat yang lebih maju, berkembang, dan makmur.

Dengan demikian pembaharuan dalam Islam bukan berarti mengubah,


mengurangi, atau menambahi teks Al-Quran maupun Hadits, melainkan hanya
menyesuaikan paham atas keduanya dalam menjawab tantangan zaman yang
senantiasa berubah. Hal ini dikarenakan menurut para tokoh pembaharuan Islam,
dikarenakan terjadi kesenjangan antara yang dikehendaki al-Qur’an dengan
kenyataan yang terjadi di masyarakat maka diperlukan adanya pembaharuan
dalam pemikiran dan keagamaan masyarakat sehingga dapat sejalan dengan al-
Qur’an dan al-Sunnah.
Dengan demikian, maka pembaharuan Islam mengandung maksud
mengembalikan sikap dan pandangan hidup umat agar sejalan dengan petunjuk 
al-Qur’an dan al-Sunnah.

Dengan demkian pembaharuan dalam Islam


dapat pula berarti mengubah keadaan umat
agar mengikuti ajaran yang sesuai dengan
al-Qur’an dan al-Sunnah.
Pemikiran pembaharuan atau modernisasi
dalam dunia Islam timbul terutama karena
adanya kontak hubungan yang terjadi
antara dunia Islam dan Barat.

Dengan adanya kontak itu, umat Islam abad


XIX menjadi tersadar bahwa mereka telah
mengalami kemunduran dibandingankan
dengan dunia Barat yang pada saat itu
Muhammad Ali Pasya
mulai menemukan titik kemajuan (1769-1849M)
peradabannya. Sumber:
http://www.royalark.net

Sebelum periode modern, hubungan antara


Islam dan barat sebenarnya sudah ada,
terlebih antara Kerajaan Usmani yang mempunyai daerah kekuasaan di daratan
Eropa dengan beberapa negara Barat.

Kontak dengan kebudayaan Barat ini ditambah lagi dengan jatuhnya kekuatan
Mesir oleh Napoleon Bonaparte dari Perancis disusul dengan imperialisme barat
terhadap negara-negara muslim lainnya, membuka pemikiran pemuka-pemuka
intelektual dan pemerintahan Islam Mesir untuk segera mengadakan
pembaharuan.

Dengan proses Islamisasi yang terus berlangsung -meminjam konsep Nakamura-


dimaksudkan suatu proses dimana sejumlah besar orang Islam memandang
keadaan keberagamaan yang berkembang, termasuk diri mereka sendiri, sebagai
belum memuaskan. Oleh karena itu sebagai langkah perbaikan diusahakan untuk
memahami kembali Islam, dan selanjutnya berbuat sesuai dengan apa yang
mereka anggap sebagai pemahaman standard Islam yang benar.

Hal ini dilakukan dengan alasan karena paham-paham yang dihasilkan para
ulama atau pakar di zaman sebelumnya tetap saja memiliki kekurangan dan
proses pembentukannya selalu dipengaruhi oleh kecenderungan, pengetahuan,
situasi sosial, politik dan lain sebagainya yang berkembang pada saat itu. Bisa
jadi Paham-paham tersebut yang berlaku di masa itu memiliki relevansi dan
masih dapat digunakan sesuai dengan
perkembangan keadaan masyarakat,
tetapi seiring berjalannya waktu mungkin Kata ijtihad dalam bahasa
Arab mengambil bentuk
sudah banyak yang tidak sesuai lagi
masdar tsulatsi mazid. Bila
seiring perubahan zaman yang dikembalikan ke bentuk
berkembang. Tokoh-tokoh pembaharuan aslinya yang hanya
Islam selain Muhammad Ibn Abdul memiliki tiga huruf ia
Wahab, Muhammad Ali Pasya, menjadi jahada dan bentuk
Jamaluddin Al-Afghani, Hasan Al- masdarnya ada dua; jahdun
Banna, Muhammad Abduh, Muhammad dan juhdun. Para ahli
bahasa terbagi dalam
Iqbal, Rasyid Ridla, sampai pada Sayyid
pemaknaan dua kata ini.
‘Amir Ali dan lain-lain. Ada yang menganggap
keduanya memiliki satu
Diantara yang mendorong timbulnya arti sedangkan yang lainya
pembaharuan dan modernisasi Islam meyakini masing-masing
adalah memiliki arti sendiri-
1. Keyakinan (tauhid) yang dianut .sendiri
kaum muslimin pada saat itu yang
bercampur dengan kebiasaan yang
dipengaruhi oleh kelompok-kelompok, pemujaan terhadap orang-orang
suci dan hal lain yang membawa kepada takhayul, bid’ah dan khurafat.
Ajaran seperti inilah yang menyebabkan kemunduran Islam. Sementara di
dunia barat, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang mendukung
kemajuan negara semakin berkembang.
2. Sifat jumud membuat umat Islam berhenti berpikir dan berusaha. Oleh
karena itu selama umat Islam masih bersifat jumud dan tidak mau berpikir
untuk berijtihad maka mereka tidak mungkin mengalami kemajuan.
Kemajuan masyarakat hanya akan bisa tercapai melalui pengkajian ilmu
pengetahuan yang terus menerus untuk kemudian diaplikasikan dalam
teknologi terapan dan kehidupan sosial yang nyata yang mempengaruhi ke
arah kemajuan masyarakat. Untuk itu perlu diadakan pembaharuan yang
berusaha memberantas kejumudan dan menggerakkan ijtihad di kalangan
umat Islam.
3. Umat Islam terpecah belah, umat Islam tidak akan mengalami kemajuan
apabila tidak adanya persatuan dan kesatuan yang diikat oleh tali ukhuwah
ajaran Islam. Karena itulah, bangkit suatu gerakan pembaharuan yang
memberikan inspirasi umat Islam untuk bersatu dan melawan imperialisme
barat.
4. Hasil dari kontak yang terjadi antara dunia Islam dan barat. Dengan
adanya kontak ini mereka sadar bahwa mereka mengalami kemunduran
dibandingkan dengan barat. Terutama sekali saat terjadinya peperangan
antara kerajaan ustmani dengan kerajaan eropa, yang biasanya tentara
kerajaan utsmani selalu menang dalam peperangan dan pada akhirnya
mengalami kekalahan ditangan barat. Hal ini membuat pembesar-
pembesar utsmani menyelidiki rahasia kekuatan militer eropa yang baru
muncul. Ternyata rahasianya adalah kekuatan militer modern yang
dimiliki eropa sehingga pembaharuan juga dipusatkan pada bidang militer.
Pembahuran dalam islam berbeda dengan renainsance pada dunia Barat.
Jika renaisance Barat muncul dengan menyingkirkan agama, maka
pembaharuan islam sebaliknya, yaitu untuk memperkuat prinsip dan
ajaran-ajaran agama islam. Islam bukan hanya mengajak maju ke depan
untuk melawan segala kebodohan dan untuk kemajuan islam itu sendiri.
Pada saat dunia Islam mengalami kemunduran, bangsa barat justru sedang
mengalami kemajuan dan sedang melakukan ekspansi wilayah
perdagangan baru. Jalur strategis yang selama ini menjadi jalur
internasional telah dikuasai oleh Islam, sehingga mereka sulit melakukan
transaksi-transaksi perdagangan melalui jalur tersebut. Dengan didukung
oleh kesuksesan Christoper Columbus (1492M) yang berhasil menemukan
benua Amerika. Vasco da Gama yang berhasil menemukan jalur ke Timur
melalui Tanjung Harapan pada tahun 1498M menjadikan Benua Amerika
dan kepulauan Hindia jatuh ke tangan bangsa Eropa. Dengan dibukanya
dua jalur perdagangan tersebut, maka barat tidak lagi tergantung dengan
jalur lama yang telah dikuasai umat Islam. Dengan jalur perdagangan yang
semakin luas maka dengan sendirinya akses perdagangan barat semakin
luas pula, dan tentunya semakin meningkatkan nilai ekspor dan
perekonomian bangsa barat melampaui dunia Islam. Kemajuan bangsa
barat berturut-turut pasca perang salib, didorong oleh adanya gerakan
perluasan perdagangan dan dipercepat dengan adanya gerakan penggalian
ilmu pengetahuan atau revolusi ilmu pengetahuan pada abad ke 16 dengan
munculnya para ilmuwan seperti Francis Bacon, René Descartes, Galileo
Galilei serta adanya pengembangan riset dan penelitian dengan pendirian
lembaga riset seperti The Royal Improving Knowledge, The Royal Society
of England, dan The French Academy of Science menyusul kemudian
aplikasi dari teori-teori baru dan hasil-hasil penelitian tersebut dalam
bentuk mesin-mesin pendukung industri, maka muncullah revolusi industri
(1750-1850M). Revolusi Industri menimbulkan terjadinya perubahan
secara besar-besaran di bidang pertanian, manufaktur, pertambangan,
transportasi, dan teknologi serta memiliki dampak yang mendalam
terhadap kondisi sosial, ekonomi, dan budaya di dunia. Revolusi Industri
dimulai dari Britania Raya dan kemudian menyebar ke seluruh Eropa
Barat, Amerika Utara, Jepang, dan akhirnya ke seluruh dunia hingga saat
ini.

Dalam melakukan ekspansi perdagangan, bangsa barat ternyata bukan hanya


memiliki motif ekonomi tapi juga motif kekuasaan dan menyebarkan agama
kristen. Tiga misi ini dikenal dengan gold, glory dan gospel yang diterapkan
dalam menaklukkan negara-negara Islam di dunia.
2) Tokoh Pembaharu Dunia Islam Modern

a. Muhammad Abduh

Muhammad Abduh lahir di di Delta Nil yang sekarang masuk kedalam


wilayah Mesir pada tahun 1849. Ia hidup berpindah-pindah mengkuti sang
ayah yang hidup berpindah-pindah menghindari kejaran petugas pajak yang mencekik
rakyat pada masa kesultanan Muhammad Ali Pasya. Ayahnya bernama Abduh Hasan
Khairullah, seorang imigran yang berasal dari Turki dan telah lama menetap di Mesir.
Sang Ibu berkebangsaan Arab yang memiliki garis keturunan dari Khalifah Umar Ibn
Khatab. Akhirnya kedua orang tua Abduh tinggal di desa Mahallah Nashr setelah
berpindah-pindah ke banyak tempat. Abduh kecil hingga remaja banyak menekuni
pelajaran membaca, menulis dan pada usia 12 tahun ia sudah mampu menghafal al-
Qur’an dalam bimbingan langsung sang ayah.

Pemikiran cemerlangnya dimulai ketika ia dikirim belajar secara formal oleh ayahnya
ke Perguruan di Masjid Ahmadi untuk mempelajari Bahasa Arab, Nahwu, saraf, dan
lain-lain, di desa Thanta, salah satu desa di Mesir. Namun, ia merasa apa yang
dipelajarinya sangat monoton dan ia tidak mengerti apa maksud dari ilmu yang ia
dapatkan, karena ia hanya menghafal pelajaan-pelajaran itu saja tanpa tahu
substansinya. Ia tidak puas dengan metode belajar yang diterapkan yang
mementingkan hafalan tanpa memahami pengertian dari yang dipelajarinya itu.
Bahkan ia berpikir lebih baik tidak belajar daripada menghabiskan waktu menghafal
istilah-istilah nahwu dan fiqih yang tidak dipahaminya, sehingga ia kembali ke
Mahallah Nashr (kampungnya) dan hidup sebagai petani serta melangsungkan
pernikahan dalam usia 16 tahun.

Sang Ayah tidak menyetujui langkah yang diambil oleh Abduh, ia memerintahkan
Abduh untuk kembali ke Thanta dan menekuni kembali pelajarannya. Dengan
terpaksa ia kembali ke Tanta. Namun, di tengah perjalanan ia membelokkan langkah
kakinya menuju sebuah desa tempat tinggal pamannya yaitu Syeikh Darwsy Khadir
(paman dari ayah Muhammad Abduh) di Kanisah Urin, Syeikh Darwisy adalah
seorang penganut alran tasawuf thariqah Syadziliyah dan memiliki pengetahuan yang
luas. Syekh Darwsy mengetahui sebab-sebab keengganan Abduh untuk belajar di
Thanta, maka ia selalu mengajak Muhammad Abduh supaya membaca buku
bersama-samanya.

Kisah perjalanan hidup Muhammad Abduh diabadikan dalam buku yang berjudul
“Muzakirat al-Imam Muhammad Abduh” karya Muhammad Rasyid Ridla, dalam
buku tersebut dijelaskan bahwa pada saat itu ia benci melihat buku, dan buku yang
diberikan Darwsy itu dibuangnya jauh-jauh. Lalu buku tersebut dipungut lagi oleh
Darwsy dan diberikan lagi pada Abduh, Darwsy selalu sabar menghadapi Abduh, dan
pada akhirnya Abduh mau juga membaca buku tersebut beberapa baris. Setiap
barisnya Darwisy memberikan penjelasan yang luas tentang arti dan maksud yang
dikandung kalimat tersebut. Akhinya Muhammad Abduh berubah sikapnya terhadap
buku dan ilmu pengetahuan. Dia mulai paham dengan apa yang dibacanya, kemudian
ia kembali ke Thanta pada bulan oktober 1865 M/ 1286.

Muhammad Abduh melanjutkan pendidikan di Thanta, akan tetapi hanya 6 bulan saja
di Thanta ia kemudian meninggalkan Thanta dan menuju al-azhar yang diyakininya
sebagai tempat mencari ilmu yang sesuai untuknya. Di al-Azhar, ia hanya
mendapatkan pelajaran ilmu-ilmu agama saja, di Al-Azhar-pun ia menemukan metode
yang sama dengan di Thanta. Hal ini membuatnya kembali kecewa. Dalam salah satu
tulisannya ia menyatakan rasa kekecewaannya tersebut dengan menyatakan bahwa
metode pengajaran yang verbalis itu telah merusak akal dan daya nalarnya.

Rasa kecewa itulah agaknya yang menyebabkan Abduh akhirnya menekuni dunia
sufistik.

Pada tahun 1871 Abduh bertemu dengan Jamaludin al-Afghani yang datang ke Mesir
pada tahun itu. Dari jamaluddin, ia mendapatkan ilmu pengetahuan falsafat, ilmu
kalam dan ilmu pasti, meskipun sebelumnya ia telah mendapatkan ilmu tersebut di
luar al-Azhar, namun metode yang dipakai oleh Jamaludin adalah metode yang telah
lama dicarinya selama ini, sehingga ia lebih puas menerima ilmu dari guru barunya
tersebut. Abduh mengungkapkan bahwa Jamaluddin telah melepaskannya dari
kegoncangan kejiwaan yang dialaminya.

Al-Afghany adalah seorang pemikir modern yang masih memiliki garis keturunan
dari Hasan bin Ali bin Abi Thalib. Ia adalah seorang yang sangat cerdas dalam
memecahkan persoalan-persoalan yang rumit yang diberikan kepadanya. Seperti
solusi yang ia berikan pada saat Mesir mengalami krisis keuangan akibat
menumpuknya hutang negara pada kurun waktu tahun 1871 sampai 1879.

Metode pengajaran yang digunakan oleh Jamaluddin adalah metode praktis


(‘maliyyah) yang mengutamakan pemberian pengertian dengan cara diskusi. Selain
pengetahuan teoritis Jamaluddin juga mengajarkan pengetahuan praktis, seperti
berpidato, menulis artikel dan sebagainya. Sehingga dengan demikian, membawanya
tampil didepan publik. Ia mengajar mantiq (logika), tasawuf, fisafat, ilmu pasti dan
lain-lain di rumahnya. Ia mememiliki pemikiran dan semangat tinggi untuk
memutus mata rantai kejumudan berfikir dan cara-cara berfikir yang fanatik.
Akhirnya Muhammad Abduh menjadi pelopor penyebaran pemikiran Jamaluddin al-
Afghani di kampus Al-Azhar hingga berkembang luas ke seluruh Mesir bahkan dunia.

Setelah Abduh menyelesaikan studinya di al Azhar pada tahun 1877, atas usaha
Perdana Menteri Mesir, Riadl Pasya, ia di angkat menjadi dosen pada Universitas
Darul Ulum, Universitas al Azhar dan perguruan bahasa Khadevi.

Ia mengajarkan berbagai mata pelajaran seperti teologi, sejarah, ilmu politik dan
kesusastraan Arab. Pada tahun 1877-1882, ia di asingkan di Beirut, karena ia terlibat
politik, ia dituduh bersekongkol untuk menggulingkan Khadevi Tawfik. Di
pengasingan ini ia bekerja sebagai guru sekaligus penulis. Kegiatan pembelajaran
dilanjutkannya lagi di Beirut. Ia menterjemah kitab-kitab kedalam bahasa Arab. Di
Beirut pula ia menyelesaikan penulisan bukunya yang termasyur Risalat at-tauhid
yang ditulisnya semasa mengajar di Madrasah Sulthaniah, disamping beberapa buku
terjemahan yang lain. Untuk kepentingan gerakan, Syekh Muhammad Abduh telah
menulis beberapa buku, antara lain Risalah al-Tawhid dan Al-Islam Wa nashraniyah
Ma’al Ilmi Wal Madaniyah.

Tahun 1888 ia kembali ke Mesir setelah selesai masa pengasingan. Ia diperbolehkan


kembali ke kota Kairo dan diberi kepercayaan memimpin surat kabar al-Waqa’i al-
Mishriyah. Pada tahun 1882 bersama Urabi Pasya Abduh ikut bergabung dalam
gerakan pemberontakan menentang ketidakadilan negara. Ia kemudian diasingkan ke
Beirut dan Perancis. Di Perancis ia bertemu kembali dengan Jamaluddin al-
Afghani kemudian menerbitkan al-Urwatul Wutsqa. Kemudian ia kembali lagi ke
Mesir. Namun karena pemerintah merasa khawatir akan pengaruh Abduh yang
semakin diterima masyarakat luas, akhirnya Abduh tidak diperbolehkan mengajar
oleh pemerintah Mesir, ia kemudian bekerja sebagai hakim agama (mufti) kemudian
menjadi anggota majelis al-a’la al-Azhar yang membawa perubahan-perubahan di
lembaga pendidikan tertua tersebut. Ia diangkat menjadi mufti sejak tahun 1899.

Pembaharuan yang kedua yang dilakukannya ketika ia menjabat sebagai mufti di


tahun 1899 menggantikan Syekh Hasanuddin al-Nadawi. Usaha yang pertama yang
dilakukannya adalah memperbaiki pandangan masyarakat bahkan pandangan mufti
sendiri tentang kedudukan mereka sebagai hakim. Mufti-mufti sebelumnya
berpandangan, bahwa sebagai mufti betugas sebagai penasehat hukum bagi
kepentingan Negara. Diluar itu seakan mereka melepaskan diri dari masyarakat
yang mencari kepastian hukum. Namun bagi Abduh, seorang mufti bukan hanya
bekerja pada Negara, tetapi juga pada masyarakat luas. Dengan demikian kehadiran
Muhammad Abduh tidak hanya dibutuhkan oleh Negara tapi juga oleh masyarakat
luas.

Pembaharuan yang ketiga yang dilakukannya dengan mendirikan organisasi sosial


yang bernama al-Jami’at al-Khairiyyah al-Islamiyyah pada tahun 1892. Organisasi ini
bertujuan untuk menyantuni fakir miskin dan anak yang tidak mampu dibiayai oleh
orang tuanya. Wakaf merupakan salah satu institusi yang tidak luput dari
perhatiannya, sehingga ia membentuk majelis administrasi wakaf sehingga ia berhasil
memperbaiki perangkat masjid.

Namun, dalam realitasnya tidak semua ide dan pemikiran pembaharuan yang
dibawanya dapat diterima oleh penguasa dan pihak al-Azhar. Penghalang utama yang
dihadapinya adalah para ulama yang berpikiran statis beserta masyarakat awam.

Ketika menghadapi banyak rintangan tersebut Abduh jatuh sakit dan meninggal pada
8 Jumadil awal 1323 H/ 11 Juli 1905, jenazah Muhammad Abduh dikebumikan di
pemakaman negara di Kairo. Dari uraian-uraian diatas dapat disimpulkan bahwa
faktor yang mempengaruhi pemikiran Muhammad Abduh adalah :

a. Faktor sosial, berupa sikap hidup yang dibentuk oleh keluarga dan gurunya
terutama Syekh Darwisy dan Sayyid Jamaludin al-Afghani, disamping itu
lingkungan sekolah di Thanta dan Mesir tempat ia menemukan sistem
pendidikan yang tidak efektif, serta sikap keagamaan yang statis dan fikiran-
fikiran yang jumud yang ia temukan di masyarakat.
b. Faktor kebudayaan, berupa ilmu yang diperolehnya selama belajar disekolah-
sekolah formal sekalgus penaruh langsung pemikiran Jamaludin al-Afghani,
serta pengalaman yang ditimbanya dari barat ketika ia diasingkan ke Perancis.
c. Faktor politik yang bersumber dari situasi politik dimasanya, sejak
dilingkungan keluarganya di Muhallaf Nashr, ketika ia kuliah hingga ia wafat.

Ketiga faktor tersebut yang melatarbelakangi lahirnya pemikiran Muhammad Abduh


dalam berbagai bidang, teologi, syari’ah, pendidikan, sosial politik bahkan budaya.
Pemikirannya yang paling menonjol adalah yang berkaitan dengan teologi difokuskan
pada perbuatan manusia (af’al dan ‘ibad) qada dan qadar serta sifat-sifat Tuhan.

Menurut Abduh, bahwa perbuatan manusia bertolak dari satu deduksi bahwa manusia
adalah makhluk yang bebas memilih perbuatan. Menurut Muhammad Abduh ada tiga
unsur yang mendukung suatu perbuatan yaitu akal, kemauan dan daya. Ketiganya
merupakan ciptaan Tuhan bagi manusia yang dapat dipergunakan dengan bebas.

Qada dan qadar menurut Abduh adalah salah satu pokok aqidah dalam agama yang
harus diberi pengertian yang benar, karena aqidah bertempat dihati (Qalbiyyah). Ia
akan terpantul dalam sikap dan perbuatan. Dari itulah aqidah qada dan qadar yang
benar bisa memantulkan sikap hidup yang dinamis, sedangkan aqidah yang
menyimpang akan menimbulkan sikap tidak menguntungkan, fatalistis, bahkan
pemahaman yang salah terhadap ajaran-ajaran agama lainnya. Keyakinan terhadap
qada dan qadar yang menyimpang kata Abduh telah membawa kehancuran dalam
sejarah umat islam, sama halnya dengan aqidah yang benar telah mengantarkan umat
Islam pada masa-masa kejayaan.

Untuk mengimbangi serangan Kristen atas Islam, Muhammad Abduh berusaha


mencoba mendefinisikan kembali (redefinisi) dan menegaskan bahwa ajaran Islam
adalah jelas berbeda dengan Kristen. Muhammad Abduh mengungkapkan delapan
keunggulan Islam atas Kristen yaitu :

1. Islam menegaskan bahwa menyakini keesaan Allah dan membenarkan risalah


Muhammad merupakan kebenaran inti ajaran Islam.
2. Kaum Muslim sepakat bahwa akal dan wahyu berjalan tidak saling bertentangan,
karena keduanya berasal dari sumber yang sama.
3. Islam sangat terbuka atas berbagai interprestasi. Oleh karena itu, Islam tidak
membenarkan adanya saling mengkafirkan di antara kaum muslim.
4. Islam tidak membenarkan seseorang menyerukan risalah Islam kepada orang lain,
kecuali dengan bukti.
5. Islam diperintahkan untuk menumbangkan otoritas agama, karena satu-satunya
hubungan sejati adalah hubungan manusia dengan tuhannya secara langsung.
6. Islam melindungi dakwah dan risalah, dan menghentikan perpecahan dan fitnah.
7. Islam adalah agama kasih sayang, persahabatan, dan mawaddah kepada orang yang
berbeda doktrinnya.
8. Islam memadukan antara kesejahteraan dunia dan akhirat.

Selain pemikirann di atas, Situasi sosial keagamaan dalam hal ini adalah sikap yang umumnya
diambil oleh umat Islam di Mesir dalam memahami dan melaksanakan ajaran agama dalam
kehidupan mereka sehari-hari juga tidak luput menjadi latar belakang dari pemikiran Abduh.
Menurut Abduh, krisis yang menimpa umat Islam saat itu bukan hanya dalam bidang aqidah dan
Syariah seperti yang telah dijelaskan di atas, tetapi juga akhlak, moral.

Hal itu terlihat dalam penekanan terhadap hak-hak wanita, penegasan terhadap martabat dan harga
diri mereka yang ditinggikan oleh Islam. Abduh Hasan Khairullah sang ayah memiliki dua orang
istri. Menurut Abduh, izin yang diberikan syari’ah untuk beristri lebih dari satu ditafsirkan oleh
sebagian besar umat Islam dengan mengenyampingkan syarat-syarat bagi terbukanya izin tersebut.
Menurutnya poligami menjadi sumber kemelaratan wanita dan anak-anak. Perkawinan seakan
menjadi sebuah institusi yang mengikat mereka dalam derita dan kesengsaraan.

Gerakan pembaharuan Islam yang dilakukan oleh Muhammad Abduh tidak terlepas dari karekter
dan wataknya yang terbentuk sejak ia kecil yaitu cinta pada ilmu pengetahuan. Abduh memiliki
tiga agenda yaitu pemurnian Islam dari berbagai pengaruh ajaran dan amalan yang tidak benar
menuju ajaran yang sesuai al-Qur’an dan al-Sunnah. Yaitu :
1. Purifikasi
Purifikasi atau pemurnian ajaran Islam telah mendapat tekanan serius dari
Muhammad Abduh berkaitan dengan munculnya bid`ah dan khurafat yang masuk
dalam kehidupan beragama kaum muslim. Dalam pandangan Muhmmad Abduh,
seorang muslim diwajibkan menghindarkan diri dari perbuatan perbuatan Syirik
dalam bentuk apapun. Kejumudan dan fanatisme kelompok itu mengambil bentuk
pemujaan terhadap wali atau seorang tokoh, kepatuhan tanpa syarat kepada ulama
dan menyerah kepada takdir, tanpa dibarengi dengan usaha. Sehingga
ungkapannya yang sangat populer Al-Islamu Mahjuubun bil Al-muslimin.
Muhammad Abduh menyerukan agar umat Islam kembali kepada al-qur’an dan al-
hadits serta kehidupan para salafu al-shaleh. Untuk ini pintu ijtihad tetap terbuka
bagi para ahli yang memenuhi syarat-syarat ijtihad agar agama Islam dan
masyarakat Islam senantiasa dinamis dan mampu selaras dengan perkembangan
zaman. Ijtihad berarti upaya mencurahkan segenap kemampuan intelektual, dan ini
berarti menempatkan akal pada kedudukan yang tinggi.

2. Reformasi
Reformasi pendidikan tinggi Islam difokuskan Muhammad Abduh pada universitas
Al-Azhar tempat ia menimba ilmu. Muhammad Abduh menyatakan bahwa
kewajiban belajar itu tidak hanya mempelajari buku-buku klasik berbahasa Arab
yang berisi doktrin ilmu kalam untuk membela Islam. Akan tetapi, kewajiban
belajar juga terletak pada mempelajari ilmu pengetahuan modern, serta sejarah dan
agama Eropa, agar diketahui sebaba-sebab kemajuan yang telah mereka capai.
Usaha awal reformasi Muhammad Abduh adalah memperjuangkan mata kuliah
filsafat agar diajarkan di Al-Azhar. Dengan belajar filsafat, semangat
intelektualisme Islam yang padam diharapkan dapat dihidupkan kembali. Pemikiran
Muhammad Abduh dalam bidang pendidikan yaitu koreksinya terhadap sistem pendidikan
yang berkembang saat itu. Pembaharuan yang timpang, yang hanya menekankan
perkembangan aspek intelek mewariskan dua tipe pendidikan pada abad ke 20, tipe
pertama adalah sekolah-sekolah agama dengan al-Azhar sebagai lembaga pendidikan yang
tinggi. Sedangkan tipe kedua adalah sekolah-sekolah modern, baik yang dibanguan oleh
pemerintah Mesir maupun yang didirikan oleh bangsa Asing.
Kedua tipe tersebut tidak memiliki hubungan antara satu dengan yang lainnya, masing-
masing berdiri sendiri dalam memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan pendidikannya.

Sekolah-sekolah agama berjalan diatas garis tradisional baik dalam kurikulum maupun
metode pengajaran yang diterapkan, sebaliknya Ilmu-ilmu barat tidak diberikan disekolah-
sekolah agama, dengan demikian pendidikan agama kala itu tidak mementingkan
perkembangan intelektual, padahal Islam mengajarkan untuk mengembangkan aspek jiwa
tersebut sejajar dengan perkembangan aspek jiwa yang lain.

Di sisi lain sekolah-sekolah modern tampil dengan kurikulum yang memberikan ilmu
pengetahuan barat sepenuhnya, tanpa memasukkan ilmu pengetahuan agama kedalam
kurikulum tersebut. Dua sistem pendidikan yang berkembang di masyarakat tersebut
melahirkan dua kelas sosial dengan semangat yang berbeda. Tipe sekolah yang pertama
meluluskan para ulama serta tokoh masyarakat yang enggan menerima perubahan dan
cenderung untuk mempertahankan tradisi. Sementara sekolah modern melahirkan kelas
modern generasi muda, hasil pendidikan yang dimulai pada abad ke 19 tersebut adalah
dengan ilmu-ilmu barat yang mereka peroleh dapat menerima ide-ide yang datang dari
barat. Abduh melihat sisi negatf dari kedua bentuk pemikiran tersebut. Ia memandang
bahwa pemikiran yang pertama yang jumud tidak dapat dipertahankan lagi, karena jika
tetap dipertahankan maka akan menyebabkan umat Islam tertinggal jauh, terdesak oleh
arus kehidupan dan pemikiran modern. Sedangkan pada sistem pendidikan modern ala
barat juga memiliki dampak negatif, adanya bahaya yang mengancam sendi-sendi agama
dan moral yang akan tergoyahkan oleh pemikiran modern dari barat. Bahwa disamping
pendidikan akal ia juga mementingkan pendidikan spiritual agar lahir generasi yang
mampu berpikir dan punya akhlak yang mulia dan jiwa yang bersih. Tujuan pendidikan
yang demikian ia wujudkan dalam seperangkat kurikulum sejak dari tingkat dasar sampai
ketingkat atas. Pemikiran Muhammad Abduh yang lain adalah tentang pendidikan wanita.
Menurutnya wanita haruslah mendapatkan pendidikan yang sama dengan lelaki. Mereka,
lelaki, wanita mendapat hak yang sama dari Allah, sesuai dengan firmanNya surat al-
Baqarah ayat 228 serta dalam surat al-Ahzab ayat 35 dalam pandangan Abduh ayat
tersebut mensejajarkan lelaki dan wanita dalam hal mendapatkan ampunan yang diberikan
Allah atas perbuatan yang sama, baik yang bersifat keduniaan maupun agama. Dari sini ia
bertolak bahwa perempuan pun punya hak mendapatkan pendidikan yang sama dengan
laki-laki. Menurutnya wanita harus dilepaskan dari rantai kebodohan, maka dari itu ia
perlu diberikan pendidikan, karena situasi Mesir pada saat itu kurang mendukung
pendidikan terhadap kaum perempuan ide ini merupakan ide yang sangat revolusioner.

Dalam bidang pendidikan non formal Muhammad Abduh menyebutkan usaha perbaikan
(ishlah). Dalam hal ini Abduh melihat perlunya campur tangan pemerintah terutama dalam
hal mempersiapkan para pendakwah. Tugas mereka yang utama adalah :
a. Menyampaikan kewajiban dan pentingnya belajar
b. mendidik mereka dengan memberikan pelajaran tentang apa yang mereka
lupakan atau yang belum mereka ketahui.
c. Memberikan semangat kedalam jiwa para pendakwah untuk cinta pada Negara,
tanah air dan pemimpin.

3. Pembelaan Islam
Karya Risalah Al-Tauhid dimaksudkan untuk mempertahankan jati diri Islam.
Hasratnya untuk menghilangkan unsur-unsur asing merupakan bukti bahwa dia
tetap yakin dengan kemandirian Islam. Muhammad Abduh terlihat tidak pernah
menaruh perhatian terhadap paham-paham filsafat anti agama yang marak di
Eropa. Dia lebih tertarik memperhatikan serangan-serangan terhadap agama Islam
dari sudut keilmuan. Ia yakin bahwa Islam dan ilmu pengetahuan tidak mungkin
bertentangan, tetapi antara ilmu dan agama bekerja pada tingkat yang berbeda.
Muhammad Abduh berusaha mempertahankan jati diri Islam dengan menegaskan
bahwa jika pikiran dimanfaatkan sebagaimana mestinya, maka hasil yang
dicapainya otomatis akan selaras dengan kebenaran illahi yang dipelajari melalui
agama. Oleh karena itu ia sangat menjunjung tinggi ijtihad. Karena ijtihad
membuktikan bahwa Islam tidak diturunkan untuk kejumudan namun Islam
diturunkan bergerak dinamis bersama dengan perkembangan manusia dan
kemanusiaan itu sendiri.

b. Muhammad Iqbal
Muhammad Iqbal lahir Sialkot, Punjab, India pada tanggal 9 November 1877 ia dikenal
juga dengan nama Allama Iqbal. Ayahnya Nur Muhammad, pada mulanya adalah
seorang pegawai negeri, kemudian menjadi seorang pedagang yang menempuh jalur
sufistik. Megenai nama ibunya tidak banyak sumber tertulis yang menjabarkannya,
namun dari syair yang dibuat oleh Iqbal tampak bahwa ibunda Iqbal adalah seorang
wanita yang taat beragama, besar kecintaannya pada anaknya, demikian pula Iqbal juga
mencintainya. Dengan demikian Iqbal, ia lahir dari ibu dan bapak yang sama – sama
taat beragama. Nenek moyangnya adalah keturunan kasta Brahma dari Kasymir yang
telah memeluk agama Islam kira-kira tiga abad sebelum Muhammad Iqbal lahir.
Mereka pindah ke Punjab pada awal abad ke XIX dan menetap di Sialkot.

Pendidikan pertama Iqbal diperoleh dari ayahnya dengan belajar al-Quran sekaligus
menghafalnya. Kemudian dilanjutkan dengan sekolah pertamanya di the Scottish
Mission College dikampung halamannya di Sialkot. Guru-gurunya, selalu memberikan
dorongan bagi kemajuan Iqbal yang sangat tertarik pada sastra dan agama dan
mempelajarinya begitu cepat. Gurunya antara lain ialah Mir Hasan. Seorang ulama
besar dan guru dalam Ilmu sastra Persia dan Arab. Dialah yang pertama kali
memompakan agama ke dalam jiwa Muhammad Iqbal. Sejak itu, Muhammad Iqbal
gemar sekali mengubah syair-syiar ke dalam bahasa Urdu, dan bakatnya itu lebih
berkembang lagi setelah ia di Delhi, pusat
intelektualisme kawasan Pakistan saat itu.

Sesudah menikah, pada tahun 1895 Iqbal


hijrah ke Lahore untuk melanjutkan
sekolah tingkat atas. Di sekolah inilah
Iqbal akhirnya bertemu dengan Orientalis
Inggris terkenal Sir Thomas Arnold yang
segera menyadari kecerdasan Iqbal.
Orientalis adalah seorang ilmuwan barat
yang tertarik mendalami keIslaman di
dunia timur.
Muh
ammad Iqbal Sir Thomas mendorong Iqbal untuk
(1877-1905)
Sumber gambar:
melanjutkan studi di Inggris. Akhirnya ia
http://www.indianetzone.com
berangkat ke Inggris pada tahun 1905 belajar filsafah dan hukum. Guru terkemukanya
di Cambridge adalah Nco-Hegelian Motaggart. Pada tahun 1907 ia kemudian
meninggalkan Inggris menuju Jerman, mempelajari bahasa di Haidelbarg dan
mengajukan tesisnya tentang perkembangan metafisika di Persia (The development of
Metaphisich in Persia).

Setelah berhasil memperoleh gelar Doktor bidang filsafat dari Munich, Jerman, Iqbal
kembali ke London, memberi kuliah di musim semi 1908 tentang topik–topik
keIslaman, kemudian kembali ke India pada musim panas. Sejak itu ia memberikan
kuliah tentang filsafat dan sastra Inggris di India. Ia juga terjun sebagai pengacara.
Akan tetapi beberapa waktu kemudian ia berhenti mengajar, untuk selanjutnya ia
mengkonsentrasikan diri pada bidang hukum.

Pada akhir tahun 1928 dan awal tahun 1929 materi kuliah yang ia sampaikan kemudian
dipublikasikan dengan judul Six Lectures on the Recontruction thought in islam (pada
edisi berikutnya judulnya hanya disebutkan dengan The Reconstruction… saja) yang
berisi esensi falsafah karya Iqbal. Dalam bidang politik, karir Iqbal mencapai
puncaknya ketika ia terpilih menjadi presiden Liga Muslimin pada tahun 1930 ketika
itulah ia mengemukakan gagasannya yang amat monumental tentang perlunya
mewujudkan negara tersendiri bagi kaum muslimin yang terpisah dengan India yang
Hindu. Inilah cikal bakal mengapa Iqbal disebut sebagai “Bapak Pakistan”.

Komunitas muslim di India sebagaimana juga komunitas muslim di kawasan yang lain
pada saat itu sedang mengalami keterbelakangan yang amat jauh bila dibandingkan
dengan dunia barat yang modern. Umat Islam di India hidup ditengah-tengah mayoritas
komunitas hindu, yang secara etnis, kultural, dan agama amat berbeda. Hal ini menjadi
kendala bagi upaya-upaya mengejar keterbelakangan dan ketertinggalan dengan dunia
barat. Sementara itu, sebab – sebab utama ketertinggalan tersebut sebagaimana terjadi
dikawasan yang lain, terjadi pula dikawasan yang didiami oleh komunitas muslim India
ini. Sebab-sebab tersebut antara lain karena kemandegan intelektual. Pada saat itu di
India hampir sebagian besar masyarakat Islam dalam kedaan pasrah pada nasib karena
suburnya faham jabariyah yang pasrah terhadap keadaan. Sehingga hal ini
menimbulkan tertutupnya pintu ijtihad yaitu kegiatan intelektual yang memerlukan
pemikiran yang tinggi, kreasi, inovasi dan adaptasi ajaran agama pada kehidupan. Di
sisi lain adanya kemandegan sosial karena potensi umat terserap kedalam sikap agamis
yang kurang tepat yakni sikap hidup agamis yang hanya amal ritual saja tanpa
mengindahkan aplikasinya pada sisi kemajuan amal sosial. Sebab lainnya adalah
ketiadaan faham rasional-intelektual yang menjadi dasar utama ilmu pengetahuan dan
teknologi berkembang juga menjadi penyebabnya

Iqbal muncul memberi respon dengan tidak saja menjawab persoalan-persoalan yang
dihadapi muslim India, tetapi sekaligus juga menjawab kemunduran yang mayoritas
sedang dihadapi oleh komunitas muslim di dunia Islam secara keseluruhan. Respon
yang ia berikan terhadap problem spesifik komunitas muslim India ia kemukakan pada
tahun 1930 dalam rapat tahunan liga muslim, membentuk negara tersendiri bagi
komunitas muslim yang terpisah dari India yang hindu. Ketika itu ia menyatakan : I
Would Like To See the Punjab, Nort West Frontior Province, Sind and Balochistan
Amalgamated Into a single state ( saya ingin melihat Punjab, daerah perbatasan barat
laut, sindi dan balukistan menyatu menjadi satu negara tersendiri). Selanjutnya pada
tanggal 14 agustus 1947 lahir sebuah negara yang bernama Pakistan yang merupakan
pecahan dari negara India. Iqbal yang telah menyatakan perlunya negara tersendiri bagi
komunitas muslim tersebut kemudian di pandang sebagai “Bapak Pakistan”.

Meskipun demikian, pada mulanya sebelum Iqbal pergi ke Eropa, ia adalah seorang
nasionalis India (an India nasionalist) yang menginginkan persatuan komunitas muslim
dan komunitas hindu dalam satu tanah air, India. Namun setelah kembali dari Eropa ia
menjadi pelopor Pan Islamisme (a champion of muslim nationhood). Pan Islamisme
awalnya adalah paham politik yang lahir pada saat Perang Dunia II mengikuti
pemikiran yang tertulis dalam al-a'mal al-Kamilah karya Jamaluddin al-Afghani yang
berkembang menjadi gerakan perjuangan untuk mempersatukan umat Islam di bawah
satu negara Islam.

Tiga buah gagasan Iqbal sebagai kontribusinya dalam gerakan pembaharuan Islam
modern antara lain;
1. Pan Islamisme. Obsesi Iqbal mengenai terbentuknya negara tersendiri bagi
komunitas muslim tidaklah bertentangan dengan faham Pan Islamisme. Iqbal
menyatakan bahwa islam bukan nasionalisme dan bukan pula imperialisme,
melainkan sebuah lembaga bangsa-bangsa yang mengakui adanya batasan-
batasan perbedaan rasial, namun itu hanya untuk mempermudah perkenalan
belaka (li ta’arofuu), dan bukan untuk membatasi cakrawala sosial para
anggotanya. Dari pemikirannya ini tampak bahwa meskipun Iqbal secara
eksplisit (terang-terangan) menolak nasionalisme, namun secara implisit
(tidak langsung) ia mengakui pentingnya nasionalisme pada Pan Islamisme.
Ia memang menolak faham nasionalis hanya karena di Eropa faham tersebut
mengandung bibit meterialisme dan atheisme. Disamping itu ia curiga
adanya “konsep hinduisme dalam bentuk baru”. Pada faham nasionalis di
India.
2. A Free Personal Causality. Respon Iqbal terhadap kemandegan dan
kejumudan intelektual umat Islam termasuk juga komunitas muslim di India
ia sampaikan melalui pemikiran-pemikirannya antara lain tentang ego atau
kehendak manusia: kebebasan dan keabadiannya. Iqbal mengemukakan
bahwa adanya kebebasan manusia, sebagai dasar adanya pertanggung
jawaban. Ia memandang kehendak sebagai “a free personal causality” atau
hukum sebab akibat dari kehendak pribadi. Manusia bebas melakukan
kehendaknya, namun ia memrlukan pertanggungjawaban dari pelakuknya.
Ijtihad itu sebenarnya menjadi hal terpenting bagi dinamika Islam. Bahkan
menurut Iqbal ijtihad merupakan “the principle of movement in the structure
of islam”. Dengan demikian dalam konsep ijtihad terdapat pula aspek
perubahan, karena dengan adanya perubahan itulah ijtihad perlu dilakukan.
Bukan hanya adanya perubahan, bahkan juga dinamika alam semesta. Dari
sinilah Iqbal amat cerdik sekali menemukan ajaran dinamisme. Ia
menangkap adanya prinsip dinamika hampir pada semua segi, termasuk jatuh
bangunnya suatu umat juga tidak terlepas dari prinsip dinamika ini. Iqbal
melihat adanya kombinasi kaum konservatif terhadap faham rasionalis (yang
hanya mengandalkan logika) dengan cara menggunakan otoritas syariat
untuk membuat umat tunduk dan diam, sebagai salah satu sebab terjadinya
kebekuan hukum Islam yang pada gilirannya menjadikan ijtihad sebagai
sesuatu yang terlarang. Hal itu dilakukan semata-mata demi stabilitas sosial
untuk mendukung kesatuan politik yang sebenarnya otoriter terhadap segala
sendi kehidupan termasuk agama .
3. Faham dinamisme
Faham yang ditonjolkan inilah yang membuat Iqbal mempunyai kedudukan
penting dalam pembaharuan di India. Memang terapi Iqbal dengan faham
dinamikanya ini amat tepat dilihat dari sudut keminoritasan komunitas
muslim ditengah-tengah komunitas Hindu yang mayoritas, karena dengan
menyuntikkan semangat dinamisasi kedalam komunitas muslim
menyebabkan mereka dapat tampil dengan eksistensinya (keberadaannya)
secara penuh.
4. Zuhud yang tidak tepat.
Selanjutnya Iqbal melihat kezuhudan yang tidak tepat juga turut bertanggung
jawab terhadap kemunduran umat, karena umat akan terbawa pada penolakan
hidup materi untuk semata mencurahkan seluruh potensi pada ritual-ritual
keagamaan semata. Dalam kaitannya dengan ini tampaknya kezuhudan yang
salah berpengaruh di India juga di persubur oleh faham – faham keagamaan
di luar islam seperti faham agama budha, yang penganjur utamanya yaitu
ghautama jelas-jelas telah melepas kehidupan materialnya dalam upaya
untuk menemukan hakikat hidup nirwana.

5. Runtuhnya kota Baghdad


Runtuhnya kota Baghdad sebagai pusat peradaban Islam menurut Iqbal
merupakan puncak penyebab kebekuan intelektual kaum muslimin. Seperti
diketahui Baghdad merupakan pusat kemajuan pemikiran Islam sampai
pertengahan abad ketiga hijriyah. Ditambah lagi adanya sikap kaum
konservatif menolak negara untuk pembaharuan dalam bidang hukum Islam
untuk kemudian berpegang teguh pada produk ijtihad ulama pada masa
dahulu, benar-benar mempunyai peranan besar terhadap terjadinya stagnasi
intelektual tersebut. Jawaban yang diberikan oleh Iqbal ialah menghidupkan
kembali upaya ijtihad secara bebas. Lebih jauh iqbal mengemukakan
pentingnya pemindahan otoritas ijtihad dari ulama-ulama mazhab kepada
dewan Islam (semacam Majelis Ulama Indonesia atau MUI), dan ia
menyatakan inilah yang memungkinkan ijma` (kesepakatan dalam bidang
agama) pada saat ini dapat tercapai dan perbedaan-perbedaan yang terjadi
pada umat Islam yang menjadi potensi perpecahan umat Islam dapat
dieliminasi.

Dalam syair-syairnya sebagaimana dinyatakan oleh Harun Nasution, Iqbal


mendorong umat islam supaya bergerak dan jangan tinggal diam, intisari
hidup adalah gerak, sedang hukum hidup ialah menciptakan, maka Iqbal
berseru kepada umat Islam supaya bangun dan menciptakan dunia baru.
Untuk keperluan ini umat Islam harus menguasai ilmu dan teknologi, dengan
catatan agar mereka belajar dan mengadopsi ilmu dari barat tanpa harus
mengulangi kesalahan barat memuja kekuatan materi yang menyebabkan
lenyapnya aspek etika dan spiritual.

A. KESIMPULAN
1. Dakwah Islam adalah kewajiban baik secara pribadi maupun kolektif.
2. Gerakan pembaharuan dunia Islam dimulai pada tahun 1800-an.
3. Gerakan pembaharuan dunia Islam adalah satu gerakan dakwah modern.
4. Yang menjadi latar belakang gerakan pembaharuan Islam modern adalah adanya
kejumudan beragama dan berfikir pada masyarakat Islam, mandegnya pintu
ijtihad, kemajuan bangsa-bangsa barat dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi
dan perluasan wilayah.
5. Diantara tokoh-tokoh pembaharu adalah Ibnu Taimiyah, Muhammad Ali Pasha,
Muhammad Ibn Abd al-Wahab, Jamal al-Din al-Afghany, Muhammad Abduh,
dan Muhammad Iqbal.
6. Dakwah Islam haruslah disesuaikan dengan keadaan masyarakat yang
berkembang.

B. KEGIATAN DISKUSI

Setelah kalian membaca dan merenungkan tentang dakwah Islam dalam pembaharuan
dan modernisasi di dunia Islam di atas kita akan mendapat pemahaman yang lebih
lengkap. Bentuklah kelompok menjadi 6 kelompok. Masing masing kelompok
menentukan salah seorang untuk dijadikan sebagai ketua kelompok. Lakukanlah
diskusi dengan permasalah-permasalahan berikut ini:
1. Penyebab Umat Islam mengalami kemunduran.
2. Mengapa Muhammad Abduh melakukan pembaharuan?
3. Mengapa Muhammad Iqbal menginginkan negara Islam Pakistan?
4. Mengapa Muhammad Abduh menggagas akan pentingnya kesetaraan antara
laki- laki dan perempuan?
5. Bagaimana dakwah yang efektif mengajak kawan-kawan kalian yang belajar
dengan malas, karena kemalasan menjadikan kemndegan dalam berfikir?

C. PENDALAMAN KARAKTER
Dengan memahami materi tentang dakwah Islam dalam gerakan Pembaharuan Islam
Modern, maka seharusnya kita memiliki sikap sebagai berikut :
1. Memiliki sikap saling mengingatkan pada kebaikan
2. Senantiasa semangat mencari ilmu pengetahuan serta kreatif dan inovatif dalam
belajar dan bergaul.
3. Memiliki sikap asertif, yaitu mampu bergaul menyesuaikan diri dan akomodatif
dengan siapa pun tanpa harus kehilangan jati diri.
4. Jangan berhenti mencoba sesuatu yang baru.
5. Tegas terhadap keadaan yang tidak membawa kemashlahatan bersama.

MENGKOMUNIKASIKAN
1. Penugasan Terstruktur
Berikanlah pendapat kalian masing-masing tentang benarkah gerakan Islam
yang menggunakan kekerasan dinamakan dakwah Islam?
2. Kegiatan Mandiri Tidak Terstruktur
Buatlah rangkuman dari materi yang sudah kalian baca, dan berikan
pendapatmu sendiri tentang materi tersebut.

D. EVALUASI
I. Jawablah Pertanyaan berikut dengan benar
1. Sebutkan ciri-ciri sikap seorang Pembaharu menurut kalian?
2. Bagaimana pandangan Islam tentang kesetaraan antara laki-laki dan
perempuan menurut Muhammad Abduh?
3. Apakah nama surat kabar yang dipimpin oleh Muhammad Abduh pada
tahun 1888, dan menurut kalian apa tujuan diterbitkan majalah itu?
4. Bagaimana qada dan qadar menurut Muhammad Abduh?
5. Menurut pandangan kalian apakah ijtihad itu?

II. Portofolio dan Penilaian Sikap


Setelah kalian memahami uraian mengenai Pembaharuan dan modernisasi
dalam dunia Islam, coba kamu amati perilaku berikut ini dan berikan
komentarmu!

No. Perilaku Yang Diamati Tanggapan / Komentar Anda

1. Kritis
Semangat dan pantang menyerah
2.
Inisiatif
3.
Inovatif
4.
Perjuangan yang dilakukan harus
5. berorientasi hasil (goals)

MUTIARA HIKMAH
Man jadda wajada
“barang siapa yang bersungguh-sungguh maka ia akan berhasil.
BAB II
SEJARAH MASUKNYA ISLAM DI INDONESIA

KOMPETENSI INTI
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama Islam.
2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun, ramah
lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan pro aktif) dan
menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan
diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3. Memahami dan menerapkan pengetahuan factual, konseptual, procedural dalam ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan
pengetahuan procedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan
minatnya untuk memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu
menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.

KOMPETENSI DASAR
1.1. Meyakini bahwa berdakwah adalah kewajiban setiap muslim.
3.6. Mendeskripsikan sejarah masuknya Islam di Indonesia
3.7. Memahami jalur masuknya Islam di Indonesia
3.8. Menganalisis strategi dakwah
dan perkembangan Islam di Indonesia
3.11.Memahami sejarah
perkembangan kerajaan Islam awal di
Indonesa
3.12. Menganalisis peran kerajaan-
kerajaan awal Islam terhadap
perkembagan Islam
4.1. Menceritakan pendekatan
dakwah yang dilakukan oleh
saudagar-saudagar Arab ketika
pertama kali masuk wilayah
Indonesia.

Peta Penyebaran Islam di Dunia


Sumber : www. http://keepfight.files.wordpress.com

B. AMATI GAMBAR BERIKUT DAN BERIKAN PENDAPATMU

Setelah Kalian mengamati gambar di atas


buatlah daftar pendapat atau pertanyaan yang
relevan
.…………………………………………… .1
.……………………………………………
..……………………………………………
.…………………………………………… .2
.……………………………………………
.……………………………………………
…………………………………………… .3
..……………………………………………
..……………………………………………
PETA KONSEP

Makam Siti Fatimah binti Maimun yang terletak di Desan Leran,


Kecamatan Manyar, Gresik, Jawa Timur
http://id.wikipedia.org
C. PENDALAMAN MATERI
Sebelum kedatangan Islam, bangsa Indonesia sudah menganut berbagai kepercayaan
seperti animisme (kepercayaan kepada roh-roh yang mendiami sekalian benda pohon,
batu, sungai, gunung, dsb) dan dinamisme (kepercayaan bahwa segala sesuatu
mempunyai tenaga atau kekuatan yang dapat mempengaruhi keberhasilan atau
kegagalan usaha manusia dalam mempertahankan hidup), dan lain-lain. Kepercayaan
ini sangat kuat dan mengakar di hati masyarakat Indonesia.

Disepakati bahwa agama Islam pertama kali masuk ke Indonesia melalui Sumatera,
selanjutnya penyiaran agama Islam berkembang ke pulau-pulau lain di Nusantara.
Ketika kekuatan Islam semakin melembaga, berdirilah kerajaan-kerajaan Islam.
Sementara itu, berkat dukungan kerajaan-kerajaan serta upaya gigih dari para ulama,
akhirnya Islam sampai ke tanah Jawa.

Proses masuknya Islam ke Indonesia sampai sekarang masih dalam perdebatan


panjang. Tiga fokus pembicaraan mengenai kedatangan Islam di Indonesia sejauh ini
berkisar pada tiga tema utama, yakni tempat asal kedatangannya, para pembawanya,
dan waktu kedatangannya. Untuk pertanyaan-pertanyaan ini terdapat perdebatan
panjang di antara para ahli sejarah. Berikut ini akan dijelaskan beberapa teori yang
populer tentang masuknya Islam ke Indonesia. Teori yang pertama dikenal dengan
teori G ujarat. Yang kedua dikenal dngan teori Arab, yang ketiga dikenal dengan
Teori Persia dan yang keempat adalah Teori China. Masing-masing teori memberikan
alasan dan argumentasi masing-masing. Sehingga antara satu teori yang satu dengan
teori yang lainnya tdaklah saling bertentangan namun bisa menjadi pelengkap
pengetahuan sejarah bangsa kita. Siapkan alat belajar kalian, mulai konsentrasilah dan
dapatkan pelajaran yang baik sebagai perbaikan diri kalian untuk mencapai cita-cita
kalian di hari depan.

1. Jalur Masuknya Islam di Indonesia


a. Teori Gujarat
Teori ini dipopulerkan oleh seorang orientalis yang meneliti tentang Islam
Indonesia dia adalah Snouck Hurgronje. Ia menyatakan bahwa agama Islam
baru masuk ke Nusantara pada abad ke-13 Masehi yang dibawa oleh para
pedagang dari Kambay, Gujarat, India. Memang sebagian besar sejarawan
asal Belanda, memegang teori bahwa Islam di Indonesia berasal dari Anak
Benua India.

Salah seorang ilmuwan barat tersebut adalah Pijnappel yang mengemukakan


teori ini, dia mengkaitkan asal mula Islam di Indonesia dengan daerah Gujarat
dan Malabar. Menurutnya, orang-orang Arab bermadzhab Syafi’i yang
bermigrasi dan menetap di wilayah India yang kemudian membawa Islam ke
Nusantara. Kemudian Snouck Hurgronje mengembangkan teori ini, dia
berpendapat bahwa ketika Islam tiba di beberapa kota pelabuhan Anak Benua
India, banyak di antara mereka beragama Islam yang tinggal di sana sebagai
pedagang perantara dalam perdagangan Timur Tengah dengan Nusantara.
Kemudian mereka datang ke dunia Melayu (Indonesia) sebagai para penyebar
Islam pertama, setelah itu baru mereka disusul oleh orang-orang Arab. Dia
mengatakan bahwa abad ke-12 sebagai periode paling mungkin dari
permulaan penyebaran Islam di Nusantara. Jan Pijnappel adalah seorang
orientalis dari Universitas Leiden Belanda yang fokus pada manuskrip
melayu. Diantaranya ia pernah menulis ulang Kisah Pelayaran Abdullah ke
Kelantan untuk Pelajar Melayu. Dia juga mengedit naskah Maleisch-
hollandsch woordenboek atau Kamus Belanda-Melayu yang kemudian
diterbitkan pada tahun 1875. Sarjana Belanda ini juga menulis kajian tentang
Pantun Melayu yang diterbitkan tahun 1883 dengan judul Over de Maleische
Pantoens. Selain menerbitkan karya sendiri, Pijnappel juga menerbitkan karya
penelitian tentang Kalimantan yang ditulis oleh Carl A.L.M. Schwaner, yang
pernah ditunjuk Kerajaan Leiden mejadi Anggota Dewan Sains di Hindia-
Belanda. Orientalis yang wafat tahun 1901 itu menyatakan bahwa Islam
masuk ke Nusantara lewat pedagang dari Gujarat. Penjelasan ini didasarkan
pada seringnya kedua wilayah India dan Nusantara ini disebut dalam sejarah
Nusantara klasik. Dalam penjelasan lebih lanjut, Pijnapel menyampaikan
logika terbalik, yaitu bahwa meskipun Islam di Nusantara dianggap sebagai
hasil kegiatan orang-orang Arab, tetapi hal ini tidak langsung datang dari
Arab, melainkan dari India, terutama dari pesisir barat, dari Gujarat dan
Malabar. Jika logika ini dibalik, maka dapat dinyatakan bahwa meskipun
Islam di Nusantara berasal dari India, sesungguhnya ia dibawa oleh orang-
orang Arab juga.

Selain Snouck Hurgronje dan Pijnappel masih ada beberapa sejarawan


Belanda yang sepakat bahwa Islam di Nusantara datang dari Gujarat dengan
alasan bahwa batu nisan makam Raja Malik al-Saleh yang merupakan raja
kerajaan Samudera Pasai, Aceh, batu nisan ini bertuliskan angka tahun
686H/1297M menggunakan nisan yang berasal dari Gujarat, India. Selain itu
batu nisan yang terdapat di makam Maulana Malik Ibrahim di Gresik, Jawa
Timur juga menunjukkan hal yang sama. Kedua batu nisan tersebut memiliki
persamaan bentuknya dengan batu nisan yang terdapat di Cambay, Gujarat,
India yang sering digunakan oleh pemeluk agama Hindu Gujarat untuk
membangun kuil-kuil mereka. Dengan beberapa alasan tersebut mereka
meyimpulkan bahwa Islam di Nusantara berasal dari India.
Namun teori Gujarat ini banyak mendapat kritikan. Menurut Azyumardi Azra
ada beberapa kelemahan-kelemahan dari teori yang dikemukaan diatas, teori
India yang dikembangkan oleh sarjana-sarjana Belanda ini memiliki
kelemahan antara lain; terlihat bahwa pada masa itu India diperintah oleh
seorang yang beragama Hindu, sehingga kecil kemungkinan adanya
hubungan antara Islam yang berkembang di Indonesia dengan Islam di India
pada saat itu yang menjadi minoritas. Selain itu kelemahan teori ini terlihat
dari pemahaman keagamaan atau mazhab yang dianut oleh masyarakat India
dan Indonesia. Muslim India yang pada waktu itu masih berjumlah sedikit,
sebagian besar penganutnya bermadzhab Hanafi yang Syi’ah sementara Islam
yang berkembang di Indonesia bermazhab Syafi’i yang Sunni. Selain itu,
meskipun batu nisan Raja Samudera Pasai al-Malik al-Shaleh menggunakan
batu dari Cambay, Gujarat India, penggunaan gelar “Al-Malik” merupakan
gelar yang berasal dari Arab-Mesir. Sanggahan lain adalah bukti telah
munculnya Islam pada masa awal dengan bukti tarikh Nisan Fatimah binti
Maimun (1082M) di Gresik, Jawa Timur. Fatimah binti Maimun bin
Hibatullah adalah seorang perempuan beragama Islam yang wafat pada hari
Jumat, 7 Rajab 475 Hijriyah (2 Desember 1082 M). Batu nisannya ditulis
dalam bahasa Arab dengan huruf kaligrafi bergaya Kufi, serta merupakan nisan
kubur Islam tertua yang ditemukan di Nusantara. Makam tersebut berlokasi di
desa Leran, Kecamatan Manyar, sekitar 5 km arah utara kota Gresik, Jawa Timur.
Batu nisan tersebut memiliki perbedaan dengan batu nisan yang berada di
Pasai maupun di makan Maulana Malik Ibrahim. Dalam keterangan di batu
nisan yang terdapat di Pasai dan makam Maulana Malik Ibrahim pun
memiliki keterangan waktu abad ke 13 M, sementara makam Fatimah binti
Maimun sudah sangat jelas menunjukkan waktu abad ke-10 M. Artinya Islam
telah masuk ke bumi Indonesia sebelum abad ke-10 M. Keterangan yang bisa
kita gali dari makam Fatimah binti maimun juga menunjukkan bahwa beliau
bukanlah dari India melainkan dari tanah Arab. Informasi inilah yang
kemudian menguatkan teori berikutnya yaitu teori Arab.

2. Teori Arab
Teori Arab dalam sejarah masuknya Islam ke Indonesia mengatakan bahwa Islam
datang ke Indonesia secara langsung dari Arab tidak melalui perantara bangsa
lain dahulu. Beberapa bukti sejarah dikemukakan untuk menguatkan teori ini.
Teori ini mengatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia langsung dari Mekkah
(Arab) sebagai pusat agama Islam sejak abad ke-7.

Salah satu sejarawan yang mendukung teori ini ialah Prof. Hamka. Dia
menyatakan bahwa Islam sudah datang ke Indonesia pada abad pertama Hijriah
(abad ke 7-8 M) langsung dari Arab dengan bukti jalur perdagangan yang ramai
dan bersifat internasional sudah dimulai melalui selat Malaka yang
menghubungkan Dinasti Tang di Cina (Asia timur), Sriwijaya di Asia Tenggara
dan Bani Umayyah di Asia Barat. Menurutnya, motivasi awal kedatangan orang
Arab tidak dilandasi oleh nilai-nilai ekonomi, melainkan didorong oleh motivasi
spirit penyebaran agama Islam. Dalam pandangan Hamka, jalur perdagangan
antara Indonesia dengan Arab telah berlangsung jauh sebelum tarikh masehi.
Hamka berpendapat bahwa pada tahun 625 M sebuah naskah Tiongkok yang
dicatat oleh Pendeta Budha I-Tsing yang melakukan perjalanan dari Canton
menuju India. Perjalanan teresbut menggunakan kapal Posse dan pada tahun
674M ia singgah di Bhoga (yang sekarang dikenal dengan Palembang, Sumatera
Selatan) di Bhoga ia menemukan kelompok bangsa Arab yang telah bermukim di
pantai Barat Sumatera (Barus) tersebut. Sebagian orang-orang Arab ini diceritakan
melakukan perkawinan dengan wanita lokal. Komunitas Arab ini disebutnya
sebagai komunitas Ta-Shih dan Posse. Mereka adalah para pedagang yang telah
lama menjalin hubungan perdagangan dengan kerajaan Sriwijaya. Karena demi
hubungan perdagangan itulah kemudian kerajaan Sriwijaya memberikan daerah
khusus untuk mereka. Menurut T.W. Arnold, disamping melakukan perdagangan,
anggota komunitas Muslim ini juga melakukan kegiatan-kegiatan penyebaran
dakwah Islam.

Selain Hamka, Thomas W Arnold juga berpandangan bahwa, para pedagang


Arab telah menyebarkan Islam ketika mereka menjadi pemain dominan dalam
perdagangan Barat-Timur sejak abad-abad awal Hijriah atau abad ke-7 dan ke-8
Masehi. Meskipun tidak terdapat catatan-catatan sejarah tentang kegiatan mereka
dalam penyebaran Islam, namun ia berasumsi bahwa mereka juga terlibat dalam
penyebaran Islam kepada penduduk lokal di Indonesia.

Selain kedua tokoh tersebut, beberapa tokoh sejarawan juga mendukung teori ini,
antara lain Uka Tjandrasasmita, A. Hasymi, Azyumardi Azra dan lain-lain.

Selain informasi tersebut, Azyumardi Azra menambahkan, bahwa ditemukannya


adaptasi-adaptasi lain yang dilakukan oleh bangsa Indonesia atas pengaruh
bangsa Arab ini. Misalnya saja dari segi bahasa dan tradisi, misalnya pada kata
dan tradisi bersila yang sering dilakukan oleh bangsa Indoensia adalah tradisi
yang dilakukan oleh tradisi bangsa Arab atau Persia yang egaliter.

Sedangkan, Sayyed Naquib Al Attas dalam bukunya “Islam dan Sejarah


Kebudayaan Melayu” menyatakan bahwa sebelum abad XVII seluruh literatur
Islam yang relevan tidak mencatat satupun penulis dari India. Pengarang-
pengarang yang dianggap oleh Barat sebagai India ternyata berasal dari Arab atau
Persia, bahkan apa yang disebut berasal dari Persia ternyata berasal dari Arab,
baik dari aspek etnis maupun budaya. Nama-nama dan gelar pembawa Islam
pertama ke Nusantara menunjukkan bahwa mereka orang Arab atau Arab-Persia.
Diakui, bahwa setengah mereka datang melalui India, tetapi setengahnya
langsung datang dari Arab, Persia, Cina, Asia Kecil, dan Magrib (Maroko).
Meski demikian, yang penting bahwa faham keagamaan mereka adalah faham
yang berkembang di Timur Tengah kala itu, bukan India. Sebagai contoh adalah
corak huruf, nama gelaran, hari-hari mingguan, cara pelafalan Al-Quran yang
keseluruhannya menyatakan ciri tegas Arab.

Disamping pendapat di atas, makam Fatimah Binti Maimun di Leran Jawa Timur
semakin menguatkan teori ini. Fatimah binti Maimun bin Hibatullah adalah
seorang perempuan beragama Islam yang wafat pada hari Jumat, 7 Rajab 475
Hijriyah (2 Desember 1082 M). Inskripsi nisan terdiri dari tujuh baris, berikut ini
adalah bacaan Jean Piere Moquette yang diterjemahkan oleh Muh. Yamin, sebagai
berikut;
 Atas nama Tuhan Allah Yang Maha Penyayang dan Maha Pemurah
 Tiap-tiap makhluk yang hidup di atas bumi itu adalah bersifat fana
 Tetapi wajah Tuhan-mu yang bersemarak dan gemilang itu tetap kekal adanya
 Inilah kuburan wanita yang menjadi kurban syahid bernama Fatimah binti Maimun
 Putera Hibatu'llah yang berpulang pada hari Jumiyad ketika tujuh
 Sudah berlewat bulan Rajab dan pada tahun 495
 Yang menjadi kemurahan Tuhan Allah Yang Maha Tinggi
 Bersama pula Rasulnya Mulia

Baris 1 merupakan basmalah sedangkan baris 2-3 merupakan kutipan Surah Ar-
Rahman ayat 25-26, yang umum dalam epitaf umat Muslim, terutama di Mesir.

Selain argumen di atas, Azyumardi berpendapat tentang masuknya Islam ke


Nusantara. Menurut Azyumardi bahwa Islam datang di Nusantara pada abad ke-7
M, namun baru dianut oleh para pedagang-pedagang Arab yang berdagang di
Nusantara saja dan baru mulai tersebar dan dianut oleh masyarakat Nusantara
pada abad ke-12, yang disebarkan oleh para sufi pengembara yang berasal dari
Arab. Alasan ini dikuatkan oleh corak Islam awal yang di anut oleh masyarakat
Nusantara ialah Islam sufistik, karena pada masa al-Gazali (Dinasti Abbasiyah)
muncul sufi-sufi pengembara yang bertujuan untuk menyebarkan Islam tanpa
pamrih, maka sufi-sufi inilah yang disinyalir datang dan menyebarkan Islam di
Nusantara.

3. Teori Persia
Pembangun teori Persia ini adalah Hoesein Djajaningrat. Teori Persia lebih
menitikberatkan tinjauannya kepada kebudayaan yang hidup di kalangan
masyarakat Islam Indonesia yang dirasakan mempunyai persamaan dengan Persia
di antaranya,
a. Peringatan 10 Muharram atau Asyura atas meninggalnya Hasan dan Husein
cucu Nabi Muhammad, yang sangat di junjung oleh orang Syiah/Islam Iran.
Di Sumatra Barat peringatan tersebut disebut dengan upacara Tabuik/Tabut.
Sedangkan di pulau Jawa ditandai dengan pembuatan bubur Syuro.
b. Kesamaan ajaran Sufi yang dianut Syaikh Siti Jennar dengan sufi dari Iran
yaitu Al – Hallaj.
c. Penggunaan istilah bahasa Iran dalam sistem mengeja huruf Arab untuk
tanda- tanda bunyi Harakat.
d. Ditemukannya makam Maulana Malik Ibrahim tahun 1419 di Gresik.
e. Adanya perkampungan Leren/Leran di Giri daerah Gresik. Leren adalah nama
salah satu Pendukung teori ini yaitu Umar Amir Husen dan P.A. Hussein
Jayadiningrat.

Djajaningrat juga dikenal sebagai orang Indonesia pertama yang mempertahankan


disertasi di Universitas Leiden, Belanda, pada 1913. Disertasinya tersebut
berjudul Critische Beschouwing van de Sadjarah Banten (Pandangan Kritis
mengenai Sejarah Banten).

4. Teori China
Teori Cina mengatakan bahwa proses kedatangan Islam ke Indonesia (khususnya
di Jawa) berasal dari para perantau Cina. Menurut teori ini, orang Cina telah
berhubungan dengan masyarakat Indonesia jauh sebelum Islam dikenal di
Indonesia. Pada masa Hindu-Buddha, etnis Cina atau Tiongkok telah berbaur
dengan penduduk Indonesia terutama melalui kontak dagang. Bahkan, ajaran
Islam telah sampai di Cina pada abad ke-7 M, masa di mana agama ini baru
berkembang. Sumanto Al Qurtuby dalam bukunya Arus Cina-Islam-Jawa
menyatakan, menurut kronik (sumber luar negeri) pada masa Dinasti Tang (618-
960) di daerah Kanton, Zhang-zhao, Quanzhou, dam pesisir Cina bagian selatan,
telah terdapat sejumlah pemukiman Islam.

Teori Cina didasarkan pada sumber luar negeri (kronik) maupun lokal (babad dan
hikayat). Bahkan menurut sejumlah sumber lokat tersebut ditulis bahwa raja Islam
pertama di Jawa, yakni Raden Patah dari Bintoro Demak, merupakan keturunan Cina.
Ibunya disebutkan berasal dari Campa, Cina bagian selatan (sekarang termasuk
Vietnam). Berdasarkan Sajarah Banten dan Hikayat Hasanuddin, nama dan gelar raja-
raja Demak beserta leluhurnya ditulis dengan menggunakan istilah Cina, seperti “Cek Ko
Po”, “Jin Bun”, “Cek Ban Cun”, “Cun Ceh”, serta “Cu-cu”. Nama-nama seperti
“Munggul” dan “Moechoel” ditafsirkan merupakan kata lain dari Mongol, sebuah
wilayah di utara Cina yang berbatasan dengan Rusia. Bukti-bukti lainnya adalah masjid-
masjid tua yang bernilai arsitektur Tiongkok yang didirikan oleh komunitas Cina di
berbagai tempat, terutama di Pulau Jawa.

Pelabuhan penting sepanjang pada abad ke-15 seperti Gresik, misalnya, menurut catatan-
catatan Cina, diduduki pertama-tama oleh para pelaut dan pedagang Cina. Diperkuat pula
oleh pendapat dari KH.Abdurrahman Wahid yang menyatakan bahwa Terdapat tiga
gelombang kedatangan Islam di Nusantara. Gelombang pertama berasal dari perwira-
perwira atau tokoh-tokoh Islam di Cina. Gelombang kedua berasal dari Bangladesh yang
membawa pengaruh Mazhab Syafi’i. Gelombang ketiga berasal dari para pedagang
Gujarat.

Daerah yang mula-mula menerima Agama Islam adalah Pantai Barat pulau Sumatera.
Dari tempat itu, Islam kemudian menyebar ke seluruh Indonesia. Beberapa tempat
penyebarannya adalah :
a. Pesisir Sumatera bagian Utara di Aceh
b. Pariaman di Sumatera Barat
c. Gresik dan Tuban di Jawa Timur
d. Demak di Jawa Tengah
e. Banten di Jawa Barat
f. Palembang di Sumatera Selatan
g. Banjar di Kalimantan Selatan
h. Makassar di Sulawesi Selatan
i. Ternate, Tidore, Bacan dan Jailolo di Maluku
j. Sorong di Irian Jaya

Pada dasarnya semua teori di atas masing-masing memiliki kelemahan dan kelebihan
tersendiri. Tidak ada kemutlakan dan kepastian yang jelas dalam masing-masing teori
tersebut. Menurut Azyumardi Azra, sesungguhnya kedatangan Islam ke Indonesia datang
dalam kompleksitas; artinya tidak berasal dari satu tempat, peran kelompok tunggal, dan
tidak dalam waktu yang bersamaan.

Namun, yang patut menjadi catatan kita adalah bahwa Islam disebarkan di negeri tercinta
Indonesia tidak dengan kekerasan. Berbangga hatilah karena kita dikaruniai negara
sebagai penduduk dengan mayoritas muslim terbesar di dunia dan prestasi ini diperoleh
dengan tanpa kekerasan. Berdakwahlah dengan hikmah, nasehat, dan karya nyata yang
bermanfaat untuk orang banyak.

5. Strategi Dakwah dan Perkembangan Islam di Indonesia

Dari penjelasan di atas sangat jelas bahwa Islam datang ke Indonesia secara berangsur-
angsur dan tidak sekaligus. Pada uraian ini akan dijelaskan mengenai strategi dakwah
dan perkembangan Islam di Indonesia. Yang pasti Islam masuk ke Indonesia, bukan
dengan peperangan ataupun penjajahan. Islam berkembang dan tersebar di Indonesia
justru dengan cara damai dan persuasif berkat kegigihan para ulama. Karena memang
para ulama berpegang teguh pada prinsip Q.S. al-Baqarah ayat 256 “laa ikraha fi al-
diin”: Tidak ada paksaan dalam agama (Q.S. al-Baqarah ayat 256). Paling tidak terdapat
beberapa cara yang dipergunakan dalam penyebaran Islam di Indonesia, seperti
perdagangan, perkawinan, pendidikan, kesenian atau budaya dan tasawuf.
a. Perdagangan

Sejak awal Masehi, kawasan Asia Tenggara telah berfungsi sebagai jalur lintas
perdagangan yang menghubungkan wilayah Asia Timur dan Asia Selatan.

Dari kawasan Asia Selatan, hubungan pelayaran antarbenua terus berlanjut ke


barat hingga mencapai Eropa.

Prof Dr Hasan Muarif Ambary mengungkapkan bahwa sejak abad ke-5 M,


kawasan Asia Tenggara menjadi lebih ramai dengan hadirnya pedagang dan
pelaut dari berbagai negara yang biasa berlayar melalui wilayah itu.
Globalisasi perdagangan itu juga menjadi saluran bagi masuknya berbagai
pengaruh tradisi besar di kawasan Asia Tenggara. Salah satunya adalah ajaran
Islam.

Berdasarkan data sejarah bahwa perdagangan merupakan media dakwah yang


paling banyak dilakukan oleh para pnenyebar agama Islam di Indonesia. Hal
ini dapat kita lihat dari adanya kesibukan lalu lintas perdagangan pada abad ke
7 M hingga ke 16 M. Jalur ini dimungkinkan karena orang-orang melayu telah
lama menjalin kontak dagang dengan orang Arab. Apalagi setelah berdirinya
kerajaan Islam seperti kerajaan Islam Malaka dan kerajaan Samudra Pasai di
Aceh, maka makin ramailah para ulama dan pedagang Arab datang ke
Nusantara (Indonesia). Disamping mencari berdagang mereka juga mencari
menyiarkan agama Islam. Fakta sejarah ini dapat diketahui berdasarkan data
dan informasi yang dicatat oleh Tome’Pires bahwa seorang musafir Portugis
menceritakan tentang penyebaran Islam antara tahun 1512 sampai tahun 1515
Masehi, yang meliputi Sumatera, Kalimantan, Jawa hingga kepulauan Maluku.
Ia juga menyatakan bahwa pedagang muslim banyak yang bermukim di pesisir
Pulau Jawa yang ketika itu masih penganut Hindu dan Budha maupun
animisme dan dinamisme. Para penyebar agama Islam berhasil mendirikan
masjid-masjid dan mendatangkan para ahli agama dari luar sehingga jumlah
mereka semakin bertambah banyak.
Di beberapa tempat para bupati yang ditugaskan di daerah pesisir oleh
kerajaan Majapahit banyak yang kemudian memeluk Islam. Para bupati
tersebut memeluk Islam bukan hanya karena faktor politik yang sedang tidak
stabil di kekuasaan Majapahit, namun juga karena faktor hubungan ekonomi
yang baik dengan para pedagang muslim. Hubungan dagang yang baik
akhirnya memberikan kekuatan secara ekonomi bagi para saudagar muslim
dan mengukuhkan kebaradaan mereka sebagai mitra para bupati dan penduduk
setempat. Kekuatan ini memberikan pengaruh secara sosial maupun psikologis
yang dengan sendirinya memudahkan agama Islam dapat diterima oleh para
bupati dan penduduk setempat. Karena pada saat itu, hampir semua jalur-jalur
strategis perdagangan internasional dikuasai oleh para pedagang muslim, maka
mau tidak mau jika para bupati ingin memajukan daerahnya dari segi
pembangunan ekonomi maka ia harus bekerjasama dengan para pedagang
muslim.

b. Perkawinan

Proses penyebaran Islam di Indonesia juga banyak dilakukan melalui


pernikahan antara para pedagang muslim dengan wanita Indonesia. Jalur
perdagangan internasional yang dikuasai oleh para pedagang muslim
menjadikan para pedagang Islam memiliki kelebiahn secara ekonomi. Para
pedagang muslim yang tertarik dengan wanita-wanita Indonesia yang ingin
menikah mensyaratkan agar para wanita tersebut haruslah memeluk Islam
sebagai prasayarat dalam sebuah pernikahan. Karena di dalam Islam tidak
diperbolehkan pernikahan dengan perbedaan agama. Dan para penduduk lokal
tidak keberatan dengan prasayarat tersebut. Dari pernikahan ini bukan hanya
menjadikan penganut agama Islam semakin banyak, namun juga semakin
mengukuhkan generasi-generasi Islam di Indonesia buah dari pernikahan
mereka. Apalagi jika yang terjadi adalah pernikahan antara keluarga
bangsawan dengan keluarga parasaudagar muslim. Tentu akan semakin
menguatkan posisi tawar mereka di masyarakat. Dari pernikahan ini kemdian
terbentuklah komunitas-komunitas muslim di Indonesia. Sebagai contoh yang
dapat dikemukakan adalah pernikahan antara Raden Rahmat atau Sunan
Ampel dengan Nyai Manila dan antara Sunan Gunung Jati dengan Puri
Kawunganten, Raja Brawijaya dengan Putri Campa dan lain-lain.

c. Pendidikan
Proses masuknya Islam juga dilakukan melalui proses pendidikan. Para ulama
banyak yang mendirikan lembaga pendidikan Islam. Di lembaga pendidikan
inilah para ulama semakin menguatkan posisi agama Islam dengan pengajaran-
pengajaran ajaran agama Islam. Salah satu lembaga pendidikan Islam yang
menjadi ciri awal penyebaran Islam adalah pesantren. Istilah pesantren untuk
menunjukkan sebuah lembaga pendidikan banyak digunakan oleh ulama jawa
dan madura sementara di Aceh dikenal dengan “dayah” dan di Minangkabau
dikenal dengan nama “Surau”. Awalnya pesantren atau dayah atau surau
adalah bentuk kegiatan keagamaan yang kemudian berubah menjadi suatu
lembaga kegiatan kependidikan. Bahkan dalam catatan Howard M. Federspiel-
salah seorang pengkaji keIslaman di Indonesia, menjelang abad ke-12 pusat-
pusat pendidikan di Aceh, Palembang (Sumatera), Jawa Timur dan di Gowa
(Sulawesi) pesantren atau dayah telah menghasilkan tulisan-tulisan penting
dan menarik santri untuk belajar. Dalam literatur sejarah, pesantren banyak
diasosiasikan mendapat pengaruh dari kegiatan pendidikan Hindu dan Budha.
Kata “santri” juga menunjukkan seseorang yang sedang menuntut ilmu agama
Budha secara mendalam di kuil-kuil Budha untuk kemudian dijadikan calon-
calon pemuka agama atau bhiksu. Kata santri Pertama, berasal dari bahasa
sansekerta, yaitu "sastri", yang berarti orang yang melek huruf. Kedua, berasal
dari bahasa jawa, yaitu "cantrik", yang berarti seseorang yang mengikuti
pemuka agama (bhiksu) di mana pun ia pergi dan menetap untuk menguasai
suatu keahlian tersendiri.

Begitu pula pesantren, namun yang membedakannya adalah, di dalam agama


Islam tidak dikenal perbedaan status sosial antara yang satu dengan yang
lainnya, sehingga semua orang memiliki hak yang sama untuk mendapatkan
pendidikan. Hal ini berbeda dengan di agama Hindu dan Budha kala itu,
mereka memiliki strata sosial yang membedakan antara yang satu dengan yang
lainnya dalam bentuk penggolongan kasta-kasta. Hal ini menjadikan tidak
semua orang diperbolehkan baik secara sosial maupun agama oleh mereka
untuk mendapatkan akses pendidikan. Hal ini lah yang menjadi kelebihan
pesantren atau dayah atau surau yang dikembangkan oleh umat Islam yaitu
dapat diakses oleh siapapun, karena di dalam Islam menuntut ilmu adalah
suatu kewajiban baik itu bagi laki-laki maupun perempuan, dan para penganut
agama Hindu dan Budha yang merasa tidak mendapat akomodasi dalam hal
pendidikan di komunitas agamanya akan memilih memeluk Islam. Dengan
semakin banyaknya penganut agama Hindu dan Budha belajar di pesantren,
dayah atau surau semakin meningkatkan jumlah masyarakat yang memeluk
Islam. Dari situ kita juga memahami bahwa peran pesantren atau dayah atau
surau sudah sejak awal Islam masuk ke Indonesia telah memerankan peran
yang penting didalam proses mencerdaskan kehidupan bangsa.

Di antara lembaga pendidikan pesantren yang tumbuh pada masa awal Islam
adalah Pesantren yang didirikan oleh Raden Rahmat di Ampel Denta.
Pesantren Giri yang didirikan oleh Sunan Giri yang popularitasnya melampaui
batas pulau Jawa hingga ke Maluku. Bahkan menurut catatan sejarah Sunan
Giri dan para ulama lainnya pernah diundang ke Maluku untuk memberikan
pelajaran agama Islam. Banyak dari mereka yang menjadi guru, khatib
(pengkhutbah), hakim (qadli) bahkan muadzin di Maluku dengan imbalan
berupa cengkeh.
Dengan cara-cara pendidikan tersebut agama Islam terus meluas ke seluruh
penjuru nusantara.

d. Tasawuf
Para penganut tasawuf atau sufi umumnya adalah pengembara. Mereka dengan
sukarela mengajar penduduk lokal berbagai hal. Mereka sangat memahami
para penduduk lokal dari berbagai sisi. Para sufi memiliki sifat dan berbudi
pekerti yang baik sehingga memudahkan mereka bergaul dan memahami
masayarakat setempat. Mereka memahami kemiskinan dan keterbelakangan
sekaligus juga memahami kesehatan spiritual masyarakat. Mereka juga
memahami hal magis yang menjadi satu bidang yang digandrungi masyarakat
yang menganut paham animisme dan dinamisme kala itu, hal menjadikan para
sufi ini mampu melihat celah yang dapat dimasuki ajaran-ajaran Islam.
Dengan tasawuf bentuk ajaran Islam yang disampaikan kepada penduduk
pribumi mempunyai persamaan dengan alam pikiran mereka. Di antara para
sufu yang memberikan ajaran Islam kepada masyarakat adalah Hamzah
Fansury dari Aceh, Syekh Lemah Abang, dan Sunan Panggung dari Jawa.
Bahkan pengikutnya masih banyak hingga kini.

e. Kesenian dan Budaya


Para tokoh Muslim ini mengajarkan agama Islam menurut bahasa dan adat
istiadat setempat. Mereka inilah yang memiliki peran besar dalam
menyebarkan dan mengembangkan Islam di Indonesia. Sebagian besar nama-
nama mereka telah melegenda, seperti WaliSanga. Penyebaran Islam melalui
kesenian atau budaya sepertinya yang paling banyak mempengaruhi
masyarakat. Penyebaran Islam melalui kesenian berupa wayang, sastra, dan
berbagai kesenian lainnya. Pendekatan jalur kesenian dilakukan oleh para
penyebar Islam seperti WaliSanga untuk menarik perhatian di kalangan
mereka, sehingga dengan tanpa terasa mereka telah tertarik kepada ajaran-
ajaran Islam sekalipun pada awalnya mereka tertarik karena media kesenian
itu. Misalnya, Sunan Kalijaga adalah tokoh seniman wayang. Ia tidak pernah
meminta bayaran pertunjukkan seni, tetapi ia meminta para penonton untuk
mengikutinya mengucapkan kalimat syahadat. Sebagian cerita wayang masih
dipetik dari cerita Mahabarata dan Ramayana, tetapi di dalam cerita itu
disisipkan ajaran dan nama-nama pahlawan Islam. Kesenian-kesenian lain juga
dijadikan media islamisasi, seperti sastra (hikayat, babad, dan sebagainya),
seni arsitektur seperi terlihat pada masjid-masjid peninggalan para ulama wali
Sanga, dan seni ukir yang terdapat pada kediaman atau pada masjid-masjid
peninggalan para wali.

6. Perkembangan Islam di Indonesia


a. Masa Kesulthanan
Di daerah-daerah yang sedikit sekali di sentuh oleh kebudayaan Hindu-Budha
seperti daerah-daerah Aceh dan Minangkabau di Sumatera, di Banten dan
Jawa, Agama Islam secara mendalam mempengaruhi kehidupan sosial dan
politik penganut-penganutnya sehingga di daerah-daerah tersebut agama Islam
itu telah menunjukkan diri dalam berbagai bentuk.

Di kerajaan Banjar, dengan masuk Islamnya raja, perkembangan Islam selanjutnya


tidak begitu sulit karena raja menunjangnya dengan fasilitas dan kemudahan-
kemudahan lainnya dan hasilnya mebawa kepada kehidupan masyarakat Banjar yang
benar-benar bersendikan Islam. Secara konkrit, kehidupan keagamaan di kerajaan
Banjar ini diwujudkan dengan adanya mufti dan qadhi atas jasa Muhammad Arsyad
Al-Banjari yang ahli dalam bidang fiqih dan tasawuf. Di kerajaan ini, telah berhasil
pengkodifikasian hukum-hukum yang sepenuhnya berorientasi pada hukum islam
yang dinamakan Undang-Undang Sultan Adam. Dalam Undang-Undang ini timbul
kesan bahwa kedudukan mufti mirip dengan Mahkamah Agung sekarang yang
bertugas mengontrol dan kalau perlu berfungsi sebagai lembaga untuk naik banding
dari mahkamah biasa. Tercatat dalam sejarah Banjar, di berlakukannya hukum bunuh
bagi orang murtad, hukum potong tangan untuk pencuri dan mendera bagi yang
kedapatan berbuat zina.
Guna memadu penyebaran agama Islam dipulau jawa, maka dilakukan upaya agar
Islam dan tradisi Jawa didamaikan satu dengan yang lainnya, serta dibangun masjid
sebagai pusat pendidikan Islam.

Dengan kelonggaran-kelonggaran tersebut, tergeraklah petinggi dan penguasa


kerajaan untuk memeluk agama Islam. Bila penguasa memeluk agama Islam serta
memasukkan syari’at Islam ke daerah kerajaannya, rakyat pun akan masuk agama
tersebut dan akan melaksanakan ajarannya. Begitu pula dengan kerajaan-kerajaan
yang berada di bawah kekuasaannya. Ini seperti ketika di pimpin oleh Sultan Agung.
Ketika Sultan Agung masuk Islam, kerajaan-kerajaan yang ada di bawah kekuasaan
Mataram ikut pula masuk Islam seperti kerajaan Cirebon, Priangan dan lain
sebagainya. Lalu Sultan Agung menyesuaikan seluruh tata laksana kerajaan dengan
istilah-istilah keislaman, meskipun kadang-kadang tidak sesuai dengan arti
sebenarnya.

b. Masa Penjajahan

Ditengah-tengah proses transformasi sosial yang relatif damai itu, datanglah


pedagang-pedagang Barat, yaitu portugis, kemudian spanyol, di susul Belanda
dan Inggris.
Tujuannya adalah menaklukkan kerajaan-kerajaan Islam Indonesia di
sepanjang pesisir kepulauan Nusantara ini.

Pada mulanya mereka datang ke Indonesia hanya untuk menjalinkan


hubungan dagang karena Indonesia kaya akan rempah-rempah, tetapi
kemudian mereka ingin memonopoli perdagangan tersebut dan menjadi tuan
bagi bangsa Indonesia.

Apalagi setelah kedatangan Snouck Hurgronye yang ditugasi menjadi


penasehat urusan pribumi dan Arab, pemerintah Hindia-Belanda lebih berani
membuat kebijaksanaan mengenai masalah Islam di Indonesia karena Snouck
mempunyai pengalaman dalam penelitian lapangan di Negeri Arab, Jawa dan
Aceh. Lalu ia mengemukakan gagasannya yang di kenal dengan politik Islam
di Indonesia. Dengan politik itu ia membagi masalah Islam dalam tiga
kategori, yaitu:
1. Bidang agama murni atau ibadah;
2. Bidang sosial kemasyarakatan; dan
3. Politik.

Terhadap bidang agama murni, pemerintah kolonial memberikan kemerdekaan


kepada umat Islam untuk melaksanakan ajaran agamanya sepanjang tidak
mengganggu kekuasaan pemerintah Belanda.

Dalam bidang kemasyarakatan, pemerintah memanfaatkan adat kebiasaan


yang berlaku sehingga pada waktu itu dicetuskanlah teori untuk membatasi
keberlakuan hukum Islam, yakni teori reseptie yang maksudnya hukum Islam
baru bisa diberlakukan apabila tidak bertentangan dengan alat kebiasaan. Oleh
karena itu, terjadi kemandekan hukum Islam.
Sedangkan dalam bidang politik, pemerintah melarang keras orang Islam
membahas hukum Islam baik dari Al-Qur’an maupun Sunnah yang
menerangkan tentang politik kenegaraan atau ketatanegaraan.

7. Gerakan dan organisasi Islam

Akibat dari “resep politik Islam”-nya Snouck Hurgronye itu, menjelang


permulaan abad xx umat Islam Indonesia yang jumlahnya semakin bertambah
menghadapi tiga tayangan dari pemerintah Hindia Belanda, yaitu: politik devide
etimpera, politik penindasan dengan kekerasan dan politik menjinakan melalui
asosiasi.

Namun, ajaran Islam pada hakikatnya terlalu dinamis untuk dapat dijinakkan begitu saja.
Dengan pengalaman tersebut, orang Islam bangkit dengan menggunakan taktik baru,
bukan dengan perlawanan fisik tetapi dengan membangun organisasi. Oleh karena itu,
masa terakhir kekuasaan Belanda di Indonesiadi tandai dengan tumbuhnya kesadaran
berpolitik bagi bangsa Indonesia, sebagai hasil perubahan-perubahan sosial dan ekonomi,
dampak dari pendidikan Barat, serta gagasan-gagasan aliran pembaruan Islam di Mesir.

Akibat dari situasi ini, timbullah perkumpulan-perkumpulan politik baru dan muncullah
pemikir-pemikir politik yang sadar diri. Karena persatuan dalam syarikat Islam itu
berdasarkan ideologi Islam, yakni hanya orang Indonesia yang beragama Islamlah yang
dapat di terima dalam organisasi tersebut, para pejabat dan pemerintahan (pangreh praja)
ditolak dari keanggotaan itu.

Persaingan antara partai-partai politik itu mengakibatkan putusnya hubungan antara


pemimpin Islam, yaitu santri dan para pengikut tradisi Jawa dan abangan. Di kalangan
santri sendiri, dengan lahirnya gerakan pembaruan Islam dari Mesir yang
mengompromikan rasionalisme Barat dengan fundamentalisme Islam, telah
menimbulkan perpecahan sehingga sejak itu dikalangan kaum muslimin terdapat dua
kubu: para cendekiawan Muslimin berpendidikan Barat, dan para kiayi serta Ulama
tradisional.

Selama pendudukan jepang, pihak Jepang rupanya lebih memihak kepada kaum
muslimin dari pada golongan nasionalis karena mereka berusaha menggunakan agama
untuk tujuan perang mereka. Ada tiga perantara politik berikut ini yang merupakan hasil
bentukan pemerintah Jepang yang menguntungkan kaum muslimin, yaitu:
1. Shumubu, yaitu Kantor Urusan Agama yang menggantikan Kantor Urusan Pribumi
zaman Belanda.
2. Masyumi, yakni singkatan dari Majelis Syura Muslimin Indonesia menggantikan
MIAI yang dibubarkan pada bulan oktober 1943.
3. Hizbullah, (Partai Allah dan Angkatan Allah), semacam organisasi militer untuk
pemuda-pemuda Muslimin yang dipimpin oleh Zainul Arifin.

8. Tokoh-Tokoh Dalam Perkembangan Islam Di Indonesia


Proses penyebaran Islam di wilayah Nusantara tidak dapat dilepas dari peran aktif
para ulama. Melalui merekalah Islam dapat diterima dengan baik dikalangan
masyarakat. Di antara Ulama tersebut adalah sebagai berikut:
a. Hamzah Fansuri
Ia hidup pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda sekitar tahun 1590.
Pengembaraan intelektualnya tidak hanya di Fansur-Aceh, tetapi juga ke India,
Persia, Mekkah dan Madinah. Dalam pengembaraan itu ia sempat mempelajari
ilmu fiqh, tauhid, tasawuf, dan sastra Arab.

b. Syaikh Muhammad Yusuf Al-Makasari


Beliau lahir di Moncong Loe, Gowa, Sulawesi Selatan pada tanggal 3 Juli
1626 M/1037 H. Ia memperoleh pengetahuan Islam dari banyak guru, di
antaranya yaitu; Sayid Ba Alwi bin Abdullah Al-‘allaham (orang Arab
yang menetap di Bontoala), Syaikh Nuruddin Ar-Raniri (Aceh), Muhammad
bin Wajih As-Sa’di Al-Yamani (Yaman), Ayub bin Ahmad bin Ayub Ad-
Dimisqi Al-Khalwati (Damaskus), dan lain sebagainya.

c. Syaikh Abdussamad Al-Palimbani


Ia merupakan salah seorang ulama terkenal yang berasal dari Sumatra Selatan.
Ayahnya adalah seorang Sayid dari San’a, Yaman. Ia dikirim ayahnya ke
Timur Tengah untuk belajar. Di antara ulama sezaman yang sempat bertemu
dengan beliau adalah; Syaikh Muhammad Arsyad Al-Banjari, Abdul Wahab
Bugis, Abdurrahman Bugis Al-Batawi dan Daud Al-Tatani.

d. Syaikh Muhammad bin Umar n-Nawawi Al-Bantani


Beliau lahir di Tanar, Serang, Banten. Sejak kecil ia dan kedua saudaranya,
Tamim dan Ahmad, di didik oleh ayahnya dalam bidang agama; ilmu nahwu,
fiqh dan tafsir. Selain itu ia juga belajar dari Haji Sabal, ulama terkenal saat
itu, dan dari Raden Haji Yusuf di Purwakarta Jawa Barat. Kemudian ia
pergi ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji dan menetap disana kurang
lebih tiga tahun. Di Mekkah ia belajar Sayid Ahmad bi Sayid Abdurrahman
An-Nawawi, Sayid Ahmad Dimyati dan Sayid Ahmad Zaini Dahlan.
Sedangkan di Madinah ia berguru kepada Syaikh Muhammad Khatib
Sambas Al-Hambali. Selain itu ia juga mempunyai guru utama dari Mesir.
Pada tahun 1833 beliau kembali ke Banten. Dengan bekal pengetahuan agamanya ia
banyak terlibat proses belajar mengajar dengan para pemuda di wilayahnya yang
tertarik denga kepandaiannya.. tetapi ternyata beliau tidak betah tinggal di kampung
halamannya. Karena itu pada tahun 1855 ia berangkat ke Haramain dan menetap
disana hingga beliau wafat pada tahun 1897 M/1314 H.

1. Perkembangan Islam di Sumatera


Sejak abad ke-7 M, kawasan Asia tenggara mulai berkenalan dengan tradisi Islam. Ini
terjadi karena para pedagang muslim, yang berlayar di kawasan ini, singgah untuk
beberapa waktu. Pengenalan Islam lebih intensif, khususnya di semenanjung Melayu dan
nusantara. Di Indonesia, kehadiran Islam secara lebih nyata terjadi sekitar akhir abad 13
M, yakni dengan adanya makam Sultan Malik al-Saleh, terletak di kecamatan Samudra di
Aceh utara. Pada makam tersebut tertulis bahwa dia wafat pada Ramadhan 696 H/1297
M. Dalam hikayat Raja-raja Pasai dan Sejarah Melayu Malik, dua teks Melayu tertua
Malik Al-Saleh digambarkan sebagai penguasa pertama Kerajaan Samudra Pasai (Hill,
1960; Ibrahim Alfian, 1973, dalam artikelAmbary).

Untuk menjustifikasi teorinya, Moquette membandingkan dengan data historis yang lain,
yaitu catatan Marco Polo yang mengunjungi Perlak dan tempat lain di wilayah ini pada
1292 M. Pada proses islamisasi terjadi, persentuhan pedagang muslim dengan penduduk
setempat telah terjadi di sana untuk sekian lama hingga sebuah kerajaan Muslim berdiri
pada abad ke-13 M, Samudra pasai. Pendiri kerajaan tersebut bias dihubungkan dengan
kelemahan kerajaan Sriwijaya sejak abad ke-12 dan ke-13 M sebagaimana dituturkan
oleh Chou-Chu-Fei dalam catatan Ling Wa-Tai-ta (1178 M) (Tjandrasasmmita, 13-14).

Berdirinya kerajaan Samudra Pasai pada abad ke-13 M merupakan bukti masuknya Islam
di Sumatera, selain kerajaan Samudra Pasai juga ada kerajaan Perlak, dan kerajaan Aceh.
pada tahun 1978, peneliti Pusat Riset Arkeologi Nasional Indonesia telah menemukan
sejumlah batu Nisan di situs Tuanku Batu Badan di Barus. Yang terpenting dari temuan
itu adalah makam yang mencantumkan sebuah nama, yaitu Tuhar Amsuri, yang
meninggal pada 19 Safar 602 H, sebagaimana ditafsirkan oleh Ahmad Cholid Sodrie dari
pusat Riset Arjeologi Nasional, tapi ada penafsiran lain yang mengemukakan bahwa
Tuhar Amsuri meninggal pada 19 Safar 972. Tapi dari temuan Arkeologis di barus
dikatakan bahwa batu nisan Tuhar Amsuri tertanggal 602 lebih awal dari batu nisan
Sultan As-Salih yang tertanggal 696 H. Ini berarti jauh sebelum kerajaan Samudra Pasai,
sudah ada masyarakat Muslim yang tinggal di Barus, salah satu tempat di sekitar pantai
barat Sumatera (Tjandrasasmmita,15-16).

2. Perkembangan Islam di Kalimantan


Penduduk asli Pulau Kalimantan disebut orang Dayak. Orang Dayak yang mendiami
Pulau Kalimantan tersebut terdiri atas beberapa suku. Masing-masing suku mempunyai
kepercayaan masing-masing. Tetapi pada dasarnya kepercayaan mereka itu mempunyai
persamaan-persamaan yang banyak. Istilah yang populer menyebut kepercayaan mereka
adalah kepercayaan Kaharingan.

Penduduk asli tersebut kemudian terdesak ke arah pedalaman. Di pesisir barat terdesak
oleh orang-orang Melayu dan Cina, di selatan terdesak oleh orang-orang Melayu dan
orang-orang Jawa, dan di bagian tenggara terdesak oleh orang-orang Bugis, Makasar
dan Sulu. Orang Dayak yang mendiami daerah-daerah pedalaman Kalimantan tersebut
dapat dibagi atas 7 macam suku,yakni:

a) Suku Dayak Kenya dan Bahau yang mendiami pedalaman Mahakam.


b) Suku Dayak Punan, yang mendiami pedalaman daerah Berau.
c) Suku Dayak Siang, yang mendiami pedalaman Barito Hulu.
d) Suku Dayak Kayan, yang mendiami perbatasan Serawak
e) Suku Dayak Iban dan Kalemantan, yang mendiami pedalaman Kalbar dan utara.
f) Suku Dayak Ngaju, yang mendiami pedalaman Kapuas, dengan suku-suku kecilnya,
yakni:
a. Dayak Lawangan, yang mendiami pedalaman Barito Timur.
b. Dayak Manyan, yang mendiami pedalaman Balangan dan Barito Selatan.
c. Suku Dayak Ot Danum, yang mendiami pedalaman Tumbang Siang, Tumbang Miri,
Tumbang Lahang dan sekitarnya.

Selanjutnya sehubungan dengan telah terdesaknya penduduk asli tersebut ke daerah


pedalaman oleh suku-suku pendatang, maka ada beberapa pendapat mengatakan suku
yang kemudian mendiami di daerah-daerah pesisir tersebut adalah perpaduan dari orang-
orang dari suku pendatang. Munculnya suku Banjar kemudian yang mendiami daerah
Kalimantan Selatn adalah keturunan yang lahir dari percampuran orang-orang Melayu
dan Jawa serta Olo (orang) Ngaju yang telah bercampur dan menikah selama beberapa
generasi di daerah tersebut. Percampuran itu ditambah lagi dengan pendatang lain seperti
orang-orang Bugis, Cina, India dan Arab.

Unsur-unsur animisme, dynamisme dan spiritisme atau daemonisme yakni serba


semangat yang terdapat dalam kepercayaan Kaharinga, merupakan unsur-unsur yang
ternyata masih berpengaruh dalam tradisi dalam kehidupan masyarakat orang Banjar
kemudian. Sementara itu ada juga data yang menunjukkan adanya hubungan Kerajaan
Majapahit dengan daerah Banjar, yakni terdapatnya nama beberapa tempat di daerah
Kalimantan Selatan dalam daftar daerah-daerah yang menjadi bagian dari kerajaan
Majapahit tersebut. Dalam daftar itu terdapat nama-nama daerah; seperti: Pasir, Baritu
(Barito), Tabalung (Tabalong), dan lain-lain.

Di samping itu dalam Hikayat Banjar disebutkan bahwa Pangeran Suryanata yang
menjadi suami Putri Junjung Buih, adalah putra raja Majapahit.

Adanya hubungan antara Majapahit dengan daerah ini, merupakan petunjuk bahwa agama
Syiwa-Budha sampai pula ke daerah Kalimantan Selatan. Hal ini dikuatkan dengan adanya situs
candi-candi di daerah ini, seperti Candi Agung di Negara Dipa (Amuntai) dan Candi Laras di
Negara Daha (Margasari-Rantau). Ditemukannya lingga dan arca-arca berupa Nandi dan Batar
Guru di situs Candi Laras, menunjukkan adanya unsur-unsur Syiwa yang pernah berkembang di
daerah ini.

Dengan demikian agama Islam yang masuk ke Kalimantan Selatan ini, berkemban pada masa
permulaannya di kalangan masyarakat yang sebelumnya telah dipengaruhi oleh unsur-unsur
Kaharingan dan Syiwa-Budha. Agama Islam yang masuk itu kemudian dianut oleh sebagian
besar masyarakat Kalimantan Selatan,yang sebelumnya telah menganut kepercayaan Kaharingan,
agama Syiwa-Budha atau syncritisme dari agama-agama tersebut. Sehingga dapat dikatakan
bahwa ajaran-ajaran Islam yang mula-mula berkembang di daerah Kalimantan Selatan ini,
menghadapi pengaruh dari unsur-unsur kepercayaan tersebut.

Untuk itu dapat diikuti kutipan berikut, yakni kebiasaan lama yang dikenal oleh masyarakat di
daerah Banjar: “Orang meminta selamat ketika mendirikan rumah, sembuh dari sakit, berlindung
dari bahaya yang ditakuti atau ada hajat yang ingin dikabulkan dan sebagainya, lalu dibutlah nasi
ketan yang ditempa-tempa seperti bentuk stupa dengan inti di puncaknya, bentuk stupa seperti
yang pertama kali dibangun oleh Asoka, atau bentuk gunung mythologis perlambang pusat dunia
dan keindahan, suatu yang dianggap keramat oleh pemeluk Hindu-Budha.
Upacara sajenan seperti itu tidak diberantas oleh penyiar Islam di waktu itu, hanya mantera-
mantera yang semula ditujukan kepda roh gaib dan dewa-dewa diganti dengan do’a dan zikir
kepada Allah. Upacara seperti ini di Kalimantan Selatan dikenal dengan sebutan “halarat”,
demikian juga “batumbang”, “baanjur-anjur dengan 40 macam juadah”, adalah sesajen zaman
pra Islam. Acara “badudus”, “mandi-mandi”, dan “baayun anak” adalah adat di zaman Hindu
yang kemudian dituang dalam tuangan Islam dengan bacaan shalawat kepada Nabi.”

Kehidupan Islam yang berkembang di masyarakat Banjar seperti yang digambarkan di atas
menjalani masa yang cukup lama. Orang Banjar pada umumnya menjunjung tinggi ajaran Islam,
tetapi dalam melakukan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan ibadah dan amaliah masih
banyak yang belum dapat melepaskan diri dari tradisi-tradisi kepercayaan dan agama yang
berkembang sebelumnya.

Memasuki abad ke 17 Banjarmasin telah menjadi bandar perdagangan yang ramai. Hal ini terjadi
sehubungan dengan tindakan Kerajaan Mataram yang telah menyerang dan menghancurkan kota-
kota pantai di utara Jawa, sehingga pedagang-pedagang pindah secara besar-besaran ke
Makasar dan Banjarmasin. Dan pada waktu itu pula terjadi perubahan jalan dagang ke Maluku
melalui Makasar, Kalimantan Selatan, Patani dan Cina, atau dari Makasar dan Banten ke India.
Pada waktu itu orang Banjar sudah banyak yang melakukan pelayaran berdagang ke luar daerah.
Tradisi berlayar ini memberikan kemungkinan kepada orang Banjar untuk melakukan ibadah haji
ke Mekah dengan menggunakan kapal-kapal sendiri.

Mereka yang pergi menunaikan ibadah haji ke Mekah tersebut, biasanya tinggal beberapa tahun
di sana sambil belajar pengetahuan agama. Mereka itu kemudian pulang dengan membawa
pengetahuan dan kitab-kitab dari Mekah. Semakin banyak orang Banjar yang datang dari Mekah
semakin banyak pandangan-pandangan baru yang masuk ke daerah ini.

Di antara pandangan-pandangan baru yang masuk tersebut terdapat ajaran Sofi Al Hallaj, yang
pernah diajarkan oleh Abdul Hamid di daerah ini. Selain itu telah masuk pula faham Syiah
bersama para pedagang Arab dari suku Baalwi ke daerah ini. Sisa-sisa dari faham tersebut masih
terdapat tradisi orang Islam di daerah ini, seperti pemakaian gelar Sayyid, penghormatan yang
khusus terhadap turunan Ali dngan melakukan acara-acara tertentu, dan lain sebagainya. Di
samping hal-hal tersebut di atas, maka pada waktu orang-orang Banjar telah banyak yang pergi
haji tersebut, masuk juga nilai-nilai baru dalam aliran Ahlussunnah wal Jama’ah aliran Islam
yang telah berkembang sebelumnya.

Tetapi sampai pada awl abad ke 18 nilai-nilai baru yang masuk bersama orang-orang yang
datang dari Mekah tersebut tidak banyak tampak dalam masyarakat. Usaha pembaharuan dan
penybaran agama Islam yang bersumber langsung dari Mekah tersebut baru dimulai pada
pertengahan abad ke 18, yakni oleh seorang ulama kelahiran Martapura yang lebih 30 tahun
memperdalam ilmu agama di Mekah dan Madinah, Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari.

C. KESIMPULAN
1. terdapat empat teori jalur masuknya Islam ke Indonesia yakni Teori Gujarat, Teori Arab,
Teori Persia dan Teori China.
2. Teori Gujarat menyatakan bahwa masuknya Islam ke Indonesia melalui Gujarat, India. Teori
dikemukakan oleh Pijnapel dan Snouk Hurgronje. Teori ini didasarkan pada penemuan batu
nisan raja al-Malik al-Saleh dan batu nisan di makam Maulana Malik Ibrahim di Gresik, Jawa
Timur adalah berasal dari Gujarat, India.
3. Teori Arab. Teori ini dikemukakan oleh Buya Hamka dan beberapa tokoh. Menurut teori ini
bahwa Islam masuk ke Indonesia berasal dari Arab langsung ke Indonesia. Hal ini bisa dilihat
pada berita dari Tionkok yang menyatakan bahwa sebelum abad 10M telah ada penduduk
muslim di Sumatera.
4. Teori Persia. Dalam teori ini menyatakan bahwa Islam di Indonesia berasal dari Persia
(sekarang kawasan Iran-Irak). Hal ini didasarkan pada asimilasi pada ajaran sufi yang
dipengaruhi oleh Persia, dan asimilasi budaya yang banyak diadaptasi dari tradisi keagamaan
yang dilakukan di Persia.
5. Teori Cina mengatakan bahwa proses kedatangan Islam ke Indonesia (khususnya di Jawa)
berasal dari para perantau Cina. Orang Cina telah berhubungan dengan masyarakat Indonesia
jauh sebelum Islam dikenal di Indonesia. Pada masa Hindu-Buddha, etnis Cina atau Tiongkok
telah berbaur dengan penduduk Indonesia terutama melalui kontak dagang. Bahkan, ajaran
Islam telah sampai di Cina pada abad ke-7M, masa di mana agama ini baru berkembang.
Sumanto Al Qurtuby dalam bukunya Arus Cina-Islam-Jawa menyatakan, menurut kronik
masa Dinasti Tang (618-960) di daerah Kanton, Zhang-zhao, Quanzhou, dam pesisir Cina
bagian selatan, telah terdapat sejumlah pemukiman Islam. Teori Cina didasarkan pada
sumber luar negeri (kronik) maupun lokal (babad dan hikayat).
6. Kerajaan-kerajaan Islam awal di Indonesia; antara lain; Kerajan Samudera Pasai, Kerajan
Demak, Kerajaan Cirebon, Kerajaan Banten, Kerajaan Ternate dan Tidore, Kerjaan Gowa dan
Tallo.

D. KEGIATAN DISKUSI
Setelah kalian membaca dan merenungkan tentang dakwah Islam dalam masuknya Islam
di Indonesia dan peran kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara di atas kita akan mendapat
pemahaman yang lebih lengkap. Bentuklah kelompok menjadi 6 kelompok. Masing
masing kelompok menentukan salah seorang untuk dijadikan sebagai ketua kelompok.
dari permasalah permasalahan berikut ini:
1. Bagaimana proses masuknya Islam di Indonesia?
2. Mengapa diperlukan penyebaran Islam melalui perdagangan, perkawinan, pendidikan
dan asimilasi budaya melalui kesenian?
3. Bagaimana tanggapanmu berdakwah melalui kesenian seperti yang dilakukan oleh
wali Sanga?
4. Mengapa pesantren dinilai telah sejak awal memiliki peran penting dalam pendidikan
bangsa?
5. Bagaimana pendapatmu tentang menjalankan dakwah dengan peperangan yang tidak
pernah diajarkan oleh para pendahulu kita?
6. Jika agama Islam di Indonesia sukses menjadi penduduk mayoritas beragama Islam
terbesar di dunia yang dalam penyebarannya tidak dengan cara-cara yang keras
apakah diperlukan kita berdakwah dengan membenci dan memaksa apalagi dengan
peperangan kepada orang non-muslim supaya mereka mau memeluk agama Islam?

E. PENDALAMAN KARAKTER
Dengan memahami materi tentang dakwah Islam dalam proses masuknya Islam di
Indonesia, maka seharusnya kita memiliki sikap sebagai berikut :
1. Memiliki sikap saling mengingatkan pada kebaikan.
2. Senantiasa semangat mencari ilmu pengetahuan serta kreatif dan inovatif
dalam belajar dan bergaul.
3. Memiliki sikap asertif, yaitu mampu bergaul menyesuaikan diri dan
akomodatif dengan siapa pun tanpa harus kehilangan jati diri dan
mengajak kepada agama Islam yang benar.
4. Gigih dalam berjuang terhadap apa yang dicita-citakan.

F. MENGKOMUNIKASIKAN
1. Penugasan Terstruktur
Menurut kalian benarkah dakwah Islam dengan cara kesenian mampu menarik orang lain
untuk memeluk agama Islam? Berikan contohnya jika itu terjadi pada masa sekarang.
2. Kegiatan Mandiri Tidak Terstruktur
Buatlah rangkuman dari materi yang sudah kalian baca, dan berikan pendapat kalian
masing-masing tentang materi tersebut.

G. EVALUASI
I. Jawablah Pertanyaan berikut dengan benar
1. Sebutkan ciri-ciri sikap seorang pedakwah yang baik menurut kalian?
2. Bagaimana sikap masyarakat Indonesia ketika akan dinikahi para saudagar
asing dengan prasayarat pindah keyakinan mereka kepada Islam?
3. Maluku merupakan daerah penghasil rempah-rempah, apa imbalan para ulama
yang pertama kali mengajarkan pendidikan Islam di sana?
4. Mengapa agama Islam begitu mudah diterima oleh masyarakat Indonesia?
5. Apakah kerajaan Islam di Indonesia dipengaruhi oleh kerajaan Islam di Timur
Tengah?
II. Portofolio dan Penilaian Sikap
Setelah kalian memahami uraian mengenai masuknya Islam di Indonesia, coba
kamu amati perilaku berikut ini dan berikan komentar

No. Perilaku Yang Diamati Tanggapan / Komentar Anda

1. Cinta ilmu pengetahuan


Pantang menyerah
2.
Perjuangan yang berorientasi
3. hasil
Toleran terhadap perbedaan
4.
Dakwah melalui lawakan di
5. Stasiun TV terutama pada saat
bulan Ramadhan

Mutiara Hikmah

"Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan Ummat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; mereka adalah orang-
orang yang beruntung."  (Al-Imron:104)
BAB III
SEJARAH WALI SANGA

KOMPETENSI INTI
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama Islam.
2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun, ramah
lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan pro aktif) dan
menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan
diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3. Memahami dan menerapkan pengetahuan factual, konseptual, procedural dalam ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan
pengetahuan procedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan
minatnya untuk memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu
menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.

KOMPETENSI DASAR

1.1. Meyakini bahwa berdakwah adalah kewajiban setiap muslim


1.5. Meyakini perilaku berdakwah dari Wali Sanga sebagai suri tauladan bagi generasi muda
Islam zaman sekarang dan zaman yang akan datang.
1.6. Menghayati nilai-nilai positif yang diwariskan Wali Sanga dan tokoh pembaharu dunia
Islam.
2.4. Menunjukkan sikap optimis wali Sanga dalam berdakwah sebagai penyemangat para
generasi muda Islam sekarang.
3.9 Mengidentifikasi kiprah masing-masing Wali Sanga dalam penyebaran Islam.
3.10 Menganalisis strategi dakwah yang dikembangkan oleh Wali Sanga di Indonesia.
4.4. Menceritakan cara/pendekatan dakwah yang dilakukan Wali Sanga

PETA KONSEP
Masjid Menara Kudus
Dengan arsitektur dari perpaduan budaya
Hindu dan Islam
Sumber : www.id.wikipedia.org

A. AMATI GAMBAR BERIKUT DAN


BERIKAN PENDAPAT KALIAN

Setelah Kalian mengamati gambar di atas


buatlah daftar pendapat atau pertanyaan yang
relevan
Karakter wayang dalam syiar Islam
Sumber: www.republika.or.id yang .…………………………………………… .1
mengambil dari link www.seasite.niu.edu .……………………………………………
..……………………………………………
.…………………………………………… .2
.……………………………………………
.……………………………………………
…………………………………………… .3
..……………………………………………
..……………………………………………

Masj
id Agung Demak
http://www.beautifulmosque.com/
B. PENDALAMAN MATERI
1. Sejarah Wali Sanga
Secara umum Wali Sanga atau Wali Sanga dikenal sebagai penyebar agama Islam di
tanah Jawa pada abad ke 14. Mereka tinggal di tiga wilayah penting pantai utara
Pulau Jawa, yaitu Surabaya-Gresik-Lamongan di Jawa Timur, Demak-Kudus-Muria
di Jawa Tengah, dan Cirebon di Jawa Barat. Wali Sanga adalah kelompok syiar
dakwah Islam (Mubaligh) yang kerap juga disebut dengan Walilullah atau ‘wakil
Allah’. Menurut Saksono (1996: 17-19), awalnya kata”wali” berasal dari bahasa
Arab, wala atau waliya yang berarti qaraba, dekat, yang dapat dipadankan dengan
kerabat, pelindung, teman dan lainnya.

Sementara mengenai kata sanga, Moh.Adnan berpendapat jika sebenarnya kata itu
telah mengalami penyimpangan pelafalan. Menurutnya, Sanga berasal dari kata sana, atau
dalam bahasa Arab, tsana yang berarti mulia (sepadan dengan mahmud-terpuji). Pendapat
lain datang dari R. Tanojo, menurutnya kata itu dapat diartikan sebagai sana, yang dalam
Jawa Kuno berarti menunjuk nama tempat atau daerah. Namun, secara umum tetap
berpendapat bahwasanya Sanga berarti sembilan. Para wali ini juga memiliki gelar “sunan”.
Sunan berasal dari kata Susuhunan yang artinya yang dijunjung tinggi atau panutan
masyarakat setempat. Ada juga yang mengatakan Sunan berasal dari kata Suhu Nan artinya
Guru Besar atau orang yang berilmu tinggi.
 Teori Hadramaut. Bahwa para wali Sanga adalah berasal dari Hadramaut, Yaman.
Walaupun masih ada pendapat yang menyebut WaliSanga adalah keturunan
Samarkand (Asia Tengah), Champa atau tempat lainnya, namun tampaknya
tempat-tampat tersebut lebih merupakan jalur penyebaran para mubaligh daripada
merupakan asal-muasal mereka yang sebagian besar adalah kaum Sayyid atau
Syarif atau keturunan Nabi.

Beberapa argumentasi yang diberikan oleh Muhammad Al-Baqir, dalam bukunya Thariqah
Menuju Kebahagiaan, mendukung bahwa WaliSanga adalah keturunan Hadramaut (Yaman):
L.W.C van den Berg, Islamolog dan ahli hukum Belanda yang mengadakan riset pada 1884-
1886, dalam bukunya Le Hadhramout et les colonies arabes dans l'archipel Indien (1886)
mengatakan:

”Adapun hasil nyata dalam penyiaran agama Islam (ke Indonesia) adalah dari orang-
orang Sayyid Syarif. Dengan perantaraan mereka agama Islam tersiar di antara raja-
raja Hindu di Jawa dan lainnya. Selain dari mereka ini, walaupun ada juga suku-suku
lain Hadramaut (yang bukan golongan Sayyid Syarif), tetapi mereka ini tidak
meninggalkan pengaruh sebesar itu. Hal ini disebabkan mereka (kaum Sayyid Syarif)
adalah keturunan dari tokoh pembawa Islam (Nabi Muhammad SAW).” Selain itu,
van den Berg juga menulis dalam
buku yang sama (hal 192-204):
”Pada abad ke-15, di Jawa sudah
“Maulana Malik Ibrahim adalah yang
terdapat penduduk bangsa Arab
tertua. Sunan Ampel adalah anak
atau keturunannya, yaitu sesudah
Maulana Malik Ibrahim. Sunan Giri
masa kerajaan Majapahit yang
adalah keponakan Maulana Malik
kuat itu. Orang-orang Arab
Ibrahim yang berarti juga sepupu Sunan
bercampul-gaul dengan
Ampel. Sunan Bonang dan Sunan
penduduk, dan sebagian mereka
Drajad adalah anak Sunan Ampel.
mempuyai jabatan-jabatan tinggi.
Sunan Kalijaga merupakan sahabat
Mereka terikat dengan pergaulan
sekaligus murid Sunan Bonang. Sunan
dan kekeluargaan tingkat atasan.
Muria anak Sunan Kalijaga. Sunan
Rupanya pembesar-pembesar
Kudus murid Sunan Kalijaga. Sunan
Hindu di kepulauan Hindia telah
Gunung Jati adalah sahabat para Sunan
terpengaruh oleh sifat-sifat
lain, kecuali Maulana Malik Ibrahim
keahlian Arab, oleh karena
yang lebih dahulu meninggal”
sebagian besar mereka
berketurunan pendiri Islam (Nabi
Muhammad SAW). Orang-orang (http://www.seasite.niu.edu/Indonesian).
Arab Hadramawt (Hadramaut)
membawa kepada orang-orang
Hindu pikiran baru yang
diteruskan oleh peranakan-
peranakan Arab, mengikuti jejak nenek moyangnya."

Pernyataan van den Berg spesifik menyebut abad ke-15, yang merupakan abad
spesifik kedatangan atau kelahiran sebagian besar WaliSanga di pulau Jawa. Abad ke-
15 ini jauh lebih awal dari abad ke-18 yang merupakan saat kedatangan gelombang
berikutnya, yaitu kaum Hadramaut yang bermarga Assegaf, Al Habsyi, Al Hadad,
Alaydrus, Alatas, Al Jufri, Syihab, Syahab dan banyak marga Hadramaut lainnya.
Hingga saat ini umat Islam di Hadramaut sebagian besar bermadzhab Syafi’i, sama
seperti mayoritas di Srilangka, pesisir India Barat (Gujarat dan Malabar), Malaysia
dan Indonesia. Bandingkan dengan umat Islam di Uzbekistan dan seluruh Asia
Tengah, Pakistan dan India pedalaman (non-pesisir) yang sebagian besar bermadzhab
Hanafi.

Kesamaan dalam pengamalan madzhab Syafi'i bercorak tasawuf dan mengutamakan


Ahlul Bait; seperti mengadakan Maulid, membaca Diba & Barzanji, beragam
Shalawat Nabi, doa Nur Nubuwwah dan banyak amalan lainnya hanya terdapat di
Hadramaut, Mesir, Gujarat, Malabar, Srilangka, Sulu & Mindanao, Malaysia dan
Indonesia. Kitab fiqh Syafi’i Fathul Muin yang populer di Indonesia dikarang oleh
Zainuddin Al Malabary dari Malabar, isinya memasukkan pendapat-pendapat baik
kaum Fuqaha maupun kaum Sufi. Hal tersebut mengindikasikan kesamaan sumber
yaitu Hadramaut, karena Hadramaut adalah sumber pertama dalam sejarah Islam yang
menggabungkan fiqh Syafi'i dengan pengamalan tasawuf dan pengutamaan Ahlul Bait
(keturunan Nabi).

Di abad ke-15, raja-raja Jawa yang berkerabat dengan WaliSanga seperti Raden Patah
dan Pati Unus sama-sama menggunakan gelar Alam Akbar. Gelar tersebut juga
merupakan gelar yang sering dikenakan oleh keluarga besar Jamaluddin Akbar di
Gujarat pada abad ke-14, yaitu cucu keluarga besar Azhamat Khan (atau Abdullah
Khan) bin Abdul Malik bin Alwi, seorang anak dari Muhammad Shahib Mirbath
ulama besar Hadramaut abad ke-13. Keluarga besar ini terkenal sebagai mubaligh
musafir yang berdakwah jauh hingga pelosok Asia Tenggara, dan mempunyai putra-
putra dan cucu-cucu yang banyak menggunakan nama Akbar, seperti Zainal Akbar,
Ibrahim Akbar, Ali Akbar, Nur Alam Akbar dan banyak lainnya.

 Teori keturunan Cina (Hui)

Sejarawan Slamet Muljana mengundang kontroversi dalam buku Runtuhnya Kerajaan


Hindu Jawa (1968), dengan menyatakan bahwa Wali Sanga adalah keturunan
Tionghoa Muslim. Pendapat tersebut mengundang reaksi keras masyarakat yang
berpendapat bahwa WaliSanga adalah keturunan Arab-Indonesia. Pemerintah Orde
Baru sempat melarang terbitnya buku tersebut.

Referensi-referensi yang menyatakan dugaan bahwa Wali Sanga berasal dari atau
keturunan Tionghoa sampai saat ini masih merupakan hal yang kontroversial.
Referensi yang dimaksud hanya dapat diuji melalui sumber akademik yang berasal
dari Slamet Muljana, yang merujuk kepada tulisan Mangaraja Onggang Parlindungan,
yang kemudian merujuk kepada seseorang yang bernama Resident Poortman. Namun,
Resident Poortman hingga sekarang belum bisa diketahui identitasnya serta
kredibilitasnya sebagai sejarawan, misalnya bila dibandingkan dengan Snouck
Hurgronje dan L.W.C. van den Berg. Sejarawan Belanda masa kini yang banyak
mengkaji sejarah Islam di Indonesia yaitu Martin van Bruinessen, bahkan tak pernah
sekalipun menyebut nama Poortman dalam buku-bukunya yang diakui sangat detail
dan banyak dijadikan referensi.

Salah satu ulasan atas tulisan H.J. de Graaf, Th.G.Th. Pigeaud, M.C. Ricklefs berjudul
Chinese Muslims in Java in the 15th and 16th Centuries adalah yang ditulis oleh
Russell Jones. Di sana, ia meragukan pula tentang keberadaan seorang Poortman. Bila
orang itu ada dan bukan bernama lain, seharusnya dapat dengan mudah dibuktikan
mengingat ceritanya yang cukup lengkap dalam tulisan Parlindungan.

Konsep “wali Sanga” merupakan pengambilalihan dari konsep kosmologi Nawa


Dewata atau sembilan dewa, yakni dewa-dewa penjaga delapan mata angin ditambah
satu dewa di titik pusatnya. Kedudukan dewa-dewa itu kemudian digantikan oleh
manusia-manusia yang dicintai Tuhan, atau para wali yang berjumlah sembilan
(Sanga). 

Jadi konsep Wali Sanga merupakan pengambilalihan dari konsep Nawa Dewa Dewata
yang bersifat hinduistik menjadi konsep sembilan wali yang bersifat sufistik. Di
kalangan penganut ajaran sufi ada sembilan tingkat kewalian dari mulai wali quthub
sampai wali khatam, seperti disebut oleh Ibnu Araby dalam Futuhat Makiyyah.

Era Wali Sanga adalah era berakhirnya dominasi Hindu-Budha dalam budaya
Nusantara untuk digantikan dengan kebudayaan Islam. Mereka adalah simbol
penyebaran Islam di Indonesia, khususnya di Jawa. Tentu banyak tokoh lain yang
juga berperan. Namun peranan mereka yang sangat besar dalam mendirikan Kerajaan
Islam di Jawa, juga pengaruhnya terhadap kebudayaan masyarakat secara luas serta
dakwah secara langsung, membuat para WaliSanga ini lebih banyak disebut
dibandingkan dengan tokoh yang lain.

Pendapat lain yang mengatakan bahwa Wali Sanga adalah sebuah majelis dakwah
yang pertama kali didirikan oleh Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim) pada tahun
1404 Masehi (808 Hijriah). Para WaliSanga adalah pembaharu masyarakat pada
masanya. Pengaruh mereka dirasakan dalam beragam bentuk manifestasi peradaban
baru masyarakat Jawa, mulai dari kesehatan, bercocok-tanam, perniagaan,
kebudayaan, kesenian, kemasyarakatan, hingga ke pemerintahan.

a. Dewan Wali

Kitab Kanzul ‘Ulum karya Ibnul Bathuthah (yang kini tersimpan di


Perpustakaan Istana Kasultanan Ottoman, Istambul, Turki) mengatakan bahwa
berdasarkan laporan Saudagar Gujarat mengenai perkembangan Islam di Jawa,
potensi alam maupun berkuasanya dua kerajaan Hindu-Budha yang ada di sana
(Majapahit dan Pajajaran), Sultan Turki Muhammad I segera menyusun rencana
untuk mengirimkan sebuah team yang dapat melakukan syiar Islam di Pulau itu.
Sebagai persiapan, Sultan Turki menghubungi Amir di Afrika Utara dan Timur
Tengah untuk mempersiapakan anggota kelompok tersebut.

Setelah melalui beberapa pertimbangan, diantaranya kelengkapan ahli di masing-


masing bidang yang bakal bermanfaat di Jawa, maka diberangkatkanlah team tersebut
ke Jawa (untuk memperlancar niat, sebelum keberangkatan team itu Sultan Turki
diduga sempat mengirim utusan kepada Brawijaya). Demikianlah susunan Dewan
Wali menurut kitab Kanzul ‘Ulum Ibnul Bathuthah:

 Dewan I tahun 1404 M

1. Syekh Maulana Malik Ibrahim, asal Turki, ahli tata negara, dakwah di Jawa
Timur, wafat di Gresik tahun 1419.
2. Maulana Ishaq, asal Samarkand, Rusia Selatan, ahli pengobatan, dakwah di Jawa
lalu pindah dan wafat di Pasai (Singapura).
3. Maulana Ahmad Jumadil Kubra, asal Mesir, dakwah keliling, makam di Troloyo
– Triwulan Mojokerto.
4. Maulana Muhammad Al Maghrobi, asal Maghrib – Maroko, ahli irigasi, dakwah
keliling, makamnya di Jatinom Klaten tahun 1465.
5. Maulana Malik Isroil, asal Turki, ahli tata negara, dimakamkan di Gunung Santri
antara Serang Merak di tahun 1435.
6. Maulana Muhammad Ali Akbar, asal Persia / Iran, ahli pengobatan, dimakamkan
di Gunung Santri tahun 1435.
7. Maulana Hasanuddin, asal Palestina, dakwah keliling, dimakamkan tahun 1462 di
samping masjid Banten Lama.
8. Maulana Aliyuddin, asal Palestina, dakwah keliling, dimakamkan tahun 1462 di
samping masjid Banten Lama.
9. Syeh Subakir, asal Persia / Iran, ahli menumbali tanah angker yang dihuni jin
jahat, beberapa waktu di Jawa lalu kembali dan wafat di persia tahun 1462.

 Dewan II tahun 1436 M

1. Raden Rahmad Ali Rahmatullah, dikenal sebagai Sunan Ampel (Surabaya), dari
Cempa Muangthai Selatan, datang tahun 1421, menggantikan Maulana Malik
Ibrahim yang wafat.
2. Sayyid Jafar Shodiq, asal Palestina, datang tahun 1436 dan tinggal di Kudus,
dikenal sebagai Sunan Kudus, menggantikan Malik Isroil.
3. Syarif Hidayatullah, asal Palestina, datang tahun 1436 mengganti Ali Akbar yang
wafat.

 Dewan III tahun 1463 M

1. Raden Paku atau Syekh Maulana Ainul Yaqin pengganti ayahnya yang pulang ke
Pasai, kelahiran Blambangan, putra Syeh Maulana Ishaq, berjuluk Sunan Giri dan
dimakam di Gresik.
2. Raden Said atau Sunan Kalijaga, putra adipati Tuban bernama Wilatikta, mengganti
Syeh Subakir yang kembali ke Persia.
3. Raden Makdum Ibrahim atau Sunan Bonang kelahiran Ampel, putra Sunan Ampel
yang menggantikan Hasanuddin yang wafat.
4. Raden Qosim atau Sunan Drajad kelahiran Ampel, putra Sunan Ampel menggantikan
Aliyyuddin yang wafat.

 Dewan IV tahun 1466 M

1. Raden Patah putra Brawijaya (tahun 1462 – adipati Bintoro, tahun 1465 –
membangun masjid Demak dan tahun 1468 menjadi raja) murid Sunan Ampel,
mengganti Syekh Jumadil Kubro yang wafat.
2. Fathullah Khan, putra Gunung Jati, menggantikan Al Maghrobi yang wafat.

 Dewan V

1. Raden Umar Said (Sunan Muria), putra Kalijaga, menggantikan wali yang telah
wafat.
2. Syekh Siti Jenar adalah wali serba kontraversial, mulai dari asal muasal, ajarannya
yang dianggap menyimpang dari Islam (tapi hingga saat ini masih dibahas di berbagai
lapisan masyarakat dan masih memiliki pengikut), cara kematiannya, termasuk
dimana ia wafat dan dimakamkan.
3. Sunan Tembayat atau Adipati Pandanaran, menggantikan Jenar yang dihukum mati.

Selain di Jawa, di Cina pada masa Dinasti Ming juga terdapat semacam kelompok
Dewan Wali yang juga beranggotakan sembilan orang. Menurut web
Suarajumaat,

“…kerajaan Islam mula terbentuk di sana dan penggagasnya adalah Chu Yuan
Chang. … Menurut Ma Wen-Sheng dalam bukunya Secret History of Chinese Muslim,
sebaik sahaja Chu Yuan Chang menguasai tentera bapa mertuanya, satu majlis
rahsia telah ditubuhkan oleh beliau dan anggota majlis ini terdiri daripada sembilan orang
ahli yang semuanya adalah orang Islam. Walau bagaimana pun,majlis ini
tidak diketahui oleh orang ramai kecuali Ratu Ma. Anggota majlis itu ialah:

1) Hsu Tah (1331-1385 M) dari Fengyang; 2) Ch’ang Yu -Chun (1330-1369 M)


dari Huaiyuan; 3) Li Wenchung (1339-1384 M) dari Yu-i; 4) T’ang Ho (1325- 1395 M )
dari Fengyang; 5) Teng Yu (1336-1337 M) dari Ssuhi; 6) Hu Tah-hai (m.1367 M)
dari Ssuhi; 7) Hua Yun (1321-1360 M) dari Huaiyuan; 8 ) Ting Teh- hsing (m.1367
M) dari Tingyuan; 9) Mu Ying (1344-1392 M) dari Tingtuan”.

Belum dapat ditarik kesimpulan apakah data mengenai Dewan Wali di Jawa dan di
Cina ini benar-benar otentik. Dan jika memang benar otentik, belum diketahui pula
apakah keduanya pernah bekerja sama dan secara organisatoris memang berada di
bawah satu otoritas tunggal. Yang pasti diketahui bahwasanya Turki adalah salah satu
komuntas Muslim yang sempat masuk ke Cina tak lama setelah wafatnya Nabi. Selain
karena aktifitas dagang, Turki pernah mengirimkan pasukan Muslim dalam jumlah
besar oleh Khalifah Abbasiyah Abu Ja’far al-Mansur untuk membantu Liu Chen
menghadapi musuh-musuhnya (760 M). Pasca itu banyak Muslim Turki memilih menetap
di sana, dari situlah Muslim Cina semakin berkembang.

 Pembagian Kerja Dewan Wali

Mengenai pembagian kerja Dewan wali secara struktural, menurut hasil penelitian
Widji Saksono (1996: 97-100):

1. Sunan Ampel ; Mengurus susunan aturan syariat dan hukum perdata, khususnya
berkenaan dengan masalah nikah, talak, rujuk.
2. Sunan Bonang ; Merapikan aturan-aturan termasuk di dalamnya kaidah ilmu, selain
menggubah lagu, nyanyian maupun gamelan Jawa.
3. Sunan Gresik ; Merubah pola dan motif batik, lurik maupun perlengkapan berkuda.
4. Sunan Drajat ; Mengurus hal ikhwal pembangunan rumah maupun berbagai ragam
alat angkut.
5. Sunan Majagung ; Mengurus hal ikhwal perkara masakan (makanan) maupun alat
tani dan barang pecah belah lainnya.
6. Sunan Gunung Jati ; Selain bertugas memperbaiki doa, mantra bagi pengobatan
bathin, firasat, jampi-jampi bagi pengobatan lahir, ia juga mempunyai tugas untuk
membuka hutan, mengurus transmigrasi atau membuka desa baru (perluasan
wilayah).
7. Sunan Giri ; Bertugas menggubah perhitungan bulan, tahun, windu, lalu menyusun
dan merapikan segala perundang-undangan kerajaan, termasuk urusan protokolernya.
Secara teknis Sunan Giri bertugas membuat kertas.
8. Sunan Kalijaga ; Bertugas mengurus bidang-bidang seni-budaya, misalkan
menggubah dan menciptakan langgam maupun gending.
9. Sunan Kudus ; Bertanggungjawab atas perlengkapan persenjataan, perawatan bahan
besi dan emas, juga membuat peradilan dengan undang-undang syariat.

1. Maulana Malik Ibrahim

Maulana Malik Ibrahim adalah keturunan ke-22 dari Nabi Muhammad. Ia disebut
juga Sunan Gresik, atau Sunan Tandhes, atau Mursyid Akbar Thariqat Wali Sanga.
Nasab As-Sayyid Maulana Malik Ibrahim menurut catatan Dari As-Sayyid Bahruddin
Ba'alawi Al-Husaini yang kumpulan catatannya kemudian dibukukan dalam
Ensiklopedi Nasab Ahlul Bait yang terdiri dari beberapa volume (jilid). Dalam
Catatan itu tertulis: As-Sayyid Maulana Malik Ibrahim bin As-Sayyid Barakat Zainal
Alam bin As-Sayyid Husain Jamaluddin bin As-Sayyid Ahmad Jalaluddin bin As-
Sayyid Abdullah bin As-Sayyid Abdul Malik Azmatkhan bin As-Sayyid Alwi Ammil
Faqih bin As-Sayyid Muhammad Shahib Mirbath bin As-Sayyid Ali Khali’ Qasam
bin As-Sayyid Alwi bin As-Sayyid Muhammad bin As-Sayyid Alwi bin As-Sayyid
Ubaidillah bin Al-Imam Ahmad Al-Muhajir bin Al-Imam Isa bin Al-Imam
Muhammad bin Al-Imam Ali Al-Uraidhi bin Al-Imam Ja’far Shadiq bin Al-Imam
Muhammad Al-Baqir bin Al-Imam Ali Zainal Abidin bin Al-Imam Al-Husain bin
Sayyidah Fathimah Az-Zahra/Ali bin Abi Thalib, binti Nabi Muhammad Rasulullah

Ia diperkirakan lahir di Samarkand di Asia Tengah, pada paruh awal abad ke-14.
Babad Tanah Jawi versi Meinsma menyebutnya Asmarakandi, mengikuti pengucapan
lidah orang Jawa terhadap As-Samarqandy. Dalam cerita rakyat, ada yang
memanggilnya Kakek Bantal

Maulana Malik Ibrahim memiliki, 3 isteri bernama: 1.) Siti Fathimah binti Ali Nurul
Alam Maulana Israil (Raja Champa Dinasti Azmatkhan, memiliki 2 anak, bernama:
Maulana Moqfaroh dan Syarifah Sarah 2.) Siti Maryam binti Syaikh Subakir,
memiliki 4 anak, yaitu: Abdullah, Ibrahim, Abdul Ghafur, dan Ahmad 3.) Wan
Jamilah binti Ibrahim Zainuddin Al-Akbar Asmaraqandi, memiliki 2 anak yaitu:
Abbas dan Yusuf. Selanjutnya Sharifah Sarah binti Maulana Malik Ibrahim
dinikahkan dengan Sayyid Fadhal Ali Murtadha [Sunan Santri/ Raden Santri] dan
melahirkan dua putera yaitu Haji Utsman (Sunan Manyuran) dan Utsman Haji
(Sunan Ngudung). Selanjutnya Sayyid Utsman Haji (Sunan Ngudung) berputera
Sayyid Ja’far Shadiq [Sunan Kudus].

Maulana Malik Ibrahim umumnya dianggap sebagai wali pertama yang


mendakwahkan Islam di Jawa. Ia mengajarkan cara-cara baru bercocok tanam dan
banyak merangkul rakyat kebanyakan, yaitu golongan masyarakat Jawa yang
tersisihkan akhir kekuasaan Majapahit. Malik Ibrahim berusaha menarik hati
masyarakat, yang tengah dilanda krisis ekonomi dan perang saudara. Ia membangun
pondokan tempat belajar agama di Leran, Gresik. Pada tahun 1419, Malik Ibrahim
wafat. Makamnya terdapat di desa Gapura Wetan, Gresik, Jawa Timur.
Jauh sebelum Maulana Malik Ibrahim datang ke Pulau Jawa. Sebenarnya sudah ada
masyarakat Islam di daerah-daerah pantai utara. Termasuk di desa Leran. Hal itu bisa
dibuktikan dengan adanya makam seorang wanita bernama Fatimah Binti Maimun
yang meninggal pada tahun 475 Hijriyah atau pada tahun 1082 M.

Jadi sebelum jaman Wali Sanga, Islam sudah ada di pulau Jawa, yaitu daerah Jepara
dan Leren. Tetapi Islam pada masa itu masih belum berkembang secara besar-
besaran.

Maulana Malik Ibrahim yang lebih dikenal penduduk setempat sebagai Kakek Bantal
itu diperkirakan datang ke Gresik pada tahun 1404 M. Beliau berdakwah di Gresik
hingga akhir wafatnya yaitu pada tahun 1419 M.

Pada masa itu kerajaan yang berkuasa di Jawa Timur adalah Majapahit. Raja dan
rakyatnya kebanyakan masih beragama Hindu atau Budha. Sebagian rakyat Gresik
sudah ada yang beragam Islam, tetapi masih banyak yang beragama Hindu atau
bahkan tidak beragama sama sekali.

Dalam Dakwah kakek bantal menggunakan cara yang bijaksana dan strategi yang
tepat berdasarkan ajaran Al-Qur’an yaitu dengan hikmah (kebijaksanaan), dan
petunjuk-petunjuk yang baik serta dialog dengan cara yang baik.

Ada yang menyebutkan bahwa beliau berasal dari Turki dan pernah mengembara di
Gujarat sehingga beliau cukup berpengalaman menghadapi orang-orang Hindu di
pulau Jawa. Gujarat adalah wilayah negara Hindia yang kebanyakan penduduknya
beragama Hindu.

Di Jawa, kakek bantal bukan hanya berhadapan dengan masyarakat Hindu melainkan
juga harus bersabar terhadap mereka yang tak beragama maupun mereka yang
terlanjur mengikuti aliran sesat, juga meluruskan iman dari orang-orang Islam yang
bercampur dengan kegiatan Musyrik. Caranya, beliau tidak langsung menentang
kepercayaan mereka yang salah itu melainkan mendekati mereka dengan penuh
hikmah, beliau tunjukkan keindahan dan ketinggian akhlak Islami sebagaimana ajaran
Nabi Muhammad SAW.

Dari huruf-huruf Arab yang terdapat pada batu nisannya dapat diketahui bahwa Syekh
Maulana Malik Ibrahim adalah si Kakek Bantal, penolong fakir miskin, yang
dihormati para pangeran dan para sultan ahli tata negara yang ulung, hal itu
menunjukkan betapa hebat perjuangan beliau terhadap masyarakat, bukan hanya pada
kalangan atas melainkan juga pada golongan rakyat bawah yaitu kaum fakir miskin.

Keterangan yang tertulis dimakamnya ialah sbb : “inilah makam Almarhum


Almaghfur, yang berharap rahmat Tuhan, kebanggaan para pangeran, para Sultan
dan para Menteri, penolong para Fakir dan Miskin, yang berbahagia lagi syahid,
cemerlangnya simbol negara dan agama, Malik Ibrahim yang terkenal dengan Kakek
Bantal. Allah meliputinya dengan RahmatNya dan KeridhaanNya, dan dimasukkan ke
dalam Surga. Telah Wafat pada hari Senin 12 Rabiul Awal tahun 822 H.”
Menurut literatur yang ada, beliau juga ahli pertanian dan ahli pengobatan. Sejak
beliau berada di Gresik hasil pertanian rakyat Gresik meningkat tajam. Dan orang-
orang sakit banyak yang disembuhkannya dengan daun-daunan tertentu.
Sifatnya lemah lembut, welas asih dan ramah tamah kepada semua orang, baik sesama
muslim atau dengan non muslim membuatnya terkenal sebagai tokoh masyarakat
yang disegani dan dihormati. Kepribadiannya yang baik itulah yang menarik hati
penduduk setempat sehingga mereka berbondong-bondong masuk agama Islam
dengan suka rela dan menjadi pengikut beliau yang setia.

Sebagai contoh beliau menghadapi rakyat jelata yang pengetahuannya masih awam
sekali, beliau tidak menjelaskan Islam secara rumit. Kaum bawah tersebut dibimbing
untuk bisa mengolah tanah agar sawah dan ladang mereka dapat dipanen lebih banyak
lagi.

Sesudah itu mereka dianjurkan bersyukur kepada yang memberikan Rezeki yaitu
Allah SWT.

Dikalangan rakyat jelata Syekh Maulana Malik Ibrahim sangat terkenal, terutama dari
kalangan kasta rendah. Sebagaimana diketahui agama Hindu membagi masyarakat
menjadi 4 kasta yaitu ; kasta brahmana, kstaria, waisya dan sudra. Dari ke empat kasta
tersebut kasta sudra adalah yang paling rendah dan sering di tindas oleh kasta-kasta
yang lebih tinggi. Maka ketika Syekh Maulana Malik Ibrahim menerangkan
kedudukan seseorang didalam Islam, orang-orang kasta sudra dan waisya banyak
yang tertarik, Syekh Maulana Malik Ibrahim menjelaskan bahwa dalam agama
Islam semua manusia sama sederajat. Orang sudra boleh saja bergaul dengan
kalangan yang lebih atas, tidak dibeda-bedakan. Dihadapan Allah semua manusia
adalah sama, yang paling mulia diantara mereka hanyalah yang paling taqwa disisi
Allah SWT.

Taqwa itu letaknya dihati, hati yang mengendalikan segala gerak kehidupan manusia
untuk berusaha sekuat-kuatnya mengerjakan segala perintah Allah dan menjauhi
segala laranganNya.

Dengan taqwa itulah manusia akan hidup bahagia di dunia dan di akherat kelak, orang
yang bertaqwa sekalipun dia dari kasta sudra bisa jadi lebih mulia daripada mereka
yang berkasta ksatria dan brahmana.
Mendengar keterangan ini, mereka yang berasal dari kasta sudra dan waisya merasa
lega, mereka merasa dibela dan dikembalikan haknya sebagai manusia yang utuh
sehingga wajarlah bila mereka berbondong-bondong masuk agama Islam dengan suka
cita.

Setelah pengikutnya semakin banyak, beliau kemudian mendirikan masjid untuk


beribadah bersama-sama dan mengaji. Dalam membangun masjid ini beliau mendapat
bantuan yang tidak sedikit dari Raja Carmain.

Dan untuk mempersiapkan kader umat yang nantinya dapat meneruskan perjuangan
menyebarkan agama Islam ke seluruh tanah Jawa dan seluruh Nusantara maka beliau
kemudian mendirikan pesantren yang merupakan perguruan Islam, tempat mendidik
dan menggembleng para santri sebagai calon mubaligh.
Pendirian pesantren yang pertama kali di Nusantara itu diilhami oleh kebiasaan
masyarakat Hindu yaitu para Biksu dan Pendeta Brahmana yang mendidik cantrik
yang berarti seseorang yang mengikuti Biksu dimana pun ia pergi dan menetap untuk
menguasai suatu keahlian tersendiri dan menjadi calon pemimpin agama di mandala-
mandala mereka.

Inilah salah satu strategi para wali yang cukup jitu, orang Budha dan Hindu yang
mendirikan mandala-mandala untuk mendidik kader tidak dimusuhi secara frontal,
melainkan beliau-beliau itu mendirikan pesantren yang mirip dengan mandala-
mandala milik kelompok Hindu dan Budha tersebut untuk menjaring umat. Dan
ternyata hasilnya sungguh memuaskan, dari pesantren Gresik kemudian muncul para
mubaligh yang menyebar ke seluruh Nusantara.

Tradisi pesantren tersebut berlangsung hingga dijaman sekarang. Dimana para ulama
menggodok calon mubaligh dipesantren yang diasuhnya.
Bila orang bertanya suatu masalah agama kepada beliau maka beliau tidak menjawab
dengan berbelit-belit melainkan dijawabnya dengan mudah dan gamblang sesuai
dengan pesan Nabi yang menganjurkan agama disiarkan dengan mudah, tidak
dipersulit, umat harus dibuat gembira, tidak ditakut-takuti.

Pada suatu hari Syekh Maulana Malik Ibrahim ditanya tentang : Apakah yang
dinamakan Allah itu ?
Beliau tidak menjawab bahwa Allah itu adalah Tuhan yang memberi pahala surga
kepada hambaNya yang berbakti dan menyiksa sepedih-pedihnya bagi hamba yang
membangkang kepadaNya.
Jawabannya cukup singkat dan jelas yaitu, “Allah adalah Zat yang diperlukan
adaNya.”Dua tahun sudah Syekh Maulana Malik Ibrahim berdakwah di Gresik, beliau
tidak hanya membimbing umat untuk mengenal dan mendalami agama Islam,
melainkan juga memberi pengarahan agar tingkat kehidupan rakyat Gresik menjadi
lebih baik. Beliau pula yang mempunyai gagasan mengalirkan air dari gunung untuk
mengairi lahan pertanian penduduk. Dengan adanya sistem pengairan yang baik ini
lahan pertanian menjadi subur dan hasil panen bertambah banyak, para petani menjadi
makmur dan mereka dapat mengerjakan ibadah dengan tenang.
Andaikata Syekh Maulana Malik Ibrahim tidak ikut membenahi dan meningkatkan
taraf hidup rakyat Gresik tentulah mereka sukar diajak beribadah dengan baik dan
tenang. Sebagaimana sabda Nabi bahwa kefakiran menjurus pada kekafiran.
Bagaimana mungkin bisa beribadah dengan tenang jika sehari-hari disibukkan dengan
urusan sesuap nasi. Inilah resep yang harus ditiru.

2. Sunan Ampel (Raden Rahmat)

Sunan Ampel bernama asli Raden Rahmat, keturunan ke-22 dari Nabi Muhammad,
menurut riwayat ia adalah putra Ibrahim Zainuddin Al-Akbar dan seorang putri
Champa yang bernama Dewi Condro Wulan binti Raja Champa Terakhir Dari Dinasti
Ming. Nasab lengkapnya sebagai berikut: Sunan Ampel bin Sayyid Ibrahim
Zainuddin Al-Akbar bin Sayyid Jamaluddin Al-Husain bin Sayyid Ahmad Jalaluddin
bin Sayyid Abdullah bin Sayyid Abdul Malik Azmatkhan bin Sayyid Alwi Ammil
Faqih bin Sayyid Muhammad Shahib Mirbath bin Sayyid Ali Khali’ Qasam bin
Sayyid Alwi bin Sayyid Muhammad bin Sayyid Alwi bin Sayyid Ubaidillah bin
Sayyid Ahmad Al-Muhajir bin Sayyid Isa bin Sayyid Muhammad bin Sayyid Ali Al-
Uraidhi bin Imam Ja’far Shadiq bin Imam Muhammad Al-Baqir bin Imam Ali Zainal
Abidin bin Imam Al-Husain bin Sayyidah Fathimah Az-Zahra binti Nabi Muhammad
Rasulullah. Sunan Ampel umumnya dianggap sebagai sesepuh oleh para wali lainnya.
Pesantrennya bertempat di Ampel Denta, Surabaya, dan merupakan salah satu pusat
penyebaran agama Islam tertua di Jawa. Ia menikah dengan Dewi Condrowati yang
bergelar Nyai Ageng Manila, putri adipati Tuban bernama Arya Teja dan menikah
juga dengan Dewi Karimah binti Ki Kembang Kuning. Pernikahan Sunan Ampel
dengan Dewi Condrowati alias Nyai Ageng Manila binti Aryo Tejo, berputera: Sunan
Bonang,Siti Syari’ah,Sunan Derajat,Sunan Sedayu,Siti Muthmainnah dan Siti Hafsah.
Pernikahan Sunan Ampel dengan Dewi Karimah binti Ki Kembang Kuning,
berputera: Dewi Murtasiyah, Asyiqah, Raden Husamuddin (Sunan Lamongan,Raden
Zainal Abidin (Sunan Demak), Pangeran Tumapel dan Raden Faqih.

Daerah Bukhara terletak di Samarqand. Sejak dahulu daerah Samarqand dikenal


sebagai daerah Islam yang melahirkan ulama-ulama besar seperti Imam Bukhari
yang mashur sebagai pewaris hadist shahih.

Di samarqand ini ada seorang ulama besar bernama Syekh Jamaluddin Jumadil
Kubra, seorang Ahlussunnah bermazhab syafi’i, beliau mempunyai seorang
putera bernama Ibrahim, dan karena berasal dari samarqand maka Ibrahim kemudian
mendapatkan tambahan nama Samarqandi. Orang Jawa sukar menyebutkan kata
Samarqandi maka mereka hanya menyebutnya sebagai Syekh Ibrahim Asmarakandi.
Syekh Ibrahim Asmarakandi ini diperintah oleh ayahnya yaitu Syekh Jamaluddin
Jumadil Kubra untuk berdakwah ke negara-negara Asia. Perintah ini
dilaksanakannya dengan penuh ta’dzi dan kemudian beliau diambil menantu oleh
Raja Campa, dijodohkan dengan puteri Raja Campa yang bernama Dewi
Candrawulan.

Negeri Campa ini menurut sebagian ahli sejarah terletak di Muangthai. Dari
perkawinan dengan Dewi Candrawulan, Syekh Ibrahim Asmarakandi mendapat dua
orang putera yaitu Sayyid Ali Rahmatullah dan Sayyid Ali Murtadho. Sedangkan
adik Dewi Candrawulan yang bernama Dewi Dwarawati diperisteri oleh Prabu
Brawijaya Majapahit. Dengan demikian keduanya adalah keponakan Ratu Majapahit
dan tergolong putera bangsawan atau pangeran kerajaan. Para pangeran atau
bangsawan kerajaan pada waktu itu mendapat gelar Rahardian yang artinya Tuanku,
dalam proses selanjutnya sebutan ini cukup dipersingkat dengan Raden.

Kerajaan Majapahit sesudah ditinggal Mahapatih Gajah Mada dan Prabu Hayam
Wuruk mengalami kemunduran Drastis. Kerajaan terpecah belah karena terjadinya
perang saudara. Dan para adipati banyak yang tidak loyal dengan keturunan Prabu
Hayam Wuruk yaitu Prabu Brawijaya Kertabumi.

Pajak dan upeti kerajaan tidak ada yang sampai ke istana Majapahit. Lebih sering
dinikmati oleh para adipati itu sendiri. Hal ini membuat sang Prabu bersedih hati.
Lebih- lebih lagi dengan adanya kebiasaan buruk kaum bangsawan dan para pangeran
yang suka berpesta pora dan main judi serta mabuk-mabukan. Prabu Brawijaya
sadar betul bila kebiasaan semacam ini diteruskan maka kerajaan akan menjadi lemah
dan jika kerajaan sudah kehilangan kekuasaan betapa mudahnya bagi musuh untuk
menghancurkan Majapahit Raya.
3. Ajarannya yang terkenal

Hasil didikan mereka yang terkenal adalah falsafah Moh Limo atau tidak mau
melakukan lima hal tercela yaitu :
1. Moh Main atau tidak mau berjudi
2. Moh Ngombe atau tidak mau minum arak atau bermabuk-mabukan
3. Moh Maling atau tidak mau mencuri
4. Moh Madat atau tidak mau mengisap candu, ganja dan lain-lain.
5. Moh Madon atau tidak mau berzinah/main perempuan yang bukan isterinya.

Prabu Brawijaya sangat senang atas hasil didikan Raden Rahmat. Raja menganggap
agama Islam itu adalah ajaran budi pekerti yang mulia, maka ketika Raden Rahmat
kemudian mengumumkan ajarannya adalah agama Islam maka Prabu Brawijaya tidak
marah, hanya saja ketika dia diajak untuk memeluk agama Islam ia tidak mau. Ia
ingin menjadi raja Budha yang terakhir di Majapahit.
Raden Rahmat diperbolehkan menyiarkan agama Islam di wilayah Surabaya bahkan
diseluruh wilayah Majapahit, dengan catatan bahwa rakyat tidak boleh dipaksa, Raden
Rahmat pun memberi penjelasan bahwa tidak ada paksaan dalam beragama.
Setelah Syekh Maulana Malik Ibrahim wafat, maka Sunan Ampel diangkat sebagai
sesepuh Wali Sanga, sebagai Mufti atau pemimpin agama Islam se-Tanah Jawa.
Beberapa murid dan putera Sunan Ampel sendiri menjadi anggota Wali Sanga,
mereka adalah Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Drajad, Sunan Kalijaga, Sunan
Muria, Sunan Kota atau Raden Patah, Sunan Kudus dan Sunan Gunung Jati.
Raden Patah atau Sunan Kota memang pernah menjadi anggota Wali Sanga
menggantikan kedudukan salah seorang wali yang meninggal dunia. Dengan
diangkatnya Sunan Ampel sebagai sesepuh maka para wali lain tunduk patuh kepada
kata-katanya. Termasuk fatwa beliau dalam memutuskan peperangan dengan pihak
Majapahit.
Para wali yang lebih muda menginginkan agar tahta Majapahit direbut dalam tempo
secepat-cepatnya. Tetapi Sunan Ampel berpendapat bahwa masalah tahta Majapahit
tidak perlu diserang karena itu akan menimbulkan efek fitnah dikemudain hari yaitu
Raden Patah bisa saja dituduh sebagai pembunuh ayahnya sendiri. Sunan Ampel
adalah penasehat Politik Demak Bintoro sekaligus merangkap Pemimpin Wali Sanga
atau Mufti Agama se-Tanah Jawa. Maka fatwa nya dipatuhi semua orang.
Kekhawatiran Sunan Ampel pun terbukti. Dikemudian hari ternyata orang-orang
pembenci Islam memutar balikkan fakta sejarah, mereka menuliskan bahwa Majapahit
jatuh diserang oleh kerajaan Demak Bintoro yang rajanya adalah putera raja Majaphit
sendiri. Dengan demikian Raden Patah dianggap sebagai anak durhaka. Ini dapat anda
lihat didalam serat darmo gandul maupun sejarah yang ditulis sarjana kristen
pembenci Islam.
Raden Patah dan para wali lainnya akhirnya tunduk patuh pada fatwa Sunan Ampel.
Tibalah saatnya Sunan Ampel Wafat pada tahun 1478 M. Sunan Kalijaga diangkat
sebagai penasehat bagian politik Demak, Sunan Giri diangkat sebagai pengganti
Sunan Ampel sebagai Mufti, pemimpin para wali dan pemimpn agama se-Tanah
Jawa. Setelah Sunan Giri diangkat sebagai Mufti sikapnya terhadap Majapahit
sekarang berubah. Ia mneyetujui aliran tuban untuk memberi fatwa kepada Raden
Patah agar menyerang Majapahit. Mengapa Sunan Giri bersikap demikian? Karena
pada tahun 1478 kerjaan Majapahit diserang oleh Prabu Rana Wijaya atau
Girindrawardhana dari kadipaten kediri atau keling. Dengan demikian sudah tepatlah
jika Sunan Giri meneyetujui penyerangan Demak atas Majapahit. Sebab pewaris sah
tahta kerajaan Majapahit adalah Raden Patah selaku putera Raja Majapahit yang
terakhir.
Demak kemudian bersiap-siap menyusun kekuatan. Namun belum lagi serangan
dilancarkan. Prabu Wijaya keburu tewas diserang oleh Prabu Udara pada tahun 1498.
Pada tahun 1512, Prabu Udara selaku Raja Majapahit merasa terancam kedudukannya
karena melihat kedudukan Demak yang didukung Giri Kedaton semakin kuat dan
mapan. Prabu udara kuatir jika terjadi peperangan akan menderita kekalahan, maka
dia minta bekerjasama dan minta bantuan Portugis di Malaka. Padahal putera mahkota
Demak yaitu Pati Unus pada tahun1511 telah menyerang Protugis.
Sejarah telah mencatat bahwa Prabu Udara telah mengirim utusan ke Malaka untuk
menemui Alfinso d’Albuquerque untuk menyerahkan hadiah berupa 20 genta
(gamelan), sepotong kain panjang bernama “Beirami” tenunan kambayat, 13 batang
lembing yang ujungnya berbesi dan sebagainya. Maka tidak salah jika pada tahun
1517 Demak menyerang Prabu Udara yang merampas tahta majapahit secara sah.
Dengan demikian jatuhlah Majapahit ke tangan Demak. Seandainya Demak tidak
segera menyerang Majapahit tentunya bangsa Portugis akan menjajah Tanah Jawa
jauh lebih cepat daripada Bangsa Belanda. Setelah Majapahit jatuh pusaka kerajaan
diboyong ke Demak Bintoro. Termasuk mahkota rajanya. Raden Patah diangkat
sebagai raja Demak yang pertama.
Sunan Ampel juga turut membantu mendirikan Mesjid Agung Demak yang didirikan
pada tahun 1477 M. Salah satu diantara empat tiang utama mesjid Demak hingga
sekarang masih diberi nama sesuai dengan yang membuatnya yaitu Sunan Ampel.
Beliau pula yang pertama kali menciptakan huruf pegon atau tulisan arab berbunyi
bahasa Jawa. Dengan huruf pegon ini beliau dapat menyampaikan ajaran-ajaran Islam
kepada para muridnya. Hingga sekarang huruf pegon tetap dipakai sebagai bahan
pelajaran agama Islam dikalangan pesantren.
Sikap Sunan Ampel terhadap adat istiadat lama sangat hati-hati, hal ini didukung pleh
Sunan Giri dan Sunan Drajad. Seperti yang pernah tersebut dalam permusyawaratan
para wali di mesjid Agung Demak. Pada waktu itu Sunan Kalijaga Mengusulkan agar
adat istiadat Jawa seperti selamatan, bersaji, kesenian wayang dan gamelan dimasuki
rasa keislaman. Mendengar pendapat Sunan Kalijaga tersebut bertanyalah Sunan
Ampel bersikap hati-hati dan tidak langsung menerima. Sikap Sunan Ampel ini
karena beliau mengkhawatirkan dikemudian hari bahwa adat istiadat dan upacara
lama tersebut nanti dianggap sebagai ajaran yang berasal dari agama Islam, jika hal ini
dibiarkan nantinya akan menjadi bid’ah. Namun, dalam musayawarah tersebut Sunan
Kudus mendukung pendapatnya Sunan Kalijaga bahwa adat istiadat lama yang masih
bisa diarahkan kepada ajaran Tauhid maka akan diberikan warna Islami. Sedang adat
dan kepercayaan lama yang jelas-jelas menjurus kearah kemusyrikan harus
ditinggalkan sama sekali. Sebagai misal, gamelan dan wayang kulit kita bisa
memberinya warna Islam sesuai dengan selera masyarakat. Adapun tentang
kekhawatiran Sunan Ampel bahwa hal itu akan menadi bid’ah, Sunan Kudus
meyakinkan bahwa dibelakang hari akan ada orang yang menyempurnakannya. Pada
perjalanannya kini, hal ini tidaklah mudah untuk diadaptasi dan menjadi perdebatan
hingga kini.
Adanya dua pendapat yang seakan bertentangan tersebut sebenarnya mengandung
hikmah. Pendapat Sunan Kalijaga dan Sunan Kudus ada benarnya yaitu agar agama
Islam cepat diterima oleh orang jawa, dan hal ini terbukti, dikarekan dua wali tersebut
pandai mengawinkan adat istiadat lama yang dapat ditolerir Islam maka penduduk
Jawa banyak yang berbondong-bondong masuk agama Islam. Bahkan lagu yang
berjudul “Tombo Ati” karya Sunan Kalijaga hingga kini masih bisa kita nikmati dan
hayati.
Sebaliknya, adanya pendapat Sunan Ampel yang menginginkan Islam harus disiarkan
dengan murni dan konsekuen juga mengandung hikmah kebenaran yang hakiki,
sehingga membuat umat semakin berhati-hati menjalankan syariat agama secara benar
dan bersih dari segala macam bid’ah. Inilah jasa Sunan Ampel yang sangat besar,
dengan peringatan inilah beliau telah menyelamatkan aqidah umat agar tidak
tergelincir kelembah kemusyrikan.
Sunan Ampel wafat pada tahun 1478 M, beliau dimakamkan di sebelah Barat Mesjid
Ampel.
4. Sunan Giri (Raden Paku)

Sunan Giri atau Raden Paku lahir pada tahun 1412 M, memerintah kerajaan Giri
kurang lebih 20 tahun. Sewaktu memerintah Giri Kedaton beliau bergelar Prabu
Satmata.

Pengaruh Sunan giri sangatlah besar terhadap kerajaan Islam di jawa maupun di luar
jawa. Sebagi buktinya adalah adanya kebiasaan bahwa apabila seorang hendak
dinobatkan menjadi raja haruslah mendapat pengesahan dari Sunan Giri.

Giri Kedaton atau Kerajaan Giri berlangsung selama 200 tahun. Sesudah Sunan Giri
meninggal dunia beliau digantikan anak keturunannya yaitu:

1.       Sunan Dalem


2.       Sunan Sedomargi
3.       Sunan Giri Prapen
4.       Sunan Kawis Guwa
5.       Panembahan Ageng Giri
6.       Panembahan Mas Witana Sideng Rana
7.       Pangeran Singonegoro (bukan keturunan Sunan Giri
8.       Pengeran Singosari

Pangeran Singosari ini berjuang gigih mempertahankan diri dari serbuan Sunan
Amangkurat II yang dibantu oleh VOC dan Kapten Jonker.
Sesudah pangeran Singosari wafat pada tahun 1679, habislah kekuasaan Giri Kedaton.
Meski demikian kharisma Sunan Giri sebagai ulama besar wali terkemuka tetap abadi
sepanjang masa.

4. Sunan Bonang (Makdum Ibrahim)

Sunan Bonang adalah putra Sunan Ampel, dan merupakan keturunan ke-23 dari Nabi
Muhammad. Ia adalah putra Sunan Ampel dengan Nyai Ageng Manila, putri adipati
Tuban bernama Arya Teja. Sunan Bonang banyak berdakwah melalui kesenian untuk
menarik penduduk Jawa agar memeluk agama Islam. Ia dikatakan sebagai penggubah
suluk Wijil dan tembang Tombo Ati, yang masih sering dinyanyikan orang.
Pembaharuannya pada gamelan Jawa ialah dengan memasukkan rebab dan bonang,
yang sering dihubungkan dengan namanya. Universitas Leiden di Belanda
menyimpan sebuah karya sastra bahasa Jawa bernama Het Boek van Bonang atau
Buku Bonang. Menurut G.W.J. Drewes, itu bukan karya Sunan Bonang namun
mungkin saja mengandung ajarannya. Sunan Bonang diperkirakan wafat pada tahun
1525. Ia dimakamkan di daerah Tuban, Jawa Timur.

Dari berbagai sumber disebutkan bahwa Sunan Bonang itu nama aslinya adalah Syekh
Maulana Makdum Ibrahim. Putera Sunan Ampel dan Dewi Condrowati yang sering
disebut Nyai Ageng Manila.
Ada yang mengatakan Dewi Condrowati itu adalah puteri Prabu Kertabumi. Dengan
demikian Raden Makdum adalah seorang Pangeran Majapahit karena ibunya adalah
puteri Raja Majapahit dan ayahnya menantu Raja Majapahit.
Sebagai seorang wali yang disegani dan dianggap Mufti atau pemimpin agama se
tanah jawa, tentu saja Sunan Ampel mempunyai ilmu yang sangat tinggi. Sejak kecil
Raden Makdum Ibrahim sudah diberi pelajaran agama Islam secara tekun dan
disiplin.
Disebutkan dari berbagai literatur bahwa Raden Makdum Ibrahim dan Raden Paku
sewaktu masih remaja meneruskan pelajaran agama Islam ke tanah seberang yaitu
negeri Pasai. Keduanya menambah pengetahuan kepada Syekh Awwalul Islam atau
ayah kandung dari Sunan Giri, disampng itu keduanya belajar pula kepada para ulama
besar yang banyak menetap di Negeri Pasai. Seperti ulama tasawuf yang berasal dari
Bagdad, Mesir, Arab dan Persia atau Iran.

Sesudah belajar di negeri Pasai, Raden Makdum Ibrahim dan Raden Paku pulang ke
jawa. Raden paku kembali ke Gresik, mendirikan pesantren di Giri sehingga terkenal
sebagai Sunan Giri.

Raden Makdum Ibrahim diperintahkan Sunan Ampel untuk berdakwah di daerah


Lasem, Rembang, Tuban dan daerah Sempadan Surabaya.

Dalam berdakwah Raden Makdum Ibrahim ini sering mempergunakan kesenian


rakyat untuk menarik simpati mereka, yaitu berupa seperangkat gamelan yang disebut
Bonang. Bonang adalah sejenis kuningan yang ditonjolkan dibagian tengahnya. Bila
benjolan itu dipukul dengan kayu lunak timbulah suara yang merdu di telinga
penduduk setempat.
Lebih-lebih bila Raden Makdum Ibrahim sendiri yang membunyikan alat musik itu,
beliau adalah seorang wali yang mempunyai cita rasa seni yang tinggi serta piawai
dalam memainkan alat musik.

Setiap Raden Makdum Ibrahim membunyikan Bonang pasti banyak penduduk yang
datang ingin mendengarnya. Dan tidak sedikit dari mereka yang ingin belajar
membunyikan Bonang sekaligus melagukan tembang-tembang ciptaan Raden
Makdum Ibrahim. Begitulah siasat Raden Makdum Ibrahim yang dijalankan penuh
kesabaran. Setelah rakyat berhasil direbut simpatinya tinggal mengisikan saja ajaran
agama Islam kepada mereka.

Tembang-tembang yang  diajarkan Raden Makdum Ibrahim adalah tembang yang


berisikan ajaran agama Islam. Sehingga tanpa terasa penduduk sudah mempelajari
agama Islam dengan senang hati, bukan dengan paksaan.

Murid-murid Raden Makdum Ibrahim ini sangat banyak, baik yang berada di Tuban,
Pulau Bawean, Jepara, Surabaya maupun Madura. Karena beliau sering
mempergunakan Bonang dalam berdakwah maka masyarakat memberinya gelar
Sunan Bonang.

Beliau juga menciptakan karya sastra yang disebut Suluk. Hingga sekarang karya
sastra Sunan Bonang itu dianggap sebagai karya sastra yang sangat hebat, penuh
keindahan dan makna kehidupan beragama. Suluk Sunan Bonang disimpan rapi di
perpustakaan Universitas Leiden, Belanda.

Suluk berasal dari bahasa Arab “Salaka al-tariiqa” artinya menempuh jalan (tasawuf)
atau tarikat. Ilmunya sering disebut Ilmu Suluk. Ajaran yang biasanya disampaikan
dengan sekar atau tembang disebut Suluk, sedangkan bila diungkapkan secara biasa
dalam bentuk prosa disebut wirid.

Sunan Bonang wafat pada tahun 1525 M. Makam yang dianggap asli adalah yang
berada dikota Tuban sehingga sampai sekarang makam itu banyak yang diziarahi
orang dari segala penjuru tanah air.

5. Sunan Drajat

Sunan Drajat adalah putra Sunan Ampel, dan merupakan keturunan ke-23 dari Nabi
Muhammad. Nama asli Sunan Drajad adalah Raden Qosim, beliau putera Sunan
Ampel dengan Dewi Condrowati dan merupakan adik dari Raden Makdum Ibrahim
atau Sunan Bonang.

Sunan Drajat terkenal juga dengan kegiatan sosialnya. dialah wali yang memelopori
penyatuan anak-anak yatim dan orang sakit. Ia adalah putra Sunan Ampel dengan
Nyai Ageng Manila, putri adipati Tuban bernama Arya Teja. Sunan Drajat banyak
berdakwah kepada masyarakat kebanyakan. Ia menekankan kedermawanan, kerja
keras, dan peningkatan kemakmuran masyarakat, sebagai pengamalan dari agama
Islam. Pesantren Sunan Drajat dijalankan secara mandiri sebagai wilayah perdikan,
bertempat di Desa Drajat, Kecamatan Paciran, Lamongan. Tembang macapat
Pangkur disebutkan sebagai ciptaannya. Gamelan Singomengkok peninggalannya
terdapat di Musium Daerah Sunan Drajat, Lamongan. Sunan Drajat diperkirakan
wafat wafat pada 1522.

Raden Qosim yang sudah mewarisi ilmu dari ayahnya kemudian diperintah untuk
berdakwah di sebelah barat Gresik yaitu daerah kosong dari ulama besar antara Tuban
dan Gresik.

Dakwah pertama yang dilakukan oleh Raden Qasim adalah perjalanan menuju desa
Jelag, di sana Raden Qosim mendirikan pesantren, karena caranya menyiarkan agama
Islam yang unik maka banyaklah orang yang datang berguru kepadanya. Setelah
menetap satu tahun di desa Jelag, Raden Qosim berdakwah menuju ke arah selatan,
kira-kira berjarak 1 km disana beliau mendirikan langgar atau surau untuk berdakwah.
Tiga tahun kemudian secara mantap beliau membangun tempat berdakwah yang
strategis yaitu ditempat ketinggian yang disebut Dalem Duwur. Di bukit yang disebut
Dalem Duwur itulah yang sekarang dibangun Museum Sunan Drajad, adapun makam
Sunan Drajad terletak di sebelah barat Museum tersebut.
Raden Qosim adalah pendukung Sunan Giri. Artinya dalam berdakwah menyebarkan
agama Islam beliau menganut jalan lurus, jalan yang tidak berliku-liku. Agama harus
diamalkan dengan lurus dan benar sesuai ajaran Nabi. Tidak boleh dicampur dengan
adat dan kepercayaan lama.

Meski demikian beliau juga mempergunakan kesenian rakyat sebagai alat dakwah,
didalam museum yang terletak disebelah timur makamnya terdapat seperangkat bekas
gamelan Jawa, hal itu menunjukkan betapa tinggi penghargaan Sunan Drajad kepada
kesenian Jawa.

Dalam catatan sejarah wali Sanga, Raden Qosim disebut sebagai seorang wali yang
hidupnya paling bersahaja, walau dalam urusan dunia beliau juga rajin mencari rezeki.
Hal itu disebabkan sikap beliau yang dermawan. Dikalangan  rakyat jelata beliau
bersifat lemah lembut dan sering menolong mereka yang menderita.
Ajaran Sunan Drajad bersumber dari :

1.       Al-Quran
2.       Sunnah
3.       Ijma
4.       Qiyas
5.       Ajaran guru dan pendidik seperti Sunan Ampel
6.       Ajaran dan pemikiran atau paham yang telah tersebar luas di masyarakat
7.       Tradisi di masyarakat setempat yang telah ada yang sesuai dengan ajaran Islam,
dan
8.       Fatwa Sunan Drajad sendiri.

Diantara ajaran beliau yang terkenal adalah sebagai berikut:


Menehono teken marang wong wuto
Menehono mangan marang wong kan luwe
Menehono busono marang wong kang mudo
Menehono ngiyup marang wong kang kudanan

Artinya kurang lebih demikian :

Berilah tongkat kepada orang buta


Berilah makan kepada orang yang kelaparan
Berilah pakaian kepada orang yang telanjang
Berilah tempat berteduh kepada orang yang kehujanan

Adapun maksudnya adalah sebagai berikut: Berilah petunjuk kepada orang bodoh
(buta) Sejahterkanlah kehidupan rakyat yang miskin (kurang makan) Ajarkanlah budi
pekerti (etika) kepada yang tidak tahu malu atau belum punya adab tinggi. Berilah
perlindungan kepada orang-orang yang menderita atau ditimpa bencana. Ajaran ini
sangat supel, siapapun dapat mengamalkannya sesuai dengan tingkat dan kemampuan
masing-masing. Bahkan pemeluk agama lainpun tidak berkeberatan untuk
mengamalkannya.

Dibidang kesenian, disamping terkenal sebagai ahli ukir beliau juga pertama kali yang
menciptakan Gending Pangkur, hingga sekarang gending tersebut masih disukai
rakyat jawa. Sunan Drajad demikian gelar Raden Qosim, diberikan kepada beliau
karena beliau bertempat tinggal di sebuah bukit yang tinggi, seakan melambangkan
tingkat ilmunya yang tinggi, yaitu tingkat atau derajat para ulama muqarrobin. Ulama
yang dekat dengan Allah SWT.

6. Sunan Kudus

Sunan Kudus adalah putra Sunan Ngudung atau Raden Usman Haji, dengan Syarifah
Ruhil atau Dewi Ruhil yang bergelar Nyai Anom Manyuran binti Nyai Ageng Melaka
binti Sunan Ampel. Nama asli beliau adalah Ja’far al-Shadiq. Sunan Kudus adalah
keturunan ke-24 dari Nabi Muhammad. Sunan Kudus bin Sunan Ngudung bin Fadhal
Ali Murtadha bin Ibrahim Zainuddin Al-Akbar bin Jamaluddin Al-Husain bin Ahmad
Jalaluddin bin Abdillah bin Abdul Malik Azmatkhan bin Alwi Ammil Faqih bin
Muhammad Shahib Mirbath bin Ali Khali’ Qasam bin Alwi bin Muhammad bin Alwi
bin Ubaidillah bin Ahmad Al-Muhajir bin Isa bin Muhammad bin Ali Al-Uraidhi bin
Ja’far Shadiq bin Muhammad Al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Al-Husain bin
Sayyidah Fathimah Az-Zahra binti Nabi Muhammad Rasulullah. Sebagai seorang
wali, Sunan Kudus memiliki peran yang besar dalam pemerintahan Kesultanan
Demak, yaitu sebagai panglima perang, penasehat Sultan Demak, Mursyid Thariqah
dan hakim peradilan negara. Ia banyak berdakwah di kalangan kaum penguasa dan
priyayi Jawa. Di antara yang pernah menjadi muridnya, ialah Sunan Prawoto
penguasa Demak, dan Arya Penangsang adipati Jipang Panolan. Salah satu
peninggalannya yang terkenal ialah Mesjid Menara Kudus, yang arsitekturnya
bergaya campuran Hindu dan Islam. Sunan Kudus diperkirakan wafat pada tahun
1550.

Disamping belajar agama kepada ayahnya sendiri, Sunan Kudus juga belajar kepada
beberapa ulama terkenal. Diantaranya kepada Kiai Telingsing, Ki Ageng Ngerang dan
Sunan Ampel. Nama asil Kiai Telingsing ini adalah Ling Sing, beliau adalah seorang
ulama dari negeri cina yang datang ke pulau jawa bersama laksamana jenderal Cheng
Hoo. Sebagaimana disebutkan dalam sejarah, jenderal Cheng Hoo yang beragama
Islam itu datang ke pulau jawa untuk mengadakan tali persahabatan dan menyebarkan
agama Islam melalui perdagangan. Di jawa, the Ling Sing cukup dipanggil dengan
sebutan Telingsing, beliau tinggal di sebuah daerah subur yang terletak diantara
sungai Tanggulangin dan sungai Juwana sebelah Timur. Disana beliau bukan hanya
mengajarkan Islam, melainkan juga mengajarkan kepada penduduk seni ukir yang
indah.
Banyak yang datang berguru seni kepada Kiai Telingsing, termasuk Ja’far Shadiq atau
Sunan Kudus itu sendiri. Dengan belajar kepada ulama yang berasal dari Cina itu,
Raden Ja’far Sodiq mewarisi bagian dari sifat positif masyarakat Cina yaitu ketekunan
dan kedisiplinan dalam mengejar atau mencapai cita-cita. Hal ini berpengaruh besar
bagi kehidupan dakwah Ja’far Shadiq dimasa akan datang yaitu tatkala menghadapi
masyarakat yang kebanyakan masih beragama Hindu dan Budha.
Selanjutnya, Raden Ja’far Shadiq juga berguru kepada Sunan Ampel di Surabaya
selama beberapa tahun.

7. Sunan Kalijaga

Sunan Kalijaga adalah putra adipati Tuban yang bernama Tumenggung Wilatikta atau
Raden Sahur atau Sayyid Ahmad bin Mansur (Syekh Subakir). Ia adalah murid Sunan
Bonang. Sunan Kalijaga menggunakan kesenian dan kebudayaan sebagai sarana untuk
berdakwah, antara lain kesenian wayang kulit dan tembang suluk. Tembang suluk Ilir-
Ilir dan Gundul-Gundul Pacul umumnya dianggap sebagai hasil karyanya. Dalam satu
riwayat, Sunan Kalijaga disebutkan menikah dengan Dewi Saroh binti Maulana Ishaq,
menikahi juga Syarifah Zainab binti Syekh Siti Jenar dan Ratu Kano Kediri binti Raja
Kediri.

Sunan Kalijaga itu aslinya bernama Raden Said. Putera Adipati Tuban yaitu
Tumenggung Wilakita. Tumenggung Wilakita seringkali disebut Raden Sahur, walau
dia termasuk keturunan Ranggawale yang beragama Hindu tapi Raden Sahur sendiri
sudah masuk agama Islam.

Sejak kecil Raden Said sudah diperkenalkan kepada agama Islam oleh guru agama di
Kadipaten Tuban. Tetapi karena melihat keadaan sekitar atau lingkungan yang
kontradiksi dengan kehidupan rakyat jelata maka jiwa Raden Said berontak.
Gelora jiwa muda Raden Said seakan meledak-ledak manakala melihat praktek
oknum pejabat kadipaten Tuban disaat menarik pajak pada penduduk atau rakyat
jelata.
Rakyat yang pada waktu itu sudah sangat menderita dikarenakan adanya musim
kemarau panjang, semakin sengsara, mereka harus membayar pajak yang kadangkala
tidak sesuai dengan ketentuan yang ada. Bahkan jauh dari kemampuan mereka.
Seringkali jatah mereka untuk persediaan menghadapi musim panen berikutnya sudah
disita para penarik pajak.
Walau Raden Said putera seorang bangsawan dia lebih menyukai kehidupan bebas,
yang tidak terikat adat istiadat kebangsawanan. Dia gemar bergaul dengan rakyat
jelata atau dengan segala lapisan masyarakat, dari yang paling bawah hingga yang
paling atas. Justru karena pergaulannya yang supel itulah dia banyak mengetahui
seluk beluk kehidupan rakyat Tuban.
Selanjutnya ia bertahun-tahun berguru kepada Sunan Bonang. Dengan meninggalkan
ayah dan ibunya serta adikknya.
Karena Raden Said tidak bersedia menggantikan kedudukan ayahnya akhirnya
kedudukan adipati tuban diberikan kepada cucunya sendiri yaitu putera Dewi
Rasawulan dan Empu Supa.
Raden Said meneruskan pengembaraannya, berdakwah atau menyebarkan agama
Islam di jawa tengah hingga ke Jawa barat. Beliau sangat arif dan bijaksana dalam
berdakwah sehingga dapat ditermia dan dianggap sebagai guru suci setanah jawa.
Dalam usia lanjut beliau memilih Kadilangu sebagai tempat tinggalnya yang terakhir.
Hingga sekarang beliau dimakamkan di Kadilangu, Demak. Semoga amal perjuangan
nya diterima di sisi Allah.

8. Sunan Muria (Raden Umar Said)

Sunan Muria atau Raden Umar Said adalah putra Sunan Kalijaga. Ia adalah putra dari
Sunan Kalijaga dari isterinya yang bernama Dewi Sarah binti Maulana Ishaq. Sunan
Muria menikah dengan Dewi Sujinah, putri Sunan Ngudung. Jadi Sunan Muria adalah
adik ipar dari Sunan Kudus.

Beliau adalah putera Sunan Kalijaga dengan Dewi Saroh. Nama aslinya Raden Umar
Said. Seperti ayahnya, dalam berdakwah beliau menggunakan cara halus, ibarat
mengambil ikan tidak sampai mengeruhkan airnya. Itulah cara yang ditempuh untuk
menyiarkan agama Islam di sekitar Gunung Muria.
Tempat tinggal beliau di gunung Muria yang salah satu puncaknya bernama Colo.
Letaknya disebelah utara kota Kudus. Sasaran dakwah beliau adalah para pedagang,
nelayan, pelaut dan rakyat jelata. Beliau lah satu-satunya wali yang tetap
mempertahankan kesenian gamelan dan wayang sebagai alat dakwah untuk
menyampaikan Islam. Dan beliau pula yang menciptakan tembang Sinom dan
Kinanti.
Seperti ajaran Sunan Kalijaga yang mampu hidup berdampingan dengan pemeluk
agama lain dalam suatu negeri. Lalu ditunjukkan akhlak Islam yang mulia dan agung.
Bukannya berdebat tentang perbedaan agama itu sendiri. Dengan menerapkan ajaran-
ajaran akhlak yang mulia itu nyatanya banyak pemeluk agama lain yang pada
akhirnya tertarik dan masuk Islam secara sukarela.

9. Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah)

Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah adalah putra Syarif Abdullah
Umdatuddin putra Ali Nurul Alam putra Syekh Husain Jamaluddin Akbar. Dari pihak
ibu, ia masih keturunan keraton Pajajaran melalui Nyai Rara Santang, yaitu anak dari
Sri Baduga Maharaja. Sunan Gunung Jati mengembangkan Cirebon sebagai pusat
dakwah dan pemerintahannya, yang sesudahnya kemudian menjadi Kesultanan
Cirebon. Anaknya yang bernama Maulana Hasanuddin, juga berhasil
mengembangkan kekuasaan dan menyebarkan agama Islam di Banten, sehingga
kemudian menjadi cikal-bakal berdirinya Kesultanan Banten.

Dalam usia yang begitu muda Syarif Hidayatullah ditinggal mati oleh ayahnya. Ia
ditunjuk untuk menggantikan kedudukannya sebagai Raja Mesir tapi anak yang masih
berusia dua puluh tahun itu tidak mau. Dia dan ibunya bermaksud pulang ke tanah
jawa berdakwah di Jawa Barat. Kedudukan ayahnya itu kemudian diberikan kepada
adiknya yaitu Syarif Nurullah.

Sewaktu berada di negeri Mesir Syarif Hidayatullah berguru kepada beberapa ulama
besar di timur tengah. Dalam usia muda itu ilmunya sudah sangat banyak, maka
ketika pulang ke tanah leluhurnya yaitu Jawa ia tidak merasa kesulitan melakukan
dakwah.
Sering kali terjadi kerancuan antara nama Fatahillah dengan Syarif Hidayatullah yang
bergelar Sunan Gunung Jati. Orang menganggap Fatahillah dan Syarif Hidayatullah
adalah satu, tetapi yang benar adalah dua orang. Syarif Hidayatullah cucu Raja
Pajajaran adalah seorang penyebar Islam di Jawa Barat yang kemudian disebut Sunan
Gunung Jati. Sedangkan Fatahillah adalah seorang pemuda Pasai yang dikirim Sultan
Trenggana membantu Sunan Gunung Jati berperang melawan Portugis. Bukti bahwa
Fatahillah bukan Sunan Gunung Jati adalah makam dekat Sunan Gunung Jati yang
ada tulisan Tubagus Pasai adalah Fathullah atau Fatahillah atau Faletehan menurut
Lidah Orang Portugis.
Syarif Hidayatullah dan ibunya Syarifah Muda’im datang ke negeri Caruban Larang
Jawa Barat pada tahun 1475 sesudah mampir dahulu di Gujarat dan Pasai untuk
menambah pengalaman. Kedua orang itu disambut gembira oleh Pangeran
Cakrabuana dan keluarganya. Syekh Dzatul Kahfi sudah wafat, guru Pangeran
Cakrabuana dan Syarifah Muda’im itu dimakamkan di Pasambangan. Dengan alasan
agar selalu dekat dengan makam gurunya. Syarifah Muda’im minta diizinkan tinggal
di Pasambangan atau Gunung Jati.
Syarifah Muda’im dan puteranya Syarif Hidayatullah meneruskan usaha Syekh Dzatul
Kahfi. Sehingga kemudian hari Syarif Hidayatullah terkenal sebagai Sunan Gunung
Jati. Tibalah saat yang ditentukan, pangeran Cakrabuana menikahkan anaknya yaitu
Nyai Pakungwati dengan Syarif Hidayatullah. Selanjutnya yaitu pada tahun 1479
karena usia lanjut pangeran Cakrabuana menyerahkan kekuasaan negeri Caruban
kepada Syarif Hidayatullah dengan gelar Susuhan yaitu orang yang dijunjung tinggi.
Disebutkan, pada tahun pertama pemerintahannya Syarif Hidayatullah berkunjung ke
Pajajaran untuk mengunjungi kakeknya yaitu Prabu Siliwangi. Sang Prabu diajak
masuk Islam kembali tetapi tidak berkenan. Meski Prabu Siliwangi tidak mau masuk
Islam, dia tidak menghalangi cucunya menyiarkan agama Islam di wilayah Pajajaran.
Syarif Hidayatullah kemudian melanjutkan perjalanannya ke Serang. Penduduk
Serang sudah ada yang masuk Islam dikarenakan banyaknya saudagar dari Arab dan
Gujarat yang sering singgah ke tempat itu. Kedatangan Syarif Hidayatullah disambut
baik oleh Adipati Banten. Bahkan Syarif Hidayatullah dijodohkan dengan puteri
Adipati Banten yang bernama Nyai Kawungten. Dari perkawinannya inilah kemudian
Syarif Hidayatullah dikaruniai dua orang putera yaitu Nyai Ratu Winaon dan
Pangeran Sabakingking. Dalam menyebarkan agama Islam di tanah jawa, Syarif
Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati tidak bekerja sendirian, beliau sering
bermusyawarah dengan anggota para wali  lainnya di mesjid Demak. Bahkan
disebutkan beliau juga membantu berdirinya mesjid Demak.
Dari pergaulannya dengan Sultan Demak dan para wali lainnya ini akhirnya Syarif
Hidayatullah mendirikan Kesultanan Pakungwati dan ia memploklamirkan diri
sebagai raja yang pertama dengan gelar Sultan. Dengan berdirinya Kesultanan
Cirebon tidak lagi mengirim upeti kepada Pajajaran yang biasanya disalurkan lewat
Kadipaten Galuh.
Dengan bergabungnya prajurit dan perwira pilihan ke Cirebon maka makin bertambah
besarlah pengaruh Kesultanan Pakungwati. Daerah-daerah lain seperti: Surakanta,
Japura, Wanagiri, Telaga dan lain-lain menyatakan diri menjadi wilayah Keslutanan
Cirebon. Lebih-lebih dengan diperluasnya Pelabuhan Muara Jati, makin bertambah
besarlah Kasultanan Cirebon. Banyak pedagang besar dari negeri asing datang
menjalin persahabatan. Diantaranya dari negeri Tiongkok. Salah seorang keluarga
istana Cirebon menkah dengan pembesar dari negeri Cina yang berkunjung ke
Cirebon yaitu Ma Huan. Maka jalinan antara Cirebon dan negeri Cina makin erat.
Bahkan Sunan Gunung Jati pernah diundang ke negeri Cina dan kawin dengan puteri
Kaisar Cina bernama puteri Ong Tien. Kaisar Cina pada saat itu dari dinasti Ming
juga beragama Islam. Dengan pernkahan itu sang Kaisar ingin menjalin erat hubungan
baik antara Cirebon dan negeri Cina, hal ini ternyata menguntungkan bangsa Cina
untuk dimanfaatkan dalam dunia perdagangan.
Sesudah kawin dengan Sunan Gunung Jati, puteri Ong Tien diganti namanya menjadi
Nyi Ratu Rara Semanding. Kaisar ayah puteri Ong Tien ini membekali puterinya
dengan harta benda yang tidak sedikit. Sebagian besar barang-barang peninggalan
puteri Ong Tien yang dibawa dari negeri Cina itu sampai sekarang masih ada dan
tersimpan di tempat yang aman. Istana dan Masjid Cirebon kemudian dihiasi lagi
dengan motif-motif hiasan dinding dari negeri Cina.
Mesjid Agung Sang Ciptarasa dibangun pada tahun 1880 atas prakarsa Nyi Ratu
Pakungwati atau isteri Sunan Gunung Jati. Dari pembangunan mesjid itu melibatkan
banyak pihak, diantaranya Wali Sanga dan sejumlah tenaga ahli yang dikirim oleh
Raden Patah. Dalam pembangunan itu Sunan Kalijaga mendapat penghormatan untuk
mendirikan Soko Tatal sebagai lambang persatuan umat. Selesai membangun mesjid,
diteruskan dengan membangun jalan raya yang menhubungkan Cirebon dengan
daerah-daerah Kadipaten lainnya untuk memperluas pengembangan Islam diseluruh
tanah pasundan. Prabu Siliwangi hanya bisa menahan diri atas perkembangan wilayah
Cirebon yang semakin luas itu. Bahkan wilayah Pajajaran sendiri sudah semakin
terhimpit.
Kurang lebih sekitar tahun 1479, Sunan Gunung Jati pergi ke daratan Cina dan tinggal
didaerah Nan King. Di sana ia digelari dengan sebutan Maulana Insanul Kamil.
Daratan Cina sejak lama dikenal sebagai gudangnya ilmu pengobatan, maka disanalah
Sunan Gunung Jati juga berdakwah dengan jalan memanfaatkan ilmu pengobatan.
Beliau menguasai ilmu pengobatan tradisional. Disamping itu, pada setiap gerakan
fisik dari ibadah Sholat sebenarnya merupakan gerakan ringan dari terapi pijat atau
akupuntur, terutama bila seseorang mau mendirikan Sholat dengan baik, benar
lengkap dengan amalan sunah dan tuma’ninahnya. Dengan mengajak masyarakat Cina
agar tidak makan daging babi yang mengandung cacing pita, dan giat mendirikan
sholat lima waktu, maka orang yang berobat kepada Sunan Gunung Jati banyak yang
sembuh sehingga nama Gunung Jati menjadi terkenal di seluruh daratan Cina.
Sunan Gunung Jati akhirnya menikah dengan Putri Ong Thien. Maka tidak heran jika
kita berkunjung ke keraton Cirebon atau ke makam Sunan Gunung Jati maka kita
akan menemukan ornamen-ornamen yang berasal dari Cina.

B. Strategi Dakwah Wali Sanga


Wali Sanga diindikasikan mengamblialih konsep Nawa Dewata yang ada di ajaran
agama Budha. Pengambilalihan konsep Nawa Dewata itu beserta lambang-
lambangnya dan abtraksi-abstraksinya merupakan hal yang luar biasa di saat bekas
wilayah kekuasaan Majapahit sedang mengalami kemunduran dalam aspek
sosiokultural-religius.

Seperti disinggung pada bagian 1, Islam yang sudah masuk ke wilayah Nusantara
semenjak abad ke-7 Masehi baru diminati oleh penduduk asing dari Cina, Arab dan
Persia. Baru pada akhir abad ke-15 hingga paruh abad ke-16 ada sekumpulan tokoh
penyebar Islam yang berjuluk Wali Sanga telah berhasil mengislamkan penduduk
pribumi dengan metode dakwah yang khas; hampir tidak ada pergolakan dan
penolakan.

Wali Sanga berhasil menjelaskan apa itu Islam dan seluk-beluknya dengan perangkat-
perangkat budaya yang ada dan dihayati oleh masyarakat. Islam “dibumikan” dengan
prinsip bil hikmah wal mauidzatil hasanah wajadilhum billati hiya ahsan. Penjelasan
mengenai Islam dikemas secara sederhana yang dikaitkan dengan pemahaman
masyarakat setempat.

Misalnya Sunan Giri bertugas menjelaskan siklus perhitungan kalender dan


perubahan hari. Sunan Gunung Jati mengajarkan tata cara berdoa, membaca mantra
dan pengobatan. Sunan Drajat mengajarkan tata cara membangun rumah. Sunan
Kudus mengajarkan cara membuat keris dan kerajinan emas.

Hal penting yang perlu dicatat dalam sukses dakwah Wali Sanga adalah corak sufistik
dalam ajaran-ajaran mereka. Istilah “wali” itu sendiri sangat lekat dengan kaum sufi
atau kajian tasawuf.  Corak sufistik dalam hal ini diperbandingkan dengan corak fikih
yang hitam-putih. Ajaran sufi lebih terbuka, luwes dan adaptif dalam menyikapi
keberadaan ajaran selain Islam.

Dakwah kultural semacam itu juga dilakukan oleh Sunan Drajat melalui tembang
Jawa ciptaannya yang hingga kini masih digemari, yaitu tembang pangkur.

Sementara Sunan Bonang menghasilkan Suluk Sunan Bonang atau primbon Sunan
Bonang, yaitu catatan-catatan pendidikan yang dituangkan dalam bentuk prosa.

Setelah penduduk tertarik, mereka diajak membaca syahadat, diajari wudhu, shalat,
dan sebagainya. WaliSanga dikenal sangat peka dalam beradaptasi. Cara mereka
menanamkan akidah dan syariat Islam sangat memerhatikan kondisi masyarakat
setempat.

Misalnya, kebiasaan berkumpul dan kenduri pada hari-hari tertentu setelah kematian
keluarga tidak diharamkan, tapi sebaliknya acara tersebut diisi dengan pembacaan
tahlil, doa, dan sedekah. Demikian juga dengan penggunaan istilah. Sunan Ampel
yang dikenal sangat hati-hati, misalnya, menyebut shalat dengan 'sembahyang' yang
berasal dari kata sembah dan hyang. Dia juga menamai tempat ibadah dengan langgar,
yang mirip dengan kata sanggar. Bangunan masjid dan langgar pun dibuat bercorak
Jawa dengan ciri khas genteng bertingkat-tingkat. Bahkan, di antara bangunan masjid
tersebut memadukan corak bangunan Hindu, seperti Masjid Agung Kudus yang
dilengkapi dengan menara dan gapura bercorak Hindu. Selain itu, untuk mendidik
calon-calon dai, WaliSanga mendirikan pesantren-pesantren, yang menurut sebagian
sejarawan, mirip padepokan-padepokan orang Hindu dan Budha untuk mendidik
calon pemimpin agama.

C. KESIMPULAN
1. Wali Sanga atau Wali Sanga adalah sebutan untuk tokoh sentral penyebaran agama
Islam di Pulau Jawa.
2. Wali Sanga berjumlah sembilan orang yaitu; Maulana Malik Ibrahim, Sunan
Ampel, Sunan Bonang, Sunan Drajat, Sunan Kudus, Sunan Giri, Sunan Kalijaga,
Sunan Muria, Sunan Gunung Jati.
3. Ciri-ciri dakwah Wali Sanga adalah menggunakan pendekatan kultural.
4. Wali Sanga antara satu dengan yang lainnya memiliki hubungan, baik itu
hubungan darah maupun hubungan antara guru dan murid.
5. Tiga teori asal para tokoh Wali Sanga adalah yang mengatakan dari Arab, dari
Cina dan dari Muangthai.

C. KEGIATAN DISKUSI
Setelah kalian membaca dan merenungkan tentang dakwah Islam dalam masuknya
Islam di Indonesia dan peran kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara di atas kita akan
mendapat pemahaman yang lebih lengkap. Bentuklah kelompok menjadi 6 kelompok.
Masing masing kelompok menentukan salah seorang untuk dijadikan sebagai ketua
kelompok. dari permasalah permasalahan berikut ini:
1. Bagaimana proses masuknya Islam di Indonesia?
2. Mengapa diperlukan penyebaran Islam melalui perdagangan, perkawinan,
pendidikan dan asimilasi budaya melalui kesenian?
3. Bagaimana tanggapaNmu berdakwah melalui kesenian seperti yang dilakukan
oleh wali Sanga?
4. Mengapa pesantren dinilai telah sejak awal memiliki peran penting dalam
pendidikan bangsa?
5. Bagaimana pendapatmu tentang menjalankan dakwah dengan peperangan yang
tidak pernah diajarkan oleh para pendahulu kita?
6. Jika agama Islam di Indonesia sukses menjadi penduduk mayoritas beragama
Islam terbesar di dunia yang dalam penyebarannya tidak dengan cara-cara yang
keras apakah diperlukan kita berdakwah dengan membenci dan memaksa apalagi
dengan peperangan kepada orang non-muslim supaya mereka mau memeluk
agama Islam?

D. PENDALAMAN KARAKTER

Dengan memahami materi tentang dakwah Islam dalam proses masuknya Islam di
Indonesia, maka seharusnya kita memiliki sikap sebagai berikut :
1. Memiliki sikap saling mengingatkan pada kebaikan
2. Senantiasa semangat mencari ilmu pengetahuan serta kreatif dan inovatif dalam
belajar dan bergaul.
3. Memiliki sikap asertif, yaitu mampu bergaul menyesuaikan diri dan akomodatif
dengan siapa pun tanpa harus kehilangan jati diri dan mengajak kepada agama
Islam yang benar
4. Gigih dalam berjuang terhadap apa yang dicita-citakan.

E. MENGKOMUNIKASIKAN
1. Penugasan Terstruktur
Menurut kalian benarkah dakwah Islam dengan cara kesenian mampu menarik orang
lain untuk memeluk agama Islam? Berikan contohnya jika itu terjadi pada masa
sekarang.
2. Kegiatan Mandiri Tidak Terstruktur
Buatlah rangkuman dari materi yang sudah kalian baca, dan berikan pendapat kalian
masing-masing tentang materi tersebut.

F. EVALUASI

Jawablah Pertanyaan berikut dengan benar


1. Bagaimana sikap masayarakat pribumi dalam merespon dakwah para wali?
2. Mengapa Sunan Kudus awalnya tidak menyetujui wayang sebagai media dakwah?
jelaskan? Bagaimana pendapatmu dengan dakwah pada saat ini yang menjadikan media
hiburan sebagai media dakawah? Apakah itu relevan?
3. Apa tugas Sunan Gunung Jati dalam Dewan Wali?
4. Siapakah wali yang tidak memiliki hubungan darah dengan wali lainnya dalam kelompok
wali Sanga?
5. Siapakah nama asli Sunan Gunung Jati?

II. Portofolio dan Penilaian Sikap


Setelah kalian memahami uraian mengenai Wali Sanga, coba kamu amati perilaku
berikut ini dan berikan komentar

No. Perilaku Yang Diamati Tanggapan / Komentar Anda


Kreatif
1.
Mandiri
2.
Mampu bernegosiasi
3.
Toleran
4.
Asertif
5.
Mutiara Hikmah
Dari Abi Umamah dari Nabi Muhammad Beliau pernah bersabda : “Siapa saja yang
mencintai karena Allah dan membenci karena Allah, memberi karena Allah dan
BAB IVia telah menyempurnakan imannya.” (HR.
melarang karena Allah, maka sesungguhnya
KERAJAAN-KERAJAAN Abu ISLAM AWAL DI INDONESIA
Daud)

KOMPETENSI INTI
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama Islam.
2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun, ramah
lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan pro aktif) dan
menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan
diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3. Memahami dan menerapkan pengetahuan factual, konseptual, procedural dalam ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan
pengetahuan procedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan
minatnya untuk memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu
menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.
KOMPETENSI DASAR
1.1 Meyakini bahwa berdakwah adalah kewajiban setiap muslim
3.11. Memahami sejarah perkembangan kerajaan Islam awal di Indonesa
3.12. Menganalisis peran kerajaan-kerajaan awal Islam terhadap perkembangan Islam

TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Memahami sejarah berdiri dan perkembangan kerajaan Islam awal di Indonesia.
2. Mampu menganalisis peran kerajaan-kerajaan awal Islam terhadap perkembangan
dunia Islam.

PETA KONSEP
A. Amati Gambar Berikut dan
Berikan Pendapatmu

Setelah Kalian mengamati gambar di atas


buatlah daftar pendapat atau pertanyaan yang
Peta penyebaran Islam di Asia relevan
www.keepfight.wordpress.com .…………………………………………… .1
.……………………………………………
..……………………………………………
.…………………………………………… .2
.……………………………………………
.……………………………………………
…………………………………………… .3
..……………………………………………
..……………………………………………

Kerajaan Islam tetap menjaga warisan kerajaan Hindu-Budha era


sebelumnya
Sumber: www. http://djimodji-communication.blogspot.com

Setelah Kalian mengamati gambar di atas


Setelah Kalian mengamati gambar di atas buatlah daftar pendapat atau pertanyaan yang
buatlah daftar pendapat atau pertanyaan yang relevan
relevan .…………………………………………… .1
.…………………………………………… .1 .……………………………………………
.…………………………………………… ..……………………………………………
..…………………………………………… .…………………………………………… .2
.…………………………………………… .2 .……………………………………………
.…………………………………………… .……………………………………………
.…………………………………………… …………………………………………… .3
…………………………………………… .3 ..……………………………………………
..…………………………………………… ..……………………………………………
..……………………………………………
A. Sejarah Perkembangan Kerajaan Islam Awal di Indonesia

1. Kerajaan Samudera Pasai


Pasai didirikan pada abad ke-11 oleh Meurah Khair. Kerajaan ini terletak
dipesisir Timur Laut Aceh. Kerajaan ini merupakan kerajaan Islam pertama di
Indonesia. Pendiri dan raja pertama Kerajaan Samudra Pasai adalah Meurah Khair. Ia
bergelar Maharaja Mahmud Syah (1042-1078). Pengganti Meurah Khair adalah
Maharaja Mansyur Syah dari tahun 1078-1133. Pengganti Maharaja Mansyur Syah
adalah Maharaja Ghiyasyuddin Syah dari tahun 1133-1155.

Raja Kerajaan Samudra Pasai berikutnya adalah Meurah Noe yang bergelar Maharaja
Nuruddin berkuasa dari tahun1155-1210. Raja ini dikenal juga dengan sebutan
Tengku Samudra atau Sulthan Nazimuddin Al-Kamil. Sultan ini sebenarnya berasal
dari Mesir yang ditugaskan sebagai laksamana untuk merebut pelabuhan di Gujarat.
Raja ini tidak memiliki keturunan sehingga pada saat wafat, kerajaan Samudra Pasai
dilanda kekacauan karena perebutan kekuasaan. Meurah Silu bergelar Sultan Malik-al
Saleh (1285-1297). Meurah Silu adalah keturunan Raja Perlak (sekarang Malaysia)
yang mendirikan dinasti kedua kerajaan Samudra Pasai.

Pada masa pemerintahannya, system pemerintahan kerajaan dan angkatan perang laut
dan darat sudah terstruktur rapi. Kerajaan mengalami kemakmuran, terutama setelah
Pelabuhan Pasai dibuka. Hubungan Kerajaan Samudra Pasai dan Perlak berjalan
harmonis. Meurah Silu memperkokoh hubungan ini dengan menikahi putri Ganggang
Sari, anak Raja Perlak. Meurah Silu berhasil memperkuat pengaruh Kerajaan
Samudra Pasai di pantai timur Aceh dan berkembang menjadi kerajaan perdagangan
yang kuat di Selat Malaka. Raja-raja Samudra Pasai selanjutnya adalah Sultan
Muhammad Malik Zahir (1297-1326), Sultan Mahmud Malik Zahir (1326-1345),
Sultan Manshur Malik Zahir (1345-1346), dan Sultan Ahmad Malik Zahir (1346-
1383). Raja selanjutnya adalah Sultan Zainal Abidin (1383-1405). Pada masa
pemerintahannya, kekuasaan kerajaan meliputi daerah Kedah di Semenanjung
Malaya. Sultan Zainal Abidin sangat aktif menyebarkan pengaruh Islam kepulau Jawa
dan Sulawesi dengan mengirimkan ahli-ahli dakwah, seperti Maulana Malik
Ibrahim dan Maulana Ishak. Kerajaan Aceh berdiri menjelang keruntuhan Samudera
Pasai. Sebagaimana tercatat dalam sejarah, pada tahun 1360 M, Samudera Pasai
ditaklukkan oleh Majaphit, dan sejak saat itu, kerajaan Pasai terus mengalami
kemudunduran. Diperkirakan, menjelang berakhirnya abad ke-14 M, kerajaan Aceh
Darussalam telah berdiri dengan penguasa pertama Sultan Ali Mughayat Syah yang
dinobatkan pada Ahad, 1 Jumadil Awal 913 H (1511 M).

2. Kerajaan Aceh
Pada awalnya, wilayah kerajaan Aceh ini hanya mencakup Banda Aceh dan Aceh
Besar yang dipimpin oleh ayah Ali Mughayat Syah. Ketika Mughayat Syah naih tahta
menggantikan ayahnya, ia berhasil memperkuat kekuatan dan mempersatukan
wilayah Aceh dalam kekuasaannya, termasuk menaklukkan kerajaan Pasai. Saat itu,
sekitar tahun 1511 M, kerajaan-kerajaan kecil yang terdapat di Aceh dan pesisir timur
Sumatera seperti Peurelak (di Aceh Timur), Pedir (di Pidie), Daya (Aceh Barat Daya)
dan Aru (di Sumatera Utara) sudah berada di bawah pengaruh kolonial Portugis.
Mughayat Syah dikenal sangat anti pada Portugis, karena itu, untuk menghambat
pengaruh Portugis, kerajaan-kerajaan kecil tersebut kemudian ia taklukkan dan
masukkan ke dalam wilayah kerajaannya. Sejak saat itu, kerajaan Aceh lebih dikenal
dengan nama Aceh Darussalam dengan wilayah yang luas, hasil dari penaklukan
kerajaan-kerajaan kecil di sekitarnya.
Sejarah mencatat bahwa, usaha Mughayat Syah untuk mengusir Portugis dari seluruh
bumi Aceh dengan menaklukkan kerajaan kerajaan kecil yang sudah berada di bawah
Portugis berjalan lancar. Secara berurutan, Portugis yang berada di daerah Daya ia
gempur dan berhasil ia kalahkan. Ketika Portugis mundur ke Pidie, Mughayat juga
menggempur Pidie, sehingga Portugis terpaksa mundur ke Pasai. Mughayat kemudian
melanjutkan gempurannya dan berhasil merebut benteng Portugis di Pasai. Dengan
jatuhnya Pasai pada tahun 1524 M, , Aceh Darussalam menjadi satu-satunya kerajaan
yang memiliki pengaruh besar di kawasan tersebut. Kemenangan yang berturut-turut
ini membawa keuntungan yang luar biasa, terutama dari aspek persenjataan. Portugis
yang kewalahan menghadapi serangan Aceh banyak meninggalkan persenjataan,
karena memang tidak sempat mereka bawa dalam gerak mundur pasukan. Senjata-
senjata inilah yang digunakan kembali oleh pasukan Mughayat untuk menggempur
Portugis.

Ketika benteng di Pasai telah dikuasai Aceh, Portugis mundur ke Peurelak.


Namun,pasukan Aceh tidak memberikan kesempatan sama sekali pada Portugis.
Peurelak kemudian juga diserang, sehingga Portugis mundur ke Aru. Tak berapa
lama, Aru juga berhasil direbut oleh Aceh hingga akhirnya Portugis mundur ke
Malaka. Sultan Iskandar Muda Dalam sejarahnya, Aceh Darussalam mencapai masa
kejayaan di masa Sultan Iskandar Muda Johan Pahlawan Meukuta Alam (1590 1636).
Pada masa itu, Aceh merupakan salah satu pusat perdagangan yang sangat ramai di
Asia Tenggara. Kerajaan Aceh pada masa itu juga memiliki hubungan diplomatik
dengan dinasti Usmani di Turki, Inggris dan Belanda. Pada masa Iskandar Muda,
Aceh pernah mengirim utusan ke Turki Usmani dengan membawa hadiah. Kunjungan
ini diterima oleh Khalifah Turki Usmani dan ia mengirim hadiah balasan berupa
sebuah meriam dan penasehat militer untuk membantu memperkuat angkatan perang
Aceh. Wilayah kekuasaan Aceh mencapi Pariaman wilayah pesisir Sumatra Barat,
Perak diMalaka yang secara efektif bisa direbut dari portugis tahun 1575.

3. Kerajaan Demak
Berdirinya Kerajaan Demak dilatarbelakangi oleh melemahnya pemerintahan
Kerajaan Majapahit atas daerah-daerah pesisir utara Jawa. Daerah-daerah pesisir
seperti Tuban dan Cirebon sudah mendapat pengaruh Islam. Dukungan daerah-daerah
yang juga merupakan jalur perdagangan yang kuat ini sangat berpengaruh bagi
pendirian Demak sebagai kerajaan Islam yang merdeka dari Majapahit.

Raden Patah adalah raja pertama Kerajaan Demak. Ia memerintah dari tahun 1500-
1518. Pada masa pemerintahan agama Islam mengalami perkembangan pesat. Raden
Patah bergelar Senopati Jimbun Ngabdurahman Panembahan Palembang Sayidin
Panatagama. Pengangkatan Raden Patah sebagai Raja Demak dipimpin oleh anggota
wali lainnya. Pada masa pemerintahannya, wilayah kerajaan Demak meliputi daerah
Jepara, Tuban, Sedayu, Palembang, Jambi, dan beberapa daerah di Kalimantan. Pada
masa pemerintahannya juga dibangun Masjid Agung Demak yang dibantu oleh para
wali dan sunan sahabat Demak. Pada masa Kerajaan Malaka jatuh ke tangan Portugis
tahun 1511, Raden Patah merasa berkewajiban untuk membantu. Jatuhnya kerajaan
Malaka berarti putusnya jalur perdagangan nasional. Untuk itu, ia mengirimkan
putrannya, Pati Unus untuk menyerang Portugis di Malaka. Namun, usaha itu tidak
berhasil. Setelah Raden Patah wafat pada tahun 1518, ia digantikan oleh putranya Pati
Unus. Pati Unus hanya memerintah tidak lebih dari tiga tahun. Ia wafat tahun 1521
dalam usahanya mengusir Portugis dari kerajaan Malaka. Saudaranya, Sultan
Trenggono, akhirnya menjadi raja Demak ketiga dan merupakan raja Demak terbesar.
Sultan Trenggono berkuasa di kerajaan Demak dari tahun 1521-1546. Sultan
Trenggono dilantik menjadi raja Demak oleh Sultan Gunung Jati. Ia memerintah
Demak dengan gelar Sultan Ahmad Abdul Arifin. Pada masa pemerintahan Sultan
Trenggono, Kerajaan Demak mencapai puncak kejayaannya dan agama Islam
berkembang lebih luas lagi. Sultan Trenggono mengirim Fatahilallah ke Banten.
Dalam perjalanannya ke Banten, Fatahillah singgah di Cirebon untuk menemui Syarif
Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati. Bersama sama dengan pasukan Kesultanan
Cirebon, Fatahillah kemudian dapat menaklukan Banten dan Pajajaran. Setelah
wafatnya Sultan Trenggono pada tahun 1546, Kerajaan Demak mulai mengalami
kemunduran karena terjadinya perebutan kekuasaan. Perebutan tahta Kerajaan Demak
ini terjadi antara Sunan Prawoto dengan Arya Penangsang. Arya Penangsang adalah
Bupati Jipang (sekarang Bojonegoro) yang merasa lebih berhak atas tahta Kerajaan
Demak. Perebutan kekuasaan ini berkembang menjadi konflik berdarah dengan
terbunuhnya Sunan Prawoto oleh Arya Penangsang. Arya Penangsang juga
membunuh adik Sunan Prawoto, yaitu Pangeran Hadiri. Usaha Arya Penangsang
menjadi Sultan Demak di halangi oleh Jaka Tingkir, menantu Sultan Trenggono. Jaka
Tingkir mendapat dukungan dari para tetua Demak, yaitu Ki Gede Pemanahan dan Ki
Penjawi. Konflik berdarah ini akhirnya berkembang menjadi Perang Saudara. Dalam
pertempuran ini, Arya Penagsang terbunuh sehingga tahta Kerajaan Demak jatuh ke
tangan Jaka Tingkir. Jaka Tingkir menjadi raja Kerajaan Demak dengan gelar Sultan
Hadiwijya. Ia kemudian memindahan pusat kerajaan Demak ke daerah
Pajang.Walaupun sebenarnya sudah menjadi kerajaan baru, kerajaan Pajang masih
mengklaim diri sebagai penerus Kerajaan Demak. Sebagai tanda terima kasih kepada
Ki Gede Pemanahan yang telah mendukungnya, Sultan Hadiwijaya memberikan
sebuah daerah Perdikan (otonom) yang disebut Mataram. Ki Gede Pemanahan
kemudian menjadi penguasa Mataram dan di sebut Ki Gede Mataram.

Sultan Hadiwijaya bukanlah digantikan oleh putranya, yakni Pangeran Benawa,


melainkan putra Sunan Prawoto, Aria Pangiri. Pangeran Benawa sendiri diangkat
sebagai penguasa daerah Jipang. Pangeran Benawan kurang puas dengan keputusan
ini. Apalagi, pemerintahan Aria Pangiri di Pajang juga dikelilingi oleh para bekas
pejabat Kerajaan Demak. Pangeran Benawa kemudian minta bantuan kepada
Sutawijaya, putra Ki Ageng Mataram, untuk merebut kembali tahta Kerajaan Pajang.
Pada tahun 1588, Sutawijaya dan Pangeran Benawan berhasil merebut kembali tahta
Kerajaan Pajang. Kemudian, Benawa menyerahkan hak kuasanya pada Sutawijaya
secara simbolis melalui penyerahan pusaka Pajang pada Sutawijaya. Dengan
demikian, Pajang menjadi bagian kekuasaan Kerajaan Mataram.
4. Kerajaan Cirebon
Kesultanan Cirebon adalah sebuah kesultanan Islam ternama di Jawa Barat pada abad
ke-15 dan 16 Masehi, dan merupakan pangkalan penting dalam jalur perdagangan dan
pelayaran antar pulau. Lokasinya di pantai utara pulau Jawa yang merupakan
perbatasan antara Jawa Tengah dan Jawa Barat, membuatnya menjadi pelabuhan dan
"jembatan" antara kebudayaan Jawa dan Sunda sehingga tercipta suatu kebudayaan
yang khas, yaitu kebudayaan Cirebon yang tidak didominasi kebudayaan Jawa maupun
kebudayaan Sunda.

Menurut Sulaiman Sulendraningrat yang mendasarkan pada naskah Babad Tanah Sunda dan
Atja pada naskah Carita Purwaka Caruban Nagari, Cirebon pada awalnya adalah sebuah
dukuh kecil yang dibangun oleh Ki Gedeng Tapa, yang lama-kelamaan berkembang menjadi
sebuah desa yang ramai dan diberi nama Caruban (Bahasa Sunda: campuran), karena di sana
bercampur para pendatang dari berbagai macam suku bangsa, agama, bahasa, adat istiadat,
dan mata pencaharian yang berbeda-beda untuk bertempat tinggal atau berdagang.

Mengingat pada awalnya sebagian besar mata pencaharian masyarakat adalah sebagai
nelayan, maka berkembanglah pekerjaan menangkap ikan dan rebon (udang kecil) di
sepanjang pantai serta pembuatan terasi, petis, dan garam. Dari istilah air bekas pembuatan
terasi (belendrang) dari udang rebon inilah berkembanglah sebutan cai-rebon (Bahasa
Sunda:, air rebon) yang kemudian menjadi Cirebon.

Dengan dukungan pelabuhan yang ramai dan sumber daya alam dari pedalaman, Cirebon
kemudian menjadi sebuah kota besar dan menjadi salah satu pelabuhan penting di pesisir
utara Jawa baik dalam kegiatan pelayaran dan perdagangan di kepulauan Nusantara maupun
dengan bagian dunia lainnya. Selain itu, Cirebon tumbuh menjadi cikal bakal pusat
penyebaran agama Islam di Jawa Barat.

5. Kerajaan Banten
Kesultanan Banten berawal ketika Kesultanan Demak memperluas pengaruhnya ke
daerah barat. Pada tahun 1524/1525, Sunan Gunung Jati bersama pasukan Demak
merebut pelabuhan Banten dari kerajaan Sunda, dan mendirikan Kesultanan Banten
yang berafiliasi ke Demak. Menurut sumber Portugis, sebelumnya Banten merupakan
salah satu pelabuhan Kerajaan Sunda selain pelabuhan Pontang, Cigede, Tamgara
(Tangerang), Sunda Kalapa dan Cimanuk. Anak dari Sunan Gunung Jati (Hasanudin)
menikah dengan seorang putri dari Sultan Trenggono dan melahirkan dua orang anak.
Pelurusan Sejarahbahwa Pangeran Sabakingkin atau Sultan Maulana Hasanuddin
nikah dengan Putri Kintamani mempunyai Anak yang pertama bernama Yusuf Akbar
(Maulana Yusuf), pelurusan sejarah bahwa Anak Kedua Ratu Siti Rodiah kawin
dengan Sultan Mahmud Badaruddin II Kesultanan Palembang Darussalam sedang
anak ketiga Muhammad Nazaruddin (Sultan Maulana Muhammad Nazaruddin
bergelar Alamsyah) Terjadi perebutan kekuasaan setelah Maulana Yusuf wafat
(1570). Pangeran Jepara merasa berkuasa atas Kerajaan Banten daripada anak
Maulana Yusuf yang bernama Maulana Muhammad karena Maulana Muhammad
masih terlalu muda. Akhirnya Kerajaan Jepara menyerang Kerajaan Banten. Perang
ini dimenangkan oleh Kerajaan Banten karena dibantu oleh para ulama (inilah Sejarah
Bikinan Belanda). Pelurusan Sejarah bahwa Sultan Muhammad bukan anak dari
Maulana Yusuf tetapi anak ketiga dari Sultan Hasanuddin, dengan nama lengkap
Sultan Muhammad Nazaruddin "Alamsyah" dikawal oleh empat Pengawal Kesultanan
masing-masing bernama Ananta Kusuma, Daeng, Nata Kusuma dan Jalaluddin pada
saat itu Sultan Muhammad Nazaruddin yang bergelar Alamsyah berusia 19
tahun,melakukan perjalanan ke Palembang pada masa Inggeris masuk ke
Palembang...bukan untuk memerangi palembang tetapi menyambangi keluarga
(Saudaranya yang bernama Ratu Siti Rodiah yang nikah dengan Sultan Mahmud
Badaruddin II). Kerajaan Banten mencapai puncak kejayaannya pada masa
pemerintahan Abu Fatah Abdulfatah atau lebih dikenal dengan nama Sultan Ageng
Tirtayasa. Saat itu Pelabuhan Banten telah menjadi pelabuhan internasional sehingga
perekonomian Banten maju pesat. Wilayah kekuasaannya meliputi sisa kerajaan
Sunda yang tidak direbut kesultanan Mataram dan serta wilayah yang sekarang
menjadi provinsi Lampung. Piagam Bojong menunjukkan bahwa tahun 1500 hingga
1800 Masehi Lampung dikuasai oleh kesultanan Banten. Pada zaman pemerintahan
Sultan Haji, tepatnya pada 12 Maret 1682, wilayah Lampung diserahkan kepada
VOC. seperti tertera dalam surat Sultan Haji kepada Mayor Issac de Saint Martin,
Admiral kapal VOC di Batavia yang sedang berlabuh di Banten. Surat itu kemudian
dikuatkan dengan surat perjanjian tanggal 22 Agustus 1682 yang membuat VOC
memperoleh hak monopoli perdagangan lada di Lampung. Kesultanan Banten
dihapuskan tahun 1813 oleh pemerintah kolonial Inggris. Pada tahun itu, Sultan
Muhamad Syafiuddin dilucuti dan dipaksa turun takhta oleh Thomas Stamford
Raffles. Tragedi ini menjadi klimaks dari penghancuran Surasowan oleh Gubernur-
Jenderal Belanda, Herman William Daendels tahun 1808.

6. Kerajaan Ternate dan Tidore


Kerajaan Ternate dan Tidore terletak di sebelah barat Pulau Halmahera, Maluku
Utara. Wilayah kekuasaan kedua kerajaan ini meliputi Kepulauan Maluku dan
sebagian Papua. Tanah Maluku yang kaya akan rempah-rempah menjadikannya
terkenal di dunia Internasional dengan sebutan Spice Island.
Pada abad ke 12 M, Permintaan akan cengkeh dan Pala dari negara Eropa meningkat
pesat. Hal ini menyebabkan dibukannya perkebunan di daerah Pulau Buru, Seram dan
Ambon. Dengan adanya kepentingan atas penguasa perdagangan terjadilah
persekutuan daerah antara kerajaan. Persekutuan-persekutuan tersebut adalah Uli
Lima (Persekutuan Lima). Yaitu persekutuan antara lima saudara yang dipimpin oleh
Ternate (yang meliputi Obi, Bacan, Seram dan Ambon, serta Uli Siwa (persekutuan
Sembilan) yaitu persekutuan antara sembilanbersaudara yang wilayahnya meliputi
Pulau Tidore, Makyan, Jahilolo atau
Halmahera dan pulau-pulau di daerah itu sampai Papua Antara kedua persekutuan
tersebut telah terjadi persaingan yang sangat tajam. Hal ini terjadi setelah para
pedagang Eropa datang ke Maluku. Pada tahun 1512, bangsa Portugis datang ke
Ternate, sedangkan tahun 1521 bansa Spanyol datang ke Tidore. Setelah 10 tahun
berada di Kerajaan Ternate, bangsa Portugis mendirikan Benteng yang diberi nama
Sao Paolo. Menurut Portugis, benteng tersebut berguna untuk melindungi Ternate dari
Kerajaan Tidore. Namun hal tersebut hanyalah taktik Portugis agar mereka dapat tetap
berdagang dan menguasai Ternate. Pembangunan Benteng Soa Paolo
mendapatperlawanan dan salah seorang yang menantang kehadiran kekuasaan militer
Portugis tersebut yaitu Sultan Hairun. Beliau berkuasa di kerajaan Ternate sejak tahun
1559. Sultan tidak ingin perekonomian dan pemerintahan kerajaan di kuasai oleh
bangsa lain dan pendirian benteng tersebut dianggap menunjukkan niat buruk Portugis
atas Ternate. Ketidaksetujuan Sultan Hairun terhadap Portugis tidak berbentuk
kekerasan, sebaliknya Sultan Haitun bersedia berunding dengan Portugis di Benteng
Sao Paolo. Ternyata niat baik Sultan Hairun dimanfaatkan Portugis untuk
menahannya di benteng tersebut. Keesokan harinya Sultan Hairun telah terbunuh hal
ini terjadi pada tahun 1570. Wafatnya Sultan Hairun menyebabkan kebencian rakyat
Maluku semakin besar. Sultan Baabullah yang menjadi Raja Ternate berikutnya dan
memimpin perang melawan Portugis. Usaha ini menampakkan hasil pada tahun 1575,
setelah Portugis berhasil dipukul mundur dan pergi meninggalkan bentengnya di
Ternate. Bangsa Portugis bergerak ke Selatan dan Menaklukan Timor pada tahun
1578. Sultan Baabullah kemudian memperluas kekuasaannya hingga Maluku,
Sulawesi, Papua, Mindanodan Bima. Keberhasilan pemerintahannya membuat Sultan
Baabullah mendapat julukan Tuan dari Tujuh Pulau Dua Pulau. Kerajaan Gowa dan
Tallo adalah dua kerajaan yang terletak di Sulawesi Selatan dan saling berhubungan
baik. Banyak orang mengetahuinya sebagai Kerajaan Makassar. Makassar sebenarnya
adalah ibu kota Gowa yang juga disebut sebagai Ujungpandang. Sebelum abad ke 16,
raja-raja Makassar belum memeluk agama Islam. Baru setelah datangnya Dato Ri
Bandang, seorang penyiar islam dari Sumatra, Makassar berkembang menjadi
kerajaan Islam.
Sultan Alauddin adalah Raja memimpin Makassar dari tahun 1591 Karaeng Ma
‘towaya Tumamenanga Ri Agamanna. Setelah Sultan Alauddin wafat, Kerajaan
Makassar dipimpin oleh Muhammad Said 1639 kemudian digantikan oleh Sultan
Hasanuddin. Beliau berkuasa sejak tahun 1653. Masa pemerintahannya merupakan
masa gemilang kerajaan Makassar. Dibawah pemerintahan Sultan Hasanuddin,
Kerajaan Makassar berhasil mengua kerajaan kerajaan kecil di Sulawesi Selatan, yaitu
Ruwu, Wajo, Soppeng, dan Bone. Sultan Hasanuddin juga berniat menjadikan
Kerajaan Makassar sebagai penguasa tunggal di jalur perdagangan Indonesia bagian
timur. Oleh karena itu Sultan Hasanuddin harus kekuatan armada VOC Belanda
sebelum dapat menguasai Maluku.

7. Kerajaan Gowa dan Tallo


Kerajaan Gowa dan Tallo adalah dua kerajaan yang terletak di Sulawesi Selatan dan
saling berhubungan baik. Banyak orang mengetahuinya sebagai Kerajaan Makassar.
Makassar sebenarnya adalah ibu kota Gowa yang juga disebut sebagai Ujungpandang.
Sebelum abad ke 16, raja-raja Makassar belum memeluk agama Islam. Baru setelah
datangnya Dato Ri Bandang, seorang penyiar islam dari Sumatra, Makassar
berkembang menjadi kerajaan Islam. Belanda berusaha keras menghentikan serangan-
serangan Kerajaan Makasar. Untuk itu Belanda bersekutu dengan Raja Bone, yaitu
Arub(Tuan) Palaka. Aru Palaka bersedia membantu Belanda dengan syarat akan
diberikan kemerdekan. Pada tahun 1667, dengan bantuan Kerajaan Bone berhasil
menekan Makassar untuk menyetujui perjanjian Bongaya. Perjanjian ini berisi tiga
buah kesepakatan yaitu VOC mendapat hak monopoli dagang di Makassar, Belanda
dapat mendirikan benteng Rotterdam di Makassar, Makassar harus melepas daerah
yang dikuasainya seta mengakui Aru Palaka sebagai Raja Bone. Setelah Sultan
Hasanuddin turun tahta pada tahun 1669, Mapasomba putranya berusaha
menggantikan kepemimpinan ayahnya dan meneruskan perjuangan perjuangan
ayahnya melewan Belanda. Pasukan Kerajaan Makassar akhirnya bisa dipukul
mundur oleh Belanda dan jalur perdagangan di kuasai oleh Belanda.

B. Peranan Kerajaan Islam Awal di Indonesia

Dalam perkembangannya, kerajaan Islam ini memiliki peran yang sangat besar dalam
proses penyebaran agama Islam di tanah air. Beberapa peran dari kerajaan Islam yang
dianggap penting tersebut di antaranya adalah :
1. Mengenalkan ajaran Islam kepada penduduk di kerajaan tersebut. Hal ini sangat
berpengaruh, karena dalam sistem kerajaan, agama pilihan seorang raja pasti akan
dianut oleh rakyatnya.
2. Memudahkan transaksi perdagangan dengan para pedagang dari kawasan Timur
Tengah. Pada saat itu, para pedagang dari Gujarat kerap berkelana hingga daerah
yang jauh untuk berdagang. Dan dengan adanya kerajaan Islam, maka ada
kesamaan budaya dari kedua belah pihak sehingga lebih memudahkan dalam
menjalin hubungan.
3. Mengubah budaya upeti yang banyak digunakan di jaman kerajaan sebelumnya.
Sehingga hal ini memberikan kemudahan pada rakyat karena tidak lagi
mendapatkan beban membayar upeti kepada penguasa secara berlebihan. Kalaupun
kerajaan, memerlukan penggalangan dana lain maka nilainya menjadi berbeda
karena dalam Islam menyumbang kepada pihak lain merupakan tindakan yang
mulia dan hanya Allah yang akan membalas dengan cara yang tidak pernah
diketahui bahkan tak pernah dibayangkan oleh orang yang memberi sodaqah
tersebut. Upaya memakmurkan rakyat menjadi tujuan kerajaan Islam yang lebih
mudah diwujudkan. Tentu saja berbeda dengan sistem kerajaan sebelumnya di
mana rakyat menjadi pengabdi kepada kerajaan dan kerajaan tidak secara otomatis
mencari upaya untuk mensejahterakan rakyatnya.
4. Menciptakan tata kehidupan baru yang lebih sesuai dengan apa yang ada pada
ajaran Islam. Islam sebagai agama yang baru dengan mudah diterima karena tata
nilai dan sistem didalamnya terasa lebih adil. Masing-masing individu memiliki
kesempatan yang sama untuk menempati derajat yang tinggi di mata Allah SWT
tanpa membedakan latar belakang budaya, suku dan keturunan. Demikian pula
dalam tata pergaulan sehari-hari, hubungan antar individu menjadi lebih baik,
sopan santun dianggap sebagai akhlak yang mulia, sehingga setiap individu
memiliki keinginan untuk meraihnya.
5. Dalam bidang keamanan, kerajaan Islam memiliki kewajiban untuk menciptakan
kedamaian kepada seluruh rakyat, sehingga dalam melakukan kegiatan sehari-hari
tidak akan terganggu dengan ancaman keselamatan.

C. KESIMPULAN
1. Wali Sanga atau Wali Sanga adalah sebutan untuk tokoh sentral penyebaran agama
Islam di Pulau Jawa.
2. Wali Sanga berjumlah sembilan orang yaitu; Maulana Malik Ibrahim, Sunan
Ampel, Sunan Bonang, Sunan Drajat, Sunan Kudus, Sunan Giri, Sunan Kalijaga,
Sunan Muria, Sunan Gunung Jati
3. Ciri-ciri dakwah Wali Sanga adalah menggunakan pendekatan kultural.
4. Wali Sanga antara satu dengan yang lainnya memiliki hubungan, baik itu
hubungan darah maupun hubungan antara guru dan murid.
5. Tiga teori asal para tokoh Wali Sanga adalah yang mengatakan dari Arab, dari
Cina dan dari Muangthai.

D. KEGIATAN DISKUSI
Setelah kalian membaca dan merenungkan tentang dakwah Islam dalam masuknya Islam di
Indonesia dan peran kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara di atas kita akan mendapat
pemahaman yang lebih lengkap. Bentuklah kelompok menjadi 6 kelompok. Masing-masing
kelompok menentukan salah seorang untuk dijadikan sebagai ketua kelompok. dari
permasalah permasalahan berikut ini:
1. Bagaimana proses masuknya Islam di Indonesia?
2. Mengapa diperlukan penyebaran Islam melalui perdagangan, perkawinan,
pendidikan dan asimilasi budaya melalui kesenian?
3. Bagaimana tanggapanmu berdakwah melalui kesenian seperti yang dilakukan oleh
wali Sanga?
4. Mengapa pesantren dinilai telah sejak awal memiliki peran penting dalam
pendidikan bangsa?
5. Bagaimana pendapatmu tentang menjalankan dakwah dengan peperangan yang
tidak pernah diajarkan oleh para pendahulu kita?
6. Jika agama Islam di Indonesia sukses menjadi penduduk mayoritas beragama Islam
terbesar di dunia yang dalam penyebarannya tidak dengan cara-cara yang keras
apakah diperlukan kita berdakwah dengan membenci dan memaksa apalagi dengan
peperangan kepada orang non-muslim supaya mereka mau memeluk agama Islam?

E. PENDALAMAN KARAKTER

Dengan memahami materi tentang dakwah Islam dalam proses masuknya Islam di
Indonesia, maka seharusnya kita memiliki sikap sebagai berikut :
5. Memiliki sikap saling mengingatkan pada kebaikan
6. Senantiasa semangat mencari ilmu pengetahuan serta kreatif dan inovatif dalam
belajar dan bergaul.
7. Memiliki sikap asertif, yaitu mampu bergaul menyesuaikan diri dan akomodatif
dengan siapa pun tanpa harus kehilangan jati diri dan mengajak kepada agama Islam
yang benar
8. Gigih dalam berjuang terhadap apa yang dicita-citakan.

F. MENGKOMUNIKASIKAN
1. Penugasan Terstruktur
Menurut kalian benarkah dakwah Islam dengan cara kesenian mampu menarik orang
lain untuk memeluk agama Islam? Berikan contohnya jika itu terjadi pada masa
sekarang.
2. Kegiatan Mandiri Tidak Terstruktur
Buatlah rangkuman dari materi yang sudah kalian baca, dan berikan pendapat kalian
masing-masing tentang materi tersebut.

G. EVALUASI

Jawablah Pertanyaan berikut dengan benar


1. Bagaimana latar belakang berdirinya Kerajaan Demak?
2. Sebutkan lima Raja dari Kerajaan Samudera Pasai?
3. Kerajaan Islam yang pertama di Maluku adalah..
4. Kerajaan Aceh awalnya hanya menguasai dua wilayah yaitu...
5. Bagaimana isi perjanjian Bongaya?
H. Portofolio dan Penilaian Sikap
Setelah kalian memahami uraian mengenai Kerajaan Islam Awal di Indonesia, coba kamu
amati perilaku berikut ini dan berikan komentar

No. Perilaku Yang Diamati Tanggapan / Komentar Anda


Inisiatif
1.
Mengambil peluang yang ada
2.
Menggalang Persatuan
3.
Menjaga persatuan
4.
Toleransi
5.

Mutiara Hikmah

Hubbu al-wathan min al-iman


“cinta tanah air adalah sebagian dari Iman”
(Pepatah Arab)
BAB I

SEJARAH PERKEMBANGAN ISLAM DI ASIA TENGGARA

KOMPETENSI INTI
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama Islam.
2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun, ramah
lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan pro aktif) dan
menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan
diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3. Memahami dan menerapkan pengetahuan factual, konseptual, procedural dalam ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan
pengetahuan procedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan
minatnya untuk memecahkan masalah
4. Mengolah, menalar dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu
menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.

KOMPETENSI DASAR
1.1. Meyakini bahwa berdakwah adalah kewajiban setiap muslim.
1.4. Menyadari urgensi sikap gigih berjuang dari tokoh DR. Sauki Futaki pembaharuan Islam
Jepang sebagai implementasi kewajiban belajar bagi umat Islam
3.1. Mendeskripsikan sejarah perkembangan Islam di Thailand
3.2. Menganalisis jalur masuknya Islam di Kepulauan Sulu, Filipina.
3.3. Mendeskripsikan sejarah masuknya Islam di Malaysia.
3.4. Mendeskripsikan sejarah masuknya Islam di Brunei Darussalam.
4.1. Menceritakan secara umum mengenai perkembangan umat Islam di beberapa negara
Asia Tenggara
PETA KONSEP

A. AMATI GAMBAR BERIKUT DAN


BERIKAN PENDAPATMU

Setelah Kalian mengamati gambar di atas


buatlah daftar pendapat atau pertanyaan yang
relevan
.…………………………………………… .1
.……………………………………………
..……………………………………………
.…………………………………………… .2
.……………………………………………
.……………………………………………
…………………………………………… .3
..……………………………………………
..……………………………………………

Komunitas Islam di Thailand


Sumber : www.
http://avivsyuhada.files.wordpress.com

B. PENDALAMAN MATERI
Membangun persaudaraan Islam
a. Pendahuluan Sumber gambar : http://dakwahsyariah.blogspot.com
Suku Bangsa Moro adalah sebuah suku yang terdapat di Pilina, Indonesia dan tersebar
diberbagai pulau. Di antaranya di Maluku dengan nama Pulau Moro Tai, di Sumatera
terdapat kecamatan Moro di Kabupaten Karimun, Kepulauan Riau, Indonesia. Di Pilipina
Suku Moro di Mindanao adalah suku etnoreligius yang terdiri atas 13 suku yang mendiami
Filipina bagian Filipina selatan. Daerah tempat kelompok ini meliputi bagian selatan
Mindanao, kepulauan Sulu, Palawan, Basilan dan beberapa pulau yang bersebelahan. Suku
Moro merupakan suku bangsa pelaut yang gigih dan dapat beradaptasi diberbagai tempat
mereka berdiam. Sebagian besar mereka berdiam di Mindanao Pilipina. Pulau kalimantan
bagian timur Rumpun Bangsa moro bernama Suku Bajau : Berau Suku Bajau adalah suku
bangsa yang tanah asalnya Kepulauan Sulu, Filipina Selatan. Suku ini merupakan suku
nomaden yang hidup di atas laut, sehingga disebut gipsi laut. Suku Bajau menggunakan
bahasa Sama-Bajau. Suku Bajau sejak ratusan tahun yang lalu sudah menyebar ke negeri
Sabah dan berbagai wilayah Indonesia. Suku Bajau juga merupakan anak negeri di Sabah.
Suku-suku di Kalimantan diperkirakan bermigrasi dari arah utara (Filipina) pada zaman
prasejarah. Suku Bajau yang Muslim ini merupakan gelombang terakhir migrasi dari arah
utara Kalimantan yang memasuki pesisir Kalimantan Timur hingga Kalimantan Selatan dan
menduduki pulau-pulau sekitarnya, lebih dahulu daripada kedatangan suku-suku Muslim dari
rumpun Bugis yaitu suku Bugis, suku Makassar, suku Mandar.

Sejarah Perkembangan Islam di Thailand

Thailand biasa disebut juga Muangthai, atau Muangthai Risabdah, atau Siam, atau negeri
gajah putih, terletak di sebelah utara Malaysia, dan sering dilukiskan  sebagai bunga yang
mekar diatas sebuah tangkai. Thailand berarti negeri yang merdeka, karena memang
merupakan satu-satunya negeri di Asia Tenggara yang tidak pernah dijajah oleh kekuasaan
barat atau Negara lain. Di Thailand, negeri yang mayoritasnya beragama Budha, terdapat
lebih dari 10% penduduk muslim dari seluruh populasi penduduk Thailand yang berjumlah
kurang lebih 67 juta orang. Penduduk muslim Thailand sebagian besar berdomisili di bagian
selatan Thailand, seperti di propinsi Pha Nga, Songkhla, Narathiwat dan sekitarnya yang
dalam sejarahnya adalah bagian dari Daulah Islamiyyah Pattani.

Islam masuk ke Thailand sejak pertengahan abad ke-19. Proses masuknya islam di Thailand
dimulai sejak kerajaan Siam mengakuisi kerajaan Pattani Raya (atau lebih dikenal oleh
penduduk muslim Thai sebagai Pattani Darussalam). Pattani berasal dari  kata Al Fattani yang
berarti kebijaksanaan atau cerdik karena di tempat itulah banyak lahirulama dan cendekiawan
muslim terkenal. Berbagai golongan masyarakat dari tanah Jawa banyak pula  yang menjadi
pengajar Al Qur’an dan kitab-kitab islam berbahasa Arab Jawi. Beberapa kitab Arab Jawi
sampai saat ini masih diajarkan di beberapa sekolah muslim dan pesantren di Thailand
Selatan.

Perkembangan  islam di Thailand semakin  pesat saat beberapa pekerja muslim dari Malaysia
dan Indonesia masuk ke Thailand pada akhir abad ke-19. Saat itu mereka membantu kerajaan
Thailand membangun  beberapa kanal dan system perairan di Krung Theyp Mahanakhon
(sekarang dikenal sebagai Propinsi Bangkok). Beberapa keluarga muslim bahkan mampu
menggalang  dana dan mendirikan masjid sebagai saran  ibadah, sebuah masjid yang
didirikan pada tahun 1949 oleh warga  Indonesia dan komunitas muslim asli Thailand. Tanah
wakaf masjid ini adalah milik Almarhum Hjai Saleh, seorang warga Indonesia yang bekerja
di Bangkok.
Dengan jumlah umat yang menjadi minoritas ini, walau menjadi agama kedua terbesar setelah
Budha, umat Islam Thailand sering mendapat serangan dari umat Budha (umat Budha garis
keras), intimidasi. Islam berada di daerah yang sekarang menjadi bagian Thailand Selatan
sejak awal mula penyebaran Islam dari jazirah Arab. Hal ini bisa kita lihat dari fakta sejarah,
seperti lukisan kuno yang menggambarkan bangsa Arab di Ayuthaya, sebuah daerah di
Thailand. Dan juga keberhasilan bangsa Arab dalam mendirikan Daulah Islamiyah Pattani
menjadi bukti bahwa Islam sudah ada lebih dulu sebelum Kerajaan Thai.Dan lebih dari itu,
penyebaran Islam di kawasan Asia Tenggara merupakan suatu kesatuan dakwah Islam dari
Arab, di masa khilafah Umar Bin Khaththab. Entah daerah mana yang lebih dahulu didatangi
oleh utusan dakwah dari Arab, akan tetapi secara historis, Islam sudah menyebar di beberapa
kawasan Asia Tenggara sejak lama, di Malakka, Aceh (Nusantara), serta Malayan Peninsula
termasuk daerah melayu yang berada di daerah Siam (Thailand). Secara garis besar,
masyarakat muslim Thailand  dibedakan menjadi 2; masyarakat muslim imigran (pendatang)
yang berlokasi di kota Bangkok dan Chiang Mai ( Thailand tengah dan utara), dan

Raja Thailand : Bhumibol Adulyadej


“Salah satu Kepercayaan umat Budha di Thailand bahwa Raja adalah titisan Sang
Dewa yang ada di bumi. Dan Raja Thailand mengucapkan rasa terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada umat Islam Indonesia yang telah membawa umat Budha di
Nusantara kepada agama Islam dengan jalan DAMAI”. (Catatan Perjalanan : KH.
Hasyim Muzadi; 2004).
Islam masuk ke Indonesia dengan jalan damai, bacalah kembali bab sebelumnya.
Sumber gambar : http://www.unofficialroyalty.com

masyarakat muslim penduduk asli, yang berada di Pattani (Thailand selatan). Tetapi dalam
tatanan sosial, muslim Thailand mendapat julukan yang kurang enak, yaitu khaek (pendatang,
orang luar, tamu). Istilah ini juga digunakan untuk menyebut tamu-tamu asing atau imigran
lain.

Masjid Jawa adalah masjid lain yang juga didirikan oleh komunitas warga muslim Indonesia
di Thailand. Sesuai dengan namanya, pendiri masjid ini adalah warga Indonesia suku Jawa
yang bekerja di Thailand. Namun  demikian, anak cucu para pendiri masjid ini berbicara
dalam bahasa Thai  dan Inggris saat menceritakan asal muasal berdirinya Masjid Jawa ini.
Masjid Indonesia dan Masjid Jawa hanyalah sebagian  dari lima puluhan masjid lain yang
tersebar di seluruh penjuru  Bangkok.
Budha adalah agama terbesar di Thailand dan resmi menjadi agama kerajaan. Kehidupan
Budha telah mewarnai hampir seluruh sisi kehidupan di Thailand, dalam pemerintahan
(kerajaan), sistem dan kurikulum pendidikan, hukum, dan lain sebagainya. Namundapat
agama-agama lain, diantaranya adalah Islam, Kristen, Konghucu,  Hindu dan Singh. Dan
Islam sendiri, setelah meng-alami konflik yang berkepanjangan, akhirnya Islam di Thailand
menemui titik kemajuan. Pemerintah memahami betul bahwa upaya untuk menciptakan
perdamaian dengan kekuatan militer tidak membuahkan hasil, bahkan memperparah keadaan
dan melahirkan perlawanan. Sehingga akhirnya pemerintah, dalam hal ini kerajaan, memberi
kesempatan bagi warga muslim untuk beribadah dan menganut kepercayaan masing-masing.
Bahkan, Raja Thailand juga menghadiri perayaan acara dan hari-hari penting dalam Islam.
Pemerintah juga memperbolehkan warga muslim Thailand untuk menyelenggarakan
pendidikan Islam. Kesempatan ini tidak dilewatkan oleh umat Islam untuk mengembangkan
pendidikan Islam disana. Proses pendidikan Islam di Thailand sudah mengalami
perkembangan dan kemajuan. Hal itu bisa kita lihat dari kegiatan-kegiatan yang diadakan
oleh beberapa lembaga Islam. Seperti pengajian bapak-bapak dan ibi-ibu, TPA/TKA dan
kajian mingguan mahasiswa adalah beberapa kegiatan rutin yang diadakan mingguan.
Masyarakat dan Pelajar Muslim Indonesia juga mengadakan silaturrahim bulanan dalam
forum pengajian Ngaji- khun, yang dilaksanakan di berbagai wilayah di Thailand. Kabar
baiknya, pemerintah membantu penerjemahan Al Quran ke dalam bahasa Thai, juga
membolehkan warga muslim mendirikan masjid dan sekolah muslim. Kurang lebih tercatat
lebih dari 2000 masjid , dan 200 sekolah muslim di Thailand. Umat islam di Thailand bebas
mengadakan pendidikan dan acara-acara keagamaan. Tidak hanya itu saja. Program
pengembangan pendidikan Islam di Thailand sudah mencapai level yang lebih dari sekedar
nasional dan regional. Umat muslim Thailand bekerjasama dengan beberapa lembaga
pendidik an negara lain, baik yang nasional maupun internasional untuk mengadakan seminar
internasional pendidikan Islam. Mereka me-ngirimkan kader-kadernya ke berbagai
universitas dunia, seperti Al Azhar Mesir dan Madinah. Dan juga beberapa universitas tanah
air, seperti UII, UIN, Universitas Muhammadiyah dan lainnya. Termasuk juga mengirimkan
putra-putra Thailand ke berbagai pesantren di Indonesia, termasuk Gontor. Pusat dakwah
Islam terbesar di Bangkok terletak di Islamic Center Ramkamhaeng. Hampir semua aktifitas
keislaman mulai dari pengajian, layanan pernikahan, serta makanan halal dapat ditemukan.
Salah satu orang yang berjasa di bidang sertifikasi makanan halal adalah Winai Dahlan (cucu
dari KH Ahmad Dahlan), yang sudah puluhan tahun tinggal dan menjadi warga Thailand,
yang menjabat sebagai direktur dari Halal Science Center di Universitas Chulalongkorn, yang
giat melakukan promosi mengenai makanan halal ke seluruh dunia.

1. Sejarah Perkembangan Islam di Kepulauan Sulu, Filiphina


Luas Mindanao ialah 94.630 km², lebih kecil 10.000 km² dari Luzon. Pulau ini bergunung-
gunung, salah satunya adalah Gunung Apo yang tertinggi di Filipina. Pulau Mindanao
berbatasan dengan Laut Sulu di sebelah barat, Laut Filipina di timur dan Laut Sulawesi di
sebelah selatan. Penduduk mindanau adalah 19 juta dimana kurang lebih 5 juta adalah
muslim.

Tradisi menulis tarsila (berasal dari bahasa Arab Silsilah, rantai atau hubungan) di kalangan
Muslim Filipina, bisa jadi, berasal dari kerajaan-kerajaan Muslim di kepulauan Indonesia
yang bertetangga, yang memiliki sejarah pengislaman lebih awal. Mengenai tarsila ini
walaupun banyak yang dibakar pada masa Jepang dan pertempuran, kata Majul, namun masih
ada yang terselamatkan.
Sultan pertama bernama Sultan Syarif (Abu Bakar), yang makamnya berada di salah satu
lereng Gunung Tumangtangis yang berhadapan dengan Buansa. Pada makam itu tak tertulis
tanggal. Di dalam tarsila Sulu pun tak tertulis tahun.

Ketiadaan tahun itu bukan berarti mereka tidak ada. Menuerut suatu sumber bahwa Raja
Baguinda menerima gajah sebagai hadiah dari daerah Kalimantan, kerajaan Brunai pada
tahun 1410 M, yang sudah tidak lagi memberikan upeti kepada Jawa (Majapahit). Oleh
karena proses sejarah Muslim Filipina terbagi dalam kelompok-kelompok etno-linguistk, di
antaranya: Manguindanao, Maranao dan Iranun, Tausung, Samal, Yakan, Jama Mapun,
Kelompok-kelompok Palawan (Palawan dan Malbong), Kalagan, Kolibugan, dan Sangil.
Mayoritas mereka tinggal di bagian Selatan Filipina, yaitu di pulau Mindanao dan di
kepulauan Sulu. Namun, walaupun mereka berbeda-beda, “semua orang Islam Filipina
mengakui satu sama lain sebagai anggota dari komunitas agama yang lebih luas, yang
melampaui batas-batas kebahasaan, rasial, kesukuan, dan nasional.

Wilayah Filipina yang membentang disinggahi para saudagar Muslim, yang melakukan
pelayaran dari Laut Merah ke Laut Cina. Pedagang Muslim pada abad ke-10 singgah di
Kalimantan dan beberapa di antaranya ada yang menetap di Sulu pada awal abad ke-13. Pada
masa itu pula para pendakwah Islam (mahdumin) dari kepulauan Indonesia yang berdekatan
berusaha menyebarkan agama, yang dipengaruhi sufisme dan masjid-masjid sederhana
didirikan.

Ketika Malaka berada pada puncak kejayaannya kota itu menjadi pusat Islam dan banyak
khatib menyebar ke berbagai kepulauan lainnya. Namun pada tahun 1511, pusat perniagaan
Islam internasional itu jatuh ke tangan Portugis. Para anggota kerajaan melarikan diri ke
daerah-daerah lainnya dan beberapa di antara mereka mendirikan kerajaan baru, seperti
di pantai barat Mindanao. Para pendiri dan penerus meluaskan kekuasaan ke wilayah selatan,
yang sekarang termasuk provinsi Cotabato.Dengan jatuhnya Malaka mendorong Brunei
muncul ke pentas sebagai kekuatan kelautan dan perniagaan terkemuka. Pada tahun 1520 para
pedagang dan khatib yang tiba di Filipina meningkat.

Mindanao adalah pulau terbesar kedua di Filipina dan salah satu dari tiga kelompok pulau
utama bersama dengan Luzon dan Visayas. Mindanao, terletak di bagian selatan Filipina,
adalah kawasan hunian bersejarah bagi mayoritas kaum muslim atau suku moro yang
sebagian besar adalah dari etnis Marano dan Tasaug. Moro adalah sebutan penjajah spanyol
kepada kaum muslim setempat. Pada masa dahulu mayoritas penduduk midanau dan pulau
sekitarnya adalah muslim. Peperangan untuk meraih kemerdekaan telah ditempuh oleh
berbagai kaum Muslim selama lima abad melawan para penguasa. Pasukan Spanyol,
Amerika, Jepang dan Filipina belum berhasil meredam tekad mereka yang ingin memisahkan
diri dari Filipina yang mayoritas penduduknya beragama Katolik. Kini mayoritas populasi
Mindanao beragama katolik.

Pada saat sekarang muslim hanya menjadi mayoritas di kawasan otonomi ARMM, The
Autonomous Region in Muslim Mindanao (ARMM). ARMM di bawah kepemimpinan
Misuari mencakup Maguindanao, Lanao del Sur, Sulu, dan Tawi-Tawi. ARMM dibentuk
oleh pemerintah pada tahun 1989 sebagai daerah otonomi di Filipina Selatan. Sebagai hasil
dari kesepakatan damai antara MNLF dan pemerintah pusat filipina. Ketika itu penduduk
boleh menyatakan pilihannya untuk bergabung dalam wilayah otonomi Muslim dan hasilnya
empat wilayah tersebut memilih untuk bergabung. Meskipun begitu kesepakatan itu tidak
cukup memuaskan sebagian pejuang muslim sehingga munculah Moro Islamic Liberation
Front (MILF) dan kelompok Abu Sayyaf. Kelompok ini bersumpah untuk menentang dan
memboikot ARMM dan tetap memperjuangkan kemerdekaan. Meskipun pada saat sekarang
MILF juga menerima otonami dengan syarat wilayah otonami ARMM diperluas dengan
ditambahkan beberapa provinsi lagi sebagai tambahan.

Selama masa kolonial, Spanyol menerapkan politik devide and rule (pecah belah and kuasai)
serta mision-sacre terhadap orang-orang Islam. Bahkan orang-orang Islam di-stigmatisasi
(julukan terhadap hal-hal yang buruk) sebagai "Moor" (Moro). Artinya orang yang buta
huruf, jahat, tidak bertuhan dan huramentados (tukang bunuh). Sejak saat itu julukan Moro
melekat pada orang-orang Islam yang mendiami kawasan Filipina Selatan tersebut.

Bangsa Eropa pertama kali tiba pada tahun 1521 dipimpin oleh Magellan yang kemudian
dibunuh oleh kepala suku setempat dalam peperangan. Kemudian Tentara Spanyol yang
dipimpin Miguel Lopez Legaspi, yang tiba di pantai kepulauan Filipina pada tahun 1565,
menghentikan perkembangan dakwah Islam pada tahun 1570 di Manila, yang menyebabkan
terjadinya pertempuran selama berabad-abad masa pendudukan Spanyol. Sehingga dapat
dikatakan bahwa penjajahan Spanyol bermula pada tahun 1565 di salah satu pulau Filipina
dan mereka segera mengetahui bahwa sebagian penduduk setempat beragama Islam. Mereka
mengidentifikasi orang-orang itu dengan musuh historis mereka yaitu umat Islam Andalus
yang disebut Moor, yang kemudian menjadi sebutan untuk umat Islam di kawasan Filipina
selatan. Hal ini membuat bangsa Spanyol memusuhi umat Islam setempat dan selama tiga
ratus tahun penjajahan Spanyol perang terus terjadi. Disamping suku Maguindanao, suku lain
yang bertempat tinggal di pulau Mindanao adalah suku Maranao yang merupakan kelompok
Muslim terbesar kedua di Filipina. Dari sekian kelompok Muslim Filipina Maranao adalah
yang terakhir memeluk Islam. Sufisme memengaruhi corak Islam di Maranao, terutama
dalam hal kosakata dan musik ritual. Nama Bangsa Moro merujuk pada empat suku yang
mendiami Filipina selatan, yaitu Tausug, Maranao, Maguindanao, dan Banguingui.

Pulau Mindanao di tinggali oleh suku Maguindanao, yang sebagian besar tinggal di bagian
selatan yang disebut Cotabato. Bangsa Eropa pertama kali tiba pada tahun 1521 dipimpin
oleh Magellan yang kemudian dibunuh oleh kepala suku setempat dalam peperangan.
Kolonisasi Spanyol bermula pada saat tentara Spanyol yang dipimpin Miguel Lopez Legaspi,
yang tiba di kepulauan Filipina pada tahun 1565, menghentikan perkembangan dakwah Islam
pada tahun 1570 di Manila, yang menyebabkan terjadinya pertempuran selama berabad-
abad masa pendudukan Spanyol di salah satu kepulauan Filipina dan mereka segera
mengetahui bahwa sebagian penduduk setempat beragama Islam. Mereka mengidentifikasi
orang-orang itu dengan musuh historis mereka yaitu umat Islam Andalus yang disebut Moor,
yang kemudian menjadi sebutan untuk umat Islam di kawasan Filipina selatan. Hal ini
membuat bangsa Spanyol memusuhi umat Islam setempat dan selama tiga ratus tahun
penjajahan Spanyol perang terus terjadi. Disamping suku Maguindanao, suku lain yang
bertempat tinggal di pulau Mindanao adalah suku Maranao yang merupakan kelompok
Muslim terbesar kedua di Filipina. Dari sekian kelompok Muslim Filipina Maranao adalah
yang terakhir memeluk Islam.

Sufisme memengaruhi corak Islam di Maranao, terutama dalam hal kosakata dan musik
ritual. Nama Bangsamoro merujuk pada empat suku yang mendiami Filipina selatan, yaitu
Tausug, Maranao, Maguindanao, dan Banguingui. Sebagai penutup bagian ini akan
dihadirkan kesimpulan C. A. Majul dalam bukunya Muslims in the Philippines. Majul
membagi Islamisasi awal di Sulu ke dalam beberapa tahap. Tahap pertama terjadi pada
seperempat terakhir abad ketiga belas atau lebih awal ketika para pedagang asing mendiami
kawasan ini. Beberapa pedagang ini menikahi keluarga setempat yang berpengaruh. Pada
tahap ini elemen-elemen Islam awal diintegrasikan ke dalam masyarakat setempat dan secara
bertahap terjadi pembentukan keluarga Muslim. Tahap kedua, yang diperkirakan terjadi pada
paruh kedua abad keempat belas, adalah kelanjutan dari pendirian kumpulan keluarga
Muslim yang secara bertahap melakukan dakwah terhadap masyarakat setempat. Peristiwa ini
bersamaan dengan proses dakwah Islam di Jawa.

Pada tahap ini para pendakwah dikenal dengan sebutan makhdumin. Tahap ketiga adalah
kedatangan Muslim Melayu dari Sumatra pada permulaan abad kelima belas. Hal ini ditandai
dengan kedatangan Rajah Baguinda dengan beberapa penasehatnya yang ahli agama, yang
membuat umat Islam saat itu memiliki penguasa Muslim yang menjamin berjalannya proses
dakwah. Tahap selanjutnya ialah pendirian kesultanan oleh Shariful Hashim menjelang
tengah abad kelima belas. Pada saat ini, Islam telah menyebar dari daerah pantai ke daerah
pegunungan di pedalaman pulan Sulu. Penerimaan kepala suku-kepala suku setempat di
daerah pantai menandakan bahwa kesadaran tentang Islam telah menyebar luas. Menjelang
permulaan abad keenam belas, hubungan politik dan perdagangan yang semakin meningkat
dengan bagian kepulauan Nusantara lain yang telah diislamisasi menjadikan Sulu sebagai
bagian dari darul Islam yang berpusat di Malaysia. Sekitar akhir abad keenam belas dan
beberapa dekade awal abad ketujuh belas, persekutuan politik dengan kerajaan-kerajaan
Islam yang bertetangga untuk menghadapi bahaya penjajahan dan Kristenisasi Barat dan para
pendakwah yang terus berdatangan menjamin keberlangsungan Islam di Sulu hingga
sekarang. Muslim Filipina Sebagai Minoritas Sejak awal hingga pertengahan abad dua puluh,
hubungan antara Muslim Filipina dan dunia Islam secara umum dilakukan melalui umat
Islam Asia Tenggara yang lain. Hal ini disebabkan kedekatan kultural dan, terutama, relijius
Bangsamoro dan bangsa Melayu yang lain. Hal ini dibuktikan dengan fakta bahwa, sebelum
penggunaan bahasa Arab menjadi populer, buku-buku agama di Mindanao dan Sulu
kebanyakan berbahasa Melayu yang ditulis dalam aksara jawi, hanya sedikit orang yang
mampu membaca huruf Arab. Setelah Filipina merdeka pada 1946 dan pulau Mindanao dan
Sulu dijadikan bagian dari Republik Filipina, hubungan antara Muslim Filipina dan negara
Timur Tengah semakin kuat. Hubungan ini ditandai dengan pengiriman para pelajar
Mindanao ke universitas al-Azhar dan semakin banyaknya beasiswa yang disediakan oleh
negara-negara Arab. Dengan ini hubungan Muslim Filipina yang pada mulanya berorientasi
AsiaTenggara menjadi semakin terbuka terhadap akses langsung Islam di Timur Tengah.
Tidak hanya itu, pengaruh gerakan reformis di Mesir dan Indo-Pakistan ikut memengaruhi
umat Islam di Mindanao dan Sulu. Keterpengaruhan ini terlihat, misalnya, pada sosok
Salamat Hashim, pendiri dan kepala MILF (Moro Islamic Liberation Front) yang diinspirasi
oleh pemikiran Sayid Qutb dan Abul A’la al-Maududi. Hubungan yang erat dengan
komunitas Muslim yang lebih luas mendatangkan keuntungan bagi umat Islam di Mindanao
dan Sulu. Seperti yang terjadi pada awal tahun tujuh puluhan, ketika media massa
melaporkan pembantaian terhadap kaum Muslim, Libya langsung bereaksi dan berinisiatif
membawa kasus ini ke hadapan OKI (Organisasi Konferensi Islam).

Pada mula umat Islam Filipina memilih jalan damai untuk merebut kedaulatan. Setelah
terbukti bahwa perjuangan konstitusional untuk merebut kemerdekaan tidak dapat dilakukan,
mereka membentuk MNLF (Moro National Liberation Front) untuk mengorganisasi
perjuangan bersenjata. Tujuan berdirinya MNLF pada mulanya ialah untuk membentuk
negara sendiri.

Namun kemudian hal ini berubah ketika pemerintah Filipina memulai negosiasi dengan
MNLF pada 1975 dan setahun kemudian tercapai kata sepakat tentang kerangka penyelesaian
masalah di Filipina. Persetujuan ini dikenal dengan Kesepakatan Tripoli yang ditandatangani
pada 23 Desember 1976 antara MNLF dan pemerintahan Filipina. Kesepakatan ini mengikat
MNLF untuk menerima otonomi sebagai status bagi wilayah Filipina selatan. Penerimaan
MNLF terhadap Kesepakatan Tripoli memicu perpecahan di kalangan internal MNLF, yang
berakibat pada munculnya faksi baru yang bernama MILF. Kesepakatan Tripoli berisi
pembentukan pemerintahan otonomi di Filipina selatan yang mencakup tiga belas provinsi,
yaitu Basilan, Sulu, Tawi-Tawi, Zamboanga del Sur, Zamboanga del Norte, Cotabato utara,
Manguindanao, Sultan Kudarat, Lanao Norte, Lanao Sur, Davao Sur, Cotabato selatan, dan
Palawan. Otonomi penuh diberikan pada bidang pendidikan dan pengadilan, sementara
bidang pertahanan dan politik luar negeri tetap menjadi wewenang pemerintahan pusat di
Manila. Kesepakatan damai yang ditanda tangani di Tripoli ternyata dikhianati oleh
Ferdinand Marcos, dengan mengadakan referendum di tiga belas provinsi yang tercantum
dalam Kesepakatan Tripoli untuk mengetahui penduduk ketiga belas provinsi yang akan
diberi otonomi khusus. Referendum yang dilakukan Marcos ini sebenarnya adalah cara yang
dia gunakan untuk membatalkan Kesepakatan Tripoli secara halus. Dengan program
perpindahan penduduk yang digalakkan pemerintah pusat untuk mendorong rakyat bagian
utara yang mayoritas Katolik, kawasan selatan yang semula lebih banyak penduduk Muslim
menjadi didominasi warga Katolik/Kristen. Kondisi ini memastikan hasil yang diharapkan
Marcos, yaitu menolak otonomi. Disamping perjuangan bersenjata melalui organisasi seperti
MNLF, masyarakat sipil juga melakukan pendekatan damai dan demokratis dibawah
pengawasan PBB, melalui Bangsamoro People’s Consultative Assembly yang melakukan
pertemuan pada tahun 1996 dan 2001. Pertemuan pertama, yang menurut laporan dihadiri
lebih dari satu juta orang, menghasilkan pernyataan untuk mendirikan kembali negara dan
pemerintahan Bangsamoro. Hal ini semakin nyata dalam pernyataan bersama yang
dideklarasikan oleh ratusan ribu Bangsamoro yang ikut serta dalam Rapat Umum untuk
Perdamaian dan Keadilan in Cotabato City dan Davao City pada 23 Oktober 1999, di Marawi
City pada 24 Oktober 1999, dan di Basilan pada 7 Desember 1999. Dalam serangkaian rapat
umum mereka mengeluarkan pernyataan sikap terhadap pemerintah Filipina: ”…kami
percaya bahwa satu-satunya solusi berguna dan abadi bagi hubungan yang tidak sehat dengan
pemerintah Filipina adalah pengembalian kebebasan kami yang secara ilegal dan imoral telah
dicuri dari kami, dan kami diberi kesempatan untuk mendirikan pemerintahan sesuai dengan
nilai-nilai sosial, relijius dan budaya kami”. Sikap ini dipertegas dalam pertemuan kedua,
yang dilaksanakan pada tahun 2001 dan dihadiri sekitar dua setengah juta orang, yang
menyatakan ”Satu-satunya solusi yang adil, bermakna dan permanen untuk persoalan
Mindanao adalah kemerdekaan rakyat dan wilayah Bangsa Moro sepenuhnya”. Dan hingga
sekarang masyarakat Moro masih berjuang untuk merdeka atau otonomi dengan wilayah
yang diperluas.

2. Sejarah Perkembangan Islam di Malaysia

Malaysia sebagai negara persekutuan tidak pernah ada sampai tahun 1963. Sebelumnya,
sekumpulan koloni didirikan oleh Britania Raya pada akhir abad ke-18, dan paro barat
Malaysia modern terdiri dari beberapa kerajaan yang terpisah-pisah. Kumpulan wilayah
jajahan itu dikenal sebagai Malaya Britania hingga pembubarannya pada 1946, ketika
kumpulan itu disusun kembali sebagai Uni Malaya. Karena semakin meluasnya tentangan,
kumpulan itu lagi-lagi disusun kembali sebagai Federasi Malaya pada tahun 1948 dan
kemudian meraih kemerdekaan pada 31 Agustus 1957. Singapura, Sarawak, Borneo Utara,
dan Federasi Malaya bergabung membentuk Malaysia pada 16 September 1963. Tahun-tahun
permulaan persekutuan baru diganggu oleh konflik militer dengan Indonesia dan keluarnya
Singapura pada 9 Agustus 1965.

Bangsa-bangsa di Asia Tenggara mengalami ledakan ekonomi dan menjalani perkembangan


yang cepat di penghujung abad ke-20. Pertumbuhan yang cepat pada dasawarsa 1980-an dan
1990-an, rata-rata 8% dari tahun 1991 hingga 1997, telah mengubah Malaysia menjadi negara
industri baru. Karena Malaysia adalah salah satu dari tiga negara yang menguasai Selat
Malaka, perdagangan internasional berperan penting di dalam ekonominya. Pada suatu
ketika, Malaysia pernah menjadi penghasil timah, karet dan minyak kelapa sawit di dunia.
Industri manufaktur memiliki pengaruh besar bagi ekonomi negara ini. Malaysia juga
dipandang sebagai salah satu dari 18 negara berkeanekaragaman hayati terbesar di dunia.

Malaysia merupakan negara yang mempunyai peranan strategik di kawasan Asia Tenggara
pada khususnya dan dunia pada umumnya. Di samping berada pada kedudukan geografik
yang menjadi laluan perdagangan antarabangsa sejak zaman dahulu. Negara Malaysia adalah
negara berkembang dan masih digolongkan pada negara yang berpenghasilan menengah
kebawah, tetapi beberapa sektor mendapat  prestasi dunia yang telah dicapai Malaysia yaitu
record kembar Petronis tertinggi di dunia, selainitu posisi mata uang ringgit cukup tangguh.

Terletak di semanjung Malaka Asia Tenggara Malaysia yang ibu kotanya Kualalumpur
mempunyai luas wilayah 332.370 Km2 atau 2,5 kali pulau Jawa. Sebagian besar wilayahnya
mempunyai luas  wilayah berada 1.036 Km menyeberangi laut China selatan tepatnya di
utara pulau Kalimantan dan lainnya ada di pulau Penang. Pada tahun 2002 jumlah penduduk
Malaysia berkisar 22.229.040,  bahasa resminya bahasa Melayu. Sedangkan agama mayoritas
Islam (53 %), Budha (17 %), KongFu Chu, Tao, Chinese (11 %), Kristen (8,6 %) dan Hindu
(7 %).[5] Namun data yang terakhir penulis temukan bahwa sejalan dengan waktu
perkembangan jumlah penduduk dan penganut agama semakin meningkat dengan  rata-rata
2,0 %.

Geografi daerah : 329.748 kiometer persegi (127.315 mil persegi) agak lebih besar dari
Meksiko, Ibukota Kuala Lumpur, kota-kota lainnya, Penang, Ipoh, Malaka, Johor Baru, Shah
Alam, Klangtan, Kucing, Kota inabalu, Kota Baru, Kuala Trengganu, Petaling Jaya. Malaysia
dengan penduduk tahun 2008 populasinya 27,5 juta jiwa, laju pertumbuhan 2,0 % kelompok
etnis terdiri atas : melayu 53 %, cina 26 %, asi 11,8 %, indian 7,7 % lainya 1,2 %. Bahasa
terdiri bahasa melayu resmi, cina dialek macam, inggris, tamil, asli.

Malaysia terdiri dari dua bagian, Malaysia Barat dan Malaysia Timur. Malaysia Barat
merupakan sebuah semananjung yang tepanjang di dunia, di bagian tengahnya membujur
pegunungan dari utara ke selatan. Pegunungan tersebut tediri dari beberapa rangkaian sejajar.
Daratan rendah utama adalah daratan rendah Kedah di utara, daratan rendah Selangor di
Barat, daratan rendah Johor di Selatan dan daraytan rendah  Kelantang dan Pahang di Pantai
Timur, daratan rendah di pantai Timur makin ke Selatan makin melebar.

Negara ini dipisahkan ke dalam dua kawasan oleh Laut Cina Selatan Malaysia berbatasan
dengan Thailand, Indonesia, Singapura, Brunei, dan Filipina. Malaysia terletak di dekat
khatulistiwa dan eriklim tropika. Kepala negara Malaysia adalah Yang di Pertuan Agong dan
pemerintahannya dikepalai oleh seorang Perdana Menteri. Model pemerintahan Malaysia
mirip dengan sistem parlementer Westminister. Berikut ini dapat dilihat dalam peta
semenanjung Malaysia Barat dan Timur.
Suku Melayu menjadi bagian terbesar dari populasi Malaysia. Terdapat pula komunitas
Tionghoa-Malaysia dan India-Malaysia yang cukup besar. Bahasa Melayu dan Islam masing-
masing menjadi bahasa dan agama resmi negara.

Penduduknya sebagian besar  atau 61 % terdiri dari suku Melayu pribumi, pendatang terdiri
dari orang muslim dan non Muslim yaitu orang muslim dari Indonesia (Minangkabau, Jawa,
Banjar, Bugis, Aceh, Mandailing) dan orang muslim dari India, Cina, Pakistan, Persia dan
Turki, Sedangkan orang non muslim adalah Cina dan India. Mayoritas penduduknya adalah
muslim Suni pengikut Mazhab Syafií, Islam agama resmi.

1. Proses masuknya Islam di Malaysia

Sejarah masuknya Islam di Malaysia tidak bisa terlepas dari kerajaan-kerajaan Melayu, jauh
sebelum datangnya Inggris di kawasan tersebut. Sebab kerajaan ini dikenal dalam sejarah
sebagai Kerajaan Islam, dan oleh pedagang Gujarat melalui daerah kerajaan tersebut
mendakwahkan Islam ke Malaysia pada sekitar abad kesembilan.

Dari sini kemudian dipahami bahwa Islam sampai ke Malaysia belakangan ketimbang
sampainya Islam di Indonesia yang sudah terlebih dahulu pada abad ketujuh. Berdasarkan
keterangan ini, maka asal usul masuknya Islam ke Malaysia berdasar pada yang dikemukakan
Azyumardi Azra bahwa Islam datang dari India, yakni Gujarat dan Malabar.

Sebelum Islam datang wilayah Asia Tenggara, Malaysia adalah berada di jalur perdagangan
dunia yang menghubungkan kawasan-kawasan di Arab dan India dengan wilayah China, dan
dijadikan tempat persinggahan sekaligus pusat perdagangan yang amat penting. Maka tidak
heranlah jika wilayah ini juga menjadi pusat bertemunya pelbagai keyakinan dan agama (a
cross-roads of religion) yang berinteraksi secara kompleks.

Islam masuk ke Malaysia pada abad pertama Hijrah dibawa oleh para pedagang India, Persia,
dan juga Arab melalui suatu proses damai dan secara cepat diterima oleh masyarakat kerana
mampu berbaur dengan adat dan kebudayaan masyarakat tempatan.

1. Perkembangan Islam di Malaysia

Azyumardi Azra menyatakan bahwa tempat asal datangnya Islam ke Asia Tenggara termasuk
di Malaysia, sedikitnya ada tiga teori. Pertama, teori yang menyatakan bahwa Islam datang
langsung dari Arab (Hadramaut). Kedua, Islam datang dari India, yakni Gujarat dan Malabar.
Ketiga, Islam datang dari Benggali (kini Banglades). Sedangkan mengenai pola penerimaan
Islam di Nusantara termasuk di Malaysia dapat kita merujuk pada peryataaan Ahmad M.
Sewang bahwa, penerimaan Islam pada beberapa tempat di Nusantara memperlihatkan dua
pola yang berbeda. Pertama, Islam diterima terlebih dahulu oleh masyarakat lapisan bawah,
kemudian berkembang dan diterima oleh masyarakat lapisan atas atau elite penguasa
kerajaan. Kedua, Islam diterima langsung oleh elite penguasa kerajaan, kemudian
disosialisasi-kan dan berkembang ke masyarakat bawah. Pola pertama biasa disebut bottom
up, dan pola kedua biasa disebut top down. Pola ini menyebabkan Islam berkembang pesat
sampai pada saat sekarang di malaysia.

Pola pertama melalui  jalur perdagangan dan ekonomi yang melibatkan orang dari berbagai
etnik dan ras yang berbeda-beda bertemu dan berinteraksi, serta bertukar pikiran tentang
masalah perdagangan, politik, sosial dan keagamaan. Di tengah komunitas yang majemuk ini
tentu saja terdapat  tempat mereka berkumpul dan menghadiri kegiatan perdagangan
termasuk dirancang strategi penyebaran agama Islam mengikuti jaringan-jaringan emporium
yang telah mereka bina sejak lama. Seiring itu pola kedua mulai menyebar melalui pihak
penguasa dimana istana sebagai pusat kekuasaan berperan di bidang politik dan penataan
kehidupan sosial, dengan dukungan ulama yang terlibat langsung dalam birokrasi
pemerintahan, hukum Islam dirumuskan dan diterapkan,  kitab sejarah ditulis sebagai
landasan legitimasi bagi penguasa Muslim.

Sisa-sisa peninggalan sejarah yang juga membuktikan perkembangan Islam di Malaysia dapat
dilihat sesudah abad ke sepuluh, pada abad ke-15 misalnya dan ketika itu Brunei masih
bergabung dengan malaysia, Salah satu sumber dari cina menyebutkan ada enam masjid di
Malaysia dan ditemukan batu nisan silsilah keturunan raja-raja Brunei. Sultan Brunei ketika
itu adalah Abdul Djalil Jabar tahun 1660, isterinya adalah putri sultan Sukadana dari Sambas.
Kemudian pada tahun 1852 ada masjid jami dibangun di daerah Kucing, pada tahun 1917
dibangun madrasah di Malaysia yang disebut Madrasah Al-Mursyidah. Fakta-fakta sejarah
ini mengindikasikan bahwa Islam di Malaysia terus mengalami perkembangan yang ditandai
dengan perkembangan ilmu pengetauan dan pendidikan Islam semakin mengalami kemajuan.

Memasuki awal abad ke-20, bertepatan dengan masa pemerintahan Inggris, urusan-urusan
agama dan adat Melayu lokal di Malaysia di bawah koordinasi sultan-sultan dan hal itu diatur
melalui sebuah departemen, sebuah dewan ataupun kantor sultan. Setelah tahun 1948, setiap
negara bagian dalam federasi Malaysia telah membentuk sebuah departemen urusan agama.
Orang-orang muslim di Malaysia juga tunduk pada hukum Islam yang diterapkan sebagai
hukum status pribadi, dan tunduk pada yurisdiksi pengadilan agama (mahkamah syariah)
yang diketua hakim agama. Bersamaan dengan itu, juga ilmu pengetahuan semakin
mengalami perkembangan dengan didirikannya perguruan tinggi Islam dan dibentuk fakultas
dan jurusan agama. Perguruan tinggi kebanggaan Malaysia adalah Universitas Malaya yang
kini kita kenal Universistas Kebangsaan Malaysia.

Memasuki masa pasca kemerdekaan, jelas sekali bahwa pola perkembangan Islam tetap
dipengaruhi oleh pihak penguasa (top down). Sebab, penguasa atau pemerintah Malaysia
menjadikan Islam sebagai agama resmi negara. Warisan undang-undang Malaka yang berisi
tentang hukum Islam yang berdasarkan konsep Qur’aniy berlaku di Malaysia.

Di samping itu, ada juga undang-undang warisan Kerajaan Pahang diberlakukan di Malaysia
yang di dalamnya terdapat sekitar 42 pasal di luar keseluruhan pasal yang berjumlah 68,
hampir identik dengan hukum mazhab Syafii. Pelaksanaan undang-undang yang berdasarkan
Alquran, dan realisasi hukum Islam yang sejalan dengan paham Syafii di Malaysia sekaligus
mengindikasikan bahwa Islam di negara tersebut sudah mengalami perkembangan yang
signifikan.

Dengan adanya proses islamisasi di Malaysia yang memainkan peranan penting dalam
mengembangkan ajaran Islam adalah ulama atau pedagang dari jazirah Arab yang pada tahun
1980-an Islam di Malaysia mengalami perkembangan dan kebangkitan yang ditandai dengan
semaraknya kegiaan dakwah dan kajian Islam oleh kaum itelektual dan menyelenggarakan
kegiatan intenasional yaitu Musabaqah ilawatil Al-Qur’an yang selalu diikuti qari qariah
Indonesia. Selain tersebut perkembangan Islam di Malaysia makin bertambah maju dan pesat,
dengan bukti banyaknya masjid-masjid yang dibangun, juga terlihat dalam penyelenggaraan
jamaah haji yang begitu baik. Sehingga dapat dikatakan bahwa perkemabangan Islam di
Malaysia, tidak banyak mengalami hambatan. Bahkan, ditegaskan dalam konstitusi
negaranya bahwa Islam merupakan agama resmi negara. Di kelantan, hukum hudud (pidana
Islam) telah diberlakukan sejak 1992.

Namun demikian Malaysia yang menganut agama resmi Islam tetap menjamin agama-agama
lain dan oleh pemerintah diupayakan menciptakan ketentraman, kedamaian bagi masyarakat
walaupun pemegang jabatan adalah pemimpin-pemimpin muslim, tidak berarti Islam dapat
dipaksakan oleh semua pihak, sebagai konsekwensi semua masyarakat termasuk non muslim
harus menghargai dan menjunjung tingi konstitusi negara kebangsaan Malaysia.

3. Sejarah Perkembangan Islam di Brunei Darussalam

Agama Islam di Brunei Darussalam diperkirakan mulai diperkenalkan sekitar tahun 977
melalui jalur timur Asia Tenggara oleh para pedagang dari negeri Cina. Sekitar 500 tahun
kemudian, agama Islam barulah menjadi agama resmi negara di Brunei Darussalam semenjak
pemerintahannya dipimpin oleh Raja Awang Alak Betatar. Raja Awang Alak Betatar masuk
Islam dan berganti nama menjadi Muhammad Shah sekitar tahun 1406 M.

Islam mulai berkembang dengan pesat di Kesultanan Brunei sejak Syarif Ali diangkat
menjadi Sultan ke-3 Brunei pada tahun 1425. Sultan Syarif Ali adalah seorang Ahlul Bait
dari keturunan cucu Rasulullah SAW, Hasan, sebagaimana yang tercantum dalam Batu
Tarsilah atau prasasti dari abad ke-18 M yang terdapat di Bandar Sri Begawan, ibu kota
Brunei Darussalam.

Selanjutnya, agama Islam di Brunei Darussalam terus berkembang pesat. Sejak Malaka yang
dikenal sebagai pusat penyebaran dan kebudayaan Islam jatuh ke tangan Portugis tahun 1511,
banyak ahli agama Islam yang pindah ke Brunei. Masuknya para ahli agama membuat
perkembangan Islam semakin cepat menyebar ke masyarakat.

Kemajuan dan perkembangan Islam semakin nyata pada masa pemerintahan Sultan Bolkiah
(sultan ke-5) yang wilayahnya meliputi Suluk, Selandung, seluruh Pulau Kalimantan,
Kepulauan Sulu, Kepulauan Balabac, Pulau Banggi, Pulau Balambangan, Matanani, dan
utara Pulau Palawan sampai ke Manila.

Di masa Sultan Hassan (sultan ke-9), masyarakat Muslim Brunei memiliki institusi-institusi
pemerintahan agama. Agama pada saat itu dianggap memiliki peran penting dalam memandu
negara Brunei ke arah kesejahteraan. Pada saat pemerintahan Sultan Hassan ini, undang-
undang Islam, yaitu Hukum Qanun yang terdiri atas 46 pasal dan 6 bagian, diperkuat sebagai
undang-undang dasar negara.

Di samping itu, Sultan Hassan juga telah melakukan usaha penyempurnaan pemerintahan,
antara lain dengan membentuk Majelis Agama Islam atas dasar Undang-Undang Agama dan
Mahkamah Kadi tahun 1955. Majelis ini bertugas memberikan dan menasihati sultan dalam
masalah agama ideologi negara. Untuk itu, dibentuk Jabatan Hal Ehwal Agama yang
tugasnya menyebarluaskan paham Islam, baik kepada pemerintah beserta aparatnya maupun
kepada masyarakat luas.Islam.

Langkah lain yang ditempuh sultan adalah menjadikan Islam benar-benar berfungsi sebagai
pandangan hidup rakyat Brunei dan satu-satunya
Pada tahun 1888-1983, Brunei berada di bawah kekuasaan Inggris. Brunei merdeka sebagai
negara Islam di bawah pimpinan sultan ke-29, yaitu Sultan Hassanal Bolkiah Mu’izzaddin
Waddaulah, setelah memproklamasikan kemerdekaannya pada 31 Desember 1983. Gelar
Mu’izzaddin Waddaulah (Penata Agama dan Negara) menunjukkan ciri keislaman yang
selalu melekat pada setiap raja yang memerintah.

Pada Tahun 1839, James Brooke dari Inggris datang ke Serawak dan menjadi rajadisana serta
menyerang Brunei, sehingga Brunei kehilangan kekuasaannya atasSerawak. Sebagai balasan,
ia dilantik menjadi gubernur dan kemudian “Rajah”Sarawak di Barat Laut Borneo sebelum
meluaskan kawasan di bawah pemerintahannya.

Pada tanggal 19 Desember 1846, pulau Labuan dan sekitarnya diserahkan kepadaJames
Brooke. Sedikit demi sedikit wilayah Brunei jatuh ke tangan Inggrismelalui perusahaan-
perusahaan dagang dan pemerintahnya sampai wilayah Brunei kelak berdiri sendiri di bawah
protektorat Inggris sampai berdiri sendiri tahun 1984.

Pada masa yang sama, Persekutuan Borneo Utara Britania sedang meluaskan penguasaannya
di Timur Laut Borneo. Pada tahun 1888, Brunei menjadi sebuah negeri di bawah
perlindungan kerajaan Britania dengan mengekalkan kedaulatandalam negerinya, tetapi
dengan urusan luar negara tetap diawasi Britania. Padatahun 1906, Brunei menerima suatu
langkah perluasan kekuasaan Britania saat kekuasaan eksekutif dipindahkan kepada seorang
residen Britania, yang bertugasmenasehati baginda Sultan dalam semua perkara, kecuali hal
yang bersangkutandengan adat istiadat setempat dan agama.

Pada tahun 1959, Brunei mendeklarasikan kerajaan baru yang berkuasa memerintah, kecuali
dalam isu hubungan luar negeri, keamanan dan pertahanan.Di mana isu-isu ini menjadi
tanggung jawab Britania. Percobaan untuk membentuk sebuah badan perundangan pada
tahun 1962 terpaksa dilupakankarena terjadi pemberontakan oleh partai oposisi yaitu Partai
Rakyat Brunei dandengan bantuan Britania, pemberontakan ini berhasil diberantas. Pada
akhir 1950dan awal 1960, kerajaan Brunei ketika itu menolak cadangan (walaupun
padaawalnya menunjukkan minat) untuk bergabung dengan Singapura, Sabah,Sarawak, dan
Tanah Melayu untuk membentuk Malaysia dan akhirnya SultanBrunei ketika itu bercadang
untuk membentuk sebuah negara yang merdeka.

Pada 1967, Sultan ke-28, Omar Ali Saifuddin III (1950-1967) telah turun daritakhta dan
melantik putra sulungnya Hassanal Bolkiah, menjadi Sultan Brunei ke-29. Baginda juga
berkenan menjadi Menteri Pertahanan setelah Brunei mencapaikemerdekaan penuh dan
disandangkan gelar Paduka Seri Begawan Sultan. Padatahun 1970, pusat pemerintahan negeri
Brunei Town, telah diubah namanyamenjadi Bandar Seri Begawan untuk mengenang jasa
baginda. Baginda mangkat pada tahun 1986.

Pada 4 Januari 1979, Brunei dan Britania Raya telah menandatangani Perjanjian Kerjasama
dan Persahabatan. Perjanjian tersebut berisi 6 pasal. Akhirnya setelah96 tahun di bawah
pemerintahan Inggris Brunei resmi menjadi negara merdeka di bawah Sultan Hassanal
Bolkiah pada 1 Januari 1984, Brunei Darussalam telah berhasil mencapai kemerdekaan
sepenuhnya.

Setelah merdeka Brunei menjadi sebuah negara Melayu Islam Beraja. “Melayu”diartikan
dengan negara melayu yang mengamalkan nilai-nilai tradisi ataukebudayaan melayu yang
memiliki unsur-unsur kebaikan dan menguntungkan.“Islam” diartikan sebagai suatu
kepercayaan yang dianut negara yang bermazhabAhlussunnah Waljamaah sesuai dengan
konstitusi dan cita-cita kemerdekaannya.“Baraja” adalah suatu sistem tradisi melayu yang
telah lama ada.

Brunei merdeka sebagai negara Islam di bawah pimpinan sultan ke-29, yaituSultan Hassanal
Bolkiah Mu’izzadin Waddaulah. Panggilan resmi kenegaraansaultan adalah “ke bawah Duli
Yang Maha Mulia Paduka Seri Baginda dan yangdipersatukan negeri. Gelar “Muizaddin
Waddaulah” (pinata agama dan negara)menunjukkan ciri keislaman yang selalu melekat pada
setiap raja yang memerintah.

Sebelum abad 16, Brunei memainkan peranan penting dalam penyebaran Islam diWilayah
Kalimantan dan Filipina. Sesudah merdeka, di tahun 1984 Bruneikembali menunjukkan
usaha serius bagi memulihkan nafas ke-islaman dalamsuasana politik yang baru. Di antara
langkah-langkah yang diambil ialahmendirikan lembaga-lembaga modern yang selaras
dengan tuntutan Islam.Disamping menerapkan hukum syariah dalam perundangan negara,
didirikanPusat Kajian Islam serta lembaga keuangan Islam.

Sultan telah melakukan usaha penyempurnaan pemerintahan yaitu denganmembentuk Majelis


Agama Islam atas dasar UU agama dan Mahkamah Kaditahun 1955. Majelis ini bertugas
menasehati sultan dalam masalah agama Islam.

Kerajaan Brunei Darussalam adalah negara yang memiliki corak pemerintahanmonarki


konstitusional dengan Sultan yang menjabat sebagai Kepala Negara danKepala
Pemerintahan, merangkap sebagai Perdana Menteri dan MenteriPertahanan dengan dibantu
oleh Dewan Penasihat Kesultanan dan beberapaMenteri, yang dipilih dan diketuai oleh Sultan
sendiri. Sultan Hassanal Bolkiahyang gelarnya diturunkan dalam wangsa yang sama sejak
abad ke-15, ialah kepalanegara serta pemerintahan Brunei. Baginda dinasihati oleh beberapa
majelis dansebuah kabinet menteri. Pemilu, menurut kontitusi, harus diadakan setiap 5 tahun.
Namun sejak 1965 tidak pernah lagi diadakan pemerintahan umum. PartaiDemokrasi
Nasional Brunei, partai politik satu-satunya dinegara ini, dibentuk pada tahun 1985.

Langkah lain yang ditempuh sultan adalah menjadikan Islam benar-benar berfungsi sebagai
pandangan hidup rakyat Brunei dan satu-satunya ideologi negara. Untuk itu dibentuk jabatan
hal Ehwal Agama yang bertugas menyebarkan paham Islam. Baik kepada pemerintah beserta
aparatnya maupun kepadamasyarakat luas. Brunei mengembangkan hubungan luar negeri
dengan masuk Organisasi Konferensi Islam, ASEAN dan PBB.

Untuk kepentingan penelitian agama Islam, pada tanggal 16 September 1985didirikan pusat
dakwah yang juga bertugas melaksanakan program dakwah serta pendidikan kepada
pegawai-pegawai agama serta masyarakat luas dan pusat pameran perkembangan dunia
Islam. Di Brunei orang-orang cacat dan anak yatimmenjadi tanggungan negara. Seluruh
pendidikan rakyat (dari Tk sampai PerguruanTinggi) dan pelayanan kesehatan diberikan
secara gratis.

Dosen dari Universitas Brunei Darusalam, Dr Haji Awang Asbol Bin Haji Mail, menuturkan,
di Brunei pihak kerajaan memainkan peranan penting dalam perkembangan Islam. Peran ini,
jelasnya, terlihat dari langkah pemerintahan Kesultanan Brunei untuk mendirikan Pusat
Kajian Islam yang ditujukan untuk kepentingan penelitian agama Islam. Pusat kajian yang
didirikan pada 16 September 1985 ini bertugas melaksanakan program dakwah serta
pendidikan kepada pegawai-pegawai agama serta masyarakat luas dan pusat pameran
perkembangan dunia Islam.

Geliat keislaman di Brunei Darussalam jelas terlihat pada saat hari-hari besar Islam, seperti
Maulid Nabi SAW, Nuzulul Quran, dan Isra Mikraj. Menurut Haji Awang, pada setiap hari
besar Islam, pihak Kesultanan Brunei selalu menyelenggarakan acara perayaan. Bahkan,
Sultan Hassanal Bolkiah selaku pemimpin negara mewajibkan para pegawai kerajaan untuk
menghadiri peringatan tersebut.

Proses pengembangan Islam ini oleh Pemerintah Brunei utamanya ditekankan pada bidang
pendidikan. Meskipun demikian, ungkap Haji Awang, langkah mengembangkan Islam dalam
sendi-sendi masyarakat di Brunei dilaksanakan dengan hati-hati agar proses itu berjalan
seimbang. Proses pengislaman itu diatur sedemikian rupa hingga tidak memberikan dampak
pada stabilitas di dalam negeri. Itulah sebabnya dampak tragedi 11 September tidak begitu
dirasakan di kalangan masyarakat Brunei Darussalam.

C. PENDALAMAN KARAKTER

Dengan memahami materi tentang dakwah Islam dalam perkembangan Islam di Asia
Tenggara, maka seharusnya kita memiliki sikap sebagai berikut :
1. Memiliki sikap saling mengingatkan pada kebaikan
2. Senantiasa semangat mencari ilmu pengetahuan serta kreatif dan inovatif dalam belajar
dan bergaul.
3. Memiliki sikap asertif, yaitu mampu bergaul menyesuaikan diri dan akomodatif dengan
siapa pun tanpa harus kehilangan jati diri dan mengajak kepada agama Islam yang benar.
4. Gigih dalam berjuang terhadap apa yang dicita-citakan.
D. MENGKOMUNIKASIKAN
1. Penugasan Terstruktur
Menurut kalian benarkah dakwah Islam dengan cara kesenian mampu menarik orang lain
untuk memeluk agama Islam? Berikan contohnya jika itu terjadi pada masa sekarang.
2. Kegiatan Mandiri Tidak Terstruktur
Buatlah rangkuman dari materi yang sudah kalian baca, dan berikan pendapat kalian
masing-masing tentang materi tersebut.

E. EVALUASI

Jawablah Pertanyaan berikut dengan benar


1. Apa gelar bagi raja di Brunei Darussalam dan apa maknanya?
2. Adanya Daulah Islamiyah Pattani menjadi bukti bahwa Islam telah masuk ke Thailand
sebelum kerajaan Thai. apa makna Pattani?
3. Mengapa disebut Pattani?
4. Agama mayoritas di Thailand adalah....
5. Untuk menyebarkan agama Islam agar semaikin luas, Kerajaan Brunei membentuk....
6. Dampak tragedi 11 september tahun 2001 yang berbenturan dengan umat Islam tidak
terjadi di Brunei, hal ini karena...
7. Kerajaan Islam yang pertama di Maluku adalah..
8. Kerajaan Aceh awalnya hanya menguasai dua wilayah yaitu...
9. Bagaimana isi perjanjian Bongaya?
10. Apakah ibrah yang dapat diambil dari perkembangan Islam di Asia Tenggara?

b. Portofolio dan Penilaian Sikap


Setelah kalian memahami uraian mengenai Perkembangan Islam di Asia Tenggara coba
kamu amati perilaku berikut ini dan berikan komentar

No. Perilaku Yang Diamati Tanggapan / Komentar Anda

1. Ukhuwah Islamiyah
Tenggang rasa
2.
Lebih mendahulukan kepentingan
3. bersama
Mampu bekerjasama dalam tim
4.
Berorientasi hasil
5.

Mutiara Hikmah

“An-Nu’man bin Basyir berkata, Nabi SAW. Bersabda, ‘Anda akan melihat kaum mukminin
dalam kasih sayang dan cinta-mencintai, pergaulan mereka bagaikan satu badan, jika satu
anggotanya sakit, maka menjalarlah kepada lain-lain anggota lainnya sehingga badannya
terasa panas dan tidak dapat tidur.” H.R. Bukhori
BAB II
PERKEMBANGAN ISLAM
DI AFRIKA, AMERIKA, EROPA DAN AUSTRALIA

KOMPETENSI INTI
I. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama Islam.
II. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun, ramah
lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan pro aktif) dan
menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan
diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
III. Memahami dan menerapkan pengetahuan factual, konseptual, procedural dalam ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan
pengetahuan procedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan
minatnya untuk memecahkan masalah.
IV. Mengolah, menalar dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu
menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.

KOMPETENSI DASAR
1.1. Meyakini bahwa berdakwah adalah kewajiban setiap muslim.
1,3. Menyadari pentingnya sikap akhlakul karimah dari tokoh Elijah Muhammad dalam
pembaharuan Islam Amerika sebagai suri tauladan bagi generasi Islam masa kini.
2.3. Membiasakan sikap optimis seperti yang dicontohkan Elijah Muhammad dalam
berdakwah di Amerika.
3.5. Mendeskripsikan sejarah masuknya Islam di Benua Afrika
3.6. Mendeskripsikan sejarah masuknya Islam di Benua Amerika
3.7. Mendeskripsikan sejarah masuknya Islam di Benua Australia
3.8. Mendiskusikan pemikiran-pemikiran muballigh Islam di Amerika dan Eropa
3.9. Menganalisis nilai-nilai perjuangan dari organisasi-organisasi Islam di Amerika, Eropa,
Australia dan Afrika.
4.2. Memetakan tokoh-tokoh pejuang Islam yang ada di Amerika dan Australia
4.3. Membuat peta konsep mengenai faktor-faktor penghambat dalam penyebaran Islam di
Amerika, Eropa dan Australia.
PETA KONSEP
A. AMATI GAMBAR BERIKUT DAN BERIKAN PENDAPATM

Setelah Kalian mengamati gambar di atas


buatlah daftar pendapat atau pertanyaan yang
relevan
.…………………………………………… .1
.……………………………………………
..……………………………………………
.…………………………………………… .2
.……………………………………………
.……………………………………………
…………………………………………… .3
..……………………………………………
..……………………………………………

Miss World Muslimah Contest 2013


Sumber gambar : http://khabarsoutheastasia.com

Akhlaq adalah kunci sekaligus tujuan risalah Islam


Sumber gambar: http://cahayawahyu.files.wordpress.com

Islam diturunkan untuk menjadi Rahmat bagi seluruh alam


Sumber gambar :
http://kalbar.kemenag.go.id
B. PENDALAMAN MATERI
1. Perkembangan Islam di Afrika
Pada tahun ke-5 dari kenabian, Rasulullah SAW memerintahkan beberapa orang
sahabatnya (berjumlah 15 orang, 11 orang laki-laki dan 4 orang wanita), untuk
berhijrah ke Habsyah (Ethiopia). Hijrah ini dipimpin oleh Usman bin Maz’un
yang bertujuan untuk menghindari penyiksaan-penyiksaan, dan menyelamatkan
diri dari kaum kafir Quraisy serta mendakwahkan agama Islam.
Selain itu, pada ± ke-6 Hijrah, Nabi SAW mengutus sahabatnya Hatib bin Abi
Balta’ah untuk menyampaikan surat dakwah (seruan masuk Islam), kepada
Muqauqis (penguasa Mesir, Gubernur Romawi Timur).
Islam menyebar ke negara-negara Afrika Utara serta terjadi Islamisasi dan
Arabisasi. Hal ini terjadi pada ± abad 7 – 8 M. Di Afrika Timur, faktor Arabisasi
dan Islamisasi tampak jelas pada kedatangan dan ekspansi Islam ke Afrika Selatan
antara lain dilakukan oleh para budak Melayu yang di bawa oleh orang-orang
Eropa ke wilayah itu.

Setelah dibebaskan dari Pulau Robben, tak jauh dari Cape Town, pada tahun
1793, Imam Abdullah membuat petisi pertamanya untuk pembangunan masjid.

Saat itu, petisi tersebut sempat mendapat penolakan meski akhirnya memperoleh
izin dari Pemerintah Hindia Belanda untuk mendirikan masjid.

Ia pun menulis sebuah buku tentang yurisprudensi Islam pada 1781 dalam bahasa
Melayu dan Arab. Judul buku itu adalah Ma’rifa Al-Islam wa Al-Iman. Buku ini
memberi pengaruh sosial dan keagamaan yang besar di kalangan komunitas
Muslim di Cape Town.

Pada 1793, Imam Abdullah membangun sekolah Muslim pertama. Lokasinya di


Dorp Street, Bokaap, yang akhirnya menjadi bagian dari Masjid Auwal, masjid
pertama di Cape Town.

Pada 1825, sekolah ini memiliki 491 siswa, sebagian besar dari kalangan budak
negro. Di kemudian hari, sekolah inilah yang melahirkan orang-orang Afrika Arab
yang memahami bahasa Arab. Setelah Imam Abdullah wafat, kepemimpinan
sekolah ini dilanjutkan oleh Imam Achmat van Bengalen.

Pada masa awal kedatangannya di Cape Town, Islam adalah agama yang diawasi
secara ketat oleh penguasa. Pemerintah Hindia Belanda secara tegas melarang
aktivitas Islam di tempat umum, meski ibadah pribadi di perbolehkan. Tak ada
komunitas Muslim yang diizinkan untuk melakukan perkumpulan.

Mengingat kondisi itu, ulama seperti Imam Abdullah, Syekh Yusuf, dan juga
lainnya menggunakan rumah mereka sebagai tempat untuk belajar Islam. Mereka
berusaha keras mempertahankan keberadaan Islam di Cape Town.

Beruntung, pembatasan ini kian lama kian surut. Pada 1770, di rumah seorang
budak yang dibebaskan bernama Mohammodan, secara rutin diselenggarakan
pertemuan. Dalam pertemuan itu, mereka yang hadir membaca, shalat, dan
mempelajari ayat-ayat Alquran.
Pada 25 Juli 1804, Islam secara resmi tak lagi menjadi agama yang dilarang.
Warga setempat pun bebas memilih agama yang diyakininya. Sementara, para
ulama bisa berdakwah secara leluasa.

Penyebaran Islam di Benua Afrika tidak terlepas dari persaingan antara Islam dan
Kristen, serta antara Islam dan westernisasi sekuler. Walaupun begitu, Islam di
benua Afrika tetap berkembang ke arah yang lebih maju, baik kuantitas maupun
kualitas.

Di Benua Afrika banyak negara yang penduduknya mayoritas Islam, seperti :


Mesir, Libya, Tunisia, Aljazair, Maroko, Sahara Barat, Mauritania, Mali, Nigeria,
Senegal, Gambia, Guinea, Somalia, dan Sudan. Sedangkan negara-negara di
Benua Afrika yang minoritas Islam adalah : Zambia, Uganda, Mozambique,
Kenya, Kongo, dan Afrika Selatan.
Keberadaan umat Islam di beberapa negara di Benua Afrika, yaitu : Mesir,
Aljazair, dan Tunisia.

a. Mesir
Umat Islam di negeri ini adalah mayoritas. Dengan jumlah penduduk sebanyak
58,630,000 orang menjadikan negara ini menjadi negara dengan populasi muslim
terbesar ke-7 di dunia. Islam muncul di wilayah Mesir pada 628 Masihi. Ketika itu
Rasulullah menghantar surat pada Gabenor Mukaukis-yang berada di bawah
kekuasaan Rom-mengajak masuk Islam. Malah Rasulullah saw menikahi gadis
Mesir- Maria. Pada 639 Masihi- ketika Islam di bawah kepemimpinan Umar bin
Khattab- 3000 tentera Amru bin Ash memasuki Mesir yang kemudiannya
diperkuatkan lagi oleh tentera Zubair bin Awwam berkuasa seramai 4000 orang.
Sejak itu Mesir menjadi kawasan jajahan pihak Islam. Di masa kekuasaan
Keluarga Umayyah- yang kemudiannya Abbasiyah- Mesir menjadi salah satu
wilayah seperti semula. Khalifah Muiz membangun Masjid Besar Al-Azhar (dari
“Al-Zahra”- nama panggilan Fatimah) yang disiapakan pada 17 Ramadhan 359
Hijriah, 970 Masihi. Inilah yang kemudian bekembang menjadi Universiti Al-
Azhar sekarang- yang juga merupakan universiti tertua di dunia saat ini. Ibukota
Mesir ialah Kairo, dan bahasa resminya adalah bahasa Arab. Setelah merdeka,
Merupakan negara yang bentuk pemerintahannya ialah Monarki Konstitutional.
Mesir menjadi negara Republik pada tanggal 18 Juni 1953, dengan Presiden
pertamanya Mayor Jenderal Muhammad Naguib. Mesir merupakan negara agraris,
dan hasil pertaniannya adalah kapas, padi-padian, sayur-sayuran, tebu, dan buah-
buahan. Di Mesir terdapat industri tekstil, pariwisata, bahan kimia, baja, semen,
pupuk, dan lain-lain.

Mesir adalah negara yang besar jasanya bagi kemajuan umat Islam di bidang ilmu
pengetahuan, pendidikan dan kebudayaan. Hal ini ditandai dengan didirikannya
berbagai perguruan tinggi, dan yang tertua adalah Universitas Al-Azhar di Kairo
yang didirikan oleh Jauhar Al-Khatib As Saqili pada tanggal 7 Ramadhan 361 H
( 22 Juni 972 M).
Mesir juga memiliki bangunan-bangunan yang memiliki nilai seni yang tinggi,
seperti Al-Qasr Al-Garb (Istana Barat), Al-Qasr Asy-Syarq (Istana Timur),
Universitas Al-Azhar, tembok yang mengelilingi istana, dan pintu-pintu gerbang
yang terkenal dengan nama Bab An-Nasr (pintu kemenangan) serta Bab Al-Fath
(pintu pembukaan). Di Mesir juga terdapat Masjid-Masjid yang megah nan indah,
misalnya : Masjid Al-Azhar, Masjid Maqis, Masjid Rasyidah, Masjid Aqmar,
Masjid Saleh, dan Masjid Raya di Qairawan yang dibangun kembali pada tahun
862 M. Mesir juga biasa disebut : “Jumhuriyah Misr Al-Arabiyah” (Republik
Arab Mesir), luas daerahnya sekitar 997,739 km2

b. Aljazair
Bentuk pemerintahannya adalah republik, adapun ibukotanya adalah Al_jir, dan
bahasa resminya adalah bahasa Arab dan bahasa Perancis. Penduduknya yang
beragama Islam berjumlah 99,1 % dari seluruh penduduk.
Aljazair di perintah oleh bangsa Romawi semenjak tahun 40 SM, oleh Vandala
dari tahun 429 – 534 SM, oleh Bizantium dari tahun 534 – 690 SM, akhir abad ke-
7 dikuasai umat Islam. Pada tahun 1830 M Aljazair diduduki oleh Perancis, dan
baru pada tanggal 3 Juli 1962 memperoleh kemerdekaan.
Semenjak tahun 1980, Aljazair memasuki masa kebangkitan Islam, hal itu
ditandai antara oleh :
a) Semangat kehidupan beragamanya meningkat.
b) Perencanaan ekonomi yang lebih sistematis, bahkan menjadikan penduduk
menganut minoritas mitos industrilisasi sebagai satu-satunya kekuatan.
c) Berdasarkan kongres partai tunggal di Aljazair, yakni The National Liberation
Front (Front Pembebasan Nasional) pada tanggal 27 – 31 Januari 1979, maka
diadakan kegiatan-kegiatan :
* Mendirikan “Pusat Latihan Imam” di Meftah, sebelah Utara Al-Jir.
* Membangun Universitas Teknik Ultra Modern di Oran, mendirikan
pusat perdagangan Ultra modern di Oran, dan membangun pusat
perdagangan serta kebudayaan Riyad Al-Feth yang bergaya Barat dan
kontroversial di Al-Jir.
* Pembangunan Masjid-masjid.
Di Aljazir terdapat Kementerian Agama (Wizarah As-Syu’un Al-
Diniyah), yang tugas utamanya mengembakan studi Islam dan
mengenalkan tradisi Islam serta ideologi Islam. Salah satu
kegiatannya adalah menyelenggarakan seminar tentang pemikiran
Islam yang pertama di Batna (1969), kedua di Aures (1978), dan
ketiga di Al-Jir (1980).

c. Tunisia
Tunisia terletak di Afrika Utara, bentuk pemerintahannya adalah
Republik, adapun ibukotanya adalah Tunis (dulu bernama Tarsyisy),
penduduknya mayoritas beragama Islam yakni sebanyak 99,4 %. Tunisia
diperintah oleh penguasa-penguasa Islam. Pada tahun 1881, Muhammad
Sadiq, raja dari kerajaan Husainiyah, menyerah pada Perancis. Sejak itu,
Tunisia menjadi jajahan Perancis sampai dengan memperoleh
kemerdekaannya pada tahun 1956 M. Tunisia mempunyai peranan besar
dalam sejarah perkembangan Islam. Melalui lembaga pendidikan
Jam’iyah Zaitunah, yang kemudian berubah menjadi Institut Ilmu-Ilmu
Islam, kader-kader ulama dididik dan dilatih agar kemudian menjadi
ulama besar, lembaga pendidikan tersebut berada dalam pengarahan
dan pemerintahan Tunisia.

2. Perkembangan Islam di Amerika


Sejarah Islam di Amerika Serikat bermula sekitar abad ke 16, dimana Estevánico dari
Azamor adalah Muslim pertama yang tercatat dalam sejarah Amerika Utara. Walau begitu,
kebanyakan para peneliti di dalam mempelajari kedatangan Muslim di AS lebih
memfokuskan pada kedatangan para imigran yang datang dari Timur Tengah pada akhir abad
ke 19. Migrasi Muslim ke AS ini berlangsung dalam periode yang berbeda, yang sering
disebut "gelombang", sekalipun para ahli tidak selalu sepakat dengan apa yang menyebabkan
gelombang ini.

Populasi Muslim di AS telah meningkat dalam seratus tahun terakhir, dimana sebagain besar
pertumbuhan ini didorong oleh adanya imigran. Pada 2005, banyak orang dari negara-negara
Islam menjadi penduduk AS - hampir 96.000 - setiap tahun dibanding dua dekade
sebelumnya.

Estevánico dari Azamor mungkin telah menjadi Muslim pertama yang tercatat dalam sejarah
Amerika Utara. Estevanico adalah orang Berber dari Afrika Utara yang menjelajahi Arizona
dan New Mexico untuk Kerajaan Spanyol. Estevanico datang ke Amerika sebagai seorang
budak penjelajah Spanyol pada abad ke 16, Álvar Núñez Cabeza de Vaca.

Selama tahun 1520-an telah didatangkan budak ke Amerika Utara dari Afrika. Diperkirakan
sekitar 500 ribu jiwa dikirim ke daerah ini atau 4,4% dari total 11.328.000 jiwa budak yang
ada. Diperkirakan sekitar 50% budak atau tidak kurang dari 200 ribu jiwa budak yang
didatangkan berasal dari daerah-daerah yang dipengaruhi oleh Islam.

Menurut sumber lain, kedatangan paling awal imigran Muslim adalah antara tahun 1875 dan
1912 dari kawasan pedesaan, yang sekarang menjadi Suriah, Yordania, Palestina, dan Israel.
Daerah ini dulunya dikenal sebagai Suriah Raya yang diperintah oleh Kekaisaran Ottoman.
Setelah Kekaisaran Ottoman runtuh pada Perang Dunia I (PD I), terjadi gelombang kedua
imigrasi kaum Muslim dari Timur Tengah, dimana dalam periode ini pula dimulainya
kolonialisme Barat di Timur Tengah. Pada tahun 1924, aturan keimigrasian AS disahkan,
yang segera membatasi gelombang kedua imigrasi ini dengan memberlakukan "sistem kuota
negara asal". Periode imigrasi ketiga terjadi pada 1947 sampai 1960, dimana terjadi
peningkatan jumlah Muslim yang datang ke AS, yang kini berasa dari negara-negara di luar
Timur Tengah. Gelombang keempat kemudian terjadi pada tahun 1965 disaat Presiden
Lyndon Johnson menyokong rancangan undang-undang keimigrasian yang menghapuskan
sistem kuota negara asal yang sudah bertaha lama.

Sulit menentukan jumlah pasti Muslim di AS. Konstitusi AS memisahkan antara gereja
dengan negara yang tercermin dalam undang-undang Amerika, sehingga formulir Biro
Sensus AS tidak memuat pertanyaan tentang agama pada orang yang dicatat di dalamnya.
Dinas imigrasi juga tidak mengumpulkan informasi tentang agama para imigran. Banyak
masjid di AS tidak memiliki kebijakan keanggotaan resmi, dan mereka jarang mencatat
secara akurat jumlah jamaah yang datang. Hasil akhirnya adalah tidak adanya data yang
akurat mengenai jumlah Muslim di AS. Menurut sumber yang sama, imigran Asia Tengah-
bagian Selatan menempati urutan teratas (33%) dalam jumlah besar komunitas Muslim AS,
yang kedua adalah keturunan Afro Amerika (30%), Arab (25%), Afrika (3%), lain-lain 5%,
serta Eropa dan Asia Tenggara (masing-masing 2%). Sedangkan menurut Central Intelligence
Agency (CIA) Amerika dalam situsnya, jumlah Muslim di AS adalah 1% dari 301.139.947
(perkiraan Juli 2007) penduduk AS, jumlah ini sama dengan jumlah umat Yahudi di AS
Komunitas Muslim pertama berada di Midwest. Di Dakota Utara, kaum Muslim berkumpul
untuk salat berjamaah pada tahun-tahun pertama era 1900-an; di Indiana, sebuah pusat
kegiatan Islam dimulai sejak 1914; dan Cedar Rapids, Iowa, adalah rumah bagi Masjid tertua
yang masih digunakan hingga sekarang. Daerborn, Michigan, dipinggiran Detroit, adalah
tempat Muslim Sunni dan Syiah dari banyak negara Timur Tengah. Bersama umat Kristen
dari Timur Tengah, kaum Muslim Michigan membentuk komunitas Arab-Amerika terbesar
di negara ini. Galangan kapal di Quincy, Massachusetts, diluar Boston, menyediakan
lapangan kerja bagi imigran Muslim sejak tahun 1800-an. Di New England juga telah dibuat
sebuah Islamic Center, yang kini menjadi kompleks Masjid besar untuk beribadah bagi para
pelaku bisnis, guru, profesional, serta pedagang dan buruh. Di New York, Islam telah hadir
dan muncul selama lebih dari satu abad.

Rumah pertama yang lain bagi imigran Muslim adalah Chicago, Illinois, dimana beberapa
orang menyatakan jumlah Muslim yang tinggal disini pada awal 1900-an adalah yang
terbanyak di antara kota-kota lain di AS. Lebih dari 40 kelompok Muslim telah berdiri di
kawasan Chicago. Di Los Angeles dan San Fransisco, California, juga telah menjadi pusat
komunitas Muslim yang besar di AS. Islamic Center di California Selatan adalah salah satu
entitas Muslim terbesar di AS. Jumlah Masjid di California juga adalah yang terbanyak di
AS, yakni sekitar 227 Masjid pada tahun 2001

Menurut Lembaga Survey Pew pada tahun 2007, dua pertiga Muslim di AS adalah keturunan
asing. Di antara mereka telah bermigrasi ke AS sejak tahun 1990. Sedangkan sepertiga dari
Muslim AS adalah penduduk asli yang beralih ke Islam, dan keturunan Afro Amerika. Pada
tahun 2005, menurut New York Times, lebih banyak lagi orang dari negara-negara Muslim
yang menjadi penduduk AS - hampir 96.000 - setiap tahun dibanding dua dekade
sebelumnya.

Sedangkan menurut Council on American-Islamic Relations (CAIR), jemaah masjid Sunni


yang diperuntukkan bagi umum di AS berasal dari latar belakang bangsa yang berbeda: Asia
Selatan (33%), Afro Amerika (30%), Arab (25%), Eropa (2,1%), Amerika kulit putih (1,6%),
Asia Tenggara (1,3%), Karibia (1,2%), Turki Amerika (1,1%), Iran Amerika (0,7%), dan
Hispanik/Latin (0,6%).

Penjara bisa jadi adalah penyokong terhadap pertumbuhan Islam di AS. Perkiraan resmi
menyatakan bahwa persentase dari narapidana Muslim adalah sekitar 15-29% dapi populasi
penjara. Diperkirakan, sekitar 80% dari narapidana berpindah agama ke Islam. Populasi
narapidana Muslim telah mencapai 350 ribu jiwa (pada 2003) dengan pertambahan sekitar 30
ribu hingga 40 ribu setiap tahunnya. Kebanyakan narapidana yang berpindah ke Islam adalah
keturunan Afrika.

Menurut Dr. Mikhail Waller, golongan Islamis radikal, yang dicurigai oleh pemerintah AS,
menjadi perekrut di dalam penjara untuk menjadikan pengikutnya sebagai kader demi
mendukung mereka dalam usaha-usaha anti Amerika.

Pada awalnya, imigran Muslim yang datang ke AS bekerja sebagai budak, tapi kini tidak
sedikit yang bekerja sebagai seorang profesional. Pekerjaan lain yang dilakoni oleh Muslim
di AS adalah guru, tentara, penjaga toko, sopir taksi, dokter, wiraswasta, buruh, dan
pekerjaan lainnya.
Karena dalam Islam perbuatan riba diharamkan oleh agama, sebagian Muslim merasa
kesulitan ketika harus mendanai dan mengembangkan usahanya. Sebagian besar lembaga
keuangan dan perbankan di AS masih bersifat konvensional, dimana mereka menerapkan
sistem berbunga. Namun sejak beberapa tahun lalu, sebagian lembaga keuangan dan
korporasi mulai mencari cara untuk membantu Muslim AS. Beberapa program pendanaan
lokal ala Islam baru-baru ini telah dimulai atau sedang dalam tahap perencanaan[22]:

 Korporasi Pengembangan Komunitas Phillips (Phillips Community Development


Corp.) maupun Badan Pengembangan Komunitas Minneapolis (Minneapolis
Community Development Corp.), masing-masing telah memberi dana bagi pemiliki
usaha Islam dengan biaya administrasi sebagai pengganti bunga.
 Konsorsium Minneapolis dari Para Pengembang Komunitas (Minneapolis Consortium
of Community Developers) telah menyediakan dua pendanaan berdasarkan biaya
untuk usaha-usaha Islami sebagai proses awal.
 Delsan Auto Dealer, tempat usaha mobil bekas miliki seorang Somalia, menyediakan
pendanaan bebas bunga kepada pelanggannya.
 Kelompok Twin Cities sedang berupaya untuk membentuk perserikatan kredit secara
Islam.
 Bank-bank seperti Wells Fargo & Co. dan University Bank tengah mencari jalan
bagaimana mereka bisa memban

Ada banyak organisasi Islam di AS.

 Kelompok yang paling besar adalah American Society of Muslims (ASM atau
Masyarakat Muslim Amerika), pengganti Nation of Islam, yang lebih dikenal sebagai
Black Muslim. Kelompok ini dipimpin oleh Warith Deen Mohammed. Tidak begitu
jelas berapa Muslim Amerika yang mengikuti kelompok ini. Kepercayaan kelompok
ini juga berbeda dengan kepercayaan Islam pada umumnya, mereka tidak mengenali
Muhammad adalah Rasul Allah yang terakhir.
 Kelompok terbesar kedua adalah Islamic Society of North America (ISNA atau
Masyarakat Islam Amerika Utara). ISNA adalah suatu asosiasi organisasi-organisasi
Muslim dan perorangan untuk mempresentasikan Islam. Kelompok ini dibuat oleh
imigran, beberapa etnis Kaukasia dan sekelompok kecil Afro Amerika yang masuk
Islam. Jumlah anggotanya baru-baru ini mungkin telah melampaui ASM. Konvensi
tahunan ISNA mungkin adalah pertemuan Muslim paling besar di AS. Organisasi ini
telah dikritik karena menyebarkan ajaran Wahabi dan karena memiliki hubungan
dengan terorisme.
 Kelompok terbesar ketiga adalah Islamic Circle of North America (ICNA atau
Lingkaran Islam Amerika Utara). ICNA adalah kelompok Islam yang tidak
memandang kesukuan, terbuka bagi semua, dan mandiri. Kelompok ini dibentuk oleh
imigran, Amerika kult putih, dan Afro Amerika yang masuk Islam. Kelompok ini
sedang tumbuh, dan juga bisa lebih besar dari ASM disaat sekarang. Divisi mudanya
adalah Young Muslims atau Muslim Muda.
 Islamic Supreme Council of America (ISCA atau Dewan Tertinggi Muslim Amerika)
mewakili banyak Muslim AS. Tujuannya adalah menyediakan solusi-solusi bagi
Muslim Amerika, yang berlandaskan hukum Islam. ISCA bekerja keras untuk
mengintegrasikan ajaran Islam dalam memecahkan isu-isu zaman demi memelihara
keyakinan Islam di tengah masyarakat yang sekuler.
 Islamic Assembly of North America (IANA Himpunan Islam Amerika Utara), adalah
suatu organisasi Muslim terkemuka di AS. Menurut situs mereka, di antara sasaran
IANA adalah "mengkoordinir dan mempersatukan usaha-usaha dari dakwah yang
berbeda, mengorientasikan organisasi (Islam) di Amerika Utara atau mengarahkan
umat Muslim untuk bertahan pada metodologi Islam". Untuk mencapai sasarannya,
IANA menggunakan sejumlah alat, metode, konvensi, rapat anggota, lembaga,
institusi, akademi berorientasi dakwah, dan lain-lain.
 Muslim Students' Association (MSA atau Asosiasi Pelajar-pelajar Muslim), adalah
suatu kelompok yang diperuntukkan bagi pelajar Islam di perguruan tinggi Kanada
dan Amerika Serikat. MSA juga sering dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan
kemasyarakatan, seperti pengumpulan dana untuk tunawisma selama Ramadhan.
 Islamic Information Center (IIC atau Pusat Informasi Islam) adalah organisasi yang
dibentuk untuk memberi informasi kepada publik, sebagian besar melalui media,
seputar Islam dan umat Muslim.
Organisasi politik Islam di AS berkepentingan untuk mengakomodasi kepentingan
Muslim disana. Organisasi seperti American Muslim Council aktif terlibat
menegakkan hak asasi dan hak warga negara bagi setiap orang Amerika.
 Council on American-Islamic Relations (CAIR atau Dewan Hubungan Islam-
Amerika), adalah organisasi Islam paling besar yang mengakomodasi kepentingan
Muslim di AS. CAIR menggambarkan organisasinya sebagai organisasi yang moderat
di DPR Amerika dan arena politik Amerika. CAIR juga mengutuk semua aksi
terorisme, dan sedang bekerjasama dengan Gedung Putih mengenai isu-isu
keselamatan dan politik luar negeri. CAIR adalah lembaga pembela hak-hak warga
Muslim AS yang paling besar dan mempunyai 35 kantor. Selain memiliki advokasi
terhadap kaum Muslim juga meningkatkan pemahaman Islam, mendorong tanya
jawab, melindungi kebebasan-kebebasan sipil, memberdayakan Islam di Amerika,
dan membangun kesatuan dan mempromosikan keadilan dan saling pengertian.
 Muslim Public Affair Council (MPAC atau Dewan Permasalahan Masyarakat Islam),
adalah suatu jawatan pelayanan bagi masyarakat Muslim Amerika. Berpusat di Los
Angeles, California dan memiliki cabang di Washington, DC. MPAC didirikan pada
1988. Tujuan orgaisasi ini adalah untuk memperkenalkan identitas Muslim Amerika,
mengembangkan suatu organisasi yang aktif, dan juga pelatihan bagi generasi masa
depan baik pria dan wanita untuk berbagai visi. MPAC juga bekerja untuk
memperkenalkan Islam dan Muslim secara akurat melalui media massa, mendidik
masyarakat Amerika mengenai Islam, persahabatan dengan masyarakat yang berbeda
dan menjalin hubungan dengan para pembuat dan pengambil keputusan (pemerintah).
 American Islamic Congress, adalah organisasi kecil dan moderat yang
memperkenalkan pluralisme.
 Free Muslims Coalition, dibentuk untuk menghapus dukungan terhadap Islam radikal
dan terorisme serta memperkuat institusi yang demokratis di Timur Tengah dan Dunia
Islam dengan mendukung usaha reformasi Islam.

 Serangan 11 Sepetember 2001 ke gedung WTC dan Pentagon adalah bencana bagi
Amerika dan umat Muslim sedunia. Pasca serangan, berbagai tudingan dilontarkan
kepada Islam dan ummatnya. Banyak serangan-serangan yang terjadi tehadap Muslim
Amerika setelah kejadian itu, walaupun ini terbatas pada kelompok minoritas kecil.
 Menurut survey yang dilakukan pada 2007, 53% Muslim Amerika menganggap
bahwa menjadi lebih sulit menjadi seorang Muslim (di AS) setelah serangan itu.
Wanita Muslim yang menggunakan hijab/jilbab diganggu, menyebabkan beberapa
wanita Muslim lebih memilih untuk tinggal dirumah, sedangkan yang lainnya untuk
sementara meninggalkan praktik (pekerjaan).
 Beberapa Muslim telah dikritik karena menjadikan kepercayaan mereka sebagai
alasan untuk menolak sistem yang ada di Amerika. Sopir-sopir taksi Muslim di
Minneapolis, Minnesota misalnya, dikritik karena menolak penumpang yang
membawa minuman keras atau anjing, temasuk penumpang cacat yang dipandu oleh
anjing. Otoritas bandara internasional Saint Paulus Minneapolis sudah mengancam
akan menarik kembali izin operasi taksi bagi mereka yang membeda-bedakan
penumpang seperti ini.
 Institusi AS telah pula dikritik karena mengakomodasi Muslim atas pembayaran
pajak. Universitas Michigan-Dearborn dan suatu perguruan tinggi negeri di Minnesota
telah dikritik karena mengakomodasi upacara keagamaan Islam dengan membangun
tempat wudhu bagi mahasiswa Muslim dengan menggunakan uang pajak. Para
kritikus menganggap bahwa perlakukan ini adalah pelanggaran terhadap konstitusi
AS yang menyatakan pemisahan antara gereja dengan negara (agama dengan negara).
 Anggota kongres Muslim pertama, Keith Ellison, membuat kontroversi ketika Ia
membandingkan Presiden Bush atas kebijakannya setelah serangan 11 September
dengan Adolf Hitler. Keith berkata bahwa Bush telah memanfaatkan serangan 11
September untuk kepentingan politik, seperti ketika Hitler memanfaatkan Reichstag
untuk memenjarakan kebebasan konstitusional.
 Isu Islam juga menjadi isu-isu yang hangat dalam pemilu AS saat ini. Sebuah foto
salah satu kandidat dari partai Demokrat, Barack Obama, yang menggambarkan Ia
sedang mengenakan pakaian Muslim, menjadi begitu kontroversi. Hal ini
memperlihatan bahwa embel-embel Islam masih belum dapat diterima oleh warga
Amerika kebanyakan. Tahun lalu, para sukarelawan melakukan kampanye setelah
muncul berita e-mail yang menyebutkan bahwa Obama seorang Muslim. Karena
itulah, dalam berbagai kesempatan, Obama berkali-kali membantah bahwa dirinya
seorang Muslim.

3. Sejarah Perkembangan Islam di Eropa

Berdasarkan kenyataan sejarah, Islam memasuki benua Eropa melalui empat periode,
yaitu :

a. Periode kekhalifahan Islam di Spanyol (Andalusia) selama ± 8 abad dan pemerintahan umat
Islam di beberapa pulau, di antaranya : Perancis Selatan, Sicilia, dan Italia Selatan.
Kekhalifahan Islam di Spanyol berakhir pada tahun 1492, setelah penguasa Kristen memaksa
khalifah terakhir dari dinasti Bani Umayyah II, Abu Abdillah untuk menyerah. Umat Islam
Spanyol dihadapkan tiga pilihan, yaitu : masuk Kristen, keluar dari Spanyol, atau dibunuh.
Pada abad XI, bangsa Norman di Sicilia dan Italia Selatan telah menaklukan pemerintahan
Islam di Mediterania, wilayah-wilayah Perancis Selatan, Sicilia, dan Italia Selatan.
b. Adanya penyebaran tentara Mongol pada abad ke-13. di antaranya penguasa Mongol,
yakni Dinasti Khan beragama Islam, kekuasaannya berpusat di Sungai Volga sebelah
utara Laut Kaspia dan Laut Tengah, ia meninggalkan penduduk Muslim di sekitar
sungai Volga hingga Kaukasus dan Krimea, yang terdiri dari orang Tartar, kemudian
mereka menyebar ke berbagai wilayah kekaisaran Rusia. Mereka menjadi penduduk
Finlandia, wilayah Polandia, dan Ukraina.
c. Periode ekspansi kekhalifahan Turki Usmani sekitar abad ke14 dan ke-15 ke wilayah
Balkan dan Eropa Tengah. Bahkan di Albania umat Islam merupakan penduduk
Mayoritas.
d. Periode kaum imigran Muslim memasuki benua Eropa setelah perang dunia ke-2,
terutama ke negara-negara industri, seperti : Perancis, Jerman, Inggris, Belanda, dan
Belgia.

Keberadaan kaum Muslim di beberapa negara di Benua Eropa :


(1) Spanyol
Kaum Muslim yang mendiami Spanyol terdiri dari keturunan umat Islam yang terusir pada
peristiwa Reqonquista (1492 M). Jumlah mereka menurut catatan Jongen S. Nielson pada
tahun 1990 adalah sebesar 250.000 orang. Mereka berasal dari Maroko, Afrika, Timur
Tengah, Asia Selatan, dan Asia Tenggara.
Pada tahun 1992, kesepakatan antara pemerintah Spanyol dan Comission Islamica
Espana (Komisi Islam Spanyol), yang isinya :
a. Kaum Muslimin diizinkan untuk memberikan pengajaran agama di sekolah negeri
ataupun swasta.
b. Kaum Muslimin diberi izin membangun sekolah yang dikelola sendiri.
c. Izin melaksanakan ibadah di angkatan bersenjata, rumah sakit, dan penjara.
d. Memperoleh keringanan pajak.
e. Izin merayakan hari raya keagamaan dan difasilitasi untuk memperoleh makanan
halal.

(2) Perancis

Jumlah penduduk Muslim di Perancis cukup banyak (± 7% dari total penduduk).


Mereka berasal dari Aljazair, Maroko, Tunisia, Afrika, Sub Sahara, wilayah Laut Hitam, dan
dari berbagai wilayah Timur Tengah (Mesir, Libanon, Suriah, Yordania, dan Irak) dan Asia
Tengah (Turki, Iran, Afganistan, dan Pakistan).
Pada tahun 1992, terdapat sekitar 1.300 organisasi Muslim, ada yang hanya bergerak
di bidang keagamaan, terutama dakwah, seperti Jamma’ah At Tablig Wa ad Dakwah dan
Foiet Pratique (Iman dan Praktik), ada juga organisasi yang menjadikan agama bukan
sebagai salah satu tema pokok kegiatan, misalnya : Generation Egalite (Generasi Kesamaan),
France Plus (Perancis Plus), dan Generation Beur (Generasi Imigran Afrika Utara).
Upaya untuk mengkoordinasi organisasi kaum Muslimin di Perancis di tandai dengan
berdirinya Federation Nationale des Musulman de France (FNMF = Federasi Nasional
Muslim Perancis). Union des Organitation Islamques de France (UDIF = Serikat Organisasi
Islam Perancis), dan Conceil Relegieux de Islam en France (CORIF = Dewan Keagamaan
Islam di Perancis).
CORIF didirikan pada 6 Nopember 1989 di bawah Departemen Dalam Negeri.
Dewan ini beranggotakan 15 orang pemuka Muslim di Perancis, yang tugasnya melakukan
pengkajian mengenai masalah-masalah kaum Muslimin di Perancis.
Selain banyaknya organisasi-organisasi Islam, keberadaan kaum Muslimin di Perancis
itu ditandai dengan :
a. Didirikannya Masjid-Masjid, pemukiman-pemukiman warga Muslim, dan sekolah-sekolah untuk
warga Muslim.
b. Makin banyaknya wanita yang berjilbab di jalan-jalan.
c. Mengadakan pameran buku-buku Islam di Perancis.
d. Banyaknya toko-toko yang menyediakan makanan-makanan halal.
e. Berkembangnya beberapa kelompok tarekat (kelompok Sufi), seperti Tarekat Qadiriah, Tarekat
Tijaniah, Tarekat Naqsyabandiah, dan Tarekat Bektasyi.
Kaum Muslim di Benua Eropa juga terdapat dinegara-negara lainnya, seperti :
Inggris, Jerman, Belanda, Belgia, Swedia, Denmark, Norwegia, Swiss, Australia, dan Italia.

Jika Kekhalifahan Umayyah pernah menorehkan peradaban di Eropa selatan, pada era yang
lebih maju, Turki Utsmani (Ottoman) pun melakukan hal sama di Eropa Tenggara dan
Tengah.

Beberapa wilayah Eropa menjadi bagian dari imperium Islam terbesar sepanjang masa itu.
Hanya, tak banyak pengaruh budaya Islam yang dibawa ke Eropa, kecuali di wilayah
Konstantinopel yang saat ini merupakan negara Turki.

Salah satu pembukaan Islam (fath al-Islam) terbesar sepanjang sejarah, yakni pembukaan
Konstantinopel. Sejak itu, Turki Utsmani mulai merambah ke Benua Eropa.

Pada abad ke-16, Hungaria jatuh ke tangan Turki Utsmani. Menyusul kemudian, Albania,
Bulgaria, Serbia, Makedonia, Rumania, Bosnia, hingga Yunani. Seabad setelahnya, sebagian
besar Balkan sudah tunduk.

Dengan kekuasaan Turki Utsmani di beberapa wilayah Eropa, menjadi jalur migrasi
Muslimin ke Benua Biru tersebut. Tak heran jika wilayah-wilayah tersebut dihuni banyak
Muslim hingga kini.

Bulgaria, misalnya. Hingga 1878, negara kecil tersebut berada di bawah kepemimpinan Turki
Utsmani. Saat ini, populasi Muslim di sana lebih dari 130 ribu.

Hal serupa juga terjadi di Bosnia, Albania, dan Kosovo. Albania bahkan saat ini memiliki
populasi mayoritas Muslim, padahal sebelumnya negara ini menganut Katolik Roma dan
Kristen.

Jika dihitung secara umum, wilayah Eropa yang memiliki banyak populasi Muslim, yakni
Eropa Timur dan Tengah.

Sementara, di Eropa Barat, sebagian besar Muslim merupakan imigran yang relatif baru atau
anak-anak para imigran dari Turki, Afrika Utara, dan Asia Selatan.

Adapun di Albania, Kosovo, Bosnia-Herzegovina, dan Bulgaria, Muslimin telah lama berada
di sana sejak masa Turki Utsmani. Sehingga, Muslimin di negara-negara tersebut sebagian
besar lahir di sana atau merupakan penduduk asli.

Negara-negara yang pernah dijajaki Islam tersebut tak banyak memiliki populasi Muslim
yang besar. Namun, sebagian negara memiliki Muslim sebagai etnis mayoritas.

Beberapa negara yang memiliki konsentrasi tinggi Muslim tersebut, yakni Kosovo dengan 90
persen populasinya merupakan Muslim, Albania dengan 80 persen populasinya merupakan
Muslim.

Bosnia-Herzegovina 40 persen, dan Republik Makedonia memiliki 33 persen. Adapun


Yunani hanya sekitar tiga persen Muslim, sementara Spanyol hanya sekitar satu persen
Muslim.
Sedangkan, jumlah Muslimin terbanyak Eropa berada di Jerman, sebanyak empat juta. Angka
tersebut cukup fantastis karena jumlahnya lebih besar dari Muslim Lebanon dan termasuk 10
besar negara dengan jumlah Muslim terbanyak. Padahal, Jerman bukanlah wilayah yang
pernah terjamah kekhalifahan Islam.

Mantan presiden Jerman Christian Wulff pernah mengatakan, pada 2010, Islam, seperti
halnya Kristen, merupakan bagian dari Jerman. Ucapan sang presiden sempat menjadi
kontroversi di Jerman.

Setelah Jerman, Prancis juga memiliki populasi Muslim yang juga besar. Sebanyak 3,5 juta
Muslim tinggal di Negara Eiffel tersebut. Inggris juga menjadi negara yang memiliki
populasi Muslim tinggi.

Bahkan, berdasarkan sensus Pemerintah Inggris terbaru, dikabarkan oleh Reuters, Islam
menjadi agama yang paling cepat perkembangannya di Inggris dan Wales.

Dibanding agama lain, persentase peningkatan Muslimlah yang tertinggi. Sementara, agama
mayoritas Inggris, Kristen, justru mengalami penurunan sangat besar dalam sensus nasional
negara tersebut.

Sensus tersebut menyebutkan, selama satu dekade terakhir, peningkatan jumlah Muslim amat
signifikan, yakni mencapai 80 persen. Pada 2001, Muslim Inggris hanya berjumlah 1,5 juta.
Pada 2011, jumlahnya meningkat menjadi 2,7 juta jiwa.

Saat ini, satu dari 20 orang di Inggris menganut agama Islam. Dengan angka tersebut, Islam
merupakan agama non-Kristen terbesar di Inggris. Islam juga menduduki agama terbesar
kedua setelah Kristen.

Akhir tahun lalu, Vatikan sempat heboh karena seorang kardinal memublikasikan sebuah
video bertajuk Muslim Demographics. Pasalnya, video yang juga heboh di Youtube tersebut
menggambarkan populasi Muslim yang meningkat tajam di Eropa.

Islam diprediksi mendominasi Benua Biru tersebut. Bahkan, terdapat prediksi yang sangat
mengagetkan, yakni dalam 39 tahun, Prancis akan menjadi negara Islam.

Saat ini, Prancis bersama Harvard University AS mensponsori penelitian tentang Islam di
Eropa. Keduanya membentuk Euro-Islam yang menampung banyak penelitian komparatif
tentang Islam dan Muslim di Barat. Mereka pun menjadi sumber informasi bagi media,
masyarakat, hingga politikus.

Dengan perkembangan jumlah Muslim yang amat pesat tersebut, beragam simbol Islam pun
bermunculan di Eropa. Masjid banyak berdiri di setiap negara, bahkan hampir di setiap ibu
kota. Muslimah berjilbab berjalan nyaman di jalan-jalan meski beberapa negara masih
melarangnya.

4. Sejarah Perkembangan Islam di Australia


Islam masuk ke Australia baru pada abad ke 19, tepatnya antara tahun 1850 1870, bersamaan
dengan didirikannya ibukota Negara Bagian Australia Selatan, Adelaide. Tidak terdapat
catatan resmi tentang siapa pembawa Islam pertama ke benua Australia ini, diperkirakan
mereka berasal dari pakistan atau dari Afghanistan. Pengetahuan mereka tentang Islampun
relatif rendah, hal ini terbukti karena rendahnya materi pelajaran yang diberikan dan dengan
cara yang sederhana pula. Hal seperti ini terjadi mungkin disebabkan karena kedatangan
mereka ke Australia untuk tujuan bekerja, yang pada waktu itu dibutuhkan di Australia dalam
rangka mengurus onta. Yang menarik bahwa pada tahun 1987 telah didirikan sebuah masjid
kecil yang cukup indah dengan empat menara pada masing-masing sudutnya. Masjid ini
didirikan di sebuah lapangan dimana orang-orang Afghan memelihara onta di sekitarnya.
karena keterbatasan ilmu dan wawasan mereka hanyamelakukan kegiatan dakwah Islam
dengan sambil lalu saja.
b.Perkembangan Islam di Australia
Pada dasarnya kondisi Australia sangat memungkinkan untuk melaksanakan dakwah
Islamiyah secara efektif, sebab Undang-undang Australia menjamin kebebasan beragama dan
terdapat pula aturan yang jelas tentang perizinan mendirikan tempat-tempat beribadah, sesuai
dengan aturan-aturan yang ada pada masing-masing agama. Jumlah pemeluk Islam di
Australia ini sekitar 250.000 jiwa dan bahkan ada yang memperkirakan sampai 270.000 jiwa,
sekitar 1,8% dari penduduk Australia yang berjumlah 15 juta jiwa. Orang-orang Islam
tersebar di beberapa kota dan negara bagian, yaitu :
1. Canberra, ibukota Australia Umat Islam di Canberra berjumlah 2.000 orang, terdiri
dari para Diplomat dan negara-negara Islam, cendekiawan dan mahasiswa dari
berbagai negara serta imigran dari Lebanon dan Yugoslavia serta dari Indonesia dan
lain-lain, yang bekerja di lembaga-lembaga pemerintah dan swasta. Di Canberra
hanya ada satu amsjid, yang dibangun bersama oleh Kedutaan Besar Indonesia,
Malaysia dan Kedutaan Besar Pakistan, diresmikan pada tahun 1961. Amin Hady,
tamatan Universitas Al Azhar Cairo (berasal dari Jawa Tengah) diangkat menjadi
Imam Masjid ini oleh AFIC (Australia Federation of Islamic Councils)
2. Victoria, negara bagian Victoria dengan ibukota Melbourne. Jumlah umat Islam di
sini sekitar 120.000 jiwa, berasal dari Turki, Yugoslavia, Lebanon, Afghanistan,
Albania, Pakistan, Indonesia dan lain-lain. Di Victoria terdapat 7 masjid, yang
terbesar adalah masjid Umar bin Khattab, dilengkapi dengan kantor,
perpustakaan,ruang pertemuan, ruang belajar dan ruang serba guna.
3. Negara bagian Australia Barat, ibukotanya Perth. Penduduknya berjumlah sekitar
1.265.000 jiwa, yang memeluk islam sekitar 12.000 orang, berasal dari beberapa
negara Arab, Turki, Afghanistan, malaysia, Singapura, Indonesia dan lain-lain. Masjid
yang ada di kota ini yaitu Masjid Afghanistan (Perth), Masjid Turki dan Masjid
Islamic Council.
4. Quensland, merupakan negara bagian dengan ibukota Brisbone. Di daerah ini umat
Islam hanya beberapa ribu saja.
5. South Australia (Australia Selatan), Northern Terrtoy (wilayah utara), Tasmania dan
Kepulauan Christmas, juga terdapat pemeluk Islam dengan beberapa masjid. Pada
tahun 1976 dibentuk organisasi yang merupakan federasi dengan nama Australia
Federation of Islamic COuncil (AFIC). AFIC hanya ada pada tingkat federal
sedangkan d i negara bagian dibentuk Islamic Cauncil dengan tugas mengurusi
organisasi Islam di negara bagian masing-masing. Tugas AFIC adalah melaksanakan
koordinasi dan kerjasama dakwah Islam di Australia, mendapat bantuan dana dari
beberapa negara Arab, khususnya Arab Saudi dalam rangka membayar gaji Imam
yang diangkat oleh AFIC dan kegiatan-kegiatan lainnya. Sampai saat ini AFIC masih
mengusahakan diakuinya abeberapa hukum Islam dan hari libur untuk hari-hari besar
Islam.Di samping AFIC terdapat pula organisasi mahasiswa Islam yang disebut
Australian Students Organisation, dengan fokus kegiatan di daerah kampus.

C. PENDALAMAN KARAKTER

Dengan memahami materi tentang dakwah Islam dalam perkembangan Islam di Asia
Tenggara, maka seharusnya kita memiliki sikap sebagai berikut :
1. Memiliki sikap saling mengingatkan pada kebaikan
2. Senantiasa semangat mencari ilmu pengetahuan serta kreatif dan inovatif dalam belajar dan
bergaul.
3. Memiliki sikap asertif, yaitu mampu bergaul menyesuaikan diri dan akomodatif dengan
siapa pun tanpa harus kehilangan jati diri dan mengajak kepada agama Islam yang benar.
4. Gigih dalam berjuang terhadap apa yang dicita-citakan.
D. MENGKOMUNIKASIKAN
1. Penugasan Terstruktur
Menurut kalian benarkah dakwah Islam dengan cara kesenian mampu menarik orang lain
untuk memeluk agama Islam? Berikan contohnya jika itu terjadi pada masa sekarang.
2. Kegiatan Mandiri Tidak Terstruktur
Buatlah rangkuman dari materi yang sudah kalian baca, dan berikan pendapat kalian
masing-masing tentang materi tersebut.

E. EVALUASI

I. Jawablah Pertanyaan berikut dengan benar


1. Universitas yang bekerjasama dengan Perancis yang sedang meneliti tentang Islam di
Eropa adalah...
2. Dari kurun waktu antara tahun 2001 sampai dengan 2011 jumlah penduduk Muslim
Inggris bertambah banyak. Apakah penyebabnya?.
3. Apakah kegunanaan dari Pusat studi Islam yang berada di Aljazair? Jelaskan!
4. Apa bukti jumlah penduduk muslim Aljazair mencapai 99,1 %?
5. Universitas al-Azhar didirikan pada...

II. Portofolio dan Penilaian Sikap


Setelah kalian memahami uraian mengenai Perkembangan Islam di Afrika, Amerika, dan
Australia coba kamu amati perilaku berikut ini dan berikan komentar

No. Perilaku Yang Diamati Tanggapan / Komentar Anda

1. Menghormati perbedaan
Menghormati kawan
2.
Tidak memaksakan kehendak
3.
Menyambung tali silaturahim
4.
Menghormati yang lebih tua dan
5. Menyayangi yang lebih muda

Mutiara Hikmah

“Demi Allah yang jiwaku berada diBAB


tangan-Nya,
III seseorang tidak beriman hingga ia
mencintai
PUSATsaudaranya
PERADABANsebagaimana ia mencintai
DAN TOKOH TOKOHdirinya sendiri”ISLAM
DUNIA (Al Hadits)
MODERN SAMPAI KONTEMPORER

KOMPETENSI INTI
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun, ramah lingkungan,
gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan pro aktif) dan menunjukan sikap sebagai
bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia.
3. Memahami dan menerapkan pengetahuan factual, konseptual, procedural dalam ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan
dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan procedural pada
bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan
metode sesuai kaidah keilmuan.

KOMPETENSI DASAR
1.1 Meyakini bahwa berdakwah adalah kewajiban setiap muslim.
1.2 Menghayati nilai-nilai perjuangan dari tokoh-tokoh Islam dunia sebagai implementasi
dari kewajiban berdakwah dalam Islam
2.4. Memiliki sikap semangat melakukan penelitian di bidang ilmu pengetahuan dari tokoh-
tokoh ilmu pengetahuan dunia Islam sebagai implementasi dari kecintaan terhadap
perkembangan Islam di dunia.
A. AMATI GAMBAR BERIKUT DAN
BERIKAN PENDAPATMU

Setelah Kalian mengamati gambar di atas


buatlah daftar pendapat atau pertanyaan yang
relevan
.…………………………………………… .1
.……………………………………………
..……………………………………………
.…………………………………………… .2
.……………………………………………
.……………………………………………
Didalam Islam bahwa menuntut Ilmu diwajibkan …………………………………………… .3
bagi laki-laki maupun perempuan sejak dari buaian ..……………………………………………
hingga ke liang lahat.
..……………………………………………
Sumber gambar :
http://www.inspiredbymuhammad.com

Science class at Manchester Islamic High School


for Girls.
Photograph: Don McPhee/guardian.co.uk
http://www.theguardian.com
PETA KONSEP
B. PENDALAMAN MATERI

1. Sejarah peradaban Islam modern dan kontemporer

Pada abad ke 18, kawasan barat yang sudah mapan memasuki negara-negara Islam
serta mendirikan dominasinya di berbgai jalur sehingga dapat menguasai beberapa aspek
kehidupan masyarakat Islam yang akhirnya mendominasi kebudayaan serta perdaban Islam.
Sejak itulah umat Islam mulai sadar betapa beratnya penderitaan di bawah penjajahan
Negara-negara barat (orang-orang Kristen ). Mulailah umat Islam menginstropeksi diri dalam
segala kehidupanya, baik dalam bidang agama politik, sosial, budaya, ekonomi dan lain
sebagainya. Kebangkitan dunia Islam di latar belakangi banyaknya negara-negara Islam yang
memberontak Negara-negara barat melalui dari beberapa pemikiran serta dipacu oleh
pemuku-pemuka islam untuk memodernkan dunia islam.
Dalam sejarah perjalanan islam di bagi beberapa periode diantaranya yaitu periode
klasik(650-1250 M),periode pertengahan(1250-1800 M), periode modern dan kontemporer
(1800 M). Pada periode klasik Islam mengalami kemajuan karena pada masa itu terjadi
ekspansi intregasi dan keemasan Islam. pada masa itu pulalah beberapa lahir cendekiawan
yang memiliki berbagai macam keahlian ilmu pengetahuan dan filsafat.
Pada masa periode prtengahan Islam mengalami kemunduran akibat adanya berbagai
perpecahan dalam wilayah Islam yang mendirikan negara sendiri-sendiri serta berbagai
macam serangan dari Negara –Negara barat.pada masa ini umat Islam berada periode
kegelapan terutama dalam bidang pemikiran kemajuan ilmiah sudah tidak ada lagi dengan di
tutupnya pintu ijtihat pemikiran menjadi mati.

2. Pusat- pusat dan aspek-aspek peradaban Islam modern dan kontemporer

Banyak aspek-aspek pendukung peradaban Islam modern dan kontemporer di


kawasan timur tengah, serta kawasan timur diantaranya adalah aspek budaya, aspek sosial,
aspek ekonomi, dan aspek politik. Diantara negara-negara yang mengalami perkembangan
peradaban dalam kategori modern dan kontemporer adalah Turki, India, Iran dan kawasan
sekitarnya.

a. Baghdad

Kota bagdad didirikan oleh khalifah abbasiah kedua, almanshur(754-755 M) pada


tahun 762 M. setelah mencari- cari daerah yang strategis untuk ibukotanya, pilihan jatuh pada
daerah yang sekarang dinamakan Baghdad terletak di sungai tigris. Ia menugaslan beberapa
orang ahliuntuk meneliti dan mempalajari lokasi. Setelah penelitian seksama ini itulah daerah
ini ditetapkan sebagai ibukota dan pembangunan di mulai. Menurut cerita rakyat, daerah ini
adalah sebagai tempat peristirahatan kisra Anusyirwan, raja Persia yang mashur, di musim
panas. Bagdad berarti”taman keadilan” taman itu lenyap bersama kerajaan Persia.akan tetapi,
nama itu tetap menjadi kenagan rakyat.
Dalam membangun kota ini khalifah memperkerjakan ahli bangunan yang terdiri
darinarsitektur-arsitektur,tukang batu, tukang kayu, ahli lukis, dan lain-lain. Mereka
didatangkan dari syiria, mosul, basyrah, dan kuffah yang berjumlah sekitar 100 ribu orang.
Kota ini berbentuk bundar. Disekelilingnya dibangun dinding tembok yang besar dan tinggi
disebelah luar dinding tembok digali parit besar yang berfungsi sebagai saluran air sekaligus
sebagai benteng. Ada empat buah pintu gerbang diseputar kota ini, disediakan untuk setiap
orang yang ingin memasuki kota. Keempat pintu gerbang itu adalah bab al-kuffah, bab al-
syam, bab al-bashrah, bab al-khurasan. Di tengah-tengah kota terletak istana kholifah
menurut seni arsitektur Persia. Istana ini terkenal dengan nama al-qashr al-zahabi,berarti
istana emas. Istana ini di lengkapi bangunan masjid, tempat pengawal istana, polisi, dan
temapat tinggal putra-putri dan keluarga khalifah. Di sekitar istana dibangun pasar tempat
perbelanjaan. Jalan raya menghubungkan empat pintu gerbang.
Sejak awal berdirinya, kota ini sudah menjadi pusat peradaban dan kebangkitan ilmu
pengetahuan dalam islam. Itulah sebabnya, Philip K.Hitti menyebutnya sebagai kota
intelektual. Setelah masa Al-manshur, kota bagdad menjadi lebih masyhur lagi karena
perannya sebagai pusat perkembangan peradaban dan kebudayaan islam. Banyak para ilmuan
dari berbagai daerah datang ke kota ini untuk mendalami ilmu pengetahuan yang ingin
dituntutnya. Masa keemasan kota bagdad terjadi pada zaman pemerintahan khalifah Harun
Al-Rasyid (786-809) dan anaknya Al-makmun (813-833 M). dari kota inilah memancar sinar
kebudayaan dan peradaban Islam ke seluruh dunia. Prestise politik, supremasi ekonomi, dan
aktifitas intelektual merupakan tiga keistemewaan kota ini. Kebesaranya yang tidak terbatas
pada negeri arab, tetapi meliputi seluruh negeri islam. Bagdad ketika itu menjadi pusat
peradaban islam dan kebudayaan yang tertinggi di dunia. Ilmu pengetahuan dan sastra
berkembang sangat pesat. Banyak buku filsafat yang sebelumnya di pandang sudah “mati”
dihidupkan kembali dengan diterjemahkan ke dalam bahasa arab. Khalifah al-ma’mun
memiliki perpustakaan yang dipenuhi dengan beribu-ribu buku ilmu pengetahuan.
Perpustakaan itu bernama Bait al-hikmah.

1) Penguasa pada masa-masa awal

Populasi Bagdad berada pada jumlah sekitar 300.000 dan 500.000 pada abad ke-9.
Pertumbuhan pesat Bagdad pada awal telah melambat akibat dari masalah dalam
Kekholifahan, termasuk pemindahan ibu kota ke Samarra (antara 808–819 dan 836–892),
hilangnya provinsi-provinsi barat dan paling timur, dan masa dominasi politik oleh para
Buwayhid Iran (945–1055) dan bangsa Turki Seljuk (1055–1135). Panen yang rusak dan
perselisihan intern membuatnya runtuh. Meskipun begitu, kota ini tetap merupakan satu
daripada pusat kebudayaan dan perdagangan dunia Islam hingga 10 Februari 1258 ketika ia
dirusak bangsa Mongol di bawah Hulagu Khan. Para suku Mongol membunuh 800.000
penduduk kota, termasuk Kalifah Abbasiyah Al-Musta'sim, dan merusak sebagian besar kota.
Kanal dan tanggul-tanggul yang membentuk sistem irigasi kota juga turut hancur. Perebutan
Bagdad mengakhiri era Kekholifahan Abbasiyah, sebuah pukulan keras yang tak pernah
dipulihkan peradaban Arab.
Bagdad pun dipimpin oleh Il-Khanidd, penguasa Iran berbangsa Mongol. Pada 1401,
Bagdad dirusak kembali oleh bangsa Mongol di bawah pimpinan Timur ("Tamerlane"). Ia
menjadi ibu kota provinsi yang dipimpin dinasti-dinasti Jalayirid (1400–1411), Qara Quyunlu
(1411–1469), Aq Quyunlu (1469–1508), dan Safavid (1508–1534). Pada 1534, Bagdad
direbut bangsa Turki Ottoman. Di bawah kekuasaan mereka, Bagdad mengalami masa-masa
suram, di antaranya karena perselisihan antara penguasanya dengan Persia. Untuk suatu saat,
Bagdad merupakan kota terbesar di Timur Tengah sebelum posisinya diambil alih
Konstantinopel pada abad ke-16.
Bagdad tetap dikuasai Kerajaan Ottoman hingga terbentuknya kerajaan Irak di bawah
kekuasaan Britania Raya pada 1921, yang kemudian dilanjutkan dengan kemerdekaan resmi
pada 1932 dan kemerdekaan penuh pada 1946. Pengaruh Eropa ini juga mengubah wajah
kota. Pada tahun 1920, Bagdad - yang tumbuh dari lokasi tertutup seluas 254 mil persegi (657
km²) - menjadi ibu kota negara baru Irak.
Populasi kota tumbuh dari sekitar 145.000 pada 1900 menjadi 580.000 pada 1950.
Pada tahun 1970-an, Bagdad mengalami masa kemakmuran dan pertumbuhan karena
tajamnya kenaikan harga minyak, ekspor utama Irak. Infrastruktur baru dibangun pada saat
ini termasuk saluran pembuangan modern, air, dan jalan tol. Namun Perang Iran-Irak pada
tahun 1980-an merupakan masa yang sulit bagi Bagdad karena uang digunakan untuk
membiayai pasukan tentara dan ribuan penduduk kota meninggal. Iran melancarkan beberapa
serangan rudal terhadap Bagdad, meski serangan tersebut hanya menyebabkan kerusakan
kecil dan sedikit korban saja.

2) Konflik dengan Amerika

Perang Teluk Persia pada 1991 mengakibatkan kerusakan parah terhadap Bagdad,
khususnya infrastruktur transportasi, energi dan kebersihannya. Meskipun begitu, Presiden
AS George H. W. Bush memutuskan agar pasukan AS tidak memasuki Bagdad dan
merebutnya – dan dengan itu meninggalkan Saddam Hussein dalam tonggak kekuasaan – hal
ini mungkin disebabkan kemungkinan akan adanya korban sipil yang besar dari melakukan
serangan ke kota tersebut.
Bagdad dibom secara besar-besaran pada Maret dan April 2003 dalam invasi AS
terhadap Irak 2003, dan jatuh di bawah kekuasaan Amerika Serikat pada sekitar tanggal 7
April-9 April. Kerusakan tambahan juga disebabkan penjarahan besar-besaran pada beberapa
hari setelah berakhirnya perang. Setelah jatuhnya rezim Saddam, kota ini pun dikuasai oleh
pasukan AS. Akhirnya kekuasaan berpindah kepada pemerintah sementara pada akhir Juni
2004.
Hingga kini Bagdad masih termasuk berbahaya bagi penduduknya karena kriminalitas
merajalela di kota tersebut. Selain itu, aliran listrik juga masih terbatas dan menyebabkan
warga menjadi tidak sabar dengan invasi AS terhadap Irak.
Bagdad telah lama memainkan peranan penting dalam kehidupan kebudayaan Arab dan
sejak dulu merupakan kampung halaman penulis-penulis, musisi dan artis visual terkenal.
Tempat-tempat yang menarik termasuk Museum Nasional Irak, di mana koleksi
artifak-artidak yang tak ternilai dijarah pada saat invasi pada 2003, gerbang Tangan
Kemenangan, dan Kebun binatang Bagdad. Ribuan manuskrip kuno di Perpustakaan negara
rusak ketika bangunan tersebut dibakar pada masa Perang Teluk Persia kedua. Mesjid Al
Khadimiya di barat laut Bagdad adalah salah satu bangunan keagamaan Syiah terpenting di
Irak. Ia selesai dibangun pada 1515 dan Imam ke-7 (Musa ibn Jafar al-Kazim) dan ke-9
(Mohammad al-Taqi) dimakamkan di sini. Salah satu bangunan tertua adalah Istana
Abbasiyah yang dibangun pada abad ke-12 atau abad ke-13.
Pada abad ke-8 dan 9, Bagdad dianggap sebagai kota terkaya di dunia. Para pedagang
Tiongkok, India, dan Afrika Timur bertemu di sini, bertukaran benda-benda kebudayaannya
dan melambungkan Bagdad menjadi renaisans intelektual. Rumah sakit dan observatorium
dibangun; para penyair dan seniman dibina; dan karya besar Yunani) diterjemahkan ke
(bahasa Arab).
Bagdad adalah salah satu dari kota terbesar dan paling kosmopolitan di dunia dan
menjadi rumah bagi umat Muslim, (Kristen|Kristiani), (Yahudi) dan penganut (paganism)
dari seluruh (Timur Tengah) dan (Asia Tengah). Di samping itu, banyak berdiri akademi,
sekolah tinggi, dan sekolah biasa yang memenuhi kota itu. Dua diantaranya yang terpenting
adalah perguruan Nizhamiyyah, didirikan olah nizham al-mulk, wazir sultan Seljuk, pada
abad ke-5 H dan perguruan mustanshiriyah, didirikan dua abad kemudian olah khalifah al-
mustansyir billah.
Dalam bidang sastra, kota bagdad terkenal dengan hasil karya yang indah dan
digemari orang. Diantara karya sastra yang terkenal ialah Alf lailah wa lailah, atau kisah
seribu satu malam. Di kota bagdad ini, lahir dan muncul para saintis, ulama, filosof, dan
sastrawan Islam yang terkenal, seperti al-khawarizm(ahli astronomi dan matematika, penemu
ilmu aljabar), al-kindi (filosof arab pertama), al-razi (filosof, ahli fisika dan kedokteran), al-
farabi (filosof besar yang dijuluki dengan al-mu’allim al-tsani, guru kedua setelah aristoteles.
Dalam bidang ekonomi, perkembanganya berjalan seiring dengan perkembangan
politik. Pada zaman harun al-rasyid dan al-makmun, perdagangan dan industry berkembang
pesat. Kehidupan ekonomi kota ini didukung oleh tiga buah pelabuhan yang ramai dikunjungi
para kafilah dengan internasional(cina, india, asia tengah, syiria, Persia, mesir, dan negeri
afrika lainnya), dua di basrah dan sirat di teluk Persia
.
b. Kairo (mesir)

Kota kairo di bangun pada tanggal 17 sya’ban 358 H/969 M oleh panglima perang
dinasti fathimiah yang beraliran syi’ah, jawhar al-siqili, atas perintah khalifah fathimiah, al-
mu’izz lidinillah (953-975 M), sebagai ibukota kerajaan dinasti tersebut.
Wilayah kekuasaan dinasti fathimiah meliputi afrika utara, sicilia, dan syiria.
Berdirinya kota kairo sebagai ibu kota kerajaan dinasti ini membuat bagdad mendapat
saingan. Setelah pembangunan kota kairo rampung lengkap dengan istananya, al-siqili
mendirikan masjid al-azhar, 17 Ramadhan 359 H (970 M). masjid ini berkembang menjadi
sebuah universitas besar yang sampai sekarang masih berdiri megah. Nama Al-Azhar diambil
dari al-Zahra’, julukan fathimiah, puteri Nabi Muhammad saw dan istri ‘ali ibn abi thalib,
Imam pertama syiah.
Kota yang terletak di tepi sungai Nil ini mengalami tiga kali masa kejayaan, yaitu
pada masa dinasti fathimiah, dimasa shalah Al-Din Al- Ayyubi dan dibawah baybars dan al-
nasyir pada masa dinasti mamalik. Periode fathimiah ini dimulai dengan al-mu’izz dan
puncaknya terjadi pada masa pemerintahan anaknya, al-aziz. Al- muizz lidinillah dan aziz di
mesir dapat disejajarkan dengan harun al-rasyid di bagdad. Selama pemerintahan mu’izz dan
tiga orang pengganti pertamanya, seni dan ilmu mengalami kemajuan besar.
Al –mu’izz melaksanakan tiga kebijakan besar, yaitu pembaharuan dalam bidang
administrasi,pembangunan ekonomi, dan toleransi beragama(juga aliran). Dalam bidang
administrasi, ia mengangkat seorang wazir (menteri) untuk melaksanakan tugas-tugas
kenegaraan. Dalam bidang ekonomi, ia member gaji khusus kepda tentara, personalia istana,
dan pejabat pemerintahan lainnya. Dalam bidang agama, di mesir diadakan empat lembaga
peradilan, dua untuk mazdhab syi’ah dan dua untuk mazdhab sunni. Al-azis kemudian
mengadakan program baru dengan mendirikan masjid-masjid , istana, jembatan, dan kanal-
kanal baru.
Pada zaman aziz billah dan hakim biamrillah, terdapat seorang mahaguru bernama ibn
yunus yang menemukan pendulum dan ukuran waktu dengan ayunannya. Karyannya zij al-
akbar al-hakimi diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa. Dia meninggal pada tahun 1009 M
dan penemuan-penemuannya diteruskan oleh ibn al-nabdi(1040) dan hasan ibn haitham,
seorang astronom dan ahli optika. Yang disebut terakhir menemukan sinar cahaya datang dari
objek ke mata dan bukan keluar dari mata lalu mengenai benda luar.
Pada masa pemerintahan al-hakim, didirikan bait al-hikamah, terisnpirasi dari
lembaga yang sama yang didirikan oleh al-makmun di bagdad. Di lembaga ini banyak sekali
koleksi buku-buku. Lembaga ini juga merupakan pusat pengkajian astronomi, kedokteran,
dan ajaran-ajaran Islam terutama syia’ah.
Pada masa-masa selanjutnya, dinasti fathimiah mulai mendapat gangguan –gangguan
politik. Akan tetapi, kaoro tetap menjadi sebuah kota besar dan penting. Ketika jayanya, di
kairo terdapat lebih kurang 20.000 toko milik khalifah, penuh dengan barang-barang dari
dalam dan luar negeri. Kafilah-kafilah, tempat-tempat pemandian, dan sarana umum lainnya
banyak sekali didirikan oleh penguasa. Istana khalifah dihuni oleh 30.000 orang, 12.000
diantaranya adalah pembantu, 1000 pengawal berkuda.
Dinasti fathimiah ditumbangkan oleh dinsti ayyubiah yang didirikan oleh shalah al-
din, seorang pahlawan islam terkenal dalam perang salib. Ia tetap mempertahankan lembaga-
lembaga ilmiah yang didirikan oleh dinasti fathimiah tetapi mengubah orientasi keagamaanya
dari syi’ah kepada sunni. Ia juga mendirikan lembaga-lembaga ilmiah baru, terutama masjid
yang dilengkpi dengan tempat belajar teologi dan hokum. Karya-karya ilmiah yang muncul
pada masanya dan sesudahnya adalah kamus-kamus biografi, compendium sejarah, manual
hokum, dan komentar-komentar teologi. Ilmu kedokteran diajarkan di rumah-rumah sakit.
Prestasinya yang lain adalah didirikannya sebuah rumah sakit bagi orang cacat pikiran

c. Isfahan (Persia)

Isfahan adalah kota terkenal di Persia, pernah menjadi ibu kota kerajaan syafawi. Kota
ini merupakan gabungan dari dua kota sebelumnya, yaitu jay, tempat berdirinya syahrastan
dan yahudiyyah yang didirikan oleh buchtanashar atau yazdajir 1 atas anjuran istrinya yang
beragama yahudi. Kota Persia ini sebagai ibu kota provinsi dan pusat industry dan
perdagangan.
Persia memiliki kebudayann dan perdaban yang mempunai ciri menggunakan bahasa
indo irannya dan cirri etnik arya serta domonasi bahasa Persia. Pengaruh kebudayaannya
mampu mempengaruhi negara-negara di india, asia tenggara khususnya melayu maupun
daratan cina. Persia memiliki cirri-ciri kebudayaan seperti arsitektur dan kesenian yang
sangat khas sehingga mampu digunakan sebagai alat dalam penyebaran serta pengembangan
agama islam pada periode islam modern dan kontemporer.Pemgelompokkan keagamaan di
Persia banyak mendapat perhatian dari pihak arab karena sistematis pengelompokanya sangat
baik dan praktis dengan menggunakan dua corak kehidupan syiah dan suni.
Ketika raja safawi, Abbas 1, menjadikan Isfahan sebagai ibu kota kerajaanya, kota ini
menjadi kota yang luas dan ramai dengan penduduk. Kota ini terletak di atas sungai zandah.
Di atas sungai ini terbentang tiga buah jembatan yang megah dan indah, satu diantaranya
terletak di tengah kota. Sementara dua lainnya di pinggiran kota. Kota ini, ketika berada di
bawah kekuasaan kerajaan syafawi, dikelilingi oleh tembok yang terbuat dari tanah dengan
delapan buah pintu . di dalam kota banyak berdiri bangunan, sperti istana-istana, sekolah-
sekolah, masjid-masjid, menara-menara, pasar, dan rumah-rumah yang indah, terukir rapi
dengan warna-warna yang menarik. Masjid syah yang masih ada sampai sekarang yang
didirikan oleh Abbas 1, merupakan salah satu masjid terindah di dunia. Pintunya di lapisi
dengan perak. Di samping itu, juga ada lapangan dan tanaman yang terawatt baik dan
menawan.

c. Turki

Pada tahun 2000 muncul cendikiawan yang bernama Harun Yahya yang mampu
melakukan perlawanan terhadap sekularisme melalui beberapa pemikiran dan dalam bidang
yang lain. Ini merupakan fenomena baru bagi penduduk Turki dalam adad modern dan
kontemporer.
Dalam Aspek budaya dan sosialnya kawasan turki banyak dihuni oleh suku Kurdi
yang sering melakukan pemberontakan dengan kebijakan publik karena adanya perbedaan
pemahaman dalam bidang agama. Dalam aspek agamanya masyarakat Turki mampu
berkembang dan mengembangkan ajaran Islam karena memiliki dua madzhab dalam
memahami ajaran Islam yaitu madzhab Sunni dan syi’ah. Masing masing dari madzhab
tersebut memiliki pemimpin dan bergerak dalam bidangnya masing-masing tanpa
menggangku aktivitas diantara keduanya. Hal ini dikarenakan adanya kebijakan dari kaisar
Turki yang membagi daerah penyebaran masing-masing.
Dalam arsitektur, masjid-masjid yang dibangun disana membuktikan kemajuannya.
Masjid memang merupakan suatu ciri dari sebuah kota Islam, tempat kaum muslimin
mendapat fasilitas lengkap untuk menjalankan kewajiban agamanya. Gereja Aya Sophia,
setelah penakhlukan diubah menjadi sebuah masjid agung yang terpenting di istambul.
Gambar –gambar makhluk hidup yang sebelumnya ditutup, mihrab, didirikan, dindingnya
dihiasi dengan kaligrafi yang indah, dan menara- menara dibangun. Masjid-masjid penting
lainnya adalah masjid Agung Al-Muhammadi atau masjid Agung Sultan Muhammad Al-
fatih, Masjid Abu Ayyub Al-anshari (tempat pelantikan para sultan usmani), masjid bayazid
dengan gaya Persia, dan msjid sulaiman Al-qanuni.

d. Delhi (India)

Pusat peradaban Lembah Sungai Gangga terletak antara Pegunungan Himalaya dan
Pegunungan Windya-Kedna. Pendukung peradaban Lembah Sungai Gangga adalah bangsa
Arya yang termasuk bangsa Indo-Jerman. Mereka datang dari daerah Kaukasus dan
menyebar ke arah timur. Bangsa Arya memasuki wilayah India antara tahun 200-1500 SM,
melalui Celah Kaibar di Pegunungan Hirnalaya. Peradaban Lembah Sungai Gangga. Pusat
peradaban Lembah Sungai Gangga terletak antara Pegunungan Himalaya dan Pegunungan
Windya-Kedna. Pendukung peradaban Lembah Sungai Gangga adalah bangsa Arya yang
termasuk bangsa Indo-Jerman. Mereka datang dari daerah Kaukasus dan menyebar ke arah
timur. Bangsa Arya memasuki wilayah India antara tahun 200-1500 SM, melalui Celah
Kaibar di Pegunungan Hirnalaya. Bangsa Arya adalah bangsa peternak dengan kehidupan
yang terus mengembara. Setelah berhasil mengalahkan bangsa Dravida di Lembah Sungai
Indus dan menguasai daerah yang subur, akhirnya mereka hidup menetap. Selanjutnya,
mereka menduduki Lembah Sungai Gangga dan terus mengembangkan kebudayaannya.
Kebudayaan campuran antara kebudayaan bangsa Arya dengan bangsa Dravida dikenal
dengan sebutan kebudayaan Hindu
Perkembangan sistem pemerintahan di Lembah Sungai Gangga merupakan kelanjutan
~an sistem pemerintahan masyarakat di daerah Lembah Sungai Indus. Runtuhnya Kerajaan
Maurya menjadikan keadaan kerajaan menjadi kacau dikarenakan peperangan antara
kerajaan-kerajaan kecil yang ingin berkuasa. Keadaan yang kacau, mulai aman kembali
setelah munculnya kerajaan-kerajaan baru.
Kebudayaan Lembah Sungai Gangga merupakan campuran antara kebudayaan bangsa
Arya dengan kebudayaan bangsa Dravida. Kebudayaan ini lebih dikenal dengan kebudayaan
Hindu. Daerah-daerah yang diduduki oleh bangsa Indo-Arya sering disebut dengan Arya
Varta.
Di Lembah Sungai Gangga inilah kebudayaan Hindu berkembang, baik di wilayah
India maupun di luar India. Masyarakat Hindu memuja banyak dewa (Politeisme). Dewa-
dewa tersebut, antara lain, Dewa Bayu (Dewa Angin), Dewa Baruna (Dewa Laut), Dewa
Agni (Dewa Api), dan lain sebagainya. Dalam agama Hindu dikenal dengan sistem kasta,
yaitu pembagian kelas sosial berdasarkan warna dan kewajiban sosial. Dalam perkembangan
selanjutnya, sistem kasta inilah yang menyebabkan munculnya agama Buddha. Hal ini
dipelopori oleh Sidharta Gautama.
Agama Buddha mulai menyebar ke masyarakat India setelah Sidharta Gautama
mencapai tahap menjadi Sang Buddha. Agama Buddha terbagi menjadi dua aliran, yaitu
Buddha Mahayana dan Buddha Hinayana. Peradaban Sungai Gangga meninggalkan beberapa
bentuk kebudayaan yang tinggi seperti kesusastraan, seni pahat, dan seni patung.

e. Pakistan

Dalam bidang politik Pakistan masih menyandang tradisi kerajaan abbasiyah yakni
dengan memperhatikan beberapa hal diantaranya yaitu kestuan dan integritas umat islam
sebagai komunitas agama universal, implemntasi syariat dibawa pengawasan ulama’,
pelestarian dan penyebaran ilmu agama di bawah bimbingan ulama’. Sebagai fungsional,
mereka meng -organisasi memim[pin solat berjamaah ,mengawasi perayaan acara dan hari
raya islam serta melakukan upacara pernikahan dan pemakaman.untuk mewujudkan yangt
lebih modern mereka mengupayakannya melalui pendirian negara islam dengan alquran dan
sunnah sebagai konstitusinya dan syariat sebagai hukumnya

f. Andalusia (spanyol)

Sejak pertama kali menginjakkan kaki di tanah Spanyol hingga jatuhnya Kerajaan
Islam terakhir di sana, Islam memainkan peranan yang sangat besar. Masa itu berlangsung
lebih dari tujuh setengah abad. Sejarah panjang yang dilalui umat Islam di Spanyol itu dapat
dibagi menjadi enam periode, yaitu :

1) Periode Pertama.
Periode pertama, berlangsung sekitar tahun 711 – 755 M. Periode ini, menghantarkan
Andalusia menjadi sebuah provinsi yang tunduk kepada pemerintahan pusat di Damaskus.
Pada tahap ini, stabilitas sosial politik dan ekonomi Andalusia belum sempurna, namun relatif
aman dan tetap berkembang. Gangguan dan ancaman terhadap proses pembangunan negeri,
masih datang silih berganti, baik datang dari luar maupun dari dalam. Pada tahap ini pula,
peradaban dan kebudayaan Islam belum mencapai puncaknya, kecuali setelah datangnya
Abdurrahman Al-Dakhil pada tahun 138 H / 755 M.

2) Periode Kedua.
Periode kedua, berlangsung sekitar tahun 755 – 912 M. Andalusia pada periode ini
dipimpin oleh seorang wali (gubernur) yang menyatakan diri tidak tunduk kepada
pemerintahan pusat yang berada di Baghdad. Orang pertama yang memimpin Andalusia yang
berdaulat dan berdiri sendiri adalah Abdurrahman Al-Dakhil.
Pada masa ini, umat Islam mulai mengalami kemajuan dalam berbagai bidang
kehidupan. Maka peradaban Islam pun mulai tumbuh dan berkembang. Abdurrahman Al-
Dakhil segera membangun Mesjid Cordova dan sekolah-sekolah di berbagai kota besar di
Spanyol. Hikam I berjasa dalam membangun dan menegakkan hukum dan perundang-
undangan, Hakam I dikenal sebagai reformis dan pembaharu, dan Abdurrahman Al-Aushat
dikenal sebagai ilmuan dan filosof. Ilmu pengetahuan dan seni budaya pada masa ini, sudah
mulai semarak berkembang dan menuju kepada kemajuan.

3) Periode Ketiga.

Pada periode ini, umat Islam mengalami kemajuan yang luar biasa, baik di bidang
ilmu pengetahuan maupun sosial budaya. Peride ini berlangsung sekitar tahun 912 – 1013 M.
yang diawali dengan kepemimpinan Abdurrahman III dan diakhiri dengan munculnya
kerajaan-kerajaan kecil, yang disebut Muluku Al-Thawaif.
Peradaban Islam di Eropa semakin tampak bersinar, sebab periode ini, banyak
mengandung kemajuan yang cukup berarti. Abdurrahman III segera mendirikan pusat
berkembangnya ilmu pengetahuan, yakni Universitas Cordova. Perpustakaan yang terdapat di
Universitas itu, memiliki ribuan buku yang memuat berbagai ilmu pengetahuan. Apalagi
setelah Hakam II memimpin Andalusia, umat Islam semakin merasakan betapa pesatnya ilmu
pengetahuan berkembang, yang pada saatnya menghantarkan dan membentuk suatu
peradaban Islam yang sempurna dan berkualitas tinggi.

4) Periode Keempat.

Peride keempat, berlangsung sekitar tahun 1013 – 1086 M. pada tahap ini Andalusia
sebagai suatu kerajaan yang berdaulat yang utuh mengalami disintegrasi. Kota-kota besar di
wilayah Andalusia, merasa kuat dan mampu mendirikan kerajaan sendiri. Periode ini
merupakan awal kehancuran umat Islam di Andalusia, sebab mereka saling bertengkar dan
berperang sesama Muslim untuk merebutkan wilayah kekuasaan.
Pertikaian intern itu, tentu saja terbaca oleh kaum Nasrani sebagai kelemahan bagi
umat Islam. Mereka berusaha menyusun kekuatan untuk segera dapat menghancurkan umat
Islam. Namun demikian, perkembangan ilmu pengetahuan dan kreativitas intelektual pada
masa ini masih tetap berjalan, meskipun tidak sehebat masa-masa sebelumnya.

5) Periode Kelima.

Periode kelima, berlangsung sekitar tahun 1086 – 1248 M. yang dipimpin oleh dua
dinasti yang menonjol ketika itu, yaitu dinasti Murabithun (1086 – 1143 M) dan dinasti
Muwahidun (1146 – 1253 M). Kedua dinasti ini sebenarnya berasal dari Afrika Utara, yang
datang ke Andalusia atas undangan raja-raja Islam untuk membantu melawan serangan kaum
Katolik Barat. Untuk beberapa dekade, serangan dan pertahanan kedua dinast itu cukup kuat,
sehingga Islam masih tetap berkibar untuk sementara di tanah Spanyol. Namun akhirnya,
kaum Katolik dengan pasukannya yang besar dan kuat dapat menghancurkan mereka, yang
memaksa kedua pemimpin dinasti itu pindah kembali ke Afrika. Kaum Katolik sejak tahun
1212 mengalami kemenangan yang luar biasa, sehingga kota-kota besar Islam satu-persatu
jatuh ke tangan mereka. Kota Cordova jatuh ke tangan penguasa Katolik pada tahun 1238 M.
sepuluh tahun kemudian menyusul kota Seville jatuh pada tahun 1248 M. Bahkan seluruh
wilayah Andalusia jatuh ke tangan Katolik, kecuali Granada yang masih dikuasai Bani
Ahmar.

6) Periode Keenam.

Periode keenam, berlangsung sekitar tahun 1248 – 1492 M.yang sebenarnya


merupakan akhir dari kekuasaan Islam di tanah Spanyol. Namun demikian di bawah
kekuasaan Bani Ahmar (1252 – 1492 M) peradaban Islam mulai mengalami kemajuan yang
cukup berarti. Namun kejayaan Islam itu tidak bertahan lama akibat konflik intern yang
terjadi di kalangan istana. Pangeran Abu Abdullah Muhammad tidak setuju atas keputusan
ayahnya yang mengangkat adiknya sebagai putera mahkota. Dia melakukan perlawanan
dengan meminta bantuan pasukan Ferdinand dan Isabella untuk menjatuhkan kekuasaan sang
ayah, akhirnya ayahnya terbunuh dan adiknya naik tahta menjadi raja. Perlawanan terus
dilakukan, dan adiknya pun terbunuh juga. Akhirnya ia pun naik tahta, namun segera
dirongrong oleh penguasa Kristen yang pernah membantunya. Tak lama menduduki kerajaan,
akhirnya Abu Abdullah Muhammad digulingkan oleh kedua penguasa Kristen, Ferdinand dan
Isabella, pada tahun 1492 M. Maka sejak itulah, seakan lenyap dari bumi Andalusia
(a) Bidang Ilmu Pengetahuan dan Filsafat.
Ketika Islam berjaya di Andalusia, ilmu pengetahuan dan filsafat mengalami
perkembangan yang cukup pesat. Ketika Islam lahir, sebagai agama pemersatu dan agama
peradaban, bangsa Yunani sedang tenggelam dalam kekuasaan pemerintah yang kejam,
sedang dunia Islam mulai menyingsingkan fajar kebebasan, terutama bagi berkembangnya
ilmu pengetahuan. Minat terhadap filsafat dan ilmu pengetahuan mulai dikembangkan oleh
penguasa Muslim ketika itu, sehingga para ilmuwan dan filsof kenamaan banyak lahir di
dunia Islam, seperti Ibnu Hazm dengan karyanya al-Milal wa al-Nihal, Abu bakr Muhamad
Ibnu Al-Asyik (wafat 1138) yang dikenal Ibnu Bajah, Abu Bakar Ibnu Thufael (wafat 1185)
yang dikenal dengan bukunya yang berjudul “Hay bin Yaqdzan”, Ibnu Rusyd (1126 – 1198
M) yang dikenal dengan sebutan Averous, karyanya antara lain Tuhafut al-Tuhafut.

(b) Bidang Geografi dan Sains.

Ilmuwan di bidang geografi lahirlah nama Ibnu Jubair, seorang pengarang buku
berjudul “Perlawatan ke negeri-negeri Islam”, Abu Hamid Al-Hazim dan Abu Ubaid Al-
Bakry.
Di bidang sains muncullah nama-nama yang ahli di bidang kedokteran, musik, matematika,
astronomi, kimia, dan lain-lainnya misalnya Wafid Al-Bakhmi, Khalaf Al-Zahrawi, sebagai
ahli di bidang kedokteran dan ilmu fa’al. Abu Qasim al-Zanrawi seorang dokter bedah yang
mengarang buku Al-Tasrif setebal 30 jilid, Ibnu Khatimah ahli penyakit Malaria, Abbas Ibnu
Farnas ahli Kimia dan Astronomi, ia adalah seorang ilmuwan pertama yang menemukan cara
membuat kaca dari batu.
(c) Bidang Sejarah dan Sosiologi.

Ilmu sejarah dan sosiologi juga berkembang pesat di Andalusia semasa pemerintahan Islam.
Ahli sejarah dan sosiologi yang menjadi peletak dasar teori-teori sejarah dan sosiologi banyak
bermunculan pada masa ini. Mereka antara lain; Ibnu Hazm dengan karyanya Jamharah al-
Ahsab dan Rasail fi Fadl Ahlal Andalus, Ibnu Batutah (1304 – 1374) seorang sejarawan
yangpernah berkunjung ke Indonesia dan Asia Tenggara, Ibnu Jubair dari Valencia (1145 –
1228 M) seorang ahli sejarah dan geografi yang menulis sejarah negeri-negeri muslim
Mediterania dan Cicilia, Ibnu Khaldun dari Tunis, seorang ahli filsafat sejarah yang terkenal
dengan bukunya Mukaddimah.

(d) Bidang Agama dan Hukum Islam.

Bidang ilmu-ilmu Islam juga turut berkembang pesat di Andalusia, yang pada
akhirnya melahirkan tokoh-tokoh yang berkompeten di bidang ini, antara lain Ibnu Rusyd
yang terkenal dengan karyanya; Bidayat al-Mujtahid Wa Nihayah al-Mukhtashid, dan Ibnu
Hazm yang terkenal dengan karyanya; Al-Ahkam fi Ushul al-Ahkam, dan sebagainya.

(e) Bidang Musik dan Kesenian.

Tokoh yang terkenal pada masa ini di bidang musik dan seni suara adalah Al-hasan
bin Nafi’ yang dijuluki Zaryab, ia adalah seorang seniman yang terkenal di zamannya.

(f) Bidang Bahasa dan Sastra.

Di bidang bahasa dan sastra, bahas Arab merupakan bahasa administrasi bagi
pemerintahan Islam Spanyol. Hal itu dapat diterima oleh orang-orang Islam dan muslim di
negeri itu termasuk penduduk asli. Di antara tokoh yang terkenal pada masa itu adalah Ibn
Malik pengarang kitab “Alfiyah”, Ibn Khuru, Ibn Al-Haj, dan sebagainya, sedangkan tokoh
sastranya antara lain Ibn Abdi Rabah dengan bukunya Al-Iqd al-Farid, Ibn Basam dengan
bukunya Al-Dzakirah fi Miahasin al-Jazirah, dan Al-Fath Ibn al-Haqan dengan karangannya
Al-Qalaid.

(g) Bidang Pembangunan Fisik.

Pemerintahan Islam di Andalusia juga mengembangkan dan membangun beberapa


lembaga berikut sarana dan prasarananya, misalnya membangun tropong bintang di Cordova,
membangun pasar dan jembatan, melakukan upaya pengendalian banjir dan penyimpanan air
hujan, membangun sistem irigasi hidrolik dengan menggunakan roda air (water wheel),
memperkenalkan tanaman padi dan jeruk, dan mendirikan pabrik-pabrik tekstil, kulit, logam,
dan lainnya.
1. Runtuhnya Kerajaan Andalusia.

Lemahnya Kekuasaan Bani Umayyah II dan Bangkitnya Kerajaan-Kerajaan Kecil di


Andalusia.
Menurut data sejarah, pada saat itu kerajaan Islam di Spanyol terpecah-pecah menjadi
kerajaan kecil. Sepeninggal dinasti Umayyah, kerajaan di Spanyol menjadi 20 wilayah
kerajaan kecil. Kerajaan-kerajaan itu antara lain bani Ibad di Seville, bani Hamud di Malaga,
bani Zirry di Granada, bani Hud di Saragosa, dan yang terkenal adalah bani Dzin Nun yang
menguasai kota Toledo, Valensia, dan Marusa.
Raja-raja kecil ini sering berebut kekuasaan, yang satu menghantam yang lain,
sehingga kekuatan mereka menjadi lemah, sedangkan pada saat yang sama, raja-raja Eropa
bersatu. Raja Al-Fonso VI dan Leon mengadakan kerjasama dengan Australia, Castilia dan
raja-raja lainnya. Mereka bersatu menghimpun kekuatan untuk menghancurkan kekuatan
Islam di Spanyol. Kekuatan baru inilah yang dapat menaklukkan kota Granada pada tahun
898 H / 1492 M. Dengan jatuhnya kota Granada, berakhirlah kekuasaan Islam Arab pada
masa itu di Andalusia, setelah mereka menguasai negeri itu selama delapan abad.

2. Timbulnya Semangat Orang-Orang Eropa Untuk Menguasai Kembali Andalusia.


Kekuatan Islam berlangsung dalam waktu yang cukup lama, dan selama itu pula
orang-orang Eropa mulai menyusun kekuatannya untuk menghancurkan Islam. Pada saat
kekuasaan Islam mulai melemah, mereka segera menyusun kekuatan baru yang luar
biasa. Serangan demi seranganpun dilancarkan terhadap kekuasaan Islam, tetapi pada
mulanya masih dapat digagalkan. Pada masa pemerintahan Bani Ahmar (1232- 1492),
khususnya pada masa pemerintahan Abdurrahman Al-Nasir, kekuatan umat Islam dapat
dipulihkan kembali. Akan tetapi menjelang akhir hayatnya, ia mewariskan kekuasaan itu
kepada adik kandungnya. Akibatnya Abu Abdullah Muhammad sebagai anaknya merasa
kecewa, dan menuntut balas terhadap ayahnya. Dia mengadakan pemberontakan yang
menewaskan sang ayah, tetapi kursi kerajaan tetap pada pamannya. Abu Abdullah
kembali menyusun rencana pemberontakan dengan meminta bantuan penguasa Kristen
Ferdinand dan Isabella. Permintaan itu dikabulkan dan pamannya tewas terbunuh. Setelah
itu, segudang hadiah yang terdiri dari emas berlian, diserahkan kepada Ferdinand dan
Isabella.

Tetapi para penguasa Kristen itu, tidak merasa puas dengan hadiah. Bahkan mereka
ingin merebut kekuasaan Abu Abdullah dan mengenyahkan kekuasaan Islam dari tanah
Spanyol. Rencana penyerangan pun disusun, dan pada saat pasukan Abu Abdullah dikepung
selama beberapa hari, akhirnya Abu Abdullah menyerah tanpa syarat dan bersedia hengkang
dari bumi Spanyol pada tahun 1492 M. Dengan demikian, tamatlah sudah riwayat perjuangan
umat Islam di Andalusia. Pada saat yang bersamaan, penguasa Eropa Kristen dengan leluasa
menancapkan kakinya di bumi Andalusia setelah selama delapan abad berada di tangan kaum
Muslimin.

3. Faktor Kemunduran Peradaban Islam


a. Hancurnya Kekuasaan Islam dan Rendahnya Semangat Para Ahli Dalam Menggali Budaya
Islam.
Hancurnya kekuasaan Islam di Andalusia pada tahun 1492 M berdampak negatif bagi
perkembangan ilmu pengetahuan dan peradaban Islam. Para Ilmuwan dilanda kelesuan,
mereka tidak semangat lagi menggali dan mengkaji ilmu pengetahuan. Mereka seakan
berputus asa ketika melihat serangan yang bertubi-tubi dilancarkan kepada umat Islam,
terutama lagi tindakan penguasa Kristen itu terhadap peradaban Islam. Mereka menyaksikan
banyak pusat-pusat peradaban di hancurkan, bahkan para ilmuwan sendiri, tidak sedikit yang
tewas di bunuh tentara Kristen di Spanyol. Peristiwa yang tragis dan sangat mengenaskan itu,
amat membekas di lubuk hati para ilmuwan, sehingga mereka banyak yang lari
menyelamatkan diri ke Afrika Utara.
Peristiwa pahit yang terjadi pada tahun 1492 M itu, membawa dampak psikologis bagi para
ilmuwan muslim. Mereka tidak lagi mempunyai gairah untuk bangkit kembali dan
memajukan peradaban Islam, melalui ide-ide cemerlang dan usaha kreatif mereka selama ini
yang telah memberikan andil besar bagi kemajuan peradaban Islam. Dampak yang lebih jauh
dari sikap para ilmuwan muslim yang demikian itu, adalah terjadinya kemandegan
peradaban. Peradaban Islam mengalami masa-masa suram dan penurunan kualitas intelektual
umat Islam. Akhirnya harapan dan keinginan umat Islam yang mendambakan agar bangkit
kembali membangun peradaban Islam, yang pernah jaya di masa lalu tak pernah terwujud
b. Banyaknya Orang-Orang Eropa Yang Menguasai Ilmu Pengetahuan Dari Islam.
Begitu besarnya perhatian para penguasa muslim dan para ilmuwannya terhadap ilmu
pengetahuan maka mereka saling bekerja sama untuk memajukan bangsa dan negara. Banyak
penelitian dan pengkajian dilakukan, lembaga-lembaga riset dibangun, Sekolah Tinggi dan
Universitas didirikan. Di lembaga ini tidak hanya orang Islam yang diberi kesempatan
mempelajari ilmu pengetahuan, tetapi semua orang termasuk orang Kristen. Akibatnya
banyak orang-orang Kristen Barat yang tertarik dan belaaajar di Universitas-Universitas
Islam itu. Karena tertarik oleh metode ilmiah Islam, banyak para pendeta Kristen yang
menyatakan diri untuk belajar di lembaga-lembaga pendidikan Islam. Contohnya seorang
pendeta Roma, Italia bernama Roger Bacon ( 1214 – 1292 M.), ia datang ke Paris untuk
belajar bahasa Arab antara tahun 1240 sampai 1268 M. Setelah mahir menguasai bahasa
Arab, ia segera membaca dan menterjemahkan berbagai ilmu pengetahuan yang ditulis
ilmuwan muslim dalam bahasa Arab. Ilmu yang menarik hatinya adalah ilmu pasti. Buku-
buku yang asli berbahasa Arab dan hasil terjemahannya banyak di bawa ke Inggris. Lalu
disimpan di Universitas Oxford. Hasil terjemahan Bacon itu, diterbitkan dan menggunakan
namanya sendiri. Ia tidak menyebutkan nama-nama asli pengarang buku-buku itu, yang tak
lain adalah ilmuwan-ilmuwan muslim. Di antara karangan yang diterjemahkannya dan tidak
menyebutkan nama asli pengarangnya itu, adalah kitab Al Manadzir karya Ali Al-Hasan Ibnu
Haitsam ( 965 – 1038 M ). Di dalam buku itu terdapat teori tentang mikroskop dan mesiu,
kemudian buku itu disebut sebagai karya Roger Bacon.

4. Peradaban Islam di Indonesia pada zaman modern dan kontemporer


Pembaharuan dalam Islam atau gerakan modern Islam merupakan jawaban yang
ditujukan terhadap krisis yang dihadapi umat islam pada masanya. Kemunduran progresif
kerajaan usmani yang merupakan pemangku khilafah islam, setelah abad ketujuh belas, telah
melahirkan kebangkitan islam di kalangan warga arabdi pinggiran imperium itu. Yang
terpenting di antaranya adalah gerakan wahabi, sebuah gerakan ini merupakan sarana yang
menyiapkan jembatan kea rah pembaharuan Islam abad ke-20 yang lebih bersifat intelektual.
Katalisator terkenal gerakan pembaharuan ini adalah jamaluddin Al-Afgani. Ia
mengajarkan solidaritas pan- islam dan pertahanan terhadap imperialism Eropa, dengan
kembali kepada Islam dalam suasana yang secara ilmiah dimodernisasi.
Gerakan yang lahir di timur tengah itu telah memberikan pengaruh besar kepada
gerakan kebangkitan Islam di Indonesia. Bermula dari pembaharuan pemikiran dan
pendidikan Islam di minamgkabau, yang disusul oleh pembaharuan pendidikan yang
dilakukan oleh masyarakat Arab di Indonesia, kebangkitan Islam semakin berkembang
membentuk organisasi-organisasi social keagamaan, seperti sarekat dagang Islam (SDI) di
bogor dan solo,persyarikatan ulama di majalengka, jawa barat, muhamadiyah di
Yogyakarta,persatuan islam di bandung, dan masih banyak lagi yang lainnya.

C. Tokoh-tokoh Dunia Islam Era Kontemporer


1. Nur Misuari (Filipina)
Nur Misuari dilahirkan di Jolo, Sulu pada 3 Maret 1942. Nur adalah anak keempat antara
keluarga dari sepuluh anak-anak. Nur orangtuanya Tausug Sama datang dari Kabinga-an,
Pulau Tapul. Orang tuanya bekerja sebagai nelayan. Nur keluarga mengalami kesulitan
keuangan dan tidak bisa mengirim Nur ke perguruan tinggi. Nur guru dibantu Nur dalam
memperoleh beasiswa dari komisi pada integrasi nasional.
Nur pergi ke University of Manila Filipina sebagai seorang sarjana pada tahun 1958 dan
mengambil gelar sarjana dalam ilmu politik. Nur menjadi aktif dalam banyak kegiatan
ekstrakurikuler Universitas terutama dalam perdebatan. Setelah Nur lulus di Universitas
Filipina, Nur memasuki hukum sekolah tetapi dia menjatuhkan studinya hukum dalam
tahun kedua. Ia menyelesaikan gelar Master pada studi Asia pada tahun 1966.

Pada 1964, Nur Misuari mendirikan kelompok mahasiswa radikal yang disebut Bagong
Asya (baru Asia). Misuari, bersama dengan Jose Maria Sison juga mendirikan Kabataan
Makabayan (pemuda patriotik).

Melalui Dr Cesar Adib Majul, dipimpin oleh Misuari menjadi dosen di Universitas
Filipina dalam ilmu politik. Pada 1960-an, ia mendirikan gerakan kemerdekaan
Mindanao yang bertujuan untuk mengatur sebuah negara merdeka di Filipina Selatan.
Gerakan kemerdekaan Mindanao membentuk Moro National Liberation Front (MNLF)
yang dicari reformasi politik dari pemerintah Filipina. Mampu mendapatkan reformasi,
MNLF terlibat dalam konflik militer terhadap vernment Filipina dan pendukungnya
antara 1972 hingga 1976 di bawah kepemimpinan Misuari. Perlawanan militer terhadap
pemerintah Filipina mantan Presiden Ferdinand Marcos tidak menghasilkan otonomi
bagi orang-orang Moro. Dia berangkat ke Arab Saudi dalam pengasingan. Ia kembali ke
Filipina setelah Marcos dihapus dari kantor selama Revolusi kekuasaan orang pada tahun
1986.

Misuari dibenarkan perjuangan bersenjata MNLF bebas-pelaksanaan perjanjian Tripoli,


awalnya ditandatangani oleh Ferdinand Marcos dan kemudian termasuk dan diterima
dalam Perjanjian damai yang ditandatangani oleh mantan Presiden Filipina Fidel Ramos
pada 1990-an. Perjanjian ini menetapkan daerah otonom untuk orang-orang Moro
dengan Misuari sebagai Gubernur. Ia dipindahkan dari kantornya ketika Gloria
Macapagal-Arroyo menjadi Presiden pada tahun 2001 dan ditangkap pada tahun 2007
pada tuduhan terorisme. Pada 20 Desember 2007 ia menyangkal permohonan jaminan
dan tetap di bawah tahanan rumah di Manila. Pengadilan Filipina Namun, diberikan
permohonan jaminan dari Misuari di tujuh terdakwa, di 100.000 peso. Pada April 25,
2008, ia diizinkan untuk mengirim uang jaminan, berdasarkan instruksi kabinet
keamanan cluster

2. Elijah Muhammad (Amerika Serikat)


Elijah Muhammad (1897-1975) adalah pimpinan kelompok the Nation of Islam
(yang juga popular dengan sebutan "Black Muslims") pada masa perkembangan
mereka yang pesat di Amerika pada pertengahan abad ke-20. Ia juga seorang
pengacara independen terkemuka, pemimpin pengelola bisnis yang didukung
kelompok kulit hitam, pemimpin berbagai yayasan, dan organisasi keagamaan.

Elijah Muhammad terlahir sebagai Elijah (atau Robert) Poole pada 7 October
1897, di Sandersville, Georgia. Orang tuanya adalah buruh kasar yang bekerja
sebagai petani penggarap di perkebunan kapas; dan ayahnya seorang pendeta
Kristen Baptis. Sebagaimana remaja lainnya di kampung itu, Elijah bekerja di
ladang terkadang ikut bekerja membangun rel kereta api. Ia pergi meninggalkan
rumah pada usia 16 tahun dan berkelana bersama rombongan para pekerja kasar.
Ia kemudian menetap di Detroit tahun 1923, bekerja sebagai buruh di pabrik
mobil Chevrolet.

Poole dan kedua saudaranya adalah pengikut pertama dari W.D. Fard, pendiri the
Nation of Islam. Fard, berlatar belakang misterius, datang ke Detroit pada 1930,
sebagai penjual barang-barang sutera sambil menyampaikan ajarannya kepada
para langganannya kaum kulit hitam Detroit dan bercerita tentang negeri “asli"
leluhur mereka di seberang lautan. Kemudian Fard juga mulai menyelenggarakan
berbagai pertemuan di rumahnya, dan terkadang menyewa hall (aula), ia
menyampaikan kepada pendengarnya tentang leluhur kulit hitam mereka yang
memiliki kemuliaan dan martabat yang berada di benua lain. Ia mengajak mereka
untuk mengikuti jejak saudara-saudaranya itu dengan cara hidup, cara makan, dan
cara berpakaian. Fard mengatakan bahwa Islam adalah agama yang benar bagi
mereka, kulit hitam Amerika, sedangkan Kristen adalah agama kulit putih.
Pidatonya banyak membongkar kejelekan-kejelekan bangsa kulit putih. Setelah itu
Fard mengumumkan meresmikan the Temple of Islam, sebuah masjid. Organisasi
yang banyak diwarnai rasa anti kulit putih ini menerapkan bentuk-bentuk
ortodoksi Islam, serta menganjurkan kemandirian bangsa kulit hitam Amerika,
termasuk juga di bidang pendidikan.

Tak lama berelang, Fard menghilang secara misterius -sebagaimana


kemunculannya-di musim panas tahun 1934. Gerakan organisasi yang didanainya
ini segera berkembang dan menyebar menjadi bercabang-cabang, dan salah satu
yang terpenting adalah yang dipimpin oleh Poole, orang yang pernah menjadi
kepercayaan Fard, nama yang sepanjang sepak terjangnya lebih dikenal sebagai
Elijah Muhammad. Gerakan kelompok ini memiliki kebijakan mengharuskan
anggotanya melepaskan nama yang mencirikan "kebudakan" mereka.
Dengan menetap di Chicago, terpisah dari kelompok Muslim cabang Detroit,
Elijah Muhammad mendirikan markas gerakan yang kemudian menjadi pusat
pergerakan terpenting. Di Chicago ia bukan cuma mendirikan masjid (yang
mereka sebut The Temple of Islam), tetapi juga sebuah surat kabar, Muhammad
Speaks, juga Universitas Islam (yang sesungguhnya hanya memberi kurikulum
untuk tingkat sekolah dasar sampai dengan tingkat lanjutan atas), serta
membangun gedung-gedung apartemen yang dimiliki oleh yayasan yang
dipimpinnya, pusat-pusat perbelanjaan, dan banyak restauran. Masjid -masjid juga
didirikan di kota-kota lainnya, banyak pula tanah-tanah pertanian serta peternakan
yang dibeli sehingga mereka bisa menyediakan dan memproduksi makanan halal
bagi para pengikut mereka. Kelompok ini dikenal memiliki cara hidup yang
disiplin. Pengikutnya diharuskan mengikuti aturan yang ketat perihal apa yang
boleh dimakan dan apa yang tidak (beberapa jenis makanan seperti daging babi
atau anjing tak boleh dikonsumsi); merokok dan minuman keras juga dilarang;
cara berpakaian dan berpenampilan harus sopan, bersih dan rapi; segala kebiasaan
buruk semua dilarang.

Elijah Muhammad juga merubah teologi pergerakannya. Dalam sistem yang


dibawa Fard --yang meng-klaim sebagai penjelmaan Tuhan di muka bumi-- Elijah
Muhammad adalah seorang utusan, seorang nabi. Elijah Muhammad mengajarkan
bahwa kaum kulit hitam adalah wujud ras manusia yang paling asli, namun
kemudian seorang ilmuwan bernama Yakub menciptakan serum pemutih melalui
manipulasi genetika, sehingga berkembanglah ras putih. Disamping itu kaum kulit
putih diberikan dispensasi hanya sementara saja untuk memerintah dunia. Kini
telah tiba masanya periode itu segera berakhir, dan telah tiba waktunya bagi kulit
hitam mengambil alih menggantikan mereka. Karena itu, tak heran bila akan
terjadi pertempuran dahsyat sebelum transisi itu terjadi. Selain itu, Elijah
Muhammad akan mengupayakan sebuah bangsa yang merdeka bagi keturunan
kulit hitam Amerika.

Tahun 1942 Elijah Muhammad ditahan dengan tuduhan menjadi anggota


kelompok militan kulit hitam Amerika yang melakukan penghasutan separatif,
dan konspirasi menentang undang-undang. Ia dituduh menjadi simpatisan pasukan
Jepang pada Perang Dunia II dan menghasut anggota kelompoknya untuk
menolak undang-undang wajib militer. Dia juga, mengajarkan bahwa semua ras
kulit berwarna hanya diperdayai oleh bangsa kulit putih, karena itu tidak masuk
akal bagi golongan kulit hitam Amerika membantu kulit putih karena mereka
yang juga menjadi korban dari rasialisme kulit putih sebagaimana yang mereka
rasakan sendiri. Elijah Muhammad jelas bukan seorang pasifis, tapi ia
menganjurkan bahwa perang yang wajib diikuti oleh ras kuli hitam Amerika
hanyalah perang “Armageddon," di mana saat itut kaum kulit hitam akan
mengambil alih hak superioritasnya. Atas hasutan dan aksinya itu Elijah
Muhammad mendekam empat tahun, dari tahun 1942 sampai 1946, di penjara
federal di Milan, Michigan.

Perlahan-lahan beberapa kelompok memisahkan diri dari kelompok Elijah. Pada


awal 1960an, kharisma Elijah mulai tersaingi oleh Malcolm X, ketua masjid
cabang New York. Ketegangan antara Malcolm X dan kepemimpinan Elijah
Muhammad semakin berkembang; sampai suatu ketika, saat Malcolm X
mengomentari bahwa peristiwa pembunuhan John F. Kennedy sebagai apa yang
disebutnya "ayam pulang ke penggorengan," maka Elijah mengasingkan Malcolm.
Segera setelah itu, tahun 1964, Malcolm X mendirikan gerakan sendiri, dengan
menerapkan bentuk Islam yang lebih ortodox. Akhirnya, Malcolm X dibunuh
pada 21 February 1965.

Elijah Muhammad meninggal pada 25 February 1975. Semenjak kematiannya


kepemimpinan gerakannya dilanjutkan oleh anaknya, Wallace (atau Warith) Deen
Muhammad. Elijah junior menamakan gerakannya the World Community of Al-
Islam in the West, kemudian berubah menjadi the American Muslim Mission;
terkadang ia juga menyebut sebagai "Bilalians," merujuk kepada Bilal, seorang
pengikut Nabi Muhammad yang berasal dari keturunan Afrika. Warith
Muhammad melonggarkan tatacara berpakaian, serta meninggalkan pelarangan
mengikuti wajib militer, juga menganjurkan anggotanya mengikuti pemilu dan
menghormati bendera negara, bahkan membuka keanggotaan gerakannya bagi
bangsa kulit putih. Secara umum, ia membuat kelompok gerakan pada aturan
Islam yang lebih moderat.

Banyak anggota merasa tak nyaman dengan berbagai pembaruan tersebut,


perubahan yang lebih moderat dan beralih kepada kelompok yang masih
mempertahankan traditionalismenya. Yang paling penting adalah mereka tetap
mempertahankan salah satu nama lama mereka, the Nation of Islam, yang
dipimpin oleh Louis Farrakhan (terlahir sebagai Louis Eugene Walcott keturunan
Indian-Inggris tahun 1934). Farrakhan pada dasarnya tetap mempertahankan tata-
cara yang diterapkan Elijah Muhammad, diantaranya penerapan ketat terhadap
cara hidup mereka. Ia meraih puncak popularitas ketika berhasil menjadi
penasehat utama Jesse Jackson saat kampanye pencalonan presiden tahun 1984.
Saat itu Farrakhan sempat menimbulkan kontroversi, khususnya atas laporannya
terhadap ancaman pembunuhan terhadap Jesse Jackson yang mendapat kritikan
dari kalangan Yahudi.

3. Dr. Syauki Futaki (Jepang)

Setelah keIslamanya dia bertekad menyebarkan Islam ke seluruh jepang dan berdakwah
untuk Islam. Ia mendirikan Ikatan Persaudaraan Islam.hampir setiap jum’at ada orang yang
mengucapkan dua kalimat syahadat. Meskipun ia baru masuk Islam pada usia yang susah
tidak muda yakni 67 tahun, namun semangatnya untuk mengembangkan agama Islam tidak
lah surut sedikit pun. Sebelumnya ia adalah penganut agama Budha. Ia berprofesi sebagai
seorang dokter dan bekerja sebagai direktur rumah sakit yang terletak di tengah kotaTokyo.
Beberapa penulis menyaakan bahwa dengan masuk Dr. Futaki ke dalam agama Islam
menjadi pertanda bagi terbitnya Islam di negeri Sakura itu, karena melalui bimbingannya
banyak penduduk Jepang yang akhirnya tertarik memeluk Islam.

Pada tahun 1945, ia bertugas sebagai pemimpin redaksi majalah bulanan pada perang dunia
ke I. Ia berusaha menghimpun sejumlah dana untuk memulihkan korban peperangan. Namun,
karena ia tidak berhasil menghimpun 60 juta yen dari sepuluh perseroan di Jepang, ia
mengancam memberitakan kebobrokan perusahaan Jepang tersebut yang tentnya akan
mempengaruhi operasionalnya. Pada 1971 setelah melalui sidang yang panjang, majelis
menetapkan hukuman penjara 3 tahun pada Syauki sekaligus menon-aktifkan profesinya
sebagai dokter
Di dalam penjara ia seringkali merasa sedih namun karena ia seorang ilmuwan hobi
membacanya sedikit mengobati kesedihannya. Di dalam penjara ia gemar membaca filsafat,
politik maupun psikolgi. Dalam perenungan yang panjang di dalam penjara, ia seringkali
memikirkan Yang Maha Pencipta. Bagaimana wujud Sang Maha Pencipta. Ia juga
merenungkan betapa oragan-organ tubuh manusia yang begitu lengkap dan sistematis adalah
mukjizat yang luar biasa. Perenungan itu memunculkan pertanyaan-pertanyaan di dalam
batin. Sampai akhirnya ketika ia telah keluar dari penjara segera saja ia mencari tahu jawaban
dari perenungannya itu.

Untuk mencari jawaban itu, ia menemui salah satu temannya yang beragama Islam yang
bernama Abu Bakar Morimoto yang menjadi Ketua Persatuan Muslim Jepang pada waktu itu.
Di setiap pertemuan ia selalu berdiskusi menanyakan tentang konsep tauhid yang ada di
dalam Islam. Bukan hanya itu perbincangan bertambah hingga mengenai syariatnya umat
Islam dan mengenai umat slam itu sendiri. Morimoto selalu mengunjungi Futaki dan mereka
juga bekerjasama dalam perjuangan kemanusiaan pada waktu itu. Futaki dengan rela turut
bekerjasama dalam perjuangan kemanusiaan, tugasnya antara lain; mengobati dan merawat
korban peperangan. Akhirnya pada suatu hari Morimoto mengatakan kepada Futaki bahwa
apa yang dilakukannya selama ini adalah bagian dari ajaran Islam. Karena ajaran Islam
mengajarkan kepada umatnya untuk membantu saudara-saudaranya yang sedang dalam
penderitaan. Lalu Morimoto menanyakan kepada Futaki mengapa ia tidak masuk Islam saja?.

Seketika itu pula Futaki menyatakan ingin masuk Islam. Morimoto begitu berbahagia seraya
bertakbir dan mengantar Futaki menuju masjid di pusat kota Tokyo. Selanjutnya Futaki
mengucapkan dua kalimat syahadat di depan seorang ulama yang berkebangsaan Turki dan
.mengambil nama Syauki sebagai nama Islam, disusul kemdian anaknya dengan nama Khalid
Pada tahun 1975 dengan kurang dari satu tahun Syauki Futaki telah berhasil mengIslamkan
sekitar 20 ribu orang di Jepang. Sebuah pencapaian yang luar biasa.

c. Tokoh-tokoh Islam Indonesia Kontemporer

1. KH. Abdurrahman Wahid


Kyai Haji Abdurrahman Wahid, akrab dipanggil Gus Dur lahir di Jombang, Jawa
Timur, 7 September 1940 dari pasangan Wahid Hasyim dan Solichah. Guru bangsa,
reformis, cendekiawan, pemikir, dan pemimpin politik ini menggantikan BJ Habibie
sebagai Presiden RI setelah dipilih MPR hasil Pemilu 1999. Dia menjabat Presiden RI
dari 20 Oktober 1999 hingga Sidang Istimewa MPR 2001. Ia lahir dengan nama
Abdurrahman Addakhil atau "Sang Penakluk", dan kemudian lebih dikenal dengan
panggilan Gus Dur. "Gus" adalah panggilan kehormatan khas pesantren kepada anak
kiai.

Gus Dur adalah putra pertama dari enam bersaudara, dari keluarga yang sangat
terhormat dalam komunitas muslim Jawa Timur. Kakek dari ayahnya, KH. Hasyim
Asyari, adalah pendiri Nahdlatul Ulama (NU), sementara kakek dari pihak ibu, KH
Bisri Syamsuri, adalah pengajar pesantren.

Ayah Gus Dur, KH Wahid Hasyim, terlibat dalam Gerakan Nasionalis dan menjadi
Menteri Agama pada 1949. Ibunya, Hj. Sholehah, adalah putri pendiri Pondok
Pesantren Denanyar Jombang.
Setelah deklarasi kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, Gus Dur kembali
ke Jombang dan tetap berada di sana selama perang kemerdekaan Indonesia melawan
Belanda.

Akhir 1949, dia pindah ke Jakarta setelah ayahnya ditunjuk sebagai Menteri Agama.
Dia belajar di Jakarta, masuk ke SD KRIS sebelum pindah ke SD Matraman Perwari.

Gus Dur juga diajarkan membaca buku-buku non Islam, majalah, dan koran oleh
ayahnya untuk memperluas pengetahuannya. Pada April 1953, ayahnya meninggal
dunia akibat kecelakaan mobil.

Pendidikannya berlanjut pada 1954 di Sekolah Menengah Pertama dan tidak naik kelas,
tetapi bukan karena persoalan intelektual. Ibunya lalu mengirimnya ke Yogyakarta
untuk meneruskan pendidikan.

Pada 1957, setelah lulus SMP, dia pindah ke Magelang untuk belajar di Pesantren
Tegalrejo. Ia mengembangkan reputasi sebagai murid berbakat, menyelesaikan
pendidikan pesantren dalam waktu dua tahun yang seharusnya ditempuh selama empat
tahun.

Pada 1959, Gus Dur pindah ke Pesantren Tambakberas di Jombang dan mendapatkan
pekerjaan pertamanya sebagai guru dan kepala madrasah. Gus Dur juga menjadi
wartawan Horizon dan Majalah Budaya Jaya.

Pada 1963, Gus Dur menerima beasiswa dari Departemen Agama untuk belajar di
Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir, namun ia tidak menyelesaikannya karena
kekritisan pikirannya.

Gus Dur kemudian melanjutkan belajar di Universitas Baghdad, Irakdan menyelesaikan


pendidikannya pada tahun 1970.

Kemudian ia pergi ke Belanda untuk meneruskan pendidikannya, guna belajar di


Universitas Leiden, tetapi ia kecewa karena pendidikannya di Baghdad kurang diakui
(tidak mu’adalah) di Baghdad. Gus Dur kemudian melanjutkan pendidikan ke Jerman
dan Perancis sebelum kembali ke Indonesia pada tahun 1971.

Gus Dur kembali ke Jakarta dan bergabung dengan Lembaga Penelitian, Pendidikan
dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES), organisasi yg terdiri dari kaum
intelektual muslim progresif dan sosial demokrat.

LP3ES mendirikan majalah Prisma di mana Gus Dur menjadi salah satu kontributor
utamanya dan sering berkeliling pesantren dan madrasah di seluruh Jawa.

Saat itulah ia prihatin terhadap kondisi pesantren karena nilai-nilai tradisional pesantren
semakin luntur akibat perubahan dan kemiskinan pesantren yang ia lihat.

Dia kemudian batal melanjutkan belajar ke luar negeri dan lebih memilih
mengembangkan pesantren.
Abdurrahman Wahid meneruskan karirnya sebagai jurnalis, menulis untuk majalah
Tempo dan Kompas. Artikelnya diterima baik dan mulai mengembangkan reputasi
sebagai komentator sosial.

Dengan popularitas itu, ia mendapatkan banyak undangan untuk memberikan kuliah


dan seminar, sehingga dia harus pulang-pergi Jakarta dan Jombang.

Pada 1974, Gus Dur mendapat pekerjaan tambahan di Jombang sebagai guru di
Pesantren Tambakberas. Satu tahun kemudian, Gus Dur menambah pekerjaannya
dengan menjadi Guru Kitab Al Hikam.

Pada 1977, dia bergabung di Universitas Hasyim Asyari sebagai dekan Fakultas Praktik
dan Kepercayaan Islam, dengan mengajar mata kuliah tambahan seperti Pedagogi,
Syariat Islam dan Misiologi.

Ia lalu diminta berperan aktif menjalankan NU namun ia menolaknya. Setelah


kakeknya, KH. Bisyri Syamsuri, membujuknya ia akhirnya bersedia. Karena
mengambil pekerjaan ini, Gus Dur akhirnya juga memilih pindah dari Jombang ke
Jakarta.

Abdurrahman Wahid mendapat pengalaman politik pertamanya pada pemilihan umum


legislatif 1982, saat berkampanye untuk Partai Persatuan Pembangunan (PPP),
gabungan empat partai Islam termasuk NU.

Reformasi NU
Pada tahun 1982 NU membetuk Tim Tujuh (termasuk Gus Dur) untuk mengerjakan isu
reformasi dan membantu menghidupkan kembali NU.

Pada 1983, Soeharto dipilih kembali sebagai presiden untuk masa jabatan keempat oleh
MPR dan mulai mengambil langkah menjadikan Pancasila sebagai ideologi negara.
Dari Juni 1983 hingga Oktober 1983, Gus Dur menjadi bagian dari kelompok yang
ditugaskan untuk menyiapkan respon NU terhadap isu ini.

Gus Dur lalu menyimpulkan NU harus menerima Pancasila sebagai Ideologi Negara.
Untuk lebih menghidupkan kembali NU, dia mengundurkan diri dari PPP dan partai
politik agar NU fokus pada masalah sosial.

Pada Musyawarah Nasional NU 1984, Gus Dur dinominasikan sebagai Ketua Umum
PBNU dan dia menerimanya dengan syarat mendapat wewenang penuh untuk memilih
pengurus yang akan bekerja di bawahnya.

Terpilihnya Gus Dur dilihat positif oleh Suharto. Penerimaan Wahid terhadap Pancasila
bersamaan dengan citra moderatnya menjadikannya disukai pemerintah. Pada 1987, dia
mempertahankan dukungan kepada rezim tersebut dengan mengkritik PPP dalam
pemilihan umum legislatif 1987 dan memperkuat Partai Golkar.

Ia menjadi anggota MPR dari Golkar. Meskipun disukai rezim, Gus Dur acap
mengkritik pemerintah, diantaranya proyek Waduk Kedung Ombo yang didanai Bank
Dunia. Sikapnya ini merenggangkan hubungannya dengan pemerintah dan Suharto.
Selama masa jabatan pertamanya, Gus Dur fokus mereformasi sistem pendidikan
pesantren dan berhasil meningkatkan kualitas sistem pendidikan pesantren sehingga
menandingi sekolah umum.

Gus Dur terpilih kembali untuk masa jabatan kedua Ketua Umum PBNU pada
Musyawarah Nasional 1989. Saat itu, Soeharto, yang terlibat dalam persinggungan
politik dengan ABRI, berusaha menarik simpati Muslim termasuk juga kepada NU
.
Pada Desember 1990, Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) dibentuk untuk
menarik hati intelektual muslim di bawah dukungan Soeharto dan diketuai oleh BJ
Habibie. Pada 1991, beberapa anggota ICMI meminta Gus Dur bergabung, tapi
ditolaknya karena dianggap sektarian dan hanya membuat Soeharto kian kuat. Bahkan
pada 1991, Gus Dur melawan ICMI dengan membentuk Forum Demokrasi, organisasi
terdiri dari 45 intelektual dari berbagai komunitas religius dan sosial. Pada Maret 1992,
Gus Dur berencana mengadakan Musyawarah Besar untuk merayakan ulang tahun NU
ke-66 dan merencanakan acara itu dihadiri paling sedikit satu juta warga NU.

Soeharto menghalangi acara tersebut dengan memerintahkan polisi mengusir bus berisi
anggota NU begitu tiba di Jakarta. Gus Dur mengirim surat protes kepada Soeharto
menyatakan bahwa NU tidak diberi kesempatan menampilkan Islam yang terbuka, adil
dan toleran.

Menjelang Musyawarah Nasional 1994, Gus Dur menominasikan diri untuk masa
jabatan ketiga. Kali ini Soeharto menentangnya.
Ketika musyawarah nasional diadakan, tempat pemilihan dijaga ketat ABRI, selain
usaha menyuap anggota NU untuk tidak memilihnya. Namun, Gus Dur tetap terpilih
sebagai ketua NU periode berikutnya.

Selama masa ini, Gus Dur memulai aliansi politik dengan Megawati Soekarnoputri dari
Partai Demokrasi Indonesia (PDI). Megawati yang popularitasnya tinggi berencana
tetap menekan Soeharto.

Gus Dur menasehati Megawati untuk berhati-hati, tapi Megawati mengacuhkannya


sampai dia harus membayar mahal ketika pada Juli 1996 markasnya diambilalih
pendukung Ketua PDI dukungan pemerintah, Soerjadi.

Pada November 1996, Gus Dur dan Soeharto bertemu pertama kalinya sejak pemilihan
kembali Gus Dur sebagai ketua PBNU NU. Desember tahun itu juga dia bertemu
dengan Amien Rais, anggota ICMI yang kritis terhadap kebijakan-kebijakan
pemerintah.

Juli 1997 merupakan awal krisis moneter dimana Soeharto mulai kehilangan kendali
atas situasi negara. Gus Dur didorong melakukan gerakan reformasi dengan Megawati
dan Amien. Pada 19 Mei 1998, Gus Dur, bersama delapan pemimpin komunitas
Muslim, dipanggil Soeharto yang menyusun konsep Komite Reformasi untuk
menyelamatkan negara. Namun, Gus Dur dan delapan orang itu menolak bergabung
dengan Komite Reformasi usulan Soeharto.

Amien Rais, yang merupakan oposisi Soeharto paling kritis saat itu, tidak menyukai
pandangan moderat Gus Dur terhadap Soeharto. Seiring memanasnya suhu ekonomi
dan politik dalam negeri imbas dari krisis ekonomi yang memaksa Soeharto untuk
turun dari jabatannya sebagai Presiden, Soeharto pada akhirnya mundur pada 21 Mei
1998.

Wakil Presiden BJ. Habibie menggantikan Soeharto menempati posisi puncak


pemerintahan sebagai Presiden Ketiga Indonesia. Salah satu dampak jatuhnya Soeharto
adalah munculnya kebebasan berpendapat, salah satunya ditandai dengan lahirnya
partai-partai politik baru, dan pada Juni 1998, komunitas NU meminta Gus Dur
membentuk partai politik.

Pada Juli 1998 Gus Dur menanggapi ide pembentukan partai politik sebagai wadah
warga NU menyampaikan aspirasi politiknya. Partai tersebut diberi nama Partai
Kebangkitan Bangsa (PKB). Pada tanggal 7 Februari 1999, PKB resmi menyatakan
Gus Dur sebagai kandidat presidennya.

Pemilu April 1999, PKB memenangkan 12% suara dengan PDIP memenangkan 33%
suara. Pada 20 Oktober 1999, Sidang Umum MPR memilih presiden baru. Meskipun
suara PDIP yang terbesar dan bukan PKB, namun lagi-lagi karena suasana politik yang
berkembang mengantarkan Gus Dur terpilih sebagai Presiden Indonesia ke-4 dengan
373 suara, sedangkan Megawati mendapatkan 313 suara.

Gus Dur dinilai sebagai Presiden yang sangat berani. Semasa pemerintahannya,
langkah Gus Dur yang dinilai kontroversial adalah membubarkan Departemen
Penerangan dan Departemen Sosial. Alasan Gus Dur membubarkan Departemen
Penerangan adaah karena departemen tersebut hanya menjadi alat propaganda
pemerintah saja, sedangkan Departemen Sosial berpotensi menjadi tempat korupsi,
alasan lainnya fungsi kedua departemen bisa dijalankan oleh departemen lain (efisiensi)
seperti fungsi penerangan dari pemerintah bisa dijalankan oleh Sekretariat Negara.
Kedua departmen tersebut juga memiliki pegawai yang tidak sebanyak departemen lain.

Langkah-langkah lainnya yang diterapkan oleh Gus Dur adalah memberikan


referendum kepada warga Aceh yang pada saat itu sedang mengalami konflik yang
berkepanjangan dengan pemerintah pusat. Konflik dilatari oleh ketidakpuasan warga
Aceh atas ketidakmeratan pembangunan pada masa Orde Baru. Di Aceh juga muncul
gerakan separatis yang bernama Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang menginginkan
agar Aceh memisahkan diri dari NKRI dan berdiri sendiri. Konflik tersebut sudah
berlangsung puluhan tahun dan telah memakan ribuan korban jiwa. Untuk mengatasi
konflik tersebut, Gus Dur mengadakan perundingan dengan pihak GAM. Gus Dur juga
memberikan pilihan (referendum) untuk menentukan otonomi khusus kepada warga
Aceh dan bukan kemerdekaan seperti di Timor Timur. Pada perkembangannya Aceh
menjadi daerah dengan otonomi khusus. Nama propinsi yang sebelumnya bernama
Daerah Istimewa Aceh (DI Aceh) berganti nama menjadi Nanggroe Aceh Darussalam
(NAD). Salah satu yang menjadikan Propinsi NAD ini lebih khusus dibandingkan
dengan propinsi lainnya adalah NAD memiliki undang-undang yang mengatur
daerahnya sendiri (Qanun), NAD juga memproklamirkan daerahnya sebagai daerah
yang berazaskan Syariah.

Bukan hanya di Aceh, di Papua atau sebelumnya bernama Irian Jaya pun mengalami
keadaan yang sama. Warga Papua merasakan ketidakmerataan pembangunan daerahnya
dibandingkan daerah lain di Indoensia khususnya di pulau Jawa. Di Papua muncul
gerakan separatis dengan nama Papua Merdeka dengan bendera berlambang “Bintang
Kejora”. Papua Merdeka menginginkan agar Papua memisahkan diri dari NKRI dan
berdiri sendiri sebagai negara. Langkah yang dilakukan Gus Dur adalah pada tanggal
30 Desember 1999, Gus Dur mengunjungi Jayapura dan berhasil meyakinkan
pemimpin-pemimpin Papua bahwa ia mendorong penggunaan nama Papua sebagai
nama propinsi mereka. Papua bukan hanya sekedar nama namun juga merupakan
harkat dan martabat warga Papua. Langkah ini juga sekaligus menegaskan sikap Gus
Dur kepada saudara-saudara kita di Papua, bahwa mereka adalah sama dengan warga
negara Indonesia lainnya.

Gus Dur juga mengusulkan agar TAP MPRS No. XXIX/MPR/1966 yang melarang
Marxisme-Leninisme dicabut. Ketetapan MPR tersebut menjadikan saudara-saudara
kita yang memiliki orang tua atau keluarga yang pada era Orde Baru dituduh sebagai
keluarga gerakan komunis (PKI) menjadikan mereka terpinggirkan di masyarakat,
sehingga ada ketidakadilan di masyarakat. Padahal mereka belum tentu juga terlibat
kejahatan sebagai komunis. Usulan ini mendapat kecaman keras dari berbagai
kelompok. Maklum saja, kita telah merasa trauma yang berkepanjangan akan
kekejaman PKI di masa lalu, tapi kita juga tidak boleh bertindak tidak adil pada
saudara-saudara kita yang tidak melakukan kesalahan seperti yang dilakukan orang tua
mereka.

Langkah Gus Dur yang dinilai kontroversial lainnya adalah upayanya membuka
hubungan diplomatik dengan Israel. Padahal telah kita ketahui bersama bahwa Israel
merupakan negara yang dikenal sebagai musuh Islam. Tidak semua negara (khususnya
negara-negara muslim) di dunia mengakui Israel sebagai sebuah negara berdaulat. Hal
ini dikarenakan pada dasarnya Israel tidak memiliki wilayah kekuasaan sebagai sebuah
negara. Namun, Israel telah lama ingin menguasai tanah Palestina sebagai negaranya.
Pada tahun 1947, PBB menyetujui pembagian wilayah Palestina menjadi dua bagian,
satu bagian untuk Israel dan bagian lainnya untuk Palestina. Ketentuan ini semakin
memecahkan perang yang berkepanjangan antara rakyat Palestina yang melawan
kekejaman Israel, peperangan ini tak kunjung ada penyelesaiannya hingga kini. Bahkan
Israel telah berhasil memperluas wilayahnya dengan menguasai sebagian tanah
Palestina. Berbagai perundingan yang dilakukan baik di tingkat Arab sendiri maupun di
tingkat dunia sudah sering dilakukan, namun bangsa Israel dengan Palestina tak
kunjung menemukan jalan damai. Indonesia sebagai negara muslim terbesar di dunia
tidak mengakui Israel sebagai negara. Namun, Gus Dur memiliki pemikiran lain, ia
mengusulkan untuk membuka hubungan diplomatik dengan Israel. Jika hubungan
diplomatik dilakukan, maka Indonesia sebagai negara muslim terbesar di dunia secara
langsung mengakui Israel sebagai sebuah negara. Padahal seluruh negara muslim di
dunia mengecam keras terhadap Israel. Alasan Gus Dur yang banyak ditulis oleh
pengamat adalah karena selama Indonesia tidak mengakui Israel sebagai sebuah negara,
Indonesia tidak akan bisa memberikan masukan atau menjadi penengah atas kebuntuan
yang terjadi pada koflik antara Israel dan Palestina, hanya negara yang masuk ke dalam
sistem lah yang bisa menjadi penengah. Bagaimana mungkin Israel akan mau diajak
berunding oleh negara yang tidak mengakui keberadaannya. Sementara umat Islam
Indonesia hanya akan mampu mengutuk kekejaman Israel tanpa bisa berbuat apa-apa.

Sisi lain dari negara Israel adalah negara sekaligus juga komunitas dan agama Yahudi
yang memiliki kemajuan-kemajuan yang tidak dimiliki bangsa lain. Israel dikenal
sebagai negara termaju dalam bidang penelitian ilmu pengetahuan, hal inilah yang
mungkin menjadi pertimbangan Gus Dur lainnya. Dengan membuka hubungan
diplomatik dengan Israel maka Indonesia dapat melakukan kerjasama dalam bidang
riset ilmu pengetahuan dan teknologi.

Langkah lain yang dilakukan oleh Gus Dur sebagai Presiden adalah mereformasi
militer dan mengeluarkan militer dari ruang sosial-politik. Sebelumnya ABRI
(Angkatan Bersenjata Republik Indonesia) disamping bertugas sebagai lembaga
pertahanan negara, ia juga diperbolehkan berkiprah di dunia politik, hal ini disebut
dengan Dwi Fungsi ABRI. Pada tingkatan legislatif ABRI memiliki fraksi tersendiri
dengan nama Fraksi TNI-POLRI. Pada era Gus Dur, TNI-POLRI tidak diperkenankan
terlibat didalam politik praktis. TNI hanya bertugas sebagai lembaga pertahanan
negara. Namun, hal ini juga tidak dilakukan secara sekaligus oleh Gus Dur. Gus Dur
membuat perencanan paling tidak selama 6 tahun TNI-POLRI baru benar-benar lepas
dari dunia politik. Selama 6 tahun tersebut, secara gradual kesejahteraan TNI-POLRI
ditingkatkan sampai pada tingakatan yang mapan sebagai pihak yang memiliki tugas
maha berat yaitu menjaga kedaulatan negara.

Pada Januari 2001, Gus Dur mengumumkan bahwa Tahun Baru Cina (Imlek) menjadi
hari libur nasional. Tindakan ini diikuti dengan pencabutan larangan penggunaan huruf
Tionghoa. Pada tahun yang sama Gus Dur juga meningkatkan anggaran APBN untuk
Departemen Kelautan dan Perikanan. Satu departemen yang sebelumnya terabaikan.
Anggaran yang sebelumnya 600 miliar rupiah ditingkatkan menjadi 13 triliun rupiah.
Gus Dur membidik laut sebagai basis pembangunan ekonomi bangsa. Karena negara
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dan bukan negara agraris,
namun bukan berarti sektor agraris juga tidak diperhatikan. 75 persen wilayah
Indonesia adalah laut dan hanya 25 persen saja wilayah daratan, ini pun sudah termasuk
didalamnya wilayah perairan seperti sungai, danau dan waduk. Oleh karena itu sektor
kelautan harus menjadi sektor yang paling diperhatikan jika kita ingin menjadi bangsa
yang besar. Kemajuan bangsa kita telah dibuktikan melalui sektor kelautan dan
perikanan yaitu pada masa kejayaan Majapahit dan Sriwijaya yang menguasai wilayah
dan perdagangan hampir di seluruh Asia Tenggara, Cina, Papua Nugini dan India.
Kedua kerajaan tersebut dilanjutkan oleh kejayaan kerajaan Islam yang memiliki
paradigma pembangunan bangsa yang sama yaitu dengan Sea Power atau “Kekuatan
Laut”. Bukan hanya hasil laut yang melimpah tapi Indoensia menjadi negara yang
memilliki posisi strategis antara dua benua dan antara dua samdera yang secara
otomatis memposisikan negara kita sebagai perlintasan mobilitas kelautan dunia.

Pada 23 Juli 2001, MPR secara resmi memakzulkan Gus Dur dan menggantikannya
dengan Megawati Soekarnoputri.

Kehidupan pribadi

Gus Dur menikah dengan Sinta Nuriyah dan dikaruniai empat orang anak: Alissa
Qotrunnada, Zanubba Ariffah Chafsoh (Yenny), Anita Hayatunnufus, dan Inayah
Wulandari.

Gus Dur wafat, hari Rabu, 30 Desember 2009, di Rumah Sakit Cipto Mangunkosumo,
Jakarta, pukul 18.45 akibat berbagai komplikasi penyakit, diantarnya jantung dan
gangguan ginjal yang dideritanya sejak lama.
Sebelum wafat dia harus menjalani cuci darah rutin. Seminggu sebelum dipindahkan ke
Jakarta ia sempat dirawat di Surabaya usai mengadakan perjalanan di Jawa Timur

Penghargaan

Pada 1993, Gus Dur menerima Ramon Magsaysay Award, penghargaan cukup
prestisius untuk kategori kepemimpinan sosial. Dia ditahbiskan sebagai "Bapak
Tionghoa" oleh beberapa tokoh Tionghoa Semarang di Kelenteng Tay Kak Sie, Gang
Lombok, pada 10 Maret 2004.

Pada 11 Agustus 2006, Gadis Arivia dan Gus Dur mendapatkan Tasrif Award-AJI
sebagai Pejuang Kebebasan Pers 2006. Gus Dur dan Gadis dinilai memiliki semangat,
visi, dan komitmen dalam memperjuangkan kebebasan berekpresi, persamaan hak,
semangat keberagaman, dan demokrasi di Indonesia.

Ia mendapat penghargaan dari Simon Wiethemthal Center, sebuah yayasan yang


bergerak di bidang penegakan HAM karena dianggap sebagai salah satu tokoh yang
peduli persoalan HAM.

Gus Dur memperoleh penghargaan dari Mebal Valor yang berkantor di Los Angeles
karena Wahid dinilai memiliki keberanian membela kaum minoritas.

Dia juga memperoleh penghargaan dari Universitas Temple dan namanya diabadikan
sebagai nama kelompok studi Abdurrahman Wahid Chair of Islamic Study.

Gus Dur memperoleh banyak gelar Doktor Kehormatan (Doktor Honoris Causa) dari
berbagai lebaga pendidikan, yaitu:

a. Doktor Kehormatan bidang Kemanusiaan dari Netanya University, Israel (2003)


b. Doktor Kehormatan bidang Hukum dari Konkuk University, Seoul, Korea Selatan
(2003)
c. Doktor Kehormatan dari Sun Moon University, Seoul, Korea Selatan (2003)
d. Doktor Kehormatan dari Soka Gakkai University, Tokyo, Jepang (2002)
e. Doktor Kehormatan bidang Filsafat Hukum dari Thammasat University, Bangkok,
Thailand (2000)
f. Doktor Kehormatan dari Asian Institute of Technology, Bangkok, Thailand (2000)
g. Doktor Kehormatan bidang Ilmu Hukum dan Politik, Ilmu Ekonomi dan Manajemen,
dan Ilmu Humaniora dari Pantheon Sorborne University, Paris, Perancis (2000)
h. Doktor Kehormatan dari Chulalongkorn University, Bangkok, Thailand (2000)
i. Doktor Kehormatan dari Twente University, Belanda (2000)
j. Doktor Kehormatan dari Jawaharlal Nehru University, India (2000)

3. Prof. DR. Amien Rais

Prof.DR.HM. Amien Rais Lahir pada 26 April 1944 di Surakarta, Jawa Tengah. Orang
tuanya berharap putra kedua dari enam bersaudara ini menjadi kyai dan melanjutkan
pendidikan agama ke Mesir, sehingga pendidikan yang ditanamkan Syuhud Rais dan
Sudalmiyah, ayah dan ibunya, sejak dini sudah mencerminkan nilai-nilai agama yang sangat
menekankan tumbuhnya kepribadian disiplin, taat beribadah, banyak membaca dan berbudi
pekerti.
Amien Rais menyelesaikan pendidikan dasarnya di Sekolah Dasar Muhammadiyah I
Surakarta, sampai pendidikan SMP dan SMU juga selesai di sekolah Muhammadiyah.
Pendidikan tingkat sarjana diselesaikan di Jurusan Hubungan Internasional fakultas FISIPOL
Universitas Gadjah Mada pada tahun 1968, pada tahun berikutnya ia juga menerima gelar
Sarjana Muda dari Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Pada saat menjadi
mahasiswa Amien Rais terlibat aktif dan berperan di berbagai organisasi kemahasiswaan,
seperti Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (Ketua Dewan Pimpinan Pusat IMM) dan
Himpunan Mahasiswa Islam (Ketua Lembaga Dakwah Mahasiswa Islam HMI Yogyakarta).
Studinya dilanjutkan pada tingkat Master bidang Ilmu Politik di University of Notre Dame,
Indiana, dan selesai tahun 1974. Dari universitas yang sama juga memperoleh Certificate on
East-European Studies. Sedangkan gelar Doktoralnya diperoleh dari University of Chicago,
Amerika Serikat (1981) dengan mengambil spesialisasi di bidang politik Timur Tengah dan
selesai tahun 1984. Disertasinya yang cukup terkenal, berjudul: The Moslem Brotherhood in
Egypt: its Rise, Demise, and resurgence (Organisasi Ikhwanul Muslimin di Mesir: Kelahiran,
Keruntuhan dan Kebangkitannya kembali). Program Post-Doctoral Program di George
Washington University pada tahun 1986 dan di UCLA pada tahun 1988 pernah pula
diikutinya.

Saat ini Amien Rais menjadi Guru Besar Ilmu Politik di Universitas Gadjah Mada, Amien
Rais mengajar mata kuliah Teori Politik Internasional, Sejarah dan Diplomasi di Timur
Tengah, Teori-teori Sosialisme, hingga memegang mata kuliah Teori Revolusi dan Teori
Politik di Program Pascasarjana Ilmu Politik.

Selain itu, Amien Rais mengelola Pusat Pengkajian Strategi dan Kebijakan (PPSK), lembaga
yang konsen dalam kegiatan pengkajian dan penelitian sebagai bentuk keprihatinan atas
terbatasnya produk kebijakan menyangkut masalah-masalah strategis yang berorientasi pada
penguatan pilar-pilar kehidupan masyarakat.

Perjalanan pendidikan Amien Rais memberinya pengalaman dan kemampuan kognitif-


analitis, yang mengantarnya menjadi salah seorang intelektual terkemuka di negeri sendiri
dan di mancanegara. Sepanjang rentang aktivitas sekembalinya ke Tanah Air setelah
menimba ilmu di negeri Paman Sam, ia mengajar di berbagai universitas. Kritiknya yang
sangat vokal bahkan mewarnai opini publik di Indonesia. Dan sebagai pakar politik Timur
Tengah, Amien Rais juga seringkali melontarkan kritik yang sangat tajam terhadap kebijakan
politik luar negeri Amerika, sebuah negeri tempatnya sendiri belajar tentang demokrasi dan
hak asasi manusia.

Konsistensi Amien Rais dalam menolak sikap lembek bangsanya terhadap intervensi asing
dan budaya koorporatokrasi yang memasung hak-hak dasar hajat hidup bangsa Indonesia
sendiri terekam jelas dalam buah pikirnya pada buku: Selamatkan Indoenesia; Agenda
Mendesak Bangsa.

Perannnya sebagai cerdik cendekia terkemuka telah menempatkannya di posisi Ketua Dewan
Pakar ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia), yang lahir dan besar dari rahim Orde
Baru. Namun, kondisi politik dan perekonomian sangat tidak sehat bagi demokratisasi
mendorongnya mengambil langkah berani yang tidak populer dan bersuara lantang tentang
problem praktik KKN (korupsi, kolusi, Nepotisme) pada birokarasi serta eksploitasi kekayaan
negeri yang sangat merugikan negara di sejumlah perusahaan besar asing seperti Busang dan
Freeport . Seperti resiko yang diduga banyak orang, Amien Rais kemudian terpental dari
posisinya di ICMI.

Namun kehadirannya di Muhammadiyah dan lompatan-lompatan gagasannya justru dianggap


sejalan dengan watak gerakan pembaharuan yang kritis dan korektif, hal itu kemudian
menuai dukungan penuh. Maka tahun 1993, dihadapan peserta Tanwir Muhammadiyah yang
berlangsung di Surabaya Amien Rais kembali menggulirkan issu besar, yakni perlunya
suksesi kepresidenan. Sebuah langkah janggal pada saat itu sebab kepemimpinan Orde Baru
masih sangat kuat. Keberaniannya mengambil resiko yang tak jarang bahkan mengancam
jiwanya, diakui suami Kusnariyati Sri Rahayu ini sebagai sikap amar ma’ruf nahi mungkar
yang sesungguhnya amanat dan sekaligus ruh gerakan dakwah Muhammadiyah. Aminen Rais
juga merasa bahagia menerjang segala resiko perjuangannya karena mendapat dukungan
penuh dari istri dan kelima putra-putrinya: Ahmad Hanafi, Hanum Salsabilla, Ahmad
Mumtaz, Tasnim Fauzia, dan Ahmad Baihaqi.

”Saya dulu dididik ibu untuk amar ma’ruf. Menurut beliau, melaksanakan amar ma’ruf tidak
ada resikonya. Orang yang tidak setuju pun tidak marah. Tapi, melaksanakan nahi mungkar
banyak resikonya,” gugahnya nan bersahaja.   

Amien Rais menjadi Pimpinan Pusat Muhammadiyah dimulai sejak Muktamar


Muhammadiyah tahun 1985 di Surakarta sebagai Ketua Majelis Tabligh. Pada Muktamar
Muhammadiyah ke-42 (1990) di Yogyakarta, Amien Rais terpilih sebagai Ketua Pimpinan
Pusat Muhammadiyah. Meninggalnya K.H. Ahmad Azhar Basyir selaku Ketua Umum
Muhammadiyah pada tahun 1994 kemudian mendaulatnya ke posisi puncak itu. Muktamar
Muhammadiyah ke-43 tahun 1995 di Banda Aceh akhirnya secara aklamasi meminta
kesediannya melanjutkan tampuk nakhoda Muhammadiyah.

Aktivitas bermuhammadiyah Amien Rais tidak pernah terlepas dari pandangan


keprihatinannya terhadap kehidupan politik nasional yang menurutnya perlu direformasi
untuk menghindari keterpurukan bangsa yang semakin dalam. Setelah tumbangnya Rezim
Orde Baru dengan mundurnya Soeharto dari jabatan presiden selama 32 tahun, situasi politik
berlangsung memanas.

Maka bersama berbagai komponen tokoh bangsa lainnya Amien Rais mendirikan Majelis
Amanat Rakyat (MARA) untuk mencari solusi terbaik pasca reformasi. Tak sedikit yang
mengaggap sudah kepalang tanggung jika Amien Rais harus berhenti hanya sampai disitu,
atas desakan dari berbagai komponen bangsa yang menginginkan perubahan paradigma
politik Indonesia, Amien Rais kemudian mendirikan partai politik yang diberi nama Partai
Amanat Nasional (PAN). Sebagai konsekuensi dari langkah politik itu, Amien Rais harus
melepaskan posisi puncak di Muhammadiyah.

”Muhammdiyah adalah rumah abadi saya,” tegasnya.

Partai Amanat Nasional yang kemudian dinakhodainya sendiri berhasil mengikuti pemilu
pertamakali tahun 1999, dimana partai berlambang matahari itu mampu meraup perolehan
suara 7% dan menempatkan posisinya di peringkat ke-5 dalam perolehan suara nasional
seluruh partai kontestan. Posisi tersebut, berhasil pula mengantarkan Amien Rais sebagai
Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR RI), posisi tertinggi lembaga legislatif.
Meskipun Amin Rais sendiri belum berhasil meraih kursi presiden ke-5 RI dalam kontestasi
Pemilu Presiden yang diselenggarakan pertamakali secara langsung (2004), namun prestasi
politiknya tak terpungkiri sejarah bangsa Indeonsia sebagai sosok politisi Islam yang handal
yang diakui dan disegani lawan maupun kawan.

4. Nurcholish Madjid
Nurcholish lahir pada 17 Maret 1939, di tengah gejolak perjuangan politik menuju
kemerdekaan Indonesia, di Desa Mojoanyar, Jombang, Jawa Timur. Desa ini memiliki
dinamika keagamaan yang istimewa tempat penghuninya meletakkan pendidikan pada
posisi yang utama. Mayoritas penduduk Jombang adalah santri Muslim, dengan tradisi
tarekat (sufisme) yang kuat dan secara otomatis menjadi bagian alami dari diri Nurcholish.

Orangtua Nurcholish datang dari lingkungan Nahdlatul Ulama dan Masyumi. Ibunda
Nurcholish, Fathonah, dipilih menjadi istri ayahnya, Abdul Madjid, atas perintah Kiai
Asy’ari, pendiri NU. Fathonah putri keluarga pengusaha yang taat beragama. Abdul
Madjid adalah petani dan guru, yang bersama istrinya kemudian mendirikan Madrasah Al
Wathaniah, di Mojoanyar. Sang ayah politisi Masyumi, yang jarang di daerah itu, meski
tetap memegang tradisi NU secara kuat.

Tradisi yang kosmopolit dan menghargai keragaman seperti itulah yang kelak akan
mewarnai Paramadina, organisasi yang didirikannya.

Hidup, pribadi, dan pikiran Nurcholish terbentuk pada masa remaja ketika dia sekolah di
Pondok Modern Gontor. Pesantren ini sangat progresif dan modern, baik dalam metode
pengajaran maupun gaya hidup para santrinya. Santri diperbolehkan main musik dan
mengenakan celana, bukannya sarung. Kurikulum di Gontor mengkombinasikan kajian
Islam dan sekular dengan metode pengajaran modern: pengantar bahasa Arab dan Inggris.

Selepas Gontor, Nurcholish pergi ke Jakarta untuk melanjutkan pelajaran di Institut


Agama Isam Negeri (IAIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta. Sekarang Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta. Dia memilih Fakultas Adab (sastra dan peradaban)
tempat dia memperoleh gelar sarjana pada 1968. Nurcholish menulis skripsi berjudul: “Al
Quran: Arab dalam Kata, Universal dalam Makna”.
Selama menjadi mahasiswa di IAIN dan sampai beberapa tahun kemudian, Nurcholish
sering mendengar khutbah Jumat di Masjid Al Azhar, Jakarta. Khatib favoritnya adalah
Buya Hamka, ulama sufi modern Indonesia, memenuhi kerinduannya akan tradisi tarekat
di kampungnya. Melalui Hamka dia diperkenalkan pada gagasan Ibn Taimiyah, yang
kelak akan menjadi subjek disertasi doktornya di Universitas Chacago, Amerika Serikat:
“Ibn Taymiyya on Kalam and Falsafa: A Problem of Reason and Revelation in Islam”.
Pada 1963, Nurcholish mulai terlibat dalam kegiatan mahasiswa dan bergabung dengan
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan empat tahun kemudian dia terpilih menjadi Ketua
Umum untuk masa jabatan dua tahun. Dia menjadi ketua pertama yang memiliki
latarbelakang pendidikan Islam dan terpilih kembali untuk masa jabatan berikutnya pada
1969.
Nurcholish juga menjadi Ketua Perhimpunan Mahasiswa Asia Tenggara 1967-1969, dan
dengan itu dia mengenal pemimpin muda Islam Malaysia, Anwar Ibrahim, yang kemudian
menjadi teman bertukar gagasan. Nurcholish juga Asisten Sekjen dan pendiri International
Islamic Federation of Students Organizations 1968-1971 yang memberinya kesempatan
bepergian ke luar negeri: ke Amerika Serikat, Mesir, Saudi Arabia, dan Suriah.

Menurut Nurcholish, perjalanan ke Timur Tengah itu membuat dia yakin bahwa
pembaruan drastis dalam pemikiran Islam sangat dibutuhkan, dan dia menyisihkan waktu
untuk menulis ideologi Islam versinya sendiri.

Pada 1969, dia menelurkan booklet berjudul Nilai-nilai Dasar Perjuangan (NDP), yang
dikenal pula sebagai panduan orientasi ideologis anggota HMI dan juga diterima di
kalangan intelektual muda Islam bukan-HMI.

Pada 1965, terjadi perubahan besar dalam politik Indonesia, Soekarno jatuh dan digantikan
Soeharto. Orde Baru membawa perbaikan ekonomi Indonesia. Namun, pada masa ini pula
meningkat represi terhadap ekspresi politik, khususnya yang berbasis pada Islam.

Di tengah situasi seperti itulah, pada Januari 1970, Nurcholish meluncurkan makalah
dengan judul “Keharusan Pembaharuan Pemikiran Islam dan Masalah Integrasi Umat”
yang memicu perdebatan riuh di kalangan umat Islam.

Kontroversi itu telah melejitkan Nurcholish menjadi tokoh publik. Namun, Nurcholish
tetap menjaga diri dan menyisakan waktunya untuk kegiatan lain untuk menyebarkan
gagasannya.

Pada awal 1970-an Nurcholish juga menerbitkan artikel di beberapa harian Jakarta.
Artikel-artikel itu banyak membahas soal strategi pembangunan ekonomi di bawah Orde
Baru dan menunjukkan empati sosialnya yang besar kepada mereka yang miskin dan
rentan. Artikel-artikel itu dibukukan 1993 di bawah judul “Islam Kerakyatan dan
Keindonesiaan”.

Setelah mendapat gelar doktor dan kembali ke Indonesia pada 1985, banyak teman
mendorongnya menyebarkan gagasan ke masyarakat Indonesia lebih luas. Dari sinilah
kemudian Paramadina didirikan.

Demokratisasi merupakan tema penting dalam debat nasional sepanjang 1990-an. Pada era
ini Nurcholish menjadi kontributor tetap di berbagai harian dan majalah, mendiskusikan
berbagai tema dari iman, budaya hingga moral dalam politik Muslim kontemporer. Artikel
pendek dan mudah dicerna ini, yang dibukukan dengan judul “Pintu-Pintu Menuju Tuhan”
(1994) seperti ingin menjawab kritik bahwa tulisan Nurcholish terlalu akademis dan sulit
bagi publik awam untuk memahaminya.
Pada waktu yang bersamaan Paramadina menerbitkan buku lain Nurcholish, “Islam
Agama Peradaban: Membangun Makna dan Relevansi Doktrin Islam dalam Sejarah”.
Buku ini berisi makalah Klub Kajian Agama (KAA) Paramadina sejak awal 1990-an,
mendiskusikan berbagai subjek, termasuk neo-sufisme. Buku dengan judul hampir sama,
“Islam Doktrin dan Peradaban” (1992) menjadi bukunya yang paling diminati.

Merenungkan peradaban Islam kian mendalam memandu Nurcholish mencari landasan


kerjasama antar-agama. Pada akhir 1992 dia kembali membuat pidato yang isinya
diperdebatkan secara luas: “Kehidupan Keagamaan di Indonesia untuk Generasi
Mendatang”. Nurcholish berbicara tentang agama secara umum, tidak hanya Islam. Dia
juga bicara soal agama yang inklusif dan universal, serta menekankan pencarian kesamaan
platform antar-agama.

Melawan diam-diam batas keterbukaan politik Soeharto, Nurcholish juga terus terlibat
dalam debat publik pada 1990-an, mendorong keterbukaan, dan kemungkinan kritik publik
dalam pembetukan masyarakat demokratis. Pada masa ini Nurcholish menulis sebuah
artikel penting berjudul “Islamic Roots of Modern Pluralism, Indonesian Experience”.

Kumpulan tulisan Nurcholish yang berisi tanggapan terhadap meningkatnya polarisasi


agama dalam politik Indonesia, juga tentang humanisme, keadilan dan hak asasi manusia
terbit pada 1995 di bawah judul “Islam Agama Kemanusiaan”.

Tak heran ketika badai demonstrasi mahasiswa melanda Indonesia pada 1997, menuntut
mundurnya Soeharto, Nurcholish menjadi tempat orang untuk mencari panduan.

Setelah Soeharto jatuh, Nurcholish ikut terlibat mendorong demokratisasi dengan antara
lain menjadi Ketua Komite Pemberdayaan Pemilih (KPP) untuk pemilihan umum 1999.
Sebuah era baru demokratisasi di Indonesia, salah satu buah perjuangan Nurcholish
Madjid.

C. PENDALAMAN KARAKTER

Dengan memahami materi tentang dakwah Islam dalam perkembangan Islam di Asia
Tenggara, maka seharusnya kita memiliki sikap sebagai berikut :
1. Memiliki sikap saling mengingatkan pada kebaikan
2. Senantiasa semangat mencari ilmu pengetahuan serta kreatif dan inovatif dalam belajar
dan bergaul.
3. Memiliki sikap asertif, yaitu mampu bergaul menyesuaikan diri dan akomodatif dengan
siapa pun tanpa harus kehilangan jati diri dan mengajak kepada agama Islam yang benar.
4. Gigih dalam berjuang terhadap apa yang dicita-citakan.

D. MENGKOMUNIKASIKAN
1. Penugasan Terstruktur
Menurut kalian benarkah dakwah Islam dengan cara kesenian mampu menarik orang lain
untuk memeluk agama Islam? Berikan contohnya jika itu terjadi pada masa sekarang.
2. Kegiatan Mandiri Tidak Terstruktur
Buatlah rangkuman dari materi yang sudah kalian baca, dan berikan pendapat kalian
masing-masing tentang materi tersebut.

E. EVALUASI

I. Jawablah Pertanyaan berikut dengan benar


1. Menurut kalian apakah umat Islam harus bersatu dalam satu organisasi?
2. Mengapa Gus Dur tidak sepakat bergabung dengan ICMI?
3. Apakah kalian sepakat bahwa perjuangan semua tokoh dunia Islam kontemporer adalah
dalam rangka menegakkan amar makruf dan nahi mungkar?
4. Bagaimana sikap yang akan kalian terapkan jika kalian berkesempatan memimpin sebuah
organsasi Islam yang besar?
5. Coba renungkan, hal apakah yang sudah kalian berikan bagi kemajuan agama kalian?

II. Portofolio dan Penilaian Sikap


Setelah kalian memahami uraian mengenai Tokoh-tokoh Dunia Islam modern sampai
kontemporer coba kamu amati perilaku berikut ini dan berikan komentar

No. Perilaku Yang Diamati Tanggapan / Komentar Anda

1. Menghormati perbedaan
Menghormati kawan
2.
Tidak memaksakan kehendak
3.
Menyambung tali silaturahim
4.
Menghormati yang lebih tua dan
5. Menyayangi yang lebih muda

Mutiara Hikmah

“Demi Allah yang jiwaku berada di tangan-Nya, seseorang tidak beriman hingga ia
mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri” (Al Hadits)
DAFTAR PUSTAKA

Azyumardi Azra, 1994, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII
.& XVIII : Akar Pembaruan Islam Indonesia, Jakarta, Prenada Media

Sumanto al-Qurtuby, 2003, Arus Cina-Islam-Jawa: Bongkar Sejarah atas Peranan Tionghoa
dalam Penyebaran Agama Islam di Nusantara Abad XV & XVI,
Jogjakarta, Inspeal Press dengan Perhimpunan Indonesia Tionghoa

Hasan Muarif Ambary, 1998, Menemukan Peradaban Jejak Arkeologis dan Historis Islam
Indonesia, Jakarta, Logos

http://islamic-ind.blogspot.com/
http://www.allamaiqbal.com/
http://ummahonline.wordpress.com
http://bigg0st.blogspot.com
http://avivsyuhada.files.wordpress.com
http://dakwahsyariah.blogspot.com
http://dewi-ari.blogspot.com-
http://harjasaputra.com
www.id.wikipedia.org
http://www.referensimakalah.com
http://chip.choate.edu
http://www.royalark.net
http://muhakbarilyas.blogspot.com
http://www.indianetzone.com
http://keepfight.files.wordpress.com
http://www.nu.or.id/
http://www.muhammadiyah.or.id/
http://paramadina.or.id/
www.republika.or.i
www.seasite.niu.edwww.republika.or.id
http://www.beautifulmosque.com
http://djimodji-communication.blogspot.com
http://www.unofficialroyalty.com
http://kalbar.kemenag.go.id
http://cahayawahyu.files.wordpress.com
http://khabarsoutheastasia.com
http://kolom-biografi.blogspot.com/2010/01/biografi-kyai-haji-abdurrahman-wahid.html
http://www.tokohindonesia.com
http://kolom-biografi.blogspot.com/2010/01/biografi-kyai-haji-abdurrahman-wahid.html
http://profil.merdeka.com/indonesia/m/muhammad-amien-rais/
http://kisah-kisahwaliSanga.blogspot.com/
http://ceritaislami.net/category/wali-Sanga/
http://sejarah.kompasiana.com/2013/05/22/kerajaan-islam-di-sulawesi-558391.html
http://kisah-islamic.blogspot.com/2012/04/drsyauqi-futakidokter-jepang-pembawa.html
http://438091.blogspot.com/
http://luaydpk.wordpress.com/2013/09/19/islam-di-filipina/
http://www.scribd.com/doc/6121726/Sejarah-Dan-Pemikiran-Muhammad-Abduh-New
http://ukhuwahislah.blogspot.com
http://iwak-pithik.blogspot.com/2012/03/sejarah-masuknya-islam-ke-indonesia.html
http://koffieenco.blogspot.com/2013/01/sejarah-masuknya-islam-ke-indonesia.html
http://sejarah.kompasiana.com/2013/09/18/sejarah-masuknya-islam-di-indonesia-
591013.html
http://sejarah.kompasiana.com/2013/09/18/sejarah-masuknya-islam-di-indonesia591013.html
http://sejarahnasionaldandunia.blogspot.com
http://zilzaal.blogspot.com
http://septianesia2.blogspot.com
http://islam33.wordpress.com/2011/04/08/sejarah-islam-di-afrika/
http://pustakabiografi.blogspot.com/2008/06/elijah-muhammad.html
http://faculty.ksu.edu.sa/

Anda mungkin juga menyukai