Anda di halaman 1dari 1

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah SWT, tuhan sekalian alam, yang telah
memberikan hidayah dan inspirasi bagi penulis dapat merampungkan penulisan buku ini.
Dalam waktu hampir satu tahun, akhirnya penulis merasa buku ini sudah layak untuk
diterbitkan dan harapannya kehadiran buku ini menjadi kado terindah bagi rekan, kerabat dan
pihak lainnya yang memiliki perhatian lebih terhadap revitalisasi kebudayaan lokal khususnya
kebudayaan Mandailing. Shalawat dan Salam buat baginda Rasulullah yang telah
menginspirasi penulis melalui hadits dan sabdanya yang terkenal yaitu: jika kamu ingin
dikenang orang setelah kematianmu maka (1) tanamlah pohon, (2) tulislah buku dan (3)
sebarkanlah kebaikan.
Memulai pengantar buku ini penulis memberikan beberapa uraian yang layak kita
pikirkan bersama dalam upaya melakukan revitalisasi kebudayaan dan bahasa Mandailing
sebagai berikut:

Budaya Mandailing Di ambang Kepunahan: Sebuah Upaya


Penulisan buku ini diawali oleh kekhawatiran penulis akan hilang dan punahnya
budaya Mandailing khususnya retorika pada acara-acara adat baik pada acara siriaon, siluluton
maupun siulaon yang merupakan sebagian dari kekayaan dan kearifan lokal masyarakat
Mandailing--yang tentunya retorika itu memiliki sejarah dan nilai sastra yang tinggi yang
terlalu penting untuk direvitalisasi. Kekhawatiran penulis ini tentunya tidak berlebihan karena
perubahan zaman, dinamika masyarakat dan massifnya akulturasi berbasis budaya dan agama
serta percampuran budaya yang hampir saja meninggalkan budaya Mandailing aslinya.
Kekhawatiran lainnya juga disebabkan oleh fakta empiris bahwa, bahasa daerah dan budaya
Mandailing sejauh ini tidak dilembagakan oleh otoritas dan masyarakatnya sehingga bahasa
Mandailing tidak melembaga.

Anda mungkin juga menyukai