Anda di halaman 1dari 8

Lesson 9 for August 29

Bagaimana kita dapat mengembangkan


sikap yang memenangkan ketika
memberitakan Injil?
Yesus menghormati setiap orang yang Dia temui
dan memperlakukan mereka dengan
bermartabat. Dia memberi pengaruh pada
mereka, karena Dia mendorong mereka untuk
mencapai Kerajaan Allah.
Kita dapat belajar bagaimana memperlakukan
orang seperti yang Yesus lakukan dengan
mengikuti teladan-Nya dan ajaran para rasul.
“Ia harus melintasi daerah Samaria.” (Yohanes 4:4)
Orang Yahudi biasanya mengikuti
jalur alternatif untuk pergi dari
Yerusalem ke Galilea agar tidak
melalui Samaria. Lalu mengapa
Yesus perlu melewati wilayah itu?
Orang Samaria mengikuti suatu penggabungan ajaran
kebenaran dan kesalahan. Itulah sebabnya mereka tidak
diizinkan untuk bekerja sama dalam membangun Bait Suci
bersama dengan orang Israel (Ezra 4: 1-4).
Para murid menganggap tidak berguna untuk berkhotbah di
negeri yang tidak bersahabat itu. Namun, Roh Kudus telah
bekerja dalam hati orang Samaria di Sikhar untuk membuat
mereka mau menerima pekabaran itu.
Karena itu, Yesus perlu menanamkan
kebenaran di sana. Penaburan itu
segera menghasilkan buah
pertamanya, dan panen yang
berlimpah kemudian (Yohanes 4: 39-
41; Kisah Para Rasul 8: 5-25).
“Tubuh-Ku telah diminyakinya sebagai
persiapan untuk penguburan-Ku.”
(Markus 14:8)

Sikap yang kasar dan kritis akan membuat orang menjauh dari
kita. Mereka tidak akan mau mendengarkan kesaksian kita.
Sebaliknya, perkataan pujian justru akan
menguatkan orang dan membantu iman
mereka bertumbuh.
Dalam Matius 15: 21-28, seorang wanita Kanaan datang kepada Yesus dengan
suatu permintaan, dan dia tidak mau menerima jawaban “tidak.” Yesus memuji
wanita itu di depan para murid-Nya; Dia mengatakan kepadanya, “Besar imanmu!”

Yesus juga memberi pujian


kepada Maria setelah dia
dikritik dengan keras karena
tindakannya terhadap-Nya:
“Tubuh-Ku telah diminyakinya
sebagai persiapan untuk
penguburan-Ku.” (Markus 14: 8)
MENEKANKAN HAL POSTIF

“Kami wajib selalu mengucap syukur kepada Allah karena kamu, saudara-
saudara. Dan memang patutlah demikian, karena imanmu makin bertambah dan
kasihmu seorang akan yang lain makin kuat di antara kamu.” (2 Tesalonika 1:3)
Paulus menulis suratnya untuk mendorong dan menguatkan gereja-gereja lokal.
Terkadang dia harus menegur mereka karena kesalahan mereka, tetapi dia selalu
menekankan hal-hal positif di dalamnya terlebih dahulu.
Penting untuk menumbuhkan kebiasaan menemukan hal-hal baik dalam diri orang.
Dengan cara ini kita akan menciptakan ikatan persahabatan yang dalam dan kita
akan membawa mereka lebih dekat kepada Kristus.
Siapa yang mengenal kita lebih baik selain
daripada Kristus?
Dia tahu hal baik dan buruk dalam diri kita.
Meskipun demikian, Dia tetap menerima kita,
mengampuni kita, dan mengasihi kita.
Kita tidak pantas menerima-Nya, tetapi Dia
menerima kita dalam kebaikan-Nya.
Bukankah kita harus menerima orang lain
sebagaimana Tuhan menerima kita?
Kita harus menerima semua orang. Bukan karena
betapa baik atau jahatnya mereka, tetapi karena
Kristus menerima kita terlebih dahulu (meskipun
kita yang terburuk).
Sikap penerimaan dan kasih akan membuka hati dan
mengubah kehidupan orang-orang di sekitar kita.
Mengajar kebenaran tanpa kasih menuntun
pada suatu tuduhan legalisme atau toleransi
yang biasa saja.
Mengajar kebenaran dalam kasih memikat hati
dan menuntun orang pada hubungan yang
menyelamatkan dengan Yesus.
Kita harus siap mempertahankan apa yang kita
yakini. Namun, kita harus selalu melakukannya
dengan kerendahan hati, rasa hormat, dan kasih.
Tunjukkan kepada orang lain kasih yang sama
yang telah ditunjukkan Kristus kepada kita.
Mintalah Roh Kudus untuk menuntun kita
kepada orang-orang dengan hati yang mau
menerima. Kemudian tekankan hal-hal baik yang
kita lihat di dalamnya, terima mereka tanpa
mengkritiknya, dan ajar mereka dengan kasih.
E.G.W. (Thoughts From the Mount of Blessing, cp. 3, p. 75)

“Walaupun kita masih belum penuh kasih dan belum baik dalam
tabiat, merasa benci, saling membenci, “Bapa kita yang di surga
berkemurahan hati kepada kita. […] Kasih-nya yang diterima,
akan membuat kita, dalam sikap yang sama, baik dan lemah-
lembut, bukan hanya orang-orang yang menyenangkan kita,
tetapi kepada orang-orang yang paling bersalah dan berdosa […]
Walaupun orang-orang berdosa yang hatinya sama sekali tidak
tertutup kepada roh Allah, akan bersaksi kepada kebaikan;
sementara mereka bisa membalas kebencian dengan kebencian,
mereka juga akan membalas kasih dengan kasih. Tetapi hanya
Roh Allah yang membalas kebencian dengan kasih. Menjadi baik
kepada orang-orang yang tidak berterima kasih dan orang-orang
jahat, berbuat baik tanpa mengharapkan apa-apa kembali,
adalah lencana keluarga surga, tanda yang pasti yang oleh anak-
anak dari Yang Mahatinggi menyatakan tingkat hidup mereka
yang tinggi.”

Anda mungkin juga menyukai