Anda di halaman 1dari 14

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pendidikan Anak Usia Dini


Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) pada

hakikatnya ialah pendidikan yang diselenggarakan

dengan tujuan untuk memfasilitasi pertumbuhan dan

perkembangan anak secara menyeluruh atau

menekankan pada pengembangan seluruh aspek

kepribadian anak. Secara institusional, Pendidikan

Anak Usia Dini juga dapat diartikan sebagai salah

satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang

menitik beratkan pada peletakan dasar kearah

pertumbuhan dan perkembangan, baik kordinasi

motorik, kecerdasan emosi, kecerdasan jamak maupun

kecerdasan spiritual.6

Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu

upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak

lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan

melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk

membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan

6
Suyadi & Maulidya ulfah, Konsep Dasar paud, ( Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya Offset, 2015), hlm. 17

13
2

ruhani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki

pendidikan lebih lanjut.7

1. Pengertian Anak Usia Dini

Siapa yang disebut anak usia dini? Ada beragam

pendapat tentang hal ini. Batasan tentang anak

usia dini antara lain di sampaikan oleh NAEYC

(National Assocation for The Education of Young

Children), yang mengatakan bahwa anak usia dini

adalah anak yang berada pada rentang usia 0-8

tahun, yang tercakup dalam program pendidikan di

taman penitipan anak, penitipan anak pada

keluarga, pendidikan prasekolah baik swasta maupun

negeri, TK dan SD. Sedangkan Undang- undang

Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 1 ayat 14

menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini adalah

suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak

sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang

dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan

untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan

jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan

dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Sementara

7
Novan Ardy Wiyani & Barnawi, Format Paud, ( Jogjakarta: Ar-
Ruzz Media, 2014 ), hlm. 5
3

itu, UNESCO dengan persetujuan Negara-negara

anggotanya membagi jenjang pendidikan menjadi 7

jenjang yang disebut International Standard

Classification of Education (ISDEC). Pada jenjang

yang ditetapkan UNESCO tersebut, pendidikan anak

usia dini termasuk pada level 0 atau jenjang

prasekolah yaitu untuk anak usia 3-5 tahun. Dalam

implementasinya dibeberapa negara, pendidikan usia

dini menurut UNESCO ini tidak selalu dilaksanakan

sama seperti jenjang usianya.8

2. Tujuan Pendidikan Anak Usia Dini

Secara umum tujuan Pendidikan Anak Usia Dini

aialah memberikan stimulasi memberikan stimulasi

atau rangsangan bagi perkembangan potensi anak

agar menajdi manusia beriman dan bertakwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

berilmu, cakap, kritis, kretif, inovatif, mandiri

percaya diri dan menjadi warga negara yang

demokratis dan bertanggung jawab.

Senada dengan tujuan di atas, Solehuddin

(1997) menyatakan bahw tujuan pendidikan anak usia

dini ialah memfasilitasi pertumbuhan dan

8
Siti Aisyah, dkk. Perekembangan dan Konsep Dasar
Pengembangan Anak Usia Dini. (Banten: Universitas Terbuka, 2018),
hlm. 1.3 - 1.4
4

perkembangan anak secara optimal dan menyeluruh

sesuai dengan norma dan nilai-nilai kehidupan yang

dianut. Melauli pendidikan anak usia dini, anak

diharapkan dapat mengembangkan segenap potensi

yang dimilikinya (intelektual (kognitif), sosial,

emosi dan fisik-motorik).9

B. Bermain

1. Pengertian Bermain

Bermain merupakan aktivitas yang paling

disukai oleh semua orang bahkan bukan hanya oleh

manusia, tetapi juga oleh binatang. Sering kita

saksikan anak kucing sedang bermain-main dengan

saudaranya atau dengan temanya, demikian halnya

dengan ayam atau burung peliharaan kita, semuanya

suka bermain. Bagi anak usia dini, bermain

merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan

dari setiap langkahnya sehingga semua aktivitasnya

selalu dimulai dan diakhiri dengan bermain.10

2. Jenis – Jenis Bermain

Jenis Bermain dapat dibedakan menjadi tiga,

yaitu free play (bermain bebas), guided play

9
Suyadi & Maulidya Ulfah, Op.Cit., hlm. 19
10
Mulyasa, Manajemen Paud, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Offset, 2014), hlm. 165
5

(bermain terpimpin) dan directed play (bermain

terarah).

a) Free Play (Bermain Bebas)

Dapat didefinisikan sebagai aktivitas bermain

di mana anak-anak memiliki kebebasan dalam

memilih berbagai benda/alat permainan yang

tersedia dan mereka dapat memilih bagaimana

menggunakan material/alat bermain tersebut.

b) Guided Play (Bermain Terpimpin)

Dapat didefinisikan sebagai aktivitas bermain

di mana guru memiliki peranan dalam memilih

material atau alat bermain yang sesuai dengan

berbagai konsep.

c) Directed Play (Bermain Terarah)

Bermain terarah adalah aktivitas bermain di

mana guru meminta atau memerintahkan anak-anak

dalam rangka bagaimana menyelesaikan tugas-

tugas khusus.11

3. Tahapan Perkembangan Bermain

Adapun tapahan perkembangan bermain menurut

Hurlock adalah sebagai berikut :

a) Tahapan penjelajahan (Exploratory Stage)

11
Mohammad Fauziddin, Op.Cit., hlm. 10-11
6

Berupa kegiatan mengenai objek atau orang

lain, mencoba menjangkau atau meraih benda

disekelilingnya lalu mengamatinya.

Penjelajahan semakin luas saat anak sudah

dapat merangkak dan berjalan sehingga anak

akan mengamati setiap benda yang diaraihnya.

b) Tahap Mainan (Toy Stage)

Tahap ini mencapai puncaknya pada usia 5-6

tahun. Antara 2-3 tahun anak biasanya hanya

mengamati alat permainannya. Biasanya terjadi

pada usia pra sekolah, anak-anak di taman

kanak-kanak biasanya bermain dengan boneka dan

mengajaknya bercakap atau bermain seperti

layaknya teman bermainnya.

c) Tahap bermain (Play Stage)

Biasanya, terjadi bersamaan dengan mulai

masuk ke sekolah dasar. Pada masa ini, jenis

permainan anak semakin bertambah banyak dan

bermain dengan alat permainan yang lama-

kelamaan berkembang menjadi games, olahraga,

dan bentuk permainan lain yang dilakukan oleh

orang dewasa.

d) Tahap melamun (Daydream Stage)


7

Tahap ini diawali ketika anak mendekati masa

pubertas, ketika anak mulai kurang berminat

terhadap kegiatan bermain yang tadinya mereka

sukai dan mulai menghabiskan waktu untuk

melamun dan bekhayal. Biasanya, khayalannya

mengenai perlakuan kurang adil dari orang lain

atau merasa kurang dipahami oleh orang lain.12

C. Media Pembelajaran

1. Pengertian Media Pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa latin medius,

dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang

secara harfiah berarti perantara atau pengantar.

Dalam bahasa Arab, media adalah perantara atau

pembawa pesan dari pengirim kepada penerima pesan.

Menurut Gerlach & Ely (1971), media adalah bila

dipahami secara garis besar adalah manusia,

materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang

membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan

keterampilan, atau sikap.13

Sementara itu, Gagne’ dan Brigs (1975) secara

impilist mengatakan bahwa media pembelajaran

meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk


12
Novan Ardy Wiyani & Barnawi, Op.Cit., hlm. 95-96
13
Mukhtar Latif, dkk,Orientasi BAru Pendidikan Anak Usia Dini
Teori dan Aplikasi, (Jakarta : Kencana Prenadamedia Group, 2013),
hlm. 151
8

menyampaikan isi materi pengajaran, yang terdiri

dari antara lain buku, tape recorder, kaset, video

camera, video recorder, film, slide (gambar

bingkai), foto, gambar, grafik, televisi dan

komputer. Dengan katalain, media adalah komponen

sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung

materi instruksional di lingkungan siswa yang

dapat merangsang siswa untuk belajar.14

2. Jenis-jenis Media Pembelajaran Aud

Jenis media yang lazim dipakai di Indonesia

dalam kegiatan pembelajaran di antaranya:

a) Meida visual/media grafis: adalah media yang

hanya dapat dilihat.

Jenis media visul ini tampaknya yang paling

sering digunakan oleh guru pada lembaga

pendidikan anak usia dini untuk membantu

menyampaikan isi dari tema pendidikan yang

sedang dipelajari.

b) Media Audio: media audio berkaitan dengan

indra pendengaran.

Pesan yang akan disampaikan dituangkan kedalam

lambang-lambang auditif, baik verbal maupun

nonverbal.
14
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran Edisi Revisi, (Jakarta:
Rajawali Pers, 2014), hlm. 4
9

c) Media proyeksi dia (audio visual): mempunyai

persamaan dengan media grafis dalam arti

menyajikan rangsangan-rangsangan visual.

Perbedaannya adalah pada media grafis dapat

berinteraksi secara langsung dengan pesan

media bersangkutan, sedangkan pada media

proyeksi diam terlebih dahulu harus

diproyeksikan dengan proyektor agar dapat

dilihat oleh sasaran.15

3. Fungsi dan Manfaat Media Pendidikan

Hamalik (1986) mengemukakan bahwa pemakaian

media pembelajaran dalam proses belajar mengajar

dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru,

membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan

belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh

pisikologis terhadap siswa.16

Levi & Lentz (1982) mengemukakan empat fungsi

media pembelajaran, kususnya media visual, yaitu

(a) fungsi atensi, (b) fungsi afektif, (c) fungsi

kognitif) dan (d) kompensatoris.

Fungsi Atensi medi visual merupakan inti,

yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa


15
Mukhtar Latif, dkk,Orientasi BAru Pendidikan Anak Usia Dini
Teori dan Aplikasi, (Jakarta : Kencana Prenadamedia Group, 2013),
hlm. 152-154
16
Azhar Arsyad, Op.Cit., hlm. 19
10

untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang

berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan

atau menyertai teks materi pelajaran.

Fungsi afektif media visual dapat terlihat

dari tingkat kenikmatan siswa ketika belajar (atau

membaca) teks yang bergambar. Gambar atau lambang

visual dapat menggugah emosi dan sikap siswa,

misalnya informasi yang menyangkut masalah sosial

atau ras.

Fungsi kognitif media visual terlihat dari

temuan-temuan penelitian yang mengungkapkan bahwa

lambang visual atau gambar memperancar pencapaian

tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau

pesan yang terkandung dalam gambar.

Fungsi kompensatoris media pembelajaran

terlihat dari hasil penelitian bahwa media visual

yang memberikan konteks untuk memahami teks

membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk

mengorganisasikan informasi dalam teks dan

mengingatnya kembali.17

D. Metode Permainan Kartu Huruf

1. Pengertian Metode Permainan kartu Huruf

17
Ibid. Hlm. 20-21
11

Maimunah Hasan (2009: 65) mengungkapkan bahwa

kartu huruf adalah penggunaan sejumlah kartu

sebagai alat bantu untuk belajar membaca dengan

cara melihat dan mengingat bentuk huruf dan

gambar yang disertai tulisan dari makna gambar

pada kartu. Azhar arsyad (2005: 119 mengungkapkan

bahwa kartu huruf adalah kartu abjad yang berisi

gambar, huruf, tanda simbol, yang meningkatkan

atau menuntun anak yang berhubungan dengan simbol-

simbol tersebut. Namun demikian kata huruf yang

dimaksud disini adalah kartu huruf yang dibuat

sendiri dengan bentuk persegi panjang terbuat dari

kertas putih. Satu sisi terdapat tempelan potongan

huruf dan satu sisinya lagi terdapat tempelan

gambar benda yang disertai tulisan dari makna

gambar tersebut.18

Agus Hariyanto (2009: 84) mengungkapkan bahwa

metode permainan kartu huruf adalah suatu cara

dalam kegiatan pembelajaran untuk anak usia dini

melalui permainan kartu huruf. Kartu huruf yang

digunakan berupa kartu yang sudah diberi simbol

huruf dan gambar beserta tulisan dari makna


18
Trisnawati, Peningkatan Kemampuan Mengenal Huruf Melalui
Metode Permainan Kartu Huruf Pada Kelompok B1 TK ABA Ketanggungan
Wirobrajan Yogyakarta, (Yogyakarta: Universitas Negeri yogyakarta,
2014), hlm. 15
12

gambarnya. Anak-anak belajar mengenal huruf dari

melihat simbol huruf dan gambar pada kartu huruf.19

2. Langkah-langkah Permainan Kartu Huruf

Cucu Eliyawati (2005: 72) menyebutkan Langkah-

langkah dalam bermain kartu huruf diantaranya

yaitu ambilah satu persatu kartu huruf secara

bergantian. Amatilah simbol huruf pada kartu yang

sedang dipegang, kemudian sebutkanlah simbol huruf

yang tertera pada kartu huruf. Baliklah kartu

huruf, amatilah gambar dan tulisan yang terdapat

pada kartu, kemudian sebutkanlah gambar benda dan

huruf depan dari gambar benda yang tertera pada

kartu huruf.

Berdasarkan pendapat tersebut, maka dalam

penelitian ini kemudian mengembangkan langkah-

langkah permainan kartu huruf sebagai berikut:

a) Anak duduk dikursi masing-masing.

b) Memberi penjelasan kepada anak-anak tentang

tata cara permainan kartu huruf.

c) Anak-anak diajak mempraktikan permainan kartu

huruf secara bersama-sama.

d) Guru memberikan kesempatan kepada setiap anak

untuk melakukan permainan kartu huruf secara

19
Ibid. hlm. 16
13

individu.

3. Manfaat Permainan Kartu Huruf

Maimunah Hasan (2009: 66) menyatakkan bahwa

beberapa manfaat yang dapat diambil dari permainan

kartu huruf yaitu:

a) Dapat membaca dengan mudah

Permainan kartu huruf dapat membantu anak

untuk mengenal huruf dengan mudah, sehingga

membantu anak-anak dalam kemampuan membacanya.

b) Mengembangkan daya ingat otak kanan

Permainan kartu huruf dapat mengembangkan

kemampuan otak kanan karena dapat melatih

kecerdasan emosi, kreatif, dan intuitif.

c) Memperbanyak perbendaharaan kata

Permainan kartu huruf terdapat gambar dan

tulisan dari makna gambar yang tertera pada

kartu, sehingga dapat memperbanyak

perbendaharaan kata yang dimiliki anak-anak.20

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat

ditegaskan bahwa, manfaat permainan kartu huruf

adalah dapat membantu anak untuk belajar mengenal

huruf dengan mudah sehingga memperlancar kemampuan

membaca anak. Permainan kartu huruf juga dapat

20
Ibid. hlm. 19
14

menumbuhkan motivasi belajar anak secara aktif dan

penuh percaya diri.

E. Kerangka Pikir

Berdasarkan teori yang disusun, maka dapat

diketahui bahwa pengajaran mengenal huruf melalui

media bermain kartu huruf akan membuat anak lebih

antusisa dalam belajar. Siswa juga akan tertarik

karena kartu huruf menggunakan warna dan gambar

yang menarik. Dengan permainan ini secara tidak

sadar anak akan belajar mengenal huruf dan kata

sederhana tanpa disadari kalau dia sedang belajar

membaca permulaan.

Dengan demikian maka proses pembelajaran

dengan media kartu huruf menjadi lebih menarik,

dan hasil belajar siswa dalam penguasaan huruf

menjadi lebih cepat dan menyenangkan. Kemampuan

mengenal huruf dapat ditingkatkan melalui

penggunaan media kartu huruf pada PAUD Ar Ridha

Desa Tasik Raya Kecamatan Batang Tuaka.

Anda mungkin juga menyukai