Anda di halaman 1dari 152

Pena Pertamaku| i

PENA
PERTAMAKU
(Kumpulan Antologi Puisi Kelas Menulis Online KERTAS PENA
Angkatan V)

Penulis:
Abdul Jabbar Tahir, Helen Safitri, MarshanDK, Nur Afni Arifin,
Nur Ayu Dewi, Nini Afriani Malik, Nurhandayani Ugi,
Putri Ayu Iriana, Rahmat, Rahardi Dwijaya, Ramadhan Bijaksana,
Subartono, Widyatul Inayah, Abdul Jalil, dan Haeruddin.

PENERBIT PT. MEDIA PENA PATORANI

Pena Pertamaku| ii
PENA PERTAMAKU
(KUMPULAN ANTOLOGI PUISI KELAS MENULIS ONLINE
KERTAS PENA)

Penulis Buku: Abdul Jabbar Tahir, Helen Safitri, MarshanDK, Nur


Afni Arifin, Nur Ayu Dewi, Nini Afriani Malik, Nurhandayani Ugi,
Putri Ayu Iriana, Rahmat, Rahardi Dwijaya, Ramadhan Bijaksana,
Subartono, Widyatul Inayah, Abdul Jalil, dan Haeruddin.

ISBN: 978-6239-2206-5-5

Editor:
Abdul Jalil Mattewakkang

Layout dan Tata Letak:


Haeruddin, S.Si., M.Si

Desain Sampul:
Zul dan Andang

Penerbit:
PT. Media Pena Patorani

Redaksi:
Jalan Borongtaipaya No. 18 B
Dusun Kampung Beru Desa Campagaya
Kec. Galesong Kab.Takalar
Sulawesi Selatan
HP. 081342906140-081343629064
Email: mediapenapatorani@gmail.com

Keaslian dan originalitas buku dibawah tanggung jawab penulis.

Cetakan Pertama, Februari 2020

Hak cipta dilindungi undang-undang


Dilarang memperbanyak karya tulis (buku) ini dalam bentuk dan
dengan cara apapun tanpa izin tertulis dari penerbit.

Pena Pertamaku| iii


TESTIMONI

“Buku ini merupakan salah satu wujud


eksistensi penggiat literasi di Kabupaten
Takalar. Setahu kami ini buku Antologi
Puisi sudah yang ke 5 Artinya proses
pembinaan dan pembimbingan dalam
menulis buku terus berkelanjutan. Kami
berharap geliat literasi terus merambah
semua kalangan”.
Zainuddin Detol, S.Pd., MM.
(Kabid. Pengembangan Perpustakaan & Pembinaan Kegemaran
Membaca Dinas Perpustakaan & Kerasipan Kab. Takalar)

“Buku Antologi Puisi Batch 5 ini menjadi


bagian dari pembinaan penggiat literasi
Kabupaten Takalar. Keaktifan pembinaan
ini membuktikan bahwa geliat literasi terus
menerus berkembang dan merambah
semua lini kehidupan literasi di Kabupaten
Takalar. Sinergitas atas semua lini ke
“Literasian” di Takalar Harus berjalan
efektif. Selamat atas terbitnya buku ini.”.
Muhammad Arif Munandar, S.Pd
(Founder Rumah Baca Panrita (RBP)Takalar

“Selaku pengurus KERTAS PENA merasa


bangga dengan pembinaan penulisan buku
ini. Pembinaan secara online ini sangat
efektif karena telah melahirkan 5 buku
secara berturut-turut. Ini membuktikan
bahwa semangat literasi di kabupaten
Takalar terus berkembang. Selamat atas
terbitnya buku ini.”

Syahrul Djafar, S.Pd


(Sekretaris Jenderal PP. KERTAS PENA).

Pena Pertamaku| iv
“Sebagai penggiat literasi di Kabupaten
Takalar, saya sangat bangga dengan
terbitnya buku Antologi Pusi Batch 4
Binaan KERTAS PENA ini. Semangat
literasi ini melalui bimbingan
kepenulisan buku terus harus
ditingkatkan. Saya lihat penulis
melibatkan semua unsur. Ada dari unsur
guru, penggiat literasi, mahasiswa dan
siswa. Selamat atas terbittnya buku ini.

Satriana, S.Pd
(Owner TBM KERTAS PENA Campagaya)

“membaca buku ini, saya begitu takjub.


Dimana penulis-penulis dalam buku
Antologi Puisi Batch 4 Binaan KERTAS
PENA ini juga merupakan dari kader FLP.
Ini menandakan bahwa sinergitas
penggiat literasi terjalin dengan baik.
Pembinaan gerakan literasi khususnya
menulis buku menjadi tanggung jawab
kita semua. Tanpa ada sekat sehingga
geliat literasi Di kabupatn Takalar terus
berkembang”.
Haeruddin, S.Si., M.Si
(Sekretaris Umum Forum Lingkar Pena (FLP) Cab. Takalar)

Pena Pertamaku| v
SAMBUTAN

DARWIS, S.Pd., MM.


Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan
Kabupaten Takalar

“Aku rela dipenjara asalkan bersama buku karena


dengan buku aku bebas (Mohammad Hatta)”. Kalimat ini
memberikan kita sebuah pemahaman bahwa buku adalah
salah satu bentuk dari kebebasan. Kebabasan yang
dimaksud ialah dalam mendapatkan ilmu pengetahuan
lewat buku. Buku adalah jendela dunia, dengan buku kita
dapat mengenal dan mengetahui ragam ilmu pengetahuan.
Kemampuan membaca buku yang masih rendah
ditambah dengan koleksi buku yang juga masih minim
membuat daya baca masyarakat ikut rendah. Fenomena ini
menjadi tanggungjawab kita bersama. Dibutuhkan
kolaborasi dalam membangun minat dan daya baca yang
tinggi, khususnya di Kabupaten Takalar.
Kami bersyukur bahwa penggiat literasi dan penulis
lokal di Takalar telah mampu menjalin sinergi dalam
menumbuhkembangkan semangat dan aktivitas literasi
termasuk membaca buku di Butta Panrannuangku. Salah
satunya ialah terbitnya buku antologi puisi. Buku ini digagas
oleh salah satu komunitas literasi di Kabupaten Takalar yang
selama ini intens membuat kegiatan literasi dan bimbingan

Pena Pertamaku| vi
kepenulisan buku yakni Komunitas Rumah Literasi dan
Penulis Indonesia (KERTAS PENA).
Buku ini ditulis dan diterbitkan lewat proses
bimbingan menulis online. Saat ditawari memberikan
sambutan buku, saya kagum bahwa ternyata buku antologi
ini sudah edisi kelima (5), artinya aktivitas menulis dan
menerbitkan buku selama ini berjalan dan terus berlanjut.
Kami sangat bangga atas kepedulian para talenta muda
Takalar yang punya jiwa kepedulian terhadap
perkembangan dunia literasi dan buku. Semangat ini harus
kita jaga dan kita apresiasi. Semoga kegiatan penulisan dan
penerbitan buku ini tetap berlanjut. Tetap semangat dan
kobarkan kegiatan literasi di Takalar.
Akhir kata, saya ucapkan selamat atas terbitnya buku
ini, semoga buku ini menjadi khasanah baru dalam dunia
perbukuan di tanah air. Kami berharap agar buku ini bisa
menjadi koleksi, komsumsi dan bahan bacaan bagi semua
masyarakat Takalar, agar terjadi interaksi lanjut serta
motivasi akan lahirnya penulis-penulis baru di Takalar.
Sekali lagi selamat atas terbitnya buku ini.

Takalar, Februari 2020

Kepala Dinas Perpustakaan dan Kerasipan


Kabupaten Takalar

ttd

Darwis, S.Pd., MM.

Pena Pertamaku| vii


SAMBUTAN

Ketua Umum Pengurus Pusat


Komunitas Rumah Literasi dan Penulis Indonesia
(KERTAS PENA)

Puji syukur kita haturkan kehadirat Allah SWT atas


segala limpahan rahmat dan karunianya sehingga sampai
hari ini kita masih dalam naungan dan lindungannya. Salam
beriringan shalwat senantiasa tercurah kepada baginda
Rasulullah Muhammad SAW, sebagai sosok manusia
sempurna yang menjadi panutan kita bersama.
Gerakan literasi dan upaya pembudayaan minat
baca dan menulis menjadi tanggung jawab kita bersama.
Komunitas Rumah Literasi dan Penulis Indonesia (KERTAS
PENA) menjadi salah satu bagian dalam upaya mewujudkan
Indonesia melek literasi. Kita sangat terkejut dan miris
melihat data-data yang sering dirilis bahwa Indonesia masih
sangat rendah kualitas literasinya.
Atas dasar itu mari kita jawab itu dengan karya-karya
nyata yang senantiasa berkontribusi positif dalam upaya
menjembatani lahirnya para penulis muda. Lewat binaan
dan bimbingan secara online, KERTAS PENA sudah mampu

Pena Pertamaku| viii


melahirkan 5 buah karya buku dalam bentuk “Antologi
Puisi”. Ini membuktikan bahwa banyak potensi dan talenta-
talenta penulis muda di luar sana yang perlu kita fasilitasi
dalam mewujudkan setiap harapannya untuk jadi penulis.
Buku kelima “Antologi Puisi” ini sangat luar biasa
karena dihuni oleh para penulis muda dari berbagai
kalangan, baik dari pelajar, mahasiswa, guru hingga dosen.
Puisi-puisi yang ditampilkan pun cukup ciamik karena
menggunakan bahasa perasaan yang coba diungkapkan
penulis dalam bentuk bait-bait puisi.
Olehnya itu, atas nama Pengurus Pusat KERTAS PENA
mengucapkan selamat atas terbitnya buku ini. Semoga buku
ini menjadi salah satu bagian dari upaya kita untuk sama-
sama mendukung program Gerakan Literasi Nasional (GLN)
dengan melibatkan lingkungan masayarakat sebagai corong
berliterasi.

Takalar, Februari 2020

ttd

Abdul Jalil Mattewakkang, S.Pd

Pena Pertamaku| ix
KATA PENGANTAR

Alhamdulilahi Rabbil ‘Alamin penulis ucapkan atas


segala limpahan rahmat, karunia, kesempatan dan
kemudahan dari Allah SWT, sehingga penulis dapat menulis
dan menyelesaikan buku ini. Tak lupa shalawat dan salam
tercurah kepada baginda Rasulllah Muhammad SAW yang
merupakan panutan dan suri teladan bagi kita semua.
Buku ini merupakan hasil buah pikiran dari masing-
masing penulis dalam mengekspresikan diri lewat puisi. Puisi
ini dengan berbagai tema di tulis lewat kegiatan bimbingan
“Kelas Menulis Pemula” secara online melalui aplikasi
Whatssaps (WA).
Buku ini ditulis dan disusun dengan menggunakan
perbendeharaan kosakata dan kemampuan imajinasi
bahasa masing-masing penulis. Penulis menyusun puisi ini
dengan menggunakan kata yang mudah dipahami oleh
pembaca.
Penulis sangat menyadari bahwa buku ini masih
sangat jauh dari kesempurnaan baik dari tulisan, bahasa
maupun isi nya. Olehnya itu, penulis sangat berharap bagi
seluruh pembaca untuk memberikan saran dan masukan
yang sifatnya konstruktif demi kesempurnaan buku ini.
Penulis berharap buku ini menjadi inspirasi dalam
menggalakkan gerakan literasi di Indonesia khususnya di
Sulawesi Selatan. Ucapan terima kasih penulis sampaikan
kepada seluruh pihak yang telah memberikan saran dan
masukan atas selesai dan terbitnya buku ini.
Melalui buku ini, penulis mengucapkan banyak terima
kasih kepada semua pihak yang telah mendukung dan

Pena Pertamaku| x
berpartisipasi dalam mendukung terbitnya buku ini. Selian
itu ucapan terima kasih pengurus KERTAS PENA yang selalu
mensupport setiap kegiatan literasi.
Takalar, 15 Februari 2020

ttd

Penulis

Pena Pertamaku| xi
DAFTAR ISI

SAMPUL i
HALAMAN JUDUL ii
TESTIMONI iii
SAMBUTAN KEPALA DINAS PERPUSTAKAAN &
KEARSIPAN KABUPATEN TAKALAR v
SAMBUTAN KETUA UMUM KERTAS PENA vii
KATA PENGANTAR ix
DAFTAR ISI xi

A. Puisi Karangan Abdul Jabbar Tahir 1


1. Jejak Langkah Menjauh 2
2. Kebebasan 3
3. Waktu 4
4. Semesta Menangis 5
5. Hujan 6
6. Terbangun Dari Mimpi 7
7. Pamit Merindu 8
8. Kurasa Ingin Pulang 9
9. Gadis Di Taman 10
10. Lukaku 11

B. Puisi Karangan Helen Safitri 12


1. Asa 13
2. Sontak 14
3. Kelam 15
4. Sahabat 16
5. Kecewa Yang Kurasa 17

C. Puisi Karangan MarshanDK 18


1. Cahaya Yang Redup 19
2. Rindu Terbalut Doa 20
3. Pengabdian 21
4. Melawan Rindu 22

Pena Pertamaku| xii


D. Puisi Karangan Nur Afni Arifin 23
1. Manusia Amatiran 24
2. Candu 25
3. Mahasiswa Di Ujung Tanduk 26
4. Luka Rindu 27
5. Lupa Jalan Pulang 28
6. Negeri Para Bedebah 29
7. Sekadar Formalitas 30
8. Rintik Rindu 31
9. Jeda 32
10. Seribu Tahun Lagi 33
11. Harapan Di Ujung Pena 34

E. Puisi Karangan Nur Ayu Dewi 35


1. Rasa 36
2. Renungan Malam 37
3. Rindu Di Penghujung Senja 38
4. Putus Asa 39
5. Singgah 40
6. Berakhir Di Januari 41
7. Pahlawanku 42
8. Pamit 43
9. Tak Lagi Sama 44
10. Hujan Di Februari 45

F. Puisi Karangan Nini Afriani Malik 46


1. Kagum 47
2. Komandanku 48
3. Pagi 49
4. Elegi Pagi 50
5. Haru-mu 51
6. Kangen Hadirmu 52

G. Puisi Karangan Nurhandayani Ugi 53


1. Untukmu Sahabat 54
2. Tak Bisa Bersatu 55

Pena Pertamaku| xiii


3. Pelakor 56
4. Pupus 57
5. Rindumu Tak Bertuan 58
6. Demi Ambisi 59
7. Rindu Pak Harto 60
8. Yang Terhempas 61
9. Pelakor II 62
10. Penonton 63
11. Senja Ditanggul Cinta 65
12. Pesona Pulau Penyu 67

H. Puisi Karangan Putri Ayu Iriana 68


1. Bermuara 69
2. Cerita Malam Ini 70

I. Puisi Karangan Rahmat 71


1. Keterikatan 72
2. Namamu 73
3. Kemana Rindu Harus Ku Bawa? 74
4. Januari Yang Memulai 75
5. Usia 76
6. Kopi dan Buku 77
7. Coretan Tak Beraturan 78
8. Jiwa Yang Berimbang 79
9. Februari 80
10. Diamku Keabadian 81

J. Puisi Karangan Rahardi Dwijaya 82


1. Sang Tirani 83
2. Sekadar Asa 84
3. Penantian 85
4. Cinta Sejati 86
5. Ikhlaskan 87
6. Sang Bayang-Bayang 88
7. Gelap 89
8. Kisahku 90

Pena Pertamaku| xiv


9. Pasrah 91
10. Dia Bukan Sampah 92

K. Puisi Kara ngan Ramadhan Bijaksana 93


1. Cinta Imperial 94
2. Selimut Kebenaran 95

L. Puisi Karangan Subartono 96


1. Tawa Yang Telah Hilang 97
2. Pendosa 98
3. Mencintaimu 99
4. Kenangan 100

M. Puisi Karangan Widayatul Inayah 101


1. Menyiksa Rindu 102
2. Mimpi Yang Dilukai 103
3. Senja, Hujan dan Kamu 104
4. Harapan 105
5. Menata Hati 106

N. Puisi Karangan Abdul Jalil 107


1. Hujan 108
2. Sore Tak Bertuan 109
3. Kapur Putih 110
4. Kolaborasi Untuk Maju 111
5. Vertigo 112

O. Puisi Karangan Haeruddin 113


1. Aku Ingin Kau Marah 114
2. Kita Berspisah 115

BIODATA PENULIS 116


SINOPSIS 136

Pena Pertamaku| xv
PENA PERTAMA BERBENTUK
Kumpulan Puisi

Oleh:

“ABDUL JABBAR TAHIR”

Anggota / Peserta Kelas Menulis Puisi (Online)


Komunitas Rumah Literasi dan Penulis Indonesia
(KERTAS PENA)

Pena Pertamaku| 1
JEJAK LANGKAH MENJAUH
By. Abdul Jabbar Tahir

Jeritan pahit kualami


Dari ending kehidupan nyata
Jejak-jejak langkah kuayunkan
Antara ada dan tiada
Kenangan pahit masih terasa

Langkah menjauh darimu


Antara harapan dan kenyataan
Nostalgia kehidupan baru
Gegabah mengambil tingkah
Karena baru tersadarkan hidup sekarang

Mereka merasa malu


Entah karena sikap dan perasaan
Nestapa telah pergi
Jelaskan keadaan, apapun mengirinya
Ungkapkan kata hilang begitu saja

Makassar, 9 Februari 2020

Pena Pertamaku| 2
KEBEBASAN
By. Abdul Jabbar Tahir

Ketika semua merasa bebas


Etika dan prilaku tidak lagi menjadi prioritas
Bebas dalam hal apapun
Entah prilaku dan segalanya

Banyak bicara tong nyaring bunyinya


Aduhai wahai manusia
Sungguh kebebasanmu tak terhingga
Akhirnya kau lupa akan dirimu

Acuan-acuan tak lagi kau hiraukan


Lelah letih kau sesalkan
Akhirnya dirimu merasa kecewa
Melihat realita dilingkaran para manusia sombong

Makassar, 9 Februari 2020

Pena Pertamaku| 3
WAKTU
By. Abdul Jabbar Tahir

Sering kali manusia lalai akan waktu


Indah hari melawati waktu
Nostalgia bahagia mengingat waktu
Gaungkan kebenaran dengat waktu

Kemanapun waktu berputar


Alangkah berharganya waktu

Tetapi manusia kurang paham akan waktu


Waktu tidak akan terulang
Akankah manusia sadar dengannya
Kejahiliyaan membuatnya tertutupi waktu
Tidak ada penyesalan awal
Untukmu yang lupa akan waktu

Makassar, 4 Februari 2020

Pena Pertamaku| 4
SEMESTA MENANGIS
By. Abdul Jabbar Tahir

Alangkah bersedihnya wahai manusia


Mengingat tingkah lakumu
Alam menangis air menguap

Elokkah engkau tinggi langgang


Memamerkan kesombongan

Etnis kau banggakan


Sosial kau junjung tinggi
Tebar pesona kejahiliyaan

Menangis alam semesta


Entah itu ulahmu
Nakal dengan tingkahmu

Alam mulai bosan


Nurut denganmu
Gegabah atas tingkah lakumu

Ingatlah wahai manusia dengan tingkahmu


Semua tentang kebodohanmu
Alam mulai menangis
Makassar, 4 Februari 2020

Pena Pertamaku| 5
HUJAN
By. Abdul Jabbar Tahir

Heningan suara di sore hari


Jelang malam telah menanti
Angin sepoi-sepoi menyejukkan hati
Burung terbang membawa kabar bersama awan
Entah itu cerita maupun harapan

Renungan akan nikmat


Semua tentang perjalanan
Antara awan dan angin gelap
Meninggalkan cerita lama

Angkasa menurunkan air


Membawa nikmat hidup
Serta menantinya kembali

Makassar, 30 Januari 2020

Pena Pertamaku| 6
TERBANGUN DARI MIMPI
By. Abdul Jabbar Tahir

Lama ku tertidur pulas


Akhirnya ku terbangun jua
Nostalgia mimpi di malam hari

Mengingat kembali apa yang terjadi


Ku tersadarkan jua bersama mimpi
Harapan sudah terkubur jauh

Akhirnya ku mulai hidup baru di pagi hari


Kesana sini melangkahkan kaki
Mengorek reski dengan berkah-Nya

Makassar, 26 Januari 2020.

Pena Pertamaku| 7
PAMIT MERINDU
By. Abdul Jabbar Tahir

Resah hati ini setelah kepergianmu


Indah hari berlalu menjadi pahit
Nostalgia bahagia menjadi hampa
Di saat kita bersama dulu
Ungkapkan janji setia

Kepadamu jiwa dan ragaku


Entah kenapa hati ini rindu kepadamu
Pergi tanpa kau pamitan

Adakah kau juga merindui?

Mengapa tidak ada kabar berlalu darimu?

Aku pun merasa gelisah dibuatmu


Mungkin saja kau bukan jodohku

Makasssar, 26 Januari 2020

Pena Pertamaku| 8
KURASA INGIN PULANG
By. Abdul Jabbar Tahir

Jauh sudah ku langkahkan kaki ini


Rasa bosan mulai menghantui
Lalu lalang kehidupan pahit ku jalani
Antara bahagia dan kelana

Nostalgia bahagia beradu kecewa


Pupus sudah harapan itu
Walau niat untuk berbalik
Semangat hidup tetap menderuh

Sayembara kehidupan
Dalam bingkai proses
Menatap masa depan
Secercah asa kehidupan

Makassar, 25 Januari 2020

Pena Pertamaku| 9
GADIS DI TAMAN
By. Abdul Jabbar Tahir

Gadis cantik berdiri di taman


Anggun nan indah di pandang
Derupan angin membelai rambutnya

Ingin rasanya ku memilikimu


Semua hanya khayalan semata
Diingat pun takkan sampai
Ingatan sebatas mimpi

Tiupan awan membawa kabar


Apalah daya tidak kesampaian
Memang rasanya pahit di gantung
Aduhai gadis cantik

Makassar, 13 Februari 2020

Pena Pertamaku| 10
LUKAKU
By. Abdul Jabbar Tahir

Luka yang membekas di dada


Usapan tangis tak terbendung
Kerana sakit tak terobati

Aduhai sakitnya
Darah mengalir tak sebanding luka
Ingin rasanya hati menangis pilu
Hilangkan jejak-jelak membekas

Aku pun tak ingin mengingatnya


Tetapi tinggal kenangan membisu
Ingatkan kembali masa kelam
Kebayang-bayang sakitnya
Aduhai betapa sakitnya memelihara luka

Makassar, 13 Februari 2020

Pena Pertamaku| 11
PENA PERTAMA BERBENTUK
Kumpulan Puisi

Kumpulan Puisi
“HELEN SAFITRI”

Anggota / Peserta Kelas Menulis Puisi (Online)


Komunitas Rumah Literasi dan Penulis Indonesia
(KERTAS PENA)

Pena Pertamaku| 12
ASA
Oleh: Helen Safitri

Kududuk ditepi pantai


Berdiam diri di atas hamparan pasir
Diantara perahu yang berjejeran
Menatap langit penuh asa

Namun senja perlahan pergi diselimuti malam


Semilir angin menyentuh lembut pipiku
Membuatku sunyi terpaku sendiri
Menepis harap tak kunjung nanti

Jiwaku mulai meronta


Uraian kata tak lagi bermakna
Ribuan rasa menjadi asa
Semua tertiup jauh tak bersisa

Bontonompo, 29 Januari 2020

Pena Pertamaku| 13
SONTAK
Oleh: Helen Safitri

Menjelang tidur
Sketsa wajahmu selalu terbayang
Hati memberontak
Jiwa menjerit

Udara terasa sesak


Rasa menjelma sakit
Seperti pisau tajam menusuk hati
Sehingga menjadi luluh lantah

Aku tak tahu harus apa


Apa harus kuusir menjadi sunyi
Atau harus kubiarkan semua ini?
Mungkin rasa perlu waktu untuk menghapusnya

Bontonompo, 29 Januari 2020

Pena Pertamaku| 14
KELAM
Oleh: Helen Safitri

Ketika angin berbisik padaku


Tentang kita di masa lalu
Pada akhirnya kau pergi
Tinggalkan jejak yang kusebut luka

Tak usah menangis


Sebab air mata telah habis
Biarlah ia pergi seperti debu
Terbakar seperti abu

Seolah jadi batu


Diam tak mau tahu
Lupakan
Ikhlaskan

Bontonompo, 1 Februari 2020

Pena Pertamaku| 15
SAHABAT
Oleh: Helen Safitri

Sahabat
Ibarat angin yang membawa keceriaan
Mentari yang memberi kehangatan
Rembulan yang setia menemani malam

Namun
Waktu terasa begitu cepat
Pergi dalam sekejap
Berlalu seperti kilat

Sahabat
Kita butuh satu waktu
Yang merangkul jadi satu
Dalam ikatan utuh

Bontonompo, 3 Februari 2020

Pena Pertamaku| 16
KECEWA YANG KURASA
Oleh: Helen Safitri

Sepi diujung hitam


Merangkul dalam malam
Menari dalam gelap
Terkepung dalam sunyi

Aku sesak
Rasa tercekik
Jiwa menjerit
Hati tercubit

Air mata menjadi cumbu dingin


Mengalir di pelupuk mata
Merangkak mencari cela
Beradu dengan nestapa

Bontonompo, 11 Februari 2020

Pena Pertamaku| 17
PENA PERTAMA BERBENTUK
Kumpulan Puisi

Oleh:

“MARSHAN’DK”

Anggota / Peserta Kelas Menulis Puisi (Online)


Komunitas Rumah Literasi dan Penulis Indonesia
(KERTAS PENA)

Pena Pertamaku| 18
CAHAYA YANG REDUP
Oleh: MarshanDK

Semakin kuselami semakin sesak rasanya


Semakin kugenggam semakin kuat lepasnya
Lalu kucoba untuk sekedar mamandangnya
Dan sekedar untuk kudiamkan saja

Tapi ternyata imajinasiku salah


Yang kuselami adalah air yang mengalir deras
Yang kugenggam adalah butiran pasir tandus
Yang kupandang adalah cahaya yang akan redup
Yang kudiamkan adalah cuitan hati yang salah

Bontonompo, 17 Agustus 2019

Pena Pertamaku| 19
RINDU TERBALUT DOA
Oleh: MarshanDK

Ibu…
Kaulah malaikatku
Tak ada tangan yang lembut kecuali tanganmu
Tak ada kasih yang kuat kecuali kasihmu
Tak ada cinta yang dalam selain cintamu

Ibu…
Selama ini engkau begitu lelah
Begitu pandai engkau menyimpan sedih
Tak pernah berkeluh kesah
Tak pernah berhenti mencari nafkah

Menetes air mata mengingat perjuanganmu


Seiring hujan menatap potretmu
Gemuruh angin pun tak kalah hebat
Suara petir bak meriam seiring kilat

Ibu…
Kuingin menemuimu
Begitu banyak ceritaku
Namun kuhanya bisa ceritakan lewat doa
Semoga kerinduan ini bertemu di alam sana

Anassappu, 28 Januari 2020

Pena Pertamaku| 20
PENGABDIAN
Oleh: MarshanDK

Detik waktu berganti menit


Jarum jam berpindah begitu saja
Pergantian pagi dan petang pun tak kalah hebat
Hingga bulan dan tahun berlalu begitu cepat

Saat pagi tiba dan mengantarkanku kemeja kerja


Kertas-kertas kosong pun ikut menyapaku
Layar laptop juga tak mau kalah menyapa
Lalu hati kecilku bertanya “ada apa denganku“

Bunyi mesin cetak seakan menyambutku


Seakan memberikan semangat baru
Lalu kuberikan pula sentuhan jemariku
Dan berkata “aku tak tahu sampai kapan pengabdianku“

Anassappu, 06 Februari 2020

Pena Pertamaku| 21
MELAWAN RINDU
Oleh: MarshanDK

Melawan rindu,
Seperti melawan putaran waktu
Melawanmu bukan berarti musuhku
Tapi melawanmu adalah pilihanku

Rindu…
Kau seperti benalu
Seperti duri dijalanku
Yang selalu memaksaku untuk melawan
Namun topengmu tak layak kau kujadikan kawan

Rindu…
Begitu pandai kau mencari celah hati
Begitu lembut rayumu dalam mimpi
Namun kecewa tetap luka
Luka tetap duka

Anassappu, 09 Februari 2020

Pena Pertamaku| 22
PENA PERTAMA BERBENTUK
Kumpulan Puisi

Oleh:

“NUR AFNI ARIFIN”

Anggota / Peserta Kelas Menulis Puisi (Online)


Komunitas Rumah Literasi dan Penulis Indonesia
(KERTAS PENA)

Pena Pertamaku| 23
MANUSIA AMATIRAN
By. Afnhypin

Kulihat manusia sibuk menumpuk harta


Berdiri dengan congkaknya
Mereka lupa
Harta tak akan dibawa ke alam baka
Bumi yang ia pijak hanyalah fatamorgana

Kulihat manusia sibuk menghakimi


Menghardik pada mereka yang mengkui kesalahan nafsi
Mereka lupa diri
Bahwasanya mereka bukan manusia suci
Ada banyak dosa yang membelenggu serta melumuri

Kulihat manusia sibuk bermaksiat dimalam hari


Merengek agar dilindungi dari kobaran api dini hari
Suara lantang meminta surga pada sang pengatur gerak
langit bumi
Dunia terbahak nafsu menyeringai
Mereka lupa untuk bermuhasabah diri

Pinrang, 8 Februari 2020

Pena Pertamaku| 24
CANDU
By. Afnhypin

Jika kamu adalah hujan


Maka akan kubirkan setiap rintiknya luruh mengecup pipiku
Jika kamu adalah senja
Maka akan kubiarkan diriku
Semakin jatuh dalam bayang semunya

Dirimu kini adalah candu


Senyummu mengalahkan eloknya bintang
Yang menggantung dilangit
Parasmu mengalahkan cahaya rembulan
kepergianmu menyisakan kerinduan

Ayah perihal mendoakanmu adalah candu


Kan kurengkuh dirimu dalam doa-doa panjangku
Ayah perihal merindukanmu adalah candu
Kan kudekap rindu ini
Hingga takdir mempertemukan kita kembali

Pinrang, 8 Februari 2020

Pena Pertamaku| 25
MAHASISWA DI UJUNG TANDUK
By. Afnhypin

Lihatlah berjuta rakyat melarat bung


Namun mahasiswa memilih bungkam
Nyali mereka ciut
Kemana aksi Mereka yang rakyat rindukan

Mahasiswa terlalu mengangungkan IPK


Apa peduli mereka terhadap dollar yang meroket tajam?
Mahasiswa terlalu memikirkan deadline tugas
Yang menumpuk
Apa peduli mereka
Terhadap rintihan rakyat yang menghujam?

Mahasiswa sibuk belajar diruangan ber AC


Sementara rakyat butuh aspirasi
Agar tersalurkan ke pemerintah
Mahasiswa sibuk dijadikan budak birokrasi
Kreativitas terpenggal dalam jam-jam dibalut dinding hampa

Mahasiswa sibuk nongkrong dicafe


Sementara buku tak terjamah
Mahasiswa sibuk memainkan kepulan asap rokok
Sementara banyak rakyat terampas haknya

Rakyat tak butuh teori bung


Rakyat butuh aksi
Rakyat tak butuh orasi bung
Dari budak birokrasi

Pinrang, 8 Februari 2020

Pena Pertamaku| 26
LUKA RINDU
By. Afnhypin

Disini aku termenung


Menatap eloknya senja
Bersama luka
Yang kian menganga

Ada rindu yang membelenggu sukma


Semakin kutepis
Semakin erat pelukannya
Menyiksa diri bagai benalu

Kasih aku menunggumu dipenghujung waktu


Berharap hadirmu mampu menghapus luka
Bersama rindu yang kian bertambah
Tanpa tahu caranya berkurang

Pinrang, 06 Feb 2020

Pena Pertamaku| 27
LUPA JALAN PULANG
By. Afnhypin

Hidup sebatang kara di gemerlapnya kota


Tersesat tanpa arah
Jarak yang terbentang luas
Merakit rindu yang kian menggebu

Aku rindu pada suasana desaku


Rindu keramahannya
Rindu gotong royongnya
Rindu hijau sawahnya
Rindu bunyi jangkriknya

Sayup pandanganku menatap fatamorgana rumahku


Tubuhku rindu tuan
langkahku tertatih
aku ingin pulang
Nyatanya aku tak tau arah pulang

Pinrang 30 Januari 2020

Pena Pertamaku| 28
NEGERI PARA BEDEBAH
By. Afnhypin

Kami hidup dinegeri sendiri


Bebas terjajah dari bangsa lain
Adakah penguasa yang membuat kami terjajah?
Ironinya kami memang hidup dinegeri antah berantah

Harga sembako naik menjulang membelah langit


Rakyat merintih tertindih pilu
Memikirkan periuk kosong melompong
Adakah penguasa negeri ini peduli?

Lihatlah, keadilan dilelangkan dengan rupiah


Kesejahteraan hanyalah fiksi yang memenuhi ruang ilusi
Hukum dijadikan alat untuk menindas rakyat
Negeri kami remuk kawan

Suara rakyat dibungkam dengan lapisan undang undang


Jutaan aktivis terkapar tak berdaya
Reformasi hanyalah wacana politik
Rakyat hidup dibawah naungan penguasa bedebah

Kekuasaan kau jadikan pemuas nafsu


Rakyat kau jadikan budak
Para kapitalis kau dewa dewakan
Ironinya kami memang hidup
Dinegeri antah berantah kawan

Pinrang, 29 Januari 2020

Pena Pertamaku| 29
SEKADAR FORMALITAS
By. Afnhypin

Pendidikan lahir untuk mencetak generasi cerdas


Bukan menciptakan generasi yang gila akan angka
Tugas pendidik untuk mengembangkan kreativitas siswa
Bukan malah mengkerdilkan
Atau mengisolasi dengan kurikulum

Pelajaran bukan hanya sekedar hafalan


Tapi perihal menuntaskan persoalan
Moral haruslah diajarkan
Bukan hanya teruntuk pada siswa

Para siswa tak butuh sekolah bergengsi


Jikalau tidak bisa mencetak generasi terdidik
Persoalan akreditasi hanyalah formalitas
Jikalau persoalan kualitas dikesampingkan

Pinrang, 29 Januari 2020

Pena Pertamaku| 30
RINTIK RINDU
By. Afnhypin

Aku melihat rintik sendu


Perlahan Terhempas jatuh ke bumi
Suara gemercik tercipta
Disusul petir petir menghujam sukma

Disini aku terpenjara


oleh berjuta bulir air
Meringkuk ketakutan
Jiwa merintih pilu

Lantas tahukah engkau?


Dari mana rintik sendu itu berasal
Dari jutaan rindu yang enggan bermuara
Menciptakan genangan sendu mengendap dikelopak mata

Pinrang, 29 Januari 2020

Pena Pertamaku| 31
JEDA
By. Afnhypin

Nyatanya aku tak ingin berhenti mencintaimu


Diriku masih mengagumi hangatnya dekapmu
Ragaku masih nyaman dalam belaianmu
Jiwaku masih candu berada didekatmu

Kita yang pernah asing


Lantas diakrabkan oleh takdir
Tak ingin berakhir karena mempertahankan ego
Lantas menikmati hari hari penuh rindu yang mengakar

Kasih layaknya hujan yang luruh kebumi pada semesta


Bukankah Harus ada jeda agar seisi bumi tetap ada?
Begitupun perihal kita
Harus ada jeda agar tak ada yang terluka

Nyatanya kita memang perlu jeda


Untuk bisa lebih hebat dalam mengolah perihal rasa
Untuk bisa memberi ruang dan waktu pada diri sendiri
Agar kita bisa lebih memahami
Bagaimana indahnya mencintai tanpa melukai

Pinrang, 29 Januari 2020

Pena Pertamaku| 32
SERIBU TAHUN LAGI
Oleh: Afnhypin

Kini wajahmu mulai berkeriput


Langkahmu terseok-seok
Nafasmu bahkan terengah-engah
Namun indah senyummu masih sama

Dekapmu masih terasa hangat


Sehangat mentari menyinari pagi
Kasih sayangmu masih berlimpah ruah
Layaknya gemerlap bintang menerangi pekatnya malam

Ibu, kini aku sudah tumbuh dewasa


Tubuh mungil yng dulu kau dekap bangga
Kini tumbuh dewasa dalam balutan kasih sayangmu
Kau malaikatku

Ibu barangkali perlu seribu tahun lagi


Agar bisa kuhapus letihmu melahirkanku
Ibu barangkali perlu seribu tahun lagi
Agar bisa kuhapus air mata pengorbananmu
Dalam membesarkanku
Tapi barangkali seribu tahun
Tak ada apa apanya dibanding ketulusanmu Ibu

Pinrang, 10 Februari 2020

Pena Pertamaku| 33
HARAPAN DI UJUNG PENA
Oleh: NurAfniaripin

Fajar hadir menyingsing pagi


Harapan hadir terbalut mimpi
Jari jemariku merangkai kata
Melalui tinta dalam dekapan pena

Huruf demi huruf


Kata demi kata
Kalimat terangkai mewakili rasa
Dalam balutan asa

Demi pena dan tulisan yang terlahir darinya


Kan kulimpahkan guratan resah
Dalam kertas suci nan polos
Berharap menghadirkan secercah harapan

Pinrang , 11 Februari 2020

Pena Pertamaku| 34
PENA PERTAMA BERBENTUK
Kumpulan Puisi

Oleh:
“NUR AYU DEWI”

Anggota / Peserta Kelas Menulis Puisi (Online)


Komunitas Rumah Literasi dan Penulis Indonesia
(KERTAS PENA)

Pena Pertamaku| 35
RASA
Oleh: Nur Ayu Dewi

Tak dapat ku puisikan


Kumpulan kata hanya sekedar angan
Pena yang bergegas menari
Terdiam di sela jari

Tak dapat ku ukirkan rasa


Tak ada bait yang dapat ku bentang
Semua bersarang dan berkuasa
Memperelok tahta dalam bayang

Terpaan angin tak mengusik


Dedaunan jatuh kian berisik
Berbaur bersama rasa
Yang menjelma menjadi asa

Biarkan aku merawatnya


Dalam bongkahan aksara
Biarkan aku merengkuhnya
Dalam bait do’a

Samata, 29 Juni 2019

Pena Pertamaku| 36
RENUNGAN MALAM
Oleh: Nur Ayu Dewi

Mentari telah pulang


Meninggalkan malam tanpa gemintang
Tinggallah diri dalam kegelapan
Tanpa cahaya sang rembulan

Disudut malam yang sunyi


Ada hening yang ku lalui
Aku datang bersama harapan
Dengan ribuan dosa ingin ampunan

Dalam keheningan
Sujudku berurai tangisan
Ingatan tentang kematian
Mengusik secara perlahan

Malam ini mata terpejam


Namun esok belum tentu datang
Mungkin cerita berakhir kelam
Atau mungkin berakhir senang

Samata, 28 Januari 2020

Pena Pertamaku| 37
RINDU DI PENGHUJUNG SENJA
Oleh: Nur Ayu Dewi

Semburat jingga di cakrawala


Mengundang rindu berlama-lama
Mentari hendak padam
Perlahan tenggelam

Apa kabar wahai malam?


Salam senja pada kelam
Surya yang terbenam
Kembali hadirkan lebam

Mentari pamit purnama hadir


Pulangnya senja heningkan ingar
Malam datang penuh sinar
Namun rindu tak jua kelar

Berlalunya senja sore ini


Aku bersujud menghadap ilahi
Perlahan kutadahkan tangan
Mengharap padanya ketenangan

Samata, 29 Januari 2020

Pena Pertamaku| 38
PUTUS ASA
Oleh: Nur Ayu Dewi

Malam telah larut


Namun diri masih tafakur
Memilah semua perkara
Tentang dunia yang fana

Di sudut malam nan sunyi


Ku temukan diri menyepi
Menjerit tak bersuara
Diam putus asa

Semua sesal bebani takdir


Tak tahu kapan berakhir
Satu asa tersisa disini
Mengharap petunjuk Ilahi

Samata, 31 Januari 2020

Pena Pertamaku| 39
SINGGAH
Oleh: Nur Ayu Dewi

Orang-orang datang dan pergi


Bagaikan hari silih berganti
Pertemuan dan perpisahan
Sudah menjadi ketetapan Tuhan

Kita hanyalah sang musafir


Mengembara di alam dunia
Semua ini akan berakhir
Tatkala Tuhan ingin berjumpa

Dunia adalah tempat persinggahan


Tipuannya begitu halus menggoda
Ibadah sering di tinggalkan
Hingga penyesalan didepan mata

Samata, 31 Januari 2020

Pena Pertamaku| 40
BERAKHIR DI JANUARI
Oleh: Nur Ayu Dewi

Sepotong kisah yang terkemas mesra


Dalam selembar kertas tak bertinta
Berakhir di januari
Meninggalkan luka di sanubari

Jingga di ujung langit


Enggang menyapa diri
Segenap harap yang dulu melangit
Kini terhempas seiring hari

Awan hitam di januari


Membalut jingga dengan rapi
Cahaya indah yang selalu dinanti
Kini urung menampakkan diri

Apa kabar wahai hati?


Tak usah meratapi
Sebab yang pergi akan tetap pergi
Dan yang datang akan terbawa hari

Takalar, 5 Februari 2020

Pena Pertamaku| 41
PAHLAWANKU
Oleh: Nur Ayu Dewi

Ditepian senja aku menanti


Hadirmu membawa diri
Lama rindu menjajah hati
Tak jua kau menyambangi

Apa kabar pahlawanku?


Tidakkah bosan merawat rindu?
Aku selalu menanti hadirmu
Di ambang pintu aku menuggu

Ayahku pahlawanku
Ribuan do’a terpanjat untukmu
Meretas jarak wujudkan temu
Membentuk bianglala di langit hatiku

Rinduku bak sembilu


Mengiris perlahan tepat di kalbu
Namun hatiku tak lagi pilu
Sebab hadirnya yang di rindu

Takalar, 5 Februari 2020

Pena Pertamaku| 42
PAMIT
Oleh: Nur Ayu Dewi

Belum sempat kujadikan rumah


Kau telah rubuh diterpa angin
Belum sempat ku beramah-tamah
Kau telah suguhkan sifat dingin

Aku pamit
Dari kumpulan asa yang pahit
Tak ingin lagi melangit
Sebab jatuh itu sakit

Kali ini kau menang


Maka biarkan aku pamit
Tak usah mengenang
Sebab yang ada hanya kisah pahit

Aku pamit
Kembali pulang ke dekapan ibu
Hanya ia yang tak memberikanku sakit
Saat dunia melempariku pilu

Takalar, 5 Februari 2020

Pena Pertamaku| 43
TAK LAGI SAMA
Oleh: Nur Ayu Dewi

Rona jingga telah pudar


Namun kejora urung berpendar
Hanya tersisa sunyi dan gelap
Sebab malamku telah hnggap

Kepada udara aku bercerita


Tentang tawa yang perlahan tiada
Walau sapa yang tak lagi sama
Menyisakan segudang asa

Sadar tak lagi sama


Seiring senja tertelan malam
Waktu kita telah tiada
Yang ada hanya kelam

Takalar, 7 Februari 2020

Pena Pertamaku| 44
HUJAN DI FEBRUARI
Oleh: Nur Ayu Dewi

Hujan di februari
Bersamanya ku lewati hari
Dingin yang ia bawa
Juga kenangan bersamanya

Rintik hujan berjatuhan


Seakan tak berjeda
Mengulas kisah yang sempat singgah
Sekejap membuatku buta

Hujan di februari
Mengusik damaiku saat ini
Berceloteh tentang kenangan
Seketika menjelma genangan

Takalar, 7 Februari 2020

Pena Pertamaku| 45
PENA PERTAMA BERBENTUK
Kumpulan Puisi

Oleh:

“NINI AFRIANI MALIK”

Anggota / Peserta Kelas Menulis Puisi (Online)


Komunitas Rumah Literasi dan Penulis Indonesia
(KERTAS PENA)

Pena Pertamaku| 46
KAGUM
(Dibuat Untuk Ibu Hj. Irma Andriani)
Oleh: Nini Afriani Malik

Dalam sepi malam


Tak bosan kusulam rindu dikablu
Di sunyi malam, kurajut asa dalam muara rindu
Aku ada dibalik tabir rahasiamu
Karena mengagumi bukanlah dosa

Manis parasmu, angun wajahmu


Tegas lisanmu, gemulai cakapmu
Melekat erat disanubariku
Menghantarkan ke tepian malam

Ibu, sosokmu nan wangi dinafasku


Mampu memberikan cahaya hidup baru
Tanpa keluh, lelah selalu membimbing kami
Melakukan yang terbaik dan selalu terdepan

Walaupun sejuta kata yang kurangkai,


Sebanyak apapun tinta kutorehkan
Tak melebih kasihmu, dalam jiwa nan suci

Begitu besar penghargaan yang patut diberikan


Tak sebanding tulus kasihmu

Apalah arti rangkaian kata


Cinta kasih mu lebih bermakna
Dirimu bagaikan penopang raga yang hampir runtuh
Dirimu bagaikan lentera yang siap menerangi malamku
Kami bangga ibuku
Karena kami menyayangimu
Ibu…
Takalar, 5 April 2019

Pena Pertamaku| 47
KOMANDANKU
(Diperuntukkan Untuk Bapak Syahrul Yasin Limpo)
Oleh: Nini Afriani Malik

Terukir senyum merajut harap


Mengengam kasih menabur cinta
Terbuai nyanyian elok nan sentosa
Ri Butta Panrannuangku
Cantik nan elok ibarat polesan anak perawan

Tak cukup kata yang terangkai untukmu, komandaku


Dikaulah bapak pembanguan
Ditelunjukmu lahir banyak karya.
Mampu menabur kasih dan sayang
Tatapanmu meneduhkan hati menembus sukma

Terima kasih atas bakti


Terima kasih kenangan indah
Walaupun langkah kaki telah menjauh
Namun komandaku tetap dihati
Jayalah selalu komandaku

Takalar, 28 Maret 2018

Pena Pertamaku| 48
PAGI
Oleh: Nini Afriani Malik

Kala ayam jago berkokok


Kala suara adzan berkumandang memanggil
Kala semua umat terjaga dari mimpi
Tanda mengawali pagi hari dari rutinitas

Awali dengan senyum


Awali dengan bahagia
Awali dengan suka cita
Dan kamu kan menemukan kebahagian sejatimu

Ikhlas hatimu
Ikhlas senyummu
Ikhlas abdimu
Surga terindah tempatmu

Takalar, 3 Februari 2020

Pena Pertamaku| 49
ELEGI PAGI
Oleh: Nini Afriani Malik

Embun pagi turun menyelimuti seluruh isi kota


Tak terasa hati pun basah dibuatnya
Rerumputan pun seolah menari-nari mengikuti angin
Menerpa wajah penuh sayu

Ku duduk termenung di tepi jendela


Memandang pelangi di ujung mentari
Adakah terbersit asa
Rasa kagumku akan ciptaMu

Takalar, 30 Janurai 2020

Pena Pertamaku| 50
HARU-MU
(Spesial Buat Suamiku Tercinta Amin Abbas)
Oleh: Nini Afriani Malik

Jauh langkah kaki menuju


Letih tubuh menopang beban
Membawa penat untuk di adukan
Berharap bisa sampai ke langit nirwana

Bintang kejora bertaburan


Pertanda malam nan lelah
Menghamparkan karpet hitam sisa energi
Memasang bintang sebagai kerlip lagu selamat malam

Hadirmu penerang jiwa nan gelap


Penyejuk iman nan gundah
Rasa sayang yang kutulis dalam tetesan air mata
Harap hanya maut pemisah raga

Selalu ada yang tak terungkap


Seperti langit dan hujan
Seperti tulus cinta pengabdian
Dipundakmu
Ku pertaruhkan jiwa raga

Aerotol Hotel Makassar, 14 Februari 2020

Pena Pertamaku| 51
KANGEN HADIRMU
(Teruntuk Buat Bunda Di Surga)
Oleh: Nini Afriani Malik

Tatapan rindu akan hadirmu


Tergelok indah di ingatanku
Terpatri dalam sanubari
Menusuk dalam kalbu

Kangen akan hadirmu


Pelukan hangat peneduh jiwa
Dalam kulum senyummu titipkan letihku
Tak sedetik pun menghentikan langkahmu
Menggapai harapan baru

Bukan seonggok emas permata yang kau harap


Kesuksesan dan cita harapan baru

Selalu dan selamanya kangen hadirmu

Takalar, 30 Janurai 2020

Pena Pertamaku| 52
PENA PERTAMA BERBENTUK
Kumpulan Puisi

Oleh:
“NURHANDAYANI UGI”

Anggota / Peserta Kelas Menulis Puisi (Online)


Komunitas Rumah Literasi dan Penulis Indonesia
(KERTAS PENA)

Pena Pertamaku| 53
UNTUKMU SAHABAT
Oleh: Nurhandayani Ugi

Bersamamu
Kutakkan terkapar karena lapar
Kutetap siaga dalam dahaga
Karena kau sahabat yang penuh kasih

Bersamamu
Kutakkan berduka karena luka
Kutetap tertawa dalam kecewa
Karena kau sahabat yang kaya hati

Bersamamu
Kutakkan menangis karena teririr
Kutetap bangkit dalam sakit
Karena kau sahabta dalam suka duka

Bersamamu
Kutakkan mengeluh karena peluh
Kutetap bernyanyi dalam sunyi
Karena kau sahabat penyemangat

Bersamamu hanya ada satu kata


Bahagia

Takalar, 01 Desember 2018

Pena Pertamaku| 54
TAK BISA BERSATU
Oleh: Nurhandayani Ugi

Kkita adalah satu


Demikian kita merangkai kata
Tanpa pena tanpa lembaran

Kita pernah satukan hati


Merajut mimpi
Menikmati indahnya rasa
Walau hanya sekejap

"Jadikan aku sandaranmu"


Demikian engkau meyakinkanku

Kini
Mengenangmu begitu indah
Namun melupakanmu adalah pilihan
Tetaplah di sana dengan kodratmu
Sementara biarkan aku di sini
Tetap setia pada takdirku

Takalar, 01 Mei 2017

Pena Pertamaku| 55
PELAKOR
Oleh: Nurhandayani Ugi

Hay lady….
Iya kamu yang kukenal di saat menyambangi gubuk kecilku
Kusambut dirimu penuh cita
Elok rupamu, santun tuturmu
Deraikan tawa renyah bersahabat
Kusuguhi minum cemilan ala kadarnya
Lalu kuantarkanmu ke mulut pintu
Kulambaikan tangan pisah untuk bersua kembali

Namun kini
Kamu tega menancapkan duri dalam biduk cintaku
Menenggelamkan bocah bocak tak berdosa
Kamu telah merenggut nahkodaku
kemudiku kini tak berarah karenamu

Kini semua tinggal kenangan


Milikku telah kau rampas
Pintaku jagalah seperti aku dulu setia menjaganya

Takalar, 01 Agustus 2017

Pena Pertamaku| 56
PUPUS
Oleh: Nurhandayani Ugi

Denganmu
Aku pernah bermimpi
Namun kusadar itu hanya semu semata
Jadi biarkan mimpiku berlalu
Laksana malam berganti siang

Darimu
Aku pernah berharap
Namun kusadar itu teramat sullit ntuk kugapai
Jadi biarkan harapanku terbang
Laksana kapas putiuntertiup angin

Padamu
Aku pernah berjanji
Namun Kutak yakin bias menepatinya
Jadi biarkan janjiku sirna
Laksana embun pagi tersapu mentari

Dan biarkan aku tetap di sini


Dengan sebuah keyakinan
Kutetap di jalan keridhoannya

Takalar, 01 Juli 2017

Pena Pertamaku| 57
RINDIMU TAK BERTUAN
Oleh: Nurhandayani Ugi

Melihatmu kembali
Setelah ingatanku lumpuh tentangmu
Lalu kau mencoba mengirimkan isyarat
Rindu

Dan aku berlalu


Meninggalkanmu Bersama isyaratmu
Agar kau mengerti bahwa rindumu kini
Tak bertuan

Takalar, 10 Juli 2019

Pena Pertamaku| 58
DEMI AMBISI
Oleh: Nurhandayani Ugi

Dan kau berlindung di balik topeng kesucian


Berharap semua kan berpihak padamu
Kebenaran yang yang kau cipta
Adlah tamen kemunafikan

Dan kini, akankah kamu akan tetap bertahan


Pada sebuah alibi yang kau cipta
Bebaskan perkara dengan kebohongan
Sadis dan tanpa rasa

Lakukan apa yang kamu suka


Korbankan semua
Demi ambisimu
Meninggalkanku bersama lara

Takalar, 30 Juni 2017

Pena Pertamaku| 59
RINDU PAK HARTO
Oleh: Nurhandayani Ugi

Dimanakah wajah negeriku?


Derap langkah kokohmu
Hadirkan decak kagum putra pertiwi

Dimanakah wajah negeriku?


Lambaian tangan berotot
Membangkitkan semangat pejuang sejati

Dimanakah wajah negeriku?


Senyum sumringah
Mempesonakan jiwa nan manis

Dimanakah wajah negeriku?


Tatanan rambut putihku
Penanda kedewasaan masa

Dimanakah wajah negeriku?


Penuh cintamu mengiringi permaisuri
Cantik nan rupawan tanpa polesan

Dimanakah?
Setitik rindu akan sosok kharismatik
Yang melenakan Nurani

Dimanakah dikau putra pertiwi


Yang kurindu yang kukagumi
Karena engkaulah wajah negeriku

Takalar, 12 Oktober 2018

Pena Pertamaku| 60
YANG TERHEMPAS
Oleh: Nurhandayani Ugi

Entahlah…
Sedalam apa luka yang kau torehkan
Yang membuat jiwanya terkoyak
Menghapus jejakmu itu keinginan hatinya
Walau itu tak semestinya

Lalu siapa yang menanggung dosa?


Ketika cintanya berganti benci
Terlalu dini baginya untuk memaknai sebuah peristiwa
Kelak, waktu kan mematangkan langkahnya

Entahlah…
Dialah jiwa yang terhempas keegoisan
Dan suatu saat nanti dia kan mencari jejakmu
Atau menganggapnya tak pernah ada

Takalar, 19 September 2018

Pena Pertamaku| 61
PELAKOR II
Oleh: Nurhandayani Ugi

Kumengenalmu di suatu hari


Di saat menyambangi gubuk kecilku
Kusambut dirimu penuh cita
Elok rupamu, santun tuturmu
Deraikan tawa renyah bersahabat

Kujamu sepenuh hati


Sampai akhirnya kau pamit
Lalu kuantarkanmu ke mulut pintu
Kulambaikan tangan pisah ntuk bersua kembali

Namun kini
Kamu tega menancapkan duri dalam biduk cintaku
Menenggelamkan bocah bocak tak berdosa
Kamu tlah merenggut nahkodaku
Kemudiku kini tak berarah karenamu

Kini semua tinggal kenangan


Milikku telah kau rampas
Pintaku jagalah seperti aku dulu setia menjaganya

Takalar, 01 Agustus 2017

Pena Pertamaku| 62
PENONTON
Oleh: Nurhandayani Ugi

Bergulat...Mengejar si bulat...
Digiring...menggelinding…bikin merinding
Ditendang...ada yang meradang

Biarkan...biarkan
Karena mereka adalah pemain
Biarkan…biarkan beraksi
Biar kita yang jadi saksi
Biarkan...ada wasit yang mengawasi

Hey...kita hanyalah penonton


Diamlah di tempat
Berteriaklah kalau kau suka
Berikan semangat juangmu
Melompatlah kalau kau girang
Tapi jangan sambil mengumpat

Hey...ingat dirimu hanya penonton


Dan tak berhak jadi pemain
Tetaplah ditempat
Jangan coba meloncat
Lapangan terlalu sadis buatmu
Kau bisa tertendang pemain
Atau diusir paksa sang wasit

Jadi...tetaplah ditempat
Menjadi penonton yang baik
Biarkan pemain dan wasit menjalankan tugasnya
Dengan segala aksinya
Karena penonton yang baik jauh lebih terhormat

Takalar, 5 Juli 2018

Pena Pertamaku| 63
SENJA DITANGGUL CINTA
Oleh: Nurhandayani Ugi

Duduk manis, menatap indahnya


Hemparan putih,
Hadirkan melodi alam, meluruhkan hati terbalut rindu
Kicauan merdu, bermain bersama deru

Duduk manis menikmati indahnya tarian bocah-bocah


Legam terbakar mentari,
Tiada dengki tiada ambisi
Derai tawa itulah dunianya

Duduk manis terkagum takjub


Adalah pejuang-pejuang tangguh
Tebarkan senyum
Mengharap, lembaran, recehan kan menghampiri
Demi mereka yang terkasih

Duduk manis menikmati hidangan siap santap


Lupakan sejenak nasehat
''Niatkan ini sebagai penawar''
Bisik hati sedikit bandel.

Duduk manis, menaksir naksir aneka perangai,


Denyum harap pencari cinta
Senyum kemenangan penakluk cinta
Senyum mesra penikmat cinta
Senyum hampa si korban cinta

Duduk manis, merenung


Duhai engkau pemilik alam
Betapa keindahan tlah kau anugrahkan
Betapa nikmat telah kau limpahkan

Pena Pertamaku| 64
Betapa nuansa telah kau ragamkan
Betapa pemberian-Mu telah membahagiakan
Secuil kesedihan apalah artinya

Duduk manis
Dengan nafas yang kupinjam dari-Mu
Aku berbisik

Takalar, 12 Juli 2018

Pena Pertamaku| 65
PESONA PULAU PENYU
Oleh: Nurhandayani Ugi

Kata orang
Kau begitu manis
Lucu dan menggemaskan
Hingga aku harus mengubah rasa tegangku menjadi takjub

Debar di balik debur


Bergoyang menggeleng
Menerjang gulungan gulungan biru
Gemericik menyapu raut pias

Harapku hari ini kita dapat bersua


Setelah selama ini hasratku begitu kuat
Menemuimu
Dengan setumpuk cinta

Namun, maafkan aku


Aku harus jujur padamu
Nyaliku tidak sekuat keinginanku
Aku harus mengatakan padamu

Aku tak sanggup berhadapan denganmu


Dirimu membuatku geli dan ngeri
Walau kuakui kau begitu bersahabat
Maafkan aku

Aku hanya bisa menatapmu dari jauh


Sampai akhirnya aku mengalahkan ketakutanku
Dengan memberanikan mendekatimu
Memegang punggungmu
Ah..."penyu yang manis"

Pena Pertamaku| 66
Aku tak kan pernah berani menyalamimu
Sampai aku harus kembali
Dan biarlah kau akan tetap manis di hatiku saja

Bira, 31 Desember 2017

Pena Pertamaku| 67
PENA PERTAMA BERBENTUK
Kumpulan Puisi

Oleh:

“PUTRI AYU IRIANA”

Anggota / Peserta Kelas Menulis Puisi (Online)


Komunitas Rumah Literasi dan Penulis Indonesia
(KERTAS PENA)

Pena Pertamaku| 68
BERMUARA
Oleh: Putri Ayu Iriana

Lebah bermuara pada bunga


Air pada tanah
Garam pada sayur
Ikan pada air

Sapi pada rumput


Cincin pada jari
Penggorengan pada kompor
Duri pada batang

Bibir pada bibir


Genggaman pada tangan
Sakit pada hati
Cinta pada mu
Dan
Aku adalah muara Mu

Makassar, 28 Januari 2020

Pena Pertamaku| 69
CERITA MALAM INI
Oleh: Putri Ayu Iriana

Bila malam itu gelapnya sudah pasti pekat


Diantara bunyi kelakson kendaraan
Terdengar sayup-sayup jenaka Mu
Akan ada diantaranya derai air mata
Yang berharap kau dengarkan

Lalu ia mengalah
Dari ributnya suara lalu lintas malam
Yang kata orang gelapnya itu pekat
Tapi aku melihat kau bisa hadir diantaranya
Membaur dalam gelap yang pekat
Diselingi jenaka mu yang satir ditengah air mataku

Aku dan kamu


Kita sedang dalam gelap yang pekat
Ditengah keramaian lalu lintas malam ini

Makassar, 25 Januari 2020

Pena Pertamaku| 70
PENA PERTAMA BERBENTUK
Kumpulan Puisi

Oleh:

“RAHMAT”

Anggota / Peserta Kelas Menulis Puisi (Online)


Komunitas Rumah Literasi dan Penulis Indonesia
(KERTAS PENA)

Pena Pertamaku| 71
KETERIKATAN
Oleh: Rahmat

Suara gemercik air yang perlahan memercik


Terus mengalir seakan berbisik
Berbisik pada bebatuan untuk perlahan memercik
Meski sang waktu membuatnya semakin menipis

Namun, bebatuan tak akan dendam


Karena ia tidaklah sirna
Ia hanya sedang bersemayam
Dengan arus yang tujuannya entah kemana

Dari alam aku memiliki pandangan


Bahwa tidak ada yang sirna di kehidupan
Yang ada hanya melepaskan diri dari keterikatan
Menuju kebebasan bersama Tuhan

Kolaka, 22 Januari 2020

Pena Pertamaku| 72
NAMAMU
Oleh: Rahmat

Ketika malam datang membelai


Bersama larut yang akan segera usai
Jam dinding terus berdenting
Melawan suasana yang begitu hening

Tepat di sepertiga malam


Ketika langit di selimuti awan hitam
Tanpa cahaya rembulan
Tanda akan segera turun hujan

Kupaksakan tubuh yang terlelap


Agar meninggalkan tidur yang lahap
Ku lantunkan doa dengan berucap
Dengan hati yang penuh harap

Kuharap engkau tak keberatan


Jika malam ini namamu kuselipkan
Untuk kuceritakan dengan rabb-ku
Di sepertiga malamku

Makassar, 27 Januari 2020

Pena Pertamaku| 73
KEMANA RINDU HARUS KUBAWA?
Oleh: Rahmat

Kucoba meletakkan rindu di batu karang


Namun ia hancur diterpa gelombang
Kucoba mengaitkan rindu di awan
Namun ia kembali turun terbawa hujan

Kucoba membawa rindu ke rembulan


Namun ia turun di pagi hari sebagai embun
Kucoba menaikkan rindu di pegunungan
Namun ia kembali diterbangkan oleh angin

Kemana rindu harus kubawa?


Bahkan alam tak ingin menerima
Lalu kucoba meletakkan rindu di jiwamu
Rupanya ia menetap menjadikan kita menyatu

Makassar, 28 Januari 2020

Pena Pertamaku| 74
JANUARI YANG MEMULAI
Oleh: Rahmat

Januari yang memulai


Sebuah kisah bermula
Januari yang memulai
Pertemuan tanpa sengaja

Januari yang memulai


Tertanamnya sebuah rasa
Januari yang memulai
Tumbuhnya rasa cinta

Januari yang memulai


Sepercik duka tak lagi ada
Januari yang memulai
Sejuta suka menjadi terasa

Januari yang memulai


Sebuah nama dicipta
Januari yang memulai
Aku dan kamu menjadi kita

Makassar, 29 Januari 2020

Pena Pertamaku| 75
USIA
Oleh: Rahmat

Kala usia kian bertambah


Tanda kematian maju selangkah
Kini pikiran terus menghasut
Agar kulit tak kunjung keriput

Taubat tak disegerakan


Namun maksiat terus dikerjakan
Padahal selalu ada kesempatan
Selama nyawa belum sampai di kerongkongan

Tuhan, maafkanlah raga yang lemah ini


Maafkanlah jiwa yang sesat ini
Maafkanlah hati yang kotor ini
Maafkanlah diri si pendosa ini

Diri yang tak kunjung bersyukur


Seakan diri tak akan hancur lebur
Diri yang tak kunjung tafakur
Padahal kian dekat dengan kubur

Kolaka, 23 Januari 2020

Pena Pertamaku| 76
KOPI DAN BUKU
Oleh: Rahmat

Seruput kopimu kawan


Nikmati setiap tetesan
Duduk melingkar bersama kawan
Lalu pilih buku bacaaan

Rasa pahit yang kau rasakan


Akan mengajarkanmu makna kehidupan
Jumlah kalimat yang kau baca
Akan menuntutmu agar tetap merasa

Merasa bahwa kau tak tahu semuanya


Merasa bahwa kau kecil bagi semesta
Merasa bahwa kau tak selamanya ada
Dan tak lupa merasa bahwa kau adalah manusia

Makassar, 29 Januari 2020

Pena Pertamaku| 77
CORETAN TAK BERATURAN
Oleh: Rahmat

Aku termenung dalam perasingan


Duduk bersandar melihat rembulan
Memecah kegelapan
Agar tak mengingat kenangan

Aku tersesat dalam kebenaran


Mengais jejak yang diterpa hujan
Yang kutemui hanya kenangan
Ditambah sekubang kenangan

Aku lelah dalam penantian


Menanti datangnya kesetiaan
Namun ternyata hanya harapan
Yang tak lekas dikabulkan

Aku hanya sebuah coretan


Dalam lembaran yang tak beraturan
Hingga waktu akan menghapuskan
Lalu terbuang dan terabaikan

Makassar, 30 Januari 2020

Pena Pertamaku| 78
JIWA YANG BERIMBANG
Oleh: Rahmat

Untukmu jiwa yang Bambang


Di atas buaian gelombang
Untukmu jiwa yang rapuh
Karena tak kunjung tersentuh

Mengapa engkau begitu berharap?


Ibarat sawah yang tak kunjung di garap
Mengapa engkau terus meratap
Padahal engkau telah menatap

Engkau masih saja rela kedinginan


Berharap dia menghangatkan dengan pelukan
Engkau masih saja berdiri di penantian
Meskipun dia tak lagi memberimu harapan

Makassar, 21 Januari 2020

Pena Pertamaku| 79
FEBRUARI
Oleh: Rahmat

Hari ini yang memulai


Februari yang dinanti
Disambut mentari pagi
Bersanding secangkir kopi

Sudah dengar januari yang memulai?


Mencipta sebuah rasa
Dan berlalu tanpa pasti
Hingga menyisakan sebuah tanya

Lalu, apa yang kau bawa februari?


Apa jawaban mengikuti?
Jawaban untuk sebuah harapan
Yang sejak januari didambakan

Apakah engkau akan memberi celah?


Untuk sebuah rasa yang resah
Kala jarak menjadi pemisah
Namun rindu tak kunjung mengalah

Entahlah, kuharap februari tak mengecewakan


Semoga saja berlalu menyenangkan
Karena januari telah mengusik perasaan
Maka tak ada pilihan selain memperjuagkan

Makassar, 01 Februari 2020

Pena Pertamaku| 80
DIAMKU KEABADIAN
Oleh: Rahmat

Aku memilih diam


Namun bukan berarti bungkam
Aku sering menyendiri
Bukan tak ada yang ingin menemani

Aku hanya menjauh dari keramaian


Agar ada celah untuk pandangan
Memandang setiap kebahagiaan
Dan merekam sebuah penderitaan

Lalu kuselipkan pena di jemariku


Kubentangkan lembaran di pangkuanku
Kuabadikan setiap kisah dalam tulisan
Karena bagiku menulis adalah keabadian

Makassar, 02 Februari 2020

Pena Pertamaku| 81
PENA PERTAMA BERBENTUK
Kumpulan Puisi

Oleh:

“RAHARDI DWIJAYA”

Anggota / Peserta Kelas Menulis Puisi (Online)


Komunitas Rumah Literasi dan Penulis Indonesia
(KERTAS PENA)

Pena Pertamaku| 82
SANG TIRANI
Oleh: Rahardi Dwijaya

Dia datang membawa kehancuran


Merobohkan benteng kebahagiaan
Dengan menggunakan kekuasaan
Dan membuat sebuah penderitaan

Kedatangannya mengubah segalanya


Berbuat apapun sesuka hatinya
Tanpa peduli tentang perasaan
Demi sebuah kepuasan

Tak ada lagi yang dapat di lakukan


Hanya dapat tersiksa
Dia cuma ingin kebebasan
Walau ada yang menderita

Galesong, 11 Februari 2020

Pena Pertamaku| 83
SEKADAR ASA
Oleh: Rahardi Dwijaya

Biarkan malam menjadi saksi bisu


Dan cahaya rembulan menemani malam yang sendu
Bersama kepakan sayap burung hantu
Dengan tubuh yang terpuruk kaku

Tiada lagi sosok untuk di rindu


Mulut tak lagi dapat memanggil namamu
Hati pun tak berhak menunggu kehadiran mu
Kini tinggal namamu untuk ku sebut di setiap do'a ku

Tak akan ada lagi kata cinta


Yang dapat membuat hati menjadi buta
Yang tersisa hanyalah goresan luka
Di saat kau pergi dengan meninggalkan sebuah duka

Mencoba untuk melupakan


Tentang dia yang pernah ada dalam ingatan
Agar tidak ada lagi yang menyiksa
Lantaran dia yang hanya sekedar asa

Galesong, 27 Januari 2020

Pena Pertamaku| 84
PENANTIAN
Oleh: Rahardi Dwijaya

Kku berdiri di sini


Menanti seorang diri
Akan kedatangan sang kekasih hati
Meskipun semua itu tak terjadi lagi

Tak tahu betapa lama aku harus menanti


Waktu yang begitu lama telah aku lalui
Hingga diri terpuruk sedih
Akan luka yang begitu perih

Semua menjadi tak berati


Sebab, semua yang di nanti tak kunjung terjadi
Hanya sesuatu yang tak pasti
Karena ini hanya penantian tak pasti.

Galesong, 30 Januari 2020

Pena Pertamaku| 85
CINTA SEJATI
Oleh: Rahardi Dwijaya

Cinta sejati tak akan pergi


Karena dia selalu menanti
Meski banyak alasan untuk jatuh
Dia punya satu alasan untuk tetap utuh

Cinta sejati akan selalu setia


Tak peduli seberapa banyak yang menggoda
Meskipun dia seorang yang sempurna
Tapi tidak ada alasan untuk mendua

Cinta sejati tidak memandang usia


Baik itu muda maupun tua
Mereka cuma memegang harapan yang sama
Yaitu bersama selamanya.

Galesong, 31 Januari 2020

Pena Pertamaku| 86
IKHLASKAN
Oleh: Rahardi Dwijaya

Air mata terlukis di pipi


Karena hati yang perih
Akan di satu sisi
Ada orang yang menyisakan rasa sedih

Biarkan air mata berguguran


Meluapkan semua kepedihan
Tentang dia yang sudah melepaskan
Dan mungkin telah melupakan

Tak ada hak untuk memaksa


Mengingat setiap orang berhak untuk bahagia
Daripada hanya menderita
Mengikhlaskan jadi jalan satu-satunya

Galesong, 31 Januari 2020

Pena Pertamaku| 87
SANG BAYANG-BAYANG
Oleh: Rahardi Dwijaya

Dirimu bagaikan bayang-bayang diriku


Yang selalu ada di samping ku
Menemani setiap hari-hariku
Di pagi dan malam ku

Aku ingin kamu tidak akan hilang


Tetaplah ada, meski tak ada cahaya terang
Jadi lah bayangan yang selalu di sisiku
Dan peluk aku di saat aku sedang rindu padamu

Karena aku tahu


Kau akan selalu ada untuk ku
Sebagai sang kekasih hati
Juga sebagai sang pemilik hati.

Galesong, 3 Februari 2020

Pena Pertamaku| 88
GELAP
Oleh: Rahardi Dwijaya

Tak ada lagi yang dapat dilakukan


Secercah cahaya pun telah sirna
Dan tidak ada lagi jalan
Saat sebuah harapan telah tiada

Kini hanya perasaan hampa


Yang tak lagi berguna
Bagaikan mata yang telah buta
Yang tak dapat melihat semuanya

Kini semuanya telah berakhir


Dan menjadi yang terakhir
Seakan telah tertidur lelap
Yang hanya menyisakan gelap

Galesong, 5 Februari 2020

Pena Pertamaku| 89
KISAHKU
Oleh: Rahardi Dwijaya

Bbiarkan sang pena


Untuk menggoreskan tinta
Mengukir kata demi kata
Yang kuharap dapat kau baca

Biarkan kertas bersih terisi


Mengukir sebuah kisah sejati
Yang dapat menjadi abadi
Dalam bagian sejarah ini

Kisah yang penuh canda


Dan penuh dengan tawa
Yang menyisakan desah tangis
Dan kini berujung tragis

Galesong, 5 Februari 2020

Pena Pertamaku| 90
PASRAH
Oleh: Rahardi Dwijaya

Tak bisa ku memaksa dirimu


Untuk tetap berada di sisiku
Seakan aku tahu
Kau sudah tak dapat menjalani semua itu

Ku merelakan dirimu lepas


Agar kau bisa bebas
Tak lagi tersiksa
Karena, kau juga berhak bahagia

Ku hanya bisa pasrah


Mengagumi mu adalah hal yang bisa ku lakukan
Meski senantia ada rasa resah
Karena kau selalu terbayang dalam fikiran

Biarkan pipi dihiasi air mata


Membunuh semua rasa
Berharap hati menjadi beku
Melihat kau sudah bersama dengan yang baru

Galesong, 9 Februari 2020

Pena Pertamaku| 91
DIA BUKAN SAMPAH
Oleh: Rahardi Dwijaya

Dia bukan sampah


Yang bisa kau buang begitu saja
Tanpa ada rasa bersalah
Setelah kau menikmatinya

Dia bukan sampah


Yang bisa kau sia-siakan
Tanpa ada lagi rasa acuh
Tentang sebuah penderitaan

Dia bukan sampah


Yang tak lagi berguna
Dan kau anggap rendah
Setelah tak ada lagi artinya

Galesong, 10 Februari 2020

Pena Pertamaku| 92
PENA PERTAMA BERBENTUK
Kumpulan Puisi

Oleh:

“RAMADHAN BIJAKSANA”

Anggota / Peserta Kelas Menulis Puisi (Online)


Komunitas Rumah Literasi dan Penulis Indonesia
(KERTAS PENA)

Pena Pertamaku| 93
CINTA IMPERIAL
Oleh: Ramadhan Bijaksana

Ingin mencintai tapi bak penjajah


Iya, penjajah ingin memiliki se-utuhnya
Tapi tidak, aku aku aku ingin mencintai kemerdekaan
Sudah cukup sampai disini

Kata-kataku habis dijajah cinta


Cinta atas fana si wanita
Perihal air membungkam api
Seperti malam mengganti siang

Cinta ini bukan cinta yang sebenarnya


Lebih rendah dari cinta monyet
Lebih busuk dari bangkai yang berulat

Makassar, 1 Februari 2020

Pena Pertamaku| 94
SELIMUT KEBENARAN
Oleh: Ramadhan Bijaksana

Meninggalkan kelas, rumah, kegiatan rutin


Turun kejalan untuk mengaspirasikan keresahan

Pantang pulang sebelum suara kamu didengarkan


Negeri ini sedang tidak baik-baik saja kawan
Tirani negeri ini sedang beraksi
Masyarakat, mahasiswa, buruh dan tani bereaksi
Menolak RUU yang tidak pro rakyat sendiri
RUU dibuat hanya untuk kepentingan pejabat korup

Kami masyarakat tak mengerti


Apa yang terjadi di kelas kakap
Mungkin kekayaan dan kekuasaan
Pengaruhnya belum cukup untuk hidup.

Makassar, 10 Februari 2020

Pena Pertamaku| 95
PENA PERTAMA BERBENTUK
Kumpulan Puisi

Oleh:

“SUBARTONO”

Anggota / Peserta Kelas Menulis Puisi (Online)


Komunitas Rumah Literasi dan Penulis Indonesia
(KERTAS PENA)

Pena Pertamaku| 96
TAWA YANG TELAH HILANG
Oleh: Subartono

Jika tidak ada kata abadi untuk kisah yang tepat


ku pinjam sedetik melengkapi penggalan kisah kita
Dalam perjalanan tanpa jeda
suara tawa menjadi gema yang memekakkan penjuru bumi

Air mata kuanggap tepat


Untuk permusuhan yang hilang dengan satu kedipan mata
Engkau seperti kekanakan
Dan aku masih tampak demikian waktu itu
Namun orang mana yang bisa memiliki kesenangan
Seperti yang kita miliki
Apapun itu, cacing tanah dan ulat bulu terlihat lucu

Tawa, menyusun mimpi, dan kita melupakan


Akhir dari sebuah kisah abadi
Harus ku akui tidak akan pernah ada
Arti dewasa melupakanmu
Untuk tetap mengacaukan bumi, bersamaku

Makassar, 09 Januari 2020

Pena Pertamaku| 97
PENDOSA
Oleh: Subartono

Jalan setapak kian mengiris asaku


Tertatih kenangan kelam membelenggu jiwaku
Aku bagaikan bangkai berjalan
Yang mencari ketenangan jiwa
Begitu hinanya aku hingga tak ada sudi melihatku

Terdiam ku dalam kebisuan ketika hati terluka


Hanya ungkapan rasa kelam
Terlontar sebagai penawar sepi
Disitu rasa sunyi dalam kerinduan yang tak berujung
Aku lelah semua ini, biarkan waktu yang bicara

Tertatih langkah ini


sampai kapan jiwaku bisa tenang
Mereka hanya bisa berkata
Tapi tidak bisa melihat dengan jelas

Makassar, 30 Januari 2020

Pena Pertamaku| 98
MENCINTAIMU
Oleh: Subartono

Semua yang ku lakukan hanya untuk mu


Walau belum banyak waktuku untuk mu
Kau yang terindah dalam hidup ku
Bagai air yang mengalir di sela-sela hidup ku

Maaf kan aku bila aku mengecewakan mu


Hanya ketulusan cinta ku yang bisa aku berikan ke diri mu
Dan tak banyak kata yang terungkap dari bibir ku
Dan yang aku tau kau yang aku cintai

Ku hanya ungkapkan arti untuk mu


yang berharap kau selalu jaga cinta ini
untuk selamanya dan sampai akhir hayat ini
Aku sangat mencintai mu

Makassar, 30 Januari 2020

Pena Pertamaku| 99
KENANGAN
Oleh: Subartono

Ada kisah telah menjadi kenangan


Kini Kenangan menjadi air mata
Namun,
Kita tetap semangat yang tak pernah lekas oleh waktu

Seiring berputarnya waktu


Kita terus berjalan
Teringat jutaan canda tawa dan kesedihan
Yang tertuang dalam perjalanan kita

Kini menjadi sebuah kisah


Cerita persatuan dalam perjalanan

Makassar, 30 Januari 2020

Pena Pertamaku| 100


PENA PERTAMA BERBENTUK
Kumpulan Puisi

Oleh:

“WIDYATUL INAYAH”

Anggota / Peserta Kelas Menulis Puisi (Online)


Komunitas Rumah Literasi dan Penulis Indonesia
(KERTAS PENA)

Pena Pertamaku| 101


MENYIKSA RINDU
Oleh: Widyatul Inayah

Ada goresan yang tak lekas sembuh dalam hatimu


Tertumpuk dalam timbunan serpihan waktu
Rasa itu kian meruncing dan mengoyakmu
Ngilu dan rindu menjadi satu

Ada luka yang tak lekas sembuh dalam dirimu


Kenangan yang terus bersemayam dalam ingatanmu
Menyiksa hatimu yang sejak dulu beku membiru
Kini hancur tak berbentuk, siksa merindu

Sungguh rindu yang sia-sia


Sebab yang dirindu tak pernah peka
Sedang kau tak pernah berani bersuara
Hanya larut merawat asa

Lidahmu kelu
Bibirmu kaku
Hingga kau tak mampu
Untuk sekedar menyampaikan rindu

Galesong Selatan, 10 Januari 2020

Pena Pertamaku| 102


MIMPI YANG DILUKAI
Oleh: Widyatul Inayah

Andai kala itu kau tak mematahkanku


Mungkin ceritanya akan berbeda
Kita masih bersama mengenang masa lalu
Di tepi pantai menikmati senja

Andai waktu itu kau tak melukai


Sifatku tak akan sedingin ini
Kita masih bertukar pesan hingga pagi
Merencanakan segala mimpi

Andai kala itu tak ada yang terikrar


Hingga detik ini tak perlu ada ingkar
Tapi kau hancurkan segalanya
Mimpi yang kita bangun bersama

Galesong Selatan, 27 Januari 2020

Pena Pertamaku| 103


SENJA, HUJAN DAN KAMU
Oleh: Widyatul Inayah

Kala pergimu bersama senja


Lalu berlau dengan hujan menderas di mata
Tetesannya begitu setia membersamai
Tiap detik habis untuk menanti

Tak pernah ada kepastian


Hingga senja datang lagi
Menyadarkanku, dirimu tak mungkin kembali

Lalu ku titip pesan pada senja


Dengan luka yang masih menganga
Aku baik-baik saja
Untukmu, yang tak lagi bersama

Galesong Selatan, 30 Januari 2020

Pena Pertamaku| 104


HARAPAN
Oleh: Widyatul Inayah

Dirimu pernah menjadi alasan


Dibalik kuatku menjaga perasaan
Walau akhirnya di patahkan
Sebab tak dibalas kepastian

Rupanya datang mu sekedar mengusir bosan


Dan menghilangkan penasaran
Bukan untuk mengakhiri penantian
Pergilah, lelah aku berkawan harapan

Terimakasih telah mengajarkan


Agar aku tidak terus bertahan
Tetap memupuk harapan
Untuk menuai kekecewaan

Galesong Selatan, 6 Februari 2020

Pena Pertamaku| 105


MENATA HATI
Oleh: Widyatul Inayah

Setelah tidak denganmu


Aku mencoba tumbuh dengan hati yang baru
Menata kembali yang pernah berantakan
Memperbaiki yang sempat kau hancurkan

Andai kutau sejak dulu kau hanya bertamu


Yang ku suguhkan hanya kopi bukan hati

Tak terkira perihnya hatiku


Hampir hilang separuh warasku
Saat rasaku di abaikan
Harapku di luluh lantakkan

Galesong Selatan, 15 Februari 2020

Pena Pertamaku| 106


PENA PERTAMA BERBENTUK
Kumpulan Puisi

Oleh:

“ABDUL JALIL MATTEWAKKANG”

Anggota / Peserta Kelas Menulis Puisi (Online)


Komunitas Rumah Literasi dan Penulis Indonesia
(KERTAS PENA)

Pena Pertamaku| 107


HUJAN
By. AJM

Rintikmu membawa rindu


Butiran terpantul merekah
Bawa lamunan indah
Walau hanya sesaat

Kadang hembusan derasmu


Membawa malapetaka
Kadang pula berkah
Walau terpisah jarak
Ia kan sampai jua

Lama kau dinanti


Lama kau diharap
Walau datangmu tetiba
Lalu sekejap menghilang

Campagaya, 08 Februari 2020

Pena Pertamaku| 108


SORE TAK BERTUAN
By. AJM

Berdiri dalam bayang semu

Berteman sepi
Bersenda gurau di keheningan

Namun ia tetap tak pergi


Bahkan seolah memanggil malam

Hilangkan aku dalam dekapmu


Agar ku leluasa bergerak
Tanpa bayangan sore

Melepas rindu
Walau hanya sekejap
Semua dalam kehampaan
Tanpa pujian tuanku

Campagaya, 29 Januari 2020

Pena Pertamaku| 109


KAPUR PUTIH
By. AJM

Goresan ilmu berderet diatas papan hitam


Deretan kalimat penuh makna
Untaian kata penuh cinta
Demi gelas yang kosong

Terkadang debu putih menyengat tenggorakan


Serak dan kering
Namun tak kau hiraukan
Demi mengisi gelas mungil
Untuk ilmu dan kemuliaan

Tak lekang pesanmu


Oleh waktu dan deruh angin
Tetap menancap di sanubari
Walau ia tak lagi tertulis

Kapur putih...
Masa lalu penuh makna
Dalam dekap pesan ilmu
Untuk masa depan bangsa

Campagaya, 25 November 2019

Pena Pertamaku| 110


KOLABORASI UNTUK MAJU
By. AJM

Usiamu genap 60 tahun


Deretan jejak sejarah telah kau ukir
Ditanah para pahlawan
Butta panrannuangku

Dirimu dipersolek indah


Dihiasi taman-taman
Ditanami pepohonan nan rindan
Namun kau tetap tak nampak bersih
Lekukmu masih diselimuti kebencian

Tiap tahun dirayakan


Dipoles indah agar menawan
Sembari menabur asa di lumpur dalam
Berbekas walau tak luka

Majulah demi langkah pasti


Ajak ia berkolaborasi agar tumbuh rasa cinta
Dekap ia dalam rasa rindu
Agar kelak jadi cerita tak kunjung hilang
Walau angin dan hujan dating bersamaan
Semangatmu jadi tiik juang hingga akhir
Majulah Takalarku

Campagaya, 10 Februari 2020

Pena Pertamaku| 111


VERTIGO
By. AJM

Luapan nyeri berbalut rasa asam


Menghinggapi keubun-ubun kepala
Denyutnya begitu kencang
Hingga wajah pucat kering

Jantung memompa dengan derasnya


Pengukur tensi tak sanggup membaca
Denyut nadi tak terbaca dalam dekapan detik
Lajunya bak balapan mobil tanpa rem
Hingga tersungkur tanpa rasa

Sekujur tubuh membeku


Dunia melayang berputar tak karuan
Sesakali memanggil, tapi tersahut
Hingga aral pikiran berlarian

Nyut...nyut...nyut…
Kepala bak batu walau timbangannya bak kapas
Tetes air mata berselancar sipu
Dipersimpangan wajah kelabu
Meratap nasib jika kelak tak lagi ada

Campagaya, 15 Februari 2020

Pena Pertamaku| 112


PENA PERTAMA BERBENTUK
Kumpulan Puisi

Kumpulan Puisi
“HAERUDDIN (HAE’ AZZAM)”

Anggota / Peserta Kelas Menulis Puisi (Online)


Komunitas Rumah Literasi dan Penulis Indonesia
(KERTAS PENA)

Pena Pertamaku| 113


AKU INGIN KAU MARAH
By. Hae’ Azzam

Aku ingin kau marah


Melepas segala amarah
Agar diriku bisa teruji
Apakah aku sanggup bersamamu tahun ini.

Aku ingin kau marah


Hingga wajahmu menjadi merah
Lalu malaikat mendatangiku
Membawa peredam untuk dirimu

Aku ingin kau marah


Agar ku lihat tingkat amarah
Melekat dalam dirimu
Hingga diri yakin kepadamu
Engkau segalanya untukku

Dan aku ingin engkau marah


Karena marahmu adalah fitrah
Agar aku datang untukmu
Meredam segala marahmu

Popoloe-Takalar, 13 Februari 2020

Pena Pertamaku| 114


KITA BERPISAH
By. Hae’ Azzam

Aku berjalan bersama waktu


Menyusuri jalan bersama angin
Lalu aku berjumpa denganmu
Dalam heningnya malam yang begitu dingin

Aku berjalan bersama waktu


Menyusuri jalan bersama angin
Lalu aku mendekatimu, mengenalmu
Bersanding malu bersama pohon beringin

Aku berjalan bersama waktu


Menyusuri jalan bersama angin
Hingga kita berpisah dalam rentang waktu
Hingga rindu tak lagi bertebrangan

Aku lalu berjalan


Menyusuri semak-semak kehidupan.
Hingga aku tersadar, kau bukan untukku
Karena kita dua saudara yang berjarak oleh waktu.

Popoloe-Takalar, 13 Februari 2020

Pena Pertamaku| 115


BIODATA DIRI PENULIS

Abdul Jabbar Tahir di panggil Jabbar. Lahir di paku,


Desa Parangbambe kabupaten Takalar pada tanggal 17
Desember 1998. Dilahirkan dengan tidak lestari dan abadi
sebagaimana bahasa simbolik. Hal tersebut terbukti karena
penulis adalah manofestasi dari suami istri yang terikat
dengan cinta abadi yakni Bapak Tahir Dg Ngitung dan ibu
Suriati yang secara esensi mereka pun tidak abadi. Penulis
berada di posisi pertama dari dua bersaudara yang
menghabiskan masa kecilnya dengan absurditas, invalid,
dan kehidupan acak-acakan namun tetap impresif.
Dilakukan disebuah desa kecil yang pernah
mengalami alienasi. Penulis sekarang bertempat tinggal di
Batetanaya Desa Parangbambe Kecamatan Galesong
Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan. Penulis dapat
dihubungi dengan nominal angka handphone
082271435961(WA dan Telegram) serta dapat mengikutinya
di berbagai media sosial, seperti IG (@Aljabbar212) Fb
(Aljabbar)Twitter(Al-jabbar).
Riwayat pencarian keilmuan penulis secara secara
formal yakni MIS Masino tahun 2004-2010, MTs-MA

Pena Pertamaku| 116


Muhammadiyah Bontorita 2010-2016. Penulis terdaftar di
perguruan tinggi Ma’had Al-birr Universitas Muhammadiyah
Makassar jurusan Bahasa Arab 2016-2019, kemudian
melanjutkan di universitas yang sama dengan jurusan
Pendidikan Bahasa Arab Fakultas Agama Islam tahun 2019
sampai sekarang. Di berikan penghargaan berupa nominal
NIM (Nomor Induk Mahasiswa) 1052411002419.
Pengalaman organisasi penulis adalah salah satu
pengurus Pimpinan Cabang IPM Cabang Galesong, kader
IMM (Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah), salah satu
pengurus PMPQ (Perkumpulan Mahasiswa Pecinta Al-
Quur’an) Kota Makassar periode 2019-2020 dan lain-lain.
Motto dari penulis yang dijadikan jalan dari setiap langkah
kaki yaitu, “katakanlah walaupun itu pahit. Jadilah orang
yang bermanfaat bagi orang lain”.

Pena Pertamaku| 117


BIODATA DIRI PENULIS

Helen Safitri lahir di Ujung Pandang pada 8 Juli 2019,


anak ke-2 dari tiga bersaudara dari pasangan, bapak
Anshar Rachman dan ibu St. Husnah. Penulis tinggal di Desa
Bulogading yang terletak di Kabupaten Gowa.
Penulis menempuh jenjang pendidikan Sekolah Dasar
selama 8 tahun (2003-2011) di SDI Bulogading II. Penulis
mengikut selama dua tahun karena pada waktu belum ada
taman kanak-kanak waktu itu di desa tersebut, setelah lulus
di sekolah dasar saya melanjutkan pendidikan menengah
pertama di SMP Muhammadiyah Limbung pada tahun (2011-
2014), kemudian melanjutkan sekolah menengah atas di
SMAN Bajeng Barat yang namanya sudah diubah menjadi
SMAN 19 Gowa pada tahun (2014-2017), dan saat ini
melanjutkan pendidikan di salah satu universitas swasta
yang ada di Makassar yaitu di Universitas Muhammadiyah
Makassar pada jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

Pena Pertamaku| 118


BIODATA PENULIS PENULIS

Namanya MARSANG kerap dipanggil MarshanDK


sekaligus nama tersebut merupakan akun resmi diberbagai
media sosial, Lahir di Anassappu, Desa Bontobiraeng
Selatan Kec. Kecamatan Bontonompo kabupaten Gowa 15
November 1988, ia adalah anak keempat dari lima
bersaudara, buah hati dari pasangan Saung dan Alm. Misa.
Sebagai panggilan singkat DK singkatan dari Daeng
Kawang ia terlahir dari keluarga yang sangat sederhana,
ayahnya seorang petani sedangkan Alm. Ibunya semasa
hidup sebagai ibu rumah tangga yang benar-benar
menjalankan tugas dan kewajibannya sebagai seorang istri
dari suaminya. Sejak kecil dia selalu dinasehati oleh kedua
orang tuanya untuk selalu mensyukuri apa yang menjadi
pemberian Sang Pencipta dan menjadi orang yang baik.
Ketika usia 5 tahun ia memulai pendidikan di Taman
Kanak-kanak Kurnia Anassappu, kemudian dia melanjutkan
pendidikannya di Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah
Anassappu, lalu kembali melanjutkan di Madrasah
Tsanawiyah Muhammadiyah Takwa Taipale’leng tahun 2001,

Pena Pertamaku| 119


selepas lulus di tahun 2004 lanjut kembali pendidikannya di
SMK Negeri 1 Limbung, hingga menyelesaikan program S1
di Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen Lasharan Jaya Makassar.
Setelah resign dari beberapa pekerjaan mulai dari SPB
Yongki Komaladi dan Bank Mega Saat ini dia bekerja di
Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Bontonompo sebagai
Ka. TU sekaligus sebagai pembina Pramuka dengan modal
prestasi dan pengalaman yang pernah dicapai sewaktu di
tingkat Siaga, Penggalang, dan Penegak dengan berbagai
macam lomba baik tingkat kecamatan maupun kabupaten,
serta kegiatan lainya semasa menjabat sebagai Pimpinan
Ranting Ikatan Remaja MuhammadiyaH MTs. Takwa tahun
2001-2002 sampai Pengurus cabang IRM Barembeng tahun
2003 dan juga sebagai wakil Ketua Osis sampai menjadi
ketua Osis SMK Neg. Limbung tahun 2005-2006 dan
beberapa kegiatan lainnya.
Itulah perjalanan singkat kehidupan penulis semoga
hal ini dapat menginspirasi banyak orang dan menjadi
motivasi untuk menjadi lebih baik di masa yang akan
datang.

Pena Pertamaku| 120


BIODATA DIRI PENULIS

Nur Afni Aripin, lahir di Pinrang pada tanggal 26


Agustus tahun 2000. anak ketiga dari 5 bersaudara buah
hati dari pasangan ayahanda Aripin dan ibunda Harpiah
tinggal didusun kaballangan terletak di Kabupaten Pinrang.
desa asri yang jauh dari hiruh pikuk keramaian .
Penulis menempuh jenjang pendidikan taman kanak
kanak ditahun 2006 di RA DDI Kabbalangan, kemudian
menyelesaikan pendidikan Madrasah Ibtidaiyah di MI DDI
sokang pada tahun 2012. Lantas menyelesaikan pendidikan
Madrasah Tsanawiyah di MTS DDI Sokang pada tahun 2015.
kedua orang tua penulis memang begitu memperhatikan
asupan pendidikan agama hingga memasuki jenjang
Madrasah Aliyah, penulis mondok kepesantren DDI
Kaballangan di tahun 2016 -2018. Dan saat ini penulis
melanjutkan pendidikan di salah satu universitas peradaban
katanya yaitu, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
dengan mengambil Prodi Ilmu Politik. Penulis juga turut aktif
dalam organisasi intra maupun ekstra dikampus.
Selain tertarik pada dunia politik, penulis juga tertarik
pada dunia kepenulisan. Meskipun barang kali belum begitu

Pena Pertamaku| 121


lihai dalam persoalan tulis menulis. Baginya menulis bukan
perihal membubuhi kertas dengan kata kata omong kosong
tapi bagaimana seorang penulis mampu mengubah pikiran
banyak orang kearah positif. menjadi seorang penulis
bukanlah hal yang mudah karena mereka terlahir dari
seseorang yang hobi membaca bahkan mereka yang peka
terhadap apa yang terjadi disekitar mereka. Salam Literasi.

Pena Pertamaku| 122


BIODATA DIRI PENULIS

Nur Ayu Dewi di panggil Ayu atau Dewi. Lahir di


Ko’mara, Kabupaten Takalar pada tanggal 17 Desember
1999. Terlahir dari rahim seorang bidadari dan tumbuh
dengan lindungan seorang pahlawan. Mereka adalah
pasangan sederhana yang selalu nampak harmonis disetiap
detiknya yakni Bapak Salamung Dg Ngalli dan Ibu Rosdiana
Dg Ngona. Penulis terlahir sesuai dengan angka favoritnya
yaitu dua dari tiga bersaudara. Hal yang membuat penulis
kadang bersikap manja pada si sulung dan tegas pada si
bungsu. Kakak pertama bernama Dedhy Pausi dan adik kecil
bernama Nurul Zahra.
Sejak umur 6 tahun di sebuah desa kecil, penulis
memulai pendidikan di SDN No. 55 Ko’mara selama 6 tahun
dan lanjut sekolah menengah pertama di SMPN 6 Polut
selama 3 tahun. Kemudian melanjutkan sekolah menengah
atas di SMAN 3 Polut yang kini dikonversi menjadi SMAN 11
Takalar selama 3 tahun. Sekarang penulis memilih
melanjutkan pendidikan di sebuah perguruan tinggi yakni
UIN Alauddin Makassar, tepatnya Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan pada jurusan Pendidikan Fisika sejak 2017 lalu.
Penulis bisa di sapa di akun instagram pribadinya
@nurayudewi17 atau akun facebooknya Nur Ayu Dewi. Bisa

Pena Pertamaku| 123


juga di temui di rumah orang tua yang bertempat di Dusun
Ko’mara, Desa Kale Ko’mara, Kec. Polut, Kab. Takalar.
Motto penulis adalah “Ridho Allah tergantung pada
ridho orang tua dan murka Allah tergantung pada murka
orang tua”.

Pena Pertamaku| 124


BIODATA DIRI PENULIS

Lahir di Kota Ujung Pandang tepatnya tanggal 18


April 1974, dengan nama lengkap Nini Afriani Malik, SE.,
M.Si. anak pertama dari pasangan A. Malik Maulana (Alm.)
dan Rachmaniar Horman (Alm.) dan menetap di Jl. Pramuka
1 Kabupaten Takalar. Ibu dari 3 anak ini yaitu Galuh
Pricillia, Muh. Abi Alwi dan Nuraqilah Aini dari suami Muh.
Amin Abbas, SH., MH. Motto hidup: “Fokuslah pada tujuan,
dan jangan ambil pusing dengan omongan orang lain”.
Penulis menempuh jenjang pendidikan mulai dari
sekolah dasar selama 6 tahun (1981-1986) di SDN Centre
Palleko 1 kec Polombangkeng Utara, melanjutkan ke jenjang
SMP selama 3 tahun (1986-1989) di SMPN 2 Takalar dan
jenjang sekolah menengah atas di SMA Negeri 1 Takalar
selama 3 tahun (1989-1992), kemudian melanjutkan ke
perguruan tinggi di salah satu universitas swasta di
Makassar yaitu STIE-YPUP selama 4 tahun (1993-1997) dan
melanjutkan pendidikan ke program Akta-IV di Universitas
Muhammadiyah Makassar selama 2 tahun (2005-2007) serta
terakhir menyelesaikan pendidikan di jenjang strata 2 di
Universitas Hasanuddin Fakultas Manajemen Perkotaan
(2011-2013).

Pena Pertamaku| 125


BIODATA DIRI PENULIS

Nurhandayani, S.Pd. Anak dari Ayahanda Kampili


Dg. Nanjeng dan Ibunda Bombong Dg. Ngai. Lahir di
Bontolebang, Moncongkomba pada tanggal 21 April 1971.
Menempuh Pendidikan pada SD Negeri No. 13 Bontolebang,
kemudian melanjutkan ke SMP Negeri 2 Takalar, kemudian
ke SMEA Yapta Takalar dan terakhir pada IKIP Ujung
Pandang yang diselesaikan pada tahun 1996.
Sejak menyelesaikan Pendidikan penulis sudah
mengabdikan diri pada beberapa sekolah sebagai tenaga
pengajar honorer. Dan alhamdulillah pada tahun 2006
berhasil terjaring sebagai Pegawai Negeri Sipil dan
ditempatkan di SMA Negeri 3 Takalar sebagai guru
Akuntansi. Selama menjadi tenaga pengajar sudah
beberapa kali berpindah tugas, dari SMA Negeri 3 kemudian
pindah tugas ke SMP Negeri 4 Takalar, kemudian pindah
lagi ke SMP Negeri 1 Takalar dan pada akhirnya kembali
lagi ke SMP Negeri 4 Takalar sampai saat ini. Selain sebagai
tenaga pengajar mata pelajaran IPS, penulis juga pernah
menjadi instruktur pada program USAID.
Penulis juga sering menulis puisi dan cerpen yang
diantaranya sudah pernah dimuat di media cetak. Pernah
menjuarai lomba baca tulis puisi antar pelajar dan karang
taruna yang diadakan Dinas Sosial Kabupaten Takalar.

Pena Pertamaku| 126


BIODATA DIRI PENULIS

Putri Ayu Iriana a.k.a Pute, anak pertama dari


pasangan Imam Syafii & Elyzabeth Pramugari, lahir di
Jember, 24 Mei 1995. SD hingga SMA di tempat yang
berbeda-beda, Nabire, Polewali dan Makassar.
Menyelesaikan kuliah S1 Sastra Indonesia di Universitas
Negeri Makassar pada 2017. Selalu suka kesejukan dan
keheningan gunung. Bercita-cita menjadi ibu rumah tangga
dan penulis. Bermimpi menjadi penulis absurb Indonesia
karena memikirkan hal absurb itu menyenangkan. Ingin
selalu menebarkan energi kebahagiaan. Hidup bahagia.

Pena Pertamaku| 127


BIODATA DIRI PENULIS

Rahmat, biasa disapa Rahmat atau Mat, lahir di


Lanipa, 23 Januari 1999, anak kedua dari tiga bersaudara
oleh pasangan Alimin MT dan Nurlisa, asal daerah
Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan. Menyelesaikan
Pendidikan di SDN Batupute, SMPN 2 Balusu, SMAN 2 Barru,
dan sekarang proses menyelesaikan studi di Universitas
Muhammadiyah Makassar jurusan Pendidikan Biologi
angkatan 2016.
Mulai belajar menulis sajak atau puisi sejak 10
Januari 2020, selain fokus di akademik, juga aktif di
beberapa organisasi mahasiswa, seperti Himpunan
Mahasiswa Jurusan, Badan Eksekutif Mahasiswa dan juga
Ikatan Himpunan Mahasiswa Biologi Indonesia.
Meski menurutnya dunia literasi tidak terlalu singkron
dengan jurusan pendidikannya, tapi itu tidak menjadi alasan
untuk tidak berkarya dalam dunia kepenulisan. Dapat di
kontak melalui WA : 085241699681 atau Ig: @ram_li23 atau E-
mail : rahmatalimin23@gmail.com

Pena Pertamaku| 128


BIODATA DIRI PENULIS

Rahardi Dwijaya di panggil Rahardi. Lahir di


Bontolebang, Kabupaten Takalar pada tanggal 20
September 2003. Dilahirkan dengan tidak lestari dan abadi
sebagaimana bahasa simbolik. Hal tersebut terbukti karena
penulis adalah anak dari pasangan suami istri yang terikat
dengan cinta dan ikatan pernikahan yakni : Bapak Ramli
dan Ibu Hastuti yang secara hakikat merekapun tidak abadi.
Penulis adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Dia
menghabiskan masa kecilnya dengan penuh imajinasi
diatas kehidupan yang bercampur aduk.
Penulis sekarang bertempat tinggal di jalan
Penghibur, Desa Galesong Baru, Kecamatan Galesong, Kab.
Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan. Penulis dapat di hubungi
melalui nominal angka handphone 085696161951. Riwayat
pencarian keilmuan penulis secara formal yakni SD Negeri
115 Inpres Galesong, SMP Negeri 2 Galesong Selatan, dan
sekarang sedang meniti pendidikan di SMA Negeri 5
Takalar.
Motto yang di pegang teguh oleh penulis sebagai
penuntun langkah kakinya yaitu. " Tak Akan Ada Hasil Yang
Memuaskan, Tanpa Ada Usaha Yang Dilakukan".

Pena Pertamaku| 129


BIODATA DIRI PENULIS

Ramadhan Bijaksana lahir di Makassar pada 8 Juli


2000, anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan,
bapak Hasanuddin Pasangki dan ibu St. Habibah Drahman.
Penulis saat ini tinggal di Jalan Daeng Hayo No. 12 Antang,
Makassar.
Penulis menempuh jenjang pendidikan Sekolah Dasar
selama 6 tahun (2007-2012) di SDN Lariang Bangi I, setelah
lulus di sekolah dasar penulis melanjutkan pendidikan
menengah pertama di SMPN 5 Makassar pada tahun (2012-
2015), kemudian melanjutkan sekolah menengah atas di
SMAN 1 Makassar (2015-2018), dan saat ini melanjutkan
pendidikan di salah satu universitas swasta yang ada di
Makassar yaitu di Universitas Fajar Makassar pada jurusan
Akuntansi S1.

Pena Pertamaku| 130


BIODATA DIRI PENULIS

Subartono lahir di Bonto-bonto Kabupaten Kepulauan


Selayar pada 11 Januari 1998, anak ke-6 dari Enam
bersaudara dari pasangan bapak Badulu Patta dan ibu
Nursia. Penulis tinggal di Jalan Letj. Andi Mappaoddang
yang terletak di Makassar.
Penulis menempuh jenjang pendidikan Sekolah Dasar
selama 6 tahun (2005-2011) di SDI Barumbung Selayar,
setelah lulus di sekolah dasar saya melanjutkan pendidikan
menengah pertama di SMPN 2 Pasilambena Selayar pada
tahun (2011-2014), kemudian melanjutkan sekolah menengah
kejuruan di SMKN 1 Bulukumba pada tahun (2014-2017), dan
saat ini melanjutkan pendidikan di salah satu universitas
swasta yang ada di Makassar yaitu di Univeristas
Muhammadiyah Makassar pada jurusan Hukum Ekonomi
Syariah.

Pena Pertamaku| 131


BIODATA DIRI PENULIS

Widyatul Inayah pemilik nama pena Raina Senja,


akrab disapa Widya. Lahir di Makassar pada tanggal 26
Agustus 2003. Merupakan putri sulung dari pasangan suami
istri yang terikat cinta, yakni Bapak Syarifuddin dan Ibu
Murni. Penulis saat ini bertempat tinggal di Jl. Karaeng
Marewa Dusun Popo Desa Popo Kecamatan Galesong
Selatan Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan.
Penulis dapat ditemukan di berbagai sosial media,
yaitu; Facebook: Widyatul Inayah, Instagram:
@inayhwdyatll, Twitter: @Inayah_Widya, Email:
widyainayah15@gmail.com serta dapat dihubungi melalui
nomor 085397753842. Riwayat pendidikan penulis secara
formal yakni, SD Negeri 80 Popo, SMP Negeri 3 Galesong
Selatan dan SMA Negeri 5 Takalar. Pengalaman Organisasi
penulis adalah Ketua Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) Tahun
2018-2020, Wakil Ketua Osis masa bakti 2018-2019, kader
Pemuda Muslimin Indonesia Cabang Takalar sejak 2018,
Koordinator Majelis Permusyawaratan Kelas (MPK), Anggota
Komunitas Pecinta Al-Qur’an (KAQ) dan Wakil Bendahara
Umum Forum Komunikasi Pemuda Desa Popo.
Penulis saat ini terdaftar sebagai salah satu siswa di
Sekolah Menengah Atas Negeri 5 Takalar kelas XII IPA.
Motto yang sejak dulu dipegang teguh oleh penulis adalah
Succes tommorow, begin today. Dan selalu memotivasi diri
untuk terus menulis dengan kutipan “Teruslah berkarya,
karena karya adalah cinta yang terpendam”.

Pena Pertamaku| 132


BIODATA DIRI PENULIS

Abdul Jalil Merupakan Penulis, Penggiat Literasi dan


Sekaligus Ketua Umum Komunitas Rumah Literasi dan
Penulis Indonesia (KERTAS PENA). Penulis menyelesaikan
pendidikan di SDN Inpres 211 Campagaya lulus tahun 1999,
SMP Negeri 1 Galesong Selatan lulus tahun 2002, SMKN 1
Galesong Seatan lulus tahun 2005 dan menyelesaikan
program Sarjana pada Jurusan Pendidikan Teknik Otomotif
FT UNM lulus tahun 2010 dengan yudisium Cum Laude.
Sampai saat ini penulis masih mengajar mata
pelajaran Produktif Kompetensi Keahlian Teknik Kendaraan
Ringan (TKR) dan Teknik Sepeda Motor (TSM) dan menjabat
sebagai Ketua Kompetensi Keahlian Teknik Kendaraan
Ringan Tahun 2013 sampai saat ini. Selain mengajar, penulis
juga aktif dalam kegiatan-kegiatan lomba menulis guru baik
yang dilaksanakan oleh Subdit. Kesharlindung DIKMEN GTK
KEMDIKBUD maupun lomba menulis guru yang dilakukan
oleh pihak swasta. Selain itu penulis pernah meraih Juara I
(Umum) pada Lomba Apresiasi Astra Guru Cerdas Tahun
2016 tentang Inovasi Pembelajaran yang dilakukan oleh PT.
Astra Internasional, Tbk.

Pena Pertamaku| 133


Aktivitas penulis saat ini selain guru ialah penggiat
literasi. Membina dan membimbing beberapa penulis
pemula dalam menerbitkan buku. Menjadi Ketua Umum
Pengurus Pusat Komunitas Rumah Literasi dan penulis
Indonesia (PP. KERTAS PENA).
Beberapa karya buku yang telah dibuat dan
diterbitkan oleh sang penulis yakni; Silaturahmi Hujan
(Antologi Puisi), Bengkel Integritas, MOKO (Inovasi
Pembelajaran), Muara Hati Sang Penulis (Kumpulan Esai
dan Opini), Serpihan-Serpihan Pena (Antologi Puisi),
Gabungan Sepak Bola Takalar (Kiprah dan Kebangkitan
GASTA dalam Catatan Jurnalis Online), Ternyata Kita Bisa,
Senandung Cinta Demokrasi (Antologi Puisi), dan Merindu
Pelita Dalam Bait Semu (Antologi Puisi).

Pena Pertamaku| 134


BIODATA DIRI PENULIS

Hae’ Azzam adalah nama pena dari Penulis


yang bernama asli Haeruddin. Penulis merupakan
alumni dari Jurusan Pascasarjana Matematika Fakultas
FMIPA Universitas Hasanuddin Makassar. Kesibukan
saat ini adalah menjadi bagian masyarakat yang
mempunyai misi mengkampanyekan Indonesia Bebas
Sampah. selain itu pula, penulis juga menyibukkan diri
dalam bidang literasi.
Buku Antologi Puisi “Serpihan-Serpihan Pena”
menjadi buku Puisi pertamanya dengan teman-
temannya yang lain. Dan Buku yang saat ini anda
pegang merupakan Buku Antololgi Puisi yang ke dua.
Beliau dapat dikontak melalui akun IG: @haealazzam
atau di email: haeazzam@gmail.com.
Sampai saat ini, penulis masih aktif menjadi
mahasiswa dan aktif di beberapa organisai
kepenulisan, seperti Forum Lingkar Pena (FLP) Ranting
Universitas Hasanuddin Makassar dan FLP Cabang
Takalar. Penulis pernah meraih penghargaan dari FLP
Ranting Unhas sebagai Penulis pendatang Baru terpuji
dan pernah terpilih menjadi delegasi Bine Educative
Expedition (BEE) 2018 yang diadakan oleh lembaga
kepemudaan BINE.

Pena Pertamaku| 135


SINOPSIS BUKU

Buku Antologi puisi ini sudah memasuki tahap


V. Disusun atas dasar kecintaan dunia literasi. Tulisan
dan syair puisi dari penulis ini menjadi pemicu
lahirnya berbagai penulis berikutnya. Antologi puisi
yang berhasil ditulis oleh para penulis ini lewat
bimbingan kelas menulis KERTAS PENA melalui grup
Whatapss (WA).
Bait-bait puisi dalam buku terdiri dari berbagai
gendre dan tema. Temanya pun beragam karena
disesuaikan kemampuan dasar para penulis. Buku
yang diberi nama PENA PERTAMAKU menjadi salah
satu dasar (basic) bagi penulis dalam menyusun
setiap bait puisinya. Penulis tergabung dalam
berbagai profesi. Dosen, Guru, Penggiat Literasi,
Mahasiswa dan Siswa bersatu dalam menyusun dan
mengintrepretasikan setiap tautan kata dalam puisi-
puisi sederhana ini.
Bagaimana karakter tulisan, jenis puisi dan hasil
puisi yang disusun oleh para penulis, temukan hasil
dan jawabannya dalam Buku ini.

Pena Pertamaku| 136


Pena Pertamaku| 137

Anda mungkin juga menyukai