Anda di halaman 1dari 1

Anggapan dan asumsi tentang pengetahuan budaya lokal khususnya tentang retorika dalam

acara-acara adat tidak terlalu penting dalam masyarakat Mandailing moderen saat ini
merupakan sesuatu yang diterima oleh penulis mengingat dengan pertimbangan efektifitas dan
efesiensi waktu tata cara pelaksanaan acara-acara adat Mandailing memang terlalu panjang
apalagi dibandingkan dengan syarat dan tahapan pelaksanaan acara-acara adat berdasarkan
agama Islam—sebagai agama mayoritas atau hampir boleh dikatakan agama tunggal
masyarakat Mandailing.
Anggapan dan asumsi di atas tentunya memberikan andil yang cukup besar menuju
kepunahan bahasa Mandailing. Logika yang sama juga terjadi pada budaya dan bahasa daerah
lainnya di nusantara. Sebelum kelemahan serta kehancuran modernisasi dan hegemoni budaya
mainstream saat ini terjadi, anggapan dan asumsi ini akan terus terpelihara dan menyebabkan
stagnasi pengembangan budaya dan bahasa daerah

Anda mungkin juga menyukai