Anda di halaman 1dari 119

DAMPAK PROGRAM PEMERINTAH PENATAAN

PEMUKIMAN PEDESAAN TERHADAP PENDAPATAN DAN


PRODUKSI PETANI KOPI KAMPUNG WISATA WANGUN
DESA PASIR MULYA KECAMATAN BANJARAN
Skiripsi

Untuk Memenuhi Syarat Sidang Skripsi Guna Memperoleh Gelar Sarjana


Ekonomi
Program Studi Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pasundan

Disusun Oleh:

Ghaida Nadalamis Ryadus Solihin

144030052

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PASUNDAN

BANDUNG

2018
Moto :
Nyatakan perasaan, hentikan
penyesalan, maafkan kesalahan,
tertawakan kenangan, kejar
impian
Tidak Perlu Menjadi Sempurna,
Cukup Menjadi Nyata
( Ghaida Nadalamis R. S )

Seiring untaian doa dan Alahamdulillah


hirobbil alamin, Kupersembahkan karya
ini untuk :
Ibuku tersayang yang selalu mengiringiku
dengan doa dan kasih sayang, Bapakku
tercinta yang telah membimbing langkah
kehidupanku, kedua adikku yang selalu
menyemangatiku, kekasihku Naufal yang
selalu menyertai di saat susah dan senang,
keluarga dan teman-teman yang
senantiasa berdoa dan menunggu
keberhasilanku serta almamaterku yang
selalu kubanggakan, Universitas
Pasundan.
DAMPAK PROGRAM PEMERINTAH PENATAAN
PEMUKIMAN PEDESAAN TERHADAP PENDAPATAN DAN
PRODUKSI PETANI KOPI KAMPUNG WISATA WANGUN
DESA PASIR MULYA KECAMATAN BANJARAN

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Syarat Sidang Skripsi Guna Memperoleh Gelar Sarjana


Ekonomi

Program Studi Ekonomi Pembangunan


Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pasundan

Disusun Oleh :

Ghaida Nadalamis Ryadus Solihin

144030052

Bandung, Juli 2018

Mengetahui,

Dosen Pembimbing

Dr. H. Tete Saepudin, SE., MSi.


NIP.151 101 92

Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Ketua Program Studi Ekonomi


..................... Pembangunan

.......................................................................

Dr. Atang Hermawan, SE., MSIE., AK Dr. H. Tete Saepudin, SE.,Msi.


NIP.151 101 58 NIP.151 101 92
ABSTRAK

Penelitian yang saya ambil bertujuan untuk menganalis dampak program PNPM
Mandiri Pedesaan di bidang infrastruktur berupa penataan pemukiman terhadap
pendapatan dan produksi petani kopi Kampung Wisata Wangun. Penelitian ini
dilakukan di Desa Pasir Mulya Kecamatan Banjaran Kabupaten Bandung, dengan
jumlah sampel sebesar 50 kepala keluarga petani kopi. Metode analisis yang
digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif, uji beda dua rata-rata
dan paired sample t test dengan menggunakan skala pengukuran yaitu 10%. Hasil
analisis deskriptif yaitu persepsi masyarakat terutama petani kopi Kampung
Wisata Wangun terhadap program PNPM Mandiri Pedesaan di Desa Pasir Mulya
yaitu dengan adanya program perbaikan infrastruktur lingkungan PNPM Mandiri
ini maka terbentuk bantuan pembiayaan, modal bibit, dan alat pembuat kopi
program – program fisik penanggulangan kemiskinan berupa pembanguan
insfrastruktur serta sekaligus menciptakan kemandirian masyarakat dalam
memanfaatkan program – program pembangunan yang menjadi kebutuhan
prioritas. Sementara hasil paired sample t test menunjukkan bahwa pembangunan
infrastruktur, bantuan bibit kopi dan bantuan modal lainnya berpengaruh positif
terhadap tingkat pendapatan masyarakat Desa Pasir Mulya khususnya petani kopi
kopi Kampung Wisata Wangun.
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang

telah memberikan kesehatan, kesempatan kepada penulis sehingga mampu

menyelesaikan drap skripsi ini yang berjudul “Dampak Program Pemerintah

Penataan Pemukiman Pedesaan Terhadap Pendapatan dan Produksi Petani

Kopi Kampung Wisata Wangun Desa Pasir Mulya Kecamatan Banjaran“.

Tujuan utama dari draft skripsi ini untuk memenuhi salah satu syarat

sidang skripsi guna memperoleh gelar sarjana ekonomi pada program studi

Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pasundan

Bandung.

Dalam proses pembuatan drap ini tak lupa saya haturkan terimakasih kepada

orang tua saya yang telah banyak memberikan dorongan semangat dari awal

hingga selesainya laporan ini. Tak lupa juga saya mengucapkan terimakasih pada

teman-teman di kampus yang telah memberikan dorongan moril dan material serta

informasi. Juga dengan segala hormat saya ucapakan banyak terimakasih pada

bapak dan ibu dosen pembimbing sehingga kami dapat menerapkan ilmu yang

telah diberikan pada kami.


Ucapan terimakasih ini juga saya ucapkan kepada :

1. Allah SWT yang telah memberikan hidayah, kelancaran dan

kemudahan dalam menyusun drap skripsi ini.

2. Bapak Solihin S.sos yang selalu memberikan dukungan moril dan

materil, serta nasihat yang membangun.

3. Ibu Sri Hety Pertamawati selaku Ibunda tercinta yang selalu

memberikan semangat dan dukungan, doa, kasih sayang dan nasihat

yang tiada hentinya untuk menjadi insan yang bermanfaat dan berguna.

4. Kakak sekaligus sahabat Naufal Sabila, dan Devi dan kedua adik saya

Nabila, dan Naqila merupakan orang-orang yang selalu setia

mendampingi dan memberikan motivasi dukungan untuk

menyelesaikan drap skripsi ini.

5. Nella Kania, Ayu, Ulfa, Widi merupakan sahabat seperjuangan yang

selalu memberikan semangat dan dorongan untuk melaksanakan drap

skripsi ini. Dan tidak lupa seluruh teman-teman Ekonomi

Pembangunan khususnya angkatan 2014 yang berjuang bersama untuk

mendapatkan gelar sarjana.

6. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Eddy Jusuf, Sp., M.Si., M.Kom., selaku Rektor

Universitas Pasundan Bandung.


7. Bapak Dr. H. Tete Saepudin, S.E., M.Si., selaku ketua Program Studi

Ekonomi Pembangunan sekaligus Dosen pembimbing yang telah

dengan sabar meluangkan waktunya untuk penulis.

8. Bapak Usep Sudrajat SE.MM., selaku keluarga yang telah

memberikan insfirasi ,referensi, perhatian dan dukungan untuk penulis

saat memengerjakan drap skripsi ini.

Akhir kata penulis berharap semoga drap ini dapat bermanfaat bagi

rekan-rekan mahasiswa-mahasiswi dan pembaca sekaligus demi

menambah pengetahuan tentang drap skripsi.

Bandung, Agustus 2018

Ghaida Nadalamis R. S
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................ .....................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................iv

DAFTAR TABEL .................................................................................................vii

DAFTAR GAMBAR............................................................................................viii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

1.1 Latar Belakang.............................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah......................................................................................10

1.3 Tujuan Penelitian.......................................................................................10

1.4 Kegunaan Penelitian..................................................................................11

1.4.1 Kegunaan Teoritis dan Akademis.............................................................11

1.4.2 Kegunaan Praktis dan Empiris...................................................................11

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS...12

2.1 Kajian Pustaka............................................................................................12

2.1.1 Pengertian Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat.........................12

2.1.2 Teori Pendapatan........................................................................................23

2.1.2.1 Pengertian Pendapatan.............................................................................. 23

2.1.2.2 Konsep Pendapatan Menurut Ilmu Ekonomi.............................................25

2.1.3 Teori Produksi...........................................................................................27

2.1.3.1 Pengertian Produksi.................................................................................27


2.1.3.2 Faktor Produksi Dengan Satu Input Variabel......................................35

2.1.3.3 Faktor Produksi Dengan Dua Invut Variabel.......................................35

2.1.4 Analisis Biaya Produksi.......................................................................38

2.1.5 Teori Penawaran Tenaga Kerja........................................................... 47

2.1.6 Penelitian Terdahulu............................................................................49

2.1.7 Kerangka Pemikiran............................................................................ 52

2.1.8 Hipotesis..............................................................................................57

BAB III METODE PENELITIAN..................................................................58

3.1 Metode Penelitian yang Digunakan.....................................................58

3.1.1 Objek Penelitian................................................................................. 58

3.1.2 Sumber Data........................................................................................59

3.1.3 Metode Pengumpulan Data................................................................ 59

3.1.4 Populasi dan Sampel...........................................................................61

3.1.4.1 Populasi...............................................................................................61

3.1.4.2 Sampel.................................................................................................61

3.2 Definisi dan Operasionalisasi Variabel................................................63

3.3 Model Analisis Data............................................................................64

3.3.1 Metode Statistik Deskriptif.................................................................64

1.3.1.1 Metode Analisis Uji Beda Dua Rata – Rata........................................65

1.3.1.2 Prosedur Uji Beda Dua Rata-rata (T-test)...........................................67

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................68


4.1 Hasil................................................................................................68

4.1.1 Analisis Deskriptif Kondisi Kampung Wisata Wangun & PNPM 68

4.1.2 Sejarah Singkat Obyek Penelitian............................................74

4.1.2.1Sejarah UPK Berupa PNPM Mandiri Pedesaan


Kecamatan Banjaran...............................................................74

4.1.3 Diskripsi Responden dan Analisis Data...............................76

4.1.3.1Karakteristik Responden........................................................76
4.1.4 Hasil Uji Beda Dua Rata-Rata Terhadap Pendapatan................78

4.1.5 Hasil Uji Beda Dua Rata-Rata Terhadap Produksi.......................84

4.1.6 Interpretasi Hasil....................................................................91

BAB V....................................................................................................93

KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................93

5.1 Kesimpulan...........................................................................93

5.2 Saran.....................................................................................95

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................

LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Program Penanggulangan Kemiskinan Berbasis PNPM Mandiri

Pedesaan.............................................................................13

Tabel 4.1 Perbandingan Rincian Kampung Wisata Wangun Tahun 2012 –


2013................................................................................69
Tabel 4.3 Data Penduduk miskin Kampung Wisata Wangun Tahun

2016................................ ....................................................70

Tabel 4.4 Perbandingan Mata Pencaharian Penduduk di Kampung

Wisata Wangun.............................................................70

Tabel 4.4 Insfrastruktur Yang Telah Dibangun oleh PNPM MP Kampung Wisata

Wangun Pada tahun 2011-2012....................................... 72

Tabel 4.5 Rumah Yang Telah Dibangun oleh PNPM MP Kampung Wisata

Wangun Tahun 2011- 2012 ..............................................72

Tabel 4.6 Infrastruktur yang kurang dan Yang Telah Dibangun oleh PNPM MP di

Kampung Wisata Wangun Pada tahun 2011-2012............73

Tabel 4.7 Hasil Analisis Uji Beda Dua Rata-Rata


Paired Samples Statistics.........................................78

Tabel 4.8 Hasil Uji Beda Dua Rata-Rata.............................................81

Tabel 4.9 Hasil Analisis Uji Beda Dua Rata-Rata...................................85

Tabel 4.10 Hasil Uji Beda Dua Rata-Rata.............................................87


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kurva Total Revenue.........................................................................26

Gambar 2.2 Produk marjinal berasal dari produk total.........................................31

Gambar 2.3 Hubungan Antara Kurva TPP, MPP, APP dan Daerah-daerah

Elastisitas Produksi...............................................................................................34

Gambar 2.4 Kurva Produksi Sama (Isoquant)......................................................36

Gambar 2.5 Kurva Garis Biaya Sama (Isocost)....................................................37

Gambar 2.6 Kurva Isocost dan Isoquant...............................................................37

Gambar 2.7 Semua kurva biaya dapat diturunkan dari kurva biaya total.............42

Gambar 2.8 Hasil yang makin berkurang (diminishing return) dan kurva biaya

berbentuk-U...........................................................................................................45

Gambar 2.9 Hasil yang makin berkurang (diminishing return) dan kurva biaya

berbentuk-U...........................................................................................................45

Gambar 2.10 Kurva penawaran tenaga kerja........................................................48

Gambar 2.11 Kerangka Pemikiran........................................................................56


BAB I

PENDAHULUAN

1.5 Latar Belakang

Indonesia adalah negara kepulauan yang sangat besar,

yang dihuni oleh bermacam-macam ras, suku dan etnis yang

berbeda-beda. Masing-masing daerah tersebut memiliki

keunggulan sendiri-sendiri termasuk potensi alamnya. Hal ini

tentunya sangat menguntungkan dalam bidang kepariwisataan.

Dengan banyaknya potensi alam yang dimiliki tersebut akan

menarik banyak wisatawan asing untuk berkunjung ke

Indonesia dan akan memberikan keuntungan tersendiri bagi

negara. Pariwisata seringkali dipandang sebagai sektor yang

sangat terkemuka dalam ekonomi dunia. Kalau sektor tersebut

berkembang atau mundur maka banyak negara akan

terpengaruh secara ekonomis. Kegiatan pariwisata hakikatnya

merupakan kegiatan yang sifatnya sementara, dilakukan

secara suka rela dan tanpa paksaan untuk menikmati objek

dan atraksi wisata. Dalam perkembangannya industri

pariwisata ini mampu berperan sebagai salah satu sumber

pendapatan negara.
Di dunia internasional, Indonesia memang terkenal

dengan potensi pariwisatanya yang beraneka ragam. Mulai

dari pantainya yang indah, pegunungan yang hijau, dan

peninggalan-peninggalan bersejarah seperti candi juga banyak

ditemukan di Indonesia. Salah satu daerah yang menjadi pusat

tujuan wisata adalah Bali dan Yogyakarta yang terkenal

dengan keindahan alamnya dan tradisi budaya yang masih

kental. Selain Bali dan Yogyakarta, daerah tujuan wisata

lainnya adalah Bandung. Jika dibandingkan dengan Bali dan

Yogyakarta, Bandung memang kalah. Namun Bandung tetap

bisa dikatakan sebagai daerah tujuan wisata yang banyak

dicari wisatawan. Hal ini bisa dilihat dari jumlah kunjungan

wisatawan yang relatif stabil dari waktu ke waktu.

Bandung juga terkenal dengan jenis wisata yang khas,

yaitu jenis wisata kuliner dan fashion. Para wisatawan mulai

menggemari tempat wisata yang tidak hanya sekedar

menyajikan keindahan alamnya saja tetapi lebih kepada

interaksi masyarakat. Oleh karena itu mulai berkembang jenis

wisata minat khusus, yaitu wisata alternatif yang disebut Desa

wisata yang terdiri dari kampung-kampung wisata. Kampung

wisata ini menawarkan kegiatan wisata yang menekankan

pada unsur-unsur pengalaman dan bentuk wisata aktif yang

melibatkan wisatawan berhubungan langsung dengan


masyarakat setempat. Dengan menonjolkan ciri kelokalan

setempat diharapkan kampung wisata mampu bersaing

dengan tempat wisata lain. Pengembangan kampung wisata

ini harus memperhatikan kemampuan dan tingkat penerimaan

masyarakat setempat yang akan dikembangkan menjadi

kampung wisata tersebut.

Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui karakter dan

kemampuan masyarakat yang dapat dimanfaatkan dalam

pengembangan kampung wisata, menentukan jenis dan tingkat

pemberdayaan masyarakat secara tepat. Adapun manfaat yang

diterima oleh adanya perkembangan pariwisata adalah

kampung wisata mempunyai dampak bagi ekonomi suatu

wilayah, antara lain pemerataan kesempatan kerja,

peningkatan pendapatan masyarakat, pengembangan dalam

sektor usaha serta peningkatan pendapatan daerah.

Maka dari itu Program Nasional Pemberdayaan

Masyarakat Mandiri Pedesaan (PNPM MP) melaksanakan

bedah kampung berupa penataan pemukiman di Desa Pasir

Mulya Kecamatan Banjaran Kabupaten Bandung untuk

mengatasi persoalana kemiskinan serta menciptakan kampung

wisata pertama di Jawa Barat. Melalui Program Nasional

Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan (PNPM MP)

masyarakat Desa Pasir Mulya dapat mencurahkan masalah yang


di hadapi dalam permasalahan infrastruktur permukiman, maka

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri

Pedesaan (PNPM MP) tersebut di laksanakan atas inisiatif warga

masyarakat itu sendiri melalui proses musyawarah di tingkat RT

sampai dengan tingkat Desa untuk mewujudkan pembangunan

yang partisipatif melalui Pembelajaran Participatory Adragogy

(Pembelajaran Pemikiran Kritis Masyarakat) lalu setelah itu,

warga Desa Pasir Mulya bersepakat membentuk dan mendirikan

organisasi masyarakat dengan bentuk dan nama yang telah di

sepakati yaitu organisasi Badan Keswadayaan Masyarakat

(BKM) Wargamulya, sampai saat ini telah terlaksana satu kali

pemilihan ulang anggota badan keswadayaan masyarakat (BKM)

sehubungan dengan habisnya masa jabatan (selama 3 tahun).

Setelah terpilih 13 orang anggota Badan Keswadayaan

Masyarakat (BKM) pada tahun 2011, maka selanjutnya para

anggota beserta kepengurusannya senantiasa melibatkan diri

dalam upaya penanggulangan kemiskinan melalui pendekatan

pemberdayaan masyarakat. Salah satu kegiatan yang dilakukan

Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) Wargamulya dalam

mencapai kemandirian adalah dengan menjadi motor penggerak

dalam membangun modal sosial dan berupaya mewujudkan

kerjasama yang baik antar anggota Badan Keswadayaan

Masyarakat (BKM), dengan pihak swasta maupun antar Badan


Keswadayaan Masyarakat (BKM) dengan pemerintahan

setempat, yang bertujuan untuk mengkaji permasalan serta

jumlah dana yang di perlukan. Lalu setelah itu Badan

Keswadayaan Masyarakat (BKM) mengidentifikasi masalah

yang terjadi di kampung wangun yaitu rumah yang masih kurang

layak huni dengan sanitasi yang minim, akses jalan yang rusak,

saluran yang belum tertata, pergerusan tanah yang terus terjadi,

MCK yang sangat tidak layak, tidak adanya pasokan air bersih,

terutama pada musim kemarau, air sangat sulit di dapat, belum

ada sistem pipanisasi yang dapat mengalirkan air hingga ke

permukiman.

Desa Pasirmulya secara administrasi termasuk ke dalam

Kecamatan Banjaran, Kabupaten Bandung. Berdasakan Rencana

Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Banjaran menetapkan

Desa Pasirmulya sebagai Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL)

dengan pola pemanfaatan ruang yang diarahkan yaitu sebagai

kawasan permukiman, pertanian, perkebunan dan kehutanan.

Karakteristik wilayah ini adalah sangat berbatasan langsung

dengan kawasan Wisata Gunung Puntang yang memang masih

bercirikan perdesaan. Kegiatan pertanian yang berkembang

adalah pertanian lahan basah dengan komoditi unggulan kopi.

Sebelum adanya Program Nasional Pemberdayaan

Masyarakat Mandiri Pedesaan (PNPM MP) para petani kopi


menjual hasil pertaniannya ke tengkulak kopi, dikarenakan belum

adanya alat pengolah kopi sehingga petani kopi warga wangun

hanya dapat menanam dan memanen kopi saja dengan keadaan

belum di olah. Desa Pasir Mulya sendiri memiliki 4 Dusun, 15

RW dan 69 RT. Desa Pasirmulya terletak di dataran tinggi yang

memiliki luas wilayah + 243,1 Ha. Dengan Batas Wilayah

sebelah barat berbatasan dengan Desa Sindangpanon Kecamatan

Banjaran, sebelah timur berbatasan dengan Desa Pasir Huni

Kecamatan Pangalengan, sebelah selatan berbatasan dengan Desa

Neglasari Kecamatan Banjaran, Sebelah utara berbatasan dengan

Desa Mekar Jaya Kecamatan Banjaran. Aktifitas utama warga

kampung wangun adalah sebagai petani kopi. Sebelum adanya

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan

(PNPM MP) kampung wangun adalah kampung yang bisa

dikatakan terisolir dengan jumlah penduduk miskin terbanyak di

bandingkan dengan kampung yang ada di Desa Pasir Mulya.

Menurut Undang-undang Penataan Ruang No 26 tahun 2007

yang dimaksud dengan Penataan Ruang adalah suatu sistem

proses perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian ruang.

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) di Indonesia berhirarki

dari level nasional sampai dengan level kota/kabupaten.

Oleh karena itu karena dengan adanya Program Nasional

Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan (PNPM MP)


berupa pembangunan infrastruktur permukiman maka lewat

program tersebut diharapkan dapat menanggulangi kemiskinan

dengan terwujudnya rumah yang layak huni dengan sanitasi

yang memadai, Akses jalan yang mendukung, saluran yang

tertata, MCK yang layak dan pasokan air bersih yang cukup,

dengan adanya sistem pipanisasi yang dapat mengalirkan air

hingga ke permukiman warga.

Pembangunan ini hanya lingkup kampung yang terisolir

saja yaitu kampung wangun dengan berkoordinasi dan

bermitra/berchaneling dengan pihak desa melalui perealisasian

mengenai pelaksanaan pembangunan yang sudah

diindetifikasikan dan direncanakan dalam PJM (Perencanaan

Jangka Menengah).

Yaitu melalui Bantuan APBD Kabupaten Bandung yang

dilsalurkan ke pihak desa baik ADD maupun P4.

Dana yang tersedia dari Program Nasional Pemberdayaan

Masyarakat Mandiri Pedesaan (PNPM MP) tersersebut rata-rata

untuk satu unit rumah hanya Rp 16 juta, sementara satu unit

rumah menghabiskan dana antara Rp 23-26 juta. Kekurangan

tersebut ditambah dari swadaya masyarakat desa Pasir Mulya

sendiri. Tidak dalam bentuk uang, melainkan dalam bentuk

bahan bangunan bekas yang masih bisa digunakan, tenaga kerja

dan lain-lain.
Dengan demikian Pembangunan tersebut di utamakan

untuk warga miskin, melalui Program Nasional Pemberdayaan

Masyarakat Mandiri Pedesaan (PNPM MP) yang tadinya daerah

terisolir dengan jumlah masyarakat miskin terbanyak di Desa

Pasir Mulya serta kondusi insfrastuktur yang kurang memadai

dan kumuh kini malah menjadi kampung wisata wangun yang

semakin banyak di kunjungi, serta menjadi percontohan untuk

pemerintah yang ingin mengembangkan desanya. Selain

pemerintah banyak juga wisatawan dari luar daerah dan anak

muda yang berkunjung untuk sekdar berfoto dan menginap

karena mempunyai bangunan bentuk rumah yang sama

dangan pemandangan dan suasana pegunungan yang sejuk, di

samping itu selain wisatawan menikmati suasana kampung

wangun juga bisa membeli hasil produk atau oleh-oleh

kampung wangun berupa kopi sayuran dan makanan lainnya.

Setelah adanya bantuan dari pemerintah pusat melalui

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan

(PNPM MP) dan bantuan dari pemerintah daerah baik dari

provinsi, kabupaten maupun desa maka pendapatan

masyarakat kampung wangun khususnya petani kopi sekarang

kesejahteraannya menjadi meningkat, di karenakan warga

khususnya para petani kopi dapat memenuhi kebutuhannya

baik sarana maupun prasarana yang di butuhkannya sudah


terpenuhi dan bisa mengolah hasil pertaniannya khususnya

kopi dan lalu memasarkannya. Salahsatunya ke wisatawan

dan tidak harus melalui tengkulak kembali. Sedangkan alat

pengolah kopi tersebut para petani mendapatkannya dari

bantuan pemerintah daerah. Oleh karena itu jumlah produksi

kopi petani kampung wisata wangun semakin meningkat

banyak warung dan cafe-cafe di daerah banjaran yang

membeli kopi tersebut untuk di jual kembali, bukan hanya

karena memiliki merek yaitu “kopi wangun” tetapi kopi

tersebut memilik ciri khas yaitu berdasarkan hasil penelitian

bahwa kopi wangun memiliki kualitas yang tinggi 80-83

kadar kopinya. Hal ini disebabkan tanaman kopi wangun di

tanam pada ketinggian di atas 1500 dari permukaan laut,

bahkan memperoleh juara dunia di amerika salah satunya

adalah kopi kampung wisata wangun.

Dengan demikian penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Dampak Program Pemerintah

Penataan Pemukiman Pedesaan Terhadap Pendapatan Dan

Produksi Petani Kopi Kampung Wisata Wangun Desa Pasir

Mulya Kecamatan Banjaran”.


1.6 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang tersebut, maka

rumusan masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1) Bagaimana perbedaan sebelum dengan sesudah adanya

PNPM Mandiri Pedesaan penataan pemukiman (bedah

kampung) terhadap pendapatan petani kopi kampung

wisata wangun?

2) Bagaimana perbedaan sebelum dengan sesudah adanya

PNPM Mandiri Pedesaan penataan pemukiman (bedah

kampung) terhadap produksi petani kopi kampung wisata

wangun?

1.7 Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang diteliti maka tujuan

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Untuk mengetahui kondisi petani kopi Kampung Wisata

Wangun sebelum dan sesudah adanya PNPM Mandiri

Pedesaan penataan pemukiman (bedah kampung)

terhadap pendapatan petani kopi Kampung Wisata

Wangun.

2) Untuk mengetahui kondisi petani kopi Kampung Wisata

Wangun sebelum dan sesudah adanya PNPM Mandiri


Pedesaan penataan pemukiman (bedah kampung)

terhadap produksi petani kopi Kampung Wisata Wangun.

1.8 Kegunaan Penelitian

1.8.1 Kegunaan Teoritis dan Akademis

Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dikemukakan

maka kegunaan teroritis adalah untuk kepentingan akademis,

yaitu dapat memberikan kegunaan teoritis berupa tambahan

informasi yang bermanfaat bagi mahasiswa Universitas Pasundan

Bandung, serta hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai

referensi atau acuan untuk melakukan penelitian lebih lanjut.

1.8.2 Kegunaan Praktis dan Empiris

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat diharapkan

hasil penelitian ini dapat memberikan kegunaan praktis atau

empiris berupa:

1) Penelitian ini semoga bemanfaat untuk pemerintah dalam

mengukur keberhasil Program Nasional Pemberdayaan

Masyarakat Mandiri Pedesaan terhadap peningkatan

kesejahteraan Masyarakat Desa Pasir Mulya.

2) Sebagai salah satu media untuk mengembangkan dan

mempertahankan potensi petani kopi Kampung Wisata

Wangun Desa Pasir Mulya Kecamatan Banjaran

Kabupaten Bandung
BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka


2.1.1 Pengertian Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri

Perdesaan (PNPM Mandiri Perdesaan) merupakan salah satu

mekanisme program pemberdayaan masyarakat yang digunakan

PNPM Mandiri Pedesaan dalam upaya mempercepat

penanggulangan kemiskinan dan perluasan kesempatan kerja di

wilayah perdesaan. PNPM Mandiri Perdesaan mengadopsi

sepenuhnya mekanisme dan prosedur Program Pengembangan

Kecamatan (PPK) yang telah dilaksanakan sejak 1998. PNPM

Mandiri sendiri dikukuhkan secara resmi oleh Presiden RI pada

30 April 2007. Dalam pelaksanaannya, program ini memusatkan

kegiatan bagi masyarakat Indonesia paling miskin di wilayah

perdesaan. Program ini menyediakan fasilitasi pemberdayaan

masyarakat, kelembagaan lokal, pendampingan, pelatihan, serta

dana Bantuan Langsung untuk Masyarakat (BLM) kepada

masyarakat secara langsung. Dalam PNPM Mandiri Perdesaan,

seluruh anggota masyarakat diajak terlibat dalam setiap tahapan

kegiatan secara partisipatif, mulai dari proses perencanaan,

pengambilan keputusan dalam penggunaan dan pengelolaan dana


sesuai kebutuhan paling prioritas di desanya, sampai pada

pelaksanaan kegiatan dan pelestariannya. Pelaksanaan PNPM

Mandiri Perdesaan berada di bawah binaan Direktorat Jenderal

Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD), Kemen terian

Dalam Negeri. Program ini didukung dengan pembiayaan yang

berasal dari alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

(APBN), alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

(APBD), dana pinjaman/hibah luar negeri dari sejumlah lembaga

pemberi bantuan dibawah koordinasi Bank Dunia.

Tabel 2.1 Program Penanggulangan Kemiskinan Berbasis PNPM Mandiri Pedesaan

No Program Sasaran

1 PNPM Mandiri Perdesaan Kelompok Masyarakat Perdesaan

2 PNPM Mandiri Perkotaan Kelompok MasyarakatPerkotaan

Kelompok Masyarakat Pedalaman, Tertinggal dan


3 PNPM Daerah Tertinggal dan Khusus 2012
Khusus Bencana

4 Rural Infrastructur Support(RIS PNPM) Kelompok Masyarakat Perdesaan

5 PNPM Pembangunan Infrastruktur Ekonomi Wilayah Kelompok Masyarakat Perdesaan

6 PNPM Peningkatan Usaha Agrobisnis Pertanian (PUAP) Kelompok Masyarakat Pertanian Perdesaan

7 PNPM Kelautan dan Perikanan (KP) Kelompok Masyarakat Pesisir dan Pelaut

8 PNPM Pariwisata Kelompok Masyarakat Perdesaan Potensial

9 PNPM Generasi Kelompok Masyarakat Perdesaan

10 PNPM Green Kecamatan Development Program (G-KDP) Kelompok Masyarakat Perdesaan

11 PNPM Neigbourhood Development (ND) Kelompok Masyarakat Perkotaan

12 PNPM Perumahan dan Permukiman Masyarakat Perdesaan dan Perkotaan


Sumber : Profil PNPM MP

Berdasarkan tabel di atas kita dapat simpulkan bahawa

PNPM Mandiri ini memiliki berbagai program serta sasarannya

masing-masing. Pada tahun 2007 Pemerintah melaksanakan

kebijakan terpadu sebagai upaya percepatan penanggulangan


kemiskinan dan penyediaan lapangan kerja melalui

pemberdayaan masyarakat dalam “Program Nasional

Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri” yang terdiri dari

program Preogram Nasional Pemberdayaan Masyarakat

Pedesaan.

Tujuan dari Program ini adalah meningkatkan

pengembangan sosial ekonomi wilayah berbasis pada potensi

sumberdaya lokal untuk mengurangi kesenjangan antar wilayah

melalui pembangunan infrastruktur, Peningkatan Usaha

Agrobisnis Pertanian dan pariwisata serta pembanguan

pemukiman dalam rangka meningkatkan kesejahteraan sosial

masyarakat. Pembangunan yang di selenggarai berupa

pembanguan jalan yang rusak, penyediaan MCK yang layak,

saluran serta penyediaan air bersih yang cukup, penyediaan

peralatan pertanian dan penataan pemukiman yang kumuh untuk

mencipakan lingkungan yang sehat dan lapangan kerja yang

mampu mencukupi kebutuhan masyarakat secara mandiri.

Walaupun masih banyak pembanguanan insfrastuktur lainnya,

tetapi dalam pelaksanaan pembanguan penataan pemukiman

sendiri tidak mencakup semua pembangunan insfrastruktur

PNPM Mandiri Pedesaan saja. Melainkan pembangunan yang di

sesuaikan dengan kondisi dan potensi wilayah tersebut.


2.1.1.1 Teori Terhadap PNPM Mandiri Pedesaan Secara Normatif

Dasar hukum pelaksanaan PNPM Mandiri Pedesaan

adalah Undang-Undang Desa no.6/2014 yang disahkan DPR-RI

pada tanggal 18 Desember 2013 yaitu pemberian alokasi dana

yang besar untuk Desa, dengan indikasi rata-rata Rp 1,4 Miliar

per desa per tahun. Penerapan UU tersebut tentunya

memerlukan peraturan-peraturan dan pedoman untuk

pelaksanaan tata kelola di tingkat desa yang mengacu pada

landasan konstitusional UUD 1945 beserta amandemennya,

landasan idiil Pancasila, dan peraturan perundang-undangan yang

berlaku, serta landasan khusus pelaksanaan PNPM MP, yang akan

disusun kemudian. Peraturan perundang-undangan khususnya

terkait sistem pemerintahan, perencanaan, keuangan negara, dan

kebijakan penanggulangan kemiskinan.

Sesuai dengan Pedoman Umum, PNPM Mandiri

Perdesaan mempunyai prinsip atau nilai-nilai dasar yang selalu

menjadi landasan atau acuan dalam setiap pengambilan keputusan

maupun tindakan yang akan diambil dalam pelaksanaan rangkaian

kegiatan PNPM MP. Nilai-nilai dasar tersebut diyakini mampu

mendorong terwujudnya tujuan PNPM MP. Prinsip-prinsip itu

meliputi:
a. Desentralisasi

Pemulihan otoritas masyarakat diwujudkan dengan

mendesentralisasikan sumberdaya pembangunan untuk dikelola

secara mandiri oleh rakyat desa sebagaimana terwujud dengan

penyediaan dana BLM. Pendelegasian wewenang ini BLM

merupakan langkah memulihkan “Yang Politis” (wewenang

untuk memutuskan) di kalangan rakyat desa. Penegakan prinsip

desentralisasi adalah kunci utama menghadirkan ”kedaulatan

rakyat” dalam pelaksanaan program. Adanya intervensi negatif

dari komponen komponen diluar masyarakat yang seringkali

merasa lebih memahami dan paling berhak mewakili masyarakat

merupakan hambatan yang sangat berpotensi menggugurkan

penegakan nilai nilai tersebut, sehingga dalam setiap tahapan

implementasi kegiatan perlu selalu dikawal dan di internalissaikan

kepada seluruh unsur masyarakat dan aparat, bahwa slah satu

kunci keberhasilan upaya Pemberdayaan Masyarakat bertumpu

pada penegakan azas Desentarlisasi tersebut. Dimana hak hak

otonom masyarakt tidak dibenturkan pada kepentingan

kepentingan politis dan elitis.

b. Partisipasi

Peningkatan bobot wewenang untuk memutuskan pendayagunaan

sumberdaya pembangunan ditunjukkan dengan keterlibatan secara

aktif warga desa di dalam musyawarah di desa/antar desa.


Partisipasi dalam perspektif pemberdayaan masyarakat dipahami

sebagai kemampuan argumentatif secara rasional. Konsisten

dengan visi kedaulatan rakyat Indonesia yaitu ”kerakyatan yang

dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan/perwakilan”, maka aktualisasi partisipasi adalah

pencapaian ”hikmat kebijaksanaan melalui musyawarah

mufakat”. Partisipasi bukan tindakan subyek moral yang

otonom sebagai individu-individu yang bersifat atomistik, tetapi

keterlibatan aktif warga negara untuk merumuskan

kesepakatan/kepentingan kolektif yang bermanfaat langsung

dalam aktivitas hidupnya sehari-hari. Setiap warga negara tanpa

diskri mi nasi berhak berpartisi pasi dalam menghadi rkan ”kedau

latan rakyat”. Partisipasi merupakan prosedur pragmatis

perumusan kepentingan kolektif antar warga yang bersepakat agar

terjadi penguatan daya tawar politis. Penegakan prinsip partisipasi

tidak semata-mata diukur dari tingkat kehadirian warga desa

dalam musyawarah program, tetapi diukur dari substansi yang

diperbincangkan maupun kualitas musyawarah mufakat untuk

mencapai ”hikmat kebijaksanaan”.

c. Demokratis

Demokrasi kerakyatan di Indonesia adalah tindakan-tindakan

warga negara diikat dan dibimbing oleh aturan legal normatif

(hikmat kebijaksanaan) yang ditetapkan melalui prosedur


musyawarah mufakat. Pengambilan keputusan antar pihak yang

saling berbeda kepentingan bukan indentik kompetisi untuk saling

berkuasa satu terhadap lainnya. Hikmat kebijaksanaan dihasilkan

melalui musyawarah mufakat yang diadakan atas dasar nilai-nilai

normatif. Konsepsi kedaulatan rakyat, dalam perspektif

pemberdayaan masyarakat, dipahami sebagai penyatuan kehendak

rakyat (kepentingan kolektif) yang dibangun secara terbuka

melalui musyawarah. Tanpa pendasaran normatif (hikmat

kebijaksanaan) para pembincang mudah tergesa-gesa mencapai

klimaks keputusan mayoritas melalui pungutan suara. Pemutlakan

prosedur-prosedur teknis instrumental pengambilan keputusan

sebagai media kompetisi antar kepentingan desa-desa yang saling

bersaing untuk memperoleh dana BLM dapat dibaca sebagai

watak ketergesaan ini. Pendidikan demokrasi melalui PNPM

Mandiri Perdesaan hendaknya difokuskan pada dua aspek yaitu

pertama: pembelajaran sosial yang melahirkan kepemimpinan

politik yang demokratis, dan kedua: pembelajaran sosial yang

memperkuat masyarakat untuk untuk bermusyawarah-mufakat

secara demokratis. Kepemimpinan politik yang demokratis

merupakan daya pengendali paling efektif dalam menjaga kerja

birokrasi/teknokrasi tidak jatuh menjadi otoritarian. Watak

demokratis dalam diri pemimpin lokal dipastikan secara otoritatif

menguraikan tegangan dialektis antara kekuasaan administrasi


birokrat/teknokrat dan kedaulatan rakyat berubah menjadi relasi

kerjasama (gotong royong). Sedangkan, kemampuan berwacana

secara demokratis menjadi media/wahana antar pihak berselisih

kepentingan untuk secara terbuka menyepakati keputusan kolektif

yang disepakati secara damai. Prinsip demokratis menjaga

tegangan dialektis antar kekuasaan.

d. Prioritas

Hasil musyawarah adalah konsensus antar pihak yang

berkepentingan atas dana BLM. Mufakat ini bukanlah sekedar

kemenangan pendapat mayoritas melainkan keunggulan prioritas

hak rakyat miskin yang diperjuangkan secara kolektif.

Terwujudnya prinsip prioritas terkait tegaknya prinsip

desentralisasi, partisipasi maupun demokrasi. Selain

itu, tumbuhnya solidaritas sosial yang dalam budaya bangsa

Indonesia disebut gotong royong pun menjadi penopang adanya

perspektif bela rasa sosial dari kelompok masyarakat yang

kuat/kaya untuk melindungi kelompok masyarakat yang lemah /

miskin, dengan demikian tegaknya prinsip Prioritas berarti dana

PNPM Mandiri Perdesaan lebih banyak mendanai kegiatan yang

bermanfaat langsung bagi masyarakat miskin yang diputuskan

berdasarkan kesadaran kolektif dari masyarakat antar desa

(kecamatan) melalui musyawarah mufakat.


e. Keberlanjutan

PNPM Mandiri Perdesaan pada dasarnya bersifat sementara,

suatu saat akan berakhir. Keberlanjutan program menjadi salah

satu prinsip yang harus ditegakkan agar ada kepastian proses

pemberdayaan masyarakat tetap dapat berlangsung walaupun

proyek telah berakhir. Penerapan prinsip keberlanjutan program

diupayakan melalui prosedur kerja teknis keproyekan yang secara

terukur dan pasti akan menghadirkan kesinambungan berlakunya

prinsip-prinsip program di beragam kegiatan proyek

pembangunan desa. Berbagai pihak bersedia

mengimplementasikan prinsip-prinsip PNPM Mandiri Perdesaan

(sebagai sebuah pengalaman yang baik) ke dalam mekanisme

kerja proyek pembangunan desa. Pengarusutamaan prinsip-

prinsip program dapat diartikan sebagai pengikatan horisontal atas

keberagaman pola pembangunan desa melalui aturan standar yang

disepakati bersama, sekaligus pengikatan secara vertikal dalam

arus waktu pemberdayaan masyarakat untuk menjamin kepastian

pengarusutamaan program terjadi pada masa yang akan datang.

Prinsip keberlanjutan akan terus-menerus digugat dalam

perspektif pelembagaan sistem sosial sebagai dialektika intervensi

kekuasaan administrasi negara dengan pemeliharaan tatanan

sosial rakyat desa yang dikontruksikan melalui prosedur

demokrasi kerakyatan. Terlaksannya prinsip Keberlanjutan


menjamin tegak nya nilai nilai program PNPM Mandiri Perdesaan

dalam setiap akitifitas pembangunan di desa baik yang didanai

melalui progrm PNPM Mandiri Perdesaan maupun dari

sumber sumber pendanaan lain nya. Selain itu peran pemerintah

lokal lebih nyata dalam menjamin terpeliharanya nilai nilai

program melalui penerbitan perangkat hukum dan aturan legal

formal yang menjamin keberlanjutan.

2.1.1.2 Teori Terhadap PNPM Mandiri Pedesaan Secara Empirik

Dalam hal ini adalah guna dari pelaksana PNPM

Mandiri bagi masyarakat. Program PNPM Mandiri sangat

berdampak positif terhadap peningkatan pendapatan dan produksi

masyarakat, sesuai dengan tujuan program tersebut, adapun

kegiatan yang telah terealisasi di lapangan yaitu :

1. pembangunan sarana prasarana pendukung bagi desa.

2.Terciptanya kepedulian, perhatian/dukungan dan partisipasi

masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan, serta meningkatkan

kualitas kegiatan dengan penggunaan teknologi sederhana, dan

meningkatkan ketrampilan masyarakat desa dalam perencanaan,

pengendalian, monitoring dan pemeliharaan prasarana, dalam

teknis pelaksanaan.

3. Dalam bidang pendidikan PNPM Mandiri pedesaan juga ikut

memperbaiki, karena bidang pendidikan merupakan salah satu

jenis kegiatan yang dapat dipilih masyarakat secara demokratis


pada Musyawarah Desa dan Musyawarah Antar Desa. Sejalan

dengan prinsip Open Menu, semua jenis kegiatan formal maupun

nonformal (termasuk pelatihan ketrampilan masyarakat). Hal itu

bertujuan untuk mempercepat upaya peningkatan kualitas

sumberdaya manusia dengan menitikberatkan pada pemerataan

kesempatan pendidikan, peningkatan kualitas pendidikan, dan

peningkatan kapasitas rumah tangga miskin pedesaan melalui

pelatihan bagi pemuda putus sekolah, ibu-ibu rumah tangga

untuk menciptakan daya saing dan lapangan pekerjaan.

4. Peningkatan kapasitas masyarakat dan kelembagaannya.

5. Pelembagaan sistem pembangunan partispatif.

6. Pengefektifan fungsi dan peran pemerintahan lokal.

7. Peningkatan kualitas dan kuantitas prasarana dan sarana sosial

dasar dan ekonomi masyarakat.

8. Pengembangan jaringan kemitraan dalam masyarakat.

Cukup banyak guna yang bisa didapatkan dari PNPM

Mandiri dengan program pemberdayaan masyarakat yang

memberikan manfaat dengan mengusahakan semua warganya bisa

berpartisipasi langsung untuk membangun daerahnya, sehingga

setiap warga bisa merasakan proses dalam pencapaian kesejahteraan

yang telah direncanakan.

Seperti Halnya Program Nasional Pemberdayaan

Masyarakat Mandiri Pedesaan Desa Pasir Mulya Kecamatan


Banjaran. Yang telah berhasil membangun Kampung Wangun Pasir

Mulya, yang tadinya kampung yang terisolir, dengan

memberdayakan masyarakat Desa pasir Mulya Menjadikan

Kampung Wangun menjadi kampung wisata dan sebagai

percontohan untuk daerah-daerah lain yang ingin mengembangkan

wilayahnya. Pembanguan tersebut berupa pembangunan unit rumah,

jalan, jembatan mck, serta bantuan alat pembuat kopi dan bibit kopi.

2.1.3 Teori Pendapatan

2.1.2.3 Pengertian Pendapatan

Pendapatan merupakan salah satu unsur yang paling

utama dari pembentukan laporan laba rugi dalam suatu

perusahaan. Banyak yang masih bingung dalam penggunaan

istilah pendapatan, hal ini disebabkan pendapatan dapat diartikan

sebagai revenue dan dapat juga diartikan sebagai income.

Menurut standar akuntansi keuangan (2004 : 23.1), kata “income”

diartikan sebagai penghasilan dan kata revenue sebagai

pendapatan, penghasilan (income) meliputi baik pendapatan

(revenue) maupun keuntungan (gain”). Pendapatan adalah

penghasilan yang timbul dari aktivitas perusahaan yang dikenal

dengan sebutan yang berbeda seperti penjualan, penghasilan jasa

(fees), bunga, dividen, royalti dan sewa.”

Definisi tersebut memberikan pengertian yang berbeda

dimana income memberikan pengertian pendapatan yang lebih


luas, income meliputi pendapatan yang berasal dari kegiatan

operasi normal perusahaan maupun yang berasal dari luar operasi

normalnya. Sedangkan revenue merupakan penghasil dari

penjualan produk, barang dagangan, jasa dan perolehan dari

setiap transaksi yang terjadi. Pengertian pendapatan dikemukakan

oleh Dyckman (2002 : 234) bahwa pendapatan adalah “arus

masuk atau peningkatan lainnya atas aktiva sebuah entitas atau

penyelesaian kewajiban (atau kombinasi dari keduanya) selama

satu periode dari pengiriman atau produksi barang, penyediaan

jasa, atau aktivitas lain yang merupakan operasi utama atau

sentral entitas yang sedang berlangsung”.

Pengertian pendapatan didefinisikan oleh Sofyan Syafri

(2002 : 58) sebagai “kenaikan gross didalam asset dan penurunan

gross dalam kewajiban yang dinilai berdasarkan prinsip akuntansi

yang berasal dari kegiatan mencari laba”. Definisi pendapatan

menurut Niswonger (1999 : 45), memberikan penekanan pada

konsep pengaruh terhadap ekuitas pemilik, yaitu “pendapatan

(revenue) adalah peningkatan ekuitas pemilik yang diakibatkan

oleh proses penjualan barang dan jasa kepada pembeli. Adanya

penafsiran yang berlainan terhadap pengertian pendapatan bagi

pihak yang berkompeten disebabkan karena latar belakang

disiplin yang berbeda dengan penyusunan konsep pendapatan

bagi pihak tertentu.


Konsep pendapatan belum dapat dijelaskan secara

universal oleh pemakai akuntansi, karena pemakai informasi

laporan keuangan khususnya laporan laba rugi yang memuat

tentang pendapatan berguna untuk masing – masing pemakai

laporan yang berbeda – beda tergantung dari sudut mana ia

memandang. Secara garis besar konsep pendapatan dapat ditinjau

dari dua sisi yaitu :

a. Konsep pendapatan menurut ilmu ekonomi.

b. Konsep pendapatan menurut ilmu akuntansi.

2.1.2.4 Konsep Pendapatan Menurut Ilmu Ekonomi

Menurut ilmu ekonomi, pendapatan merupakan nilai

maksimum yang dapat dikonsumsi oleh seseorang dalam suatu

periode dengan mengharapkan keadaan yang sama pada akhir

periode seperti keadaan semula. Definisi pendapatan menurut

ilmu ekonomi menutup kemungkinan perubahan lebih dari total

harta kekayaan badan usaha pada awal periode dan menenkankan

pada jumlah nilai statis pada akhir periode. Dengan kata lain,

pendapatan adalah jumlah kenaikan harta kekayaan karena

perubahan penilaian yang bukan diakibatkan perubahan modal

dan hutang. Harga ini ditentukan oleh kekuatan penawaran dan

permintaan pasar produksi. Konsep penghasilan antara jumlah


output yang dijual. Dengan tingkat harga tertentu secara

sistematis dirumuskan sebagai berikut (Rosyidi, 1998 : 23)

Keterangan : TR = P x Q

TR = total pendapatan dari hasil pendapatan pada

tingkat harga tertentu (total revenue)

P = harga barang yang dihasilkan

Q = jumlah barang yang mampu dihasilkan

Dan dapat digambarkan dalam grafik sebagai

berikut :

0 Q(Quantity)

...................Gambar 2.1 Kurva Total Revenue

Apabila dikaitkan dalam konteks pendaptan masyarakat

kampung wangun. Berdasarkan teori di atas, pendapatan petani

sangat dipengaruhi oleh seberapa besar biaya jual hasil produksi

barang petani yang dihasilkan oleh setiap petani dan seberapa

banyak jumlah barang produksi yang terjual tersebut setiap

harinya. Sehingga dengan demikian dapat dirumuskan sebagai

berikut: TR = P X Q , dimana P = besar biaya jual hasil produksi


barang petani dan Q = banyaknya jumlah barang produksi yang

terjual.

2.1.3 Teori Produksi

2.1.6.1 Pengertian Produksi

Secara umum, produksi dapat diartikan sebagai kegiatan

optimalisasi dari faktor – faktor produksi seperti tenaga kerja,

modal, dan lain – lainnya oleh perusahaan untuk menghasilkan

produk berupa barang – barang dan jasa – jasa. Secara teknis,

kegiatan produksi dilakukan dengan mengkombinasikan

beberapa input untuk menghasilkan sejumlah output.

Dalam pengertian ekonomi, produksi didefinisikan

sebagai usaha manusia untuk menciptakan atau menambah daya

atau nilai guna dari suatu barang atau benda untuk memenuhi

kebutuhan manusia. Berdasarkan pada kepentingan produsen,

tujuan produksi adalah untuk menghasilkan barang yang dapat

memberikan laba. Tujuan tersebut dapat tercapai, jika barang

atau jasa yang diproduksi sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa sasaran kegiatan

produksi adalah melayani kebutuhan masyarakat atau untuk

memenuhi kebutuhan hidup masyarakat umum. Dengan

demikian produksi itu tidak terbatas pada pembuatannya saja

tetapi juga penyimpanannya, distribusi, pengangkutan,


pengeceran, pemasaran kembali, upaya – upaya mensiasati

lembaga regulator atau mencari celah hukum demi memperoleh

keringanan pajak atau lainnya.

Produksi adalah kegiatan yang dilakukan untuk

menambah nilai suatu objek atau membuat objek baru sehingga

lebih bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan. Kegiatan

menambah kegunaan suatu objek tanpa mengubah bentuknya

disebut produksi jasa. Sedangkan kegiatan menambah kegunaan

suatu benda dengan mengubah sifat dan bentuk yang disebut

produksi barang.

Menurut Sugiarto (2007) produksi adalah kegiatan yang

mengubah input menjadi output. Dalam kegiatan ekonomi

biasanya dinyatakan dalam produksi. Sadono Sukirno (2010)

menjelaskan bahwa fungsi produksi merupakan sifat hubungan

diantara faktor – faktor produksi dan tingkat produksi yang

dihasilkan. Faktor produksi dikenal pula dengan istilah input dan

jumlah produksi selalu juga disebut sebagai output.

Faktor – faktor produksi yang digunakan bersamaan

dengan cara tertentu sehingga membuat produktivitas masing –

masing faktor bergantung pada jumlah faktor produksi lainnya

yang tersedia untuk digunakan dalam proses produksi lainnya

(Mankiw, 2009 : 504). Faktor – faktor produksi selain tenaga


kerja yaitu tanah, modal dan mesin/telnologi dan keahlian,

pengertian istilah tenaga kerja dan tanah telah jelas, namun

definisi modal merupakan sesuatu yang rumit.

Para ekonom menggunakan istilah modal (capital) untuk

mengacu pada stok berbagai peralatan dan struktur yang

digunakan dalam produk. Artinya modal ekonomi mencerminkan

akumulasi barang yang dihasilkan dimasa lalu yang sedang

digunakan untuk memproduksi barang dan jasa yang baru

(Mankiw, 2009:501).

Kegiatan operasi merupakan bagian dari kegiatan

organisasi yang melakukan transformasi dari masukan (input)

menjadi keluaran (output). Masukan berupa sumber daya yang

diperlukan seperti: modal, bahan baku dan tenaga kerja,

sedangkan keluaran dapat berupa barang setengah jadi maupun

barang jadi dan jasa.

Dalam teori ekonomi, terdapat salah satu asumsi dasar

mengenai sifat dari fungsi produksi yaitu “The Law of

Deminishing Return”. Teori ini mengatakan bila satu-satuan

input ditambah penggunaannya sedangkan input lain tetap, maka

tambahan output yang dihasilkan dari tambahan satu unit input

yang semula meningkat kemudian seterusnya menurun bila input

terus ditambah (Dewi dkk, 2012).


Kurva yang menunjukkan hasil rata-rata per unit input

variabel pada berbagai tingkat penggunaan input disebut Average

Physical Product. Hubungan antara jumlah input yang diperlukan

dan jumlah output yang dapat dihasilkan disebut “fungsi

produksi”.

Fungsi produksi merupakan hubungan antara jumlah

output maksimum yang bisa diproduksi dan input yang

diperlukan guna menghasilkan output tersebut, dengan tingkat

pengetahuan teknik tertentu. Bermula dari sebuah fungsi

produksi perusahaan, kita dapat menghitung tiga konsep produksi

yang penting, yaitu:

1. Produk total yang menunjukkan total output yang

diproduksi dalam unit fisik.

2. Produk marjinal (marginal product) dari suatu input

adalah tambahan produk atau output yang diakibatkan

oleh tambahan satu unit input tersebut, dengan

menganggap input lainnya konstan.

3. Produk rata-rata (average product) yaitu output total

dibagi dengan unit total input.


(a) Produk Total

TP

4000

3000
Produk total
2000

1000

0
1 2 3 4 5
Tenaga kerja

(b) Produk Marjinal

MP
3000
Produk Marjinal (per unit tenaga

2500

2000
kerja)

1500

1000

500

0
1 2 3 4 5
Tenaga Kerja

Gambar 2.2 Produk marjinal berasal dari produk

total

Diagram (a) menunjukkan produk total meningkat dengan

tambahan yang semakin kecil ketika semakin banyak unit input


yang ditambah. Diagram (b) menunjukkan produk marjinal yang

makin berkurang.

Daerah (b) yang berada di bawah kurva produk marjinal

(atau persegi berwarna biru) meningkat hingga produk total yang

ditunjukkan pada (a).

Menurut “hukum hasil lebih yang makin berkurang” (law

of diminishing returns), produk marjinal setiap unit input akan

menurun sebanyak penambahan jumlah input yang bersangkutan,

dengan asumsi semua input lainnya konstan.

Gambar 2.2 menggambarkan hukum hasil lebih yang

makin berkurang untuk tenaga kerja, dengan asumsi bahwa tanah

dan input lainnya konstan. Apa yang berlaku pada tenaga kerja

juga berlaku pada tanah dan input lainnya.

Hasil terhadap skala (Return to Scale), yaitu pengaruh

peningkatan skala input terhadap kuantitas yang diproduksi. Ada

tiga kasus penting yang harus dibedakan:

• Constant return to scale menunjukkan kasus bilamana

perubahan semua input menyebabkan peningkatan output

dengan jumlah yang sama.

• Decreasing return to scale timbul bilamana peningkatan

semua input dengan jumlah yang sama menyebabkan

peningkatan total output yang kurang proporsional.


• Increasing return to scale terjadi bilamana peningkatan

semua input menyebabkan peningkatan output yang lebih

besar.

Produksi yang efisien memerlukan waktu, sama seperti

diperlukannya input konvensional tenaga kerja. Ada tiga jenis

waktu yang berlainan di dalam produksi dan analisis biaya yaitu:

• Periode singkat (momentary run) yaitu periode waktu

yang sangat pendek ketika tidak ada perubahan apapun

dalam produksi.

• Periode jangka pendek (short run) adalah periode waktu

ketika input variabel seperti bahan baku dan tenaga kerja

dapat disesuaikan, tetapi kurang cukup lama untuk

melakukan penyesuaian semua input. Dalam jangka

pendek, faktor nonvariabel seperti mesin dan peralatan,

tidak dapat sepenuhnya disesuaikan ataupun dimodifikasi.

• Periode jangka panjang (long run) adalah periode ketika

semua faktor produksi, baik faktor variabel maupun

nonvariabel yang digunakan oleh perusahaan bisa diubah,

termasuk buruh, bahan baku, dan modal.


Y
C
Gambar A

B
TPP

X
Y Ep<0
Ep>1 1>Ep>0
Gambar B

Tahap I Tahap II Tahap III


APP
0
MPP X
Gambar 2.3 Hubungan Antara Kurva TPP, MPP, APP dan Daerah-daerah Elastisitas Produksi

Keterangan :

2. Kurva TPP (Total Physical Product) adalah

kurva yang menunjukkan tingkat produksi

total pada berbagai tingkat penggunaan input

variabel (input-input lain yang dianggap

tetap).

3. Kurva MPP (Marginal Physical Product)

adalah kurva yang menunjukan tambahan

(kenaikan) dari TPP, yaitu ΔTPP atau ΔY

yang disebabkan oleh penggunaan tambahan

satu unit input variabel.

4. Kurva APP (Average Physical Product) adalah

kurva yang menunjukkan hasil rata-rata per


unit variabel pada berbagai tingkat

penggunaan input.

2.1.6.2 Produksi Dengan satu Input Variabel

Produksi dengan satu input variabel mengasumsikan

suatu kegiatan produksi yang dilakukan dengan menggunakan

satu input tetap (misalnya lahan) L dan satu input variabel (

misalnya tenaga kerja ) L.

Dalam produksi dengan satu input variabel diberlakukan

hukum produksi yang dikenal dengan The Law Of Diminishing

Returns yang menyatakan bahwa : bila input variabel secara terus

menerus ditambah maka produksi total (TP) akan cenderung naik

tetapi produksi marginalnya (MP) akan semakin menurun.

Hukum The Law of Diminishing returns menyatakan bahwa

tenaga kerja yang digunakan dapat dibedakan dalam 3 tahap :

• Tahap pertama : produksi total mengalami pertambahan yang

semakin cepat

• Tahap kedua : produksi total pertambahannya.

• Tahap ketiga :produksi total semakin lama berkurang.

2.1.6.3 Faktor Produksi Dengan Dua Input Variabel

Jika faktor produksi yang dapat berubah adalah jumlah

tenaga kerja dan jumlah modal atau sarana yang digunakan, maka

fungsi produksi dapat dinyatakan Q = f (K,L). Pada fungsi


produksi ini diketahui, bahwa tingkat produksi dapat berubah

dengan merubah faktor tenaga kerja (L) dan atau jumlah modal

(K). Perusahaan mempunyai dua alternatif jika berkeinginan

untuk menambah tingkat produksinya. Perusahaan dapat

meningkatkan produksi dengan menambah tenaga kerja, atau

menambah modal atau menambah tenaga kerja dan modal.

a. Isoquant

Isoquant menunjukan kombinasi dua macam input yang

berbeda yang menghasilkan output yang sama. Isoquant adalah

sebuah kurva yang memperlihatkan semua kemungkinan

kombinasi dari input yang menghasilkan output yang sama.

Isoquant produksi menunjukkan berbagai kombinasi input yang

diperlukan sebuah perusahaan untuk memproduksi suatu jumlah

output tertentu.

K A

K2 B

K3 C Isoquant

0 L1 L2 L3 L

Gambar 2.4 Kurva Produksi Sama (Isoquant)


b. Isocost

Isocost menggambarkan gabungan faktor – faktor

produksi yang dapat diperoleh dengan menggunakan sejumlah

biaya tertentu. Untuk menghemat biaya produksi dan

memaksimumkan keuntungan, perusahaan harus meminimumkan

biaya produksi. Untuk membuat analisis mengenai peminimuman

biaya produksi perlulah dibuat garis biaya atau isocos.


K

K1 isocont

L L

Sumber: Teori Pengantar Ekonomi Mikro (Sadono Sukirno, 2013)

Gambar 2.5 Kurva Garis Biaya Sama (Isocost)

c. Kondisi Produksi Optimum

K Isoquant

Isocost

K1 E

0 L1 L
Gambar 2.6 Kurva Isocost dan Isoquant
Kondisi produksi optimum adalah kondisi seorang

produsen dapat memilih kombinasi biaya input yang paling

termurah untuk menghasilkan output. Untuk memproduksi

sejumlah ouput tertentu, produsen bisa menggunakan berbagai

kombinasi jumlah input dan dapat digambarkan dalam sebuah

kurva isoquant. Berbagai kombinasi tenaga kerja dan kapital

yang membebani perusahaan dengan biaya dalam jumlah yang

sama dinamakan dengan isocost. Untuk meminimumkan biaya

produksi sejumlah output tertentu, unit kegiatan ekonomi harus

memilih kombinasi input dengan biaya minimum (least cost

combination). Kombinasi ini terjadi pada saat garis isocost

menyinggung kurva isoquant atau sama dengan kurva

keseimbangan produsen (Pindyck, 2008).

2.1.6.4 Analisis Biaya Produksi

Biaya produksi adalah semua pengeluaran yang

digunakan dalam proses produksi untuk menghasilkan barang

atau jasa.

Biaya eksplisit adalah biaya yang secara nyata

dikeluarkan perusahaan, misalnya pengeluaran untuk membeli

bahan baku untuk produksi, untuk membayar tenaga kerja

langsung yang berkaitan dengan produksi dan sebagainya.


Biaya implisit adalah nilai dari input yang dimiliki

perusahaan yang digunakan dalam proses produksi, tetapi tidak

sebagai pengeluaran nyata yang dikeluarkan perusahaan.

Biaya kesempatan (opportunity cost) adalah nilai dari

sumber-sumber ekonomi dalam penggunaan alternatif yang

paling baik. Sumber-sumber ekonomi termasuk faktor produksi,

misalnya bahan kayu, tenaga kerja, dapat digunakan secara

alternatif. Apabila kayu tersebut telah digunakan untuk

menghasilkan sesuatu barang maka ada kesempatan yang hilang

untuk menghasilkan barang lain dengan kayu tersebut. Nilai

kesempatan yang hilang ini merupakan biaya kesempatan. Biaya

kesempatan tercermin dari harga faktor produksi tersebut di

pasar.

Biaya total (total cost) merupakan total rupiah terendah

yang diperlukan untuk memproduksi setiap tingkat output q.

Biaya total (TC) naik sejalan dengan naiknya q.

Biaya tetap (fixed cost) merupakan total rupiah yang

harus dikeluarkan perusahaan, walaupun tidak berproduksi; biaya

tetap tidak dipengaruhi oleh setiap perubahan kuantitas output.

Biaya variabel (variable cost) merupakan biaya yang

bervariasi sesuai dengan perubahan tingkat output termasuk

biaya bahan baku, gaji, dan bahan bakar dan termasuk pula

semua biaya yang tidak tetap.


TC =FC +VC

Biaya marjinal setiap tingkat output adalah tambahan

biaya yang diperlukan untuk memproduksi 1 unit output

tambahan.

Bagaimanakah bentuk kurva biaya marjinal (MC)

sebenarnya? Studi empiris menemukan bahwa pada sebagian

besar aktivitas produksi dalam jangka pendek (yaitu ketika stok

modal tetap),

misalnya pada usaha pertanian dan usaha-usaha kecil

lainnya, kurva biaya marjinalnya adalah berbentuk U seperti

yang diperlihatkan dalam kurva berbentuk U mula-mula menurun

sampai pada titik minimum, dan kemudian mulai meningkat lagi.

Sedangkan Biaya rata-rata adalah biaya total dibagi

dengan jumlah unit yang diproduksi, sebagaimana ditunjukkan

dalam rumus yaitu,

𝑇𝐶
AC = 𝑞
Keterangan : AC = Biaya rata-rata

TC = Biaya Total

Q = Output

𝐹𝐶
AFC= 𝑞

Keterangan : AFC = Biaya tetap rata-rata


FC = Biaya tetap
Q = output

𝑉𝐶
AVC = 𝑞

Keterangan : AVC = Biaya variabel rata- rata


VC = Biaya variabel
Q = output

(a) Biaya Total, Biaya Tetap, dan Biaya Variabel

800 TC
700
600 Biaya total
500
Biaya (dolar)

400
Biaya variabel
300
200 Biaya tetap
100
0 q
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Kuantitas
(b) Biaya Rata-rata, Biaya Marjinal
80 MC AC
Biaya Rata-rata dan Biaya Marjinal

70
60 AVC
50 M
(dolar)

40
30
𝑀′
20
10 AFC
0 q
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Kuantitas

Gambar 2.7 Semua kurva biaya dapat diturunkan dari kurva


biaya total

(a) Biaya total terdiri dari biaya tetap dan variabel.

(b) Kurva biaya marjinal berwarna biru turun

kemudian naik, seperti ditunjukkan oleh angka-angka biaya

marjinal (MC) berwarna biru terang. Tiga kurva biaya rata-rata

dalam (b) dihitung dengan biaya total, tetap, dan variabel dengan

output total. Bahwa MC memotong AC pada titik minimum.

Apabila biaya marjinal berada di bawah biaya rata-rata,

maka biaya rata-rata akan tertarik ke bawah; apabila biaya

marjinal (MC) sama dengan biaya rata-rata (AC), maka AC tidak

naik dan tidak pula menurun, dan tetap berada pada titik
minimum; bilamana biaya marjinal (MC) berada diatas biaya

rata-rata (AC), maka biaya rata-rata (AC) akan naik. Dengan

demikian:

Pada bagian bawah kurva biaya rata-rata (AC) yang

berbentuk U, MC = AC = AC minimum.

Hubungan antara biaya dan produksi membantu kita

menjelaskan mengapa kurva biaya bentuk U begitu umum dalam

ilmu ekonomi berdasarkan “hokum hasil lebih yang makin

berkurang” (law of diminishing return).

Untuk memahami dengan baik alasan mengapa kurva

biaya berbentuk U, kita lakukan dengan meneliti faktor waktu

yang terkait dalam proses produksi dan biaya. Kita ketahui

bahwa perencanaan dan keputusan implementasi proses produksi

dan biaya bisa memakan waktu yang sangat lama. Oleh karena

itu, kita membedakan tiga jenis waktu yang berbeda dalam

analisis produksi dan biaya. Definisi mengenai periode sangat

singkat (momentary run), jangka pendek (short run) dan jangka

panjang (long run) dan diterapkan konsep-konsep tersebut

terhadap biaya:

• Periode sangat singkat (momentary run) adalah periode

waktu yang sangat pendek pada saat tidak ada satu


perubahan pun yang terjadi dalam produksi; dalam

periode ini biaya bersifat tetap.

• Periode jangka pendek (short run) adalah periode waktu

yang cukup lama untuk menyesuaikan input variabel,

seperti bahan baku dan tenaga kerja, tetapi terlalu pendek

untuk menyesuaikan semua input. Dalam jangka pendek,

faktor produksi yang bersifat overhead seperti pabrik dan

peralatan, tidak dapat dimodifikasi atau disesuaikan

sepenuhnya. Oleh karena itu, dalam jangka pendek, hanya

biaya tenaga kerja dan biaya bahan baku yang merupakan

biaya variabel, sedangkan biaya modal merupakan biaya

tetap.

• Dalam jangka panjang (long run), semua input dapat

disesuaikan termasuk tenaga kerja, bahan baku, dan

modal; oleh karena itu dalam jangka panjang, semua

biaya adalah variabel dan tidak ada satu pun yang

merupakan biaya tetap.


(a) Diminishing Returns

0.3 B

(ekstra ton gandum per ekstra


Produk marjinal tenaga kerja
0.25

0.2

tenaga kerja)
0.15 A
0.1
D
0.05

0
50 100 150
Tenaga Kerja

Gambar 2.8 Hasil yang makin berkurang (diminishing return) dan kurva biaya
berbentuk-U

(b) Menghasilkan MC Bersudut ke Atas

200
Biaya Marjinal (dolar per ton

MC
150
D
gandum)

100
AC
50
B
A
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Output

Gambar 2.9 Hasil yang makin berkurang (diminishing return) dan kurva biaya

berbentuk-U
Kurva biaya marjinal berbentuk-U dalam (b) berasal dari

bentuk kurva produk marjinal dalam (a).

Dengan tanah tertentu dan tenaga kerja variabel, produk

marjinal tenaga kerja dalam (a) pertama naik ke arah kiri, B,

menanjak ke B, lalu turun ke D ketika terjadi diminishing return

dari tenaga kerja.

Kurva biaya marjinal berasal dari data produksi. Di

daerah sebelah kiri B dalam (b), misalnya pada titik A, produk

marjinal yang menaik berarti bahwa biaya marjinal menurun;

pada B.

Produk marjinal puncak terjadi pada biaya marjinal

minimum; di daerah sebelah kanan B, katakanlah pada D, ketika

produk marjinal tenaga kerja menurun, biaya produksi marjinal

output meningkat.

Secara keseluruhan, naik dan menurunnya produk

marjinal terhadap faktor variabel menghasilkan kurva biaya

marjinal berbentuk-U.

Kita dapat menyimpulkan hubungan antara hukum

produktivitas dan kurva biaya berbentuk U sebagai berikut:

Dalam jangka pendek, ketika faktor produksi seperti

modal adalah tetap, faktor produksi variabel cenderung

menunjukkan fase awal dari increasing return yang kemudian

diikuti oleh diminishing return.


Kurva biaya mula-mula menunjukkan fase biaya marjinal

yang menurun, diikuti oleh meningkatnya biaya marjinal (MC)

setelah terjadi diminishing return.

Biaya oportunitas dari suatu keputusan terjadi karena

melakukan pilihan terhadap barang langka dengan mengorbankan

barang lain. Biaya oportunitasnya adalah nilai dari barang atau

jasa yang dilepaskan.

Hukum hasil lebih yang makin berkurang (law of

diminishing return) pada intinya menyatakan bahwa penambahan

suatu input, sementara input-input lainnya tetap, akan

meningkatkan total output.

Akan tetapi, penambahan output itu cenderung berkurang

dari waktu ke waktu.

2.1.7 Teori Penawaran Tenaga Kerja

Penawaran tenaga kerja merupakan fungsi dari upah,

sehingga jumlah tenaga kerja yang ditawarkan akan dipengaruhi

oleh tingkat upah.

Penawaran tenaga kerja dipengaruhi oleh keputusan

seseorang apakah dia mau bekerja atau tidak. Keputusan ini

tergantung pula pada tingkah laku seseorang untuk menggunakan

waktunya, apakah digunakan untuk bekerja, atau digunakan

untuk kegiatan lain yang sifatnya santai (tidak produktif tetapi


konsumtif), atau merupakan kombinasi keduanya.

Apabila dikaitkan dengan tingkat upah, maka keputusan

untuk bekerja seseorang akan dipengaruhi pula dengan tinggi

rendahnya penghasilan seseorang.

Maksudnya, apabila penghasilan tenaga kerja relatif

sudah cukup tinggi, maka tenaga kerja tersebut cenderung untuk

mengurangi waktu yang dialokasikan untuk bekerja. (Sonny

Sumarsono, 2003).

Upah

SL

WB _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _

WA ________

0 LA LB Jumlah pekerja

Gambar 2.10 Kurva penawaran tenaga kerja

Berdasar hubungan antara tingkat upah dengan jam kerja,

dapat diturunkan kurva penawaran tenaga kerja

individual SL yang menggambarkan kombinasi tingkat upah

dengan jam kerja ditawarkan. Dalam suatu perusahaan terdapat

lebih dari seorang tenaga kerja, sehingga sumbu mendatar yang


sebelumnya menunjukkan jumlah waktu kerja digantikan oleh

jumlah tenaga kerja. Dengan demikian kurva penawaran tenaga

kerja menunjukkan kombinasi antara tingkat upah dengan

jumlah tenaga kerja yang bersedia bekerja (Bosworth et al., 1996:

13). Kurva penawaran upah berlereng positif menunjukkan

bahwa semakin tinggi upah nominal, semakin banyak tenaga

kerja yang bersedia bekerja. Sebagaimana terlihat pada Gambar,

maka pada upah nominal setinggi OWA, terdapat

sejumlah OLA tenaga kerja yang bersedia bekerja. Kenaikan

upah nominal menjadi OWB mengakibatkan jumlah tenaga kerja

yang bersedia bekerja naik menjadi OLB.

2.1.8 Penelitian Terdahulu

1. Penelitian Chandra Indrawan (2011) yang berjudul:

Peranan Badan Pemberdayaan Masyarakat dan

Pemerintahan Kampung dalam Meningkatkan

Partisipasi Masyarakat pada Kegiatan Rehabilitasi

Lahan Kritis Berbasis Masyarakat (Studi Kasus Pada

Kampung Bumi Dana Kecamatan Way Tuba Kabupaten

Way Kanan).

Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa Hasil

penelitian menunjukkan bahwa: Peranan Badan

Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Kampung

dalam meningkatkan partisipasi masyarakat pada


Program Rehabilitasi Lahan Kritis Berbasis Masyarakat

masuk dalam kategori peranan yang tinggi (berperan

baik). Hal ini ditunjukkan oleh 35 orang (49,29%) yang

menyatakan bahwa Badan Pemberdayaan Masyarakat

dan Pemerintahan Kampung berperan sangat

tinggi/sangat berperan dan tinggi/berperan dalam

meningkatkan partisipasi masyarakat pada Program

Rehabilitasi Lahan Kritis Berbasis Masyarakat. (2)

Tingkat partisipasi masyarakat dalam perencanaan,

pelaksanaan dan evaluasi Program Rehabilitasi Lahan

Kritis Berbasis Masyarakat di Kampung Bumi Dana

Kecamatan Way Tuba Kabupaten Way Kanan masuk

dalam kategori partisipasi tinggi. Hal ini ditunjukkan

oleh 37 orang (52,11%) yang berpartisipasi sangat tinggi

dan tinggi.

2. Penelitian Wahyuni (2011) yang berjudul: Evaluasi

Partisipasi Masyarakat pada Program Pengembangan

Usaha Agribisnis Perdesaan Di Pekon Kutodalom

Kecamatan Gisting Kabupaten Tanggamus. Hasil

penelitiannya menunjukkan bahwa partisipasi

masyarakat sangat penting dan berperan dalam dalam

pelaksanaan dan pencapaian hasil program

pengembangan usaha agribisnis perdesaan di Pekon


Kutodalom Kecamatan Gisting Kabupaten Tanggamus,

terdiri dari: (a) adanya ketepatan sasaran (target group)

penerima dana PUAP yaitu rumah tangga tani miskin,

petani/peternak (pemilik dan atau penggarap) skala kecil

dan buruh tani serta pelaku usaha agribisnis yang

mempunyai transaksi hasil usaha harian, mingguan

maupun musiman. (b) Peningkatan akses pembiayaan

kepada anggota Gapoktan Guyub Tani, yaitu adanya

kemudahan bagi penerima BLM PUAP dalam

mengakses bantuan yang disalurkan pada Gapoktan.

3. Penelitian Prihartini Budi Astuti (2012) yang berjudul:

“Efektivitas dan Pengaruh PNPM Mandiri Perdesaan,

Alokasi Dana Desa, Pendapatan Asli Desa dan Jumlah

Penduduk terhadap Jumlah Kepala Keluarga Miskin di

Kabupaten Kebumen Tahun 2009-2011” merupakan

penelitian kuantitatif deskriptif dalam bentuk data panel

dengan menggunakan alat analisis regresi linier data

panel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua

variabel berpengaruh signifikan terhadap jumlah kepala

keluarga miskin di Kabupaten Kebumen dengan

pengaruh masing-masing variabel adalah variabel

PNPM Mandiri Perdesaan Simpan Pinjam Perempuan

(SPP) adalah 0,005459, PNPM Mandiri Perdesaan Non-


SPP sebesar -0,002676, Alokasi Dana Desa (ADD)

sebesar -010433, Pendapatan Asli Desa (PADs) sebesar

-0,022590, dan jumlah penduduk adalah sebesar -

0,017860, dengan koefisien determinasi R2 sebesar

99,87% pada tingkat kesalahan 5%. Berbeda dengan

penelitian tentang “Pengaruh Akuntabilitas Pengelolaan

Keuangan Alokasi Dana Desa, Kebijakan Desa dan

Kelembagaan Desa terhadap Kesejahteraan Masyarakat

(Studi Kasus pada Desa Gubugkalah Kecamatan

Poncokusumo Kabupaten Malang)” diteliti oleh Justita

Dura (Dura, 2016) merupakan penelitian kuantitatif

dengan menggunakan alat analisis regresi berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa akuntabilitas

pengelolaan keuangan alokasi dana desa, kebijakan

desa, dan kelembagaan desa berpengaruh terhadap

kesejahteraan masyarakat, dan akuntabilitas pengelolaan

keuangan alokasi dana desa, kebijakan desa, dan

kelembagaan desa berpengaruh secara bersama-sama

terhadap kesejahteraan masyarakat.

2.1.7 Kerangka Pemikiran

Dari beberapa referensi teori yang dijabarkan

sebelumnya, maka penulis mencoba mengkaji bagaimana


keterkaitan beberapa pengaruh yang dapat mempengaruhi

pendapatan dan produksi petani kopi kampung wisata wangun.

Pendapatan dan prodoksi petani dapat ditentukan dari beberapa

pengaruh yang mempengaruhinya.

Pendapatan dan produksi petani kopi pun erat

hubungannya dengan program pemerintah penataan pemukiman

dari PNPM Mandiri Pedesaan . Harga produksi pertanian, dan

harga jual produk dan barang hasil pertanian yang terjual. Maka

dengan adanya PNPM Mandiri Pedesaan berupa penataan

pemukiman yaitu kesediaan insfarstruktur yang menjadiikan

Kampung Wangun menjadi Kampung Wisata Wangun, yang

menarik wisatawan dan berdampak pada usaha kopi di Kampung

Wisata Wangun tersebut. Lalu PNPM Mandiri Pedesaan

khususnya penataan pemukiman juga memberikan bantuan

berupa bibit kopi , dan alat pembuatan kopi yang memiliki

dampak sebagai berikut :

Kopi bagi petani di kampung wisata wangun merupakan

sumber penghidupan utama sebagai tumpuan keberlangsungan

hidup. Keunggulan dan kekhasan kopi wangun memberi kesan

tersendiri bagi penikmat kopi dan menghantarkan kopi wangun

ke kancah Internasional. Petani kopi di Kampung wisata Wangun

Kec.Banjaran Kab.Bandung telah diakui sebagai penghasil kopi

10 di Amerika.
Sebelum adanya PNPM Mandiri Pedesaan biasanya hasil

dari benih kopi tersebut selanjutnya akan dipasarkan oleh petani

melalui beberapa saluran pemasaran, seperti penjualan kepada

tengkulak dan menjual hasil pertanian langsung ke pelaku

pemasaran yang ada di Kecamatan Banjaran, namun yang

melakukan pembelian dalam skala besar terhadap petani adalah

tengkulak dan eksportir.

Dalam hal ini perlu diketahui alasan petani atau faktor

penyebab petani dalam menentukan arah penjualan, apakah

menentukan keputusan menjual kepada tengkulak dan menjual

hasil pertanian langsung ke pelaku pemasaran.

metode yang digunakan adalah analisis secara deskriptif

yang mampu menguraikan faktor-faktor penyebab petani menjual

kopi kepada tengkulak dan dan menjual hasil pertanian langsung

ke pelaku pemasaran. selanjutnya untuk melihat pengaruh faktor

penyebab tersebut menggunakan analisis regresi dengan variabel

TR atau dependent bersifat kuantitatif.

Yaitu pendapatan penjualan melalui tengkulak dan

langsung memasarkan kepada masyarakat, juga akan dikaji

dalam bentuk uraian untuk menggambarkan keragaman usaha

tani petani kopi hingga menuju kearah pendapatan dan produksi

sebelum (penjualan melalui tengkulak) dengan sesudah

(pemasaran langsung) adanya PNPM Mandiri Pedesaan. Dengan


keadaan tersebut menjelaskan skala usaha tengkulak dan menjual

hasil pertanian langsung ke pelaku pemasaran mulai dari

ketersediaan sarana prasarana, modal, sistim pembayaran yang

terjadi, dan hal lainnya yang berkaitan dengan jalannya usaha

yang dilakukan tengkulak dan eksportir.

Selanjutnya, manfaat ekonomis yang diperoleh petani dari

pilihan menjual kopi kepada tengkulak maupun eksportir akan

dianalisis melalui pandangan atau persepsi petani kopi sebelum

dan sesudah adanya PNPM Mandiri Pedesaan. Hasil total

pendapatan dari penjualan kopi yang petani kopi dapat, dapat

dihitung melalui rumus Total Revenue (TR). Kegiatan petani

menjual hasil kopinya tentu saja digunakan untuk mendapatkan

penerimaan atau pendapatan yang akan digunakan dalam

kehidupan sehari-hari.

Oleh sebab itu, pola penggunaan hasil total penjualan

kopi tersebut perlu diketahui. Untuk lebih jelas, kerangka pikir

pola penggunaan hasil, manfaat dan faktor penyebab penjualan

kopi petani kepada tengkulak dan eksportir (pemasaran) di

Kecamatan Banjaran Kabupaten Bandung dapat dilihat pada

Gambar 2.11
PNPM Mandiri
Pedesaan

Bantuan bibit kopi Penataan


dan alat pembuat pemukiman berupa
kopi insfratruktur

Wisatawan

Usaha Tani

Kopi

Alokasi Pengaruh yg di dapat


dgn menjual kopi
Adanya
sebelum (ketengkulak)
PNPM MP dgn sesudah (langsung
kepasaran) adanya
PNPM Mandiri
Pedesaan :
Melalui Langsung
kepasaran - Pengaruh
tengkulak Ekonomi
(berupa uang)

Pendapatan

petani kopi

Harga Jual Jumlah produksi


Kopi kopi

Pekerja Modal Produksi kopi


Produksi Kopi Faktor Produksi:
Gambar 2.11 Kerangka Pemikiran
• Luas lahan pertanian (X1)
• Jumlah Bibit kopi (X2)
• Jumlah pupuk (X3)
2.1.9 Hipotesis

Menurut Suharsimi (2010: 110) hipotesis adalah suatu

jawaban yang bersifat sementara terhadap pemasalahan suatu

penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Apabila

peneliti telah mendalami permasalahan penelitiannya dengan

seksama serta menetapkan anggapan dasar, maka lalu membuat

suatu teori sementara yang sebenarnya masih perlu diuji (di

bawah kebenaran). Inilah hipotesis peneliti harus berfikir bahwa

hipotesisnya itu dapat diuji.

Berdasarkan kajian teoritis diatas maka dapat dirumuskan

hipotesis penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

1. Jumlah produksi dan harga kopi diduga

mempunyai hubungan pengaruh yang positif

terhadap pendapatan petani kopi kampung wisata

wangun.

2. Harga jual kopi diduga mempunyai hubungan

pengaruh yang positif terhadap produksi petani

kampung wisata wangun.

3. Program Pemerintah penataan pemukiman diduga

mempunyai hubungan pengaruh yang positif

terhadap pendapatan petani kopi kampung wisata

wangun.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian yang Digunakan

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

adalah metode deskriptif kuantitatif. Metode deskriptif ini

menggambarkan mengenai kondisi petani kopi kampung wisata

wangun dilihat dari aspek-aspek pendapatan setelah dan sesudah

adanya program pemerintah penataan pemukiman, jumlah

produksi produk pertanian kopi, dan fasilitas lainnya dari

program PNPM Mandiri Pedesaan. Setelah diketahui kondisi

petani kampung wisata wangun dari aspek-aspek tersebut,

Selanjutnya, analisis regresi dalam penelitian ini digunakan untuk

mengetahui bagaimana pengaruh dari PNPM Mandiri Pedesaan.

3.1.1 Objek Penelitian

Menurut Sugiyono (2009:38) , Objek penelitian adalah

Suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan

yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk di pelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Objek

penelitian dalam penelitian ini adalah Program Nasional

Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan (PNPM MP) dalam

penataan lingkungan (bedah kampung).


3.1.3 Sumber Data

1. Data Primer

Data primer di peroleh melalui pengamatan langsung ke

lapangan dan mengadakan wawancara atau kuisioner

dengan responden petani kopi kampung wisata wangun

yang berada di Desa Pasir Mulya Kec.Banjaran.

2. Data Sekunder

Sumber data yang akan digunakan pada penelitian ini

adalah data sekunder yang diperoleh berdasarkan

informasi yang telah disusun atau dipublikasikan oleh

Badan Pusat Statistik Kecaman Banjaran Dalam angka,

Profil Desa Pasir Mulya, Profil BKM (badan

keswadayaan masyarakat) Desa Pasir Mulya, Petugas

Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) dan seluruh

instansi terkait lain.

3.1.3 Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis

untuk mendapatkan dan mengumpulkan data adalah sebagai

berikut:

1. Studi Lapangan (field research)

a. Kuisoner

Teknik pengumpulan data dengan membuat daftar

pertanyaan terlebih dahulu yang kemudian diberikan


kepada petani kopi Kampung Wisata Wangun di Desa

Pasir Mulya.

b. wancara (interview)

Penulis mengadakan tanya jawab secara langsung baik

secara formal maupun non formal dengan petani kopi

Kampung Wisata Wangun dalam permasalahan yang

akan diteliti

c. Dokumentasi (documentation)

Dokumentasi yaitu mengumpulkan bahan-bahan yang

tertulis berupa data-data yang diperoleh dari bagian

instalasi terkait.

d. Studi Kepustakaan (library research)

Yaitu dengan mendatangi perpustakaan dan mencari

buku-buku literatur yang sesuai dengan masalah yang

diangkat, dan informasi yang didapat digunakan untuk

memecahkan masalah yang berkaitan. Data yang

diperoleh melalui studi kepustakaan adalah sumber

informasi yang telah ditemukan oleh para ahli yang

kompeten dibidangnya masing-masing sehingga relevan

dengan pembahasan yang sedang diteliti, dalam

melakukan studi kepustakaan ini penulis berusaha

mengumpulkan data sebagai berikut:


• Mempelajari konsep dan teori dari berbagai

sumber yang berhubungan dan mendukung pada

masalah yang sedang diteliti.

• Mempelajari materi kuliah dan bahan tertulis

lainnya Jurnal yang berhubungan dengan

penelitian.

e. Studi Internet (Internet Research)

Sehubungan dengan adanya keterbatasan sumber

referensi dari perpustakaan yang ada, penulis melakukan

pencarian melalui situs internet guna mendapatkan

referensi.

3.1.4 Populasi dan Sampel

3.1.4.1 Populasi

Menurut buku Metode Penelitian oleh Sugiyono

(2012:119) Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas

obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan

kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini

adalah seluruh petani kopi kampung wisata wangun.

3.1.4.3 Sampel

Dijelaskan dalam buku Metode Penelitian oleh Sugiyono

(2012:120). Meskipun sampel hanya merupakan bagian dari


populasi, kenyataan-kenyataan yang diproleh dari sampel itu

harus dapat menggambarkan dalam populasi. Teknik

pengambilan data sampel ini biasanya didasarkan oleh

pertimbangan tertentu, misalnya keterbatasan waktu, tenaga dan

dana sehingga tidak dapat mengambil sampel yang besar dan

jauh.

Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan

adalah Random sampling yaitu artinya, setiap anggota dari

populasi memiliki kesempatan dan peluang yang sama untuk

dipilih sebagai sampel. Tidak ada intervensi tertentu dari peneliti.

Masing-masing jenis dari pengambilan acak

(probability sampling) ini memiliki kelebihan dan kelemahan

tersendiri. Sampel dalam penelitian ini adalah sebesar 50 orang.

Penentuan sampel penelitian ini menggunakan metode dari

rumus Slovin seperti sebagai berikut :

n = N

1 + Ne²

Keterangan :

n = jumlah sampel

N = jumlah populasi

e = batas toleransi kesalahan (error tolerance)


3.2 Definisi dan Operasionalisasi Variabel

Variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi

titik perhatian suatu penelitian (Suharsimi, 2010: 161). Variabel

yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut :

a) Variabel Tidak Bebas

Variabel tidak bebas adalah variabel yang dipengaruhi

oleh variabel bebas. Dalam penelitian ini variabel terikatnya

adalah pendapatan petani kopi Kampung Wisata Wangun yang

dinotasikan dengan (TR).

b) Variabel Bebas

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi

variabel tidak bebas. Adapun dalam penelitian ini variabel bebas

dengan notasinya masing-masing sebagai berikut:

1. Jumlah produksi kopi (Q)

Pendapatan petani kopi dapat ditentukan dari jumlah

produksi yang terjual sebab jumlah produksi merupakan

faktor utama yang mempengaruhi pendapatan petani kopi.

karena dengan banyaknya jumlah produksi kopi yang

terjual maka pendaptan yang diterima oleh petani kopi

setiap harinya semakin banyak.

2. Harga rata-rata penjual kopi (P)

Harga rata-rata penjual kopi sangat berpengaruh terhadap

pendapatan masyarakat karna semakin besar harganya


maka Harga rata-rata penjual kopi semakin besar pula

pendapatan petani kopi yang diperoleh setiap harinya.

3. Program Pemerintah Penataan Pemukiman (PP)

Program Pemerintah PNPM MP penataan pemukiman

tersebut sangat berpengaruh terhadap pendapatan

masyarakat karena dengan adanya program tersebut

petani kopi tidak lagi menjual kopinya ke tengkulak,

melainkan dapat mengolahnya sendri dan lalu

memasarkannya langsung (satu tangan) maka dari itu

semakin besar manfaat yang di peroleh dari PNPM MP

maka semakin besar juga pendapatan masyarakat yang di

peroleh.

3.3 Model Analisis Data

Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode analisis statistik deskriptif dan analisis regresi linear

berganda.

3.3.1 Metode Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk

menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau

menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya

tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk

umum atau generalisasi, (Sugiyono: 2015).


Dengan statistik deskriptif data yang terkumpul dianalisis

dengan perhitungan rata-rata dan persentase, sehingga dapat

menggambarkan berapa rata-rata pendapatan pertanian Kampung

Wisata Wangun, jumlah produksi produk pertanian kopi, harga

rata-rata produk pertanian kopi, serta fasilitas lainnya.

4.3.1.1 Metode Analisis Uji Beda Dua Rata – Rata

Teknik pengujian data menggunakan Uji beda dua rata-

rata (T-test),uji beda rata – rata ini di berlakukan untuk melihat

sejauh mana perbedaan/ perubahan yang terjadi terhadap suatu

keadaan setelah dan sebelum perlakuan (tindakan), ataupun pada

suatu keadaan dengan perlakuan yang berbeda. Dalam program

pemerintah sering kali kita harus membuat kesimpulan apakah

suatu program tersebut berhasil atau tidak. Untuk mengukur

keberhasilan tersebut kita harus melakukan uji untuk melihat

apakah parameter (rata-rata) dua waktu tersebut (sebelum dan

sesudah PNPM Mandiri Pedesaan) berbeda atau tidak. Misalnya,

apakah ada perbedaan rata-rata pendapatan petani kopi sebelum

dengan sesudah adanya PNPM Mandiri Pedesaan.

Uji Beda dua rata-rata ini digunakan untuk menguji

perbedaan antara dua nilai rata-rata ketika sample-sample

tersebut tidak independen, dikatakan kedua kelompok data

independen bila populasi kelompok dalam beda waktu (sebelum)


tidak tergantung dari populasi kelompok beda waktu (sesudah),

misalnya membandingkan rata-rata pendapatan petani kopi

setelah dan sesudah adanya Program Nasional Pemberdayaan

Masyarakat Mendiri Pedesaan. Pendapatan petani kopi sebelum

adanya PNPM MP adalah independen (tidak tergantung) dengan

sesudah adanya PNPM Mandiri Pedesaan. Seperti hal nya dalam

kasus penelitian ini dimana penelitian ini juga menggunakan uji

beda dua rata-rata. Dalam penelitian ini diberlakukan tindakan

(Program PBI), dan dilihat keadaan sebelum dan sesudah di

berlakukan nya program PBI , khususnya bagi keluarga miskin

penerima bantuan penataan pemukiman Desa Pasir Mulya

Kecamatan Banjaran. Untuk menguji data dengan menggunakan

Uji-t Independen untuk varian yang sama maka dapat

menggunakan rumus sebagai berikut :

𝑥1 − 𝑥2
t − hitung =
1 1
𝑠𝑡 √𝑛1 + 𝑛1

(n1 − 1 )𝑠12 + (𝑛2 − 1 )𝑠22


𝑠𝑡 =
𝑛1 + 𝑛2 − 2

Dimana : X1 = Rata-rata sampel 1


X2 = Rata-rata sampel 2
S1 = Standar Deviasi sebelum adanya program
S2 = Standar Deviasi sesudah adanya program
St = Standar deviasi total (Gabungan standar deviasi kelompok

sebelum dan kelompok sesudah adanya PNPM Mandiri

Pedesaan).

4.3.1.2 Prosedur Uji Beda Dua Rata-rata (T-test)

Dalam menggunakan uji-t ada beberapa syarat yang harus

dipenuhi. Syarat/asumsi utama yang harus dipenuhi dalam

menggunakan uji-t adalah :

1. Distribusi data harus normal

2. Kedua kelompok dalam waktu berbeda

3. Variabel yang dihubungkan: KATEGORIK dengan

NUMERIK

Data harus berdistribusi normal. Jika data tidak

berdistribusi normal, maka harus dilakukan transformasi data

terlebih dahulu untuk menormalkan distribusinya. Jika

transformasi yang dilakukan tidak mampu. menormalkan

distribusi data tersebut, maka uji-t tidak valid untuk dipakai,

sehingga disarankan untuk melakukan uji non-parametrik.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini, penulis akan menguraikan sekaligus

memberikan interpretasi hasil penelitian yang diperoleh. Sebelum

dilakukannya uji beda, terlebih dahulu akan diuraikan berkaitan

dengan analisis deskriptif yaitu kondisi Kampung Wisata

Wangun Desa pasir Mulya Kecamatan Benjaran dan PNPM

Mandiri Pedesaan.

4.1 Hasil

4.1.1 Analisis Deskriptif Kondisi Kampung Wisata Wangun & PNPM

a. Letak dan Kondisi Daerah

Kampung wisata wangun terletak pada ketinggian 653

meter di atas permukaan laut. Suhu maksimum 35° celcius dan

suhu minimum 27° celcius. Kampung wangun mempunyai luas

wilayah yang Terdiri dari 2 RW,dan 6 RT. Memiliki penduduk

sebanyak 400 jiwa atau 112 Kepala Keluarga yang terdiri dari

167 laki-laki dan perempuan 233 orang.

b. Luas Lahan

Luas Wilayah Kampung Wisata Wangun 15,112 Ha.

terbagi ke dalam luasan masing-masing wilayah sebagai berikut:


• Tanah carik Desa : 3,96 Ha

• Tanah perkebunan : 10,00 Ha

Rincian diatas adalah rincian daerah Kampung Wisata

Wangunpada tahun 2017, berikut akan dijelaskan

perbandingan rincian daerah Kampung Wista Wangun tahun

2012 sebelum adanya PNPM Mandiri pedesaan dengan 2013

sesudah adanya PNPM Mandiri Pedesaan.

Tabel 4.1 Perbandingan Rincian


Kampung Wisata Wangun
Tahun 2012 - 2013

2012 2013
Tanah perkebunan 0,00 Ha 10,00 Ha
Tanah Non perkebunan 2,112 Ha 5,112 Ha
Sumber : Perhutani Kabupaten Bandung 2012-2013

Daerah Kampung Wisata Wangun yang tanahnya berupa

tanah perkebunan dari tahun 2012 sampai 2017 tidak

mengalami penurunan luas daerah, karena Kampung Wisata

Wangun rata-rata daerahnya berupa perkebunan dan ladang

yang sebagian besar milik perhutani.

c. Keadaan Penduduk

Jumlah penduduk Kampung Wisata Wangun

berdasarkan regestasi tahun 2016 :


Jumlah penduduk Desa Pasir Mulya yaitu Kampung

Wisata Wangun jika dibandingkan dengan tahun 2012

dengan tahun 2013, jumlah penduduk miskin Desa Pasir

Mulya jumlah terbanyak penduduk termiskin adalah

setengahnya pada Kampung Wisata Wangun.

Jumlah mata pencahariannya pun juga terdapat

perbeda perbandingan jumlah penduduk dan mata

pencaharian dapat dilihat pada tabel 4.4 sebagai berikut :

Tabel 4.4 Perbandingan Mata Pencaharian

Penduduk di Kampung Wisata Wangun

Mata Pencaharian 2012 2013


Pertanian, Perkebunan, Kehutanan 112 158
Buruh tani 26 55
Pertambangan dan Penggalian 2 2
Pedagang Besar / kecil 55 123

Sumber : Profil BKM Desa Pasir Mulya Kecamatan Banjaran 2012-2013

Mata pencaharian yang paling banyak di Kampung

Wisata Wangun adalah dibidang pertanian, perkebunan dan

kehutanan. Ditunjukkan pada tabel 4.4 diatas, dari tahun 2012

sampai dengan 2013 mata pencaharian pertanian, perkebunan

dan kehutanan selalu paling banyak. berarti masyarakat di

Kampung Wisata Wangun paling banyak bekerja dibidang


pertanian. Mata pencaharian buruh petani, pertambangan,

pedangang besar / eceran dari tahun 2012 sampai dengan 2013

juga mengalami peningkatan. Namun jumlahnya masih

dibawah jumlah mata pencaharian pertanian, perkebunan dan

kehutanan.

d. Program Penataan Pemukiman PNPM Mandiri Pedesaan

terhadap Petani

Program petanataan pemukiman oleh PNPM Mandiri

Pedesaan bertujuan untuk pemciptakan pemerataan keluarga

sejahtera atau pemberantasan pemukiman. Melalui PNPM

Mandiri Pedesaan Kampung Wangun yang tadinya terisolir dan

kumuh menjadi Kampung Wisata Wangun yang menjadi

percontohan. Dengan pembangunan pemukiman yang layak

huni sebagai berikut :


Tabel 4.4 Insfrastruktur Yang Telah Dibangun oleh PNPM MP

Kampung Wisata Wangun Pada tahun 2011-2012

SWADA
NO KSM URAIAN KEGIATAN LOKASI VOL APBN YA

1 WANGUN 1 Drainase dg pas. Batu RT. 3 RW 7 495 M 98,900,000 49,562,000


2 Drainase dg pas. Batu RT. 3 RW 7 285 M 66,000,000 31,972,000
3 Drainase dg gravel RT. 3 RW 7 20 M 3,530,000 1,800,000
4 WANGUN 2 Tembok Penahan Tanah 20 M 6,050,000
RT. 3 RW 7 2,982,000
5 Jalan Rabat Beton RT. 3 RW 7 20 M 1,065,000 816,000
6 WANGUN 3 MCK RT. 3 RW 7 3 unit 82,920,000 49,710,000
7 WANGUN 4 Jalan Rabat Beton RT. 3 RW 7 285 M 80,099,000 39,754,000
8 Drainase dg gravel RT. 3 RW 7 443.5 M 79,148,000 34,471,000
9 Jalan Rabat Beton RT. 3 RW 7 448 M 24,578,000 6,283,000
10 WANGUN 5 SPAL dg Pas. Batu 170 M 27,640,000
RT. 3 RW 7 14,377,000
11 Tembok Penahan Tanah RT. 3 RW 7 94 M 22,700,000 9,653,000
12 WANGUN 7 Tembok Penahan Tanah RT. 3 RW 7 279.25 M 50,470,000 21,282,000
13 WANGUN 8 PAUD RT. 3 RW 7 1 unit 56,900,000 23,647,000

Total Dana BLM II APBN TA 2012 PLP-BK


850,000,000 286,309,000
Sumber dari Profil BKM (badan keswadayaan masyarakat) Desa Pasir Mulya

Tabel 4.5 Rumah Yang Telah Dibangun oleh PNPM MP Kampung Wisata Wangun

Tahun 2011- 2012

URAIAN
NO KSM LOKASI VOL APBN SWADAYA
KEGIATAN
1 WANGUN 6 Rumah sehat RT. 3 RW 7 3 unit 49,000,000 41,456,000
2 WANGUN 9 Rumah sehat RT. 3 RW 7 3 unit 49,000,000 41,456,000
3 WANGUN 10 Rumah sehat RT. 3 RW 7 3 unit 49,000,000 41,456,000
4 WANGUN 11 Rumah sehat RT. 3 RW 7 3 unit 49,000,000 41,456,000
5 WANGUN 12 Rumah sehat RT. 3 RW 7 3 unit 48,000,000 42,000,000
6 WANGUN 13 Rumah sehat RT. 3 RW 7 3 unit 48,000,000 42,000,000
7 WANGUN 14 Rumah sehat RT. 3 RW 7 3 unit 48,000,000 42,000,000
8 WANGUN 15 Rumah sehat RT. 3 RW 7 3 unit 48,000,000 42,000,000
9 WANGUN 16 Rumah sehat RT. 3 RW 7 3 unit 48,000,000 42,000,000
10 WANGUN 17 Rumah sehat RT. 3 RW 7 2 unit 32,000,000 28,000,000
11 WANGUN 18 Rumah sehat RT. 3 RW 7 2 unit 32,000,000 28,000,000

Total Dana BLM APBD TA 2012 PLP-BK 500,000,000 431,824,000

Sumber dari Profil BKM (badan keswadayaan masyarakat) Desa Pasir Mulya
Tabel 4.6 Infrastruktur yang kurang dan Yang Telah Dibangun oleh PNPM MP di

Kampung Wisata Wangun Pada tahun 2011-2012

URAIAN APBN
NO KSM LOKASI VOL SWADAYA
KEGIATAN

1 Jalan Rabat Beton RT. 3 210 meter


RW 7 96,100,000 21,722,000
WANGU
N 19 Drainase dengan pas. 210
2 Batu RT. 3 meter 122,650,000 40,894,000
RW 7
3 WANGU Pipanisasi air bersih RT. 3 1,100 meter
RW 7 31,250,000 11,790,000
N 20 1"

Total Dana BLM III APBN TA 2012 PLP-BK 250,000,000 74,406,000

Sumber dari Profil BKM (badan keswadayaan masyarakat) Desa Pasir Mulya

e. Profil Usaha Tani Kopi Kampung Wisata Wangun

Mayoritas mata pencaharian penduduk di Kampung

Wisata Wangun adalah sebagai petani kopi. Jenis kopi yang

ditanamnya kopi robusta, dimana kopi robusta ini sangat cocok

ditanam pada daerah dengan ketinggian di atas 1500 dpl seperti

di gunung puntang Kampung Wisata Wangun. Adapun bibit

kopi yang mereka dapatkan berasal dari bantuan pemerintah

melalui perogram penataan pemukiman PNPM Mandiri

Pedesaan berupa 400 bibit pohon masing-masing petaninya

yang di sesuaikan kembali dengan kebutuhan petani tersebu,

Dan ada pula bibit yang telah di miliki oleh petani itu sendiri.

Jenis pupuk yang di gunakan oleh petani adalah pupuk

kandang dan pupuk tambahan, pemeberian pupuk biasanya

setahun dua kali atau disesuaikan dengan musim.


4.1.3 Sejarah Singkat Obyek Penelitian

4.1.2.1Sejarah UPK Berupa PNPM Mandiri Pedesaan Kecamatan


Banjaran

Upaya pemerintah dalam penanganan kemiskinan di

Indonesia dilakukan melalui berbagai macam program. Pada

tahun 1998 pemerintah mencanangkan Program Pengembangan

Kecamatan (PPK) sebagai salah satu program penanggulangan

kemiskinan. Pendekatan atau upaya-upaya rasional dalam

mencapai tujuan program dengan memperhatikan prinsip-

prinsip pengelolaan program adalah pembangunan yang

berbasis masyarakat dengan menggunakan Kecamatan sebagai

lokasi program untuk mengharmonisasikan perencanaan,

pelaksanaan dan pengendalian program.

Mengacu pelaksanaan program-program

penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan

masyarakat serta mendorong inovasi masyarakat dalam upaya

penanggulangan kemiskinan berkelanjutan, tanggal 30 April

2007 Presiden RI meluncurkan Program Nasional

Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri, sebagai

kelanjutan pelaksanaan Program Pengembangan Kecamatan

(PPK). Secara umum visi PNPM Mandiri adalah terwujudnya

masyarakat mandiri dan sejahtera. Mandiri berarti mampu

mengorganisasi diri untuk memobilisasi sumberdaya yang ada


di lingkungannya, mampu mengakses sumberdaya di luar

lingkungannya, serta mengelola sumberdaya tersebut untuk

mengatsai masalah yang dihadapinya, khususnya masalah

kemiskinan, sejahtera artinya terpenuhinya kebutuhan dasar

masyarakat.

Untuk mewujudkan visi tersebut maka misi PNPM

Mandiri adalah memberdayakan masyarakat perdesaan dalam

rangka menanggulangi permasalahan kemiskinan melalui :

1. Peningkatan kapasitas masyarakat dan


kelembagaan.

2. Pelembagaan sistem pembangunan partisipatif.

3. Pengoptimalan fungsi dan peran perintahan lokal.

4. Peningkatan kualitas dan kuantitas saran dan


prasaran dasar.

5. Pengembangan kemitraan dalam pembangunan.

Sedangkan tujuan umum dari PNPM Mandiri adalah

meningkatkan kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat

miskin secara mandiri.

Dengan program PPK melahirkan lembaga

pengelola di tingkat Kecamatan yang diberi nama Unit

Pengelola Kegiatan (UPK). UPK berfungsi mengelola dana

Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) baik Program

Pengembangan Kecamatan (PPK) maupun Program

Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri, yang


dapat dialokasikan untuk berbagai jenis kegiatan yang

mencakup kegiatan sarana/prasarana, pendidikan, kesehatan,

UEP dan SPP/dana bergulir. Kecamatan Banjaran

merupakan salah satu Kecamatan di wilayah Kabupaten

Bandung Jawa Barat yang menerima luncuran dana Program

Pengembangan Kecamatan yang lalu di serahkan kepada

Desa yaitu Desa Pasir mulya. Sebagai Desa penerima

program wajib membentuk lembaga Yaitu BKM (Badan

Keswatadayaan Masyarakat).

4.1.3 Diskripsi Responden dan Analisis Data

4.1.3.1Karakteristik Responden

Responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini

adalah para petani kopi Kampung Wisata Wangun. Jumlah

responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah 50

orang. Dalam menentukan jumlah responden yang menjadi

sampel dalam penelitian ini digunakan rumus Slovin yang

dikutip Sevilla.

Dimana : n = Jumlah sampel


N = Jumlah populasi
e = Batas toleransi kesalahan (error tolerance 0,10 ).

Besaran atau ukuran sampel sangat tergantung dari


besaran tingkat ketelitian atau toleransi kesalahan (error tolerance)

yang diinginkan peneliti. Pada penelitian ini tingkat toleransi

kesalahan penelitian maksimal adalah 5%(0,05). Makin besar

tingkat kesalahan maka makin kecil jumlah sampel. Namun

semakin besar jumlah sampel (semakin mendekati populasi) maka

semakin kecil peluang kesalahan generalisasi dan sebaliknya,

semakin kecil jumlah sampel (menjauhi jumlah populasi) maka

semakin besar peluang kesalahan generalisasi. Dalam penelitian

ini,peneliti mengambil toleransi kesalahan sebesar 0,15%(0,15),

sehingga pengambilan sampel dengan menggunakan rumus slovin

adalah sebagai berikut :

5725
𝑛=
1 + 5725(0,15)2
= 44,106
Dapat di simpulkan bahwa sampel penelitian yang di

butuhkan dalam penelitian tersebut minimal adalah 44

responden/keluarga, namun dalam penelitian ini peneliti

mengambil sampel sebanyak 50 responden/keluarga.

4.1.4 Hasil Uji Beda Dua Rata-Rata Terhadap Pendapatan

Untuk menguji hipotesis yang diduga ada perbedaan

antara tingkat pendapatan petani kopi sebelum dengan setelah

ada program PNPM Mandiri Perdesaan, maka digunakan metode

analisis uji beda dua rata-rata. Dengan membandingkan


pendapatan petani kopi sebelum dan setelah ada program PNPM

Mandiri Perdesaan. Hasil pengolahan data tentang rata-rata

pendapatan petani kopi sebelum dan sesudah mendapat bantuan

dari Program PNPM Mandiri Perdesaan, dapat disajikan seperti

pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.7 Hasil Analisis Uji Beda Dua Rata-Rata


Paired Samples Statistics

Paired
Differences 95% Confidence Interval of
Std. the Difference t df
Std. Error Sig.
Mean Deviatio
Mean (2-
n
Lower Upper tailed)
pupuk yang
248000, 112467, 216037,038 279962,961
sblm - pupuk 15905,3322 15,592 49 0,000
0000 6824 3 7
ssdh
-
1136769 - -
luas lahan 3400000 16076348,453
50,0804 66306631,7 1693368,24 -2,115 49 0,040
sblm - luas 0,00000 297
44 55202 4798
lahan ssdh 0
bibit kopi sblm - - -
955416,
- bibit kopi 1494000 135116,276 1765526,32 1222473,67 -11,057 49 0,000
353
ssdh ,000 3 7
harga rata2
- - -
sebelum - 300638,
1668000 42516,7434 1753440,59 1582559,40 -39,232 49 0,000
harga rata2 7757
,0000 47 53
sesudah
tenaga kerja -
sebelum - 274791,
720000, 38861,344 -798094,795 -641905,205 -18,527 49 0,000
tenaga kerja 201
000
sesudah
Sumber: data primer Survey peneliti,, 2018 diolah

Berdasarkan hasil olah data diatas, adapun langkah-

langkah dalam pengujian hipotesis sebagai berikut :

1) Menyusun formula hipotesis nihil dan hipotesis alternatif, yaitu :

Ho : µ1 = µ2

Ha : µ1 ≠ µ2

2) Menentukan Level of Significance ( = )


Dalam peneletian ini tingkat kesalahan yang diharapkan

(Level of significance) sebesar 0,10.

Keterangan: *** = Sangat Signifikan <0,01


** = Cukup Signifikan <0,05
* = Tidak Signifikan <0,10.

Dari Data tabel Paired Samples Test di atas

memperlihatkan perubahan pendapatan petani kopi di Kecamatan

Banjaran Desa Pasir Mulya sebelum dan setelah adanya PNPM

Mandiri Pedesaan yang menunjukan bahwa beberapa jenis faktor

produksi dan tenaga kerja mengalami peningkatan dengan hasilnya

menunjukan angka yang signifikan, dengan taraf signifikansi

sebesar 10% dapat di simpulkan bahwa beberapa jenis komoditas

seperti pupuk kandang, harga jual rata-rata kopi, luas lahan

pertanian bibit kopi dan tenaga kerja menunjukan hasil yang

signifikan.

Banyaknya sumbangan bibit kopi merupakan dampak

terbesar terhadap pendaptan petani kopi maka tidak heran apabila

faktor produksi lainnya pasti menunjukan hasil yang signifikan

yaitu dengan tingkat signifikansi sebesar 0,00 menunjukan bahwa

perubahan pendaptan petani kopi sangat signifikan. Peningkatan

atau perubahan pendapatan yang terjadi menjadi catatan penting

keberhasilan sebuah program yang dapat menekan pengeluaran

biaya rumah tangga, sehingga alokasi dana yang semula hanya


pembangunan pemukiman ternyata bisa menunjang kebutuhan

petani kopi di sektor lainnya. Dalam penelitian ini tentunya pupuk

kandang, harga jual rata-rata kopi, tenaga kerja bukanlah satu-

satunya indikator yang akan dilihat, adapun pengeluaran faktor

produksi lain yang juga menjadi indikator lainya untuk mengukur

perubahan pendapatan yang terjadi seperti yang terlihat dalam tabel

4.8 sebagai berikut:

Tabel 4.8 Hasil Uji Beda Dua Rata-Rata

Paired Differences
Sig.
95% Confidence Interval of the
t Df (2-
Mean Std. Deviation Std. Error Mean Difference
tailed)
Lower Upper
luas
lahan
Pair sebelum - - -
113676950,08044 16076348,45330 -2,115 49 0,040
2 - luas 34000000,00000 66306631,75520 1693368,24480
lahan
sesudah
Sumber: data primer Survey peneliti,, 2018 diolah

Keterangan:
*** = Sangat Signifikan <0,01
** = Cukup Signifikan <0,05
* = Tidak Signifikan <0,10.

Perubahan pendaptan yang terjadi sebelum dan setelah

adanya program PNPM Mandiri Pedesaan mungkin tidak secara

drastis terjadi peningkatanya, namun dari beberapa indikator

memiliki angka prob yang lebih besar dari 0,00 dengan hasil 0,04

yang berarti mengalami perubahan dan menunjukan hasil yang

signifikan yang tidak begitu besar dari variabel lainnya.


Perubahan tersebut dapat dilihat seperti perubahan yang

terjadi pada harga, Luas lahan, bibit kopi, jumlah pupuk, dan

tenaga kerja dimana nilai signifikansi untuk semua komoditas

kurang dari 0,1 yang artinya menunjukan bahwa nilai signifikansi

lebih kecil dari taraf signfikanisnya yaitu 10% (0,1).

3) Mencari t tabel

Nilai t tabel =   2 ; n -1

= 0,10/2 ; 50 – 1

= 0,05 ; 49

= 1,680

4) Kriteria Pengujian

Digunakan pengujian dua sisi

Ho diterima bila -1,680 < t hitung < 1,680

Ho ditolak bila t hitung > 1,680 atau t hitung < -1,680

5) Menghitung nilai t hitung


Dengan menggunakan SPSS maka di dapat jumlah t-

hitung masing-masing variabel adalah sebagai berikut :

1. Nilai t hitung > nilai t tabel (15,592 > -1,680), maka Ho

diterima Ha ditolak. Hal ini berarti tidak ada perbedaan

antara tingkat pendapatan petani kopi di Kecamatan

Banjaran Desa Pasir Mulya sebelum memperoleh bantuan

dari program PNPM Mandiri penataan pemukiman dengan

tingkat pendapatan petani kopi di Kecamatan Banjaran Desa

Pasir Mulya setelah memperoleh bantuan dari program

PNPM Mandiri penataan pemukiman yang di pengaruhi oleh

komoditas pupuk kandang.

2. Nilai t hitung < nilai t tabel (-2,115 < -1,680), maka Ho

ditolak Ha diterima. Hal ini berarti ada perbedaan antara

tingkat pendapatan petani kopi di Kecamatan Banjaran Desa

Pasir Mulya sebelum memperoleh bantuan dari program

PNPM Mandiri penataan pemukiman dengan tingkat

pendapatan petani kopi di Kecamatan Banjaran Desa Pasir

Mulya setelah memperoleh bantuan dari program PNPM

Mandiri penataan pemukiman yang di pengaruhi oleh

komoditas faktor produksi yaitu luas lahan.

3. Nilai t hitung < nilai t tabel (-11,057 < -1,680), maka Ho

ditolak Ha diterima. Hal ini berarti ada perbedaan antara

tingkat pendapatan petani kopi di Kecamatan Banjaran Desa


Pasir Mulya sebelum memperoleh bantuan dari program

PNPM Mandiri penataan pemukiman dengan tingkat

pendapatan petani kopi di Kecamatan Banjaran Desa Pasir

Mulya setelah memperoleh bantuan dari program PNPM

Mandiri penataan pemukiman yang di pengaruhi oleh

komoditas bibit kopi itu sendiri.

4. Nilai t hitung < nilai t tabel (-39,232 < -1,680), maka Ho

ditolak Ha diterima. Hal ini berarti ada perbedaan antara

tingkat pendapatan petani kopi di Kecamatan Banjaran Desa

Pasir Mulya sebelum memperoleh bantuan dari program

PNPM Mandiri penataan pemukiman dengan tingkat

pendapatan petani kopi di Kecamatan Banjaran Desa Pasir

Mulya setelah memperoleh bantuan dari program PNPM

Mandiri penataan pemukiman yang di pengaruhi oleh

komoditas harga rata-rata jual kopi.

5. Nilai t hitung < nilai t tabel (-18,527 < -1,680), maka Ho

ditolak Ha diterima. Hal ini berarti ada perbedaan antara

tingkat pendapatan petani kopi di Kecamatan Banjaran Desa

Pasir Mulya sebelum memperoleh bantuan dari program

PNPM Mandiri penataan pemukiman dengan tingkat

pendapatan petani kopi di Kecamatan Banjaran Desa Pasir

Mulya setelah memperoleh bantuan dari program PNPM


Mandiri penataan pemukiman yang di pengaruhi oleh tenaga

kerja.

4.1.5 Hasil Uji Beda Dua Rata-Rata Terhadap Produksi

Lalu untuk menguji hipotesis yang diduga ada

perbedaan antara tingkat produksi petani kopi sebelum dengan

setelah ada program PNPM Mandiri Perdesaan, maka digunakan

metode analisis uji beda dua rata-rata. Dengan membandingkan

produksi petani kopi sebelum dan setelah ada program PNPM

Mandiri Perdesaan.

Hasil pengolahan data tentang rata-rata produksi petani

kopi sebelum dan sesudah mendapat bantuan dari Program

PNPM Mandiri Perdesaan, dapat disajikan seperti pada tabel

dibawah ini :

Tabel 4.9 Hasil Analisis Uji Beda Dua Rata-Rata

Paired Differences

95% Confidence Interval of the


Sig.
Difference
(2-
Mean Std. Deviation Std. Error Mean Lower Upper t df tailed)
pupuk yang
sblm - 248000,0000 112467,6824 15905,3322 216037,0383 279962,9617 15,592 49 0,000
pupuk ssdh
luas lahan - -
sblm - luas - 113676950,080444 16076348,453297 66306631,755202 1693368,244798 -2,115 49 0,040
lahan ssdh 34000000,000000

tenaga
kerja sblm - 274791,201 38861,344 -798094,795 -641905,205 - 49 0,000
tenaga -720000,000 18,527
kerja ssdh

kopi panen -
sblm - kopi -4596000,00000 490713,76586 69397,40629 -4735459,30920 -4456540,69080 66,227 49 0,000
panen ssdh
Sumber: data primer Survey peneliti,, 2018 diolah
Berdasarkan hasil olah data diatas, adapun langkah-

langkah dalam pengujian hipotesis sebagai berikut :

1) Menyusun formula hipotesis nihil dan hipotesis alternatif, yaitu :

Ho : µ1 = µ2

Ha : µ1 ≠ µ2

2) Menentukan Level of Significance ( = )

Dalam peneletian ini tingkat kesalahan yang diharapkan

(Level of significance) sebesar 0,10.

Keterangan: *** = Sangat Signifikan <0,01


** = Cukup Signifikan <0,05
* = Tidak Signifikan <0,10.

Dari Data tabel Paired Samples Test di atas

memperlihatkan perubahan produksi petani kopi di Kecamatan

Banjaran Desa Pasir Mulya sebelum dan setelah adanya PNPM

Mandiri Pedesaan yang menunjukan bahwa beberapa jenis faktor

produksi dan tenaga kerja mengalami peningkatan dengan hasilnya

menunjukan angka yang signifikan, dengan taraf signifikansi

sebesar 10% dapat di simpulkan bahwa beberapa jenis komoditas

seperti pupuk kandang, luas lahan pertanian dan bibit kopi

menunjukan hasil yang signifikan.

Banyaknya sumbangan bibit kopi merupakan dampak

terbesar terhadap produksi petani kopi maka tidak heran apabila

faktor produksi lainnya pasti menunjukan hasil yang signifikan


yaitu dengan tingkat signifikansi sebesar 0,00 menunjukan bahwa

perubahan produksi petani kopi sangat signifikan. Peningkatan atau

perubahan produksi yang terjadi menjadi catatan penting

keberhasilan sebuah program yang dapat menentukan pengeluaran

biaya rumah tangga, sehingga alokasi dana yang semula hanya

pembangunan pemukiman ternyata bisa menunjang kebutuhan

petani kopi di sektor lainnya. Dalam penelitian ini tentunya pupuk

kandang, dan bibit kopi bukanlah satu-satunya indikator yang akan

dilihat, adapun pengeluaran faktor produksi lain yang juga menjadi

indikator lainya untuk mengukur perubahan produksi yang terjadi

seperti yang terlihat dalam tabel 4.14 sebagai berikut:

Tabel 4.10 Hasil Analisis Uji Beda Dua Rata-Rata

Paired Differences

95% Confidence
Interval of the t df Sig. (2-tailed)
Std. Std. Error Difference
Mean
Deviation Mean
Lower Upper

luaslahansebelum
Pair - - - -
- 113676950 16076348 49 0,04
3 34000000 66306632 1693368,2 2,115
luaslahansesudah

Sumber: data primer Survey peneliti,, 2018 diolah


Perubahan produksi yang terjadi sebelum dan setelah

adanya program PNPM Mandiri Pedesaan mungkin tidak secara

drastis terjadi peningkatanya, namun dari beberapa indikator

memiliki angka prob yang lebih besar dari 0,00 dengan hasil 0,04

yang berarti mengalami perubahan dan menunjukan hasil yang

signifikan yang tidak begitu besar dari variabel lainnya.

Perubahan tersebut dapat dilihat seperti perubahan yang

terjadi pada harga, Luas lahan, kopi panen , jumlah pupuk, dan

tenaga kerja dimana nilai signifikansi untuk semua komoditas

kurang dari 0,1 yang artinya menunjukan bahwa nilai signifikansi

lebih kecil dari taraf signfikanisnya yaitu 10% (0,1).

3) Mencari t tabel

Nilai t tabel =   2 ; n -1

= 0,10/2 ; 50 – 1

= 0,05 ; 49

= 1,680

4) Kriteria Pengujian
Digunakan pengujian dua sisi
Ho diterima bila -1,680 < t hitung < 1,680

Ho ditolak bila t hitung > 1,680 atau t hitung < -1,680

5) Menghitung nilai t hitung

Dengan menggunakan SPSS maka di dapat jumlah t-

hitung masing-masing variabel adalah sebagai berikut :

1. Nilai t hitung < nilai t tabel (-66,227 < -1,680), maka Ho

ditolak Ha diterima. Hal ini berarti ada perbedaan antara

tingkat produksi petani kopi di Kecamatan Banjaran Desa

Pasir Mulya sebelum memperoleh bantuan dari program

PNPM Mandiri penataan pemukiman dengan tingkat

produksi petani kopi di Kecamatan Banjaran Desa Pasir

Mulya setelah memperoleh bantuan dari program PNPM

Mandiri penataan pemukiman yang di pengaruhi oleh

komoditas panen kopi.

2. Nilai t hitung < nilai t tabel (-2,115 < -1,680), maka Ho

ditolak Ha diterima. Hal ini berarti ada perbedaan antara

tingkat produksi petani kopi di Kecamatan Banjaran Desa

Pasir Mulya sebelum memperoleh bantuan dari program

PNPM Mandiri penataan pemukiman dengan tingkat

produksi petani kopi di Kecamatan Banjaran Desa Pasir

Mulya setelah memperoleh bantuan dari program PNPM


Mandiri penataan pemukiman yang di pengaruhi oleh

komoditas faktor produksi yaitu luas lahan.

3. Nilai t hitung > nilai t tabel (15,592 > -1,680), maka Ho

diterima Ha ditolak. Hal ini berarti tidak ada perbedaan

antara tingkat pendapatan petani kopi di Kecamatan

Banjaran Desa Pasir Mulya sebelum memperoleh bantuan

dari program PNPM Mandiri penataan pemukiman dengan

tingkat pendapatan petani kopi di Kecamatan Banjaran Desa

Pasir Mulya setelah memperoleh bantuan dari program

PNPM Mandiri penataan pemukiman yang di pengaruhi oleh

komoditas pupuk kandang.

4. Nilai t hitung < nilai t tabel (-18,527 < -1,680), maka Ho

ditolak Ha diterima. Hal ini berarti ada perbedaan antara

tingkat pendapatan petani kopi di Kecamatan Banjaran Desa

Pasir Mulya sebelum memperoleh bantuan dari program

PNPM Mandiri penataan pemukiman dengan tingkat

pendapatan petani kopi di Kecamatan Banjaran Desa Pasir

Mulya setelah memperoleh bantuan dari program PNPM

Mandiri penataan pemukiman yang di pengaruhi oleh tenaga

kerja.

4.1.6 Interpretasi Hasil

Dari hasil olah data dan analisa tersebut dapat

diinteprestasikan sebagai berikut :


1. Pelaksanaan Program PNPM Mandiri di Kecamatan

Banjaran Kabupaten Bandung sudah berjalan sesuai

prinsip-prinsip PNPM Mandiri. Berdasarkan data

kuantitatif diatas, menunjukkan bahwa dana bantuan

dari Program PNPM Mandiri telah disalurkan sesuai

dengan sasaran program dan tepat sasaran kepada

masyarakat miskin yaitu petani kopi Kampung

Wisata Wangun. Sehingga Program PNPM Mandiri

dapat membantu pemerintah dalam upaya

mengurangi jumlah masyarakat miskin di Kecamatan

Banjaran Kabupaten Bandung.

2. Pendapatan dan produksi rata-rata rumah tangga

miskin petani Kampung Wisata Wangun sebelum

adanya program PNPM Mandiri Perdesaan adalah

1000000 rupiah/bulan, sedangkan rata-rata

pendapatan dan produksi rumah tangga miskin

petani kopi Kampung Wisata Wangun sesudah

adanya program PNPM Mandiri Perdesaan adalah

2500000 rupiah/bulan. Berdasarkan hasil tersebut

terdapat perbedaan rata-rata (mean) sebesar 1500000

rupiah/bulan (rata- rata pendapatan setelah dikurangi

rata-rata pendapatan dan produksi sebelum ada


program PNPM Mandiri Perdesaan atau 2500000

rupiah – 1500000 rupiah = 1500000 rupiah). Hal ini

berarti menunjukkan bahwa Program PNPM Mandiri

Perdesaan efektif membantu pemerintah dalam

upaya menurunkan jumlah masyarakat miskin dan

meningkatkan pendapatan dan produksi masyarakat

miskin khususnya petani kopi di Kecamatan

Banjaran Kabupaten Bandung.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan

terhadap 50 rumah tangga yang di kepala keluargai satu

orang kepala keluarga dengan bermatapencaharian

sebagai petani kopi di Kampung Wisata Wangun Desa

Pasir Mulya, maka dapat diambil kesimpulan & saran

sebagai berikut:

5.3 Kesimpulan

1. Jumlah petani kopi yang tergolong sebagai

rumah tangga miskin di Desa Pasir Mulya

Kecamatan Banjaran pada tahun 2013

mengalami penurunan menjadi 146 KK,

dibanding jumlah petani yang tergolong rumah

tangga miskin pada tahun 2011 yaitu sebanyak

193 kk . Hal ini menunjukkan bahwa adanya

program PNPM Mandiri dari pemerintah

membantu untuk menurunkan jumlah masyarakat

rumah tangga miskin terutapa terhadap petani

kopi di Kampung Wisata Wangun Desa Pasir

Mulya. Karena selain memberikan bantuan

modal, program PNPM Mandiri juga


memberikan bantuan berupa pembangunan

insfrastruktur, akses jalan, pengairan, tempat

tinggal dan insfrastruktur lainnya.

2. Rata-rata pendapatan dan produksi rumah tangga

miskin terutama petani Kampung Wisata

Wangun setelah adanya PNPM Mandiri

mengalami peningkatan sebesar Rp.

1500000/bulan dibandingkan rata-rata

pendapatan dan produksi sebelum. Peningkatan

pendapatan dan produksi yang lebih tinggi

menunjukkan bahwa peningkatan pendapatan

produksi mempunyai kontribusi yang besar

dalam meningkatkan pendapatan dan produksi

rumah tangga petani kopi.

3. Berdasarkan uji beda dua mean berpasangan,

hasil analisis menunjukkan adanya perbedaan

rata-rata pendapatan dan produksi masyarakat

rumah tangga miskin, terutama petani kopi

Kampung Wisata Wangun sebelum dan setelah

ada program PNPM Mandiri. Sebelum ada

program PNPM Mandiri rata-rata pendapatan

dan produksi masyarakat miskin terutama petani


kopi Kampung Wisata Wangun sebesar 1000000

rupiah, sedangkan setelah ada program PNPM

Mandiri rata- rata pendapatan dan produksi

masyarakat rumah tangga miskin terutama petani

kopi Kampung Wisata Wangun menjadi 2500000

rupiah, yang artinya pendapatan dan produksi

rumah tangga miskin terutama petani kopi

Kampung Wisata Wangun mengalami kenaikan.

Dengan adanya kenaikan pendapatan dan

produksi tersebut berarti bahwa keberadaan

program dari PNPM Mandiri memang dapat

meningkatkan pendapatan dan produksi

masyarakat miskin.

5.4 Saran

1 Berdasarkan hasil analisis diatas menunjukan

bahwa terdapat peningkatkan pendapatan

masyarakat rumah tangga miskin terutama

petani kopi Kampung Wisata Wangun setelah

mendapatkan bantuan dari Program PNPM

mandiri, maka disarankan kepada masyarakat

rumah tangga miskin terutama petani kopi

Kampung Wisata Wangun yang ingin merintis


usaha kecil,mengembangkan usahanya &

meningkatkan pendapatan serta produksinya

untuk ikut perpartisipasi mengembangkan

potensi wilayahnya.

2 Bantuan dana bergulir dari PNPM Mandiri telah

memberikan keberartian terhadap peningkatan

pendapatan & produksi masyarakat rumah

tangga miskin terutama petani kopi Kampung

Wisata Wangun. Untuk itu disarankan agar terus

ditingkatkan lagi pemanfaatan dana bergulir

kepada masyarakat rumah tangga miskin

terutama petani kopi Kampung Wisata Wangun,

namun dengan tetap mempertimbangkan

kapasitas usaha yang dilakukan oleh masyarakat

miskin tersebut.

3 Sebagaimana diketahui bahwa dana bergulir

PNPM MP telah memberikan pengaruh terhadap

peningkatan pendapatan masyarakat rumah

tangga miskin di Kecamatan Banjaran

Kabupaten Bandung, maka disarankan agar terus

dilanjutkan sampai terwujudnya kemandirian

masyarakat dalam berusaha.


KUISIONER PENELITIAN

Bapak/Ibu/Saudara/i yang terhormat,

Saya Ghaida Nadalamis, mahasiswi program studi Ekonomi Pembangunan


Universitas Pasudan Bandung, sedang melakukan penelitian skripsi dengan judul
“Dampak Program Pemerintah Penataan Pemukiman Pedesaan
Terhadap Pendapatan Dan Produksi Petani Kopi Kampung Wisata
Wangun Desa Pasir Mulya Kecamatan Banjaran”. Kami mohon kepada
bapak/ibu/saudara/i yang kami hormati untuk berkenan menjadi responden kami.

Kuisioner ini akan menanyakan data dan informasi terkait pelaksanaan program
PNPM Mandiri Pedesaan yang diterima oleh bapak/ibu di wilayah Desa Pasir
Mulya Kecamatan Banjaran Kabupaten Bandung. Adapun maksud dan tujuan
penelitian ini adalah untuk melihat sejauh mana manfaat yang dirasakan oleh
Bapak/Ibu dari program penataan pemukiman yang di laksanakan oleh PNPM
Mandiri Pedesaan terhadap pendapatan dan produksi petani kopi Kampung Wisata
Wangun.

Tanpa mengurangi rasa hormat, saya mohon kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i,


berkenan meluangkan waktu untuk dapat melakukan sesi wawancara, dan
diharapkan dapat memberikan jawaban dari pertanyaan yang telah tersusun dalam
kuisioner ini. Atas segala bantuan dan partisipasi Bapak/Ibu/Saudara/i saya
ucapkan terimakasih. Informasi yang saya terima bersifat rahasia.

Hormat Saya

Ghaida Nadalamis

(144030052)
KUISIONER PENELITIAN

Dampak Program Pemerintah Penataan Pemukiman Pedesaan Terhadap


Pendapatan Dan Produksi Petani Kopi Kampung Wisata Wangun Desa
Pasir Mulya Kecamatan Banjaran

No. Kuisioner : ..............

A. Identitas Responden

1 Nama Responden

2. Jenis Kelamin a. Laki – Laki b. Perempuan


(Berikan Tanda
silang (×) pada
Jawaban)

3. Umur Kepala …………………………………………………


Keluarga (tahun)

4. Alamat Kelurahan …………………………………………..........

…..........…………..RT…… RW ……...

5. Pekerjaan Responden :...... Istri/Anggota keluarga lainya


a. Tidak Bekerja (Dapat dipilih lebih dari satu)
(berikan tanda b. Pedagang Sebutkan:............................
silang(x) pada c. Buruh Tani kopi a. Tidak Bekerja
jawaban yang d. Lainya (Sebutkan).......... b. Pedagang
sesuai) c. Buruh Tani Kopi
d. Lainya (Sebutkan)..........

6. Pendidikan terakhir

(berikan tanda a. Tidak sekolah c. Tidak tamat SD


silang(x) pada
jawaban yang b. SD/sederajat d. SMP/sederajat
sesuai)
e. SMA/sederajat
7. Pendapatan total Pendapatan tetap yang diterima/ Pendapatan tetap yang diterima/ bulan
rumah tangga/bulan bulan
(Pendapatan (Istri/Anggota keluarga lainya) :
responden dan (Responden) :
seluruh anggota Rp : ......................................
keluarga dalam satu
rumah yang bekerja) Rp :.......................................
Rp : .................................
Rp :......................................

8. Sumber Tambahan a. Hasil Panen kopi Sumber pendapatan tambahan / bulan


Pendapatan Lainya b. Honor Jasa
yang diterima/bulan (responden dan seluruh anggota keluarga
(Pilihan dapat buruh petani lainya dalam satu rumah yang menerima
dipilih lebih dari kopi pendapatan tambahan) :
satu jawaban sesuai c. Warisan a. Rp) : .............
yang anda/keluarga
d. Bantuan PNPM b.(Rp) : .............
dapatkan) : c. (Rp) : .............
Mandiri lainya d.(Rp) : .............
(Sebutkan).....

(Total) Rp..................

9. Jumlah anggota ………………….orang


keluarga

B. Keadaan Tempat Tinggal

10 Status rumah a. Sewa (kontrak)

b. Bukan milik sendiri dan bukan sewa

c. Milik sendiri

C. Pengaruh dan kondisi Petani Kopi Sebelum Dan Sesudah Adanya PNPM MP Terhadap Produksi
dan Pendapatan

11. Pendapatan dari a. < Rp 1 jt Nominal Rupiah yang Nominal Rupiah yang
usaha tani kopi b. Rp 1jt – 2jt didapat/bulan didapat/bulan (Setelah
(Untuk satu c. Rp 2jt-3jt (Sebelum adanya bantuan PNPM MP):
keluarga) d. > Rp 3 jt bantuan PNPM MP):

Rp : .......................... Rp: .........................


12. Jumlah Pupuk a. < 200 Kg Nominal Rupiah yang Nominal Rupiah yang
kandang yang di b. 400-800 Kg dikeluarkan untuk dikeluarkan untuk
keluarkan c. 600-800 Kg pupuk/bulan (Sebelum pupuk/bulan (Setelah
d. > 800Kg adanya bantuan adanya bantuan PNPM
PNPM MP): MP):

Rp :.................... Rp : ........................

13. Jumlah bantuan bibit a. 200 pohon Nominal Rupiah yang Nominal Rupiah yang
kopi oleh PNPM MP b. 500 pohon didapat/bulan didapat/bulan (Setelah
c. 800 pohon (Sebelum adanya adanya bantuan PNPM
a. > 1000 pohon bantuan PNPM MP): MP):

Rp :........................ Rp : ........................

14. Harga jual rata-rata a. < Rp 1 jt Nominal Rupiah yang Nominal Rupiah yang
kopi b. Rp 1jt – 2jt didapat/bulan didapat/bulan (Setelah
c. Rp 2jt-3jt (Sebelum adanya bantuan PNPM MP):
d. > Rp 3 jt bantuan PNPM MP):
sebutkan.....

Rp : .......................... Rp: ................

15. Total Banyaknya d. 400 pohon Nominal Rupiah yang Nominal Rupiah yang
Bibit kopi sebulan e. 600 pohon didapat/bulan didapat/bulan (Setelah
terakhir ini f. 12000 pohon (Sebelum adanya bantuan PNPM MP):
g. > 12000 pohon bantuan PNPM MP):

Rp : .......................... Rp: ................

16. Kepemilikan Lahan a. Milik sendiri Nominal Rupiah yang Nominal Rupiah yang
kebun kopi b. Sewa/bulan didapat/bulan didapat/bulan (Setelah
c. Milik pemererintah (Sebelum adanya bantuan PNPM MP):
d. Milik petani lain bantuan PNPM MP):

Rp : .......................... Rp: ................

17. Luas lahan a. ½ Ha Nominal Rupiah yang Nominal Rupiah yang


b. 1 Ha didapat/bulan didapat/bulan
c. 1 ½ Ha (Sebelum adanya (Sebelum adanya
d. >1 ½ Ha bantuan PNPM MP): bantuan PNPM MP):

Rp : .......................... Rp : ..........................
18. harga untuk sewa a. Rp. 300.000 c. Rp. 800.000
rumah (bila status b. Rp. 600.000 d. Rp. > 800.000 (Sebutkan).... ....
rumah menyewa)
dalam sebulan

19. Penjualan kopi a. Produk setengah Nominal Rupiah yang Nominal Rupiah yang
jadi didapat /bulan didapatn/bulan (Setelah
b. Produk 100% jadi (Sebelum PNPM) : PNPM) :
c. Produkberkemasan
d. Produk ekspor a. Rp............... a. Rp...............
b. Rp............... b. Rp...............
c. Rp............... c. Rp...............
d. Rp............... d. Rp...............

Total = Rp.......... Total = Rp..........

20. Pendistribusian kopi a. perhutani Nominal Rupiah yang Nominal Rupiah yang
didapat/bulan (Sebelum didapat/bulan (Setelah PNPM
b. wisatawan
PNPM MP) : MP) :
c. restoran
d. Lainya (Sebutkan)....... a. Rp............. a. Rp .............
b. Rp.............. b. Rp..............
c. Rp.............. c. Rp..............
d. Rp.............. d. Rp..............

Total = Rp............ Total = Rp............


DOKIMENTASI

Pembuatan irigasi Pembuatan jalan sebelum


sebelum dgn sesudah dengan
adanya PNPM MP Sesudah adanya PNPM MP

Pembuatan MCK Pembangunan penjual kopi petani


sebelum dengan sarana umum kampung wisata
Sesudah adanya PNPM wangun
MP
HASIL UJI BEDA DUA RATA-RATA TERHADAP PENDAPATAN

Paired Samples Statistics


Mean N Std. Deviation Std. Error Mean Paired
Pair 1 jumlah pupuk yang dikeluarkan 488000,000 50 186962,8360 26440,5378 Samples
sebelum Correlati
ons
jumlah pupuk yang di keluarkan 240000,000 50 106426,1745 15050,9339
sesudah
Pair 2 luas lahan sebelum 218000000,00000 50 66975475,260000 9471762,545000
luas lahan sesudah 252000000,00000 50 53222674,310000 7526822,784000
Pair 3 bibit kopi sebelum 2886000,00 50 924498,761 130743,869
bibit kopi sesudah 4380000,00 50 987472,552 139649,708
Pair 4 harga rata2 sebelum 1916000,000 50 647242,1873 91533,8679
harga rata2 sesudah 3584000,000 50 899060,7344 127146,3884
Pair 5 tenaga kerja sebelum 1558000,00 50 381773,520 53990,929
tenaga kerja sesudah 2278000,00 50 277959,034 39309,344

N Correlation Sig.
Pair 1 jumlah pupuk yang dikeluarkan 50 ,845 ,000
sebelum & jumlah pupuk yang di
keluarkan sesudah
Pair 2 luas lahan sebelum & luas lahan 50 -,786 ,000
sesudah
Pair 3 bibit kopi sebelum & bibit kopi 50 ,502 ,000
sesudah
Pair 4 harga rata2 sebelum & harga 50 ,977 ,000
rata2 sesudah
Pair 5 tenaga kerja sebelum & tenaga 50 ,695 ,000
kerja sesudah

Paired Samples Statistics


Paired
Differences 95% Confidence Interval of
Std. the Difference t df
Std. Error Sig.
Mean Deviatio
Mean (2-
n
Lower Upper tailed)
pupuk yang
248000, 112467, 216037,038 279962,961
sblm - pupuk 15905,3322 15,592 49 0,000
0000 6824 3 7
ssdh
-
1136769 - -
luas lahan 3400000 16076348,453
50,0804 66306631,7 1693368,24 -2,115 49 0,040
sblm - luas 0,00000 297
44 55202 4798
lahan ssdh 0
bibit kopi sblm - - -
955416,
- bibit kopi 1494000 135116,276 1765526,32 1222473,67 -11,057 49 0,000
353
ssdh ,000 3 7
harga rata2
- - -
sebelum - 300638,
1668000 42516,7434 1753440,59 1582559,40 -39,232 49 0,000
harga rata2 7757
,0000 47 53
sesudah
tenaga kerja -
sebelum - 274791,
720000, 38861,344 -798094,795 -641905,205 -18,527 49 0,000
tenaga kerja 201
000
sesudah
HASIL UJI BEDA DUA RATA-RATA TERHADAP PRODUKSI

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean


Pair 1 jumlah pupuk yang dikeluarkan 488000,000 50 186962,8360 26440,5378
sebelum
jumlah pupuk yang di keluarkan 240000,000 50 106426,1745 15050,9339
sesudah
Pair 2 luas lahan sebelum 218000000,00000 50 66975475,260000 9471762,545000
luas lahan sesudah 252000000,00000 50 53222674,310000 7526822,784000
Pair 3 tenaga kerja sebelum 1558000,00 50 381773,520 53990,929
tenaga kerja sesudah 2278000,00 50 277959,034 39309,344
Pair 4 kopi panen sebelum 3100000,0000 50 157790,87170 22314,99907
kopi panen sesudah 7696000,0000 50 392251,48120 55472,73645

Paired Samples Correlations


N Correlation Sig.
Pair 1 jumlah pupuk yang dikeluarkan 50 ,845 ,000
sebelum & jumlah pupuk yang di
keluarkan sesudah
Pair 2 luas lahan sebelum & luas lahan 50 -,786 ,000
sesudah
Pair 3 tenaga kerja sebelum & tenaga 50 ,695 ,000
kerja sesudah
Pair 4 kopi panen sebelum & kopi 50 -,501 ,000
panen sesudah

0 Paired Samples S

Paired Differences

95% Confidence Interval of the


Sig.
Difference
(2-
Mean Std. Deviation Std. Error Mean Lower Upper t df tailed)
pupuk yang 112467,6824 15905,3322 216037,0383 279962,9617 15,592 49 0,000
sblm - 248000,0000
pupuk ssdh
luas lahan 113676950,080444 16076348,453297 - - -2,115 49 0,040
sblm - luas - 66306631,755202 1693368,244798
lahan ssdh 34000000,000000

tenaga 274791,201 38861,344 -798094,795 -641905,205 - 49 0,000


kerja sblm - 18,527
tenaga -720000,000
kerja ssdh

kopi panen 490713,76586 69397,40629 -4735459,30920 -4456540,69080 - 49 0,000


sblm - kopi -4596000,00000 66,227
panen ssdh
JUMLAH KELUARGA MISKIN BERDASARKAN KS & PRAKS

1 RW di Desa Tahun 2011 Tahun 2013


Jumlah Pra Jumlah Pra
KS1 KS2 KS3 KS1 KS2 KS3
Pasir Mulya KK KS KK KS

1 107 14 62 28 3 33
109 13 60 3
2 86 10 50 25 1 96 10 28 56 2
3 109 5 67 35 2 117 5 38 72 2
4 124 16 65 38 5 129 14 42 67 6
5 131 15 71 37 8 135 15 40 72 8
6 54 20 32 2 0 64 0 2 62 0
7 58 23 33 2 0 70 0 5 65 0
8 104 14 64 24 2 109 14 27 66 2
9 143 18 88 31 6 150 17 34 94 5
10 88 8 51 28 1 93 8 31 53 1
11 120 16 71 30 3 126 16 33 73 4
12 101 11 53 35 2 108 11 38 57 2
13 101 8 55 34 4 95 8 37 46 4
14 108 9 59 36 4 126 9 39 74 4
15 98 6 58 31 3 106 6 34 63 3

Total 1532 193 879 416 44 1633 146


461 980 46
RIWAYAT HIDUP

Nama : Ghaida Nadalamis Ryadus Solihin

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat, tanggal lahir : Bandung, 31 Oktober 1996

Agama : Islam

Pendidikan Terakhir : SMA N 24 Bandung

Pengalaman Organisasi : Himaspa

Nama Orang tua :

a) Ayah : Solihin

b) Ibu : Sri

Alamat Terakhir Setelah Lulus : Jalan Sukahaji No.182 RT/RW: 006/007 Desa

Cimekar Kec.Cileunyi Kab.Bandung


DAFTAR PUSTAKA

Sukirno, Sadono. 2013. Makro Ekonomi, Teori Pengantar. Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Nicholson, W. 1995. Microeconomic Theory: Basic Principles and Extentions. Seventh Edition. The Dryden
Press. Foft Worth.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian KOMBINASI (Mixed Methods). Bandung: ALFABETA, cv.

Pedoman Umum PNPM Mandiri Perkotaan, Jakarata: 2009.

Agistiasari, Risma. 2012. Evaluasi PNPM di Kecamatan Karang Anyer. Jurnal


Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Novitasari, Dian. 2011. Analisis Program PNPM Mandiri Terhadap Peningkatan


Pendapatan Masyarakat Miskin. Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas
Sebelas Maret Surakarta

Rohim, Abdur. 2013. Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengenbangan Desa


Wisata. Jurnal Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam
Sunan Kalijaga

Internet dan Sumber lainnya

Modul Pelatihan KPMD/K PNPM-Mpd TA 2014

www.bps.go.id. Diakses pada 12 April 2018

www.pnpm-mandiri.org. Diakses pada 12 April 2018

http://bappeda.bandungkab.go.id/bappeda_2015//wp-content/uploads/2015/09/Renja-Perubahan-2015-
Banjaran.pdf

http://disperkimtan.bandungkab.go.id/

http://www.pasirmulya.desa.id/first

http://www.pasirmulya.desa.id/first/statistik/0

http://jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelCDFA285AB9F67DD8BBE45586E44F6006.pdf

http://ejournal.ip.fisip-unmul.ac.id/site/wp-

content/uploads/2015/02/Jurnal%20Nur%20Inas%20P

urnamasari%20(02-04-15-07-04-41).pdf

Anda mungkin juga menyukai