Anda di halaman 1dari 1

CITRA POLRI REDUP, MASYARAKAT TUNTUT PUTUSAN CEPAT TIGA KASUS BESAR

Citra Kepolisian Republik Indonesia (Polri) saat ini tengah menurun tajam dari berbagi lembaga survei di
Indonesia. Tercatat pada April kepercayaan publik terhadap Polri mencapai 71,6 persen dan kembali
mengalami penurunan menjadi 66,7 persen pada Mei 2022. Terbaru, tingkat kepercayaan masyarakat
terhadap korps Bhayangkara ini berada di angka 59,1 persen berdasarkan hasil survey Denny JA.

Penurunan ini tidak lepas atas peristiwa yang menonjol pertama kasus pembunuhan Bharada E yang
melibatkan Kadiv Popam Polri Brigjen FS. Selanjutnya meninggalnya suporter sepakbola di Stadion
Kanjuruhan Malang, Jawa Timur. Dari berbagai sumber tercatat 133 orang yang harus kehilangan nyawa
setelah pertandingan antara Arema FC dengan Persebaya Surabaya pada laga lanjutan Liga 1 Indonesia.

Meski begitu kita tidak boleh lupa peran kepolisian dalam menyuseskan vaksinasi Covid-19. Dari data
yang diunggah Covid19.go.id Kepolisian RI telah mendistribusikan 12.391.320 dosis vaksin sejak Februari
hingga pertengahan Agustus 2021 dan telah melakukan vaksinasi pada 11.312.001 orang. Polri juga
telah menerjunkan 6.008 orang personel dan 11.994 orang mitra Polri sebagai vaksinator.

Seperti halnya di Kabupaten Paser satu anggota Polres Paser dalam sehari ditaget pimpinan membawa
minimal warga lansia, jika pun tak kesampaian target terendah harus membawa satu orang. Untuk
manarik antusiasme warga ikut vaksin berbagai cara dilakukan mulai dari pemberian sembako, hingga
progam berhadiah. Dari skala sederhana hingga yang luar biasa. Tugas polisi ini, juga menghabiskan
tenaga, material, dan tidak jarang justru personel itu sendiri juga mengalami kematian akibat
berhubungan langsung dengan Pandemi Covid-19. Istilah kata mereka "Polri Garda Terdepan Vaksin
Covid-19" ada Vaksin Presisi.

Namun sumbangsih kinerja kepolisian hancur dalam sekejap setelah kasus FS mencuat di permukaan.
Kasus itu belum kelar nambah lagi di Kanjuruhan Malang, adanya tindakan gegabah personel Polri untuk
menenangkan suporter dengan mengeluarkan gas air mata. Adapun kasus yang tak kemabalk di sorot
oleh seluruh mata di Tanah Air. Yakni, Teddy Minahasa atas kasus peredaran gelap narkoba. Teddy
Minahasa awalnya akan posisi Irjen Nico Afinta sebagai Kapolda Jawa Timur setelah Nico dicopot akibat
tragedi Kanjuruhan.

Adanya tiga kasus ini menjadi liar di berbagai laman media sosial. Bahkan tak jarang hujatan bertubi-tubi
mengalir. Sedangkan oknum yang berbuat serasa tak memilki salah meskipun telah ditentukan sebagai
tersangka. Pikiran liar netizen muncul karena dinilai masyarakat hukum hanya tajam ke bawah, tumpul
ke atas. Perbandingannya seringkali dibuat oleh netizen antara maling sandal harga tak sampai ratusan
ribu polisi cepat menindak, korupsi dana pemerintah polisi dianggap diam saja. Maka dari itu,
masyarakat ingin tahu lebih cepat hasil putusan tiga kasus besar yang tengah menjadi sorotan.

Sumber : kompasiana

Anda mungkin juga menyukai