Anda di halaman 1dari 5

Nama : Hani Lestari

NPM : 195030091
Kelas : B/Semester 7
Mata Kuliah : Karya Tulis Ilmiah

PENERAPAN METODE EXPRESSIVE WRITING THERAPY UNTUK


MENGURANGI KECEMASAN PESERTA DIDIK KELAS VII DI SMP XXX PADA
SAAT BERBICARA

A. Latar Belakang Masalah

Menyampaikan ide pikiran secara lisan didepan umum menjadi hal yang sangat
penting dimiliki oleh peserta didik, namun hal tersebut menjadi problem karena peserta
didik tidak mampu berbicara ketika berhadapan dengan indiviu lain didepan umum.
Hal tersebut sejalan dengan pendapat dari Saputri & Inrawati dalam Tampubolon
(2019, hlm. 21) mengemukakan, bahwa sampai saat ini masih banyak peserta didik
yang kesulitan untuk berkomunikasi dengan orang lain khususnya dalam
menyampaikan ide pikirannya. Masalah ini terjadi karena ketidakmampuan peserta
didik dalam mengontrol emosinya sehingga timbul kecemasan di dalam diri yang
mengantarkan pada kegagalan dalam menyampaikan idenya.

Kecemasan pada peserta didik akan lebih terlihat ketika ia diharuskan berbicara
di depan umum. Saputri & Inrawati dalam Tampubolon (2019, hlm. 21) Menambahkan,
bahwa mayoritas siswa memiliki angka kecemasan berbicara di depan umum sebanyak
59,4%. Hal tersebut dapat dilihat dari pelafalan dan gestur peserta didik ketika
berbicara, biasanya peserta didik yang terlihat cemas tangan dan kakinya bergetar serta
suara yang dikeluarkan tidak jelas, kondisi ini tentunya tidak boleh dibiarkan begitu
saja.

Kecemasan yang dialami oleh peserta didik tersebut harus dikurangi supaya
tidak mempengaruhi kegiatan belajar. Kholil Lur Rochman dalam Sari (2020, hlm. 5)
mengemukakan, bahwa kecemasan dapat membuat peserta didik terkena mental karena
ketidakmampuan mengatasi suatu masalah atau tidak adanya rasa aman.
Ketidakmampuan peserta didik dalam berbicara didepan umum akan menimbulkan
ketidaknyamanan, karena pada saat presentasi sering kali siswa mengalami berbicara
terbata-bata, lupa dengan materi yang akan disampaikan, dan bahkan dapat
memberikan informasi yang salah. Berdasarkan tiga pendapat pakar di atas dapat
disimpulkan bahwa kecemasan peserta didik ketika berbicara di depan umum menjadi
faktor yang sangat berpengaruh pada kenyamanan dan kemampuan dalam
menyampaikan ide peserta didik saat berpresentasi.

Keterampilan berbicara ini sangat penting bagi peserta didik dalam


menyampaikan pesan, informasi dan gagasan yang dimiliki setiap perserta didik. Akan
tetapi tingginya kecemasan ini menjadi masalah yang besar yang menyebabkan peserta
didik tidakmampu dalam berinteraksi dihadapkan orang banyak, oleh karena itu perlu
adanya pengurangan untuk kecemasan peserta didik pada saat berbicara hal ini sejalan
dengan pendapat dari Adha dalam Oktaviani dan Rusdi, (2019, hlm50) seni berbicara
yang efektif dan berhasil dapat dipelajari dan dilatih oleh semua orang. Berdasarkan
pakar di atas dapat kita mengerti bahwa kemampuan berbicara juga dapat dilatih
melalui metode apa saja.

Metode Expressive writing therapy merupakan salah satu intervensi yang


digunakan untuk mengatasi kecemasan. Melalui expressive writing therapy individu
merefleksikan pikiran dan perasaan terdalamnya terhadap peristiwa yang tidak
menyenangkan atau menimbulkan trauma. Refleksi ini memfasilitasi peserta didik
untuk merubah kognitifnya, meregulasi emosi menjadi lebih baik, menjadi sarana
katarsis, memperoleh energi baru, mengarahkan perhatian, meredakan tekanan
emosional, serta memberi kesempatan untuk fokus pada tujuan dan perilakunya Susanti
dan Supriyantini (2013) mengemukakan, Perubahan ini akan membuat masalah
individu lebih mudah diatasi dan membebaskan individu dari tekanan mental yang
senantiasa melingkupinya.

Menulis berbeda dengan berbicara. Menulis ekspresif memiliki suatu kekuatan


tersendiri karena menulis adalah suatu bentuk eksplorasi dan ekspresi area pemikiran,
emosi dan spiritual yang dapat dijadikan sebagai suatu sarana untuk berkomunikasi
dengan diri sendiri dan mengembangkan suatu pemikiran serta kesadaran akan suatu
peristiwa. Menurut Rohmadani (2017) Terapi menulis juga mencerminkan refleksi dan
ekspresi subjek karena inisiatif sendiri atau sugesti dari seorang terapis. Menulis
ekspresif ini pada dasarnya sama-sama memakai media buku, jurnal atau buku diary
pribadi dan blog, beberapa penelitian berbeda dalam penggunaan durasi menulis,
karena setiap kasus memiliki tingkat kedalaman masalah yang berbeda, sehingga
dibutuhkan cara dan durasi yang berbeda, untuk proses terapi kurang lebih dibutuhkan
waktu 10-30 menit dalam proses menulis ekspresif.

Secara umum expressive writing therapy bertujuan untuk meningkatkan


pemahaman bagi diri sendiri maupun orang lain, meningkatkan kreatifitas, ekspresi diri
dan harga diri, memperkuat kemampuan komunikasi dan interpersonal,
mengekspresikan emosi yang berlebihan (katarsis) dan menurunkan ketegangan, serta
meningkatkan kemampuan dalam mengatasi masalah dan fungsi adaptif individudan,
expressive writing therapy membantu individu untuk memahami dirinya dengan lebih
baik, dan menghadapi depresi, distress, kecemasan, adiksi, ketakutan terhadap
penyakit, kehilangan dan perubahan dalam kehidupannya.

Melalui penerapan expressive writing dapat menjadikannya media bagi peserta


didik terutama untuk meredam tingkat kecemasan dan kegelisahan terhadap tugas-
tugas, lingkungan sosialnya, dapat menjadi bagian hiburan, serta menjadi media dalam
mengungkapkan perasaan emosionalnya terhadap permasalahan serta keluh kesah yang
dialaminya. Menurut Pratiwi (2018, hlm.2) mengemukakan, menulis merupakan proses
mengkomunikasikan pikiran, gagasan, ide, dan perasaan terhadap orang lain melalui
media tulis. Menulis sendiri memiliki banyak sekali manfaat, diantaranya yang menarik
bagi peneliti adalah membantu pemulihan emosi, mereduksi stres dan depresi yang
mana dapat dijadikan sebagai wadah ekspresi emosi seseorang dalam bentuk yang
positif.

Penelitian ini bertujuan untuk melihat tingkat kecemasan peserta didik saat
berbicara di depan umum dan memaparkan upaya mengurangi kecemasan peserta didik
saat berbicara di depan umum dengan metode expressive writing therapy. Penelitian ini
bermanfaat bagi peserta didik yang mengalami kecemasan berbicara saat di depan
umum. Dengan menggunakan expressive writing therapy terlihat perbandingan antara
tingkat kecemasan saat berbicara di depan umum sebelum expressive writing therapy
dan sesudah expressive writing therapy.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Penerapan metode Expressive Writing Therapy pada peserta didik
kelas VII di SMP XXX untuk mengurangi kecemasan berbicara?
2. Apalah terdapat pengaruh positif penerapan metode Expressive Writing Therapy
terhadap kemampuan berbicara peserta didik kelas VII di SMP XXX
C. Skema Desain Penelitian

Mulai

Survey Literatur

Identifikasi Masalah

Studi Pustaka

Hipotesis

Menentukan Variabel Menentukan Variabel

• Manajemen Kualitas • Manajemen Kualitas


1. Material 4. Material
2. SDM 5. SDM
3. Alat 6. Alat
• Kegagalan Konstruksi • Kegagalan Konstruksi

Menentukan dan Menyusun


Instrumen Penelitian
Observasi Lapangan dan
Perizinan

Mengumpulkan Data

Data Primer dan Data Skunder Pengolahan Data

Analisis Data

Selesai Kesimpulan
D. Kerangka Pemikiran

Masalah yang berkaitan dengan mental siswa dalam


berbicara, karena pada saat presentasi sering kali
siswa mengalami berbicara terbata-bata, lupa
dengan materi yang akan disampaikan, dan bahkan
dapat memberikan informasi yang salah. Hal ini di
Masalah karena kan peserta didik mengalami kecemasan
pada saat berpresentasi atau berbicara di depan
umum.

Rendah nya kemampuan berbicara di


depan umum, dikarenakan peserta
didik sering mengalami kecemasan
dan perlu adanya penerapan metode
yang mampu mengurangi rasa cemas.

Penerapan Metode Expressive writing


therapy merupakan salah satu Solusi
intervensi yang digunakan untuk
mengatasi kecemasan.

Oktaviani dan Rusdi, (2019, hlm50)


seni berbicara yang efektif dan berhasil
dapat dipelajari dan dilatih oleh semua
orang. Berdasarkan pakar di atas dapat
kita mengerti bahwa kemampuan
berbicara juga dapat dilatih melalui
metode apa saja.

Anda mungkin juga menyukai