Memulai dari awal selalu menjadi pilihan yang sulit dan penuh perjuangan.
Namun, kesuksesan yang dimulai dari awal akan selalu menjadi kenangan yang
indah di puncak kesuksesan. Dengan bangga, kamu bisa bercerita bahwa segala
sesuatu yang kamu berhasil capai dan raih di hari ini adalah angka 0 yang kamu
usahakan menjadi 100. Mempunyai prinsip yang kuat jika berprestasi adalah
keharusan, bukan pilihan akan membuatmu sadar bahwa kamu harus terus
bergerak dan menghasilkan karya agar tangga menuju kesuksesanmu terangkai
dengan sempurna.
Menjadi sosok yang mudah iri dengan orang lain? Sudah dipastikan kamu akan
gagal meraih kesuksesanmu dengan baik. Bagaimana jika iri dengan hal yang
baik? Tetap tidak boleh! Bela, kamu bisa ganti rasa irimu dengan rasa motivasi.
Jadilah orang yang mudah termotivasi dengan kesuksesan orang lain. Tanamkan
pikiran, “Jika dia saja bisa, mengapa aku tidak?”
4. Bekerja dengan hati
Bekerja dengan hati akan menghasilkan karya dan prestasi yang hebat karena
didasari dengan rasa cinta dan keikhlasan. Lakukan setiap hal dalam hidupmu
dengan baik dan benar. Syukurilah setiap proses yang terjadi, dengan bersyukur
kamu bisa lebih menghargai kesuksesan yang kamu dapat kelak.
5. Iringi setiap langkah dengan keyakinan kepada Tuhan
Wahai manusia, setelah lapar ada kenyang, setelah haus ada kepuasan, setelah
begadang ada tidur pulas, dan setelah sakit ada kesembuhan. Setiap yang hilang
pasti ketemu, dalam kesesatan akan datang petunjuk, dalam kesulitan ada
kemudahan, dan setiap kegelapan akan terang benderang.
{Mudah-mudahan Allah akan mendatangkan kemenangan (kepada Rasul-Nya)
atau sesuatu keputusan dari sisi-Nya.} (QS. Al-Maidah: 52)
Sampaikan kabar gembira kepada malam hari bahwa sang fajar pasti datang
mengusirnya dari puncak-puncak gunung dan dasar-dasar lembah.
Kabarkan juga kepada orang yang dilanda kesusahan bahwa, pertolongan akan
datang secepat kelebatan cahaya dan kedipan mata. Kabarkan juga kepada orang
yang ditindas bahwa kelembutan dan dekapan hangat akan segera tiba.
Saat Anda melihat hamparan padang sahara yang seolah memanjang tanpa batas,
ketahuilah bahwa di balik kejauhan itu terdapat kebun yang rimbun penuh hijau
dedaunan.
Ketika Anda melihat seutas tali meregang kencang, ketahuilah bahwa, tali itu akan
segera putus. Setiap tangisan akan berujung dengan senyuman, ketakutan akan
berakhir dengan rasa aman, dan kegelisahan akan sirna oleh kedamaian. Kobaran
api tidak mampu membakar tubuh Nabi Ibrahim a.s. Dan itu, karena pertolongan
Ilahi membuka “jendela” seraya berkata: {Hai api menjadi dinginlah dan menjadi
keselamatanlah bagi Ibrahim.} (QS. Al-Anbiya’: 69)
Lautan luas tak kuasa menenggelamkan Kalimur Rahman (Musa a.s).
Itu, tak lain karena suara agung kala itu telah bertitah, {Sekali-kali tidak akan
tersusul. Sesungguhnya, Rabb-ku besertaku, kelak Dia akan memberi petunjuk
kepadaku.} (QS. Asy-Syu’ara: 62)
Ketika bersembunyi dari kejaran kaum kafir dalam sebuah gua, Nabi Muhammad
s.a.w. yang ma’shum mengabarkan kepada Abu Bakar bahwa Allah Yang Maha
Tunggal dan Maha Tinggi ada bersama mereka. Sehingga, rasa aman, tenteram
dan tenang pun datang menyelimuti Abu Bakar.
Mereka yang terpaku pada waktu yang terbatas dan pada kondisi yang (mungkin)
sangat kelam, umumnya hanya akan merasakan kesusahan, kesengsaraan, dan
keputusasaan dalam hidup mereka. Itu, karena mereka hanya menatap dinding-
dinding kamar dan pintu-pintu rumah mereka.
Padahal, mereka seharusnya menembuskan pandangan sampai ke belakang tabir
dan berpikir lebih jauh tentang hal-hal yang berada di luar pagar rumahnya.
Maka dari itu, jangan pernah merasa terhimpit sejengkalpun, karena setiap
keadaan pasti berubah. Dan sebaik-baik ibadah adalah menanti kemudahan
dengan sabar. Betapapun, hari demi hari akan terus bergulir, tahun demi tahun
akan selalu berganti, malam demi malam pun datang silih berganti. Meski
demikian, yang gaib akan tetap tersembunyi, dan Sang Maha Bijaksana tetap pada
keadaan dan segala sifat-Nya. Dan Allah mungkin akan menciptakan sesuatu yang
baru setelah itu semua. Tetapi sesungguhnya, setelah kesulitan itu tetap akan
muncul kemudahan.
Hidup lni Bukan untuk Ditangisi
Oleh : Medisa Ica Saputri
Agama tidak hanya dapat dilihat sebagai ”hasil” kebudayaan. Pada agama-
agama tertentu peranan kuat juga dimainkan oleh Yang Transenden, baik
langsung maupun tidak langsung. Lagi pula sesudah agama berperan dalam
kehidupan manusia, tak terhindarkan pengaruh norma-norma agama yang diterima
sebagai yang baku. Agama ikut membentuk, secara positif ataupun negatif, apa
yang difahami, dirumuskan dan dilakukan manusia dalam menjalani kehidupan
ini. Bagaimana agama dan kebudayaan saling berbelitan satu dengan lainnya
menampak dalam ritual agama. Berbagai simbol dan ungkapan budaya, misalnya
bahasa, gerak, tanda-tanda, musik, karya arsitektur dan bentuk-bentuk kriya
lainnya dipakai manusia untuk mengekspresikan pengalaman keagamaan. Bahkan
sejumlah orang kebablasan dengan memahami bentuk-bentuk tertentu secara
mutlak identik dengan apa yang hendak diekspresikan.
Bentuk-bentuk yang senyatanya sangat terikat dengan budaya yang
melahirkannya, dilepaskan dari konteksnya dan dipahami secara baru dan menjadi
milik eksklusif agama tertentu. Konflik antar agama tidak jarang bersumber dari
rebutan simbol semacam ini.
Pembicaraan tentang Islam dalam diskusi kebudayaan selalu menjadi sesuatu yang
menarik. Namun sperti diketahui bahwa dalam perspektif Islam, agama
mengajarkan kepada manusia dua pola hubungan yaitu hubungan secara vertikal
yakni dengan Allah SWT dan hubungan dengan sesama manusia.
Idul Adha merupakan salah satu hari besar bagi umat Islam. Pada hari tersebut
umat Islam melaksanakan sholat Ied dan menyembelih hewan qurban setelahnya.
Oleh karena itu, tak heran bahwa hari raya ini memiliki makna yang luar biasa.
Perayaan Idul Adha sendiri bertujuan untuk memperingati dan mengetahui sejarah
peristiwa pengujian ketabahan Nabi Ismail yang tak menolak disembelih oleh
Nabi Ibrahim. Bagaimana dengan kaitannya pada kondisi kita saat ini? Seperti
apa makna Hari raya Idul Adha di tengah pandemi?
Meskipun pada akhirnya Nabi Ismail digantikan oleh seekor kambing oleh Allah
SWT. Dari peristiwa tersebut, terdapat berbagai makna yang terkandung di
dalamnya seperti berikut ini.
Hari raya Idul Adha memiliki makna mengajarkan sikap ikhlas ketika kita
menghadapi berbagai cobaan apapun bentuknya. Hal itu dicerminkan dalam sikap
Nabi Ismail yang ikhlas untuk disembelih oleh ayahnya sendiri jika hal itu
merupakan perintah Allah SWT. Tak ada kata keluh kesah apapun yang mereka
utarakan karena yakin terhadap Allah SWT.
Hikmah Idul Adha selanjutnya yaitu mengajarkan kepada kita jika segala sesuatu
memerlukan pengorbanan. Maksudnya adalah ketika kita menginginkan sesuatu,
kita harus rela berkorban. Hal ini ditunjukkan oleh sikap Nabi Ibrahim yang
bersedia mengorbankan putranya untuk menjalankan perintah Allah.
Seperti yang kita yakini dalam kehidupan, segala sesuatu merupakan milik Allah.
Bahkan, harta benda pun hanyalah titipan yang diberikan oleh Allah agar kita bisa
menjaganya dan memanfaatkannya untuk kebaikan. Dengan adanya Idul Adha,
diharapkan kita bisa menyadari jika harta benda dan segala yang di langit dan
bumi merupakan milik Allah.
Taat terhadap orang tua
Mungkin secara langsung kamu dapat mengerti salah satu makna yang tersirat
dalam kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail, yakni taat kepada orang tua. Saat
mendengar perkataan Nabi Ibrahim jika ia harus disembelih, Ismail tak
menolaknya. Bahkan, justru meneguhkan keyakinan jika itu merupakan perintah
Allah.
Tentu saat ini konteks yang dilakukan untuk taat pada orang tua sedikit berbeda.
Tak hanya tentang berkurban saja, melainkan juga taat terhadap perintah orang tua
dalam berbagai hal selama tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Contohnya,
mau dimintai tolong dengan ikhlas tanpa memaki di dalam hati.
Kegiatan hari besar Idul Adha menjadi momen berkumpul bersama keluarga besar
maupun tetangga. Hal tersebut sudah menjadi tradisi yang secara tidak langsung
tentu akan merekatkan hubungan silaturahmi.
Pada poin sebelumnya dijelaskan jika ibadah kurban wajib hukumnya dikerjakan
oleh orang yang memiliki ekonomi lebih. Selain untuk meningkatkan ketaqwaan
dan keimanan terhadap Allah SWT, Idul Adha juga berfungsi sebagai pemupuk
rasa kepedulian terhadap sesama.
Apabila kamu termasuk dalam kategori ekonomi mampu, tak ada salahnya jika
kamu ikut berkurban. Dengan berkurban, dimaksudkan agar kita bisa menyisihkan
sebagian harta untuk berbuat kebaikan dan berbagi kepada orang yang
membutuhkan.
Dalam Al-Qur’an, berkurban merupakan salah satu perintah yang tertera jelas di
dalamnya. Selain itu, berkurban juga dapat dijadikan suatu amal baik apabila
dikerjakan. Lagi pula, ibadah kurban sangat dianjurkan untuk dilakukan oleh
orang yang memiliki harta berkecukupan atau lebih.
Ibadah kurban memiliki hukum sunnah yang sangat dianjurkan bagi orang-orang
yang berkecukupan secara ekonomi. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan
ketaqwaan dan keimanan. Selain itu, kegiatan Idul adha juga mengajak umat
muslim agar menjalankan perintah Allah sebagaimana yang tertulis dalam Al
Qur’an.
Berbagi
Godaan dunia sukar untuk dihiraukan, terlebih godaan yang dilakukan banyak
orang sehingga menjadi trend yang rasanya kurang update kalo kita tidak bisa
mengikuti trend tersebut. Yang mulanya hal tersebut tabu di mata masyarakat
muslim namun karena telah menjadi trend, hal tersebut menjadi hal yang lazim
dilakukan. Mengubah bentuk fisik secara berlebihan, berzinah, memamerkan
bentuk tubuh, merupakan salah satu contoh dari godaan-godaan dunia yang
dilazimkan.
Kenapa bisa hal tersebut lama-lama menjadi lazim? Apakah aturan dalam islam
sudah dipandang sebelah mata? Apakah itu karena iman kita kurang kuat? Apakah
Allah mengabaikan kita?
Banyak jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan tersebut, tapi yang jelas, kita
sebagai muslim perlu membentengi diri, membuat pertahan diri sekuat mungkin
untuk tidak mengikuti godaan yang terus ada di sekeliling kita, bagaimana kita
harus terus mencharge iman kita sehingga terus full? Tidak mudah untuk terus
menjaga iman kita agar terus penuh, seringkali kita merasa iman kita naik turun,
terkadang kita masih sering melanggar aturan yang telah jelas Allah paparkan
dalam Al Quran, apakah itu karena iman kita lemah? Atau godaan dunia dan setan
terlalu kuat?
Sejatinya, semua godaan yang ada di dunia maupun dating dari setan dapat
dihalau dengan iman yang kuat, sebaliknya, bila iman kita lemah, semua godaan
dapat memengaruhi kita dengan mudah. Kenapa bisa iman kita lemah? Banyak
hal yang bisa membuat iman kita lemah, terlalu mengikuti dunia dan lingkungan
yang buruk. Bagaimana bisa iman kita terisi penuh jika pikiran kita masih
berpusat pada dunia seolah-olah takut ditinggal dunia dan lingkungan yang tidak
membuat kita terus mengingat Allah? Bagaimana bisa iman kita terisi penuh jika
kita terus-terusan berharap pada dunia sampai lupa kehadiran yang menciptakan
dunia?
Nabi Muhammad ﷺbersabda: " إن الدنيا حلوة خضرةSesungguhnya dunia itu manis
dan hijau." Jiwa manusia dapat tergoda akan manisnya kehidupan dunia dari pada
nanti di hari akhir.
Manusia dapat disibukkan dengan dunia ini, sementara untuk urusan akhiratnya
menjadi lemah, hatinya menjadi terikat akan kesenangan dunia yang fana ini.
Rasulullah ﷺbersabda:
ت َعلَى َم ْن َكانَ قَ ْبلَ ُك ْم فَتَنَافَسُوهَا ْ َفَ َوهَّللا ِ َما ْالفَ ْق َر َأ ْخ َشى َعلَ ْي ُك ْم َولَ ِك ْن َأ ْخ َشى َعلَ ْي ُك ْم َأ ْن تُ ْب َسطَ َعلَ ْي ُك ْم ال ُّد ْنيَا َك َما ب ُِسط
َك َما تَنَافَسُوهَا َوتُ ْل ِهيَ ُك ْم َك َما َأ ْلهَ ْتهُ ْم
“Demi Allah bukan kemiskinan yang aku takutkan pada kalian, tapi aku takut
dunia dibentangkan untuk kalian seperti halnya dibentangkan pada orang sebelum
kalian, lalu kalian berlomba-lomba meraihnya sebagaimana mereka berlomba-
lomba, lalu dunia itu membinasakan kalian seperti halnya mereka binasa.” (HR
Bukhari).
Ketika hati seorang hamba terikat dengan dunia, maka hubungan mereka dengan
akhirat menjadi lemah, dan tentunya ini akan memengaruhi tingkat keimanan
seorang hamba.
Maka dari itu, perlu kesadaran lebih kuat bahwa akhirat jauh lebih penting dari
dunia, dunia juga penting untuk mengumpulkan amal-amal baik yang akan
menolong kita di akhirat nanti. Jangan takut ditinggal dunia, karena dunia hanya
tempat berlabuh sementara, takutlah kehabisan waktu karena terbuai godaan dunia
yang akan mengakibatkan penyesalan di kemudian hari, terus meningkatkan iman
agar kita tidak terjerumus ke arah yang salah dan tentunya terbuai godaan dunia.
Jangan takut salah langkah selama iman kita terisi penuh.
Benarkah perempuan terperangkap dalam kungkungan agama?
Oleh : Medisa Ica Saputri
191105030222
Tentang perempuan ini, sering kita dengar dalam 2 sudut pandang yang berbeda.
Dari dunia barat kita sudah paham betul, dari tontonan barat yang sering kita lihat.
Dengan paham liberalis, antara perempuan dan laki-laki terdapat kesetaraan
gender dan hak, tidak ada penghambat perempuan untuk menjadi dirinya sendiri,
dan tidak adanya sekat pergaulan antara laki-laki dan perempuan.
Hal ini berkebalikan dengan kehidupan yang ada di timur, di timur, peran wanita
dalam sosial tidak berarti. Kehidupan bernegara dan bermasyarakat tidak
mengambil andi wanita sama sekali, wanita hanya diberi tugas untuk keluarganya,
mengurus rumah tangganya. Wanita tidak diperkenankan untuk bergaul dengan
laki-laki. Posisi wanita ada di belakang pria dan pria ada di garis terdepan. Hal ini
sesuai dengan persepsi Islam menurut mereka.
Di Indonesia sendiri ,peraturan terkait gender tidak seketat di Timur sana, teapi
seksisme (kebencian terhadap seseorang bergantung jenis kelamin) masih kerap
terjadi. Perempuan seolah memiliki kewajiban untuk memilih. Dianggap tidak
memiliki kuasa, dan tentunya masih dianggap kekuatan yang dimiliki masih jauh
di bawah laki-laki. Perempuan di Indonesia memang sudah banyak mengambil
peran di lingkup politik dan sosial, tetapi anggapan perempuan harus di rumah
saja masih melekat sebagai suatu keharusan, walau Raden Kartini, salah satu
tokoh nasional yang memperjuangkan emansipasi wanita sudah berhasil.
Kondisi Indonesia saat ini sudah jauh lebih baik dibandingkan masa dimana
Raden Kartini belum memperjuangkan hak kesetaraan gender. Beberapa waktu
silam, hanya perempuan yang memiliki darah bangsawan yang diizinkan
bersekolah, tetapi itu pun hanya sampai berusia 12 tahun, karena usia tersebut
sudah bisa dipinang oleh lelaki.
Untuk perempuan di kalangan rakyat, aturannya jauh lebih banyak dan ketat,
seperti:
a) Anak gadis itu dididik
agar menjadi budak laki-laki,
b) Dijauhkan dari pendidikan
c) Jika sudah berumur dua belas tahun ditutup
didalam rumah (dipingit)
d) Sikap terhadap anak gadis dan perempuan,
berdahan, dan bercabang menjadi adat
beristri banyak, kawin paksa dan kawin
ketika masih anak-anak (Pane, 2008: 16)
Islam sangat merutuk keras perlakuan beringas pada wanita. Islam sangat
memuliakan wanita terbukti dari penyebutan wanita dalam Al-Quran. Negara
timur menganggap perbuatannya pada wanita merupakan ajaran Islam, padahal
ajaran Islam sesungguhnya tidak seperti itu, walaupun begitu, masih banyak yang
menganggap perilaku dikskriminatif pada perempuan yang terjadi di Indonesia,
karena ajaran Islam. Padahal hal itu sering digunakan pihak tertentu untuk
memojokkan Islam. Hal yang sering kita dengar terkait diskriminatif Islam kepada
perempuan adalah sisa budaya arab jahiliyyah. Budaya arab jahiliyah pada saat
Islam datang di masa lampau dirutuk sebagaimana dalil Allah
ࣖ َواَل تَ ْن ِكحُوْ ا َما نَ َك َح ٰابَ ۤاُؤ ُك ْم ِّمنَ النِّ َس ۤا ِء اِاَّل َما قَ ْد َسلَفَ ۗ اِنَّهٗ َكانَ فَا ِح َشةً َّو َم ْقتً ۗا َو َس ۤا َء َسبِ ْياًل
Dan janganlah kamu menikahi perempuan-perempuan yang telah dinikahi oleh
ayahmu, kecuali (kejadian pada masa) yang telah lampau. Sungguh, perbuatan itu
sangat keji dan dibenci (oleh Allah) dan seburuk-buruk jalan (yang ditempuh).
(QS. An-Nisa: 22)
Salah satu budaya di zaman arab jahiliyah, sebelum kedatangan Islam tentunya,
mereka memperlakukan wanita demikian rendahnya, jika wanita ditinggalkan oleh
suami meninggal dunia, wanita tersebut harus diwarisi kepada anaknya. Maka dari
itu, Allah menurunkan firman-Nya di surat An-Nisa:22
· َواِ َذا بُ ِّش َر اَ َح ُدهُ ْم بِااْل ُ ْن ٰثى ظَ َّل َوجْ هُهٗ ُمس َْو ًّدا َّوهُ َو َك ِظ ْي ۚ ٌم
Padahal apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak
perempuan, wajahnya menjadi hitam (merah padam), dan dia sangat marah. (Qs.
An-Nahl:58)
Dia bersembunyi dari orang banyak, disebabkan kabar buruk yang disampaikan
kepadanya. Apakah dia akan memeliharanya dengan (menanggung) kehinaan atau
akan membenamkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)? Ingatlah alangkah
buruknya (putusan) yang mereka tetapkan itu. (Qs. An-Nahl:59)
· لِلَّ ِذ ْينَ اَل يُْؤ ِمنُوْ نَ بِااْل ٰ ِخ َر ِة َمثَ ُل السَّوْ ۚ ِء َوهّٰلِل ِ ْال َمثَ ُل ااْل َ ْع ٰلىۗ َوه َُو ْال َع ِز ْي ُز
Bagi orang-orang yang tidak beriman pada (kehidupan) akhirat, (mempunyai)
sifat yang buruk; dan Allah mempunyai sifat Yang Mahatinggi. Dan Dia
Mahaperkasa, Mahabijaksana. (Qs. An-Nahl:60)
Lalu, adat Arab jahiliyyah yang gembira ketika mendapat anak laki-laki, tetapi
malu sampai tega membunuh dengan mengubur hidup-hidup jika mendapat anak
perempuan.
Hal ini menunjukkan Allah sangat menghardik perbuatan yang dilakukan oleh
kaum Arab jahiliyah saat itu. Ayat-ayat di atas merupakan sebagian saja dari ayat
yang diturunkan dalam menghilangkan budaya diskriminatif pada perempuan.
Pada hakikatnya, Islam mendukung kesetaraan wanita dan pria.
Nabi Muhammad SAW. pun tidak pernah bersikap diskriminatif kepada wanita.
Umatnya selalu diperlakukan sama dan dihargai baik laki-laki maupun wanita.
Merekapun ikut berjuang
bersama Nabi memperjuangkan tujuan Islam, menegakkan kalimah Allah, dalam
posisi (derajat), hak dan kesempatan yang sama.
Di Yaman, ada dua orang wanita yang memegang tampuk kekuasaa, yaitu
Malikah Asma dan Malikah Arwah, yang didaulatkan sebagai kepala negara. Ini
merupakan penghargaan dan penghormatan yang
sulit dicari bandingannya di negeri Arab manapun setelah kedatangan Islam.
Asma
binti Syihab al-Sulaihiyah (wafat 480 H./1087 M.) memerintah Yaman dengan
baik,
bijaksana dan mengagumkan. Arwah binti Ahmad al-Sulaihiyah yang juga
menjadi kepala negara. Ia adalah menantu Asma, istri putranya yang bernama Al-
Mukarram.
Kedua ratu ini mendapat gelar kehormatan sama yaitu As-Sayyidah Al-Hurrah
(Putri bangsawan yang bebas dan merdeka atau wanita penguasa yang tidak
tunduk kepada kekuatan manapun). (Mernissi, 1994: 179-180).
Indonesia adalah negara yang memiliki keberagaman budaya, suku, bahasa, ras,
dan agama. Indonesia mengakui setidaknya 5 agama yaitu Islam, Kristen, Katolik,
Hindu, dan Buddha. Meskipun ada banyak perbedaan yang ada namun masyarakat
Indonesia mampu hidup secara berdampingan. Walau tidak dapat dipungkiri
bahwa kesalahpahaman diantara satu dengan yang lain juga sering terjadi. Apalagi
jika menyangkut mengenai kepercayaan atau agama. Seperti yang kita ketahui
semua bahawa isu-isu mengenai agama akan sangat cepat menyebar dan
memanas. Dengan perkembangan teknologi yang semakin maju juga menjadikan
permasalahan ini meluas. Bahkan melalui media pula lah isu-isu tersebut muncul.
Dengan perkembangan teknologi juga, masyarakat Indonesia jadi lebih aktif
berkontribusi di media sosial, namun kita lebih sering menemukan perselisihan,
terlebih perselisihannya karena agama. Polemik-polemik menyangkut agama ini
sering dimulai dari hal kecil hingga hal besar, salah satu contohnya terkait
kegiatan organisasi Islam yang sempat fenomenal pada 2016 lalu.
.Kilas balik kepada kegiatan salah satu organisasi Islam yang besar, yang
membuat acara di Monas Jakarta yang berisi orasi untuk meminta kemunduran
gubernur DKI Jakarta saat itu, atas anggapan perkataan gubernur tersebut diduga
menistakan agama, seruan ini dikenal juga dengan aksi bela Islam.
Hal ini sempat membuat geger publik, baik itu karena jumlah massa yang datang
dan tujuan kegiatan itu sendiri. Mengutip berita dari situs berita online, Opini
publik banyak bermunculan menanggapi pemberitaan aksi tersebut, Banyak yang
mendukung perjuangan mereka melalui aksi bela Islam tersebut, namun tak
sedikit pula masyarakat yang kurang setuju mengenai aksi ini. mereka jelas tidak
setuju diadakannya kegiatan tersebut karena dianggap mencoreng syariat Islam
sesungguhnya dan dianggap pula kegiatan tersebut merupakan kepentingan politik
pihak tertentu yang sengaja dibalut agama.
Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Anas Saidi, menuturkan
aksi bela Islam menampakkan sinyal membesarnya kelompok masyarakat yang
memahami agama hanya berdasarkan kalimat (tekstualis) saja. Menurutnya,
proses Islamisasi yang selama ini tekstualis akan menyuramkan masa depan
Indonesia. Kebencian dan fitnah dipertontonkan di ruang publik. Sementara
keadaban dan sopan santun tak diutamakan.
Demonstrasi yang seharusnya dikomunikasikan dengan sopan, adu argumentasi
dalam berbeda pendapat, kini berganti dengan pemaksaan kehendak oleh sebagian
kecil kelompok. Bagi Anas, ini merupakan teror terhadap demokratisasi.
Ketua Program Studi Falsafah dan Agama Universitas Paramadina, Fuad Mahbub
Siraj, mengatakan problem paling mendasar berkembangnya kelompok radikal
adalah pengetahuan yang semakin berkurang dalam masyarakat.
Wallahua’lam bi showab.
Malam Nifsu Syaban
Malam peringatan Nisfu Syaban segera tiba. Umat Islam selalu menyambut
malam Nisfu Syaban, Tanggal malam Nisfu Syaban akan berlangsung pada besok
Jumat 18 Maret 2022.
Nisfu Syaban adalah peringatan pada tanggal 15 bulan kedelapan (Sya'ban) dari
kalender Islam / hijriah. Nisfu Syaban dikenal sebagai Laylatul Bara’ah atau
Laylatun Nisfe min Sha’ban.
Nisfu Syaban seringkali diperingati oleh umat Islam untuk beribadah sepanjang
malam. Terdapat amalan-amalan sunnah yang bisa dikerjakan, seperti shalat
sunnah, membaca surah, dan membaca doa pada malam Nisfu Syaban.
Allahumma yaa dzal manni walaa yumannu alaika yaa dzal jalaali wal ikraam, yaa
dzath thauli wal in aam, laa ilaaha illaa anta, dhahrul laajiin, wa jaarul
mustajiiriin, wa amaanul khaa ifiin, Allahumma in kunta katabta nii indaka fii
ummil kitaabi syaqiyyan aw mahruuman aw mathruudan awa muqtarran alayya fir
rizqi, famhullaa humma bi fadllika syaqaawatii wa hirmaani wa thardii waq titaari
rizqii wa ats-bitnii indaka fii ummil kitaabi saiidan marzuuqan muwaffaqallil
khairaat. Fa innaka qulta wa qauluka haqqu fii kitaabikal munazzali alaa
nabiyyikal mursali, yamhul laahumaa yasyaa u wa yutsbitu wa indahuu ummul
kitaab. Illahii bittajallil aadhami fii lailatin nishfi min syahri syabaanil mukarramil
latii yurfaqu fiihaa kullu amrin hakim wa yubram, ishrif anni minal balaa I maa
alamu wa maa laa alam wa anta allamul ghuyuubi birahmatika yaa arhamar
raahimin.
Artinya: Ya Allah, Dzat Pemilik anugrah, bukan penerima anugrah. Wahai Dzat
yang memiliki keagungan dan kemuliaan. Wahai dzat yang memiliki kekuasaan
dan kenikmatan. Tiada Tuhan selain Engkau: Engkaulah penolong para
pengungsi, pelindung para pencari perlindungan, pemberi keamanan bagi yang
ketakutan.
Ya Allah, jika Engkau telah menulis aku di sisi-Mu di dalam Ummul Kitab
sebagai orang yang celaka atau terhalang atau tertolak atau sempit rezeki, maka
hapuskanlah, wahai Allah, dengan anugrah-Mu, dari Ummul Kitab akan celakaku,
terhalangku, tertolakku dan kesempitanku dalam rezeki, dan tetapkanlah aku di
sisi-Mu, dalam Ummul Kitab, sebagai orang yang beruntung, luas rezeki dan
memperoleh taufik dalam melakukan kebajikan.
Sunguh Engkau telah berfirman dan firman-Mu pasti benar, di dalam Kitab Suci-
Mu yang telah Engkau turunkan dengan lisan nabi-Mu yang terutus:
Allah menghapus apa yang dikehendaki dan menetapkan apa yang dikehendaki-
Nya dan di sisi Allah terdapat Ummul Kitab.”
Wahai Tuhanku, demi keagungan yang tampak di malam pertengahan bulan
Sya’ban nan mulia, saat dipisahkan (dijelaskan, dirinci) segala urusan yang
ditetapkan dan yang dihapuskan, hapuskanlah dariku bencana, baik yang
kuketahui maupun yang tidak kuketahui.
Engkaulah Yang Maha Mengetahui segala sesuatu yang tersembunyi, demi
Rahmat-Mu wahai Tuhan Yang Maha Mengasihi. Semoga Allah melimpahkan
solawat dan salam kepada junjungan kami Muhammad SAW beserta keluarga dan
para sahabat beliau. Amin.
Solat Nifsu Syaban ialah
Niat Sholat Nisfu Syaban
َ ُا
صلِّ ْى ُسنَّةً نِصْ فُ َش ْعبَانَ َر ْك َعتَي ِْن لِ ّل ِه تَ َعالَى
Usholli sunnatan nisfu sya'baana rak'ataini lillahi ta'ala
Artinya:
"Saya sholat sunah Nisfu Syaban dua rakaat karena Allah Ta'ala."
Menikah menjadi salah satu penyempurna dalam beribadah kepada Allah Swt.
Pernikahan akan memberikan kebahagiaan bagi setiap pasangan yang semata-
mata mengharapkan rida-Nya. Di Indonesia, pernikahan beda agama menjadi
salah satu fenomena yang kerap ditemui. Ustaz Budi Jaya Putra, S.Th.I., M.H.
dalam Kajian Rutin Bakda Magrib berkesempatan mengulas hukum menikah
dengan orang kafir dan musyrik.
“Menikah akan indah dan diliputi keberkahan jika sama-sama dalam satu
keyakinan. Agama menjadi kunci kebahagiaan manusia. Tidak perlu mencari
pembenaran hanya semata-mata karena cinta maka melanggar hukum Allah.
Sudah terbukti bahwa orang yang menikah beda agama tidak mendapatkan
kebahagiaan karena diliputi perbedaan keyakinan,” tutur Ustaz Budi.
“Wanita atau laki-laki musyrik tidak boleh dinikahi oleh laki-laki dan wanita
muslim. Musyrik menurut syariat Islam merupakan tindakan menyekutukan Allah
Swt. Mereka tidak mau mengesakan Allah Swt. Sedangkan orang kafir ialah
orang yang ingkar dan tidak mau beriman kepada Allah Swt,” paparnya.
Allah lebih mengetahui tentang keimanan mereka. Maka jika kamu telah
mengetahui bahwa mereka (benar-benar) beriman maka janganlah kamu
kembalikan mereka kepada (suami-suami mereka) orang-orang kafir. Mereka
tiada halal bagi orang-orang kafir itu dan orang-orang kafir itu tiada halal pula
bagi mereka’. Firman tersebut sangat jelas dan jangan hanya menikah karena
cinta, harta, dan nafsu belaka,”
Dari ayat di atas dapat dijelaskan bahwasanya MUI beranggapan seorang laki-laki
yang beragama Islam tidak boleh menikahi wanita musyrikah.MUI beranggapan
bahwasanya antara wanita musyrikah dengan ahlu al-Kitab itu sama-sama
menyekutukan Allah Swt. Jadi menikahi keduanya hukumnya juga haram.
Dan sudah jelas pernikahan beda agama dalam ajaran islam dan mui adalah
TIDAK SAH
HARTA, TAHTA DAN WANITA
Oleh : Medisa Ica Saputri
Bicara mengenai harta,tahta dan wanita banyak sekali penjelasan karna di judul
ini pun memiliki 3 unsur yang sangat berbeda penjelasnnya karna Kehidupan
dunia tidak bisa lepas dari tiga unsur utama yakni harta, tahta dan wanita. Harta
merujuk kepada konsep kepemilikan dan pengelolaan sumber daya alam, baik
individu maupun sosial. Tahta merujuk kepada kekuasaan suatu negara dalam
mengelola sumber daya alam, kehidupan dan sumber daya manusia. Wanita
merujuk kepada konsepsi peran penting wanita, ibu, istri dan keluarga.
Ketiga faktor tersebut memang kerap membuat orang terlena, bahkan rela
mengorbankan segalanya dengan beragam cara.
Dalam Islam, harta, tahta dan wanita adalah perhiasan kehidupan dunia.
Karenanya, banyak orang yang tergiur dan berlomba-lomba meraihnya. Ada yang
mendapatkan harta tahta dan wanita dengan cara yang halal dan baik, namun tidak
sedikit yang mencarinya dengan cara yang haram.
Padahal manusia sudah menyadari bahwa keduanya akan segera binasa dan tidak
patut dijadikan bahan kesombongan. Dalam urutan ayat ini, harta didahulukan
dari anak, padahal anak lebih dekat ke hati manusia, karena harta sebagai
perhiasan lebih sempurna daripada anak.
Harta dapat menolong orang tua dan anak setiap waktu dan dengan harta itu pula
kelangsungan hidup keturunan dapat terjamin.
Kebutuhan manusia terhadap harta lebih besar daripada kebutuhannya terhadap
anak, tetapi tidak sebaliknya. Kemudian Allah swt menjelaskan bahwa yang patut
dibanggakan hanyalah amal kebajikan yang buahnya dirasakan oleh manusia
sepanjang zaman sampai akhirat, seperti amal ibadah salat, puasa, zakat, jihad di
jalan Allah, serta amal ibadah sosial seperti membangun sekolah, rumah anak
yatim, rumah orang-orang jompo, dan lain sebagainya.
Amal kebajikan ini lebih baik pahalanya di sisi Allah daripada harta dan anak-
anak yang jauh dari petunjuk Allah swt, dan tentu menjadi pembela dan pemberi
syafaat bagi orang yang memilikinya di hari akhirat ketika harta dan anak tidak
lagi bermanfaat.
Sebab, harta, tahta dan wanita pada dasarnya adalah ujian dan cobaan bagi
manusia. Bagi yang terlena oleh harta dan tahta, balasannya di akhirat sangat
pedih.
demokrasi adil yang hanya disuarakan hanya saat pemilihan diberi janji janji yang
meyakinkan tetapi tak ada hasilnya para petinggi negara yang berkhianat.Hingga
menzalimi rakyatnya hingga yang sekarat semakin sekarat dan pejabat-pejabat
semakin sejahtera.
Pandemi sekarang tak kunjung ada ujung nya dan semakin meningkat korbannya
dan pekerjaan rakyat semakin susah dicari sedangkah para pejabat dengan
enaknya memakan uang rakyat kecil dan bertambah meningkat hartanya.
Demokrasi buruk sekali dinegeri ini ketika pejabat menyogok rakyat dengan nasi
basi diatas penderitaannya yang dulu memakan janji-janji nya yang ingin
mensejahterakan rakyat,yang ingin membantu rakyat hanya ada di mulut pejabat
saja dan sekarang tidak ada hasilnya.
Khianat :Khianat artinya curang, culas, tidak jujur, tidak lurus hati.(orangnya
disebut munafik). Khianat dapat terjadi terhadap diri sendiri, terhadap Allah SWT
dan Rasul-Nya, dan terhadap orang lain.
Keparat : kafarat mengandung arti mengganti, menutupi, membayar, dan
memperbaiki
Melarat :rakyat semakain melarat dan tambah melarat
Sekarat : rakyat juga sekarat dengan uang yang kelaparan kehausan
“Wahai manusia! Sungguh telah datang pada kalian bulan Allah Subhana Wa
Taala dengan membawa berkah rahmat dan magfirah. Bulan yang paling mulia
disisi Allah Subhana Wa Taala. Hari-harinya adalah hari-hari yang paling utama.
Malam-malamnya adalah yang paling utama, jam demi jamnya adalah jam-jam
yang paling utama, inilah bulan ketika kamu diundang menjadi tamu Allah
Subhana WaTaala dan dimuliakan oleh-NYA. Dibulan ini nafas-nafas mu menjadi
tasbih tidurmu ibadah amal-amal mu diterima dan doa-doamu diijabah.
Bermohonlah kepada Allah Subhana WaTaala Rabbmu dengan niat yang tulus
dan hati yang suci agar Allah Subhana Wa Taala membimbingmu untuk
melakukan shiyam (puasa) dan membaca kitab-NYA. Celakalah orang yang tidak
mendapat ampunan Allah Subhana Wa Taala dibulan agung ini.
Bulan suci Ramadan 1443 Hijriah atau tahun 2022 diperkirakan baru akan bisa
dilaksanakan 2 atau 3 April 2022 mengingat Sidang Isbat penetapan 1 Ramadan
akan digelar pada hari Jumat 1 April oleh Kementerian Agama yang dipimpin
oleh Menteri Agama Yaqut Cholil Qaumas.
Berbagai persiapan mulai dilakukan untuk menyambut bulan mulia ini sudah
nampak terlihat dari satu Minggu kebelakang mulai dari diperbolehkannya
kembali umat Islam, untuk menggelar Shalat Tarawih, berjamaah di masjid
namun tetap menerapkan protokol kesehatan yang ketat selain itu kegiatan buka
bersama juga sudah diperbolehkan asalkan tetap menjaga jarak.
Jika dua tahun kebelakang kita sebagai umat Islam sangat kesulitan melakukan
berbagai aktivitas termasuk beribadah berjamaah di masjid, dan harus menjaga
jarak serta kuota jamaah dibatasi maka hal tersebut sudah tidak akan kita alami
kembali kecuali jika adanya lonjakan angka Covid-19.
Tentunya kita sebagai umat Muslim, jangan senang dan kebablasan saat adanya
pelonggaran seperti saat ini. Langkah bijak yang dilakukan yang sudah diatur oleh
pemerintah harus kita lakukan agar kita bisa menjalankan ibadah di bulan
Ramadan tahun ini tanpa adanya hambatan.
Termasuk menjalani program vaksinasi 1-2 dan vaksin booster bagi yang ingin
mudik ke kampung halaman harus kita jalani dan jangan menolak sebab hal ini
sebagai salah satu cara berikhtiar untuk melewati masa sulit yang sudah mulai
berangsur-angsur pulih menuju keadaan normal kembali.
Maka dengan demikian artinya sudah jelas bahwa Shalat Tarawih, Nyekar ke
Tempat Pemakaman Umum ( TPU), Buka Bersama ( Bukber) sudah
diperbolehkan kita sebagai umat Islam harus tetap menjaga aturan yang sudah
ditetapkan oleh Pemerintah Pusat melalui Kementerian Agama, karena sejatinya
pemerintah juga tidak akan membuat aturan yang menyulitkan jika masyarakat
mudah diatur.
Mari sambut semarak datangnya bulan suci Ramadan 1443 Hijrah, dengan cara
yang sederhana dan aman seperti tetap dirumah saja, tidak berkerumun dan
tentunya kita berharap semoga pandemi yang sudah cukup lama ini segala hilang
baik dari Indonesia maupun semua negara di dunia.