Anda di halaman 1dari 170

IMPLEMENTASI SISTEM MANAJEMEN

MUTU ISO 9001:2008 DALAM PELAYANAN


KESEHATAN KEPADA MASYARAKAT

(Studi di Puskesmas Dinoyo Kota Malang)

SKRIPSI

Diajukan untuk Menempuh Ujian Skripsi


pada Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya

VINA AMELIA
NIM. 0910310129

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
JURUSAN ILMU ADMINISTRASI PUBLIK
MALANG
2015
MOTTO

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, Maka


apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan) , kerjakanlah
dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, Dan Hanya
dengan Tuhanmulah hendaknya kamu berharap”
(QS. Al-Insyirah: 6-8)

i
ii
iii
iv
RINGKASAN

Vina Amelia, 2014. Implementasi Sistem Manajemen Mutu ISO


9001:2008 dalam Pelayanan Kesehatan kepada Masyarakat (Studi di
Puskesmas Dinoyo Kota Malang). Dr. Imam Hanafi, M.Si, MS, Drs. Romula
Adiono, M.AP, 153 Hal + xvi

Seperti yang terkandung dalam UU No 36 tahun 2009 tentang kesehatan


bahwa kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan
yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagai mana
dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945. Namun ditinjau dari The World Factbook, Central Intelligence
Agency (CIA), merilis bahwa angkah harapan hidup di Indonesia masih berada
pada peringkat ke 136 dari sejumlah negara-negara di dunia. Oleh karena itu,
perlu adanya reformasi pada sistem pelayanan kesehatan, salah satunya dengan
memperbaiki sistem manajemen mutu yang mengacu pada ISO 9001. ISO versi
9001:2008 fokus pada efektivitas proses continuous improvement merupakan
sebuah filosofi dasar mengenai bagaimana mencapai standar kualitas yang optimal
melalui beberapa langkah perbaikan yang sistematis dan dilaksanakan secara
berkesinambungan. Dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan
kepada masyarakat, puskesmas perlu meningkatkan sistem manajemen mutu
berstandar internasional, mengingat puskesmas merupakan sarana pelayanan
kesehatan yang paling dekat dengan masyarakat.
Ada dua permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini. Pertama,
bagaimana implementasi sistem manajemen mutu ISO 9001:2008 di Puskesmas
Dinoyo. Kedua, apa sajakah faktor pendukung dan penghambat implementasi
sisitem manajemen mutu ISO 9001:2008 di Puskesmas Dinoyo.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif
dengan pendekatan deskriptif dimana peneliti bermaksud untuk mendeskripsikan
fenomena yang terjadi pada objek yang diamati dan hasilnya berupa kata-kata dan
gambar, bukan angka-angka. Sedangkan teknik pengumpulan data dengan cara
pengamatan, wawancara, dan dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan dokumen sistem manajemen mutu di
Puskesmas Dinoyo telah sesuai dengan standar ISO 9001:2008. Puskesmas
Dinoyo menerapkan dokumen kebijakan mutu, sasaran mutu, manual mutu,
prosedur kerja, instruksi kerja dan dokumen lain pendukung yang ditetapkan oleh
pimpinan puskesmas sebagai bentuk komitmennya terhadap implementasi ISO
9001:2008. Pelayanan kesehatan yang diberikan oleh Puskesmas Dinoyo sudah
baik dan sesuai dengan standar. Namun masih ada salah satu unsur pelayanan
mengenai kecepatan pelayanan yang masih di nilai kurang dan perlu di tingkatkan.
Selain itu masih perlu adanya peningkatan pemahaman bagi pegawai Puskesmas
Dinoyo mengenai implementasi ISO 9001:2008, karena implementasi ISO
9001:2008 masih anggap rumit oleh beberapa pegawai.

v
SUMMARY

Vina Amelia, 2014. Implementation of Quality Management System ISO


9001: 2008 in the Public Health Center (Studies in Dinoyo Public Health
Center Malang City). Dr. Imam Hanafi, M.Si, MS, Drs. Romula Adiono, M.AP,
153 Page + xvi

As contained in Law No. 36 Year 2009 concerning health its meant by


health is a human right and one of the elements of welfare that should be realized
in accordance with the ideals of the nation of Indonesia as referred to in the
Pancasila and the Constitution of the Republic of Indonesia Year 1945. However,
be reviewed from The world Factbook, Central Intelligence Agency (CIA),
released that life expectancy in Indonesia was ranked 136 out of a number of
countries in the world. Therefore, necessary to reformation the health care system,
one of that by improving the quality management system based on ISO 9001. ISO
9001 version: 2008 focused on the effectiveness of the process of continuous
improvement is a basic philosophy on how to achieve optimal quality standards
by several steps of systematic improvement and implemented continuosly. In
order to improve the quality of health services to the community, health centers
need to improve the quality management system of international standard,
considering the health center is a health-care facility closest to the community.
There are two issues discussed in this study. First, how the implementation
of quality management system ISO 9001: 2008 in Dinoyo Public Health Center.
Second, what are the factors supporting and inhibiting the implementation of
quality management system ISO 9001: 2008 in Dinoyo Public Health Center.
The method used in this research is a qualitative descriptive approach where
the researcher intends to describe the phenomenon that occurs in the observed
object and the results in the form of words and pictures, not numbers. While data
collection techniques by means of observations, interviews, and documentation.
The results showed the quality management system documents in Dinoyo
Public Health Center accordance with ISO 9001: 2008. Dinoyo Public Health
Center implement document quality policy, quality objectives, quality manual,
procedures, work instructions and other documents supporting health centers
established by the leadership as a form of commitment to the implementation of
ISO 9001: 2008. Health services provided by the health center has good and in
accordance with the standards. But there is one element of service on the speed of
service is not good and needs to be improved.. In addition there is need for an
improved understanding of the health center employees on the implementation of
ISO 9001: 2008, for the implementation of ISO 9001: 2008 is still regarded
complicated by several employees.

vi
Kupersembahkan karyaku
Kepada Mama dan Almh. Papa tercinta
Suami dan Putri kecilku yang sangat aku cintai
Serta semua sahabat-sahabatku

vii
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

Bapak Dr. Imam Hanafi, M.Si selaku dosen pembimbing utama, dan
Bapak Drs Romula Adiono, M.AP selaku dosen pembimbing kedua yang
senantiasa mencurahkan perhatian dan kesabarannya dalam membimbing
penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
Prof. Dr. Bambang Supriyono, M.S., selaku Dekan Fakultas Ilmu
Administrasi Universitas Brawijaya. Bapak Dr. M.R. Khoirul Muluk, S.Sos,
M.Si., selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Publik Universitas Brawijaya, Ibu
Puji Rahayu, S.ST, selaku Management Representative Puskesmas Dinoyo Kota
Malang, Bapak Juwari, selaku Kepala Sub Bagian Tata Usaha Puskesmas Dinoyo
Kota Malang yang telah membantu saya dengan bersedia menjadi narasumber dan
memberikan informasi dalam proses penelitian sehingga penelitian dapat berjalan
dengan lancar.
Teman-teman Angkatan 2009 yang telah banyak memberikan bantuan
dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini.
Terimakasih penulis persembahkan kepada Mama dan Papa tercinta Bapak
Almh. Samsul Arifin dan Fita Anfida yang selalu memberikan dukungan
semangat, maupun doa, dan tentu masih banyak yang lainnya. Dan yang selalu
memberi semangat Suamiku tercinta Ananta Ihsan Kurnialam yang telah setia
menemani selama ini, terimakasih karena selalu ada dan selalu sabar, juga atas
semua dukungan dan doa yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan baik. Dan tidak lupa yang tersayang Putri kecilku Elora Kirana
Kurnialam yang sudah memberikan kebahagiaan dan motivasi kepada penulis.

Malang, Januari 2015

Penulis

viii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas

segala limpahan rahmat, karunia dan hidayah-Nya sehingga penulisan skripsi ini

dapat terselesaikan. Dan tak lupa shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada

junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabat Beliau.

Skripsi ini merupakan rangkaian tugas akhir dalam perkuliahan yang

diajukan untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana di Fakultas

Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya. Judul yang diambil dalam penulisan

skripsi ini adalah “Implementasi Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008

dalam Pelayanan Kesehatan kepada Masyarakat (Study di Puskesmas

Dinoyo Kota Malang).” Penulis sengaja mengambil judul tersebut mengingat

bahwa pelayanan kesehatan merupakan kebutuhan mutlak bagi masyarakat, dan

puskesmas sebagai pelayanan kesehatan yang paling dekat dengan masyarakat

hendaknya dapat memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dengan

menerapkat ISO 9001.

Dalam menyelesaikan tulisan ini, penulis menyadari bahwa skripsi tidak

akan terselesaikan dengan baik tanpa adanya adanya dukungan, bantuan, masukan,

maupun saran dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini

penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Bambang Supriyono, MS, selaku Dekan Fakultas Ilmu

Administrasi Universitas Brawijaya Malang

2. Bapak Dr. Choirul Saleh, M.Si, selaku Ketua Jurusan Administrasi Publik

Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang

ix
3. Ibu Dr. Lely Indah Mindarti, M.Si, selaku Ketua Program Studi Administrasi

Publik Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang

4. Bapak Dr. Imam Hanafi, M.Si, MS, selaku Dosen Pembimbing 1

5. Bapak Drs. Romula Adiono, M.AP, selaku Dosen Pembimbing 2

6. Bapak Dr. Bayu Cahya Wibaya selaku Kepala Puskesmas Dinoyo Kota

Malang

7. Ibu Puji Rahayu, S.ST, selaku Management Representative Puskesmas

Dinoyo Kota Malang

8. Bapak Juwari, selaku Kepala Sub Bagian Tata Usaha Puskesmas Dinoyo

Kota Malang

9. Seluruh pegawai Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang

Demi kesempurnaan skripsi ini, saran dan kritik yang sifatnya membangun

sangat penulis harapkan. Semoga karya skripsi ini bermanfaat dan dapat

memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.

Malang, Januari 2015

Penulis

x
DAFTAR ISI

MOTTO .................................................................................................................. I
TANDA PERSETUJUAN SKRIPSI...................................................................II
TANDA PENGESAHAN .................................................................................... III
PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI.................................................... IV
RINGKASAN ........................................................................................................V
SUMMARY ......................................................................................................... VI
KATA PENGANTAR ......................................................................................... IX
DAFTAR ISI ........................................................................................................ XI
DAFTAR TABEL ............................................................................................ XIV
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... XV
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... XVI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .................................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ............................................................................................ 8
C. TujuanPenelitian .............................................................................................. 9
D. Kontribusi Peneliti ........................................................................................... 9
E. Sistematika Pembahasan ................................................................................ 10

BAB II KAJIAN TEORI

A. Administrasi Publik ....................................................................................... 12


1. Pengertian Administrasi Publik.................................................................. 12
2. Peran Administrasi Publik ......................................................................... 13
3. Paradigma Administrasi Publik.................................................................. 14
4. Paradigma New Public Service dalam Kualitas Pelayanan Publik ............ 16
B. Tinjauan Umum Pelayanan Kesehatan Masyarakat ...................................... 19
1. Kesehatan Masyarakat ............................................................................... 19
2. Pengertian Pelayanan Kesehatan................................................................ 20
3. Jenis Pelayanan Kesehatan ......................................................................... 21
4. Syarat Pokok Pelayanan Kesehatan ........................................................... 22
5. Mutu Pelayanan Kesehatan ........................................................................ 24
C. Sistem Manajemen Mutu ............................................................................... 26
1. Pengertian Sistem ....................................................................................... 26
2. Pengertian Manajemen ............................................................................... 28
3. Pengertian Mutu ......................................................................................... 28
4. Pengertian Sistem Manajemen Mutu ......................................................... 29
5. Prinsip-prinsip Sistem Manajemen Mutu .................................................. 30

xi
D. Sistem Mutu ISO 9001 .................................................................................. 32
1. Pengertian ISO ........................................................................................... 32
2. Alasan penggunaan ISO 9001 .................................................................... 34
3. Manfaat dari ISO 9001 ............................................................................... 36
4. Prinsip-prinsip Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 ......................... 37
5. Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 .................................................. 47
E. Puskesmas ...................................................................................................... 53
1. Pengertian Puskesmas ................................................................................ 53
2. Fungsi Puskesmas ...................................................................................... 54
3. Visi Puskesmas .......................................................................................... 54
4. Misi Puskesmas .......................................................................................... 55
5. Usaha Kesehatan Pokok Puskesmas .......................................................... 56

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian .............................................................................................. 59


B. Fokus Penelitian ............................................................................................. 61
C. Pemilihan Lokasi dan Situs Penelitian........................................................... 62
D. Sumber Data .................................................................................................. 63
E. Pengumpulan Data ......................................................................................... 64
F. Instrumen Penelitian ...................................................................................... 65
G. Keabsahan Data ............................................................................................. 67
H. Metode Analisis ............................................................................................. 69

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umun Lokasi dan Situs Penelitian ............................................... 72


1. Gambaran Umum Kota Malang ................................................................. 72
a. Demografi ............................................................................................... 72
b. Pembagian Administratif ........................................................................ 73
c. Sejarah .................................................................................................... 73
d. Geografis ................................................................................................ 75
2. Gambaran Umum Puskesmas Dinoyo ....................................................... 76
a. Sejarah Berdirinya .................................................................................. 76
b. Visi, Misi, dan Motto ............................................................................. 76
c. Wilayah Kerja ......................................................................................... 77
d. Lingkungan ............................................................................................. 78
e. Kependudukan ........................................................................................ 79
f. Pelayanan ................................................................................................ 79
g. Pelayanan yang Diterima Pelanggan ...................................................... 80
h. Sarana Pelayanan Kesehatan .................................................................. 82
i. Tenaga Kesehatan di Puskesmas Dinoyo ............................................... 83
j. Struktur Organisasi dan Tata Kerja ........................................................ 84

xii
B. Penyajian Data ............................................................................................... 85
1. Implementasi Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 dalam
pelayanan kesehatan kepada masyarakat di Puskesmas Dinoyo Kota
Malang. .........................................................................................................85
a. Sistem Manajemen Mutu........................................................................ 85
b. Tanggung Jawab Manajemen ................................................................. 93
c. Manajemen Sumber Daya ...................................................................... 96
d. Realisasi Pelayanan Kesehatan ............................................................ 100
e. Pengukuran, Analisis dan Perbaikan .................................................... 104
f. Pelayanan Kesehatan Puskesmas Dinoyo ............................................ 107
2. Faktor pendukung dan penghambat implementasi sistem manajemen
mutu ISO 9001:2008 dalam pelayanan kesehatan kepada masyarakat di
Puskesmas Dinoyo Kota Malang ................................................................113
a. Faktor pendukung implementasi sistem manajemen mutu ISO
9001:2008 dalam pelayanan kesehatan kepada masyarakat di
Puskesmas Dinoyo Kota Malang. ..........................................................113
b. Faktor penghambat implementasi sistem manajemen mutu ISO
9001:2008 dalam pelayanan kesehatan kepada masyarakat di
Puskesmas Dinoyo Kota Malang. ..........................................................114
C. Analisis dan Pembahasan............................................................................. 116
1. Implementasi Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 dalam
pelayanan kesehatan kepada masyarakat di Puskesmas Dinoyo Kota
Malang. .......................................................................................................116
a. Sistem Manajemen Mutu...................................................................... 116
b. Tanggung Jawab Manajemen ............................................................... 119
c. Manajemen Sumber Daya .................................................................... 123
d. Realisasi Produk ................................................................................... 125
e. Pengukuran, Analisis Dan Perbaikan ................................................... 128
f. Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan ....................................................... 131
2. Faktor pendukung dan penghambat implementasi sistem manajemen
mutu ISO 9001:2008 dalam pelayanan kesehatan kepada masyarakat di
Puskesmas Dinoyo Kota Malang ................................................................134
a. Faktor pendukung implementasi sistem manajemen mutu ISO
9001:2008 dalam pelayanan kesehatan kepada masyarakat di
Puskesmas Dinoyo Kota Malang. ..........................................................134
b. Faktor penghambat implementasi sistem manajemen mutu ISO
9001:2008 dalam pelayanan kesehatan kepada masyarakat di
Puskesmas Dinoyo Kota Malang. ..........................................................135

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................................. 137


B. Saran ............................................................................................................ 139
DAFTAR PUSTAKA

xiii
Daftar Tabel

No. Judul Hal

1. Pergeseran Paradigma Model Pelayanan Publik ....................................... 17


2. Perbedaan Pelayanan Kedokteran dengan Pelayanan Kesehatan
Masyarakat ................................................................................................ 22
3. Kondisi Demografis Puskesmas Dinoyo................................................... 79
4. Hasil Layanan yang Diterima oleh Masyarakat ........................................ 81
5. Sasaran Pelayanan Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Dinoyo ....... 82
6. Ketenagaan di Puskesmas Dinoyo ............................................................ 83
7. Kewenangan Pengesahan Dokumen ......................................................... 89
8. Kategori Pelayanan Tidak Sesuai ............................................................. 106
9. Indeks Kepuasan Masyarakat ................................................................... 111

xiv
Daftar Gambar

No. Judul Hal


1. Sirkulasi HidupSistem .............................................................................. 27
2. Analisis Data Model Interaksi Milles, Huberman dan Saldana ................ 70
3. Lokasi Kota Malang .................................................................................. 72
4. Struktur Organisasi Puskesmas Dinoyo .................................................... 84
5. Diagram Interaksi antara Proses Sistem Manajemen Mutu Puskesmas
Dinoyo ....................................................................................................... 86
6. Stampel Dokmen Puskesmas Dinoyo ....................................................... 91
7. Diagram Alur Pelayanan Loket Pendaftaran dan Rekam Medis .............. 100
8. Diagram Alur Pelayanan Pasien ............................................................... 108

xv
Daftar Lampiran

1. Pedoman wawancara
2. Surat riset Fakultas Administrasi
3. Surat rekomendasi pelaksanaan penelitian
4. Dokumen Kebijakan Mutu Puskesmas Dinoyo
5. Dokumen Manual Mutu Puskesmas Dinoyo
6. Dokumen Job Description and Specification Puskesmas Dinoyo
7. Dokumen Prosedur Kerja Pengendali Dokumen Puskesmas Dinoyo
8. Dokumen Sasaran Mutu Puskesmas Dinoyo
9. Curriculum vitae

xvi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Secara umum sandang, pangan, dan papan adalah kebutuhan primer yang

dibutuhkan setiap orang untuk mencapai suatu kesejahteraan. Dimana

kesejahteraan yang baik akan menimbulkan rasa aman, sehat, makmur dan damai.

Menurut Perkin (dalam Anzwar 1996:5) sehat adalah suatu keadaan seimbang

yang dinamis antara bentuk dan fungsi tubuh dengan berbagai faktor yang

berusaha mempengaruhinya. Dengan peranan kesehatan sebagai suatu kondisi dari

semua faktor-faktor yang mempengaruhinya, digunakan sebagai indikator

pencapaian suatu kesejahteraan. Dengan penguatan dari definisi kesehatan adalah

keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang

memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis

(Undang-undang Tentang Kesehatan No. 36 tahun 2009).

Upaya pemenuhan kebutuhan kesehatan merupakan suatu pranata khusus

yang perlu dipelihara dan dikembangkan. Dalam pemenuhan kebutuhan kesehatan,

tidak hanya bergantung pada upaya individu saja, namun terlebih lagi peran

pemerintah sangatlah penting dalam mewujudkan perlindungan dan menjamin

pemenuhan kesehatan seluruh masyarakat.

1
2

Seperti yang terkandung dalam UU No 36 tahun 2009 tentang kesehatan

bahwa kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan

yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagai mana

dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945. Selain itu, pemenuhan kebutuhan kesehatan harus berdasarkan pada

prinsip nondiskriminatif, partisipatif, dan berkelanjutan.

Untuk dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, banyak hal yang

perlu diperhatikan. Salah satu diantaranya yang dipandang mempunyai peranan

yang cukup penting ialah menyelenggarakan pelayanan kesehatan.

Pendapat Lavey dan Loomba (dalam Azwar, 1996:35) yang dimaksud

dengan pelayanan kesehatan ialah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau

secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan

kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan

perseorangan, keluarga, dan ataupun masyarakat. Dalam konteks ini, pemerintah

memiliki kewajiban untuk memberikan pelayanan kesehatan dengan baik sebagai

bagian mendasar pemenuhan kebutuhan kesehatan kepada masyarakat. Ada

beberapa hal penting yang dimiliki oleh pemerintah dalam pelayanan kesehatan.

Untuk perwujudan pelayanan kesehatan pemerintah berperan sebagai regulator,

pemberi biaya dan pelaksana.

Peran pemerintah sebagai regulator dan penetap kebijakan pelayanan

kesehatan dapat dilakukan oleh DEPKES di pemerintah pusat melalui Sistem

Kesehatan Nasional di tingkat Indonesia dan Sistem Kesehatan Daerah ditingkat

provinsi dan kabupaten/kota. Peran pemerintah sebagai pelaksana dilakukan

melalui fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah berupa rumah sakit pusat


3

maupun daerah, dan puskesmas. Peran pemerintah sebagai pemberi sumber

pembiayaan dilakuan olen pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Pembiayaan

sektor kesehatan dari pemerintah pusat yaitu bersumber dari APBN yang dibagi

menjadi Dana Dekonsentrasi dan Dana Alokasi Khusus, Dana Dekonsentrasi yaitu

dana yang membiayai sektor kesehatan di tingkat pusat dan ditingkat provinsi,

sedangkan Dana Alokasi Khusus adalah dana APBN yang membiayai sektor

kesehatan ditingkat kabupaten/kota. Sedang pembiayaan pada sektor kesehatan

oleh pemerintah daerah (provinsi dan kabupaten/kota) bersumber dari Dana

Alokasi Umum (DAU).

Dengan demikian, diharapkan pelayanan kesehatan untuk masyarakat

dapat terlaksana dengan baik. Namun harapan berbalik dengan kenyataan yang

ada. Dapat di tinjau dari The World Factbook, Central Intelligence Agency (CIA)

merilis angka harapan hidup tahun 2012 sejumlah negara-negara di dunia. Dalam

versi badan intelijen Amerika Serikat itu, Indonesia berada di peringkat 136

dengan usia harapan hidup 71,62 tahun. Menurut The World Factbook CIA, rata-

rata harapan hidup Indonesia berada jauh di bawah Singapura dan Brunei

Darussalam. Dua negara tetangga ini berada masing-masing di peringkat 4 (83,75)

dan 77 (76,37). Bahkan, Indonesia dianggap lebih rendah dari pada warga di Tepi

Barat dan Jalur Gaza yang kerap berkonflik dengan usia harapan hidup masing-

masing 75,24 tahun dan 74,16 tahun (http://nasional.news.viva.co.id).

Rendahnya angka harapan hidup ini disebabkan ketidak jelasan arah

reformasi sistem pelayanan kesehatan. Karena semakin baik sistem pelayanan

kesehatan maka semakin baik pula status kesehatan masyarakat serta semakin
4

efisien pelayanannya. Untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat dapat

dilakukan melalui penyediaan pelayanan kesehatan yang bermutu.

Dengan berbagai macam tuntutan dan permintaan masyarakat akan

pelayanan kesehatan, pemerintah perlu memperbaiki mutu produk dan layanan

demi tercapainya kepuasan masyarakat. Salah satu cara memperbaiki mutu

tersebut adalah dengan memperbaiki sistem manajemen mutu yang telah

diterapkan dengan mengacu pada pelaksanaan ISO 9001 yang memuat

persyaratan mutu bagi suatu perusahaan atau organisasi.

ISO adalah singkatan dari International Organization for Standardization.

ISO 9001 merupakan Quality Management System, atau sistem penjaminan mutu,

yaitu mekanisme standar yang disusun, disepakati, dan diterapkan oleh suatu

organisasi dalam menjalankan roda perusahaan. Sistem ini secara gamblang akan

menunjukkan bagaimana perusahaan beroperasi, bagaimana perkerjaan mengalir

dari satu aktivitas ke aktivitas lain, penanganan pekerjaan mulai dari customer,

input ke dalam masing-masing proses, dan output yang dihasilkan dari setiap

proses. Parameter-parameter fisik dari hasil pekerjaan, yang menentukan apakah

hasil tersebut memenuhi prasayarat kualitas yang telah ditentukan dan disepakati.

ISO 9001:2008 fokus pada efektivitas proses continuous improvement,

dimana dalam setiap proses senantiasa melakukan perencanaan yang matang,

implementasi yang terukur dengan jelas, dilakukan evaluasi dan analisis data yang

akurat serta tindakan perbaikan yang sesuai dan monitoringg pelaksanaannya agar

benar-benar bisa menuntaskan masalah yang terjadi di organisasi. Continuous

Improvement merupakan sebuah filosofi dasar mengenai bagaimana mencapai

standar kualitas yang optimal melalui beberapa langkah perbaikan yang sistematis
5

dan dilaksanakan secara berkesinambungan. Apabila persyaratan sistem

manajemen mutu ini dilaksanakan dengan baik dan benar, maka akan

mempermudah dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan dan dapat

menjalankan proses yang lebih efektif dan efisien yang berdampak pada kepuasan

masyarakat akan pelayanan pemerintah.

Untuk mendekatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, maka di tiap

kecamatan dibangun instansi pemerintah sebagai unit penyelenggara pelayanan

kesehatan masyarakat, yakni Puskesmas. Puskesmas sebagai unit pelaksana teknis

Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan

pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja, sehingga menjadi ujung tombak

pelayanan kesehatan yang berfungsi memberikan pelayanan kesehatan mendasar

bagi masyarakat.

Puskesmas merupakan sarana pelayanan kesehatan yang paling dekat

dengan masyarakat. Agar pelayanan kesehatan yang diberikan dapat memberikan

kepuasan dan tercapainya derajat kesehatan yang maksimal, maka puskesmas

harus mampu menjamin kualitas layanannya. Untuk menjamin kualitas pelayanan

di puskesmas, diperlukan sumber daya manusia yang memadai serta sarana dan

prasarana yang mencukupi.

Puskesmas memiliki tiga fungsi yaitu: (1) sebagai pusat penggerak

pembangunan berwawasan kesehatan, (2) sebagai pusat pemberdayaan

masyarakat, dan (3) sebagai pusat pelayannan kesehatan strata pertama.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, No.

128/Menkes/SK/II/2004, disebutkan bahwa wujud dari pelaksanaan ketiga fungsi

puskesmas tersebut ialah program. Dan program tersebut di kelompokkan menjadi


6

dua macam yaitu upaya kesehatan wajib yang ditetapkan bedasarkan kebutuhan

sebagaian besar masyarakat serta mempunyai daya ungkit yang tinggi dalam

mengatasi permasalahan kesehatan nasional dan internasional yang berkaitan

dengan kesakitan, kecacatan, dan kematian. Serta upaya kesehatan pengembangan

yaitu upaya yang ditetapkan berdasarkan permasalahan yang ditemukan di

masyarakat serta disesuaikan dengan kemampuan puskesmas. Upaya kesehatan

yang di berikan puskesmas, sudah seharusnya sesuai dengan kebutuhan pelayanan

kesehatan masyarakat yang semakin meningkat, dan perlu mendapatkan perhatian

yang serius. Untuk itu maka diperlukan terobosan baru dalam meningkatkan

kualitas pelayanan kesehatan di puskesmas.

Untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan kepada masyarakat,

puskesmas perlu meningkatkan sistem manajemen mutu berstandar internasional

terkait SDM memanfaatkan peralatan medis dan sarana lainnya untuk mendukung

tercapainya sistem mutu tersebut. Peningkatan mutu pelayanan puskesmas ini,

dilaksanakan untuk meningkatkan pembangunan kesehatan warga, dalam

mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional seperti

meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat dalam rangka

mewujudkan derajat kesehatan lebih optimal.

Peningkatan kualitas pelayanan kepada masyarakat dapat dicapai melalui

penerapan Sistem Manajemen Mutu (SMM) ISO 9001:2008. Dalam ketentuan

standar SMM ISO 9001:2008, telah diatur hal-hal mengenai perbaikan sistem

manajemen yang akan mengarah kepada terwujudnya kepuasan pelanggan.

Salah satu puskesmas yang berada di Kota Malang dan telah menerapkan

SMM ISO 9001:2008 dalam pelaksaan pelayanan kesehatan kepada masyarakat


7

ialah Puskesma Dinoyo. Ruang lingkup pekerjaan pelaksanaan sertifikasi ISO

9001:2008 untuk Puskesmas Dinoyo meliputi proses pelayanan di dalam gedung

(UKP) maupun luar gedung (UKM) beserta proses-proses pendukungnya yang

berada di Puskesmas Dinoyo. Pekerjaan terdiri atas kegiatan konsultasi dan

sertifikasi ISO 9001:2008. Puskesmas yang telah berstandar ISO diharapkan

mampu memberikan jaminan pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat,

seperti standar pelayanan medis, operasional hingga pelayanan di "front office".

Puskesmas Dinoyo merupakan Unit Pelaksanan Teknis Dinas Kesehatan

Kota Malang. Sesuai dengan fungsinya, puskesmas merupakan unit pelayanan

kesehatan tingkat pertama di wilayah kerjanya, maka Puskesmas Dinoyo

bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan dan pelayanan

kesehatan dasar bagi masyarakat di wilayah kerjanya. Wilayah kerja Puskesmas

Dinoyo meliputi Kelurahan Dinoyo, Kelurahan Ketawanggede, Kelurahan

Merjosari, Kelurahan Sumbersari, Kelurahan Tlogomas dan Kelurahan Tunggul

Wulung.

Dengan wilayah kerja yang sangat luas, dan menurut data Plan of Action

tahun 2013 yaitu jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Dinoyo mencapai

88.487 jiwa, sehingga Puskesmas Dinoyo perlu tanggap akan hal tersebut. Dengan

jumlah penduduk yang banyak, sehingga akan banyak pula pasien yang berobat di

Puskesmas Dinoyo. Jumlah pegawai yang kurang menurut data Plan of Action

tahun 2013 dan indeks kepuasan pelanggan mengenai kecepatan pelayanan yang

berada di bawah nilai rata-rata, maka Puskesmas Dinoyo perlu mengkaji dan

memperbaiki hal tersebut dalam rangka meningkatkan kualiatas pelayanan

kesehatan kepada masyarakat.


8

Dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan kepada

masyarakat dan kinerja pemerintahan di lingkungan Pemerintah Kota Malang

khususnya dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, maka Pemerintah

Kota Malang melalui Dinas Kesehatan menetapkan program pelaksanaan

sertifikasi ISO 9001:2008 di lingkungan Puskesmas Dinoyo.

Dengan penerapan program Sistem Manajemen Mutu (SMM) ISO

9001:2008 di Puskesmas Dinoyo sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan

Kota Malang, maka peneliti berusaha untuk mengungkapkan dan menganalisis

mengenai pelaksanaan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 di Puskesmas

Dinoyo yang bertujuan untuk menjamin kualitas pelayanan kesehatan kepada

masyarakat.

Berdasarkan latar belakang di atas, yang berkaitan dengan pentingnya

meningkatkan sistem manajemen mutu berstandar internasional di puskesmas

untuk menjamin kualitas pelayanan kesehatan masyarakat, maka peneliti tertarik

untuk melakukan kajian penelitian dengan judul penelitian “Implementasi

Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 dalam Pelayanan Kesehatan

kepada Masyarakat” (Studi di Puskesmas Dinoyo Kota Malang).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas mengenai Implementasi Sistem

Manajemen Mutu ISO 9001:2008 dalam Pelayanan Kesehatan kepada Masyarakat,

maka peneliti mangangkat permasalahan yang diuraikan sebagai berikut:


9

1. Bagaimana Implementasi Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 dalam

Pelayanan Kesehatan kepada Masyarakat di Puskesmas Dinoyo Kota Malang?

2. Apa sajakah faktor pendukung dan penghambat Implementasi Sistem

Manajemen Mutu ISO 9001:2008 dalam Pelayanan Kesehatan kepada

Masyarakat di Puskesmas Dinoyo Kota Malang?

C. TujuanPenelitian

Berdasarakan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka dapat

dirumuskan suatu permasalahan, yaitu:

1. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan bagaimana Implementasi Sistem

Manajemen Mutu ISO 9001:2008 dalam Pelaksanaan Kesehatan kepada

Masyarakat di Puskesmas Dinoyo Kota Malang.

2. Untuk mengetahui apa sajakah faktor pendukung dan penghambat

Implementasi Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 dalam Pelayanan

Kesehatan kepada Masyarakat di Puskesmas Dinoyo Kota Malang.

D. Kontribusi Peneliti

1. Manfaat teoritis

a. Sebagai media pengembangan keilmuan khususnya dalam kajian ilmu

administrasi publik dengan menghubungkannya pada praktek dilapangan.

b. Dapat digunakan sebagai bahan pustaka dan masukan dalam melakukan

kegiatan penelitian serta studi lanjutan mengenai pelayanan kesehatan.


10

2. Manfaat praktis

a. Hasil penelitian ini dijadikan sumbangan pemikiran dan pertimbangan

Kepala Puskesmas Dinoyo dalam menjalankan tugas dan fungsinya

masing-masing yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan kepada

masyarakat.

b. Sebagai tolak ukur mengenai pelayanan kesehatan yang diberikan

khususnya kepada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Dinoyo Kota

Malang.

E. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan dimaksudkan agar sesuatu yang dibahas pada

masing-masing bab dalam skripsi ini dapat dengan mudah diketahui dan

dipahami secara jelas. Penulisan penelitian ini terbagi dalam satu kerangka

pikiran sebagai berikut:

Bab I: Pendahuluan

Menguraikan pokok-pokok permasalahan yang akan dibahas yaitu latar belakang,

perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistemtika

pembahasan.

Bab II: Kajian Pustaka

Menjabarkan tentang teori-teori yang relevan sebagai landasan penelitian yang

akan dilakukan yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan. Teori yang didapat

dari berbagai studi pusataka, literatur, dan sumber-sumber yang mendukung

penelitian.
11

Bab III: Metode Penelitian

Membahas metode yang digunakan untuk melaksanakan penelitian yaitu jenis

penelitian, fokus penelitian, lokasi dan situs penelitian, sumber data, teknik

pengumpulan data, serta analisis data yang digunakan sebagai pijakan peniliti

dalam melakukan penelitian dan laporan penelitian. Jenis penelitian yang

digunakan yaitu penelitian deskritif dengan menggunakan pendekatan kualitatif

dengan lokasi penelitian di Puskesmas Dioyo Malang.

Bab IV: Hasil dan Pembahasan

Menguraikan pembahasan dan penelitian yang dilakukan yang berisi tentang

gambaran umum lokasi penelitian serta analisis dari permasalahan yang menjadi

kajian dalam penelitian. Bab ini akan diuraikan bagaimana Implementasi Sistem

Manajemen Mutu ISO 9001:2008 dalam Pelayanan Kesehatan kepada

Masyarakat di Puskesmas Dinoyo Kota Malang.

Bab V: Penutup

Merupakan kesimpulan dan saran dari keseluruhan pembahasan analisis masalah

penelitian.
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Administrasi Publik

1. Pengertian Administrasi Publik

Istilah administrasi publik terdiri dari dua kata yaitu administrasi dan

publik. Sondang P. Siagian (dalam Syafri, 2012:9) mendefinisikan administrasi

sebagai keseluruhan proses kerja sama antara dua orang manusia atau lebih yang

didasarkan atas rasionalitas tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan

sebelumnya. Dwight Waldo (dalam Syafri, 2012:10) menjelaskan bahwa

seseorang mampu dapat memaksimalkan usaha-usaha untuk mencapai tujuan

dengan jalan menghubungkan dengan cermat antara usaha dan hasil. Ide pokok

pendapat Waldo tersebut adalah sebagai berikut:

a. Administrasi adalah kegiatan.

b. Kegiatan itu dilakukan dalam rangka kerja sama sekelompok orang.

c. Rangkaian kerja sama itu dilakukan secara efisien.

d. Rangkaian kerja sama yang efisien itu dilakukan untuk mencapai tujuan

yang dikehendaki.

Menurut ensiklopedi administrasi (dalam Syafri, 2012:15) publik adalah

sejumlah orang yang tidak mesti berada dalam satu tempat yang dipersatukan oleh

kegiatan yang sama, yang berbeda dengan kelompok lain. Dalam konteks

organisasi, publik dapat digolongkan menjadi:

12
13

 Publik internal, yakni publik dalam lingkugan suatu instansi/perusahaan,

misalnya dalam suatu perusahaan mulai dari pejaga malam sampai

dengan presiden direktur, adalah publik internal perusahaan tersebut

 Publik eksternal, yakni publik diluar organisasi, instansi/perusahaan,

yang mempunyai kepentingan dengan intansi/perusahaan tadi.

Woodrow Wilson (dalam Syafri, 2012:21) mengungkapkan bahwa

administrasi publik adalah urusan atau praktik urusan pemerintah karena tujuan

pemerintah ialah melaksanakan pekerjaan publik secara efisien dan sejauh

mungkin sesuai dengan selera dan keinginan masyarakat. Dengan administrasi

publik, pemerintah berusaha memenuhi kebutuhan masyarakat, yang tidak dapat

atau tidak akan dipenuhi oleh privat/swasta. Syafri (2012:26) merumuskan

Administrasi publik adalah proses kerjasama kelompok orang yang terdiri


dari aparatur negara, anggota legislatif, partai politik, lembaga swadaya
masyarakat, kelompok kepentingan, organisasi profesi, media massa, atau
masyarakat sipil lain dalam merumuskan, mengimplementasikan berbagai
kebijakan dan program intuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan
pencapaian tujuan Negara secara efisien dan berkeadilan sosial.
2. Peran Administrasi Publik

Pada suatu negara, administrasi publik memiliki peranan yang sangat vital

dalam membantu memberdayakan masyarakat dan menciptakan demikrasi.

Menurut Grey, peran administrasi publik adalah:

1. Administrasi publik berperan menjamin pemerataan distribusi


pedapatan nasional kepada kelompok masyarakat miskin secara
berkeadilan.
2. Administrasi publik melindungi hak-hak masyarakat atas kepemilikan
kekayaan serta menjamin kebebasan kepada masyarakat untuk
melaksanakan tanggungjawab atas diri mereka sendiri dalam bidang
kesehatan, pendidikan, pelayanan bagi kelompok masyarakat lanjut
usia.
3. Administrasi publik berperan melestarikan nilai-nilai tradisi
masyarakat yang sangat bervariasi dari generasi kegenerasi berikutnya.
14

Menurut Keban (2004:15) menerangkan bahwa administrasi publik dapat

diamati pada dinamika peraturan dan perubahan jenis departemen, penempatan

mentri dan semua jajaran dalam jabatannya, peraturan persyaratan jabatan

mekanisme pengangkatan/pemberhentian gubernur/walikota/bupati/camat/kepala

dinas dan kepala kantor pada tingkat lokal. Sedangkan menurut Thoha (2005:53)

orientasi administrasi publik diaragkan kepada kepentingan dan kekuasaan kepada

rakyat. Peran administrasi publik pada dasarnya adalah untuk meciptakan tujuan

secara efektif dan efisien. Oleh karena itu setiap kegiatan pada administrasi publik

diupayakan tercapainya tujuan sesuai dengan yang direncanakan dan mengandung

rasio terbaik antara input dan output.

3. Paradigma Administrasi Publik

Golembiewski (dalam Syafri, 2012:161) menyatakan bahwa standard

suatu disiplin ilmu adalah fokus dan lokus. Fokus mempersoalkan metode dasar

atau cara-cara ilmiah yang digunakan untuk memecahakan sesuatu persoalan,

sedangkan lokus mencakup bidang dimana metode tersebut digunakan atau

diterapkan. Berdasarkan kedua kategori tesebut, Henry (dalam Syafri, 2012:162)

mengklasifikasikan lima paradigmaa administrasi publik:

1. Paradigmaa I Dikotomi Politik dan Administrasi (1900-1926), Goodnow

mengungkapkan bahwa politik harus memusatkan perhatiannya pada

kebijakan atau ekspresi dari kehendak rakyat, sedang administrasi

memberi perhatiannya pada pelaksanaan atau implementasi dari

kebijakan atau kehendak tersebut. Pemisahan antara politik dan

administrasi dimanifestasikan oleh pemisahan antara badan legislatif


15

yang bertugas mengekspresi kehendak rakyat, dengan badan eksekutif

yang bertugas mengimplementasikan kehendak rakyat

2. Paradigmaa II Prinsip-prinsip administrasi (1927-1937), Paradigmaa ini

diusung oleh Willoughby yang menyatakan bahwa prinsip administrasi

adalah prinsip administrasi, dalam artian bukan prinsip ilmu lain

(Nawawi 105:2009). Paradigmaa ini lebih menekankan fokusnya pada

prinsip-prinsip administrasi yaitu POSDCORB (Planning, Organizing,

Staffing, Directing, Coordinating, Reporting and Budgeting) dari pada

lokusnya yang dianggap bisa berlaku universal

3. Paradigmaa III Administrasi negara sebagai ilmu politik (1950-1970),

Paradigmaa ini merupakan kritikan dari paradigmaa sebelumnya yang

menolak prinsip administrasi yang universal. Asumsi utama yang

dibangun adalah administrasi negara bukanlah sesuatu yang bebas nilai

yang dapat berlaku dimana saja. Namun administrasi negara tentu

dipengaruhi oleh nilai-nilai tertentu. Pada titik ini terjadi persinggungan

antara nilai administrasi negara di satu sisi dan nilai politik disisi lain.

Akhirnya John Gaus dalam Keban (33:2008) secara tegas mengatakan

bahwa teori administrasi publik sebenarnya juga teori politik

4. Paradigmaa IV Administrasi Negara Sebagai Administrasi (1956-1970)

Istilah Administrative Science digunakan dalam paradigmaa IV ini untuk

menunjukkan isi dan fokus pembicaraan, sebagai suatu paradigma pada

fase ini Ilmu Administrasi hanya menekankan pada fokus tetapi tidak

pada lokusnya. Ia menawarkan teknik-teknik yang memerlukan keahlian

dan spesialisasi, pengembangan paradigmaa ke-4 ini bukannya tanpa


16

hambatan, banyak persoalan yang harus dijawab seperti misal adalah

apakah jika fokus tunggal telah dipilih oleh administrasi negara yakni

ilmu administrasi, apakah ia berhak bicara tentang publik (negara) dalam

administrasi tersebut dan banyak persoalan lainnya.

5. Paradigmaa V Administrasi negara sebagai administrasi negara (1970-

sekarang), merupakan paradigma terakhir yang menyatakan administrasi

publik sebagai administrasi publik. Paradigma ini diakui telah memiliki

fokus dan lokus yang tegas dan jelas. Fokus administrasi publik dalam

paradigma ini adalah teori organisasi, teori manajemen, dan kebijakan

publik. Sementara itu, lokusnya adalah masalah-masalah dan

kepentingan-kepentingan publik.

4. Paradigma New Public Service dalam Kualitas Pelayanan Publik

New Public Service lahir sebagai anti thesa dan berusaha mengkritik New

Public Management, yang dianggap gagal di banyak negara. Paradigma Old

Public Administration dan New Public Management kurang relevan dalam

menempatkan persoalanpersoalan publik karena memiliki landasan filosofis dan

ideologis yang kurang sesuai (inappropriate) dengan administrasi Negara,

sehingga perlu paradigma baru yang kemudian disebut sebagai New Public

Service. Menurut Denhardt dan Denhardt mengapa paradigma lama seperti New

Public Management bisa gagal dalam mengatasi masalah publik karena dalam

pandangan New Public Management, organisasi pemerintah diibaratkan sebagai

sebuah kapal. Menurut Osborne dan Gaebler, peran pemerintah di atas kapal

tersebut hanya sebagai nahkoda yang mengarahkan (steer) lajunya kapal bukan

mengayuh (row) kapal tersebut. Urusan kayuh-mengayuh diserahkan kepada


17

organisasi di luar pemerintah, yaitu organisasi privat dan organisasi masyarakat

sipil sehingga mereduksi fungsi domestikasi pemerintah. Tugas pemerintah yang

hanya sebagai pengarah memberikan pemerintah energi ekstra untuk mengurus

persoalan-persoalan domestik dan internasional yang lebih strategis. Untuk

meningkatkan suatu pelayanan publik yang demokratis,maka pilihan terhadap

“the New Public Service (NPS)” dapat menjanjikan suatu perubahan realitas dan

kondisi birokrasi pemerintahan.

Tabel 2.1 Pergeseran Paradigma Model Pelayanan Publik


Old Public New Public New Public
Aspek
Administration Management Service
Dasar teoritis & Teori publik, Teori ekonomi, Teori demokrasi,
epistimologi sosial politik lebih maju dialog berbagi
pembentukan dianggap setengah berdasarkan ilmu pendekatan kepada
ilmu sosial sosial positif pengetahuan
dilakukan secara
positif, interpertatif
dan kritis
Rasionalitas dan Manusia Rasionalitas Rasionalitas
model administrasi teknisdan formal, berbagai
keterkaitan dari ekonomi tes rasional
perilaku manusia “manusia berganda (politik,
ekonomi”, atau ekonomi dan
pengambilan keorganisasian)
keputusan sendiri
Konsep Kepentingan Kepentingan Kepentingan
kepentingan publik adalah publik mewakili publik adalah hasil
publik suatu yang agresasi dari dari dialog tentang
didefinisikan kepentingan berbagai nilai
secara politis dan individu
yang tercantum
dalam aturan
Kepada siapa Klien dan pemilik Pelanggan Warga negara
birokrasi publik
harus
bertanggung
jawab?
Peran pemerintah Pengayuh Mengarahkan Menegosiasikan
dan mengolaborasi
berbagai
kepentingan warga
negara da
kelompok
komunitas
18

Mekanisme Program ditangani Pemcipta Pencipta nilai


pencapaian institusi mekanisme bersama, kerja
tujuan kebijakan pemerintah yang barudengan sama institusi
telah ada organisasi privat pemerintah, privat
dan nonprofit dan nonprofit
organisasi
Akuntabilitas Menurut hierarki Kehendak pasar Multiaspek,
administratif yang merupakan akuntabel kepada
hasil keinginan hukum, nilai
pelanggan komunitas, standar
profesional,
kepentingan warga
negara
Diskresi Diskresi terbatas Ada kelleluasaan Penuh keleluasaan
administrasi menuju tetapi dengan
kewirausahaan akuntabilitas
Struktur Organisasi Desentralisasi Kolaborasi struktur
organisasi birokrasi bersifat namun tetap dengan
top-down dengan terkontrol kepemimpinan
kontrol atura yang internal dan
ketat eksternal
Motivasi pegawai Gaji pegawai Spirit wirausaha, Jeinginan publik,
dilindungi spirit pengurangan keinginan
pegawai melayani
masyarakat
Sumber: Denhardt dan Denhardt (dalam Syafri, 2012:189-190)

Denhardt dan R.B. Denhardt (dalam Syafri, 2012:188-189), menyarankan

meninggalkan prinsip paradigma Old Public Administration dan paradigma New

Public Management, beralih ke prinsip paradigma New Public Service dalam

administrasi publik, yaitu para birokrat/administrator harus :

1. Melayani dari pada mengendalikan (service rather than steer);

2. Mengutamakan kepentingan publik (seek the public interest);

3. Lebih menghargai warga Negara dari pada kewirausahaan (value

citizenship over entrepreneurship);

4. Berpikir strategis, dan bertindak demokratis (think strategically, act

democratically);

5. Melayani warga masyarakat, bukan pelanggan (serve citizen not

customer);
19

6. Menyadari akuntabilitas bukan merupakan hal mudah (recognize that

accountability is not simple);

7. Menghargai orang, bukan hanya produktivitas (value people, not just

productivity).

B. Tinjauan Umum Pelayanan Kesehatan Masyarakat

1. Kesehatan Masyarakat

Menurut Mubarak dan Chayatin (2009:17), sehat adalah suatu kondisi

terbebasnya tubuh dari gangguan pemenuhan kebutuhan dasar klien atau

komunitas. Sehat merupakan keseimbangan yang dinamis sebagai dampak dari

keberhasilan mengatasi stressor. Sehat juga diartikan sebagai keadaan dimana

seseorang ketika diperiksa oleh ahlinya tidak mempunyai keluhan ataupun tidak

terdapat tanda-tanda penyakit atau kelainan.

Mubarak dan Chayatin (2009:17) juga berpendapat kesehatan adalah suatu

keadaan sejahtera sempurna yang lengkap meliputi: kesejahteraan fisik, mental,

dan sosial bukan semata-mata bebas dari penyakit dan/atau kelemahan. Selain itu,

seseorang dengan kesehatan yang baik adalah apabila seseorang mampu produktif.

Menurut Linton (dalam Entjang 1993:14), masyarakat adalah setiap

kelompok manusia yang telah cukup lama hidup dan bekerja sama, sehingga

mereka itu dapat mengorganisasikan dirinya dan berfikir tentang dirinya sebagai

satu kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu.

Untuk mempelajari keadaan masyarakat kita harus pula mempelajari

tentang kehidupan manusia seperti sosial, psikologi, anthropologi, ethologi,

ekologi, ekonomi dan sebagainya.


20

Seorang ahli kesehatan masyarakat Prof. Winslow (dalam Mubarak,

2012:11), telah membuat batasan yang sampai saat ini masih relevan, yakni

kesehatan masyarakat adalah ilmu dan seni mencegah penyakit, memperpanjang

hidup, meningkatkan kesehatan fisik dan mental, serta meningkatkan efisiensi

hidup melalui upaya atau usaha-usaha pengorganisasian masyarakat.

Usaha kesehatan masyarakat, baik dalam bidang preventif, kuratif,

maupun rehabilitasi bertujuan agar setiap warga masyarakat dapat mencapai

derajad kesehatan yang setinggi-tingginya baik jasmani, rohani maupun sosial

serta diharapkan berumur panajang (Entjang, 1993:14).

2. Pengertian Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan ialah setiap upaya yang diselenggarakan secara

sendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan

meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta

memulihkan kesehatan perseorangan, keluarga, kelompok, dan/ataupun

masyarakat (Saifuddin, 2000:17).

Pelayanan kesehatan bertujuan untuk tercapainya derajad kesehatan

masyarakat yang memuaskan harapan dan derajad kebutuhan masyarakat melalui

pelayanan yang efektif kepada pemberi pelayanan yang juga akan memberi

kepuasan dalam harapan dan kebutuhan pemberi layanan dalam institusi

pelayanan yang diselenggarakan secara efisien (Satrianegara, 2009:139).

Syarat pelayanan kesehatan yang baik setidak-tidaknya dapat dibedakan

atas 13 macam, yakni tersedia, menyeluruh, terpadu, berkesinambungan,

adil/merata, mandiri, wajar, dapat diterima, dapat dicapai, dapat dijangkau, efektif,

efisien, serta bermutu (Saifuddin, 2000:17).


21

3. Jenis Pelayanan Kesehatan

Secara umum pelayanan kesehatan dapat dibedakan atas dua. Bentuk dan

jenis pelayanan kesehatan tersebut, menurut pendapat Hodgetts dan Cascio (dalam

Azwar, 1996:36) adalah:

 Pelayanan kedokteran.

Pelayanan kesehatan yang termasuk dalam kelompok pelayanan

kedokteran (medical services) ditandai dengan cara pengorganisasian

yang dapat bersifat sendiri (solo practice) atau secara bersama-sama

dalam satu organisasi (institution), tujuan utamanya untuk

menyembuhkan penyakit dan memulihakan kesehatan, serta sasaran

utamanya untuk perseorangan dan keluargan.

 Pelayanan kesehatan manyarakat.

Pelayanan kesehatan yang termasuk dalam pelayanan kesehatan

masyarakat (public health services) ditandai dengan cara

pengorganisasian yang umumnya secara bersama-sama dalam satu

organisasi, tujuan utamanya untuk memelihara dan meningkatkan

kesehatan serta mencagah penyakit, serta sasaran utama untuk

kelompok dan masyarakat.

Perbedaan lebih lanjut dari kedua bentuk pelayanan kesehatan ini, dapat

dilihat dari rincian Leavel dan Clark (dalam Azwar, 1996:37) yang secara

sederhana dapat dilihat pada tabel berikut:


22

Tabel 2.2 Perbedaan Pelayanan Kedokteran dengan Pelayanan Kesehatan


Masyarakat
Pelayanan Kesehatan Masyarakat Pelayanan Kedokteran
Tenaga pelaksananya terutama ahli Tenaga pelaksananya terutama para
kesehatan masyarakat dokter
Perhatian utamanya pada pencegahan Perhatian utamanya pada
penyakit penyembuhan penyakit
Sasaran utamanya adalah mansyarakat Sasaran utamanya adalah
secara keseluruhan perseorangan dan keluarga
Selalu berupaya mencari cara yang Kurang memahami efisiensi
efisien
Dapat menarik perhatian masyarakat, Tidak menarik perhatian masyarakat,
misalnya dengan penyuluhan karena bertentangan dengan etika
kesehatan kedokteran

Menjalakan fungsi dengan Menjalankan fungsi perseorangan dan


mengorganisir masyarakat dan terikat dengan undang-undang
mendapat dukungan undang-undang
Penghasilan berupa gaji dari Penghasilan diperoleh dari imbalan
pemerintah jasa
Bertanggung jawab kepada seluruh Bertaggung jawab hanya kepada
masyarakat penderita
Dapat memonopoli upaya kesehatan Tidak dapat memonopoli upaya
kesehatan dan bahkan mendapat
saingan
Menghadapi berbagai persoalan Masalah administrasi sangat sederhana
kepemimpinan
Sumber: Azwar (1996:37)

4. Syarat Pokok Pelayanan Kesehatan

Meskipun pelayanan kesehatan kedokteran dan pelayana kesehatan

masyarakat itu berbeda, namun untuk dapat disebut sebagai pelayanan kesehatan

yang baik, keduanya harus memiliki persyaratan pokok. Persyaratan pokok yang

dimaksud adalah:
23

 Tersedia dan berkesinambungan.

Artinya semua jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh

masyarakat tidak sulit ditemukan, serta keberadaannya dalam

masyarakat adalah pada setiap saat yang dibutuhkan.

 Dapat diterima dan wajar.

Pelayanan kesehatan tersebut tidak bertentangan dengan keyakinan dan

kepercayaan masyarakat. Pelayanan kesehatan yang bertentangan

dengan adat istiadat, kebudayaan, keyakinan dan kepercayaan

masyarakat, serta bersifat tidak wajar, bukanlah pelayanan kesehatan

yang baik.

 Mudah dicapai.

Pengertian ketercapaian yang dimaksud di sini terutama di sudut lokasi.

Dengan demikian untuk dapat mewujudkan pelayanan kesehatan yang

baik, maka pengaturan distribusi sasaran kesehatan jadi sangat penting.

Pelayanan kesehatan yang terlalu terkonsentrasi di daerah perkotaan

saja, dan sementara itu tidak ditemukan di daerah pedesaan, bukanlah

pelayanan kesehatan yang baik.

 Mudah dijangkau.

Untuk dapat mewujudkan keadaan yang seperti ini harus dapat

diupayakan biaya pelayanan kesehatan tersebut sesuai dengan

kemampuan ekonomi masyarakat. Pelayanan kesehatan yang mahal

dan karena itu hanya mungkin dinikmati oleh sebagian kecil

masyarakat saja, bukanlah pelayanan kesehatan yang baik.


24

 Bermutu.

Pengertian mutu yang dimaksud di sini adalah yang menunjuk pada

tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan,

yang di satu pihak dapat memuaskan para pemakai jasa pelayanan, dan

dipihak lain tata cara penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik

serta standar yang telah ditetapkan (Azwar, 1996:38-39).

5. Mutu Pelayanan Kesehatan

Mutu pelayanan hanya dapat diketahui apabila sebelumnya telah dilakukan

penilaian, baik terhadap tingkat kemampuan, sifat, wujud, serta cirri-ciri

pelayanan kesehatan, dan ataupun terhadap kepatuhan terhadap standar pelayanan

(Azwar, 1996:48). Dalam melaksanakan penilaian ini tidaklah mudah, hal ini

dikarenakan sifat dari mutu pelayanan adalah multi-demensional. Setiap orang

memiliki latar belakang dan kepentingan yang berbeda-beda, sehingga penilaian

tersebut dapat dilakukan dari demensi yang berbeda-beda pula. Penelitian yang

dilakukan oleh Roberts dan Prevost (dalam Azwar 1996:48) telah berhasil

membuktikan adanya perbedaan demensi tersebut, disebutkan bahwa:

1. Bagi pemakai jasa pelayanan kesehatan


Mutu pelayanan kesehatan lebih terkait pada demensi ketanggapan
petugas memenuhi kebutuhan pasien, kelancaran komunikasi
petugas dengan pasien, keprihatinan serta keramah-tamahan
petugas dalam melayani pasien, dan atau kesembuhan penyakit
yang sedang diderita oleh pasien.
2. Bagi penyelenggara pelayanan kesehatan
Mutu pelayanan kesehatan lebih terkait pada demensi kesesuaian
pelayanan yang diselenggarakan dengan perkembangan ilmu dan
teknologi mutakhir dan atau otonomi profesi dalam
penyelenggaraan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan
pasien.
25

3. Bagi penyandang dana pelayanan kesehatan


Mutu pelayanan kesehatan lebih terkait pada demensi efisiensi
pemakaian sumber dana, kewajaran pembiayaan kesehatan, dan
atau kemampuan pelayanan kesehatan mengurangi kerugian
penyandang dana pelayanan kesehatan.

Untuk penerapan mutu pelayanan tidaklah semudah yang dipikirkan. Hal

ini karena kepuasan tiap kosumen bersifat subyektif. Tergantung dari latar

belakang yang dimiliki oleh setiap orang sehingga tingkat kepuasaan dapat

berbeda untuk pelayanan kesehatan yang sama. Disamping masih terdapat

pelayanan kesehatan yang dianggap oleh pasien itu memuaskan, namun jika

ditinjau dari kode etik serta standar pelayanan profesi tidaklah terpenuhi.

Untuk mengatasi masalah ini, pembahasan tentang kepuasan pasien yang

terkait dengan mutu pelayanan kesehatan terdapat dua pembatas (Azwar, 1996:50),

yaitu:

1. Pembatasan pada derajad kepuasan pasien

Mutu suatu pelayanan kesehatan dinilai baik, apabila pelayanan kesehatan

tersebut dapat menimbulkan rasa puas pada diri pasien yang sesuai dengan

tingkat kepuasan rata-rata penduduk.

2. Pembatasan pada upaya yang dilakukan

Mutu suatu pelayanan kesehatan dinilai baik apabila tata cara

penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik serta standar pelayanan

profesi yang telah ditetapkan.

Bertitik tolak dari dua batasan tersebut, Azwar (1996:51) menyebutkan:

Mutu pelayanan kesehatan adalah yang menunjuk pada tingkat


kesempurnaan pelayanan kesehatan, yang disatu pihak dapat menimbulkan
kepuasan pada setiap pasien sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata
penduduk, serta dipihak lain tata cara penyelenggaraannya sesuai dengan
kode etik dan standar pelayanan profesi yang telah ditetapkan.
26

C. Sistem Manajemen Mutu

1. Pengertian Sistem

Secara sederhana, sebuah sistem dapat diartikan sebagai suatu kumpulan

atau himpunan dari unsur, komponen, atau variabel yang terorganisir, saling

berinteraksi, saling tergantung satu sama lain, dan terpadu (Sutabri, 2005:2).

Gordon B. Davis menyatakan, sistem bisa berupa abstrak atau fisis. Sistem

yang abstrak adalah susunan yang teratur dari gagasan atau konsepsi yang saling

bergantung. Sedangkan sistem yang bersifat fisis adalah serangkaian unsur yang

bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan. Norman L. Engar menyatakan suatu

sistem dapat terjadi atas kegiatan yang berhubungan guna mencapai tujuan

perusahaan (Sutabri, 2005:9).

Dalam sebuah sistem terdapat tiga bagian utama yaitu input, process dan

output. Ketiga hal tersebut sangat dipengaruhi oleh lingkungan dimana suatu

sistem itu berada. Lingkungan berada pada luar sistem tetapi mereka membawa

pengaruh terhadap hasil bekerja sistem yang bersangkutan dan dengan sendirinya

pula atas pencapaian tujuan sistem tersebut. Elemen lingkungan dapat berupa

sosial, political, fisikal, ekonomis, budaya dan sebagainya (Winardi, 1996:6).

Lingkungan luar sistem dapat bersifat menguntungkan dan dapat juga merugikan.

Lingkungan luar yang menguntungkan merupakan energi bagi sistem tersebut.

Sedangkan lingkungan yang merugikan harus dikendalikan. Kalau tidak, maka

akan mengganggu kelangsungan hidup sistem tersebut (Sutabri, 2005:11-12).

Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut:


27

Gambar 2.1 Sirkulasi Hidup Sistem


Sumber: Winardi (1996:5)

 Input mencakup elemen-elemen yang dimasukan ke dalam suatu sistem

disebut masukan sistem yang dapat berupa pemeliharaan atau sinyal.

 Menjadikan semua elemen yang diperlukan untuk mengalihkan input menjadi

output termasuk dalam process.

 Output merupakan hasil dari pengolahan dan klasifikasi menjadi keluaran

yang berguna berupa produk-produk.

 Arus informasi kepada pihak pengambil keputusan yang berkaitan dengan

output sistem yang bersangkutan disebut feedback.


28

2. Pengertian Manajemen

Manajemen sering diartikan sebagai seni untuk melaksanakan suatu

pekerjaan melalui orang lain. Definisi oleh Mary Parker Follet ini mengundang

perhatian bahwa pada kenyataan para manajer mencapai tujuan organisasi dengan

cara mengatur orang-orang lain untuk melaksanakan apa saja yang perlu

dikerjaakan, bukan dengan cara melaksanakan pekerjaan itu olenya sendiri

(Stoner, 1986: 8).

Menurut Winardi (1996:55) manajemen adalah perencanaan suatu

integrasi upaya, pemanfaatan sumber-sumber daya secara tepat, motivasi manusia

dan pelaksanaan kepemimpinan guna membina suatu organisasi ke arah tujuan

dan sasarannya dengan cara yang efisien.

Sedangkan menurut Oey Liang Lee (dalam Manullang 2005:5)

memberikan definisi bahwa menejemen adalah seni dan ilmu perencanaan,

pengorganisasian, penyusunan, pengarahan, dan pengawasan sumber daya untuk

mencapai tujuan.

3. Pengertian Mutu

Mutu suatu produk merupakan salah satu faktor penting dalam

meningkatkan daya saing produk, selain biaya produksi dan ketepatan waktu

produksi. Mutu menurut Garvin (dalam Nasution 2001:16) adalah suatu kondisi

dimensi yang berhubungan dengan produk, manusia/tenaga kerja, serta

lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan konsumen. Selera atau harapan

konsumen terhadap suatu produk selalu berubah sehingga mutu produk juga harus

berubah atau disesuaikan. Dengan perubahan mutu tersebut, diperlukan perubahan

atau peningkatan terhadap tenaga kerja, perubahan proses produksi dan tugas,
29

serta perubahan lingkungan perusahaan agar produksi dapat memenuhi atau

melebihi harapan konsumen.

Di samping itu, Philip B. Crosby berpendapat bahwa mutu berarti

kesesuaian terhadap persyaratan dengan menggunakan pendekata proses top-down.

Edwards Deming berpendapat bahwa mutu berarti pemecahan masalah untuk

mencapai penyempurnaan terus-menerus dengan menggunakan pendekatan

bottom-up (Suardi, 2004:2-3).

Lebih kritis lagi Hadiwiardjo dan Wibisono (2000:17) mengemukakan

bahwa mutu, merupakan perpaduan antara sifat-sifat dan karakteristik yang

menentukan sampai seberapa jauh keluaran dapat memenuhi kebutuhan pembeli.

Pembeli yang menentukan sifat-sifat dan karakteristik apa yang penting. Pembeli

yang menilai sampai seberapa jauh sifat-sifat dan karakteristik keluaran

memenuhi kebutuhannya.

4. Pengertian Sistem Manajemen Mutu

Sistem manajemen mutu merupakan bentuk perkembangan metoda

jaminan mutu mutakhir yang terus berkembang. Sistem manajemen mutu

memadukan semua unsur yang diperlukan oleh organisasi untuk meningkatkan

kepuasan konsumen secara kontinyu melalui produk jasa dan proses yang lebih

baik (Muhandri, 2006:57).

Sistem manajemen mutu merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan

usaha yang mencoba untuk memaksimumkan daya saing organisasi. Untuk

mengetahui lebih lanjut mengenai sistem manajemen mutu, perlu diketahui

terlebih dulu arti dari sistem mutu dan manajemen mutu. Menurut Hadiwiardjo

dan Wibisono (2000:18) sistem mutu adalah perencanaan, kegiatan, sumber daya,
30

dan kejadian yang didorong oleh manajemen, berlaku di seluruh perusahaan dan

proses. Sistem mutu dilaksanakan dan dikelolah dengan tujuan untuk menjamin

bahwa keluaran proses akan memenuhi persyaratan mutu pembeli,dan secara logis

menjamin bahwa tujuan-tujuan laju pengembalian investasi dipenuhi.

Istilah manajemen mutu baru digunakan pada era tahun 1980-an.

Manajemen mutu mempelajari setiap area dari manajemen operasi dari

perencanaan lini produk dan fasilitas, sampai penjadwalan dan memonitor hasil.

Manajemen mutu merupakan bagian dari semua fungsi usaha yang lain

(pemasaram, sember daya manusia, keuangan, dan lain-lain) (Tunggal, 1998:1).

Menurut Feigenbaum (dalam Muhandri, 2006:14), manajemen mutu merupakan

pemanduan upaya-upaya pengembangan pemeliharaan dan perbaikan mutu dari

berbagai kelompok dalam perusahaan, sehingga produk dan jasa mencapai

tingakat yang ekonomis dan memuaskan pelanggan.

Tjiptono dan Diana (1995:4) memberi batasan pada sistem manajemen

mutu sebagai suatu pendekatan dalam menjalakan usahan yang mencoba untuk

memaksimalkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus-menerus atas

produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungannya.

5. Prinsip-prinsip Sistem Manajemen Mutu

Menurut Hensler dan Brunell (dalam Nasution 2001:33) ada empat prinsip

utama dalam sistem manajemen mutu

 Kepuasan pelanggan

Segala kegiatan perusahaan harus dikoordinasi untuk memuaskan para

pelanggan. Mutu yang dihasilkan oleh suatu perusahaan sama dengan nilai
31

yang diberikan dalam rangka meningkatkan kualitas hidup para pelanggan.

Semakin tinggi nilai yang diberikan, maka besar pula kualitas pelangga.

 Respek terhadap setiap orang

Dalam perusahaan yang berkualitas, setiap karyawan dipandang sebagai

individu yang memiliki talenta dan kreativitas yang khas. Dengan

demikian, karyawan merupakan sumber daya organisasi yang paling

bernilai. Oleh karena itu, setiap orang dalam organisasi diperlakukan

dengan baik dan diberikan kesempatan untuk terlibat dalam tim pengambil

keputusan.

 Menejemen berdasarkan fakta

Setiap keputusan selalu didasarkan pada data, bukan sekedar perasaan.

Ada dua konsep pokok dalam yang berkaitan dengan hal ini. Pertama,

prioritas yakni suatu konsep bahwa perbaikan tidak dapat dilakukan pada

semua aspek pada saat yang besamaan, mengingat keterbatasan sumber

daya yang ada. Kedua, variasi dan variabilitas kinerja manusia. Data

statistik dapat memberikan gambaran mengenai variabilitas. Data statistik

dapat memberikan gambaran mengenai variabilitas yang wajar dari setiap

sistem organisasi. Dengan demikian, manajemen dapat memprediksi hasil

dan setiap keputusan dan tindakan yang dilakukan.

 Perbaikan berkesinambungan

Agar dapat sukses, setiap perusahaan perlu melakukan melakukan proses

sistematis dalam melaksanakan perbaikan secara berkesinambungan.


32

D. Sistem Mutu ISO 9001

1. Pengertian ISO

Kata ISO diambil dari bahasa Yunani isos, yang artinya setara. Kata iso

bukan diambil dari singkatan nama sebuah organisasi walau banyak orang awam

mengira iso berasal dari International Standard of Organization, sama sekali

bukan. Isos ini juga yang menjadi cikal bakal kata iso pada isometric (kesamaan

ukuran), isonomi (kesamaan manusia di depan hukum). Pengambilan istilah isos

ini didasarkan pada konsep setara menjadi seragam lalu menjadi standar.

Dalam bidang manajemen mutu, diperlukan suatu standar mutu (set of

quality management standards) yang disepakati oleh banyak negara dan diakui

secara internasional. Organisasi pengelola standard international ini adalah

International Organization for Standardization yang bermarkas di Geneva –

Swiss, didirikan pada 23 February 1947, kini beranggotakan lebih dari 170 negara

yang mana setiap negara diwakili oleh badan standardisasi nasional.

Meski ISO adalah organisasi non-pemerintah, kemampuannya untuk

menetapkan standar yang sering menjadi hukum melalui persetujuan atau standar

nasional membuatnya lebih berpengaruh dari pada kebanyakan organisasi non-

pemerintah lainnya, dan dalam prakteknya ISO menjadi konsorsium dengan

hubungan yang kuat dengan pihak-pihak pemerintah. Peserta ISO termasuk satu

badan standar nasional dari setiap negara dan perusahaan-perusahaan besar.

ISO mempunyai beberapa seri yang disesuaikan dengan bidang yang

dikelola oleh suatu organisasi, dari beberapa seri ISO tersebut terdapat sebuah seri

yang berkaitan dengan mutu. Seri ISO yang berkaitan dengan mutu tersebut

adalah seri ISO 9000. Standar ISO 9000 ini bukanlah standar spesifikasi produk,
33

namun standar sistem manajemen. ISO 9000 berisi tentang bagaimana suatu

organisasi jasa yang bermutu, yang diberikan kepada konsumen dengan mutu

yang konsisten.

Standar ini mengakui bahwa proses mutu terpadu melibatkan semua

bagian dan fungsi dari organisasi. Setiap orang memiliki peranan dalam menjamin

mutu. Sebagai konsekuensinya, standar ini menekankan pendekatan

pendokumentasian yang konsisten dalam: (1) menentukan secara jelas kebijakan

dan komitmen manajemen tentang mutu; (2) mengidentifikasi peran, tanggung

jawab, dan kewenangan; (3) menyediakan satu set instruksi lengkap kepada semua

orang yang mempengaruhi mutu; (4) mengembangkan prosedur dan instruksi

yang tepat di semua bidang kegiatan operasional untuk menjamin kekonsistenan

dan kesamaan (Hadiwiarjdo, 2000:29).

ISO 9000 merupakan suatu rangkaian dari lima standar mutu internasional

yang di kembangkan oleh International Organization for Standardization sebagai

berikut:

 ISO 9000 : Standar manajemen dan jaminan mutu pemandu untuk

memilih dan penggunaan standar.

 ISO 9001 : Sistem mutu – Model untuk jaminan mutu dalam

perancangan/pengembangan, produksi, instalasi dan

pelayanan jasa.

 ISO 9002 : Sistem mutu – Model untuk jaminan mutu dalam

produksi dan instalasi.

 ISO 9003 : Sistem mutu – Model untuk jaminan mutu dalam

inspeksi akhir dan pengujian.


34

 ISO 9004 : Elemen-elemen manajemen mutu dan sistem mutu

pemandu/pedoman.

Pada seri ini, ISO 9000 dan ISO 9004 bukan merupakan standar, namun

hanya bersifat petunjuk yang memberiakan pedoman untuk penggunaan standar

lainnya dalam paket tersebut. ISO 9001, 9002, dan 9003 adalah untuk

memberikan jaminan mutu kepada pihak eksternal, khususnya untuk kontrak-

kontrak transaksi. ISO 9001 menjamin ketaatan terhadap mutu terhadap

perancangan dan pengembangan, produksi, instalasi dan pelayanan jasa (Tunggal,

1998:107).

Menurut International Organization for Standardization, ISO 9001:2008

menetapkan kriteria untuk sistem manajemen mutu dan standar-satunya dalam

perusahaan yang dapat disertifikasi (meskipun hal ini bukan keharusan). Hal ini

dapat digunakan oleh setiap organisasi, besar atau kecil, terlepas dari

bidangnya. Bahkan ISO 9001:2008 dilaksanakan oleh lebih dari satu juta

perusahaan (http://www.iso.org). Adapun tulisan 2008 pada ISO 9001:2008

menunjukkan tahun revisi tahun 2008, maka ISO 9001:2008 adalah sistem

manajemen mutu ISO 9001 hasil revisi tahun 2008.

2. Alasan penggunaan ISO 9001

Dalam era persaingan yang semakin bebas dan kompetitif ini, jaminan

mutu menjadi faktor yang semakin penting bagi suatu industri. Para konsumen

semakin selektif, sementara ukuran mutu terus berkembang bahkan seolah-olah

semakin sulit dipenuhi. Hal ini disebabkan antara lain semakin banyaknya temuan

ilmu dan teknologi baru sebagai manifestasi tuntutan kemajuan peradaban

manusia.
35

Industri yang menggunakan tenaga ahli sebagai modul utama, di samping

aspek manajerial dan teknologi, tentu harus terus mengikuti perkembangan yang

berhubungan dengan jaminan mutu, baik mutu pelayanan maupun profesionalisme,

karena produk dan jasa yang bermutu hanya dihasilkan oleh orang yang bermutu.

Untuk meningkatkan mutu dan mampu bersaing di pasar global, saat ini

kita perlu mengadopsi ISO 9001 sebagai standar sistem manajemen mutu bagi

perusahaan. Menurut Hadiwiardjo dan Wibisono (2000:9-10) , ada dua unsur

dasar dalam mengambil ISO 9001. Unsur yang pertama adalah penerimaan dan

pemakaian falsafah ISO 9001 dan penerapannya sebagia suatu standar. Dengan

perkataan lain, menjadikan ISO 9001 sebagai standar perusahaan. Sedangkan

unsur yang lain adalah untuk memperoleh persetujuan dari pihak ketiga atau

lembaga sertifikasi yang memungkinkan suatu perusahaan menunjukan status

ISO 9001 kepada pembeli dan prospeknya.

ISO 9001 dapat mengisi sejumlah persyaratan perusahaan dan bahkan

sangat strategis dalam lingkungan industri dan pasar yang berubah. Dalam hal ini

yang utama adalah pertimbangan pasar, aspek hukum, produktivitas, dan

manajemen, serta perubahan hubungan pelanggan-pemasok (Hadiwiardjo,

2000:10).

Menurut International Organization for Standardization, organisasi dan

perusahaan sering ingin mendapatkan disertifikasi dengan standar sistem

manajemen ISO meskipun sertifikasi bukanlah suatu kebutuhan. Alasan terbaik

untuk ingin menerapkan standar ini adalah untuk meningkatkan efisiensi dan

efektivitas operasional perusahaan. Selain itu terdapat beberapa alasan suatu

organisasi dan perusahaan memutuskan untuk mencari serifikasi ISO antara lain:
36

 menjadi persyaratan kontrak atau peraturan

 diperlukan untuk memenuhi preferensi pelanggan

 jatuh dalam konteks program manajemen risiko, dan

 membantu memotivasi staf dengan menetapkan tujuan yang jelas

untuk pengembangan sistem manajemen ( http://www.iso.org).

3. Manfaat dari ISO 9001

Perusahaan atau organisasi yang memperoleh sertifikat ISO 9001 akan

memperoleh keuntungan sebagai pengguna manajemen mutu, dan dapat

menerapkan suatu sistem yang fleksibel yang cocok bagi mereka. Selain itu,

sistem yang di terapkan menjadi lebih efektif bagi perusahaan tersebut. Terkait

dengan era globalisasi, tentunya pemegang sertifikasi ISO akan lebih mudah

menembus pasar internasional.

Menurut Suardi (2001:31-32), manfaat yang diperoleh perusahaan atau

organisasi di bagi menjadi dua yaitu manfaat yang sulit untuk diukur dan mafaat

yang mudah diukur, yang sulit diukur antara lain:

 Membuat suatu sistem kerja dalam suatu perusahaan menjadi standar


kerja yang terdokumentasi.
 Dengan adanya ISO 9001, ada jaminan bahwa perusahaan itu
mempunyai sistem manajemen mutu dan produk yang dihasilkan
sesuai dengan keinginan pelanggan.
 Dapat berfungsi sebagai standar keja untuk melatih karyawan baru.
 Menjamin bahwa proses yang dilakukan sesuai dengan sistem
manajemen mutu yang ditetapkan.
 Semangat pegawai ditingkatkan karena mereka merasa adanya
kejelasan kerja sehingga mereka bekerja secara efisien.
 Adanya kejelasan hubungan antara bagian yang terlibat dalam
melaksanakan suatu pekerjaan.
 Kepercayaan manajemen yang sangat tinggi.
 Dapat mengarahkan karyawan agar berwawasan mutu dalam
memenuhi permintaan pelanggan, baik internal maupun eksternal.
 Dapat menstandardisasi berbagai kebijakan dan prosedur opersai yang
berlaku di seluruh organisasi
37

 Menyiapkan suatu dasar yang kokoh dalam membangun sikap dan


keinginan bagi setiap kemajuan atau peningkatan.
Dan yang mudah di ukur antara lain:
 Pengambilan keputusan oleh pihak manajemen yang berwenang yang
kemudian disebarluaskan.
 Biaya-biaya operasional yang berkurang sebagai akibat pemborosan
yang dihilangkan, seperti jumlah proses pengerjaan ulang yang
dikurangi sehingga efisiensi ditingkatkan sebagai suatu hasil dari
penghapusan ketidaksesuaian.
 Adanya aturan kerja akan mengurangi corective action.
 Mengurangi biaya yang diperlukan untuk proses produksi.
 Mengurangi jumlah keluhan pelanggan karena produk yang dihasilkan
sesuai dengan kebutuhan dan harapan mereka.

Pendapat lain dikemukakan oleh Tunggal (1998:108-9) mengenai manfaat

dari setifikasi ISO 9001, antara lain:

 Menjamin para konsumen bahwa perusahaan pemasoknya telah meiliki


bukti yang terdokumentasi dalam menyelenggarakan sistem mutu yang
baik
 Para konsumen tidak perlu lagi melakukan audit dan inspeksi terhadap
produk atau jasa yang diterimanya dari para pemasok, atau tindakan
audit itu hanya dilakukan dalam proses yang sangat kecil, sehingga
dapat menghemat waktu dan biaya perusahaan. Memaksa perusahaan
untuk memiliki sistem mutu yang baik, sehingga di peroleh prosedur
dan dokumentasi yang baik, serta proses produksi yang lebih konsisten.
 Meningkatkan produktifitas dan mutu yang di hasilkan oleh sistem
mutu yang jauh lebih baik .
 Dapat segera memasuki pasaran negara-negara, dan pasar dunia secara
global di masa datang.
 Menaikkan citra dan pamor perusahaan, sebab registrasi itu dapat
membedakan suatu perusahaan dari perusahaan yang lain yang tidak
memperoleh registrasi ISO 9001.
 Menghemat biaya-biaya yang ditimbulkan oleh adanya sistem mutu
yang kurang baik, misalnya biaya untuk membetulkan produk cacat,
pengolahan kembali, dan penjadwalan kembali.
 Menaikkan tingkat kompetitif perusahaan terhadap para pesaingnya.
 Mendorong pabrik-pabrik manufakturing selalu bekerjasama secara
erat dengan bagian riset dan pengembangan.

4. Prinsip-prinsip Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008

Standar pada ISO 9001:2008 ini didasarkan pada sejumlah prinsip

manajemen mutu termasuk fokus pelanggan yang kuat, motivasi dan implikasi
38

manajemen puncak, pendekatan proses dan perbaikan berkelanjutan. Sistem

manajemen mutu ISO 9001:2008 di bangun dengan delapan prinsip. Berikut

dijelaskan prinsip-prinsip tersebut :

1. Fokus pada pelanggan

Perusahaan sangat tergantung pada pelanggannya dan karena itu harus

memahami kebutuhan pelanggan saat ini dan masa depan, harus

memenuhi ketentuan pelanggan dan berusaha untuk melebihi harapan

pelanggan. Beberapa hal yang harus dilakukan berkaitan dengan prinsip

ini adalah:

a. Meneliti dan memahami kebutuhan dan harapan pelanggan

b. Memastikan bahwa tujuan organisasi selaras dengan kebutuhan dan

harapan pelanggan.

c. Mengkomunikasikan pentingnya memenuhi kebutuhan dan

harapan pelanggan di seluruh tingkatan organisasi.

d. Mengukur kepuasan pelanggan (survey kepuasan pelanggan) dan

menindaklanjuti hasilnya.

e. Memastikan pendekatan yang seimbang antara kepuasan pelanggan

dan kepuasan pihak berkepentingan lainnya (seperti pemilik,

karyawan, pemasok, pemodal, masyarakat lokal dan masyarakat

secara keseluruhan)

2. Kepemimpinan

Pemimpin harus menetapkan tujuan dan arah organisasi. Mereka harus

menciptakan dan memelihara lingkungan internal di mana orang dapat


39

terlibat penuh dalam mencapai tujuan organisasi. Beberapa hal yang harus

dilakukan berkaitan dengan prinsip ini adalah:

a. Memperhatikan kebutuhan semua pihak yang berkepentingan

termasuk pelanggan, pemilik, karyawan, pemasok, pemodal,

masyarakat lokal dan masyarakat secara keseluruhan.

b. Membangun visi yang jelas tentang masa depan organisasi.

c. Menetapkan tujuan dan target yang SMART (Spesific, Measurable,

Achievable, Realistic, Time Target)

d. Menyediakan sumberdaya yang diperlukan baik sumber daya

manusia atau assset.

e. Memberikan pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan kompetensi

karyawan

3. Keterlibatan karyawan

Orang-orang di semua tingkatan adalah inti dari suatu organisasi dan

keterlibatan penuh mereka memungkinkan kemampuan mereka untuk

digunakan untuk kepentingan organisasi. Beberapa hal yang harus

dilakukan untuk hal ini adalah:

a. Setiap karyawan harus memahami pentingnya kontribusi dan peran

mereka dalam organisasi.

b. Setiap karyawan harus mengidentifikasi hambatan terhadap kinerja

mereka.

c. Setiap karyawan harus memahami tugas dan tanggung jawab

mereka.
40

d. Setiap karyawan harus secara aktif mencari kesempatan untuk

meningkatkan kompetensi, pengetahuan dan pengalaman.

e. Setiap karyawan bebas berbagi pengetahuan dan pengalaman.

4. Pendekatan Proses

Hasil yang dikehendaki tercapai lebih efisien bila kegiatan dan sumber

daya terkait dikelola sebagai suatu proses. Ini juga berarti yang terpenting

dalam Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 ialah proses bukan hasil.

Artinya, target yang tidak dapat tercapai bukanlah masalah yang tidak

dapat dimaafkan selama kegagalan tersebut dianalisis dan dilakukan

perbaikan kedepannya. Hal-hal yang harus dilakukan untuk prinsip ini

adalah:

a. Mendefinisikan dan menetapkan semua kegiatan yang diperlukan

untuk memperoleh hasil yang diinginkan.

b. Menetapkan tanggung jawab yang jelas dan akuntabilitas untuk

mengelola kegiatan kunci (utama) organisasi.

c. Menganalisis dan mengukur dari kemampuan kegiatan kunci.

d. Mengidentifikasi interaksi proses antara suatu bagian dengan

bagian yang lain di dalam organisasi.

e. Berfokus pada faktor-faktor seperti sumber daya, metode, dan

bahan-bahan yang akan meningkatkan kegiatan kunci dari

organisasi.

f. Mengevaluasi risiko, konsekuensi dan dampak dari kegiatan pada

pelanggan, pemasok dan pihak berkepentingan lainnya.


41

5. Pendekatan sistem pada manajemen

Mengidentifikasi, memahami dan mengelola proses yang saling terkait

sebagai sistem memberi sumbangan untuk keefektifan organisasi dan

efisiensi dalam mencapai tujuan. Beberapa hal yang harus dilakukan

berkaitan dengan prinsip ini adalah:

a. Penataan sistem untuk mencapai tujuan organisasi dengan cara

yang paling efektif dan efisien.

b. Memahami keterkaitan antara proses-proses dalam suatu sistem.

c. Menyelaraskan dan mengintegrasikan proses-proses yang ada.

d. Memberikan pemahaman yang lebih baik tentang peran dan

tanggung jawab yang diperlukan untuk mencapai tujuan bersama

dan dengan demikian mengurangi hambatan lintas-fungsional.

e. Memahami kemampuan organisasi dan menetapkan kendala

sumber daya sebelum mengambil tindakan.

f. Terus meningkatkan sistem melalui pengukuran dan evaluasi.


42

6. Perbaikan yang terus menerus

Perbaikan berkesinambungan dari kinerja organisasi secara keseluruhan

harus menjadi tujuan tetap organisasi. Ini juga berarti bahwa organisasi

tidak boleh puas terhadap hasil yang dicapai. Harus selalu ada peningkatan

performa dari tahun ke tahun. Terdapat beberapa hal yang harus dilakukan

dalam prinsip ini antara lain:

a. Secara periodik melakukan pemeriksaan sistem seperti

menjalankan kegiatan inetranal audit

b. Secara periodik mengadakan rapat khusus yang membahas masalah

yang berkaitan dengan sistem manajemen mutu (biasa disebut rapat

tinjauan manajemen).

7. Pendekatan faktual pada pengambilan keputusan

Keputusan yang efektif didasarkan pada analisis data dan informasi yang

benar. Hal yang harus dilakukan terkait prinsip ini adalah:

a. Memastikan bahwa data dan informasi yang ada cukup akurat dan

dapat diandalkan.

b. Membuat data yang dapat diakses oleh mereka yang

membutuhkannya.

c. Menganalisis data dan informasi menggunakan metode yang valid.

d. Membuat keputusan dan mengambil tindakan berdasarkan pada

analisis faktual, seimbang dengan pengalaman dan intuisi.


43

8. Hubungan yang saling menguntungkan dengan pemasok

Sebuah organisasi dan pemasoknya adalah saling tergantung dan

hubungan yang saling menguntungkan meningkatkan kemampuan

keduanya untuk mencapai target. Mutu produk atau jasa yang diberikan

oleh pihak ketiga (vendor, rekanan, supplier) sangat mempengaruhi mutu

akhir produk (barang maupun jasa) suatu organisasi. Oleh karena itu,

memantau kinerja pemasok merupakan hal yang sangat ditekankan dalam

Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008. Hal yang harus dilakukan terkait

prinsip ini adalah:

a. Membangun hubungan yang menyeimbangkan keuntungan jangka

pendek dengan pertimbangan jangka panjang.

b. Melakukan seleksi dan evaluasi terhadap semua pemasok produk

(barang / jasa) yang mempengaruhi hasil akhir produk

(barang/jasa) organisai.

Menggunakan ISO 9001:2008 membantu memastikan bahwa pelanggan

mendapatkan konsistensi, kualitas produk yang baik dan layanan, yang pada

gilirannya membawa banyak manfaat bisnis. Bila kedelapan prinsip ini dilakukan

seutuhnya maka akan mampu membantu dalam meraih apa yang menjadi target

organisasi. Kedelapan prinsip ini menjiwai 8 Klausul ISO 9001:2008 yang berisi

sederet persyaratan yang harus diterapkan. Berikut ini disebutkan klausul /

persyaratan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008:

Klausul 1 – Ruang Lingkup

1.1 Umum
44

1.2 Penerapan

Klausul 2 – Acuan Standard

Klausul 3 – Istilah dan Definisi

Klausul 1 – 3 hanya bersifat sebagai pengantar standar ISO 9001:2008.

Dalam 3 klausul ini, belum ada pesyaratan yang harus dijalankan.

Hanya saja, Klausul 1.2 menjelaskan bahwa klausul 4-8 wajib untuk

diterapkan secara penuh kecuali klausul 7, maka salah satu atau lebih

Sub Klausul boleh tidak diterapkan bila memang tidak terdapat proses

atau kegiatan di organisasi yang berkaitan dengan klausul tersebut.

Klausul 4 – Sistem Manajemen Mutu

4.1 Persyaratan Umum

4.2 Persyaratan Dokumentasi

Klausul 4 secara umum berisi tentang persyaratan umum yang

mencakup semua persyaratan yang ada pada klausul-klausul

selanjutnya. Penekanan klausul 4 adalah, sebagai konsekuensi

penerapan ISO 9001:2008 maka organisasi diwajibkan memiliki

dokumen-dokumen tertulis seperti Manual Mutu, Kebijakan Mutu,

Sasaran Mutu, 6 Prosedur Wajib, prosedur kerja bagian / divisi /

departemen, instruksi kerja (bila diperlukan), rekaman mutu (form dan

semua hal yang digunakan sebagai bukti pelaksanaan suatu kegiatan)

yang dipersyaratkan oleh ISO 9001, dan rekaman mutu yang berkaitan

dengan kegiatan operasional organisasi.

Klausul 5 – Tanggung Jawab Manajemen

5.1 Komitmen Manajemen


45

5.2 Fokus pada Pelanggan

5.3 Kebijakan Mutu

5.4 Perencanaan

5.6 Tinjauan Manajemen

Klausul 5 berisi beberapa hal yang harus dilakukan oleh Top

Manajemen seperti penetapan struktur organisasi, job description,

penetapan sasaran mutu (quality objective), penunjukkan management

representative (perwakilan manajemen), dan pelaksanaan salah satu

dari dua kegiatan yang harus dijalankan secara rutin dalam periode

waktu tertentu: Rapat Tinjauan Manajemen.

Klausul 6 – Pengelolaan Sumber Daya

6.1 Penyediaan Sumber Daya

6.2 Sumber Daya Manusia

6.3 Prasarana

6.4 Lingkungan Kerja

Klausul 6 secara umum berisi persyaratan yang berkaitan dengan

pekerjaan HRD dan GA yakni seputar kepegawaian dan sarana dan

prasarana. Anda diminta untuk menetapkan kompetensi, mengadakan

seleksi dan evaluasi karyawan, mengadakan pelatihan untuk

meningkatkan kompetensi karyawan, serta mengelola sarana dan

prasarana organisasi anda.

Klausul 7 – Realisasi Produk

7.1 Perencanaan Realisasi Produk

7.2 Proses yang Berkaitan dengan Pelanggan


46

7.3 Desain dan Pengembangan

7.4 Pembelian

7.5 Produksi dan Penyediaan Jasa

7.6 Pengendalian Peralatan Pemantauan dan Pengukuran

Klausul 7 berisi beberapa persyaratan ISO yang berkaitan dengan

realisasi produk dan jasa mulai dari kontrak atau kesepakatan dengan

pelanggan sampai produk atau jasa sampai ke tangan pelanggan. Bila

diurutkan, klausul 7 ini mengatur mulai dari tinjauan order,

perencanaan (schedule), pembelian material atau jasa

pendukung, pelaksanaan produksi atau pemberian jasa, penyimpanan,

pengiriman, sampai barang / jasa diterima oleh pelanggan.

Klausul 7 ini mengatur beberapa divisi yang lazim ditemukan di suatu

organisasi seperti Marketing, Purchasing, PPIC, Produksi, Gudang, QC,

QA, dll. Sebagai contoh, untuk divisi marketing, Anda diminta untuk

memantau kepuasan pelanggan (dengan cara survey kepuasan

pelanggan) dan menangani keluhan pelanggan; setiap keluhan harus

dicatat, ditindaklanjuti, dianalisis dan diberikan solusi perbaikan dan

pencegahannya di masa mendatang.

Sebagaimana dijelaskan pada klausul 1.2, bila ada salah satu sub

klausul yang tidak applicable, maka boleh dikecualikan atau diabaikan.

Contohnya, orgnisasi yang bergerak dibidang penjualan (distributor)

tentu hanya menjual produk dari produsen lain dan tidak melakukan
47

pengembangan produk (Research and Development), sehingga tidak

perlu menerapkan klausul 7.3 tentang desain dan pengembangan.

Klausul 8 – Pengukuran, Analisis, dan Perbaikan

8.1 Umum

8.2 Pemantauan dan Pengukuran

8.3 Pengendalian Ketidaksesuaian Produk

8.4 Analisis Data

8.5 Perbaikan

Klausul 8 seluruhnya berisi tentang analisis proses secara

keseluruhan. Secara umum dapat dinyatakan bahwa Klausul 8

menuntut organisasi untuk terus menerus melakukan perbaikan dengan

cara; menganalisis semua data masukkan (survey kepuasan pelanggan,

keluhan pelangggan, produk reject, kesalahan kerja, dll) termasuk

melaksanakan kegiatan audit internal dalam periode waktu tertentu

dengan tujuan memastikan kesesuaian antara penerapan dengan

Standar ISO 9001:2008 dan prosedur atau kebijakan yang telah

ditetapkan oleh perusahaan.

5. Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008

ISO 9001 merupakan suatu seri dari standar-standar internasional untuk

sistem kualitas, yang menspesifikasikan persyaratan-persyaratan dan rekomendasi

untuk desain dan untuk menilai dari suatu sistem manajemen dengan tujuan untuk

menjamin bahwa perusahaan akan menyerahkan barang dan/atau jasa yang

memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Seri ISO 9001 adalah suatu sistem
48

terpadu untuk mengoptimalkan efektivitas mutu suatu perusahaan, dengan

menciptakan sebuah kerangka kerja untuk meningkatkan yang berkesinambungan.

(Nasution, 2001:218-219)

Dibandingkan versi sebelumnya, Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008

lebih mengedepankan pada pola proses yang terjadi sehingga hampir semua jenis

organisasi atau perusahaan bisa mengimplementasi sistem manajemen mutu ISO

9001 ini. Sistem ISO 9001:2008 fokus pada efektivitas proses continuous

improvement. Dalam setiap proses senantiasa melakukan perencanaan yang

matang, implementasi yang terukur dengan jelas, dilakukan evaluasi dan analisis

data yang akurat serta tindakan perbaikan yang sesuai dengan monitoringg

pelaksanaannya agar benar-benar dapat menuntaskan masalah yang terjadi.

a. Model Proses ISO 9001:2008

Model proses ISO 9001:2008 terdiri dari lima bagian utama yang

menggambarkan sistem manajemen organisasi, yaitu :

 Sistem Manajemen Kualitas (Klausul 4 dari ISO 9001:2008).

 Tanggung Jawab Manajemen (Klausul 5 dari ISO 9001:2008).

 Manajemen Sumber Daya (Klausul 6 dari ISO 9001:2008).

 Realisasi Produk (Klausul 7 dari ISO 9001:2008).

 Analisis, Pengukuran, dan Peningkatan (Klausul 8 dari ISO

9001:2008).

b. Langkah-langkah Penerapan ISO 9001:2008

Suardi (2004:127) berpendapat suatu perusahaan yang menerapkan sistem

manajemen mutu hendaknya memperhatikan lingkup perusahaannya karena acuan


49

yang ada dalam standar hanya menyangkut hal-hal yang bersifat umum saja, dan

aplikasinya sangat tergantung pada:

 Besar kecilnya suatu perusahaan.

 Kerumitan dan hubungan masing-masing proses dan bagaimana

memetakannya. Setiap perusahaan memiliki perbedaan proses yang

ada dalam perusahaannya, walaupun memproduksi produk yang sama,

apalagi bagi perusahaan yang bergerak dalam bidang yang berbeda,

seperti perusahaan manufaktur dan jasa.

 Kecanggihan proses yang ada di perusahaan. Teknologi yang

digunakan dapat menjadi perbedaan dalam bentuk perencanaan dan

penerapan sistem manajemen mutu.

Pada dasarnya menerapkan sistem manajemen mutu ISO 9000 sama

sederhananya dengan:

 Mengetahui persyaratan-persyaratan standar sistem manajemen mutu

ISO 9000 yang merupakan persyaratan munimum yang dimiliki oleh

perusahaan.

 Mengetahui kemampuan perushaan dan prosesnya.

 Memiliki komitmen dari semua sumber daya yang ada.

 Merencanakan bentuk sistem manajemen mutu yang diterapkan.

 Mempelajari secara seksama guna melakukan peningkatan secar terus-

menerus (Suardi, 2004:127).

Untuk perusahaan yang sedang dalam proses menerapkan atau bekerja

dengan sistem mutu ISO 9000 membutuhkan dukungan dari semua pihak dalam
50

perusahaan dan merupakan proses berkesinambungan. Untuk penerapannya,

memerlukan perkembangan tahap demi tahap yang meliputi:

 Persyaratan utama: komitmen manajemen puncak

Komitmen dan kesadaran untuk menerapkan manajemen mutu pada

awalnya harus dipicu oleh manajemen puncak perusahaan. Dalam

merumuskan kebijakan mutu yang tertulis dalam panduan mutu harus

sedemikian rupa sehingga kebijakan mutu dapat dinyatakan dalam

bahasa yang mudah dimengerti; kebijakan harus sepadan dengan

organisasi, kebijakan lainnya, produk dan personel organisasi, serta

disertai dengan sasaran yang dapat dicapai.

Penerapan ISO 9000 bukanlah suatu yang dapat diciptakan dalam

sekejap, namun merupakan upaya serius dari semua orang

diperusahaan yang terlibat dengan mutu. Langkah pertama penerapan

ISO 9000 adalah komitmen manajemen puncak yang kemudian diikuti

dengan menciptakan suatu struktur personel untuk merencanakan dan

mengawasi penerapannya.

 Pelatihan

Pelatihan merupakan kunci keberhasilan dalam menerapkan sistem

mutu karena diperlukan pengetahuan tentang sistem mutu yang cukup

disertai dengan motivasi yang tinggi dari semua personel dalam

organisasi perusahaan.

Lingkup pelatihan disesuaikan dengan kebutuhan, antara lain dapat

mencakup (1) peningkatan kesadaran mutu dan penyebarluasan

kebijakan mutu pimpinan puncak, (2) pengertian dan pemahaman


51

standar sistem mutu ISO 9000, (3) pelatihan sistem dokumen mutu,

serta (4) pelatihan audit internal.

 Perencanaan dan penerapan sistem dokumen mutu

Pada mutu ISO 9000 terdapat penekanan pada dokumentasi dalam

penerapannya. Syarat utama dokumentasi adalah, apabila diperlukan,

mudah diperoleh oleh semua personel yang terkait dengan mutu dalam

perusahaan.

 Pelajari dan kaji status sistem mutu perusahaan saat ini

Membandingkan program mutu dan/atau sistem mutu yang sekarang

sudah ada di perusahaan, bila ada, dengan persyaratan dari standar.

 Buat rencana penerapan terdokumentasi

Bila perusahaan telah memperoleh gambaran jelas mengenai sistem

mutu perusahaannya dibandingkan dengan standar ISO 9000, seluruh

ketidaksesuaian sistem mutu perusahaan terhadap sistem mutu ISO

9000 harus diarahkan keperencanaan penerapan yang terdokumentasi.

Bagi perusahaan-perusahaan yang sudah mempunyai sistem mutu

sendiri, ketidak sesuaian biasanya terjadi pada desain, pembelian,

peninjauan dan pengujian, pengendalian proses, pelatihan dan

dokumentasi.

Rencana penerapan harus lengkap, teliti, dan khas dengan merinci:

prosedur yang dibuat, tujuan sistem, bagian ISO 9000 yang terkait,

personel atau tim yang bertanggunga jawab, persetujuan yang

diperluas, sumber daya yang diperluas, perkiraan tanggal penyelesaian.

 Dokumentasi
52

Dokumentasi merupakan hal yang wajib dalam menerapkan ISO 9000.

Proses bembuatan dan penggunakan dokumentasi merupakan hal

pokok untuk mencapai penerapan sistem mutu yang efektif. Perlu

dijelaskan bahwa dokumentasi sistem mutu tidak memerlukan

dokumentasi yang sangat lengkap dan mendalam. ISO 9000 hanya

mensyaratkan perusahaan mempunyai dokumentasi, yaitu prosedur,

instruksi kerja, dan sejenisnya.

 Pengendalian dokumen

Prinsip pengendalian dokumen ISO 9000 adalah bahwa karyawan

dapat memperoleh dokumen dan rekaman yang diperlukan untuk

memenuhi kewajiban dan tanggung jawabnya.

 Pemantauan kemajuan

Bila semua langkah diatas telah selesai dilakukan dan sistem mutu

telah selesai dirumuskan, sekarang tiba waktunya untuk menerapkan

sistem mutu itu di perusahaan. Pada tahap yang sangat penting ini,

manajemen harus memberikan perhatian atas hasil-hasilnya untuk

memastikan bahwa semua unsur sistem mutu cukup logis dan efektif.

Manajemen harus memberikan perhatian khusus pada kekurangan-

kekurangan atau anggapan-anggapan yang ada dalam prosedur,

langkah-langkah yang sulit, tidak efektif, atau tidak mungkin

dilaksanakan.
53

E. Puskesmas

1. Pengertian Puskesmas

Menurut Satrianegara dan Saleha (2009:29) puskesmas adalah satu

kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan

kesehatan masyarakat dan pembinaan peran serta masyarakat, di samping

memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di

wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok. Pembentukan puskesmas

termasuk dalam Program Kesehatan Nasional, dengan maksud memberikan

pelayanan kesehatan kepada masyarakat dengan sebaik-baiknya sehingga dapat

mencapai derajad kesehatan setinggi-tingginya (Entjang, 1993:154).

Puskesmas merupakan suatu kesatuan organisasi kesehatan tingkat

Kecamatan yang merupakan Unit Pelayanan Teknis (UPT) Dinas Kesehatan

Tingkat II. Puskesmas bertanggung jawab dan berada di bawah pengawasan

administratif maupun teknis dari Dinas Kesehatan Daerah Tingkat II.

Dalam konteks otonomi daerah, puskesmas mempunyai peranan yang

sangat vital. Sebagai institusi pelaksana teknis, puskesmas dituntut memiliki

kemampuan manajerial dan wawasan jauh ke depan untuk meningkatkan kualitas

pelayanan kesehatan.

Peran tersebut ditunjukan dalam bentuk keikutsertaan untuk menentukan

kebijakan daerah melalui sistem perencanaan yang matang, tatalaksana kegiatan-

kegiatan yang tersusun rapi, serta sistem evaluasi dan pemantauan yang akurat.

Puskesmas juga dituntut untuk berperan dalam pemanfaatan teknologi informasi

terkait upaya peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat serta komprehensif

dan terpadu (Mubarak, 2009:43).


54

2. Fungsi Puskesmas

Ada tiga fungsi pokok yang diemban puskesmas sebagai pelayan

kesehatan dasar, diantaranya sebagai berikut:

 Sebagai pusat pengembangan kesehatan masyarakat diwilayahnya.

 Membina peran serta masyarakat diwilayah kerjanya dalam rangka

meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat.

 Memberikan pelayanan kesehatan serta menyeluruh dan terpadu kepada

masyarakat di wilayah kerjanya (Mubarak, 2009:41).

Proses yang dilakukan oleh puskesmas dalam melaksanakan fungsinya

adalah dengan cara:

 Merangsang masyarakat termasuk swasta untuk melaksanakan kegiatan

dalam rangka menolong dirinya sendiri.

 Memberikan petunjuk kepada masyarakat bagaimana menggali dan

menggunakan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien.

 Memberi bantuan yang bersifat bimbingan teknik materi dan rujukan

medis maupun rujukan kesehatan kepada masyarakat.

 Memberi pelayanan kesehatan kepada masyarakat.

 Bekerja sama dengan sektor-sektor yang bersangkutan dalam

melaksanakan program puskesmas (Mubarak, 2009:41).

3. Visi Puskesmas

Visi pembangunan kesehatan yang disenggarakan oleh puskesmas adalah

tercapainya Kecamatan Sehat menuju terwujudnya Indonesia Sehat. Kecamatan

Sehat adalah gambaran masa depan masyarakat kecamatan yang ingin dicapai

melalui pembangunan kesehatan, yakni masyarakat yang hidup dalam lingkungan


55

dan berperilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan

kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajad kesehatan

setinggi-tingginya (Mubarak, 2012:185).

Rumusan visi untuk masing-masing puskesmas harus mengacu pada visi

pembangunan kesehatan puskesmas di atas, yakni terwujudnya Kecamatan Sehat

sesuai dengan situasi atau kondisi masyarakat dan wilayah kecamatan setempat.

Gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin di capai melalui

pembangunan pusat kesehatan antara lain, masyarakat hidup dalam lingkungan

dan perilaku hidup sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan

kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, memiliki derajad kesehatan yang

setinggi-tingginya di seluruh wilayah Republik Indonesia (Mubarak, 2012:185).

4. Misi Puskesmas

Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah

mendukung tercapainya misi Pembangunan Kesehatan Nasional. Misi tersebut

adalah sebagai berikut:

 Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya.

Puskesmas akan selalu menggerakkan pembangunan sektor lain yang

diselenggarakan di wilayah kerjanya agar memperhatikan aspek kesehatan,

yakni pembangunan yang tidak menimbulkan dampak negatif terhadap

kesehatan, setidak-tidaknya terhadap lingkungan dan perilaku manusia.

 Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di

wilayah kerjanya. Puskesmas akan selalu berupaya agar setiap keluarga

dan masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya makin berdaya


56

di bidang kesehatan melelui peningkatan pengetahuan dan kemampuan

menuju kemandirian untuk hidup sehat.

 Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan, dan keterjangkauan

pelayanan kesehatan yang diselenggarakan. Puskesmas akan selalu

berupaya menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan

standar dan memuaskan masyarakat, mengupayakan pemerataan

pelayanan kesehatan, serta meningkatkan efisiensi pengelolaan dana

sehingga dapat dijangkau oleh seluruh anggota masyarakat.

 Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga, dan

masyarakat beserta lingkungannya. Puskesmas akan selalu berupaya

memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencagah dan menyembuhkan

penyakit, serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, dan

masyarakat yang berkunjung atau yang bertempat tinggal di wilayah

kerjanya tanpa diskriminasi. Upaya pemeliharaan dan peningkatan

kesehatan yang dilakukan puskesmas menerapkan kemajuan ilmu dan

teknologi kesehatan yang sesuai. Upaya tersebut mencakup pula aspek

lingkungan dari yang bersangkuatan (Mubarak, 2012:185-186).

5. Usaha Kesehatan Pokok Puskesmas

Sesuai dengan kemampuan tenaga dan fasilitas yang berbeda-beda, maka

kegiatan pokok yang dilakukan oleh puskesmas akan berbeda pula. Namun

demikian, kegiatan pokok yang seharusnya dilaksanakan adalah delapan belas

usaha pokok.
57

Pada Puskesmas yang sempurna usaha-usaha kesehatan pokok yang

dilaksanakan ada 18 macam seperti yang tercantum dalam Program Kesehatan

Nasional yaitu:

 Kesehatan ibu dan anak.

 Keluarga berencana.

 Gizi.

 Kesehatan lingkungan.

 Pencegahan dan pemberantasan penyakit menular sera imunisasi.

 Penyuluhan kesehatan masyarakat.

 Pengobatan, termasuk pelayanan darurat karena kecelakaan lalu lintas.

 Usaha kesehatan sekolah.

 Perawatan kesehatan masyarakat.

 Kesehatan gigi dan mulut.

 Kesehatan mata.

 Usaha kesehatan jiwa.

 Kesehatan remaja.

 Kesehatan geriatric.

 Latihan dan olah raga.

 Pengembangan obat-obatan tradisional.

 Keselamatan dan kesehatan kerja.

 Laboraturium dasar.

 Pengumpulan informasi dan pelaporan untuk sistem informasi kesehatan.

 Dana kesehatan.
58

Usaha-usaha kesehatan pokok yang dilaksanakan di puskesmas paling

sedikit harus meliputi basic seven seperti yang dianjurkan WHO, yaitu:

 Pemeriksaan, pengobatan dan perawatan.

 Sehejahteraan Ibu dan Anak dan Keluarga Berencana.

 Pencagahan dan pemberantasan penyakit menular

 Hygienie dan sanitasi lingkungan.

 Pendidikan kesehatan kepada masyarakat.

 Perawatan kesehatan msyarakat.

 Pengumpulan data-data untuk penilaiana dan perencanaan.


BAB III

METODE PENELITITAN

A. Jenis Penelitian

Dalam melaksanakan suatu penelitian, diperlukan langkah-langkah ilmiah

sebagai metode penelitian. Menentukan metode penelitian merupakan suatu hal

yang penting untuk mendapatkan hasil penelitian yang baik dengan mengarahkan

teknik-teknik yang sistematis dalam melaksanakan kegiatan penelitian. Oleh

karena itu diperlukan pemahaman mengenai dasar-dasar pemikiran metode

penelitian yang digunakan serta memahami dasar pemikiran terhadap masalah

yang akan diselidiki serta untuk memberikan gambaran dari masalah yang akan

diteliti.

Penelitian ini menggunakan desain penilitian deskriptif dengan pendekatan

metode penelitian kualitatif, yang bercirikan kegiatan mengumpulkan data

deskriptif dan menafsirkan data tentang situasi yang dialami sehingga dapat

menjelaskan makna yang sesuai dengan fenomena yang diteliti yaitu implementasi

sistem manajemen mutu ISO 9001:2008 dalam pelayanan kesehatan kepada

masyarakat di puskesmas Dinoyo Kota Malang.

Penelitian kualitatif digunakan untuk memahami, mencari makna di balik

data, untuk menemukan kebenaran, baik kebenaran empirik sensual, empirik logik,

dan empirik etik. Bogdan dan Taylor (dalam Maleong 2012:4) mendefinisikan

metode penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilakn data

deskriptif berupa kata-kata tertulis ataupun lisan dari orang-orang dan perilaku

59
60

yang dapat diamati. Sejalan dengan definisi tersebut, Kirk dan Miller (dalam

Maleong, 2012:4) mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi

tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung dari

pengamatan pada manusia baik dalam kawasanya maupun dalam peristiwanyalah.

Selain itu, David Williams (dalam Maleong, 2012:5) menulis bahwa penelitian

kualitatif adalah pengumpulan data pada suatu latar alamiah, dengan

menggunakan metode alamiah, dan dilakukan oleh orang atau peneliti yang

tertarik secara alamiah. Dengan demikian inti dari penelitian kualitatif merupakan

penelitian dengan memahami fenomena kebudayaan dan kegiatan penelitian yang

dialami oleh peneliti dengan mendeskripsikan dalam bentuk kata-kata dengan

memanfaatkan berbagai metode alamiah.

Sedangkan penelitian deskriptif kualitatif yaitu suatu prosedur penelitian

yang menggunakan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atuapun lisan dari

orang-orang dan pelaku yang dapat diamati. Dengan demikian, maka fenomena-

fenomena yang terjadi di lapangan dapat dikemukakan dengan sebenarnya. Oleh

karena itu, penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif merupakan metode

yang dianggap cocok untuk mengetahui tentang “Implementasi Sistem

Menejemen Mutu ISO 9001:2008 dalam Pelayanan Kesehatan kepada Masyarakat”

(Studi di Puskesmas Dinoyo Kota Malang).


61

B. Fokus Penelitian

Fokus penelitian memiliki peranan yang sangat penting dalam

membimbing dan mengarahkan jalannya penelitian. Melalui fokus menelitian ini,

suatu informasi dilapangan dapat dipilah-pilih sesuai dengan konteks

permasalahan. Menurut Maleong (2012:94) dengan menetapkan fokus yang jelas

dan mantap, seorang peneliti dapat membuat keputusanyang tepat tentang data

mana yang dikumpulkan dan data mana yang tidak perlu di jamah ataupu mana

yang akan di buang. Dengan demikian rumusan masalah dan fokus penelitian

saling berkaitan karena permasalahan penelitian dijadikan acuan penentuan fokus

penelitian, meskipun fokus dalam penelitian kualitatif bersifat tentatif, artinya

penyempurnaan rumusan fokus atau masalah itu dapat berubah dan berkurang

sesuai dengan data yang ditentukan dilapangan.

Sehubungan dengan rumusan masalah yang akan di teliti, maka fokus

penelitiannya sebagai berikut

1. Implementasi Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 dalam pelayanan

kesehatan kepada masyarakat di Puskesmas Dinoyo Kota Malang.

a. Sistem manajemen mutu

b. Tanggung jawab manajemen

c. Manajemen sumber daya

d. Realisasi pelayanan kesehatan

e. Pengukuran, analisis dan perbaikan

f. Pelayanan kesehatan Puskesmas Dinoyo


62

2. Faktor pendukung dan penghambat implementasi sistem manajemen mutu

ISO 9001:2008 dalam pelayanan kesehatan kepada masyarakat di

Puskesmas Dinoyo Kota Malang:

a. Faktor pendukung implementasi sistem manajemen mutu ISO

9001:2008 dalam pelayanan kesehatan kepada masyarakat di

Puskesmas Dinoyo Kota Malang.

b. Faktor penghambat implementasi sistem manajemen mutu ISO

9001:2008 dalam pelayanan kesehatan kepada masyarakat di

Puskesmas Dinoyo Kota Malang.

C. Pemilihan Lokasi dan Situs Penelitian

Lokasi penelitian merupakan letak dimana peneliti melakukan penelitian.

Dalam penelitian ini lokasi yang dipilih adalah Kecamatan Lowokwaru Kota

Malang.

Situs penelitian adalah tempat dimana peneliti akan menangkap keadaan

sebenarnya dari obyek yang akan diteliti untuk memperoleh informasi maupun

data berkaitan dengan fokus dan permasalahan penelitian. Adapun situs yang

dipilih ialah Puskesmas Dinoyo Kota Malang. Pemilihan situs penelitian dengan

pertimbangan bahwa Puskesmas Dinoyo merupakan salah satu puskesmas

percontohan dan berprestasi di Kota Malang.


63

D. Sumber Data

Berdasarkan penelitian yang digunakan, maka sumber data yang di

dapatkan berupa data primer dan data sekunder.

1. Data primer.

Data primer merupakan sumber data yang langsung di dapatkan

dari narasumber. Sumber data primer dalam penelitian kualitatif berupa

kata-kata dan tindakan dengan cara mengamati atau mewawancarai.

Menurut Lofland dan Lofland (dalam Maleong, 2012:157) sumber data

utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya

adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lainnya. Peneliti

menggunakan data ini untuk mendapatkan informasi langsung tentang

bagaimana implementasi sistem manajemen mutu ISO 9001:2008 yang di

gunakan oleh Puskesmas Dinoyo Kota Malang untuk memberikan

pelayanan kesehatan kepada masyarakat.

2. Data sekunder.

Data sekunder adalah sumber data yang tidak langsung

memberikan data kepada peneliti misalnya melalui dokumen atau data

tertulis, foto, statistik dan sumber-sumber lain yang sesuai dengan fokus

penelitian. Peneliti menggunakan sumber data sekunder ini untuk

memperkuat hasil penemuan dan melengkapi informasi yang telah

dikumpulkan melalui wawancara.


64

E. Pengumpulan Data

Disamping menggunakan metode yang tepat, teknik dan pengumpulan

data sangat dibutuhkan untuk memperoleh informasi yang relevan guna mencapai

tujuan penelitian. Dalam hal ini, peneliti menggunakan beberapa teknik

pengumpulan data diantaranya adalah:

1. Wawancara

Moleong (2012:186) mendefinisikan wawancara sebagai

percakapan dengan maksud tertentu, yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu

pewawancara (interview) yang menajukan pertanyaan dan terwawancara

(interviewer) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Dalam proses

wawancara biasanya dilakukan secara individu maupun dalam bentuk

kelopok dengan orang-orang yang berkompeten sehingga mendapatkan

data informatik yang orientik.

Dalam penelitian ini digunakan alat pengumpul data yang berupa

pedoman wawancara atau instrument yang berbentuk pertanyaan-

pertanyaan atau pernyataan yang meminta untuk dijawab atau direspon

oleh responden.

2. Observasi/pengamatan

Observasi merupakan suatu penyelidikan yang dilakukan secara

sistematik dan sengaja diadakan dengan menggunakan alat indra terutama

mata terhadap kejadian yang berlangsung dan dapat dianalisa pada waktu

kejadian itu terjadi. Teknik observasi ini sangat bermanfaat dalam

penelitian kualitatif. Dengan metode ini, peneliti dapat menemukan suatu

hal yang tidak terungkapkan oleh responden, sehingga peneliti


65

memperoleh gambaran yang komprehensif. Metode ini dilakukan dengan

cara pengamatan secara langsung terhadap fenomena yang terjadi dan

mencatat hal yang berkaitan dengan penelitian guna mendapatkan data

yang aktual mengenai pelayanan kesehatan di Puskesmas Dinoyo.

3. Dokumentasi

Teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan cara mempelajari

dan mencatat bahan-bahan bacaan, makalah, jurnal, dokumen, laporan-

laporan, catatan-catatan statistik, serta bahan-bahan lain yang berkaitan

dengan maksud dan tujuan penelitian. Dokumentasi digunakan untuk

melengkapi data yang diperoleh dari hasil wawancara dan observasi.

Teknik dokumentasi ini dilakukan dengan cara mengumpulkan informasi

yang meliputi segala hal yang terkait dengan implementasi sistem

manajemen mutu ISO 9001:2008 yang di gunakan oleh Puskesmas Dinoyo

Kota Malang untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat

baik yang berupa dokumen-dokumen, angka, gambar maupun foto.

Dokumentasi yang diperoleh kemudian diolah menjadi suatu data

penelitian dengan cara dianalisis, dibandingakan dan dipadukan.

Pengolahan ini akan membentuk suatu kajian yang sistematis, padu dan

utuh.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah semua alat yang digunakan untuk

mengumpulkan, memeriksa, menyelidiki suatu masalah, atau mengumpulkan,


66

mengolah, menganalisa dan menyajikan data-data secara sistematis serta objektif

dengan tujuan memecahkan suatu persoalan atau menguji suatu

hipotesis. Instrumen penelitian digunakan untuk mengukur nilai variabel yang

diteliti.

Instrumen merupakan hal yang sangat penting di dalam kegiatan penelitian.

Hal ini karena relevan atau tidaknya suatu informasi dan data yang diperoleh,

tergantung pada alat ukur tersebut. Oleh karena itu, alat ukur penelitian harus

memiliki validitas dan reliabilitas yang memadai. Adapun instrument atau alat

bantu dalam pelaksanaan penelitian ini adalah:

1. Peneliti itu sendiri sebagai instrumen paling penting dalam suatu penelitian,

karena peneliti menentukan segala hal dari keseluruhan proses penelitian.

Menutut Maleong (2012:168) kedudukan peneliti dalam penelitian

kualitatif cukup rumit, karena ia sekaligus menjadi perencana, pelaksana

pengumpulan data, analis, penafsir data, dan pada akhirnya ia menjadi

pelapor hasil penelitiannya.

2. Pedoman wawancara berupa draf wawancara merupakan lembaran acuan

yang sudah disiapkan oleh peneliti sebelumnya yang berisi pertanyaan-

pertanyaan yang berkenaan dengan inti masalah.

3. Catatan lapangan, yaitu coretan singkat tentang hasil wawancara dan hasil

pengamatan di lokasi penelitian. Menurut Bogdan dan Biklen (dalam

Maleong, 2012:209) catatan lapangan adalah catatan tertulis tentang apa

yang didengar, dilihat, dialami, dan dipikirkan dalam rangka pengumpulan

data dan refleksi terhadap data dalam penelitian kualitatif.


67

4. Perangkat penunjang meliputi alat tulis menulis dan alat penunjang lain

seperti tape recorder dan kamera digital. Tape recorder digunakan untuk

merekam informasi-informasi yang diberikan oleh informan dari hasil

wawancara. Hasil rekaman kemudian ditranskripkan melalui pencatatan

sehingga memudahkan untuk mengelompokkan data. Kamera digital

digunakan untuk mengambil gambar yang terkait dengan fenomena yang

terjadi di lokasi penelitian.

G. Keabsahan Data

Keabsahan data merupakan kebenaran data dari temuan-temuan yang

diperoleh peneliti di lapangan. Menurut Maleong (2012:320-321) yang dimaksud

keabsahan data adalah mendemonstrasikan nilai yang benar; menyediakan dasar

agar hal itu dapat diterapkan; dan memperbolehkan keputusan luar yang dapat

dibuat tentang konsistensi dari prosedurnya dan kenetralan dari temuan dan

keputusan.

Untuk menetapkan keabsahan data, diperlukan teknik pemeriksaan.

Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan pada kriteria tertentu. Menurut

Maleong (2012:324) ada empat kriteria yang digunakan yaitu kepercayaan

(credibility), keteralihan (transferability), kebergantungan (dependability), dan

kepastian (confirmability).

 Credibility yaitu apakah proses dan hasil penelitian dapat diterima atau
dipercaya.
 Transferability yaitu apakah hasil penelitian ini dapat diterapkan pada
situasi yang lain.
 Dependability yaitu apakah hasil penelitian mengacu pada tingkat
konsistensi peneliti dalam mengumpulkan data, membentuk, dan
68

menggunakan konsep-konsep ketika membuat interpretasi untuk menarik


kesimpulan.
 Confirmability yaitu apakah hasil penelitian dapat dibuktikan
kebenarannya dimana hasil penelitian sesuai dengan data yang
dikumpulkan dan dicantumkan dalam laporan lapangan. Hal ini dilakukan
dengan membicarakan hasil penelitian dengan orang yang tidak ikut dan
tidak berkepentingan dalam penelitian dengan tujuan agar hasil dapat lebih
objektif.
Dalam penelitian kualitatif, keabsahan suatu data dapat dikatakan valid

apabila tidak ada perbedaan laporan peneliti dengan apa yang sesungguhnya pada

obyek penelitian. Namun realita data pada penelitian kualitatif bersifat jamak. ada

beberapa faktor yang mempengaruhi keabsahan data dalam penetiaan kualitatif

yaitu nilai subyektivitas, metode pengumpulan dan sumber data penelitian. Oleh

karena itu diperlukan upaya untuk memeriksa keabsahan data. Dalam hal ini

peneliti menggunakan teknik triagulai. Merurut Maleong (2012:330) triagulasi

adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain

diluar data itu untuk keperluan pengecakan atau sebagai pembanding terhadap

data itu.

Dalam Sugiyono (2009:274), teknik triangulasi terdapat 3 macam teknik

triangulasi, yaitu: triangulasi sumber, triangulasi teknik, dan triangulasi waktu.

1. Triagulasi Sumber
Triagulasi sumber yaitu dengan melakukan cross-check informasi yang
diperoleh dengan cara menggali informasi untuk topik yang sama melalui
wawancara pada informan yang berbeda kemudian membandingkan
hasilnya. Peneliti juga membandingkan hasil wawancara baik terstruktur
maupun tidak dengan hasil pengamatan dan dokumen terkait.
2. Triagulasi Teknik
Triagulasi metode, yaitu dengan menggunakan beberapa metode dalam
pengumpulan data. Metode yang digunakan yaitu observasi langsung,
wawancara mendalam, dokumentasi, studi literatur.
3. Triagulasi Waktu
Triagukasi waktu, yaitu dilakukan dengan meminta umpan balik dari
informan terhadap hasil penelitian untuk dapat memperbaiki kualitas data
dan kesimpulan yang ditarik dari data tersebut.
69

Trianggulasi dilakukan melalui wawancara, observasi langsung dan

observasi tidak langsung, observasi tidak langsung ini dimaksudkan dalam bentuk

pengamatan atas beberapa kelakukan dan kejadian yang kemudian dari hasil

pengamatan tersebut diambil benang merah yang menghubungkan di antara

keduannya. Teknik pengumpulan data yang digunakan akan melengkapi dalam

memperoleh data primer dan skunder, observasi dan interview digunakan untuk

menjaring data primer.

H. Metode Analisis

Metode analisis data merupakan proses yang sangat penting dimana

metode analisis yang digunakan diarahkan untuk menjawab rumusan masalah

dalam penelitian. Sugiyono (2008:89) menjelaskan bahwa:

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistemtis data
yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi,
dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan
kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih
mana yang pentinng dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan
sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain.
Analisis yang digunakan oleh peneliti adalah analisis kualitatif yang

dianggap relevan dalam proses penelitian implementasi sistem manajemen mutu

ISO 9001:2008 yang di gunakan oleh Puskesmas Dinoyo Kota Malang untuk

memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Hal ini karena analisis

kualitatif dapat mendeskripsikan fenomena-fenomena yang terjadi pada proses

penelitian, kemudian akan ditarik suatu kesimpulan, dan pada akhirnya dapat

menjawab masalah yang diangkat dalam perumusan masalah.


70

Menurut Miles, Huberman dan Saldana aktivitas pada penelitian kualitatif

dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas

dengan melakukan reduksi data, penyajian data, dan menarik kesimpulan

verifikasi.

Gambar 3.1 Analisis Data Model Interaksi Milles, Huberman dan Saldana
Sumber: Miles, Huberman dan Saldana (2013:14)

1. Kondensasi data

Analisis kualitatif dilakukan terus menerus hingga tuntas, sehingga data

yang diperoleh akan semakin banyak, rumit dan kompleks. Oleh karena itu

kondensasi data digunakan untuk proses pemilihan, penyederhanaan dan

tranformasi data mentah yang didapat dari lapangan. Kondensasi data

berlangsung terus menerus selama proyek-proyek yang berorientasi

kualitatif berlangsung bahkan sebenarnya kondensasi data dapat dilakukan

sebelum data terkumpul secara menyeluruh. Kondensasi data dilakukakan

dengan cara, data yang diperoleh di lokasi penelitian dituangkan dalam

uraian atau laporan secara lengkap dan terinci. Kondensasi data bukanlah

hal yang terpisah dari analisa. Laporan yang didapatkan di lapangan

disederhanakan, dirangkum, dipilih hal-hal pokok, difokuskan pada hal-hal


71

yang penting dicari tema atau polanya, hal ini dilakukakan secara terus

menerus selama proses penelitian berlangsung dan pada tahap analisa data

yang lain yaitu penyajian data dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Hal

tersebut bertujuan untuk memperkuat data sebuah konsep, berbeda dengan

reduksi data yang terkesan melemahkan data dengan membuang data yang

diperoleh dilapangan.

2. Penyajian data

Proses selanjutnya setelah data direduksi ialah menyajikan data. Dalam

penelitian kualitatif , penyajian data dapat dilakuakan dalam bentuk uraian

singkat, bagan, grafik, matriks, hubungan antar kategori dan sejenisnya.

Dalam hal ini Miles dan Humberman (dalam Sugiyono 2008:95)

menyatakan yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam

penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Dengan

menyajikan data, maka peneliti akan mudah untuk memahami fenomena-

fenomena yang terjadi saat proses penelitian dan dapat merencanakan

kerja selanjutnya.

3. Menarik kesimpulan verifikasi

Langkah ke tiga dan merupakan akhir dari kegiatan analisis menurut Miles

dan Humberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan

akhir baru ditarik setelah tidak ditemukan informasi lagi mengenai kasus

yang diteliti. Kemudian kesimpulan yang ditarik akan diverifikasikan baik

dengan kerangka fikir peneliti maupun dengan kolega peneliti. Dalam

artian makna yang muncul dari data yang telah diuji dengan berbagai cara

hingga diperoleh validitas.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umun Lokasi dan Situs Penelitian

1. Gambaran Umum Kota Malang

Kota Malang adalah sebuah kota di Provinsi Jawa Timur, Indonesia.

Kota ini berada di ketinggian yang cukup sejuk, terletak 90 km sebelah selatan

Kota Surabaya, dan dikelilingi oleh Kabupaten Malang. Kota Malang dikenal

dengan julukan kota pendidikan dan kota bunga, dan merupakan kota terbesar

ke-dua di Provinsi Jawa Timur.

Gambar 4.1 Lokasi Kota Malang


Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Malang (diakses pada tanggal 24
Februari 2014)

a. Demografi

Terdapat beberapa suku yang berada di Kota Malang, sebagian

besar adalah suku jawa dan terdapat beberapa suku-suku minoritas seperti

Madura, Arab, Tionghoa. Agama mayoritas di Kota Malang yaitu Agama

72
73

Islam, kemudian diikuti dengan Kristen Protestan, Katolik, Hindu, Buddha,

dan Kong Hu Chu. Bahasa Jawa dengan dialek Jawa Timur merupakan

bahasa sehari-hari masyarakat Malang. Pada kalangan minoritas seperti

Suku Madura menggunakan dialek Bahasa Madura. Dikalangan generasi

muda berlaku dialek khas Malang yang disebut “boso walikan” yaitu cara

pengucapan kata secara terbalik, contohnya: seperti Malang menjadi

Ngalam (http://www.malangkota.go.id).

b. Pembagian Administratif

Secara administrative, pemerintahan Kota Malang di bagi menjadi 5

kecamatan yaitu Kecamatan Klojen, Kecamatan Sukun, Kecamatan

Kedungkandang, Kecamatan Lowokwaru, Kecamatan Blimbing serta 57

Kelurahan. Kota Malang juga berbatasan langsung dengan daerah

Kabupaten Malang, yaitu:

1. Bagian utara : Kecamatan Singosari dan Kecamatan Karangploso

2. Bagian Timur : Kecamatan Pakis dan Kecamatan Tumpang

3. Bagian Selatan : Kecamatan Tajinan dan Kecamatan Pakisaji

4. Bagian Barat : Kecamatan Wagir dan Kecamatan Dau

(http://www.malangkota.go.id).

c. Sejarah

Kota Malang seperti kota-kota lain di Indonesia pada umumnya

baru tumbuh dan berkembang setelah hadirnya pemerintah kolonial

Belanda. Fasilitas umum di rencanakan sedemikian rupa agar memenuhi

kebutuhan keluarga Belanda. Kesan diskriminatif itu masih berbekas

hingga sekarang. Misalnya Ijen Boulevard kawasan sekitarnya. hanya


74

dinikmati oleh keluarga-keluarga Belanda dan Bangsa Eropa lainnya,

sementara penduduk pribumi harus puas bertempat tinggal di pinggiran

kota dengan fasilitas yang kurang memadai. Kawasan perumahan itu

sekarang bagai monumen yang menyimpan misteri dan seringkali

mengundang keluarga-keluarga Belanda yang pernah bermukim disana

untuk bernostalgia.

Pada Tahun 1879, di Kota Malang mulai mengoperasikan kereta

api dan sejak itu Kota Malang berkembang dengan pesatnya. Berbagai

kebutuhan masyarakatpun semakin meningkat terutama akan ruang gerak

melakukan berbagai kegiatan. Akibatnya terjadilah perubahan tata guna

tanah, daerah yang terbangun bermunculan tanpa terkendali. Perubahan

fungsi lahan mengalami perubahan sangat pesat, seperti dari fungsi

pertanian menjadi perumahan dan industri.

Sejalan perkembangan tersebut di atas, urbanisasi terus

berlangsung dan kebutuhan masyarakat akan perumahan meningkat di luar

kemampuan pemerintah, sementara tingkat ekonomi urbanis sangat

terbatas, yang selanjutnya akan berakibat timbulnya perumahan-

perumahan liar yang pada umumnya berkembang di sekitar daerah

perdagangan, di sepanjang jalur hijau, sekitar sungai, rel kereta api dan

lahan-lahan yang dianggap tidak bertuan. Selang beberapa lama kemudian

daerah itu menjadi perkampungan, dan degradasi kualitas lingkungan

hidup mulai terjadi dengan segala dampak bawaannya

(http://www.malangkota.go.id).
75

d. Geografis

Kota Malang yang terletak pada ketinggian antara 440 - 667 meter

diatas permukaan air laut, merupakan salah satu kota tujuan wisata di Jawa

Timur karena potensi alam dan iklim yang dimiliki. Letaknya yang berada

ditengah-tengah wilayah Kabupaten Malang secara astronomis terletak

112,06° - 112,07° Bujur Timur dan 7,06° - 8,02° Lintang Selatan. Kota

Malang dikelilingi oleh Gunung Arjuno pada bagian utara, Gunung

Semeru pada bagian timur, Gunung Kawi dan Panderman pada bagian

barat, Gunung Kelud pada bagian selatan (http://www.malangkota.go.id).

e. Budaya

Kekayaan etnik dan budaya yang dimiliki oleh Kota Malang

berpengaruh terhadap kesenian tradisional yang ada. Salah satunya yang

terkenal adalah Wayang Topeng Malangan (Topeng Malang), namun kini

semakin keadaannya semakin terkikis oleh kesenian modern. Gaya

kesenian Topeng Malangan ini adalah wujud pertemuan tiga budaya (Jawa

Tengahan, Madura dan Tengger). Hal tersebut terjadi karena Kota Malang

memiliki tiga sub-kultur, yaitu sub-kultur budaya Jawa Tengahan yang

hidup di lereng Gunung Kawi, sub-kultur Madura di lereng Gunung

Arjuna, dan sub-kultur Tengger sisa dari budaya Majapahit di lereng

Gunung Bromo. Etnik masyarakat Kota Malang terkenal religius, dinamis,

suka bekerja keras, lugas dan bangga dengan identitas Arek Malang

(AREMA) (http://www.malangkota.go.id).
76

2. Gambaran Umum Puskesmas Dinoyo

a. Sejarah Berdirinya

Puskesmas Dinoyo berdiri pada tahun 1965 yang dimulai dengan

berdirinya BKIA, semakin luasnya bidang kerja yang harus ditangani

sampai tahun 1974 berubah menjadi Balai Pengobatan untuk Kecamatan

Klojen. Pada tahun 1978 berubah menjadi Puskesmas Dinoyo yang

teeletak di Kelurahan Dinoyo Kecamatan Lowokwaru, yang bertempat di

Jl. MT. Haryono nomor 131 Malang, bagian barat Kota Malang yang

berjarak ± 5 km dari pusat kota, dengan luas tanah 189 m² dan luas

bangunan 440 m². Pada tahun 1999, BKI Dinoyo Kota Malang pindah

lokasi ke Jl. MT. Haryono IX/3 Kelurahan Dinoyo Kecamatan Lowokwaru

Kota Malang dan berubah nama menjadi Pusat Kesehatan Masyarakat

Dinoyo atau yang biasanya disingkat dengan Puskesmas Dinoyo.

Puskesmas Dinoyo Kota Malang adalah Puskesmas milik

Pemerintah Kota Malang yang berada dibawah naungan Dinas Kesehatan

Kota Malang yang merupakan salah satu lembaga yang bergerak dibidang

kesehatan masyarakat.

b. Visi, Misi, dan Motto

Sebagai suatu organisasi di bidang kesehatan, Puskesmas Dinoyo

perlu memperhatikan tuntutan pada kualitas pelayanan dan kinerja

aparatur yang diharapkan pada era globalisasi. Puskesmas Dinoyo

memerlukan visi, misi, dan motto yang dapat membuat Puskesmas Dinoyo

menjadi maju menuju masa depan yang lebih baik, sehingga Puskesmas
77

Dinoyo siap untuk menghadapi persaingan di era globalisasi. Adapun visi,

misi, dan motto dari Puskesmas Dinoyo adalah sebagai berikut:

Visi Puskesmas Dinoyo “Menjadi Puskesmas yang mampu

memberikan pelayanan kesehatan dasar bermutu, merata dan terjangkau

menuju masyarakat sehat dan mandiri.”

Misi Puskesmas Dinoyo:

1. Memberikan pelayanan kesehatan dasar yang bermutu sesuai

standar

2. Memberikan pelayanan yang mengutamakan kepentingan

pelanggan

3. Mendorong dan meningkatkan kesehatan individu, kelompok

dan lingkungan

Motto Puskesmas Dinoyo “Dengan semangat kebersamaan dan

pelayanan yang ramah kita wujudkan kesehatan masyarakat yang mandiri”

(http://puskesmasdinoyo.webs.com/).

c. Wilayah Kerja

Sesuai dengan fungsinya, puskesmas merupakan unit pelayanan

kesehatan tingkat pertama di wilayah kerjanya, maka Puskesmas Dinoyo

bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan dan

pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat di wilayah kerjanya.

Berdasarkan data dari Plan of Action UPT Puskesmas Dinoyo tahun 2013,

luas wilayah kerja Puskesmas Dinoyo 10,37 km² (1.005,79Ha) terdiri dari

6 kelurahan meliputi Kelurahan Dinoyo, Kelurahan Ketawanggede,

Kelurahan Merjosari, Kelurahan Sumbersari, Kelurahan Tlogomas dan


78

Kelurahan Tunggul Wulung. Wilayah kerja Puskesmas Dinoyo berbatasan

langsung dengan:

1. Bagian utara : Kelurahan Tasikmadu dan Jatimulyo

2. Bagian timur : Kelurahan Penanggungan dan Jatimulyo

3. Bagian selatan : Kelurahan Gading Kasri/Karang Besuki

4. Bagian barat : Kelurahan/Desa Jetis Kecamatan Dau

d. Lingkungan

Puskesmas Dinoyo terletak di bagian barat Kota Malang.

Puskesmas Dinoyo berada di daerah yang sejuk dan dikelilingi oleh

industri keramik yang terkenal akan keindahannya.Umumnya tanahnya

subur, terletak pada ketinggian 450-460 meter di atas permukaan air laut,

beriklim tropis, dengan temperatur rata-rata 24°C dengan kelembaban

73%. Selain itu di kawasan ini terdapat beberapa perguruan tinggi

terkemuka seperti Unibraw, UM, UMM, ITN, UNISMA, UIN, dan

perguruan tinggi lainnya.

Puskesmas Dinoyo terletak di Kelurahan Dinoyo tepatnya pada

Jalan MT. Haryono IX/3 Malang, yang berjarak ± 5 km dari pusat kota.

Sehingga Puskesmas Dinoyo sangat strategis karena mudah dijangkau oleh

masyarakat. Selain itu untuk menuju lokasi Puskesmas Dinoyo tidaklah

susah karena terdapat banyak jalur angkutan umum yang melewati daerah

tersebut.
79

e. Kependudukan

Tabel 4.1 Kondisi Demografis Puskesmas Dinoyo


Luas Waktu
Jarak ke Jumlah
No. Kelurahan Wilayah Tempuh ∑ RW/RT
PUSK Penduduk
(km²) ke PUSK
1 Dinoyo 1.17 ±0.5 km 15 menit 7/50 17.176
2 Tlogomas 1.86 ±3 km 15 mneit 9/48 18.323
3 K. Gede 0.83 ±1 km 10 menit 5/34 10.399
4 Merjosari 3.36 ± 2 km 10 menit 12/72 18.094
5 Sembersari 1.28 ±4 km 5 menit 7/41 17.659
6 T.Wulung 1.87 ±3.5 km 25 menit 5/43 6.836
Jumlah 10.37 45/288 88.487
Sumber: Plan Of Action (POA) UPT Puskesmas Dinoyo Tahun 2013

Bedasarkan data tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa jumlah

penduduk yang paling banyak terdapat di Kelurahan Tlogomas dengan

jumlah penduduk 18.323 jiwa, sedangkan jumlah penduduk yang paling

sedikit terdapat di Kelurahan Tunggul Wulung dengan jumlah penduduk

6.836 jiwa. Dilihat pula dengan jarak dari setiap kelurahan ke Puskesmas

Dinoyo, yang paling jauh yaitu dari Kelurahan Sumbersari dengan jarak ±

4 km, dapat disimpulkan pula bahwa jarak Puskesmas Dinoyo sangat

terjangkau dengan daerah wilayah kerjanya.

f. Pelayanan

Berdasarkan ruang lingkup tugasnya, Puskesmas Dinoyo

melayanin 25 jenis layanan, yaitu:

1. Loket pendaftaran dan rekaman medis

2. Poli umum

3. Poli lansia

4. Poli KIA

5. Poli gigi
80

6. Apotek/kamar obat

7. Laboratorium

8. Klinik IMS (Infeksi Menular Seksual)

9. Klinik konsultasi gizi

10. Klinik sanitasi

11. Klinik KDP

12. Klinik PMTCT

13. Klinik ILI (Influenza Like Illness)

14. Klinik tumbuh kembang

15. Klinik MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit)

16. Poli spesialis penyakit dalam

17. Poli spesialis kulit dan kelamin

18. Poli spesialis kandungan

19. Layanan pap smir

20. Layanan imunisasi

21. Pos pemulihan gizi

22. Layanan pemeriksaan kesehatan calon jamaah haji

23. UGD 24 jam

24. Layanan persalinan

25. Layanan rawat inap

(http://puskesmasdinoyo.webs.com/).

g. Pelayanan yang Diterima Pelanggan

Dengan beragam jenis layanan yang disediakan, mka hasil layanan

yang berhak diterima oleh pelanggan antara lain sebagai berikut:


81

Tabel 4.2 Hasil Layanan yang Diterima oleh Masyarakat

No. Jenis Layanan Hasil Layanan yang Diterima oleh Masyarakat


1 Loket pendaftaran dan  Pelayanan mendapat Kartu Tanda Berobat (KTB)
rekaman medis  Pelangga mendapat informasi tentang alur layanan kesehatan
 Pelanggan mendapat secarik kertas mesi antrian
2 Poli umum  Pelanggan mendapat pemeriksaan vital, anamneses,dari
paramedis
 Pelanggan memperoleh KIE, diagnose, terapi, resep obat,
nomor pengambilan obat dari dokter pemeriksa
 Pelanggan memperoleh surat sehat/surat sakit/rujukan
3 Poli lansia  Pelanggan mendapat pemeriksaan vital, anamneses dari
paramedis
 Pelanggan memperoleh KIE, diagnose, terapi, resep, nomor
pengambilan obat dari dokter pemeriksa
4 Poli KIA  Pelanggan mendapat pemeriksaan vital, anamneses dari
paramedis
 Pelanggan poli anak memperoleh KIE, diagnose, terapi,
resep, nomor pengambilan obat dari dokter pemeriksa
 Pelanggan poli hamil mendapat buku
KIA/Imunisasi/pelayanan
 Pelanggan poli KB memperoleh kartuKB, pelayanan KB
5 Poli gigi  Pelanggan mendapat pemeriksaan vital, anamneses dari
paramedis
 Pelanggan memperoleh KIE, diagnoses, terapi, resep, nomor
pengambilan obat dari dokter pemeriksa
6 Apotek/kamar obat  Pelanggan memeroleh obat, KIE tentang pemakaian obat
7 Laboratorium  Pelanggan mendapat pelayanan, hasil laboratorium, KIE
8 Klinik IMS (Infeksi  Pelanggan mendapat konsultasi, pemeriksaan, pengobatan,
Menular Seksual) rujukan pemeriksaan HIV sukarela (VTC/Voluntary
Conseling and Testing)
9 Klinik konsultasi gizi  Pelanggan memperoleh KIE/leaflet sesuai kebutuhan dari
nutrisionis
10 Klinik sanitasi  Pelanggan memperoleh KIE/kunjungan rumah sesuai
kebutuhan
11 Klinik KDP  Pelanggan memperoleh pemeriksaan, pengobatan, KIE, dari
pemegang program Kusta
12 Klinik PMTCT  Pelanggan (Ibu hamil baru) memperoleh pemeriksaan, kalau
posotif di rujuk ke klinik VCT
13 Klinik ILI (Influenza  Pelanggan memperoleh pemeriksaan, pengobatan, resep dari
Like Illness) dokter pemeriksa
 Hasil sample dikirim ke Balitbang, tanpa dikenakan biaya
14 Klinik tumbuh  Pelanggan memperoleh KIE
kembang
15 Klinik MTBS  Pelanggan memperoleh pelayanan tata laksana MTBS, KIE
(Manajemen Terpadu
Balita Sakit)
16 Poli spesialis penyakit  Pelanggan mendapat layanan dokter spesialis, resep, KIE
dalam  Hasil ECG
17 Poli spesialis kulit dan  Pelanggan mendapat layanan dokter spesialis, resep, KIE
kelamin
18 Poli spesialis  Pelanggan mendapat layanan dokter spesialis, resep, KIE
kandungan  Hasil USG
19 Layanan pap smir  Pelanggan memperoleh hasil pap smear, KIE
82

20 Layanan imunisasi  Pelanggan memperoleh pelayanan imunisasi


 Pelanggan memperoleh obat sesuai kebutuhan
21 Pos pemulihan gizi  Pelanggan memperoleh KIE tentang gizi
 Pelanggan memperoleh PMT pemulihan berupa susu dll
 Pelanggan mendapatkan pengetahuan/praktek memasak
bahan yang mempercepat peningkatan gizi
22 Layanan pemeriksaan  Pelanggan memperoleh informasi tentang prosedur CJH
kesehatan calon  Pelanggan memperoleh pemeriksaan laboraturium dan
jamaah haji kesehatan
 Pelanggan memperoleh buku haji hijau
23 UGD 24 jam  Pelanggan memperoleh KTB, KIE sesuai kebutuhan
 Pelanggan mendapat pelayanan,pengobatan sesuai kebutuhan
24 Layanan persalinan  Pelanggan mendapat pelayanan persalinan, KIE, obat-obatan
sesuai kebutuhan
 Pelanggan mendapat makan dan minum
25 Layanan rawat inap  Pelanggan mendapat pelayanan rawat inap sesuai perintah
dokter
 Pelanggan medapat pengobatan, tindakan rawat inap, KIE
atas perintah dokter
Sumber: http://puskesmasdinoyo.webs.com/ (diakses pada tanggal 24 Februari
2014)

h. Sarana Pelayanan Kesehatan

Tabel 4.3 Sarana Pelayanan Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas


Dinoyo
Jumlah Fasilitas Pelayanan Kesehatan
No Kelurahan
PUSTU RS RB BPS Poliklinik
1 Dinoyo 1 1 1
2 Tlogomas 1 1
3 K. Gede 1
4 Merjosari 1 2
5 Sumbersari
6 T. Wulung 1 1
Sumber: Plan Of Action (POA) UPT Puskesmas Dinoyo Tahun 2013

Selain adanya sarana-sarana diatas, untuk menunjang kelancaran

pelayanan kesehatan, Puskesmas Dinoyo juga memiliki peralatan medis

yang terdiri dari set gigi, set puskesmas keliling, set balai pengobatan, set

gawat darurat, set rawat inap, set laboratorium, set KIA dan set KB.

Peralatan non medis terdiri atas mobil puskesmas keliling, kendaraan roda

dua, computer, printer, meja, kursi, lemari, tempat sampah dan lain-lain.
83

i. Tenaga Kesehatan di Puskesmas Dinoyo

Dalam suatu organisasi, sumber daya manusia (SDM) merupakan

faktor utama dalam menggerakkan suatu organisasi. Manusia merupakan

pelaksana dan pengawas dalam suatu organisasi. Dengan demikian,

sumber daya manusia berperan penting untuk tercapainya tujuan

organisasi tersebut. Di Puskesmas Dinoyo terdapat tenaga manusia yang

terdiri dari tenaga medis, paramedis perawat, paramedis non perawat,

pekarya kesehatan dan non medis.

Tabel 4.4 Ketenagaan di Puskesmas Dinoyo


Yang Ada Status
No Jenis Ketenagaan Kekurangan Keterangan
Sekarang Kepegawaian
1 Dokter Umum 5 1 PNS 1 Ka Puskesmas
2 Dokter Gigi 2 1 PNS
3 S1 Keperawatan 1 PNS
4 S1 Gizi 1 PNS
5 S1 Farmasi 1 CPNS
6 S1 Bidan 2 PNS
7 Sarjana/D3
SKM 1 PNS
AKPER 10 3 PNS
AKBID 13 2 PNS, 1PTT
APK 2 PNS
AKZI 1 PNS
AKAFARMA 1 PNS
8 Perawat/SPK 2 1 PNS
9 Perawat Gigi 1 1 PNS
10 Tekniker Gigi 1 PNS
11 Tenaga
2 PNS
Laboratorium
12 SAA 1 PNS
13 Tenaga
6 PNS
Administrasi
14 Sopir 1 PNS
Sumber: Plan Of Action (POA) UPT Puskesmas Dinoyo Tahun 2013

Berdasarkan tabel diatas, dapat di simpulkan bahwa Puskesmas

Dinoyo memiliki 54 pegawai. Namun Puskesmas Dinoyo masil

mengalami kekurangan pegawai sebanyak 9 pegawai. Kekurangan

terdapat di 1 dokter umum, 1 dokter gigi dan 7 perawat.


84

j. Struktur Organisasi dan Tata Kerja

Adapun struktur organisasi pada Puskesmas Dinoyo seperti

berikut:

STRUKTUR ORGANISASI
UPT PUSKESMAS DINOYO

KEPALA PUSKESMAS
Dr. Bayu Cahya Wibawa

MANAGEMENT REPRESENTATIF SUB BAGIAN TATA USAHA


Puji Rahayu, SST Juwari

SEK. I TIM MUTU SEK. II TIM MUTU KEUANGAN KEPEGAWAIAN SP2TP


Ari DKI, Amd Kep. Aditya Hajar S.R, S. Kep Kholifah Juwari Dra. Markati Wijayani

LEAD AUDITOR
Dr. Farid Setiawan

Koordinator Upaya Koord Upaya Kes. Mas. Koordinator Koordinator


Kesehatan Masyarakat (Pengendalian) UpayaKesehatan Upaya Rawat Inap
Lilik D arwati, B.Sc D r. Farid Setiawan D r. Sodig Purnama D r. Farid Setiawan

PENANGGUNG JAWAB PENANGGUNG JAWAB PENANGGUNG JAWAB PENANGGUNG JAWAB


UKS & ARU IMUNISASI PILO UMUM & LANSIA UGD
Ari DKL, Amd. Kep. Wiwin W, Amd. Keb. Dr. Sodig Purnama Yuyun O, Amd. Kep.
UKGS & UKGM P2 DBD POLI GIGI RAWAT INAP
Untung Pr ibadi, Amd. Kes. Gi ElliefY, S. Kep. Ns Drg. Yuni Susilawati Yuyun O, Amd. Kep.
PERBAIKAN GIZI P2 TB POLI KIA KAMAR BERSALIN
Fifin ENR, Amd Gizi Hesti Y, SKM Murti Utami, Amd.Keb. Sukemi, S.ST
KESEHATAN JIWA P2 MH / KUSTA KLINIK GIZI AMBULANS
Ipang D, Amd. Kep. ElliefY, S. Kep. Ns Puji Rahayu, SST Koko Sujianto
UKK P2 ISPA KLINIK SANITASI
Riantati D, Amd. Keb. Er ista, Amd. Keb. Lilik Darwati, B.Sc
PEMBERD. & PROMKES NAPZA AMBULANS
Defi Az hari, S.Sos Arum EKW, S. Farm. Koko Sujianto
KES. LINGKUNGAN HIV, AIDS & IMS PUSKESMAS
Lilik Darwati, B.Sc ElliefY, S. Kep. Ns Ipang WW, Amd. Kep
KESEHATAN INDERA ILI LABORATORIUM
Hasanah ElliefY, S. Kep. Ns Budi Ari Bowo
BATRA KAMAR OBAT
Defi Az hari, S.Sos. Arum EKW, S. Farm.
KES. KELUARGA UGD
Murni Utami, Amd. Keb Yuyun Oktas ari, Amd. Kep
POS. KES. PESANTREN KB
Lilik Darmawati, B.Sc Ninik I, Amd. Keb.
KES. OLAHRAGA GUDANG OBAT
Ari DKL, Amd. Kep. Lutfiana A, Amd. Farm.
USAHA KES. LANSIA KLINIK IMS
Lina Sriyatun,Amd. Kep. Dr. Farid Setiawan
KELUARGA SIAGA KLINIK ILI
Ririn Diawati, Amd. Keb. ElliefY, S. Kep. Ns

Koordinator Koordinator Koordinator Pustu Koordinator Koordinator Pustu


Pustu Sumbersari Pustu Merjosari Tanggulwulung Pustu Tlogomas Genting Merjosari
Yuni D , S.ST Sri Rahayu DVE Santi, Amd. Keb. Hasanah Ririn D , Am d. Kep.

Ketua Tim Ketua Tim Ketua Tim Ketua Tim


Kep. Pelanggan Tata Graha Peng. Lim. Medis Pengelola Barang
D rg. Dina Indarti Juwari Lilik D arwati, B.Sc Elief Y, S. Kep. Ns

Gambar 4.2 Struktur Organisasi Puskesmas Dinoyo


Sumber: Data Puskesmas Dinoyo tahun 2014
85

B. Penyajian Data

1. Implementasi Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 dalam

pelayanan kesehatan kepada masyarakat di Puskesmas Dinoyo Kota

Malang.

a. Sistem Manajemen Mutu

Puskesmas Dinoyo menetapkan, mendokumentasikan dan

memelihara sistem manajemen mutu secara terus-menerus untuk

memastikan bahwa seluruh aktivitas berjalan secara efektif, memenuhi

persyaratan dan mencapai kepuasan pelanggan. Keterkaitan serta interaksi

antar proses-proses yang terkait dengan aktivitas operasional di Puskesmas

Dinoyo digambarkan dalam Diagram Interaksi Proses.


86

Gambar 4.3 Diagram Interaksi Antar Proses Sistem Manajemen Mutu Puskesmas
Dinoyo
Sumber: Data Puskesmas Dinoyo tahun 2010
87

Dokumen Sistem Manajemen Mutu yang diterapkan di Puskesmas

Dinoyo adalah sebagai berikut:

 Kebijakan Mutu

 Sasaran Mutu

 Manual Mutu

 Prosedur Kerja

 Instruksi Kerja

 Dokumen Pendukung lain

Seperti yang dikatakan oleh Ibu Puji Rahayu selaku Management

Representative di Puskesmas Dinoyo:

“untuk sistem manajemen mutu, di Puskesmas Dinoyo


menggunakan dokumen kebijakan mutu, sasaran mutu, manual
mutu, prosedur kerja, instruksi kerja dan dokumen pendukung lain.
Nah manual mutu ini di gunakan sebagai acuan untuk penerapan
sistem mutu di Puskesmas Dinoyo. Penjelasan tentang klausul ISO
yang digunakan Puskesmas Dinoyo ada di manual mutu ini. Untuk
lebih detail lagi Puskesmas Dinoyo menetapkan dokumen prosedur
kerja untuk menjelaskan tanggung jawab, ketentuan dan uraian
kegiatan dari setiap unit ˮ (wawancara pada tanggal 28 Februari
2014 bertempat di ruang Management Representative pada pukul
09.55)

Senada dengan yang dikatakan oleh Bapak Ari selaku sekretaris I

tim mutu di Puskesmas Dinoyo:

“terdapat banyak dokumen yang digunakan oleh Puskesmas


Dinoyo setelah menerapkan ISO 9001:2008, untuk lebih detail
dokumen apa saja bisa dilihat di manual mutu. Disitu menjelaskan
fungsi dari dokumen-dokumen yang digunakan di Puskesmas
Dinoyo ” (wawancara pada tanggal 28 Januari 2015 bertempat di
ruang Management Representative pada pukul 09.00)

Penerapan Manual Mutu bertujuan untuk memberikan arahan bagi seluruh

pegawai Puskesmas Dinoyo dalam penerapan sistem yang efektif dan

memenuhi peraturan yang berlaku untuk melakukan perbaikan secara


88

berkelanjutan terhadap kinerja Puskesmas Dinoyo, menjamin kepuasan

pelanggan, pasien dan pihak-pihak yang berkepentingan. Menual Mutu

juga bertujuan untuk memelihara penerapan sistem manajemen mutu yang

memenuhi persyaratan standarinternasional ISO 9001:2008. Secara garis

besar dokumen Manual Mutu membahas berbagai hal sebagai berikut:

 Lingkungan penerapan

 Sistem Manajemen Mutu Puskesmas Dinoyo dan justifikasi untuk

pengesampingan persyaratan ISO 9001:2008 yang diperkenalkan.

 Dokumentasi sistem mutu yang ditetapkan

 Gambar dan interaksi berbagai proses yang ditetapkan

Puskesmas Dinoyo memastikan bahwa dokumen sistem yang di

gunakan senantiasa sesuai dengan implementasinya dengan menetapkan

mekanisme pengendali dokumen dalam Prosedur Kerja Pengendali

Dokumen. Prosedur ini dibuat untuk menjamin bahwa semua dokumen

sistem mutu digunakan dan dikendalikan secara efektif. Prosedur ini

diterapkan untuk mengesahkan, merubah, meninjau, mengidentifikasi,

memberi status revisi dokumen serta mencegah pemakaian dari dokumen

internal yang tidak berlaku/kadaluarsa. Selain itu, prosedur ini juga

mengatur tentang pengendalian dokumen eksternal, yaitu pemastian

penggunaan peraturan serta perundang-undangan bidang kesehatan yang

sesuai dan berlaku. Dalam hal ini, Management Representative (Wakil

Manajemen) beserta Sekretaris ISO bertanggung jawab melaksanakan

akivitas pengendalian dokumen.


89

Dokumen sistem mutu harus mendapat pengesahan dari pejabat

yang berwenang sesuai dengan jenis dokumen yang akan diterbitkan.

Tabel 4.5 Kewenangan Pengesahan Dokumen


Jenis Dokumen Disiapkan Oleh Diperiksa Oleh Disetujui Oleh
Kebijakan Kepala
- -
Mutu Puskesmas
Management Kepala
Manual Mutu -
Representative Puskesmas
Kepala Unit/ Sub
Management Kepala
Prosedur Kerja Bagian/Sekretaris
Representative Puskesmas
ISO
Kepala Sub Unit Kepala Unit/Sub Kepala
Instruksi Kerja
terendah Bagian Puskesmas
Kepala Sub Unit Kepala Unit/Sub Kepala
Daftar Tilik
terendah Bagian Puskesmas
Kepala Unit/Sub Kepala
Sasaran Mutu -
Bagian Puskesmas
JOB
Kepala
Description & - -
Puskesmas
Specification
Sumber: Dokumen Prosedur Kerja Pengendali Dokumen Puskesmas
Dinoyo tahun 2012

Setiap dokumen sistem mutu yang di terbitkan memuat judul,

nomor dokumen, status revisi, tanggal berlaku dan pengesahan. Seperti

yang dikatakan oleh Ibu Puji Rahayu selaku Management Representative

di Puskesmas Dinoyo:

“setiap dokumen yang diterbitkan diberi stempel untuk


menjelaskan status dokumen tersebut. Stempel “berlakuˮ untuk
dokumen yang menjadi acuan dalam suatu kegiatan. Stempel
“indukˮ untuk dokumen asli. Stempel “terkendaliˮ untuk dokumen
yang didistribusikan kepada unit-unit. Stempel “tidak terkendaliˮ
untuk dokumen yang diberikan kepada pihak luar Puskesmas
Dinoyo. Stempel “kadaluarsaˮ untuk dokumen yang sudah tidak
digunakan.ˮ (wawancara pada tanggal 28 Februari 2014 bertempat
di ruang Management Representative pada pukul 09.55)

Dokumen sistem mutu yang dijadikan acuan dalam melaksanakan

pekerjaan dan didistribusikan kepada pihak terkait adalah dokumen sistem


90

mutu yang diidentifikasiksan dengan stempel “TERKENDALI, SALINAN

NO:ˮ. Sedangkan dokumen sistem mutu yang asli diberi stempel

“INDUKˮ pada cover dokumen, dan disimpan di ISO sekretariat.

Dokumen sistem mutu yang diberikan kepada pihak lain yang

berkepentingan di luar UPT Puskesmas Dinoyo di beri stempel “TIDAK

TERKENDALIˮ dan penerima dokumen mengisi surat pernyataan tidak

akan menggandakan dokumen. Apabila terdapat dokumen revisi yang

diberlakukan, maka dokumen terdahulu telah kadaluarsa dan harus ditarik

dari peredaran yang dilakukan oleh Sekretaris ISO. Pada dokumen

kadaluarsa diberi stempel “KADALUARSAˮ untuk dokumen induk

sedangkan dokumen yang lain akan dimusnahkan. Dokumen dengan

stempek “BERLAKUˮ untuk dokumen acuan dalam kegiatan, disimpan

dan dikendaliakan oleh masing-masing bagian terkait.


91

Gambar 4.4 Stempel Dokumen Puskesmas Dinoyo


Sumber: Prosedur Kerja Pengendali Dokumen tahun 2012

Di Puskesmas Dinoyo, arsip/catatan harus disimpan dan dipelihara

untuk memberikan bukti kesesuaian dengan persyaratan dan beroprasinya

secara efektif sistem manajemen mutu. Puskesmas Dinoyo senantiasa

memastikan arsip/catatan dapat dibaca, siap ditunjukkan, dan disimpan

dengan baik. Mekanisme pengendalian arsip telah ditetapkan untuk

mengatur identifikasi, penyimpanan, perlindungan, pengambilan, masa

simpan, dan pembuangan arsip dalam Prosedur Kerja Pengendalian Arsip

Non Medis.
92

Sesuai dengan yang dikatakan oleh Bapak Ari selaku sekretaris I

tim mutu di Puskesmas Dinoyo:

“nah, buat pengendalian dokumen arsip disini menggunakan


prosedur kerja pengendali arsip non medis dan prosedur kerja
pengendali arsip medis” (wawancara pada tanggal 28 Januari2015
bertempat di ruang Management Representative pada pukul 09.10)

Rekam medis sebagai bukti kegiatan baik tertulis atau terekam

tentang identitas, anamnesa, diagnosa, tindakan medis, pengobatan dan

penentuan fisik laboratorium serta pemeriksaan penunjang lainnya yang

diberikan kepada pasien harus dikumpulkan, disimpan dan dipelihara

secara sistematis sehingga berupa sumber informasi yang efektif bagi

pelayan kesehatan di Puskesmas Dinoyo. Setiap petugas puskesmas yang

melayanin pasien atau yang melakukan tindaka terhadap pasien harus

mencatat semua tindakan yang diberikan kepada pasien tersebut dalam

lembaran-lembaran rekam medis, sesuai wewenang dan tanggung jawab.

Rekam medis yang disimpan ditentukan pemeliharaannya untuk mencegah

kehilangan dan penurunan mutu dengan mempertimbangkan lingkungan

penyimpanan. Masa penyimpanan rekam medis ditentukan sesuai

ketetapan yang berlaku. Manajemen Puskesmas Dinoyo menetapkan

Kepala Unit Penunjang sebagai penanggung jawab terhadap pencatatan,

penyimpanan, dan pengeluaran Rekam Medis Puskesmas Dinoyo. Tata

cara pengelolahan dan pengendalian rekam medis lebih lanjut diperjelas

dengan Prosedur Kerja Pengelolahan Arsip Medis.


93

b. Tanggung Jawab Manajemen

Pemimpin puncak di Puskesmas Dinoyo adalah Kepala Puskesmas.

Kepala Puskesmas bertanggung jawab melaksanakan tugas pokok

pelayanan, pembinaan dan pengembangan upaya kesehatan secara

peripurna kepada masyarakat di wilayah kerjanya. Kepala Puskesmas

Dinoyo mengidentifikasi bentuk pelayanan kesehatan yang mampu

memenuhi harapan dan meningkatkan kepuasa pelanggan. Kepala

Puskesmas Dinoyo membuktikan komitmennya untuk mengembangkan

dan menerapkan sistem manajemen mutu serta perbaikan berkelanjutan

dengan cara:

 Menetapkan Kebijakan Mutu dan rencana strategis yang relevan

dengan harapan pelanggan serta peraturan perundang-undangan

yang berlaku.

 Mengomunikasikan Kebijakan Mutu serta rencana strategis dalam

forum komunikasi internal Puskesmas Dinoyo.

 Menetapkan Sasaran Mutu sebagai instrumen untuk memastikan

realisasi/ implementasi Kebijakan Mutu dalam proses internal.

 Melakukan tinjauan manajemen atas seluruh aspek manajemen dan

operasional Puskesmas Dinoyo.

 Menyediakan sumber daya yang diperlukan agar seluruh prosedur

dapat terlaksana dengan efektif.

Seperti yang dikatakan oleh Ibu Puji Rahayu selaku Management

Representative di Puskesmas Dinoyo:

“jelas pimpinan puncak yang ada di Puskesmas Dinoyo yaitu


Kepala Puskesmas. Lalu sebagai bukti bahwa Kepala Puskesmas
94

komitmen terhadap sistem manajemen mutu yang di gunakan di


Puskesmas Dinoyo, Kepala Puskesmas menetapkan kebijakan
mutu, menetapkan perencanaan berupa sasaran mutu dan Plan of
Action yang dibuat tiap tahunnya. Selain itu juga dengan
melakukan tinjauan manajemen yang dilakukan tiap enam bulan
sekali.ˮ (wawancara pada tanggal 28 Februari 2014 bertempat di
ruang Management Representative pada pukul 09.55)

Pegawai di Puskesmas Dinoyo terdiri dari Tenaga Medis (dokter)

dan Tenaga Para medis (perawat dan bidan), dan tenaga para medis non

keperawatan. Kepala Puskesmas Dinoyo menetapkan tanggung jawab dan

wewenang seluruh tenaga medis dan nonmedis sesuai tugas pokok dan

fungsi yang ada pada struktur organisasi dalam dokumen Job Description

and Specification. Dalam Job Description and Specification mencakup

rumusan tugas dan fungsi, uraian tugas, wewenang, tanggung jawab,

persyaratan jabatan.

Dalam mengimplementasikan Sistem Manajemen Mutu ISO

9001:2008, Kepala Puskesmas Dinoyo menunjuk seorang Wakil

Manajemen (Management Representative) yang merupakan pegawai

internal Puskesmas Dinoyo. Wakil Manajemen bertanggung jawab sebagai

penghubung dengan pihak luar dalam masalah yang berkaitan dengan

sistem manajemen mutu. Selain itu, Wakil Manajemen juga dibantu oleh

Sekretaris ISO sebagai penerbit dan pengendalian dokumen sistem mutu.

Seperti yang dikatakan oleh Ibu Puji Rahayu selaku Management

Representative di Puskesmas Dinoyo:

“sedangkan tanggung jawab manajemen dalam implementasi ISO


di Puskesmas Dinoyo, Kepala Puskesmas menunjuk Wakil
Manajemen, seperti posisi yang saya tempati ini sebagai wakil
menejemen. Tugas saya bertanggung jawab atas seluruh yang
berhubungan dengan sistem manajemen mutu ISO di Puskesmas
95

Dinoyo. Saya juga di bantu oleh Sekretaris ISO untuk membantu


tugas-tugas yang saya emban.” (wawancara pada tanggal 28
Februari 2014 bertempat di ruang Management Representative
pada pukul 10.00)

Sesuai dengan yang dikatakan oleh Bapak Ari selaku sekretaris I

tim mutu di Puskesmas Dinoyo:

“jabatan yang saya emban ini sebagai sekretaris I tim mutu yang
nantinya akan membantu tugas-tugas bu Puji selaku Management
Representatuve ” (wawancara pada tanggal 28 Januari 2015
bertempat di ruang Management Representative pada pukul 09.15)

Untuk menjamin proses komunikasi berjalan efektif, Puskesmas

Dinoyo menetapkan mekanismenya pada Prosedur Kerja Komunikasi.

Prosedur ini digunakan untuk menjamin komunikasi, baik komunikasi

internal maupun komunikasi dengan pelanggan, sehingga sistem

manajemen mutu dapat terlaksana dengan efektif, efisien dan tepat guna.

Komunikasi dengan pelanggan dapat dikalukan melalui kotak saran, IKM,

penanganan keluhan. Sedangkan komunikasi internal dapat dilakukan

melalui:

 Rapat Tinjauan Manajemen

 Mini Lokakarya

 Siang Klinik

 Rapat Unit

 Surta Keputusan, Surat Tugas, Surat Perintah

 Sosialisasi dan informasi melalui papan pengumuman

 Apel pagi

Sesuai dengan yang dikatakan oleh Ibu Puji Rahayu selaku

Management Representative di Puskesmas Dinoyo:


96

“agar terciptanya pelaksanaan sistem manajemen mutu yang efektif,


efisisen dan tepat sasaran, Puskesmas Dinoyo berusaha
mewujudkan komunikasi yang efisien. Baik komunikasi internal
dan komunikasi dengan pelanggan. Nah, untuk mewujudkan
komunikasi yang efisien, kami perpegangan dengan Prosedur Kerja
Komunikasi, di dalamnya mencakup bentuk-bentuk komunikasi
apa saja yang dilakukan oleh Puskesmas Dinoyo.ˮ (wawancara
pada tanggal 28 Februari 2014 bertempat di ruang Management
Representative pada pukul 10.10)

Salah satu bentuk tanggung jawab manajemen yang dilakukan oleh

Kepala Puskesmas Dinoyo adalah dengan melakukan Tinjauan

Manajemen. Kelapa Puskesmas Dinoyo melaksanakan Tinjauan

Manajemen tiap enam bulan sekali untuk memastikan kesesuaian dan

keefektifan implementasi sistem manajemen mutu di Puskesmas Dinoyo.

Kepala Puskesmas melaksanakan Tinjauan Manajemen dalam bentuk rapat

yang dihadiri oleh Management Representative, Kepala Unit dan Sub Unit,

Kepala Sub Bagian TU dan Internal Auditor.

c. Manajemen Sumber Daya

Kepala Puskesmas Dinoyo bertugas menetapkan kebutuhan sumber

daya yang diperlukan. Menyediaan dan menetapkan kebutuhan sumber

daya pada Puskesmas Dinoyo diperlukan agar sistem manajemen mutu

dapat terpelihara dan terus menerus diperbaiki keefektifannya serta

meningkatkan pelayanan kepada pelanggan dengan memenuhi

persyaratannya. Dalam hal ini Kepala Sub Bagian Tata Usaha bertanggung

jawab atas administrasi kegiatan kebutuhan dan pengembangan serta

kesejahteraan pegawai Puskesmas Dinoyo. Setelah mengidentifikasi

kebutuhan pegawai, Kepala Puskesmas memerintahkan Kepala Urusan


97

untuk membuat Surat Usulan Penambahan Tenaga Kesehatan kepada

Dinas Kesehatan Kota Malang.

Seperti hasil wawancara dengan Ibu Puji Rahayu selaku

Management Representative di Puskesmas Dinoyo

“Puskesmas Dinoyo memiliki batasan wewenang untuk pemenuhan


pegawai dan sarana prasarana, puskesmas hanya bisa mengajukan
usulan saja. Yang mengurus kebutuhan pegawai dan sarana
prasarana ini dilakukan oleh Bapak Juwari selaku Sub Bagian Tata
Usaha” (wawancara pada tanggal 28 Februari 2014 bertempat di
ruang Management Representative pada pukul 10.15)

Puskesmas Dinoyo memiliki batasan wewenang dalam

merealisasikan penyediaan kebutuhan sumber daya. Penyediaan sumber

daya baik sumber daya manusia maupun sarana dan prasarana hampir

seluruhnya berasal dari Dinas Kesehatan. Puskesmas Dinoyo hanya

merencanakan kebutuhan dan melaksanakan verifikasi atas barang barang

yang diserahkan dari Dinas Kesehatan Kota. Beberapa kebutuhan yang

dapat diadakan sendiri oleh Puskesmas adalah bahan habis pakai serta

barang cetakan.

Sesuai dengan hasil wawancara dengan Kepala Sub Unit Tata

Usaha, Bapak Juwari

“pemenuhan kebutuhan pegawai di Puskesmas Dinoyo sepenuhnya


di sediakan oleh Dinas Kesehatan Kota Malang. Puskesmas
Dinoyo hanya merekomendasikan kebutuhan pegawai yang
dibutuhkan. Selanjutya Dinas Kesehatan yang mengajukan ke
Pemerintah Kota”(wawancara paha hari Jum’at 28 Februari2014
bertempat di ruang tata usaha Puskesmas Dinoyo pada pukul
09.30)

Menetapkan kebutuhan sumber daya yang dibutuhkan oleh

Puskesmas Dinoyo dilakukan pada saat Mini Lokakarya. Mini Lokakarya

merupakan pertemuan rutin untuk melakukan evaluasi terhadap program


98

dan menentukan tindak lanjut dari masalah yang ditemukan dan dilakukan

setiap kurun waktu tertentu.

Sesuai dengan hasil wawancara dengan Kepala Sub Unit Tata

Usaha, Bapak Juwari

“seperti halnya pemenuhan pegawai, pemenuhan sarana dan


prasarana di Puskesmas Dinoyo sepenuhnya disediakan oleh Dinas
Kesehatan Kota. Puskesmas Dinoyo membuat rekomendasi
kebutuhan pegawai dan sarana pada saat Mini Lokakarya rutin.
Selanjutnya Dinas Kesehatan Kota mengajukan rekomendasi
kepada Pemerintah Kota” (wawancara pada hari Jum’at tanggal 28
Februari 2014 bertempat di ruang tata usaha Puskesmas Dinoyo
pada pukul 09.40)

Puskesmas Dinoyo melalui Sub Bagian Tata Usaha, setiap tahun

mengidentifikasi dan mengusulkan kebutuhan tanaga, sesuai rasio yang

telah ditetapkan dalam peraturan yang berlaku. Pada waktu yang tidak

dapat ditentukan, Puskesmas Dinoyo bisa mendapatkan tenaga dari Dinas

Kesehatan Kota Malang sehingga manajemen perlu menetapkan

mekanisme untuk mengoptimalkan sumber daya manusia yang dimiliki.

Puskesmas Dinoyo menetapkan standar kompetensi untuk memastikan

bahwa seluruh pegawai yang melaksanakan pekerjaan telah memiliki

kompetensi yang sesuai. Setiap tahun, dilakukan tinjauan terhadap

kompetensi pegawai untuk melihat kesenjangan antara standar dengan peta

kompetensi yang ada saat ini. Mekanisme pengelolaan pegawai di

Puskesmas Dinoyo diatur dalam Prusedur Kerja Pengelolahan Pegawai.

Prosedur Pengelolahan Pegawai ini bertujuan untuk menetapkan

tata cara kegiatan kebutuhan dan mutasi pegawai Puskesmas Dinoyo.

Untuk tinjauan terhadap kompetensi pegawai, di perlukan penilaian

pegawai yang dilakukan oleh Kepala Puskesmas Dinoyo. Dalam proses


99

penilaian pegawai, blangko DP3 untuk PNS dapat digunakan sebagai alat

bantu untuk menilai pegawai secara periodik setahun sekali. Dasar

penialaian lain adalah absensi rapat/pertemuan, kelengkapan atribut,

pengisian absensi di ruangan yang dilakukan tiap hari kerja. Selanjutnya

Kepala Urusan Tata Usaha merekap penilaian yang telah dilakukan setiap

satu tahun untuk bahan penilaian. Indikator keberhasilan dilihat dari

tercapainya kinerja pegawai Puskesmas Dinoyo dengan sasaran mutu.

Berdasarkan hasil analisis kompetensi, Manajemen Puskesmas

Dinoyo mengajukan usulan kepada Dinas Kesehatan untuk pemenuhan

kompetensi bagi pegawai yang memerlukan peningkatan kompetensi.

Realisasi atas ajuan tersebut sepenuhnya bergantung kepada keputusan

Dinas Kesehatan Kota Malang. Secara periodik, manajemen Puskesmas

Dinoyo menilai efektivitas pengembangan kompetensi pegawai yang telah

dilaksanakan. Mekanisme pengembangan kompetensi pegawai dituangkan

dalam Prosedur Kerja Pendidikan dan Pelatihan.

Prosedur Kerja Pendidikan dan Pelatihan ini bertujuan untuk

menetapkan tata cara pengaturan penyelenggaraan pendidikan dan

pelatihan bagi pegawai Puskesmas Dinoyo sebagai media peningkatan dan

pengembangan kemampuan. Kepala Sub Bagian Tata Usaha bertanggung

jawab atas koordinasi pelaksanaan pendidikan, pelatihan, dan seminar

guna peningkatan kompetensi pegawai. Pendidikan dan pelatihan

dilaksanakan berdasarkan Program Pendidikan dan Pelatihan Tahunan dan

penawaran lembaga di luar Puskesmas Dinoyo ataupun perintah untuk

mengikuti diklat dari Dinas Kesehatan Kota Malang.


100

Sedangkan kegiatan pengelolahan sarana dan prasarana di

Puskesmas Dinoyo mengacu pada peraturan dan perundang-undangan

yang berlaku yang mengatur tentang kriteria minimum sarana dan

prasarana yang harus dimiliki puskesmas. Puskesmas Dinoyo melalui tim

Pengelolahan Barang mengidentifikasi kesesuaian jumlah dan kondisi

nyata sarana prasarana yang ada terhadap peraturan yang berlaku.

Aktivitas pemeliharaan dan perbaikan sarana prasarana diatur dalam

Prosedur Kerja Pemeliharaan dan Perbaikan Sarana.

d. Realisasi Pelayanan Kesehatan

Untuk melaksanakan pelayanan kesehatan kepada masyarakat

Puskesmas Dinoyo merencanakan tahapan untuk masing-masing kegiatan

pelayanan yaitu perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan pengukuran,

evaluasi dan tindak lanjut. Seluruh proses, sumber daya, pemantauan serta

bukti masing-masing kegiatan direncanakan dalam dokumen Rencana

Mutu.

Puskesmas Dinoyo melakukan tinjauan persyaratan bagi pelayanan

UKP kepada setiap pasien yang berkunjung baik untuk pelayanan poli

rawat jalan, ruang tindakan, maupun pelayanan penunjang. Tindakan

dilakukan sebelum memutuskan kesanggupan Puskesmas untuk

memberikan layanan. Pasien yang tidak dapat ditangani oleh Puskesmas

dirujuk kesarana kesehatan lain seperti rumah sakit.

Sesuai dengan yang dikatakan oleh Ibu Puji Rahayu selaku

Management Representative di Puskesmas Dinoyo:


101

“pasien yang datang ke Puskesmas ini banyak, banyak pasien yang


dapat ditangani dengan fasilitas dan sumber daya yang ada, namun
juga ada beberapa pasien yang harus di rujuk ke rumah sakit karena
keterbatasan yang dimiliki oleh puskesmas, contohnya seperti
pasien yang harus dioperasi, jelas di Puskesmas Dinoyo ini tidak
memiliki fasilitas untuk ituˮ (wawancara pada tanggal 14 Maret
2014 bertempat di ruang Management Representative pada pukul
09.00)

Untuk metode komunikasi pelangga, Puskesmas Dinoyo

menetapkan metode dengan pelanggan eksternal melalui rekam medis,

surat rujuakan, resep, permintaan periksa lab, kuesioner kepuasan pelangga,

kotak saran, papan pengumuman, konseling, penyuluhan melalui poster

dan multimedia. Salah satu bentuk komunikasi pelanggan dapat di lihat

melalui diagram alur pada loket pendaftaran dan rekam medis dibawah ini.
102

Gambar 4.5 Diagram Alur Pelayanan Loket Pendaftaran dan Rekam Medis
Sumber: Dokumen Puskesmas Dinoyo

Dalam merealisasikan proses pengadaan barang dan jasa,

Puskesmas Dinoyo memiliki batasan wewenang. Sebagian besar

pengadaan barang dan jasa ada pada Dinas Kesehatan Kota Malang,
103

terutama untuk pengadaan alat kesehatan, obat, pemeliharaan/perbaikan

alat kesehatan, maupun pengadaan tenaga kesehatan. Untuk proses

pengadaan alat tulis kantor, barang cetakan serta bahan habis pakai untuk

kebutuhan laboratorium, kamar obat, dan semua poli dapat dilakukan oleh

puskesmas. Dinas Kesehatan Kota Malang selaku pemasok dipastikan

mampu menyediakan barang dan jasa sesuai dengan kebutuhan puskesmas.

Evaluasi ulang terhadap Dinas Kesehatan Kota Malang selaku pemasok

dijalankan sebatas memberi umpan balik bagi peningkatan kinerja

pengadaan barang Dinas Kesehatan.

Puskesmas Dinoyo merencanakan kebutuhan barang habis pakai

setiap bulannya. Masing-masing unit mengajukan kebutuhan sarana

kepada Tim Pengelola Barang. Selanjutnya Tim Pengelola Barang

menghimpun kebutuhan dan meminta persetujuan kepada Kepala

Puskesmas. Untuk alat kesehatan dan obat, daftar kebutuhan tersebut

diajukan ke Dinas Kesehatan Kota Malang. Untuk bahan habis pakai,

barang cetakan dan alat tulis kantor pengajuannya kepada Kepala

Puskesmas yang kemudian dapat dilakukan pengadaan sendiri oleh

Puskesmas.

Sesuai dengan yang dikatakan oleh Ibu Puji Rahayu selaku

Management Representative di Puskesmas Dinoyo:

“di Puskesmas Dinoyo terdapat rapat mini lokakarya, dimana


didalamnya membahas evaluasi program dan permasalahan yang
ada, termasuk juga mengevaluasi kebutuhan-kebutuhan yang
diperlukan, baik nanti diajukan kepada Dinas Kesehatan maupun
Kepala Puskesmas ˮ (wawancara pada tanggal 14 Maret 2014
bertempat di ruang Mangement Representative pada pukul 09.15)
104

Sebelum barang diterima, Tim Pengelola Barang Puskesmas

melakukan pemeriksaan terhadap barang untuk memastikan barang yang

diterima tersebut sudah sesuai dengan persyaratan. Mekanisme identifikasi

kebutuhan, proses pengadaan, dan pemeriksaan barang dilakukan sesuai

Prosedur Kerja Pengadaan Barang dan Jasa.

Sesuai dengan yang dikatakan oleh Ibu Elief selaku Ketua Tim

Pengelola Barang di Puskesmas Dinoyo:

“untuk menjaga mutu di Puskesmas Dinoyo, barang-barang yang


diterima saya periksa dulu buat memastikan sesuai apa tidak sama
persyaratan yang sudah ditetapkan” (wawancara pada tanggal 28
Januati 2015 bertempat di Puskesmas Dinoyo pada pukul 09.20)

Bentuk realisasi kegiatan pelayanan kesehatan, Puskesmas Dinoyo

melaksanakan kegiatan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) dan Upaya

Kesehatan Masyarakat. Kegiatan Upaya Kesehatan Perorangan dilakukan

oleh dokter / paramedis / petugas sesuai dengan Rencana Mutu dan

Instruksi Kerja yang sudah ditetapkan. Setiap petugas mencatat keadaan

pasien yang berobat di Puskesmas Dinoyo dalam Rekam Medis.

Sedangkan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dilakukan oleh petugas

Puskesmas Dinoyo sesuai dengan program yang telah ditetapkan oleh

Dinas Kesehatan Kota Malang.

e. Pengukuran, Analisis dan Perbaikan

Puskesmas Dinoyo melakukan pematauan, pengukuran dan

perbaikan sebagai upaya untuk menunjukan kesesuai dengan implementasi

sistem manajemen mutu. Untuk memantau apakah Puskesmas Dinoyo

telah memenuhi persyaratan pelanggan, Puskesmas Dinoyo menggunakan


105

metode dangan menyebar kuisioner kepuasan pelanggan secara periodik,

yaitu setiap enam bulan sekali. Penyebaran kuisioner dilakukan oleh Tim

Kepuasan Pelanggan, berkoordinasi dengan masing-masing unit pelayanan.

Pengelolahan dan analisis data kepuasan pelanggan dilakukan oleh Tim

Kepuasan Pelanggan, lalu hasilnya dilaporkan kepada Management

Representative. Mekanisme pengukuran kepuasan pelanggan diatur dalam

Prosedur Kerja Kepuasan Pelanggan.

Seperti yang dikatakan oleh Ibu Dina Indarti selaku Ketua Tim

Kepuasa Pelangga di Puskesmas Dinoyo:

“untuk hasil kepuasan pelanggan pada rapat tinjauan manajemen,


saya melakukan perhitungan dengan indek unsur-unsur pelayanan,
saya di bantu oleh unit-unit pelayanan untuk menyebarkan
kuesioner ke beberapa pelanggan kemudia hasilnya saya buatkan
laporan yang saya serahkan kepada management representative”
(wawancara pada tanggal 28 Februari 2014 bertempat di
Puskesmas Dinoyo pada pukul 10.30)

Untuk memantau apakah sistem manajemen mutu telah memenuhi

perencanaan, Puskesmas Dinoyo melakukan audit internal. Audit internal

dilakukan secara periodik yaitu enam bulan sekali. Kepala Puskesmas

membentuk Tim Audit Internal dan menunjuk Kepala Auditor Internal.

Auditor internal dibekali kompetensi mengaudit dengan diikutkan dalam

pelatihan audit internal. Pemilihan auditor adalah berdasarkan objektivitas

dan ketidakberpihakan proses audit, yaitu auditor tidak boleh mengaudit

pekerjaan mereka sendiri. Kegiatan perencanaan, persiapan, pelaksanaan

dan tindak lanjut audit internal ditetapkan dalam Prosedur Kerja Audit

Internal. Sedangkan untuk memantau program puskesmas, dilakukan

monitoring dan evaluasi. Secara internal evaluasi dan monitoringg


106

dilakukan oleh Kepala Puskesmas. Melalui monitoring dan evaluasi akan

diketahui hambatan yang terjadi sehingga dapat segera dilakukan tindakan

korensi dan pencegahan.

Identifikasi, analisis peyebab, tindakan perbaikan serta tanggung

jawab pengendali pelayanan tidak sesuai ditetapkan dalam Prosedur Kerja

Pengendali Pelayanan Tidak Sesuai. Puskesmas Dinoyo berupaya untuk

memastikan bahwa pelayanan yang tidak sesuai persyaratan diidentifikasi

dan dikendalikan untuk mencegah penggunaan oleh pelanggan. Bila hasil

pelayanan yang tidak sesuai ditemukan setelah digunakan oleh pelanggan,

maka Puskesmas Dinoyo melakukan tindakan perbaikan.

Tabel 4.6 Kategori Pelayanan Tidak Sesuai

Unit Layanan Pelayanan Tindakan yang Dilakukan


Loket Rekam medis hilang Mengganti dengan rekam medis baru
Kemungkinan kesalahan
Poli Umum Rapat intern dokter untuk investigasi
diagnose
Poli Gigi Infeksi pasca tindakan Medikasi, jika tidak teratasi rujuk ke RS
Infeksi pasca imunisasi Medikasi, jika tidak teratasi rujuk ke RS
Poli KIA/KB Infeksi pasca pemasangan
Medikasi, jika tidak teratasi rujuk ke RS
KB
Salah penyalahan obat Menghubungi pasien dan segera
Kamar Obat
kepada pasien konfirmasi
Sample/ID sample tertukar Sampling ulang
Laboratorium Menarik hasil yang salah dan
Penulisan hasil salah
menerbitkan ulang hasil
Unit
Infeksi pasca tindakan Medikasi, jika tidak teratasi rujuk ke RS
GawatDarurat
Konfirmasi ulang kepada dokter yang
Kesalahan dalam
bertanggung jawab terhadap pasien dan
pemberian dosis obat
memberikan obat sesuai advice dokter
Rawat Inap
Tidak memantau
Koordinasi kepada petugas bagian gizi
pemberian asupan
sehingga makanan pasien bisa dipantau
makanan kepada pasien
Kamar
Infeksi pasca tindakan Medikasi, jika tidak teratasi rujuk ke RS
Bersalin
Sumber: Prosedur Kerja Pelayanan Tidak Sesuai Puskesmas Dinoyo tahun 2012
107

Puskesmas Dinoyo melakukan perbaikan berkelanjutan untuk terus

memelihara dan memperbaiki keefektifan sistem manajemen mutu melalui

penerapan kebijakan mutu, sasaran mutu, hasil audit, analisis data,

tindakan perbaikan/pencegahan serta tinjuan manajemen. Dalam upaya

tindakan perbaikan dan pencegahan di Puskesmas Dinoyo, telah ditetapkan

melalui Prosedur Kerja Tindakan Perbaikan dan Pencegahan.

f. Pelayanan Kesehatan Puskesmas Dinoyo

Mekanisme pelayanan kesehatan di Puskesmas Dinoyo sesuai

dengan peraturan yang telah di tetapkan sebagai berikut:

Jadwal pelayanan loket pendaftaran:

Senin – Kamis : 08.00-12.00 WIB

Jum’at : 08.00-10.30 WIB

Sabtu : 08.00-10.00 WIB

Selanjutnya, untuk mendapatkan pelayanan kesehatan di

Puskesmas Dinoyo, pasien diharuskan mengikuti prosedur sebagai berikut:


108

ALUR PELAYANAN PASIEN


PASIEN

KLINIK/
UGD LOKET
IMS/KPR

POLI POLI POLI


KIA UMUM GIGI

LAB
RUJUKAN RO
APOTEK
RS GIGI

PULANG

Keterangan
Jalur rujukan LAB :
Jalur rujukan medis :
Jalur layanan :

Gambar 4.6 Diagram Alur Pelayanan Pasien


Sumber: Dokumen Puskesmas Dinoyo

Prosedur pelayanan berkaitan dengan kemudahan untuk

memperoleh informasi pelayanan. Kemudahan prosedur pelayanan

kesehatan di Puskesmas Dinoyo tersebut sesuai dengan hasil wawancara

dengan Bapak Juwari selaku Kepala Sub Unit Tata Usaha di Puskesmas

Dinoyo:
109

“untuk mendapatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas Dinoyo


bisa dibilang cukup mudah, prosedurnya juga sama dengan
puskesmas lain, pasien tinggal mendaftar di loket, menunggu
panggilan di bagian loket, menunjuk poli mana yang akan dituju
lalu menunggu panggilan di poli. Setelah selesai diperiksa, pasien
memberikan resep ke kamar obat, kemudian menunggu dipanggil
untuk mengambil obat.” (wawancara pada tanggal hari Jum’at 28
Februari2014 bertempat di ruang tata usaha Puskesmas Dinoyo
pada pukul 10.30)

Setiap organisasi yang bergerak di bidang jasa, sebaiknya memiliki

ukuran pelayanan berdasarkan unsur-unsur pelayanan. Terlebih lagi

Puskesmas Dinoyo sebagai badan milik pemerintah yang bergerak di

bidang kesehatan. Puskesmas Dinoyo sendiri memiliki unsur-unsur

pelayanan untuk pencapaian sasaran mutu yang telah ditetapkan. Dengan

demikian Puskesmas Dinoyo selalu berusaha memberikan pelayanan

kesehatan yang baik dan bermutu kepada masyarakat.

Puskesmas Dinoyo sebagai badan milik pemerintah yang bergerak

dibidang kesehatan, selalu mengutamakan kepuasan pelanggan.

Pemberlakuan kebijakan mutu di Puskesmas Dinoyo untuk menjadikan

badan kesehatan yang berstandart internasional dan selalu berusaha untuk

melakukan tindakan perubahan dan perbaikan demi menghasilkan

pelayanan kesehatan yang bermutu. Puskesmas Dinoyo selalu berusaha

memberikan pelayanan kesehatan yang baik kepada seluruh pelanggan

tanpan membeda-bedakan. Seperti yang dikatakan oleh Ibu Puji Rahayu

selaku Management Representative di Puskesmas Dinoyo:

“pelayanan kesehatan di Puskesmas Dinoyo ini dapat diterima oleh


seluruh masyarakat Kota Malang, dari luar kota pun juga bisa
berobat di sini, hanya saja terkena biaya di loket sebesar 3000
rupiah, selanjutnya pelayanannya sama saja baik dari Kota Malang
atau luar kota, jika ada tindakan medis, baru pelanggan kena biaya
110

lainˮ (wawancara pada tanggal 21 Maret 2014 bertempat di ruang


Management Representative pada pukul 09.45)

Kepuasan pelanggan akan pelayanan yang diberikan merupakan

salah satu usaha yang diberikan oleh Puskesmas Dinoyo untuk

meningkatkan kualitas pelayanan. Oleh karena itu, segala proses

penyediaan jasa yang diberikan kepada masyarakat perlu ditinjau melalui

tinjauan manajemen yang dilakukan berkala. Seperti yang dikatakan oleh

Ibu Puji Rahayu selaku Management Representative di Puskesmas

Dinoyo:

“rapat tinjauan manajemen itu salah satu kegiatan yang dilakukan


Puskesmas Dinoyo setelah menerapkan standar mutu ISO
9001:2008. Didalamnya membahas beberapa agenda antara lain
hasil audit internal, umpan balik pelanggan, kinerja prosedur dan
kesesuaian produk, tindakan koreksi dan pencegahan, tindak lanjut
tinjauan manajemen sebelumnya, perubahan yang dapat
mempengaruhi sistem, saran atau rekomendasi untuk perbaikan.
Rapat tinjauan manajemen ini dilakukan sebagai tolak ukur kinerja
pegawai untuk pelayanan yang bermutu” (wawancara pada tanggal
28 Februari 2014 bertempat di ruang Management Representative
pada pukul 10.15)

Hasil kepuasan pelanggan merupakan tolak ukur dalam pelayanan,

laporan survey kepuasan pelanggan dilaporkan oleh pihak Tim Kepuasan

Pelanggan Puskesmas Dinoyo. Pada bulan April 2013 Tim Kepuasan

pelanggan Puskesmas Dinoyo menyebat kuesioner secara acak kepada

pelanggan. Kemudian hasil dari penyebaran kuesioner tersebut di buatkan

laporan yang kemudian di serahkan kepada Management Representative.

Lalu hasil laporan tersebut dilaporkan oleh Management Representative

sebagai laporan bahan rapat tinjauana manajemen yang dilakukan berkala

oleh Puskesmas Dinoyo.


111

Pada tinjauan manajemen yang dilakukan oleh Puskesmas Dinoyo,

terdapat umpan balik pelanggan yang didalamnya tercantum indeks unsur-

unsur pelayanan yang diberikan kepada masyarakat. Umpan balik

pelanggan ini merupakan hasil survey kepuasan pelanggan yang dilakukan

berkalan oleh Puskesmas Dinoyo. Berikut hasil dari perhitungan kepuasan

pelanggan pada rapat tinjauan manajemen pada April 2013:

Tabel 4.7 Indeks Kepuasan Masyarakat


NRR per unsur
(jumlah nilai per NRR tertimbang
No. Unsur Pelayanan unsur di bagi per unsur (NRR x
jumalh kuesioner 0.071)
yang terisi)
1 Prosedur pelayanan 3.33 0.24
2 Persyaratan pelayanan 3.22 0.23
3 Kejelasan petugas pelayanan 3.36 0.24
4 Kedisiplinan petugas pelayanan 3.21 0.23
5 Tanggung jawab petugas pelayanan 3.27 0.23
6 Kemampuan petugas pelayanan 3.30 0.23
7 Kecepatan pelayanan 2.27 0.23
8 Keadilan mendapat pelayanan 3.25 0.23
9 Kesopanan dan keramahan petugas 3.33 0.24
10 Kesesuaian biaya pelayanan 3.25 0.23
11 Kepastian biaya pelayanan 3.29 0.23
12 Kepastian jadwal pelayanan 3.26 0.23
13 Kenyamanan lingkungan 3.27 0.23
14 Keamanan pelayanan 3.25 0.23
Jumlah 3.25
IKM Unit Pelayanan: Jumlah NRR Tertimbang x 25 = 3.25 x 25 = 81.37

Sumber: Dokumen Bahan Rapat Tinjauan Manajemen Puskesmas Dinoyo


Tanggal 22 April 2013

Dilihat dari item unsur pelayanan, semua masuk dalam batas sesuai

standar (di atas 2.51). Tetapi dari semua item unsur pelayanan nilai yang

di bawah 3 adalah kecepatan pelayanan sehingga perlu ditindak lanjuti

untuk mengurangi keluhan pelanggan tentang kecepatan pelayanan. Nilai

interval IKM 3.25 dan nilai interval konversi IKM 81.37 masuk dalam
112

kategori Mutu Pelayanan A yang berarti kinerja unit pelayanan adalah

sangat memuaskan.

Sesuai dengan anggapan salah satu pengguna jasa kesehatan Ibu

Devi yang melakukan kontrol kehamilan di Puskesmas Dinoyo:

“pelayanan di Puskesmas Dinoyo cukup baik bagi saya, petugasnya


baik-baik, tapi kalau lagi ramai jadi agak lama, secara keselurusan
saya gak ada keluhan di Puskesmas Dinoyo ini” (wawancara pada
tanggal 17 Maret 2014 bertempat di Puskesmas Dinoyo pada
pukul 10.15)

Hal serupa juga dikemukakan oleh salah satu pengguna jasa

kesehatan Ibu Miftahuljanah yang melakukan test uji laboratorium di

Puskesmas Dinoyo:

“petugas di Puskesmas Dinoyo ini baik-baik, komunikatif juga


dengan pasien, jadi saya tidak kesulitan kalau mau berobat di sini,
secara keseluruhan saya puas berobat di sini, baik-baik semua”
(wawancara pada tanggal 17 Maret 2014 bertempat di Puskesmas
Dinoyo pada pukul 10.00)

Namun masih ada beberapa pelanggan yang merasa kurang puas

karena di rasa sarana yang diberikan kurang dan proses berobat yang lama.

Sesuai dengan yang dikemukakan oleh salah satu pengguna jasa kesehatan

Bapak Herman yang akan berobat ke poli umum:

“sebenarnya saya senang-senang saja dengan pelayanan yang


diberikan oleh petugas di sini, petugasnya baik-baik, hanya saja
kalau berobat di sini antrinya lama, ruang tunggunya juga kurang”
(wawancara pada tanggal 17 Maret 2014 bertempat di Puskesmas
Dinoyo pada pukul 09.30)

Tidak jauh berbeda, Ibu Maria Ulfa sebagai pengguna jasa di

Puskesmas Dinoyo yang akan melakukan imunisasi juga mengemukakan hal

yang sama:

“saya puas-puas saja dengan pelayanan di Puskesmas Dinoyo,


petugasnya baik dan ramah, tapi antrinya cukup lama menurut saya”
113

(wawancara pada tanggal 17 Maret 2014 bertempat di Puskesmas


Dinoyo pada pukul 09.00)

2. Faktor pendukung dan penghambat implementasi sistem manajemen

mutu ISO 9001:2008 dalam pelayanan kesehatan kepada masyarakat

di Puskesmas Dinoyo Kota Malang

a. Faktor pendukung implementasi sistem manajemen mutu ISO

9001:2008 dalam pelayanan kesehatan kepada masyarakat di

Puskesmas Dinoyo Kota Malang.

Faktor pendukung dalam implementasi Sistem Manajemen Mutu

ISO 9001:2008 di Puskesmas Dinoyo Malang adalah dengan berlakunya

sistem standar mutu ISO 9001:2008 sebagai upaya untuk memberikan

pelayanan kesehatan kepada pengguna jasa di Puskesmas Dinoyo Malang.

Komitmen dari pimpinan Puskesmas Dinoyo untuk menerapkan sistem

manajemen mutu ISO 9001:2008. Selain itu, Dinas Kesehatan

Pemerintahan Kota Malang juga berperan besar dalam menunjang

pengimplementasian Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 di

Puskesmas Dinoyo. Dinas Kesehatan Kota Malang memberikan dukungan

penuh kepada Puskesmas Dinoyo dalam bentuk pembiayaan untuk

pengimplementasian Sistem Manajemen mutu ISO 9001:2008. Seperti

yang dikatakan oleh Ibu Puji Rahayu selaku Management Representative

di Puskesmas Dinoyo:

“faktor pendukung penerapan ISO 9001:2008 di Puskesmas


Dinoyo yaitu bantuan dana dari Dinas Kesehatan Pemerintah
Kota Malang. Pengeluaran untuk penerapan ISO 9001:2008 di
Puskesmas Dinoyo, seluruhnya di biayai oleh Dinas Kesehatan
Pemerintah Kota Malang. Puskesmas Dinoyo tinggal
114

melaksanakan proses dari pengimplementasian ISO 9001:2008


tersebutˮ (wawancara pada tanggal 21 Maret 2014 bertempat di
ruang Manajemen Representative pada pukul 09.50)

Disamping bantuan dana, Dinas Kesehatan Pemerintah Kota

Malang juga membantu Puskesmas Dinoyo untuk pemenuhan sumber

daya manusia dan pelatihan pegawai dalam upaya implementasi ISO

9001:2008. Selain itu, Dinas Kesehatan Pemerintah Kota Malang juga

membantu pelakukan pemenuhan sarana dan prasaranan di Puskesmas

Dinoyo yang sesuai dengan standar mutu yang diterapkan. Seperti yang

dikatakan oleh Ibu Puji Rahayu selaku Management Representative di

Puskesmas Dinoyo:

“untuk kebutuhan pegawai serta sarana prasarana yang dibutuhkan


ini juga dipenuhi oleh Dinas Kesehatan Pemerintah Kota Malang.
Selain itu, untuk pelatihan pegawai agar pegawai Puskesmas
Dinoyo mengerti dan paham mengenai ISO itu juga dilakukan oleh
Dinas Kesehatan. Intinya segala kebutuhan yang diperlukan oleh
Puskesmas Dinoyo untuk implementasi ISO dipenuhi oleh Dinas
Kesehatan Pemerintah Kota Malang. Jadi segala yang ada di
Puskesmas Dinoyo sesuai dengan standar dari ISO 9001;2008ˮ
(wawancara pada tanggal 21 Maret 2014 bertempat di ruang
Manajemen Representative pada pukul 09.50)

b. Faktor penghambat implementasi sistem manajemen mutu ISO

9001:2008 dalam pelayanan kesehatan kepada masyarakat di

Puskesmas Dinoyo Kota Malang.

Dalam penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008,

Puskesmas Dinoyo juga menghadapi beberapa penghambat dalam

pelaksanaannya. Salah satu faktor penghambat dalam pelaksanaan

implementasi sistem manajemen mutu ISO 9001:2008 adalah terdapat

sebagian pegawai Puskesmas Dinoyo yang mendukung dan sebagian

pegawai yang tidak mendukung diterapkannya sistem manajemen mutu


115

ISO 9001:2008 di Puskesmas Dinoyo. Seperti yang dikatakan oleh Ibu

Puji Rahayu selaku Management Representative di Puskesmas Dinoyo:

“faktor penghambat di Puskesmas Dinoyo, ada sebagian pegawai


yang mendukung dan ada sebagian pegawai yang tidak mendukung.
Sistem Mutu ISO masih di anggap rumit oleh beberapa pegawai di
siniˮ (wawancara pada tanggal 21 Maret 2014 bertempat di ruang
Manajemen Representative pada pukul 09.55)

Faktor penghambat lain yaitu masih terdapat kekurangan sumber

daya manusia di Puskesmas Dinoyo. Seperti yang dikatakan oleh Ibu Puji

Rahayu selaku Management Representative di Puskesmas Dinoyo:

“meskipun seluruh kebutuhan di Puskesmas Dinoyo termasuk


kebutuhan pegawai sudah di upayakan oleh Dinas Kesehatan,
namun masih terdapat kekurangan sumber daya manusia di
Puskesmas Dinoyo, sehingga bisa jadi satu orang merangkap lebih
dari satu jabatan” (wawancara pada tanggal 21 Maret 2014
bertempat di ruang Manajemen Representative pada pukul 09.56)

Selain itu, berbenturannya jadwal audit dengan jadwal kegiatan

juga menjadi salah satu faktor penghambat di Puskesmas Dinoyo. Seperti

yang dikatakan oleh Bapak Ari selaku Sek. I TIM Mutu di Puskesmas

Dinoyo:

“sering kali jadwal kegiatan audit berbarengan dengan jadwal


kegiatan di Puskesmas Dinoyo, sedangkan jadwal audit dan jadwal
kegiatan di Puskesmas Dinoyo sudah ditetapkan, jadi perlu
penjadwalan ulang terhadap kegiatan auditˮ (wawancara pada
tanggal 21 Maret 2014 bertempat di ruang Manajemen
Representative pada pukul 09.57)
116

C. Analisis dan Pembahasan

1. Implementasi Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 dalam

pelayanan kesehatan kepada masyarakat di Puskesmas Dinoyo Kota

Malang.

a. Sistem Manajemen Mutu

Ciri utama pada penerapan ISO 9001:2008 adalah dokumenasi dan

rekaman. Pengendalian dokumen dan rekaman ini telah dan menjadi unsur

utama di dalam standart Sistem Manajemen Mutu. Tanpa pengendalian

dokumen dan rekaman yang handal, integritas Sistem Manajemen Mutu

pada suatu institusi akan gagal dalam prosesnya. Dokumen dan rekaman

pada ISO 9001 adalah sistem yang harus dipatuhin dan akan diaudit.

Klausul ini berisi keharusan bagi organisasi untuk menetapkan,

mendokumentasikan, menerapkan dan memelihara sistem manajemen

mutu, dan terus-menerus memperbaiki keefektifan sistem manajemen

mutunya sesuai dengan persyaratan standar internasional ini.

Untuk itu, organisasi harus menentukan proses yang diperlukan

untuk sistem manajemen mutu dan penerapan proses-proses tersebut

diseluruh organisasi; menentukan urutan dan interaksi dari proses-proses

tersebut; menentukan kriteria dan metode yang dibutuhkan untuk

memastikan bahwa baik operasi maupun kendali terhadap proses-proses

tersebut efektif; memastikan tersedianya sumber daya dan informasi yang

diperlukan untuk mendukung operasi dan pemantauan proses-proses

tersebut; memantau, mengukur (jika bisa diterapkan) dan menganalisis

proses-proses tersebut; menerapkan tindakan yang diperlukan untuk


117

mencapai hasil yang direncanakan dan perbaikan berlanjut dari proses-

proses tersebut. Puskesmas Dinoyo menetapkan proses interaksi yang

diperlukan dalam penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008

dengan digambarkan dalam Diagram Interaksi Antar Proses Sistem

Manajemen Mutu Puskesmas Dinoyo.

Klausul ini pada dasarnya berisi penjelasan bahwa dokumen sistem

manajemen mutu harus mencakup, kebijakan mutu (quality

policy), sasaran mutu (quality objective), pedoman/manual mutu (quality

manual), prosedur terdokumentasi, dan dokumen-dokumen lain termasuk

rekaman yang ditentukan oleh organisasi yang diperlukan untuk

memastikan efektifnya perencanaan, operasi dan kendali terhadap proses-

proses tersebut. Dan maka dari itu, Puskesmas Dinoyo menggunakan

dokumen-dokumen tersebut diatas sebagai bentuk penerapan sistem mutu

terdokumentasi dan terstruktur agar sistem manajemen mutu yang

dilaksanakan dapat berjalan dengan baik.

Pada klausul ini, organisasi diharuskan menetapkan pedoman mutu.

Manual mutu merupakan kunci yang paling penting dalam dokumen

sistem mutu. Dapat dikatakan pula bahwa manual mutu merupakan juru

bicara dari suatu organisasi. Manual mutu menerangkan secara jelas

tentang komitmen organisasi terhadap mutu dengan jalan memberikan

pandangan kedepan, kebijakan dan tujuan mutu, sistem-sistemnya,

prosedur-prosedurnya dan metodologinya, namun tidak harus dimuat atau

disatukan didalam manual mutu. Artinya prosedur bisa disusun terpisah

dari pedoman mutu, namun dalam pedoman mutu dijelaskan bahwa


118

prosedur tersebut dirujuk atau diacu dalam melaksanakan proses yang

diatur dalam prosedur dimaksud. Manual mutu ini merupakan dokumen

dimana suatu organisasi akan menjelaskan secara gamblang komitmennya

terhadap mutu. Oleh karnanya, sangatlah penting untuk menjamin bahwa

manual mutu dikembangkan dengan benar. Secara garis besar manual

mutu yang di susun oleh Puskesmas Dinoyo membahas tentang;

lingkungan penerapan; sistem manajemen mutu puskesmas dinoyo dan

justifikasi untuk pengesampingan persyaratan ISO 9001:2008 yang

diperkenalkan; dokumen sistem mutu yang ditetapkan; gambar dan

interaksi berbagai proses yang ditetapkan.

Ditegaskan pula dalam klausul ini bahwa harus disusun prosedur

terdokumentasi untuk pengendalian dokumen. Prosedur tersebut harus

memuat ketentuan dan tata cara berkenaan dengan pengesahan, tinjauan,

dan revisi dokumen, serta identifikasi dokumen dan status revisi. Oleh

karena itu, dalam prosedur pengendalian dokumen harus pula diatur tata

cara pengendalian dokumen eksternal atau dokumen yang berasal dari luar

organisasi. Karena klausul ini secara eksplisit menyatakan harus ada

prosedur terdokumentasi, maka dalam prakteknya sering disebut sebagai

prosedur wajib. Puskesmas Dinoyo memastikan bahwa dokumen sistem

yang di gunakan senantiasa sesuai dengan implementasinya dengan

menetapkan mekanisme pengendali dokumen dalam Prosedur Kerja

Pengendali Dokumen. Prosedur ini dibuat untuk menjamin bahwa semua

dokumen sistem mutu digunakan dan dikendalikan secara efektif.


119

Dalam klausul ini dijelaskan bahwa rekaman yang ditetapkan guna

memberikan bukti akan kesesuaian dengan persyaratan dan efektifnya

operasional sistem manajemen mutu harus dikendalikan. Ditegaskan pula

dalam klausul ini bahwa rekaman harus tetap jelas dibaca, siap

ditunjukkan dan diambil. Sama halnya dengan pengendalian dokumen,

dalam klausul ini ditegaskan pula bahwa organisasi harus

menyusun/membuat prosedur terdokumentasi untuk pengendalian

rekaman. Dalam hal ini Puskesmas Dinoyo menetapkan Prosedur Kerja

Pengendali Arsip Non Medis dan Prosedur Pengelolaan Kerja Arsip

Medis. Prosedur Kerja Arsip Non Medis menjelaskan tata cara

pengendalian arsip sebagai bukti kesesuaian dengan persyaratan dan

operasional sistem manajemen mutu. Sedangkan Prosedur Kerja

Pengelolaan Arsip Medis menjelaskan tata cara pengelolaan dan

pengendalian bukti kegiatan tentang identitas, anamnesa, diagnosa,

tindakan medis, pengobatan dan laboratorium serta pemeriksaan

penunjang lain yang diberikan kepada pasien.

b. Tanggung Jawab Manajemen

Klausul ini menekankan bahwa manajemen puncak (top

management) harus memberi bukti komitmennya terhadap pengembangan

dan penerapan sistem manajemen mutu serta perbaikan efektivitas sistem

manajemen mutu tersebut secara berkelanjutan. Kepala Puskesmas Dinoyo

selaku pimpinan puncak yang bertanggung jawab melakukan tugas

pelayanan, pembinaan dan pengembangan upaya kesehatan di Puskesmas

Dinoyo. Kepala Puskesmas Dinoyo membuktikan komitmennya dalam


120

penerapan sistem manajemen mutu dengan cara menetapkan kebijakan

mutu, menetapkan sasaran mutu, melakukan tinjauan manajemen dan

menyediakan sumber daya.

Hadiwiardjo dan Wibisono (2000:34) menjelaskan bahwa

kebijakan mutu harus sesuai dengan sasaran organisasi dan harapan dan

kebutuhan konsumen. Dalam kebijakan mutu Puskesmas Dinoyo bertekad

memberikan pelayanan kesehatan yang paripurna dengan mengutamakan

kepuasan dan keselamatan pengguna pelayanan sesuai peraturan dan

perundangan yang berlaku. Melalui implementasi Sistem Manajemen

Mutu ISO 9001, Puskesma Dinoyo melakukan perbaikan dengan

meningkatkan mutu pelayanan; meningkatkan pencapaian target di seluruh

program kesehatan yang ada di puskesmas; dan membina kemandirian

masyarakat untuk hidup sehat. Hal tersebut selaras dengan visi Puskesmas

Dinoyo yang berbunyi “Menjadi Puskesmas yang mampu memberikan

pelayanan kesehatan dasar bermutu, merata dan terjangkau menuju

masyarakat sehat dan mandiri.” Selain itu perbaikan berkesinambungan

yang dilakukan oleh Puskesmas Dinoyo sesuai dengan misi dan motto.

Misi Puskesmas Dinoyo yang berbunyi:

1. Memberikan pelayanan kesehatan dasar yang bermutu sesuai standar

2. Memberikan pelayanan yang mengutamakan kepentingan pelanggan

3. Mendorong dan meningkatkan kesehatan individu, kelompok dan

lingkungan

Sedangkan motto Puskesmas Dinoyo “Dengan semangat kebersamaan dan

pelayanan yang ramah kita wujudkan kesehatan masyarakat yang mandiri.”


121

Hal tersebut menuntunjukkan bahwa, Kepala Puskesmas selaku

manajemen puncak telah membuktikan komitmennya. Dengan demikian,

prinsip dari sistem manajemen mutu ISO 9001:2008 yaitu tentang

kepemimpinan telah diterapkan dengan baik. Manajemen puncak telah

menetapkan tujuan dan arah organisasi.

Menurut Hadiwiardjo dan Wibisono (2000:36) untuk kegiatan yang

mempengaruhi mutu, organisasi harus menentukan dan

mendokumentasikan tanggung jawab, wewenang, dan hubungannya satu

dengan yang lain, personel yang mengelola, melaksanakan, dan

memverifikasi kegiatan. Oleh karena itu manajemen puncak harus

memastikan bahwa tanggung jawab dan wewenang ditetapan dan

dikomunikasikan dalam organisasi. Artinya tanggung jawab dan

wewenang tersebut harus diketahui dan dipahami oleh semua pihak.

Kepala Puskesmas Dinoyo menetapkan tanggung jawab dan wewenang

pada seluruh pegawai baik tenaga medis maupun non medis dalam

dokumen Job Description and Specification.

Selain itu, pada klausul ini berisi ketentuan tentang penetapan

wakil manajemen (Management Representative). Manajemen puncak

harus menuntuk salah seorang anggota manajemen sebagai wakil

manajemen. Di Puskesmas Dinoyo, Kepala Puskesmas menunjuk salah

satu pegawai intern untuk menjadi wakil manajemen yaitu Ibu Puji Rahayu.

Wakil manajemen diberi wewenang dan tanggung jawab untuk menjamin

bahwa persyaratan standar sistem manajemen mutu ISO 9001:2008

dilaksanakan dan dipelihara dan melaporkan kinerja sistem mutu kepada


122

manajemen puncak. Selain itu, wakil manajemen di Puskesmas Dinoyo

juga dibantu oleh bapak Ari sebagai sekretaris ISO yang membantu tugas-

tugas yang diemban oleh wakil manajemen.

Klausul ini juga berisi tentang ketentuan yang mengharuskan

manajemen puncak memastikan bahwa proses komunikasi yang tepat

ditetapkan dalam organisasi guna menjamin efektivitas sistem manajemen

mutu. Pada Puskesmas Dinoyo, Kepala Puskesmas menetapkan proses

komunikasi pada Dokumen Prosedur Komunikasi. Dalam dokumen ini

mencakup prosedur komunikasi baik intern maupun pelanggan, sehingga

diharapkan proses sistem manajemen mutu dapat berjalan dengan efektif,

efisien dan tepat guna.

Selanjutnya pada klausul ini menyatakan bahwa manajemen

puncak harus meninjau sistem manajemen mutu organisasi, pada selang

waktu terencana. Adapun tujuan dari tinjauan manajemen tersebut adalah

untuk memastikan kesesuaian, kecukupan dan keefektifan sistem

manajemen mutu yang terus berlanjut. Tinjauan ini harus pula mencakup

penilaian peluang untuk perbaikan dan kebutuhan akan perubahan sistem

manajemen mutu, termasuk kebijakan mutu dan sasaran mutu. Dalam hal

ini, Kepala Puskesmas Dinoyo melakukan tinjauan manajemen minimal

tiap enam bulan sekali. Pada rapat tinjauan manajemen ini, Kepala

Puskesmas memimpin jalannya rapat yang di hadiri oleh wakil

manajemen, kepala unit dan sub unit, kepala sub bagian TU dan internal

auditor.
123

c. Manajemen Sumber Daya

Puskesmas Dinoyo sebagai lembaga kesehatan yang merupakan

kategori lembaga jasa non profit maka pemenuhan sumber daya harus

diarahkan untuk upaya menghasilkan pelayanan kesehatan yang bermutu.

Dalam lingkup unit/lembaga maka pemenuhan sumber daya tersebut

disesuaikan dengan bidang kerja pada unit/lembaga terkait. Namun

demikian, sangat penting bagi Puskesmas Dinoyo untuk memiliki rencana

dalam upaya pemenuhan sumber daya dalam jangka panjang. Dalam hal

ini, Puskesmas Dinoyo memiliki batasan wewenang dalam menyediakan

sumber daya. Hampir seluruh pemenuhan kebutuhan sumber daya berasal

dari Dinas Kesehatan Kota Malang. Berkaitan dengan sumber daya

tersebut maka akan dikelompokkan menjadi sumber daya manusia dan

sumber daya non manusia.

Pada klausul ini mensyaratkan bahwa sumber daya manusia yang

melaksanakan suatu pekerjaan yang mempengaruhi kesesuaian terhadap

persyaratan mutu harus berkemampuan atas dasar pendidikan yang

sesuai, pelatihan, keterampilan, dan pengalaman. Di Puskesmas Dinoyo,

pemenuhan sumber daya manusia dilakukan dengan mengidentifikasi dan

mengusulkan kebutuhan tenaga yang dilakukan tiap tahun. Selanjutnya

dari hasil laporan tersebut di ajukan kepada Dinas Kesehatan Kota Malang.

Pada waktu yang tidak dapat ditentukan, Puskesmas Dinoyo bisa

mendapatkan tenaga dari Dinas Kesehatan Kota Malang. Dalam hal ini,

Puskesmas Dinoyo menetapkan Standar Kompetensi untuk memastikan

bahwa selurus pegawai yang bekerja telah memenuhi kompetensi yang


124

sesuai. Puskesmas Dinoyo melakukan tinjauan terhadap kompetensi

pegawai untuk melihat kesenjangan kompetensi dan standar yang telah

ditetpkan. Untuk itu Puskesmas Dinoyo menetapkan Prosedur Kerja

Pengelolahan Pegawai sebagai mekanisme pengelolahan pegawai.

Klausul ini juga mengatur tentang kompetensi, pelatihan dan

kepedulian. Dalam hal ini, Puskesmas Dinoyo menetapkan Prosedur Kerja

Pedidikan dan Pelatihan sebagai mekanisme pengembangan kompetensi

pegawai. Sayangnya, Puskesmas Dinoyo tidak dapat sertamerta

melaksanakan pelatihan dan pendidikan kepada pegawai yang

membutuhkan pengembangan kompetensi. Terlebih dulu Kepala

Puskesmas melakukan penilaian terhadap pegawai, untuk ditinjau

mengenai kompetensi yang dimiki oleh pegawai. Selanjutnya dari hasil

penilaian tersebut direkap oleh Kepala Urusan Tata Usaha berupa analisis

kompetensi. Dari hasil analisis tersebut, Manajemen Puskesmas Dinoyo

mengajukan usulan kepada Dinas Kesehatan Kota Malang untuk

pemenuhan kompetensi pegawai. Pada realisasi pendidikan dan pelatihan

kompetensi pegawai bergantung kepada keputusan Dinas Kesehatan Kota

Malang.

Ditegaskan pula dalam klausul ini bahwa setiap organisasi harus

menyediakan dan memelihara prasarana yang dibutuhkan untuk mencapai

kesesuaian pada persyaratan produk. Puskesmas Dinoyo mengacu pada

peraturan dan perundang-undangan yang berlaku yang mengatur tentang

kriteria minimum sarana dan prasarana yang harus dimiliki puskesmas.

Puskesmas Dinoyo melalui tim Pengelolahan Barang mengidentifikasi


125

kesesuaian jumlah dan kondisi nyata sarana prasarana yang ada terhadap

peraturan yang berlaku. Aktivitas pemeliharaan dan perbaikan sarana

prasarana diatur dalam Prosedur Kerja Pemeliharaan dan Perbaikan Sarana.

d. Realisasi Produk

Setiap organisasi yang bergerak dibidang produksi ataupun jasa,

hendaknya merencanakan dan mengembangkan proses-proses yang

dibutuhkan untuk merealisasikannya. Hal tersebut sesuai dengan isi dari ISO

9001:2008 pada klausul 7. Dalam klausul ini, untuk melakukan proses

produksi atau penyediaan jasa, organisasi terlebih dahulu harus melakukan

perencanaan. Dalam perencanaan tersebut harus ditetapkan hal-hal seperti;

sasaran dan persyaratan mutu produk yang hendak dicapai, dokumen dan

sumber daya yang dibutuhkan, kriteria keberterimaan produk, serta

kegiatan-kegiatan seperti; verifikasi, validasi, pemantauan, pengukuran,

inspeksi dan pengujian produk untuk memastikan agar produk yang

dihasilkan betul-betul memenuhi kriteria keberterimaan. Berkaitan dengan

hal tersebut, Puskesmas Dinoyo sebagai organisasi yang bergerak dibidang

jasa, merencanakan tahapan untuk masing-masing kegiatan pelayanan

dengan perencanaan; pelaksanaan; pemantauan dan pengukuran; evaluasi

dan tindak lanjut. Dengan ini, Puskesmas Dinoyo menetapkan dokumentasi

Rencana Mutu.

Dalam kluasul ini dijelaskan pula bahwa organisasi harus meninjau

persyaratan yang terkait dengan produk. Tinjauan harus dilakukan sebelum

organisasi berkomitmen untuk mensuplai produk atau jasa kepada

pelanggan. Bila permintaan dari pelanggan tidak sesuai dengan persyaratan,


126

maka persyaratan pelanggan harus ditegaskan oleh organisasi sebelum order

diterima. Hal ini dimaksudkan, Puskesmas Dinoyo melakukan tinjauan

persyaratan bagi pasien yang berkunjung untuk mendapatkan pelayanan

kesehatan. Bila mana pasien tersebut tidak dapat ditangani oleh Puskesmas

Dinoyo, maka pasien akan dirujuk ke sarana kesehatan yang lebih memadai.

Sistem rujukan merupakan jaringan pelayanan kesehatan yang

memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbal balik

atas timbulnya masalah dari suatu kasus atau masalah kesehatan masyarakat

kepada yang lebih kompeten, terjangkau dan dilakukan secara rasional.

Sehingga diharapkan, terjadinya pemerataan upaya pelayanan kesehatan

yang didukung kualitas pelayanan kesehatan yang optimal dalam rangka

memecahkan masalah kesehatan.

Berkenaan dengan hal tersebut, komunikasi antar pengguna jasa

dan organisasi pemberi jasa sangatlah penting agar supaya pelanggan

memahami dengan baik seluruh informasi dan karakteristik produk dan jasa

yang ditawarkan sehingga pelanggan dapat membuat keputusan yang tepat.

Bentuk komunikasi yang ada di Puskesmas Dinoyo melalui rekam medis,

surat rujuakan, resep, permintaan periksa lab, kuesioner kepuasan pelangga,

kotak saran, papan pengumuman, konseling, penyuluhan melalui poster dan

multimedia. Dengan demikian, komunikasi pelanggan juga dimaksudkan

untuk menangani pertanyaan, kontrak, pesanan, umpan balik pelanggan dan

keluhan pelanggan secara efektif.

Untuk memberikan pelayanan kesehatan yang baik, organisasi

harus memastikan bahwa produk yang dibeli harus sesuai dengan


127

persyaratan pembelian yang telah ditetapkan. Dijelasan pula dalam klausul

ini bahwa organisasi harus mengevaluasi dan menyeleksi pemasok

berdasarkan pada kemampuan mereka untuk memasok produk sesuai

dengan persyaratan organisasi. Dalam hal ini, Puskesmas Dinoyo memiliki

batasan wewenang dalam merealisasikan pengadaan barang dan jasa.

Hampir seluruh pengadaan barang dan jasa di Puskesmas Dinoyo dipegang

oleh Dinas Kesehatan Kota Malang, terutama untuk pengadaan dan

pemeliharaan alat kesehatan, obat, maupun penyediaan tenaga kesehatan.

Puskesmas Dinoyo hanya dapat melakukan pengadaan alat tulis kantor,

barang cetakan dan barang habis pakai utuk kebutuhan laboratorium, kamar

obat dan semua poli. Oleh karena itu, Puskesmas Dinoyo merencanakan

kebutuhanan tiap bulan. Untuk alat kesehatan dan obat, pengajuannya

diberikan kepada Dinas Kesehatan Kota Malang. Sedangkan barang habis

pakai dan alat tulis kantor pengajuannya diberikan kepada Kepala

Puskesmas kemudian diadakan sendiri oleh Puskesmas Dinoyo.

Barang yang digunakan untuk memberikan pelayanan perlu

diverifikasi agar menghasilkan pelayanan yang bermutu. Oleh karena itu,

organisasi harus menetapkan dan menerapkan kegiatan inspeksi atau

kegiatan lain yang diperlukan untuk memastikan bahwa produk yang dibeli

memenuhi persyaratan pembelian yang telah ditentukan. Dalam hal ini,

Puskesmas Dinoyo melakukan mekanisme identifikasi kebutuhan, proses

pengadaan dan pemeriksaan barang sesuai dengan Prosedur Kerja

Pengadaan Barang dan Jasa.


128

Klausul ini menuntut organisasi agar melakukan perencanaan dan

proses produksi atau penyediaan jasa dalam keadaan terkendali. Dalam hal

ini, Puskesmas Dinoyo melakukan upaya kesehatan perorangan dan upaya

kesehatan masyarakat. Untuk kegiatan upaya kesehatan perorangan

dilakukan oleh dokter/paramedis/petugas sesuai rencana mutu dan instruksi

kerja. Sedangkan kegiatan upaya kesehatan masyarakat dilakukan oleh

petugas Puskesmas dengan program yang telah ditetapkan oleh Dinas

Kesehatan Kota Malang.

e. Pengukuran, Analisis Dan Perbaikan

Klausul ini berisi ketentuan bahwa organisasi harus merencanakan

dan menerapkan proses-proses pemantauan, pengukuran, analisis dan

perbaikan untuk:

a) memperagakan kesesuaian terhadap persyaratan produk,

b) memastikan kesesuaian sistem manajemen mutu, dan

c) terus-menerus memperbaiki keefektifan sistem manajemen mutu.

Selain itu ditegaskan pula dalam klausul ini bahwa harus pula

dicakup penetapan metode yang berlaku, termasuk teknik satistik, dan

jangkauan pemakaiannya.

Mencermati isi klausul ini, jelas bahwa organisasi harus

merencanakan dan menerapkan kegiatan pemantauan dan pengukuran,

untuk kemudian ditindak lanjuti dengan analisis dan hasil analisis tersebut

dijadikan dasar untuk melakukan improvement. Adapun tujuannya antara

lain adalah: untuk memperagakan bahwa produk yang dihasilkan memenuhi

persyaratan, memastikan kesesuaian sistem manajemen mutu, dan untuk


129

terus menerus memperbaiki efektifitas sistem manajemen mutu yang

digunakan.

Klausul ini menyatakan juga bahwa, sebagai salah satu pengukuran

kinerja sistem manajemen mutu, organisasi harus memantau informasi yang

berkaitan dengan persepsi pelanggan untuk mengetahui apakah organisasi

telah memenuhi persyaratan pelanggan. Ditegaskan pula dalam klausul ini

bahwa metode untuk memperoleh dan memakai informasi tersebut harus

ditetapkan. Pemantauan tersebut dapat dilakukan dalam berbagai cara antara

lain; survei kepuasan pelanggan, data pelanggan atas kualitas produk yang

diserahkan, survei pendapat pengguna, analisis kehilangan usaha, klaim

jaminan, dan laporan agen. Untuk itu setiap organisasi harus mendefinisikan

pelanggan mereka dengan jelas. Dalam hal ini, metode yang digunakan oleh

Puskesmas Dinoyo adalah dengan menyebar kuisioner kepuasan pelanggan

secara periodik yaitu enam bulan sekali. Analisis dari data kepuasan

pelanggan dilakukan oleh Tim Kepuasan Pelanggan yang kemudian

diserahkan kepada Management Representative. Dari hasil analisi tersebut

dapat dilihat tingakat kepuasan dan harapan pelangga, sehingga dapat

ditetapkan langkah berikutnya. Mekanisme di Puskesmas Dinoyo untuk

pengukuran kepuasan pelangga diatur dalam Prosedur Kepuasan Pelanggan.

Klausul ini juga membahas mengenai audit internal organisasi yang

menerapkan ISO 9001. Program audit harus direncanakan, dengan

mempertimbangkan status serta pentingnya proses dan bidang yang diaudit,

termasuk hasil audit sebelumnya. Pemilihan auditor dan pelaksanaan audit


130

harus memastikan keobjektifan dan ketidakberpihakan proses audit.

Auditor tidak boleh mengaudit pekerjaan mereka sendiri.

Selain itu, dalam klausul ini ditegaskan pula bahwa prosedur

terdokumentasi harus ditetapkan guna menentukan tanggung jawab dan

persyaratan untuk perencanaan dan pelaksanaan audit, penetapan rekaman

dan pelaporan hasil. Ditegaskan pula dalam klausul ini bahwa rekaman-

rekaman audit dan hasil-hasilnya harus dipelihara. Manajemen yang

bertanggung jawab terhadap bidang yang diaudit harus memastikan bahwa

koreksi dan tindakan korektif yang diperlukan untuk menghilangkan

ketidaksesuaian dan penyebabnya dilakukan tanpa ditunda.

Berkaitan dengan hal tersebut, pelaksanaan audit internal di

Puskesmas Dinoyo dilakukan secara periodik yaitu enam bulan sekali.

Auditor yang melakukan audit di tunjuk oleh Tim Audit yang kemudian

dibekali kompetensi audit melalui pelatihan audit internal. Auditor yang

dipilih berdasarkan objektivitas, artinya auditor tidak mengaudit pekerjaan

mereka ssendiri. Kegiatan perencanaan, persiapan, pelaksanaan, dan tindak

lanjut audit internal ditetapkan dalam dokumen Prosedur Kerja Audit

Internal.

Klausul ini berisi ketentuan bahwa organisasi harus memastikan

bahwa produk yang tidak sesuai dengan persyaratan produk diidentifikasi

dan dikendalikan untuk mencegah pemakaian atau penyerahan yang tidak

disengaja. Prosedur terdokumentasi harus disusun untuk menetapkan

pengendalian dan tanggung jawab serta wewenang yang terkait dengan

produk tidak sesuai. Untuk itu, Puskesmas Dinoyo menetapkan Prosedur


131

Kerja Pengendalian Pelayanan Tidak Sesuai sebagai identifikasi, analisis

penyebab, tindakan perbaikan serta tanggung jawab penegndalian pelayanan

tidak sesuai.

Menurut klausul ini pula, organisasi harus secara terus menerus

memperbaiki keefektifan sistem manajemen mutu melalui penggunaan

kebijakan mutu, sasaran mutu, hasil audit, analisis data, tindakan korektif

dan pencegahan, dan tinjauan manajemen. Selain itu organisasi juga perlu

melakukan tindakan korektif dan tindakan pencegahan. Bila pada suatu

organisasi terjadi ketidaksesuaian, maka harus dilakukan tindakan korektif.

Tindakan korektif itu sendiri adalah tindakan untuk menghilangkan

ketidaksesuaian. Tujuannya adalah agar ketidaksesuaian tersebut tidak

terulang kembali dikemudian hari. Oleh karena itu sebelum melakukan

tidankan korektif terlebih dahulu harus dilakukan analisis untuk mengetahui

penyebab ketidaksesuaian tersebut. Sedangkan tindakan pencegahan adalah

tindakan untuk mencegah terjadinya ketidaksesuaian. Oleh karena itu,

tindakan pencegahan adalah menghilangkan hal-hal yang berpotensi dapat

menimbulkan terjadinya ketidaksesuaian. Dalam upaya tersebut, Puskesmas

Dinoyo telah menetapkan Prosedur Kerja Tindakan Perbaikan dan

Pencegahan.

f. Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan merupakan setiap upaya yang

diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi

untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan mencegah dan

menyembuhkan penyakit, serta memulihkan kesehatan perorangan,


132

keluarga, kelompok dan masyarakat (Mubarak, 2009:132). Puskesmas

Dinoyo sebagai organisasi kesehatan milik pemerintah berupaya

memberikan pelayanan kesehatan yang baik dan bermutu kepada

masyarakat. Mekanisme pelayanan kesehatan di Puskesmas Dinoyo telah

sesuai dengan Perda Kota Malang No. 7 Tahun 2005 tentang pelayanan

kesehatan dan Perda Kota Malang No. 20 Tahun 2005 tentang retribusi

pelayanan kesehatan. Puskesmas Dinoyo telah melakukan pelayanan

sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan yaitu dimulai pada pukul

08.00. Sedangkan prosedur pelayanan kesehatan adalah suatu urutan tahap

demi tahap serta jalan yang harus ditempuh oleh penderita untuk

mendapatkan pelayanana kesehatan yang besifat menyembuhkan dan

pemulihan. Dari hasil penelitian, pasien cukup memperoleh kemudahan

dalam prosedur pelayanan di Puskesmas Dinoyo. Kemudahan yang

diperoleh pasien dari Puskesmas Dinoyo antara lain kemudahan dalam

memanfaatkan jasa layanan yang kesehatan yang ditawarkan, adanya

kesediaan dari petugas untuk menyampaikan informasi seputar layanan

kesehatan kepada masyarakat.

Layanan kesehatan yang bermutu adalah layanan kesehatan yang

selalu berupaya memenuhi harapan pasien sehingga pasien akan selalu

merasa berhutangbudi serta sangat berterimakasih (Pohan, 2007:5). Mutu

layanan kesehatan lebih terkait pada dimensi ketanggapan petugas

memenuhi kebutuhan pasien, kelancara komunikasi petugas dengan pasien,

keprihatinan serta keramah-tamahan pertugas dalam melayani pasien

(Azwar, 1996:48). Dapat diartikan, mutu pelayanan berhubungan dengan


133

kepuasan pelanggan. Layanan kesehatan yang bermutu bisa menjadi

penting dalam organisasi pelayanan, karena organisasi layanan kesehatan

yang mengedepankan mutu dalam layanannya akan dapat memberikan

pelayanan kesehatan yang sesuai dengan harapan dan kebutuhan pasien.

Tingkat kepuasan pelanggan yang akurat sangat dibutuhkan dalam upaya

peningkatan mutu layanan kesehatan. Oleh sebab itu, pengukuran tingkat

kepuasan pelanggan perlu dilakukan secara berkala, teratur, akurat dan

berkesinambungan. Dalam hal ini, Puskesmas Dinoyo selalu berupaya

meningkatkan mutu pelayanannya kepada pasien dan melakukan tinjauan

manajemen secara berkala untuk mengetahui tingkat kepuasan pelanggan

atas pelayanan yang di berikan.

Dari dokumen bahasan rapat tinjauan manajemen yang dilakukan

oleh Puskesmas Dinoyo, secara keseluruhan mendapatkan hasil yang baik.

Namun terdapat satu unsur pelayanan yaitu kecepatan pelayanan yang

nilainya masih di bawah rata-rata, sehingga masih perlu ditingkatkan lagi

agar tercapainya pelayanan kesehatan yang bermutu.

Pelayanan kesehatan dinilai baik, apabila pelayanan kesehatan

tersebut dapat menimbulkan rasa puas pada diri pasien yang sesuai dengan

tingkat kepuasan rata-rata penduduk (Azwar, 1996:50). Ditinjau dari hasil

wawancara peneliti, terdapat pelanggan yang mengeluhkan lamanya

proses berobat dan kurangnya fasilitas ruang tunggu di Puskesmas Dinoyo.

Namun secara keseluruhan pelanggan yang menggunakan jasa di

Puskesmas Dinoyo merasa puas akan pelayanan kesehatan yang diberikan.


134

2. Faktor pendukung dan penghambat implementasi sistem manajemen

mutu ISO 9001:2008 dalam pelayanan kesehatan kepada masyarakat

di Puskesmas Dinoyo Kota Malang

a. Faktor pendukung implementasi sistem manajemen mutu ISO

9001:2008 dalam pelayanan kesehatan kepada masyarakat di

Puskesmas Dinoyo Kota Malang.

Untuk mewujudkan tujuan suatu organisasi, pasti akan mengalami

hal-hal yang bersifat mendukung dan menghambat organisasi tersebut. Tak

terlepas Puskesmas Dinoyo sebagai badan milik pemerintah yang bergerak

dibidang kesehatan. Dari pengamatan dan hasil wawancara peneliti

diketahui ada beberapa faktor yang mendukung diimplementasikannya

sistem manajemen mutu ISO 9001:2008 di Puskesmas Dinoyo. Faktor

pendukung tersebut antara lain dengan komitmen yang kuat dari pimpinan

Puskesmas Dinoyo untuk menerapkan sistem manajemen mutu ISO

9001:2008, karena komitmen merupakan kunci kesuksesan pelaksanaan

ISO.

Selanjutnya faktor pendukung implementasi sistem manajemen mutu

ISO 9001:2008 yaitu ketersediaan dana. Agar implementasi sistem

manajemene mutu ISO 9001:2008 dapat dilaksanakan di Puskesmas

Dinoyo, memerlukan dana yang cukup besar untuk biaya sertifikasi ISO

9001:2008. Namun hal tersebut tidak menjadi kendala bagi Puskesmas

Dinoyo. Dana yang dibutuhkan oleh Puskesmas Dinoyo sepenuhnya

ditanggung oleh Dinas Kesehatan Kota Malang.


135

Selain itu, Dinas Kesehatan Kota Malang juga membantu pelatihan

dan pemenuhan sumber daya manusia agar sesuai dengan standar dari ISO

9001:2008 tersebut. Selain sumber daya manusia, pemenuhan sarana dan

prasarana yang dibutuhkan oleh Puskesmas Dinoyo agar sesuai dengan

standar dari ISO 9001:2008 juga di penuhi oleh Dinas Kesehatan Kota

Malang. Sehingga, Puskesmas Dinoyo memiliki sumber daya manusia

yang berkualitas dan sarana prasarana yang memadai sesuai dengan

standar ISO 9001:2008. Dapat dilihat Dinas Kesehatan Kota Malang

berperan penting agar Puskesmas Dinoyo mendapatkan sertifikasi ISO

9001:2008

b. Faktor penghambat implementasi sistem manajemen mutu ISO

9001:2008 dalam pelayanan kesehatan kepada masyarakat di

Puskesmas Dinoyo Kota Malang.

Tidak hanya faktor pendungkung, dalam pengimplementasian sistem

manajemen mutu ISO 9001:2008, Puskesmas Dinoyo juga menghadapi

beberapa faktor penghambat dalam melaksanakannya. Dari pengamatan

peneliti, masih terdapat pegawai yang menganggap sistem manajemen

mutu ISO 9001:2008 itu rumit, sehingga penerapan sistem manajemen

mutu ISO belum bisa maksimal. Sistem manajemen mutu ISO 9001:2008

merupakan sesuatu yang baru di Puskesmas Dinoyo, sehingga untuk

menerapkan dalam organisasi diperlukan pengetahuan dan pemahaman

yang baik dari setiap personel organisasi. Upaya untuk mengatasi faktor

penghambat ini dengan memberikan sosialisasi dan pemahaman tentang

sistem manajemen mutu.


136

Faktor penghambat selanjutnya yaitu Puskesmas Dinoyo masih

mengalami kekuragan sumber daya manusia. Sehingga satu orang pegawai

di Puskesmsas Dinoyo bisa merangkap lebih dari satu jabatan. Meskipun

pemenuhan pegawai sudah di upayakan oleh Dinas Kesehatan, namun

Puskesmas Dinoyo masih mengalami kekurang pegawai. Sehingga

Puskesmas Dinoyo perlu melakukan pengajuan pemenuhan pegawai

kepada Dinas Kesehatan Kota Malang.

Selain itu, faktor penghambat lainnya yaitu seringkali jadwal audit

dan jadwal kegiatan Puskesmas Dinoyo berbarengan. Sedangkan jadwal

audit dan jadwal kegiatan Puskesmas Dinoyo telah ditetapkan. Sehingga

ada salah satu kegiatan di Puskesmas Dinoyo harus di tunda. Untuk

mengatasi faktor penghambat ini, Puskesmas Dinoyo melakukan

penjadwalan ulang.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan

mengenai Implementasi Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 dalam

Pelayanan Kesehatan kepada Masyarakat, maka dapat disimpulkan beberapa hal

sebagai berikut:

1. Sistem ISO 9001:2008 befokus pada efektivitas proses continuous

improvement, dimana dalam setiap proses senantiasa melakukan perencanaan

yang matang, implementasi yang terukur dengan jelas, dilakukan evaluasi dan

analisis data yang akurat serta tindakan perbaikan yang sesuai dan

monitoringg pelaksanaannya agar benar-benar dapat menuntaskan masalah

yang terjadi. Dokumentasi sistem manajemen mutu di Puskesmas Dinoyo

telah sesuai dengan standar dari ISO 9001:2008. Puskesmas Dinoyo

menerapkan dokumen kebijakan mutu, sasaran mutu, manual mutu, prosedur

kerja, instruksi kerja dan dokumen lain pendukung yang ditetapkan oleh

pimpinan puskesmas sebagai bentuk komitmennya terhadap penerapan ISO

9001:2008. Untuk memastikan kesesuaian dan efektifitas sistem manajemen

mutu, Puskesmas Dinoyo melaksanakan tinjauan manajemen yang dilakukan

enam bulan sekali. Didalamnya membahas hasil audit internal, umpan balik

pelanggan, tindakan koreksi dan pencegahan, tindak lanjut dari tinjauan

137
138

manajemen sebelumnya, saran dan rekomendasi untuk perbaikan. Secara

garis besar, pelayanan yang diberikan Puskesmas Dinoyo sudah baik dan

sesuai dengan standar. Meskipun pada satu unsur pelayanan mengenai

kecepatan pelayanan masih dinilai kurang, namun hal tersebut tidak menjadi

kendala. Hal tersebut dikarenakan yang terpenting dalam sistem manajemen

mutu ISO 9001:2008 ialah proses bukan hasil. Dapat diartikan, target yang

tidak dapat dicapai bukanlah masalah selama kegagalan tersebut dianalisis

dan dilakukan perbaikan kedepannya.

2. Adapun faktor pendukung dan penghambat dalam implementasi sistem

manajemen mutu ISO 9001:2008 meliputi:

a. Faktor pendukung

1) Komitmen dari pimpinan puncak Puskesmas Dinoyo untuk

menerapkan sistem manajemen mutu ISO 9001:2008.

2) Ketersediaan sumber dana yang dibutuhkan untuk sertifikasi ISO

9001:2008.

3) Pemenuhan sumber daya manusia dan pelatihan pegawai agar sesuai

dengan standar ISO 9001:2008 yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan

Kota Malang.

4) Pemenuhan sarana dan prasarana agar sesuai dengan standar ISO

9001:2008 yang dilakukanoleh Dinas Kesehatan Kota Malang.

b. Faktor penghambat

1) Terdapat pegawai yang belum paham tentang sistem manajemen mutu

ISO 9001:2008.
139

2) Jumlah pegawai yang kurang.

3) Berbenturannya jadwal audit dan kegiatan puskesmas.

B. Saran

Adapun saran yang dapat diberikan oleh peneliti mengenai implementasi

sistem manajemen mutu ISO 9001:2008 di Puskesmas Dinoyo yaitu:

a. Penerapan dokumentasi yang dilakukan oleh Puskesmas Dinoyo sudah

baik dan sesuai dengan standar ISO 9001:2008, maka disarankan agar

dipertahankan.

b. Mengenai kecepatan pelayanan yang dikeluhkan oleh pelanggan,

sebaiknya Puskesmas Dinoyo perlu menganalisis dan melakukan

perbaikan kedepannya agar tercipta pelayanan kesehatan yang bermutu.

c. Puskesmas Dinoyo perlu meningkatkan pemahaman bagi pegawai

mengenai implementasi ISO 9001:2008 di Puskesmas Dinoyo agar

pelaksanaan dapat sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dengan

cara melakukan sosialisasi dan pelatihankarena dapat diketahui masih ada

beberapa pegawai Puskesmas Dinoyo yang masih kurang paham mengenai

implementasi ISO 9001:2008 sehingga menjadi faktor penghambat

pengimplementasian ISO 9001:2008 di Puskesmas Dinoyo.

d. Untuk menghasilkan pelayanan kesehatan yang bermutu, sebaiknya

Puskesmas Dinoyo perlu menambah jumlah pegawai, seperti yang tertera

di Plan of Action tahun 2013 bahwa masih ada kekurangan pada tenaga
140

kesehatan di Puskesmas Dinoyo dan hendaknya Dinas Kesehatan Kota

Malang dapat memenuhi jumlah pegawai yang dibutuhkan.

e. Hendaknya Management Representative dapat lebih komunikatif dengan

Dinas Kesehatan dan cermat dengan kegiatan-kegiatan yang akan

dilakukan oleh Puskesmas Dinoyo agar tidak terjadi kenturan kegiatan

puskesmas dengan jadwal audit.

f. Hendaknya sarana prasarana yang ada di puskesmas dapat ditingkatkan

lagi terutama di ruang tunggu, sehingga pasien dapat dengan nyaman

berobat di Puskesmas Dinoyo.


DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Azrul. 1996. Pengantar Administrasi Kesehatan. Jakarta: Binarupa


Aksara.

Entjang, Indan. 1993. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Bandung: PT Citra Aditya


Bakti.

Hadiwiardjo, Bambang H. & Sulistijarningsih Wibisono. 2000. Memasuki Pasar


Internasional Dengan ISO 9000. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Ilyas, Erfi. 2013. Persyaratan ISO 9001:2008 (Klausul 4), diakses pada tanggal 19
Agustus 2014 pukul 14.00 dari
http://erfiilyas.blogspot.com/2013/11/persyaratan-iso-90012008-klausul-
4.html

ISO 9000 – Quality Management, di akses pada tanggal 10 April 2013 pukul
13.45 dari http://www.iso.org/iso/home/standards/management-
standards/iso_9000.htm

Keban, Yeremias T. 2004. Enam Dimensi Strategis Admistrasi Publik, Konep,


Teori, dan Isu. Yogyakarta: Gava Media.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


128/MENKES/SK/II/2004 tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan
Masyarakat.

Konsultan ISO. 2011. Prinsip Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008, diakses
pada tanggal 25 September 2013 pukul 10.15 dari
http://konsultaniso.web.id/sistem-manajemen-mutu-iso-90012008/prinsip-
sistem-manajemen-mutu-iso-90012008/

Konsultan ISO. 2012. Klausul ISO 9001:2008, diakses pada tanggal 25 September
2013 pukul 10.30 dari http://konsultaniso.web.id/sistem-manajemen-mutu-
iso-90012008/klausul-iso-90012008/

Kota Malang, diakses pada tanggal 24 Februari 2014 pukul 10.30 dari
http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Malang

Malau, Ita Lismawati. 2012. Harapan Hidup Orang Indonesia Versi CIA 71 tahun,
diakses pada tanggal 07 Maret 2013 pukul 10.45 dari
http://nasional.news.viva.co.id/news/read/371781-harapan-hidup-orang-
indonesia-versi-cia--71-tahun

Maleong, J. Lexy. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja


Rhosdakarya

141
142

Manullang, M. 2005 Dasar-dasar Manajemen. Yogyakarta: Gadjah Mada


University Press.

Mubarak, Wahit Iqbal dan Nurul Chayatin. 2009. Ilmu Kesehatan Masyarakat:
Teori dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika.

Mubarak, Wahit Iqbal. 2012. Ilmu Kesehatan Masyarakat: Konsep dan Aplikasi
dalam Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.

Muhandri, Tjahja & Darwin Kadarisman. 2006. Sistem Jaminan Mutu Industri
Pangan. Bogor: IPB Press.

Nasution, M.N. 2001. Manajemen Mutu Terpadu: Total Quality Management.


`Jakarta: Ghalia Indonesia.

Peraturan Daerah Kota Malang Nomer 7 Tahun 2005 tentang Pengaturan


Pelayanan Kesehatan.

Peraturan Daerah Kota Malang Nomer 20 Tahun 2005 tentang Retribusi


Pelayanan Kesehatan.

Pohan, Imbalo S. 2007. Jaminan Mutu Layanna Kesehatan: Dasar-dasar


Pengertian dan Penerapan. Jakarta: EGC

Puskesmas Dinoyo, diakses pada tanggal 24 Februari 2014 pada 15.00 dari
http://puskesmasdinoyo.webs.com/profildinoyo2012.htm

Safrudin. 2012. Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan. Hubungan Mutu


Pelayanan dengan Kepuasan Pasien Rawat Jalan UPT Puskesmas
Gandrungmangu I Kabupaten Cilacap, 8(2): 64 72.

Saifuddin, Abdul Bari, et al., (eds.), Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta: JNPKKR – POGI.

Satrinegara, M. Fais & Sitti Saleha. 2009. Buku Ajar Organisasi dan Manajemen
Pelayanan Kesehatan serta Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.

Sejarah Malang, diakses pada tanggal 24 Februari 2014 pukul 14.00 dari
http://www.malangkota.go.id/halaman/1606071

Stoner, James A.F. 1986. Manajemen. Second Edition. Diterjemahkan oleh


Antarikso MBA et al. Jakarta: Erlangga.

Suardi, Rudi. 2004. Sistem Manajemen Mutu ISO 9000:2000 : Penerapan Untuk
Mencapai TQM. Jakarta: PPM.

Sugiyono. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta


143

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

Susilawati. 2013. JUPE UNS. Implementasi Sistem Manajemen Mutu ISO


9001:2008 di SMA Batik 1 Surakarta, 1(2): 1 12.

Sutabri, Tata. 2005. Sistem Informasi Manajemen. Yogyakarat: Andi.

Tjiptono, Fandy dan Anastasia Diana. 1996. Total Quality Management.


Yogyakarta: Andi.

Thoha, Miftah. 2005. Dimensi-dimensi Prima Ilmu Administrasi. Jakarta:


Rajawali Pres.

Tunggal, Amin Widjaja. 1998. Manajemen Mutu Terpadu : Suatu Pengantar.


Jakarta: PT Rineka Cipta.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.

Winardi. 1996. Pengantar Ilmu Manajemen : Suatu Pendekatan Sistem. Bandung:


Nova.
144

PEDOMAN WAWANCARA

1. Apakah tujuan Puskesmas Dinoyo mengimplementasikan sistem manajemen


mutu ISO 9001:2008?

2. Apa peran pemimpin dalam menerapkan sistem manajemen mutu ISO


9001:2008 di Puskesmas Dinoyo?

3. Bagaimana pelayanan yang diberikan oleh pegawai puskesmas setelah


diterapkan ISO 9001:2008? Apakah anda merasa puas?

4. Apakah menurut anda, petugas puskesmas komunikatif terhadap pelanggan?

5. Bagaimana dengan ketepatan waktu pelayanan yang diberikan?

6. Apakah menurut anda sarana dan prasarana yang disediakan oleh puskesmas
dinoyo sudah memadai?

7. Jelaskan apa tugas dan tanggung jawab anda?

8. Apakah anda mempunyai pedoman dalam menjalankan tugas?

9. Bagaimana anda memastikan bahwa anda telah melakukan tugas sesuai


dengan pedoman tersebut?

10. Bagaimana jika tugas yang anda lakukan tidak sesuai dengan pedoman?

11. Bagaimana prosedur dan peryaratan pengguna jasa untuk mendapatkan


fasilitas di Puskesmas Dinoyo?

12. Siapa sajakah yang dapat memperoleh pelayanan kesehatan di Puskesmas


Dinoyo?

13. Bagaimana bukti komitmen pemimpin terhadap penyusunan dan


pegembangan sistem manajemen mutu?

14. Bagaimana pemimpin memastikan kebutuhan dan harapan pelanggan


ditetapkan?

15. Bagaimana pemimpin memastikan kebutuan dan harapan pelanggan telah


terpenuhi?

16. Bagaimana pemimpin memastikan bahwa integritas sistem manajemen mutu


benar-benar sesuai?

17. Bagaimana bentuk pemenuhan pegawai yang yang diperlukan oleh


puskesmas dinoyo?
145

18. Bagaimana upaya pengembangan kompetensi pegawai untuk memenuhi


persyaratan yang ditentukan?

19. Bagaimana Puskesmas Dinoyo menentukan, menyediakan, dan memelihara


prasarana yang sesuai dengan standar mutu?

20. Bagaimaan bentuk realisasi produk yang dilakukan Puskesmas Dinoyo dan
bentuk dokumentasinya?

21. Bagaimana upaya Puskesmas Dinoyo untuk melakukan komunikasi dengan


pelanggan? (seperti contoh pemberian informasi produk, umpan balik dengan
pelanggan termasuk keluhan pelanggan)

22. Bagaimana perencanaan puskesmas dinoyo dalam implementasi proses


pemantauan, pengukuran, analisis, dan perbaikan?

23. Bagaimana Puskesmas Dinoyo menerapkan metode untuk pemantauan dan


pengukuran terhadap proses-proses simtem manajemen mutu?

24. Bagaimana Puskesmas Dinoyo menentukan, mengumpulkan, dan


menganalisis data untuk menunjukan kesesuaian dan efektivitasnya terhadap
sistem manajemen mutu?

25. Bagaimana upaya Puskesmas Dinoyo dalam evaluasi dan sistem manajemen
mutunya?

26. Apa sajakah faktor pendukung dalam mengimplementasikan ISO 9001:2008?

27. Apa sajakah faktor penghambat dalam mengimplementasikan ISO


9001:2008?
146
147
148

Dokumen Kebijakan Mutu Puskesmas Dinoyo


149

Dokumen Manual Mutu Puskesmas Dinoyo


150

Dokumen Job Description and Specification Puskesmas Dinoyo


151

Dokumen Prosedur Kerja Pengendali Dokumen Puskesmas Dinoyo


152

Dokumen Sasaran Mutu Puskesmas Dinoyo


153

CURRICULUM VITAE

Nama : Vina Amelia

Nomor Induk Mahasiswa : 0910310129

Tempat dan Tanggal Lahir : Malang, 12 maret 1991

Pendidikan : 1. SD Negeri Sawojajar VII 1997-2003

2. SMP Negeri 21 Malang 2003-2006

3. SMA Negeri 1 Malang 2006-2009

4.S1 Universitas Brawijaya 2009-sekarang

Anda mungkin juga menyukai