Agraria 1
Agraria 1
Ps. 48
AGRARIA
UUPA BUM
AIR I
Ps. 4, 16 ay (Ps 1 ay. 2, Di atas
2, poin a & b Ps. 1 ay. 4 Bumi
Pengairan
&
Ps.2,9,11) Ps. 9 ay (2),
Pedalama Ps. 4. ay (2)
n
(Ps. 1 ay. 5,
Ps. 4 ay 2, Ps
Ditanam
47
Pengaira di Bumi
n Lautan (Ps. 1 ay 6,
(Ps. 1 ay 5, Bumi di Ps. 1 ay. 4)
Di tubuh
Ps. 4 ay. 2, bawah
bumi
Ps.47 perairan
(Ps. 1 ay. 4
(Ps. 1 ay. 4,
, Ps. 8)
Ps 8)
Boedi Harsono
AKSESBILITAS
KEPEMILIKAN
TUJUAN AW TUJUAN UTAMA TANAH
PERKEBUNAN BAGI
SWASTA
RETORIKA POLITIS
• Tujuan :
Memberikan kewenangan yang luas bagi
Pemerintah Kolonial Belanda, untuk melakukan
perjanjian langsung dengan pihak swasta.
BUATLAH RESUME
• SEJARAH KEAGRARIAAN DI INDONESIA
- Masa sebelum berlakunya Agrarische Wet
- Masa setelah berlakunya Agrarische Wet
- Masa setelah MERDEKA
Agraria Reform
“Revolusi fisik tanpa Reforma Agraria
adalah Omong Kosong” (Soekarno,
dalam Pidato Upacara Memperingati
Hari Kemerdekaan 17-Agustus-1959)
DASAR PERTIMBANGAN PERLUNYA UUPA
Arah Reformasi Agraria
• Pembaharuan hukum agraria;
• Penghapusan hak-hak asing dan konsesi-konsesi
kolonial atas tanah;
• Mengakhiri dan penghapusan sistem feodal
secara berangsur-angsur;
• Perombakan mengenai pemilikan dan
penguasaan tanah, serta hubungan-hubungan
hukum yang bersangkutan dengan pengusahaan
tanah;
• Percenaan, persediaan, peruntukan, &
Penggunaan bumi, air, kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya itu secara berencana
sesuai dengan kesanggupan dan kemampuannya
PENYUSUNAN UUPA
Penundaan pengesahan,
disebabkan terjadi
Perubahan UUDS 1950,
kembali ke UUD 1945
KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MENGISI KEKOSONGAN
HUKUM SELAMA PENYUSUNAN UUPA
4 Musyawarah Pasal 18
10 Publisitas
*disarikan PasalPengaturan
oleh, Winahyu Erwiningsih, 2009, “Pelaksanaan 23, 32, dan
Hak38
Menguasai Negara atas
Tanah Menurut UUD 1945”, Disertasi, Program Doktoral Ilmu Hukum, UII, Yogyakarta, Hlm. 290
Tujuan Pokok UUPA :
• Meletakkan Dasar-Dasar penyusunan hukum
Agraria Nasional ;
• Meletakkan dasar-dasar untuk mengadakan
kesatuan dan kesederhanaan dalam hukum
pertanahan;
• Memberikan dasar-dasar untuk memberikan
kepastian hukum mengenai hak-hak atas
tanah bagi rakyat seluruhnya.
PENGUASAAN TANAH DALAM
UUPA
Hierarki Hak Atas Tanah di
Indonesia
• Hak Bangsa (Pasal 1);
a) Hak Menguasai dari Negara (Pasal 2 ayat (1));
b) Hak Ulayat (Pasal 2 ayat (4));
c) Hak-hak perorangan* (Pasal 16); terdiri dari :
1) Hak Milik,
2) Hak Guna Usaha,
3) Hak Guna Bangunan,
4) Hak Pakai,
5) Hak Sewa,
6) Hak Membuka Tanah,
7) Hak Memungut Hasil Hutan,
8) Hak lain yang ditetapkan UU dan yang bersifat sementara sesuai
Pasal 53.
Winahyu Erwiningsih, 2009, Pelaksanaan Pengaturan HMN atas Tanah Menurut UUD
1945, Disertasi, Program Doktoral UII, Yogyakarta : UII, hlm. 142 )
Implementasi HMN dalam UUPA
(Pasal 2 UUPA)
✔ Subyek Hukum : Negara;
✔ Sifat Wewenang : Publik semata
✔ Isi Wewenang :
❖ Mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan,
persediaan, dan pemeliharaan bumi, air, dan ruang angkasa
❖ Menentukan dan mengatur hubungan subyek hukum dan Tanah;
❖ Mengatur dan menentukan hubungan hukum antara subyek hukum
dalam kaitannya dengan Tanah
✔ Cara Pelaksanaan : Desentralisasi, Dekosentrasi, dan Tugas
Pembantuan (Medebwind)
c. Hak Ulayat Masyarakat Hukum Adat
• Hak Ulayat adalah : serangkaian wewenang dan kewajiban suatu
masyarakat hukum adat, yang berhubungan dengan tanah yang terletak
dalam lingkungan wilayahnya, yang merupakan pendukung utama
penghidupan dan kehidupan masyarakat yang bersangkutan sepanjang
masa.
• Hak ulayat mempunyai kekuatan yang berlaku ke dalam dan berlaku
ke luar. Ke dalam, berhubungan dengan para warganya. Sedang
kekuatan berlaku ke luar dalam hubungannya dgn orang luar
• Hak ulayat sendiri, menyangkut dimensi hukum perdata dan
hukum publik. Dimensi hukum perdata dapat ditemukan dalam
hubungan bersama dengan anggota masyarakat hukum adatnya,
sedangkan dimensi hukum publik ditemukan dalam tugas kewenangan
mengelola, mengatur, dan memimpin peruntukan, penguasaan,
penggunaan, dan pemeliharaannya.
Isi dari Wewenang Hak Ulayat
• Mengatur dan menyelenggarakan penggunaan tanah (untuk
pemukiman, bercocok tanam dan lain-lain), persediaan
(pembuatan pemukiman/persawahan baru dan lain-lain), dan
pemeliharaan tanah;
• Mengatur dan menentukan hubungan hukum antara orang
dengan tanah (memberikan hak tertentu pada subyek
tertentu);
• Mengatur dan menetapkan hubungan hukum antara
orang-orang dan perbuatan-perbuatan hukum yang
berkenaan dengan tanah (jual-beli, warisan dan lain-lain).
*Sumber : Maria SW. Sumardjono: Kebijakan Pertanahan (Antara Regulasi dan Implementasi) Cetakan ke VII, Penerbit Buku
Kompas, 2007, hlm. 56.)
Kriteria Eksistensi Hak Ulayat
Ps 2 PMNA/ K BPN No. 5/1999 Maria SW Sumardjono
Subyek HGB
Subyek :
• WNI
• Badan hukum yang didirikan menurut
hukum Indonesia dan berkedudukan di
Indonesia.
Terjadinya HGB
• HGB (atas tanah negara dan atas tanah hak
pengelolaan) terjadi karena penetapan
pemerintah
Terjadinya sejak didaftar oleh kantor
pertanahan
Definisi :
• Adalah hak untuk menggunakan atau
memungut hasil dari lahan yang dikuasai
langsung oleh negara atau tanah milik
orang lain yang bukan perjanjian sewa
menyewa atau pengolahan tanah
Subyek Hak Pakai
● WNI
1. Orang asing yang berkedudukan di Indonesia
2. Badan hukum yang didirikan menurut hukum
Indonesia dan berkedudukan di Indonesia.
3. Badan hukum asing yang mempunyai perwakilan di
Indonesia.
4. Departemen, lembaga pemerintah non departemen dan
Pemda.
5. Badan-badan keagamaan dan sosial
6. Perwakilan negara asing dan perwakilan badan
internasional
Terjadinya Hak Pakai
• Hak Pakai (atas tanah negara dan atas tanah
hak pengelolaan) terjadi karena penetapan
pemerintah
Terjadinya sejak didaftar oleh kantor
pertanahan
Pemecahan/Pemisahan/Penggabungan bidang.
1. Berdasarkan permohonan pemilik dan tidak ada pengalihan hak.
Jika tercatat adanya hak tanggungan, maka sertipikat asal juga
dibebani hak tanggungan.
Surat Ukur (ruang e)
1. Dalam hal data Surat Ukur yang ada pada ruang e) ini berbeda
dengan data pada Surat Ukur lampiran sertipikat, maka data
yang valid adalah data pada Surat Ukur lampiran sertipikat.
Jika tanah tersebut dipisah, maka luasnya berkurang, hal itu
dapat dilihat pada luas sisanya.
Data Nama Pemegang Hak (ruang f).
• Pemilik yang terdaftar pada sertipikat tidak selalu
sebagai pemilik yang sebenarnya.
• Pemegang hak yang terdaftar tidak selalu membuktikan
sebagai pemilik sebenarnya.
• Pemilik sebenarnya perlu dilihat dari perkawinannya.
• Seorang pemilik dapat ditulis pada buku tanah sebagai
pemilik untuk beberapa kali perolehan.
• Dalam hal nama pemilik terdaftar tidak sama dengan
nama dalam KTP, perlu ada pernyataan dan ditegaskan
bahwa orangnya adalah satu.
• Pemilik terdaftar yang kawin campur (dengan WNA)
perlu dilihat status harta dalam perkawinannya dan
sanksinya pasal 21 (3) atau pasal 26 (2) UUPA.
Pembukuan (ruang g).
• Tidak membuktikan saat diperolehnya tanah tersebut.
Penerbitan Sertipikat (ruang h)
● Kerap terjadi permasalahan terhadap sertipikat kedua
sebagai pengganti yang hilang ternyata sertipikat tidak
hilang.
Penunjuk (ruang i).
1. Jika ditulis;
Peralihannya harus mendapatkan ijin, maka ijin
harus ada sebelum membeli.
Tanah Hak Pengelolaan (HPL), maka perlu dilihat
perjanjian penggunaannya (Perumnas, Pemda).
HGB berdiri diatas HM, maka kelangsungan
kepemilikan/ pemegang hak HGB tergantung dari
pemegang hak milik.
Tanggal perolehan tanah, maka data itu dapat
dipakai sebagai dasar penentuan perolehan tanah.
RUMAH SUSUN
Batasan Kriteria :
Nihil (tidak ada), bandingkan dengan Keppres No.
55 tahun 1993 dan Pepres No. 65 tahun 2006;
Pelaksanaan :
Dilaksanakan sesuai dengan Rencana Tata Ruang
Kepanitiaan
• Panitian Pengadaan Tanah (P2T) Kab/Kota;
Provinsi, Nasional;
• P2T Kab. Kota diketuai oleh Sekda dengan 8
Anggota;
• P2T Provinsi diketuai Sekda Provinsi;
• P2T Nasional oleh Sekjen Kemendagri
Penetapan Ganti Rugi
• Lembaga/Tim Penilai melakukan penilaian
besarnya ganti rugi, dengan dasar berupa NJOP,
bangunan, tanaman dan benda-benda lain yang
berkaitan dengan tanah;
• P2T menerbitkan putusan tentang bentuk
besarnya ganti kerugian
Keberatan Penetapan Ganti Rugi
• Dilakukan musyawarah ulang, apabila tetap
ditolak ganti kerugian dititipkan ke PN;
• Jika putusan P2T tetap ditolak :
a. Keberatan diajukan kepada Bupati/ Walikota
atau Gubernur;
b. Apabila tetap ditolak Gub/Bupati/Walikota atau
Menteri Dalam Negeri mengajukan Pencabutan
Hak atas Tanah.
Kapan Dimulainya Pembangunan ?
• Setelah pelepasan/penyerahan obyek atau telah
dititipkan ganti kerugian di PN;
• Bupati/Walikota mengeluarkan SK untuk
pelaksanan pemabangunan fisik
PELEPASAN HAK
Adalah perbuatan hukum
melepaskan hubungan hukum
Antara Subyek hak atas Tanah
Dengan
Melalui :
• MUSYAWARAH SECARA FAIR
• KESEPAKATAN DIANTARA PARA PIHAK
• UNTUK MELAKUKAN PERBUATAN HUKUM
MELEPASKAN HAK (PELEPASAN HAK ATAS
TANAH)
PROSEDUR SUBSTANSIAL
PELEPASAN HAK
1. ADA PEMBAYARAN GANTI KERUGIAN
(KOMPENSASI)
2. ADA PERBUATAN HUKUM
PELEPASAN HAK
3. DILAKUKAN BERSAMAAN
(SERENTAK-BERSAMAAN)
4. DIBUKTIKAN DENGAN PERJANJIAN
PELEPASAN HAK
SKEMA PELEPASAN
HAK
MUSYAWARAH
SEPAKAT
BAYAR
KOMPENSASI
PELEPASAN
HAK
Hal-Hal yang Kontroversial
• Pengadaan Tanah dapat dilakukan tanpa
perencanaan (bandingkan dengan UU No. 2
tahun 2012);
• Perpres No. 36/2005 tidak disebutkan batasan
kriteria kepentingan umum, sehingga
pengadaan tanah dapat dilakukan oleh swasta
dan dapat digunakan untuk mencari
keuntungan;
• Penerapan Pencabutan HAT oleh Presiden
(faktor traumatic masyarakat zaman Orba);
• Struktur kepanitiaan
UU No. 2 Tahun 2014
Kepentingan Umum
• Adalah kepentingan umum adalah kepentingan
bangsa, negara, dan masyarakat yang harus
diwujudkan oleh pemerintah dan digunakan
sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.
• Kriteria Kepentingan Umum :
1. Diselenggarakan oleh Pemerintah/Pemda dan
selanjutnya dimiliki oleh Pemerintah/Pemda;
2. Pemerintah dapat bekerjasama dengan
BUMN/Swasta
UU No. 2 tahun 2012, menyebutkan secara rigid
yang dimaksud dengan kepentingan umum :
Keputusan
Musyawa
Kepala
rah Adat
Adat
Keputusan
Adat
Pemberian
Penguasaan/Pemanfaatan
Tanah (Hak Pakai/Hak
Milik)
3. Pengadaan Tanah di atas Hak Ulayat untuk
Kegiatan di Luar Kepentingan Umum