Anda di halaman 1dari 136

MERINDU PELITA

DALAM BAIT SEMU


(Antologi Puisi Kelas Menulis KERTAS PENA Angkatan III)

Rapiahtul Hikmah Wahid, Muliana, Nurul Insani. J,


Nurhijrah, Haeruddin, Abdul Jalil,
Muh. Alwi Nawawi, Sri Ayu Pratiwi, Abdul Rahmat,
Hasbar Marannu, Abdul Salam Saputra,
Dan Nur Khalisah

Merindu Pelita dalam Bait Semu | i


MERINDU PELITA
DALAM BAIT SEMU
(Antologi Puisi Kelas Menulis KERTAS PENA Angkatan III)

Cetakan Pertama: Juli 2019


Surabaya, Jawa Timur

Penulis: Rapiahtul Hikmah Wahid, dkk.


Penata Letak: Kanaka
Penata Sampul: Kanaka
Pemeriksa Aksara: Abdul Jalil dan Tim Kanaka
Sumber Gambar: pixabay.com

Penerbit:

ISBN: 978-623-7346-37-1
Tebal: 131 hlm; A5

hak cipta dilindungi undang-undang.


dilarang memperbanyak sebagian atau
seluruh isi buku tanpa seizin tertulis
dari penulis dan penerbit.

ii | Antologi Puisi Kelas Menulis KERTAS PENA Angkatan III


TESTIMONI

“Buku ini merupakan salah satu wujud


eksistensi penggiat literasi di Kabupaten
Takalar. Setahu kami ini buku Antologi Puisi
sudah yang ke 3. Artinya proses pembinaan
dan pembimbingan dalam menulis buku
terus berlanjut. Kami berharap geliat literasi
terus merambah semua kalangan”

Zainuddin Detol, S.Pd., MM.


(Kabid. Pengembangan Perpustakaan & Pembinaan Kegemaran Membaca
Dinas Perpustakaan & Kerasipan Kab. Takalar)

“Buku Antologi Puisi Batch III ini menjadi


bagian dari pembinaan penggiat literasi
Kabupaten Takalar. Keaktifan pembinaan ini
membuktikan bahwa geliat literasi terus
menerus berkembang dan merambah
semua lini kehidupan literasi di Kabupaten
Takalar. Sinergitas atas semua lini ke
“Literasian” di Takalar Harus berjalan efektif.
Selamat atas terbitnya buku ini.”.
Muhammad Arif Munandar, S.Pd
(Founder Rumah Baca Panrita (RBP)Takalar

“Selaku pengurus KERTAS PENA merasa


bangga dengan pembinaan penulisan buku
ini. Pembinaan secara online ini sangat
efektif karena telah melahirkan 3 buku
secara berturut-turut. Ini membuktikan
bahwa semangat literasi di Kabupaten
Takalar terus berkembang. Selamat atas
terbitnya buku ini.”
Syahrul Djafar, S.Pd
(Sekretaris Jenderal PP. KERTAS PENA).

Merindu Pelita dalam Bait Semu | iii


“Sebagai penggiat literasi di Kabupaten
Takalar, saya sangat bangga dengan
terbitnya buku Antologi Pusi Batch III
Binaan KERTAS PENA ini. Semangat
literasi ini melalui bimbingan kepenulisan
buku terus harus ditingkatkan. Saya lihat
penulis melibatkan semua unsur. Ada
dari unsur guru, penggiat literasi,
mahasiswa dan siswa. Selamat atas
terbitnya buku ini.

Satriana, S.Pd
(Owner TBM KERTAS PENA Campagaya)

“Membaca buku ini, saya begitu takjub.


Dimana penulis-penulis dalam buku PENA
ini juga merupakan dari kader-kader
Pemuda Muhammadiyah. Ini menandakan
bahwa sinergitas penggiat literasi terjalin
dengan baik. Pembinaan gerakan literasi
khususnya menulis buku menjadi
tanggung jawab kita semua. Tanpa ada
sekat sehingga geliat literasi Di kabupatn
Takalar terus berkembang”.
Suardi Taqi, S.Pdi.
(Ketua PD Kertas Pena Takalar –
Ketua PC Pemuda Muhamamdiyah Galesong)

iv | Antologi Puisi Kelas Menulis KERTAS PENA Angkatan III


SAMBUTAN

Ketua Umum Pengurus Pusat


Komunitas Rumah Literasi dan Penulis Indonesia (KERTAS
PENA)

Puji syukur kita haturkan kehadirat Allah SWT atas


segala limpahan rahmat dan karunianya sehingga sampai
hari ini kita masih dalam naungan dan lindungannya. Salam
beriringan shalwat senantiasa tercurah kepada baginda
Rasulullah Muhammad SAW, sebagai sosok manusia
sempurna yang menjadi panutan kita bersama.
Gerakan literasi dan upaya pembudayaan minat baca
dan menulis menjadi tanggung jawab kita bersama.
Komunitas Rumah Literasi dan Penulis Indonesia (KERTAS
PENA) menjadi salah satu bagian dalam upaya mewujudkan
Indonesia melek literasi. Kita sangat terkejut dan miris
melihat data-data yang sering dirilis bahwa Indonesia masih
sangat rendah kualitas literasinya.
Atas dasar itu mari kita jawab itu dengan karya-karya
nyata yang senantiasa berkontribusi positif dalam upaya
menjembatani lahirnya para penulis muda. Lewat binaan
dan bimbingan secara online, KERTAS PENA sudah mampu

Merindu Pelita dalam Bait Semu | v


melahirkan 3 buah karya buku dalam bentuk “Antologi
Puisi”. Ini membuktikan bahwa banyak potensi dan talenta-
talenta penulis muda di luar sana yang perlu kita fasilitasi
dalam mewujudkan setiap harapannya untuk jadi penulis.
Buku ketiga “Antologi Puisi” ini sangat luar biasa
karena dihuni oleh para penulis muda dari berbagai
kalangan, baik dari pelajar, mahasiswa, guru hingga dosen.
Puisi-puisi yang ditampilkan pun cukup ciamik karena
menggunakan bahasa perasaan yang coba diungkapkan
penulis dalam bentuk bait-bait puisi.
Olehnya itu, atas nama Pengurus Pusat KERTAS
PENA mengucapkan selamat atas terbitnya buku ini.
Semoga buku ini menjadi salah satu bagian dari upaya kita
untuk sama-sama mendukung program Gerakan Literasi
Nasional (GLN) dengan melibatkan lingkungan masayarakat
sebagai corong berliterasi.

Takalar, Juli 2019

TTD

Abdul Jalil Mattewakkang, S.Pd.

vi | Antologi Puisi Kelas Menulis KERTAS PENA Angkatan III


PRAKATA

Alhamdulilahi Rabbil ‘Alamin penulis ucapkan atas


segala limpahan rahmat, karunia, kesempatan dan
kemudahan dari Allah SWT, sehingga penulis dapat menulis
dan menyelesaikan buku ini. Tak lupa shalawat dan salam
tercurah kepada baginda Rasulllah Muhammad SAW yang
merupakan panutan dan suri teladan bagi kita semua.
Buku ini merupakan hasil buah pikiran dari masing-
masing penulis dalam mengekspresikan diri lewat puisi. Puisi
ini dengan berbagai tema di tulis lewat kegiatan bimbingan
“Kelas Menulis Pemula” secara online melalui aplikasi
Whatssaps (WA).
Buku ini ditulis dan disusun dengan menggunakan
perbendeharaan kosakata dan kemam-puan imajinasi
bahasa masing-masing penulis. Penulis menulis dan
menyusun puisi ini dengan menggunakan kata yang mudah
dipahami oleh pembaca.
Penulis sangat menyadari bahwa buku ini masih
sangat jauh dari kesempurnaan baik dari tulisan, bahasa
maupun isinya. Olehnya itu, penulis sangat berharap bagi
seluruh pembaca untuk memberikan saran dan masukan
yang sifatnya konstruktif demi kesempurnaan buku ini.
Penulis berharap buku ini menjadi inspirasi dalam
menggalakkan gerakan literasi di Indonesia khususnya di
Sulawesi Selatan. Ucapan terima kasih penulis sampaikan
kepada seluruh pihak yang telah memberikan saran dan
masukan atas selesai dan terbitnya buku ini.

Merindu Pelita dalam Bait Semu | vii


Melalui buku Batch III ini, penulis mengucapkan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
mendukung dan berpartisipasi dalam mendukung terbitnya
buku ini. Selian itu ucapan terima kasih pengurus KERTAS
PENA yang selalu mensupport setiap kegiatan literasi.

Takalar, Juli 2019

Penulis

viii | Antologi Puisi Kelas Menulis KERTAS PENA Angkatan III


DAFTAR ISI

SAMPUL ~ i
TESTIMONI ~ iii
KATA SAMBUTAN ~ v
PRAKATA PENULIS ~ vii
DAFTAR ISI ~ ix

A. Puisi Karangan RAPIAHTUL HIKMAH WAHID (RHW) ~ 1


1. Persiapan Menyambut Ramahan ~ 2
2. Pendidikan ~ 4
3. Pertemuan Membawa Keindahan ~ 5
4. Meraih Ilmu ~ 6
5. UNBK ~ 7
6. Aku dan Kebenaran ~ 9
7. Angan semu ~ 10
8. Bangun ~ 11
9. Bel Di Pagi Hari ~ 12
10. Kehidupan ~ 13
11. Mentari Pagi ~ 14
12. Bunga Dalam Tidur ~ 15
13. Daud Kehidupan ~ 16
14. Dibalik Jendela ~ 17
15. Gaukang Galesong ~ 18
16. Mentari Pagi ~ 19
B. Puisi Karangan MULIANA ~ 21
1. Pemiluku Pilu ~ 22
2. April Yang Nanar ~ 23
3. Kurikulum Yang Dikulum Pilu ~ 24
4. Dinding Mu ~ 26

Merindu Pelita dalam Bait Semu | ix


5. Deru Buat Cerminku ~ 27
6. Kepada Gitar Tua ~ 28
7. Sehat(i) ~ 29
8. Gagu ~ 31
9. Jebak ~ 32
10. Air Mata Indonesia ~ 33
11. Buat Ibu ~ 34
12. Kita Terkoyak ~ 36
C. Puisi Karangan NURUL INSANI. J ~ 37
1. Terikan Pemuda Bangsa ~ 38
2. Cinta Anak Bangsa Untuk Indonesia ~ 39
3. Mahasiswa Baru ~ 40
4. Pesan Politik ~ 41
5. Persaudaraan Manusia ~ 42
6. Pelita Dalam Kegelapan ~ 43
7. Perbedaan Bukan Penghalang ~ 44
8. Lukaku ~ 45
9. Manusia Ingkar ~ 46
D. Puisi Karangan NURHIJRAH ~ 47
1. Bumi Palestina ~ 48
2. Kecewa ~ 49
3. Negeri Ku ~ 50
4. Luka ~ 51
5. Airmata Cinta ~ 52
6. Cemburu ~ 53
7. Amarah ~ 54
8. Ibu ~ 55
E. Puisi Karangan HAERUDDIN (Hae’ Azzam) ~ 57
1. Apa Kabar Wakil Rakyat ~ 58
2. Aroma Bagi-Bagi ~ 59
3. Bui Menanti ~ 60
4. Surat Dari Tuhan ~ 61

x | Antologi Puisi Kelas Menulis KERTAS PENA Angkatan III


5. Untuk Malam ~ 62
6. Dansa Hujan ~ 63
F. Puisi Karangan ABDUL JALIL MATTEWAKKANG (AJM) ~
65
1. Puasa Bersama Anak ~ 66
2. Literasi Ramadan ~ 67
3. Malam 1000 Bulan ~ 68
4. Sahur ~ 69
5. Tangisan Merindu ~ 70
G. Puisi Karangan MUH. ALWI NAWAWI ~ 71
1. Kerinduan ~ 72
2. Guru ~ 73
3. Rapuh ~ 74
4. Kegelapan Hati ~ 75
5. Rasa Yang Tertinggal ~ 76
H. Puisi Karangan HASBAR MARANNU ~ 77
1. Gadis Dari Malang ~ 78
2. Ramadan, Datanglah Kembali ~ 79
3. Wajah Pendidikan Indonesia ~ 80
4. Kutemukan Indonesia Di Secangkir Kopi ~ 81
5. Hei Mawarku ~ 82
I. Puisi Karangan SRI AYU PRATIWI ~ 83
1. Hujan dan Cerita Belum Usai ~ 84
2. Biru Dilangit Yang Cerah ~ 85
3. Harapan ~ 87
4. Kamu ~ 88
5. Akhir Sebuah Pertemuan ~ 89
J. Puisi Karangan ABDUL RAHMAT ~ 91
1. Pejuang Bukan Di Kursi Jabatan ~ 92
2. Redup Atau Panas Keras ~ 93
3. Koran dan Pendidikan ~ 94
4. Lentera Hidup ~ 95

Merindu Pelita dalam Bait Semu | xi


K. Puisi Karangan ABDUL SALAM SAPUTRA ~ 97
1. Skenario Separatis ~ 98
2. Ombak Keputusasaan ~ 99
3. Kursi Ambisi Sang Aktor ~ 100
4. Kota Malam ~ 101
L. Puisi Karangan NUR KHALISAH ~ 103
1. Mimpi dan Harapan ~ 104
2. Sang Pemimpin ~ 105
3. Lentera Yang Padam ~ 106

BIODATA PENULIS ~ 107

xii | Antologi Puisi Kelas Menulis KERTAS PENA Angkatan III


Kumpulan Puisi

Oleh:
“RAPIAHTUL HIKMAH WAHID”

Anggota / Peserta Kelas Menulis Pemula (Online)


Komunitas Rumah Literasi dan Penulis Indonesia
(KERTAS PENA)
Merindu Pelita dalam Bait Semu | 1
PERSIAPAN MENYAMBUT BULAN RAMADAN
By. RHW

Doa…
Doa merupakan ibadah
Permintaan yang di inginkan
Rasa syukur diperoleh
Memohon kepada allah atas rahmatnya
Memohon dipertemukan dengan bulan suci ramadan

Kebahagiaan…
Menyambut tamu agung
Kebahagiaan terpancarkan dalam mempersiapkannya
Bulan ramadan membawa rahmat & magfirah

Pencinta dan perindu kebaikan


Menantikan tamu agung
Bulan ramadan

Azam (tekat kuat)


Memperjuangkan kebaikan dengan azam
Melakukan perbuatan baik sungguh-sungguh
Tekad tak berujung dalam beribadah
Gigih dalam melaksanakan
Terpahan cobaan tak berujung melandanya

Niat tulus
Keiklasan dalam melakukannya
Dorongan dari jiwa
Takkan senada dengan niat
Ketulusan tak berujung

2 | Antologi Puisi Kelas Menulis KERTAS PENA Angkatan III


Dalam bingkai keikhlasan
Taubat
Memohon ampun kepada Allah
Menyadari kesalahan diperbuat
Begitu banyak dosa kulakukan

Sungguh aku memohon ampun


Dan kerendahan hatimu
Memaafkan hambamu ini
Persiapan dan target
Mempersiapkan segalanya
Dengan target kebaikan yang berlimpah

Berjejer langkah-langkah kebaikan


Kegiatan-kegiatan menuntun kita
Ke arah lebih baik
Ilmu ramadan
Menuntut ilmu sebelum mengajarkan
Mendalami dengan ilmunya
Mengamalkan sesuai pemahaman
Memahamkan sesuai ajaran
Tak melanggar dalam larangannya

Sucikan hati
Memaafkan dalam kelapangan
Sucikan hati dalam kebaikan
Hati bagaikan kapas tak bernoda
Menghilangkan kebencian masa lalu
Saling memaafkan adalah ibadah

Merindu Pelita dalam Bait Semu | 3


PENDIDIKAN
By. RHW

Aku berjalan menatap masa depan


Pandangan hidup menatap kesuksesan
Melirik kesuksesan orang
Dalam meraih pendidikan

Motivasi menggebuh
Dengan usaha gigih
Manempuh pendidikan
Angan-angan melampaui batas
Arah jalan memuncak

Piluh kesedihan dalam pengorbanan


Hanya untuk meraih pendidikan
Tetesan air mata berguguran
Dalam perjuangan
Meraih nya……

Usaha dan perjuangan tak sia-sia


Kesuksesan sudah di depan mata
Meraih pendidikan
Dengan angan-angan
Tak semudah membalikkan telapak tangan

Banyak krikil-krikil terlewatkan


Banyak sandungan batu yang menerpah
Namun perjuangan terus bergulir
Tak ada pantang menyerah akan hal itu
Untuk meraih pendidikan

4 | Antologi Puisi Kelas Menulis KERTAS PENA Angkatan III


PERTEMUAN MEMBAWA KEINDAHAN
By. RHW

Di sebuah kota besar


Tinggallah seorang perempuan begitu mandiri
Perempuan ini hidup sebatang kara
Tanpa orang tua dan saudaranya

Orang tuanya sudah meninggal


Karena ibunya mengidap penyakit kanker paru-paru
Ayahnya meninggal karena kecelakaan

Perempuan ini sudah beranjak dewasa,


Semenjak kecil dia di berikan fasilitas memadai
Oleh orang tuanya,
Namun sekarang sudah tak seperti dulu lagi

Apa yang di inginkan harus berusaha sendiri


Untuk memperolehnya
Perempuan ini bekerja di salah satu cafe
Tak jauh dari tempat dia tinggal saat ini

Rutinitas dia lakukan setiap hari


Dengan berangkat kekampus di pagi hari
Di sore hari dia bekerja di café
Waktu terus bergulir,
Perjalanan hidupnya berputar setiap hari

Merindu Pelita dalam Bait Semu | 5


MERAIH ILMU
By. RHW

Hanya ingin menyelam menyusuri maknamu


Berderet kata penuh makna
Tertulis dalam kertas putih
Mengarungi makna demi kata

Menatap cakrawala makna dari lapisan kertas


Haus akan ilmu tabu dalam fikiran
Menyusuri dengan waktu
Menuntut sampai kedalam samudra

Mempelajari maknanya
Mencari tau apa yang belum diketahui
Mempelajarai cakupan ilmu
Memperdalam pengetahuan

Berjalan terus tanpa henti


Mengarungi danau lautan ilmu
Mencari mutiara di dasar lautan
Bagaikan mencari butiran besi di dalam tumpukan pasir

Mengumpulkan butiran demi butiran


Akan membentuk bongkahan besi
Mengumpulkan ilmu menjadi satu
Kebahagiaan terkumpul dalam tatih-tatih perjuangan
Banyak batu sandungan menerpah

Bagaikan angin topang menghampri


Tak pernah putus asah menghadapinya

6 | Antologi Puisi Kelas Menulis KERTAS PENA Angkatan III


UNBK
By. RHW

Detik-detik perjuangan
Kegelisahan menyelimuti hati
Langkah kaki tersentak
Menuju ruangan
Duk…duk…duk…
Inillah suara hati dek-dekan

Kursi panas menanti


Berjalan langkah demi langkah
Serambi melirik….
Deretan nomor demi nomor
Tak lama kaki tersentak
Berhenti
Menduduki kursi

Duk…duk…duk...
Masih dengan suara hati
Berusaha menenangkannya
Serambi berdoa dan optimis
Dengan persiapan yang matang
Hari demi hari
sebelum hari ini tiba

Detik…menit … berjalan
Aturan ujian dipaparkan
Persiapkan diri untuk ujian
Lampu hijau telah di nyalakan
Menandakan waktu ujian telah tiba

Merindu Pelita dalam Bait Semu | 7


Mata hanya tertuju
Dengan angka-angka dan huruf
Seraya menari-nari
Diatas kepala
Untuk memecahkan sebuah teka-teki

Waktu terus berjalan


Menjawab soal demi soal
Menantikan lampu merah menyala
Serambi berdoa dan berusaha
Mengamati kembali soal

Lampu merah pun menyala


Mengisyaratkan ujian telah usai
Kelegahan hati pun terpancarkan
Dengan senyuman

8 | Antologi Puisi Kelas Menulis KERTAS PENA Angkatan III


AKU DAN KEBENARAN
By. RHW

Aku…..
Wanita dengan tubuh mungilku
Dengan kulit coklatku
Senyuman tersipu malu menyapamu
Alunan suara lemah dalam ucapan
Terdengar merdu nyiurnya
Sosok dirumu dengan ke anggunan
Tak tergambarkan

Aku….
Wanita lemah tak berdaya
Dengan penuh ke sederhanan
Dalam menjajaki bahtera kehidupan
Hilir ulur silih berganti
Memori mengandung makna cerita

Aku…
Tak mengenal lelah dalam hidupku
Menuntut ilmu seluas-luasnya
Selalu haus akan ilmu
Selalu merasa kurang akan ilmu
Belajar dan belajar
Menjalani proses meraih ilmu
Aku dan kebenaran…..
Dalam kehidupanku…..

Merindu Pelita dalam Bait Semu | 9


ANGAN SEMU
By. RHW

Sedekah sisa uang belanja


Sedekah sisa dana akhir bulan
Infaq jika tidak ada kebutuhan lain
Infaq bila bonus cair
Mewaqafkan bila sudah tua
Mewaqafkan bila tak bisa kelola
Haji bila sudah punya kebun dan rumah
Fokus dakwah bila sudah lelah segalanya

Namun ternyata
Hanya angan-angan belaka
Waktu terus bergulir, usia terus berkurang
Semua tak dapat diterka
Detik-detik menit menjemput

Duhai jiwa malang


Maut tidak menunda waktu
Maut tidak menunggi kesiapan
Maut tak menanti kerelaan
Maut tak berdamai dengan angan-angan

Segeralah…
Sedekah, infaq, waqaf, haji dan amalan ketaatan
Perbanyak ke taatan
Wahai insan…..

10 | Antologi Puisi Kelas Menulis KERTAS PENA Angkatan III


BANGUN
By. RHW

Membuka kelopak mata


Sebersik sinar terpancar
Coretan kehidupan terlihat
Pupilmata memaknai akan pandangan

Pandangan mata dalam remang-remang


Seraya terbuka dari kesunyiannya
Tubuhpun beranjak dari tempat tidur
Kakipun melangkah
Terbangun dari lelapnya tidur

Melangkah dengan irama kaki


Memandang panorama alam nan indah
Seberkas cahaya terbersik dalam pandanganku

Pandangan hidup
Rutinitas menanti dalam waktu
Skenario hidup yang tak henti
Bergulir dalam roda kehidupan

Merindu Pelita dalam Bait Semu | 11


BEL DI PAGI HARI
By. RHW

Ku kuruyu….
Ku kuruyu….
Kokok ayam jago berbunyi
Bel pagi sudah bersorak
Gemuruh azan subuh berkomandan

Tercengak fikiran celongok


Bisikan telinga berderuh
TIDURLAH…..tidurlah….
setan berbisik…

Hati tersentak….
Sholat subuh
Pagi sudah menjemput
Bergegas dan meraihnya

Duk…duk…duk…
Suara langkah dalam rumah
Mata 5 watt berkunag-kunag
Berselimut dalam kalbu
Beriring mendampingi keinginan
Menjemput keceriahan pagi
Hidup bahagia angan-angan
Jemari meraihnya menjemput kebahagiaan itu
Berjalan tanpa henti
Dalam naungan sangkar
Kehidupan punya kisah

12 | Antologi Puisi Kelas Menulis KERTAS PENA Angkatan III


MENTARI PAGI
By: RHW

Engkau terbit dari timur


Berkas cahayamu menyebar
Memancarkan keindahan
Bagaikan senyum keceriaan
Menyapa bumi…..

Waktu berjalan maju


Engkaupun muncul dengan senyumanmu
Menyinari bumi
Menyapa dengan kehangatanmu

Matapun memandangnya
Cahayamu begitu terang
Tak sanggup menatapnya

Hanya bisa melihat sinarnya


Namun tak bisa menyapanya
Tak bisa mengadu nasib dengannya

Hanya bisa menawarkan kehangatan


Memberikan sinarnya
Menyinari kegelapan
Mewarnai dunia dengan sinarnya

Merindu Pelita dalam Bait Semu | 13


KEHIDUPAN
BY: RHW

Daud kehidupan
Silir ulir berganti
Tarik ulir bergening
Semi milir berderuh

Puing-puing berserakan
Buih nan jauh disana
Selaput mata tak melihat
Bulu kudu merinding

Terhempas angin sapaannya


Tercengak pikiran dalam hati
Mata melongok
Penuh keraguan

Meyakinkan sang pejuang kebenaran


Wahai hati sebersih kapas
Takternoda oleh niscaya seberkas kejahatan
Jangan tergoda olehnya

Putilah engkau seperti sedia kala


Memancarkan cahayamu
Menebarkan kebaikan
Tak ternoda oleh kegelapan

14 | Antologi Puisi Kelas Menulis KERTAS PENA Angkatan III


BUNGA DALAM TIDUR
By: RHW

Kelopak mata tertutup


Senja malam menyelimuti
Malam begitu larut
Dalam kesendirian malam

Rembulan menerangi kegelapan


Angina malam menyapa tubuhku
Sendu senja dalam irama
Ketenangam malam dalam mimpi

Bunga-bunga tidur tersenyum


Dengan alur mesranya menyapaku
Dalam kisah nan indah
Tersenyum mesra dalam bibirku

Kelopak mata senduh


Dalam ketenangan tidur
Lelapnya kelelahan malam
Bergembira senyuman dalam hati

Sayat hati menyapa


Relungan kalbu
Mengamati kisahnya
Wahai mahkota senyum dalam tidur
Menyapaku dengan mesra

Merindu Pelita dalam Bait Semu | 15


KEHIDUPAN
By: RHW

Daud kehidupan
Silir ulir berganti
Tarik ulir bergening
Semi milir berderuh

Puing-puing berserakan
Buih nan jauh disana
Selaput mata tak melihat
Bulu kudu merinding

Terhempas angin sapaannya


Tercengak fikiran dalam hati
Mata melongok
Penuh keraguan

Meyakinkan sang pejuang kebenaran


Wahai hati sebersih kapas
Takternoda oleh niscaya seberkas kejahatan
Jangan tergoda olehnya

Putilah engkau seperti sedia kala


Memancarkan cahayamu
Menebarkan kebaikan
Takternoda oleh kegelapan

16 | Antologi Puisi Kelas Menulis KERTAS PENA Angkatan III


DI BALIK JENDELA
By: RHW

Tak terlihat bayangan


Tak tampak akan dirimu
Engkau dibalik daun pintu rumah
Menatap dari celah kesempitan
Memandang masa depan
Dari cela yang sempit
Susah payah memangdangnya
Demi melihat dari sorot mata
Berusaha tak berujung
Berjuangan untuk menatapnya

Membayangkan masa depan


Melihat dalam ruangan sempit
Secercah cela cahaya menatap
Angan tirlintas dalam benak
Menantang beranjak dari kesempitan
Menatluas demi masa depan

Daun pintu membuka duniaku


Dalam kegelisahan
Membuka ruang gerbang dunia
Menap luas dalam pandangan
Meraih angan-angan
Pandangan luar meraihnya

Merindu Pelita dalam Bait Semu | 17


GAUKANG GALESONG
By: RHW

Bersatu beberapa rumpun


Memeriahkan acaranya
Menikmati prosesinya
Ikut andil dalam kegiatannya

Persiapan begitu meriah


Dalam menyambut acaramu
Setiap tahun terlaksana
Dalam persatuan rumpun keluarga
Gaukang Karaeng Galesong

Peringatan hut Karaeng Galesong


Disematkan setiap tahun
Sang pemimpin kerajaan Karaeng Galesong
Pejuang tak takut mati

Memperingatinya
Mengenang jasanya
Mengingat sejahrahnya
Memperkenalkan kegenari muda
Dalam pejuangannya dimasa lalu
Terimakasih jasa-jasamu
Karaeng Galesong…

18 | Antologi Puisi Kelas Menulis KERTAS PENA Angkatan III


MENTARI PAGI
By: RHW

Engkau terbit dari timur


Berkas cahayamu menyebar
Memancarkan keindahan
Bagaikan senyum keceriaan
Menyapa bumi…

Waktu berjalan maju


Engkaupun muncul dengan senyumanmu
Menyinari bumi
Menyapa dengan kehangatanmu

Matapun memandangnya
Cahayamu begitu terang
Tak sanggup menatapnya

Hanya bisa melihat sinarnya


Namun tak bisa menyapanya
Tak bisa mengadu nasib dengannya

Hanya bisa menawarkan kehangatan


Memberikan sinarnya
Menyinari kegelapan
Mewarnai dunia dengan sinarnya

Merindu Pelita dalam Bait Semu | 19


20 | Antologi Puisi Kelas Menulis KERTAS PENA Angkatan III
Kumpulan Puisi

Oleh:
“MULIANA”

Anggota / Peserta Kelas Menulis Pemula (Online)


Komunitas Rumah Literasi dan Penulis Indonesia
(KERTAS PENA)

Merindu Pelita dalam Bait Semu | 21


PEMILUKU PILU
By. Muliana

Buat kupingmu
Juga sanubari biruku
Pada mata berkaca-kaca
Dengan pelita redup kita

Ini perkara pilihan, bukan?


Tak mesti kita mengucur darah
Tuk menguak luka
Atau rasa benci tanpa arti

Telah kueja runut sakit


Tapi tak satupun sembuh dalam tabah
Hanya kalut, kebisingan, duka!
Kotaku mengabur dan berjelaga

Sementara di beranda koyak


Kakek veteranku termangu
Di hadap paparan berita
Ia menyeka Isak seraya berbisik lirih
"Nak, itu gulitamu"

Wajo, 22 Mei 2019

22 | Antologi Puisi Kelas Menulis KERTAS PENA Angkatan III


APRIL YANG NANAR
By. Muliana

Di pucuk dingin, di muka bumi


Dedaunan tua tak sudi menyantuni tanah
Kisah melarut, pilu merenggut
Kemalanganmu berlarut-larut

Sengaja ku kembalikan malammu


Yang kau benamkan pada retina itu
Kau tahu, aku takkan pernah suka
Jika hujan terikat disana

Lagipula, duka cita apalagi?


Bola matamu terlalu sempit
Tuk menyambar segala hujan
Kau pikir tangis itu milikmu sendiri?
Bukankah belenggu itu sudah kau gorok diam-diam?

Akhiri saja segala abu


Bebaskan rengek rindu di nalurimu
Tak usah repot-repot jadi penyekap!
Kenapa tak patuh saja pada luka lalu lupa?
Kau ini

Wajo, 22 Mei 2019

Merindu Pelita dalam Bait Semu | 23


KURIKULUM YANG DIKULUM PILU
By. Muliana

Penat telah membuka buta


Kita tumbuh dan menyeruak penghabisan
Perlahan ketuk mengabur kelelahan di percontohan
Terkanjar-kanjar menelan baca
Lalu berpusing menyodok kaidah
Dikte…
Dan tanda pengenal sendiri.

Ahh...
Modul memang selalu termaki
Pengetahuan kini hanya mantra untuk berlindung

Ketika dibaca…
Tatanan selalu menjutaikan bahu
Kewalahan dan seringai
Ketika tegak
Ia lekas memudarkan kebiasaan-kebiasaan resmi
Yang kian muak terbelenggu
Ini pendidikan kita...
Kurikulum tingkat tinggi, pemancar rasa malas
Tukang hafal di alam pikiran

Rumus-rumus selalu saja di depan


Kecerdasan sedang gencarnya dibelokkan teori
Pacuan kita bukan lagi aturan
Tapi nilai-nilai bisa diganti kapan saja dan dimana saja

24 | Antologi Puisi Kelas Menulis KERTAS PENA Angkatan III


Ahh...
Sekolah rendah atau tinggi bukan lagi pelatihan
Tapi serupa pelantikan
Mana ukuran pantasnya sukar diangkat dalam pidato

Setiap tahun…
Lemari perpustakaan dan kamus selalu hymne
Buku-buku pelajaran menyibakkan tubuhnya
Ada halaman-halaman nyaris mati
Dan hendak di ganti ujaran-ajaran baru
Tapi sentuh tak pernah ada menyapa
Menuakannya sesegera bagai sampah

Memang ada begitu banyak sampah


Bukankah sampah masyarakat
Lahir dari pendidikan yang sakit?

Wajo, 22 Mei 2019

Merindu Pelita dalam Bait Semu | 25


DINDING-MU
By. Muliana

Di sana…
Telah kusematkan kata kenang
Beserta dua tiga tutur
Pada pemikiran usai pamitmu
Tapi dindingmu beku
Serupa jasad siang malam merobek rindu

Darinya kudapati warna tak punya nama


Atau kesukaan apa-apa
Tapi mengapa di celah dekap
Tiada lagi cinta mengumpat pelabuhan?
Atau udara-udara kota?

Asa orang pergi


Dan asap orang pulang
Dermaga hanya menyudahi penat janji, menua…
Kita tetap hidup di antara

Doa… Harap… Syair…


Atau kemelut tangan menggenggam surat
Hilangkah telapak yang membawa?
Sudikah ia gelindingkan bayang?
Jika belum pun tidak
Maka selamatlah buncah ini.
Ya…
Sepotong rengek tanpa ingin kusebut deru

Wajo, 22 Mei 2019

26 | Antologi Puisi Kelas Menulis KERTAS PENA Angkatan III


DERU BUAT CERMINKU
By. Muliana

Tikam menikam bintang


Telah basi dari bibir yang kau temui
Kedua bola matamu bertutur,
Membantah tiba tanpa segan memerahkan wujudnya

Kesanggupan angin setia,


Mengantarkan wejangan tanpa syarat
Di puing awan
Seolah tak berkekasih dan siap mati dalam sendiri

Lalu kepada langit yang terhampar


Kita sempat menemui bulan terkapar
Dengan ruangan hati saling menghampa
Tetiba dinding pernah membual
Mengutuk dengan kepala asing
Sembari menelantarkan sekon-sekon kamis hingga gigil
Padahal ada sembunyi teramat pun keramat menjalari

Jauh...jauh sebelum ini bukanlah sunyi


Sebelum sudut-sudut kiraku
Menggapai bayangmu dengan menuli.
Aku telah percaya,
Bahwa kita akan memapah diri kita ke tanah
Atau jika tidak,
Bakal menjadi tumbal-tumbal gelap
Yang sekarat dibidik puisi juga rindu

Sudah, biarkan hitam itu mewarnaiku seluruh

Merindu Pelita dalam Bait Semu | 27


KEPADA GITAR TUA
By. Muliana

Jika suatu saat irama ini renta,


Bersama kedamaian rupa dan usia kita
Sopankah bila ku ciptakan sebuah lagu
Tuk membujuk tuhan agar matimu tak mendahului?
Atau menunda sekaratmu sebelum aku?

Sebab kata takkan pernah kuasa


Menjaga sebuah laut di bola mataku
Yang jika ambruk bisa membawamu pamit
Tanpa restuku

Lalu pada malam-malam minggu


Ia kan menjadi langit
Tuk menimang segala tatap doa
Yang terbujur kaku dengan ucap
Namun tiba selamat ia bersama isak

Dan kepada gitar tua...


Yang senantiasa kita genggam, dari sisi barat daya
Berlelah lah ia melawan lapuk pilu
Menyisakan khianat api unggun penguguran
Juga jejas yang gulita
Tanpa peduli pesan si perempuannya.

28 | Antologi Puisi Kelas Menulis KERTAS PENA Angkatan III


SEHAT(i)
By. Muliana

Kata membentuk makna


Disentuhnya segala suara tuk menembus,
Mata menuju hati
Hati membentuk rasa
Lantas, dibesarkannya kasih dari segala kisah
Yang terpancar dari tulis hingga tutur

Aku mafhum
Betapa rumitnya berjalan menggapai.
Bertumpuk-tumpuh wajah manusia
Yang acak mesti ditemui, sebelummu
Sebelum menemukanmu dalam temuan
Sebelum temuan mempertemankan
Sebelum teman mempersamakan
Sebelum sama mempersatukan
Sebelum satu ada, dari segala angka sulit

Menyatu...ialah perangkap juga jalannya


Itu berarti, nekat berjalan datang
Layaknya nekat berjalan pergi
Jika pun ada kelelahan ...
Bukankah itu kebesaran jiwa mengutarakan?

Merindu Pelita dalam Bait Semu | 29


Kita terlalu terbiasa
Bersama dalam kebakuan
Tanpa luput menyiapkan hati pada kebekuan

Kita terlalu terbiasa...


Bukanlah sebuah celaka juga petaka
Lantaran, besertamu
Ialah kebiasaan ku biarkan terbiasa
Ialah terbiasa ku jaga untuk bisa tanpa bisa
Ialah bisa diharap memampukan,
Bukan bisa digarap tuk memampuskan

Dan jika diperkenankan,


Aku ingin perasaan sesehat itu
Denganmu...

30 | Antologi Puisi Kelas Menulis KERTAS PENA Angkatan III


GAGU
By. Muliana

Kita adalah bagian dari jemari babu


Yang hanya tunduk
Pada ujung telunjuk
Juga umpatan menyimpang

Kita adalah kaki-kaki pengemis


Yang ditindas, dibantai
Lalu dibuang
Disetiap senti wilayah ini

Kita adalah kepala tak berbadan


Yang hidupnya hanya terhambat nyawa
Atas kehormatan diagungkan tuan

Kita dilukai
Tapi kita belum nyali bicara
Dengan bodoh
Dibiarkannya sang majikan
Bertindak dengan jamak maha sadis

Ayolah....
Kenapa enggan kau sebut ini siksa?

Merindu Pelita dalam Bait Semu | 31


JEBAK
By. Muliana

Kalbuku getir
Mengenang harummu dipusaran
Ada ngilu yang tak sampai pada kata
Lalu tercambuk gores namamu di pusara

Mataku terkutuk airnya sendiri.


Tak ada bentuk layak penggal dari
gugus rindu yang binal
Kecuali, guyur anyir darah dari sang brutal
Mencari lembah pada kelam bergerimis

Kawanku,
Jejak-jejak mereka membajak bacaan
Dari wajah koran dan radio menuju laut
Berperi tentang duka
Hingga tamat kala kecup nisan bertemu gunduknya

Sudah senja
Karangan bunga meributkan geladak sunyi
Ketiadaan meletakkanmu disini, berderai
Tapi, jangan benar-benar pergi!
Dalam makna, dalam kenangan
...Kapten.

-Ana-
Wajo, 8 juli 2019

32 | Antologi Puisi Kelas Menulis KERTAS PENA Angkatan III


AIR MATA INDONESIA
By. Muliana

Ini bukan lagi perkara moneter, tuan


Rancu yang teracuhkanlah
Membuat tanah ini muak pada tanggungan
Aberasi negeri membengkak
Temaram cahaya kebebasan membeludak
Amuk-amuk alam memacak saudaraku.

Ini bukan lagi perkara pemilu, tuan


Nadir kejayaan sudah enggan angkat bicara
Danau-danau lumpuh, juga
Ombak-ombak mematikannya…
Nampak lelah memanjakan angkuh dan omong kosong.
Engkaukah sebab yang bising itu?
Saat amarah bumi terdesak meratakan tubuhnya,
Ikrar dan ingkarmu lalu mati, sedang
Anak cucu dan ibunya terkulai...
Menanggung dosa-dosa.

Waktu kian peluh mengatur riwayatnya


Deretan kota Balau, mayat, dan bencana
Menengadahkan diri temukan tabirnya
Kerukunan kemarau menghampiri kata
Kesantunan hujan menggapai kita
Musim-musim berlalu lalang mengecup ruang alam
Seraya berbisik pelan mengalunkan pinta…
"Jaga aku, dan padamu jua, ku abdi jagaku"

Merindu Pelita dalam Bait Semu | 33


BUAT IBU
By. Muliana

Rasanya mengiris dan terusir di masa ini


Kau takkan percaya,
Kemarin sehabis turun ke bumi
Gerimis yang dimuntahkan luka
Bakal menancapkan haluan di wajah

Sejuta dongeng yang sempat kau kisahkan


Lalu ditamatkan bersama, bukanlah tawa
Ia tak lebih dari pengelabuan masa kecil
Yang malas dan tak mungkin kusekolahkan lagi

Aku terlantar…
Batas-batas yang coba kau jinakkan sepanjang malam
Lewat doa-doa di bibirmu,
Bukannya memberitahuku arah
Tapi menggores ingat setiap ku tapakkan kaki di geladak

Ibu,
Pergi ialah memaksa sakit
Jika ini pembelaan
Maka menghitung adalah cara membunuh
Jika ini perlawanan
Maka menunda adalah cara kalah
Jika ini perang
Maka menahan segala adalah juang
Sialnya, juangku telah habis
Bahkan sebelum tiba ke bulan

34 | Antologi Puisi Kelas Menulis KERTAS PENA Angkatan III


Maka padamu...
Tempatku pulang dan mengemas segenap rindu
Suatu hari jika ku teruskan datangku lalu gugur,
Kumohon kirimlah tampar sebagai kepulanganku

Setidaknya Ibu, jalanku masih bersisa suah


Kelak kau bisa sebut ia kenangan,
Nama lain yang lebih sayu dari ingatan dan kekalahan

Merindu Pelita dalam Bait Semu | 35


"KITA TERKOYAK"
By. Muliana

Saya telah memainkan komedi itu


Seperangkat lawakan gila,
Bersama si tukang kelakar
Tanpa paham batas

Dari telefon saya dapat suara


Dari kotak itu saya dapat berita
Dari segala alatnya saya dapat dia,
Kecuali wujudmu…

Apa ini?
Rindu saya jadi tercium dusta bersamanya.
Daring mencambuk, mencabut segala pertemuan,
Juga ruang yang semestinya kita rangkul

Haruskah kita jadi babu?


Atau peliharaan zaman yang tunduk melulu,
Tersodok alat dan membuat kita tambah kalah?

Dasar manusia remeh!


Mesin teragung-agungkan
Lalu otak dikantong remuk dengan dalih kemasyhuran
Dasar manusia remeh!
Terkoyak dongeng-dongeng jaya
Yang berujung di sisa tekad berkarat
Kekasihku, sang teknofili
Mendedikasikan waktunya dengan tagar
Ketimbang duduk mendengar puisiku.

36 | Antologi Puisi Kelas Menulis KERTAS PENA Angkatan III


Kumpulan Puisi

Oleh:
“NURUL INSANI. J”

Anggota / Peserta Kelas Menulis Pemula (Online)


Komunitas Rumah Literasi dan Penulis Indonesia
(KERTAS PENA)

Merindu Pelita dalam Bait Semu | 37


TERIAKAN PEMUDA BANGSA
By. Nurul Insani. J

Kami pemuda bangsa


Berikrar sumpah
Berjiwa pahlawan
Kami siap siaga

Teriakan menggema di langit Indonesia


Merdeka...Merdeka...Merdeka
Semangat juang terpancar
Mengalahkan rintangan menghadang

Kami pemuda bangsa


Kobarkan semangat persatuan
Berlandaskan Bhineka Tunggal Ika
Demi Kemerdekaan Indonesia

Teriak sekali merdeka tetap merdeka


Indonesia...Indonesia Negeri Pertiwi
Merah Putih Bendera Indonesia
Cinta dan rasa bangga kami
Persembahkan untuk Indonesia

38 | Antologi Puisi Kelas Menulis KERTAS PENA Angkatan III


CINTA ANAK BANGSA UNTUK INDONESIA
Oleh: Nurul Insani. J

Kami generasi penerus bangsa


Lahir di tanah pertiwi tercinta
Bersama ribuan kisah negeri ini
Kita bangga pada Indonesia

Negeriku, luas kisahmu


Beriringan perjuangan pahlawan bangsa
Gagah berani menghalau tantangan
Tak gentar itulah kebanggaanmu

Kami generasi penerus bangsa


Siap selalu menjaga negeri ini
Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa
Cinta Kami untuk Indonesia

Merindu Pelita dalam Bait Semu | 39


MAHASISWA BARU
Oleh: Nurul Insani. J

Saat masa berganti


Impian tak akan pudar
Waktu mengarahkan segalanya
Detik-detik perjuangan

Hidupkan semangat baru


Cita-cita yang teringinkan tuk dicapai
Semua butuh kesabaran dan doa
Menanti perubahan baru

Rintangan atau hambatan sekalipun


Langkah kaki tak akan mundur
Maju meraih impian demi masa depan
Status Siswa berubah menjadi Mahasiswa

Perjuangan ini, merubahnya seiring waktu


Hari ini, aku menjadi Mahasiswa Baru
Hidupku berubah menjadi baru
Tempat baru dikelilingi teman baru

40 | Antologi Puisi Kelas Menulis KERTAS PENA Angkatan III


PESAN POLITIK
Oleh: Nurul Insani. J

Seketika kesibukan melanda Kota ini


Terdengar berita semata, opini-opinian
Terantar oleh angin pembawa pesan belaka
Khalayak mulai ramai menggosipinya

Seribu ucapan bergentanyangan


Membanyang-banyangi Kota Metropolitan
Bermain-main pada khalayak ramai
Bukan tantangan masih enteng buat para berdasi

Rakyat jelata meminta bukti


Kepada para pengumbar janji
Para orator beraksi di alun-alun kota ini, mengungkapkan
keluh kesah mereka
Tersampaikan ataupun tidak mereka tak akan mundur
Bagi mereka Janji adalah hutang
Harus terbayarkan

Merindu Pelita dalam Bait Semu | 41


PERSAUDARAAN MANUSIA
Oleh: Nurul Insani. J

Nanar mata ini


Dipenuhi beragam kehidupan
Tak kusangka diri ini
Menemukan satu sosok
Sosok kunamai Saudara

Saudara….
Iya… dia Saudara
Bukan sedarah tapi sehati
Hati ikhlas dalam persaudaraan
Tanpa menghiraukan perbedaan ada

Persaudaraan akan terjalin kuat


Jika hati suci saling menerima sisi buruk dan baiknya
Bukan memilih-milih bukan pula membenci
Hingga tak akan mudah tuk dihancurkan
Silaturrahmi kan tetap abadi

42 | Antologi Puisi Kelas Menulis KERTAS PENA Angkatan III


PELITA DALAM KEGELAPAN
Oleh: Nurul Insani. J

Cahaya dalam hidup ini,


Menyakinkanku bahwa Kau telah hadir
Hadirnya Kau Sang Penuntun
Menuntunku melewati dunia ini
Dunia yang penuh tipu daya

Kau menolongku
Dunia sebelumnya kuanggap gelap
Hitam, sunyi, dan senyap
Bagai sebuah ruang hampa

Aku bersyukur tidak lagi disana


Cahaya kau berikan
Menerangi hidup ini
Duniaku berwarna dan bercahaya

Cahaya kau penerang hidupku


Bagiku kau sangat berharga
Senyum bahagia bersamaku
Terima kasih pelitaku

Merindu Pelita dalam Bait Semu | 43


PERBEDAAN BUKAN PENGHALANG
Oleh: Nurul Insani. J

Indonesia negeriku, tanah airku


Beragam bahasa, suku, dan budaya
Terikat satu dalam negeriku
Berlandaskan Bhineka Tunggal Ika

Semangat jiwa kau miliki


Nilai-nilai moral kau junjung tinggi
Keramahan bangsa negeri ini
Indah dan santun dikau negeriku

Indonesiaku….
Terbentang dari Sabang sampai Merauke
Persatuan dan kesatuan tetap terjaga
Indonesiaku, Jayalah Negeriku

44 | Antologi Puisi Kelas Menulis KERTAS PENA Angkatan III


LUKAKU
Oleh: Nurul Insani. J

Perjumpaan tak diharapkan


Kian mendekat padaku
Usaha untuk menjauh
Tak kunjung berakhir

Insan disatukan bersama


Ikatan cinta terjalin begitu dekat
Cinta akhirnya pupus
Hilang dan tak da lagi perasaan

Dalam hati, kini ada luka


Hati tersayat-sayat rasa sakit ini
Menyeka air mata berderai
Tak kunjung berakhir

Tuhan, takdir ada satukan insan


Tapi kepercayaan luntur seketika
Lukaku telah menyakiti hati
Mendalam tak termaafkan lagi

Merindu Pelita dalam Bait Semu | 45


MANUSIA INGKAR
Oleh: Nurul Insani. J

Manusia….
Tercipta di dunia fana ini
Mengembang tugas berat
Membangun dan menciptakan kebaikan

Manusia….
Sejatinya manusia berakhlak mulia
Tapi, terkalahkan oleh hawa nafsunya
Kalah dengan nafsu sendiri

Manusia….
Berbuat dosa dan kerusakan di muka bumi ini
Mendekati larangan-larangan RabbNya
Angkuh, kikir, tak beribadah,
Dan tak tunduk kepada RabbNya

46 | Antologi Puisi Kelas Menulis KERTAS PENA Angkatan III


Kumpulan Puisi

Oleh:
“NURHIJRAH”

Anggota / Peserta Kelas Menulis Pemula (Online)


Komunitas Rumah Literasi dan Penulis Indonesia
(KERTAS PENA)

Merindu Pelita dalam Bait Semu | 47


BUMI PALESTINA
By. Nurhijrah

Bumi Bergejolak
Penuh duka dan airmata
Bumi tertindas
Tempat para mujahid dan mujahidah

Bumi dengan tumpahan darah


Peluru peluru berhamburan di udara
Tubuh tubuh tersayat berserakan
Darah kematian jadi satu

Darinya melahirkan generasi tangguh


Para malaikat kecil bersenjata kan batu
Berhadapan Sang Zionis
Walau harus terbunuh, mati dalam syahid

Bumi palestina
Berharap lirih dalam doa
Menanti haru pelukan sang rabbi
Dengan balasan surga nan abadi

Hijrah, 08 Juni 2019

48 | Antologi Puisi Kelas Menulis KERTAS PENA Angkatan III


KECEWA
By. Nurhijrah

Ku bertanya pada hati ku


Apakah ia mampu tuk kembali percaya
Setelah rasanya mati dalam kekecewaan
Jawabnya...
Ku berat kembali percaya

Keraguan meluap dalam jiwaku


Setelah ia terluka karena kecewa
Sungguh, kecewa itu lebih sakit setelah kesendirian

Hati ku terlanjur kecewa


Hancur dalam kepingan
Ku coba satukan kembali kepingan itu
Namun ia tak seutuh dahulu

Maafkan ku
Jika tak bisa kembali percaya
Pada dirimu sang kekasih

Hijrah, 2 Juni 2019

Merindu Pelita dalam Bait Semu | 49


NEGERIKU
By. Nurhijrah

Tak ada negeri sekaya negeriku


Sawah lautnya terbentang luas
Pohon-pohonnya menjulang tinggi
Suku bangsanya bermacam macam

Tak ada negeri seindah negeriku


Para pelancong berdatangan
Menikmati indahnya pesonamu
Bak surga duniawi...

Kini negeriku…
Dikikis habis si konglomerat
Hingga rakyatmu kian melarat
Runtuh di genggaman sang pemimpin

Rakyat mu ada dalam ketiadaan


Banjir dengan airmata
Jeritan tangisnya tak terdengar sang penguasa

Negeriku berteriak, negeriku menangis


Seisi tubuhnya terampas habis
Hingga tiada tersisa
Negeriku kini mulai menua

Hijrah, 24 Juni 2019

50 | Antologi Puisi Kelas Menulis KERTAS PENA Angkatan III


IBU
By. Nurhijrah

Malam berlalu,
Tapi tak mampu kupejamkan mata di rundung rindu
Wajahmu mengingatkan ku akan surga

Di bumi Allah yang jauh


Angin mengabarkan padaku tentang mu
Katanya....
Semesta menyayangi mu
Hingga takdir membawa mu pergi berkawan tanah..

Ku memilih diam dalam ruang sepi


Mengeja tiap air mata yg jatuh
Inilah hati ditinggal sendiri
Ada jiwa merela, juga harus terluka
Ada hati melepas walau akhirnya berduka..

Ibu..
Ku gumam namamu demi kuatkan jiwa
Ada gema rintihan terdengar dalam gelisah
Kini, dirimu dalam kenangan
Namun cintamu dalam genggaman ..

Tanah duka penuh airmata


Dalam lirih ku ucap doa
Selamat jalan Ibundaku ..

Hijrah, 24 Mei 2019

Merindu Pelita dalam Bait Semu | 51


LUKA
By. Nurhijrah

Aku menari-nari
Dalam kubangan kesedihan
Bergelayut dalam rimbun kedengkian
Gelisah di pekat malam dingin

Kesedihanku larut di kedalaman hatiku


Dengan sadar kau tancap pilu perasaan ku
Kata kata mu tumpah
Menikam hatiku

Ku terluka karena mu
Mencoba kuatkan diri ini
Hadapi resah pilu
Bangkitkan semangat diri

Dengan mu tak ada lagi senda gurau


Ku ingin terbebas
Dari jerat luka karena mu

Hijrah, 2 Juni 2019

52 | Antologi Puisi Kelas Menulis KERTAS PENA Angkatan III


AIRMATA CINTA
By. Nurhijrah

Kujalani hari dengan cinta


namun ia menyemaikan luka
Ku jalani hari dengan kasih
Namun kekasih menyemaikan kecewa

Andai nuraniku tak teriris sembilu


Kan ku telusuri lembah pagi
Memeluk ketenangan jiwa
Menjemput suasana damai

Ku biarkan rasa ku mati


Selalu teringat tentang mu
Hanya luka tersirat
Membulir pilu di mata basah

Kini luka-luka ku kian melebam


Se irama pisau...
Kau tancap sangat dalam

Hijrah, 22 Mei 2019

Merindu Pelita dalam Bait Semu | 53


CEMBURU
By. Nurhijrah

Di kedalaman hatiku
Ada rasa menyeruak
Memenuhi rongga sesak dadaku

Sendiri berteman sepi


Ku coba tepiskan rasa ini
Saat kau jauh dari ku
Benarlah aku cemburu

Wahai angin
Kabarkan padanya
Mengapa ia menciptakan perasaan ini
Menyisakan kegelisahan dalam hati

Ku tak berdaya melawan rasa ini


Cobalah mengerti perasaan ini
Ku ingin kau di sini bersama ku
Sebagai pengobat rasa cemburu ku

Hijrah, 2 Juni 2019

54 | Antologi Puisi Kelas Menulis KERTAS PENA Angkatan III


AMARAH
By. Nurhijrah

Bak api berkobar


Membakar segala yang ada
Meluap dalam diri
Hingga berlaku keji

Seumpama racun
Membunuh semua cinta dalam jiwa
Hingga menjadikannya benci

Menghapus semua kebaikan


Merasuk sukma menikam hati
Hingga tak perduli
Pada nurani yang hampir mati

Wahai amarah
Bergegas lah pergi
Karena mu ku tersiksa
Menjadikan akhlak kian ternoda

Galesong, 15 Juni 2019

Merindu Pelita dalam Bait Semu | 55


56 | Antologi Puisi Kelas Menulis KERTAS PENA Angkatan III
Kumpulan Puisi

Oleh:
“HAERUDDIN”

Anggota / Peserta Kelas Menulis Pemula (Online)


Komunitas Rumah Literasi dan Penulis Indonesia
(KERTAS PENA)

Merindu Pelita dalam Bait Semu | 57


APA KABAR WAKIL RAKYAT
By. Hae’ Azzam

Apa kabar wakil rakyat


Kami berharap engkau sehat
Agar mendengar kami menjerit
Sana-sini harga melangit

Apa kabar wakil rakyat


Kami berharap engkau sehat
Agar bisa berkunjung
Menikmati kemalaratan tak berujung

Apa kabar wakil rakyat


Kami berharap engkau sehat
Siap berjuang untuk rakyat
Sebagaimana janjimu demi kepentingan rakyat

Apa kabar wakil rakyat


Kini, kami sekarat
Sana-sini hidup melarat

Apa kabar wakil rakyat


Semoga sengkau sehat
Mendengar jeritan pahit
Kami menantimu meski bukan waktu tak tepat

Takalar, 07 Juni 2019

58 | Antologi Puisi Kelas Menulis KERTAS PENA Angkatan III


AROMA BAGI-BAGI
By. Hae’ Azzam

Begitu enaknya berbagi


Tak ada bukti memberati
Jikapun ada oknum memerangi
Bui menjadi taruhan diri

Sana-sini
Uang rakyat dibagi-bagi
Tak ada pemberi kompensasi
Hati rakyat tersakiti

Uang rakyat dibagi-bagi


Bukankah itu korupsi?
Perbuatan terlaknat
Penghancur masa depan rakyat

Takalar, 10 Juni 2019.

Merindu Pelita dalam Bait Semu | 59


BUI MENANTI
By. Hae’ Azzam

Perselisihan terjadi sana-sini


Perkelahian terjadi setiap hari
Tak ada lagi sisi manusaiwi
Masing-masing sibuk urus diri sendiri

Tak ada lagi saling menghormati


Kasih sayang seakan pudar dimakan hari
Tak mengasiahi
Meski harus dikasihani.

Sana-sini semua terdzalimi


Maksud hati ingin memperbaiki
Apa daya hukuman menanti

Hati rakyat tersakiti


Rakyat miskin terhakimi
lalu menanti mati dalam bui

Takalar, 07 Juni 2019

60 | Antologi Puisi Kelas Menulis KERTAS PENA Angkatan III


SURAT DARI TUHAN
By. Hae’ Azzam

Kuterima sebuah surat


Surat dari tuhan, katanya
Surat buat sang hamba
Yang kini diperbdaya

Surat dari tuhan


Berisi perdamian
Melerai pertikaian
Mempererat persaudaraan

Surat dari tuhan


Pesannya masuk ke dalam jiwa
Membersihkan hati
Memberihkan sakit hati

Dipesankannya kepada manusia


Bacalah dan sampaikan kepada manusia
“Ini, petunjuk bagi orang yang bertakwa”
Qur’an surah al-baqarah ayat dua

Takalar, 08 Juni 2019

Merindu Pelita dalam Bait Semu | 61


UNTUK MALAM
By. Hae’ Azzam

Malam,
Hati selalu menantimu
Sebab dengan datangmu
Tubuh siap aku rebahkan

Malam,
Kau detang membawa kegelapan
Seperti gelapnya masalah hidup saat ini

Malam,
Ku ingin kau bersamaku
Belajar bersamamu
Tentang hadirmu yang selalu dirindu
Dengan cahayamu yang selalu menyinari dalam kegelapan

Malam
Sampaikan kepadanya
Lewat angin dingmu
Ada yang merindukannya.

Makassar, 17 November 2017.

62 | Antologi Puisi Kelas Menulis KERTAS PENA Angkatan III


DANSA HUJAN
By. Hae’ Azzam

Hujan
Kau hadir dengan cinta
Hadir dalam hati perindunya
Hadir di hati orang-orang terjaga

Hujan
Kau hadir dengan air suci
Berbarengan suasana dingmu
Higgu hati yang terdu terselimuti

Hujan
Pengikat hati yang merindu
Dalam halaqah di tengah ritik hujan yang berdansa
Tak ada masalah, karena ditanggung bersama

Hujan,
Ku harap kau selalu hadir
Membawa kasih sayang dari-Nya
Hingga puisi ini menjadi pesan untuknya.

Makassar, 09 Nopember 2017.

Merindu Pelita dalam Bait Semu | 63


64 | Antologi Puisi Kelas Menulis KERTAS PENA Angkatan III
Kumpulan Puisi

Oleh:
“ABDUL JALIL MATTEWAKKANG”

Anggota / Peserta Kelas Menulis Pemula (Online)


Komunitas Rumah Literasi dan Penulis Indonesia
(KERTAS PENA)

Merindu Pelita dalam Bait Semu | 65


PUASA BERSAMA ANAK
By. AJM

Beri contoh bukan memarahi


Lakukan dulu sebelum menyuruh
Tak ada hal yang tak bisa
Jika dilatih dan dibimbing

Jika anak ikuti jejak ayah


Karena ia cerminang
Untuk perilaku hidup
Berkahlak tidaknya
Sosok orang tua jadi penentu

Beban berat dipikul


Sesal dikemudian hari
Jika ia salah jalan
Orang tua yang kena dosanya

Pertama kali ajarkan puasa


Menjelang dhuhur ia berbuka
Menahan lapar namun haus tak sanggup
Cukup itu jadi pembelajaran

Ajarkan sederhana
Walau tak seutuhnya
Kelak akan jadi pelita
Pun banyak derita

66 | Antologi Puisi Kelas Menulis KERTAS PENA Angkatan III


LITERASI RAMADAN
By. AJM

Geliat membaca ditengah kehausan ilmu


Jejeran buku tersusun indah
Di atas mobil menyusuri lorong-lorong desa
Sembari berkoar mengajak generasi bangsa membaca

Tak kenal waktu maupun lokasi


Ajakan bukber demi literasi tersaji indah
Menyusun kata berbait puisi
Ungkapan rasa atas curahan hati

Membaca panggilan agama


Ayat pertama diturunkan yakni “Iqra”
Lantunan ayat-ayat Al-qur’an
Terdengar syahdu dan menggetarkan hati

Berpuasa tak surutkan semangat membaca


Haus dan lapar jadi teman setia
Halaman demi halaman tersusun rapi
Untaian kata bermakna penambah dahaga pengetahuan
Demi tambahan kosa kata retorika

Tak ada aral melintang


Semangat juang tetap berkobar
Wujudkan generasi melek literasi
Walau di bulan suci ramadan

Merindu Pelita dalam Bait Semu | 67


MALAM 1000 BULAN
By. AJM

Malam-malam ganjil Ramadan


Masjid-masjid bergemurah
Suara tasbih dan lantunan bacaan Al-qur’an
Menggema menyeruak ke langit

Semangat ibadah terus mengalir


Detik-detik perjuangan hampir usai
Namun tak surutkan gapai ridho ilahi
I’tikaf di masjid solusi dekatkan diri dengan-Nya

Keheningan malam sunyi


Redup, dingin dengan angina sepoi-sepoi
Menyelimuti hati menembus jantung
Ingatkan dosa-dosa yang lalu

Di malam itu
Kalimat zikir dan istighfar
Berkecamuk dan mengoceh dalam sanubari
Sembari duduk tafakkur di sajadah suci

Berharap bertemu malam lailatul qadar


Malam yang lebih baik dari 1000 bulan
Ibadah setara dengan 80 tahun
Menuntun hati, sikap dan perilaku taubat nasuha

68 | Antologi Puisi Kelas Menulis KERTAS PENA Angkatan III


SAHUR
By. AJM

Ajakan bangun dini hari


Lewat toak-toak masjid bergemuruh
Pukulan kentongan dan bedug menghiasi jalan-jalan
Terikan, sahur… sahur… sahur…

Kebiasaan di bulan suci Ramadan


Penat mata masih terpejam
Ngantuk tak kuasa di bending
Semangat siapkan makanan sahur tetap menggelora

Ibu… istri… wanita…


Semua sibuk menyaipkan santap sahur
Dapur dan kesunyian
Jadi teman dinginnya malam

Sesakli menggerutu, sesakli memanggil


Kadang pula marah-marah
Jika sahutan dan panggilan tak dijawab

Perlahan namun tersedia


Jajanan makan sahur
Tersusun cantik, indah di pandang mata
Lezatnya dipandang mata hingga menghiasa perut
Demi tujuan berpuasa, dimulai dengan niat
Sahurku… untuk puasaku

Merindu Pelita dalam Bait Semu | 69


TANGISAN MERINDU
By. AJM

30 hari bersama
Hari terlalui begitu cepat
Sejengkal asa demi harapan mulia
Menunggu beduk demi hapus dahaga

Deretan jajanan manis


Hiasi waktu berkejaran ibadah
Tafakkur di deretan shaf masjid
Jalankan perintah atas ridho-Nya

Buka…. Imsyak… Sahur


Untaian kata menyeruak alam
Membelah langit di sepanjang waktu

Berlomba bukan untuk dapat piala


Berkompetisi bukan untuk pamer
Madrasah diri rajut rahmat
Kunkung diri tahan hawa nafsu

Kini…
Gema takbir menggelegar sejagad raya
Petanda ia kan pergi
Tangisan senduh… sujud mendoa untuk bertemu
Kala diri bergelimangan dosa
Tangis…. Merindu bertemu kembali
Kala waktu menjawab jika tak mendahului

30 Ramadan 1440 H

70 | Antologi Puisi Kelas Menulis KERTAS PENA Angkatan III


Kumpulan Puisi

Oleh:
“HASBAR MARANNU”

Anggota / Peserta Kelas Menulis Pemula (Online)


Komunitas Rumah Literasi dan Penulis Indonesia
(KERTAS PENA)

Merindu Pelita dalam Bait Semu | 71


GADIS DARI MALANG
By. Hasbar Marannu

Masih terbayang tentangmu


Tentang nikmat tuhan yang pernah kutemukan
Mengiringi senyumanku hingga saat ini
Bersama dalam bayang-bayangmu

Bayangan tatapanmu
Aku seolah terjebak
Tak mampu berpaling
Hanya bisa mengindahkanmu

Bayangan senyumanmu
Aku seolah terbungkam
Tak mampu bicara
Hanya bisa bicara tersenyum

Dikejauhan
Aku selalu berdoa
Semoga tuhan mempertemukan kita
Agar kuceritakan betapa indah dirimu

Hasbar Marannu, Samata 21 Mei 2019

72 | Antologi Puisi Kelas Menulis KERTAS PENA Angkatan III


RAMADAN, DATANGLAH KEMBALI
By. Hasbar Marannu

Bulan Ramadan…
Tatkala setan dibelenggu
Nyawa menjadi mendung
Terkunkunglah amarah
Berubah menjadi sendu

Bulan Ramadan…
Tatkala berpuasa
Tempat penghapus dosa
Menenangkan diri dengan cinta yang terasa

Bulan Ramadan…
Tatkala Al-qur’an di lafadzkan
Hati jadi tentram terhanyut syair ilahi
Iringan sabar menunggu beduk
Adzan dikumandangkan penanda buka puasa

Bulan Ramadan…
Tatkala engkau kan pergi
Ku harap bertemu lagi
Atas kuasa ilahi
Ditahun yang akan datang

Merindu Pelita dalam Bait Semu | 73


WAJAH PENDIDIKAN INDONESIA
By. Hasbar Marannu

Pagi hari bersama suguhan the manis


Harapan terpikir perlahan
Kuseduh hanyatnya merasuk ke dalam tubuh
Penghantar akal pikir merujuk ke lentingan tangan

Tanpa sadar menikmati garis-garis


Memancarkan wajah yang tergambar
Terpaksa kupajang di langit-langit rumah
Agar hari ni lebih terang

Sambal tersenyum aku bergegas


Melangkah sembari berharap
Dalam bisikan hati seterang wajah

Tidak lagi gelap dan buram


Bukan lagi berita duka dan kecewa
Tapi kebanggan atas kesungguhan
Tentang wajah pendidikan negeriku

74 | Antologi Puisi Kelas Menulis KERTAS PENA Angkatan III


KUTEMUKAN INDONESIA DI SECANGKIR KOPI
By. Hasbar Marannu

Seduhan pagi ini


Menyatukan beragam rasa
Hitam, aroma, pahit berubah jadi manis
Rasa mengalir dari ujung lidah hingga puncak akal

Hitamnya…
Seakan menggambarkan wajah indonesia
Gelap kelam dan kental sehabis politik
Duka luka terjadi akbiat perpecahan

Aromanya…
Seakan menusuk ke hidung
Menyengat, membuka mata
Berharap tak ada angin kencang memperluasnya

Pahit menjadi manis


Seakan kekurangan gula
Berharap ada yang mampu memaniskan suasananya
Hingga mampu menenangkan segala perasaan

Merindu Pelita dalam Bait Semu | 75


HEI MAWARKU
By. Hasbar Marannu

Hey mawarku
Kau keindahan terindah ditaman ini
Menebarkan aroma, menghidupakan cinta
Terlalu sempurna untuk kupetik

Hey mawarku
Kau tajam, durimu terlalu kuat
Sesekali melukaiku tanpa kau sadari
Walau tajam tetap kau terindah bagiku (tanpa dusta)

Hey mawarku
Aku sadar melati disampingmu
Jauh lebih pantas bagimu
Lupakanlah aku abaikanlah aku (tak pantas)

Anggaplah aku daun gugur yang jatuh dari tangkainya


terbawa angin terbang tanpa tahu arah
sesekali terhampas dari bebatuan
hingga hancur menjadi tanah, terlupakan

Samata, Jumat 14 Juni 2019

76 | Antologi Puisi Kelas Menulis KERTAS PENA Angkatan III


Kumpulan Puisi

Oleh:
“MUH. ALWI NAWAWI”

Anggota / Peserta Kelas Menulis Pemula (Online)


Komunitas Rumah Literasi dan Penulis Indonesia
(KERTAS PENA)

Merindu Pelita dalam Bait Semu | 77


KERINDUAN
By. Muh. Alwi Nawawi

Tak ada lagi pancaran sinar itu


Menapaki bukit meninggi
Sang matahari tersipu malu
Merekah indah bersama tetesan embun

Seiring waktu
Mata engan terpejam
Bayangi sosok indah dalam khayal
Wajah berseri penghias tidur

Tak kau rasakan


Betapa merindunya hati ini
Paras wajahmu, raut senyummu
Pelipur lelah di penantian

Terpisah jarak
Terjangkau hati
Dibelanggu asmara
Dimusnahkan jalan berliku

78 | Antologi Puisi Kelas Menulis KERTAS PENA Angkatan III


GURU
By. Muh. Alwi Nawawi

Wahai Guru engkaula sosok pahlawan bagiku


Guru kau akan selalu hidup dalam benakku
Guru kita adalah satu zat satu urat
Dalam kata-katmu ada senyumku
Dalam senyum dan rinduku ada bayangmu

Guru engkau adalah pahlawan kukagumi


Guru kau sinari jalan gelapku
Dengan ilmu pengetahuan darimu
Kala aku mengacuhkanmu
Kau tak pernah mengeluh pun menyerah

Wahai guru.......
Kau adalah pahlawan tak mengharap balas
Kau pahlawan tanpa lencana
Kau adalah pahlawan tanpa tanda jasa
Jasamu kan ku semat sepanjang hidupku

Merindu Pelita dalam Bait Semu | 79


RASA YANG TERTINGGAL
By. Muh. Alwi Nawawi

Bila asmara telah tiba


Merenggut nafas di jiwa
Menyebar kedalam rasa
Terbakar dalam dada

Dapatkah Ku mengatakan
Perasaan yang ku punya
Untuk Mu seorang wanita
Pemilik hati yang kucinta

DapatkahKu memeluknya
Menjadikan bintang disurga
Memberikan warna indah
Di lubuk hati yang lara

Aku tak mampu mengatakan


Aku tak mampu mengungkapkan
Hingga sampai saat ini
Perasaan tlah tertinggal

80 | Antologi Puisi Kelas Menulis KERTAS PENA Angkatan III


RAPUH
By. Muh. Alwi Nawawi

Detik waktu terus berlalu


Terhias gelap dan kesunyian
Tubuh pun seakan jatuh
Dihempas badai yang lalu

Suka dan duka


Tangis dan tawa
Tegores bagai lukisan

Seribu mimpi berjuta sepi


bagai teman sejati
Dalam resah dan air mata
Diantara lelahnya jiwa

Meski kurapuh dalam langkah


Kadang hati tak sejiwa
Dalam dada kuharap hanya
Kekuatan tuk hadapi semua

Merindu Pelita dalam Bait Semu | 81


KEGELAPAN HATI
By. Muh. Alwi Nawawi

Di hening malam kusendiri


Tak seorang ku temani
Hatipun kian sepi
Tak terbendung melanda hati

Ku coba merangkai mimpi


Dalam hati gelap ini
Namun tak seindah pelangi

Langkah demi langkah


Suara hati tak sejiwa
Dalam hati ku bertanya
Pada siapa ku berserah

Malam tanpa mimpi


Hitam kelam membumi
Hidup tak berarti
Hati yang gelap ini

82 | Antologi Puisi Kelas Menulis KERTAS PENA Angkatan III


Kumpulan Puisi

Oleh:
“SRI AYU PRATIWI”

Anggota / Peserta Kelas Menulis Pemula (Online)


Komunitas Rumah Literasi dan Penulis Indonesia
(KERTAS PENA)

Merindu Pelita dalam Bait Semu | 83


HUJAN DAN CERITA BELUM USAI
By. Sri Ayu Pratiwi

Dan lalu semua terlihat baik-baik saja


Dan lalu kita selalu bersama
Dan lalu harapan menghiasi hariku
Sampai pada suatu titik dimana harapan
Hanya menjadi khayalan
Tidak akan pernah menjadi kenyataan

Hujan...
Bawalah ceritaku ini pergi jauh ke samudra altlantik
Agar jadi beku dan tidak akan cair
Membasahi pikiran ini

Biarkan aku mengenangmu


Selama aku inginkan
Karena bila tiba saatnya melupakanmu
Pikiranku sudah menjauh

Sendiri!
Sendiri bukan berarti tidak menyenangkan
Sendiri bukan berarti tidak membahagiakan
Terkadang memilih sendiri jauh lebih menyenankan
Daripada bersama namun terasa jauh
Namun hanya luka didapat

Dan akhirnya kini


Sekedar untuk menyapa dirimu saja
Aku tidak akan pernah bisa
Terimakasih untuk semuanya...
Malamku turun hujan lagi

84 | Antologi Puisi Kelas Menulis KERTAS PENA Angkatan III


BIRU DI LANGIT YANG CERAH
By. Sri Ayu Pratiwi

Itulah sebuah kalimat


Yang mewakili perasaanku sekarang
Setelah mengetahui bahwa...
Seperti halnya pelangi
Yang datang dengan membawa kebahagiaan
Lalu pergi menyisakan kehilangan...

Mungkin sampai disini,


Mungkin ini karma yang kudapat
Dari masa lalu yang kupermainkan
Kadang hidup tak sesuai dengan harapan
Tetapi berharap tak selalu salah

Terimakasih...
Setidaknya dalam hidup ini aku bisa mengambil pelajaran
Dari sakit yang kau beri
Setidaknya aku pernah membuatmu tertawa
Dengan kebodohanku

Ku kecewa pada diriku sendiri


Tak seperti halnya dia yang selalu ada untukmu
Yang selalu bisa membuatmu nyaman...

Ku tak akan mampir lagi seperti sedia kala


Disaat kita pertama berjumpa

Merindu Pelita dalam Bait Semu | 85


Akhirnya biru kembali padaku
Seperti hari hari kemarin
Senja yang datang tak seperti pelangi
Yang selalu indah,

Rasa ini tak lagi tersimpan dalam hati,


Air mata tak mungkin lagi berbicara tentang rasa
Bawa aku pulang ke tempat berteduh hati dikala biru ...

Rindu…

86 | Antologi Puisi Kelas Menulis KERTAS PENA Angkatan III


HARAPAN
By. Sri Ayu Pratiwi

Segelintir kata penuh makna


Membakar jiwa untuk bergerak lebih cepat
Dan berusaha keras… mengapa?
Karena,
Dalam hidup ini
Kita ingin selalu berusaha menjadi yang terbaik,
Agar tidak dikecewakan
Dengan menjadi yang terburuk...

Berusaha sekuat tenaga


Meskipun sampai pada suatu titik
Dimana hanya tinggal secercah harapan tersisa,
Yang orang lain memandangnya
Sebagai suatu ketidakpastian untuk dicapai

Walau terkadang hasil akhir


Tidak selalu memuaskan,
Teruslah belajar, menembus keterbatasan,
Melampaui kemampuan sesungguhnya
Bagi kita ini yang bukan pewaris tahta harapan
Hanya bisa diraih dengaan cara berusaha untuk mengerti

Merindu Pelita dalam Bait Semu | 87


KAMU
By. Sri Ayu Pratiwi

Denganmu aku mengerti cara berfikir yang baik,


Bukan dengan banyak menggunakan segala bentuk materi
Semua permasalahan selesai
Bukan…

Tetapi dangan cara memaknai hidup lebih sederhana,


Menurunkan tingkat gengsi dihadapan seluruh manusia
Tak menuntut hidup
Yang harus selalu mengikuti pergerakan zaman
Dimana manusia itu berada

Denganmu aku mengerti banyak cara bagaimana tertawa


Bukan dengan berhura-hura,
Menghambur-hamburkan rezeki
Yang dititipkan tuhan kepada kita
Untuk hal yang tidak berguna
Bukan...

Tetapi dengan hal-hal kecil yang sederhana


Dengan menandai apa yang diberi
Benar-benar menjadi kebutuhan hidupku sekarang
Dan yang akan datang

Selain kamu, aku tak pernah sebahagia ini...


Memiliki kamu
Cukup…

88 | Antologi Puisi Kelas Menulis KERTAS PENA Angkatan III


AKHIR DARI SEBUAH PERTEMUAN
By. Sri Ayu Pratiwi

Kini...
Aku mengerti dengan keadaanku sekarang saat ini
Melepasmu bukan berarti menyiksaku
Hanya saja membebaskan indahnya kenangan
Dan harapan tentang kita

Nanti bila tiba saatnya


Kita akan temukan alasan yang paling tepat
Untuk berjuang
Jika telah tiba saatnya,
Genggamlah erat tanganku
Walaupun ini yg terakhir kali
Karena sesuatu yang istimewa tidak akan datang
Untuk kedua kalinya

Akhirnya...
Untuk esok yang lebih bahagia

Berbahagialah saat ini sedih itu wajar,


Marah itu biasa, kecewa itu sudah sepantasnya
Tapi seperlunya saja
Bahagia yang harus dilebihkan bukan tertawa terbahak
Tapi bahagia karena telah menjalani hidup sejauh ini
Dengan penuh rasa syukur
Agar ketika esok sedih menyambangi,
Kau akan bersyukur
Telah merasa bahagia dilain hari

Merindu Pelita dalam Bait Semu | 89


Dan tenanglah,
Jika semesta mempertanyakanmu
Kupastikan kau sudah menjadi bagian terpenting
Yang sudah kuikhlaskan.

90 | Antologi Puisi Kelas Menulis KERTAS PENA Angkatan III


Kumpulan Puisi

Oleh:
“ABDUL RAHMAT”

Anggota / Peserta Kelas Menulis Pemula (Online)


Komunitas Rumah Literasi dan Penulis Indonesia
(KERTAS PENA)

Merindu Pelita dalam Bait Semu | 91


PEJUANG BUKAN DI KURSI JABATAN
By. Abdul Rahmat

Saudaraku...
Pemilu sudah berlalu
Namun, kau masih memilu
Ku hibur kau dengan nyanyian
Namun, kau balas dengan tangisan

Cukup saudaraku
Kau adalah pejuang
Moral tak kau jual
Karena bukan pengemis suara

Saudaraku...
Lihat! Lihatlah mereka!
Melegalkan politik uang
Membeli suara rakyat
Mendapatkan kursi berkuasa
Jabatan sebagai baju
Untuk meraup uang rakyat

Saudaraku...
Bangkit dan banggalah
Kau seorang idealis
Pejuang rakyat

Saudaraku...
Lanjutkan langkahmu
Meski tidak di kursi jabatan
Demi kesejahteraan rakyat

92 | Antologi Puisi Kelas Menulis KERTAS PENA Angkatan III


REDUP ATAU PANAS KERAS
By. Abdul Rahmat

Redup… Panas keras


Secarik kain kekasih
Lepas melayang jatuh
Terendam busuk di rawa

Tajam mata pantau sekitar


Pasang badan merayap pun jadi
Medan alot bukan masalah
Kepal tangan simbol sukma

Redup… Panas keras


Peduli kekasih panggilan batin
Luka memar tidak penting
Jiwa tetap di badan, maju tak gentar

Redup… Panas keras


Tak usah dihiraukan
Selamatkan ibu pertiwi
Kekasih tercinta di kandung badan

Merindu Pelita dalam Bait Semu | 93


KORAN DAN PENDIDIKAN
By. Abdul Rahmat

Mentari sebagai payungmu


Aspal sebagai alas kakimu
Tetes keringan basahi bajumu
Tetap berjalan menenten koranmu

Lampu hijau waktu istirahatmu


Lampu merah waktu kerjamu
Langkah kau percepat
Tawarkan koran kepada pengendara

Mereka tahu kau penjual koran


Tak tahu kau sebantang kara
Berjuang untuk satu perkara
Bertahan hidup dari setumpuk koran

Usai waktu liburmu


Kau kembali bersekolah
Namun tak putuskan rehat jualan koran
Tawarkan kepengendara untuk uang jajanmu

Kau anak laki-laki usia 16 tahun


Sebatangkara di Usia muda
Menempuh pendidikan dengan semangat
Hasil dari menjajakan koran
Untuk menyambung hidup dan sekolahmu.

94 | Antologi Puisi Kelas Menulis KERTAS PENA Angkatan III


LENTERA REDUP
By. Abdul Rahmat

Arrgghhh!!!
Lentera redup peduli tidak
Tak hiraukan gelap kembali
Datang cengengesan salah dibuat

Sedang nyata masih tidak sadar


Sandiwara depan khalayat
Bertingkah bagai raja mahkota
Cengengesan, cengengesan, cengengesan

Hey!!!
Lindung tangan cahaya lentera
Teriak khalayak dengarkanlah
Tutup telinga hingga berlalu

Redup, redup, redup


Redup cahaya lentera itu
Di balai semayam dulu berdamai
Sebentar lagi gelap terasa

Merindu Pelita dalam Bait Semu | 95


96 | Antologi Puisi Kelas Menulis KERTAS PENA Angkatan III
Kumpulan Puisi

Oleh:
“ABDUL SALAM SAPUTRA”

Anggota / Peserta Kelas Menulis Pemula (Online)


Komunitas Rumah Literasi dan Penulis Indonesia
(KERTAS PENA)

Merindu Pelita dalam Bait Semu | 97


SKENARIO SAPARATIS
By. Abd. Salam Saputra

Sebut saja pesta demokrasi


Oposisi mengecam
Petahana membela diri
Rakyat tidak henti menjerit
Terbelenggu didalam keambiguan

Dalang saparatis menari diatas serpihan negeri


Menjadi parasit dalam sucinya demokrasi
Refendum perpisahan kian mewarnai
Malam afirmatif siangnya oposisi

Sadarkah sang pionir yang diadu?


Ketika sangkur telah tercabut
Ketika lantunan suara sumbang mencipta kabut
Dan ketika itulah mereka saling menikam

Tiada pelerai
Mereka membiarkan darah menutupi tanah air
Entah mengapa hal ini menjadi tabu
Skenario saparatis

98 | Antologi Puisi Kelas Menulis KERTAS PENA Angkatan III


OMBAK KEPUTUSASAAN
By. Abd. Salam Saputra

Ditengah lautan harapan ku berlayar


Diterpa angin menerjang lekuk gelombang
Ku berpegang pada tiang diatas kapal
Terombang ambing tak tau arah

Makin jauh kuarungi samudera


Kadang tawa membisik dikalang tanya
Siapa aku? Dimana aku?

Di tengah teriknya cahaya aku hilang tak berarti


Datang gelapnya malam
Bahkan aku tak mampu menjadi bintang
Ditengah frustasi merasa tak berguna
Hanya bisa berharap dibawa ombak ketepian

Merindu Pelita dalam Bait Semu | 99


KURSI AMBISI SANG AKTOR
By. Abdul Salam Saputra

Ketika benci dan dendam berkuasa


Silang sengketa dimana-mana
Perpecahan kian meraja
Tragis nampaknya negeriku yang ada

Ini semua karena kursi itu


Kursi pemecah bhinneka
Kursi sang penguasa
Yang menghanyutkan tunggal ika

Berdalih demi kepentingan bersama


Bualan cinta akan persatuan
Semuanya hanya antonim
Dari realita yang akan datang

Lihatlah hasilnya
Dimana letak persatuan?
Dimana letak kepentingan bersama?
Semua hanya kepalsuan

100 | Antologi Puisi Kelas Menulis KERTAS PENA Angkatan III


KOTA MALAM
By. Abdul Salam Saputra

Ketika ku sendiri ditengah metropolitan malam


Ditengah hingar bingarnya jeritan putus asa
Mereka anak-anak jalanan tak henti berjuang
Melawan kerasnya realita kehidupan

Kulihat harapan dimata mereka


Kulihat sayup-sayup impian terpancar
Tapi kemudian cita-cita meredup
Tak ada yang bisa mereka perbuat

Setiap langkah dan harapan anak bangsa


Hancur dan runtuh tiada reda
Menyisakan puing-puing harapan besar
Mengharap rangkulan sang penguasa

Apalah daya
Janji demi janji akan pendidikan
Buaian harapan akan kemakmuran
Semua menghilang tergerus keserakaan

Merindu Pelita dalam Bait Semu | 101


102 | Antologi Puisi Kelas Menulis KERTAS PENA Angkatan III
Kumpulan Puisi

Oleh:
“NUR KHALISAH”

Anggota / Peserta Kelas Menulis Pemula (Online)


Komunitas Rumah Literasi dan Penulis Indonesia
(KERTAS PENA)

Merindu Pelita dalam Bait Semu | 103


MIMPI DAN HARAPAN
By. Nur Khalisah

Ku berjalan menyelusuri jalan


Terlihat anak-anak belajar di kolong jembatan
Berseru dengan riangnya
Tatkala mengeja huruf alfabet

Harapan mereka tak sesuai kenyataan


Impian mereka direnggut
Biaya menjadi kendala
Pendidikan pun menjadi ladang bisnis

Tidakkah engkau tersentuh


Tatkala tempat kumuh menjadi sekolah
Masih beku kah engkau
Ketika buku tua dan usang
Seolah menjadi media layak

Masih sedikit orang berhati mulia


Membantu dan merangkul mereka
Membimbing menuju cahaya kehidupan
Membuat mereka menjadi orang berilmu

Makassar, 30 April 2019

104 | Antologi Puisi Kelas Menulis KERTAS PENA Angkatan III


LENTERA YANG PADAM
By. Nur Khalisah

Gundukan tanah dimana-mana


Terlihat batu nisan yang bertulisakan sebuah nama
Tempat lenteraku terkubur

Terimakasih guruku
Telah mengajarkanku banyak hal
Meski kita sekarang berbeda dunia
Jasamu akan selalu ku kenang

Maafkanku yang dahulu


Telah mengajarkan ku banyak hal
Membuatmu marah
Namun kau tetap sabar mengajarku

Kini ku telah menjadi orang berhasil


Orang yang berilmu dab berpendidikan luas
Tak di pandang sebelah mata
Karena mebgetahui banyak hal

Makassar, 30 April 2019

Merindu Pelita dalam Bait Semu | 105


SANG PEMIMPIN
By. Nur Khalisah

Sosok bertanggung jawab


Memegang amanah teramat besar
Membawa beban dipundak
Memegang kendali tak terbantahkan

Wahai sang pemimpin


tegaslah kau dalam mengambil keputusan
Tegakkanlah keadalin
Bahkan walau darahmu mengalir didalamnya

Hukumlah jika ia salah


Berilah ganjaran setimpal
Jangan pernah engkau berat sebelah
Kembalikan hal dirampas

Duhai sosok memerintah


Janganlah engkau lalai dari tugasmu
Berikan urulan tanganmu
Rangkullah rakyatmu

Tuntunlah mereka
Bantulah mereka
Agar negeri kau pimpin
Semakin makmur dan berjaya

Makassar, 30 April 2019

106 | Antologi Puisi Kelas Menulis KERTAS PENA Angkatan III


TIM PENULIS

Merindu Pelita dalam Bait Semu | 107


BIODATA DIRI PENULIS

Muliana. Biasanya di panggil Ana, Mimaf, Cumi, Nana,


oleh sahabat-sahabatnya. Dilahirkan di Kota Sengkang,
Kabupaten Wajo Sulawesi Selatan pada tanggal 27 januari
2002. Dari pasangan Mulyadi dan Rahmatiah, dua makhluk
dibumi yang selalu tabah dan memiliki sisi teduh di telapak
tangan dan kakinya. Sosok pengarang alumni SMAN 7 Wajo
ini memiliki Hoby menulis dan cita-citanya pun ingin menjadi
penulis.
Menyenangi Chairil, fajar, dan hujan adalah salah satu
bagian dari masalah hidup yang tak akan pernah dia benci.
Ketiganya selalu memacunya untuk berpikir bebas dan
terbuka. Selama 17 tahun, kehidupan mengajarkannya
memiliki 2 kekasih yaitu bayangan dan puisi. Tapi lambat
laun ia mafhum bahwa rupanya cinta yang sebenarnya
adalah tuhan dan ada pada tuhan.

108 | Antologi Puisi Kelas Menulis KERTAS PENA Angkatan III


BIODATA DIRI PENULIS

Rapiahtul Hikmah Wahid lahir pada di Galesong,


tanggal 11 November 1992. Penulis merupakan lulusan
Penelitian dan Evaluasi Pendidikan di Pascasarjana
Universitas Negeri Makassar (UNM). Penulis menyelesaikan
pendidikan di SDN Inpres 115 Galesong Selatan lulus tahun
2004, SMPN 2 Galesong Selatan lulus tahun 2007, SMAN 1
Galesong Selatan lulus tahun 2010 dan menyelesaikan
Program Sarjana pada Jurusan Kimia Biligiual FMIPA UNM
tahun 2014.
Sampai saat ini, penulis masih aktif menjadi pengajar
di SMAN 2 Galesong Selatan (SMAN 13 Takalar). Juga
menjadi bendahara di TK Rafiah Tulhikmah. Selain
kemampuan menulis, penulis juga memiliki kemampuan di
bidang IT (Komputer), Bahasa dan accounting program.

Merindu Pelita dalam Bait Semu | 109


BIODATA DIRI PENULIS

Nurul Insani. J. Lahir di Selayar, 16 Juli 2000


merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Di lahirkan
dari pasangan suami istri yaitu ayah kandung yang bernama
Jumahir Syaing dan ibu kandung yang bernama Bau Yenni
Yunus, S. Pd, ayah berasal dari Takalar, ibu berasal dari
Selayar. Riwayat pendidikan yaitu berawal di SDN Bonto
Kadatto, Canrego Kabupaten Takalar dan tahun 2007
berpindah lagi ke SDN Centre Benteng Jampea dan lulus
pada tahun 2012. Setelah itu melanjutkan pendidikan di
SMPN 1 Pasimasunggu. Setelah lulus melanjutkan
pendidikan di tingkat SMA bertempat di SMAN 1 Selayar dan
melanjutkan lagi pendidikan di Universitas Islam Negeri
Alauddin Makassar (UIN) Jurusan Kimia Fakultas Sains dan
Teknologi.
Riwayat organisasi yaitu Pramuka, Siswa Pencinta
Masjid (SPM), Komunitas Penikmat Literasi, Literasi
Nusantara, dan YSTC. Riwayat prestasi yaitu OSN Bahasa
Inggris tingkat Nasional, OSN Ilmu Pengetahuan Sosial
tingkat Nasional, Juara 1 lomba Cipta Puisi tingkat Nasional,
juara 2 lomba Cipta Puisi tingkat Nasional, juara 3 lomba
Puisi tingkat Sekolah, juara 3 Cerdas Cermat antarsekolah,
Juara 1 lomba Tadarus tingkat Desa. Untuk info lebih lanjut
silahkan follow ig: @insani_j16 dan @earthe_explorer16 dan
subscribe akun youtube: Istiqomah Fighting.

110 | Antologi Puisi Kelas Menulis KERTAS PENA Angkatan III


BIODATA DIRI PENULIS

Nurhijrah. Orang Makassar Biasa di panggil Hijrah.


Lahir di Galesong Kabupaten Takalar pada hari Selasa
tepatnya tanggal 16 dibulan Juni 1992. Anak kedua dari tiga
bersaudara Muh. Kamal merupakan kakak pertamanya dan
Nurhajar merupakan adek sekaligus saudari kembarnya.
Dilahirkan dan Dibesarkan dari seorang ibu yang tangguh
dan hebat biasa di panggil Dasiati Daeng Lino dan bapak
yang perkasa yang biasa di panggil Haerudin Daeng
Ngemba. Pendidikan Dasar penulis di SD Negeri 100
Palalakkang Kab. Takalar Tahun 2002, pendidikan Menengah
Pertama di MTs. Muhammadiyah Mandalle Kabupaten Gowa
Tahun 2007. Pendidikan Menengah Atas di SMA Negeri 1
Galesong Tahun 2010. Perguruan Tinggi di Universitas
Muhammadiyah Makassar (Agribisnis Pertanian) Tahun
2016. Pengalaman organisasi pernah menjadi pengurus
Kertas Pena, IMM, FKPMG dan WI Kab. Galesong sampai
sekarang.

Merindu Pelita dalam Bait Semu | 111


BIODATA DIRI PENULIS

Hae’ Azzam adalah nama pena dari penulis yang


bernama asli Haeruddin, adalah Mahasiswa semester akhir
pada Jurusan Matematika Pascasarjana Universitas
Hasanuddin. Penulis menyelesaikan pendidikan di SDN
Inpres 189 Kanite lulus tahun 2005, MTs. Bontomarannu,
Galesong Selatan lulus tahun 2008, MA. Bontomarannu,
Galesong Selatan lulus tahun 2011 dan menyelesaikan
Program Sarjana pada Jurusan Matematika, Fakultas Sains
dan Teknologi, Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin
Makassar pada tahun 2015. Tahun ini (2019) dalam proses
Penyelesaian Program Magister pada jurusan Matematika
Universitas Hasanuddin Makassar.
Sampai saat ini, penulis masih aktif menjadi
mahasiswa dan aktif di beberapa organisai kepenulisan,
seperti Forum Lingkar Pena (FLP) Ranting Universitas
Hasanuddin Makassar dan FLP Cabang Takalar. Penulis
pernah meraih penghargaan dari FLP Ranting Unhas sebagai
Penulis pendatang Baru terpuji dan pernah terpilih menjadi
delegasi Bine Educative Expedition (BEE) 2018 oleh lembaga
kepemudaan BINE.

112 | Antologi Puisi Kelas Menulis KERTAS PENA Angkatan III


BIODATA DIRI PENULIS

Abdul Jalil Mattewakkang dengan nama pena (AJM)


saat ini diamanahkan sebagai Ketua Umum Pengurus Pusat
Komunitas Rumah Literasi dan Penulis Indonesia (PP.
KERTAS PENA). Selain aktif dikegiatan literasi, penulis juga
saat ini tercatat sebagai guru honorer di SMKN 6 Takalar
(Mapel Produkti Teknik Kendaraan Ringan) dan di SMKN 7
Takalar (Mapel Produktik Teknik dan Bisnis Sepeda Motor).
Penulis menyelesaikan pendidikan di SDN Inpres 211
Campagaya lulus tahun 1999, SMP Negeri 1 Galesong Selatan
lulus tahun 2002, SMKN 1 Galesong Selatan lulus tahun 2005
dan menyelesaikan program Sarjana pada Jurusan
Pendidikan Teknik Otomotif FT UNM lulus tahun 2010
dengan yudisium Cum Laude.
Sampai saat ini penulis masih mengajar mata
pelajaran Produktif Kompetensi Keahlian Teknik Kendaraan
Ringan (TKR) dan Teknik dan Bisnis Sepeda Motor (TBSM)
dan menjabat sebagai Ketua Kompetensi Keahlian Teknik
Kendaraan Ringan Tahun 2013 sampai saat ini. Selain
mengajar, penulis juga aktif dalam kegiatan-kegiatan lomba
menulis guru baik yang dilaksanakan oleh Subdit.
Kesharlindung DIKMEN GTK KEMDIKBUD maupun lomba

Merindu Pelita dalam Bait Semu | 113


menulis guru yang dilakukan oleh pihak swasta. Selain itu
penulis pernah meraih Juara I (Umum) pada Lomba
Apresiasi Astra Guru Cerdas Tahun 2016 tentang Inovasi
Pembelajaran yang dilakukan oleh PT. Astra Internasional,
Tbk.
Beberapa karya buku yang telah dibuat dan
diterbitkan oleh sang penulis yakni; Silaturahmi Hujan
(Antologi Puisi), Bengkel Integritas, MOKO (Inovasi
Pembelajaran), Muara Hati Sang Penulis (Kumpulan Esai dan
Opini), Serpihan-Serpihan Pena (Antologi Puisi), Gabungan
Sepak Bola Takalar (Kiprah dan Kebangkitan GASTA dalam
Catatan Jurnalis Online), Senandung Cinta Demokrasi
(Antologi Puisi) dan Mengenal Media SIRITA-JI (Aplikasi
Pembelajaran Sistem Rem Sepeda Motor Berbasis Android
Dilengkapi Karakter Integritas).

114 | Antologi Puisi Kelas Menulis KERTAS PENA Angkatan III


BIODATA DIRI PENULIS

Muhammad Hasbar Nur Marannu. Keturunan


campuran bugis dan makassar dimana ibu bugis dan bapak
makassar, biasa disapa Sata Lahir di Kampung ibu yaitu di
Kec. Langnga Kabupaten Pinrang pada hari Jum'at tepatnya
tanggal 22 November Tahun 1996. Anak pertama dari tiga
bersaudara Syarlah merupakan adik pertamanya dan Luthfi
merupakan adek bungsunya. Dilahirkan dan Dibesarkan dari
seorang ibu yang kuat dan luar biasa disapa Tahari Daeng
Intan dan bapak yang Baik dan Hebat disapa Indar Daeng
Nyonri. Pendidikan Dasar di SD Negeri 81 Kalukubodo Kab.
Takalar Tahun 2009, pendidikan Menengah Pertama di MTs.
Bomtomarannu Kab. Takalar Tahun 2012. Pendidikan
Menengah Atas di SMK Negeri 1 Kab. Takalar Tahun 2015.
Dan Mahasiswa Semester 6 (Hukum Tata Negara) di
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
Pengalaman organisasi pernah menjadi pengurus
OSIS, Pramuka, IPPS, Dema Fakultas, HMI Lk1, Hipermata
dan Kertas Pena.

Merindu Pelita dalam Bait Semu | 115


BIODATA DIRI PENULIS

Alwi adalah nama pena dari penulis asli Muh Alwi


Nawawi, saya mahasiswa semester lima (5) jurusan
manajemen di STIEM BONGAYA Makassar. Penulis
menyelesaikan pendidikan di SD Bontorita lulus pada tahun
2004, MTS Bontorita lulus tahun 2012, SMKN 1 Takalar lulus
tahun 2015, dan masih kuliah di STIEM BONGAYA Makassar
mengambil jurusan manajemen dan masih tahap
perkuliahan.
Sampai saat ini penulis masih aktif sebagai
mahasiswa dan aktif di beberapa organisasi kepenulisan
seperti, PD Kertas Pena Takalar dan kelas menulis buku.

116 | Antologi Puisi Kelas Menulis KERTAS PENA Angkatan III


BIODATA DIRI PENULIS

Sri Ayu Pratiwi, biasa dipanggil Ayu, Sri, atau Pratiwi


oleh teman-teman semasa SMK nya dulu. Lahir di Kota
Makassar, Kabupaten Takalar, Kecamatan Galesong,
sulawesi selatan pada tanggal 28 september 2000. Dari
pasangan Najamuddin Lewa dan Suriati dua mahluk bagai
malaikat dibumi yang selalu sabar dan tabah menghadapi
segala problema hidup.
Penulis ini merupakan mahasiswa semester 5 jurusan
akuntansi di STIEM BONGAYA. Penulis ini menyelesaikan
pendidikan di SDN No. 193 Inpres Pa'jangengang dan lulus
tahun 2011, SMP Neg. 1 Gal-Sel lulus tahun 2014 dan SMKN 1
Limbung Gowa lulus tahun 2017.
Sosok penulis ini, memiliki kegemaran memandang
senja, memotret lalu mengabadikannya melalui kamera
handphone yg di bubuhi dengan tulisan yg memiliki makna
tersendiri bagi sang penulis. Menyenangi Pidi Baiq, Dilan,
dan senja ditambah kedua sahabatnya yg selalu
memotivasinya utk terus menulis yaitu, Muhammad Fahreza
dan Henny Andriani. Mereka merupakan sumber motivasi
terbesar penulis dalam berfikir lebih luas.

Merindu Pelita dalam Bait Semu | 117


Selama 19 tahun, kecintaannya pada sastra dan puisi
mempertemukannya pada suatu forum "Kelas Menulis
Buku" dan cita-citanya yang sedari dulu ingin menerbitkan
sebuah buku puisi dapat terwujud.

118 | Antologi Puisi Kelas Menulis KERTAS PENA Angkatan III


BIODATA DIRI PENULIS

Abdul Rahmat. Orang Makassar Biasa di sapa Daeng


Tinggi Lahir di Bontorita Desa Bontomangape Kecamatan
Galesong Kabupayen Takalar Provinsi Sulawesi Selatan pada
hari Rabu tepatnya tanggal 11 bulan September 1991. Anak
Pertama dari tiga bersaudara. Muhammad Rasul merupakan
adik pertamanya dan Abdul Rahman Rahim merupakan adik
kedua.
Dilahirkan dan Dibesarkan dari seorang ibu yang
tangguh biasa disapa Rabasiah Daeng siang dan bapak yang
perkasa yang biasa disapa Daeng Gassing. Pendidikan Dasar
di SD Negeri Bontorita I Bontomangape Kab. Takalar Tahun
2004, pendidikan Menengah Pertama di MTs.
Muhammadiyah Bontorita Kab. Takalar Tahun 2007.
Pendidikan Menengah Atas di SMA Negeri 1 Bajeng
Kab. Gowa Tahun 2010. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Tri
Dharma Nusantara. Pengalaman organisasi pernah menjadi
pengurus Pramuka, Karang Taruna Pemuda Bontomangape,
Pemuda Muslimin Indonesia, Penah Hijau Takalar, Sarekat
Mahasiswa Muslimin Indonesia. Penulis Bekerja sebagai
Aparat Desa di Desa Bontomangape.

Merindu Pelita dalam Bait Semu | 119


BIODATA DIRI PENULIS

Abdul Salam Saputra, akrab dipanggil Salam. Lahir di


Makassar pada hari Senin tanggal 10 bulan Februari ditahun
2003. Anak pertama dari tiga orang bersaudara, memiliki
dua orang adik perempuan yang bernama Siti Sarah
Ayuningsi dan Salsabila Nadifah. Lahir dan besar dalam
keluarga kecil yang bahagia. Dirawat oleh ibunda tersayang
bernama Junaeda Daeng Tanang dan Ayah bernama
Sahabuddin Daeng Lewa.
Mengawali pendidikan di Taman Kanak-Kanak Putra 1
Makassar, berlanjut ke Sekolah Dasar SDN. Kakatua
Makassar. Ketika duduk dikelas tiga sekolah dasar, penulis
berpindah dari Kota Makassar ke Kabupaten Takalar dan
lanjut bersekolah di SDN. No. 69 Galesong 1. Penulis
melanjutkan Sekolah Menengah Pertama di SMPN. 2 Gal-Sel.
Dan sekarang berstatus sebagai pelajar di SMAN. 5 Takalar.
Di Sekolah Menengah Atas, penulis bergabung dalam
Organisasi Intra Sekolah (OSIS) dan Kelompok Ilmiah
Remaja (KIR). Diluar sekolah, penulis tergabung dalam
Forum Duta Baca Pelajar Takalar (Forum DUBAPEL Takalar)
Menjabat sebagai Wakil Ketua Umum Periode 2019-2020.

120 | Antologi Puisi Kelas Menulis KERTAS PENA Angkatan III


BIODATA DIRI PENULIS

Nur Khalishah Sukirman, biasa dipanggil Khal, Lisa oleh


teman-temannya. Dilahirkan di Kota Makassar Sulawesi
Selatan tepatnya pada tanggal 26 mei 2002. Merupakan
anak dari pasangan Sukirman dan Arsitawati sosok yang
amat disayanginya.
Khal yang terlahir sebagai anak tunggal seringkali
merasa sendiri mengantarnya pada hobi menulis dan
membacanya. Ia sangat suka akan pengalangi karena
menurutnya pelangi itu menarik ia indah namun tak dapat
dilihat dengan lama ia juga muncul setelah hujan, Lisa
menganggap hal itu seperti kebahagiaan yang datang
setelah kesedihan.
Selama hidupnya dia sering belajar hal-hal yang baru
walau terkadang melakukan kesalahan hal itu tak menjadi
masalah buatnya, baginya kesalahan adalah pembelajaran
yang amat berarti.

Merindu Pelita dalam Bait Semu | 121


122 | Antologi Puisi Kelas Menulis KERTAS PENA Angkatan III

Anda mungkin juga menyukai