Anda di halaman 1dari 4

URBANISASI MEMPENGARUHI TINGKAT KEMISKINAN SUATU

PENDUDUK, BENARKAH HAL ITU?


Shelsa Indah Berliana (08211068)
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Institut Teknologi Kalimantan, Jl. Soekarno
Hatta KM 15, Balikpapan
Email: 08211068@student.itk.ac.id

Pendahuluan
Kemiskinan mrupakan masalah yang sangat kompleks, banyak cara yang telah
di lakukan oleh pemerintah tetapi belum bannyak membuahkan hasil yang optimal.
Menurut world bank kemiskinan adalah keadaan dimana seorang individu atau
kelompok yang memiliki pendapatan kurang dari standart ratio dan tingkat kemiskinan
yang ditetapkan oleh world bank sebesar $2/day. Dan 14.29% penduduk di Indonesia
memiliki pendapatan kurang dari $2/day yang artinya masih dibawah garis kemiskinan
yang telah ditetapkan oleh world bank. Menurut badan pusat staitistik sendiri
kemiskinan adalah suatu keadaan di mana seorang individua tau sekelompok orang
tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan dasarnya sendiri seperti makanan, pakaian,
tempat tinggal, Pendidikan dan juga Kesehatan yang dianggap sebagai kebutuhan
minimal.
Urbanisasi sendiri merupakan suatu proses pembangunan yang melibatkan
berbagai factor multidimensional baik demografi, sosial, ekonomi, hingga geografis
wilayah dan fenomenanya ditandai dengan kejadian pemusatan penduduk pada
Kawasan perkotaan, kemudian di ikuti dengan modernisasi aspek aspek kehidupan
lainya sebagai akibat dari pengkotaan. Urbanisasi dan penurunan kemiskinan
merupakan dua aspek yang saling berkaitan satu sama lain, world bank (2018) sendiri
menyatakan bahwa urbanisasi mampu menurunkan tingkat kemiskinan melalui
peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB). Seperti yang telah di lakukan oleh
beberapa negara seperti india yang secara signifikan telah berhasil meningkatkan PDB
per kapita hingga 13%. Berbeda dengan Indonesia, 1% pertumbuhan urbanisasi hanya
mampu meningkatkan PDB sbesar 4% (World bank, 2018). Rendahnya pengaruh
urbanisasi ini mengindikasikan bahwa urbanisasi di Indonesia belum signifikan dalam
menyejahterakan pelakunya hingga mampu keluar dari kemiskinan (Chen et ak., 2019).
Pembahasan
Pada tahun 2018 tingkat urbanisasi di Indonesia mencapai angka 55,84%
dengan populasi penduduk perkotaan sebesar 147.800.366 jiwa, yang artinya lebih dari
setengah penduduk Indonesia tinggal di Kawasan perkotaan. Di Indonesia sendiri
terdapat tiga pembagian wilayah yaotu wilayah maju, wilayah kurang maju, dana
tertinggal dan dari pembagian kelompok tersebut menunjukkan Sebagian besar
provinsi di Indonesia masuk dalam kelompok tertinggal.
Tabel 1. Regionalisasi Wilayah Tingkat Urbanisasi dan PDRB per Kapita Tahun 2018
PDRB per Kapita
Tingkat Urbanisasi Tinggi Sedang Rendah
>41,8 juta 30,6-41,8 juta <30,6 juta
Tinggi >55,84% Kepulauan Riau Bangka Belitung Jawa Barat
DKI Jakarta Banten D.I. Yogyakarta
Kalimantan Timur Bali
Sedang 39,02-55,84% Riau Sumatera Utara Sumatera Barat
Kalimantan Utara Jawa Timur Jawa Tengah
Kalimantan Selatan Nusa Tenggara Barat
Sulawesi Utara Gorontalo
Sulawesi Selatan Maluku
Rendah <39,02% Papua Barat Jambi Aceh
Papua Sumatera Selatan Bengkulu
Kalimantan Tengah Lampung
Sulawesi Tengah Nusa Tenggara Timur
Sulawesi Tenggara Kalimantan Barat
Sulawesi Barat
Maluku Utara

Gambar diatas menunjukkan pola urbanisasi di Indonesia yang cenderung


menyebar dan tidak hanya terkonsentrasi di provinsi dengan kota kota besar dan factor
utama terbentuknya pola ini karena Indonesia merupakan negara kepulauan yang
pastinya ada halangan jika ingin berpindah ke kota di pulau seberang karena kendala
dari mobilitas orang ataupun barang.pembangunan di pulau jawa jauh lebih pesat
daripada wilayah lainnya dan kebijakan ini tentunya membentuk pola urbanisasi yang
timpang di masa sekarang. Fakta yang saya sebutkan ini membuat penduduk akan
melakukan migrasi menuju wilayah yang lebih maju untuk mendapatkan keuntungan
ekonomi dan meningkatkan taraf hidup mereka.pada tahun 2000, variable presentase
penduduk perkotaan berpengaruh sebesar 29.4% terhadap perubahan variable
presentase penduduk miskin perdesaan, kemudian meningkat menjadi 52,3% pada
tahun 2018, begitu juga sebaliknyapengaruh variable persentase penduduk perkotaan
terhaddap variable PDRB/kapita menunjukan penurunan dari 41,8% di tahun 2000
menjadi 15,8% di tahun 2015 yang artinya pengaruh persentase penduduk perkotaan
terhadap peningkatan PDRB/kapita semakin kecil setiap tahunnya.

Nilai Koefisien
Tingkat Urbanisasi
2000 2005 2010 2015 2018
a b a b a b a b a b
PDRB/
-0,218 0,877 -0,115 0,798 0,462 0,509 0,471 0,496 0,488 0,466
Kap
Penduduk
Miskin 0,834 0,464 0,929 0,249 0,647 0,436 0,998 0,329 0,724 0,447
Perkotaan
Penduduk
Miskin 2,033 -0,527 2,218 -0,627 2,129 -0,536 2,193 -0,576 2,336 -0,705
Perdesaan
Keterangan: a (konstanta regresi); b (koefisien regresi)

Faktanya urbanisasi telah berperan positif dalam meingkatkan kesejahteraan


penduduk, hubungan positif antara variabel persentase penduduk perkotaan dan
variable PDRB/kapita hasil analisis regresi menunjukkan bahwa semakin tinggi
persentase penduduk perkotaan suatu wilayah maka akan semakin tinggi pula
pendapatan per kapita penduduknya. Pada tahun 2018, peningkatan variabel persentase
penduduk perkotaan sebesar satu unit bisa mengakibatkan peningkatan rata-rata
variabel PDRB/kapita sebesar 0,466 Hubungan ini mampu menjelaskan mengapa
daerah-daerah dengan tingkat urbanisasi yang tinggi memiliki kondisi perekonomian
yang baik pula. Ada beberapa cara yang membuat urbanisasi mampu menurunikan
tingkat kemiskinan perdesaan melalui peningkatan pendapatan dan pengeluaran rumah
tangga perdesaan yaitu pertama, proses urbanisasi melibatkan migrasi penduduk desa
ke kota dengan harapan bisa keluar dari zona kemiskinan dengan peluang kerja yang
lebih banyak dan upah yang lebih besar daripada di perdesaan. Kedua, urbanisasi dapat
meningkatkan pendapatkan nonpertanian penduduk perdesaan yang tinggal di dekat
pinggiran kota dengan asumsi industry-industri yang tergolomerasi diperkotaan akan
menarik tenaka kerja dari kota maupun desa dengan upah yang tinggi. Ketiga, spillover
effect fari rubanisasi bisa berpengaruh terhadap peningkatan standar hidup penduduk
miskin perdesaan sehingga mampu keluar dari stasus miskinnya.
Kesimpulan
Dari pembahasan diatas kita tahu urbanisasi yang merupakan Langkah untuk
mengurangi tingkat kemiskinan benar benar berpengaruh, seperti di Indonesia yang
menurut world bank 14.29% penduduk memiliki pendapatan kurang dari $2/day yang
artinya masih dibawah garis kemiskinan yang telah ditetapkan oleh world bank. Maka
dari itu banyak terjadi perpindahan penduduk baik dari kota ke kota maupun dari desa
ke kota yang biasa di sebut urbanisasi dengan harapan dapat merubah perekonomian
seseorang menjadi lebih baik. Adanya urbanisasi berpengaruh positif terhadap
peningkatan pendapatan per kapita secara agregat wilayah di Indonesia selama periode
tahun 2000-2018, hal ini memperkuat argument bahwa proses urbanisasi di negara
berkembang seperti Indonesia merupakan gambaran proses demografi dibandingkan
dengan proses ekonomi juga memperjelas bahwa urbanisasi mendorong terjadinya
ketimpangan antara perdesaan dan perkotaan. Secara tidak langsung, penduduk migran
yang berpindah dari desa ke kota telah menurunkan ju,;ah penduduk miskin di daerah
perdesaan dan sebaliknya jumlah penduduk miskin di kota meningkat akibat imigran
dari perdesaan.
DAFTAR PUSTAKA
Hadijah, Z., & Sadali, M. I. (2020). Pengaruh Urbanisasi Terhadap Penurunan
Kemiskinan di Indonesia. jurnal wilayah dan lingkungan, 290-306.
Hany, I. H., & Islamiyati, D. (2020). Pengaruh ZIS dan Faktor Makro Ekonomi
Terhadap Tingkat Kemiskinan di Indonesia. Jurnal Ekonomi, 118-131.

Anda mungkin juga menyukai