Anda di halaman 1dari 33

Sukses Itu Bukan Sekedar Pencapaian, Melainkan Perbuatan

Oleh : Medisa Ica Saputri

1. Berprestasi adalah keharusan, bukan pilihan


Sukses Itu Bukan Sekedar Pencapaian

Memulai dari awal selalu menjadi pilihan yang sulit dan penuh perjuangan.
Namun, kesuksesan yang dimulai dari awal akan selalu menjadi kenangan yang
indah di puncak kesuksesan. Dengan bangga, kamu bisa bercerita bahwa segala
sesuatu yang kamu berhasil capai dan raih di hari ini adalah angka 0 yang kamu
usahakan menjadi 100. Mempunyai prinsip yang kuat jika berprestasi adalah
keharusan, bukan pilihan akan membuatmu sadar bahwa kamu harus terus
bergerak dan menghasilkan karya agar tangga menuju kesuksesanmu terangkai
dengan sempurna.

2. Ambisi tapi tidak terobsesi


Ambisi, boleh. Tetapi obsesi? Jangan. Ambisi akan membuat terus bersemangat
dalam menyelesaikan segala sesuatu dengan sempurna. Sedangkan obsesi akan
membuatmu jadi tidak terkendali, kamu akan melakukan segala cara untuk
mencapai suksesmu dan menghancurkan segala yang kamu pikir akan
menghalangimu. Bagi anak zaman sekarang, seorang yang ambisius akan menjadi
ledekan dengan julukan “Ambis”, karena terlihat terlalu rajin atau bersemangat
dalam melakukan sesuatu. Padahal menjadi ambisius itu hal yang sangat bagus

3. Bukan iri, tetapi mudah termotivasi oleh keberhasilan orang lain

Menjadi sosok yang mudah iri dengan orang lain? Sudah dipastikan kamu akan
gagal meraih kesuksesanmu dengan baik. Bagaimana jika iri dengan hal yang
baik? Tetap tidak boleh! Bela, kamu bisa ganti rasa irimu dengan rasa motivasi.
Jadilah orang yang mudah termotivasi dengan kesuksesan orang lain. Tanamkan
pikiran, “Jika dia saja bisa, mengapa aku tidak?”
4. Bekerja dengan hati
Bekerja dengan hati akan menghasilkan karya dan prestasi yang hebat karena
didasari dengan rasa cinta dan keikhlasan. Lakukan setiap hal dalam hidupmu
dengan baik dan benar. Syukurilah setiap proses yang terjadi, dengan bersyukur
kamu bisa lebih menghargai kesuksesan yang kamu dapat kelak.
5. Iringi setiap langkah dengan keyakinan kepada Tuhan

“With God, everything is possible” Pasti! Bersama-Nya segala sesuatu akan


menjadi mungkin. Sekeras apapun perjuanganmu, dan sehebat apapun prestasi
yang kamu raih. Jika kamu tidak mengharap dan berpasrah kepada-Nya maka
tidak akan ada hasil yang sempurna. Berdoa menjadi penting, karena terkadang
doa menjadi penutup dan penentu dari segala perbuatan yang kamu lakukan.
Bela, sukses bukan hanya dilihat dari hasil dan pencapaian yang kamu dapat.
Tetapi, perbuatan kamu selama mencari kesuksesan tersebut menjadi penting,
karena dari sanalah kualitas kesuksesanmu akan terlihat.
Bersama Kesulitan Ada Kemudahan
Oleh : Medisa Ica Saputri

Wahai manusia, setelah lapar ada kenyang, setelah haus ada kepuasan, setelah
begadang ada tidur pulas, dan setelah sakit ada kesembuhan. Setiap yang hilang
pasti ketemu, dalam kesesatan akan datang petunjuk, dalam kesulitan ada
kemudahan, dan setiap kegelapan akan terang benderang.
{Mudah-mudahan Allah akan mendatangkan kemenangan (kepada Rasul-Nya)
atau sesuatu keputusan dari sisi-Nya.} (QS. Al-Maidah: 52)

Sampaikan kabar gembira kepada malam hari bahwa sang fajar pasti datang
mengusirnya dari puncak-puncak gunung dan dasar-dasar lembah.
Kabarkan juga kepada orang yang dilanda kesusahan bahwa, pertolongan akan
datang secepat kelebatan cahaya dan kedipan mata. Kabarkan juga kepada orang
yang ditindas bahwa kelembutan dan dekapan hangat akan segera tiba.
Saat Anda melihat hamparan padang sahara yang seolah memanjang tanpa batas,
ketahuilah bahwa di balik kejauhan itu terdapat kebun yang rimbun penuh hijau
dedaunan.
Ketika Anda melihat seutas tali meregang kencang, ketahuilah bahwa, tali itu akan
segera putus. Setiap tangisan akan berujung dengan senyuman, ketakutan akan
berakhir dengan rasa aman, dan kegelisahan akan sirna oleh kedamaian. Kobaran
api tidak mampu membakar tubuh Nabi Ibrahim a.s. Dan itu, karena pertolongan
Ilahi membuka “jendela” seraya berkata: {Hai api menjadi dinginlah dan menjadi
keselamatanlah bagi Ibrahim.} (QS. Al-Anbiya’: 69)
Lautan luas tak kuasa menenggelamkan Kalimur Rahman (Musa a.s).
Itu, tak lain karena suara agung kala itu telah bertitah, {Sekali-kali tidak akan
tersusul. Sesungguhnya, Rabb-ku besertaku, kelak Dia akan memberi petunjuk
kepadaku.} (QS. Asy-Syu’ara: 62)
Ketika bersembunyi dari kejaran kaum kafir dalam sebuah gua, Nabi Muhammad
s.a.w. yang ma’shum mengabarkan kepada Abu Bakar bahwa Allah Yang Maha
Tunggal dan Maha Tinggi ada bersama mereka. Sehingga, rasa aman, tenteram
dan tenang pun datang menyelimuti Abu Bakar.
Mereka yang terpaku pada waktu yang terbatas dan pada kondisi yang (mungkin)
sangat kelam, umumnya hanya akan merasakan kesusahan, kesengsaraan, dan
keputusasaan dalam hidup mereka. Itu, karena mereka hanya menatap dinding-
dinding kamar dan pintu-pintu rumah mereka.
Padahal, mereka seharusnya menembuskan pandangan sampai ke belakang tabir
dan berpikir lebih jauh tentang hal-hal yang berada di luar pagar rumahnya.
Maka dari itu, jangan pernah merasa terhimpit sejengkalpun, karena setiap
keadaan pasti berubah. Dan sebaik-baik ibadah adalah menanti kemudahan
dengan sabar. Betapapun, hari demi hari akan terus bergulir, tahun demi tahun
akan selalu berganti, malam demi malam pun datang silih berganti. Meski
demikian, yang gaib akan tetap tersembunyi, dan Sang Maha Bijaksana tetap pada
keadaan dan segala sifat-Nya. Dan Allah mungkin akan menciptakan sesuatu yang
baru setelah itu semua. Tetapi sesungguhnya, setelah kesulitan itu tetap akan
muncul kemudahan.
Hidup lni Bukan untuk Ditangisi
Oleh : Medisa Ica Saputri

Napoleon berkata di Saint Helena, “Saya tidak pernah mengenal kebahagiaan


sepanjang enam hari dalam hidupku.”
Khalifah Hisyam ibn Abdul Malik mengatakan, “Aku menghitung hari-hari
bahagiaku, ternyata hanya tiga belas hari saja.”
Sedangkan ayahnya, Abdul Malik, mengeluh, ”Seandainya aku tidak pernah
memangku jabatan khilafah.”
Said Ibnul Musayyib berkata, ”Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan
mereka lari kepada kami dan bukan kami yang lari kepada mereka.”
lbnu Sammak seorang yang jago memberi nasehat menemui Harun al-Rasyid.
Saat itu Harun sedang merasa haus dan meminta segelas air. Maka, Ibnu Sammak
bertanya, ”Seandainya Anda dicegah untuk minum air itu, apakah Anda akan
menebusnya dengan separuh kerajaanmu?”
Harun menjawab, “Ya,” Setelah selesai minum lbnu Sammak bertanya lagi, “Jika
Anda dicegah untuk mengeluarkan air yang telah Anda minum dari perutmu,
apakah Anda rela membayar dengan separuh kerajaanmu yang lain?”
Harun menjawab, ”Ya.” lbnu Sammak pun berkata, ”Tidak ada artinya sebuah
kerajaan yang nilainya tidak lebih berharga dari segelas air.” Jika dunia ini tak ada
keimanan di dalamnya maka dunia tidak berguna, tidak berharga, dan tak
bermakna.
Iqbal,seorang penyair filosof asal Pakistan, mengatakan,
“Jika iman telah tiada maka tidak ada lagi rasa aman,
dan tidak ada dunia bagi siapa saja yang tidak menghidupkan iman
Barangsiapa rela dengan kehidupan tanpa agama,
dia teluh menjadikan kehancurannya sebagai teman karibnya”
Emerson dalam akhir makalahnya tentang kepercayaan terhadap diri sendiri
mengatakan, “Kemenangan politik, naiknya upah, kesembuhan penyakit yang
Anda derita, atau kembalinya hari-hari bahagia, akan membayang di hadapan
Anda. Tapi jangan pernah mempercayainya, karena kenyataan yang terjadi
tidaklah demikian. Tidak ada yang akan mendatangkan ketenangan dalam diri
Anda kecuali diri Anda sendiri.”
“Wahai jiwa yang tenang, Kembalilah kepada Rabbmu dengun hati yang puas dan
diridhai-Nya” (QS. Al-Fajr: 27-28)
Filosof dan penulis cerita, Epiktetos, memperingatkan, “Bahwa keharusan
menghilangkan pemikiran yang salah dalam pikiran kita jauh lebih penting
daripada menghilangkan bisul dan tumor dari tubuh kita.”
Cukup mengherankan, bahwa peringatan terhadap penyakit pemikiran dan akidah,
dalam al-Qur’an, lebih banyak dibandingkan peringatan terhadap penyakit
jasmani. Allah berfirman,
“Di dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya, dan bagi
mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta” (QS. Al-Baqarah: 10)
“Maka, tatkala mereka berpaling (dari kebenaran) Allah memalingkan hati
mereka)” (QS. Ash-Shaffat: 5)
Filosof Perancris, Michel de Montaigne, menjadikan kata-kata berikut sebagai
moto dalam hidupnya, ”Manusia itu seharusnya tidak terpengaruh oleh peristiwa
yang terjadi sebagaimana ia terpengaruh oleh pendapatnya terhadap peristiwa
tersebut.”
Dalam sebuah atsar disebutkan: “Ya Allah jadikan aku rela dengan qadha-Mu
hingga aku tahu bahwa apa yang menjadi bagianku pasti akan datang padaku dan
yang bukan bagianku tidak akan pernah menimpaku.”
***
Jangan bersedih. Sebab rasa sedih akan selalu mengganggumu dengan kenangan
masa lalu. Kesedihan akan membuatmu khawatir dengan segala kemungkinan di
masa mendatang. Serta akan menyia-nyiakan kesempatanmu pada hari ini.
Jangan bersedih. Karena rasa sedih hanya akan membuat hati menjadi kecut,
wajah berubah muram, semangat makin padam, dan harapan kian menghilang.
Jangan bersedih. Sebab kesedihan hanya akan membuat musuh gembira, kawan
bersedih, dan menyenangkan para pendengki. Kerap pula membuat hakikat-
hakikat yang ada berubah.
Jangan bersedih. Karena rasa sedih sama dengan menentang qadha’ dan menyesali
sesuatu yang pasti. Kesedihan membuat kita jauh dari sikap lembut, juga benci
terhadap nikmat.
Jangan bersedih. Sebab rasa sedih tidak akan pernah mengembalikan sesuatu yang
hilang dan semua yang telah pergi. Tidak pula akan membangkitkan orang yang
telah mati. Tidak mampu menolak takdir, serta tidak mendatangkan manfaat.
Jangan bersedih. Karena rasa sedih itu datangnya dari setan. Kesedihan adalah
rasa putus asa yang menakutkan, kefakiran yang menimpa, putus asa yang
berkelanjutan, depresi yang harus dihadapi, dan kegagalan yang menyakitkan.
Allah berfirman,
“Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu. Dan Kami telah
menghilangkan darimu beban. Yang memberatkan punggungmu, Dan Kami
tinggikan bagimu sebutan (nama)mu. Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu
ada kemudahan. Maka, apabila kamu telah selesai (dari suatu urusun) kerjakanlah
dengan sungguh-sungguh (urusun) yang lain. Dan hanya kepada Rabb-mulah
hendaknya kamu berharap” (QS. Al-Ins
ISLAM DAN KEBUDAYAAN
Oleh : Medisa Ica Saputri

Manusia adalah makhluk Allah yang diciptakan di dunia sebagai


Khalifah.Manusia lahir, hidup dan berkembang di dunia, sehingga disebut juga
makhluk duniawi. Sebagai makhluk duniawi sudah barang tentu bergulat dan
bergumul dengan dunia, terhadap segala segi, masalah dan tantangannya, dengan
menggunakan budi dan dayanya serta menggunakan segala kemampuannya baik
yang bersifat cipta, rasa, maupun karsa. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan
manusia dengan dunia tidaklah selalu diwujudkan dalam sikap pasif, pasrah, dan
menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungannya. Tetapi justru harus
diwujudkan dalam sikap aktif, memanfaatkan lingkungannya untuk kepentingan
hidup dan kehidu- pannya. Dari hubungan yang bersifat aktif itu tumbulah
kebudayaan.

Terkait dengan ruang lingkup kebudayaan sangat luas mencakup segala


aspek kehidupan (hidup ruhaniah) dan penghidupan (hidup jasmaniah) manusia.
Bertolak dari manusia, khususnya jiwa, terkhusus lagi pikir dan rasa, Sidi Gazalba
merumuskan kebudayaan dipandang dari aspek ruhaniah, yang menjadi hakikat
manusia adalah “cara berpikir dan merasa, menyatakan diri dalam seluruh segi
kehidupan sekelompok manusia yang membentuk masyarakat, dalam suatu ruang
dan suatu waktu”.Dalam rangka memberi petunjuk bagaimana manusia hidup
berbudi daya, maka lahirlah aturan-aturan (norma) yang mengatur kehidupan
manusia. Norma-norma kehidupan tersebut umumnya termaktub dalam ajaran
agama. Sehingga agama adalah merupakan unsur yang tak terpisahkan dari
kehidupan sosial-budaya tahap awal manusia. Dengan kata lain bahwa agama
adalah fitrah.

Agama tidak hanya dapat dilihat sebagai ”hasil” kebudayaan. Pada agama-
agama tertentu peranan kuat juga dimainkan oleh Yang Transenden, baik
langsung maupun tidak langsung. Lagi pula sesudah agama berperan dalam
kehidupan manusia, tak terhindarkan pengaruh norma-norma agama yang diterima
sebagai yang baku. Agama ikut membentuk, secara positif ataupun negatif, apa
yang difahami, dirumuskan dan dilakukan manusia dalam menjalani kehidupan
ini. Bagaimana agama dan kebudayaan saling berbelitan satu dengan lainnya
menampak dalam ritual agama. Berbagai simbol dan ungkapan budaya, misalnya
bahasa, gerak, tanda-tanda, musik, karya arsitektur dan bentuk-bentuk kriya
lainnya dipakai manusia untuk mengekspresikan pengalaman keagamaan. Bahkan
sejumlah orang kebablasan dengan memahami bentuk-bentuk tertentu secara
mutlak identik dengan apa yang hendak diekspresikan.
Bentuk-bentuk yang senyatanya sangat terikat dengan budaya yang
melahirkannya, dilepaskan dari konteksnya dan dipahami secara baru dan menjadi
milik eksklusif agama tertentu. Konflik antar agama tidak jarang bersumber dari
rebutan simbol semacam ini.
Pembicaraan tentang Islam dalam diskusi kebudayaan selalu menjadi sesuatu yang
menarik. Namun sperti diketahui bahwa dalam perspektif Islam, agama
mengajarkan kepada manusia dua pola hubungan yaitu hubungan secara vertikal
yakni dengan Allah SWT dan hubungan dengan sesama manusia.

Untuk mengetahui bagaimana konsep Islam dan kebudayaan, maka dalam


tulisan ini akan membahas beberapa hal yang berkaitan.
fitrah yang dimaksud diatas adalah bahwa manusia sejak awal kejadiannya,
membawa potensi beragama yang lurus, dan dipahami oleh para ulama sebagai
tauhid. Lihat M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an. Konsep Islam tentang
Kebudayaan
Banyak pandangan yang menyatakan agama merupakan bagian dari
kebudayaan, tetapi tak sedikit pula yang menyatakan kebudayaan merupakan hasil
dari agama. Hal ini seringkali membingungkan ketika kita harus meletakan agama
(Islam)7 dalam konteks kehidupan kita sehari-hari. Koentjaraningrat misalnya,
mengartikan kebudayaan sebagai keseluruhan gagasan dan karya manusia, yang
harus dibiasakan dengan belajar, beserta keseluruhan dari hasil budi dan karya. Ia
juga menyatakan bahwa terdapat unsur-unsur universal yang terdapat dalam
semua kebudayaan yaitu, salah satunya adalah sistem religi. Pandangan di atas,
menyatakan bahwa agama merupakan bagian dari kebudayaan.
Dengan demikian, agama (menurut pendapat di atas) merupakan gagasan
dan karya manusia. Bahkan lebih jauh Koentjaraningrat menyatakan bahwa unsur-
unsur kebudayaan tersebut dapat berubah dan agama merupakan unsur yang
paling sukar untuk berubah. Ketika Islam diterjemahkan sebagai agama (religi)
berdasar pandangan di atas, maka Islam merupakan hasil dari keseluruhan
gagasan dan karya manusia. Islam pun dapat pula berubah jika bersentuhan
dengan peradaban lain dalam sejarah. Islam lahir dalam sebuah kebudayaan dan
berkembang (berubah) dalam sejarah. Islam merupakan produk kebudayaan.
Islam tidaklah datang dari langit, ia berproses dalam sejarah.
Menurut Amer Al-Roubai, Islam bukanlah hasil dari produk budaya Akan
tetapi Islam justru membangun sebuah budaya, sebuah peradaban. Peradaban yang
berdasarkan Al Qur’an dan Sunnah Nabi
7Islam menurut bahasa berasal dari Bahasa Arab yaitu aslama. Kata dasarnya
salima, berarti sejahtera, tidak tercela. Merupakan bentuk masdar: selamat,
selanjutnya salm dan silm (kedamaian, kepatuhan, penyerahan diri).
Sedang menurut istilah adalah patuh (taat) dan berserah diri kepada Allah
SWT Dengan kepatuhan dan penyerahan diri secara menyeluruh (tanpa reserve)
itu terwujudlah salam dalam kehidupan (kini di dunia , nanti di akhirat).
tersebut dinamakan peradaban Islam. Dengan pemahaman di atas, kita dapat
memulai untuk meletakan Islam dalam kehidupan keseharian kita. Kita pun dapat
membangun kebudayaan Islam dengan landasan konsep yang berasal dari Islam
pula.
Islam adalah sebuah agama hukum (religion of law). Hukum agama
diturunkan oleh Allah SWT, melalui wahyu yang disampaikan kepada Nabi
Muhammad saw., untuk dilaksanakan oleh kaum Muslimin tanpa kecuali, dan
tanpa dikurangi sedikitpun. Dengan demikian, watak dasar Islam adalah
pandangan yang serba normatif dan orientasinya yang serba legal formalistik.
Islam haruslah diterima secara utuh, dalam arti seluruh hukum-hukumnya
dilaksanakan dalam kehidupan bermasyarakat pada semua tingkatan.
Secara umum konsep Islam berangkat dua pola hubungan yaitu hubungan
secara vertikal yakni dengan Allah SWT dan hubungan dengan sesama manusia.
Hubungan yang pertama berbentuk tata agama (ibadah), sedang hubungan kedua
membentuk sosial (muama- lah). Sosial membentuk masyarakat, yang jadi wadah
kebudayaan.
Konsep tersebut dalam penerapannya tidak terlepas dari tujuan
pembentukan hukum Islam (baca: syari’at) secara umum, yaitu menjaga
kemaslahatan manusia di dunia dan akhirat.Lebih spesifik lagi, tujuan agama ialah
selamat diakhirat dan selamat ruhaniah dunia, sedang tujuan kebudayaan adalah
selamat di dunia saja. Apabila tidak dilaksanakan, terwujud ancaman Allah SWT,
hilang kekuasaan manusia untuk mewujudkan selamat di akhirat. Sebaliknya
apabila mengabaikan hubungan sosial berarti mengabaikan masyarakat dan
kebudayaan. Maka hilanglah kekuasaan untuk mewujudkan selamat di dunia,
yang di bina oleh kebudayaan.
Makna Idul Adha Dalam Kehidupan Sehari-Hari
Oleh : Medisa Ica Saputri

Idul Adha merupakan salah satu hari besar bagi umat Islam. Pada hari tersebut
umat Islam melaksanakan sholat Ied dan menyembelih hewan qurban setelahnya.
Oleh karena itu, tak heran bahwa hari raya ini memiliki makna yang luar biasa.

Perayaan Idul Adha sendiri bertujuan untuk memperingati dan mengetahui sejarah
peristiwa pengujian ketabahan Nabi Ismail yang tak menolak disembelih oleh
Nabi Ibrahim. Bagaimana dengan kaitannya pada kondisi kita saat ini? Seperti
apa makna Hari raya Idul Adha di tengah pandemi?

Makna Hari Raya Idul Adha Dalam Kehidupan Sehari-hari

Meskipun pada akhirnya Nabi Ismail digantikan oleh seekor kambing oleh Allah
SWT. Dari peristiwa tersebut, terdapat berbagai makna yang terkandung di
dalamnya seperti berikut ini.

Mengajarkan untuk Ikhlas dalam menghadapi berbagai cobaan

Hari raya Idul Adha memiliki makna mengajarkan sikap ikhlas ketika kita
menghadapi berbagai cobaan apapun bentuknya. Hal itu dicerminkan dalam sikap
Nabi Ismail yang ikhlas untuk disembelih oleh ayahnya sendiri jika hal itu
merupakan perintah Allah SWT. Tak ada kata keluh kesah apapun yang mereka
utarakan karena yakin terhadap Allah SWT.

Makna Idul Adha bahwa Semua Butuh pengorbanan

Hikmah Idul Adha selanjutnya yaitu mengajarkan kepada kita jika segala sesuatu
memerlukan pengorbanan. Maksudnya adalah ketika kita menginginkan sesuatu,
kita harus rela berkorban. Hal ini ditunjukkan oleh sikap Nabi Ibrahim yang
bersedia mengorbankan putranya untuk menjalankan perintah Allah.

Qurban sebagai pengingat bahwa segalanya milik Allah

Seperti yang kita yakini dalam kehidupan, segala sesuatu merupakan milik Allah.
Bahkan, harta benda pun hanyalah titipan yang diberikan oleh Allah agar kita bisa
menjaganya dan memanfaatkannya untuk kebaikan. Dengan adanya Idul Adha,
diharapkan kita bisa menyadari jika harta benda dan segala yang di langit dan
bumi merupakan milik Allah.
Taat terhadap orang tua

Mungkin secara langsung kamu dapat mengerti salah satu makna yang tersirat
dalam kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail, yakni taat kepada orang tua. Saat
mendengar perkataan Nabi Ibrahim jika ia harus disembelih, Ismail tak
menolaknya. Bahkan, justru meneguhkan keyakinan jika itu merupakan perintah
Allah.
Tentu saat ini konteks yang dilakukan untuk taat pada orang tua sedikit berbeda.
Tak hanya tentang berkurban saja, melainkan juga taat terhadap perintah orang tua
dalam berbagai hal selama tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Contohnya,
mau dimintai tolong dengan ikhlas tanpa memaki di dalam hati.

Silaturahmi dengan orang-orang sekitar

Kegiatan hari besar Idul Adha menjadi momen berkumpul bersama keluarga besar
maupun tetangga. Hal tersebut sudah menjadi tradisi yang secara tidak langsung
tentu akan merekatkan hubungan silaturahmi.

Idul Adha sarana pemupuk empati sesama

Pada poin sebelumnya dijelaskan jika ibadah kurban wajib hukumnya dikerjakan
oleh orang yang memiliki ekonomi lebih. Selain untuk meningkatkan ketaqwaan
dan keimanan terhadap Allah SWT, Idul Adha juga berfungsi sebagai pemupuk
rasa kepedulian terhadap sesama.
Apabila kamu termasuk dalam kategori ekonomi mampu, tak ada salahnya jika
kamu ikut berkurban. Dengan berkurban, dimaksudkan agar kita bisa menyisihkan
sebagian harta untuk berbuat kebaikan dan berbagi kepada orang yang
membutuhkan.

Makna hari raya Idul Adha, sarana meningkatkan ketaqwaan

Dalam Al-Qur’an, berkurban merupakan salah satu perintah yang tertera jelas di
dalamnya. Selain itu, berkurban juga dapat dijadikan suatu amal baik apabila
dikerjakan. Lagi pula, ibadah kurban sangat dianjurkan untuk dilakukan oleh
orang yang memiliki harta berkecukupan atau lebih.
Ibadah kurban memiliki hukum sunnah yang sangat dianjurkan bagi orang-orang
yang berkecukupan secara ekonomi. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan
ketaqwaan dan keimanan. Selain itu, kegiatan Idul adha juga mengajak umat
muslim agar menjalankan perintah Allah sebagaimana yang tertulis dalam Al
Qur’an.
Berbagi

Berbagi di sini dapat kamu terapkan di lingkungan sekitar kamu maupun


disalurkan melalui pihak ketiga. Misalnya, dengan membagikan daging hasil
kurban kepada orang-orang sekitar yang dirasa kurang mampu.
Dengan begitu, diharapkan kamu dapat merasakan bahagianya dapat saling
berbagi dengan sesama. Kamu juga dapat mengulanginya bahkan di saat tidak
dalam perayaan Idul Adha. Selain secara langsung, kamu dapat juga membagikan
daging kurban secara tak langsung melalui media online dengan menyalurkan
iuran dana kurban.
Sabar Itu Indah
Oleh : Medisa Ica Saputri

Bersabar diri merupakan ciri orang-orang yang menghadapi pelbagai kesulitan


dengan lapang dada, kemauan yang keras, serta ketabahan yang besar. Karena itu,
jika kita tidak bersabar, maka apa yang bisa kita lakukan.
Apakah Anda memiliki solusi lain selain bersabar? Dan apakab Anda mengetahui
senjata lain yang dapat kita gunakan selain kesabaran?
Konon, seorang pembesar negeri ini memiliki ‘ladang gembalaan’ dan ‘lapangan’
yang selalu ditimpa musibah; setiap kali selesai dari satu kesulitan, kesulitan yang
lain selalu datang mengunjunginya. Meski demikian, ternyata ia tetap berlindung
di balik perisai kesabaran dan mengenakan tameng keyakinan kepada Allah.
Demikian itulah orang-orang mulia dan terhormat bertarung melawan setiap
kesulitan dan menjatuhkan semua bencana itu terkapar di atas tanah.
Syahdan, ketika menjenguk Abu Bakar yang sedang terbaring sakit, para sahabat
berkata kepadanya, “Bolehkah kami panggilkan seorang tabib untuk
mengobatimu?”
“Seorang tabib telah memeriksaku!,” jawab Abu Bakar. Para sahabat pun
bertanya, “Lalu apa yang ia katakan?” la berkata, “Sesungguhnya aku boleh
melakukan apa saja yang aku mau.”

Bersabarlah karena Allah! Dan sebaiknya Anda bersabar sebagaimana kesabaran


orang yang yakin akan datangnya kemudahan, mengetahui tempat kembali yang
baik, mengharap pahala, dan senang mengingkari kejahatan.
Seberapa pun besar permasalahan yang Anda hadapi, tetaplah bersabar.
Karena kemenangan itu sesungguhnya akan datang bersama dengan kesabaran.
Jalan keluar datang bersama kesulitan. Dan, dalam setiap kesulitan itu ada
kemudahan.
Saya pernah membaca biografi sejumlah orang terkenal, dan saya tertegun dengan
besarnya kesabaran dan agungnya ketabahan mereka.
Deraan musibah itu mereka anggap sebagai tetesan air dingin yang memercik di
kepala mereka. Mereka tak tergoyahkan laksana gunung, dan menancap jauh ke
dalam kebenaran. Dalam waktu singkat mereka dapat melupakan semua
kesedihan itu dan wajah mereka kembali berbinar menyorotkan cahaya
kemenangan. Bahkan, ada satu di antara mereka yang tidak hanya cukup bersabar,
namun justru menghadang semua bencana itu dan berteriak lantang di hadapan
musibah-musibah itu sambil menyatakan tantangannya.
Antara iman dan godaan dunia
Oleh : Medisa Ica Saputri

Godaan dunia sukar untuk dihiraukan, terlebih godaan yang dilakukan banyak
orang sehingga menjadi trend yang rasanya kurang update kalo kita tidak bisa
mengikuti trend tersebut. Yang mulanya hal tersebut tabu di mata masyarakat
muslim namun karena telah menjadi trend, hal tersebut menjadi hal yang lazim
dilakukan. Mengubah bentuk fisik secara berlebihan, berzinah, memamerkan
bentuk tubuh, merupakan salah satu contoh dari godaan-godaan dunia yang
dilazimkan.
Kenapa bisa hal tersebut lama-lama menjadi lazim? Apakah aturan dalam islam
sudah dipandang sebelah mata? Apakah itu karena iman kita kurang kuat? Apakah
Allah mengabaikan kita?
Banyak jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan tersebut, tapi yang jelas, kita
sebagai muslim perlu membentengi diri, membuat pertahan diri sekuat mungkin
untuk tidak mengikuti godaan yang terus ada di sekeliling kita, bagaimana kita
harus terus mencharge iman kita sehingga terus full? Tidak mudah untuk terus
menjaga iman kita agar terus penuh, seringkali kita merasa iman kita naik turun,
terkadang kita masih sering melanggar aturan yang telah jelas Allah paparkan
dalam Al Quran, apakah itu karena iman kita lemah? Atau godaan dunia dan setan
terlalu kuat?
Sejatinya, semua godaan yang ada di dunia maupun dating dari setan dapat
dihalau dengan iman yang kuat, sebaliknya, bila iman kita lemah, semua godaan
dapat memengaruhi kita dengan mudah. Kenapa bisa iman kita lemah? Banyak
hal yang bisa membuat iman kita lemah, terlalu mengikuti dunia dan lingkungan
yang buruk. Bagaimana bisa iman kita terisi penuh jika pikiran kita masih
berpusat pada dunia seolah-olah takut ditinggal dunia dan lingkungan yang tidak
membuat kita terus mengingat Allah? Bagaimana bisa iman kita terisi penuh jika
kita terus-terusan berharap pada dunia sampai lupa kehadiran yang menciptakan
dunia?
Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬bersabda: ‫" إن الدنيا حلوة خضرة‬Sesungguhnya dunia itu manis
dan hijau." Jiwa manusia dapat tergoda akan manisnya kehidupan dunia dari pada
nanti di hari akhir.
Manusia dapat disibukkan dengan dunia ini, sementara untuk urusan akhiratnya
menjadi lemah, hatinya menjadi terikat akan kesenangan dunia yang fana ini.
Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda:
‫ت َعلَى َم ْن َكانَ قَ ْبلَ ُك ْم فَتَنَافَسُوهَا‬ ْ َ‫فَ َوهَّللا ِ َما ْالفَ ْق َر َأ ْخ َشى َعلَ ْي ُك ْم َولَ ِك ْن َأ ْخ َشى َعلَ ْي ُك ْم َأ ْن تُ ْب َسطَ َعلَ ْي ُك ْم ال ُّد ْنيَا َك َما ب ُِسط‬
‫َك َما تَنَافَسُوهَا َوتُ ْل ِهيَ ُك ْم َك َما َأ ْلهَ ْتهُ ْم‬
“Demi Allah bukan kemiskinan yang aku takutkan pada kalian, tapi aku takut
dunia dibentangkan untuk kalian seperti halnya dibentangkan pada orang sebelum
kalian, lalu kalian berlomba-lomba meraihnya sebagaimana mereka berlomba-
lomba, lalu dunia itu membinasakan kalian seperti halnya mereka binasa.” (HR
Bukhari).
Ketika hati seorang hamba terikat dengan dunia, maka hubungan mereka dengan
akhirat menjadi lemah, dan tentunya ini akan memengaruhi tingkat keimanan
seorang hamba.
Maka dari itu, perlu kesadaran lebih kuat bahwa akhirat jauh lebih penting dari
dunia, dunia juga penting untuk mengumpulkan amal-amal baik yang akan
menolong kita di akhirat nanti. Jangan takut ditinggal dunia, karena dunia hanya
tempat berlabuh sementara, takutlah kehabisan waktu karena terbuai godaan dunia
yang akan mengakibatkan penyesalan di kemudian hari, terus meningkatkan iman
agar kita tidak terjerumus ke arah yang salah dan tentunya terbuai godaan dunia.
Jangan takut salah langkah selama iman kita terisi penuh.
Benarkah perempuan terperangkap dalam kungkungan agama?
Oleh : Medisa Ica Saputri
191105030222

Tentang perempuan ini, sering kita dengar dalam 2 sudut pandang yang berbeda.
Dari dunia barat kita sudah paham betul, dari tontonan barat yang sering kita lihat.
Dengan paham liberalis, antara perempuan dan laki-laki terdapat kesetaraan
gender dan hak, tidak ada penghambat perempuan untuk menjadi dirinya sendiri,
dan tidak adanya sekat pergaulan antara laki-laki dan perempuan.
Hal ini berkebalikan dengan kehidupan yang ada di timur, di timur, peran wanita
dalam sosial tidak berarti. Kehidupan bernegara dan bermasyarakat tidak
mengambil andi wanita sama sekali, wanita hanya diberi tugas untuk keluarganya,
mengurus rumah tangganya. Wanita tidak diperkenankan untuk bergaul dengan
laki-laki. Posisi wanita ada di belakang pria dan pria ada di garis terdepan. Hal ini
sesuai dengan persepsi Islam menurut mereka.
Di Indonesia sendiri ,peraturan terkait gender tidak seketat di Timur sana, teapi
seksisme (kebencian terhadap seseorang bergantung jenis kelamin) masih kerap
terjadi. Perempuan seolah memiliki kewajiban untuk memilih. Dianggap tidak
memiliki kuasa, dan tentunya masih dianggap kekuatan yang dimiliki masih jauh
di bawah laki-laki. Perempuan di Indonesia memang sudah banyak mengambil
peran di lingkup politik dan sosial, tetapi anggapan perempuan harus di rumah
saja masih melekat sebagai suatu keharusan, walau Raden Kartini, salah satu
tokoh nasional yang memperjuangkan emansipasi wanita sudah berhasil.
Kondisi Indonesia saat ini sudah jauh lebih baik dibandingkan masa dimana
Raden Kartini belum memperjuangkan hak kesetaraan gender. Beberapa waktu
silam, hanya perempuan yang memiliki darah bangsawan yang diizinkan
bersekolah, tetapi itu pun hanya sampai berusia 12 tahun, karena usia tersebut
sudah bisa dipinang oleh lelaki.
Untuk perempuan di kalangan rakyat, aturannya jauh lebih banyak dan ketat,
seperti:
a) Anak gadis itu dididik
agar menjadi budak laki-laki,
b) Dijauhkan dari pendidikan
c) Jika sudah berumur dua belas tahun ditutup
didalam rumah (dipingit)
d) Sikap terhadap anak gadis dan perempuan,
berdahan, dan bercabang menjadi adat
beristri banyak, kawin paksa dan kawin
ketika masih anak-anak (Pane, 2008: 16)
Islam sangat merutuk keras perlakuan beringas pada wanita. Islam sangat
memuliakan wanita terbukti dari penyebutan wanita dalam Al-Quran. Negara
timur menganggap perbuatannya pada wanita merupakan ajaran Islam, padahal
ajaran Islam sesungguhnya tidak seperti itu, walaupun begitu, masih banyak yang
menganggap perilaku dikskriminatif pada perempuan yang terjadi di Indonesia,
karena ajaran Islam. Padahal hal itu sering digunakan pihak tertentu untuk
memojokkan Islam. Hal yang sering kita dengar terkait diskriminatif Islam kepada
perempuan adalah sisa budaya arab jahiliyyah. Budaya arab jahiliyah pada saat
Islam datang di masa lampau dirutuk sebagaimana dalil Allah
‫ࣖ َواَل تَ ْن ِكحُوْ ا َما نَ َك َح ٰابَ ۤاُؤ ُك ْم ِّمنَ النِّ َس ۤا ِء اِاَّل َما قَ ْد َسلَفَ ۗ اِنَّهٗ َكانَ فَا ِح َشةً َّو َم ْقتً ۗا َو َس ۤا َء َسبِ ْياًل‬
Dan janganlah kamu menikahi perempuan-perempuan yang telah dinikahi oleh
ayahmu, kecuali (kejadian pada masa) yang telah lampau. Sungguh, perbuatan itu
sangat keji dan dibenci (oleh Allah) dan seburuk-buruk jalan (yang ditempuh).
(QS. An-Nisa: 22)
Salah satu budaya di zaman arab jahiliyah, sebelum kedatangan Islam tentunya,
mereka memperlakukan wanita demikian rendahnya, jika wanita ditinggalkan oleh
suami meninggal dunia, wanita tersebut harus diwarisi kepada anaknya. Maka dari
itu, Allah menurunkan firman-Nya di surat An-Nisa:22

· ‫َواِ َذا بُ ِّش َر اَ َح ُدهُ ْم بِااْل ُ ْن ٰثى ظَ َّل َوجْ هُهٗ ُمس َْو ًّدا َّوهُ َو َك ِظ ْي ۚ ٌم‬
Padahal apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak
perempuan, wajahnya menjadi hitam (merah padam), dan dia sangat marah. (Qs.
An-Nahl:58)

· َ‫ب اَاَل َس ۤا َء َما يَحْ ُك ُموْ ن‬


ِ ۗ ‫يَت َٰو ٰرى ِمنَ ْالقَوْ ِم ِم ْن س ُۤوْ ِء َما بُ ِّش َر بِ ٖ ۗه اَيُ ْم ِس ُكهٗ ع َٰلى هُوْ ٍن اَ ْم يَ ُدسُّهٗ فِى التُّ َرا‬

Dia bersembunyi dari orang banyak, disebabkan kabar buruk yang disampaikan
kepadanya. Apakah dia akan memeliharanya dengan (menanggung) kehinaan atau
akan membenamkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)? Ingatlah alangkah
buruknya (putusan) yang mereka tetapkan itu. (Qs. An-Nahl:59)
· ‫لِلَّ ِذ ْينَ اَل يُْؤ ِمنُوْ نَ بِااْل ٰ ِخ َر ِة َمثَ ُل السَّوْ ۚ ِء َوهّٰلِل ِ ْال َمثَ ُل ااْل َ ْع ٰلىۗ َوه َُو ْال َع ِز ْي ُز‬
Bagi orang-orang yang tidak beriman pada (kehidupan) akhirat, (mempunyai)
sifat yang buruk; dan Allah mempunyai sifat Yang Mahatinggi. Dan Dia
Mahaperkasa, Mahabijaksana. (Qs. An-Nahl:60)
Lalu, adat Arab jahiliyyah yang gembira ketika mendapat anak laki-laki, tetapi
malu sampai tega membunuh dengan mengubur hidup-hidup jika mendapat anak
perempuan.
Hal ini menunjukkan Allah sangat menghardik perbuatan yang dilakukan oleh
kaum Arab jahiliyah saat itu. Ayat-ayat di atas merupakan sebagian saja dari ayat
yang diturunkan dalam menghilangkan budaya diskriminatif pada perempuan.
Pada hakikatnya, Islam mendukung kesetaraan wanita dan pria.
Nabi Muhammad SAW. pun tidak pernah bersikap diskriminatif kepada wanita.
Umatnya selalu diperlakukan sama dan dihargai baik laki-laki maupun wanita.
Merekapun ikut berjuang
bersama Nabi memperjuangkan tujuan Islam, menegakkan kalimah Allah, dalam
posisi (derajat), hak dan kesempatan yang sama.

Di Yaman, ada dua orang wanita yang memegang tampuk kekuasaa, yaitu
Malikah Asma dan Malikah Arwah, yang didaulatkan sebagai kepala negara. Ini
merupakan penghargaan dan penghormatan yang
sulit dicari bandingannya di negeri Arab manapun setelah kedatangan Islam.
Asma
binti Syihab al-Sulaihiyah (wafat 480 H./1087 M.) memerintah Yaman dengan
baik,
bijaksana dan mengagumkan. Arwah binti Ahmad al-Sulaihiyah yang juga
menjadi kepala negara. Ia adalah menantu Asma, istri putranya yang bernama Al-
Mukarram.
Kedua ratu ini mendapat gelar kehormatan sama yaitu As-Sayyidah Al-Hurrah
(Putri bangsawan yang bebas dan merdeka atau wanita penguasa yang tidak
tunduk kepada kekuatan manapun). (Mernissi, 1994: 179-180).

Fakta adanya wanita-wanita penguasa tersebut membuktikan bahwa Islam


tidak membedakan derajat wanita dan laki-laki. Inilah kesetaraan dalam Islam.
Bila
ada anggapan-anggapan atau sikap yang terkesan membedakan kaum laki-laki dan
wanita, itu merupakan pengaruh budaya yang masih patrilineal terhadap
masyarakat
muslim
Islam pembawa kedamaian atau radikal?
Oleh Medisa Ica Saputri

Indonesia adalah negara yang memiliki keberagaman budaya, suku, bahasa, ras,
dan agama. Indonesia mengakui setidaknya 5 agama yaitu Islam, Kristen, Katolik,
Hindu, dan Buddha. Meskipun ada banyak perbedaan yang ada namun masyarakat
Indonesia mampu hidup secara berdampingan. Walau tidak dapat dipungkiri
bahwa kesalahpahaman diantara satu dengan yang lain juga sering terjadi. Apalagi
jika menyangkut mengenai kepercayaan atau agama. Seperti yang kita ketahui
semua bahawa isu-isu mengenai agama akan sangat cepat menyebar dan
memanas. Dengan perkembangan teknologi yang semakin maju juga menjadikan
permasalahan ini meluas. Bahkan melalui media pula lah isu-isu tersebut muncul.
Dengan perkembangan teknologi juga, masyarakat Indonesia jadi lebih aktif
berkontribusi di media sosial, namun kita lebih sering menemukan perselisihan,
terlebih perselisihannya karena agama. Polemik-polemik menyangkut agama ini
sering dimulai dari hal kecil hingga hal besar, salah satu contohnya terkait
kegiatan organisasi Islam yang sempat fenomenal pada 2016 lalu.
.Kilas balik kepada kegiatan salah satu organisasi Islam yang besar, yang
membuat acara di Monas Jakarta yang berisi orasi untuk meminta kemunduran
gubernur DKI Jakarta saat itu, atas anggapan perkataan gubernur tersebut diduga
menistakan agama, seruan ini dikenal juga dengan aksi bela Islam.
Hal ini sempat membuat geger publik, baik itu karena jumlah massa yang datang
dan tujuan kegiatan itu sendiri. Mengutip berita dari situs berita online, Opini
publik banyak bermunculan menanggapi pemberitaan aksi tersebut, Banyak yang
mendukung perjuangan mereka melalui aksi bela Islam tersebut, namun tak
sedikit pula masyarakat yang kurang setuju mengenai aksi ini. mereka jelas tidak
setuju diadakannya kegiatan tersebut karena dianggap mencoreng syariat Islam
sesungguhnya dan dianggap pula kegiatan tersebut merupakan kepentingan politik
pihak tertentu yang sengaja dibalut agama.
Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Anas Saidi, menuturkan
aksi bela Islam menampakkan sinyal membesarnya kelompok masyarakat yang
memahami agama hanya berdasarkan kalimat (tekstualis) saja. Menurutnya,
proses Islamisasi yang selama ini tekstualis akan menyuramkan masa depan
Indonesia. Kebencian dan fitnah dipertontonkan di ruang publik. Sementara
keadaban dan sopan santun tak diutamakan.
Demonstrasi yang seharusnya dikomunikasikan dengan sopan, adu argumentasi
dalam berbeda pendapat, kini berganti dengan pemaksaan kehendak oleh sebagian
kecil kelompok. Bagi Anas, ini merupakan teror terhadap demokratisasi.
Ketua Program Studi Falsafah dan Agama Universitas Paramadina, Fuad Mahbub
Siraj, mengatakan problem paling mendasar berkembangnya kelompok radikal
adalah pengetahuan yang semakin berkurang dalam masyarakat.

Lemahnya pengetahuan membuat masyarakat awam mudah terpengaruh aliran


radikal lantaran didasari wahyu. Ide mendirikan negara Islam, misalnya, tidak
dilawan dengan pemahaman yang kuat tentang nasionalisme berketuhanan. Selain
itu, perkembangan kelompok radikal juga tak lepas dari konteks politik suatu
negara. Menurutnya, perkembangan kelompok radikal cukup pesat di Indonesia,
meskipun jumlahnya masih kecil jika dibanding umat Islam di Indonesia dan
biasanya kasus dugaan penistaan agama lebih banyak bernuansa politik daripada
persoalan agama. Bukan hanya terjadi dalam kasus yang menjerat Ahok.

KH Ma’ruf Amin juga pernah menuturkan terkait tekstualisme. Menurutnya


tekstualisme agama telah berdampak buruk bagi upaya membangun keteraturan di
tengah masyarakat. Pemahaman terhadap teks ajaran agama yang terlalu kaku
menyebabkan sikap tidak toleran terhadap pemahaman ajaran agama yang
berbeda. Hal itu berdampak buruk pada citra umat Islam yang terkesan ekslusif,
kaku, tertutup, dan tidak bisa menerima hal-hal baru. Selain menyebabkan
intoleran pada umat non-islam, tektualisme juga berbahaya bagi sesama umat
Islam, mereka cenderung secara frontal menyalahkan kelompok lain yang tidak
sefaham dengan kelompoknya, sehingga sering menimbulkan benturan dan tidak
jarang juga melakukan kekerasan dan menimbulkan konflik di antara umat Islam.
Menurutnya, dampak dari perbuatan segelintir orang tsb membuat umat Islam
dipandang negatif. Praktek kekerasan yang dilakukan segelintir orang juga
dimanfaatkan oleh pihak lain yang ingin menjatuhkan umat Islam. Padahal
esensinya, agama Islam tidak ada kaitannya sama sekali dengan gerakan radikal.
Dari beberapa pendapat tokoh agama, kita bisa menarik kesimpulan bahwa
sejatinya agama Islam yang murni adalah agama penuh kedamaian, penuh silih
asih, dan tidak berisi kekerasan.
Islam sendiri berasal dari kata ‫ َسلِ َم‬yang artinya selamat, bebas dan damai. Dalam
kaidah tata bahasa Arab berbunyi: ً‫الَ َمة‬¥‫ ْل ًما – َس‬¥‫ ْل ًما – َس‬¥‫لَ ُم – ِس‬¥‫ َسلِ َم – يَ ْس‬yang berarti
damai. Kemudian, terdapat istilah ‫ال َّسالَ ُم ْال َعلَ ِم‬yang diartikan perdamaian dunia.
Kata ‫لَّ َم‬¥¥‫ َس‬berarti menyerahkan, hal ini berarti melepaskan sesuatu yang di
dalamnya terdapat unsur pembebasan. Maka, dapat dipahami bahwa Islam
mengajarkan perdamaian yang di dalmnya terdapat prinsip pembebasan, baik dari
rasa takut, lapar maupun ketidakamanan. Sebagaimana dalam firman Allah, QS.
Al Quraisy/106: 4,
ٍ ْ‫ُوع َوَآ َمنَهُ ْم ِم ْن خَ و‬
‫ف‬ ْ ‫الَّ ِذي َأ‬
ٍ ‫ط َع َمهُ ْم ِم ْن ج‬
Berdasarkan ayat tersebut menunjukkan bahwa dalam hidup yang damai itu
sendiri, terbebas dari berbagai rasa ketakutan, kelaparan dan ketidakamanan.
Nabi SAW dalam hadis mendefinisikan bahwa: ‫ ِد ِه‬¥ َ‫انِ ِه َوي‬¥ ‫لِ َم النَّاسُ ِم ْن لِ َس‬¥ ‫لِ ُم َم ْن َس‬¥ ‫المس‬
ْ
(seorang muslim itu ialah apabila dia menjadi sumber perdamaian bagi sesama
manusia yang lain, sehingga mereka terbebas dari kejahatan lidah dan tangannya)
Di tengah kekisruhan zaman, kita sebagai umat Muslim wajib menampilkan
kepribadian sejati umat Islam, yaitu damai. Jangan terbawa arus zaman, jangan
menjadi pribadi yang ikut arus, contoh panutan kita, Nabi Muhammad SAW.
Dalam berbicara dan berprilaku, dan tentunya kita harus paham dan mengkhayati
esensi dalam ajaran yang telah diajarkan. Jadilah seorang Muslim yang selalu
damai dan menjadi sumber perdamaian bagi orang di sekitar, karena Islam
merupakan kunci kedamaian.

Wallahua’lam bi showab.
Malam Nifsu Syaban

Oleh : Medisa Ica Saputri

Malam peringatan Nisfu Syaban segera tiba. Umat Islam selalu menyambut
malam Nisfu Syaban, Tanggal malam Nisfu Syaban akan berlangsung pada besok
Jumat 18 Maret 2022.
Nisfu Syaban adalah peringatan pada tanggal 15 bulan kedelapan (Sya'ban) dari
kalender Islam / hijriah. Nisfu Syaban dikenal sebagai Laylatul Bara’ah atau
Laylatun Nisfe min Sha’ban.

Nisfu Syaban seringkali diperingati oleh umat Islam untuk beribadah sepanjang
malam. Terdapat amalan-amalan sunnah yang bisa dikerjakan, seperti shalat
sunnah, membaca surah, dan membaca doa pada malam Nisfu Syaban.

Nabi Shalallahu 'Alaihi Wassallam bersabda, "Barangsiapa yang memberitahukan


berita datangnya bulan Sya'ban kepada yang lain, maka haram api neraka
baginya".
Malam Nisfu Syaban adalah malam yang sangat diijabah untuk dikabulkan semua
doa dan hajat yang diinginkan.

Sehingga, dianjurkan bagi umat Muslim untuk berdoa secara khusyuk.


berikut doa yang dianjurkan pada malam Nisfu Syaban:
َ‫ر الالَّ ِج ْين‬¥ َ ¥‫هَ ِاالَّ اَ ْنتَ ظَ ْه‬¥‫ام الَ اِل‬¥ ِ ¥‫ا َ َذا الطَّوْ ِل َو ْا ِال ْن َع‬¥‫ َر ِام ي‬¥‫ا َذا ْال َجالَ ِل َو ْا ِال ْك‬¥¥َ‫ك ي‬ َ ¥‫ا َذا ْال َمنِّ َو ال يَ ُم ُّن َعلَ ْي‬¥¥َ‫اَللَّهُ َّم ي‬
ْ
‫رُوْ دًا‬¥‫قِيًّا اَوْ َمحْ رُوْ مًا اَوْ َمط‬¥‫ب َش‬ ِ ‫ا‬¥¥َ‫ اَللَّهُ َّم اِ ْن ُك ْنتَ َكتَ ْبتَنِى ِع ْندَكَ فِ ْي اُ ِّم ْال ِكت‬. َ‫َو َجا َر ْال ُم ْستَ ِجي ِْر ْينَ َو اَ َمانَ ْالخَاِئفِ ْين‬
ْ
‫ا َر ِر ْزقِي َو‬¥َ‫رْ ِدي َو اِقت‬¥َ‫انِي َو ط‬¥‫قَا َوتِي َو ِحرْ َم‬¥‫ب َش‬ ِ ‫ا‬¥َ‫ك فِ ْي اُ ِّم ْال ِكت‬ َ ِ‫ل‬¥‫ض‬ ْ َ‫ا ْم ُح اللَّهُ َّم بِف‬¥َ‫ق ف‬ ْ
ِ ‫رِّز‬¥‫ال‬ ‫ى فِى‬ َّ َ‫ ًّرا َعل‬¥َ‫اَوْ ُم ْقت‬
َ‫ َز ِل َعلَى نَبِيِّك‬¥‫ك ْال ُم ْن‬ َ ِ‫ق فِى ِكتَاب‬ ُّ ‫لح‬ َ ‫ك ْا‬ َ ُ‫ك قُ ْلتَ َو قَوْ ل‬ ِ ‫ب َس ِع ْيدًا َمرْ ُزوْ قًا ُم َوفَّقًا لِ ْلخَ ْي َرا‬
َ َّ‫ت فَِإن‬ ِ ‫ك فِي اُ ِّم ْال ِكتَا‬ َ ‫اَ ْثبِ ْتنِ ْى ِع ْن َد‬
َ‫ ْعبَان‬¥ ‫ه ِْر َش‬¥ ‫ف ِم ْن َش‬ ِ ¥‫ص‬ ْ ِّ‫ اِل ِه ْي بِالتَّ َجلِّى ْاالَ ْعظَ ِم فِي لَ ْيلَ ِة الن‬.‫ب‬ ِ ‫ت َو ِع ْن َدهُ اُ ُّم ْال ِكتَا‬ ُ ِ‫ْال ُمرْ َس ِل يَ ْمحُو هللاُ َما يَ َشا ُء َو ي ُْثب‬
ِ ْ‫و‬¥¥ُ‫ف َعنِّ ْي ِمنَ ْالبَالَ ِء َما اَ ْعلَ ُم َو َما ال اَ ْعلَ ُم َواَ ْنتَ َعالَّ ُم ْال ُغي‬
‫ب‬ ْ ‫ق فِ ْيهَا ُكلُّ اَ ْم ٍر َح ِكي ٍْم َو يُ ْب َر ُم اِصْ ِر‬ ُ ‫ْال ُم َكر َِّم الَّتِ ْي يُ ْف َر‬
َ‫ اَ ِم ْين‬. ‫صحْ بِ ِه َو َسلَّ َم‬
َ ‫صلَّى هللاُ َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى اَلِ ِه َو‬ َ ‫ك يَا اَرْ َح َم الرَّا ِح ِم ْينَ َو‬ َ ِ‫بِ َرحْ َمت‬

Allahumma yaa dzal manni walaa yumannu alaika yaa dzal jalaali wal ikraam, yaa
dzath thauli wal in aam, laa ilaaha illaa anta, dhahrul laajiin, wa jaarul
mustajiiriin, wa amaanul khaa ifiin, Allahumma in kunta katabta nii indaka fii
ummil kitaabi syaqiyyan aw mahruuman aw mathruudan awa muqtarran alayya fir
rizqi, famhullaa humma bi fadllika syaqaawatii wa hirmaani wa thardii waq titaari
rizqii wa ats-bitnii indaka fii ummil kitaabi saiidan marzuuqan muwaffaqallil
khairaat. Fa innaka qulta wa qauluka haqqu fii kitaabikal munazzali alaa
nabiyyikal mursali, yamhul laahumaa yasyaa u wa yutsbitu wa indahuu ummul
kitaab. Illahii bittajallil aadhami fii lailatin nishfi min syahri syabaanil mukarramil
latii yurfaqu fiihaa kullu amrin hakim wa yubram, ishrif anni minal balaa I maa
alamu wa maa laa alam wa anta allamul ghuyuubi birahmatika yaa arhamar
raahimin.

Artinya: Ya Allah, Dzat Pemilik anugrah, bukan penerima anugrah. Wahai Dzat
yang memiliki keagungan dan kemuliaan. Wahai dzat yang memiliki kekuasaan
dan kenikmatan. Tiada Tuhan selain Engkau: Engkaulah penolong para
pengungsi, pelindung para pencari perlindungan, pemberi keamanan bagi yang
ketakutan.
Ya Allah, jika Engkau telah menulis aku di sisi-Mu di dalam Ummul Kitab
sebagai orang yang celaka atau terhalang atau tertolak atau sempit rezeki, maka
hapuskanlah, wahai Allah, dengan anugrah-Mu, dari Ummul Kitab akan celakaku,
terhalangku, tertolakku dan kesempitanku dalam rezeki, dan tetapkanlah aku di
sisi-Mu, dalam Ummul Kitab, sebagai orang yang beruntung, luas rezeki dan
memperoleh taufik dalam melakukan kebajikan.
Sunguh Engkau telah berfirman dan firman-Mu pasti benar, di dalam Kitab Suci-
Mu yang telah Engkau turunkan dengan lisan nabi-Mu yang terutus:
Allah menghapus apa yang dikehendaki dan menetapkan apa yang dikehendaki-
Nya dan di sisi Allah terdapat Ummul Kitab.”
Wahai Tuhanku, demi keagungan yang tampak di malam pertengahan bulan
Sya’ban nan mulia, saat dipisahkan (dijelaskan, dirinci) segala urusan yang
ditetapkan dan yang dihapuskan, hapuskanlah dariku bencana, baik yang
kuketahui maupun yang tidak kuketahui.
Engkaulah Yang Maha Mengetahui segala sesuatu yang tersembunyi, demi
Rahmat-Mu wahai Tuhan Yang Maha Mengasihi. Semoga Allah melimpahkan
solawat dan salam kepada junjungan kami Muhammad SAW beserta keluarga dan
para sahabat beliau. Amin.
Solat Nifsu Syaban ialah
Niat Sholat Nisfu Syaban
َ ُ‫ا‬
‫صلِّ ْى ُسنَّةً نِصْ فُ َش ْعبَانَ َر ْك َعتَي ِْن لِ ّل ِه تَ َعالَى‬
Usholli sunnatan nisfu sya'baana rak'ataini lillahi ta'ala

Artinya:
"Saya sholat sunah Nisfu Syaban dua rakaat karena Allah Ta'ala."

Adapun Tata Cara Solat nya yaitu


1. Salat seperti biasanya dan membaca niat Salat Nisfu Syaban;
2. Pada rakaat pertama sesudah Al-fatihah membaca surat Al-Kafirun;
3. Pada rakaat ke-dua sesudah Al-fatihah membaca surat Al-Ikhlas;
4. Kemudian mengucapkan salam.
Dan setelah solat di anjurkan membaca yasin sebanyak 3kali
Pernikahan Beda Agama Perempuan Hijab, Apakah Sah?
Oleh : Medisa Ica Saputri

Agama Islam secara terang-terangan melarang adanya menikah beda agama.


Allah Swt. berfirman dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 221 yang mengandung arti,
“Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik sebelum mereka beriman.
Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik,
walaupun dia menarik”.

Menikah menjadi salah satu penyempurna dalam beribadah kepada Allah Swt.
Pernikahan akan memberikan kebahagiaan bagi setiap pasangan yang semata-
mata mengharapkan rida-Nya. Di Indonesia, pernikahan beda agama menjadi
salah satu fenomena yang kerap ditemui. Ustaz Budi Jaya Putra, S.Th.I., M.H.
dalam Kajian Rutin Bakda Magrib berkesempatan mengulas hukum menikah
dengan orang kafir dan musyrik.

“Menikah akan indah dan diliputi keberkahan jika sama-sama dalam satu
keyakinan. Agama menjadi kunci kebahagiaan manusia. Tidak perlu mencari
pembenaran hanya semata-mata karena cinta maka melanggar hukum Allah.
Sudah terbukti bahwa orang yang menikah beda agama tidak mendapatkan
kebahagiaan karena diliputi perbedaan keyakinan,” tutur Ustaz Budi.

Agama Islam secara terang-terangan melarang adanya menikah beda agama.


Allah Swt. berfirman dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 221 yang mengandung arti,
“Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik sebelum mereka beriman.
Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik,
walaupun dia menarik”.

Di agama lain pun melarang adanya menikah beda keyakinan. Di negara


Indonesia telah tercantum dalam Undang-Undang No. 1 tahun 1974 pasal 2 ayat 1
dijelaskan bahwa “Pernikahan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum
masing-masing agamanya dan kepercayaan itu”.

“Wanita atau laki-laki musyrik tidak boleh dinikahi oleh laki-laki dan wanita
muslim. Musyrik menurut syariat Islam merupakan tindakan menyekutukan Allah
Swt. Mereka tidak mau mengesakan Allah Swt. Sedangkan orang kafir ialah
orang yang ingkar dan tidak mau beriman kepada Allah Swt,” paparnya.

Ia menambahkan, Muhammadiyah sebagai organisasi Islam berpandangan bahwa


menikahi atau dinikahi oleh ahli kitab dan beda agama adalah haram dan tidak
sah. “Menikah dengan orang yang beda agama dilarang oleh agama dan negara
Indonesia. Lalu bagaimana jika sudah telanjur menikah? Maka berpisahlah sesuai
dengan firman Allah Swt. dalam Q.S. Al-Mumtanah ayat 10 yang berbunyi, ‘Hai
orang-orang yang beriman, apabila datang berhijrah kepadamu perempuan-
perempuan yang beriman maka hendaklah kamu uji (keimanan) mereka.

Allah lebih mengetahui tentang keimanan mereka. Maka jika kamu telah
mengetahui bahwa mereka (benar-benar) beriman maka janganlah kamu
kembalikan mereka kepada (suami-suami mereka) orang-orang kafir. Mereka
tiada halal bagi orang-orang kafir itu dan orang-orang kafir itu tiada halal pula
bagi mereka’. Firman tersebut sangat jelas dan jangan hanya menikah karena
cinta, harta, dan nafsu belaka,”

Pendapat Mui mengenai pernikahan beda agama


MUI mengeluarkan fatwa tentang perkawinan beda agama, tepatnya pada tanggal
1 Juni 1980 yang kemudian sebagai penguat dari fatwa tersebut pada tanggal 28
Juli tahun 2005 fatwa tersebut oleh MUI dikeluarkan kembali dengan kata lain
MUI telah mengeluarkan dua fatwa dalam satu permasalahan yang isinya adalah
sama. Adapun isi dari fatwa MUI tersebut berisi:
1. Perkawinan beda agama adalah haram dan tidak sah.
2. Perkawinan laki-laki muslim dengan wanita ahlul kitab, menurut
qaul mu’tamad, adalah haram dan tidak sah.38
Dalam menetapkan keharaman hukum perkawinan beda
agama, MUI mengambil dasar hukum dari surat al-Baqarah ayat 221 yang
berbunyi sebagai berikut:

Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka


beriman.Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita
musyrik, walaupun dia menarik hatimu.Dan janganlah kamu menikahkan orang-
orang musyrik (dengan wanita- wanita mukmin) sebelum mereka
beriman.Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik,
walaupun dia menarik hatimu.Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah
mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya.Dan Allah menerangkan ayat-
ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil
pelajaran. (QS. al-Baqarah [2]: 221)

Dari ayat di atas dapat dijelaskan bahwasanya MUI beranggapan seorang laki-laki
yang beragama Islam tidak boleh menikahi wanita musyrikah.MUI beranggapan
bahwasanya antara wanita musyrikah dengan ahlu al-Kitab itu sama-sama
menyekutukan Allah Swt. Jadi menikahi keduanya hukumnya juga haram.
Dan sudah jelas pernikahan beda agama dalam ajaran islam dan mui adalah
TIDAK SAH
HARTA, TAHTA DAN WANITA
Oleh : Medisa Ica Saputri
Bicara mengenai harta,tahta dan wanita banyak sekali penjelasan karna di judul
ini pun memiliki 3 unsur yang sangat berbeda penjelasnnya karna Kehidupan
dunia tidak bisa lepas dari tiga unsur utama yakni harta, tahta dan wanita. Harta
merujuk kepada konsep kepemilikan dan pengelolaan sumber daya alam, baik
individu maupun sosial. Tahta merujuk kepada kekuasaan suatu negara dalam
mengelola sumber daya alam, kehidupan dan sumber daya manusia. Wanita
merujuk kepada konsepsi peran penting wanita, ibu, istri dan keluarga.

Ketiga faktor tersebut memang kerap membuat orang terlena, bahkan rela
mengorbankan segalanya dengan beragam cara.
Dalam Islam, harta, tahta dan wanita adalah perhiasan kehidupan dunia.
Karenanya, banyak orang yang tergiur dan berlomba-lomba meraihnya. Ada yang
mendapatkan harta tahta dan wanita dengan cara yang halal dan baik, namun tidak
sedikit yang mencarinya dengan cara yang haram.

Allah SWT berfirman dalam Surat Al Kahfi ayat 46:


{‫}ال َما ُل َو ْالبَنُونَ ِزينَةُ ْال َحيَا ِة ال ُّد ْنيَا‬
ْ
Artinya: Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia. (Al-Kahfi: 46)
Dalam ayat tersebut, Allah SWT menjelaskan bahwa yang menjadi kebanggaan
manusia di dunia ini adalah harta benda dan anak-anak, karena manusia sangat
mem-perhatikan keduanya.
Banyak harta dan anak dapat memberikan kehidupan dan martabat yang terhormat
kepada orang yang memilikinya. Seperti halnya 'Uyainah, pemuka Quraisy yang
kaya itu, atau Qurthus, yang mempunyai kedudukan mulia di tengah-tengah
kaumnya, karena memiliki kekayaan dan anak buah yang banyak.
Karena harta dan anak pula, orang menjadi takabur dan merendahkan orang lain.
Allah menegaskan bahwa keduanya hanyalah perhiasan hidup duniawi, bukan
perhiasan dan bekal untuk ukhrawi.

Padahal manusia sudah menyadari bahwa keduanya akan segera binasa dan tidak
patut dijadikan bahan kesombongan. Dalam urutan ayat ini, harta didahulukan
dari anak, padahal anak lebih dekat ke hati manusia, karena harta sebagai
perhiasan lebih sempurna daripada anak.
Harta dapat menolong orang tua dan anak setiap waktu dan dengan harta itu pula
kelangsungan hidup keturunan dapat terjamin.
Kebutuhan manusia terhadap harta lebih besar daripada kebutuhannya terhadap
anak, tetapi tidak sebaliknya. Kemudian Allah swt menjelaskan bahwa yang patut
dibanggakan hanyalah amal kebajikan yang buahnya dirasakan oleh manusia
sepanjang zaman sampai akhirat, seperti amal ibadah salat, puasa, zakat, jihad di
jalan Allah, serta amal ibadah sosial seperti membangun sekolah, rumah anak
yatim, rumah orang-orang jompo, dan lain sebagainya.
Amal kebajikan ini lebih baik pahalanya di sisi Allah daripada harta dan anak-
anak yang jauh dari petunjuk Allah swt, dan tentu menjadi pembela dan pemberi
syafaat bagi orang yang memilikinya di hari akhirat ketika harta dan anak tidak
lagi bermanfaat.
Sebab, harta, tahta dan wanita pada dasarnya adalah ujian dan cobaan bagi
manusia. Bagi yang terlena oleh harta dan tahta, balasannya di akhirat sangat
pedih.

(Ulasan “ RAKYAT TAMBAH MELARAT, HARTA PEJABAT MALAH


MENINGKAT” oleh Ahmad Sastra)
Oleh : Medisa Ica Saputri
Puisi yang menggambarkan bobroknya demokrasi saat ini yang kini semakin
menyengsarakan rakyat ditambah pandemi yang seperti tak ada habisnya juga
membuat nasib rakyat semakin menderita, yang kaya semakin kaya dan yang
miskin semakin miskin menjayakan yang sudah berjaya

demokrasi adil yang hanya disuarakan hanya saat pemilihan diberi janji janji yang
meyakinkan tetapi tak ada hasilnya para petinggi negara yang berkhianat.Hingga
menzalimi rakyatnya hingga yang sekarat semakin sekarat dan pejabat-pejabat
semakin sejahtera.

Pandemi sekarang tak kunjung ada ujung nya dan semakin meningkat korbannya
dan pekerjaan rakyat semakin susah dicari sedangkah para pejabat dengan
enaknya memakan uang rakyat kecil dan bertambah meningkat hartanya.

Demokrasi buruk sekali dinegeri ini ketika pejabat menyogok rakyat dengan nasi
basi diatas penderitaannya yang dulu memakan janji-janji nya yang ingin
mensejahterakan rakyat,yang ingin membantu rakyat hanya ada di mulut pejabat
saja dan sekarang tidak ada hasilnya.

Khianat :Khianat artinya curang, culas, tidak jujur, tidak lurus hati.(orangnya
disebut munafik). Khianat dapat terjadi terhadap diri sendiri, terhadap Allah SWT
dan Rasul-Nya, dan terhadap orang lain.
Keparat : kafarat mengandung arti mengganti, menutupi, membayar, dan
memperbaiki
Melarat :rakyat semakain melarat dan tambah melarat
Sekarat : rakyat juga sekarat dengan uang yang kelaparan kehausan

Mari Sambut Ramadan 2022 Dengan Kebahagiaan

Oleh : Medisa Ica Saputri


Bahagia menyambut bulan Ramadhan adalah suatu keniscayaan, kerena itu akan
mempersiapkan diri untuk menyambutnya baik secara fisi, mental dan spiritual,
harta dan lainnya agar kita juga semangat serta mengisi aktivitas dan ibadah
Ramadhan secara maksimal maupun optimal.
Dalam hadist lain disebukan:
“barangsiapa yang bergembira datangnya bulan Ramadhan, diharamkan Allah
jasadnya menyentuh api neraka”.(An-Nasa’i)
Dalam hadis lain juga disebutkan:
“seandainya umatku tahu keutamaan bulan puasa merekan akan meminta supaya
bulan yang ada dijadikan puasa selamanya…(Ibnu Majah).

Menjelang Ramadhan tiba beliau juga menyampaikan basyarah (kabar


gembira) sekaligus pengarahan dan motivasi kepada para sahabatnya terkait
dengan bulan Ramadhan. Seperti yang diriwayatkan oleh sayyid bin thawus dan
syeikh shaduq, dengan sanad dari Amirul Mukminin Umar Bin Al-Khatab ra, dia
berkata: bahwa Rasulullah Salallahu ‘Alaihi Wasalam pada suatu hari menjelang
bulan Ramadhan tiba berpidato di hadapan kami:

“Wahai manusia! Sungguh telah datang pada kalian bulan Allah Subhana Wa
Taala dengan membawa berkah rahmat dan magfirah. Bulan yang paling mulia
disisi Allah Subhana Wa Taala. Hari-harinya adalah hari-hari yang paling utama.
Malam-malamnya adalah yang paling utama, jam demi jamnya adalah jam-jam
yang paling utama, inilah bulan ketika kamu diundang menjadi tamu Allah
Subhana WaTaala dan dimuliakan oleh-NYA. Dibulan ini nafas-nafas mu menjadi
tasbih tidurmu ibadah amal-amal mu diterima dan doa-doamu diijabah.
Bermohonlah kepada Allah Subhana WaTaala Rabbmu dengan niat yang tulus
dan hati yang suci agar Allah Subhana Wa Taala membimbingmu untuk
melakukan shiyam (puasa) dan membaca kitab-NYA. Celakalah orang yang tidak
mendapat ampunan Allah Subhana Wa Taala dibulan agung ini.

Wahai manusia! Sesungguhnya diri-dirimu tergadai Karena amal – amal mu,


maka bebaskanlah dengan istighfar. Pungunggung-punggungmu berat Karena
beban (dosa) mu, maka ringankanlah dengan memperpanjang sujudmu.
Ketahuilah! Allah SubhanaWaTaala bersumpah dengan segala kebesaran Nya
bahwa Dia tidak akan mengazab orang-orang yang shalat dan sujud dan tidak
akan mengancam mereka dengan neraka pada hari manusia berdiri di hadapan
Rabb Al – Alamin (Tuhan semesta Alam).

Bulan suci Ramadan 1443 Hijriah atau tahun 2022 diperkirakan baru akan bisa
dilaksanakan 2 atau 3 April 2022 mengingat Sidang Isbat penetapan 1 Ramadan
akan digelar pada hari Jumat 1 April oleh Kementerian Agama yang dipimpin
oleh Menteri Agama Yaqut Cholil Qaumas.

Berbagai persiapan mulai dilakukan untuk menyambut bulan mulia ini sudah
nampak terlihat dari satu Minggu kebelakang mulai dari diperbolehkannya
kembali umat Islam, untuk menggelar Shalat Tarawih, berjamaah di masjid
namun tetap menerapkan protokol kesehatan yang ketat selain itu kegiatan buka
bersama juga sudah diperbolehkan asalkan tetap menjaga jarak.

Jika dua tahun kebelakang kita sebagai umat Islam sangat kesulitan melakukan
berbagai aktivitas termasuk beribadah berjamaah di masjid, dan harus menjaga
jarak serta kuota jamaah dibatasi maka hal tersebut sudah tidak akan kita alami
kembali kecuali jika adanya lonjakan angka Covid-19.

Tentunya kita sebagai umat Muslim, jangan senang dan kebablasan saat adanya
pelonggaran seperti saat ini. Langkah bijak yang dilakukan yang sudah diatur oleh
pemerintah harus kita lakukan agar kita bisa menjalankan ibadah di bulan
Ramadan tahun ini tanpa adanya hambatan.
Termasuk menjalani program vaksinasi 1-2 dan vaksin booster bagi yang ingin
mudik ke kampung halaman harus kita jalani dan jangan menolak sebab hal ini
sebagai salah satu cara berikhtiar untuk melewati masa sulit yang sudah mulai
berangsur-angsur pulih menuju keadaan normal kembali.

Maka dengan demikian artinya sudah jelas bahwa Shalat Tarawih, Nyekar ke
Tempat Pemakaman Umum ( TPU), Buka Bersama ( Bukber) sudah
diperbolehkan kita sebagai umat Islam harus tetap menjaga aturan yang sudah
ditetapkan oleh Pemerintah Pusat melalui Kementerian Agama, karena sejatinya
pemerintah juga tidak akan membuat aturan yang menyulitkan jika masyarakat
mudah diatur.

Mari sambut semarak datangnya bulan suci Ramadan 1443 Hijrah, dengan cara
yang sederhana dan aman seperti tetap dirumah saja, tidak berkerumun dan
tentunya kita berharap semoga pandemi yang sudah cukup lama ini segala hilang
baik dari Indonesia maupun semua negara di dunia.

Anda mungkin juga menyukai